Cheng Hoa Kiam, karya Kho Ping Hoo - SEMENJAK bala tentara Mongol yang dipimpin oleh Raja Besar Jengis Khan menyerbu dari Mongolia ke selatan, menghancurkan Suku Bangsa Hsi-hsia kemudian membasmi pula bala tentara Kerajaan Cin. Rakyat Tiongkok tidak mengenal pula artinya hidup aman dan tenteram.
Apa lagi setelah bala tentara Mongol itu menyerbu untuk kedua kalinya sekembali mereka dari penyerbuan ke barat, rakyat amat menderita. Jengis Khan membunuh banyak rakyat dengan dalih bahwa rakyat di selatan tidak mau membantu penyerbuannya ke barat dengan sungguh-sungguh, yakni bantuan berupa ransum dan perlengkapan.
Memang demikianlah, setelah menyerbu di selatan dan berhasil menduduki kota raja Kerajaan Cin kemudian tentara Mongol ditarik kembali untuk dikerahkan ke barat, rakyat diperintah untuk membantu pasukan-pasukan Mongol itu dengan persediaan ransum, perlengkapan, juga hiburan dan orang-orang perempuan.
Sambutan terhadap perintah ini memang amat dingin, pertama-tama oleh karena rakyat sendiri sedang menghadapi kekurangan makan akibat perang, kedua kalinya karena di dalam hati rakyat sudah timbul keberatan yang mendalam terhadap si penjajah dan penindas.
Pembatasan yang dilakukan oleh Jengis Khan benar-benar mengerikan sekali. Boleh dikata seluruh penduduk kota suku Bangsa Hsi hsia dibunuh oleh tentara Mongol laki-laki dan wanita, kakek-kakek dan bayi tak terkecuali! Memang Jengis Khan terkenal sebagai seorang kaisar besar yang gagah perkasa berwatak keras seperti baja tak kenal mundur, dahsyat dan kejam sekali, kalau perlu membunuh laksaan manusia untuk mencapai kemenangan cita-cita.Seorang tokoh besar seperti Jengis Khan yang sudah berhasil menyatukan seluruh rakyat Mongolia yang sudah berhasil memimpin bala tentaranya menggilas dan menaklukkan negara-negara jauh seperti Tiongkok bagian utara Sin kiang, Iran, Afganistan bahkan menghancurkan bala tentara Rusia di Rusia selatan, tentu mempunyai sifat yang gagah perkasa dan adil.
Dia takkan berhasil mendapat dukungan penuh kesetiaan dari rakyatnya yang gagah berani itu apa bila dia sendiri tidak gagah perkasa dan adil dalam pimpinannya. Akan tetapi sudah terlalu sering terbukti bahwa sang pemimpin sama sekali tidak sama dengan anak-anak buahnya. Watak baik seorang pemimpin sama sekali tidak mencerminkan watak dari pada anak buahnya.
Sungguhpun keadaan baik para petugas tentu tergantung dan pada kebijaksanaan sang pemimpin. Dengan lain penjelasan, biarpun seorang pemimpin amat bijaksana dan berbudi mulia, adil dan mencinta rakyat, namun belum tentu kalau anak buahnya, yakni para petugas pemerintahannya, juga adil dan mencinta rakyat!
Sebaliknya kalau para petugas itu melakukan tugas dengan hati bersih dari pada korupsi dan penindasan kepada rakyat sudah boleh dipastikan bahwa sang pemimpin tentu seorang berjiwa besar!
Seorang ahli bangunan takkan mungkin mendirikan sebuah bangunan yang Indah dan kuat sebagaimana ia rencanakan semula kalau tukang-tukang dan para pekerjanya tidak melakukan pekerjaan dan tugas masing-masing sebagaimana mestinya.
Sebaliknya kalau para petugas itu bekerja baik sehingga terbangun sebuah bangunan yang hebat, sudah dapat ditentukan bahwa pekerjaan itu dipimpin oleh seorang ahli bangunan yang pandai. Pendek kata, kemajuan dan sukses bukan tergantung kepada pemimpin semata melainkan sebagian besar tergantung kepada para pelaksana atau petugas.
Demikianpun dengan Kerajaan Mongol yang mulai berkembang itu. Bangsa ini adalah bangsa yang gagah berani dan mempunyai disiplin yang amat baik. Oleh karena inilah maka bala tentara Mongol berhasil baik sekali dalam setiap serbuannya. Sayang sekali bahwa kebaikan ini hanya terletak dalam disiplin ketentaraan, yakni hanya dalam soal perang saja.
Sebaliknya dalam bidang pemerintahan dan mengatur rakyat, keadaan buruk bukan main. Rakyat tertekan dan tercekik. Tentara Boan (Mongol) yang menduduki kota dan dusun bertindak sewenang-wenang. Di mana mana keadaan kacau balau, kelaparan merajalela karena selain timbul okpa okpa (hartawan jahat) yang mengandalkan uang untuk menyogok pembesar setempat dan mereka bersama merampas tanah petani miskin juga para petani hanya bekerja setengah hati.
Mereka ini ragu-ragu dan takut meninggalkan pintu rumahnya karena selain takut mendapat perlakuan sewenang wenang dari tentara penjajah di sawah ladang, juga khawatir kalau kalau anak isteri di rumah akan diganggu apabila ditinggalkan.
Pembunuhan tanpa diperiksa lagi, perampasan anak gadis dan orang-orang yang dijadikan budak paksa dan tindakan tindakan lain yang mendekati perbuatan binatang buas sudah bukan hal aneh lagi di waktu itu. Tidak mengherankan apabila di mana-mana timbullah gerakan-gerakan pemberontak yang dipimpin oleh orang-orang gagah patriot-patriot perkasa yang tidak sudi melihat negara dan bangsanya ditindas dan diinjak-injak oleh kaum penjajah.
Pertempuran berkobar di mana mana, pasukan-pasukan Boan yang menduduki kota dan dusun tak pernah diberi waktu istirahat oleh kaum pemberontak yang melakukan perang gerilya. Semua gangguan ini mengakibatkan kerugian yang tidak kecil bagi penjajah Boan.
Berbagai daya dan tipu muslihat licik dan rendah digunakan oleh pemerintah Boan untuk menindas pemberontakan-pemberontakan itu akan tetapi semangat para patriot bangsa tak kunjung padam.
Sungguhpun kekuatan mereka ini amat kecil dibandingkan dengan kekuatan bala tentara Boan dan sungguhpun usaha mereka untuk menggulingkan kekuasaan Boan itu dapat diumpamakan seekor tikus hendak menggugurkan gunung, namun mereka tak pernah mau berhenti dalam usaha mulia itu dan mempertaruhkan nyawa dan raga dalam mengabdi nusa bangsa....
| Cheng Hoa Kiam Karya Kho Ping Hoo |
| Cheng Hoa Kiam Jilid 01 |
| Cheng Hoa Kiam Jilid 02 |
| Cheng Hoa Kiam Jilid 03 |
| Cheng Hoa Kiam Jilid 04 |
| Cheng Hoa Kiam Jilid 05 |
| Cheng Hoa Kiam Jilid 06 |
| Cheng Hoa Kiam Jilid 07 |
| Cheng Hoa Kiam Jilid 08 |
| Cheng Hoa Kiam Jilid 09 |
| Cheng Hoa Kiam Jilid 10 |
| Cheng Hoa Kiam Jilid 11 |
| Cheng Hoa Kiam Jilid 12 |
| Cheng Hoa Kiam Jilid 13 |
| Cheng Hoa Kiam Jilid 14 |
| Cheng Hoa Kiam Jilid 15 |
| Cheng Hoa Kiam Jilid 16 |
| Cheng Hoa Kiam Jilid 17 |
| Cheng Hoa Kiam Jilid 18 |
| Cheng Hoa Kiam Jilid 19 |
| Cheng Hoa Kiam Jilid 20 |
| Cheng Hoa Kiam Jilid 21 |
| Cheng Hoa Kiam Jilid 22 |
| Cheng Hoa Kiam Jilid 23 |
| Cheng Hoa Kiam Jilid 24 |
| Cheng Hoa Kiam Jilid 25 |
| Cheng Hoa Kiam Jilid 26 |
| Cheng Hoa Kiam Jilid 27 |
| Cheng Hoa Kiam Jilid 28 |
| Cheng Hoa Kiam Jilid 29 |
| Cheng Hoa Kiam Jilid 30 |
| DAFTAR PENGARANG CERITA SILAT |