Keris Pusaka Nogo karya Kho Ping Hoo - Dusun pangkur di kaki Gunung Kawi merupakan sebuah dusun yang cukup besar dengan penghuninya yang hidup tenteram. Sawah ladang menghasilkan panen yang baik, hujan turun tepat pada waktunya dan sudah bertahun-tahun tidak ada gangguan hama.

Penghuni dusun itu merasa makmur hidup mereka, walaupun tentu saja kalau diukur dari pandang mata orang kadipaten atau kerajaan, kehidupan para petani di Dusun Pangkur itu terlalu sederhana dan miskin.
Gajahporo, seorang pemuda yang berasal dari Dusun Pangkur, merasa bahagia sekali karena dia berhasil mempersunting Ken Endok, gadis yang dikenal sebagai kembangnya Dusun Pangkur. Seperti lazimnya perjodohan jaman itu, sebelum bersanding menjadi pengantin, Ken Endok belum pernah bertemu muka dengan suaminya.
Tentu saja Gajahporo sudah seringkali mencuri pandang dengan sembunyi-sembunyi dan dialah yang tergila-gila pada Ken Endok. Berkat keadaan bapaknya yang merupakan petani yang memiliki sawah luas dan belasan ekor kerbau, maka pinangan diterima dan menikahlah Gajahporo dengan Ken Endok yang cantik jelita.
Ketika Ken Endok menitikkan air mata dan menahan isak pada saat kedua pengantin dipertemukan, semua orang termasuk Gajahporo hanya menduga bahwa gadis menangis karena malu, karena terharu atau mungkin juga karena bahagia, pendeknya, semua pengantin wanita harus menangis kalau tidak mau dijadikan buah celoteh para wanita yang menjadi tamu!
Akan tetapi hanya Ken Endok sendirilah yang tahu bahwa tangisnya bukan karena semua itu, melainkan karena kecewa dan berduka. Beberapa pekan yang lalu, ketika mencuci pakaian di anak sungai luar dusun bersama kawan-kawannya, muncul seorang pemuda yang menunggang kuda. Melihat pemuda itu menghentikan kudanya di tepi sungai, para dara dusun itu berlarian sambil menahan tawa.
Akan tetapi Ken Endok tiada dapat melarikan diri. Cuciannya terlampau banyak sehingga tak mungkin ia membawanya pergi sambil berlari, apalagi cuciannya masih berceceran bahkan sebagian ada yang belum dicucinya. Dan terpaksa ia mengangkat muka memandang ketika pemuda itu juga memandangnya tanpa turun dari kudanya. Seorang pemuda yang luar biasa tampannya!
Seperti Sang Arjuna dalam pandangan Ken Endok yang biasanya hanya melihat laki-laki dusun, pemuda-pemuda yang belepotan lumpur dan dengan pakaian yang serba hitam dan kumal. Akan tetapi pemuda ini mengenakan pakaian priyayi, dengan baju lengan pendek, celananya hitam tertutup sarung. Kulit dadanya, lehernya, lengan dan kakinya yang tampak sedikit itu demikian bersih dan kuning.
Wajahnya demikian elok, seolah-olah mengeluarkan cahaya gemilang, seperti Dewa Kamajaya baru turun dari khayangan! Ken Endok terpesona dan lupa bahwa ia menengadah dan memandang dengan mata terbelalak tanpa berkedip.
Pemuda itu pun terpesona. Dia biasa melihat puteri kadipaten, cantik-cantik memang, akan tetapi kecantikan yang banyak dibantu oleh mangir, pemutih pipi dan pemerah bibir penghitam alis, dibantu oleh pakaian yang indah-indah.
Akan tetapi dara ini! Hanya bertapih pinjung dan nampak lekuk dadanya karena tapih itu basah kuyup. Rambutnya terurai basah pula, mukanya sama sekali tidak riasan, tubuhnya sama sekali tidak berhias, pendeknya seratus persen wanita!Akhirnya Ken Endok sadar akan keadaan dan cepat-cepat ia menundukkan mukanya yang berubah menjadi kemerahan. Dan pemuda itu pun tersenyum sadar bahwa ia pun tadi kehilangan semangat seperti orang yang tiba-tiba menjadi linglung...!
Keris Pusaka Nogo Pasung Jilid 01 |
Keris Pusaka Nogo Pasung Jilid 02 |
Keris Pusaka Nogo Pasung Jilid 03 |
Keris Pusaka Nogo Pasung Jilid 04 |
Keris Pusaka Nogo Pasung Jilid 05 |
Keris Pusaka Nogo Pasung Jilid 06 |
Keris Pusaka Nogo Pasung Jilid 07 |
Keris Pusaka Nogo Pasung Jilid 08 |
Keris Pusaka Nogo Pasung Jilid 09 |
Keris Pusaka Nogo Pasung Jilid 10 |
TAMAT |