Golok Bulan Sabit Jilid 11 - Sonny Ogawa

Halaman

    Social Items

Golok Bulan Sabit Jilid 11
Karya : Khu Lung
Penyadur : Tjan ID

Cerita silat Mandarin Karya Khu Lung
MENCORONG sinar terang dari balik mata Liu Yok siong, serunya kemudian dengan cepat. "Kalau begitu malam nanti saja aku baru datang lagi!"

"Tunggu sebentar" cepat Ciu Gwat berseru, "apakah dia bersedia menjumpaimu atau tidak masih belum tentu, tapi yang pasti orang yang dibutuhkan untuk menemaninya berbincang-bincang bukan kau!"

Liu Yok siong sama sekali acuh terhadap perkataan itu, ujarnya cepat-cepat. "Oooh, itu sih tak menjadi soal, aku hanya ingin menunjukkan rasa baktiku saja, hari ini tidak bertemu, besok aku akan datang lagi, besok tidak bertemu toh masih ada lusa, sekeras-kerasnya emas toh akhirnya meleleh juga."

"Hmm... emas akan meleleh? Jika pintu gedung tidak dibuka, masa kau dapat berjumpa dengannya? kata Cun hoa sambil tertawa dingin, setiap kali tiba saatnya untuk menikmati rembulan, dia selalu menyuruh kami untuk menutup rapat-rapat semua pintu gedung, oleh karena itu jika kau ingin masuk kemari, kalian yang akan membukakan pintu bagi dirimu "

"Kalau begitu aku mesti merepotkan kalian berdua!"

"Itupun tak mungkin" kata Ciu Gwat pula sambil tertawa: "kami harus menemaninya, tak sempat untuk membuka kan pintu bagimu, kalau kau mengetuk pintu, dia segera akan kembali ke loteng, karena dia pernah berkata tidak terlalu suka menjumpaimu, bila kau datang, ia suruh kami menghalangi jalan pergimu!"

Liu Yok-siong merasa agak kecewa setelah mendengar perkataan itu, katanya kemudian: "Kalau begitu, tunggu saja sampai lain kali!"

"Liu toaya" tiba-tiba Ciu Gwat berkata sambil tertawa licik, "bila kau bermaksud untuk masuk tidak melewati pintu depan tapi dengan melompati pagar pekarangan maka pendapatmu itu keliru besar, Sau hujin orangnya amat disiplin dan memegang teguh peraturan, betul setelah lewat tengah malam gedung ini tak ada yang menjaga. tapi penjagaan sebenarnya amat ketat, dari dua hari berselang ada orang yang masuk kemari secara diam-diam tapi akhirnya entah mengapa dia kena terjebak dan mampus di bawah pohon sana. Yang tertinggal cuma setumpuk pakaiannya, bahkan tulang belulangnya pun turut punah, konon dia bernama Hui thian ci cu (laba-laba terbang) seorang penyamun tersohor di dunia!"

Paras muka Liu Yok siong segera berubah hebat. "Lay bu im, Ki bu tiong (datang tanpa bayangan, pergi tanpa jejak) Hui-thian Ci-cu merupakan penyamun kenamaan yang belum pernah gagal didalam melakukan operasinya?"

"Kalau dibilang sewaktu datang tanpa bayangan itu memang betul" kata Cun Hoa sambil tertawa cerah" tapi kalau dibilang pergi tanpa jejak entahlah, sebab dia telah berubah menjadi segumpal air di bawah pohon mawar sana!"

Sekujur badan Liu Yok siong gemetar keras, peluh dingin jatuh bercucuran membasahi punggungnya, bulu kuduk pada bangun berdiri semua tanpa terasa.

Sementara itu Ciu Gwat turut tertawa, tertawanya tidak mirip bulan yang sedang purnama. Kalau rembulan itu dingin dan kaku, maka dia panas dan lembut.

"Hanya ada satu cara bila kau ingin masuk menjumpai sau hujin" demikian dia berkata, "yaitu suruh salah seorang dari kami berdua untuk membukakan pintu bagimu, kemudian membawamu pergi ke hadapannya. Perbuatan kami ini mungkin saja akan mendapat dampratan, tapi paling tidak kau toh bisa juga berjumpa dengannya."

Liu Yok siong bukan seorang yang tolol, buru-buru dia menjura dalam-dalam seraya berkata: "Kalau begitu, harap enci berdua bersedia membantuku!"

"Tak usah sungkan-sungkan dan tak usah banyak adat"

kata Cun Hoa sambil tertawa, "kami berdua adalah orang yang paling gampang diajak berunding, asal...

.... Halaman 7 s/d 10 hilang ....

Dengan sangat berhati-hati dia merawat dirinya selama beberapa hari, bahkan dia malah pergi mencari seorang penjahat pemetik bunga kenalannya untuk meminta sedikit obat kuat untuk bercinta.

Setelah mengeluarkan peluh sebesar kacang kedelai, akhirnya dengan susah payah dia berhasil menaklukan kedua ekor harimau kelaparan itu, setelah dua orang gadis genit itu dibuat tersengkal-sengkal kehabisan daya, akhirnya merekapun mengaturkan suatu pertemuan begini untuk berjumpa dengan Cing cing.

Malam itu sedang purnama. Cing-cing sedang bersandar di pagar gardu sambil memandang rembulan dengan termangu, tampaknya dia sedang memikirkan persoalan dalam hatinya.

Liu Yok siong membereskan pakaiannya lalu dengan hormat sekali berjalan menghampirinya. Walaupun matanya berkunang-kunang, langkahnya juga gontai tak bertenaga namun tetap melangkah maju.

Obat kuat untuk bermain cinta yang diperolehnya dari Jay hoa cat tersebut benar-benar tangguh, meski dapat membuatnya kuat bagaikan malaikat, namun cukup besar merugikan kekuatan badannya. Tapi dia tak ambil perduli, dia tahu asal bisa mendekati majikan perempuannya, maka dia akan melangkah menuju kesuksesan.

Cing cing memandang sekejap ke arahnya, tanpa emosi tegurnya: "Kau ada urusan apa datang kemari?"

"Tecu khusus datang untuk menyambangi subo!"

Cing cing berkerut kening, lalu dengan wajah muak katanya: "Aku baik sekali, tak usah kau sambangi diriku."

Jawaban itu sama sekali tidak di luar dugaan Lui Yok siong, dia tahu bila sedang mulai melangkah, janganlah terlalu cepat merebut simpatik dari Cing-cing, sebab hal ini akan menggagalkan rencananya. Maka dengan suara tetap merendah, katanya:

"Selain itu, tecu juga khusus datang kemari untuk melaporkan sekitar suhu kepada subo!"

"Soal ini tak usah kau terangkan, aku sudah mengetahui amat jelas..."

"Tapi subo tak pernah keluar rumah..."

"Aku mempunyai caraku sendiri" tukas Cing cing, "sedang bagaimanakah caraku itu, aku rasa tak usah menerangkannya secara terperinci kepadamu!"

"Be... benar..." sahut Liu Yok siong munduk-munduk, "Cuma berita yang subo terima hanya berita dari luaran sana, berita itu tak akan secermat berita yang tecu peroleh!"

"Aku tidak percaya kalau beritamu itu jauh lebih nyata daripada berita yang kuperoleh!"

Liu Yok siong segera tertawa licik, sahutnya: "Bila subo tidak percaya, biarlah tecu utarakan lebih dulu, kemudian baru dicocokkan dengan apa yang subo peroleh, saat itulah subo akan tahu kalau perkataanku tidak bohong!"

Cing-cing agak sangsi sebentar, kemudian baru katanya: "Baiklah, coba kau katakan!"

Dengan bangga sekali Liu Yok siong berkata: "Sepanjang perjalanan suhu selama ini, setiap hari hanya seratus li yang ditempuh, dimana ia berhenti, suatu peristiwa yang menggemparkan pasti akan berlangsung!"

"Aku tahu, tujuannya memang untuk menarik perhatian orang!" kata Cing-cing dengan kening berkerut.

"Suhu pernah menyelenggarakan suatu pesta perjamuan di suatu rumah makan yang besar dan mengundang seluruh pendekar perempuan yang ada dalam dunia persilatan. Termasuk juga mereka yang sudah menikah, tapi suami dan kekasih mereka justru diusir dari dalam ruangan."

"Itu mah tak menjadi soal" ternyata Cing cing malah tertawa, paling tidak dia toh tidak mengundang secara paksa, sedang perempuan-perempuan itupun bersedia datang sendiri, malah suami atau kekasih mereka tidak keberatan!"

"Menjelang berakhirnya itu, suhu telah menahan dua belas orang diantaranya yang termuda untuk menemaninya berbincang-bincang sampai tengah malam!"

"Dia pasti mempunyai tujuan tertentu, cuma aku tahu diapun tidak menahan secara paksa, yang ditahanpun tidak menunjukkan perasaan tak senang, malahan mereka yang tidak termasuk ditahan justru merasa tak senang hati, merasa kehilangan muka!

"Tapi diantara dua belas orang itu ada lima diantaranya telah bersuami dan tiga diantaranya sudah tunangan!"

Cing cing segera tertawa lebar, katanya: "Nyatanya suami mereka atau kekasih mereka sedikitpun tidak merasa tak tenteram atau cemburu karena kejadian itu, mereka merasa girang dan turut berbangga hati, yang dimaksudkan sebagai jagoan kalangan lurus kebanyakan memang mengandalkan sebuah bibirnya yang tajam untuk mewujudkan suatu tujuannya, sekalipun dia suruh sendiri menemani orang lain tidurpun, bagi mereka kejadian tersebut adalah lumrah!"

Merah padam selembar wajah Lui Yok siong lantaran jengah, dia merasa mukanya bagaikan di tampar keras-keras. Ucapan tersebut benar-benar mengena dalam hatinya, mengorek borok dalam hatinya. Walaupun Cing cing tidak menuding secara langsung, namun yang dibicarakan memang dia.

Untuk mendapat jurus Pedang Thian gwa liu seng (bintang luncur di luar langit) dia tak segan-segan menyuruh bininya Chin Ko cing dengan merubah namanya menjadi Ko siau (menggelikan) untuk merencanakan suatu perangkap licin.

Akhirnya meskipun dia berhasil mendapatkan jurus pedang itu, namun dia kehilangan lebih banyak. Bahkan ia memberi kesempatan buat Ting Peng untuk maju dengan pesat serta memberi pembalasan yang telak dan memedihkan hati.

Bila teringat akan kesemuanya itu, Liu Yok siong betul-betul amat membenci terhadap diri sendiri, kalau bisa, dia ingin menggaplok mulut sendiri keras-keras. Dia bukan menyesal atas semua perbuatan yang telah dilakukannya.

Melainkan membenci kepada diri sendiri yang begitu jelek, begitu tak beruntung, merasa ini mengapa semua penemuan aneh yang dialami Ting Peng, tidak dialami pula oleh dirinya sendiri.

Masih untung Ting Peng tidak berjaga-jaga disamping Cing-cing, bahkan meninggalkannya seorang diri untuk mencari nama di tempat luaran. Ia telah meninggalkan suatu kesempatan sangat baik yang sukar dijumpai lagi di masa mendatang kepadanya. Bila ia tak baik-baik manfaatkan kesempatan ini, maka pada hakekatnya dia lebih bodoh daripada seekor anjing gombal. Oleh karena itu, ia tidak segera melepas kan usahanya dengan begitu saja, katanya sambil tertawa.

"Kini, suhu sudah merupakan seorang manusia yang amat tenar, amat tersohor di seluruh dunia, bila dia musti merusak nama baik yang diperolehnya dengan susah payah, jelas perbuatannya ini merupakan suatu perbuatan yang tidak cerdik...."

"Urusannya tak usah kau maupun aku kuatir kan" tukas Cing-cing sambil tertawa, dia adalah seorang lelaki dewasa, ia tahu perbuatan yang boleh dilakukan dan mana yang tidak"

"Tapi dengan perbuatannya, jelas dia telah berhianat kepada subo."

Tiba-tiba Cing-Cing menarik muka, kemudian dampratnya dengan suara sedingin es! "Hmmm, ucapan seperti inipun pantas kau ucapkan?!"

"Oooh, tecu hanya merasa tidak puas buat subo!" buru-buru Liu Yok siong menerangkan.

"Tapi aku percaya... percaya seratus persen kepadanya!" Ucapan itu segera membungkamkan mulut Liu Yok siong. Kembali Cing-cing berkata.

"Andaikata apa yang kau ketahui cuma begini saja lebih baik kau tak usah katakan lagi!"

"Kau masih mendapat kabar yang mengatakan bahwa Ciangbunjin dari lima partai besar telah dibuat gempar kejadian ini, sekarang mereka berada dalam perjalanan menuju ke perkampungan Sin kiam san-ceng.

"Berita inipun bukan terhitung berita baru" Cing-cing kembali tertawa lirih, bila ada orang berani menantang Cia Siau hong untuk berduel sudah pasti peristiwa besar ini akan menggemparkan semua orang, mereka tentu akan berbondong-bondong berangkat ke sana untuk melihat keramaian."

"Mereka bukan pergi ke sana untuk menonton keramaian!"

"Oooh... apa kerja mereka ke sana? Toh mustahil akan pergi membantu Cia Siau hong bukan?"

Liu Yok siong segera tertawa. "Cia Siau hong tak akan minta bantuan orang lain, bila pedangnya tak mampu mengalahkan golok suhu, siapapun tak dapat membantunya lagi, justru mereka memburu ke sana untuk menghalangi terjadinya pertarungan itu...!"

"Itu mah bagus sekali" sekali lagi Cing-cing tertawa, "Lebih baik lagi jika mereka dapat menghalanginya, pertarungan semacam ini memang sama sekali tiada artinya, Cuma... aku cukup memahami watak Ting Peng, mungkin usaha mereka untuk mencegah terjadinya pertarungan itu tak bakal berhasil"

Liu Yok siong segera tertawa. "Menurut apa yang tecu ketahui, tampaknya mereka mempunyai keyakinan yang amat besar, sebab mereka diundang datang oleh Thi yan-siang-hui (walet baja terbang bersama)."

Paras muka Cing-cing segera berubah hebat, serunya dengan cepat: "Mana Mungkin mereka bisa bersekongkol dengan manusia seperti Thi-ya-siang hui?"

"Soal ini tecu kurang tahu, ketika suhu berhasil mengalahkan Thi-yan-siang-hui di atas pagoda Ang-bwee kek tempo hari, mereka telah menunjukkan lencana besi pengampun dari kematian, lencana itu dibuat bersama oleh lima orang ciangbunjin dari lima partai besar, dari situ bisa diduga kalau lima partai besar tentu mempunyai hubungan yang luar biasa eratnya dengan mereka!"

Paras muka Cing-cing tidak lagi setenang tadi, buru-buru dia bertanya lagi: "Apa pula yang kau dengar lagi?"

Liu Yok-siong tahu bahwa saatnya sudah hampir tiba, sambil tertawa ia lantas menjawab: "Tecu tahu, andaikata mereka tak berhasil mencegah pertarungan antara suhu melawan Cia Siau hong, maka mereka akan mengerahkan segenap tenaga yang dia milikinya untuk melenyapkan suhu sebelum pertarungan itu dilangsungkan!"

"Hmm...! Mereka tak akan memiliki kemampuan semacam itu!" jengek Cing-cing sambil tertawa.

"Jika mereka sendirian atau bertarung satu lawan satu, sudah barang tentu bukan tandingan dari suhu, tapi bila segenap muridnya dikerahkan semua, maka kekuatan mereka akan menjadi suatu kekuatan yang menakutkan sekali"

"Biar saja mereka datang semua, kecuali kalau orang-orang itu sudah tidak takut mati!" Cing-cing tertawa dingin.
Liu Yok-siong segera maju selangkah lagi, katanya: "Meskipun jumlah anggota perguruan lima partai besar sangat banyak, namun mereka tak akan tahan menghadapi golok sakti dari suhu, tapi persoalannya sekarang terletak pada seorang manusia lain yang menakutkan."

"Siapa?"

Cia Siau-hong, Cia sam-sauya!"

"Mengapa pula dengan dia? Belakangan ini dia toh sudah tidak mencampuri urusan dunia persilatan lagi!"

"Tapi perkampungan Sin kiam san-ceng masih tetap merupakan tempat suci bagi umat persilatan, Cia sam sauya masih tetap merupakan tonggak keadilan dan kebenaran bagi dunia persilatan, dia mempunyai semacam tugas dan tanggung jawab terhadap keamanan seluruh dunia persilatan, asal suhu melukai seorang saja diantara kelima orang ciangbunjin itu, maka Cia Siau hong tak akan bertepuk tangan belaka, dia pasti akan menampilkan diri....."

Paras muka Cing cing nampak seperti terpengaruh oleh emosi, katanya kemudian dengan cepat: "Ya, mau menampakkan diri juga boleh, toh tujuan siangkong kesana adalah menantangnya untuk berduel, pedangnya meski sakti dan tiada taranya, belum tentu bisa menangkan golok dari siangkong."

Liu Yok siong kembali tertawa. "Bila Cia Siau hong mau menerima tandingan suhu dan berduel secara terang-terangan, menang kalah suatu kejadian yang lumrah, persoalannya sekarang Cia Siau hong tidak berani menerima tantangan itu secara terang-terangan."

Dengan cepat Cing-cing menggelengkan kepalanya berulang kali. "Dengan kedudukannya sebagai pemilik perkampungan Sin kiam san-ceng, mustahil dia akan menyergapnya secara sembunyi-sembunyi!"

"Bilamana terdesak oleh suatu alasan yang maha penting dan amat serius, Cia Siau hong bisa saja melakukan perbuatan apa saja."

Sementara Cing-cing masih terbuai dalam renungan, Liu Yok siong telah berkata lebih jauh. "Sekarang satu-satunya cara yang bisa kita lakukan adalah berusaha untuk merusak persekutuan lima partai besar, agar mereka tak mampu untuk beersekutu kembali."

"Mungkinkah cara ini bisa dilaksanakan?"

"Tentu saja, meskipun di luaran ke lima partai besar dapat bekerja sama dengan erat, sesungguhnya banyak terjadi pertentangan batin dalam benaknya, misalkan saja pihak Siau-lim-pay serta Bu tong pay, berhubung kedudukan mereka tinggi maka sikapnya menjadi latah dan tinggi hati, hal ini menyebabkan ketiga partai lainnya merasa sangat tidak puas, bila kita sedikit menghasut dan melepaskan api agar hati mereka terbakar, niscaya mereka akan saling gontok-gontokan sendiri. Bila ini sampai terjadi maka Cia Siau hong pun tak akan mengurusi persoalan-persoalan tetek bengeknya lagi..."

"Aaah, tidak gampang untuk melaksanakan rencana semacam ini!"

Liu Yok siaon segera tertawa. "Bila subo mengijinkan tecu untuk melaksanakannya, tecu yakin masih dapat melaksanakannya secara sempurna tanpa ada titik kelemahan barang sedikitpun jua!" Akhirnya dia perlihatkan juga maksud tujuan yang sesungguhnya.

"Oooh, kalau begitu kau tentu akan mengajukan suatu syarat bukan?" ucap Cing-cing sambil tertawa.

Liu Yok siong merasakan hatinya bergetar keras sesudah mendengar perkataan itu, dia tahu gadis muda yang cantik jelita dan nampaknya seperti amat polos ini sesungguhnya bukan seseorang yang mudah dihadapi, dia mesti bekerja keras lebih jauh sebelum berhasil meraih sesuatu hasil yang diharapkan. Maka sambil tertawa, katanya:

"Tecu hanya berjuang demi keuntungan perguruan, siapa bilang aku akan mengajukan suatu syarat?"

Kembali Cing cing memperhatikan sekejap, lalu bertanya lagi: "Kau tidak akan mengajukan permintaan apa pun?"

"Tidak ada...." tecu hanya berusaha untuk melakukan suatu tugas dan kewajiban demi rasa baktiku kepada subo!"

"Kau bukan seorang yang bertipe setia" kata Cing-cing sambil tertawa, "bila tiada sesuatu keuntungan, tak nanti kau bersedia membuang tenaga barang sedikitpun jua sebab itu akupun tak berani merepotkan dirimu!"

Liu Yok siong tahu kalau dia tak dapat berpura-pura lagi, terpaksa sambil tertawa katanya: "Tecu pribadi mah tak berani mengajukan permintaan apa- apa, cuma demi kelancaran pelaksanaan tugas tersebut, tecu harus mempunyai suatu pegangan meyakinkan yang dapat membuat orang lain menaruh kepercayaan kepada tecu!"

"Katakan apa yang kau inginkan!" seru Cing cing dengan suara yang tegas dan keras.

Liu Yok siong merasa gembira sekali, ia tahu kalau kunci dari semua keberhasilan telah berada di tangannya, dalam keadaan seperti ini dia tak ingin mengajukan permintaan yang kelewat banyak, namun dia pun tak ingin mengajukan permintaan kelewat sedikit. Tapi bagaimanakah cara mengajukan tawaran itu?

Cing Cing sedang memperhatikan lelaki yang rendah dan memuakkan itu dengan seksama, ia sedang menduga-duga permintaan apakah yang akan diajukan olehnya.

Setelah termenung beberapa saat, Liu Yok siongpun berkata: "Saat ini didalam pandangan kebanyakan orang, tecu tidak punya nama lagi, bahkan setengekpun tak ada harganya"

Cing-cing segera tertawa. "Itulah tergantung pada siapa yang menilai dirimu, dalam pandangan sementara orang kau adalah seorang manusia yang berbakat, seorang manusia cerdas dan luar biasa, terutama dalam bidang muka tebal dan hati hitam, kau boleh dibilang merupakan seorang leluhur seorang cikal bakal yang hebat dan tiada keduanya di dunia ini"

Sekali lagi paras muka Liu Yok siong berubah menjadi merah padam, sekalipun dia memandang remeh atas cemoohan, hinaan serta ejekan orang persilatan atas dirinya, namun berada di hadapan seorang perempuan cantik bagaikan bidadari, sedikit banyak dia toh menginginkan juga nama baiknya agak terjaga.

Tapi berada di hadapan Cing Cing ternyata dia seperti seorang bayi yang baru saja dilahirkan, ditelanjangi sama sekali sehingga setitik rahasia pun tak berhasil di sembunyikan, bagaimanapun juga hal ini amat menyedihkan hatinya.

Sebab itu dia tertawa getir, kemudian, baru ujarnya: "Ada sementara persoalan tecu tak dapat melakukannya sendiri, tapi mesti minta bantuan orang lain, bila ingin membuat orang jadi percaya kepadaku, paling tidak tecu harus mempunyai suatu kedudukan yang meyakinkan"

"Masih belum cukup kedudukanmu sebagai murid Ting Peng?"

Sekali lagi Liu Yok-siong tertawa getir. "Subo, kau tahu hal ini masih belum cukup, sebab tecu sendiripun tahu, bahkan suhu sendiripun juga tidak memahami akan kedudukannya sendiri......"

Paras muka Cing Cing segera berubah hebat. "Ia masih mempunyai kedudukan apa?" serunya.

Liu Yok-siong mesti menarik napas panjang-panjang, karena dia tahu sepatah kata saja salah berbicara pada saat ini, kemungkinan besar setelah menarik napas sekarang, dia tak pernah bisa menarik napas untuk kedua kalinya.

"Kedudukan yang sebenarnya dari pemilik golok bulan sabit" katanya kemudian.

"Itu terhitung seberapa Golok yang tergantung di pinggangnya..."

"Apakah di atas goloknya berukiran tujuh huruf yang berbunyi: Siau lo it ya teng cun hi?"

Sekali lagi paras muka Cing-cing berubah hebat, bentaknya dengan suara keras: "Makna istimewa apakah yang terkandung dalam tujuh huruf tersebut?"

"Tidak banyak orang yang mengetahui makna yang sebenarnya dari tulisan tersebut, tapi ada sementara orang, paras mukanya segera berubah hebat begitu mendengar ke tujuh huruf tersebut sehingga makan tak enak tidur pun tak enak, misalnya seperti Thi yan siang hui tempo hari!"

"Kau juga mengetahui makna yang sebenarnya dari ke tujuh huruf tersebut...?"

"Tecu tidak tahu, tapi aku tahu kalau kelima orang ciangbunjin dari lima partai besar datang dikarenakan ke tujuh huruf tersebut"

Cing-cing segera termenung beberapa saat lamanya, kemudian baru tanyanya: "Apa yang kau inginkan?"

"Tecu pikir, andaikata akupun dapat mewakili ke tujuh huruf tersebut, paling tidak di dalam melakukan suatu pekerjaan, akan memberikan semacam jaminan atau semacam pernyataan."

Dengan cepat Cing-cing menggelengkan kepalanya berulangkali. "Tidak mungkin kau mempunyai kemampuan untuk berbuat demikian, sedang akupun tidak mempunyai hak untuk memberikan kekuasaan tersebut kepadamu!"

"Tapi subo, yang bisa memberikan hak dan kekuasaan tersebut kepada tecu...?"

"Itupun tak mungkin, bait syair yang berada di atas golok bulan sabit itu sudah tidak melambangkan apa-apa sekarang, apa yang ada kini hanya merupakan sebuah bait syair biasa, tiada orang yang berhak untuk mempergunakannya, mengerti?"

"Tecu mengerti, tapi aku kuatir orang lain tak akan mempercayainya...!"

"Terserah apa yang akan mereka pikirkan, pokoknya aku tak akan memberikan apa-apa kepadamu"

Liu Yok siong menjadi kecewa sekali, katanya kembali: "Kalau begitu tecu terpaksa menarik kembali permintaan tersebut dan tak akan menarik bantuan kepada orang lain lagi, akan kulakukan sendiri perbuatan tersebut dengan kekuatan sendiri!"

"Apa yang hendak kau lakukan?"

"Yaa, melakukan segala macam perbuatan yang bisa membuat kacaunya orang-orang dari lima perguruan besar, misalkan saja membuat salah seorang atau dua orang diantara orang-orang penting itu kehilangan batok kepalanya, kemudian meninggalkan surat peringatan, agar mereka tahu diri dan segera mengundurkan diri..."

"Tidak bisa, kita tak boleh melakukan perbuatan semacam ini!"

"Boleh saja, tecu akan memilih perguruan yang paling lemah untuk melancarkan rencana ini, jika dua tiga kali merasakan pukulan yang hebat, serta merta akan timbul perasaan ngeri dan bergidik dalam hati mereka, tentu akan timbul suatu perasaan bahwa apa gunanya gara-gara persoalan orang lain sehingga mengakibatkan perguruan sendiri dipunahkan orang!"

"Tapi toh bukan mesti kau yang melaksanakan perbuatan semacam ini....."

Liu Yok-siong segera tertawa lebar. "Paling cocok pekerjaan ini kulakukan, karena sekarang situasinya sudah berubah amat tegang, setiap orang telah meningkatkan kewaspadaan masing-masing, sulit buat orang lain untuk mendekati mereka, hanya tecu rasanya yang tak akan menimbulkan kecurigaan orang, disamping itu tecu toh masih mempunyai teman yang bisa melindungi tecu selama melakukan pekerjaan ini..."

"Ehmmm, kedengarannya cara ini memang lumayan juga kalau begitu lakukanlah cepat" kata Cing-cing kemudian sambil tertawa.

Liu Yok siong ikut tertawa pula. "Tapi kepandaian silat yang tecu miliki betul-betul tak becus, berapa jurus ilmu pedang yang tecu miliki tak lebih hanya permainan anak kecil, padahal orang-orang yang harus tecu hadapi adalah jago kelas satu didalam dunia persilatan?"

Dengan cepat Cing-cing memahami apa yang sedang tersimpan dalam benak lelaki itu. ia segera tertawa. "Ooh, jadi kau menginginkan agar aku mewariskan ilmu pedang kepadamu?"

"Bukan ilmu pedang, melainkan ilmu golok, ilmu golok yang bisa membelah orang menjadi dua bagian!"

"Aku tidak memiliki kepandaian sebesar itu, Ilmu golok macam begitu hanya siangkong seorang yang dapat melatihnya, bahkan aku sendiripun tak dapat!"

Buru-buru Liu Yok siong berseru: "Tecu tidak berani memohon kepandaian yang menyamai suhu, tapi paling tidak musti memiliki kepandaian seperti apa yang dimiliki Thi yan tianglo, agar orang dapat menaruh kepercayaan kepadaku!"

"Kau anggap kepandaian semacam itu dapat dilatih dalam sehari saja?"

"Meski tecu tidak becus, tapi asal sudah kupahami rahasianya, dalam tiga sampai lima hari tentu akan berhasil memperoleh suatu kemajuan, karena tecu sudah pernah mempelajari dan mendalami ilmu golok semacam itu..."

Cing cing segera tertawa terkekeh-kekeh: "Haaaah... hhaaahhhh... hasaahhh... tampaknya kau mempunyai tujuan yang amat mendalam!"

"Selama banyak tahun tecu selalu berjuang untuk maju ke depan" kata Liu Yok siong dengan wajah bersungguh-sungguh, "cuma sayang selama ini tidak kujumpai kesempatan semacam ini, sehingga terhadap setiap persoalan yang bisa membawaku ke arah kemajuan selalu kuperhatikan dengan seksama!"

Mendadak paras muka Cing-cing berubah hebat, katanya: "Tidak bisa, aku tak bisa mewariskan ilmu golok itu kepadamu, akupun tidak akan menyuruh kau berbuat apa-apa, bahkan tak dapat membiarkan tetap berada di sini, kau adalah manusia yang terlalu berbahaya, mulai sekarang kau harus tinggalkan Poan kian tong ini."

Liu Yok siong menjadi kecewa sekali, ujarnya: "Subo, tecu bertujuan untuk membaktikan diri kepadamu!"

"Aku cukup mengetahui akan kesetiaan hatimu itu" kata Cing-cing sambil tertawa.

"Itulah sebabnya sedikit banyak aku harus membicarakan juga balas jasanya kepadamu. Di bawah bukit Hui lay hong aku masih mempunyai sebuah rumah makan gedung, baiklah kuhadiahkan gedung itu untukmu, selain itu aku tahu kaupun amat menyukai kedua orang dayangku, maka sekalian kuberikan juga kepadamu!"

Dengan hati terperanjat Liu Yok siong berseru: "Kebaikan hati subo tak berani tecu terima!"

"Kau tak usah sungkan-sungkan lagi, sudah sepantasnya jika kau terima hadiah tersebut. Mulai sekarang kau tak usah mengaku sebagai murid Ting Peng lagi, lebih-lebih jangan menyebut aku sebagai subo, setiap kali mendengar panggilan itu hatiku terasa jadi muak, selain itu meski kedua orang dayangku pandai berbicara, namun rasa cemburunya amat kuat, mulai sekarang kau musti banyak menemani mereka, jangan kelewat banyak bermain cinta dengan orang lain, jangan punya kasak-kusuk dengan kaum wanita maupun kaum pria, kalau tidak mereka akan permak dirimu habis-habisan, nah pergilah sekarang!"

Dia bertepuk tangan pelan, dua gulung bayangan hitam melayang masuk ke dalam, satu di kiri yang lain di kanan segera menggusur Liu Yok siong keluar dari sana.

Bukan saja mereka mempunyai kekuatan yang luar biasa, lagi pula pandai sekali mencengkeram tubuh orang, begitu jalan darah Liu Yok siong kena dicengkeram kontan badannya menjadi lemas dan tak mampu mengerahkan tenaga lagi.
Sekarang Liu Yok siong baru tahu kalau dia telah melakukan suatu kesalahan yang amat besar, dalam anggapannya dia pintar dan hebat, siapa tahu segala sesuatunya sudah berada di dalam perhitungan Cing-cing.

Ketika digusur dari dalam ruangan ia merasakan kepalanya amat pening, dia tak tahu masih berapa hari lagi dia dapat hidup? Kini dia merasa keadaannya seperti seekor ayam yang kedua belah sayapnya sudah di pegang orang dan siap dijagal.

* * *

KETAKUTAN


CING CING sedang duduk didalam sebuah kuil San sin bio yang bobrok dan kotor. Separuh bagian dari kuil itu sudah ambruk, pada dasarnya memang tidak besar, sekarang terasa jauh lebih sempit lagi, Cuma mesti sempit tak sampai mengurangi ke angkerannya.

Bagian yang belum ambruk adalah sudut dimana ruang arca itu berada, bahkan tempat meja altar, sehingga patung dari malaikat gunung di situ pun masih utuh.

Patung yang dipuja di situ entah patung dewa mana, mukanya hijau giginya bertaring mata melotot seperti genta dan lagi memancarkan cahaya yang menggidikkan hati.

Mata patung dewa tentu saja tak bisa bersinar sendiri, melainkan terdiri dari dua buah bola kaca, bola kaca pun tak mungkin bersinar bila tiada pantulan cahaya api dari arah lain, oleh sebab itu jika ditempat lain memancar cahaya api dan api itu memantul ke atas bola kaca, jadilah patung arca itu bermata tajam.

Bola kaca itu berbentuk bulat, Separuh tertanam di dalam kelopak mata sedang bagian lain menonjol keluar sehingga berbentuk separuh bulatan, oleh karena itu cahaya yang dapat terserap sangat luas, meski cahaya api itu tak ditangkap orang, namun bola mata itu masih tetap bersinar.

Bola kaca itu benar-benar merupakan sepasang bola mata yang aneh, sayang tertanam dibalik kuil San-sin-bio yang sudah ambruk, kuil itupun terletak jauh di atas bukit sehingga tiada pengemis yang mau berdiam di sana, tapi anehnya meski pintu kuil sudah rusak dan copot diambil para penggembala sebagai bahan kayu bakar, mengapa sepasang bola kaca itu tak dicukil orang?

Ada orang pernah berbuat demikian Ong Siau-jit seorang penggembala sapi merasa bola kaca itu sangat menarik, maka secara diam-diam ia mengoreknya keluar, malah salah satu diantaranya dijual kepada seorang bocah dari keluarga Li di dusun yang sama dengan harga sepuluh uang...

Sambil membolak balikkan kaca yang lain mereka bermain sampai senja sebelum akhirnya pulang untuk tidur, tapi begitu malam tiba, mereka bersama-sama mendapatkan suatu impian yang amat mengerikan.

Dalam mimpinya mereka saksikan patung dewa gunung itu dengan matanya yang kosong datang mencari mereka serta minta kembali sepasang biji matanya yang mereka cungkil.

Ketika sadar dari mimpi, kedua orang itu mulai demam, suhu badannya semakin meninggi, asalkan dalam keadaan tak sadar mereka berteriak terus tiada hentinya.

"Kembalikan biji mataku, kembalikan biji mataku!"

Tentu saja peristiwa ini segera mengejutkan orang tuanya, dari mulut bocah itu akhirnya berhasil diketahui apa gerangan yang sebenarnya telah terjadi, buru-buru mereka mengembalikan kedua bola kaca itu ke atas gunung, bahkan menyiapkan kepala babi dan sam-seng (tiga macam binatang) untuk bersembahyang di dalam kuil serta minta maaf bagi anak mereka yang bersalah.

Bahkan keluarga Li berjanji akan membangun kembali kuil tersebut serta membetulkan patung arcanya, ketika kembali ke rumah, Ong Siau jit si penggembala sapi telah sembuh, sebaliknya putra keluarga Li masih mengigau tiada hentinya.

Berbicara soal dosa, Ong Siau-jit lah biang keladinya, tapi mengapa putra keluarga Li belum sembuh, sebaliknya Ong Siau jit telah sembuh kembali?

Malam itu Li Tay cuang, ayah si bocah yang sakit mendapat suatu impian, di dalam mimpinya dia seperti mendengar ada malaikat berkata kepadanya:

"Kami suka akan ketenangan, tidak senang diganggu orang biasa, kau tak usah membangun kuil kami, tak usah membetulkan patungku, asal mulai sekarang tidak mengganggu ketenangan kami lagi, akan kulepaskan putramu itu!"

Buru-buru Li Tay cuang membubarkan para pekerja yang telah dihimpun itu, anehnya putranyapun segera sembuh kembali.

Sejak terjadinya peristiwa itu, apalagi malaikat gunungpun telah mengutarakan pesannya, maka tak ada orang yang berani kesana lagi, bahkan para penggembala sapipun selalu menghindari tempat itu. Sejak itulah, kuil San sin bio menjadi tempat terlarang, di siang hari tak ada yang berani kesana, apalagi kalau malam sudah tiba.

Tempat itupun menjadi dunianya kaum rase dan setan. Cing-cing adalah rase, maka dia tidak takut, ia berani datang ke tempat itu. Justru karena dia adalah rase, maka sewaktu ia ke sana tak ada yang melihat, apa yang dilakukan di sanapun tak ada yang tahu.

Konon bila rase sudah menyelesaikan semedinya sehingga berwujud manusia, selain berhubungan dengan manusia, dia hanya akan melakukan dengan sesama jenisnya.

Cing cing datang ke tempat yang terpencil dan jauh dari keramaian manusia sudah barang tentu dia hendak berhubungan dengan sesama jenisnya... rase.

Tapi, mengapa yang datang justru patung dewa gunung? Sekalipun tiada cahaya rembulan, meski bintang amat redup, namun masih tertampak jelas raut wajah yang jelas, yang datang memang benar-benar adalah patung dari dewa gunung. Tidak, yang bisa dikatakan adalah kekuatan gaib dari dewa itulah yang datang, bukan patungnya.

Sebab patung tersebut masih tetap berada di atas altar, sedangkan suara dari malaikat itu tiba-tiba saja berkumandang dari luar kuil, dari suatu tempat yang tidak diketahui arahnya.

Muncullah sesosok tubuh yang tinggi besar, bentuknya tak jauh berbeda dengan bentuk patung tersebut, diapun mengenakan pakaian perang, bermuka hijau, bergigi taring dan matanya memancarkan cahaya kehijau-hijauan.

Tapi langkah kakinya justru enteng seperti langkah seekor kucing, kecuali pakaian perangnya yang berdenting bila tanpa sengaja terhembus angin boleh dibilang sama sekali tak terdengar suara apapun.

Dia datang kehadapan Cing-cing lalu membungkukkan badannya sambil menyapa, "Menjumpai tuan putri!"

Cing-cing adalah rase, rase yang berwujud manusia, mengapa dia bisa menjadi seorang tuan putri? Jangan-jangan dialam kaum rasepun terdapat suatu kerajaan? Dan panglima gunung inipun jelmaan dari rase.

Cing-cing mengangguk, jelas dia mengakui akan sebutan tersebut bahkan menunjukkan pula hubungan diantara mereka berdua.

""Baik-baikkah kau Yu Ciangkun (panglima kanan), maaf, terpaksa aku mesti melepaskan tanda rahasia sehingga kau harus jauh-jauh datang kemari, tapi, mengapa kau masih berdandan seperti ini?"

"Ketika kebetulan pun ciang (aku) berada di sini, aku telah melakukan sesuatu permainan yang menyebabkan penduduk di sekitar tempat ini mempercayainya sekali, sekarang terpaksa aku masih berdandan seperti ini, agar bila ketahuan jejaknya masih bisa membuktikan kebenaran akan berita yang tersiar sekarang"

"Cara ini kurang baik, paling banter hanya bisa membohongi penduduk kampung yang bodoh saja, bila sampai bertemu dengan orang persilatan, mereka tak akan percaya dengan segala tahayul, hal ini justru malah akan menimbulkan kecurigaan mereka!"

"Aku pun telah mempertimbangkannya sampai ke situ, untung saja kuil ini memang sudah ada sedari dulu, aku hanya menggunakan cara ini untuk mengadakan kontak saja dengan tempat luar. Tiada maksud lainnya lagi, sekalipun mereka lakukan penggeledahan ke tempat ini juga tak akan menemukan apa-apa!"

"Kalau sampai begitu, mereka akan terus menerus melakukan pemeriksaan dengan seksama!"

"Aku bisa bertindak dengan sangat berhati-hati, setengah bulan berselang suatu ketika ada tiga orang murid Hoa san yang berdiam selama lima enam hari di sini, akhirnya mereka tidak menemukan apa-apa dan pulang dengan tangan hampa"

"Kalau memang begitu tak mengapa, aku hanya kuatir mereka sampai mengejarmu dan menemukan gua kita!"

"Tentang soal ini, tuan putri tak usah kuatir, yang lain aku tak berani bilang, tapi, kalau soal ilmu meringankan tubuh, serta kecepatan lari, di dunia ini masih belum ada orang kedua yang dapat menandingi diriku!"

"Jangan tekebur, di luar langit masih ada langit, di atas manusia masih ada manusia lain!"

"Nasehat tuan putri akan selalu kuingat, cuma setiap kali aku tinggalkan gua selalu melingkar dulu kian kemari bahkan menyeberangi dulu ladang ilalang, menyeberangi sungai sebelum datang kemari, andaikata benar-benar ada orang menguntilku, mereka pasti akan mengejutkan kawanan anjing ditengah padang ilalang, oleh karena itu, terhadap keamanan masuk keluar gua, aku selalu bertindak hati-hati"

"Bagus sekali, aku tahu akan kesulitanmu, selama banyak tahun inipun kalian setia kepada kami!"

"Perkataan tuan putri kelewat serius, aku hanya merasa menyesal saja"

"Panglima kanan, kesetiaan kalian sudah cukup kupercayai, cuma keadaan belakangan ini kurang begitu baik"

Panglima bukit itu tampak agak marah. "Kesemuanya ini tak lain adalah akibat pengacauan dari budak berbaju emas itu, bila aku sampai bertemu lagi dengannya di kemudian hari, pasti tak akan ku ampuni dirinya dengan begitu saja!"

Cing-cing segera menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya. "Si jubah emas hanya mengincar tempat kedudukan, ia tak sampai bersekongkol dengan orang luar dan membocorkan rahasia kita, tapi Thi yan sepasang suami istri telah munculkan diri!"

"Dua orang budak sialan yang pantas untuk mampus, sepantasnya tuan putri membunuh mereka"

"Aku tak bisa melakukannya, aku merasa kurang leluasa untuk munculkan diri hingga sekarang belum ada yang mengetahui tentang diriku, lagi pula merekapun tidak menemukan keuntungan apa-apa di ujung golok Hu-ma (menantu) sepasang pergelangan tangannya telah kutung, tapi dalam saku mereka justru mempunyai lencana besi pengampunan dari kematian yang dibuat oleh lima partai besar bersama Sin kiam san-ceng..."

Si panglima gunung itu semakin gusar lagi. "Sudah pasti mereka bersekongkol dengan lima partai besar, sejak dulu aku sudah menduga kalau dibalik mereka berdua ada sesuatu yang tidak beres, sekarang hal itu menjadi kenyataan"

"Yaa, hal itu jelas tak bisa diragukan lagi, kalau tidak darimana mereka berdua bisa mendapatkan lencana besi pengampunan dari kematian....?"

"Lencana itu hanya bisa digunakan satu kali, lain kali mereka tak bisa mengandalkan benda itu lagi"

"Tidak bisa, sekarang belum boleh mengusik mereka, sebab mereka telah berada bersama-sama lima orang ciangbunjin dari lima partai besar....."

Panglima gunung itu makin terkejut. "Ciangbunjin dari lima partai besar kembali bergabung? Kenapa?"

"Untuk menghadapi bulan sabit ditangan Hu ma, sekarang mereka sudah mengetahui bait syair diatasnya!"

"Siau lo it ya teng cun hi?"

"Benar, waktu itu tidak seharusnya ke tujuh bait kata itu dicantumkan di atas golok!"

"Tulisan itu mempunyai hubungan dengan suatu cerita yang pantas dikenang, bila tuan putri sudah memegang tampuk pimpinan lain waktu, akan kau pahami dengan sendirinya!"

Cing-cing menghela napas panjang: "Aaai....aku tak ingin menjabat kedudukan itu, apalagi kemampuanku terbatas dan tidak mampu melatih jurus golok sakti tersebut!"

"Hu ma telah berhasil melatihnya?"

"Betul, dia mempunyai bakat yang sangat bagus, bukan cuma berhasil menguasahi ilmu tersebut, bahkan kedahsyatannya tidak berada di bawah kehebatan yaya dimasa lalu!"

"Kalau begitu dia sudah bisa beradu kepandaian dengan pedang sakti dari Cia Siau hong?"

"Entahlah, sekarang dia sedang mencari Cia Siau hong untuk berduel, Cuma aku tidak menguatirkan menang kalahnya, "Cia Siau hong tak pernah mempunyai ganjalan hati dengan kami, yang kukuatirkan justru adalah orang-orang dari lima partai besar"

"Kalau tiada Cia Siau hong yang menunjang punggung mereka, lima partai besar tak perlu dikuatirkan."

Cing-Cing segera menghela napas panjang. "Perkampungan Sin kiam san-ceng mempunyai kewajiban yang sangat besar terhadap keselamatan dunia persilatan, bilamana perlu mungkin dia toh tetap akan munculkan diri juga"

Dua orang itu termenung sejenak, kemudian Cing-cing bertanya lagi: "Yaya dan nenek baik semua"

"Sampai kini masih berada dalam keadaan baik" cuma keadaan Tay-kong tidak seperti dulu, bagaimanapun mereka sudah tua, ketuaan adalah musuh terbesar dari manusia, sebab itu semua harapan tay-kong telah dicurahkan ke tubuh tuan putri seorang"

"Aku... mungkin akan membuat mereka kecewa, aku sungguh tak becus untuk berbuat apa-apa"

"Tapi Hu-ma toh bisa, setelah dia berhasil melatih jurus golok sakti tersebut, dialah harapan kami, bila golok sakti sudah muncul, tiada tandingannya di kolong langit...!"

Apakah siluman rasepun berambisi untuk menguasahi seluruh kolong langit?

Kembali mereka berdua tercekam dalam keheningan. Akhirnya Cing-cing memecahkan keheningan lebih dulu.

"Yang hendak kuberitahukan kepadamu adalah semuanya itu, besok pada saat yang sama aku akan datang lagi untuk mendengar jawaban, aku ingin melihat apa petunjuk yaya"

"Tak usah menunggu sampai besok, mungkin tempat ini sudah memancing perhatian orang lain, jelas tak bisa digunakan lagi, sepanjang perjalanan tadi aku sudah menumpas dua orang!"

Suara itu berkumandang dari belakang punggung patung dewa gunung tersebut. Entah sedari kapan, tahu-tahu di dalam ruangan kuil tersebut telah muncul seorang kakek berbaju hitam.

Cing-cing dan panglima bukit itu segera menjatuhkan diri berlutut, terhadap kemunculan si kakek yang sangat mendadak itu, mereka berdua sedikitpun tidak merasa tercengang atau kaget.

Seandainya Cing-Cing adalah seekor rase, sudah barang tentu kakeknya adalah siluman rase yang telah berwujud manusia. Bila latihan sudah berlangsung beberapa waktu, seorang manusia pun bisa menjadi dewa, apalagi siluman rase. Apa pula arti dari kemunculan yang secara tiba-tiba itu?

"Yaya!"

"Tay kong!"

Sebutan yang tak sama namun dengan nada menghormat yang sama sekali tidak jauh berbeda.

Kakek itu segera mengulapkan tangannya sambil tertawa. "Bangun, bangun, Cing-cing, kau sudah hidup sekian lama di alam semesta, bagaimana perasaanmu tentang alam semesta?"

RAHASIA SILUMAN RASE


CING-CING bangun berdiri di atas tanah, dia masih berdiri dikejauhan dengan kepala tertunduk, sikapnya sedikitpun tidak mirip dengan sikap seseorang cucu yang berjumpa dengan kakeknya. Mungkinkah peraturan yang berlaku dialam rase jauh lebih ketat daripada peraturan di alam semesta!

Suara jawaban Cing-cing amat lirih. "Meski cucu hidup dialam semesta, namun tak jauh berbeda dengan hidup ditengah gunung"

Kakek itu manggut-manggut dan tertawa. "Hal inipun bagus sekali, asal kau tidak menampakkan diri, tentu tak akan menarik perhatian orang, lagi pula dapat memberi kesan misterius dan rahasia bagi yang memandang, bagaimana sikap Ting Peng si bocah muda itu kepadamu"

"Baik sekali, dia amat menyayangi cucunda dan selalu setia, cuma sekarang dia berubah lebih takabur, lebih serius dan berambisi besar, tidak seperti dulu hambar terhadap segala-galanya."

Kakek itu nampak sangat gembira. "Bagus sekali, itulah yang kuharapkan selama ini, bocah itu punya ambisi, punya kegagahan dan berbakat bagus, itulah sebabnya kusuruh orang untuk membantu segala keperluanmu, apa saja yang dia inginkan aku dapat memuaskannya, lambat laun diapun akan menjadi orang yang ternama di dalam dunia persilatan."

"Tapi yaya... dia... "Cing-cing nampak sangat tidak senang.

Dengan sorot matanya yang tajam, kakek itu memandang sekejap ke arahnya, lalu berkata. "Cing-cing dia toh pilihanmu sendiri, aku tak pernah memaksamu untuk berbuat sesuatupun, tak pernah menganjurkan kepadanya untuk berbuat sesuatu, bila dia selalu bersikap hambar dan hidup menyepi di atas gunung, sudah barang tentu aku tak akan mengganggu kalian, tapi malah dia sendiri yang sedang merangkak ke atas, sedang aku pun tak dapat melarang dirinya, betulkah ucapanku ini?"

Cing-cing tak bisa berkata apa-apa lagi kecuali mengiakan, namun suara itupun sedemikian rendahnya hingga cuma dia seorang yang mendengar.

Sekali lagi kakek itu berkata: "Apa yang kau sampaikan kepada A-kong sudah kuketahui, kini perubahan situasinya sangat bagus dan cocok dengan jalan perkiraanku, mungkin saat untuk bangkit kembali telah tiba"

"Yaya, apakah kau berencana untuk menyerahkan tampuk pimpinan dalam perguruan kita kepada Ting Peng?"

"Bocah itu adalah seorang yang berbakat bagus, sewaktu dia memotong tangan Siang yan dengan goloknya tempo hari, pengerahan tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat kesempurnaan seperti masa muda dulu, aku tak sanggup melebihi kemampuannya, mungkin dengan serangan golok tersebut aku bisa membunuh kedua orang penghianat tersebut, tapi jelas aku tak mampu memotong sepasang tangan mereka, kini dia dapat menggunakan tenaganya sesuai dengan apa yang dikehendakinya, bila dilatih lebih jauh tak lama kemudian ia sudah dapat mengalahkan Cia Siau-hong...."

"Yaya, maksudmu saat ini dia masih belum sanggup untuk menghadapi Cia Siau-hong?" Cing-cing bertanya dengan cemas.

"Yaa, masih belum sanggup, ilmu pedang dari Cia Siau-hong sudah menguasai seluruh jagad, kemampuannya bukan suatu kebetulan saja, apalagi belakangan ini dia selalu menutup diri dan tidak mencampuri urusan orang lain, kesempurnaan ilmu pedangnya sudah mencapai suatu taraf yang luar biasa sekali, aku percaya sekalipun Yan Cap sa menggunakan jurus pedangnya yang lihay dan sudah pasti tak dapat berbuat apa-apa atas dirinya."

"Ting Peng masih belum mampu mencapai taraf tersebut, bila berlatih sepuluh tahun lagi, mungkin saja dalam hal ketenangan ia sudah mencapai taraf yang dibutuhkan!"

"Tapi Ting Peng telah pergi mencari Cia Siau-hong untuk berduel!"

"Aku tahu, jangan kau anggap aku hidup terasing didalam gua lantas tak kuketahui persoalan di dunia, gerak gerik kalian cukup kuketahui dengan jelas!"

"Mengapa yaya tidak berusaha untuk menghalanginya?"

"Mengapa aku harus menghalanginya, penampilan dari Ting Peng sepanjang jalan justru sedang memupuk ambisinya, inilah penampilannya yang setingkat jauh lebih mendalam, atas semua penampilan dari bocah muda itu, aku merasa puas sekali!"

Dia memang benar-benar merasa amat puas, Cing-cing dapat mendengar hal itu dari suaranya, sedang si panglima bukit jauh lebih memahami lagi maknanya. Sudah banyak tahun dia mengikuti majikan tuanya, selama ini belum pernah ia mendengar majikannya ini begitu memuji seseorang. Oleh sebab itu si panglima gunung pun menunjukkan rasa gembira yang tak kalah dengan majikannya, dia lantas berseru:

"Tay kong. kalau begitu kita sudah dapat menampilkan diri!"

"Yaa, sudah benar. Kita sudah dapat menampilkan diri, kita tak usah bersembunyi lagi ditengah gunung, tak usah tidur ketakutan seperti rase liar yang takut ditemukan pemburu, sekarang kita dapat menampakkan diri secara terang-terangan dan berada di atas semua orang."

Setelah menghela napas, dengan sedih dia menambahkan: "Cuma, saat-saat semacam ini mungkin tak akan sempat kusaksikan lagi, tapi kalian semua dapat menyaksikannya, paling banter sepuluh tahun lagi, sepuluh tahun kemudian dia sudah menjadi seorang jago yang tiada taranya di dunia ini, jauh lebih lihay daripada Cia Siau hong, golok bulan sabit pun akan memancarkan cahaya ke seluruh penjuru dunia"

Diam-diam Cing-cing melelehkan air matanya. Sorot mata si kakek sangat tajam, setiap gerik gerik dari Cing-cing tak ada yang bisa mengelabuinya, maka suaranya berubah menjadi lembut sekali:

"Cing-cing, apakah kau tidak merasa senang akan hal ini?"

"Cing-ji tidak berani!" buru-buru Cing-cing menyeka air matanya.

"Lantas apa sebabnya kau mengucurkan air mata? Kau toh tahu, kita tak terbiasa mengucurkan air mata, dalam kehidupan kita ini hanya boleh mengucurkan air mata satu kali!"

"Yaa, yaya, Cing-ji tahu!"

"Kesempatanmu itu sudah kau pergunakan untuk Ting Peng, sekarang kau sudah tak berhak lagi untuk melelehkan air mata!"

"Cing ji menyesal, Cing ji tak cukup tabah!"

"Melelehkan air mata merupakan penampilan dari kaum lemah, dalam perguruan kita tiada kaum lemah, kitapun bukan manusia yang membunuh perasaan serta watak sendiri, tetapi disaat yang paling indahlah air muka yang bercucuran baru dianggap sebagai sesuatu yang mulia, lagi pula hanya manusia yang tahu perasaan yang dapat menjadi anggota perguruan kita, mengertikah kau?"

"Cing-ji mengerti!"

Kakek itu segera menghela napas panjang, matanya berubah menjadi lebih lembut: "Aku mengerti akan perasaanmu, sekarang kau sedang melelehkan air mata bagi perubahan diri Ting Peng, kau takut karena masalah ini berakibat dengan kehilangan dia!"

Kakek itu memang lihay, diapun pandai menebak isi hati orang lain, sekali tebak isi hati orang segera terbongkar. Cing-cing menundukkan kepalanya dan berbisik lirih: "Cing ji memang menguatirkan hal ini!"

Kakek itu segera tertawa ramah. "Kesemuanya ini hanya kekuatiranmu belaka, andaikata Ting Peng tidak berubah, kemungkinan besar dia akan meninggalkan dirimu suatu ketika tapi semakin banyak dia berubah, semakin dekat pula hubungannya dengan kita, hanya dalam keadaan seperti inilah dia tak akan meninggalkan dirimu lagi, apalagi setelah masuk menjadi anggota perguruan kita, dia tak mungkin bisa berhubungan lagi dengan orang luar, dia akan menjadi milikmu untuk selamanya, seperti juga nenekmu, dimasa mudanya dulu kau tak akan menyangka kalau dia bisa mendampingi diriku terus, tapi sekarang ia telah berubah menjadi begitu tulus hati dan setia kepadaku"

"Yaya", sambil memberanikan diri Cing-cing berkata, "Cing-ji merasa agak menguatirkan diri Ting Peng, perubahannya itu mungkin hanya bersifat sementara, tapi di kemudian hari mungkin saja dia akan berubah jauh di luar dugaanmu semula!"

"Hal ini bukan mustahil bisa terjadi" kakek itu tertawa. "sekalipun gerak geriknya agak latah, namun watak yang sesungguhnya baik dan berbudi, jika dia semakin mendekati sasarannya, bisa jadi dia akan menentang pendirian kita"

"Yaya, kau pun dapat menduga akan hal ini?" Cing-cing bertanya keheranan.

"Yayamu sudah banyak makan asam garam, pengalamanku terhadap watak manusia mungkin jauh lebih mendalam daripada siapa pun juga, masa hal itu tak dapat kuketahui? Cuma aku tidak kuatir, aku mempunyai sebuah cara yang bagus untuk menanggulangi hal itu!"

"Apa caramu? Apakah mengurungnya di tempat yang terpencil, agar dia putus hubungannya sama sekali dengan dunia luar?"

"Kau maksudkan dengan orang-orang dari lima partai besar?"

"Benar, mereka telah memusuhi diri kita!"

"Tidak, kau keliru, aku justru menghendaki mereka berhubungan makin akrab!"

"Mereka dapat menceritakan segala hal ikhwal tentang diri kita di masa lalu kepada Ting Peng dan menganjurkan kepada Ting Peng untuk meninggalkan kita"

"Hal ini sudah pasti akan terjadi, aku justru menghendaki mereka berbuat demikian!"

"Tapi... bukankah hal ini malah akan memisahkan Ting Peng dengan kita makin jauh?"

Kakek itu segera tertawa...
Selanjutnya,
Golok Bulan Sabit Jilid 12

Golok Bulan Sabit Jilid 11

Golok Bulan Sabit Jilid 11
Karya : Khu Lung
Penyadur : Tjan ID

Cerita silat Mandarin Karya Khu Lung
MENCORONG sinar terang dari balik mata Liu Yok siong, serunya kemudian dengan cepat. "Kalau begitu malam nanti saja aku baru datang lagi!"

"Tunggu sebentar" cepat Ciu Gwat berseru, "apakah dia bersedia menjumpaimu atau tidak masih belum tentu, tapi yang pasti orang yang dibutuhkan untuk menemaninya berbincang-bincang bukan kau!"

Liu Yok siong sama sekali acuh terhadap perkataan itu, ujarnya cepat-cepat. "Oooh, itu sih tak menjadi soal, aku hanya ingin menunjukkan rasa baktiku saja, hari ini tidak bertemu, besok aku akan datang lagi, besok tidak bertemu toh masih ada lusa, sekeras-kerasnya emas toh akhirnya meleleh juga."

"Hmm... emas akan meleleh? Jika pintu gedung tidak dibuka, masa kau dapat berjumpa dengannya? kata Cun hoa sambil tertawa dingin, setiap kali tiba saatnya untuk menikmati rembulan, dia selalu menyuruh kami untuk menutup rapat-rapat semua pintu gedung, oleh karena itu jika kau ingin masuk kemari, kalian yang akan membukakan pintu bagi dirimu "

"Kalau begitu aku mesti merepotkan kalian berdua!"

"Itupun tak mungkin" kata Ciu Gwat pula sambil tertawa: "kami harus menemaninya, tak sempat untuk membuka kan pintu bagimu, kalau kau mengetuk pintu, dia segera akan kembali ke loteng, karena dia pernah berkata tidak terlalu suka menjumpaimu, bila kau datang, ia suruh kami menghalangi jalan pergimu!"

Liu Yok-siong merasa agak kecewa setelah mendengar perkataan itu, katanya kemudian: "Kalau begitu, tunggu saja sampai lain kali!"

"Liu toaya" tiba-tiba Ciu Gwat berkata sambil tertawa licik, "bila kau bermaksud untuk masuk tidak melewati pintu depan tapi dengan melompati pagar pekarangan maka pendapatmu itu keliru besar, Sau hujin orangnya amat disiplin dan memegang teguh peraturan, betul setelah lewat tengah malam gedung ini tak ada yang menjaga. tapi penjagaan sebenarnya amat ketat, dari dua hari berselang ada orang yang masuk kemari secara diam-diam tapi akhirnya entah mengapa dia kena terjebak dan mampus di bawah pohon sana. Yang tertinggal cuma setumpuk pakaiannya, bahkan tulang belulangnya pun turut punah, konon dia bernama Hui thian ci cu (laba-laba terbang) seorang penyamun tersohor di dunia!"

Paras muka Liu Yok siong segera berubah hebat. "Lay bu im, Ki bu tiong (datang tanpa bayangan, pergi tanpa jejak) Hui-thian Ci-cu merupakan penyamun kenamaan yang belum pernah gagal didalam melakukan operasinya?"

"Kalau dibilang sewaktu datang tanpa bayangan itu memang betul" kata Cun Hoa sambil tertawa cerah" tapi kalau dibilang pergi tanpa jejak entahlah, sebab dia telah berubah menjadi segumpal air di bawah pohon mawar sana!"

Sekujur badan Liu Yok siong gemetar keras, peluh dingin jatuh bercucuran membasahi punggungnya, bulu kuduk pada bangun berdiri semua tanpa terasa.

Sementara itu Ciu Gwat turut tertawa, tertawanya tidak mirip bulan yang sedang purnama. Kalau rembulan itu dingin dan kaku, maka dia panas dan lembut.

"Hanya ada satu cara bila kau ingin masuk menjumpai sau hujin" demikian dia berkata, "yaitu suruh salah seorang dari kami berdua untuk membukakan pintu bagimu, kemudian membawamu pergi ke hadapannya. Perbuatan kami ini mungkin saja akan mendapat dampratan, tapi paling tidak kau toh bisa juga berjumpa dengannya."

Liu Yok siong bukan seorang yang tolol, buru-buru dia menjura dalam-dalam seraya berkata: "Kalau begitu, harap enci berdua bersedia membantuku!"

"Tak usah sungkan-sungkan dan tak usah banyak adat"

kata Cun Hoa sambil tertawa, "kami berdua adalah orang yang paling gampang diajak berunding, asal...

.... Halaman 7 s/d 10 hilang ....

Dengan sangat berhati-hati dia merawat dirinya selama beberapa hari, bahkan dia malah pergi mencari seorang penjahat pemetik bunga kenalannya untuk meminta sedikit obat kuat untuk bercinta.

Setelah mengeluarkan peluh sebesar kacang kedelai, akhirnya dengan susah payah dia berhasil menaklukan kedua ekor harimau kelaparan itu, setelah dua orang gadis genit itu dibuat tersengkal-sengkal kehabisan daya, akhirnya merekapun mengaturkan suatu pertemuan begini untuk berjumpa dengan Cing cing.

Malam itu sedang purnama. Cing-cing sedang bersandar di pagar gardu sambil memandang rembulan dengan termangu, tampaknya dia sedang memikirkan persoalan dalam hatinya.

Liu Yok siong membereskan pakaiannya lalu dengan hormat sekali berjalan menghampirinya. Walaupun matanya berkunang-kunang, langkahnya juga gontai tak bertenaga namun tetap melangkah maju.

Obat kuat untuk bermain cinta yang diperolehnya dari Jay hoa cat tersebut benar-benar tangguh, meski dapat membuatnya kuat bagaikan malaikat, namun cukup besar merugikan kekuatan badannya. Tapi dia tak ambil perduli, dia tahu asal bisa mendekati majikan perempuannya, maka dia akan melangkah menuju kesuksesan.

Cing cing memandang sekejap ke arahnya, tanpa emosi tegurnya: "Kau ada urusan apa datang kemari?"

"Tecu khusus datang untuk menyambangi subo!"

Cing cing berkerut kening, lalu dengan wajah muak katanya: "Aku baik sekali, tak usah kau sambangi diriku."

Jawaban itu sama sekali tidak di luar dugaan Lui Yok siong, dia tahu bila sedang mulai melangkah, janganlah terlalu cepat merebut simpatik dari Cing-cing, sebab hal ini akan menggagalkan rencananya. Maka dengan suara tetap merendah, katanya:

"Selain itu, tecu juga khusus datang kemari untuk melaporkan sekitar suhu kepada subo!"

"Soal ini tak usah kau terangkan, aku sudah mengetahui amat jelas..."

"Tapi subo tak pernah keluar rumah..."

"Aku mempunyai caraku sendiri" tukas Cing cing, "sedang bagaimanakah caraku itu, aku rasa tak usah menerangkannya secara terperinci kepadamu!"

"Be... benar..." sahut Liu Yok siong munduk-munduk, "Cuma berita yang subo terima hanya berita dari luaran sana, berita itu tak akan secermat berita yang tecu peroleh!"

"Aku tidak percaya kalau beritamu itu jauh lebih nyata daripada berita yang kuperoleh!"

Liu Yok siong segera tertawa licik, sahutnya: "Bila subo tidak percaya, biarlah tecu utarakan lebih dulu, kemudian baru dicocokkan dengan apa yang subo peroleh, saat itulah subo akan tahu kalau perkataanku tidak bohong!"

Cing-cing agak sangsi sebentar, kemudian baru katanya: "Baiklah, coba kau katakan!"

Dengan bangga sekali Liu Yok siong berkata: "Sepanjang perjalanan suhu selama ini, setiap hari hanya seratus li yang ditempuh, dimana ia berhenti, suatu peristiwa yang menggemparkan pasti akan berlangsung!"

"Aku tahu, tujuannya memang untuk menarik perhatian orang!" kata Cing-cing dengan kening berkerut.

"Suhu pernah menyelenggarakan suatu pesta perjamuan di suatu rumah makan yang besar dan mengundang seluruh pendekar perempuan yang ada dalam dunia persilatan. Termasuk juga mereka yang sudah menikah, tapi suami dan kekasih mereka justru diusir dari dalam ruangan."

"Itu mah tak menjadi soal" ternyata Cing cing malah tertawa, paling tidak dia toh tidak mengundang secara paksa, sedang perempuan-perempuan itupun bersedia datang sendiri, malah suami atau kekasih mereka tidak keberatan!"

"Menjelang berakhirnya itu, suhu telah menahan dua belas orang diantaranya yang termuda untuk menemaninya berbincang-bincang sampai tengah malam!"

"Dia pasti mempunyai tujuan tertentu, cuma aku tahu diapun tidak menahan secara paksa, yang ditahanpun tidak menunjukkan perasaan tak senang, malahan mereka yang tidak termasuk ditahan justru merasa tak senang hati, merasa kehilangan muka!

"Tapi diantara dua belas orang itu ada lima diantaranya telah bersuami dan tiga diantaranya sudah tunangan!"

Cing cing segera tertawa lebar, katanya: "Nyatanya suami mereka atau kekasih mereka sedikitpun tidak merasa tak tenteram atau cemburu karena kejadian itu, mereka merasa girang dan turut berbangga hati, yang dimaksudkan sebagai jagoan kalangan lurus kebanyakan memang mengandalkan sebuah bibirnya yang tajam untuk mewujudkan suatu tujuannya, sekalipun dia suruh sendiri menemani orang lain tidurpun, bagi mereka kejadian tersebut adalah lumrah!"

Merah padam selembar wajah Lui Yok siong lantaran jengah, dia merasa mukanya bagaikan di tampar keras-keras. Ucapan tersebut benar-benar mengena dalam hatinya, mengorek borok dalam hatinya. Walaupun Cing cing tidak menuding secara langsung, namun yang dibicarakan memang dia.

Untuk mendapat jurus Pedang Thian gwa liu seng (bintang luncur di luar langit) dia tak segan-segan menyuruh bininya Chin Ko cing dengan merubah namanya menjadi Ko siau (menggelikan) untuk merencanakan suatu perangkap licin.

Akhirnya meskipun dia berhasil mendapatkan jurus pedang itu, namun dia kehilangan lebih banyak. Bahkan ia memberi kesempatan buat Ting Peng untuk maju dengan pesat serta memberi pembalasan yang telak dan memedihkan hati.

Bila teringat akan kesemuanya itu, Liu Yok siong betul-betul amat membenci terhadap diri sendiri, kalau bisa, dia ingin menggaplok mulut sendiri keras-keras. Dia bukan menyesal atas semua perbuatan yang telah dilakukannya.

Melainkan membenci kepada diri sendiri yang begitu jelek, begitu tak beruntung, merasa ini mengapa semua penemuan aneh yang dialami Ting Peng, tidak dialami pula oleh dirinya sendiri.

Masih untung Ting Peng tidak berjaga-jaga disamping Cing-cing, bahkan meninggalkannya seorang diri untuk mencari nama di tempat luaran. Ia telah meninggalkan suatu kesempatan sangat baik yang sukar dijumpai lagi di masa mendatang kepadanya. Bila ia tak baik-baik manfaatkan kesempatan ini, maka pada hakekatnya dia lebih bodoh daripada seekor anjing gombal. Oleh karena itu, ia tidak segera melepas kan usahanya dengan begitu saja, katanya sambil tertawa.

"Kini, suhu sudah merupakan seorang manusia yang amat tenar, amat tersohor di seluruh dunia, bila dia musti merusak nama baik yang diperolehnya dengan susah payah, jelas perbuatannya ini merupakan suatu perbuatan yang tidak cerdik...."

"Urusannya tak usah kau maupun aku kuatir kan" tukas Cing-cing sambil tertawa, dia adalah seorang lelaki dewasa, ia tahu perbuatan yang boleh dilakukan dan mana yang tidak"

"Tapi dengan perbuatannya, jelas dia telah berhianat kepada subo."

Tiba-tiba Cing-Cing menarik muka, kemudian dampratnya dengan suara sedingin es! "Hmmm, ucapan seperti inipun pantas kau ucapkan?!"

"Oooh, tecu hanya merasa tidak puas buat subo!" buru-buru Liu Yok siong menerangkan.

"Tapi aku percaya... percaya seratus persen kepadanya!" Ucapan itu segera membungkamkan mulut Liu Yok siong. Kembali Cing-cing berkata.

"Andaikata apa yang kau ketahui cuma begini saja lebih baik kau tak usah katakan lagi!"

"Kau masih mendapat kabar yang mengatakan bahwa Ciangbunjin dari lima partai besar telah dibuat gempar kejadian ini, sekarang mereka berada dalam perjalanan menuju ke perkampungan Sin kiam san-ceng.

"Berita inipun bukan terhitung berita baru" Cing-cing kembali tertawa lirih, bila ada orang berani menantang Cia Siau hong untuk berduel sudah pasti peristiwa besar ini akan menggemparkan semua orang, mereka tentu akan berbondong-bondong berangkat ke sana untuk melihat keramaian."

"Mereka bukan pergi ke sana untuk menonton keramaian!"

"Oooh... apa kerja mereka ke sana? Toh mustahil akan pergi membantu Cia Siau hong bukan?"

Liu Yok siong segera tertawa. "Cia Siau hong tak akan minta bantuan orang lain, bila pedangnya tak mampu mengalahkan golok suhu, siapapun tak dapat membantunya lagi, justru mereka memburu ke sana untuk menghalangi terjadinya pertarungan itu...!"

"Itu mah bagus sekali" sekali lagi Cing-cing tertawa, "Lebih baik lagi jika mereka dapat menghalanginya, pertarungan semacam ini memang sama sekali tiada artinya, Cuma... aku cukup memahami watak Ting Peng, mungkin usaha mereka untuk mencegah terjadinya pertarungan itu tak bakal berhasil"

Liu Yok siong segera tertawa. "Menurut apa yang tecu ketahui, tampaknya mereka mempunyai keyakinan yang amat besar, sebab mereka diundang datang oleh Thi yan-siang-hui (walet baja terbang bersama)."

Paras muka Cing-cing segera berubah hebat, serunya dengan cepat: "Mana Mungkin mereka bisa bersekongkol dengan manusia seperti Thi-ya-siang hui?"

"Soal ini tecu kurang tahu, ketika suhu berhasil mengalahkan Thi-yan-siang-hui di atas pagoda Ang-bwee kek tempo hari, mereka telah menunjukkan lencana besi pengampun dari kematian, lencana itu dibuat bersama oleh lima orang ciangbunjin dari lima partai besar, dari situ bisa diduga kalau lima partai besar tentu mempunyai hubungan yang luar biasa eratnya dengan mereka!"

Paras muka Cing-cing tidak lagi setenang tadi, buru-buru dia bertanya lagi: "Apa pula yang kau dengar lagi?"

Liu Yok-siong tahu bahwa saatnya sudah hampir tiba, sambil tertawa ia lantas menjawab: "Tecu tahu, andaikata mereka tak berhasil mencegah pertarungan antara suhu melawan Cia Siau hong, maka mereka akan mengerahkan segenap tenaga yang dia milikinya untuk melenyapkan suhu sebelum pertarungan itu dilangsungkan!"

"Hmm...! Mereka tak akan memiliki kemampuan semacam itu!" jengek Cing-cing sambil tertawa.

"Jika mereka sendirian atau bertarung satu lawan satu, sudah barang tentu bukan tandingan dari suhu, tapi bila segenap muridnya dikerahkan semua, maka kekuatan mereka akan menjadi suatu kekuatan yang menakutkan sekali"

"Biar saja mereka datang semua, kecuali kalau orang-orang itu sudah tidak takut mati!" Cing-cing tertawa dingin.
Liu Yok-siong segera maju selangkah lagi, katanya: "Meskipun jumlah anggota perguruan lima partai besar sangat banyak, namun mereka tak akan tahan menghadapi golok sakti dari suhu, tapi persoalannya sekarang terletak pada seorang manusia lain yang menakutkan."

"Siapa?"

Cia Siau-hong, Cia sam-sauya!"

"Mengapa pula dengan dia? Belakangan ini dia toh sudah tidak mencampuri urusan dunia persilatan lagi!"

"Tapi perkampungan Sin kiam san-ceng masih tetap merupakan tempat suci bagi umat persilatan, Cia sam sauya masih tetap merupakan tonggak keadilan dan kebenaran bagi dunia persilatan, dia mempunyai semacam tugas dan tanggung jawab terhadap keamanan seluruh dunia persilatan, asal suhu melukai seorang saja diantara kelima orang ciangbunjin itu, maka Cia Siau hong tak akan bertepuk tangan belaka, dia pasti akan menampilkan diri....."

Paras muka Cing cing nampak seperti terpengaruh oleh emosi, katanya kemudian dengan cepat: "Ya, mau menampakkan diri juga boleh, toh tujuan siangkong kesana adalah menantangnya untuk berduel, pedangnya meski sakti dan tiada taranya, belum tentu bisa menangkan golok dari siangkong."

Liu Yok siong kembali tertawa. "Bila Cia Siau hong mau menerima tandingan suhu dan berduel secara terang-terangan, menang kalah suatu kejadian yang lumrah, persoalannya sekarang Cia Siau hong tidak berani menerima tantangan itu secara terang-terangan."

Dengan cepat Cing-cing menggelengkan kepalanya berulang kali. "Dengan kedudukannya sebagai pemilik perkampungan Sin kiam san-ceng, mustahil dia akan menyergapnya secara sembunyi-sembunyi!"

"Bilamana terdesak oleh suatu alasan yang maha penting dan amat serius, Cia Siau hong bisa saja melakukan perbuatan apa saja."

Sementara Cing-cing masih terbuai dalam renungan, Liu Yok siong telah berkata lebih jauh. "Sekarang satu-satunya cara yang bisa kita lakukan adalah berusaha untuk merusak persekutuan lima partai besar, agar mereka tak mampu untuk beersekutu kembali."

"Mungkinkah cara ini bisa dilaksanakan?"

"Tentu saja, meskipun di luaran ke lima partai besar dapat bekerja sama dengan erat, sesungguhnya banyak terjadi pertentangan batin dalam benaknya, misalkan saja pihak Siau-lim-pay serta Bu tong pay, berhubung kedudukan mereka tinggi maka sikapnya menjadi latah dan tinggi hati, hal ini menyebabkan ketiga partai lainnya merasa sangat tidak puas, bila kita sedikit menghasut dan melepaskan api agar hati mereka terbakar, niscaya mereka akan saling gontok-gontokan sendiri. Bila ini sampai terjadi maka Cia Siau hong pun tak akan mengurusi persoalan-persoalan tetek bengeknya lagi..."

"Aaah, tidak gampang untuk melaksanakan rencana semacam ini!"

Liu Yok siaon segera tertawa. "Bila subo mengijinkan tecu untuk melaksanakannya, tecu yakin masih dapat melaksanakannya secara sempurna tanpa ada titik kelemahan barang sedikitpun jua!" Akhirnya dia perlihatkan juga maksud tujuan yang sesungguhnya.

"Oooh, kalau begitu kau tentu akan mengajukan suatu syarat bukan?" ucap Cing-cing sambil tertawa.

Liu Yok siong merasakan hatinya bergetar keras sesudah mendengar perkataan itu, dia tahu gadis muda yang cantik jelita dan nampaknya seperti amat polos ini sesungguhnya bukan seseorang yang mudah dihadapi, dia mesti bekerja keras lebih jauh sebelum berhasil meraih sesuatu hasil yang diharapkan. Maka sambil tertawa, katanya:

"Tecu hanya berjuang demi keuntungan perguruan, siapa bilang aku akan mengajukan suatu syarat?"

Kembali Cing cing memperhatikan sekejap, lalu bertanya lagi: "Kau tidak akan mengajukan permintaan apa pun?"

"Tidak ada...." tecu hanya berusaha untuk melakukan suatu tugas dan kewajiban demi rasa baktiku kepada subo!"

"Kau bukan seorang yang bertipe setia" kata Cing-cing sambil tertawa, "bila tiada sesuatu keuntungan, tak nanti kau bersedia membuang tenaga barang sedikitpun jua sebab itu akupun tak berani merepotkan dirimu!"

Liu Yok siong tahu kalau dia tak dapat berpura-pura lagi, terpaksa sambil tertawa katanya: "Tecu pribadi mah tak berani mengajukan permintaan apa- apa, cuma demi kelancaran pelaksanaan tugas tersebut, tecu harus mempunyai suatu pegangan meyakinkan yang dapat membuat orang lain menaruh kepercayaan kepada tecu!"

"Katakan apa yang kau inginkan!" seru Cing cing dengan suara yang tegas dan keras.

Liu Yok siong merasa gembira sekali, ia tahu kalau kunci dari semua keberhasilan telah berada di tangannya, dalam keadaan seperti ini dia tak ingin mengajukan permintaan yang kelewat banyak, namun dia pun tak ingin mengajukan permintaan kelewat sedikit. Tapi bagaimanakah cara mengajukan tawaran itu?

Cing Cing sedang memperhatikan lelaki yang rendah dan memuakkan itu dengan seksama, ia sedang menduga-duga permintaan apakah yang akan diajukan olehnya.

Setelah termenung beberapa saat, Liu Yok siongpun berkata: "Saat ini didalam pandangan kebanyakan orang, tecu tidak punya nama lagi, bahkan setengekpun tak ada harganya"

Cing-cing segera tertawa. "Itulah tergantung pada siapa yang menilai dirimu, dalam pandangan sementara orang kau adalah seorang manusia yang berbakat, seorang manusia cerdas dan luar biasa, terutama dalam bidang muka tebal dan hati hitam, kau boleh dibilang merupakan seorang leluhur seorang cikal bakal yang hebat dan tiada keduanya di dunia ini"

Sekali lagi paras muka Liu Yok siong berubah menjadi merah padam, sekalipun dia memandang remeh atas cemoohan, hinaan serta ejekan orang persilatan atas dirinya, namun berada di hadapan seorang perempuan cantik bagaikan bidadari, sedikit banyak dia toh menginginkan juga nama baiknya agak terjaga.

Tapi berada di hadapan Cing Cing ternyata dia seperti seorang bayi yang baru saja dilahirkan, ditelanjangi sama sekali sehingga setitik rahasia pun tak berhasil di sembunyikan, bagaimanapun juga hal ini amat menyedihkan hatinya.

Sebab itu dia tertawa getir, kemudian, baru ujarnya: "Ada sementara persoalan tecu tak dapat melakukannya sendiri, tapi mesti minta bantuan orang lain, bila ingin membuat orang jadi percaya kepadaku, paling tidak tecu harus mempunyai suatu kedudukan yang meyakinkan"

"Masih belum cukup kedudukanmu sebagai murid Ting Peng?"

Sekali lagi Liu Yok-siong tertawa getir. "Subo, kau tahu hal ini masih belum cukup, sebab tecu sendiripun tahu, bahkan suhu sendiripun juga tidak memahami akan kedudukannya sendiri......"

Paras muka Cing Cing segera berubah hebat. "Ia masih mempunyai kedudukan apa?" serunya.

Liu Yok-siong mesti menarik napas panjang-panjang, karena dia tahu sepatah kata saja salah berbicara pada saat ini, kemungkinan besar setelah menarik napas sekarang, dia tak pernah bisa menarik napas untuk kedua kalinya.

"Kedudukan yang sebenarnya dari pemilik golok bulan sabit" katanya kemudian.

"Itu terhitung seberapa Golok yang tergantung di pinggangnya..."

"Apakah di atas goloknya berukiran tujuh huruf yang berbunyi: Siau lo it ya teng cun hi?"

Sekali lagi paras muka Cing-cing berubah hebat, bentaknya dengan suara keras: "Makna istimewa apakah yang terkandung dalam tujuh huruf tersebut?"

"Tidak banyak orang yang mengetahui makna yang sebenarnya dari tulisan tersebut, tapi ada sementara orang, paras mukanya segera berubah hebat begitu mendengar ke tujuh huruf tersebut sehingga makan tak enak tidur pun tak enak, misalnya seperti Thi yan siang hui tempo hari!"

"Kau juga mengetahui makna yang sebenarnya dari ke tujuh huruf tersebut...?"

"Tecu tidak tahu, tapi aku tahu kalau kelima orang ciangbunjin dari lima partai besar datang dikarenakan ke tujuh huruf tersebut"

Cing-cing segera termenung beberapa saat lamanya, kemudian baru tanyanya: "Apa yang kau inginkan?"

"Tecu pikir, andaikata akupun dapat mewakili ke tujuh huruf tersebut, paling tidak di dalam melakukan suatu pekerjaan, akan memberikan semacam jaminan atau semacam pernyataan."

Dengan cepat Cing-cing menggelengkan kepalanya berulangkali. "Tidak mungkin kau mempunyai kemampuan untuk berbuat demikian, sedang akupun tidak mempunyai hak untuk memberikan kekuasaan tersebut kepadamu!"

"Tapi subo, yang bisa memberikan hak dan kekuasaan tersebut kepada tecu...?"

"Itupun tak mungkin, bait syair yang berada di atas golok bulan sabit itu sudah tidak melambangkan apa-apa sekarang, apa yang ada kini hanya merupakan sebuah bait syair biasa, tiada orang yang berhak untuk mempergunakannya, mengerti?"

"Tecu mengerti, tapi aku kuatir orang lain tak akan mempercayainya...!"

"Terserah apa yang akan mereka pikirkan, pokoknya aku tak akan memberikan apa-apa kepadamu"

Liu Yok siong menjadi kecewa sekali, katanya kembali: "Kalau begitu tecu terpaksa menarik kembali permintaan tersebut dan tak akan menarik bantuan kepada orang lain lagi, akan kulakukan sendiri perbuatan tersebut dengan kekuatan sendiri!"

"Apa yang hendak kau lakukan?"

"Yaa, melakukan segala macam perbuatan yang bisa membuat kacaunya orang-orang dari lima perguruan besar, misalkan saja membuat salah seorang atau dua orang diantara orang-orang penting itu kehilangan batok kepalanya, kemudian meninggalkan surat peringatan, agar mereka tahu diri dan segera mengundurkan diri..."

"Tidak bisa, kita tak boleh melakukan perbuatan semacam ini!"

"Boleh saja, tecu akan memilih perguruan yang paling lemah untuk melancarkan rencana ini, jika dua tiga kali merasakan pukulan yang hebat, serta merta akan timbul perasaan ngeri dan bergidik dalam hati mereka, tentu akan timbul suatu perasaan bahwa apa gunanya gara-gara persoalan orang lain sehingga mengakibatkan perguruan sendiri dipunahkan orang!"

"Tapi toh bukan mesti kau yang melaksanakan perbuatan semacam ini....."

Liu Yok-siong segera tertawa lebar. "Paling cocok pekerjaan ini kulakukan, karena sekarang situasinya sudah berubah amat tegang, setiap orang telah meningkatkan kewaspadaan masing-masing, sulit buat orang lain untuk mendekati mereka, hanya tecu rasanya yang tak akan menimbulkan kecurigaan orang, disamping itu tecu toh masih mempunyai teman yang bisa melindungi tecu selama melakukan pekerjaan ini..."

"Ehmmm, kedengarannya cara ini memang lumayan juga kalau begitu lakukanlah cepat" kata Cing-cing kemudian sambil tertawa.

Liu Yok siong ikut tertawa pula. "Tapi kepandaian silat yang tecu miliki betul-betul tak becus, berapa jurus ilmu pedang yang tecu miliki tak lebih hanya permainan anak kecil, padahal orang-orang yang harus tecu hadapi adalah jago kelas satu didalam dunia persilatan?"

Dengan cepat Cing-cing memahami apa yang sedang tersimpan dalam benak lelaki itu. ia segera tertawa. "Ooh, jadi kau menginginkan agar aku mewariskan ilmu pedang kepadamu?"

"Bukan ilmu pedang, melainkan ilmu golok, ilmu golok yang bisa membelah orang menjadi dua bagian!"

"Aku tidak memiliki kepandaian sebesar itu, Ilmu golok macam begitu hanya siangkong seorang yang dapat melatihnya, bahkan aku sendiripun tak dapat!"

Buru-buru Liu Yok siong berseru: "Tecu tidak berani memohon kepandaian yang menyamai suhu, tapi paling tidak musti memiliki kepandaian seperti apa yang dimiliki Thi yan tianglo, agar orang dapat menaruh kepercayaan kepadaku!"

"Kau anggap kepandaian semacam itu dapat dilatih dalam sehari saja?"

"Meski tecu tidak becus, tapi asal sudah kupahami rahasianya, dalam tiga sampai lima hari tentu akan berhasil memperoleh suatu kemajuan, karena tecu sudah pernah mempelajari dan mendalami ilmu golok semacam itu..."

Cing cing segera tertawa terkekeh-kekeh: "Haaaah... hhaaahhhh... hasaahhh... tampaknya kau mempunyai tujuan yang amat mendalam!"

"Selama banyak tahun tecu selalu berjuang untuk maju ke depan" kata Liu Yok siong dengan wajah bersungguh-sungguh, "cuma sayang selama ini tidak kujumpai kesempatan semacam ini, sehingga terhadap setiap persoalan yang bisa membawaku ke arah kemajuan selalu kuperhatikan dengan seksama!"

Mendadak paras muka Cing-cing berubah hebat, katanya: "Tidak bisa, aku tak bisa mewariskan ilmu golok itu kepadamu, akupun tidak akan menyuruh kau berbuat apa-apa, bahkan tak dapat membiarkan tetap berada di sini, kau adalah manusia yang terlalu berbahaya, mulai sekarang kau harus tinggalkan Poan kian tong ini."

Liu Yok siong menjadi kecewa sekali, ujarnya: "Subo, tecu bertujuan untuk membaktikan diri kepadamu!"

"Aku cukup mengetahui akan kesetiaan hatimu itu" kata Cing-cing sambil tertawa.

"Itulah sebabnya sedikit banyak aku harus membicarakan juga balas jasanya kepadamu. Di bawah bukit Hui lay hong aku masih mempunyai sebuah rumah makan gedung, baiklah kuhadiahkan gedung itu untukmu, selain itu aku tahu kaupun amat menyukai kedua orang dayangku, maka sekalian kuberikan juga kepadamu!"

Dengan hati terperanjat Liu Yok siong berseru: "Kebaikan hati subo tak berani tecu terima!"

"Kau tak usah sungkan-sungkan lagi, sudah sepantasnya jika kau terima hadiah tersebut. Mulai sekarang kau tak usah mengaku sebagai murid Ting Peng lagi, lebih-lebih jangan menyebut aku sebagai subo, setiap kali mendengar panggilan itu hatiku terasa jadi muak, selain itu meski kedua orang dayangku pandai berbicara, namun rasa cemburunya amat kuat, mulai sekarang kau musti banyak menemani mereka, jangan kelewat banyak bermain cinta dengan orang lain, jangan punya kasak-kusuk dengan kaum wanita maupun kaum pria, kalau tidak mereka akan permak dirimu habis-habisan, nah pergilah sekarang!"

Dia bertepuk tangan pelan, dua gulung bayangan hitam melayang masuk ke dalam, satu di kiri yang lain di kanan segera menggusur Liu Yok siong keluar dari sana.

Bukan saja mereka mempunyai kekuatan yang luar biasa, lagi pula pandai sekali mencengkeram tubuh orang, begitu jalan darah Liu Yok siong kena dicengkeram kontan badannya menjadi lemas dan tak mampu mengerahkan tenaga lagi.
Sekarang Liu Yok siong baru tahu kalau dia telah melakukan suatu kesalahan yang amat besar, dalam anggapannya dia pintar dan hebat, siapa tahu segala sesuatunya sudah berada di dalam perhitungan Cing-cing.

Ketika digusur dari dalam ruangan ia merasakan kepalanya amat pening, dia tak tahu masih berapa hari lagi dia dapat hidup? Kini dia merasa keadaannya seperti seekor ayam yang kedua belah sayapnya sudah di pegang orang dan siap dijagal.

* * *

KETAKUTAN


CING CING sedang duduk didalam sebuah kuil San sin bio yang bobrok dan kotor. Separuh bagian dari kuil itu sudah ambruk, pada dasarnya memang tidak besar, sekarang terasa jauh lebih sempit lagi, Cuma mesti sempit tak sampai mengurangi ke angkerannya.

Bagian yang belum ambruk adalah sudut dimana ruang arca itu berada, bahkan tempat meja altar, sehingga patung dari malaikat gunung di situ pun masih utuh.

Patung yang dipuja di situ entah patung dewa mana, mukanya hijau giginya bertaring mata melotot seperti genta dan lagi memancarkan cahaya yang menggidikkan hati.

Mata patung dewa tentu saja tak bisa bersinar sendiri, melainkan terdiri dari dua buah bola kaca, bola kaca pun tak mungkin bersinar bila tiada pantulan cahaya api dari arah lain, oleh sebab itu jika ditempat lain memancar cahaya api dan api itu memantul ke atas bola kaca, jadilah patung arca itu bermata tajam.

Bola kaca itu berbentuk bulat, Separuh tertanam di dalam kelopak mata sedang bagian lain menonjol keluar sehingga berbentuk separuh bulatan, oleh karena itu cahaya yang dapat terserap sangat luas, meski cahaya api itu tak ditangkap orang, namun bola mata itu masih tetap bersinar.

Bola kaca itu benar-benar merupakan sepasang bola mata yang aneh, sayang tertanam dibalik kuil San-sin-bio yang sudah ambruk, kuil itupun terletak jauh di atas bukit sehingga tiada pengemis yang mau berdiam di sana, tapi anehnya meski pintu kuil sudah rusak dan copot diambil para penggembala sebagai bahan kayu bakar, mengapa sepasang bola kaca itu tak dicukil orang?

Ada orang pernah berbuat demikian Ong Siau-jit seorang penggembala sapi merasa bola kaca itu sangat menarik, maka secara diam-diam ia mengoreknya keluar, malah salah satu diantaranya dijual kepada seorang bocah dari keluarga Li di dusun yang sama dengan harga sepuluh uang...

Sambil membolak balikkan kaca yang lain mereka bermain sampai senja sebelum akhirnya pulang untuk tidur, tapi begitu malam tiba, mereka bersama-sama mendapatkan suatu impian yang amat mengerikan.

Dalam mimpinya mereka saksikan patung dewa gunung itu dengan matanya yang kosong datang mencari mereka serta minta kembali sepasang biji matanya yang mereka cungkil.

Ketika sadar dari mimpi, kedua orang itu mulai demam, suhu badannya semakin meninggi, asalkan dalam keadaan tak sadar mereka berteriak terus tiada hentinya.

"Kembalikan biji mataku, kembalikan biji mataku!"

Tentu saja peristiwa ini segera mengejutkan orang tuanya, dari mulut bocah itu akhirnya berhasil diketahui apa gerangan yang sebenarnya telah terjadi, buru-buru mereka mengembalikan kedua bola kaca itu ke atas gunung, bahkan menyiapkan kepala babi dan sam-seng (tiga macam binatang) untuk bersembahyang di dalam kuil serta minta maaf bagi anak mereka yang bersalah.

Bahkan keluarga Li berjanji akan membangun kembali kuil tersebut serta membetulkan patung arcanya, ketika kembali ke rumah, Ong Siau jit si penggembala sapi telah sembuh, sebaliknya putra keluarga Li masih mengigau tiada hentinya.

Berbicara soal dosa, Ong Siau-jit lah biang keladinya, tapi mengapa putra keluarga Li belum sembuh, sebaliknya Ong Siau jit telah sembuh kembali?

Malam itu Li Tay cuang, ayah si bocah yang sakit mendapat suatu impian, di dalam mimpinya dia seperti mendengar ada malaikat berkata kepadanya:

"Kami suka akan ketenangan, tidak senang diganggu orang biasa, kau tak usah membangun kuil kami, tak usah membetulkan patungku, asal mulai sekarang tidak mengganggu ketenangan kami lagi, akan kulepaskan putramu itu!"

Buru-buru Li Tay cuang membubarkan para pekerja yang telah dihimpun itu, anehnya putranyapun segera sembuh kembali.

Sejak terjadinya peristiwa itu, apalagi malaikat gunungpun telah mengutarakan pesannya, maka tak ada orang yang berani kesana lagi, bahkan para penggembala sapipun selalu menghindari tempat itu. Sejak itulah, kuil San sin bio menjadi tempat terlarang, di siang hari tak ada yang berani kesana, apalagi kalau malam sudah tiba.

Tempat itupun menjadi dunianya kaum rase dan setan. Cing-cing adalah rase, maka dia tidak takut, ia berani datang ke tempat itu. Justru karena dia adalah rase, maka sewaktu ia ke sana tak ada yang melihat, apa yang dilakukan di sanapun tak ada yang tahu.

Konon bila rase sudah menyelesaikan semedinya sehingga berwujud manusia, selain berhubungan dengan manusia, dia hanya akan melakukan dengan sesama jenisnya.

Cing cing datang ke tempat yang terpencil dan jauh dari keramaian manusia sudah barang tentu dia hendak berhubungan dengan sesama jenisnya... rase.

Tapi, mengapa yang datang justru patung dewa gunung? Sekalipun tiada cahaya rembulan, meski bintang amat redup, namun masih tertampak jelas raut wajah yang jelas, yang datang memang benar-benar adalah patung dari dewa gunung. Tidak, yang bisa dikatakan adalah kekuatan gaib dari dewa itulah yang datang, bukan patungnya.

Sebab patung tersebut masih tetap berada di atas altar, sedangkan suara dari malaikat itu tiba-tiba saja berkumandang dari luar kuil, dari suatu tempat yang tidak diketahui arahnya.

Muncullah sesosok tubuh yang tinggi besar, bentuknya tak jauh berbeda dengan bentuk patung tersebut, diapun mengenakan pakaian perang, bermuka hijau, bergigi taring dan matanya memancarkan cahaya kehijau-hijauan.

Tapi langkah kakinya justru enteng seperti langkah seekor kucing, kecuali pakaian perangnya yang berdenting bila tanpa sengaja terhembus angin boleh dibilang sama sekali tak terdengar suara apapun.

Dia datang kehadapan Cing-cing lalu membungkukkan badannya sambil menyapa, "Menjumpai tuan putri!"

Cing-cing adalah rase, rase yang berwujud manusia, mengapa dia bisa menjadi seorang tuan putri? Jangan-jangan dialam kaum rasepun terdapat suatu kerajaan? Dan panglima gunung inipun jelmaan dari rase.

Cing-cing mengangguk, jelas dia mengakui akan sebutan tersebut bahkan menunjukkan pula hubungan diantara mereka berdua.

""Baik-baikkah kau Yu Ciangkun (panglima kanan), maaf, terpaksa aku mesti melepaskan tanda rahasia sehingga kau harus jauh-jauh datang kemari, tapi, mengapa kau masih berdandan seperti ini?"

"Ketika kebetulan pun ciang (aku) berada di sini, aku telah melakukan sesuatu permainan yang menyebabkan penduduk di sekitar tempat ini mempercayainya sekali, sekarang terpaksa aku masih berdandan seperti ini, agar bila ketahuan jejaknya masih bisa membuktikan kebenaran akan berita yang tersiar sekarang"

"Cara ini kurang baik, paling banter hanya bisa membohongi penduduk kampung yang bodoh saja, bila sampai bertemu dengan orang persilatan, mereka tak akan percaya dengan segala tahayul, hal ini justru malah akan menimbulkan kecurigaan mereka!"

"Aku pun telah mempertimbangkannya sampai ke situ, untung saja kuil ini memang sudah ada sedari dulu, aku hanya menggunakan cara ini untuk mengadakan kontak saja dengan tempat luar. Tiada maksud lainnya lagi, sekalipun mereka lakukan penggeledahan ke tempat ini juga tak akan menemukan apa-apa!"

"Kalau sampai begitu, mereka akan terus menerus melakukan pemeriksaan dengan seksama!"

"Aku bisa bertindak dengan sangat berhati-hati, setengah bulan berselang suatu ketika ada tiga orang murid Hoa san yang berdiam selama lima enam hari di sini, akhirnya mereka tidak menemukan apa-apa dan pulang dengan tangan hampa"

"Kalau memang begitu tak mengapa, aku hanya kuatir mereka sampai mengejarmu dan menemukan gua kita!"

"Tentang soal ini, tuan putri tak usah kuatir, yang lain aku tak berani bilang, tapi, kalau soal ilmu meringankan tubuh, serta kecepatan lari, di dunia ini masih belum ada orang kedua yang dapat menandingi diriku!"

"Jangan tekebur, di luar langit masih ada langit, di atas manusia masih ada manusia lain!"

"Nasehat tuan putri akan selalu kuingat, cuma setiap kali aku tinggalkan gua selalu melingkar dulu kian kemari bahkan menyeberangi dulu ladang ilalang, menyeberangi sungai sebelum datang kemari, andaikata benar-benar ada orang menguntilku, mereka pasti akan mengejutkan kawanan anjing ditengah padang ilalang, oleh karena itu, terhadap keamanan masuk keluar gua, aku selalu bertindak hati-hati"

"Bagus sekali, aku tahu akan kesulitanmu, selama banyak tahun inipun kalian setia kepada kami!"

"Perkataan tuan putri kelewat serius, aku hanya merasa menyesal saja"

"Panglima kanan, kesetiaan kalian sudah cukup kupercayai, cuma keadaan belakangan ini kurang begitu baik"

Panglima bukit itu tampak agak marah. "Kesemuanya ini tak lain adalah akibat pengacauan dari budak berbaju emas itu, bila aku sampai bertemu lagi dengannya di kemudian hari, pasti tak akan ku ampuni dirinya dengan begitu saja!"

Cing-cing segera menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya. "Si jubah emas hanya mengincar tempat kedudukan, ia tak sampai bersekongkol dengan orang luar dan membocorkan rahasia kita, tapi Thi yan sepasang suami istri telah munculkan diri!"

"Dua orang budak sialan yang pantas untuk mampus, sepantasnya tuan putri membunuh mereka"

"Aku tak bisa melakukannya, aku merasa kurang leluasa untuk munculkan diri hingga sekarang belum ada yang mengetahui tentang diriku, lagi pula merekapun tidak menemukan keuntungan apa-apa di ujung golok Hu-ma (menantu) sepasang pergelangan tangannya telah kutung, tapi dalam saku mereka justru mempunyai lencana besi pengampunan dari kematian yang dibuat oleh lima partai besar bersama Sin kiam san-ceng..."

Si panglima gunung itu semakin gusar lagi. "Sudah pasti mereka bersekongkol dengan lima partai besar, sejak dulu aku sudah menduga kalau dibalik mereka berdua ada sesuatu yang tidak beres, sekarang hal itu menjadi kenyataan"

"Yaa, hal itu jelas tak bisa diragukan lagi, kalau tidak darimana mereka berdua bisa mendapatkan lencana besi pengampunan dari kematian....?"

"Lencana itu hanya bisa digunakan satu kali, lain kali mereka tak bisa mengandalkan benda itu lagi"

"Tidak bisa, sekarang belum boleh mengusik mereka, sebab mereka telah berada bersama-sama lima orang ciangbunjin dari lima partai besar....."

Panglima gunung itu makin terkejut. "Ciangbunjin dari lima partai besar kembali bergabung? Kenapa?"

"Untuk menghadapi bulan sabit ditangan Hu ma, sekarang mereka sudah mengetahui bait syair diatasnya!"

"Siau lo it ya teng cun hi?"

"Benar, waktu itu tidak seharusnya ke tujuh bait kata itu dicantumkan di atas golok!"

"Tulisan itu mempunyai hubungan dengan suatu cerita yang pantas dikenang, bila tuan putri sudah memegang tampuk pimpinan lain waktu, akan kau pahami dengan sendirinya!"

Cing-cing menghela napas panjang: "Aaai....aku tak ingin menjabat kedudukan itu, apalagi kemampuanku terbatas dan tidak mampu melatih jurus golok sakti tersebut!"

"Hu ma telah berhasil melatihnya?"

"Betul, dia mempunyai bakat yang sangat bagus, bukan cuma berhasil menguasahi ilmu tersebut, bahkan kedahsyatannya tidak berada di bawah kehebatan yaya dimasa lalu!"

"Kalau begitu dia sudah bisa beradu kepandaian dengan pedang sakti dari Cia Siau hong?"

"Entahlah, sekarang dia sedang mencari Cia Siau hong untuk berduel, Cuma aku tidak menguatirkan menang kalahnya, "Cia Siau hong tak pernah mempunyai ganjalan hati dengan kami, yang kukuatirkan justru adalah orang-orang dari lima partai besar"

"Kalau tiada Cia Siau hong yang menunjang punggung mereka, lima partai besar tak perlu dikuatirkan."

Cing-Cing segera menghela napas panjang. "Perkampungan Sin kiam san-ceng mempunyai kewajiban yang sangat besar terhadap keselamatan dunia persilatan, bilamana perlu mungkin dia toh tetap akan munculkan diri juga"

Dua orang itu termenung sejenak, kemudian Cing-cing bertanya lagi: "Yaya dan nenek baik semua"

"Sampai kini masih berada dalam keadaan baik" cuma keadaan Tay-kong tidak seperti dulu, bagaimanapun mereka sudah tua, ketuaan adalah musuh terbesar dari manusia, sebab itu semua harapan tay-kong telah dicurahkan ke tubuh tuan putri seorang"

"Aku... mungkin akan membuat mereka kecewa, aku sungguh tak becus untuk berbuat apa-apa"

"Tapi Hu-ma toh bisa, setelah dia berhasil melatih jurus golok sakti tersebut, dialah harapan kami, bila golok sakti sudah muncul, tiada tandingannya di kolong langit...!"

Apakah siluman rasepun berambisi untuk menguasahi seluruh kolong langit?

Kembali mereka berdua tercekam dalam keheningan. Akhirnya Cing-cing memecahkan keheningan lebih dulu.

"Yang hendak kuberitahukan kepadamu adalah semuanya itu, besok pada saat yang sama aku akan datang lagi untuk mendengar jawaban, aku ingin melihat apa petunjuk yaya"

"Tak usah menunggu sampai besok, mungkin tempat ini sudah memancing perhatian orang lain, jelas tak bisa digunakan lagi, sepanjang perjalanan tadi aku sudah menumpas dua orang!"

Suara itu berkumandang dari belakang punggung patung dewa gunung tersebut. Entah sedari kapan, tahu-tahu di dalam ruangan kuil tersebut telah muncul seorang kakek berbaju hitam.

Cing-cing dan panglima bukit itu segera menjatuhkan diri berlutut, terhadap kemunculan si kakek yang sangat mendadak itu, mereka berdua sedikitpun tidak merasa tercengang atau kaget.

Seandainya Cing-Cing adalah seekor rase, sudah barang tentu kakeknya adalah siluman rase yang telah berwujud manusia. Bila latihan sudah berlangsung beberapa waktu, seorang manusia pun bisa menjadi dewa, apalagi siluman rase. Apa pula arti dari kemunculan yang secara tiba-tiba itu?

"Yaya!"

"Tay kong!"

Sebutan yang tak sama namun dengan nada menghormat yang sama sekali tidak jauh berbeda.

Kakek itu segera mengulapkan tangannya sambil tertawa. "Bangun, bangun, Cing-cing, kau sudah hidup sekian lama di alam semesta, bagaimana perasaanmu tentang alam semesta?"

RAHASIA SILUMAN RASE


CING-CING bangun berdiri di atas tanah, dia masih berdiri dikejauhan dengan kepala tertunduk, sikapnya sedikitpun tidak mirip dengan sikap seseorang cucu yang berjumpa dengan kakeknya. Mungkinkah peraturan yang berlaku dialam rase jauh lebih ketat daripada peraturan di alam semesta!

Suara jawaban Cing-cing amat lirih. "Meski cucu hidup dialam semesta, namun tak jauh berbeda dengan hidup ditengah gunung"

Kakek itu manggut-manggut dan tertawa. "Hal inipun bagus sekali, asal kau tidak menampakkan diri, tentu tak akan menarik perhatian orang, lagi pula dapat memberi kesan misterius dan rahasia bagi yang memandang, bagaimana sikap Ting Peng si bocah muda itu kepadamu"

"Baik sekali, dia amat menyayangi cucunda dan selalu setia, cuma sekarang dia berubah lebih takabur, lebih serius dan berambisi besar, tidak seperti dulu hambar terhadap segala-galanya."

Kakek itu nampak sangat gembira. "Bagus sekali, itulah yang kuharapkan selama ini, bocah itu punya ambisi, punya kegagahan dan berbakat bagus, itulah sebabnya kusuruh orang untuk membantu segala keperluanmu, apa saja yang dia inginkan aku dapat memuaskannya, lambat laun diapun akan menjadi orang yang ternama di dalam dunia persilatan."

"Tapi yaya... dia... "Cing-cing nampak sangat tidak senang.

Dengan sorot matanya yang tajam, kakek itu memandang sekejap ke arahnya, lalu berkata. "Cing-cing dia toh pilihanmu sendiri, aku tak pernah memaksamu untuk berbuat sesuatupun, tak pernah menganjurkan kepadanya untuk berbuat sesuatu, bila dia selalu bersikap hambar dan hidup menyepi di atas gunung, sudah barang tentu aku tak akan mengganggu kalian, tapi malah dia sendiri yang sedang merangkak ke atas, sedang aku pun tak dapat melarang dirinya, betulkah ucapanku ini?"

Cing-cing tak bisa berkata apa-apa lagi kecuali mengiakan, namun suara itupun sedemikian rendahnya hingga cuma dia seorang yang mendengar.

Sekali lagi kakek itu berkata: "Apa yang kau sampaikan kepada A-kong sudah kuketahui, kini perubahan situasinya sangat bagus dan cocok dengan jalan perkiraanku, mungkin saat untuk bangkit kembali telah tiba"

"Yaya, apakah kau berencana untuk menyerahkan tampuk pimpinan dalam perguruan kita kepada Ting Peng?"

"Bocah itu adalah seorang yang berbakat bagus, sewaktu dia memotong tangan Siang yan dengan goloknya tempo hari, pengerahan tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat kesempurnaan seperti masa muda dulu, aku tak sanggup melebihi kemampuannya, mungkin dengan serangan golok tersebut aku bisa membunuh kedua orang penghianat tersebut, tapi jelas aku tak mampu memotong sepasang tangan mereka, kini dia dapat menggunakan tenaganya sesuai dengan apa yang dikehendakinya, bila dilatih lebih jauh tak lama kemudian ia sudah dapat mengalahkan Cia Siau-hong...."

"Yaya, maksudmu saat ini dia masih belum sanggup untuk menghadapi Cia Siau-hong?" Cing-cing bertanya dengan cemas.

"Yaa, masih belum sanggup, ilmu pedang dari Cia Siau-hong sudah menguasai seluruh jagad, kemampuannya bukan suatu kebetulan saja, apalagi belakangan ini dia selalu menutup diri dan tidak mencampuri urusan orang lain, kesempurnaan ilmu pedangnya sudah mencapai suatu taraf yang luar biasa sekali, aku percaya sekalipun Yan Cap sa menggunakan jurus pedangnya yang lihay dan sudah pasti tak dapat berbuat apa-apa atas dirinya."

"Ting Peng masih belum mampu mencapai taraf tersebut, bila berlatih sepuluh tahun lagi, mungkin saja dalam hal ketenangan ia sudah mencapai taraf yang dibutuhkan!"

"Tapi Ting Peng telah pergi mencari Cia Siau-hong untuk berduel!"

"Aku tahu, jangan kau anggap aku hidup terasing didalam gua lantas tak kuketahui persoalan di dunia, gerak gerik kalian cukup kuketahui dengan jelas!"

"Mengapa yaya tidak berusaha untuk menghalanginya?"

"Mengapa aku harus menghalanginya, penampilan dari Ting Peng sepanjang jalan justru sedang memupuk ambisinya, inilah penampilannya yang setingkat jauh lebih mendalam, atas semua penampilan dari bocah muda itu, aku merasa puas sekali!"

Dia memang benar-benar merasa amat puas, Cing-cing dapat mendengar hal itu dari suaranya, sedang si panglima bukit jauh lebih memahami lagi maknanya. Sudah banyak tahun dia mengikuti majikan tuanya, selama ini belum pernah ia mendengar majikannya ini begitu memuji seseorang. Oleh sebab itu si panglima gunung pun menunjukkan rasa gembira yang tak kalah dengan majikannya, dia lantas berseru:

"Tay kong. kalau begitu kita sudah dapat menampilkan diri!"

"Yaa, sudah benar. Kita sudah dapat menampilkan diri, kita tak usah bersembunyi lagi ditengah gunung, tak usah tidur ketakutan seperti rase liar yang takut ditemukan pemburu, sekarang kita dapat menampakkan diri secara terang-terangan dan berada di atas semua orang."

Setelah menghela napas, dengan sedih dia menambahkan: "Cuma, saat-saat semacam ini mungkin tak akan sempat kusaksikan lagi, tapi kalian semua dapat menyaksikannya, paling banter sepuluh tahun lagi, sepuluh tahun kemudian dia sudah menjadi seorang jago yang tiada taranya di dunia ini, jauh lebih lihay daripada Cia Siau hong, golok bulan sabit pun akan memancarkan cahaya ke seluruh penjuru dunia"

Diam-diam Cing-cing melelehkan air matanya. Sorot mata si kakek sangat tajam, setiap gerik gerik dari Cing-cing tak ada yang bisa mengelabuinya, maka suaranya berubah menjadi lembut sekali:

"Cing-cing, apakah kau tidak merasa senang akan hal ini?"

"Cing-ji tidak berani!" buru-buru Cing-cing menyeka air matanya.

"Lantas apa sebabnya kau mengucurkan air mata? Kau toh tahu, kita tak terbiasa mengucurkan air mata, dalam kehidupan kita ini hanya boleh mengucurkan air mata satu kali!"

"Yaa, yaya, Cing-ji tahu!"

"Kesempatanmu itu sudah kau pergunakan untuk Ting Peng, sekarang kau sudah tak berhak lagi untuk melelehkan air mata!"

"Cing ji menyesal, Cing ji tak cukup tabah!"

"Melelehkan air mata merupakan penampilan dari kaum lemah, dalam perguruan kita tiada kaum lemah, kitapun bukan manusia yang membunuh perasaan serta watak sendiri, tetapi disaat yang paling indahlah air muka yang bercucuran baru dianggap sebagai sesuatu yang mulia, lagi pula hanya manusia yang tahu perasaan yang dapat menjadi anggota perguruan kita, mengertikah kau?"

"Cing-ji mengerti!"

Kakek itu segera menghela napas panjang, matanya berubah menjadi lebih lembut: "Aku mengerti akan perasaanmu, sekarang kau sedang melelehkan air mata bagi perubahan diri Ting Peng, kau takut karena masalah ini berakibat dengan kehilangan dia!"

Kakek itu memang lihay, diapun pandai menebak isi hati orang lain, sekali tebak isi hati orang segera terbongkar. Cing-cing menundukkan kepalanya dan berbisik lirih: "Cing ji memang menguatirkan hal ini!"

Kakek itu segera tertawa ramah. "Kesemuanya ini hanya kekuatiranmu belaka, andaikata Ting Peng tidak berubah, kemungkinan besar dia akan meninggalkan dirimu suatu ketika tapi semakin banyak dia berubah, semakin dekat pula hubungannya dengan kita, hanya dalam keadaan seperti inilah dia tak akan meninggalkan dirimu lagi, apalagi setelah masuk menjadi anggota perguruan kita, dia tak mungkin bisa berhubungan lagi dengan orang luar, dia akan menjadi milikmu untuk selamanya, seperti juga nenekmu, dimasa mudanya dulu kau tak akan menyangka kalau dia bisa mendampingi diriku terus, tapi sekarang ia telah berubah menjadi begitu tulus hati dan setia kepadaku"

"Yaya", sambil memberanikan diri Cing-cing berkata, "Cing-ji merasa agak menguatirkan diri Ting Peng, perubahannya itu mungkin hanya bersifat sementara, tapi di kemudian hari mungkin saja dia akan berubah jauh di luar dugaanmu semula!"

"Hal ini bukan mustahil bisa terjadi" kakek itu tertawa. "sekalipun gerak geriknya agak latah, namun watak yang sesungguhnya baik dan berbudi, jika dia semakin mendekati sasarannya, bisa jadi dia akan menentang pendirian kita"

"Yaya, kau pun dapat menduga akan hal ini?" Cing-cing bertanya keheranan.

"Yayamu sudah banyak makan asam garam, pengalamanku terhadap watak manusia mungkin jauh lebih mendalam daripada siapa pun juga, masa hal itu tak dapat kuketahui? Cuma aku tidak kuatir, aku mempunyai sebuah cara yang bagus untuk menanggulangi hal itu!"

"Apa caramu? Apakah mengurungnya di tempat yang terpencil, agar dia putus hubungannya sama sekali dengan dunia luar?"

"Kau maksudkan dengan orang-orang dari lima partai besar?"

"Benar, mereka telah memusuhi diri kita!"

"Tidak, kau keliru, aku justru menghendaki mereka berhubungan makin akrab!"

"Mereka dapat menceritakan segala hal ikhwal tentang diri kita di masa lalu kepada Ting Peng dan menganjurkan kepada Ting Peng untuk meninggalkan kita"

"Hal ini sudah pasti akan terjadi, aku justru menghendaki mereka berbuat demikian!"

"Tapi... bukankah hal ini malah akan memisahkan Ting Peng dengan kita makin jauh?"

Kakek itu segera tertawa...
Selanjutnya,
Golok Bulan Sabit Jilid 12