Kabut Di Telaga See Ouw Jilid 18 - Sonny Ogawa

Halaman

    Social Items

Cerita Silat Mandarin Serial Bu-beng Sian-su Karya Batara
Kabut Di Telaga See Ouw Jilid 18
Karya : Batara

"Haiiittt….!" Seruan atau bentakan itu menggetarkan semua orang. Ban-tok Wi Lo dan kawan-kawannya harus mengerahkan sinkang melindungi isi dada kalau tak ingin rontok diguncang serangan ini. Delapan belas murid Sin-hong-pang mengaduh. Dan ketika musuh terhuyung dan terdorong mundur maka pemuda ini mengibaskan tangannya dan terlemparlah orang-orang itu berteriak kaget.

“Aihhhh...."

"Aduh!"

Siang-mauw Sian-li dan sembilan temannya bergulingan. Mereka betul-betul tak tahan dan kaget serta pucat. Kibasan itu bagai angin taufan saja. Mereka yang lemah tak dapat segera bangun, Leng Houw pemuda itu menekan dadanya yang sesak. Tapi ketika mereka melompat bangun dan Siang-mauw Sian-li menjadi marah ternyata Naga Gurun Gobi itu berkelebat meninggalkan mereka. Peng Houw hanya merobohkan dan membuat mereka gentar dengan suara saktinya itu.

Akan tetapi wanita ini dan teman-temannya aneh. Melihat Peng Houw pergi dan meninggalkan hutan maka wanita itu menyangka Peng Houw ingin melepaskan diri dari tanggung jawab. la mendapat laporan dari orang-orang ini bahwa sumoinya bersama pemuda itu. Dulu di Kwang-sin Naga Gurun Gobi itu berduaan dengan Hong Cu. Dan karena orang-orang Hek-i Kai-pang ini adalah orang-orang yang amat membenci Peng Houw maka mereka begitu licik memfitnah pemuda itu.

"Aku tahu gadis itu, cantik dan gagah. Tapi tak kusangka kalau ia sumoimu, Sian-li. Pemuda itu akhirnya meninggalkan Kwang-sin setelah mengobrak-abrik Hek-i Kai-pang. Sombong, ia benar-benar lihai, tapi kalau kita mau bergabung tentu kita dapat menghadapi pemuda itu. Marilah, aku juga benci karena agaknya pemuda itu hanya mempermainkan saja sumoimu itu. Banyak saksi di sini!"

"Benar, aku juga melihatnya, Sian-li. Dan semua orang di Kwang-sin dapat kau tanyai waktu itu Hek-i Kai-pang berulang tahun tapi Naga Gurun Gobi itu mengacau. Kami terpaksa lari karena ia betul-betul lihai!"

Lai Pak, Si Pemabok menambah dengan kata-katanya yang seperti sungguh-sungguh. Ketua Sin-hong-pang yang sedang marah ini tentu saja termakan, ia percaya itu apalagi orang di kota Kwang-sin boleh ditanya. Dari walikota sampai jembel pasti mengangguk, tentu saja begitu karena Sok-taijin walikota Kwang-sin adalah sahabat Hek-i Kai-pang dan kaum jembel, siapa lagi kalau bukan anak buah Hek-i Kai-pang? Maka ketika wanita itu mencari dan kebetulan menemukan Peng Houw di situ kontan saja ia membentak dan kini Naga Gurun Gobi melarikan diri.

"Lihat, ia pengecut, ketakutan. Tentu tak suka bicara tentang Hong Cu karena gadis itu sudah ditinggalkannya."

"Benar, dan tak kusangka Naga Gurun Gobi seorang laki-laki yang suka mempermainkan wanita. Ah, kejar dan kepung dia lagi, Sian-li, lebih hati-hati agar dia tidak sampai lolos!"

Hong Ta Si Pengerik Tulang saling membakar dengan temannya Lai Pak. Kakek ini diam-diam suka membantu Sin-hong-pang karena tertarik dengan murid-muridnya yang cantik itu. Bahkan Siang-mauw sian-lipun wanita cantik yang tak kalah hebat, bentuk tubuhnya masih menggiurkan hanya kakek ini mendengar bahwa wanita itu adalah kekasih ketua See-ouw-pang.

Kalau ia tidak mendengar itu mungkin sudah digodanya wanita ini. Akan tetapi karena di situ terdapat gadis-gadis cantik dan iapun telah mulai saling kerling dengan seorang di antaranya, Wanita tigapuluhan berbaju kuning maka kakek ini menyeringai dan diam-diam menjilat bibir alangkah nikmatnya kalau nanti berduaan dengan gadis Sin-hong-pang itu. Gadis itu tertarik ingin mempelajari melepas hui-to (golok terbang).

"Kalau kau baik kepadaku tentu tak pelit aku memberikannya. Tapi hati-hati, eh... jangan sampai ketuamu tahu. Dan... siapa namamu."

"Aku Mei Bo, murid kepala. Kalau kau sungguh-sungguh kepadaku tentu aku senang, Hong-twako (kakak Hong), tapi kaupun jangan main-main atau bergurau saja. Ilmumu melempar hui-to hebat, aku suka dan ingin belajar."

"Heh-heh, tentu, dan sekarang kita bersahabat dulu. Sst, nanti di dalam hutan kalau kalian sedang beristirahat!" kakek ini girang dipanggil twako dan tiba-tiba tangannya yang nakal sudah mengusap pinggul gadis itu.

Sekali lihat ia tahu Mei Bo gadis yang panas, gairahnya tinggi dan mungkin karena di antara semua ia adalah yang paling tampan, begini kakek itu mengira maka ia terkekeh dan awal pertemuan itu membuat mereka sering mengerjap dan ini tentu saja di luar sengetahuan Siang-mauw Sian-li. Sin-hong-pang adalah perkumpulan para wanita yang tidak diperkenankan keluar tanpa ijin.

Hanya ketua dan sumoinya saja yang boleh bergerak bebas. Siang-mauw sian-li wanita aneh yang tak memperbolehkan muridnya bergaul dengan laki-laki. Kalaupun mereka bergaul maka hanya kepada murid- murid See-ouw-pang. Ini tidak aneh karena wanita itu sendiri adalah kekasih ketua See-ouw-pang.

Akan tetapi karena murid-murid See-ouw-pang rata-rata adalah nelayan yang pekerjaannya sehari-hari mencari ikan, gadis-gadis cantik itu merasa rendah bergaul dengan mereka maka sebagian besar tak ada rasa suka apalagi karena rata-rata wajah murid See-ouw- pang hitam-hitam, terbakar oleh panas atau sengatan matahari.

Hal ini mengakibatkan murid-murid wanita itu mencari pasangan sendiri-sendiri. Beberapa di antaranya berhubungan dengan para kongcu atau putera bangsawan, tentu saja amat hati-hati dan Mei Bo murid kepala itu tentu saja sudah pernah. Akan tetapi ketika sang kongcu hanya main-main saja, di kota banyak gadis-gadis cantik lain.

Maka gadis yang harus keluar secara sembunyi-sembunyi ini menggigit jarinya ketika ia ditinggalkan. Sang kongcu itu telah mendapatkan pengganti karena ia terlalu lama mengunjungi kekasihnya. Pacaran paling-paling sebulan sekali kalau ia disuruh belanja ke kota. Dan untuk melepas marahnya ia membunuh kongcu itu!

Kini bertemu dengan kakek seperti Golok Pengerik Tulang ini ia tertarik, bukan oleh tubuh kurus tinggi itu melainkan oleh lemparan hui-tonya yang lihai. Kakek ini memang ahli pelempar golok. Dan karena ia juga sudah lama ingin berhubungan dengan laki-laki, kakek ini tentu dapat sewaktu-waktu mengunjunginya maka disambutlah kerling nakal itu dan iapun diam saja ketika pinggulnya diusap. Bahkan ia merasa bergairah dan nikmat. karena ada laki- laki memperhatikannya!

Orang-orang itu harus mengerahkan seluruh kepandaiannya untuk mengejar Naga Gurun Gobi. Di daerah bukit berkapur barulah mereka mampu mengejar pemuda ini, yang sebenarnya tak enak badan dan meriang. Peng Houw juga tak menyangka bahwa orang-orang itu berani mengejarnya. Ia lari bukan karena takut melainkan memang tak ingin diganggu orang-orang ini.

Kalau Siang-mauw Sian-li tak mau pergi biarlah dia yang pergi. Maka begitu ia merebahkan tubuh dan berniat melanjutkan istirahatnya, di bawah batu hitam itu ia siap melepaskan lelah mendadak saja lawan- lawannya itu datang lagi, berkelebatan mengepung di kiri kanan.

"Peng Houw, kau tak boleh melarikan diri dari tanggung jawab. Sebelum kau menerangkan sumoiku selama itu pula aku mengejarmu. Berdirilah dan terima pukulanku!"

Wanita ini melayang lebih dulu dan lagi-lagi rambutnya yang hitam tebal itu meledak. Peng Houw baru saja merebahkan tubuh ketika ketua Sin-hong-pang ini muncul, ia terkejut dan mengelak. Akan tetapi ketika ia diserang lagi dan berturut-turut muncullah Ban-tok Wi Lo dan kawan-kawan maka Naga Gurun Gobi ini menjadi gusar dan iapun bangun dan membentak, menangkis sekaligus menjambak rambut wanita itu ketika kembali menyerang dirinya.

"Siang-mauw Sian-li, kau rupanya wanita tak tahu diri. Baik-baik aku menyingkir darimu akan tetapi kau tetap mengejar juga, rasanya perlu diberi pelajaran dan ini balasanku!"

Peng Houw menggubat dan menarik rambut panjang gemuk itu dan wanita inipun memekik. Ia tersentak dan terbawa ke depan. Dan kerena Peng Houw mengerahkan tenaganya demikian kuat maka wanita itu tak mampumempertahankan diri dan sekali Peng Houw menggerakkan kakinya maka mencelatlah wanita itu terbanting berdebuk.

"Aiihhhhhh..!"

Peng Houw sudah memutar dan mengelak serangan-serangan lain. Berturut-turut Ban-tok Wi Lo menyodokkan tongkatnya sementara Hek-sai Lo-kai dan dua sutenya menghantam dari belakang. Tong-kat Ban-tok Wi Lo juga menyemburkan jarum-jarum eracun. Akan tetapi ketika Peng lHouw mengibas dan semua serangan terpental maka kakek itu dan ketua Hek-i Kai-pang berteriak.

"Bresss!"

Tak ada senjata yang mampu mendekati pemuda ini. Peng Houw mempergunakan Hok-te Sin-kangnya dan lawan-lawannya terlempar. Akan tetapi karena mereka bandel dan berjumlah banyak, juga pukulan Peng Houw hanya membuat mereka sakit dan tidak luka- luka maka kemurahan ini diterima salah bahwa Naga Gurun Gobi itu tak kuat.

"Ia lemah, sakit. Ayo serang dan sikat lagi!"

"Benar, pukulannya tak sehebat yang kubayangkan. Hok-te Sin-kang ternyata hanya begini saja, kawan-kawan. Pukul dan hajar dia!"

Peng Houw terbelalak dan semakin marah. Memang ia tak melukai orang-orang ini karena tak suka mencelakai lawan. Tanpa alasan yang kuat tak mungkin dia bersikap kejam, apalagi membunuh. Tapi ketika semua maju dan menerjang lagi maka kesabaran pemuda ini hampir habis. "Hek-sai Lo-kai, jangan mendesakku. Dan, Ki-ong (Raja Catur), jangan macam- macam!"

Akan tetapi dua orang ini tertawa mengejek. Mereka menyambar di kiri kanan dan Ki-ong menyambarkan papan caturnya ke atas kepala. Jangan dianggap enteng papan catur ini karena terbuat dari baja putih, tipis akan tetapi seekor kerbaupun bisa pecah kepalanya kalau tertimpa. Dan ketika Hek-sai Lo-kai menggerakkan tongkat bajanya dan di belakangnya menyusul pula Hek-tung dan Hek Coa Lo-kai, wakil atau tokoh-tokoh Hek-i Kai-pang maka di depan atau kiri kanan orang-orang ini menyambar bayangan si Pedang Merah dan puteranya Leng Houw, dengan dua pedang di tangan ibu dan anak itupun tak kalah berbahaya.

"Wiirrr, plak-dess!"

Kali ini Peng Houw benar-benar geram dan ia tidak mengelak semua serangan itu. Tangan kirinya diputar sementara tangan kanan mendorong, angin menyambar dari kedua tangannya itu. Dan ketika serangan di belakang dibiarkan menghantam tubuhnya, terpental disusul pekik kaget pemiliknya maka saat itulah Naga Gurun Gobi membuat lawan terbang dan mencelat. Leng Houw patah pundaknya.

"Aduhh!"

Semua terkejut dan bergulingan. Ban-tok Wi Lo yang dapat merasakan lebih dulu dan cepat melempar tubuh tidaklah separah rekan- rekannya. Hek-sai Lo-kai dan dua sutenya terbanting, tongkat mereka patah. Dan ketika Lai Pak dan Ki-ong juga mengerang kesakitan, roboh dan tak mampu melompat bangun akhirnya membuat orang-orang itu sadar bahwa Naga Gurun Gobi ini terlalu kuat. Akan tetapi bentakan dan lengking merdu terdengar kemudian. Delapan belas murid Sin-hong-pang yang menyusul dan mengikuti ketuanya sudah tiba di situ.

Tentu saja mereka paling belakangan karena tak setinggi Ban-tok Wi Lo dan lain-lain, paling-paling hanya setingkat dengan Leng Houw pemuda berpedang itu yang diam-diam juga dilirik dan diincar murid-murid Sin-hong-pang. Dan begitu mereka tiba dan melihat ketua mereka terbanting maka gadis-gadis cantik membentak dan menyerang Peng Houw.

"Kau boleh bunuh kami tapi jangan lukai ketua, atau kami yang mampus di tanganmu!"

"Benar, jangan kira kami takut, Naga Gurun Gobi, mampuslah!"

Peng Houw mengerutkan kening dan ragu menghadapi murid-murid Sin-hong-pang. Mereka menyerang sekedar membantu ketua mereka itu, Siang-mauw Sian-li mengeluh dan roboh di sana, Rambutnya berodol. Akan tetapi karena ia harus memberi pelajaran pula dan terpaksa ia menangkis maka Peng Houw mengerahkan tenaganya sedikit keras dan gadis-gadis itu terlempar, berdebuk tumpang- tindih.

"Aku tak bermusuhan dengan kalian, pergilah!"

Bagai daun-daun kering saja wanita-wanita ini mencelat. Mereka dihembus tenaga amat kuat dan tentu saja berteriak. Semua terbanting dan mengaduh-aduh. Dan ketika mereka tak mampu bangun seakan semua tulang hancur berantakan maka Peng Houw sudah berdiri disitu memandang lawan- lawannya ini terutama Siang-mauw Sian-li dan rekan-rekannya.

"Hmh, siapa ingin menggangguku lagi. Yang tidak puas boleh maju, akan tetapi kalian lebih celaka lagi, mungkin aku terpaksa membunuh!"

Orang-orang itu gentar. Siang-mauw Sian-li terhuyung bangun dan wanita ini merah padam. Ternyata musuhnya terlalu hebat dan ia penasaran sekali, kemarahan membuat matanya berapi. Tapi ketika ia menegakkan kepala dan membusungkan dada tiba-tiba wanita itu melengking dan menerjang lagi.

"Kau boleh bunuh aku, cobalah"

Keberanian wanita ini memukul Wi Lo dan kawan-kawannya. Kakek yang sempoyongan dan gentar itu tercambuk. Seorang diri saja ketua Sin-hong-pang itu maju, mana keberanian mereka sebagai laki-laki. Dan ketika benar saja teman yang lain membentak dan maju lagi akhirnya kakek inipun menggeram dan terkekeh. Peng Houw berkelit dan marah menghindari pukulan wanita itu, terhadap Siang-mauw sian-li tentu saja ia agak lain, tahu bahwa wanita ini terhasut, tertipu.

"Sian-li, aku benar-benar tak tahu sumoimu Hong Cu. Orang-orang ini menipu dan mempermainkanmu!"

"Keparat, masa begitu banyak orang menipuku, Peng Houw, kaulah yang menipu dan mari kau atau aku mampus...plak-plak!"

Wanita ini bergerak menghantam dan rambutnya melecut wejah Peng Houw. Ia tak jera meskipun lawan lihai. Baginya lebih baik terbunuh daripada malu. Dan ketika Peng Houw menangkis dan Saat itu Hek-sai Lo-kai dan kawan-kawan menerjang kembali maka la menggeram dan wanita itu dibuatnya terpelanting, kemarahan sekarang tertumpah kepada orang-orang ini.

"Hek-sai Lo-kai, kalian orang-orang jahat. Aku tak mengampunimu lagi dan terimalah ini!"

Ketua Hek-i Kai-pang terbelalak. la semakin hati-hati dan waspada akan setiap gerakan lawan, Naga Gurun Gobi ini hebat dan ia sudah saling mengedip dengan dua sutenya. Hek-coa, adiknya nomor dua diam-diam mengeluarkan seekor ular hitam, kecil dan panjangnya paling-paling duapuluh lima senti. Akan tetapi karena ular ini amat berbisa dan racunnya jahat sekali, taring ular itu melengkung ke dalam maka yang tergigit biasanya tak akan lepas sebelum roboh dan tewas.

"Wut-wiirrrr...!” Ular hitam itu meluncur ketika Hek-coa mendapat isyarat suhengnya dalam saat yang bagus. Waktu itu Peng Houw mengibas dan ketua Hek-i Kai-pang ini cepat menyingkir, ia licik dan pukulan Peng Houw diterima si Pemabok Lai Pak. Dan ketika laki-laki itu berteriak dan roboh terbanting, kelima jarinya patah bertemu pukulan Peng Houw maka saat itulah ular hitam meluncur dan menyambar tengkuk pemuda ini dari belakang.

Peng Houw bukanlah Naga Gurun Gobi kalau tak tahu serangan gelap ini. Desir angin itu ditangkapnya, tengkuknya bagai bermata dan begitu si Pemabok terguling-guling iapun menampar dan membalik ke belakang. Lima hui-to mencicit tapi dibiarkannya mengenai tubuhnya, Runtuh dan Hong Ta si Pengerik Tulang berseru kagum. la kecewa tapi terhuyung oleh sisa tamparan Peng Houw. Dan ketika pemuda ini membalik dan melihat ular hitam itu, membelalakkan mata dan mengurangi pukulannya maka ular terpental dan membalik menyambar pipi tuannya itu.

"Augh!" Hek-coa terkejut dan melempar tubuh bergulingan. Ular itu terkejut oleh pukulan Peng Houw dan karena Peng Houw mengurangi tenaganya maka ular ini tak sampal mati. Kalau tidak tentu pukulan pemuda itu membuat tubuhnya hancur. Maka ketika ia terkejut dan terpental ke arah tuannya, menyambar pipi otomatis binatang ini menggigit dan masuklah racun berbisa ke wajah Hek-coa Lo-kai itu, melekat dan seperti kebiasaannya tak akan melepaskan diri sebelum korbannya roboh.

Hek-coa Lo-kai menjerit. dan ngeri sekali. Ular jenis ini amat ganas dan pendendam, kalau ia disakiti tak akan melepaskan musuhnya sebelum binasa. Maka ketika ia kesakitan oleh pukulan Peng Houw dan melekat di pipi tuannya itu, marah maka Hek-coa Lo-kai terkejut bukan main dan wajahnya seketika hitam gelap. ia merasa wajahnya tebal dan kaku menceng dan menarik ularnya itu tapi daging pipinya tercabut.

Darah mengucur, hitam. Dan ketika semua orang menjadi ngeri dan ular itu dibanting hancur, pengemis ini mengeluh dan roboh terjelungup ternyata iapun tewas dengan tubuh hitam gosong, begitu cepatnya.

"Aahhh!" Hek-sai Lo-kai menjadi pucat dan marah. la kehilangan sutenya dan tiba-tiba melontarkan tongkat. Senjata maut itu menyambar Peng Houw dan masih ditambah pukulan dua tangan mendorong. Hek-sai-kang (Tenaga Singa) dikeluarkan dan menyerang Peng Houw dengan cepat. Akan tetapi ketika Peng Houw menampar dan pengemis tinggi besar itu terbanting maka tongkatnya patah dan laki-laki itu bergulingan meloncat bangun kemudian melarikan diri.

Hek-tung Lo-kai mengikuti jejak suhengnya. Tokoh nomor dua Hek-i Kai-pang ini gentar. lapun lari setelah menimpukkan senjatanya, hancur dicengkeram Peng Houw. Dan ketika Naga Gurun Gobi itu memandang sisa lawannya yang gentar tak keruan maka diputarlah tubuh mereka dan Ban-tok Wi Lo terkekeh-kekeh, jarum beracunnya berhamburan dari ujung tongkat sebelum pergi.

"Heh-heh, masih terlalu tangguh. Lain kali saja kita ulangi, Sian Li, masih banyak kesempatan!" bicara begitu belasan sinar hitam menyambar Peng Houw, Licik dan jahat sekali kakek ini melarikan diri.

Peng Houw menyampok dan meruntuhkan jarum-jarum itu, satu ditangkap dan dijepit jari telunjuknya. Lalu ketika ia menyambit dan melemparkan itu menancaplah jarum ini di punggung si kakek bongkok.

"Aduh!" Wi Lo terpelanting akan tetapi bangun lagi. Kakek itu mencabut jarumnya dan lari lagi, menelan obat penawar. Lalu ketika a menghilang dan yang lain menyusul maka Siang-mauw Sian-li marah dan kecewa, apa boleh buat meninggalkan tempat itu pula, tahu diri.

"Lain kali ada kesempatan. Masih akan kuperhitungkan sakit hati ini, Peng Houw. Jangan sombong dan nanti kita ketemu lagi!"

Peng Houw menarik napas. Setelah Hek-coa Lo-kai tewas dan tiga lainnya luka barulah orang-orang itu mengerti keadaan. Sesungguhnya ia bermurah hati. Dan ketika gadis-gadis Sin-hong-pang juga melarikan diri menyusul ketuanya maka pemuda ini dapat beristirahat dan merebahkan tubuhnya di tapi batu hitam itu.

Akan tetapi mayat pengemis Hek-iKai-pang itu mengganggu. Tak sedap beristirahat di situ melihat mayat. Peng Houw bangkit dan menggali tanah, mengubur lawannya ini. Namun ketika ia selesai dan merasa pening, racun di kulit mayat tersentuh tangan telanjang maka Peng Houw terkejut menyadari kesembronoannya. Cepat ia mengerahkan sinkang mengusir. Untunglah hanya karena bersentuhan ia tak sampai menderita lebih berat, lain kalau digigit ular itu misalnya, seperti pengemis Hek-i Kai-pang itu.

Dan ketika racun dibersihkan dan telapaknya kembali putih Peng Houw lalu mengaso dan melepas lelah dl situ, tak terasa tidur-tidur ayam dan semilir angin lembut membuatnya terbuai. Ia yakin tak mungkin lawan-lawannya kembali. Tapi ketika ia terlelap antara sadar dan tidak tiba-tiba seorang gadis berdiri di depannya dengan tangan bertolak pinggang dan pipi kemerah-merahan, mata itu berapi dan panas membakar.

"Peng Houw, bangunlah. Aku menuntut hutangmu yang lama!"

Pemuda ini tertegun. Ia merasa mimpi dan karena tubuh terasa meriang membuat ia mudah melayang-layang. Ia sama sekali tak mendengar langkah kaki gadis ini dan tahu-tahu gadis itu muncul begitu saja. la terkejut. Tapi karena merasa mimpi dan mengucek-ucek matanya maka Peng Houw tersenyum dan tidur-tidur ayam lagi. Gadis itu adalah Hong Cu dan tak mungkin ada di situ. la terbawa pikirannya gara-gara bentakan dan serbuan Siang-mauw Sian-li tadi.

"Hei, bangun. Kutendang kau!"

Peng Houw mencelat. Kali ini ia benar-benar kaget karena mimpi bertemu Hong Cu menjadi kenyataan. Gadis yang disangka mimpi itu benar-benar Hong Cu, ia berhadapan di alam nyata! Dan ketika tendangan itu membuatnya sadar dan hiduplah seluruh syarafnya maka Peng Houw tertegun. Karena gadis di depannya ini bukan seperti Hong Cu beberapa bulan yang lalu, paling tidak sudah memillki langkah kaki yang demikian ringan hingga tak terdengar olehnya. Tentu saja begitu karena gadis ini telah mendapatkan Lui-thian-to-jit (Menyambar Matahari) dari Chi Koan, ilmu meringankan tubuh yang hebat itu!

"Kau...?" pemuda ini masih bingung. "Hong Cu, kau di sini...?!"

"Ya, aku, di sini! Aku ingin membuat perhitungan dan kebetulan kita bertemu. Aku mendengar suara pertempuran dan rupanya kau menghalau perampok. Sekarang hadapilah aku dan bayar hutang lamamnu agar segera beres!"

Gadis itu berkelebat dan Peng Houw kaget sekali. Bagai srikatan menyambar tahu- tahu gadis ini lenyap, Hong Cu bergerak begitu cepatnya. Dan karena ia kaget serta heran maka pipinya tertampar dan ia terpelanting.

"Plak-plak!"

Peng Houw bangun dan terhuyung- huyung. Tentu saja ia semakin kaget dan heran, gadis ini bukan Hong Cu beberapa bulan yang lalu. Dan ketika gadis itu berdiri lagi dan muncul membuat Peng Houw berkunang-kunang maka pemuda ini mendengar tawa bangga dan dingin mengejek. Hong Cu memang bangga bahwa ie telah memperlihatkan di depan lawannya bahwa ia bukan Hong Cu yang dulu.

"Nah, kau plonga-plongo (bengong), aku bukan Hong Cu yang dulu. Sekarang bersiaplah karena sekarang aku akan membunuhmu!"

Gadis itu berkelebat lagi dan Peng Houw tentu saja mengelak. La kaget dan pucat karena mengenal gerakan cepat itu, ilmu dari Gobi. ketika ia mengelak serta menangkis pukulan- pukulan gadis itu ia menjadi semakin kaget karena sepasang lengan gadis itu mulai berubah dan warna kemerah-merahan semburat jelas di telapaknya.

"Ang-see-ciang (Pukulan Pasir Merah)..."

"Bagus, kau tahu. Sekarang hadapilah dan awas serangan-seranganku, Peng Houw. Aku tak akan main-main dan siap membunuhmu... wut-tar-tar!"

Rambut meledak dan kepala gadis itu mengibas ke kanan kiri. Siang-mauw-kang atau silat Rambut Sakti berbaur dengan Ang-see-ciang yang amat dahsyat itu. Hong Cu sekarang sudah bukan Hong Cu yang dulu. Dan ketika gadis itu berkelebatan dan lenyap menyambar-nyambar, Lui-Thian Lo-jit miliknya membuat gadis ini seakan terbang saja maka Peng Houw kewalahan akan tetapi ia lebih banyak bengong dan mengelak serta menangkis. Hok-te Sin- kangnya bekerja dan Ang-see-ciang mental bertemu tubuhnya.

"Keparat!" gadis itu sengit. "Kau hebat, Peng Houw, akan tetapi aku akan merobohkanmu!"

Hong Cu gadis Sin-hong-pang ini lenyap seperti srikatan menyambar-nyambar. la benar-benar menunjukkan kepandaiannya dan Peng Houw kagum. Hong Cu sudah melebihi sucinya sendiri. Siang-mau Sian-li dua tingkat di bawah sumoinya ini! Akan tetapi karena Peng Houw mengenal betul bahwa Ang-see-ciang maupun Lui-thian-to-jit adalah milik Chi Koan, dulunya diwarisi dari mendiang susioknya Beng Kong Hwesio maka pemuda ini berseru bagaimana gadis itu memperoleh semuanya ini.

"Kau memiliki ilmu-ilmu yang dimiliki mendiang susiokku Beng Kong Hwesio. He, dari mana kau mendapatkannya, Hong Cu, dan ketahuilah bahwa baru saja ketuamu mencari-cari kau!"

"Diam, jangan banyak cakap. Aku akan membunuhmu, Peng Houw, terlalu banyak dosamu. Bertandinglah secara jantan dan balas pukulan-pukulanku!"

"Kita bukan musuh, aku tak akan membalas. Tapi kalau kau bandel maka aku akan merobohkanmu dan membawamu ke sucimu. Dia baru saja meninggalkan tempat ini."

"Jangan banyak cakap, kau membuatku malu dan terimalah... plak-plak!"

Rambut meledak dan menyambar pipi Peng Houw akan tetepi pemuda itu menangkis. Rambut hitam gemuk ini menyabet pipi Hong Cu sendiri. Dan ketika gadis itu memekik dan menerjang lagi maka Ang-see-ciangnya menyambar dan kali ini Peng Houw membiarkan tubuhnya dipukul, dadanya menerima uap panas mengepul.

"Dess!" Peng Houw melindungi diri dan diam-diam kagum karena sinkang yang dimiliki gadis ini maju pesat. Bajunya terbakar dan cepat ia mendorong. Dan ketika gadis itu menjerit merasa kecewa, Peng Houw tak apa-apa maka ia berkelebatan lagi dengan Lui-thian-to-jit dan Peng Houw harus melempar kepalanyg ke kiri kanan mengelak tamparan-tamparan Pasir Merah itu.

"Hong Cu, kau mendapatkannya dari Chi Koan. Hm, Kalau begitu kau bertemu si buta itu dan belajar ilmunya. Tahukah kau siapa pemuda itu dan tidakkah merugikanmu?"

"Tutup mulutmu, tak usah nengurus orang lain. Aku atau kau mampus, Peng Houw, dan sekarang aku mengadu jiwa...Pra-prat!" rambut menyambar lagi dan kali ini membelit leher Peng Houw. Gerakan gadis itu amat cepat dan Lui-thian to-jit yang begitu luar biasa memungkinkan semuanya ini.

Peng Houw juga tidak begitu sungguh-sungguh menghadapi lawannya. Maka ketika ia terkejut lehernya tercekik, gadis di depannya sudah menarik serta melepas Ang-see-ciang maka ia merasa sudah waktunya menghentikan pertandingan ini. Ang-see-ciang diterima dan pemuda itu menggetarkan sepuluh jarinya, dua tangan mereka saling cengkeram. Lalu ketika Peng Houw menggelembungkean urat leher memutuskan rambut maka gadis itu menjerit ketika Peng Houw tiba-tiba menendang lututnya.

"Dukk!" Gadis ini terjatuh dan cengkeramanpun lepas. Cepat Peng Houw menotok pundak dan robohlah Sumoi ketua Sin-hong-pang ini. Dan ketika gadis itu tersedu-sedu sementara Peng Houw melepaskan gadis itu, maka Hong Cu terguling dan memaki-maki di tanah.

"Kau bunuhlah aku daripada menghina. Aku tak takut mati, Peng Houw, bunuhlah!"

"Aku tak akan membunuhmu, dan tak mungkin membunuhmu. Kau gadis keras kepala, Hong Cu. Berkali-kali kubilang bahwa sikapmu salah. Aku bukan musuhmu!"

"Keparat, banyak omong. Kalau begitu bebaskan aku, Peng Houw, dan aku membunuhmu!"

"Hm, itupun tak mungkin. Aku wajib membela diri, Hong Cu, aku tak akan membiarkan orang lain mencabut nyawaku begitu saja. Maaf, sekarang aku memondongmu dan membawa kepada sucimu itu. Baru saja ia datang mengeroyok aku dan teman- temannya!"

Peng Houw sungkan menyambar gadis ini hati-hati dan Hong Cupun menangis tak keruan. la sudah dipanggul, diletakkan di pundak. Lalu ketika pemuda itu melangkah dan membawanya pergi maka perasaan gadis ini tak keruan dan senang serta marah bercampur aduk. Langka sekali ia mendapat kesempatan dipanggul Naga Gurun Gobi. Langka untuk berhimpitan dengan tubuh pemuda itu meskipun dalam saat darurat. Maka ketika ia merada senang namun juga marah dibawa pemuda itu, bukan ke mana-mana melainkan kepada sucinya maka Hong Cu berteriak-teriak dan tidak mau, meronta-ronta.

Akan tetapi Peng Houw tak memperdulikan itu. Justeru pemuda ini girang bahwa sebentar lagi ia akan membersihkan diri. Siang-mauw Sian-li akan melihat bahwa ia mengembalikan Hong Cu, gadis itu tidak ke mana-mana. Dan ketika ia berdebar juga harus menjauhkan buah dada gadis itu dari punggungnya, sekali dua kesetrum karena Hong Cu meronta dan berteriak-teriak maka Peng Houw menyesal tak menemukan ketua Sin-pang yang baru pergi itu.

Menurut perhitungannya wanita itu belum begitu jauh. Dan karena ia harus menyingkiri jalan umum mencari jalan sepi maka hal ini membuat Naga Gurun Gobi itu semakin kehilangan jejak. Peng Houw berputar dan mencari-cari akan tetapi wanita cantik itu tak ditemukan, malam menjelang tiba dan apa boleh buat ia beristirahat. Kebetulan ditemukannya sebuah guha.

Dan ketika malam itu ia melewatkan waktu bersama gadis Sin-hong-pang ini. Hong Cu sudah tak menangis dan membiarkan dirinya di pundak maka di situ Peng Houw meletakkan gadis itu di tanah kering. Gadis itu cemberut akan tetapi Peng Houw harus menekan detak jantungnya karena sinar mata gadis Sin-hong pang ini kadang-kadang menyambarnya penuh kasih!

"Sucimu lenyap, entah ke mana. Malam ini kita di sini saja dan besok melanjutkan perjalanan. Kalau tidak ketemu maka kubawa dirimu ke Sin-hong-pang, kuserahkan di sana. Ketahuilah aku difitnah dan disangka menyembunyikan dirimu!"

Peng Houw menceritakan kejadian pagi tadi namun gadis ini seakan mendengar seakan tidak. Sesungguhnya cinta Hong Cu bangkit lagi. Dalam perjalanan ini ia merasakan sesuatu yang khusus, kelembutan dan perhatian pemuda itu. Dan karena.ia tahu bahwa pemuda ini tidak seperti Chi Koan, yang hanya bersikap baik dan lembut di luar untuk menyembunyikan kejalangannya.

Maka gadis ini menjadi kagum apalagi ketika berkali-kali dengan halus dan amat sopan Peng Houw selalu menjaga bagian tubuhnya yang terpenting agar tidak bersenggolan. Pemuda ini sungguh baik dan amat sopan terhadap wanita.

Tiba-tiba gadis itu tersedu. Teringat Chi Koan mendadak teringatlah Semua pengalamannya yang buruk. la telah jatuh di dalam pemuda iblis itu. Dan ketika Hong Cu tak dapat menahan sedihnya hati teringat peristiwa puncak maka gadis ini mengguguk dan Peng Houw tentu saja terkejut. Baru kali ini gadis itu menangis lagi setelah diam dan tenang.

"Ada apa?" pemuda itu mengerutkan kening. "Kalau kau lapar aku menyediakannya, Hong Cu, sedikit roti kering dan air putih."

Peng Houw mengeluarkan makanannya dan mengira gadis itu lapar. Sejak tadi mereka belum memperhatikan diri sendiri dan sekarang Peng Houw akan beristirahat. Hong Cu juga diam tak mengurus makan minumnya. Dan ketika ia mengeluarkan buntalannya itu namun gadis ini bahkan semakin mengguguk, begitu sedih dan menyayat-nyayat maka Peng Houw tertegun dan tentu saja tak enak makan minum sendiri.

"Kalau lapar makanlah, aku akan membebaskanmu." Peng Houw menotok dan ia meloncat di pintu guha. Dengan begini gadis itu tak mungkin lari dan dapat makan minum sendirí. Tapi ketika tiba-tiba gadis itu berteriak dan meloncat menumbuk dinding maka Peng Houw kaget setengah mati gadis ini hendak bunuh diri.

"Heiii...!" Untunglah ia bergerak cepat dan mengibas dari jauh. Gadis itu terpelanting dan roboh. Dan ketika ia terpaksa menotok lagi dan menjadi cemas maka gadis ini berteriak-teriak agar dibunuh saja.

"Aku tak mau makan, aku tak mau apa-apa. Aku mau mati!"

"Hm, tidak mungkin. Sebelum aku menyerahkan dan membawa dirimu kepada sucimu tanggung jawab keselamatanmu ada padaku, Hong Cu. Jangan berbuat macam-macam dan merepotkan aku...!"

"Bunuhlah aku agar tidak repot. Aku tak mau menemui siapa-siapa, Peng Houw, tidak juga Sin-hong-pang. Kau bunuhlah aku dan habis perkara!"

Pemuda ini tertawa getir. Mana mungkin ia membunuh gadis ini, melukai saja tak senang. Dan ketika gadis itu tak mau makan dan selerapun terganggu akhirnya Peng Houw menyimpan itu dan diri sendiri juga tidak jadi mengisi perut.

"Baiklah, aku tak ingin kau bunuh diri. Daripada menjagamu semalam suntuk lebih baik kutotok saja, maaf."

Gadis itu mengeluh ketika Peng Houw membuatnya tak berdaya. Beberapa saat Peng Houw mengawasi gadis itu, melihat bahwa Hong Cu tetap selamat dan tak mungkin terjadi bunuh diri. Tapi ketika malam semakin larut dan peneranganpun semakin remang-remang, Peng Houw harus menambah kayu kering pengusir nyamuk maka di saat ia beristirahat dan hendak lelap sekonyong-konyong terdengar gadis itu muntah-muntah.

Peng Houw terkejut dan melompat bangun. la merasa aneh kenapa gadis yang kosong perutnya ini harus muntah-muntah. Namun ketika ia mengurut dan melegakan gadis itu, Hong Cu menangis maka gadis ini diam saja sampai akhirnya terguling lemas. Peng Houw tak dapat tidur dan menjaga gadis itu. Ia membersihkan muntahan.

Hong Cu memandangnya redup. Begitu halus dan penuh perhatian pemuda ini, lagi-lagi gadis itu memandang mesra. Dan ketika Peng Houw harus membuang pandangan dan duduk membelakangi maka ia berkata agar gadis itu mengisi perutnya.

"Kau lapar, perutmu berkeruyuk. Kalau tidak diisi tentu tubuhmu semakin lemah!"

"Aku tak mau makan, kecuali kau menyuapiku. Biar mati lebih baik aku begini, Peng Houw. Kau tidurlah dan jangan hiraukan aku!"

"Menyuapimu?" Peng Houw semburat. "Kalau begitu keinginanmu baiklah, Hong Cu, aku tak mau perutmu kosong sehabis muntah-muntah tadi. Kalau tak ingat ini agaknya lebih baik membiarkan kau lemas!"

Ada senyum dan kilatan kecil di mata gadis Sin-hong-pang itu. Peng Houw bergerak dan mengambil sepotong roti kering lalu menyuruh gadis itu menggigit. Hong Cu membuka mulutnya dan gigi seperti mentimun berderet itu mengatup. Lalu ketika gadis ini mengunyah pelan-pelan sementara Peng Houw harus sering membuang pandangan maka Hong Cu berkeruyuk minta air.

"Aku haus, ingin minum...!"

Peng Houw menangkap kemanjaan gadis ini. Apa boleh buat iapun menuangkan air putih itu ke mulut Hong Cu, bibir lunak lembut itu segera merah basah. Dan ketika air menyegarkan gadis Sin-hong-pang ini dan sepotong roti habis akhirnya Peng Houw mengomel dan menyimpan sisa makanannya.

"Besok harus makan sendiri, dan kedua lenganmu yang akan kubuka totokannya!"

Hong Cu tersenyum manis. Ia merasa nikmat dan senang menggoda Naga Gurun Gobi ini. Malam itu terasa bahagia sekali. Dan ketika ia menguap dan tidur perlahan-lahan, bibirnya membisikkan nama pemuda itu maka gadis Sin-hong-pang ini terlena dan masuk ke alam indah di mana Peng Houw justeru merasa jengah dan kikuk sendiri. Gadis ini terang-terangan mencintainya!

Peng Houw menarik napas dalam- dalam. Betapapun jiwa kelelakiannya bergetar. Diam-diam ia mengakui kecantikan gadis ini, menyapu dan tak terasa mengamati semua bagian tubuh itu. Mulai dari betis yang memadi bunting sampai leher yang jenjang bak angsa betina. Hidung yang kecil mancung dan bibir yang merah tipis terasa juga mempesona. Bulu mata yang lentik itu diam tak bergerak di bawah naungan alis hitam panjang. Sungguh gadis ini cantik.

Akan tetapi karena ia teringat isterinya dan Li Cengpun bukan wanita sembarangan maka ia menindih perasaannya yang bermacam-macam dan pemuda ini akhirnya bersila membelakangi punggung. Peng Houw tak dapat tidur menjaga gadis itu. Untunglah malam yang tanpa gangguan mengembalikan kesehatannya dan meriang di tubuh hilang. Ia merasakan kesegaran baru.

Dan ketika ayanm jantan berkokok dan mulut guha diterangi cahaya kemerah-merahan maka Hong Cu juga bangun dan membuka matanya. Peng Houw berkelebat dan sebentar kemudian kembali lagi dengan semangkok air dingin.

"Silakan cuci muka, kita melanjutkan perjalanan."

Hong Cu bergerak. Peng Houw membebaskan kedua lengannya dan hanya bagian itulah yang bisa digerakkan. Wajah itu merunduk, masuk dan berkecipaklah air dingin membasahi muka. Lalu ketika gadis ini mengangkat mukanya dan segar kemerah-merahan maka Peng Houw membuang kagum dan melempar pandangan ke samping. Rambut yang awut-awutan dan tergerai itu rasanya semakin cantik saja setelah wajah dan pipi itu digosok kemerah-merahan.

"Aku ingin mandi, bolehkah mandi...?" Pemuda ini tertegun. "Aku tak akan melarikan diri, Peng Houw sumpah!"

"Hm , begini saja," pemuda itu kemerah-merahan dan bingung. "Lekuk di dalam guha itu akan kuisi air, Hong Cu, kau mandi disini saja. Tapi berjanjilah bahwa kau tak akan bunuh diri!"

"Aku berjanji," gadis itu tersenyum. "Aku risi dengan tubuhku yang kotor dan penuh keringat. Kalau aku tak boleh mandi di luar di sinipun boleh. Asal.... asal kau menjaga di luar!"

"Ya, aku akan di luar. Tunggulah!"

Peng Houw lenyap dan tak lama kemudian membawa semangkok demi semangkok air bersih ke ceruk guha. Kebetulan di situ ada ceruk yang bisa digunakan sebagai tempat penampung air, Peng Houw bekerja keras memenuhi ini. Dan ketika Hong Cu memandang kagum dan tak habis-habisnya memuji memandang mesra akhirnya pemuda itu berkelebat di luar guha menyuruh gadis itu mandi.

"Aku memegang janjimu, atau kuanggap kau melanggar dan tak perlu dipercaya lagi!"

Gadis ini menarik napas. Tiba-tiba ia terisak dan menggigit bibir. Semakin dekat dengan pemuda ini rasanya ia semakin jatuh cinta. la semakin kagum dan tergila-gila. Tapi teringat Chi Koan yang menodainya mendadak Ia menjadi marah dan hampir saja niatnya membenturkan kepala berlangsung.

Akan tetapi Hong Cu menahan kemarahannya itu. Ia membuang penyesalan yang sia-sia dan akhirnya mencopoti pakaian. Tanpa ragu dan percaya bahwa Peng Houw tak mungkin melongok, ia melepas pakaiannya satu per satu. Peng Houw telah membebaskan totokannya penuh. Dan ketika tak lama kemudian suara air cebar-cebur membasahi tubuh indah itu maka di luar guha Peng Houw sama sekali menutup pendengarannya.

Birahi adalah nafsu yang mudah menghanyutkan manusia ke dalam kelelapan. Orang lain tentu ingin mengintai atau menjenguk gadis Sin-hong-pang itu. Siapa tidak tertarik dan bangkit nafsunya membayangkan gadis ini tubuh yang indah dan sintal.Akan tetapi karena Peng Houw bukanlah pemuda sembarangan dan murid mendiang sesepuh Go-bi ini adalah pemuda yang tangguh dan kuat imannya maka tak ada reaksi berlebihan pada wajah atau diri pemuda itu.

Peng Houw tenang-tenang dan duduk di luar guha memandang ini-itu, la bahkan tak tahu ketika tiba-tiba Hong Cu telah berada di situ. Suara air lenyap dan gadis ini bersinar memandang Naga Gurun Gobi itu. Tampak oleh Hong Cu bahwa pemuda ini benar-benar berpikiran bersih, jauh sekali dibanding Chi Koan. Kalau pemuda itu di situ tentu ia dilalap.

Dan ketika ia menghela napas panjang dan barulah suara ini mengejutkan pemuda itu maka Peng Houw tertegun alangkah cantiknya gadis Sin-hong-pang ini. Hong Cu menyanggul rambutnya tinggi di atas kepala dan dua tusuk konde menjepit rambut itu mempertahankan posisinya. Bibir itu merekah tipis.

"Kau sudah mandi?"

Peng Houw membalik dan tak berani terlalu lama memandang wajah itu. Pagi itu gadis Sin-hong-pang ini seakan lebih bersinar dan cantik saja. Ikat pinggangnya menempel ketat dan pinggang ramping itu semakin menonjolkan bentuk pinggul yang besar. Tubuh itu memang padat menggairahkan. Dan ketika gadis itu mengangguk dan menarik napas dalam maka kata-katanya membuat pemuda ini tertegun.

"Aku tak ingin menemui suciku, aku tak mau ke Sin-hong-pang. Bagaimana kalau kau bebaskan aku, Peng Houw, jangan bawa aku ke sana."

"Hmn, bagaimana ini," Peng Houw menjawab, menggelengkan kepala."Kemarin aku dituduh yang tidak-tidak, Hong Cu, aku ingin membersihkan diri. Kalau kau mau baik-baik ke sana tentu saja aku senang. Bebas boleh bebas, tapi kau harus kuserahkan sucimu!"

Mata itu berkilat, tiba-tiba berapi. Dan ketika Peng Houw melihat ini mendadak gadis itupun membentak dan menyerangnya. "Kalau begitu kau robohkan aku kembali!"

Peng Houw berkelit dan menarik napas panjang. Sekali gadis ini menyerang maka tak akan sudah kalau belum roboh. Apa boleh buat, ia pun melayani. Dan karena kepandaiannya jauh lebih tinggi dan iapun tak mau berlama- lama akhirnya sebuah totokan melumpuhkan gadis itu.

"Tuk..!" Hong Cu terguling dan mengeluh. Peng Houw menyambarnya dan pemuda ini meminta maaf. Lalu merasa bahwa tak ada gunanye berlama di situ iapun berkelebat dan memulai perjalanannya, kini langkahnya jelas dan pasti, Sin-hong-pang.

"Aku menyesal tak dapat memenuhi permintaanmu. Kalau nanti sucimu sudah menerima dirimu boleh kau pergi lagi, Hong Cu, sesukamu. Tapi sekarang harus pergi dulu dan turut kata-kataku."

Gadis itu menangis. Ia tehu pemuda ini tak akan menarik, niatnya,betapapun ia tetap akan dibawa ke Sin-hong-pang. Dan ketika pagi itu kembali gadis ini memaki-maki namun Peng Houw mendiamkannya saja tiba-tiba tak lama kemudian, gadis itu muntah-muntah.

"Huekk. huekk!"

Peng Houw terkejut. Lagi-lagi ia merasa heran kenapa gadis itu muntah-muntah. Seingatnya mereka belum mengisi perut, belum sarapan. Dan ketika ia berhenti dan meletakkan gadis itu di tanah, Hong Cu menangis maka Peng Houw mengerutkan kening melihat sesuatu gejala.

"Kau... kau hamil?"

Pertanyaan ini diluncurkan begitu saja tanpa sadar. Peng Houw tiba-tiba teringat isterinya ketika tanpa sebab juga muntah- muntah, yakni ketika dulu isterinya hamil muda. Maka ketika ia terlepas begitu saja dan bertanya tanpa sadar, terkejut dan kaget sendiri maka Hong Cu membelalakkan matanya dan seketika merah padam.

"Kau... kau bicara apa?"

"Maaf," pemuda ini merobah sikap. "Aku tak bertanya apa-apa, Hong Cu, hanya heran oleh kejadian ini. Bukankah perutmu kosong."

Gadis itu mengguguk. Sesungguhnya ia tertampar oleh pertanyaan Peng Houw tadi, diam-diam merasa bahwa sesuatu telah terjadi di tubuhnya. Ada perobahan yang tidak diketahuinya, asing akan tetapi cukup mengganggu namun belum begi-tu besar. la merasa mual-mual dan ingin muntah melulu. Mukanya tiba-tiba pucat teringat kejadian di gedung Sui-ta Ho-kian itu.

Dan karena ia pun bukan anak kecil dan tahu apa artinya itu, resiko permainan semalam dengan Chi Koan maka ia gelisah dan gugup, juga malu. Untunglah Peng Houw tidak bertanya lagi karena pemuda itupun rikuh. Apa urusannya tentang ini. Maka ketika ia melanjutkan perjalanan namun Hong Cu berkeruyuk, lapar maka. ia berhenti lagi membuka buntalannya itu.

"Kau muntah lagi, perutmu kosong. Biarlah sarapan dulu dan berhenti sejenak."

Hong Cu diam saja, menggeleng. Gadis ini pucat dan Peng Houw merasa kasihan. Berdebarlah pemuda itu teringat Lui-thian-to-jit dan Ang-see-ciang yang dimiliki gadis ini. Jangan-jangan Ohi Koan... ah, Peng Houw tak melanjutkan dugaannya dan menyimpan makanannya lagi, Gadis itu tak mau mengisi perut, ia juga tak mau menyuapi. Dan karena mereka sama-sama keras kepala dan Peng Houw tak bermaksud memanja-manjakan lagi maka pemuda itu menerusken perjalanan tapi beberapa saat kemudian gadis itu kembali muntah-muntah.

"Ah, ini tak wajar. Apa yang terjadi denganmu, Hong Cu. Masa sakit!"

"Tak usah perdulikan aku. Buang atau bunuh saja aku, Peng Houw, jangan banyak cakap!"

Peng Houw mengerutkan kening. gadis itu menangis lagi dan kekhawatiran Hong Cu menjadi-jadi. la semakin cemas dengan apa yang dialaminya itu, tubuhnya lęmas. Dan ketika Peng Houw tertegun dan berhenti lagi maka pemuda ini duduk termenung memandangi gadis Sin-hong-pang itu. Dugaaannya semakin kuat bahwa Hong Cu hamil.

"Aku harus membawamu secepatnya dan biar sucimu tahu. Kita tak boleh berlama-lama lagi, Hong Cu, secepatiya kita ke Sin-hong-pang!"

Gadis itu menjerit. Peng Houw menyambarnya dan tiba-tiba tidak perduli lagi keadaan gadis ini. Hong Cu terus muntah-muntah dan Peng Houw marah. kiranya gadis ini telah menjalin hubungan gelap dengan Chi Koan. Dan ketika pemuda itu berkelebat dan kebetulan melewati Swi-yang, sebuah kota cukup besar tiba-tiba ia mempunyai pikiran lain dan mengambil atau menculik seorang tabib. Peng Houw hanya ingin memastikan diri bahwa Hong Cu memang hamil!

"Coba kau periksa keadaannya apa yang terjadi. Aku tak mau berlama-lama dan jangan takut, ini untukmu!"

Peng Houw melemparkan sekeping emas dan tabib yang semula ketakutan itu sedikit berseri. Ia dibawa dari rumahnya ikut "siluman", begitu sangkanya karena ia dibawa terbang dan pohon serta rumah di kiri kanan meluncur dengan cepatnya. Dan ketika ia berhenti di situ dan pembawanya itu ternyata seorang pemuda, di dekat mereka berbaring seorang gadis cantik maka tabib ini lega namun sebelumnya tentu saja ia mengamati dan terheran-heran memandang pemuda ini.

"Maaf, siapakah kongcu ini. Dan...dan siapa nona itu."

“la sakit, muntah-muntah. Aku bingung tak tahu obatnya, Lo-sinshe. Coba kau periksa dan jangan banyak tanya. Itu uangmu!'

"Hm, kalian... pengantin baru?"

Wajah Peng Houw semburat. la membentak agar tabib itu cepat bekerja, Hong Cu menangis dan kali ini Peng Houw menotok urat gagunya. Hal itu dilakukan agar gadis ini tak banyak bicara, apalagi berteriak-teriak. Dan ketika tabib itu berlutut dan jarinya menekan serts memijat urat nadi mendadak ia terkekeh dan bangkit tertawa-tawa.

"Heh-heh, penyakit alam. Sebelum aku menjawab tolong kongcu sebutkan dulu bahwa kalian adalah suami isteri."

"Hm, aku... dia... baiklah," Peng Houw mengangguk, tak mau membuat Hong Cu malu di depan orang lain. "Dia isteriku, sinshe. Sekarang katakan apa penyakitnya."

"Hamil, heh-heh! Dia hamil, kongcu,. kiong-hi (selamat)... kiong-hi...!"

Akan tetapi Peng Houw tahu-tahu berkelebat lenyap. Ia sudah memastikan dugaannya dan Hong Cu ternyata hamil, gadis ini akan menjadi ibu. Dan ketika tabib itu berseru keras, terkejut karena pemuda dan gadis itu lenyap maka kakek ini berteriak-teriak dan lintang-pukang lucunya tak lupa menyambar sekeping emas itu.

"Haiya, hantu...hantu..."

Peng Houw sendiri sudah tak memperdulikan tabib itu. la telah meyakini dugaannya bahwa Hong Cu hamil. Dan ketika ia jauh dan sudah meninggalkan kakek itu maka di tempat sunyi ia menurunkan gadis ini, pandangannya berkilat dan berapi-api, mencorong.

"Kau, hmm. Tak kusangka sebejat dan sejauh itu watakmu, Hong Cu. Kau yang semula masih kuhargai dan kuanggap gadis baik-baik ternyata telah hamil di luar nikah. Apa jawabmu setelah ini. Tidakkah hubunganmu dengan Chi Koan membuahkan hasil!"

Gadis itu tersedu-sedu. Hong Cu tak dapat mengelak lagi dan Peng Houw cerdik memanggil tabib. Dengan begitu memang ia tak mungkin mengelak. Akan tetapi karena kejadian itu bukan atas kehendaknya dan iapun juga tak menyangka akan hamil maka ia tak menjawab atau membantah pernyataan itu. la sendiri sudah begitu bingung dan panik dinyatakan hamil. Sungguh tak ia sangka bahwa hubungan di kamar Sui-taijin itu berbuah janin.

Chi Koan benar-benar terkutuk. Akan tetapi ketika teringat Peng Houw mengakuinya sebagai isteri, sebuah pikiran tiba-tiba memercik mendadak ia menjatuhkan diri berlutut dan merangkul kaki pemuda itu, tersedu-sedu, seluruh hati dan perasaannya hanyut.

"Maafkan aku... ampunkan aku. Tak dapat kusangkal bahwa semua ini perbuatan Chi Koan, Peng Houw, akan tetapi ketahuilah bahwa semua itu bukan atas kehendakku. Jahanam itu mempergunakan ilmu hitam, aku diguna-guna. Aku ditipu dan dipermainkannya sampai akhirnya aku sadar dan melarikan diri. Dan... dan janin ini akan lahir tanpa ayah. Ah, tolonglah, Peng Houw... akuilah dia sebagai anakmu sebagaimana kau tadi mengakuiku sebagai isteri."

Peng Houw terkejut, berubah. Ia tiba-tiba ingat dan semburat merah. Tabib itu saksi! Dan ketika ia pucat dan tergetar oleh sesuatu, tanpa disadari tiba-tiba ia terjebak dalam persoalan kotor maka pemuda ini tak dapat menjawab dan sejenak ia menggigil.

"Kasihanilah aku... ampunilah aku... Chi Koan memang jahanam terkutuk, Peng Houw. Aku telah masuk ke mulut srigala berbulu domba. Aku mengikutinya karena ia berjanji akan membantuku, memusuhimu. Dia lihai dan aku percaya. Namun karena aku tak tahu bahwa ia adalah Chi Koan, baru kutahu setelah Kwi-bo datang maka aku tergelincir dan menyesal meninggalkannya. Sungguh bukan kehendakku kecuali kehendak iblis jahanam itu!"

Pemuda ini termangu-mangu. Hong Cu cepat menceritakan asal mulanya dan mengertilah Peng Houw. Chi Koan merobah namanya mempermainkan orang. Dan karena Hong Cu memang belum pernah bertemu muka dan si buta itupun amat licik dan keji maka pemuda ini mau mengerti, akan tetapi mengaku ayah dari anak di perut Hong Cu tentu saja berat.

Bagaimana kalau didengar isterinya, juga orang-orang lain. Tentu ia akan dianggap menyeleweng dan besar resikonya menerima itu. Tidak gampang untuk memberi tahu orang lain bahwa pengakuan itu hanya pura-pura saja, masa pendekar seperti dia harus berbohong!

"Hmn, maaf, aku dapat mengerti. Sekarang hormatku pulih lagi, Hong Cu, Chi Koan memang iblis yang amat keji. Kau menjadi korban. Akan tetapi rasanya tak mungkin menerima usulmu dan mengaku ayah dari anakmu."

"Tapi... tapi kau mau mengaku suami isteri di depan Lo-sinshe itu!"

"Aku hanya ingin menolongmu. Aku tak ingin membuatmu malu di depan orang lain, Hong Cu. Harap kau mengerti ini."

"Tapi, ahh..." gadis itu tiba-tiba meloncat dan menumbukkan dahinya di batang pohon. "Kalau begitu lebih baik aku mati, Peng Houw. Hidup tiada guna lagi kalau sudah seperti ini!"

Peng Houw menyambar dan selalu waspada sejak tadi. Sebelum gadis itu menyentuhkan kepalanya iapun sudah menotok dan menarik gadis ini. Hong Cu terpekik. Dan ketika gadis itu roboh dan jatuh di pelukannya maka Peng Houw berkerut-kerut merasa ngeri.

"Hong Cu, bunuh diri bukan jalan terbaik. Enak benar jahanam itu menyusahkan dirimu. Jangan takut dan aku membantumu dan di mana ia sekarang. Beritahulah dan kita cari dia sama-sama!"

Akan tetapi gadis ini menjerit dan berteriak-teriak. la melolong dan meraung-raung dan Peng Houw menutup mulutnya. Gadis ini histeris. Namun ketika ia menghentikan tangis itu mendadak berkelebat bayangan dan munculah Siang-mau Sian-li dan kawan-kawannya dulu, bahkan sekarang bertambah dengan orang-orang See-ouw-pang karena Cheng-liong-pian Ning Po, ketua See-ouw-pang itu berdiri dengan mata terbelalak melihal pemuda ini seakan menyiksa Hong Cu!

"Keparat, begini kiranya. Tak pantas kau sebagai Naga Gurun Gobi menyiksa gadis, Peng Houw. Mana kegagahanmu dan nama besarmu. Kau menculik dan membawa Hong Cu!"

"Apa kataku, heh-heh!" Golok Pengerik Tulang, kakek tinggi kurus itu terkekeh. "Sudah kubilang bahwa saksi-saksi cukup banyak, pangcu. Siang-mauw Sian-li inipun kuberi tahu dan sekarang melihatnya sendiri. Lihat, pemuda itu seperti pemerkosa!"

"Dan ia membuat gadis itu pingsan. Ah, serang dan selamatkan sumoimu itu, Siang- mauw Sian-li, jumlah kita banyak dan tak perlu takut lagi. Ketua See-ouw-pang sudah di sini!"

Siang-mauw Sian-li mendelik dengan wajah terbakar. Adegan terakhir ketika Peng Houw menotok pingsan sumoinya tak dapat ditutup-tutupi lagi. Mau apa pemuda itu kalau bukan mau bertindak jelek. Maka ketika ia menerjang dan membentak menjeletarkan rambut, yang lain mengikuti dan berteriak ramai-ramai maka Peng Houw melemparkan tubuh Hong Cu agar selamat dari hujan serangan. Golok Pengerik Tulang menghamburkan hui-tonya belasan batang.

"Sing-singg-plakkk!"

Demikian keget dan marah Peng Houw hingga ia mengelak dan menangkis amat keras. Sekali memutar lengannya semua orang terbanting, Siang-mauw Sian-li menjerit dan bergulingan melempar tubuh. Akan tetapi ketika wanita itu meloncat bangun dan menerjang lagi, pemuda ini terjepit nasib buruk maka Peng Houw membentak mencoba menjelaskan.

"Mundur, jangan main serang. Aku bertemu gadis itu dan sengaja hendak menyerahkannya kepada Siang-mauw Sian-li. He, mundur dan tanya dulu sumoimu itu, Sian-li, jangan membabi-buta!"

"Apanya lagi yang ditanya. Kau sudah membawa dan mempermainkan sumoiku, Peng Houw, kami Sin-hong-pang tak dapat memberi ampun. Kau atau kami yang mampus!"

"Dan kami kecewa kepadamu. Orang sehebat dirimu ternyata keji dan curang, Peng Houw. Tega benar kau berbohong dan mempermainkan HOng Cu. Kami See-ouw-pang juga tak dapat menerima!"

Ruyung atau Cambuk Naga Hijau menyambar dari tangan ketua See-ouw-pang ini. Semua tampak marah dan Peng Houw bingung, tak mungkin menjelaskan lagi semuanya itu dengan hati jernih. Dan ketika ia menangkis dan menghalau semua itu, lawan terpental nemun maju lagi maka Peng Houw tiba-tiba berpikir untuk lari dulu. Biarlah Hong Cu memberi penjelasan dan orang-orang itu akan tahu duduk persoalan sebenarnya.

"Plak-plak-plak!" tamparan pemuda ini agak terkendali. Berpikir bahwa Hong Cu akan memberi keterangan jujur Peng Houw menyamakan gadis itu dengan dirinya sendiri. la tak tahu bahwa sebaik apapun manusia bisa berobah, sewaktu-waktu keuntungan diri pribadi tetap saja lebih dipentingkan. Maka ketika ia membuat lawan terpental dan beberapa di antaranya terpelanting maka Peng Houw berseru dan iapun membalik serta meloncat pergi. Hati hanya akan panas melulu kalau di situ.

"Siang-mauw Sian-li, sekali lagi aku tak mempermainkan atau menyakiti Hong Cu. Kau tanyalah dan biar kalian tenang dulu!"

"He, lari ke mana!” wanita itu membentak dan mengejar. "Pertanggungjawabkan dulu perbuaatanmu, Peng Houw. Jangan lari!"

Akan tetapi saat itu Hong Cu sadar. Gadis ini telah dilempar Peng Houw dan murid- murid Sin-hong-pang menolong. Mereka tetap bersama ketua mereka ini dan girang bahwa Hong Cu selamat. Tadinya mereka khawatir gadis itu celaka dan ketua merekapun cemas. Tapi ketika Hong Cu batuk-batuk dan muntah maka Siang-mauw Sian-li tertegun dan berhenti.

"Sumoi, ada apa kau!"

Hong Cu terhuyung. Tíba-tiba kebencian membangkitkan kemarahan. Ia tertawa dan terkekeh. Dan ketika sang suci terbelalak dan heran, juga ngeri maka gadis itu berkelebat dan berseru,

"Tangkap dan kejar pemuda itu, tahan jangan sampai lolos. Aku akan memberinya pelajaran dan harap suci cegah mati-matian!'

Siang-mauw Sian-li berteriak. La memanggil sumoinya itu akan tetapi Hong Cu menghilang, gerakannya cepat bukan main dan semua terkejut. Hong Cu mempergunakan Lui-thian-to-jitnya itu, tentu saja semua orang terbelalak. Tapi ketika sucinya mengejar hanya untuk melihat bayangan gadis itu, Hong Cu berseru agar Peng Houw ditahan dan jangan dibiarkan lari maka gadis ini menuju Swi-yang.

Peng Houw tentu saja tak bakal menyangka apa yang akan dilakukan gadis Sin-hong-pang ini. Ia bergerak dan dikejar lawan-lawannya lagi. Tapi karena ia mendengar Hong Cu sadar dan memperlambat larinya, biarlah orang-orang ini tahu maka ia mendengus ketika ketua See-ouw-pang dan lain-lain berkelebatan menyusul. la membiarkan dirinya dikejar.

"Bagus, gadis itu sadar. Tanya dulu kepadanya dan jangan terburu menyerang!"

"Pengecut, jangan menghindar. Kalau kau tidak bersalah jangan melarikan diri, Peng Houw. Hadapi kami dan jangan kemana-mana!" Cheng-liong-pian Ning Po Sudah menggerakkan ruyungnya dan senjata itu kembali menyambar.

Peng Houw mengelak dan menangkis dan ruyung membalik menyambar tuannya sendiri. Laki-laki itu harus melempar tubuhnya bergulingan kalau tak ingin kepalanya di kemplang. Ruyung itu mendesing dan menghajar tanah. Lalu ketika ia melompat bangun dan teman-temannya sudah menyusul, menyerang dan mengeroyok lagi maka Naga Gurun Gobi ini menjadi gemas dan mendongkol, mengharap sebentar lagi Hong Cu memberi keterangan dan ia bebas.

"Kalian benar-benar tak tahu diri. Kalau aku mau kalian dapat kubunuh, tikus-tikus busuk. Pergilah dan tunggu gadis itu datang!"

Semua terlempar dan menjerit. Leng Nio, wanita berpedang merah terpelanting memaki-maki. Dari semua itu hanya Hek-coa Lo- kai dan Lai Pak saja yang tak ada, si Pemabok ini patah jarinya dan belum dapat bertanding. Hek-coa Lo kai tewas namun dua suhengnya ada di situ, yakni Hek-tung dan Hek-sai-kai. Dan ketika dua tokoh ini membentak dan menyambar-nyambar maka Kwa-kut-to Hong Ta kakek Pengerik Tulang itu melepas huito-huitonya. Terhadap kakek ini Peng Houw merasa sebal.

"Sing-wut-plakk!" dua hui to tertampar dan kakek itu menjerit. Peng Houw menambah tenaganya hingga golok-golok kecil itu membalik, menancap mengenai lengan dan bahu kakek itu. Dan ketika kakek ini menjerit dan bergulingan menjauhkan diri maka Siang- mauw Sian-li muncul dan teringat seruan sumoinya tadi.

"Kepung dan jangan biarkan lolos. Sumoiku sebentar lagi datang dan kuras tenaganya dahulu!"

"Ke mana sumoimu,,?" ketua See-ouw-pang bertanya. "Apakah la baik-baik saja, Sian-li. Kenapa tak datang ke sini."

"Ia ke Swi-yang, katanya tak lama. Naga Gurun Gobi ini jangan sampai lepas dan kepung rapat!"

Peng Houw mengerutkan alis. Ia heran kenapa Hong Cu malah menuju Swi-yang dan tidak segera menerangkan semua kejadian ini. Justeru ia menunggu agar persoalan selesai, tak mau berlama-lama dan lebih cepat lebih baik. Tapi ketika ia menghadapi lagi serangan lawan dan menghalau serta mementalkan rambut ketua Sin-hong-pang itu maka Peng Houw tak dapat meloloskan diri kalau tidak membuka jalan darah.

"Hmn, kalian orang-orang keras kepala. Kalau Hong Cu sudah menerangkan dan kalian tetap memusuhiku maka jangan tanya dosa, Sian-li. Untuk apa ia ke Swi-yang?"

"Untuk ini!" tiba-tiba terdengar lengking dan kekeh aneh, Hong Cu berkelebat membawa tabib Lo-sinshe. "Kalau kau tidak mengakui semua perbuatanmu, maka kakek ini saksinya, Peng Houw. Berhenti dan dengarkan atau aku menjadi mata gelap!"'

Peng Houw terkejut dan pertandingan otomatis berhenti. Hong Cu, gadis cantik itu terkekeh menerkam kakek ini. Tabib itu ketakutan dan gemetar, ia bingung dan tak mengerti namun girang melihat Peng Houw. Itulah anak muda yang memberinya sekeping emas. Maka ketika ia dilepas dan lari menghampiri Peng Houw, berlutut dan menangis maka ia segera berkata bahwa Hong Cu mengancam membunuhnya.

"Isterimu aneh, jabang bayinya bertemperanen luar biasa, ia datang dan mencekik aku, kongcu, katanya akan membunuhku kalau tidak mau menemuimu. Sekarang kau di sini, lindungi dan jangan aku dibunuh!"

Kakek itu ketakutan dan menangis memeluk kaki Peng Houw dan tentu saja semua orang heran. Bersamaan itu Hong Cu terkekeh, tawanya aneh dan mendadak gadis itu limbung. Dan ketika sucinya menyambar dan menahan gadis ini maka Hong Cu kembali muntah-muntah.

"Ia hamil, hamil muda. Jangan diperas perutnya. Hei, awas!"

Kakek itu melompat den Siang-mauw Sian-li terbelalak. la bermaksud menekan-nekan perut sumoinya tapi Lo-sinshe berlari mencegah. Buru-buru kakek itu mengurut-urut tengkuk gadis ini. Dan ketika Hong Cu mereda dan si tabib bingung maka ia merengek minta pulang. Tadi Hong Cu memintanya agar menemui sang 'suami', itu saja.

"Aku orang tua jangan ditakut-takuti lagi. Tanpa senjata dan apapun umurku sudah pendek. Ampun, cucu dan anakku menunggu di rumah, hujin. Jangan kalian bertengkar dan hidup rukun-rukun sejalah. Jabang bayi di perutmu itu aneh, tapi ia anak luar biasa. Bawa kembali aku pulang dan ngeri aku melihat teman-temanmu yang seram-seram ini...!"

Kabut Di Telaga See Ouw Jilid 18

Cerita Silat Mandarin Serial Bu-beng Sian-su Karya Batara
Kabut Di Telaga See Ouw Jilid 18
Karya : Batara

"Haiiittt….!" Seruan atau bentakan itu menggetarkan semua orang. Ban-tok Wi Lo dan kawan-kawannya harus mengerahkan sinkang melindungi isi dada kalau tak ingin rontok diguncang serangan ini. Delapan belas murid Sin-hong-pang mengaduh. Dan ketika musuh terhuyung dan terdorong mundur maka pemuda ini mengibaskan tangannya dan terlemparlah orang-orang itu berteriak kaget.

“Aihhhh...."

"Aduh!"

Siang-mauw Sian-li dan sembilan temannya bergulingan. Mereka betul-betul tak tahan dan kaget serta pucat. Kibasan itu bagai angin taufan saja. Mereka yang lemah tak dapat segera bangun, Leng Houw pemuda itu menekan dadanya yang sesak. Tapi ketika mereka melompat bangun dan Siang-mauw Sian-li menjadi marah ternyata Naga Gurun Gobi itu berkelebat meninggalkan mereka. Peng Houw hanya merobohkan dan membuat mereka gentar dengan suara saktinya itu.

Akan tetapi wanita ini dan teman-temannya aneh. Melihat Peng Houw pergi dan meninggalkan hutan maka wanita itu menyangka Peng Houw ingin melepaskan diri dari tanggung jawab. la mendapat laporan dari orang-orang ini bahwa sumoinya bersama pemuda itu. Dulu di Kwang-sin Naga Gurun Gobi itu berduaan dengan Hong Cu. Dan karena orang-orang Hek-i Kai-pang ini adalah orang-orang yang amat membenci Peng Houw maka mereka begitu licik memfitnah pemuda itu.

"Aku tahu gadis itu, cantik dan gagah. Tapi tak kusangka kalau ia sumoimu, Sian-li. Pemuda itu akhirnya meninggalkan Kwang-sin setelah mengobrak-abrik Hek-i Kai-pang. Sombong, ia benar-benar lihai, tapi kalau kita mau bergabung tentu kita dapat menghadapi pemuda itu. Marilah, aku juga benci karena agaknya pemuda itu hanya mempermainkan saja sumoimu itu. Banyak saksi di sini!"

"Benar, aku juga melihatnya, Sian-li. Dan semua orang di Kwang-sin dapat kau tanyai waktu itu Hek-i Kai-pang berulang tahun tapi Naga Gurun Gobi itu mengacau. Kami terpaksa lari karena ia betul-betul lihai!"

Lai Pak, Si Pemabok menambah dengan kata-katanya yang seperti sungguh-sungguh. Ketua Sin-hong-pang yang sedang marah ini tentu saja termakan, ia percaya itu apalagi orang di kota Kwang-sin boleh ditanya. Dari walikota sampai jembel pasti mengangguk, tentu saja begitu karena Sok-taijin walikota Kwang-sin adalah sahabat Hek-i Kai-pang dan kaum jembel, siapa lagi kalau bukan anak buah Hek-i Kai-pang? Maka ketika wanita itu mencari dan kebetulan menemukan Peng Houw di situ kontan saja ia membentak dan kini Naga Gurun Gobi melarikan diri.

"Lihat, ia pengecut, ketakutan. Tentu tak suka bicara tentang Hong Cu karena gadis itu sudah ditinggalkannya."

"Benar, dan tak kusangka Naga Gurun Gobi seorang laki-laki yang suka mempermainkan wanita. Ah, kejar dan kepung dia lagi, Sian-li, lebih hati-hati agar dia tidak sampai lolos!"

Hong Ta Si Pengerik Tulang saling membakar dengan temannya Lai Pak. Kakek ini diam-diam suka membantu Sin-hong-pang karena tertarik dengan murid-muridnya yang cantik itu. Bahkan Siang-mauw sian-lipun wanita cantik yang tak kalah hebat, bentuk tubuhnya masih menggiurkan hanya kakek ini mendengar bahwa wanita itu adalah kekasih ketua See-ouw-pang.

Kalau ia tidak mendengar itu mungkin sudah digodanya wanita ini. Akan tetapi karena di situ terdapat gadis-gadis cantik dan iapun telah mulai saling kerling dengan seorang di antaranya, Wanita tigapuluhan berbaju kuning maka kakek ini menyeringai dan diam-diam menjilat bibir alangkah nikmatnya kalau nanti berduaan dengan gadis Sin-hong-pang itu. Gadis itu tertarik ingin mempelajari melepas hui-to (golok terbang).

"Kalau kau baik kepadaku tentu tak pelit aku memberikannya. Tapi hati-hati, eh... jangan sampai ketuamu tahu. Dan... siapa namamu."

"Aku Mei Bo, murid kepala. Kalau kau sungguh-sungguh kepadaku tentu aku senang, Hong-twako (kakak Hong), tapi kaupun jangan main-main atau bergurau saja. Ilmumu melempar hui-to hebat, aku suka dan ingin belajar."

"Heh-heh, tentu, dan sekarang kita bersahabat dulu. Sst, nanti di dalam hutan kalau kalian sedang beristirahat!" kakek ini girang dipanggil twako dan tiba-tiba tangannya yang nakal sudah mengusap pinggul gadis itu.

Sekali lihat ia tahu Mei Bo gadis yang panas, gairahnya tinggi dan mungkin karena di antara semua ia adalah yang paling tampan, begini kakek itu mengira maka ia terkekeh dan awal pertemuan itu membuat mereka sering mengerjap dan ini tentu saja di luar sengetahuan Siang-mauw Sian-li. Sin-hong-pang adalah perkumpulan para wanita yang tidak diperkenankan keluar tanpa ijin.

Hanya ketua dan sumoinya saja yang boleh bergerak bebas. Siang-mauw sian-li wanita aneh yang tak memperbolehkan muridnya bergaul dengan laki-laki. Kalaupun mereka bergaul maka hanya kepada murid- murid See-ouw-pang. Ini tidak aneh karena wanita itu sendiri adalah kekasih ketua See-ouw-pang.

Akan tetapi karena murid-murid See-ouw-pang rata-rata adalah nelayan yang pekerjaannya sehari-hari mencari ikan, gadis-gadis cantik itu merasa rendah bergaul dengan mereka maka sebagian besar tak ada rasa suka apalagi karena rata-rata wajah murid See-ouw- pang hitam-hitam, terbakar oleh panas atau sengatan matahari.

Hal ini mengakibatkan murid-murid wanita itu mencari pasangan sendiri-sendiri. Beberapa di antaranya berhubungan dengan para kongcu atau putera bangsawan, tentu saja amat hati-hati dan Mei Bo murid kepala itu tentu saja sudah pernah. Akan tetapi ketika sang kongcu hanya main-main saja, di kota banyak gadis-gadis cantik lain.

Maka gadis yang harus keluar secara sembunyi-sembunyi ini menggigit jarinya ketika ia ditinggalkan. Sang kongcu itu telah mendapatkan pengganti karena ia terlalu lama mengunjungi kekasihnya. Pacaran paling-paling sebulan sekali kalau ia disuruh belanja ke kota. Dan untuk melepas marahnya ia membunuh kongcu itu!

Kini bertemu dengan kakek seperti Golok Pengerik Tulang ini ia tertarik, bukan oleh tubuh kurus tinggi itu melainkan oleh lemparan hui-tonya yang lihai. Kakek ini memang ahli pelempar golok. Dan karena ia juga sudah lama ingin berhubungan dengan laki-laki, kakek ini tentu dapat sewaktu-waktu mengunjunginya maka disambutlah kerling nakal itu dan iapun diam saja ketika pinggulnya diusap. Bahkan ia merasa bergairah dan nikmat. karena ada laki- laki memperhatikannya!

Orang-orang itu harus mengerahkan seluruh kepandaiannya untuk mengejar Naga Gurun Gobi. Di daerah bukit berkapur barulah mereka mampu mengejar pemuda ini, yang sebenarnya tak enak badan dan meriang. Peng Houw juga tak menyangka bahwa orang-orang itu berani mengejarnya. Ia lari bukan karena takut melainkan memang tak ingin diganggu orang-orang ini.

Kalau Siang-mauw Sian-li tak mau pergi biarlah dia yang pergi. Maka begitu ia merebahkan tubuh dan berniat melanjutkan istirahatnya, di bawah batu hitam itu ia siap melepaskan lelah mendadak saja lawan- lawannya itu datang lagi, berkelebatan mengepung di kiri kanan.

"Peng Houw, kau tak boleh melarikan diri dari tanggung jawab. Sebelum kau menerangkan sumoiku selama itu pula aku mengejarmu. Berdirilah dan terima pukulanku!"

Wanita ini melayang lebih dulu dan lagi-lagi rambutnya yang hitam tebal itu meledak. Peng Houw baru saja merebahkan tubuh ketika ketua Sin-hong-pang ini muncul, ia terkejut dan mengelak. Akan tetapi ketika ia diserang lagi dan berturut-turut muncullah Ban-tok Wi Lo dan kawan-kawan maka Naga Gurun Gobi ini menjadi gusar dan iapun bangun dan membentak, menangkis sekaligus menjambak rambut wanita itu ketika kembali menyerang dirinya.

"Siang-mauw Sian-li, kau rupanya wanita tak tahu diri. Baik-baik aku menyingkir darimu akan tetapi kau tetap mengejar juga, rasanya perlu diberi pelajaran dan ini balasanku!"

Peng Houw menggubat dan menarik rambut panjang gemuk itu dan wanita inipun memekik. Ia tersentak dan terbawa ke depan. Dan kerena Peng Houw mengerahkan tenaganya demikian kuat maka wanita itu tak mampumempertahankan diri dan sekali Peng Houw menggerakkan kakinya maka mencelatlah wanita itu terbanting berdebuk.

"Aiihhhhhh..!"

Peng Houw sudah memutar dan mengelak serangan-serangan lain. Berturut-turut Ban-tok Wi Lo menyodokkan tongkatnya sementara Hek-sai Lo-kai dan dua sutenya menghantam dari belakang. Tong-kat Ban-tok Wi Lo juga menyemburkan jarum-jarum eracun. Akan tetapi ketika Peng lHouw mengibas dan semua serangan terpental maka kakek itu dan ketua Hek-i Kai-pang berteriak.

"Bresss!"

Tak ada senjata yang mampu mendekati pemuda ini. Peng Houw mempergunakan Hok-te Sin-kangnya dan lawan-lawannya terlempar. Akan tetapi karena mereka bandel dan berjumlah banyak, juga pukulan Peng Houw hanya membuat mereka sakit dan tidak luka- luka maka kemurahan ini diterima salah bahwa Naga Gurun Gobi itu tak kuat.

"Ia lemah, sakit. Ayo serang dan sikat lagi!"

"Benar, pukulannya tak sehebat yang kubayangkan. Hok-te Sin-kang ternyata hanya begini saja, kawan-kawan. Pukul dan hajar dia!"

Peng Houw terbelalak dan semakin marah. Memang ia tak melukai orang-orang ini karena tak suka mencelakai lawan. Tanpa alasan yang kuat tak mungkin dia bersikap kejam, apalagi membunuh. Tapi ketika semua maju dan menerjang lagi maka kesabaran pemuda ini hampir habis. "Hek-sai Lo-kai, jangan mendesakku. Dan, Ki-ong (Raja Catur), jangan macam- macam!"

Akan tetapi dua orang ini tertawa mengejek. Mereka menyambar di kiri kanan dan Ki-ong menyambarkan papan caturnya ke atas kepala. Jangan dianggap enteng papan catur ini karena terbuat dari baja putih, tipis akan tetapi seekor kerbaupun bisa pecah kepalanya kalau tertimpa. Dan ketika Hek-sai Lo-kai menggerakkan tongkat bajanya dan di belakangnya menyusul pula Hek-tung dan Hek Coa Lo-kai, wakil atau tokoh-tokoh Hek-i Kai-pang maka di depan atau kiri kanan orang-orang ini menyambar bayangan si Pedang Merah dan puteranya Leng Houw, dengan dua pedang di tangan ibu dan anak itupun tak kalah berbahaya.

"Wiirrr, plak-dess!"

Kali ini Peng Houw benar-benar geram dan ia tidak mengelak semua serangan itu. Tangan kirinya diputar sementara tangan kanan mendorong, angin menyambar dari kedua tangannya itu. Dan ketika serangan di belakang dibiarkan menghantam tubuhnya, terpental disusul pekik kaget pemiliknya maka saat itulah Naga Gurun Gobi membuat lawan terbang dan mencelat. Leng Houw patah pundaknya.

"Aduhh!"

Semua terkejut dan bergulingan. Ban-tok Wi Lo yang dapat merasakan lebih dulu dan cepat melempar tubuh tidaklah separah rekan- rekannya. Hek-sai Lo-kai dan dua sutenya terbanting, tongkat mereka patah. Dan ketika Lai Pak dan Ki-ong juga mengerang kesakitan, roboh dan tak mampu melompat bangun akhirnya membuat orang-orang itu sadar bahwa Naga Gurun Gobi ini terlalu kuat. Akan tetapi bentakan dan lengking merdu terdengar kemudian. Delapan belas murid Sin-hong-pang yang menyusul dan mengikuti ketuanya sudah tiba di situ.

Tentu saja mereka paling belakangan karena tak setinggi Ban-tok Wi Lo dan lain-lain, paling-paling hanya setingkat dengan Leng Houw pemuda berpedang itu yang diam-diam juga dilirik dan diincar murid-murid Sin-hong-pang. Dan begitu mereka tiba dan melihat ketua mereka terbanting maka gadis-gadis cantik membentak dan menyerang Peng Houw.

"Kau boleh bunuh kami tapi jangan lukai ketua, atau kami yang mampus di tanganmu!"

"Benar, jangan kira kami takut, Naga Gurun Gobi, mampuslah!"

Peng Houw mengerutkan kening dan ragu menghadapi murid-murid Sin-hong-pang. Mereka menyerang sekedar membantu ketua mereka itu, Siang-mauw Sian-li mengeluh dan roboh di sana, Rambutnya berodol. Akan tetapi karena ia harus memberi pelajaran pula dan terpaksa ia menangkis maka Peng Houw mengerahkan tenaganya sedikit keras dan gadis-gadis itu terlempar, berdebuk tumpang- tindih.

"Aku tak bermusuhan dengan kalian, pergilah!"

Bagai daun-daun kering saja wanita-wanita ini mencelat. Mereka dihembus tenaga amat kuat dan tentu saja berteriak. Semua terbanting dan mengaduh-aduh. Dan ketika mereka tak mampu bangun seakan semua tulang hancur berantakan maka Peng Houw sudah berdiri disitu memandang lawan- lawannya ini terutama Siang-mauw Sian-li dan rekan-rekannya.

"Hmh, siapa ingin menggangguku lagi. Yang tidak puas boleh maju, akan tetapi kalian lebih celaka lagi, mungkin aku terpaksa membunuh!"

Orang-orang itu gentar. Siang-mauw Sian-li terhuyung bangun dan wanita ini merah padam. Ternyata musuhnya terlalu hebat dan ia penasaran sekali, kemarahan membuat matanya berapi. Tapi ketika ia menegakkan kepala dan membusungkan dada tiba-tiba wanita itu melengking dan menerjang lagi.

"Kau boleh bunuh aku, cobalah"

Keberanian wanita ini memukul Wi Lo dan kawan-kawannya. Kakek yang sempoyongan dan gentar itu tercambuk. Seorang diri saja ketua Sin-hong-pang itu maju, mana keberanian mereka sebagai laki-laki. Dan ketika benar saja teman yang lain membentak dan maju lagi akhirnya kakek inipun menggeram dan terkekeh. Peng Houw berkelit dan marah menghindari pukulan wanita itu, terhadap Siang-mauw sian-li tentu saja ia agak lain, tahu bahwa wanita ini terhasut, tertipu.

"Sian-li, aku benar-benar tak tahu sumoimu Hong Cu. Orang-orang ini menipu dan mempermainkanmu!"

"Keparat, masa begitu banyak orang menipuku, Peng Houw, kaulah yang menipu dan mari kau atau aku mampus...plak-plak!"

Wanita ini bergerak menghantam dan rambutnya melecut wejah Peng Houw. Ia tak jera meskipun lawan lihai. Baginya lebih baik terbunuh daripada malu. Dan ketika Peng Houw menangkis dan Saat itu Hek-sai Lo-kai dan kawan-kawan menerjang kembali maka la menggeram dan wanita itu dibuatnya terpelanting, kemarahan sekarang tertumpah kepada orang-orang ini.

"Hek-sai Lo-kai, kalian orang-orang jahat. Aku tak mengampunimu lagi dan terimalah ini!"

Ketua Hek-i Kai-pang terbelalak. la semakin hati-hati dan waspada akan setiap gerakan lawan, Naga Gurun Gobi ini hebat dan ia sudah saling mengedip dengan dua sutenya. Hek-coa, adiknya nomor dua diam-diam mengeluarkan seekor ular hitam, kecil dan panjangnya paling-paling duapuluh lima senti. Akan tetapi karena ular ini amat berbisa dan racunnya jahat sekali, taring ular itu melengkung ke dalam maka yang tergigit biasanya tak akan lepas sebelum roboh dan tewas.

"Wut-wiirrrr...!” Ular hitam itu meluncur ketika Hek-coa mendapat isyarat suhengnya dalam saat yang bagus. Waktu itu Peng Houw mengibas dan ketua Hek-i Kai-pang ini cepat menyingkir, ia licik dan pukulan Peng Houw diterima si Pemabok Lai Pak. Dan ketika laki-laki itu berteriak dan roboh terbanting, kelima jarinya patah bertemu pukulan Peng Houw maka saat itulah ular hitam meluncur dan menyambar tengkuk pemuda ini dari belakang.

Peng Houw bukanlah Naga Gurun Gobi kalau tak tahu serangan gelap ini. Desir angin itu ditangkapnya, tengkuknya bagai bermata dan begitu si Pemabok terguling-guling iapun menampar dan membalik ke belakang. Lima hui-to mencicit tapi dibiarkannya mengenai tubuhnya, Runtuh dan Hong Ta si Pengerik Tulang berseru kagum. la kecewa tapi terhuyung oleh sisa tamparan Peng Houw. Dan ketika pemuda ini membalik dan melihat ular hitam itu, membelalakkan mata dan mengurangi pukulannya maka ular terpental dan membalik menyambar pipi tuannya itu.

"Augh!" Hek-coa terkejut dan melempar tubuh bergulingan. Ular itu terkejut oleh pukulan Peng Houw dan karena Peng Houw mengurangi tenaganya maka ular ini tak sampal mati. Kalau tidak tentu pukulan pemuda itu membuat tubuhnya hancur. Maka ketika ia terkejut dan terpental ke arah tuannya, menyambar pipi otomatis binatang ini menggigit dan masuklah racun berbisa ke wajah Hek-coa Lo-kai itu, melekat dan seperti kebiasaannya tak akan melepaskan diri sebelum korbannya roboh.

Hek-coa Lo-kai menjerit. dan ngeri sekali. Ular jenis ini amat ganas dan pendendam, kalau ia disakiti tak akan melepaskan musuhnya sebelum binasa. Maka ketika ia kesakitan oleh pukulan Peng Houw dan melekat di pipi tuannya itu, marah maka Hek-coa Lo-kai terkejut bukan main dan wajahnya seketika hitam gelap. ia merasa wajahnya tebal dan kaku menceng dan menarik ularnya itu tapi daging pipinya tercabut.

Darah mengucur, hitam. Dan ketika semua orang menjadi ngeri dan ular itu dibanting hancur, pengemis ini mengeluh dan roboh terjelungup ternyata iapun tewas dengan tubuh hitam gosong, begitu cepatnya.

"Aahhh!" Hek-sai Lo-kai menjadi pucat dan marah. la kehilangan sutenya dan tiba-tiba melontarkan tongkat. Senjata maut itu menyambar Peng Houw dan masih ditambah pukulan dua tangan mendorong. Hek-sai-kang (Tenaga Singa) dikeluarkan dan menyerang Peng Houw dengan cepat. Akan tetapi ketika Peng Houw menampar dan pengemis tinggi besar itu terbanting maka tongkatnya patah dan laki-laki itu bergulingan meloncat bangun kemudian melarikan diri.

Hek-tung Lo-kai mengikuti jejak suhengnya. Tokoh nomor dua Hek-i Kai-pang ini gentar. lapun lari setelah menimpukkan senjatanya, hancur dicengkeram Peng Houw. Dan ketika Naga Gurun Gobi itu memandang sisa lawannya yang gentar tak keruan maka diputarlah tubuh mereka dan Ban-tok Wi Lo terkekeh-kekeh, jarum beracunnya berhamburan dari ujung tongkat sebelum pergi.

"Heh-heh, masih terlalu tangguh. Lain kali saja kita ulangi, Sian Li, masih banyak kesempatan!" bicara begitu belasan sinar hitam menyambar Peng Houw, Licik dan jahat sekali kakek ini melarikan diri.

Peng Houw menyampok dan meruntuhkan jarum-jarum itu, satu ditangkap dan dijepit jari telunjuknya. Lalu ketika ia menyambit dan melemparkan itu menancaplah jarum ini di punggung si kakek bongkok.

"Aduh!" Wi Lo terpelanting akan tetapi bangun lagi. Kakek itu mencabut jarumnya dan lari lagi, menelan obat penawar. Lalu ketika a menghilang dan yang lain menyusul maka Siang-mauw Sian-li marah dan kecewa, apa boleh buat meninggalkan tempat itu pula, tahu diri.

"Lain kali ada kesempatan. Masih akan kuperhitungkan sakit hati ini, Peng Houw. Jangan sombong dan nanti kita ketemu lagi!"

Peng Houw menarik napas. Setelah Hek-coa Lo-kai tewas dan tiga lainnya luka barulah orang-orang itu mengerti keadaan. Sesungguhnya ia bermurah hati. Dan ketika gadis-gadis Sin-hong-pang juga melarikan diri menyusul ketuanya maka pemuda ini dapat beristirahat dan merebahkan tubuhnya di tapi batu hitam itu.

Akan tetapi mayat pengemis Hek-iKai-pang itu mengganggu. Tak sedap beristirahat di situ melihat mayat. Peng Houw bangkit dan menggali tanah, mengubur lawannya ini. Namun ketika ia selesai dan merasa pening, racun di kulit mayat tersentuh tangan telanjang maka Peng Houw terkejut menyadari kesembronoannya. Cepat ia mengerahkan sinkang mengusir. Untunglah hanya karena bersentuhan ia tak sampai menderita lebih berat, lain kalau digigit ular itu misalnya, seperti pengemis Hek-i Kai-pang itu.

Dan ketika racun dibersihkan dan telapaknya kembali putih Peng Houw lalu mengaso dan melepas lelah dl situ, tak terasa tidur-tidur ayam dan semilir angin lembut membuatnya terbuai. Ia yakin tak mungkin lawan-lawannya kembali. Tapi ketika ia terlelap antara sadar dan tidak tiba-tiba seorang gadis berdiri di depannya dengan tangan bertolak pinggang dan pipi kemerah-merahan, mata itu berapi dan panas membakar.

"Peng Houw, bangunlah. Aku menuntut hutangmu yang lama!"

Pemuda ini tertegun. Ia merasa mimpi dan karena tubuh terasa meriang membuat ia mudah melayang-layang. Ia sama sekali tak mendengar langkah kaki gadis ini dan tahu-tahu gadis itu muncul begitu saja. la terkejut. Tapi karena merasa mimpi dan mengucek-ucek matanya maka Peng Houw tersenyum dan tidur-tidur ayam lagi. Gadis itu adalah Hong Cu dan tak mungkin ada di situ. la terbawa pikirannya gara-gara bentakan dan serbuan Siang-mauw Sian-li tadi.

"Hei, bangun. Kutendang kau!"

Peng Houw mencelat. Kali ini ia benar-benar kaget karena mimpi bertemu Hong Cu menjadi kenyataan. Gadis yang disangka mimpi itu benar-benar Hong Cu, ia berhadapan di alam nyata! Dan ketika tendangan itu membuatnya sadar dan hiduplah seluruh syarafnya maka Peng Houw tertegun. Karena gadis di depannya ini bukan seperti Hong Cu beberapa bulan yang lalu, paling tidak sudah memillki langkah kaki yang demikian ringan hingga tak terdengar olehnya. Tentu saja begitu karena gadis ini telah mendapatkan Lui-thian-to-jit (Menyambar Matahari) dari Chi Koan, ilmu meringankan tubuh yang hebat itu!

"Kau...?" pemuda ini masih bingung. "Hong Cu, kau di sini...?!"

"Ya, aku, di sini! Aku ingin membuat perhitungan dan kebetulan kita bertemu. Aku mendengar suara pertempuran dan rupanya kau menghalau perampok. Sekarang hadapilah aku dan bayar hutang lamamnu agar segera beres!"

Gadis itu berkelebat dan Peng Houw kaget sekali. Bagai srikatan menyambar tahu- tahu gadis ini lenyap, Hong Cu bergerak begitu cepatnya. Dan karena ia kaget serta heran maka pipinya tertampar dan ia terpelanting.

"Plak-plak!"

Peng Houw bangun dan terhuyung- huyung. Tentu saja ia semakin kaget dan heran, gadis ini bukan Hong Cu beberapa bulan yang lalu. Dan ketika gadis itu berdiri lagi dan muncul membuat Peng Houw berkunang-kunang maka pemuda ini mendengar tawa bangga dan dingin mengejek. Hong Cu memang bangga bahwa ie telah memperlihatkan di depan lawannya bahwa ia bukan Hong Cu yang dulu.

"Nah, kau plonga-plongo (bengong), aku bukan Hong Cu yang dulu. Sekarang bersiaplah karena sekarang aku akan membunuhmu!"

Gadis itu berkelebat lagi dan Peng Houw tentu saja mengelak. La kaget dan pucat karena mengenal gerakan cepat itu, ilmu dari Gobi. ketika ia mengelak serta menangkis pukulan- pukulan gadis itu ia menjadi semakin kaget karena sepasang lengan gadis itu mulai berubah dan warna kemerah-merahan semburat jelas di telapaknya.

"Ang-see-ciang (Pukulan Pasir Merah)..."

"Bagus, kau tahu. Sekarang hadapilah dan awas serangan-seranganku, Peng Houw. Aku tak akan main-main dan siap membunuhmu... wut-tar-tar!"

Rambut meledak dan kepala gadis itu mengibas ke kanan kiri. Siang-mauw-kang atau silat Rambut Sakti berbaur dengan Ang-see-ciang yang amat dahsyat itu. Hong Cu sekarang sudah bukan Hong Cu yang dulu. Dan ketika gadis itu berkelebatan dan lenyap menyambar-nyambar, Lui-Thian Lo-jit miliknya membuat gadis ini seakan terbang saja maka Peng Houw kewalahan akan tetapi ia lebih banyak bengong dan mengelak serta menangkis. Hok-te Sin- kangnya bekerja dan Ang-see-ciang mental bertemu tubuhnya.

"Keparat!" gadis itu sengit. "Kau hebat, Peng Houw, akan tetapi aku akan merobohkanmu!"

Hong Cu gadis Sin-hong-pang ini lenyap seperti srikatan menyambar-nyambar. la benar-benar menunjukkan kepandaiannya dan Peng Houw kagum. Hong Cu sudah melebihi sucinya sendiri. Siang-mau Sian-li dua tingkat di bawah sumoinya ini! Akan tetapi karena Peng Houw mengenal betul bahwa Ang-see-ciang maupun Lui-thian-to-jit adalah milik Chi Koan, dulunya diwarisi dari mendiang susioknya Beng Kong Hwesio maka pemuda ini berseru bagaimana gadis itu memperoleh semuanya ini.

"Kau memiliki ilmu-ilmu yang dimiliki mendiang susiokku Beng Kong Hwesio. He, dari mana kau mendapatkannya, Hong Cu, dan ketahuilah bahwa baru saja ketuamu mencari-cari kau!"

"Diam, jangan banyak cakap. Aku akan membunuhmu, Peng Houw, terlalu banyak dosamu. Bertandinglah secara jantan dan balas pukulan-pukulanku!"

"Kita bukan musuh, aku tak akan membalas. Tapi kalau kau bandel maka aku akan merobohkanmu dan membawamu ke sucimu. Dia baru saja meninggalkan tempat ini."

"Jangan banyak cakap, kau membuatku malu dan terimalah... plak-plak!"

Rambut meledak dan menyambar pipi Peng Houw akan tetepi pemuda itu menangkis. Rambut hitam gemuk ini menyabet pipi Hong Cu sendiri. Dan ketika gadis itu memekik dan menerjang lagi maka Ang-see-ciangnya menyambar dan kali ini Peng Houw membiarkan tubuhnya dipukul, dadanya menerima uap panas mengepul.

"Dess!" Peng Houw melindungi diri dan diam-diam kagum karena sinkang yang dimiliki gadis ini maju pesat. Bajunya terbakar dan cepat ia mendorong. Dan ketika gadis itu menjerit merasa kecewa, Peng Houw tak apa-apa maka ia berkelebatan lagi dengan Lui-thian-to-jit dan Peng Houw harus melempar kepalanyg ke kiri kanan mengelak tamparan-tamparan Pasir Merah itu.

"Hong Cu, kau mendapatkannya dari Chi Koan. Hm, Kalau begitu kau bertemu si buta itu dan belajar ilmunya. Tahukah kau siapa pemuda itu dan tidakkah merugikanmu?"

"Tutup mulutmu, tak usah nengurus orang lain. Aku atau kau mampus, Peng Houw, dan sekarang aku mengadu jiwa...Pra-prat!" rambut menyambar lagi dan kali ini membelit leher Peng Houw. Gerakan gadis itu amat cepat dan Lui-thian to-jit yang begitu luar biasa memungkinkan semuanya ini.

Peng Houw juga tidak begitu sungguh-sungguh menghadapi lawannya. Maka ketika ia terkejut lehernya tercekik, gadis di depannya sudah menarik serta melepas Ang-see-ciang maka ia merasa sudah waktunya menghentikan pertandingan ini. Ang-see-ciang diterima dan pemuda itu menggetarkan sepuluh jarinya, dua tangan mereka saling cengkeram. Lalu ketika Peng Houw menggelembungkean urat leher memutuskan rambut maka gadis itu menjerit ketika Peng Houw tiba-tiba menendang lututnya.

"Dukk!" Gadis ini terjatuh dan cengkeramanpun lepas. Cepat Peng Houw menotok pundak dan robohlah Sumoi ketua Sin-hong-pang ini. Dan ketika gadis itu tersedu-sedu sementara Peng Houw melepaskan gadis itu, maka Hong Cu terguling dan memaki-maki di tanah.

"Kau bunuhlah aku daripada menghina. Aku tak takut mati, Peng Houw, bunuhlah!"

"Aku tak akan membunuhmu, dan tak mungkin membunuhmu. Kau gadis keras kepala, Hong Cu. Berkali-kali kubilang bahwa sikapmu salah. Aku bukan musuhmu!"

"Keparat, banyak omong. Kalau begitu bebaskan aku, Peng Houw, dan aku membunuhmu!"

"Hm, itupun tak mungkin. Aku wajib membela diri, Hong Cu, aku tak akan membiarkan orang lain mencabut nyawaku begitu saja. Maaf, sekarang aku memondongmu dan membawa kepada sucimu itu. Baru saja ia datang mengeroyok aku dan teman- temannya!"

Peng Houw sungkan menyambar gadis ini hati-hati dan Hong Cupun menangis tak keruan. la sudah dipanggul, diletakkan di pundak. Lalu ketika pemuda itu melangkah dan membawanya pergi maka perasaan gadis ini tak keruan dan senang serta marah bercampur aduk. Langka sekali ia mendapat kesempatan dipanggul Naga Gurun Gobi. Langka untuk berhimpitan dengan tubuh pemuda itu meskipun dalam saat darurat. Maka ketika ia merada senang namun juga marah dibawa pemuda itu, bukan ke mana-mana melainkan kepada sucinya maka Hong Cu berteriak-teriak dan tidak mau, meronta-ronta.

Akan tetapi Peng Houw tak memperdulikan itu. Justeru pemuda ini girang bahwa sebentar lagi ia akan membersihkan diri. Siang-mauw Sian-li akan melihat bahwa ia mengembalikan Hong Cu, gadis itu tidak ke mana-mana. Dan ketika ia berdebar juga harus menjauhkan buah dada gadis itu dari punggungnya, sekali dua kesetrum karena Hong Cu meronta dan berteriak-teriak maka Peng Houw menyesal tak menemukan ketua Sin-pang yang baru pergi itu.

Menurut perhitungannya wanita itu belum begitu jauh. Dan karena ia harus menyingkiri jalan umum mencari jalan sepi maka hal ini membuat Naga Gurun Gobi itu semakin kehilangan jejak. Peng Houw berputar dan mencari-cari akan tetapi wanita cantik itu tak ditemukan, malam menjelang tiba dan apa boleh buat ia beristirahat. Kebetulan ditemukannya sebuah guha.

Dan ketika malam itu ia melewatkan waktu bersama gadis Sin-hong-pang ini. Hong Cu sudah tak menangis dan membiarkan dirinya di pundak maka di situ Peng Houw meletakkan gadis itu di tanah kering. Gadis itu cemberut akan tetapi Peng Houw harus menekan detak jantungnya karena sinar mata gadis Sin-hong pang ini kadang-kadang menyambarnya penuh kasih!

"Sucimu lenyap, entah ke mana. Malam ini kita di sini saja dan besok melanjutkan perjalanan. Kalau tidak ketemu maka kubawa dirimu ke Sin-hong-pang, kuserahkan di sana. Ketahuilah aku difitnah dan disangka menyembunyikan dirimu!"

Peng Houw menceritakan kejadian pagi tadi namun gadis ini seakan mendengar seakan tidak. Sesungguhnya cinta Hong Cu bangkit lagi. Dalam perjalanan ini ia merasakan sesuatu yang khusus, kelembutan dan perhatian pemuda itu. Dan karena.ia tahu bahwa pemuda ini tidak seperti Chi Koan, yang hanya bersikap baik dan lembut di luar untuk menyembunyikan kejalangannya.

Maka gadis ini menjadi kagum apalagi ketika berkali-kali dengan halus dan amat sopan Peng Houw selalu menjaga bagian tubuhnya yang terpenting agar tidak bersenggolan. Pemuda ini sungguh baik dan amat sopan terhadap wanita.

Tiba-tiba gadis itu tersedu. Teringat Chi Koan mendadak teringatlah Semua pengalamannya yang buruk. la telah jatuh di dalam pemuda iblis itu. Dan ketika Hong Cu tak dapat menahan sedihnya hati teringat peristiwa puncak maka gadis ini mengguguk dan Peng Houw tentu saja terkejut. Baru kali ini gadis itu menangis lagi setelah diam dan tenang.

"Ada apa?" pemuda itu mengerutkan kening. "Kalau kau lapar aku menyediakannya, Hong Cu, sedikit roti kering dan air putih."

Peng Houw mengeluarkan makanannya dan mengira gadis itu lapar. Sejak tadi mereka belum memperhatikan diri sendiri dan sekarang Peng Houw akan beristirahat. Hong Cu juga diam tak mengurus makan minumnya. Dan ketika ia mengeluarkan buntalannya itu namun gadis ini bahkan semakin mengguguk, begitu sedih dan menyayat-nyayat maka Peng Houw tertegun dan tentu saja tak enak makan minum sendiri.

"Kalau lapar makanlah, aku akan membebaskanmu." Peng Houw menotok dan ia meloncat di pintu guha. Dengan begini gadis itu tak mungkin lari dan dapat makan minum sendirí. Tapi ketika tiba-tiba gadis itu berteriak dan meloncat menumbuk dinding maka Peng Houw kaget setengah mati gadis ini hendak bunuh diri.

"Heiii...!" Untunglah ia bergerak cepat dan mengibas dari jauh. Gadis itu terpelanting dan roboh. Dan ketika ia terpaksa menotok lagi dan menjadi cemas maka gadis ini berteriak-teriak agar dibunuh saja.

"Aku tak mau makan, aku tak mau apa-apa. Aku mau mati!"

"Hm, tidak mungkin. Sebelum aku menyerahkan dan membawa dirimu kepada sucimu tanggung jawab keselamatanmu ada padaku, Hong Cu. Jangan berbuat macam-macam dan merepotkan aku...!"

"Bunuhlah aku agar tidak repot. Aku tak mau menemui siapa-siapa, Peng Houw, tidak juga Sin-hong-pang. Kau bunuhlah aku dan habis perkara!"

Pemuda ini tertawa getir. Mana mungkin ia membunuh gadis ini, melukai saja tak senang. Dan ketika gadis itu tak mau makan dan selerapun terganggu akhirnya Peng Houw menyimpan itu dan diri sendiri juga tidak jadi mengisi perut.

"Baiklah, aku tak ingin kau bunuh diri. Daripada menjagamu semalam suntuk lebih baik kutotok saja, maaf."

Gadis itu mengeluh ketika Peng Houw membuatnya tak berdaya. Beberapa saat Peng Houw mengawasi gadis itu, melihat bahwa Hong Cu tetap selamat dan tak mungkin terjadi bunuh diri. Tapi ketika malam semakin larut dan peneranganpun semakin remang-remang, Peng Houw harus menambah kayu kering pengusir nyamuk maka di saat ia beristirahat dan hendak lelap sekonyong-konyong terdengar gadis itu muntah-muntah.

Peng Houw terkejut dan melompat bangun. la merasa aneh kenapa gadis yang kosong perutnya ini harus muntah-muntah. Namun ketika ia mengurut dan melegakan gadis itu, Hong Cu menangis maka gadis ini diam saja sampai akhirnya terguling lemas. Peng Houw tak dapat tidur dan menjaga gadis itu. Ia membersihkan muntahan.

Hong Cu memandangnya redup. Begitu halus dan penuh perhatian pemuda ini, lagi-lagi gadis itu memandang mesra. Dan ketika Peng Houw harus membuang pandangan dan duduk membelakangi maka ia berkata agar gadis itu mengisi perutnya.

"Kau lapar, perutmu berkeruyuk. Kalau tidak diisi tentu tubuhmu semakin lemah!"

"Aku tak mau makan, kecuali kau menyuapiku. Biar mati lebih baik aku begini, Peng Houw. Kau tidurlah dan jangan hiraukan aku!"

"Menyuapimu?" Peng Houw semburat. "Kalau begitu keinginanmu baiklah, Hong Cu, aku tak mau perutmu kosong sehabis muntah-muntah tadi. Kalau tak ingat ini agaknya lebih baik membiarkan kau lemas!"

Ada senyum dan kilatan kecil di mata gadis Sin-hong-pang itu. Peng Houw bergerak dan mengambil sepotong roti kering lalu menyuruh gadis itu menggigit. Hong Cu membuka mulutnya dan gigi seperti mentimun berderet itu mengatup. Lalu ketika gadis ini mengunyah pelan-pelan sementara Peng Houw harus sering membuang pandangan maka Hong Cu berkeruyuk minta air.

"Aku haus, ingin minum...!"

Peng Houw menangkap kemanjaan gadis ini. Apa boleh buat iapun menuangkan air putih itu ke mulut Hong Cu, bibir lunak lembut itu segera merah basah. Dan ketika air menyegarkan gadis Sin-hong-pang ini dan sepotong roti habis akhirnya Peng Houw mengomel dan menyimpan sisa makanannya.

"Besok harus makan sendiri, dan kedua lenganmu yang akan kubuka totokannya!"

Hong Cu tersenyum manis. Ia merasa nikmat dan senang menggoda Naga Gurun Gobi ini. Malam itu terasa bahagia sekali. Dan ketika ia menguap dan tidur perlahan-lahan, bibirnya membisikkan nama pemuda itu maka gadis Sin-hong-pang ini terlena dan masuk ke alam indah di mana Peng Houw justeru merasa jengah dan kikuk sendiri. Gadis ini terang-terangan mencintainya!

Peng Houw menarik napas dalam- dalam. Betapapun jiwa kelelakiannya bergetar. Diam-diam ia mengakui kecantikan gadis ini, menyapu dan tak terasa mengamati semua bagian tubuh itu. Mulai dari betis yang memadi bunting sampai leher yang jenjang bak angsa betina. Hidung yang kecil mancung dan bibir yang merah tipis terasa juga mempesona. Bulu mata yang lentik itu diam tak bergerak di bawah naungan alis hitam panjang. Sungguh gadis ini cantik.

Akan tetapi karena ia teringat isterinya dan Li Cengpun bukan wanita sembarangan maka ia menindih perasaannya yang bermacam-macam dan pemuda ini akhirnya bersila membelakangi punggung. Peng Houw tak dapat tidur menjaga gadis itu. Untunglah malam yang tanpa gangguan mengembalikan kesehatannya dan meriang di tubuh hilang. Ia merasakan kesegaran baru.

Dan ketika ayanm jantan berkokok dan mulut guha diterangi cahaya kemerah-merahan maka Hong Cu juga bangun dan membuka matanya. Peng Houw berkelebat dan sebentar kemudian kembali lagi dengan semangkok air dingin.

"Silakan cuci muka, kita melanjutkan perjalanan."

Hong Cu bergerak. Peng Houw membebaskan kedua lengannya dan hanya bagian itulah yang bisa digerakkan. Wajah itu merunduk, masuk dan berkecipaklah air dingin membasahi muka. Lalu ketika gadis ini mengangkat mukanya dan segar kemerah-merahan maka Peng Houw membuang kagum dan melempar pandangan ke samping. Rambut yang awut-awutan dan tergerai itu rasanya semakin cantik saja setelah wajah dan pipi itu digosok kemerah-merahan.

"Aku ingin mandi, bolehkah mandi...?" Pemuda ini tertegun. "Aku tak akan melarikan diri, Peng Houw sumpah!"

"Hm , begini saja," pemuda itu kemerah-merahan dan bingung. "Lekuk di dalam guha itu akan kuisi air, Hong Cu, kau mandi disini saja. Tapi berjanjilah bahwa kau tak akan bunuh diri!"

"Aku berjanji," gadis itu tersenyum. "Aku risi dengan tubuhku yang kotor dan penuh keringat. Kalau aku tak boleh mandi di luar di sinipun boleh. Asal.... asal kau menjaga di luar!"

"Ya, aku akan di luar. Tunggulah!"

Peng Houw lenyap dan tak lama kemudian membawa semangkok demi semangkok air bersih ke ceruk guha. Kebetulan di situ ada ceruk yang bisa digunakan sebagai tempat penampung air, Peng Houw bekerja keras memenuhi ini. Dan ketika Hong Cu memandang kagum dan tak habis-habisnya memuji memandang mesra akhirnya pemuda itu berkelebat di luar guha menyuruh gadis itu mandi.

"Aku memegang janjimu, atau kuanggap kau melanggar dan tak perlu dipercaya lagi!"

Gadis ini menarik napas. Tiba-tiba ia terisak dan menggigit bibir. Semakin dekat dengan pemuda ini rasanya ia semakin jatuh cinta. la semakin kagum dan tergila-gila. Tapi teringat Chi Koan yang menodainya mendadak Ia menjadi marah dan hampir saja niatnya membenturkan kepala berlangsung.

Akan tetapi Hong Cu menahan kemarahannya itu. Ia membuang penyesalan yang sia-sia dan akhirnya mencopoti pakaian. Tanpa ragu dan percaya bahwa Peng Houw tak mungkin melongok, ia melepas pakaiannya satu per satu. Peng Houw telah membebaskan totokannya penuh. Dan ketika tak lama kemudian suara air cebar-cebur membasahi tubuh indah itu maka di luar guha Peng Houw sama sekali menutup pendengarannya.

Birahi adalah nafsu yang mudah menghanyutkan manusia ke dalam kelelapan. Orang lain tentu ingin mengintai atau menjenguk gadis Sin-hong-pang itu. Siapa tidak tertarik dan bangkit nafsunya membayangkan gadis ini tubuh yang indah dan sintal.Akan tetapi karena Peng Houw bukanlah pemuda sembarangan dan murid mendiang sesepuh Go-bi ini adalah pemuda yang tangguh dan kuat imannya maka tak ada reaksi berlebihan pada wajah atau diri pemuda itu.

Peng Houw tenang-tenang dan duduk di luar guha memandang ini-itu, la bahkan tak tahu ketika tiba-tiba Hong Cu telah berada di situ. Suara air lenyap dan gadis ini bersinar memandang Naga Gurun Gobi itu. Tampak oleh Hong Cu bahwa pemuda ini benar-benar berpikiran bersih, jauh sekali dibanding Chi Koan. Kalau pemuda itu di situ tentu ia dilalap.

Dan ketika ia menghela napas panjang dan barulah suara ini mengejutkan pemuda itu maka Peng Houw tertegun alangkah cantiknya gadis Sin-hong-pang ini. Hong Cu menyanggul rambutnya tinggi di atas kepala dan dua tusuk konde menjepit rambut itu mempertahankan posisinya. Bibir itu merekah tipis.

"Kau sudah mandi?"

Peng Houw membalik dan tak berani terlalu lama memandang wajah itu. Pagi itu gadis Sin-hong-pang ini seakan lebih bersinar dan cantik saja. Ikat pinggangnya menempel ketat dan pinggang ramping itu semakin menonjolkan bentuk pinggul yang besar. Tubuh itu memang padat menggairahkan. Dan ketika gadis itu mengangguk dan menarik napas dalam maka kata-katanya membuat pemuda ini tertegun.

"Aku tak ingin menemui suciku, aku tak mau ke Sin-hong-pang. Bagaimana kalau kau bebaskan aku, Peng Houw, jangan bawa aku ke sana."

"Hmn, bagaimana ini," Peng Houw menjawab, menggelengkan kepala."Kemarin aku dituduh yang tidak-tidak, Hong Cu, aku ingin membersihkan diri. Kalau kau mau baik-baik ke sana tentu saja aku senang. Bebas boleh bebas, tapi kau harus kuserahkan sucimu!"

Mata itu berkilat, tiba-tiba berapi. Dan ketika Peng Houw melihat ini mendadak gadis itupun membentak dan menyerangnya. "Kalau begitu kau robohkan aku kembali!"

Peng Houw berkelit dan menarik napas panjang. Sekali gadis ini menyerang maka tak akan sudah kalau belum roboh. Apa boleh buat, ia pun melayani. Dan karena kepandaiannya jauh lebih tinggi dan iapun tak mau berlama- lama akhirnya sebuah totokan melumpuhkan gadis itu.

"Tuk..!" Hong Cu terguling dan mengeluh. Peng Houw menyambarnya dan pemuda ini meminta maaf. Lalu merasa bahwa tak ada gunanye berlama di situ iapun berkelebat dan memulai perjalanannya, kini langkahnya jelas dan pasti, Sin-hong-pang.

"Aku menyesal tak dapat memenuhi permintaanmu. Kalau nanti sucimu sudah menerima dirimu boleh kau pergi lagi, Hong Cu, sesukamu. Tapi sekarang harus pergi dulu dan turut kata-kataku."

Gadis itu menangis. Ia tehu pemuda ini tak akan menarik, niatnya,betapapun ia tetap akan dibawa ke Sin-hong-pang. Dan ketika pagi itu kembali gadis ini memaki-maki namun Peng Houw mendiamkannya saja tiba-tiba tak lama kemudian, gadis itu muntah-muntah.

"Huekk. huekk!"

Peng Houw terkejut. Lagi-lagi ia merasa heran kenapa gadis itu muntah-muntah. Seingatnya mereka belum mengisi perut, belum sarapan. Dan ketika ia berhenti dan meletakkan gadis itu di tanah, Hong Cu menangis maka Peng Houw mengerutkan kening melihat sesuatu gejala.

"Kau... kau hamil?"

Pertanyaan ini diluncurkan begitu saja tanpa sadar. Peng Houw tiba-tiba teringat isterinya ketika tanpa sebab juga muntah- muntah, yakni ketika dulu isterinya hamil muda. Maka ketika ia terlepas begitu saja dan bertanya tanpa sadar, terkejut dan kaget sendiri maka Hong Cu membelalakkan matanya dan seketika merah padam.

"Kau... kau bicara apa?"

"Maaf," pemuda ini merobah sikap. "Aku tak bertanya apa-apa, Hong Cu, hanya heran oleh kejadian ini. Bukankah perutmu kosong."

Gadis itu mengguguk. Sesungguhnya ia tertampar oleh pertanyaan Peng Houw tadi, diam-diam merasa bahwa sesuatu telah terjadi di tubuhnya. Ada perobahan yang tidak diketahuinya, asing akan tetapi cukup mengganggu namun belum begi-tu besar. la merasa mual-mual dan ingin muntah melulu. Mukanya tiba-tiba pucat teringat kejadian di gedung Sui-ta Ho-kian itu.

Dan karena ia pun bukan anak kecil dan tahu apa artinya itu, resiko permainan semalam dengan Chi Koan maka ia gelisah dan gugup, juga malu. Untunglah Peng Houw tidak bertanya lagi karena pemuda itupun rikuh. Apa urusannya tentang ini. Maka ketika ia melanjutkan perjalanan namun Hong Cu berkeruyuk, lapar maka. ia berhenti lagi membuka buntalannya itu.

"Kau muntah lagi, perutmu kosong. Biarlah sarapan dulu dan berhenti sejenak."

Hong Cu diam saja, menggeleng. Gadis ini pucat dan Peng Houw merasa kasihan. Berdebarlah pemuda itu teringat Lui-thian-to-jit dan Ang-see-ciang yang dimiliki gadis ini. Jangan-jangan Ohi Koan... ah, Peng Houw tak melanjutkan dugaannya dan menyimpan makanannya lagi, Gadis itu tak mau mengisi perut, ia juga tak mau menyuapi. Dan karena mereka sama-sama keras kepala dan Peng Houw tak bermaksud memanja-manjakan lagi maka pemuda itu menerusken perjalanan tapi beberapa saat kemudian gadis itu kembali muntah-muntah.

"Ah, ini tak wajar. Apa yang terjadi denganmu, Hong Cu. Masa sakit!"

"Tak usah perdulikan aku. Buang atau bunuh saja aku, Peng Houw, jangan banyak cakap!"

Peng Houw mengerutkan kening. gadis itu menangis lagi dan kekhawatiran Hong Cu menjadi-jadi. la semakin cemas dengan apa yang dialaminya itu, tubuhnya lęmas. Dan ketika Peng Houw tertegun dan berhenti lagi maka pemuda ini duduk termenung memandangi gadis Sin-hong-pang itu. Dugaaannya semakin kuat bahwa Hong Cu hamil.

"Aku harus membawamu secepatnya dan biar sucimu tahu. Kita tak boleh berlama-lama lagi, Hong Cu, secepatiya kita ke Sin-hong-pang!"

Gadis itu menjerit. Peng Houw menyambarnya dan tiba-tiba tidak perduli lagi keadaan gadis ini. Hong Cu terus muntah-muntah dan Peng Houw marah. kiranya gadis ini telah menjalin hubungan gelap dengan Chi Koan. Dan ketika pemuda itu berkelebat dan kebetulan melewati Swi-yang, sebuah kota cukup besar tiba-tiba ia mempunyai pikiran lain dan mengambil atau menculik seorang tabib. Peng Houw hanya ingin memastikan diri bahwa Hong Cu memang hamil!

"Coba kau periksa keadaannya apa yang terjadi. Aku tak mau berlama-lama dan jangan takut, ini untukmu!"

Peng Houw melemparkan sekeping emas dan tabib yang semula ketakutan itu sedikit berseri. Ia dibawa dari rumahnya ikut "siluman", begitu sangkanya karena ia dibawa terbang dan pohon serta rumah di kiri kanan meluncur dengan cepatnya. Dan ketika ia berhenti di situ dan pembawanya itu ternyata seorang pemuda, di dekat mereka berbaring seorang gadis cantik maka tabib ini lega namun sebelumnya tentu saja ia mengamati dan terheran-heran memandang pemuda ini.

"Maaf, siapakah kongcu ini. Dan...dan siapa nona itu."

“la sakit, muntah-muntah. Aku bingung tak tahu obatnya, Lo-sinshe. Coba kau periksa dan jangan banyak tanya. Itu uangmu!'

"Hm, kalian... pengantin baru?"

Wajah Peng Houw semburat. la membentak agar tabib itu cepat bekerja, Hong Cu menangis dan kali ini Peng Houw menotok urat gagunya. Hal itu dilakukan agar gadis ini tak banyak bicara, apalagi berteriak-teriak. Dan ketika tabib itu berlutut dan jarinya menekan serts memijat urat nadi mendadak ia terkekeh dan bangkit tertawa-tawa.

"Heh-heh, penyakit alam. Sebelum aku menjawab tolong kongcu sebutkan dulu bahwa kalian adalah suami isteri."

"Hm, aku... dia... baiklah," Peng Houw mengangguk, tak mau membuat Hong Cu malu di depan orang lain. "Dia isteriku, sinshe. Sekarang katakan apa penyakitnya."

"Hamil, heh-heh! Dia hamil, kongcu,. kiong-hi (selamat)... kiong-hi...!"

Akan tetapi Peng Houw tahu-tahu berkelebat lenyap. Ia sudah memastikan dugaannya dan Hong Cu ternyata hamil, gadis ini akan menjadi ibu. Dan ketika tabib itu berseru keras, terkejut karena pemuda dan gadis itu lenyap maka kakek ini berteriak-teriak dan lintang-pukang lucunya tak lupa menyambar sekeping emas itu.

"Haiya, hantu...hantu..."

Peng Houw sendiri sudah tak memperdulikan tabib itu. la telah meyakini dugaannya bahwa Hong Cu hamil. Dan ketika ia jauh dan sudah meninggalkan kakek itu maka di tempat sunyi ia menurunkan gadis ini, pandangannya berkilat dan berapi-api, mencorong.

"Kau, hmm. Tak kusangka sebejat dan sejauh itu watakmu, Hong Cu. Kau yang semula masih kuhargai dan kuanggap gadis baik-baik ternyata telah hamil di luar nikah. Apa jawabmu setelah ini. Tidakkah hubunganmu dengan Chi Koan membuahkan hasil!"

Gadis itu tersedu-sedu. Hong Cu tak dapat mengelak lagi dan Peng Houw cerdik memanggil tabib. Dengan begitu memang ia tak mungkin mengelak. Akan tetapi karena kejadian itu bukan atas kehendaknya dan iapun juga tak menyangka akan hamil maka ia tak menjawab atau membantah pernyataan itu. la sendiri sudah begitu bingung dan panik dinyatakan hamil. Sungguh tak ia sangka bahwa hubungan di kamar Sui-taijin itu berbuah janin.

Chi Koan benar-benar terkutuk. Akan tetapi ketika teringat Peng Houw mengakuinya sebagai isteri, sebuah pikiran tiba-tiba memercik mendadak ia menjatuhkan diri berlutut dan merangkul kaki pemuda itu, tersedu-sedu, seluruh hati dan perasaannya hanyut.

"Maafkan aku... ampunkan aku. Tak dapat kusangkal bahwa semua ini perbuatan Chi Koan, Peng Houw, akan tetapi ketahuilah bahwa semua itu bukan atas kehendakku. Jahanam itu mempergunakan ilmu hitam, aku diguna-guna. Aku ditipu dan dipermainkannya sampai akhirnya aku sadar dan melarikan diri. Dan... dan janin ini akan lahir tanpa ayah. Ah, tolonglah, Peng Houw... akuilah dia sebagai anakmu sebagaimana kau tadi mengakuiku sebagai isteri."

Peng Houw terkejut, berubah. Ia tiba-tiba ingat dan semburat merah. Tabib itu saksi! Dan ketika ia pucat dan tergetar oleh sesuatu, tanpa disadari tiba-tiba ia terjebak dalam persoalan kotor maka pemuda ini tak dapat menjawab dan sejenak ia menggigil.

"Kasihanilah aku... ampunilah aku... Chi Koan memang jahanam terkutuk, Peng Houw. Aku telah masuk ke mulut srigala berbulu domba. Aku mengikutinya karena ia berjanji akan membantuku, memusuhimu. Dia lihai dan aku percaya. Namun karena aku tak tahu bahwa ia adalah Chi Koan, baru kutahu setelah Kwi-bo datang maka aku tergelincir dan menyesal meninggalkannya. Sungguh bukan kehendakku kecuali kehendak iblis jahanam itu!"

Pemuda ini termangu-mangu. Hong Cu cepat menceritakan asal mulanya dan mengertilah Peng Houw. Chi Koan merobah namanya mempermainkan orang. Dan karena Hong Cu memang belum pernah bertemu muka dan si buta itupun amat licik dan keji maka pemuda ini mau mengerti, akan tetapi mengaku ayah dari anak di perut Hong Cu tentu saja berat.

Bagaimana kalau didengar isterinya, juga orang-orang lain. Tentu ia akan dianggap menyeleweng dan besar resikonya menerima itu. Tidak gampang untuk memberi tahu orang lain bahwa pengakuan itu hanya pura-pura saja, masa pendekar seperti dia harus berbohong!

"Hmn, maaf, aku dapat mengerti. Sekarang hormatku pulih lagi, Hong Cu, Chi Koan memang iblis yang amat keji. Kau menjadi korban. Akan tetapi rasanya tak mungkin menerima usulmu dan mengaku ayah dari anakmu."

"Tapi... tapi kau mau mengaku suami isteri di depan Lo-sinshe itu!"

"Aku hanya ingin menolongmu. Aku tak ingin membuatmu malu di depan orang lain, Hong Cu. Harap kau mengerti ini."

"Tapi, ahh..." gadis itu tiba-tiba meloncat dan menumbukkan dahinya di batang pohon. "Kalau begitu lebih baik aku mati, Peng Houw. Hidup tiada guna lagi kalau sudah seperti ini!"

Peng Houw menyambar dan selalu waspada sejak tadi. Sebelum gadis itu menyentuhkan kepalanya iapun sudah menotok dan menarik gadis ini. Hong Cu terpekik. Dan ketika gadis itu roboh dan jatuh di pelukannya maka Peng Houw berkerut-kerut merasa ngeri.

"Hong Cu, bunuh diri bukan jalan terbaik. Enak benar jahanam itu menyusahkan dirimu. Jangan takut dan aku membantumu dan di mana ia sekarang. Beritahulah dan kita cari dia sama-sama!"

Akan tetapi gadis ini menjerit dan berteriak-teriak. la melolong dan meraung-raung dan Peng Houw menutup mulutnya. Gadis ini histeris. Namun ketika ia menghentikan tangis itu mendadak berkelebat bayangan dan munculah Siang-mau Sian-li dan kawan-kawannya dulu, bahkan sekarang bertambah dengan orang-orang See-ouw-pang karena Cheng-liong-pian Ning Po, ketua See-ouw-pang itu berdiri dengan mata terbelalak melihal pemuda ini seakan menyiksa Hong Cu!

"Keparat, begini kiranya. Tak pantas kau sebagai Naga Gurun Gobi menyiksa gadis, Peng Houw. Mana kegagahanmu dan nama besarmu. Kau menculik dan membawa Hong Cu!"

"Apa kataku, heh-heh!" Golok Pengerik Tulang, kakek tinggi kurus itu terkekeh. "Sudah kubilang bahwa saksi-saksi cukup banyak, pangcu. Siang-mauw Sian-li inipun kuberi tahu dan sekarang melihatnya sendiri. Lihat, pemuda itu seperti pemerkosa!"

"Dan ia membuat gadis itu pingsan. Ah, serang dan selamatkan sumoimu itu, Siang- mauw Sian-li, jumlah kita banyak dan tak perlu takut lagi. Ketua See-ouw-pang sudah di sini!"

Siang-mauw Sian-li mendelik dengan wajah terbakar. Adegan terakhir ketika Peng Houw menotok pingsan sumoinya tak dapat ditutup-tutupi lagi. Mau apa pemuda itu kalau bukan mau bertindak jelek. Maka ketika ia menerjang dan membentak menjeletarkan rambut, yang lain mengikuti dan berteriak ramai-ramai maka Peng Houw melemparkan tubuh Hong Cu agar selamat dari hujan serangan. Golok Pengerik Tulang menghamburkan hui-tonya belasan batang.

"Sing-singg-plakkk!"

Demikian keget dan marah Peng Houw hingga ia mengelak dan menangkis amat keras. Sekali memutar lengannya semua orang terbanting, Siang-mauw Sian-li menjerit dan bergulingan melempar tubuh. Akan tetapi ketika wanita itu meloncat bangun dan menerjang lagi, pemuda ini terjepit nasib buruk maka Peng Houw membentak mencoba menjelaskan.

"Mundur, jangan main serang. Aku bertemu gadis itu dan sengaja hendak menyerahkannya kepada Siang-mauw Sian-li. He, mundur dan tanya dulu sumoimu itu, Sian-li, jangan membabi-buta!"

"Apanya lagi yang ditanya. Kau sudah membawa dan mempermainkan sumoiku, Peng Houw, kami Sin-hong-pang tak dapat memberi ampun. Kau atau kami yang mampus!"

"Dan kami kecewa kepadamu. Orang sehebat dirimu ternyata keji dan curang, Peng Houw. Tega benar kau berbohong dan mempermainkan HOng Cu. Kami See-ouw-pang juga tak dapat menerima!"

Ruyung atau Cambuk Naga Hijau menyambar dari tangan ketua See-ouw-pang ini. Semua tampak marah dan Peng Houw bingung, tak mungkin menjelaskan lagi semuanya itu dengan hati jernih. Dan ketika ia menangkis dan menghalau semua itu, lawan terpental nemun maju lagi maka Peng Houw tiba-tiba berpikir untuk lari dulu. Biarlah Hong Cu memberi penjelasan dan orang-orang itu akan tahu duduk persoalan sebenarnya.

"Plak-plak-plak!" tamparan pemuda ini agak terkendali. Berpikir bahwa Hong Cu akan memberi keterangan jujur Peng Houw menyamakan gadis itu dengan dirinya sendiri. la tak tahu bahwa sebaik apapun manusia bisa berobah, sewaktu-waktu keuntungan diri pribadi tetap saja lebih dipentingkan. Maka ketika ia membuat lawan terpental dan beberapa di antaranya terpelanting maka Peng Houw berseru dan iapun membalik serta meloncat pergi. Hati hanya akan panas melulu kalau di situ.

"Siang-mauw Sian-li, sekali lagi aku tak mempermainkan atau menyakiti Hong Cu. Kau tanyalah dan biar kalian tenang dulu!"

"He, lari ke mana!” wanita itu membentak dan mengejar. "Pertanggungjawabkan dulu perbuaatanmu, Peng Houw. Jangan lari!"

Akan tetapi saat itu Hong Cu sadar. Gadis ini telah dilempar Peng Houw dan murid- murid Sin-hong-pang menolong. Mereka tetap bersama ketua mereka ini dan girang bahwa Hong Cu selamat. Tadinya mereka khawatir gadis itu celaka dan ketua merekapun cemas. Tapi ketika Hong Cu batuk-batuk dan muntah maka Siang-mauw Sian-li tertegun dan berhenti.

"Sumoi, ada apa kau!"

Hong Cu terhuyung. Tíba-tiba kebencian membangkitkan kemarahan. Ia tertawa dan terkekeh. Dan ketika sang suci terbelalak dan heran, juga ngeri maka gadis itu berkelebat dan berseru,

"Tangkap dan kejar pemuda itu, tahan jangan sampai lolos. Aku akan memberinya pelajaran dan harap suci cegah mati-matian!'

Siang-mauw Sian-li berteriak. La memanggil sumoinya itu akan tetapi Hong Cu menghilang, gerakannya cepat bukan main dan semua terkejut. Hong Cu mempergunakan Lui-thian-to-jitnya itu, tentu saja semua orang terbelalak. Tapi ketika sucinya mengejar hanya untuk melihat bayangan gadis itu, Hong Cu berseru agar Peng Houw ditahan dan jangan dibiarkan lari maka gadis ini menuju Swi-yang.

Peng Houw tentu saja tak bakal menyangka apa yang akan dilakukan gadis Sin-hong-pang ini. Ia bergerak dan dikejar lawan-lawannya lagi. Tapi karena ia mendengar Hong Cu sadar dan memperlambat larinya, biarlah orang-orang ini tahu maka ia mendengus ketika ketua See-ouw-pang dan lain-lain berkelebatan menyusul. la membiarkan dirinya dikejar.

"Bagus, gadis itu sadar. Tanya dulu kepadanya dan jangan terburu menyerang!"

"Pengecut, jangan menghindar. Kalau kau tidak bersalah jangan melarikan diri, Peng Houw. Hadapi kami dan jangan kemana-mana!" Cheng-liong-pian Ning Po Sudah menggerakkan ruyungnya dan senjata itu kembali menyambar.

Peng Houw mengelak dan menangkis dan ruyung membalik menyambar tuannya sendiri. Laki-laki itu harus melempar tubuhnya bergulingan kalau tak ingin kepalanya di kemplang. Ruyung itu mendesing dan menghajar tanah. Lalu ketika ia melompat bangun dan teman-temannya sudah menyusul, menyerang dan mengeroyok lagi maka Naga Gurun Gobi ini menjadi gemas dan mendongkol, mengharap sebentar lagi Hong Cu memberi keterangan dan ia bebas.

"Kalian benar-benar tak tahu diri. Kalau aku mau kalian dapat kubunuh, tikus-tikus busuk. Pergilah dan tunggu gadis itu datang!"

Semua terlempar dan menjerit. Leng Nio, wanita berpedang merah terpelanting memaki-maki. Dari semua itu hanya Hek-coa Lo- kai dan Lai Pak saja yang tak ada, si Pemabok ini patah jarinya dan belum dapat bertanding. Hek-coa Lo kai tewas namun dua suhengnya ada di situ, yakni Hek-tung dan Hek-sai-kai. Dan ketika dua tokoh ini membentak dan menyambar-nyambar maka Kwa-kut-to Hong Ta kakek Pengerik Tulang itu melepas huito-huitonya. Terhadap kakek ini Peng Houw merasa sebal.

"Sing-wut-plakk!" dua hui to tertampar dan kakek itu menjerit. Peng Houw menambah tenaganya hingga golok-golok kecil itu membalik, menancap mengenai lengan dan bahu kakek itu. Dan ketika kakek ini menjerit dan bergulingan menjauhkan diri maka Siang- mauw Sian-li muncul dan teringat seruan sumoinya tadi.

"Kepung dan jangan biarkan lolos. Sumoiku sebentar lagi datang dan kuras tenaganya dahulu!"

"Ke mana sumoimu,,?" ketua See-ouw-pang bertanya. "Apakah la baik-baik saja, Sian-li. Kenapa tak datang ke sini."

"Ia ke Swi-yang, katanya tak lama. Naga Gurun Gobi ini jangan sampai lepas dan kepung rapat!"

Peng Houw mengerutkan alis. Ia heran kenapa Hong Cu malah menuju Swi-yang dan tidak segera menerangkan semua kejadian ini. Justeru ia menunggu agar persoalan selesai, tak mau berlama-lama dan lebih cepat lebih baik. Tapi ketika ia menghadapi lagi serangan lawan dan menghalau serta mementalkan rambut ketua Sin-hong-pang itu maka Peng Houw tak dapat meloloskan diri kalau tidak membuka jalan darah.

"Hmn, kalian orang-orang keras kepala. Kalau Hong Cu sudah menerangkan dan kalian tetap memusuhiku maka jangan tanya dosa, Sian-li. Untuk apa ia ke Swi-yang?"

"Untuk ini!" tiba-tiba terdengar lengking dan kekeh aneh, Hong Cu berkelebat membawa tabib Lo-sinshe. "Kalau kau tidak mengakui semua perbuatanmu, maka kakek ini saksinya, Peng Houw. Berhenti dan dengarkan atau aku menjadi mata gelap!"'

Peng Houw terkejut dan pertandingan otomatis berhenti. Hong Cu, gadis cantik itu terkekeh menerkam kakek ini. Tabib itu ketakutan dan gemetar, ia bingung dan tak mengerti namun girang melihat Peng Houw. Itulah anak muda yang memberinya sekeping emas. Maka ketika ia dilepas dan lari menghampiri Peng Houw, berlutut dan menangis maka ia segera berkata bahwa Hong Cu mengancam membunuhnya.

"Isterimu aneh, jabang bayinya bertemperanen luar biasa, ia datang dan mencekik aku, kongcu, katanya akan membunuhku kalau tidak mau menemuimu. Sekarang kau di sini, lindungi dan jangan aku dibunuh!"

Kakek itu ketakutan dan menangis memeluk kaki Peng Houw dan tentu saja semua orang heran. Bersamaan itu Hong Cu terkekeh, tawanya aneh dan mendadak gadis itu limbung. Dan ketika sucinya menyambar dan menahan gadis ini maka Hong Cu kembali muntah-muntah.

"Ia hamil, hamil muda. Jangan diperas perutnya. Hei, awas!"

Kakek itu melompat den Siang-mauw Sian-li terbelalak. la bermaksud menekan-nekan perut sumoinya tapi Lo-sinshe berlari mencegah. Buru-buru kakek itu mengurut-urut tengkuk gadis ini. Dan ketika Hong Cu mereda dan si tabib bingung maka ia merengek minta pulang. Tadi Hong Cu memintanya agar menemui sang 'suami', itu saja.

"Aku orang tua jangan ditakut-takuti lagi. Tanpa senjata dan apapun umurku sudah pendek. Ampun, cucu dan anakku menunggu di rumah, hujin. Jangan kalian bertengkar dan hidup rukun-rukun sejalah. Jabang bayi di perutmu itu aneh, tapi ia anak luar biasa. Bawa kembali aku pulang dan ngeri aku melihat teman-temanmu yang seram-seram ini...!"