Kabut Di Telaga See Ouw Jilid 19 - Sonny Ogawa

Halaman

    Social Items

Cerita Silat Mandarin Serial Bu-beng Sian-su Karya Batara
Kabut Di Telaga See-ouw Jilid 19

PENG HOUW terbelalak dengan muka semakin pucat. Semakin kakek bicara semakin tahulah dia apa yang dikehendaki Hong Cu. Tabib itu mengatakan ia suaminya, di depan banyak orang. Dan ketika ia terkejut dan tentu saja gusar, Hong Cu bangkit dan tertawa aneh maka kakek itu ganti menubruk dan memeluk pemuda ini.

"Kongcu, isterimu tak boleh banyak pikiran. la harus banyak istirahat. Sekarang kau ada di sini dan pulangkanlah aku. Cucu dan anakku menunggu!"

Hampir saja Peng Houw menendang dan menampar kepala kakek ini. Kata-kata itu seakan pedang berkarat saja dan semakin dibiarkan semakin ia tak kuat. Semua orang terbelalak kepadanya dan tentu saja termakan omongan ini. Pemuda itu telah menghamili gadis ini. Dan ketika Peng Houw mengeluarkan pekik dahsyat dan kakek itu roboh, berkelebat dan menyambar Hong Cu maka tangannya yang menuju kepala gadis itu disangka pukulan maut oleh Siang-mauw Sian-li dan lain-lain.

"Awas, pemuda ini kalap!"

"Hei, minggir, Hong Cu. Ia akan membunuhmu!"

Hong Cu sendiri terkejut dan melempar tubuh ke belakang. la puas memperdayai Naga Gurun Gobi ini namun serangan itu mengejutkannya juga. Sorot mata Peng Houw mengerikannya. Tapi untunglah ketika sucinya dan ketua See-ouw pang bergerak menghadang, disusul yang lain-lain maka Peng Houw disabet pukulan rambut dan sambaran ruyung dua orang ini, juga Hek-sai Lo-kai dan Ban-tok Wi Lo.

"Wiirrrr-wutttt-plakkkkkk!"

Orang-orang itu terbanting. Biarpun mereka menyambar dan serentak menghadang Naga Gurun Gobi ini namun pemuda itu terlalu kuat bagi mereka, apalagi Peng Houw dalam keadaan marah. Ia menerjang semua itu dan lawanpun terbanting, ruyung patah menjadi dua sementara tongkat di tangan Ban-tok Wi Lo bengkok. Dan ketika Peng Houw terus meluncur dan menerkam Hong Cu, gadis ini baru saja bergulingan bangun maka tengkuknya disambar dan Peng Houw geram mencengkeram gadis itu.

"Kau gadis siluman hina. Kau menjambak dan menghancurkan aku, Hong Cu,katakan bahwa semua itu bohong!"

"Aduh, lepaskan tanganmu. Kalau kau ingin membunuhku bunuhlah, Peng Houw, betapapun aku tak bilang apa-apa dan kakek itu yang bicara sendiri. Lepaskan, aduh!"

Peng Houw tertegun. Memang harus diakui bahwa Hong Cu tak bicara apa-apa, kakek itulah yang "merusak" suasana dan menyebutnya suami isteri, tapi karena semua itu disengaja gadis ini, Hong Cu menjebak dan memperdayainya maka Peng Houw menjadi marah namun saat itu Siang-mauw Sian-li dan ketua See-ouw pang menerjang lagi. Mereka telah meloncat bangun dan ketua See-ouw-pang itu tak perduli ruyungnya tinggal separoh.

"Lepaskan gadis itu tak usah menyangkal bukti. Hong Cu telah hamil akibat perbuatanmu, Peng Houw, sekarang pertanggungjawabkan atau kami membunuhmu!"

"Benar, dan kau atau aku mampus. Sin-hong-pang tak boleh dihina sembarangan, Peng Houw. Pertanggungjawabkan perbuatanmu atau kami mengadu jiwa!"

Peng Houw mengelak dan menangkis. Tentu saja ia marah namun terhadap orang-orang ini ia tak memiliki permusuhan khusus. Ketua See-ouw-pang maupun sin-hong-pang itu hanya sekedar membela Hong Cu, gadis itulah sumber utamanya. Namun karena Hong Cu melakukan itu terdesak kepentingan pribadi, betapapun ia harus maklum maka Peng Houw mendorongkan kedua tangannya dan menghalau mundur semua lawan.

"Kalian tak tahu kejadian sebenarnya. Hong Cu bohong, ia dusta. Saksi itu, kakek itu tak tahu pula apa yang sebenarnya terjadi. Minggir dan biarkan aku berhadapan dengan Hong Cu!"

"Bagus, dan kau hendak membunuhnya. Keparat, ia hamil dan tak usah ikut-ikut di sini Peng Houw. Daripada mengganggunya lebih baik hadapi kami dan kau atau kami roboh!"

Siang-mauw Sian-li meledakkan rambutnya dan wanita ini yang paling ganas sendiri, tak aneh karena ia malu di samping kecewa terhadap Naga Gurun Gobi ini. Kalau Peng Houw mau baik-baik menerima sumoinya justeru ia bangga, siapa tak senang beripar dengan pemuda itu. Akan tetapi karena Peng Houw menolak dan justeru mempermainkan sumoinya, kakek itu telah bicara lengkap maka ia lebih percaya bukti ini daripada mendengarkan omongan pemuda itu. Kemarahan membuat wanita ini ganas dan nekat, Sin-hong-pang telah dicoreng. Maka ketika ia maju dan meledakkan rambutnya lagi, menyambar dan menotok serta melilit pemuda itu.

Maka Peng Houw dibuat repot karena tak ingin melukai apalagi membunuh wanita ini. Ia mengendalikan semua gerak dan tenaganya. Tapi ketika orang-orang macam Ban tok Wi Lo dan Hek-sai Lok itu menyerang secara licik, juga Hong Ta kakek tinggi kurus itu maka Peng Houw menumpahkan kemarahannya di sini, membalik dan tiba-tiba menangkap serta mencengkeram senjata tiga orang itu. Hong Ta mempergunakan goloknya yang tipis panjang bergerigi.

"Kalian paling jahat menggosok Siang-mauw Sian-li. Sekarang terimalah hukumannya dan ini untuk kalian... krek-pletak!"

Peng Houw meremas hancur dua batang tongkat sementara tangannya yang lain mencengkeram golok si Pengerik Tulang. Tiga orang itu kaget dan berteriak keras dan Wi Lo paling dulu melempar tubuh bergulingan. Hek-sai Lo-kai yang tinggi besar itu lamban, ia terbelalak dan Peng Houw menyodokkan tongkat di tangan ke dada ketua Hek-i Kai-pang itu. Dan ketika kakek tui menjerit dan terbanting roboh, patahan tongkat menancap di dadanya maka golok yang patah melesat ke leher kakek tinggi kurus itu, Peng Houw menyambitkannya.

"Crep!"

Dua orang ini mengeluh dan tidak dapat bangun lagi. Golok Pengerik Tulang Hong Tak tersayat lehernya hingga nyaris putus, Hek-sai Lo-kai roboh dengan mata mendelik dan tewas. Kutungan tongkat menancap di dadanya. Dan ketika semua terkejut dan gentar melihat kemarahan itu, Naga Gurun Gobi memperlihatkan taringnya maka Hong Cu tiba-tiba melengking dan menerjang.

"Suci jangan takut. Maju dan serang lagi!"

Siang-mauw Sian-li terbelalak. Bayangan sumoinya berkelebat begitu cepat, lewat di sisinya dan tahu-tahu menampar dengan telapak tangan kemerah-merahan. Itulah Ang- see-ciang. Dan ketika Peng Houw menangkis dan.gadis itu terpelanting, bangun dan menyerang lagi maka Siang-mauw Sian-li tak dapat membiarkan sumoinya dan menerjang pula, disusul oleh ketua See-ouw-pang dan kawan-kawannya lagi.

Mereka malu oleh keberanian Hong Cu dan nekat mengeroyok. Akan tetapi karena mereka bukan lawan Naga Gurun Gobi itu dan pemuda ini meliuk dan mendorong mereka maka orang-orang ini mencelat dan terlempar lagi, terbanting bergulingan.

"Aku tak berurusan dengan kalian, aku berurusan dengan Hong Cu. Minggir dan pergilah!"

Orang-orang itu menjerit. Siang-mauw Sian-Li dan teman-temannya terlempar, dorongan Hok-te Sin-kang memang dahsyat. Tapi ketika wanita itu meloncat bangun dan nekat menyerang maka Peng Houw sudah menyambar dan menangkap Hong Cu.

"Berhenti, atau kalian membunuh gadis ini!'"

Hong Cu terkejut dan menjerit kecil, la sedang bergulingan ketika Peng Houw menyambarnya, mengelak akan tetapi pemuda itu memang bukan tandingannya. Dan ketika ia diangkat menerima pukulan kawan-kawannya, Siang-mauw Sian-li terpekik menarik serangan maka Hong Cu telah menjadi tameng yang memaksa orang-orang itu mundur. Peng Houw lega, meskipun wajahnya merah kehitaman.

"Hong Cu!" hardikan itu disusul cengkeraman gemas. "Katakan kepada orang-orang ini bahwa semua itu bohong. Aku tak pernah mengganggumu!"

"Hi-hiik... aduh, bunuhlah aku, Peng Houw. Aku tak akan berkata apa-apa karena kakek itu telah bicara. Kau bunuhlah aku tapi suciku dan semua orang telah mendengar!"

"Keparat, kau tak tahu malu. Kau...kau, brukkk!"

Peng Houw membanting dan hampir saja membuat gadis itu pecah kepalanya. Untunglah Hong Cu menggerakkan kepala hingga bahunya yang terbanting, gadis ini terhuyung mengeluh bangun. Lalu ketika ia tertawa dan terisak maka dengan pandangan berapi ia menuding lawannya itu.

"Kau... kaulah yang berhati kejam. Kau sama sekali tak mau menolong wanita yang malang, Peng Houw. Hatimu beku dan kaku sedingin es. Aku tak akan berkata apa-apa kecuali kau menyakiti dan telah membiarkan aku. Tunggu pembalasanku dan lihat perbuatanku kelak!"

lalu ketika gadis itu tertawa dan menangis mengerikan, berkelebet dan memutar tubuhnya maka Hong Cu meninggalkan tempat itu dan sucinya berteriak terkejut.

"Hong Cu...!"

Akan tetapi gadis itu telah lenyap meninggalkan tempat itu. Untuk kesekian kalinya lagi Siang-mauw Sian-li melihat sesuatu yang mengherankan. Gerakan sumoinya itu begitu cepat. Tapi ketika ia membalik dan menghadapi Peng Houw maka wanita ini melengking dan menerjang lagi, kini para murid disuruh maju membantu.

"Kau pemuda biadab. Kau tak bertangung jawab dan menghina sumoiku, Peng Houw. Biarlah kami Sin-hong-pang mengadu jiwa denganmu!"

"Dan kami See-ouw-pang juga tak dapat menerima ini. Hancur kegagahan dan nama baikmu, Naga Gurun Gobi. Kami membela gadis itu dan biar kami atau kau mampus!"

Ning Po ketua See-ouw pang ni melindungi dan bergerak membela kekasihnya. Siang-mauw Sian-li adalah wanita yang dicintainya dan tentu saja ia tak membiarkan Peng Houw mencelakai wanita itu. Dan ketika iapun mengerahkan anak-anak muridnya dan kini ramailah teriakan dan bentakan maka Peng Houw bingung membelalakkan mata, akhirnya berseru.

"Siang-mauw Sian-li, baiklah kukatakan di sini. Hong Cu hamil akibat perbuatan Chi Koan dan pemuda itulah yang menanamkan benihnya, bukan aku. Berhenti dan jangan menyerang!"

"Keparat, mencari kambing hitam. Kami telah tahu permusuhanmu dengan pemuda itu, Peng Houw, akan tetapi tak jantan melemparkan kesalahan kepada orang lain. Mampuslah, atau kami roboh...wirr-plakk!" rambut ditangkis dan membuat wanita itu terpelanting akan tetapi anak murid dan orang-orang lain menyambar dan membentak pemuda ini.

Peng Houw boleh bicara akan tetapi kesaksian lebih beirat. Kakek itu masih di situ dan tabib terlongong-longong, merintih dan duduk menonton setelah ia mencelat oleh pekik dasyat tadi. la memang kakek lemah. Tapi ketika ia merasu ngeri oleh bentakan dan suara senjata beradu, juga bayangan yang menyambar-nyambar membuat mata tuanya pusing maka kakek ini beringsut dan akhirnya lari pergi terhuyung-huyung.

"Celaka, sungguh celaka. Aku bertemu hantu-huntu muda yang saling serang dan melempar tuduhan. Ah, biarlah aku kembali ke Swi-yang dan tutup saja kedai obatku. Aku akan pindah!"

Tak ada yang memperhatikan dan memperdulikan kakek ini. Peng Houw dikepung dan menghadapi hujan serangan, lawan benar-benar nekat. Dan ketika ia mengeluh tak mampu membela diri lagi, juga orang-orang itu selalu menyerangnya karena ia mengendalikan tenaganya akhirnya pemuda ini terpaksa menurunkan tangan keras setelah untuk terakhir kalinya membentak orang-orang itu, terutama Siang-mauw Sian-li.

"Kalian tak mau mendengarkan kata-kataku, baiklah. Sekarang aku terpaksa merobohkan kalian dan jangan salahkan aku!" pemuda ini memutar kedua lengannya dan mendorong dan pukulan atau senjata para murid dibiarkan mengenai tubuhnya. Dengan Hok-te Sin-kangnya pemuda itu menolak terpental semua pukulan murid-murid See-ouw-pang maupun Sin hong-pang, mereka menjerit dan saat itulah dorongan kedua lengannya menyambut Siang-mauw Sian-li dan kawan-kawan.

Disini Peng Houw menambah tenaganya. Dan ketika terdengar suara berkeratak di susul jerit dan pekik kaget, juga keluhan tertahan maka ketua Sin-hong-pang dan See-ouw-pang itu terbanting, roboh dan pingsan sementara ruyung di tangan ketua See-ouw-pang hancur. Rambut Siang-mauw Sian-li berantakan dan melecut mengenai tuannya sendiri, pipi wanita itu tergurat berdarah. Lalu ketika si Pedang Merah Leng Nio terlempar dan terbanting dengan senjata patah-patah, puteranya juga begitu maka berhentilah pertandingan itu dan para murid gentar memandang Naga Gurun Gobi.

Peng Houw menarik napas dalam membersihkan bajunya. "Siapa yang masih ingin main-main lagi. Kalau aku berniat buruk tentu ketua-ketua kalian ini sudah kubunuh."

Murid-murid itu gentar. Yang wanita tiba-tiba menghambur menolong Siang-mauw Sian-Li, yang laki-laki mengeluh dan menubruk ketua See-ouw-pang. Lalu ketika Leng Nio menyambar dan berkelebat membawa puteranya yang pingsan. Semua orang gentar. Akhirnya Peng Houw memutar tubuh dan meninggalkan tempat itu. kembali ke Gobi. Tak tahunya di sinipun ia mendapat masalah baru dengan muridnya Beng San.

"Demikianlah," pendekar itu akhirnya menutup dan menghentikan ceritanya yang didengar kedua muridnya dengan muka tegang. "Hong Cu telah menanamkan persoalan yang sulit, Po Kwan. Ia memang tidak memfitnahku secara langsung akan tetapi tabib she Lo itu telah menjadi corong suara dan bukti semu. Aku tak dapat berbuat apa-apa dengan tabib ini karena ketika itu memang aku mengaku suami isteri."

"Tak tahu malu, busuk!" Siao Yen melengking mengepal tinju. Wanita itu tak tahu terima kasih dan rendah sekali, suhu. Betapapun kita tak perlu takut dan bicara apa adanya!"

"Aku tidak takut, hanya gelisah kalau fitnah ini menyebar ke mana-mana. Ketahuilah bahwa terhadap dua susiok akupun aku belum bercerita"

"Hm, kalau begitu sebaiknya suhu ceritakan," Po Kwan berkata dengan kening berkerut. "Ini urusan besar suhu. Urusan nama baik. Kalau dua locianpwe itu mendengar dari orang lain jangan-jangan malah runyam. Teecu pikir sebaiknya suhu ceritakan pula kejadian ini kepada pimpinan Gobi, kenapa tidak suhu lakukan."

"Aku ingin kalian mendengar lebih dulu," Peng Houw kagum akan kedewasaan muridnya yang satu ini "Kalian adalah orang-orang paling dekat denganku, Po Kwan, karena itulah kalian harus lebih dulu tahu. Kalian adalah seperti anak-anakku sendiri!"

"Terima kasih, kami mendapat kehormatan. Tapi betapapun suhu harus segera menceritakannya kepada pimpinan Gobi." Po Kwan terharu.

"Ya, akan kuceritakan. Sekarang kalian sudah tahu dan harap berhati-hatilah karena siapa tahu kalian sebagai muridku akan menjadi korban dari urusan pribadiku ini!"

"Teecu tidak takut" Siao Yen kembali melengking. "Biarkan wanita itu datang dan teecu damprat habis-habisan, suhu. Mendengar ini hati teecu sudah mendidih!"

"Hm, Hong Cu lenyap. la telah meninggalkan tempat itu dan agaknya untuk sementara waktu ia tak akan muncul. Yang berbahaya adalah Sin-hong-pang dan See-ouw-pang itu, mereka pasti mencari-cari."

"Kenapa tak suhu bunuh saja orang-orang itu. Mereka orang-orang tak tahu diri. suhu. Kalau teecu tentu sikat dan basmi habis. Untuk apa memberi ampun, hanya memusuhi dan mengejar-ngejar kita saja!"

Sang suhu menarik napas dalam, menggeleng. "Tidak, permasalahan bakal bertambah panjang, Siao Yen, lagi pula mereka hanya orang-orang yang terhasut. Mereka tak bersalah, sumber utamanya adalah Hong Cu. Namun karena Hong Cu dipermainkan Chi Koan maka si buta inilah yang harus bertanggung jawab dan mengakui perbuatannya."

"Tapi si buta itu tak mungkin mengakui itu. Justeru ia gembira melihat kau terfitnah, suhu. Salah-salah ia bakal mendompleng dan memojokkan kau pula. Hanya Hong Cu yang harus dimintai mengembalikan semua ini. Dialah pertama-tama yang bisa membersihkan nama suhu!"

"Benar, Siao Yen tidak salah. Urusan mereka urusan pribadi, suhu. Urusanmu dengan Hong Cu adalah urusan yang lain lagi. Kau harus meminta wanita ini membersihkan namamu dan Chi Koan nomor dua."

"Kalian tidak salah, semua benar. Tapi Hong Cu telah pergi dan fitnah ini terlanjur menempel di tubuhku. Kalau aku tidak bertemu wanita itu paling tidak si buta Chi koan harus kumintai pertanggungjawabannya. Betapapun kalian sudah tahu dan berhati-hatilah, ekor daripada semua ini pasti mengenai kalian pula. Sekarang aku sudah menceritakannya kepada kalian dan besok akan kuceritakan kepada pimpinan Gobi, cukup dan kallan boleh beristirahat."

Dua anak itu kasihan memandang suhu mereka. Siao Yen terisak dan mencium kaki gurunya sementara Po Kwan berlutut dan membisikkan kata-kata bergetar. Pemuda ini menyatakan bahwa apapun akan dibelanya sang suhu, ia meneteskan air mata. Dan ketika Peng Houw terharu dan mengusap kepala muridnya itu.

Maka Naga Gurun Gobi inipun cepat-cepat mengulapkan tangan agar dua muridnya pergi karena iapun tak tahan dan menjadi basah matanya oleh kesetiaan dan cinta kasih murid-muridnya ini, kakak beradik yang seolah anak sendiri baginya.

"Sudahlah... sudahlah, aku cukup babagia kalian dapat mengerti kesulitanku, Po Kwan. Sekarang pergilah dan kalian istirahat!"'

Dua kakak beradik itu mundur. Hari itu Naga Gurun Gobi Peng Houw tak keluar kamar. Pendekar ini bersila dan menenangkan semua himpitan batinnya seorang diri. Dan ketika keesokannya barulah dia keluar memberi tahu pimpinan Gobi yang juga dua susioknya itu maka tertegunlah dua hwesio ini mendengar itu.

"Omitohud, Chi Koan menghamili gadis Sin-hong-pang? Dan gadis itu menimpakan kesalahannya kepadamu? Bukan main, berbahaya sekali. Kita harus menangkap dan membersihkan semua ini secepatnya, Peng Houw, atau Gobi bakal tersangkut!"

"Hm, suheng tak perlu takut. Peng Houw memang anak murid Gobi, akan tetapi dia tidak melakukan itu. Kalau dia terfitnah justeru secara moral kita harus memperjuangkan nama baiknya agar bersih kembali, suheng. Biarkan mereka berkata apa saja tapi kita sudah tahu duduk persoalannya. Gadis itulah yang licik, berbuat tidak fair!"

"Jiwi-susiok (paman berdua) tak usah khawatir. Kalau sekiranya aku mengganggu disini aku siap pergi. Itulah sebabnya kemarin aku ragu-ragu menerima tawaran ji-wi. Aku memiliki persoalan serius, isteri belum ketemu malah tertimpa persoalan lain."

"Omitohud, tidak apa. Sebagai murid Gobi maka Gobi berkewajiban melindungimu, Peng Houw. Tak usah pergi dan tinggal saja di sini. Kami tetap menghormati dan menghargaimu apalagi setelah kau bicara ini, hanya kenapa tidak kemarin."

"Teecu ingin membicarakannya dulu dengan dua murid teecu, minta pertimbangan. Baru setelah itu jiwi-susiok kuberi tahu."

Ji-hwesio mengangguk-angguk. Dialah hwesio paling waspada dan cepat mengerti keadaan. Meskipun kedudukannya hanya sebagai wakil pimpinan akan tetapi acap kali buah pikiran hwesio ini lebih unggul dibanding suhengnya, seperti kekhawatirannya dulu tentang Chi Koan misalnya, yang akhirnya merugikan dan merusak Gobi. 

Maka ketika ia mendahului suhengnya menahan pendekar ini, sang suheng akhirnya mengangguk-angguk dan mengerti maka Peng Houw merasa lega atas kata-kata ji-susioknya (paman kedua) ini. Terhadap hwesio ini ia merasa lebih mendapatkan kecocokan.

"Terima kasih kalau jiwi-susiok masih menerima aku di sini. Selanjutnya terserah jiwi, bagaimana sikap atau reaksi Gobi kalau untuk urusanku ini kalian terlibat."

"Kami tetap di belakangmu. Gobi berkewajiban melindungi dan membela muridnya, Peng Houw, apalagi kalau benar. Tak usah khawatir dan kami akan memberi tameng kewaspadaan kepada semua murid. Fitnah ini tak boleh termakan mereka!"

Pemuda ini lega. Pertemuannya dengan pimpinan Gobi berakhir dengan baik, ia merasa enteng dan ringan sekali. Dan ketika selanjutnya ia berada di situ menjaga Gobi, ganti pimpinan Gobi memerintahkan delapan murid untuk pergi ke delapan penjuru mencari isteri dan anak pendekar itu maka Peng Houw menggembleng muridnya di bawah pengawasan langsung untuk menguasai Soan-hoan-ciang dan ilmu meringankan tubuh.

Sementara secara diam-diam tanpa diketahui dua anak itu ia memberikan tenaga saktinya sedikit demi sedikit sebagai tanda terima kasih atas kejujuran dan kesetiaan kakak beradik itu. Dan Po Kwan serta Siao Yen tentu saja bakal terkejut karena di tubuh mereka telah bersemayam tenaga mujijat Hok-te Sin-kang yang amat dahsyat itu, tenaga yang diam-diam membuat tubuh guru mereka sendiri lemah karena dioperkan kepada muridnya!

* * * * * * * *

Suasana di Sin-hong-pang seperti orang berkabung. Siang-mauw Sian-li, Wanita . cantik itu menggeletak lemah di pembaringan. Dua kali wanita ini muntah darah dan murid-murid yang menjaga menangis. Mereka tak dapat menolong apa-apa sementara Ning Po, laki-laki gagah ketua See-ouw-pang itu bersila di tepi pembaringan dengan muka pucat dan khawatir.

Di seberang laki-laki ini duduk terhalang meja pendek tampak pula seorang pemuda mengerjap-ngerjapkan sepasang kelopaknya yang kosong, tangan kiri menekan ibu jari kanan Siang-mauw Sian-li sementara tangan kanan bergerak-gerak perlahan seakan mendorong. Siapa lagi si buta ini kalau bukan Chi Koan! Dan ketika ia menarik napas berulang-ulang seraya melepaskan tekanannya pada ibu jari kanan wanita itu pemuda ini berkata,

"Gagal, tak mungkin ditolong lagi. Aku telah berusaha sekuat tenaga, Ning-pangcu, akan tetapi dia, nyawanya tak mungkin kuselamatkan!"

Terdengar jerit dan pekik tertahan. Gadis di kaki Siang-mauw Sian-li tiba-tiba tersedu-sedu, disusul oleh yang lain dan saat itu tubuh ketua Sin-hong-pang mengejang-ngejang. Seperti bicara atau menangis wanita ini gemetaran menuding nuding, sayang telunjuknya ke atas dan orang tak tahu apa yang dia maksud. Akan tetapi ketika ketua See-ouw-pang melompat maju dan menyambar kekasihnya ini maka Ning-pangcu berseru menggigil.

"Aku di sini, apa yang ingin kau katakan. Kami telah berusaha sekuatnya menolongmu, Sian-li akan tetapi kami tak dapat berbuat lebih!"

"Chi Koan... Chi Koan....!"

"la ada di sini...!"

"Kau hendak bicara apa," si buta menjulurkan leher dan tiba-tiba memencet ujung kaki Siang-mauw Sian-li. "Aku di sini, Sian-li. Bicaralah."

Wanita itu megap-megap mengatakan sesuatu. Si buta mendorong minggir ketua See-ouw-pang dan menempelkan telinga ia mendengarkan kata-kata wanita itu. Terdengar kata-kata.

"kau bangsat...!" lalu kepala wanita itu terkulai.

Ning-pangcu tak mendengar ini karena tangis dan sedu-sedan para murid meledak gaduh. Siang-mauw Sian-li menghadapi saat-saat terakhir dan itulah yang dikatakan kepada pemuda ini. Tangannya seolah hendak mencengkeram namun si buta menangkis. Cepat dan tidak kentara Chi Koan telah menusuk ibu jari Siang-mauw Sian-li hingga wanita itu tersentak. Sekejap wanita itu melotot namun roboh dan menghembuskan napasnya yang terakhir. Dan ketika si buta melepaskan tangannya dan mundur menjauh, kepala menunduk seolah berduka maka tangis dan sedu-sedan wanita Sin-hong-pang tak dapat dicegah lagi.

"Sian-li meninggalkan kita, ia wafat!"

"Dan ini karena pukulan Peng Houw. Ah, keji dan jahat sekali Naga Gurun Gobi itu, Bo-cici. Kita kehilangan ketua!"

'Ya, kita kehilangan ketua. Kita kehilangan orang yang kita cintai, ooh-huu-huuuu..." dan tangis serta sedu-sedan yang kian menggila lagi akhirnya membuat suasana berkabung benar-benar pecah.

Dan ketua See-ouw-pang terkejut dan termangu-mangu melihat wajah pucat itu tak bergerak-gerak lagi, dingin dan kaku namun tiba-tiba ketua See-ouw-pang ini melengking. Ia mencelat dari duduknya dan berkelebat keluar, suara ledakan disusul deru dan desing mengerikan telinga. Dan ketika di luar Sin-hong-pang terdengar pohon-pohon bergemeratak, roboh dan tumpang-tindih maka debum pohon-pohon Cemara membuat laki-laki ini semakin kesetanan dan berteriak-teriak.

"Peng Houw, kau membunuh kekasihku. Kau merenggut nyawa calon isteriku Sian-li. Ah, kubunuh kau... kuhajar kau...krakk-buummm!" dan pohon-pohon yang tumbang dihajar ruyung di tangan ketua See-ouw-pang ini akan berlanjut lagi kalau saja tidak berkelebat bayangan si buta yang mencengkeram dan menahan pundak laki-laki itu.

"Pangcu, sadarlah. Jenasah kekasihmu perlu diurus dan jangan membuang tenaga sia-sia di sini kalau hanya merobohkan pohon-pohon belaka."

"Akan tetapi jahanam keparat Peng Houw!"

"Aku tahu, masuk dan simpan senjatamu kembali, pangcu. Lihat semua murid menunggumu dan jangan buat mereka lebih bingung lagi." Chi Koan memotong dan cepat sekali si buta ini menyimpan ruyung di punggung si empunya.

Tanpa daya ketua See-ouw-pang ini dilumpuhkan dengan mudah, ia terbengong akan tetapi tiba-tiba menangis tersedu-sedu, melompat dan meraung dan akhirnya menubruk kembali jenasah ketua Sin-hong-pang. Dan ketika laki-laki itu mengguguk untuk akhirnya roboh pingsan, pukulan itu tak kuat diterimanya maka dua remaja tanggung termangu-mangu di sudut sementara satu di antaranya melirik dan mulai jelalatan merayapi wajah-wajah cantik dari murid-murid Sin-hong-pang itu. Beng San!

"Sst, jangan meliar. Tunjukkan duka dan simpatimu, sute. Lihat suhu mendengarkan kita."

Beng San terkejut. Siauw Lam, sang suheng menegur dengan menyenggol lengannya. Memang anak-anak ini mengikuti guru mereka dan hari itu mereka ada di Sin- hong-pang. Pertemuan mereka sebenarnya tidak sengaja, suatu kebetulan belaka. Tapi karena "kebetulan" berlanjut dengan tewasnya Siang-mauw Sian-li, wanita yang mula-mula hanya terkena pukulan ringan maka tak ada yang tahu bahwa secara licik dan keji si buta itu memperberat bekas pukulan Hok-te Sin-kang yang dilancarkan Peng Houw dengan Hok-te Sin-kang yang dimiliki lewat bantuan tenaga dalam!

Memang Chi Koan benar-benar seorang buta yang keji. Waktu itu, setelah dibuat pingsan oleh Peng Houw yang meninggalkan pertempuran maka wanita ini sadar setelah ketua See-ouw-pang membuka mata lebih dulu. Tubuh yang malang-melintang di situ sadar satu per satu, baik murid Sin-hong-pang maupun See-ouw-pang akhirnya bangun berdiri. Mereka yang selamat membantu teman-temannya yang terlempar ini.

Dari semua itu hanya sang ketua yang agak berat, hal ini tidak aneh karena pukulan mereka juga berat terhadap Peng Houw. Hok-te Sin-kang mementalkan itu dan menyerang balik tuannya sendiri. Akan tetapi karena Peng Houw mengendalikan tenaganya dan seberat. apapun takkan ada yang tewas, paling hanya sesak atau nyeri ulu hati maka Siang-mauw Sian-li maupun Cheng liong-pian Ning Po terkena itu.

Namun wanita ini lebih berat, Ia tersedu-sedu ketika duduk dan ditolong murid-muridnya. Dan karena serangan malu lebih kuat daripada serangan fisik maka Siang-nauw Sial-li tak dapat ditenangkan meskipun telah dibujuk kekasihnya sendiri.

"Aku tak dapat melupakan hinaan ini, aku tak dapat melupakan sakit hati ini. Ah, aku tak akan menghadapi pemuda itu lagi kalau ilmuku belum tinggi, Ning-twako. Aku akan mengasingkan diri dan biar bertapa seumur hidup sampai kelak dapat membalas dan membunuhnya!"

"Hm, tenanglah, sadarlah," ketua See-ouw-pang batuk-batuk dan gemetar memeluk pundak wanita ini., "Akupun tak dapat melupakan sakit hati dan hinaan ini,, Sian-li. Kalau kau hendak bertapa marilah kuiringi dan kita muncul lagi kalau ilmu kita sudah benar- benar tinggi. Bangkitlah, sebaiknya kita pulang."

Akan tetapi wanita ini tiba-tiba roboh. Siang-mauw Sian-li teringat Hong Cu dan mendadak ia dicekam kenyerian di dada sebelah kirinya. Sakit oleh pukulan batin kiranya lebih hebat daripada sakit oleh pukulan benda keras. Dan ketika wanita itu terguling dan pingsan maka ketua See-ouw-pang menjadi sibuk dan dicarilah kereta untuk membawa wanita ini.

"Kita ke Sin-hong-pang, secepatnya saja. Cari kereta dan bergegas pulang!"

Seakan menjawab kata-kata ini mendadak terdengar derap kaki kuda dan munculah sebuah pedati dengan seekor kuda penariknya. Di depan pedati itu duduk dua remaja tanggung dan mereka juga terkejut melihat rombongan ini. Kuda dihentilkan dan berlompatanlah murid-murid Sin-hong-pang maupun See-ouw-pang, justeru dikira rampok dan dua anak di depan itu membentak. Cepat sekali mereka berloncatan dan yang satu sudah menyambar bagai garuda mematuk korban.

Dua murid See-ouw-pang dan satu murid Sin-hong-pang diterjang, mereka hanya melihat bayangan biru berkelebat. Dan ketika ketiganya menjerit dan roboh berpelantingan, kagetlah yang lain maka Ning-pangcu buru-buru berseru bahwa mereka bukan perampok, diam-diam terkejut karena serangan anak berbaju biru itu cepat sekali, seperti kilat menyambar.

"Berhenti, kami bukan rampok. Mundur semua dan jangan membuat saudara cilik ini salah paham!"

Siauw Lam, pemuda baju biru itu tertawa dingin. Di dalam pedati gurunya duduk bersila, beberapa hari ini melakukan perjalanan setelah keluar dari Gobi. Ada dua persoalan ynng membuat gurunya berpikiran kusut satu adalah tentang Peng Houw sementara yang lain adalah kakek lihai bermata putih itu, Pek-gan Hui-to Jiong Bing Lip.

Maka ketika seorang laki- laki gagah berkelebat di depannya sementara orang-orang yang lain mundur dan mengelilingi kereta maka Siauw Lam yang nenjadi wakil gurunya ini tak takut sedikitpun dan sikapnya memandang rendah dan sombong. Tarikan bibirnya membuat Cheng-liong-pian Ning Po berkerut, anak yang tinggi hati dan angkuh.

"Maafkan kami," ketua See-ouw-pang itu cepat menjura. "Kami bukan perampok atau pengganggu perjalanan orang lain sobat muda. Kami hanya ingin mencari kereta untuk membawa seseorang yang luka. Aku adalah ketua See-ouw-pang, ini murid-murid kami cari Sin-hong-pang dan See-ouw-pang."

Siauw Lam terkejut. Tentu saja sikapnya berubah apalagi ketika pintu gerobak diketuk. Gurunya turun dan tertegunlah semua orang melihat seorang buta tampan mencari-cari jalan mendekati tempat itu, Beng San bergerak dan sudah menuntun gurunya. Dan ketika Siauw Lam terkejut melangkah mundur, gurunya batuk-batuk namun tersenyum mengetuk- ngetukkan tongkat maka Ning-pangcu masih tak sadar bahwa ia berhadapan dengan Chi Koan yang lihai itu.

"Hm-hm, ada apa. Kau rupanya membuat ribut dengan orang-orang gagah, Siauw Lam, mereka ternyata dari Sin-hong-pang dan See-ouw-pang. Eh, cepat minta maaf kalau di depanmu adalah ketua sendiri."

Siauw Lam cepat minta maaf, membungkuk. Saat itu gurunya mendorongnya minggir dan kini berhadapan dengan laki-laki gagah itu sendiri. Ning-pangcu terkejut karena si buta ini adalah guru pemuda baju biru itu, padahal pemuda itu Sudah hebat dan ia sendiri ragu apakah mampu menghadapi. Maka ketika si buta mengulum senyum dan maklumlah dia bahwa di depannya ini bukan orang sembarangan cepat ketua See-ouw-pang itu membungkuk menjawab perkataan lawan.

"Tak usah, tak usah minta maaf. Kami yang bersalah. Anak buah kami yang sembrono, siauw-enghiong. Siapakah namamu dan kami orang-orang Sin-hong-pang dan See-ouw-pang ingin meminjan kereta. Ketua Sin-hong-pang butuh pertolongan cepat!"

"Aku Chi Koan," si buta tenang-tenang menjawab. "Apakah maksudmu yang terhormat Siang-mauw Sian-pangcu, sakit apa dan kenapa begitu terburu-buru. Mungkin aku dapat menolong."

"Chi Koan? Kau, eh... musuh besar Naga Gurun Gobi itu? Kau pemuda yang difitnah itu? Ah, kebetulan. Baru saja pemuda itu pergi, Chi- siauwhiap, dan kami menjadi korban!"

Ning-pangcu menjadi kaget sekaligus girang. Tentu saja Ia tak termakan oleh segala omongan Peng Houw dan menganggap Naga Gurun Gobi itulah yang tak bertanggung jawab. Kini Chi Koan yang difitnah datang, kiranya inilah pemuda itu. Maka ketika melompat dan Chi Koan menjadi terkejut, sedetik ia megerahkan Hok-te-kangnya maka hampir saju ia mengibas laki-laki itu ketika lengannya disambar dan dicengkeram.

Akan tetapi ketua See-ouw-pang tak melakukan apa-apa, cengkeraman itu sebagai tanda girang dan sekejap Chi Koan terkejut. la kaget oleh kata-katą fitnah itu, fitnah tentang apa. Dan ketika ia tertegun dan diam berhati-hati, dua muridnya melompat maju maka ketua See-ouw-pung ini sudah langsung bicara, menjelaskan.

"Peng Houw, jahanam terkutuk itu melepas fitnah. Hong Cu di hamilinya, Chi-Siauwhiap, akan tetapi kau yang dikatakannya. Katanyu kau yang menghamili gadis itu, padahal kakek tabib itu menjadi bukti dan saksi. Dan kau, ah.. tiba-tiba saja datang ke sini. Kalau tadi kalian tak terlambat tentu dapat membuntu dan menghadapi pemuda sombongitu. Naga Gurun Gobi itu melukai Siang-mauw Sian-li!"

"Hm-hm!" Chi Koun mengejap-ngejapkan kelopak matanya yang kosong, sedetik telah tahu apa yang terjadi, otaknya yang cerdas memang luar biasa. "Kiranya kalian bertemu Naga Gurun Gobi itu, pangcu, dan urusan berkisar pada gadis bernama Hong Cu. Hm hamil, dan aku yang dituduh. Tak apa, fitnah memang kejam tapi di mana sekarang si Hong Cu itu. Aku siap menerima perbuatan musuhku itu kalau nama baik Sin-hong-pang harus dijaga. Mana dia, pertemukan aku dengan Hong Cu."

"Hong Cu telah pergi, menangis dan memendam sakit hati. Apa maksudmu dengan menerima perbuatan musuh itu, siauw hiap. Apakah maksudmu menghibur gadis itu menggantikan Peng Houw?"

"Maksudku jelas, menikahinya. Kalau Sin-hong-pang dicoreng seperti ini biarlah kulindungi gadis itu agar anaknya berbapak, pangcu, jangan sampai melahirkan tanpa ayah. Peng Houw sungguh keji tapi aku pengampun!"

"Ah ah, kau sungguh seorang mulia. Dan Naga Gurun Gobi itu jahanam terkutuk!"

"Sian Li!" semua menengok dan terkejut. Siang-mauw Sian-li, ketua Sin-hong pang itu ternyata siuman lagi dan terhuyung mengepalkan tinjunya. Ramai-ramai di gerobak itu tak melihat wanita ini sadar, Siang-mauw Sian-li bangun dan melihat murid-muridnya dan murid See-ouw Pang mengelilingi gerobak kecil. la melengking dan memaki Peng Houw hingga semua menoleh. Cheng-liong-pian Ning Po tentu saja terkejut dan girang, melompat menyambar lengan kekasihnya ini.

Tapi ketika wanita itu menepis dan si buta menggerak-gerakkan kedua telinganya, diam-diam lega bahwa Hong Cu tak ada di situ maka Chi Koan yang licik ini telah pura-pura memasang kebaikan dan jebakannya tadi kena. Kesediaannya untuk menjadi suami Hong Cu tentu saja mengharukan semua orang. Si buta ini kiranya seorang mulia! Dan ketika Siang-mauw Sian-li mendengar itu dan memaki Peng Houw, tergetar dan tentu saja terharu oleh kesediaan pemuda itu maka wanita itu menangis dan tiba-tiba melompat memanggil semua murid-muridnya.

"Mei Bo, kita kembali ke Sin-hong-pang!"

Cheng-liong-pian Ning Po terkejut. Ia melihat kekasihnya itu terhuyung namun, memaksa diri bergerak. Semua murid Sin-hong-pang berkelebat dan menyusul gurunya. Akan tetapi ketika di luar hutan Siang-mauw Sian-li mengeluh dan tampak sempoyongan maka Ning-pangcu berkelebat dan telah menyambar punggung wanita itu.

"Kau lelah, kau terpukul batinmu. Sebaiknya menumpang pedati Chi-siauwhiap saja dan kita selamat pulang ke rumah."

"Benar, begitu sebaiknya," si buta tahu-tahu muncul dan berada di antara dua orang ini. "Gerobakku kosong dan cukup untuk bertiga, pangcu, naiklah dan biar murid-muridku menghela. Kalau boleh aku memeriksa denyut nadimu dan kutolong kalau bisa."

Wanita itu tersedu-sedu. Ia sesak napas dan marah serta malu. Kekalahannya yang total sungguh menyakitkan, ia benar-benar bukan tandingan Naga Gurun Gobi itu. Maka ketika Chi Koan menyentuh lengannya dan cepat memeriksa denyut nadi, di saat itulah si buta ini mengerahkan sinkang dan "menusuk" secara lembut maka Siang-mauw Sian-li tiba-tiba tersedak dan semakin sesak napas karena rongga dadanya diserang pemuda itu lewat pencetan nadi jantung.

"Ugh!"

Chi Koan menekan pundak. Dengan jarinya yang lain ia memasukkan lagi hawa serangannya ke belakang punggung. Dengan begini dari muka dan belakang Wanita itu digencet! Dan ketika wanita itu megap-megap dan Chi Koan melepaskan tekanannya maka di tubuh Siang-mauw Sian-li telah terdapat Hok-te Sin-kang yang bakal merusak isi dadanya. Hawa pukulan itu telah bersemayam!

Ketua See-ouw-pang terkejut melihat kekasihnya terjatuh dan kebiru-biruan. Wajah wanita itu pucat hijau dan tiba-tiba melontakkan darah. Hok-te Sin-kang telah mulai menghantam. Dan ketika dengan pura-pura Chi Koan berlutut dan memegangi kaki wanita ini, padahal diam-diam mengerahkan Hok-te Sin-kangnya lagi untuk menyerang dari bawah maka inilah sumber malapetaka bagi ketua sin-hong-pang itu karena sejak itu lukanya yang ringan menjadi berat dan semua orang tentu saja menyangka bahwa sebab dari semuanya itu adalah awal pertandingannya dengan Naga Gurun Gobi!

Siang-mauw Sian-li tersedak dan kejang-kejang. la sendiri terkejut karena tiba-tiba seluruh dadanya berat, napas begitu sukar dan ia roboh lagi. Dan ketika Ning-pangcu menjadi terkejut karena kekasihnya pingsan maka Chi Koan memanggil dua muridnya agar membawa wanita itu ke dalam pedati.

"Sebaiknya dibawa ke dalam saja, biarkan aku menolongnya nanti. Harap Ning-pangcu naik dulu menemani aku."

Laki-laki itu gugup. ia sendiri telah mengerahkan sinkangnya akan tetapi sambil memegangi ibu jari kaki si buta itu menolak. Dengan berpura-pura menolong dari bawah Chi Koan menghalau semua kekuatan ketua See-ouw-pang itu. Dan karena pada dasarnya laki-laki ini percaya kehebatan Peng Houw, diri sendiri mengakui bahwa tingkatnya jauh di bawah maka akhirnya dengan muka pucat dan wajah gemetaran lelaki ini menyerahkan keselamatan kekasihnya kepada Chi Koan, orang yang diketuhui memang berkepandaian tinggi.

"Aku tak mampu mengobati luka-lukanya. Tolong sembuhkan dan ringankan penderitaannya, Chi-siuwhiap, dan kuserahkan dia kepadamu!"

Bagai seekor ayam memasuki mulut buaya maka bebaslah si buta itu melakukan apa saja. Dengan mengangguk-angguk dan bersikap begitu serius semua orang akan terkecoh olehnya. Chi Koan memang cerdik. Dan ketika di dalam perjalanan ini ia berkutat "menolong" Siang-mauw Sian-li, bersila dan mati-matian menyelamatkan wanita itu maka yang dilakukan si buta justeru sebaliknya yang membuat keadaan wanita itu semakin parah!

Akan tetapi siapa yang menyangka buruk. Siang-mauw Sian-li selamanya belum pernah bertemu muka dengan si buta itu, juga ketua See-ouw-pung. Dan karena mereka membenci Peng Houw bukannya si buta maka segala gerak-gerik si buta itu menjadi bebas dan demikian bebasnya hingga melakukan apa saja dengan begitu gampang dan sama sekali tak diduga kalau justeru ia membunuh wanita itu secara perlahan-lahan!

Bukan tanpa alasan kalau Chi Koan melakukan ini. Pertama, tentu saja masalah Hong Cu. Baru kali ini ia berhadapan dengan suci dari gadis itu dan inilah kiranya ketu Sin-hong-pang itu. Kalau ia dapat membunuh wanita ini maka kebencian dan kemarahan Hong Cu terhadap Peng Houw bertambah. Siapapun tahu bahwa Siang-muuw Sian-li baru saja bertanding dengan Naga Gurun Gobi itu, kalau ia akhirnya tewas maka kesalahan tentu ditimpakan kepada pemuda itu!

Kedua, Chi Koan memang diam-diam ingin menuju Telaga See-ouw. Perjalanannya itupun sedang ke sana, maka ketika tiba-tiba mereka bisa bertemu di tengah jalan maka ini adalah hal bagus yang membuat kegembiraannya bertambah. Sesungguhnya si buta ini hendak mencari pengaruh di sana, melihat keadaan dan mencari sesuatu yang menguntungkan, ingin berlindung di balik orang-orang selatan, menyembunyikan diri dan mengerahkan orang-orang itu kalau Peng Houw hendak menangkapnya.

Maka ketika tiba-tiba ada kejadian begini kebetulan di mana ketua Sin-hong-pang dan See-ouw-pang bertanding dengan Peng Houw tentu saja Chi Koan tak menyia-nyiakan kesempatan dan akal serta semua tipu liciknya di keluarkan.

Ini adalah langkah awal untuk memulai sesuatu yang bagus. la adalah pemilik Hok-te Sin-kang, seperti juga Peng Houw yang mewarisi ilmu itu. Maka ketika ia tadi melihat betapa sebenarnya pukulan Peng Houw masih penuh pengendalian maka si buta ini maklum bahwa Peng Houw memang tidak berniat membunuh atau mencelakai wanita ini.

Siang-mauw Sian-li hanya terpukul batinnya oleh kekalahan yang menyakitkan, juga tentang sumoinya yang hamil. Maka ketika diam-diam ia menyalurkan pukulannya ke arah tepat di mana wanita itu tadi terpukul maka Chi Koan hendak memperberat atau memperburuk apa yang sesungguhnya tidak dilakukan Peng Houw. Tengkuk wanita ini diraba. Chi Koan mendapatkan bekas pukulan di situ. Dan karena ia pun pewaris Hok-te Sin-kang dan mudah saja baginya meneruskan bekas pukulan Peng Houw.

Maka itulah yang dilakukan dan segera ia memperberat luka wanita ini dengan tusukan hawa saktinya secara diam-diam. Siapa orang di dunia ini yang tahu. Maka ketika dengan licik dan culas ia memperberat keadaan wanita ini maka sesampainya di Sin-hong-pang Siang-mauw Sian-li justeru sudah tidak mampu bangun lagi. Wanita itu pucat kebiruan. Anak murid gelisah dan pagi itu Siang-mauw Sian-li bagai mayat hidup.

Sudah berulang kali wanita ini hendak bicara akan tetapi gagal, tenggorokannya sakit dan kering. Tentu saja begitu karena Chi Koan menotok pangkal batang tenggoroknya. Dengan begini wanita itu tak akan mampu bicara kalaupun memaksa maka pita suaranya akan pecah, disusul nyawa melayang!

Dan ketika pagi itu wanita ini menggapai-gapai dan menyebut Chi Koan, Siang-mauw Sian-li mulai sadar bahwa dirinya dipermainkan orang maka ia bermaksud memberi tahu agar si buta itu diusir pergi namun celakanya ketua See-ouw-pang salah paham. Di antara sadar dan tidak wanita ini mulai merasakan sesuatu yang tidak wajar, yakni setiap ibu jarinya dipencet masuklah hawa panas ke tubuhnya. Hawa ini menusuk dan menggigit membuat ia kesakitan.

Sayang karena ia tak dapat bersuara maka ah-uh-ah-uh itulah yang terdengar. Siang-mauw Sian-li sadar diserang secara diam-diam dan tentu saja ia kaget, perasaan kaget dan marah yang tentu saja membuat sakitnya kian berat. Dan ketika ia melihat si buta itu tersenyum-senyum sementara ia berjengit kesakitan oleh tusukan hawa sakti, maklumlah dia bahwa si buta itu bermaksud amat keji.

Maka tak kuat menahan lagi ia menggapai dan memanggil-manggil kekasihnya, ketua See-ouw-pang. Di situ ia bermaksud memberi tahu bahwa si buta memperberat keadaannya, namun karena ia tak dapat bersuara kecuali menyebut-nyebut Chi Koan maka ketua See-ouw-pang mengira si buta dipanggil dan bergeraklah pemuda itu mendekatinya, menempelkan telinga. Kalau saja Siang-mauw Sia-li dapat bergerak tentu dihantamnya kepala pemuda itu.

Sambil memberikan telinganya si buta lagi-lagi memencet ibu jari kaki, membuat ia berjengit dan sadarlah wanita ini bahwa sesungguhnya kematiannya dikehendaki si buta. ia kaget dan marah akan tetapi tak dapat berbuat apa-apa. Maka ketika ia memaksa diri meneriakkan kata-kata itu, yang sayangnya hanya berupa desis lirih maka makian "kau bangsat" disusul oleh pecahnya pita suara wanita itu dan menghembusnya napas terakhir.

Siang-mauw Sian-li tak kuat lagi menahan kemarahannya dan wanita ini tewas dengan cara menyedihkan. Ujung hidupnya benar-benar dipenuhi dendam dan kebencian, bukan saja terhadap Peng Hou melainkan juga si butu itu. la benci Chi Koan yang membunuhnya secara licik.

la tak merasa memusuhi pemuda itu dan si buta menghendaki nyawanya, sungguh mati membawa luka menganga. Dan ketika semua murid menangis dan berkabung, Sin-hong-pang kehilangan ketuanya maka bersandiwara demikian liciknyu Chi Koanpun ikut meruntuhkan air mata, padahal sumber penyebab adalah dia!

"Kami turut berduka cita, sungguh menyedihkan sekali. Ah, menyesal aku tak dapat menolongnya, Ning-pangcu. Maafkan aku dan kami turut berduka cita sedalam-dalamnya."

Di depan mayat itu Chi Koan memberi hormat bersama dua muridnya. Siauw Lam dan Beng San termangu-mangu akan tetapi dua anak ini berpikiran sendiri-sendiri. Siauw Lam tentu saja terheran-heran kenapa suhunya berbaik dengan Sin-hong-pang, padahal Hong Cu jelas memusuhi suhunya dan gadis itu meninggalkan suhunya dengan marah di kota Ho-kian.

Sementara Beng San, yang waktu itu belum menjadi murid dan tak tahu hubungan gurunya dengan gadis Sin-hong-pang itu tentu saja terheran-heran namun juga kagum bahwa suhunya mau mengawini gadis yang dihamili lelaki lain!

"Hebat suhu ini," demikian bisiknya. "Kalau aku tentu tak sudi!"

Demikianlah dua anak ini berpikiran lain-lain. Siauw Lam berkerut terheran-heran, juga geli, adalah Beng San yang mendecak penuh kagum. Di antara keduanya tentu saja Siauw Lam lebih tahu daripada sang sute, karena anak inilah yang sejak lama ikut Chi Koan, sejak nasih di Gobi. Dan ketika Sin-hong-pang berkabung dan Mei Bo sebagai pengganti pimpinan sementara gadis itulah murid tertua, maka Ning-pangcu untuk beberapa hari berada di tempat ini menemani makam kekasihnya.

"Chi-siauwhiap tak usah buru-buru pergį. Kalau tak ada suatu keperluan mohon di sini dulu dan nanti ku undang ke See-ouw-pang karena dua minggu lagi akan ada pertemuan tahunan kami para orang-orang selatan."

"Hm, apakah tak mengganggu pangcu?"

Chi Koan terkejut girang, tak menyangka adanya pertemuan orang-orang gagah di See-ouw-pang. "Kalau pangcu masih berduka dan tak ingin diganggu sebenarnya kami ingin pamit...!"

"Tidak, jangan. Tak ada yang merepotkan kami, dan Justeru kehadiranmu membawu suatu rencana bagiku, aku ingin memperkenalkan siauwhiap kepada tokoh-tokoh selatan!"

"Hmn, semua orang menganggapku buruk, aku dicap bukan orang baik-baik...!"

"Aku yang membantah itu, siauwhiap, kau tidak seperti dikatakan orang luar. Kau berbudi, kau gagah. Justeru sepak terjangmu berlawanan dengan Naga Gurun Gobi Peng Houw!"

"Ah, terima kasih, pangcu terlalu memujiku."

"Tidak menuji, melainkan kenyataan. Lihat betapa kau begitu mati-matian menyelamatkan kekasihku. Kau mulia dan baik hati. Sungguh tak kusangka bahwa omongan di luar ternyata beda jauh dengan kenyataannya!"

Chi Koun tersenyum-senyum, wajahnya kemerah-merahan. Pemuda buta yang tampan ini tiba-tiba semakin tampan dan halus sekali kalau sudah seperti itu. Gerak-geriknya merendah dan sikapnya lembut. Siapa menyangka bahwa di balik semua itu terdapat duri ganas yang amat berbahaya. Pemuda ini seakan srigala berbulu domba. Maka ketika Mei Bo gadis itu terisak dan menangis lirih tiba-tiba dia berkata pahwa Sin-hong-pang juga tak keberatan menerima pemuda ini beberapa hari lagi.

"Chi-siauwhiap sudah menolong ketua kami mati-matian, kami murid-murid Sin-hong-pang sungguh merasa berhutang budi. Kalau beberapa hari ini siauwhiap berkenan menambah sedikit kepandaian kami tentu kami para murid semakin berterima kasih sekali. Bagaimana menurut Ning-pangcu."

"Benar, tak ada jeleknya. Setelah ketuamu tewas kalian harus melatih diri lebih keras, Mei Bo. Lawan amat kuat dan sakti sekali. Kalau Chi-siauwhiap mau menurunkan sedikit kepandaiannya tentu aku turut bersyukur!"

"Ah, kepandaianku biasa-biasa saja...!"

"Tapi kau tandingan Naga Gurun Gobi. Meskipun kami belum melihat kalian bertanding namun berita itu telah menyebar ke mana-mana, siauwhiap, dan kami percaya itu. Kau pewaris Bu-tek-cin-keng!"

"Hmm berita sudah ke mana-mana, aku jadi malu. Meskipun begitu tetap juga aku kalah, pangcu. Peng Houw lebih hebat."

"Ia mewarisi kesaktian sesepuh Gobi. Kami dengar mendiang Ji Leng Hwesio memberikan seluruh sinkangnya kepada pemuda itu!"

"Benar, dan aku kalah. Sinkangku tentu saja kalah matang dibanding mendiang ketua Gobi itu. Tapi sudahlah, Peng Houw tetap hebat dan aku sudah pernah dikalahkannya. Sebagai seorang ksatria aku harus mengakui itu."

Chi Koan menutup dengan kata-kata gagah dan ini tentu saja semakin membuat kagum dua orang itu. Sebagai orang kang-ouw mereka telah mendengar pertandingan akbar dua jago muda ini, betapa si buta itu akhirnya tertangkap dan dibawa ke Gobi. Konon Chi Koan ini mendapat nama kurang baik sementara Peng Houw dipuji-puji sebagai pendekar gageh perkasa.

Akan tetapi karena dalam kenyataannya dua orang itu berbeda sikap, Chi Koan lembut dan halus serta suka menolong sementara Peng Houw amat sombong dan telah membunuh Siang-mauw Sian-li maka ketua See-ouw-pang ini naupun orang-orang lain justeru menganggap sebaliknya sepak terjang dua pemuda ini.

Chi Koan akhirnya menerima tinggal di situ dan diam-diami ia girang bukan main mendapat simpati Mei Bo. Dari suara dan langkah halus gadis itu segera dia tahu bahwa gadis di depannya ini Cantik. Hatinya sudah mulai tergetar dan sambil menunggu pulangnya Ning-pangcu iapun tak mau menyia-nyiakan kesempatan. Malam itu ketua See-ouw-pang dan Mei Bo mengundangnya makan malam,khusus bertiga.

Dan ketika di sini ia ditanya bngaimana mula-mula ia dikejar dan dianggap jahat oleh pimpinan Gobi,, bagai mana ia sampai bermusuhan dengan Peng Houw maka dalam pertanyaan yang hati-hati itu ia menjawab seolah jujur dan tak usah takut- takut.

"Ning-pangcu tak usah takut-takut menanyakan itu. Meskipun ini urusan pribadiku namun baiklah kuceritakan kepada kalian bagaimana duduk persoalan sebenarnya. Semua ini tentu saja bermula dari Peng Houw. Dia, hmm...!" Si buta menarik napas dan menghentikan sejenak berkerut-kerut, sikap yang membuat haru dan iba. "Sejak kecil sesungguhnya aku telah bermusuhan dengan si Peng Houw itu, berawal dari guru kami masing-masing mendiang Beng Kong dan Lu Kong Hwesio."

"Menarik, ah, dari situ kiranya. Coba teruskan, siauwhiap, rasanya kehidupanmu waktu itu penuh penderitaan!" Mei Bo menyambung.

"Terima kasih, memang betul. Simpatimu mengharukan aku, adik Mei Bo, kehidupanku memang selalu sengsara sejak bergaul dengan Peng Houw ini. Ia suka memfitnah, melapor ini-itu pada paman guruku Lu Kong. Dan ketika suatu saat kami sama-sama membawa ang-sio-bak maka itulah puncak derita yang merobah nasibku sampai kini."

"Hm, maaf, kupotong sebentar. Kudengar bahwa kau menjadi murid Tujuh SilumanLangit ,siauwhiap. Apakah itu tidak benar?"

"Benar, justeru inilah. Dan itu bersumber dari makanan berjiwa itu, pangcu, ang-sio-bak sialan itu. Peng Houw membawanya ke dalam dan memberikannya kepadaku, padahal kalian tahu bahwa para hwesio tak diperkenankan makan makanan berjiwa!"

"Hm-hm, lalu beagaimana. Dari mana Peng Houw mendapatkan itu."

"Aku tak tahu, tapi yang jelas dia hendak mencelakakan aku. Karena begitu aku menerimanya maka dilaporkanlah bahwa aku membawa barang haram. Para pimpinan marah-marah, aku dihajar. Dan ketika itulah datang Tujuh Siluman Langit yang lalu menolongku. Aku dibawa dan menjadi murid mereka itu betapapun akhirnya aku kembali ke Gobi menemui guruku pertama, mendiang beng Kong Hwesio...!"

"kami dengar itu. Akhirnya kau tetap juga murid Gobi!"

"Tapi Peng Houw selalu mencari-cari kesalahan. Gara-gara Bu-tek-cin-keng maka aku sengsara seumur hidup, aku dianggap mencuri."

"Hm, benar,, Dunia kang-ouw gempar saat itu. Bagaimana asal mulanya hingga terjadi seperti itu, Chi-siauwhiap, dan jujur benar engkau tak segan menelanjangi diri sendiri" Ning-pangcu menjadi kagum karena dari omongan ini tampak bahwa si buta tak segan-segan membuka borok sendiri. Hal itu demikian lugas dan jujur. Maka ketika ia memuji dan tentu saja semakin kagum, Mei Bo bersinar-sinar dan haru memandang wajah gagah tampan itu.

Maka Chi Koan batuk-batuk tersenyum pahit. "Pangcu, agaknya tak usah menutup-nutupi apa yang telah didengar orang banyak. Berita itu tentu saja membuat gempar, tapi tak banyak yang tahu apa yang sesungguhnya terjadi, siapa salah siapa benar!"

"Betul, kami orang luar hanya mendengar Simpang-siur. Lalu kalau begitu bagaimana cerita sebenarnya. Bagaimana kau dianggap pencuri."

"Ini gara-gara Peng Houw juga, dialah penyebar fitnah pertama itu. Padahal Bu-tek-cin-keng, hmm.... aku tak mencurinya melainkan mendapatkannya dari mendiang guruku langsung. Perlu kalian ketahui bahwa kitab itu mula-mula berada di tangan mendiang sesepuh Gobi, Ji Leng Hwesio. Dan karena paman guruku Lu Kong meninggal dunia maka guruku itulah yang berhak dan menerim Bu-tek-cin-keng dari mendiang Ji Leng Hwesio. Dan guruku lalu memberikannya kepadaku, itu saja. Tapi Peng Houw yang rupanya tamak dan berhasil menghasut Ji Leng Hwesio ternyata mencari dan hendak merampas Bu-tek-cin-keng, tentu saja kupertahankan. Dan... dan terjadilah peristiwa besar itu. Aku ditangkap dan di keroyok sampai akhirnya mataku dibuat buta."

"Aihhh, kasihan sekali. Keji dan jahat benar si Peng Houw itu. Terkutuk!" Mei Bo gadis Sin-hong-pang menjerit kecil melepas seruan.

Suaranya begitu spontan dan Chi Koan berdebar. Gadis ini semakin mudah digaet! Tapi ketika ia pura-pura tertawa pedih dan menggelengkan kepalanya lalu berkata, "Tidak, sudah nasibku. Semua sudah terjadi, adik Mei Bo, dan aku tak menyesal atau dendam kepada Peng Houw. Kalau satu saat aku membalas maka bukan karena sakit hati melainkan semata menegakkan kebenaran dan keadilan."

"Hebat, suara seorang ksatria! Ah, aku jadi semakin kagum kepadamu, Chi-siauwhiap, dan orang seperti kau ternya-ta Ďijelek-jelekkan di luar. Ah, akan kukatakan kepada orang-orang selatan bahwa kau tidaklah seperti digambarkan!"

Ning-pangcu sampai meremas meja saking kagum dan hormatnya. Chi Koan demikian gagah dan penuh keksatriaan hingga kata-kata dan sikapnya begitu simpatik. Siapa tidak angkat topi. Dan ketika si buta itu tersenyum-senyum dan menggeleng serta mengangguk maka pembicaraan dibelokkan ke soal Hong Cu.

"Dan sekarang fitnah ini datang dan ujudnya yang lain. Aku dikatakan menghamili Hong Cu. Hm, kalau saja gadis itu ada di sini biarlah dia ceritakan yang sebenarnya, pangcu, tapi kalau aku dituntut biarlah kuterima itu. Perbuatan Peng Houw dapat kuterima, ia telah beristeri dan memiliki anak, tentu enggan mengakui ini. Kalau Sin-hong-pang ingin membersihkan nama akupun siap menggantikan Peng Houw. Kasihan Hong Cu!"

Mei Bo terisak. Semakin didengar semakin kagumlah dia akan kegagahan dan kemuliaan si buta ini. Tanpa disengaja tipa-tiba kedua kaki mereka. bertemu di bawah meja, gadis ini terkejut dan seperti kesetrum dan jantungnya terguncang sejenak. la tak tahu bahwa saat itu Chi Koan mengerahkan ilmu pengasihnya lewat kekuatan batin, disalurkan lewat ujung kaki dan masuklah ilmu pengasihan ini ke tubuh Mei Bo.

Pada dasarnya gadis itu sudah merasa suka, kagum. Maka ketika tiba- tiba ia disengat dan diserang dari bawah maka dalam pandangan Mei Bo si buta itu adalah orang yang pantas dikasihani dan patut mendapatkan cintanya! Gadis Sin-hong-pang ini jatuh hati. Cerita si buta sudah habis dan makan minum pun dilanjutkan. Jantung gadis ini berdebar-debar. Semakin dipandang semakin menarik saja wajah tampan itu. Kelopak itu mengerjap-ngerjap mengharukan.

Dan ketika perjamuan selesai dan Ning-pangcu bangkit berdiri maka Chi Koan diantar ketua See-ouw-pang ini kembali ke kamarnya. Akan tetapi bagai tidak sadar tiba-tiba gadis Sin-hong-pang itu berseru,

"Biar aku saja yang mengantar, harap pangcu beristirahat!"

Ning-pangcu terkejut. Chi Koan meraba- raba dengan tongkatnya dan gadis itu sudah menyambar pemuda ini. Mei Bo lebih berhak karena tuan rumah. Dan karena ketua See-ouw-pang itu juga percaya dan menaruh hormat pada si buta, betapapun ia tak menduga jelek maka si buta akhirnya diantar gadis cantik ini.

"Hm, merepotkan. Orang buta selalu merepotkan orang lain. Aku dapat memanggil murid-muridku, nona, atau...!"

"Tidak, marilah!"' dan genggaman lembut yang menutup pembicaraan itu tentu saja disambut girang oleh si buta. Ilmunya bekerja dan tak lama kemudian gadis itu berjalan di antara lorong-lorong. Di sini Chi Koan tiba-tiba balas menggenggam dan meremas gadis itu. Lalu ketika mereka tiba di kamar dan Chi Koan membalik dan menangkap tahu-tahu gadis itu jatuh ke pelukannya. Sejak tadi Mei Bo gemetar dan panas dingin.

"Siauw-hiap...!"

"Sst, ehh!" Chi Koan sudah mendorong pintu kamar dan gadis itu tersedu-sedu menubruk dirinya. Ilmu pengasih yang dipasang amatlah kuat dan gedis ini tak tahan lagi. Cinta dan tubuhnya panas terbakar. Dan ketika ia tak tahu apa yang dilakukan karena secepat itu Chi Koan mengusap dan membelai seluruh tubuhnya maka murid Siang-mauw Sian-li ini roboh telungkup.

"Aku... aku kasihan kepadamu. Kau... ah... kau mengagumkan, siauwhiap, jahat sekali orang yang memfitnahmu itu. Daripada kau melindungi enci Hong Cu lebih baik kau melindungi aku. Aku... aku siap menyerahkan segala-galanya kepadamu."

"Hm, matikan dulu lampu kamar. Aku... hm, akupun siap meberikan segala-galanya kepadamu, Mei Bo. Aku... aku cinta padamu...!"

"Siauw-hiap...!"

"Sst, panggil aku Chi-twako!"

"Ya-ya, Chi-twako, ah.. akupun cinta kepadamu!" lalu ketika lampu padam dan Chi Koan melepaskan gadis ini dari segala rindu berahi akhirnya malam itu di kamar ini mereka berdua memadu cinta tak perduli yang lain-lainnya lagi.

Tak tahu betapa sepasang mata terbelalak keheranan dan kaget, mata seorang pemuda yang melihat itu dari sisi jendela dan inilah mata Beng San! Anak itu terheran-heran dan kaget bagaimana seorang gadis secantik Mei Bo menubruk dan menciumi gurunya, seorang buta. Dan ketika lampu kamar itu padam dan pemuda ini berdebar panas dingin mendadak saja dia ingin mengintip dan ingin tahu apa yang terjadi di dalam. Akan tetapi sebuah tangan kuat tiba-tiba mencengkeramnya

"Masuk...!" bisikan itu membuat Beng San terkejut. "Jangan ganggu kalau suhu sudah begitu, Beng San nanti gawat!"

"Tapi... tapi cici itu...!"

"Sst, itu sudah biasa. Dulupun Hong Cu juga begitu dan tergila-gila kepada suhu. Kalau kau ingin kita cari saja yang lain, di sini masih banyak murid-murid cantik!"

"Maksudmu?"

"Kau suka seperti suhu?"

Anak ini menelan ludah, tak menjawab. "He, suka atau tidak. Kalau tidak cepat masuk, kalau suka mari kita cari yang cocok. Malam ini dingin dan enak juga berselimutkan. wanita!"

"Maksudmu?"

"Bodoh! Kau suka atau tidak? Kalau suka mari cari yang lain, jangan melotot seperti monyet!"

"Hm, ya-ya, baiklah. Tapi... tapi aku belum biasa!"

"Ha... sebentar lagi biasa, Ayo menyelinap ke kamar itu dan pilih yang cantik-cantik. Jangan gemetar!"

Lalu ketika Siauw Lam menyambar dan menyeret sutenya maka Beng San melongo melihet sesuatu yang baru kali ini diperlihatkan suhengnya. Betapa suhengnya itu melayang ringan di atas sebuah jendela besar, menggelantung dan akhirnya memberi tanda agar dia melayang naik pula.

Dan ketika pemuda ini berjungkir balik dan memandang ke dalam maka jantung Beng San berdegup kencang karena di balik kamar besar itu tidurlah malang-melintang murid-murid Sin-hong-pang yang pakaiannya awut-awutan. Sebagian besar menyingkap paha...!

Kabut Di Telaga See Ouw Jilid 19

Cerita Silat Mandarin Serial Bu-beng Sian-su Karya Batara
Kabut Di Telaga See-ouw Jilid 19

PENG HOUW terbelalak dengan muka semakin pucat. Semakin kakek bicara semakin tahulah dia apa yang dikehendaki Hong Cu. Tabib itu mengatakan ia suaminya, di depan banyak orang. Dan ketika ia terkejut dan tentu saja gusar, Hong Cu bangkit dan tertawa aneh maka kakek itu ganti menubruk dan memeluk pemuda ini.

"Kongcu, isterimu tak boleh banyak pikiran. la harus banyak istirahat. Sekarang kau ada di sini dan pulangkanlah aku. Cucu dan anakku menunggu!"

Hampir saja Peng Houw menendang dan menampar kepala kakek ini. Kata-kata itu seakan pedang berkarat saja dan semakin dibiarkan semakin ia tak kuat. Semua orang terbelalak kepadanya dan tentu saja termakan omongan ini. Pemuda itu telah menghamili gadis ini. Dan ketika Peng Houw mengeluarkan pekik dahsyat dan kakek itu roboh, berkelebat dan menyambar Hong Cu maka tangannya yang menuju kepala gadis itu disangka pukulan maut oleh Siang-mauw Sian-li dan lain-lain.

"Awas, pemuda ini kalap!"

"Hei, minggir, Hong Cu. Ia akan membunuhmu!"

Hong Cu sendiri terkejut dan melempar tubuh ke belakang. la puas memperdayai Naga Gurun Gobi ini namun serangan itu mengejutkannya juga. Sorot mata Peng Houw mengerikannya. Tapi untunglah ketika sucinya dan ketua See-ouw pang bergerak menghadang, disusul yang lain-lain maka Peng Houw disabet pukulan rambut dan sambaran ruyung dua orang ini, juga Hek-sai Lo-kai dan Ban-tok Wi Lo.

"Wiirrrr-wutttt-plakkkkkk!"

Orang-orang itu terbanting. Biarpun mereka menyambar dan serentak menghadang Naga Gurun Gobi ini namun pemuda itu terlalu kuat bagi mereka, apalagi Peng Houw dalam keadaan marah. Ia menerjang semua itu dan lawanpun terbanting, ruyung patah menjadi dua sementara tongkat di tangan Ban-tok Wi Lo bengkok. Dan ketika Peng Houw terus meluncur dan menerkam Hong Cu, gadis ini baru saja bergulingan bangun maka tengkuknya disambar dan Peng Houw geram mencengkeram gadis itu.

"Kau gadis siluman hina. Kau menjambak dan menghancurkan aku, Hong Cu,katakan bahwa semua itu bohong!"

"Aduh, lepaskan tanganmu. Kalau kau ingin membunuhku bunuhlah, Peng Houw, betapapun aku tak bilang apa-apa dan kakek itu yang bicara sendiri. Lepaskan, aduh!"

Peng Houw tertegun. Memang harus diakui bahwa Hong Cu tak bicara apa-apa, kakek itulah yang "merusak" suasana dan menyebutnya suami isteri, tapi karena semua itu disengaja gadis ini, Hong Cu menjebak dan memperdayainya maka Peng Houw menjadi marah namun saat itu Siang-mauw Sian-li dan ketua See-ouw pang menerjang lagi. Mereka telah meloncat bangun dan ketua See-ouw-pang itu tak perduli ruyungnya tinggal separoh.

"Lepaskan gadis itu tak usah menyangkal bukti. Hong Cu telah hamil akibat perbuatanmu, Peng Houw, sekarang pertanggungjawabkan atau kami membunuhmu!"

"Benar, dan kau atau aku mampus. Sin-hong-pang tak boleh dihina sembarangan, Peng Houw. Pertanggungjawabkan perbuatanmu atau kami mengadu jiwa!"

Peng Houw mengelak dan menangkis. Tentu saja ia marah namun terhadap orang-orang ini ia tak memiliki permusuhan khusus. Ketua See-ouw-pang maupun sin-hong-pang itu hanya sekedar membela Hong Cu, gadis itulah sumber utamanya. Namun karena Hong Cu melakukan itu terdesak kepentingan pribadi, betapapun ia harus maklum maka Peng Houw mendorongkan kedua tangannya dan menghalau mundur semua lawan.

"Kalian tak tahu kejadian sebenarnya. Hong Cu bohong, ia dusta. Saksi itu, kakek itu tak tahu pula apa yang sebenarnya terjadi. Minggir dan biarkan aku berhadapan dengan Hong Cu!"

"Bagus, dan kau hendak membunuhnya. Keparat, ia hamil dan tak usah ikut-ikut di sini Peng Houw. Daripada mengganggunya lebih baik hadapi kami dan kau atau kami roboh!"

Siang-mauw Sian-li meledakkan rambutnya dan wanita ini yang paling ganas sendiri, tak aneh karena ia malu di samping kecewa terhadap Naga Gurun Gobi ini. Kalau Peng Houw mau baik-baik menerima sumoinya justeru ia bangga, siapa tak senang beripar dengan pemuda itu. Akan tetapi karena Peng Houw menolak dan justeru mempermainkan sumoinya, kakek itu telah bicara lengkap maka ia lebih percaya bukti ini daripada mendengarkan omongan pemuda itu. Kemarahan membuat wanita ini ganas dan nekat, Sin-hong-pang telah dicoreng. Maka ketika ia maju dan meledakkan rambutnya lagi, menyambar dan menotok serta melilit pemuda itu.

Maka Peng Houw dibuat repot karena tak ingin melukai apalagi membunuh wanita ini. Ia mengendalikan semua gerak dan tenaganya. Tapi ketika orang-orang macam Ban tok Wi Lo dan Hek-sai Lok itu menyerang secara licik, juga Hong Ta kakek tinggi kurus itu maka Peng Houw menumpahkan kemarahannya di sini, membalik dan tiba-tiba menangkap serta mencengkeram senjata tiga orang itu. Hong Ta mempergunakan goloknya yang tipis panjang bergerigi.

"Kalian paling jahat menggosok Siang-mauw Sian-li. Sekarang terimalah hukumannya dan ini untuk kalian... krek-pletak!"

Peng Houw meremas hancur dua batang tongkat sementara tangannya yang lain mencengkeram golok si Pengerik Tulang. Tiga orang itu kaget dan berteriak keras dan Wi Lo paling dulu melempar tubuh bergulingan. Hek-sai Lo-kai yang tinggi besar itu lamban, ia terbelalak dan Peng Houw menyodokkan tongkat di tangan ke dada ketua Hek-i Kai-pang itu. Dan ketika kakek tui menjerit dan terbanting roboh, patahan tongkat menancap di dadanya maka golok yang patah melesat ke leher kakek tinggi kurus itu, Peng Houw menyambitkannya.

"Crep!"

Dua orang ini mengeluh dan tidak dapat bangun lagi. Golok Pengerik Tulang Hong Tak tersayat lehernya hingga nyaris putus, Hek-sai Lo-kai roboh dengan mata mendelik dan tewas. Kutungan tongkat menancap di dadanya. Dan ketika semua terkejut dan gentar melihat kemarahan itu, Naga Gurun Gobi memperlihatkan taringnya maka Hong Cu tiba-tiba melengking dan menerjang.

"Suci jangan takut. Maju dan serang lagi!"

Siang-mauw Sian-li terbelalak. Bayangan sumoinya berkelebat begitu cepat, lewat di sisinya dan tahu-tahu menampar dengan telapak tangan kemerah-merahan. Itulah Ang- see-ciang. Dan ketika Peng Houw menangkis dan.gadis itu terpelanting, bangun dan menyerang lagi maka Siang-mauw Sian-li tak dapat membiarkan sumoinya dan menerjang pula, disusul oleh ketua See-ouw-pang dan kawan-kawannya lagi.

Mereka malu oleh keberanian Hong Cu dan nekat mengeroyok. Akan tetapi karena mereka bukan lawan Naga Gurun Gobi itu dan pemuda ini meliuk dan mendorong mereka maka orang-orang ini mencelat dan terlempar lagi, terbanting bergulingan.

"Aku tak berurusan dengan kalian, aku berurusan dengan Hong Cu. Minggir dan pergilah!"

Orang-orang itu menjerit. Siang-mauw Sian-Li dan teman-temannya terlempar, dorongan Hok-te Sin-kang memang dahsyat. Tapi ketika wanita itu meloncat bangun dan nekat menyerang maka Peng Houw sudah menyambar dan menangkap Hong Cu.

"Berhenti, atau kalian membunuh gadis ini!'"

Hong Cu terkejut dan menjerit kecil, la sedang bergulingan ketika Peng Houw menyambarnya, mengelak akan tetapi pemuda itu memang bukan tandingannya. Dan ketika ia diangkat menerima pukulan kawan-kawannya, Siang-mauw Sian-li terpekik menarik serangan maka Hong Cu telah menjadi tameng yang memaksa orang-orang itu mundur. Peng Houw lega, meskipun wajahnya merah kehitaman.

"Hong Cu!" hardikan itu disusul cengkeraman gemas. "Katakan kepada orang-orang ini bahwa semua itu bohong. Aku tak pernah mengganggumu!"

"Hi-hiik... aduh, bunuhlah aku, Peng Houw. Aku tak akan berkata apa-apa karena kakek itu telah bicara. Kau bunuhlah aku tapi suciku dan semua orang telah mendengar!"

"Keparat, kau tak tahu malu. Kau...kau, brukkk!"

Peng Houw membanting dan hampir saja membuat gadis itu pecah kepalanya. Untunglah Hong Cu menggerakkan kepala hingga bahunya yang terbanting, gadis ini terhuyung mengeluh bangun. Lalu ketika ia tertawa dan terisak maka dengan pandangan berapi ia menuding lawannya itu.

"Kau... kaulah yang berhati kejam. Kau sama sekali tak mau menolong wanita yang malang, Peng Houw. Hatimu beku dan kaku sedingin es. Aku tak akan berkata apa-apa kecuali kau menyakiti dan telah membiarkan aku. Tunggu pembalasanku dan lihat perbuatanku kelak!"

lalu ketika gadis itu tertawa dan menangis mengerikan, berkelebet dan memutar tubuhnya maka Hong Cu meninggalkan tempat itu dan sucinya berteriak terkejut.

"Hong Cu...!"

Akan tetapi gadis itu telah lenyap meninggalkan tempat itu. Untuk kesekian kalinya lagi Siang-mauw Sian-li melihat sesuatu yang mengherankan. Gerakan sumoinya itu begitu cepat. Tapi ketika ia membalik dan menghadapi Peng Houw maka wanita ini melengking dan menerjang lagi, kini para murid disuruh maju membantu.

"Kau pemuda biadab. Kau tak bertangung jawab dan menghina sumoiku, Peng Houw. Biarlah kami Sin-hong-pang mengadu jiwa denganmu!"

"Dan kami See-ouw-pang juga tak dapat menerima ini. Hancur kegagahan dan nama baikmu, Naga Gurun Gobi. Kami membela gadis itu dan biar kami atau kau mampus!"

Ning Po ketua See-ouw pang ni melindungi dan bergerak membela kekasihnya. Siang-mauw Sian-li adalah wanita yang dicintainya dan tentu saja ia tak membiarkan Peng Houw mencelakai wanita itu. Dan ketika iapun mengerahkan anak-anak muridnya dan kini ramailah teriakan dan bentakan maka Peng Houw bingung membelalakkan mata, akhirnya berseru.

"Siang-mauw Sian-li, baiklah kukatakan di sini. Hong Cu hamil akibat perbuatan Chi Koan dan pemuda itulah yang menanamkan benihnya, bukan aku. Berhenti dan jangan menyerang!"

"Keparat, mencari kambing hitam. Kami telah tahu permusuhanmu dengan pemuda itu, Peng Houw, akan tetapi tak jantan melemparkan kesalahan kepada orang lain. Mampuslah, atau kami roboh...wirr-plakk!" rambut ditangkis dan membuat wanita itu terpelanting akan tetapi anak murid dan orang-orang lain menyambar dan membentak pemuda ini.

Peng Houw boleh bicara akan tetapi kesaksian lebih beirat. Kakek itu masih di situ dan tabib terlongong-longong, merintih dan duduk menonton setelah ia mencelat oleh pekik dasyat tadi. la memang kakek lemah. Tapi ketika ia merasu ngeri oleh bentakan dan suara senjata beradu, juga bayangan yang menyambar-nyambar membuat mata tuanya pusing maka kakek ini beringsut dan akhirnya lari pergi terhuyung-huyung.

"Celaka, sungguh celaka. Aku bertemu hantu-huntu muda yang saling serang dan melempar tuduhan. Ah, biarlah aku kembali ke Swi-yang dan tutup saja kedai obatku. Aku akan pindah!"

Tak ada yang memperhatikan dan memperdulikan kakek ini. Peng Houw dikepung dan menghadapi hujan serangan, lawan benar-benar nekat. Dan ketika ia mengeluh tak mampu membela diri lagi, juga orang-orang itu selalu menyerangnya karena ia mengendalikan tenaganya akhirnya pemuda ini terpaksa menurunkan tangan keras setelah untuk terakhir kalinya membentak orang-orang itu, terutama Siang-mauw Sian-li.

"Kalian tak mau mendengarkan kata-kataku, baiklah. Sekarang aku terpaksa merobohkan kalian dan jangan salahkan aku!" pemuda ini memutar kedua lengannya dan mendorong dan pukulan atau senjata para murid dibiarkan mengenai tubuhnya. Dengan Hok-te Sin-kangnya pemuda itu menolak terpental semua pukulan murid-murid See-ouw-pang maupun Sin hong-pang, mereka menjerit dan saat itulah dorongan kedua lengannya menyambut Siang-mauw Sian-li dan kawan-kawan.

Disini Peng Houw menambah tenaganya. Dan ketika terdengar suara berkeratak di susul jerit dan pekik kaget, juga keluhan tertahan maka ketua Sin-hong-pang dan See-ouw-pang itu terbanting, roboh dan pingsan sementara ruyung di tangan ketua See-ouw-pang hancur. Rambut Siang-mauw Sian-li berantakan dan melecut mengenai tuannya sendiri, pipi wanita itu tergurat berdarah. Lalu ketika si Pedang Merah Leng Nio terlempar dan terbanting dengan senjata patah-patah, puteranya juga begitu maka berhentilah pertandingan itu dan para murid gentar memandang Naga Gurun Gobi.

Peng Houw menarik napas dalam membersihkan bajunya. "Siapa yang masih ingin main-main lagi. Kalau aku berniat buruk tentu ketua-ketua kalian ini sudah kubunuh."

Murid-murid itu gentar. Yang wanita tiba-tiba menghambur menolong Siang-mauw Sian-Li, yang laki-laki mengeluh dan menubruk ketua See-ouw-pang. Lalu ketika Leng Nio menyambar dan berkelebat membawa puteranya yang pingsan. Semua orang gentar. Akhirnya Peng Houw memutar tubuh dan meninggalkan tempat itu. kembali ke Gobi. Tak tahunya di sinipun ia mendapat masalah baru dengan muridnya Beng San.

"Demikianlah," pendekar itu akhirnya menutup dan menghentikan ceritanya yang didengar kedua muridnya dengan muka tegang. "Hong Cu telah menanamkan persoalan yang sulit, Po Kwan. Ia memang tidak memfitnahku secara langsung akan tetapi tabib she Lo itu telah menjadi corong suara dan bukti semu. Aku tak dapat berbuat apa-apa dengan tabib ini karena ketika itu memang aku mengaku suami isteri."

"Tak tahu malu, busuk!" Siao Yen melengking mengepal tinju. Wanita itu tak tahu terima kasih dan rendah sekali, suhu. Betapapun kita tak perlu takut dan bicara apa adanya!"

"Aku tidak takut, hanya gelisah kalau fitnah ini menyebar ke mana-mana. Ketahuilah bahwa terhadap dua susiok akupun aku belum bercerita"

"Hm, kalau begitu sebaiknya suhu ceritakan," Po Kwan berkata dengan kening berkerut. "Ini urusan besar suhu. Urusan nama baik. Kalau dua locianpwe itu mendengar dari orang lain jangan-jangan malah runyam. Teecu pikir sebaiknya suhu ceritakan pula kejadian ini kepada pimpinan Gobi, kenapa tidak suhu lakukan."

"Aku ingin kalian mendengar lebih dulu," Peng Houw kagum akan kedewasaan muridnya yang satu ini "Kalian adalah orang-orang paling dekat denganku, Po Kwan, karena itulah kalian harus lebih dulu tahu. Kalian adalah seperti anak-anakku sendiri!"

"Terima kasih, kami mendapat kehormatan. Tapi betapapun suhu harus segera menceritakannya kepada pimpinan Gobi." Po Kwan terharu.

"Ya, akan kuceritakan. Sekarang kalian sudah tahu dan harap berhati-hatilah karena siapa tahu kalian sebagai muridku akan menjadi korban dari urusan pribadiku ini!"

"Teecu tidak takut" Siao Yen kembali melengking. "Biarkan wanita itu datang dan teecu damprat habis-habisan, suhu. Mendengar ini hati teecu sudah mendidih!"

"Hm, Hong Cu lenyap. la telah meninggalkan tempat itu dan agaknya untuk sementara waktu ia tak akan muncul. Yang berbahaya adalah Sin-hong-pang dan See-ouw-pang itu, mereka pasti mencari-cari."

"Kenapa tak suhu bunuh saja orang-orang itu. Mereka orang-orang tak tahu diri. suhu. Kalau teecu tentu sikat dan basmi habis. Untuk apa memberi ampun, hanya memusuhi dan mengejar-ngejar kita saja!"

Sang suhu menarik napas dalam, menggeleng. "Tidak, permasalahan bakal bertambah panjang, Siao Yen, lagi pula mereka hanya orang-orang yang terhasut. Mereka tak bersalah, sumber utamanya adalah Hong Cu. Namun karena Hong Cu dipermainkan Chi Koan maka si buta inilah yang harus bertanggung jawab dan mengakui perbuatannya."

"Tapi si buta itu tak mungkin mengakui itu. Justeru ia gembira melihat kau terfitnah, suhu. Salah-salah ia bakal mendompleng dan memojokkan kau pula. Hanya Hong Cu yang harus dimintai mengembalikan semua ini. Dialah pertama-tama yang bisa membersihkan nama suhu!"

"Benar, Siao Yen tidak salah. Urusan mereka urusan pribadi, suhu. Urusanmu dengan Hong Cu adalah urusan yang lain lagi. Kau harus meminta wanita ini membersihkan namamu dan Chi Koan nomor dua."

"Kalian tidak salah, semua benar. Tapi Hong Cu telah pergi dan fitnah ini terlanjur menempel di tubuhku. Kalau aku tidak bertemu wanita itu paling tidak si buta Chi koan harus kumintai pertanggungjawabannya. Betapapun kalian sudah tahu dan berhati-hatilah, ekor daripada semua ini pasti mengenai kalian pula. Sekarang aku sudah menceritakannya kepada kalian dan besok akan kuceritakan kepada pimpinan Gobi, cukup dan kallan boleh beristirahat."

Dua anak itu kasihan memandang suhu mereka. Siao Yen terisak dan mencium kaki gurunya sementara Po Kwan berlutut dan membisikkan kata-kata bergetar. Pemuda ini menyatakan bahwa apapun akan dibelanya sang suhu, ia meneteskan air mata. Dan ketika Peng Houw terharu dan mengusap kepala muridnya itu.

Maka Naga Gurun Gobi inipun cepat-cepat mengulapkan tangan agar dua muridnya pergi karena iapun tak tahan dan menjadi basah matanya oleh kesetiaan dan cinta kasih murid-muridnya ini, kakak beradik yang seolah anak sendiri baginya.

"Sudahlah... sudahlah, aku cukup babagia kalian dapat mengerti kesulitanku, Po Kwan. Sekarang pergilah dan kalian istirahat!"'

Dua kakak beradik itu mundur. Hari itu Naga Gurun Gobi Peng Houw tak keluar kamar. Pendekar ini bersila dan menenangkan semua himpitan batinnya seorang diri. Dan ketika keesokannya barulah dia keluar memberi tahu pimpinan Gobi yang juga dua susioknya itu maka tertegunlah dua hwesio ini mendengar itu.

"Omitohud, Chi Koan menghamili gadis Sin-hong-pang? Dan gadis itu menimpakan kesalahannya kepadamu? Bukan main, berbahaya sekali. Kita harus menangkap dan membersihkan semua ini secepatnya, Peng Houw, atau Gobi bakal tersangkut!"

"Hm, suheng tak perlu takut. Peng Houw memang anak murid Gobi, akan tetapi dia tidak melakukan itu. Kalau dia terfitnah justeru secara moral kita harus memperjuangkan nama baiknya agar bersih kembali, suheng. Biarkan mereka berkata apa saja tapi kita sudah tahu duduk persoalannya. Gadis itulah yang licik, berbuat tidak fair!"

"Jiwi-susiok (paman berdua) tak usah khawatir. Kalau sekiranya aku mengganggu disini aku siap pergi. Itulah sebabnya kemarin aku ragu-ragu menerima tawaran ji-wi. Aku memiliki persoalan serius, isteri belum ketemu malah tertimpa persoalan lain."

"Omitohud, tidak apa. Sebagai murid Gobi maka Gobi berkewajiban melindungimu, Peng Houw. Tak usah pergi dan tinggal saja di sini. Kami tetap menghormati dan menghargaimu apalagi setelah kau bicara ini, hanya kenapa tidak kemarin."

"Teecu ingin membicarakannya dulu dengan dua murid teecu, minta pertimbangan. Baru setelah itu jiwi-susiok kuberi tahu."

Ji-hwesio mengangguk-angguk. Dialah hwesio paling waspada dan cepat mengerti keadaan. Meskipun kedudukannya hanya sebagai wakil pimpinan akan tetapi acap kali buah pikiran hwesio ini lebih unggul dibanding suhengnya, seperti kekhawatirannya dulu tentang Chi Koan misalnya, yang akhirnya merugikan dan merusak Gobi. 

Maka ketika ia mendahului suhengnya menahan pendekar ini, sang suheng akhirnya mengangguk-angguk dan mengerti maka Peng Houw merasa lega atas kata-kata ji-susioknya (paman kedua) ini. Terhadap hwesio ini ia merasa lebih mendapatkan kecocokan.

"Terima kasih kalau jiwi-susiok masih menerima aku di sini. Selanjutnya terserah jiwi, bagaimana sikap atau reaksi Gobi kalau untuk urusanku ini kalian terlibat."

"Kami tetap di belakangmu. Gobi berkewajiban melindungi dan membela muridnya, Peng Houw, apalagi kalau benar. Tak usah khawatir dan kami akan memberi tameng kewaspadaan kepada semua murid. Fitnah ini tak boleh termakan mereka!"

Pemuda ini lega. Pertemuannya dengan pimpinan Gobi berakhir dengan baik, ia merasa enteng dan ringan sekali. Dan ketika selanjutnya ia berada di situ menjaga Gobi, ganti pimpinan Gobi memerintahkan delapan murid untuk pergi ke delapan penjuru mencari isteri dan anak pendekar itu maka Peng Houw menggembleng muridnya di bawah pengawasan langsung untuk menguasai Soan-hoan-ciang dan ilmu meringankan tubuh.

Sementara secara diam-diam tanpa diketahui dua anak itu ia memberikan tenaga saktinya sedikit demi sedikit sebagai tanda terima kasih atas kejujuran dan kesetiaan kakak beradik itu. Dan Po Kwan serta Siao Yen tentu saja bakal terkejut karena di tubuh mereka telah bersemayam tenaga mujijat Hok-te Sin-kang yang amat dahsyat itu, tenaga yang diam-diam membuat tubuh guru mereka sendiri lemah karena dioperkan kepada muridnya!

* * * * * * * *

Suasana di Sin-hong-pang seperti orang berkabung. Siang-mauw Sian-li, Wanita . cantik itu menggeletak lemah di pembaringan. Dua kali wanita ini muntah darah dan murid-murid yang menjaga menangis. Mereka tak dapat menolong apa-apa sementara Ning Po, laki-laki gagah ketua See-ouw-pang itu bersila di tepi pembaringan dengan muka pucat dan khawatir.

Di seberang laki-laki ini duduk terhalang meja pendek tampak pula seorang pemuda mengerjap-ngerjapkan sepasang kelopaknya yang kosong, tangan kiri menekan ibu jari kanan Siang-mauw Sian-li sementara tangan kanan bergerak-gerak perlahan seakan mendorong. Siapa lagi si buta ini kalau bukan Chi Koan! Dan ketika ia menarik napas berulang-ulang seraya melepaskan tekanannya pada ibu jari kanan wanita itu pemuda ini berkata,

"Gagal, tak mungkin ditolong lagi. Aku telah berusaha sekuat tenaga, Ning-pangcu, akan tetapi dia, nyawanya tak mungkin kuselamatkan!"

Terdengar jerit dan pekik tertahan. Gadis di kaki Siang-mauw Sian-li tiba-tiba tersedu-sedu, disusul oleh yang lain dan saat itu tubuh ketua Sin-hong-pang mengejang-ngejang. Seperti bicara atau menangis wanita ini gemetaran menuding nuding, sayang telunjuknya ke atas dan orang tak tahu apa yang dia maksud. Akan tetapi ketika ketua See-ouw-pang melompat maju dan menyambar kekasihnya ini maka Ning-pangcu berseru menggigil.

"Aku di sini, apa yang ingin kau katakan. Kami telah berusaha sekuatnya menolongmu, Sian-li akan tetapi kami tak dapat berbuat lebih!"

"Chi Koan... Chi Koan....!"

"la ada di sini...!"

"Kau hendak bicara apa," si buta menjulurkan leher dan tiba-tiba memencet ujung kaki Siang-mauw Sian-li. "Aku di sini, Sian-li. Bicaralah."

Wanita itu megap-megap mengatakan sesuatu. Si buta mendorong minggir ketua See-ouw-pang dan menempelkan telinga ia mendengarkan kata-kata wanita itu. Terdengar kata-kata.

"kau bangsat...!" lalu kepala wanita itu terkulai.

Ning-pangcu tak mendengar ini karena tangis dan sedu-sedan para murid meledak gaduh. Siang-mauw Sian-li menghadapi saat-saat terakhir dan itulah yang dikatakan kepada pemuda ini. Tangannya seolah hendak mencengkeram namun si buta menangkis. Cepat dan tidak kentara Chi Koan telah menusuk ibu jari Siang-mauw Sian-li hingga wanita itu tersentak. Sekejap wanita itu melotot namun roboh dan menghembuskan napasnya yang terakhir. Dan ketika si buta melepaskan tangannya dan mundur menjauh, kepala menunduk seolah berduka maka tangis dan sedu-sedan wanita Sin-hong-pang tak dapat dicegah lagi.

"Sian-li meninggalkan kita, ia wafat!"

"Dan ini karena pukulan Peng Houw. Ah, keji dan jahat sekali Naga Gurun Gobi itu, Bo-cici. Kita kehilangan ketua!"

'Ya, kita kehilangan ketua. Kita kehilangan orang yang kita cintai, ooh-huu-huuuu..." dan tangis serta sedu-sedan yang kian menggila lagi akhirnya membuat suasana berkabung benar-benar pecah.

Dan ketua See-ouw-pang terkejut dan termangu-mangu melihat wajah pucat itu tak bergerak-gerak lagi, dingin dan kaku namun tiba-tiba ketua See-ouw-pang ini melengking. Ia mencelat dari duduknya dan berkelebat keluar, suara ledakan disusul deru dan desing mengerikan telinga. Dan ketika di luar Sin-hong-pang terdengar pohon-pohon bergemeratak, roboh dan tumpang-tindih maka debum pohon-pohon Cemara membuat laki-laki ini semakin kesetanan dan berteriak-teriak.

"Peng Houw, kau membunuh kekasihku. Kau merenggut nyawa calon isteriku Sian-li. Ah, kubunuh kau... kuhajar kau...krakk-buummm!" dan pohon-pohon yang tumbang dihajar ruyung di tangan ketua See-ouw-pang ini akan berlanjut lagi kalau saja tidak berkelebat bayangan si buta yang mencengkeram dan menahan pundak laki-laki itu.

"Pangcu, sadarlah. Jenasah kekasihmu perlu diurus dan jangan membuang tenaga sia-sia di sini kalau hanya merobohkan pohon-pohon belaka."

"Akan tetapi jahanam keparat Peng Houw!"

"Aku tahu, masuk dan simpan senjatamu kembali, pangcu. Lihat semua murid menunggumu dan jangan buat mereka lebih bingung lagi." Chi Koan memotong dan cepat sekali si buta ini menyimpan ruyung di punggung si empunya.

Tanpa daya ketua See-ouw-pang ini dilumpuhkan dengan mudah, ia terbengong akan tetapi tiba-tiba menangis tersedu-sedu, melompat dan meraung dan akhirnya menubruk kembali jenasah ketua Sin-hong-pang. Dan ketika laki-laki itu mengguguk untuk akhirnya roboh pingsan, pukulan itu tak kuat diterimanya maka dua remaja tanggung termangu-mangu di sudut sementara satu di antaranya melirik dan mulai jelalatan merayapi wajah-wajah cantik dari murid-murid Sin-hong-pang itu. Beng San!

"Sst, jangan meliar. Tunjukkan duka dan simpatimu, sute. Lihat suhu mendengarkan kita."

Beng San terkejut. Siauw Lam, sang suheng menegur dengan menyenggol lengannya. Memang anak-anak ini mengikuti guru mereka dan hari itu mereka ada di Sin- hong-pang. Pertemuan mereka sebenarnya tidak sengaja, suatu kebetulan belaka. Tapi karena "kebetulan" berlanjut dengan tewasnya Siang-mauw Sian-li, wanita yang mula-mula hanya terkena pukulan ringan maka tak ada yang tahu bahwa secara licik dan keji si buta itu memperberat bekas pukulan Hok-te Sin-kang yang dilancarkan Peng Houw dengan Hok-te Sin-kang yang dimiliki lewat bantuan tenaga dalam!

Memang Chi Koan benar-benar seorang buta yang keji. Waktu itu, setelah dibuat pingsan oleh Peng Houw yang meninggalkan pertempuran maka wanita ini sadar setelah ketua See-ouw-pang membuka mata lebih dulu. Tubuh yang malang-melintang di situ sadar satu per satu, baik murid Sin-hong-pang maupun See-ouw-pang akhirnya bangun berdiri. Mereka yang selamat membantu teman-temannya yang terlempar ini.

Dari semua itu hanya sang ketua yang agak berat, hal ini tidak aneh karena pukulan mereka juga berat terhadap Peng Houw. Hok-te Sin-kang mementalkan itu dan menyerang balik tuannya sendiri. Akan tetapi karena Peng Houw mengendalikan tenaganya dan seberat. apapun takkan ada yang tewas, paling hanya sesak atau nyeri ulu hati maka Siang-mauw Sian-li maupun Cheng liong-pian Ning Po terkena itu.

Namun wanita ini lebih berat, Ia tersedu-sedu ketika duduk dan ditolong murid-muridnya. Dan karena serangan malu lebih kuat daripada serangan fisik maka Siang-nauw Sial-li tak dapat ditenangkan meskipun telah dibujuk kekasihnya sendiri.

"Aku tak dapat melupakan hinaan ini, aku tak dapat melupakan sakit hati ini. Ah, aku tak akan menghadapi pemuda itu lagi kalau ilmuku belum tinggi, Ning-twako. Aku akan mengasingkan diri dan biar bertapa seumur hidup sampai kelak dapat membalas dan membunuhnya!"

"Hm, tenanglah, sadarlah," ketua See-ouw-pang batuk-batuk dan gemetar memeluk pundak wanita ini., "Akupun tak dapat melupakan sakit hati dan hinaan ini,, Sian-li. Kalau kau hendak bertapa marilah kuiringi dan kita muncul lagi kalau ilmu kita sudah benar- benar tinggi. Bangkitlah, sebaiknya kita pulang."

Akan tetapi wanita ini tiba-tiba roboh. Siang-mauw Sian-li teringat Hong Cu dan mendadak ia dicekam kenyerian di dada sebelah kirinya. Sakit oleh pukulan batin kiranya lebih hebat daripada sakit oleh pukulan benda keras. Dan ketika wanita itu terguling dan pingsan maka ketua See-ouw-pang menjadi sibuk dan dicarilah kereta untuk membawa wanita ini.

"Kita ke Sin-hong-pang, secepatnya saja. Cari kereta dan bergegas pulang!"

Seakan menjawab kata-kata ini mendadak terdengar derap kaki kuda dan munculah sebuah pedati dengan seekor kuda penariknya. Di depan pedati itu duduk dua remaja tanggung dan mereka juga terkejut melihat rombongan ini. Kuda dihentilkan dan berlompatanlah murid-murid Sin-hong-pang maupun See-ouw-pang, justeru dikira rampok dan dua anak di depan itu membentak. Cepat sekali mereka berloncatan dan yang satu sudah menyambar bagai garuda mematuk korban.

Dua murid See-ouw-pang dan satu murid Sin-hong-pang diterjang, mereka hanya melihat bayangan biru berkelebat. Dan ketika ketiganya menjerit dan roboh berpelantingan, kagetlah yang lain maka Ning-pangcu buru-buru berseru bahwa mereka bukan perampok, diam-diam terkejut karena serangan anak berbaju biru itu cepat sekali, seperti kilat menyambar.

"Berhenti, kami bukan rampok. Mundur semua dan jangan membuat saudara cilik ini salah paham!"

Siauw Lam, pemuda baju biru itu tertawa dingin. Di dalam pedati gurunya duduk bersila, beberapa hari ini melakukan perjalanan setelah keluar dari Gobi. Ada dua persoalan ynng membuat gurunya berpikiran kusut satu adalah tentang Peng Houw sementara yang lain adalah kakek lihai bermata putih itu, Pek-gan Hui-to Jiong Bing Lip.

Maka ketika seorang laki- laki gagah berkelebat di depannya sementara orang-orang yang lain mundur dan mengelilingi kereta maka Siauw Lam yang nenjadi wakil gurunya ini tak takut sedikitpun dan sikapnya memandang rendah dan sombong. Tarikan bibirnya membuat Cheng-liong-pian Ning Po berkerut, anak yang tinggi hati dan angkuh.

"Maafkan kami," ketua See-ouw-pang itu cepat menjura. "Kami bukan perampok atau pengganggu perjalanan orang lain sobat muda. Kami hanya ingin mencari kereta untuk membawa seseorang yang luka. Aku adalah ketua See-ouw-pang, ini murid-murid kami cari Sin-hong-pang dan See-ouw-pang."

Siauw Lam terkejut. Tentu saja sikapnya berubah apalagi ketika pintu gerobak diketuk. Gurunya turun dan tertegunlah semua orang melihat seorang buta tampan mencari-cari jalan mendekati tempat itu, Beng San bergerak dan sudah menuntun gurunya. Dan ketika Siauw Lam terkejut melangkah mundur, gurunya batuk-batuk namun tersenyum mengetuk- ngetukkan tongkat maka Ning-pangcu masih tak sadar bahwa ia berhadapan dengan Chi Koan yang lihai itu.

"Hm-hm, ada apa. Kau rupanya membuat ribut dengan orang-orang gagah, Siauw Lam, mereka ternyata dari Sin-hong-pang dan See-ouw-pang. Eh, cepat minta maaf kalau di depanmu adalah ketua sendiri."

Siauw Lam cepat minta maaf, membungkuk. Saat itu gurunya mendorongnya minggir dan kini berhadapan dengan laki-laki gagah itu sendiri. Ning-pangcu terkejut karena si buta ini adalah guru pemuda baju biru itu, padahal pemuda itu Sudah hebat dan ia sendiri ragu apakah mampu menghadapi. Maka ketika si buta mengulum senyum dan maklumlah dia bahwa di depannya ini bukan orang sembarangan cepat ketua See-ouw-pang itu membungkuk menjawab perkataan lawan.

"Tak usah, tak usah minta maaf. Kami yang bersalah. Anak buah kami yang sembrono, siauw-enghiong. Siapakah namamu dan kami orang-orang Sin-hong-pang dan See-ouw-pang ingin meminjan kereta. Ketua Sin-hong-pang butuh pertolongan cepat!"

"Aku Chi Koan," si buta tenang-tenang menjawab. "Apakah maksudmu yang terhormat Siang-mauw Sian-pangcu, sakit apa dan kenapa begitu terburu-buru. Mungkin aku dapat menolong."

"Chi Koan? Kau, eh... musuh besar Naga Gurun Gobi itu? Kau pemuda yang difitnah itu? Ah, kebetulan. Baru saja pemuda itu pergi, Chi- siauwhiap, dan kami menjadi korban!"

Ning-pangcu menjadi kaget sekaligus girang. Tentu saja Ia tak termakan oleh segala omongan Peng Houw dan menganggap Naga Gurun Gobi itulah yang tak bertanggung jawab. Kini Chi Koan yang difitnah datang, kiranya inilah pemuda itu. Maka ketika melompat dan Chi Koan menjadi terkejut, sedetik ia megerahkan Hok-te-kangnya maka hampir saju ia mengibas laki-laki itu ketika lengannya disambar dan dicengkeram.

Akan tetapi ketua See-ouw-pang tak melakukan apa-apa, cengkeraman itu sebagai tanda girang dan sekejap Chi Koan terkejut. la kaget oleh kata-katą fitnah itu, fitnah tentang apa. Dan ketika ia tertegun dan diam berhati-hati, dua muridnya melompat maju maka ketua See-ouw-pung ini sudah langsung bicara, menjelaskan.

"Peng Houw, jahanam terkutuk itu melepas fitnah. Hong Cu di hamilinya, Chi-Siauwhiap, akan tetapi kau yang dikatakannya. Katanyu kau yang menghamili gadis itu, padahal kakek tabib itu menjadi bukti dan saksi. Dan kau, ah.. tiba-tiba saja datang ke sini. Kalau tadi kalian tak terlambat tentu dapat membuntu dan menghadapi pemuda sombongitu. Naga Gurun Gobi itu melukai Siang-mauw Sian-li!"

"Hm-hm!" Chi Koun mengejap-ngejapkan kelopak matanya yang kosong, sedetik telah tahu apa yang terjadi, otaknya yang cerdas memang luar biasa. "Kiranya kalian bertemu Naga Gurun Gobi itu, pangcu, dan urusan berkisar pada gadis bernama Hong Cu. Hm hamil, dan aku yang dituduh. Tak apa, fitnah memang kejam tapi di mana sekarang si Hong Cu itu. Aku siap menerima perbuatan musuhku itu kalau nama baik Sin-hong-pang harus dijaga. Mana dia, pertemukan aku dengan Hong Cu."

"Hong Cu telah pergi, menangis dan memendam sakit hati. Apa maksudmu dengan menerima perbuatan musuh itu, siauw hiap. Apakah maksudmu menghibur gadis itu menggantikan Peng Houw?"

"Maksudku jelas, menikahinya. Kalau Sin-hong-pang dicoreng seperti ini biarlah kulindungi gadis itu agar anaknya berbapak, pangcu, jangan sampai melahirkan tanpa ayah. Peng Houw sungguh keji tapi aku pengampun!"

"Ah ah, kau sungguh seorang mulia. Dan Naga Gurun Gobi itu jahanam terkutuk!"

"Sian Li!" semua menengok dan terkejut. Siang-mauw Sian-li, ketua Sin-hong pang itu ternyata siuman lagi dan terhuyung mengepalkan tinjunya. Ramai-ramai di gerobak itu tak melihat wanita ini sadar, Siang-mauw Sian-li bangun dan melihat murid-muridnya dan murid See-ouw Pang mengelilingi gerobak kecil. la melengking dan memaki Peng Houw hingga semua menoleh. Cheng-liong-pian Ning Po tentu saja terkejut dan girang, melompat menyambar lengan kekasihnya ini.

Tapi ketika wanita itu menepis dan si buta menggerak-gerakkan kedua telinganya, diam-diam lega bahwa Hong Cu tak ada di situ maka Chi Koan yang licik ini telah pura-pura memasang kebaikan dan jebakannya tadi kena. Kesediaannya untuk menjadi suami Hong Cu tentu saja mengharukan semua orang. Si buta ini kiranya seorang mulia! Dan ketika Siang-mauw Sian-li mendengar itu dan memaki Peng Houw, tergetar dan tentu saja terharu oleh kesediaan pemuda itu maka wanita itu menangis dan tiba-tiba melompat memanggil semua murid-muridnya.

"Mei Bo, kita kembali ke Sin-hong-pang!"

Cheng-liong-pian Ning Po terkejut. Ia melihat kekasihnya itu terhuyung namun, memaksa diri bergerak. Semua murid Sin-hong-pang berkelebat dan menyusul gurunya. Akan tetapi ketika di luar hutan Siang-mauw Sian-li mengeluh dan tampak sempoyongan maka Ning-pangcu berkelebat dan telah menyambar punggung wanita itu.

"Kau lelah, kau terpukul batinmu. Sebaiknya menumpang pedati Chi-siauwhiap saja dan kita selamat pulang ke rumah."

"Benar, begitu sebaiknya," si buta tahu-tahu muncul dan berada di antara dua orang ini. "Gerobakku kosong dan cukup untuk bertiga, pangcu, naiklah dan biar murid-muridku menghela. Kalau boleh aku memeriksa denyut nadimu dan kutolong kalau bisa."

Wanita itu tersedu-sedu. Ia sesak napas dan marah serta malu. Kekalahannya yang total sungguh menyakitkan, ia benar-benar bukan tandingan Naga Gurun Gobi itu. Maka ketika Chi Koan menyentuh lengannya dan cepat memeriksa denyut nadi, di saat itulah si buta ini mengerahkan sinkang dan "menusuk" secara lembut maka Siang-mauw Sian-li tiba-tiba tersedak dan semakin sesak napas karena rongga dadanya diserang pemuda itu lewat pencetan nadi jantung.

"Ugh!"

Chi Koan menekan pundak. Dengan jarinya yang lain ia memasukkan lagi hawa serangannya ke belakang punggung. Dengan begini dari muka dan belakang Wanita itu digencet! Dan ketika wanita itu megap-megap dan Chi Koan melepaskan tekanannya maka di tubuh Siang-mauw Sian-li telah terdapat Hok-te Sin-kang yang bakal merusak isi dadanya. Hawa pukulan itu telah bersemayam!

Ketua See-ouw-pang terkejut melihat kekasihnya terjatuh dan kebiru-biruan. Wajah wanita itu pucat hijau dan tiba-tiba melontakkan darah. Hok-te Sin-kang telah mulai menghantam. Dan ketika dengan pura-pura Chi Koan berlutut dan memegangi kaki wanita ini, padahal diam-diam mengerahkan Hok-te Sin-kangnya lagi untuk menyerang dari bawah maka inilah sumber malapetaka bagi ketua sin-hong-pang itu karena sejak itu lukanya yang ringan menjadi berat dan semua orang tentu saja menyangka bahwa sebab dari semuanya itu adalah awal pertandingannya dengan Naga Gurun Gobi!

Siang-mauw Sian-li tersedak dan kejang-kejang. la sendiri terkejut karena tiba-tiba seluruh dadanya berat, napas begitu sukar dan ia roboh lagi. Dan ketika Ning-pangcu menjadi terkejut karena kekasihnya pingsan maka Chi Koan memanggil dua muridnya agar membawa wanita itu ke dalam pedati.

"Sebaiknya dibawa ke dalam saja, biarkan aku menolongnya nanti. Harap Ning-pangcu naik dulu menemani aku."

Laki-laki itu gugup. ia sendiri telah mengerahkan sinkangnya akan tetapi sambil memegangi ibu jari kaki si buta itu menolak. Dengan berpura-pura menolong dari bawah Chi Koan menghalau semua kekuatan ketua See-ouw-pang itu. Dan karena pada dasarnya laki-laki ini percaya kehebatan Peng Houw, diri sendiri mengakui bahwa tingkatnya jauh di bawah maka akhirnya dengan muka pucat dan wajah gemetaran lelaki ini menyerahkan keselamatan kekasihnya kepada Chi Koan, orang yang diketuhui memang berkepandaian tinggi.

"Aku tak mampu mengobati luka-lukanya. Tolong sembuhkan dan ringankan penderitaannya, Chi-siuwhiap, dan kuserahkan dia kepadamu!"

Bagai seekor ayam memasuki mulut buaya maka bebaslah si buta itu melakukan apa saja. Dengan mengangguk-angguk dan bersikap begitu serius semua orang akan terkecoh olehnya. Chi Koan memang cerdik. Dan ketika di dalam perjalanan ini ia berkutat "menolong" Siang-mauw Sian-li, bersila dan mati-matian menyelamatkan wanita itu maka yang dilakukan si buta justeru sebaliknya yang membuat keadaan wanita itu semakin parah!

Akan tetapi siapa yang menyangka buruk. Siang-mauw Sian-li selamanya belum pernah bertemu muka dengan si buta itu, juga ketua See-ouw-pung. Dan karena mereka membenci Peng Houw bukannya si buta maka segala gerak-gerik si buta itu menjadi bebas dan demikian bebasnya hingga melakukan apa saja dengan begitu gampang dan sama sekali tak diduga kalau justeru ia membunuh wanita itu secara perlahan-lahan!

Bukan tanpa alasan kalau Chi Koan melakukan ini. Pertama, tentu saja masalah Hong Cu. Baru kali ini ia berhadapan dengan suci dari gadis itu dan inilah kiranya ketu Sin-hong-pang itu. Kalau ia dapat membunuh wanita ini maka kebencian dan kemarahan Hong Cu terhadap Peng Houw bertambah. Siapapun tahu bahwa Siang-muuw Sian-li baru saja bertanding dengan Naga Gurun Gobi itu, kalau ia akhirnya tewas maka kesalahan tentu ditimpakan kepada pemuda itu!

Kedua, Chi Koan memang diam-diam ingin menuju Telaga See-ouw. Perjalanannya itupun sedang ke sana, maka ketika tiba-tiba mereka bisa bertemu di tengah jalan maka ini adalah hal bagus yang membuat kegembiraannya bertambah. Sesungguhnya si buta ini hendak mencari pengaruh di sana, melihat keadaan dan mencari sesuatu yang menguntungkan, ingin berlindung di balik orang-orang selatan, menyembunyikan diri dan mengerahkan orang-orang itu kalau Peng Houw hendak menangkapnya.

Maka ketika tiba-tiba ada kejadian begini kebetulan di mana ketua Sin-hong-pang dan See-ouw-pang bertanding dengan Peng Houw tentu saja Chi Koan tak menyia-nyiakan kesempatan dan akal serta semua tipu liciknya di keluarkan.

Ini adalah langkah awal untuk memulai sesuatu yang bagus. la adalah pemilik Hok-te Sin-kang, seperti juga Peng Houw yang mewarisi ilmu itu. Maka ketika ia tadi melihat betapa sebenarnya pukulan Peng Houw masih penuh pengendalian maka si buta ini maklum bahwa Peng Houw memang tidak berniat membunuh atau mencelakai wanita ini.

Siang-mauw Sian-li hanya terpukul batinnya oleh kekalahan yang menyakitkan, juga tentang sumoinya yang hamil. Maka ketika diam-diam ia menyalurkan pukulannya ke arah tepat di mana wanita itu tadi terpukul maka Chi Koan hendak memperberat atau memperburuk apa yang sesungguhnya tidak dilakukan Peng Houw. Tengkuk wanita ini diraba. Chi Koan mendapatkan bekas pukulan di situ. Dan karena ia pun pewaris Hok-te Sin-kang dan mudah saja baginya meneruskan bekas pukulan Peng Houw.

Maka itulah yang dilakukan dan segera ia memperberat luka wanita ini dengan tusukan hawa saktinya secara diam-diam. Siapa orang di dunia ini yang tahu. Maka ketika dengan licik dan culas ia memperberat keadaan wanita ini maka sesampainya di Sin-hong-pang Siang-mauw Sian-li justeru sudah tidak mampu bangun lagi. Wanita itu pucat kebiruan. Anak murid gelisah dan pagi itu Siang-mauw Sian-li bagai mayat hidup.

Sudah berulang kali wanita ini hendak bicara akan tetapi gagal, tenggorokannya sakit dan kering. Tentu saja begitu karena Chi Koan menotok pangkal batang tenggoroknya. Dengan begini wanita itu tak akan mampu bicara kalaupun memaksa maka pita suaranya akan pecah, disusul nyawa melayang!

Dan ketika pagi itu wanita ini menggapai-gapai dan menyebut Chi Koan, Siang-mauw Sian-li mulai sadar bahwa dirinya dipermainkan orang maka ia bermaksud memberi tahu agar si buta itu diusir pergi namun celakanya ketua See-ouw-pang salah paham. Di antara sadar dan tidak wanita ini mulai merasakan sesuatu yang tidak wajar, yakni setiap ibu jarinya dipencet masuklah hawa panas ke tubuhnya. Hawa ini menusuk dan menggigit membuat ia kesakitan.

Sayang karena ia tak dapat bersuara maka ah-uh-ah-uh itulah yang terdengar. Siang-mauw Sian-li sadar diserang secara diam-diam dan tentu saja ia kaget, perasaan kaget dan marah yang tentu saja membuat sakitnya kian berat. Dan ketika ia melihat si buta itu tersenyum-senyum sementara ia berjengit kesakitan oleh tusukan hawa sakti, maklumlah dia bahwa si buta itu bermaksud amat keji.

Maka tak kuat menahan lagi ia menggapai dan memanggil-manggil kekasihnya, ketua See-ouw-pang. Di situ ia bermaksud memberi tahu bahwa si buta memperberat keadaannya, namun karena ia tak dapat bersuara kecuali menyebut-nyebut Chi Koan maka ketua See-ouw-pang mengira si buta dipanggil dan bergeraklah pemuda itu mendekatinya, menempelkan telinga. Kalau saja Siang-mauw Sia-li dapat bergerak tentu dihantamnya kepala pemuda itu.

Sambil memberikan telinganya si buta lagi-lagi memencet ibu jari kaki, membuat ia berjengit dan sadarlah wanita ini bahwa sesungguhnya kematiannya dikehendaki si buta. ia kaget dan marah akan tetapi tak dapat berbuat apa-apa. Maka ketika ia memaksa diri meneriakkan kata-kata itu, yang sayangnya hanya berupa desis lirih maka makian "kau bangsat" disusul oleh pecahnya pita suara wanita itu dan menghembusnya napas terakhir.

Siang-mauw Sian-li tak kuat lagi menahan kemarahannya dan wanita ini tewas dengan cara menyedihkan. Ujung hidupnya benar-benar dipenuhi dendam dan kebencian, bukan saja terhadap Peng Hou melainkan juga si butu itu. la benci Chi Koan yang membunuhnya secara licik.

la tak merasa memusuhi pemuda itu dan si buta menghendaki nyawanya, sungguh mati membawa luka menganga. Dan ketika semua murid menangis dan berkabung, Sin-hong-pang kehilangan ketuanya maka bersandiwara demikian liciknyu Chi Koanpun ikut meruntuhkan air mata, padahal sumber penyebab adalah dia!

"Kami turut berduka cita, sungguh menyedihkan sekali. Ah, menyesal aku tak dapat menolongnya, Ning-pangcu. Maafkan aku dan kami turut berduka cita sedalam-dalamnya."

Di depan mayat itu Chi Koan memberi hormat bersama dua muridnya. Siauw Lam dan Beng San termangu-mangu akan tetapi dua anak ini berpikiran sendiri-sendiri. Siauw Lam tentu saja terheran-heran kenapa suhunya berbaik dengan Sin-hong-pang, padahal Hong Cu jelas memusuhi suhunya dan gadis itu meninggalkan suhunya dengan marah di kota Ho-kian.

Sementara Beng San, yang waktu itu belum menjadi murid dan tak tahu hubungan gurunya dengan gadis Sin-hong-pang itu tentu saja terheran-heran namun juga kagum bahwa suhunya mau mengawini gadis yang dihamili lelaki lain!

"Hebat suhu ini," demikian bisiknya. "Kalau aku tentu tak sudi!"

Demikianlah dua anak ini berpikiran lain-lain. Siauw Lam berkerut terheran-heran, juga geli, adalah Beng San yang mendecak penuh kagum. Di antara keduanya tentu saja Siauw Lam lebih tahu daripada sang sute, karena anak inilah yang sejak lama ikut Chi Koan, sejak nasih di Gobi. Dan ketika Sin-hong-pang berkabung dan Mei Bo sebagai pengganti pimpinan sementara gadis itulah murid tertua, maka Ning-pangcu untuk beberapa hari berada di tempat ini menemani makam kekasihnya.

"Chi-siauwhiap tak usah buru-buru pergį. Kalau tak ada suatu keperluan mohon di sini dulu dan nanti ku undang ke See-ouw-pang karena dua minggu lagi akan ada pertemuan tahunan kami para orang-orang selatan."

"Hm, apakah tak mengganggu pangcu?"

Chi Koan terkejut girang, tak menyangka adanya pertemuan orang-orang gagah di See-ouw-pang. "Kalau pangcu masih berduka dan tak ingin diganggu sebenarnya kami ingin pamit...!"

"Tidak, jangan. Tak ada yang merepotkan kami, dan Justeru kehadiranmu membawu suatu rencana bagiku, aku ingin memperkenalkan siauwhiap kepada tokoh-tokoh selatan!"

"Hmn, semua orang menganggapku buruk, aku dicap bukan orang baik-baik...!"

"Aku yang membantah itu, siauwhiap, kau tidak seperti dikatakan orang luar. Kau berbudi, kau gagah. Justeru sepak terjangmu berlawanan dengan Naga Gurun Gobi Peng Houw!"

"Ah, terima kasih, pangcu terlalu memujiku."

"Tidak menuji, melainkan kenyataan. Lihat betapa kau begitu mati-matian menyelamatkan kekasihku. Kau mulia dan baik hati. Sungguh tak kusangka bahwa omongan di luar ternyata beda jauh dengan kenyataannya!"

Chi Koun tersenyum-senyum, wajahnya kemerah-merahan. Pemuda buta yang tampan ini tiba-tiba semakin tampan dan halus sekali kalau sudah seperti itu. Gerak-geriknya merendah dan sikapnya lembut. Siapa menyangka bahwa di balik semua itu terdapat duri ganas yang amat berbahaya. Pemuda ini seakan srigala berbulu domba. Maka ketika Mei Bo gadis itu terisak dan menangis lirih tiba-tiba dia berkata pahwa Sin-hong-pang juga tak keberatan menerima pemuda ini beberapa hari lagi.

"Chi-siauwhiap sudah menolong ketua kami mati-matian, kami murid-murid Sin-hong-pang sungguh merasa berhutang budi. Kalau beberapa hari ini siauwhiap berkenan menambah sedikit kepandaian kami tentu kami para murid semakin berterima kasih sekali. Bagaimana menurut Ning-pangcu."

"Benar, tak ada jeleknya. Setelah ketuamu tewas kalian harus melatih diri lebih keras, Mei Bo. Lawan amat kuat dan sakti sekali. Kalau Chi-siauwhiap mau menurunkan sedikit kepandaiannya tentu aku turut bersyukur!"

"Ah, kepandaianku biasa-biasa saja...!"

"Tapi kau tandingan Naga Gurun Gobi. Meskipun kami belum melihat kalian bertanding namun berita itu telah menyebar ke mana-mana, siauwhiap, dan kami percaya itu. Kau pewaris Bu-tek-cin-keng!"

"Hmm berita sudah ke mana-mana, aku jadi malu. Meskipun begitu tetap juga aku kalah, pangcu. Peng Houw lebih hebat."

"Ia mewarisi kesaktian sesepuh Gobi. Kami dengar mendiang Ji Leng Hwesio memberikan seluruh sinkangnya kepada pemuda itu!"

"Benar, dan aku kalah. Sinkangku tentu saja kalah matang dibanding mendiang ketua Gobi itu. Tapi sudahlah, Peng Houw tetap hebat dan aku sudah pernah dikalahkannya. Sebagai seorang ksatria aku harus mengakui itu."

Chi Koan menutup dengan kata-kata gagah dan ini tentu saja semakin membuat kagum dua orang itu. Sebagai orang kang-ouw mereka telah mendengar pertandingan akbar dua jago muda ini, betapa si buta itu akhirnya tertangkap dan dibawa ke Gobi. Konon Chi Koan ini mendapat nama kurang baik sementara Peng Houw dipuji-puji sebagai pendekar gageh perkasa.

Akan tetapi karena dalam kenyataannya dua orang itu berbeda sikap, Chi Koan lembut dan halus serta suka menolong sementara Peng Houw amat sombong dan telah membunuh Siang-mauw Sian-li maka ketua See-ouw-pang ini naupun orang-orang lain justeru menganggap sebaliknya sepak terjang dua pemuda ini.

Chi Koan akhirnya menerima tinggal di situ dan diam-diami ia girang bukan main mendapat simpati Mei Bo. Dari suara dan langkah halus gadis itu segera dia tahu bahwa gadis di depannya ini Cantik. Hatinya sudah mulai tergetar dan sambil menunggu pulangnya Ning-pangcu iapun tak mau menyia-nyiakan kesempatan. Malam itu ketua See-ouw-pang dan Mei Bo mengundangnya makan malam,khusus bertiga.

Dan ketika di sini ia ditanya bngaimana mula-mula ia dikejar dan dianggap jahat oleh pimpinan Gobi,, bagai mana ia sampai bermusuhan dengan Peng Houw maka dalam pertanyaan yang hati-hati itu ia menjawab seolah jujur dan tak usah takut- takut.

"Ning-pangcu tak usah takut-takut menanyakan itu. Meskipun ini urusan pribadiku namun baiklah kuceritakan kepada kalian bagaimana duduk persoalan sebenarnya. Semua ini tentu saja bermula dari Peng Houw. Dia, hmm...!" Si buta menarik napas dan menghentikan sejenak berkerut-kerut, sikap yang membuat haru dan iba. "Sejak kecil sesungguhnya aku telah bermusuhan dengan si Peng Houw itu, berawal dari guru kami masing-masing mendiang Beng Kong dan Lu Kong Hwesio."

"Menarik, ah, dari situ kiranya. Coba teruskan, siauwhiap, rasanya kehidupanmu waktu itu penuh penderitaan!" Mei Bo menyambung.

"Terima kasih, memang betul. Simpatimu mengharukan aku, adik Mei Bo, kehidupanku memang selalu sengsara sejak bergaul dengan Peng Houw ini. Ia suka memfitnah, melapor ini-itu pada paman guruku Lu Kong. Dan ketika suatu saat kami sama-sama membawa ang-sio-bak maka itulah puncak derita yang merobah nasibku sampai kini."

"Hm, maaf, kupotong sebentar. Kudengar bahwa kau menjadi murid Tujuh SilumanLangit ,siauwhiap. Apakah itu tidak benar?"

"Benar, justeru inilah. Dan itu bersumber dari makanan berjiwa itu, pangcu, ang-sio-bak sialan itu. Peng Houw membawanya ke dalam dan memberikannya kepadaku, padahal kalian tahu bahwa para hwesio tak diperkenankan makan makanan berjiwa!"

"Hm-hm, lalu beagaimana. Dari mana Peng Houw mendapatkan itu."

"Aku tak tahu, tapi yang jelas dia hendak mencelakakan aku. Karena begitu aku menerimanya maka dilaporkanlah bahwa aku membawa barang haram. Para pimpinan marah-marah, aku dihajar. Dan ketika itulah datang Tujuh Siluman Langit yang lalu menolongku. Aku dibawa dan menjadi murid mereka itu betapapun akhirnya aku kembali ke Gobi menemui guruku pertama, mendiang beng Kong Hwesio...!"

"kami dengar itu. Akhirnya kau tetap juga murid Gobi!"

"Tapi Peng Houw selalu mencari-cari kesalahan. Gara-gara Bu-tek-cin-keng maka aku sengsara seumur hidup, aku dianggap mencuri."

"Hm, benar,, Dunia kang-ouw gempar saat itu. Bagaimana asal mulanya hingga terjadi seperti itu, Chi-siauwhiap, dan jujur benar engkau tak segan menelanjangi diri sendiri" Ning-pangcu menjadi kagum karena dari omongan ini tampak bahwa si buta tak segan-segan membuka borok sendiri. Hal itu demikian lugas dan jujur. Maka ketika ia memuji dan tentu saja semakin kagum, Mei Bo bersinar-sinar dan haru memandang wajah gagah tampan itu.

Maka Chi Koan batuk-batuk tersenyum pahit. "Pangcu, agaknya tak usah menutup-nutupi apa yang telah didengar orang banyak. Berita itu tentu saja membuat gempar, tapi tak banyak yang tahu apa yang sesungguhnya terjadi, siapa salah siapa benar!"

"Betul, kami orang luar hanya mendengar Simpang-siur. Lalu kalau begitu bagaimana cerita sebenarnya. Bagaimana kau dianggap pencuri."

"Ini gara-gara Peng Houw juga, dialah penyebar fitnah pertama itu. Padahal Bu-tek-cin-keng, hmm.... aku tak mencurinya melainkan mendapatkannya dari mendiang guruku langsung. Perlu kalian ketahui bahwa kitab itu mula-mula berada di tangan mendiang sesepuh Gobi, Ji Leng Hwesio. Dan karena paman guruku Lu Kong meninggal dunia maka guruku itulah yang berhak dan menerim Bu-tek-cin-keng dari mendiang Ji Leng Hwesio. Dan guruku lalu memberikannya kepadaku, itu saja. Tapi Peng Houw yang rupanya tamak dan berhasil menghasut Ji Leng Hwesio ternyata mencari dan hendak merampas Bu-tek-cin-keng, tentu saja kupertahankan. Dan... dan terjadilah peristiwa besar itu. Aku ditangkap dan di keroyok sampai akhirnya mataku dibuat buta."

"Aihhh, kasihan sekali. Keji dan jahat benar si Peng Houw itu. Terkutuk!" Mei Bo gadis Sin-hong-pang menjerit kecil melepas seruan.

Suaranya begitu spontan dan Chi Koan berdebar. Gadis ini semakin mudah digaet! Tapi ketika ia pura-pura tertawa pedih dan menggelengkan kepalanya lalu berkata, "Tidak, sudah nasibku. Semua sudah terjadi, adik Mei Bo, dan aku tak menyesal atau dendam kepada Peng Houw. Kalau satu saat aku membalas maka bukan karena sakit hati melainkan semata menegakkan kebenaran dan keadilan."

"Hebat, suara seorang ksatria! Ah, aku jadi semakin kagum kepadamu, Chi-siauwhiap, dan orang seperti kau ternya-ta Ďijelek-jelekkan di luar. Ah, akan kukatakan kepada orang-orang selatan bahwa kau tidaklah seperti digambarkan!"

Ning-pangcu sampai meremas meja saking kagum dan hormatnya. Chi Koan demikian gagah dan penuh keksatriaan hingga kata-kata dan sikapnya begitu simpatik. Siapa tidak angkat topi. Dan ketika si buta itu tersenyum-senyum dan menggeleng serta mengangguk maka pembicaraan dibelokkan ke soal Hong Cu.

"Dan sekarang fitnah ini datang dan ujudnya yang lain. Aku dikatakan menghamili Hong Cu. Hm, kalau saja gadis itu ada di sini biarlah dia ceritakan yang sebenarnya, pangcu, tapi kalau aku dituntut biarlah kuterima itu. Perbuatan Peng Houw dapat kuterima, ia telah beristeri dan memiliki anak, tentu enggan mengakui ini. Kalau Sin-hong-pang ingin membersihkan nama akupun siap menggantikan Peng Houw. Kasihan Hong Cu!"

Mei Bo terisak. Semakin didengar semakin kagumlah dia akan kegagahan dan kemuliaan si buta ini. Tanpa disengaja tipa-tiba kedua kaki mereka. bertemu di bawah meja, gadis ini terkejut dan seperti kesetrum dan jantungnya terguncang sejenak. la tak tahu bahwa saat itu Chi Koan mengerahkan ilmu pengasihnya lewat kekuatan batin, disalurkan lewat ujung kaki dan masuklah ilmu pengasihan ini ke tubuh Mei Bo.

Pada dasarnya gadis itu sudah merasa suka, kagum. Maka ketika tiba- tiba ia disengat dan diserang dari bawah maka dalam pandangan Mei Bo si buta itu adalah orang yang pantas dikasihani dan patut mendapatkan cintanya! Gadis Sin-hong-pang ini jatuh hati. Cerita si buta sudah habis dan makan minum pun dilanjutkan. Jantung gadis ini berdebar-debar. Semakin dipandang semakin menarik saja wajah tampan itu. Kelopak itu mengerjap-ngerjap mengharukan.

Dan ketika perjamuan selesai dan Ning-pangcu bangkit berdiri maka Chi Koan diantar ketua See-ouw-pang ini kembali ke kamarnya. Akan tetapi bagai tidak sadar tiba-tiba gadis Sin-hong-pang itu berseru,

"Biar aku saja yang mengantar, harap pangcu beristirahat!"

Ning-pangcu terkejut. Chi Koan meraba- raba dengan tongkatnya dan gadis itu sudah menyambar pemuda ini. Mei Bo lebih berhak karena tuan rumah. Dan karena ketua See-ouw-pang itu juga percaya dan menaruh hormat pada si buta, betapapun ia tak menduga jelek maka si buta akhirnya diantar gadis cantik ini.

"Hm, merepotkan. Orang buta selalu merepotkan orang lain. Aku dapat memanggil murid-muridku, nona, atau...!"

"Tidak, marilah!"' dan genggaman lembut yang menutup pembicaraan itu tentu saja disambut girang oleh si buta. Ilmunya bekerja dan tak lama kemudian gadis itu berjalan di antara lorong-lorong. Di sini Chi Koan tiba-tiba balas menggenggam dan meremas gadis itu. Lalu ketika mereka tiba di kamar dan Chi Koan membalik dan menangkap tahu-tahu gadis itu jatuh ke pelukannya. Sejak tadi Mei Bo gemetar dan panas dingin.

"Siauw-hiap...!"

"Sst, ehh!" Chi Koan sudah mendorong pintu kamar dan gadis itu tersedu-sedu menubruk dirinya. Ilmu pengasih yang dipasang amatlah kuat dan gedis ini tak tahan lagi. Cinta dan tubuhnya panas terbakar. Dan ketika ia tak tahu apa yang dilakukan karena secepat itu Chi Koan mengusap dan membelai seluruh tubuhnya maka murid Siang-mauw Sian-li ini roboh telungkup.

"Aku... aku kasihan kepadamu. Kau... ah... kau mengagumkan, siauwhiap, jahat sekali orang yang memfitnahmu itu. Daripada kau melindungi enci Hong Cu lebih baik kau melindungi aku. Aku... aku siap menyerahkan segala-galanya kepadamu."

"Hm, matikan dulu lampu kamar. Aku... hm, akupun siap meberikan segala-galanya kepadamu, Mei Bo. Aku... aku cinta padamu...!"

"Siauw-hiap...!"

"Sst, panggil aku Chi-twako!"

"Ya-ya, Chi-twako, ah.. akupun cinta kepadamu!" lalu ketika lampu padam dan Chi Koan melepaskan gadis ini dari segala rindu berahi akhirnya malam itu di kamar ini mereka berdua memadu cinta tak perduli yang lain-lainnya lagi.

Tak tahu betapa sepasang mata terbelalak keheranan dan kaget, mata seorang pemuda yang melihat itu dari sisi jendela dan inilah mata Beng San! Anak itu terheran-heran dan kaget bagaimana seorang gadis secantik Mei Bo menubruk dan menciumi gurunya, seorang buta. Dan ketika lampu kamar itu padam dan pemuda ini berdebar panas dingin mendadak saja dia ingin mengintip dan ingin tahu apa yang terjadi di dalam. Akan tetapi sebuah tangan kuat tiba-tiba mencengkeramnya

"Masuk...!" bisikan itu membuat Beng San terkejut. "Jangan ganggu kalau suhu sudah begitu, Beng San nanti gawat!"

"Tapi... tapi cici itu...!"

"Sst, itu sudah biasa. Dulupun Hong Cu juga begitu dan tergila-gila kepada suhu. Kalau kau ingin kita cari saja yang lain, di sini masih banyak murid-murid cantik!"

"Maksudmu?"

"Kau suka seperti suhu?"

Anak ini menelan ludah, tak menjawab. "He, suka atau tidak. Kalau tidak cepat masuk, kalau suka mari kita cari yang cocok. Malam ini dingin dan enak juga berselimutkan. wanita!"

"Maksudmu?"

"Bodoh! Kau suka atau tidak? Kalau suka mari cari yang lain, jangan melotot seperti monyet!"

"Hm, ya-ya, baiklah. Tapi... tapi aku belum biasa!"

"Ha... sebentar lagi biasa, Ayo menyelinap ke kamar itu dan pilih yang cantik-cantik. Jangan gemetar!"

Lalu ketika Siauw Lam menyambar dan menyeret sutenya maka Beng San melongo melihet sesuatu yang baru kali ini diperlihatkan suhengnya. Betapa suhengnya itu melayang ringan di atas sebuah jendela besar, menggelantung dan akhirnya memberi tanda agar dia melayang naik pula.

Dan ketika pemuda ini berjungkir balik dan memandang ke dalam maka jantung Beng San berdegup kencang karena di balik kamar besar itu tidurlah malang-melintang murid-murid Sin-hong-pang yang pakaiannya awut-awutan. Sebagian besar menyingkap paha...!