Kabut Di Telaga See-ouw Jilid 02 - Sonny Ogawa

Halaman

    Social Items

Cerita Silat Mandarin Serial Bu-beng Sian-su Karya Batara

Kabut Di Telaga See-ouw Jilid 02


"TAIHIAP memanggilku? Taihiap butuh pertolonganku?"

"Ah...!" Peng Houw tertegun, sinar bulan menerobos masuk dan menyinari wajah gadis itu, wajah yang agak sembab deņgan rambut yang sedikit kusut, wajah yang memelas dan penuh iba. Wajah orang jatuh cinta! Lalu ketika pemuda itu tertegun dan membelalakkan mata, sama sekali tak disangkanya gadis Sin-pang ini berada di sini maka Hong Cu masuk dan berjalan sedikit tersipu, wajah itu memerah namun sinar matanya berseri-Seri hangat!

"Maaf, taihiap, aku menjagamu agar tak ada orang lain masuk. Aku khawatir kakek bongkok itu datang mengganggu lagi. Aku ingin kau tenteram dan tenang. Lanjutkanlah samadhimu!"

"Tidak!" Peng Houw tiba-tiba melompat turun, menggeleng dan tergetar, sikap dan kata-kata itu jelas membuatnya takut sekali. "Kau tak boleh di sini, Hong Cu, kau jelas mengganggu samadhi-ku. Mana mungkin bersamadhi kalau bayangan wajahmu mengusik aku!"

"Ah, taihiap teringat aku? Jadi... jadi taihiap juga selalu terbayang seperti aku tak dapat melupakan taihiap?"

"Hong Cu!"

"Terima kasih! Ooh, aku... aku juga tak dapat melupakanmu, taihiap. Aku juga selalu terbayang-bayang dirimu. Aku tak dapat meninggalkan tempat ini!" dan Hong Cu yang menubruk dan tersedu gembira tiba-tiba saja memeluk dan menangis di dada Peng Houw, salah mengerti dan mengira Peng Houw terbayang-bayang seperti dirinya, menyambut dan membalas cintanya padahal yang dimaksud pemuda itu adalah sebaliknya.

Peng Houw terganggu justeru oleh bayangan gadis ini, gadis yang kuat mengeluarkan getaran cintanya itu hingga samadhinya kacau! Maka ketika ditubruk dan gadis ini malah tersedu-sedu gembira, memeluk dan mendekapnya begitu ketat maka Peng Houw kebingungan dan panas dingin oleh tubuh yang lunak hangat itu, memandang dan saat itu Hong Cu mendongakkan kepala, bibir yang bergerak-gerak basah itu bahkan semakin salah mengerti.

Pipi yang sembab oleh air mata itu tiba-tiba malah berkilau di dalam guha yang remang-remang. Dan ketika Peng Houw masih berada di antara bingung dan jengah, sejenak ia tak dapat melakukan apa-apa maka gadis Sin-hong-pang yang jatuh cinta berat untuk pertama kalinya ini tak dapat menahan diri dan...cup, mencium pipi Peng Houw.

"Ah!" Peng Houw serentak berseru dan kaget bagai dipagut ular berbisa. Ciuman panas yang penuh cinta kasih dan disangka mendapat sambutan itu hampir saja disusul oleh ciuman lain. Hong Cu begitu gembira menyangka disambut cintanya. Siapa tidak bangga dan bahagia sebagai kekasih Naga Gurun Gobi! Tapi ketika Peng Houw memberontak kuat dan gadis itu terpelanting menjerit, Hong Cu kaget bukan main maka pemuda itu berseru bahwa mereka tak boleh berbuat begitu.

"Tidak, tak boleh. Aku, ah.... aku tak menyambut cintamu, Hong Cu. Aku terbayang justeru terganggu. Kau... pikiranmu, ah getaran pikiranmu mengganggu aku, Hong Cu, mengacau konsentrasiku. Kau harus pergi dan jangan di sini. Keluarlah!"

Gadis itu terpekik. Sikap dan kata-kata Peng Houw yang seperti itu bagaikan sembilu merobek-robek hatinya. Ia berdarah, luka! Lalu ketika ia terhuyung bangun dan Peng Houw menyuruhnya keluar, telunjuk pemuda itu menggigil ke depan maka Hong Cu bagai ditampar saja.

"Hong Cu, aku.... aku sudah beristeri. Aku juga sudah mempunyai anak. Keluarlah dan lupakan semua ini. Biarkanlah aku sendiri!"

Jerit dan luka pedih terdengar dari mulut gadis itu. Hong Cu semakin robek dan tersayat-sayat, kata demi kata yang keluar dari mulut Peng Houw seakan palu godam yang bertubi-tubi menghantam perasaannya. Lalu ketika ia melengking dan berkelebat keluar, Peng Houw mengusirnya maka gadis ini tersedu dan mengguguk di sana. Cinta yang ditolak mentah-mentah tiba-tiba berbalik menjadi benci yang meluap-luap, berkobar, mendidih!

"Peng Houw, kau... kau laki-laki jahanam. Kau mempermainkan aku. Kau menusuk-nusuk hatiku setelah semula manis dan lembut. Ooh, biar aku mati, manusia keparat. Biar aku mati... dukk!"

Peng Houw terkejut meloncat keluar. Gadis Sin-hong-pang itu ternyata menumbukkan kepalanya di sebatang pohon, gagal dan menumbukkan lagi namun untuk yang ketiga kali Peng Houw berkelebat menyambar. Pemuda ini menampar hingga Hong Cu terbanting dan mengeluh. Peng Houw tak ingin gadis itu bunuh diri. Tapi ketika Hong Cu mengguguk dan meloncat bangun lagi, beringas, mendadak gadis itu berteriak dan menumbukkan kepalanya di perut Peng Houw.

"Kalau begitu biar aku mati ditanganmu... mati di tanganmu!"

Peng Houw berkelit dan menotok pundak itu. Baginya mudah saja mengelak serangan ini dan melumpuhkan. Tapi ketika Hong Cu berteriak-teriak dan roboh di tangan Peng Houw, pemuda itu bingung menghadapi sikap histeris ini maka gadis itu memaki-maki dan meludahi Peng Houw. Tak ada jalan lain bagi pemuda ini kecuali menotoknya pingsan, gadis itu harus dItenangkan dulu. Dan ketika Hong Cu roboh dan tidak bergerak-gerak lagi, semua caci-maki dan keributan lenyap maka Naga Gurun Gobi ini mengusap keringat yang terasa dingin!

Murid mendiang Ji Leng Hwesio ini bingung. Mau diapakan gadis Sin-hong-pang ini? Dilempar dan dibuang keluar hutan? Rasanya tak berperikemanusiaan. Lalu diapakan? Biar di situ dan sadar untuk kemudian mengamuk dan mencaci-maki lagi? Dia yang tak tahan! Dan ketika Peng Houw tepekur dan duduk serba salah, samadhinya benar-benar kacau maka berkelebat banyak bayangan dan tahu-tahu belasan wanita-wanita cantik mengepungnya.

"Ini enci Hong Cu. Keparat, ia ditawan musuh!"

"Ah, dan rupanya pemuda ini jai-hwa-cat (penjahat pemerkosa wanita). Jahanam, bunuh dan rampas enci Hong Cu!"

Peng Houw terkejut. Ia baru saja duduk dan tepekur memandang gadis Sin-hong-pang itu ketika tiba-tiba saja gadis-gadis atau wanita- wanita muda ini muncul. Mereka cantik-cantik namun berwajah beringas, tentu karena melihat Hong Cu itu. Dan belum ia meloncat bangun tahu-tahu mereka itu sudah menyerang dan membentaknya.

"Jai-hwa-cat, kau kiranya penculik enci Hong Cu. Setelah dibawa Ban-tok Wi Lo kau kiranya membawanya ke sini. Ah, mana tua bangka Ban-tok Wi Lo itu dan kau tentu temannya!"

Peng Houw sudah diserang dan pedang serta serangan lain menyerbunya ganas sekali. Mereka ini ternyata adalah wanita-wanita Sin-hong-pang dan mereka kini menemukannya disitu. Tadi jerit dan teriakan Hong Cu terdengar, gadis-gadis Sin-hong-pang itu memang mencarinya karena selama tiga hari ini Hong Cu tak pernah pulang. Gadis yang sedang kasmaran (tergila-gila) kepada Peng Houw itu dicari dengan sibuk, para sumoinya tentu saja khawatir. Dan ketika mereka mendapatkan Hong Cu di situ sementara Peng Houw duduk tepekur seolah berjaga, dugaan apalagi kalau bukan yang buruk.

Maka para murid Sin-hong-pang ini menjadi marah dan langsung menyerang Peng Houw dengan beringas. Hal ini mengejutkan Peng Houw namun dengan cepat pemuda itu mengelak dan menangkis, berseru menghalau semua senjata dan cepat meloncat bangun. Pedang para wanita itu terpental. Tapi ketika mereka melengking dan marah menyerang lagi, Peng Houw dimaki-maki maka pemuda itu terbelalak dan tiba-tiba mengibaskan ujung lengan bajunya, membentak.

"Nona-nona, tunggu. Aku bukan jai-hwa-cat. Hong Cu kutolong dari kekejian Ban-tok Wi Lo dan tahan semua senjata kalian!"

Para gadis menjerit. Pedang mereka mencelat ketika kali ini dikibas pemuda baju putih itu, semua berteriak dan terpelanting. Dan ketika Peng Houw bergerak dan menotok mereka, cepat sekali maka semuanya roboh dan tak satupun dapat bangkit berdiri.

"Maaf, ini buktinya. Kalau aku berniat jahat tentu kalian tak sekedar kurobohkan, tentu kubunuh. Nah, aku bukan jai-hwa-cat dan justeru kebetulan kalian berada di sini. Hong Cu kuselamatkan dari kakek bongkok itu, Ban-tok Wi Lo sudah pergi. Dan karena kalian ada di sini sekarang bawalah gadis itu dan kembalilah ke Sin-hong-pang!"

Peng Houw membebaskan lagi totokannya dan belasan gadis itu tertegun. Mereka seakan tak percaya akan kelihaian pemuda ini karena begitu mudahnya pemuda itu merobohkan mereka. Sekejap tadi pundak mereka seakan disentuh ujung jari yang mengeluarkan getaran listrik, menyengat dan mereka tahu-tahu lumpuh. Tapi begitu dibebaskan lagi dan semuanya berlompatan bangun, ragu dan takjub menjadi satu. Tiba-tiba seorang di antaranya berseru,

"Sobat, kalau begitu kenapa kami tadi mendengar jeritan dan makian enci Hong Cu. Kalau ia tak kau ganggu tak mungkin berteriak- teriak sampai kami dengar. Nah, jawablah kenapa begitu dan kenapa pula enci Hong Cu sekarang pingsan!"

"Hm! Peng Houw terkejut, mukanya merah, tentu saja. tak mungkin memberi tahu itu karena ini persoalan pribadi. Hong Cu marah-marah karena ia menolak cintanya, tak mungkin ia memberi tahu karena selain tak gampang dipercaya juga bakal mencoreng arang di wajah gadis itu sendiri. Betapapun ia harus menjaga muka, itu rahasia Hong Cu.

Tapi karena sekarang ia dituntut menjawab sementara jawaban tak segera datang maka wajah pemuda ini yang menimbulkan curiga gadis-gadis itu menjadikan mereka marah dan merasa ditipu. Wajah Peng Houw yang memerah dianggap sedang mencari alasan dan hendak menyembunyikan pikiran kotor.

"Kalau begitu kau bohong!" bentakan itu meleedak lagi. "Kau mencari-cari dan hendak mengada-ada, sobat. Betapapun lihainya kau namun kami dari Sin-hong-pang tak boleh kau permainkan. Serbu, bunuh pemuda ini!"

Peng Houw gugup dan bingung sekali. Gadis yang membentak itu sudah mengajak teman-temannya dan mereka mengangguk. Apa yang dilihat dan dirasa memang benar, mereka curiga kembali kepada Peng Houw. Maka begitu membentak dan maju menyerang Peng Houw, gadis-gadis Sin-hong-pang itu marah lagi maka merekapun menyerang dan Peng Houw berkelit dan berseru mengangkat tangannya.

"Heii, nanti dulu. Dengar dulu omonganku. Aku tidak mengada-ada atau menipu. Tahan, biarkan aku bicara lagi...plak-plak-plak!" dan Peng Houw yang menangkis dan menghalau semua senjata akhirnya kembali membuat gadis-gedis itu terkejut namun kekaguman dan keterkejutan mereka berbalik menjadi rasa guaar.

Pemuda selihai ini ternyata hendak berbuat kotor, menipu dan mencari-cari alasan untuk mengelabuhi mereka. Maka ketika membentak dan menerjang kembali, gadis-gadis itu kalap maka Peng Houw merasa tak ada jalan lain kecuall membalas dan merobohkan mereka. Pemuda ini berteriak sia-sia sementara hujan senjata masih terus menyambar. Namun ketika dia membentak dan mengibaskan lengannya, pedang kembali mencelat maka Peng Houw menggerakkan ujung jari dan sekali dia menotok maka belasan gadis itu roboh serentak.

"Baik, aku tak dapat membujuk kalian. Robohlah dan biarkan aku bicara!"

Para gadis mengeluh tertahan. Pedang yang terlepas dari tangan membuat ma-sing-masing terkejut, namun belum hilang kagetnya tiba-tiba pundakpun tertotok lumpuh. Satu demi satu terjerembab dan berdirilah Peng Houw mengusap keringat. la bukan takut menghadapi lawan-lawannya ini melainkan oleh kesalahpahaman itu. Urusan bisa merembet panjang. Maka ketika semua roboh dan ia berdiri dengan muka bingung, merah, berkatalah Peng Houw dengan suara lantang bahwa ia tak menipu.

"Kalian menyulitkan aku, tapi boleh percaya boleh tidak. Aku tak mengganggu gadis ini dan, kalian ambil kalau kalian mau. Bukti bahwa aku tak mencelakai kalian sudah lebih dari cukup, selanjutnya kalian tanya sendiri enci kalian Hong Cu itu dan jangan menuduh aku macam-macam!"

Peng Houw membebaskan Hong Cu dan merasa bahwa inilah satu-satunya jalan. Ia harus meyakinkan gadis-gadis Sin-hong-pang itu dan kebimbangan kembali membayang. Sikap Peng Houw yang sungguh-sungguh membuat para gadis itu percaya lagi, meskipun setengah. Dan ketika Peng Houw mengurut leher gadis itu dan membebaskan alam kesadarannya, seorang di antara gadis Sin-hong-pang itu berseru agar mereka dibebaskan juga, tak akan menyerang kalau Hong Cu dibebaskan maka Peng Houw mengangguk dan membebaskan lagi gadis-gadis itu.

"Baik, tapi janji harus dipegang teguh. Siapa melanggar akan kulempar sampai keluar hutan!"

"Kami tak akan menyerangmu kalau kau benar. Kalau enci Hong Cu sudah bicara dan membenarkan kata-katamu kami tak akan membuta, sobat. Tapi kalau kau bohong biarpun harus mati kami juga tak akan menyerah!"

Peng Houw bersungut. Sekarang semua gadis-gadis itu dibebaskannya kembali termasuk Hong Cu. Gadis yang pingsan dan kini diurut itu membuka matanya, siuman. Tapi begitu Hong Cu meloncat bangun tiba-tiba ia berteriak, matanya bertemu Peng Houw.

"Orang she Peng, kau boleh membunuh aku. Biar aku mati di tanganmu atau kau yang mampus di tanganku!"

Peng Houw terkejut. Ia sudah merasa khawatir kalau gadis Sin-hong-pang ini kalap. la justeru sedang diuji oleh gadis-gadis Sin-hong-pang yang lain. Maka begitu Hong Cu menyerangnya dan tak melihat saudara-sauda yang lain di situ, rupanya kebencian dan kemarahannya begitu meledak maka ia menyerang dan ini membuat alis murid-murid Sin-hong-pang berkerut. Peng Houw bisa dianggap bohong!

Akan tetapi Peng Houw tentu saja dengan mudah menghindari serangan ini. Ia berseru memperingatkan lawannya agar tidak menyerang, di situ terdapat murid-murid Sin- hong-pang yang lain. Dan ketika Hong Cu menoleh dan baru sadar bahwa di tempat itu ada teman-temannya yang lain, terkejut maka gedis ini malah menyerang lebih hebat dan membentak teman-temannya itu agar membantu dia membunuh Peng Houw.

"Bagus, kalian di sini rupanya. Bantu aku, Siok Hoa, robohkan dan bunuh jahanam ini!"

Siok Hoa, gadis yang tadi menyudutkan Peng Houw mendadak menyambar pedangnya lagi. Gadis ini jadi terkejut bahwa Hong Cu kalap menyerang Peng Hou. Ini diartikan sebagai pemuda baju putih itu tak benar. Ia telah dibohongi. Tapi ketika gadis itu hendak bergerak dan semua yang lain juga hendak menerjang maka, Peng Houw tentu saja marah maka pemuda ini membentak gadis-gadis itu agar bertanya dulu pada Hong Cu.

"Berhenti, jangan menyerang. Tanya dulu saudara kalian ini nona-nona. Apakah benar aku mengganggunya!"

Siok Hoa tertegun. Kemarahan yang sudah berkobar jadi surut lagi, bentakan atau suara Peng Houw itu sungguh-sungguh. Dan ketika yang lain juga terkejut dan tertegun, kebimbangan kembali mengganggu maka Siok Hoa berseru pada Hong Cu apakah Peng Houw telah mengganggunya.

"Maaf, benarkah pemuda ini bukan jai-hwa-cat. Kami jadi bingung melihat sikapnya, enci Hong Cu. Bagaimana kau marah-marah kepadanya sementara dia berkata telah. menolongmu dari tangan Ban-tok Wi Lo?"

"Jangan dengarkan ocehannya. la telah menghina dan mempermalukan aku, Siok Hoa . Serang dan robohkan pemuda ini. Bunuh!"

"Apakah dia telah memperkosamu!"

"Keparat, jangan tanya macam-macam Siok Hha. Kau harus dapat mengartikan sendiri kemarahanku. Maju dan cepat bantu aku atau biar aku mampus di tangannya...plak-dess!"

Hong Cu terbanting dan menjerit bergulingan, roboh ditampar Peng Houw dan gadis itu tidak menunggu Waktu lagi. Siok Hoa membentak dan menyerang Peng Houw, dan ketika yang lain juga berseru dan menerjang pemuda itu maka Peng Houw terbelalak karena sudah dikeroyok belasan gadis-gadis Sin-Hong pang ini, masing-masing memekik dan lebih percaya Hong Cu.

"kau menyembunyikan persoalan. Baik. kau membuatku marah, Hong Cu. Aku akan menghajarmu dan yang lain-lain ini. Pergilah, aku tak mau bicara lagi!" dan Peng Houw yang gusar tak mampu menahan diri lagi akhirnya membentak dan berkelebat mengibaskan kedua lengan bajunya. Disambar sebelah lengan baju saja gadis-gadis Sin-hong-pang itu sudah menjerit, apalagi dua lengan baju sekaligus.

Maka ketika mereka terlempar dan berteriak dengan pekik tinggi, melambung melampaui pohon-pohon besar maka Hong Cu dan teman-temannya ini tak ayal lagi mencelat dan tertiup bagai disapu angin kencang. Peng Houw telah habis sabar dan terhembuslah gadis-gadis itu menjauhi guha. Mereka melayang dan jatuh di luar hutan, puluhan meter dari tempat itu.

Di mana semuanya tentu saja berteriak ngeri. Dan ketika masing-masing berdebuk dan menjerit kesakitan, untung Peng Houw tidak mengerahkan semua tenaganya maka hanya Hong Cu yang terbanting dan pingsan di sana. Gadis itu memang mendapat hajaran paling keras dibanding yang lain-lain.

Peng Houw jengkel sekali kepada gadis yang satu ini. Maka ketika gadis itu terlempar dan terbanting di sana, di luar hutan maka gadis-gadis Sin-hong-pang yang lain menjadi ngeri dan gentar sekali berhadapan dengan pemuda baju putih itu. Mereka tak tahu bahwa yang dihadapi adalah Naga Gurun Gobi, tentu saja bukan tandingan mereka.

Dan ketika kesaktian itu cukup membuat gentar, Siok Hoa terbanting di sebelah Hong Cu maka gadis yang mengeluh namun dapat terhuyung bangun ini menyambar temannya. la melihat Hong Cu masih hidup, teman-teman yang lain juga masih hidup dan mereka berloncatan bangun, jatuh dan bangun lagi dan akhirnya terhuyung-huyung pucat memandang ke dalam hutan, gentar terhadap lawan yang demikian hebat itu.

Dan ketika Siok Hoa tertegun karena ini bukti kemurahan pemuda baju putih itu, mereka semua selamat kecuali Hong Cu yang pingsan maka gadis ini tiba-tiba berseru agar mereka mundur dan kembali ke Sin-hong-pang. Kebimbangan dan kebingungan melanda hati gadis ini.

"Mundur, kita pergi. Menjauh dari sini dan kita bawa enci Hong Cu. Lapor kepada ketua!"

Semua mengangguk dan pucat. Ajakan itu tentu saja disambut baik dan bergeraklah murid- murid Sin-hong-pang itu meninggalkan hutan. Mereka tak akan lupa seumur hidup terhadap lawan mereka itu, lawan yang tak mereka kenal. Dan ketika semua melarikan diri jatuh bangun, tak ada lagi yang menoleh ke hutan maka di sana Peng Houw menerik napas dalam-dalam dan gemas serta menyesal sekali akan semua kejadian iní. Dan dia pun mengutuk kakek bongkok Ban-tok Wi Lo yang menjadi gara-gara itu.

Kenapa kakek itu harus datang ke guhanya? Dan lebih sial lagi, kenapa membawa Hong Cu hingga gadis itu malah jatuh hati kepadanya? Dan tak sedap membayangkan kenekatan Hong Cu, gadis yang patah hati itu bisa seperti orang yang tidak waras maka timbul keinginan Peng Houw untuk pergi dan meninggalkan guha mencari tempat lain.Dia masih belum mendapatkan titik petunjuk dari usahanya bersamadhi.belum menemukan titik-titik cahaya itu.

Tapi ketika ia bergerak dan ingat wejangan mendiang gurunya maka pemuda itu tertegun dan tak jadi pergi. Dulu gurunya pernah berkata bahwa di manapun orang bertapa tak mungkin terlepas dari gangguan. Itulah yang namanya cobaan. Biar di ujung dunia sekalipun pasti tak bakal lolos, gangguan atau godaan pasti selalu ada.

Maka urung dan tak jadi mencari guha baru pemuda inipun masuk lagi dan. duduk bertapa,mengusir semua kenangan-kenangan buruk dan tak sadar bahwa dari peristiwa ini bakal berekor panjang yang mengguncang nama baiknya.

* * * * * * * *

"Katakanlah, siapa yang mengganggumu dan akan kucari orang itu sampai dapat. Heh, hentikan tangismu, Hong Cu. Aku sudah datang dan tak akan membiarkan nama baik Sin-hong-pang tercemar!"

Seorang wanita gagah berusia empat puluhan tahun berdiri tegak di depan Hong Cu. Wanita ini menyanggul rambutnya tinggi di atas kepala dan sepasang matanya yang berapi dan bersinar-sinar itu tampak membakar wajah Hong Cu. Dia bukan lain adalah Siang-mouw Sian-li si Dewi Rambut Harum, ketua atau pimpinan Sin-hong-pang.

Dan karena pagi itu Hong Cu masih menangis terus sampai matanya sembab, cerita demi cerita dari anak murid yang lain menjadikan Wanita ini marah maka Siang-mouw Sin-li seperti yang lainnya telah menduga bahwa Hong Cu telah digagahi seorang pemuda, setelah sebelumnya dibawa dan diculik Ban-tok Wi Lo.

"Katakanlah," wanita itu sekali lagi menbentak. "Siapa pemuda itu, Hong Cu. Dan bagaimana cerita sesungguhnya bahWa ia katanya menolongmu dari tangan Ban-tok Wi Lo. Apakah dia pemuda berbulu domba yang hatinya srigala. Dan apakah kau telah diganggu pula oleh jahanam Ban-tok Wi Lo itu!"

Hong Cu tersedu-sedu. Sebenarnya, Sejak timbul kebenciannya ditolak Peng Houw ia menjadi sakit hati sekali. Cinta yang begitu diagungkan dan indah meninabobokkan tiba-tiba hancur dan lebur mendapat jawaban Peng Houw. Ia terhina, dipermainkan. Dan karena Peng Houw mula-mula diam saja dipeluk dan mendapat ciumannya, ini yang bakal membuatnya malu seumur hidup maka Hong Cu menganggap Peng Houw tak bertanggung jawab.

Kalau memang tak cinta kenapa harus menunggu dipeluk dan diciumi dulu? Bukankah Peng Houw sengaja mempermainkan dan mempermalukannya? Kalau memang tak suka seharusnya mendorong dan tak menunggu sampai ia mencium. Ah, betapa malunya teringat itu. la, gadis baik-baik Sin-hong-pang dan sumoi Siang-mouw Sian-li sampai memeluk dan menciumi lelaki. Kalau saja ia tahu Peng Houw tak menerima cintanya tentu tak sudi itu ia lakukan.

Entahlah kenapa Ia sampai begitu tergila-gila kepada Peng Houw. Mungkin di samping aib yang telah diselamatkan pemuda itu juga karena Peng Houw adalah si Naga Gurun Go- bi. Pemuda itu terkenal di seluruh penjuru dunia kang-ouw karena mendiang gurunya Ji Leng Hwesio, juga karena pemuda itu telah menjadi benteng bagi Go-bi, partai yang dulu diserbu dan diserang orang-orang jahat.

Dan karena mereka itu dipukul mundur pemuda ini, Peng Houw menggantikan kedudukan gurunya yang telah meninggal maka kesaktian dan kehebatan pemuda itu menjadi buah bibir. Dan Ban-tok Wi Lo juga begitu mudahnya dikalahkan pemuda ini.

Hong Cu benar-benar menaruh kekaguman dan rasa kagum itu ternyata berobah menjadi rasa cinta yang hebat. la begitu tergila-gila. Tapi begitu Peng Houw menolak cintanya dan ia sampai didorong terjengkang, bukan main sakit hatinya teringat itu maka kemarahan dan kebencianlah yang sekarang membakar hatinya. Dan dua hari ini ia menangis terus-teruan, sampai akhirnya suci (kakak seperguruan perempuan) dan juga ketua Sin-hong-pang itu muncul.

"Hmh, kau jangan membiarkan semua ini berlarut-larut. Jawab dan katakan kepadaku, Hong Cu, atau kau kubunuh membuat malu Sin-hong-pang!"

Hong Cu terkejut. Ia masih tak dapat bicara ketika dua kali pertanyaan itu diajukan. Tapi begitu sang ketua mengancamnya dan naik darah, ini yang ketiga kalinya ia dibentak maka Hong Cu mengangkat mukanya dan menubruk kaki ketuanya itu, mengguguk.

"Ooh, aku... ah! Apa yang harus kulakukan, suci? Dapatkah kau menangkap dan membawa jahanam itu ke mari? Ia terlampau lihai, terlampau hebat. Kau tak mungkin dapat menandingínya biarpun bukan maksudku merendahkan dirimu. Aku merasa sia-sia!"

"Tar....!" rambut itu meledak, menyambar sisi kepala Hong Cu. "Jangan mengecilkan hati sebelum kutemui pemuda itu, Hong Cu. Siapa dia dan sebutkan, jangan kira aku takut".

Dia... dia, ah...apakah suci percaya? Aku khawatir kau kaget mendengarnya, suci. Aku juga tak menyangka bahwa ia ada di sini!"

"Tak usah berpanjang mulut. Katakan siapa pemuda itu dan di mana dia sekarang!"

Hong Cu tersedu-sedu. Ia melepaskan kaki ketuanya dan membuka wajahnya. Tadi ia menutupi wajah itu dengan telapak tangan, selain malu juga karena menutup sedih. Ia terluka tapi sungguhnya masih kagum kepada Peng Houw. Namun ketika Sucinya mencengkeramnya dan mengangkatnya berdiri, Dewi Rambut Harum berapi-api maka dia mendengar desis yang membuat bulu kuduknya meremang. Sang ketua mencabut pedang dan menodongkan itu ke dadanya.

"Hong Cu, ini yang terakhir kali aku bicara. Berita tentang Ban-tok Wi Lo sudah membuatku geram. Kakek bongkok itu tak tahu malu menyerang di saat aku tak ada, kini ditambah pemuda yang katanya mempermaínkanmu itu. Nah, jawab dan terangkan siapa dia, Hong Cu. Atau enyahlah ke akherat sebagai tumbal Sin-hong-pang!"

"Dia...dia..." gadis itu mengguguk pecah lagi tangisnya. "Dia Naga Gurun Go-bi Peng Houw, suci. Dia pemuda yang mempermainkan aku itu. Dialah orangnya!"

"Peng Houw? Naga Gurun Go-bi?" ketua Sin-hong-pang tersentak dan mundur, wajah seketika berubah hebat. pemuda itu, Hong Cu? Kau tidak salah?"

"Sumpah tak akan salah, suci. Para murid lain menjadi saksi. Benar, dialah yang kumaksud, Peng Houw, si jahanam keparat!"

Pedang di tangan ketua tiba-tiba terlepas. Siang-mouw Sian-li terbelalak dan mengeluarkan Seruan tertahan. Tapi ketika berkelebat bayangan dan seorang laki-laki gagah muncul, berseru dan minta maaf maka ketua dan sumoinya itu terkejut.

"Aku sudah mendengar nama ini. Maaf aku datang mencampuri, Sian-li, kebetulan kita ada persoalan yang sama!'

Hong Cu dan Sian-mouw Sian-li membalik. Ketua Sin-hong-pang itu hampir saja marah dan memaki namun segera bersemu dadu melihat pria gagah ini. Mata yang tadi bersinar-sinar dan marah sekonyong-konyong lenyap. Ketua Sin-hong-pang itu menyambut dengan Seruan girang. Dan ketika pria gagah itu tersenyum dan mengangguk sedikit, Hong Cu tertegun maka ketuanya berseru gembira.

"Aih, Ning-pangcu (ketua Ning) kiranya. Bagus kau datang, pangcu. Sin-hong-pang sedang dihina seseorang dan sumoiku menangis terus-menerus!"

"Maaf, aku sudah dengar. Naga Gurun Go-bi Peng Houw juga membuatku tak senang, Sian-li, dan sekarang menambah ketidak senanganku dengan persoalan di sini!"

"Hm, sombong dia, rupanya terlalu mengagulkan kepandaian sendiri hingga memandang rendah orang lain. Mari kita cari dan tak perlu takut kepadanya!"

Ketua Sîn-hong-pang ini meloncat. Tidak seperti biasanya di mana tamu laki-laki bakal diusir dan malah dibunuh adalah pria gagah yang membawa cambuk itu disambut hangat. la bukan lain adalah ketua See-ouw-pang Ning Po, Cambuk Naga Hijau yang dulu dicari Ban-tok Wi Lo tapi tidak ketemu. Maka ketika ia tiba-tiba berada di sini dan langsung mencampuri urusan, Siang-mouw Sian-li tak marah dan bahkan menyambutnya hangat maka Hong Cu diam-diam menggigit bibir dan merasa pedih karena teringat keadaan sendiri.

Tidak aneh ketuanya menyambut tamu itu dengan kegembiraan dan mata berseri-seri karena sesungguhnya di antara dua orang ini memang terlibat cinta asmara. Hanya orang- orang tertentu saja yang tahu itu termasuk Hong Cu. Maka ketika ketua See-ouw-pang tiba-tiba muncul dan ketuanya menyambut hangat, kasih dan sayang di antara keduanya tak dapat disembunyikan di balik sinar mata berseri-seri maka Hong Cu justeru tertusuk dan merasa pedih. la merasa pedih akan cintanya yang gagal terhadap Peng Houw!

"Hm, bagaimana pangcu berkata seperti, itu. Apa yang dilakukan Peng Houw hingga membuatmu tak senang, pangcu.,Kesombongan apa yang dia lakukan!"

"Anak muda itu mengganggu pamanku di Kwang-tung. Ia mengejek dan mematahkan sebelah lengannya. Peng Houw sekarang sombong dan kurang ajar!"

"Ah, jadi kau pergi ke Kwang-tung? Kau meninggalkan See-ouw-pang untuk menengok pamanmu?"

"Benar, Sian-li, dan aku jadi menaruh dendam. Naga Gurun Gobi itu sudah tidak seperti dulu. Wataknya seperti penjahat! Dan ia rupanya mengganggu adik Hong Cu pula, hm, harus kita hajar dan cari dia. Hong Cu, di mana pemuda itu dan biarkan aku membantumu. Aku juga mempunyai persoalan dengan pamanku di Kwang-tung. Ingin kulihat kepandaian anak muda itu dan sanggupkah dia menerima Cheng-liong-pian ku!"

Sang ketua melepas cambuk yang melilit pinggang dan tiba-tiba menggerakkannya ke atas. Tidak terdengar suara menjeletar namun tembok tiba-tiba berlubang. Dan ketika sang ketua menyabetkannya lagi ke arah lantai, berlubang dan mengeluar asap maka Hong Cu terkejut karena kembali tak terdengar ledakan. Hasil cambuk tahu-tahu telah memakan korbannya.

"Nah, maaf kalau aku mencampuri,Hong Cu. Tapi Peng Houw juga harus berurusan denganku atas ulahnya di Kwang tung!"

Gadis ini terbelalak. la sudah mengenal pria gagah itu namun bukan kepandaiannya. Hubungan mereka yang baik tak mengharuskan mereka unjuk "gigi". Maka kini melihat hasil cambukan itu dan tembok serta lantai berlubang, cambuk tak mengeluarkan ledakan maka Hong Cu menarik napas dalam namun diam-diam masih menyangsikan kehebatan ketua See-Ouw-pang ini terhadap Peng Houw.

"la di sebuah guha di hutan selatan tempat iní. Aku dapat mengantarkan dan mudah-mudahan ia masih di sana."

"Bagus, kalau begitu mari berangkat sekarang, Hong Cu. Dan Sian-li rupanya tidak keberatan!"

"Aku tak keberatan, mari berangkat. Justeru aku ingin bertemu anak muda itu dan merasai kehebatannya!"

Akan tetapi ketika dua orang itu bergerak tiba-tiba Hong Cu berseru memanggil. "Nanti dulu. Aku... aku tak ingin bertemu dengan Peng Houw kalau tiba di sana. Kuharap pangcu dan suci berurusan sendiri saja, balaskan sakit hatiku!"

"Hm, kenapa begitu, Hong Cu. Bukankah bertiga lebih kuat!"

"Tak apa," Siang-mouw Sian-li tiba-tiba berseru. "Hong Cu rupanya masih terpukul oleh kejadian yang menimpanya, pangcu. Daripada nanti menjadi ejekan Peng Houw biarlah dia bersembunyi dan kita yang menghadapi!"

Ketua See-ouw-pang mengangguk. Akhirnya pria ini juga menyangka begitu dan setuju, memang lebih baik Hong Cu bersembunyi saja, daripada mendapat malu. Dan ketika mereka bergerak lagi, tak tahu bahwa sesungguhnya Hong Cu malu bukan untuk itu maka gadis inipun bergerak dan anak murid Sin-hong-pang terkejut karena tahu-tahu ada seorang pria telah memasuki tempat mereka, tanpa diketahui.

"Ah, siapa pria itu!"

"Benar, kita tak tahu kedatangannya!"

"Sst, itu Ning-pangcu dari See-ouw-pang, teman-teman. Jangan berisik. Mereka rupanya hendak membalas sakit hati!"

Murid Sin-hong-pang akhirnya menahan mulut. Mereka kagum dan juga heran akan adanya pria di situ. Tapi itu diketahui bahwa itulah ketua See-ouw-pang, sahabat pangcu mereka maka semua diam dan melihat kepergian tiga orang itu dengan mata penuh harap. Adanya Hong Cu di situ membuat mereka dapat menduga bahwa pimpinan tentu hendak mencari pemuda baju putih itu. 

Mereka masih tak tahu bahwa pemuda itu adalah si Naga Gurun Go-bi Peng Houw, entahlah bagaimana perasaan mereka kalau tahu. Dan ketika tiga orang itu lenyap meninggalkan Sin-hong-pang, lewat belakang maka Peng Houw tentu saja terkejut ketika samadhinya tahu-tahu kembali diganggu.

Hari itu, di kala sinar petunjuk akan datang mendadak dua bayangan berkelebat masuk. Bau harum menyambar guha namun Peng Houw tak bergeming, maklum, ia khusuk dalam samadhinya. Namun ketika bentakan dan ujung rambut menyengat kulitnya, samadhi seketika buyar maka pemuda ini terkejut membuka mata.

"Peng Houw, kau sombong dan telah menghina sumoiku. Keluarlah, aku Siang-mouw Sian-li yang akan menuntut tanggung jawab!"

"Dan aku Ning Po ketua See-ouw-pang. Kau telah menghina pamanku di Kwang-tung, Peng Houw. Keluarlah dan selesaikan urusan ini...wut!

Sebatang cambuk dilepas dan menyambar sisi telinganya. Tak terdengar ledakan tapi dinding guha tahu-tahu tergetar rontok dan berlubang. Dan ketika Peng Houw terkejut membelalakkan matanya, kembali datang maka ia melihat dua laki-laki dan wanita gagah berdiri di depannya. Guha serasa terbakar dan mendidih oleh pandang mata mereka yang berapi.

"Hm, dari mana ji-wi (kalian berdua) mengetahui aku di sini," Peng Houw meloncat turun, betapapun menjadi tak senang. "Aku dan kalian rasanya tak pernah bermusuhan, Ning-pangcu. Meski See-ouw-pang pernah kudengar kegagahannya namun justeru tak pernah kita berkenalan!"

"Bohong, omong kosong! Kau telah menghina pamanku di Kwang-tung, Peng Houw, dan tak kusangka dirimu yang segagah ini berani sehina itu, mengganggu orang tua. Nah, aku sudah di sini dan kebetulan kita bertemu. Keluarlah dan kita selesaikan di luar!"

Dan aku mewakili sumoiku Hong Cu. Keluar dan pertanggungjawabkan perbuatanmu, Peng Houw. Atau kami membunuhmu di sini dan jangan tanya dosa!"

Peng Houw terkejut. Lelap dalam samadhi dan tahu-tahu kini didatangi dua orang yang memaki-maki membuat dia berkerut kening, terkejut dan terbelalak memandang Ning-pangcu yang katanya menuntut tanggung jawabnya di Kwang-tung. Apa-apaan ini! Tapi karena dua orang itu berkelebat keluar dan menantangnya di sana, ia menahan napas mendengar urusan Hong Cu maka apa boleh buat Peng Houw berkelebat dan tahu-tahu telah nenyusul lawannya itu. (Gerakannya nyaris tak bersuara mirip hantu dibelakang Siang-mouw Sian-li maupun ketua See-ouw-Pang).

"Hm, aku tak pernah ke Kwang-tung, tak merasa menghina pamanmu. Kalau kau datang untuk urusan itu aku justeru heran, Ning-pangcu. Sedang Siang-mouw Sian-li ini tak layak membela Hong Cu yang salah. Kalian keluar dari kebenaran!"

"Keparat!" Siang-mouw Sian-li meledakkan rambut, diam-diam terkejut oleh gerakan Peng Houw yang tanpa suara. "Maling berteriak maling adalah biasa, Peng Houw, orang gagah menjadi pengecut adalah tidak biasa. Kau mengelak dari tanggung jawabmu, malah menyalahkan kami. Coba terimalah ini dan sampai di mana nama besarmu sebagai Naga Gurun Go-bi!"

Rambut menyambar dan meledak ke muka Peng Houw, cepat mengejutkan dan tidak kompromi lagi. Tapi ketika Peng Houw mengelak dan begitu mudahnya enghindar, Serangan luput mengenai angin kosong maka wanita itu melengking tinggi mengejar Peng Houw.

"Jangan mengelak, terimalah!"

Peng Houw menjadi marah. Rambut itu mengejar apalagi setelah pemiliknya bergerak, ke manapun ia menghindar tentu tak bakalan lolos. Maka membentak dan mengebutkan ujung lengan bajunya pemuda inipun sudah menangkis, berseru, "Sian-li, kau pongah. Siapa takut rambutmu dan pergilah...plak!"

Wanita itu terpental dan berteriak kaget. Peng Houw tidak mengeluarkan semua tenaganya karena menjaga muka lawan. Ketua Sin-hong-pang itu tentu bakal terpelanting kalau dia menambah tenaganya sedikit, apalagi Hok-te Sin-kang. Tapi ketika Siang-mouw Sian-li justeru penasaran dan memekik lagi, berkelebat dan meledakkan rambutnya maka dua tangannya juga menghantam dan melepas, pukulan sinkang.

"Naga Gurun Go-bi, coba terimalah sekali lagi pukulan ini. Awas!"

Peng Houw mengerutkan kening. Melihat pukulan menyambar dari dua lengan itu segera dia maklum bahwa ketua Sin-hong-pang ini cukup hebat. Pohon di belakang bergoyang disambar angin pukulan itu dan bisa roboh kalau terkena langsung. Dari sini dapat dilihat bahwa Dewi Rambut Harum ini memang hebat. Akan tetapi karena dia ingin memberi pelajaran dan apa boleh buat harus merobohkan wanita ini maka Peng Houw mengibas dan Soan-hoan-ciang atau Angin topan menangkis.

"Dess!" dan wanita itu menjerit. Siang mouw Sian-li terbanting dan terlempar dan bergulingan dan Ning Po ketua See-ouw-pang terkejut. Temannya itu terguling-guling dan mengeluh, berhenti dan menabrak pohon di sana seperti kelengar, tapi ketika pria ini berkelebat dan menolong temannya, yang juga sekaligus kekasihnya ini maka Siang-mouw Sian-li pucat terhuyung bangun, dipapah pria gagah ini,

"Dia, ah... bocah itu hebat sekali. Dadaku sesak,... aku hampir tak dapat bernapas."

"ada aku di sini. Biar aku mengurut pungungmu, Sian-li, dan kita hadapi anak itu berdua!"

Siang-mouw Sian-li gemetar. Ia membiarkan punggungnya Ďiurut lalu ditotok, dadapun lega kembali dan iapun dapat bernapas seperti biasa. Dan ketika ia membalik terbelalak memandang Peng Houw, sinar matanya penuh api maka ketua See-ouw-pang membentak menjeletarkan cambuknya. Kali ini cambuk itu meledak menggetarkan hutan, suaranya bagai petir.

"Naga Gurun Go-bi, jangan kira dengan gertakanmu sekali ini kami akan takut. Kami tak akan mundur. Bersiaplah dan akupun akan mencoba kepandaianmu!"

Peng Houw sudah menduga. Orang-orang kang-ouw seperti mereka ini tak akan sudah kalau belum dibuat jatuh bangun. Tak akan menyerah kalau belum roboh. Maka mendengar bentakan dan melihat gerakan ketua See-ouw-pang itu ia pun menarik napas dalam dan maklum bahwa orang-orang ini harus dirobohkannya, atau ia bakal dikejar-kejar dan Menemui kesulitan.

"Hm, kalian tak tahu diri, kalian membabi-buta. Untuk ceritamu di Kwang-tung aku betul-betul tak tahu, Ning-pangcu, dan jangan anggap ini sebagai pengelakan tanggung jawab. Apa yang harus kupertangjawabkan kalau betul-betul aku tak pernah melakukannya. Majulah, aku siap menerima kemarahanmu tapi harus segera pergi begitu roboh. Aku tak ingin main-main lagi!"

Ucapan Peng Houw disambut seruan geram. Ketua See-ouw-pang itu merasa direndahkan seolah ia begitu yakin dirobohkan. Kata-kata Peng Houw dirasa terlalu tekebur, ia naik darah. Maka begitu membentak dan menggerakkan cambuknya, Cheng-liong-pian menyambar leher Peng Houw maka Peng Houwpun tak mengelit dan menggerakkan tangan kanannya menampar.

"Plak!" Ketua See-ouw-pang terpelanting. la, berteriak kaget seakan tak percaya tapi bergulingan meloncat bangun, di Sana Siang-mouw Sian-li juga terbelalak dan melihat nasib temannya itu. Tapi ketika pria gagah ini membentak dan menyerang lagi, Siang-mouw Sian-li juga tak tinggal diam maka wanita itu melengking dan menjeletarlah rambutnya menyerang Peng Houw.

"Hm, kalian ketua-ketua yang berpikiran sempit. Kalian orang-orang yang tak mau mendengar cerita brang lain. Baiklah kita selesaikan urusan ini, jiwi-pangcu (ketua berdua), tapi setelah itu kalian harus mundur dan jangan menggangguku lagi!"

Peng Houw bergerak dan mengelak serta menangkis, Rambut dan cambuk segera meledak susul-menyusul dan hebat sekali senjata dua orang itu. Bau harum rambut Siang-mouw Sian-li menusuk hidung sementara cambuk Naga Hijau di tangan ketua See-ouw-pang berbau amis. Setelah menderu dan menyambar-nyambar maka cambuk di tangan pria gagah ini mengeluarkan baunya yang khas, amis tapi juga agak wangi seperti tulang ikan direndam arak.

Hal ini tidak aneh karena konon cambuk di tangan ketua See-ouw-pang itu adalah cambuk istimewa, terbuat dari tulang rawan dan kulit naga, kuat dibacok senjata tajam dan tak putus dibabat pedang pusaka. Dan ketika Peng Houw juga membuktikan liatnya cambuk itu yang dicengkeram dan tidak putus maka pemuda ini kagum dan segera mengelak maju mundur oleh serangan di belakang dan kiri kanan.

Tapi Peng Houw tak mau diganggu. la hampir selesai menjalankan tapanya ketika tiba-tiba dua orang ini datang membatalkan. Sinar cahaya yang hampir masuk mendadak hilang lagi, ia gemas. Dan ketika ia melihat bahwa rambut dan cambuk adalah yang paling berbahaya, pukulan-pukulan tangan kiri atau kanan hanya mengecoh saja maka dengan Soan-hoan-ciang yang diisi tenaga Hok-te Sin-kang, dia membuat rambut dan cambuk itu selalu terpental. Peng Houw masih selalu mengatur tenaganya.

"Jiwi-pangcu, cukup dua puluh jurus saja kita main-main. Setelah itu kalian pergi dan jangan ganggu aku lagi!"

"Jangan sombong dengan kemenanganmu, Peng Houw, padahal senjata atau pukulan-pukulan kami masih selalu kau kelit. Jangan sombong atau kami menyerah kalau kau dapat merobohkan kami!"

"Benar, dan cambuk masih di tanganku, Peng Houw. Kalau kau dapat merampas cambuk ini dan merobohkan aku maka aku menyerah!"

"Hm, aku berkata karena yakin akan kemenanganku. Baiklah tiga jurus lagi semua akan selesai!"

Dua orang itu membentak. Memang pertandingan sudah berjalan tujuh belas jurus dan Peng Houw selalu berkelit dan menangkis. Meskipun cambuk dan rambut selalu terpental namun posisi pemuda itu mereka selalu menyerang. Maka ketika Peng Houw dirasa bicara sombong dan amat merendahkan mereka, padahal mereka adalah ketua-ketua Sin-hong-pang dan See-ouw-pang maka dua orang ini menjadi marah dan gusar sekali. Peng Houw berkata bahwa tiga jurus lagi mereka roboh, baik boleh pemuda itu buktikan. Dan ketika keduanya membentak dan menyerang dahsyat, rambut meledak.

Sementara tangan kiri Siang-mouw Sian-li bergerak menampar dengan pukulan panas maka Ning-pangcu juga tak mau kalah dan cambuknya meledak dan mematuk dari udara menyambar ubun-ubun Peng Houw.

"Hm, ini yang terakhir," Peng Houw berseru, "Bersiap-siaplah mempertahankan senjata, Ning-pangcu. Tepatilah janjimu kalau kau roboh!"

Ketua See-ouw-pang itu melotot. la melihat cambuknya tak mungki dihindari Peng Houw, ubun-ubun kepala pemuda itu bakal pecah dipatuk Cheng-liong-piannya. Dan ketika di sana Siang-mouw Sian-li juga melengking dan menggerakkan rambut, rambut berputar dan membelit leher Peng Houw maka tamparan tangan kiri wanita itu juga menyambar dan menyerang pundak. Angin panas sudah menyertai semua itu.

Akan tetapi Peng Houw benar-benar melakukan sesuatu yang mengejutkan. Pemuda itu tak mengelak dan sengaja menerima, baik rambut maupun cambuk dibiarkan,begitu pula tamparan tangan kiri. Tapi begitu rambut membelit dan menarik leher pemuda ini, cambuk juga meledak di atas kepala maka dua senjata itu melekat dan tak dapat dilepas pemiliknya.

"Aiiihhhh...."

Siang-mouw Sian-li menjerit. Dari leher Peng Houw tiba-tiba muncul semacam tenaga sedot, rambut tak dapat ditarik malah dia yang tertarik. Dan ketika ia maju ke depan dan pukulan mendarat di pundak pemuda itu amblas bertemu semacam kapas lunak maka wanita inipun kaget setengah mati karena semua serangannya tak mendapatkan hasil seperti yang diharapkan. Dan saat itu Ning-pangcu dari See-ouw-pang juga berubah mukanya. Ketua ini, seperti juga temannya merasa girang ketika ujung cambuk meledak di ubun-ubun kepala Peng Houw.

Tapi begitu melekat dan tak dapat ditarik, ia tertegun maka jari Peng Houw menusuk ketiaknya disusul seruan agar cambuk dilepas. Ketua See-ouw-pang ini terkejut dan berkelit, kalah cepat dan dia menerima totokan di ketiak. Lalu ketika di sana Siang-mouw Sian-li terpekik dan terbanting Peng Houw menggelembungkan leher maka daya tolak yang besar membuat wanita itu terlempar dan rambutnya berodol sebagian.

"Nah," Peng Houw telah berdiri dengan cambuk di tangan, cambuk rampasan. "Aku telah menepati kata-kataku, ji-wi-pangcu. Kalian roboh dan Cheng-liong-pian di tanganku. Sekarang bagaimana dan masihkah kalian tak tahu diri!"

Dua orang itu pucat. Mereka tak tahu bahwa Peng Houw mengerahkan Hok-te Sin-kang melindungi diri, membuat tubuh kebal dari kepala sampai kaki. Maka ketika dia menerima belitan rambut sekaligus menahannya, kekuatan ini seakan menyedot tenaga lawan maka Siang-mouw Sian-li tak dapat mempertahankan diri ketika didorong dan dikembalikan pukulannya. Peng Houw menggelembungkan leher dan keluarlah daya tolak besar mendorong wanita itu.

Dan ketika Siang-mouw Sian-li menjerit dan terlempar, saat itulah dia menusuk ketiak Ning-pangcu yang tertegun tak dapat menarik senjatanya, maka dua orang ini dirobohkan dengan mudah dan masing-masing seakan mimpi melihat hasil akhir dari pertandingan ini. Maklum, tadi Peng Houw berada di pihak yang terdesak yang selalu menerima serangan-serangan cepat.

"Hm, aku mengaku kalah," Ning-pang-cu meringis dan menahan sakit di ketiaknya, terhuyung bangun, “Kau telah merampas senjataku, Peng Houw, berarti nyawaku tak berharga lagi. Bunuhlah aku dan rampas sekalian hidupku ini!"

"Benar Siang-mouw Sian-li tiba-tiba juga terisak. "Kau telah mengalahkan kami berdua, Naga Gurun Go-bi. Dari pada menderita malu lebih baik kau bunuh kami berdua!"

Dua orang itu meloncat dan menubruk Peng Houw. Mereka menyerahkan kepala untuk dipukul tapi Peng Houw tentu saja tak berwatak sekeji itu. Pemuda ini mengelak. Lalu ketika dua orang itu jatuh dan terjembab di sana, Peng Houw menarik napas dalam, maka pemuda inl melempar cambuk Cheng-liong-pian kepada pemiliknya, berseru,

"Ning-pangcu, orang gagah tak ingin mati secara bunuh diri, pengecut itu. Aku tak ingin membunuh siapapun karena aku bukan pembunuh. Nah, terimalah senjatamu dan pulanglah ke tempat kalian masing-masing. Jangan khawatir aku berpanjang mulut menyebarkan kekalahan kalian. Kalah menang adalah hal biasa, bukan sesuatu yang istimewa. Sadarlah dan bangkitlah secara gagah dan ingat bahwa kalian adalah ketua-ketua partai yang terhormat!"

Dua orang itu tertegun. Ning-pangcu seakan tak percaya tapi Peng Houw bersikap sungguh-sungguh. Tak ada ejekan atau sikap jumawa di situ, Naga Gurun Gobi ini wajar-wajar saja. Dan ketika ia bangkit menyambar cambuknya, menggigit bibir maka ia tertunduk lesu dengan kata-kata lirih,

"Baiklah, kau telah bermurah hati, Peng Houw, tapi jangan anggap bahwa dengan sikapmu ini perbuatanmu di Kwang-tung kuhapuskan. Aku tetap tak menerimakan itu. Hinaanmu akan kubalas!"

"Inipun tak benar. Sekali lagi kukatakan aku tak tahu apa-apa dengan ceritamu di Kwang-tung itu, pangcu. Aku orang gagah yang tak perlu menyembunyikan diri dari setiap perbuatanku. Untuk apa aku bohong, toh aku dapat mengalahkanmu. Percaya atau tidak aku sama sekali tak tahu-menahu tentang pamanmu itu. Mungkin ada orang lain yang memakai namaku dan harap kau teliti ini!"

Wajah ketua See-ouw-pang itu berubah. Tiba-tiba ia memerah dan tampak tertegun, sikap dan kata-kata inipun amat bersungguh-sungguh. Dan ketika ia terbelalak karena Peng Houw tak tampak bohong, keraguan mulai muncul maka pemuda itu sudah menghadapi Siang-mouw Sian-li

"Dan kau," Peng Houw beralih bicara, "kau pun tak benar, Siang-mouw Sian-li. Kau membabi-buta membela sumoimu yang salah. Tahukah kau bagaimana asal mula kejadiannya."

"Kau mempermainkan sumoiku, menggagahinya. kau tak malu bertanya tentang ini Peng Houw. Kau tak layak menyandang nama besar Naga Gurun Go-bi!"

"Hm, ini lagi omongan jahat. Siapa yang berkata seperti itu, Sian-li, apakah sumoimu sendiri. Kalau benar begitu maka Hong Cu gadis tak tahu malu!"

"Tutup mulutmu, beranikah kau ku adu!"

"Hm, kenapa tidak? Aku ingin menjelaskan secara benar!" dan ketika Peng Houw habis bicara tiba-tiba Siang-mouw Sian-li membentak dan membalik ke belakang, berseru, "Hong Cu, keluarlah. Katakan bahwa benar Naga Gurun Gobi ini bukan orang yang memperkosamu!"

Tangis dan jerit lirih terdengar. Hong Cu, yang bersembunyi dan mengintai tak jauh dari situ sudah digapai sucinya. Ia berkelebat dan bukan mendekati malah lari. Dan ketika sucinya tertegun kenapa sang sumoi tak datang ke situ, ia ingin memaki-maki Peng Houw maka Peng Houw terkejut tapi tiba-tiba tertawa mengejek. Hong Cu kiranya bersembunyi dan menyuruh dua orang ini menghadapinya.

"Hm!" Peng Houw naik darah dan bangkit kebenciannya. "Kau di sini mengadu domba dan melepas fitnah, Hong Cu. Jangan pergi dan katakan bahwa aku bukan pemerkosa mu!"

Gadis itu menjerit. Peng Houw menyambar dan tiba-tiba sudah mencengkeram punggungnya, demikian cepat dan kuat hingga ia tak mungkin berkelit lagi. Dan ketika Peng Houw melempar dan membantingnya ke tanah, di depan dua orang itu akhirnya Siang-mouw Sian-li berkelebat sementara gadis ini tersedu-sedu.

"Sumoi, katakan bahwa pemuda ini mengganggumu. Katakan bahwa ia telah membuatmu malu habis-habisan!"

"Benar, ia... ia memang telah membuatku malu habis-habisan, suci. Tapi aku tak pernah mengatakan bahwa ia menggagahiku!"

Apa? Kau....?"

"la memang membuatku malu, suci, ia jahanam keparat. Tapi kau mendengar cerita yang salah dari anak-anak murid Sin-hong-pang. Kau menyimpulkan sendiri penderitaan yang kualami dengan dugaanmu. Aku tak pernah mengatakan bahwa Peng Houw menggagahiku. la... ia hanya menoloak cintaku!"

Siang-mouw Sian-terkejut. Peng Houw yang merasa marah dan tadinya ingin menghajar gadis ini mendadak tertegun juga. Sekarang barulah dia mengerti bahwa terjadi kesalahpahaman di sini. Peristiwa yang di alami Hong Cu ternyata ditafsirkan terlalu jauh, gadis itu tak pernah berkata digagahi, murid dan ketua Sin-hong-pang ini sendirilah yang mengira begitu. Dan ketika wanita itu terkejut dan berubah.

Hong Cu bangkit berdiri maka gadis itu tersedu melarikan diri, jatuh bangun. "Suci, mengorek-ngorek lukaku. kau tentunya tahu perasaan wanita. Biarlah aku pergi dan jangan cari!"

"Hong Cu...!"

Namun gadis itu lenyap di luar hutan. Setelah ia memberi tahu dan ketuanya tertegun maka Siang-mouw Sian-li sadar dan berubah. Wajahpun seketika menjadi merah. Dan ketika ia mendesah dan merasa bersalah, Peng Houw dituduhnya begitu buruk mendadak wanita inipun berkelebat dan tidak permisi lagi kepada Peng Houw.

Ning-Pangcu kembali terkejut dan terbelalak. Apa yang didengar dari Hong Cu ternyata merobah semuanya. la pun mengira pemuda ini seorang kotor, bejat. Tapi dengan Siang-mouw Sian-li yang pergi tanpa pamit maka ketua See-ouw-pang ini menjura dan mulai terkikis lagi kebimbangannya kepada Peng Houw.

"Maaf," katanya dengan suara perlahan "Kiranya benar telah terjadi kesalah pahaman Peng-taihiap. Aku juga terlalu jauh berprasangka kepadamu. Baiklah aku pulang dan akan kuselidiki nasib pamanku di sana. Terima kasih atas kemurahanmu dan mudah-mudahan kau benar. Aku pergi."

Peng Houw tak bernafsu lagi menanggapi pria gagah ini. Dia terlanjur mendongkol dan kecewa oleh segalanya itu. la marah tapi juga mulai dapat memaaafkan Hong Cu, kiranya Hong Cu membiarkan saja semua kesimpulan diambil orang lain, tanpa memberi tahu duduk persoalan sebenarnya. Dan karena ia dapat memaklumi betapa robek menceritakan kegagalan cinta, gadis itu terpaksa memberi tahu setelah dipojokkan maka Peng Houw pun masuk lagi ke dalam guha dan duduk meneruskan samadhinya.

Namun kali ini ia gagal. Gangguan demi gangguan yang diterimanya dirasa terlalu berat. Ia khawatir orang lain datang mengganggu lagi. Maka ketika ia menghela napas dan menampar dinding guha, tapanya gagal iapun berkelebat tak jadi meneruskan samadhi di situ.

Peng Houw meninggalkan tempat itu mencari yang lain, teringat Lam-hai (Laut Selatan) dan kesitulah dia bergerak. Dan ketika titik putih keluar dari hutan untuk akhirnya lenyap seperti kunang-kunang, hutan itu sepi kembali maka Naga Gurun Go-bi ini gagal menyelesaikan tapanya. Kandas gara-gara Ban-tok Wi Lo dan Hong Cu!

* * * * * * * * * *

Tak dapat dibayangkan betapa hancurnya perasaan gadis Sin-hong-pang ini. Hong Cu lari meninggalkan hutan dengan tangis tak berkesudahan. Tapi ketika semalam ia masuk keluar hutan menyeberangi jurang, juga dua buah sungai melalui perahu nelayan maka pagi itu di saat ia berjalan terhuyung menutupi muka mendadak dua orang muncul di depannya sambil terkekeh.

"Maaf, heh-heh... rupanya kau baru dilanda duka, nona. Semalam. menangis tiada henti membuat kami terbawa. Eh, bolehkah kami tahu apa kesusahanmu? Apakah ayah atau ibumu meninggal? Atau barangkali kau ditinggal kekasih?"

"Ha-ha, semuanya bisa benar. Eh, kami dua bersahabat Mo Hong dan Gin Sam sanggup membantumu, nona. Biarlah kami menghibur dan katakan apa kesusahanmu. Kalau ada orang mengganggu biar kami cari, kalau ada kekasih hilang biar kami penggantinya, ha-ha!"

Hong Cu terbelalak. la terkejut melihat dua orang ini karena itulah orang-orang yang seperahu dengannya. Tadi di tengah sungai itu ia menyeberang, bersama orang-orang lain termasuk dua lelaki ini. Dan ketika ia berhenti dan tentu saja panas mendidih, jelas mereka ini bukan orang baik-baik maka ia menghapus air matanya dan membentak,

"Kalian orang-orang kurang ajar bicara apa? Kalian mengganggu dan mengikuti aku? Pergilah, pergi, tikus-tikus busuk. Atau nanti kuhajar dan kalian tinggal nama!"

"Ha-ha, galak, seperti yang kita duga. Eh, bagaimana pendapatmu, Mo-twako. Apakah dalam kemarahannya ini ia tidak semakin cantik!"

"Aduh, cantik sekali, semakin mempesona. Hati-hati, aku tak tahu dari mana ia,Sam-te, tapi hati-hati karena pedang dipunggungnya itu. Eh, ia melotot!"

Dua lelaki itu tertawa-tawa. Mereka adalah kawanan bajak sungai yang pagi itu sebenarnya sedang mencari mangsa, bukan gadis melainkan hartawan atau orang-orang kaya yang biasanya menyusuri sungai dengan kereta. Tadi ada terdengar derap sebuah kereta tapi perhatian mereka tertuju kepada gadis Sin-hong-pang ini, gadis yang sembab tapi cukup cantik jelita.

Dan karena teman-teman mereka yang lain pasti akan mendengar derap kereta itu, biarlah dihadang dan mereka mendekati gadis ini maka pagi itu di kala Hong Cu sendirian dan sudah melanjutkan perjalanannya tanpa tujuan sengaja dihadang dan digoda. Dan Hong Cu tentu saja marah.

"Hm, kalian tikus-tikus busuk dari mana. Sekali lagi pergilah dan jangan mengganggu aku!"

"Wah, pergi? Ha-ha, asal diberi sekali ciuman tentu aku pergi, nona. Kami ingin menghiburmu dan meringankan kesusahanmu!"

Hong Cu tak sabar lagi. Ia maklum bahwa orang-orang seperti ini harus diberi adat, percuma bicara baik-baik. Maka begitu membentak dan mengayunkan kaki ke depan iapun sudah menendang lawan di sebelah kiri sementara yang baju hitam mendapat kepalan tangannya yang kecil kuat.

"Baiklah, kalau begitu kalian mampus des-dukk!"

Dua lelaki itu berteriak dan terlempar. Mereka tak menyangka kecepatan gerak ini karena mengira Hong Cu akan mencabut pedang. Maka ketika gadis itu justeru mempergunakan kaki tangannya menyerang lawan, cepat dan sebat maka dua anggauta bajak ini terbanting. Yang kena tendang mengusap perutnya sementara yang kena tinju terbungkuk-bungkuk, sesak napas!

Tapi karena mereka orang-orang yang cukup kuat dan terlatih, sempat juga mereka berkelit sedikit maka keduanya menjadi marah dan melompat bangun. Yang berjanggut pendek mendesis dan masih mendekap bagian lambungnya.

"Heh, siluman betina liar. Kau tak dapat dihibur baik-baik, nona. Baiklah kami memaksamu dan lihat siapa yang roboh!"

Hong Cu mendengus. Lengah oleh kedukaan sendiri membuat ia tak tahu dikuntit orang, apalagi oleh pria macam dua laki-laki yang menyebalkan ini. Maka ketika dua orang itu mencabut golok dan menyerangnya, kemarahannya makin berkobar saja, Ia pun mengelak dan kaki berputar menghajar dari kiri Kanan.

"Aduh... des-bluk!"

Ternyata dua lelaki itu hanyalah orang-orang kasar yang bertampang seram saja. Mereka tak memiliki kepandaian berarti dan Hong Cu melampiaskan gemasnya. Ia membuat dua lawannya terlempar dan golokpun mencelat dari tangan. Lalu ketika ia berkelebat dan menyambar dua golok itu, menimpukkannya maka golok menancap di pundak dua laki-laki itu dan tentu saja mereka menjerit.

Tak ada jalan lain bagi mereka kecuali melarikan diri. Tak mereka sangka bahwa gadis itu demikian lihai. Dan ketika masing-masing roboh namun meloncat bangun lagi, lari tunggang-langgang maka mereka tak sadar membawa golok yang masih menancap di pundak.

Hong Cu geli. Tiba-tiba kedukaannya lenyap oleh pemandangan lucu itu, sejenak ia terkekeh. Tapi ketika terdengar derap kereta dan seseorang muncul di jendela mungil, dua ekor kuda meringkik dan berhenti di dekatnya maka Hong Cu tertegun melihat seorang pemuda buta menggapai padanya.

"Nona, tempat ini tak aman. Kau telah merobohkan dua anggauta bajak sungai. Cepatlah naik ke keretaku dan jangan biarkan yang lain datang!"

Hong Cu tertegun. Dia tak tahu siapa pemuda buta itu namun melihat keadaannya yang menyedihkan tiba-tiba ibapun timbul. Tapi terkejut bagaimana si buta itu tahu segalanya, seakan orang melek maka ia pun terheran. "Eh, bagaimana kau tahu aku telah menghajar dua orang, kongcu? Siapa kau dan kenapa menaruh perhatian kepadaku?'

Wajah tampan namun buta itu tiba-tiba tersenyum. Hong Cu berdetak melihat senyum itu, darah rasanya berdesir. Dan ketika ia heran dan berdegup tak keruan maka pemuda itu menggapai padanya, kusir kereta yang berupa seorang bocah berusia belasan tahun menjeletarkan cambuknya.

"Tak ada waktu untuk bicara lagi, muridku memberi tanda bahaya. Ayo, masuk dan cepatlah, nona. Atau aku pergi dan kau sendiri!"

Entah kenapa tiba-tiba Hong Cu melompat. Ia mengangguk dan lupa bahwa si buta itu tak dapat melihat. Ia heran dan aneh serta merasa tertarik sekali bahwa bocah yang menjeadi kusir itu ternyata adalah murid si buta ini. Heran, orang buta dapat mempunyai murid! Dan karena gerak-gerik serta wajah si buta ini demikian memikat hatinya, entah kenapa Hong Cu tak ragu melompat masuk maka iapun sudah di dalam karena pintu kereta terbuka.

"Suhu, belasan orang mendatangi dari depan. Apakah kutabrak dan kuhajar saja mereka itu!"'

Si buta tertawa. "Larikan kereta dan biar dikejar, Siauw Lam. Cari tempat lapang dan berhenti di situ."

"Suhu ingin aku main-main di situ?"

"Kalau kau sedang gembira. Kalau tidak boleh terus larikan kereta dan jangan hiraukan cecunguk-cecungulk busuk itu!"

Hong Cu terkejut dan semakin heran, Suara anak laki-laki yang nyaring di depan itu jelas suara anak laki-laki yang amat pemberani, dia kagum. Tapi mendengar betapa anak itu akan menabrak orang-orang di depan, berarti memiliki watak kejam maka dia bergidik juga. Dan keretapun tiba-tiba disentak dan dihela kuat, Hong Cu sampai hampir terlempar dari tempat duduknya...


Kabut Di Telaga See-ouw Jilid 02

Cerita Silat Mandarin Serial Bu-beng Sian-su Karya Batara

Kabut Di Telaga See-ouw Jilid 02


"TAIHIAP memanggilku? Taihiap butuh pertolonganku?"

"Ah...!" Peng Houw tertegun, sinar bulan menerobos masuk dan menyinari wajah gadis itu, wajah yang agak sembab deņgan rambut yang sedikit kusut, wajah yang memelas dan penuh iba. Wajah orang jatuh cinta! Lalu ketika pemuda itu tertegun dan membelalakkan mata, sama sekali tak disangkanya gadis Sin-pang ini berada di sini maka Hong Cu masuk dan berjalan sedikit tersipu, wajah itu memerah namun sinar matanya berseri-Seri hangat!

"Maaf, taihiap, aku menjagamu agar tak ada orang lain masuk. Aku khawatir kakek bongkok itu datang mengganggu lagi. Aku ingin kau tenteram dan tenang. Lanjutkanlah samadhimu!"

"Tidak!" Peng Houw tiba-tiba melompat turun, menggeleng dan tergetar, sikap dan kata-kata itu jelas membuatnya takut sekali. "Kau tak boleh di sini, Hong Cu, kau jelas mengganggu samadhi-ku. Mana mungkin bersamadhi kalau bayangan wajahmu mengusik aku!"

"Ah, taihiap teringat aku? Jadi... jadi taihiap juga selalu terbayang seperti aku tak dapat melupakan taihiap?"

"Hong Cu!"

"Terima kasih! Ooh, aku... aku juga tak dapat melupakanmu, taihiap. Aku juga selalu terbayang-bayang dirimu. Aku tak dapat meninggalkan tempat ini!" dan Hong Cu yang menubruk dan tersedu gembira tiba-tiba saja memeluk dan menangis di dada Peng Houw, salah mengerti dan mengira Peng Houw terbayang-bayang seperti dirinya, menyambut dan membalas cintanya padahal yang dimaksud pemuda itu adalah sebaliknya.

Peng Houw terganggu justeru oleh bayangan gadis ini, gadis yang kuat mengeluarkan getaran cintanya itu hingga samadhinya kacau! Maka ketika ditubruk dan gadis ini malah tersedu-sedu gembira, memeluk dan mendekapnya begitu ketat maka Peng Houw kebingungan dan panas dingin oleh tubuh yang lunak hangat itu, memandang dan saat itu Hong Cu mendongakkan kepala, bibir yang bergerak-gerak basah itu bahkan semakin salah mengerti.

Pipi yang sembab oleh air mata itu tiba-tiba malah berkilau di dalam guha yang remang-remang. Dan ketika Peng Houw masih berada di antara bingung dan jengah, sejenak ia tak dapat melakukan apa-apa maka gadis Sin-hong-pang yang jatuh cinta berat untuk pertama kalinya ini tak dapat menahan diri dan...cup, mencium pipi Peng Houw.

"Ah!" Peng Houw serentak berseru dan kaget bagai dipagut ular berbisa. Ciuman panas yang penuh cinta kasih dan disangka mendapat sambutan itu hampir saja disusul oleh ciuman lain. Hong Cu begitu gembira menyangka disambut cintanya. Siapa tidak bangga dan bahagia sebagai kekasih Naga Gurun Gobi! Tapi ketika Peng Houw memberontak kuat dan gadis itu terpelanting menjerit, Hong Cu kaget bukan main maka pemuda itu berseru bahwa mereka tak boleh berbuat begitu.

"Tidak, tak boleh. Aku, ah.... aku tak menyambut cintamu, Hong Cu. Aku terbayang justeru terganggu. Kau... pikiranmu, ah getaran pikiranmu mengganggu aku, Hong Cu, mengacau konsentrasiku. Kau harus pergi dan jangan di sini. Keluarlah!"

Gadis itu terpekik. Sikap dan kata-kata Peng Houw yang seperti itu bagaikan sembilu merobek-robek hatinya. Ia berdarah, luka! Lalu ketika ia terhuyung bangun dan Peng Houw menyuruhnya keluar, telunjuk pemuda itu menggigil ke depan maka Hong Cu bagai ditampar saja.

"Hong Cu, aku.... aku sudah beristeri. Aku juga sudah mempunyai anak. Keluarlah dan lupakan semua ini. Biarkanlah aku sendiri!"

Jerit dan luka pedih terdengar dari mulut gadis itu. Hong Cu semakin robek dan tersayat-sayat, kata demi kata yang keluar dari mulut Peng Houw seakan palu godam yang bertubi-tubi menghantam perasaannya. Lalu ketika ia melengking dan berkelebat keluar, Peng Houw mengusirnya maka gadis ini tersedu dan mengguguk di sana. Cinta yang ditolak mentah-mentah tiba-tiba berbalik menjadi benci yang meluap-luap, berkobar, mendidih!

"Peng Houw, kau... kau laki-laki jahanam. Kau mempermainkan aku. Kau menusuk-nusuk hatiku setelah semula manis dan lembut. Ooh, biar aku mati, manusia keparat. Biar aku mati... dukk!"

Peng Houw terkejut meloncat keluar. Gadis Sin-hong-pang itu ternyata menumbukkan kepalanya di sebatang pohon, gagal dan menumbukkan lagi namun untuk yang ketiga kali Peng Houw berkelebat menyambar. Pemuda ini menampar hingga Hong Cu terbanting dan mengeluh. Peng Houw tak ingin gadis itu bunuh diri. Tapi ketika Hong Cu mengguguk dan meloncat bangun lagi, beringas, mendadak gadis itu berteriak dan menumbukkan kepalanya di perut Peng Houw.

"Kalau begitu biar aku mati ditanganmu... mati di tanganmu!"

Peng Houw berkelit dan menotok pundak itu. Baginya mudah saja mengelak serangan ini dan melumpuhkan. Tapi ketika Hong Cu berteriak-teriak dan roboh di tangan Peng Houw, pemuda itu bingung menghadapi sikap histeris ini maka gadis itu memaki-maki dan meludahi Peng Houw. Tak ada jalan lain bagi pemuda ini kecuali menotoknya pingsan, gadis itu harus dItenangkan dulu. Dan ketika Hong Cu roboh dan tidak bergerak-gerak lagi, semua caci-maki dan keributan lenyap maka Naga Gurun Gobi ini mengusap keringat yang terasa dingin!

Murid mendiang Ji Leng Hwesio ini bingung. Mau diapakan gadis Sin-hong-pang ini? Dilempar dan dibuang keluar hutan? Rasanya tak berperikemanusiaan. Lalu diapakan? Biar di situ dan sadar untuk kemudian mengamuk dan mencaci-maki lagi? Dia yang tak tahan! Dan ketika Peng Houw tepekur dan duduk serba salah, samadhinya benar-benar kacau maka berkelebat banyak bayangan dan tahu-tahu belasan wanita-wanita cantik mengepungnya.

"Ini enci Hong Cu. Keparat, ia ditawan musuh!"

"Ah, dan rupanya pemuda ini jai-hwa-cat (penjahat pemerkosa wanita). Jahanam, bunuh dan rampas enci Hong Cu!"

Peng Houw terkejut. Ia baru saja duduk dan tepekur memandang gadis Sin-hong-pang itu ketika tiba-tiba saja gadis-gadis atau wanita- wanita muda ini muncul. Mereka cantik-cantik namun berwajah beringas, tentu karena melihat Hong Cu itu. Dan belum ia meloncat bangun tahu-tahu mereka itu sudah menyerang dan membentaknya.

"Jai-hwa-cat, kau kiranya penculik enci Hong Cu. Setelah dibawa Ban-tok Wi Lo kau kiranya membawanya ke sini. Ah, mana tua bangka Ban-tok Wi Lo itu dan kau tentu temannya!"

Peng Houw sudah diserang dan pedang serta serangan lain menyerbunya ganas sekali. Mereka ini ternyata adalah wanita-wanita Sin-hong-pang dan mereka kini menemukannya disitu. Tadi jerit dan teriakan Hong Cu terdengar, gadis-gadis Sin-hong-pang itu memang mencarinya karena selama tiga hari ini Hong Cu tak pernah pulang. Gadis yang sedang kasmaran (tergila-gila) kepada Peng Houw itu dicari dengan sibuk, para sumoinya tentu saja khawatir. Dan ketika mereka mendapatkan Hong Cu di situ sementara Peng Houw duduk tepekur seolah berjaga, dugaan apalagi kalau bukan yang buruk.

Maka para murid Sin-hong-pang ini menjadi marah dan langsung menyerang Peng Houw dengan beringas. Hal ini mengejutkan Peng Houw namun dengan cepat pemuda itu mengelak dan menangkis, berseru menghalau semua senjata dan cepat meloncat bangun. Pedang para wanita itu terpental. Tapi ketika mereka melengking dan marah menyerang lagi, Peng Houw dimaki-maki maka pemuda itu terbelalak dan tiba-tiba mengibaskan ujung lengan bajunya, membentak.

"Nona-nona, tunggu. Aku bukan jai-hwa-cat. Hong Cu kutolong dari kekejian Ban-tok Wi Lo dan tahan semua senjata kalian!"

Para gadis menjerit. Pedang mereka mencelat ketika kali ini dikibas pemuda baju putih itu, semua berteriak dan terpelanting. Dan ketika Peng Houw bergerak dan menotok mereka, cepat sekali maka semuanya roboh dan tak satupun dapat bangkit berdiri.

"Maaf, ini buktinya. Kalau aku berniat jahat tentu kalian tak sekedar kurobohkan, tentu kubunuh. Nah, aku bukan jai-hwa-cat dan justeru kebetulan kalian berada di sini. Hong Cu kuselamatkan dari kakek bongkok itu, Ban-tok Wi Lo sudah pergi. Dan karena kalian ada di sini sekarang bawalah gadis itu dan kembalilah ke Sin-hong-pang!"

Peng Houw membebaskan lagi totokannya dan belasan gadis itu tertegun. Mereka seakan tak percaya akan kelihaian pemuda ini karena begitu mudahnya pemuda itu merobohkan mereka. Sekejap tadi pundak mereka seakan disentuh ujung jari yang mengeluarkan getaran listrik, menyengat dan mereka tahu-tahu lumpuh. Tapi begitu dibebaskan lagi dan semuanya berlompatan bangun, ragu dan takjub menjadi satu. Tiba-tiba seorang di antaranya berseru,

"Sobat, kalau begitu kenapa kami tadi mendengar jeritan dan makian enci Hong Cu. Kalau ia tak kau ganggu tak mungkin berteriak- teriak sampai kami dengar. Nah, jawablah kenapa begitu dan kenapa pula enci Hong Cu sekarang pingsan!"

"Hm! Peng Houw terkejut, mukanya merah, tentu saja. tak mungkin memberi tahu itu karena ini persoalan pribadi. Hong Cu marah-marah karena ia menolak cintanya, tak mungkin ia memberi tahu karena selain tak gampang dipercaya juga bakal mencoreng arang di wajah gadis itu sendiri. Betapapun ia harus menjaga muka, itu rahasia Hong Cu.

Tapi karena sekarang ia dituntut menjawab sementara jawaban tak segera datang maka wajah pemuda ini yang menimbulkan curiga gadis-gadis itu menjadikan mereka marah dan merasa ditipu. Wajah Peng Houw yang memerah dianggap sedang mencari alasan dan hendak menyembunyikan pikiran kotor.

"Kalau begitu kau bohong!" bentakan itu meleedak lagi. "Kau mencari-cari dan hendak mengada-ada, sobat. Betapapun lihainya kau namun kami dari Sin-hong-pang tak boleh kau permainkan. Serbu, bunuh pemuda ini!"

Peng Houw gugup dan bingung sekali. Gadis yang membentak itu sudah mengajak teman-temannya dan mereka mengangguk. Apa yang dilihat dan dirasa memang benar, mereka curiga kembali kepada Peng Houw. Maka begitu membentak dan maju menyerang Peng Houw, gadis-gadis Sin-hong-pang itu marah lagi maka merekapun menyerang dan Peng Houw berkelit dan berseru mengangkat tangannya.

"Heii, nanti dulu. Dengar dulu omonganku. Aku tidak mengada-ada atau menipu. Tahan, biarkan aku bicara lagi...plak-plak-plak!" dan Peng Houw yang menangkis dan menghalau semua senjata akhirnya kembali membuat gadis-gedis itu terkejut namun kekaguman dan keterkejutan mereka berbalik menjadi rasa guaar.

Pemuda selihai ini ternyata hendak berbuat kotor, menipu dan mencari-cari alasan untuk mengelabuhi mereka. Maka ketika membentak dan menerjang kembali, gadis-gadis itu kalap maka Peng Houw merasa tak ada jalan lain kecuall membalas dan merobohkan mereka. Pemuda ini berteriak sia-sia sementara hujan senjata masih terus menyambar. Namun ketika dia membentak dan mengibaskan lengannya, pedang kembali mencelat maka Peng Houw menggerakkan ujung jari dan sekali dia menotok maka belasan gadis itu roboh serentak.

"Baik, aku tak dapat membujuk kalian. Robohlah dan biarkan aku bicara!"

Para gadis mengeluh tertahan. Pedang yang terlepas dari tangan membuat ma-sing-masing terkejut, namun belum hilang kagetnya tiba-tiba pundakpun tertotok lumpuh. Satu demi satu terjerembab dan berdirilah Peng Houw mengusap keringat. la bukan takut menghadapi lawan-lawannya ini melainkan oleh kesalahpahaman itu. Urusan bisa merembet panjang. Maka ketika semua roboh dan ia berdiri dengan muka bingung, merah, berkatalah Peng Houw dengan suara lantang bahwa ia tak menipu.

"Kalian menyulitkan aku, tapi boleh percaya boleh tidak. Aku tak mengganggu gadis ini dan, kalian ambil kalau kalian mau. Bukti bahwa aku tak mencelakai kalian sudah lebih dari cukup, selanjutnya kalian tanya sendiri enci kalian Hong Cu itu dan jangan menuduh aku macam-macam!"

Peng Houw membebaskan Hong Cu dan merasa bahwa inilah satu-satunya jalan. Ia harus meyakinkan gadis-gadis Sin-hong-pang itu dan kebimbangan kembali membayang. Sikap Peng Houw yang sungguh-sungguh membuat para gadis itu percaya lagi, meskipun setengah. Dan ketika Peng Houw mengurut leher gadis itu dan membebaskan alam kesadarannya, seorang di antara gadis Sin-hong-pang itu berseru agar mereka dibebaskan juga, tak akan menyerang kalau Hong Cu dibebaskan maka Peng Houw mengangguk dan membebaskan lagi gadis-gadis itu.

"Baik, tapi janji harus dipegang teguh. Siapa melanggar akan kulempar sampai keluar hutan!"

"Kami tak akan menyerangmu kalau kau benar. Kalau enci Hong Cu sudah bicara dan membenarkan kata-katamu kami tak akan membuta, sobat. Tapi kalau kau bohong biarpun harus mati kami juga tak akan menyerah!"

Peng Houw bersungut. Sekarang semua gadis-gadis itu dibebaskannya kembali termasuk Hong Cu. Gadis yang pingsan dan kini diurut itu membuka matanya, siuman. Tapi begitu Hong Cu meloncat bangun tiba-tiba ia berteriak, matanya bertemu Peng Houw.

"Orang she Peng, kau boleh membunuh aku. Biar aku mati di tanganmu atau kau yang mampus di tanganku!"

Peng Houw terkejut. Ia sudah merasa khawatir kalau gadis Sin-hong-pang ini kalap. la justeru sedang diuji oleh gadis-gadis Sin-hong-pang yang lain. Maka begitu Hong Cu menyerangnya dan tak melihat saudara-sauda yang lain di situ, rupanya kebencian dan kemarahannya begitu meledak maka ia menyerang dan ini membuat alis murid-murid Sin-hong-pang berkerut. Peng Houw bisa dianggap bohong!

Akan tetapi Peng Houw tentu saja dengan mudah menghindari serangan ini. Ia berseru memperingatkan lawannya agar tidak menyerang, di situ terdapat murid-murid Sin- hong-pang yang lain. Dan ketika Hong Cu menoleh dan baru sadar bahwa di tempat itu ada teman-temannya yang lain, terkejut maka gedis ini malah menyerang lebih hebat dan membentak teman-temannya itu agar membantu dia membunuh Peng Houw.

"Bagus, kalian di sini rupanya. Bantu aku, Siok Hoa, robohkan dan bunuh jahanam ini!"

Siok Hoa, gadis yang tadi menyudutkan Peng Houw mendadak menyambar pedangnya lagi. Gadis ini jadi terkejut bahwa Hong Cu kalap menyerang Peng Hou. Ini diartikan sebagai pemuda baju putih itu tak benar. Ia telah dibohongi. Tapi ketika gadis itu hendak bergerak dan semua yang lain juga hendak menerjang maka, Peng Houw tentu saja marah maka pemuda ini membentak gadis-gadis itu agar bertanya dulu pada Hong Cu.

"Berhenti, jangan menyerang. Tanya dulu saudara kalian ini nona-nona. Apakah benar aku mengganggunya!"

Siok Hoa tertegun. Kemarahan yang sudah berkobar jadi surut lagi, bentakan atau suara Peng Houw itu sungguh-sungguh. Dan ketika yang lain juga terkejut dan tertegun, kebimbangan kembali mengganggu maka Siok Hoa berseru pada Hong Cu apakah Peng Houw telah mengganggunya.

"Maaf, benarkah pemuda ini bukan jai-hwa-cat. Kami jadi bingung melihat sikapnya, enci Hong Cu. Bagaimana kau marah-marah kepadanya sementara dia berkata telah. menolongmu dari tangan Ban-tok Wi Lo?"

"Jangan dengarkan ocehannya. la telah menghina dan mempermalukan aku, Siok Hoa . Serang dan robohkan pemuda ini. Bunuh!"

"Apakah dia telah memperkosamu!"

"Keparat, jangan tanya macam-macam Siok Hha. Kau harus dapat mengartikan sendiri kemarahanku. Maju dan cepat bantu aku atau biar aku mampus di tangannya...plak-dess!"

Hong Cu terbanting dan menjerit bergulingan, roboh ditampar Peng Houw dan gadis itu tidak menunggu Waktu lagi. Siok Hoa membentak dan menyerang Peng Houw, dan ketika yang lain juga berseru dan menerjang pemuda itu maka Peng Houw terbelalak karena sudah dikeroyok belasan gadis-gadis Sin-Hong pang ini, masing-masing memekik dan lebih percaya Hong Cu.

"kau menyembunyikan persoalan. Baik. kau membuatku marah, Hong Cu. Aku akan menghajarmu dan yang lain-lain ini. Pergilah, aku tak mau bicara lagi!" dan Peng Houw yang gusar tak mampu menahan diri lagi akhirnya membentak dan berkelebat mengibaskan kedua lengan bajunya. Disambar sebelah lengan baju saja gadis-gadis Sin-hong-pang itu sudah menjerit, apalagi dua lengan baju sekaligus.

Maka ketika mereka terlempar dan berteriak dengan pekik tinggi, melambung melampaui pohon-pohon besar maka Hong Cu dan teman-temannya ini tak ayal lagi mencelat dan tertiup bagai disapu angin kencang. Peng Houw telah habis sabar dan terhembuslah gadis-gadis itu menjauhi guha. Mereka melayang dan jatuh di luar hutan, puluhan meter dari tempat itu.

Di mana semuanya tentu saja berteriak ngeri. Dan ketika masing-masing berdebuk dan menjerit kesakitan, untung Peng Houw tidak mengerahkan semua tenaganya maka hanya Hong Cu yang terbanting dan pingsan di sana. Gadis itu memang mendapat hajaran paling keras dibanding yang lain-lain.

Peng Houw jengkel sekali kepada gadis yang satu ini. Maka ketika gadis itu terlempar dan terbanting di sana, di luar hutan maka gadis-gadis Sin-hong-pang yang lain menjadi ngeri dan gentar sekali berhadapan dengan pemuda baju putih itu. Mereka tak tahu bahwa yang dihadapi adalah Naga Gurun Gobi, tentu saja bukan tandingan mereka.

Dan ketika kesaktian itu cukup membuat gentar, Siok Hoa terbanting di sebelah Hong Cu maka gadis yang mengeluh namun dapat terhuyung bangun ini menyambar temannya. la melihat Hong Cu masih hidup, teman-teman yang lain juga masih hidup dan mereka berloncatan bangun, jatuh dan bangun lagi dan akhirnya terhuyung-huyung pucat memandang ke dalam hutan, gentar terhadap lawan yang demikian hebat itu.

Dan ketika Siok Hoa tertegun karena ini bukti kemurahan pemuda baju putih itu, mereka semua selamat kecuali Hong Cu yang pingsan maka gadis ini tiba-tiba berseru agar mereka mundur dan kembali ke Sin-hong-pang. Kebimbangan dan kebingungan melanda hati gadis ini.

"Mundur, kita pergi. Menjauh dari sini dan kita bawa enci Hong Cu. Lapor kepada ketua!"

Semua mengangguk dan pucat. Ajakan itu tentu saja disambut baik dan bergeraklah murid- murid Sin-hong-pang itu meninggalkan hutan. Mereka tak akan lupa seumur hidup terhadap lawan mereka itu, lawan yang tak mereka kenal. Dan ketika semua melarikan diri jatuh bangun, tak ada lagi yang menoleh ke hutan maka di sana Peng Houw menerik napas dalam-dalam dan gemas serta menyesal sekali akan semua kejadian iní. Dan dia pun mengutuk kakek bongkok Ban-tok Wi Lo yang menjadi gara-gara itu.

Kenapa kakek itu harus datang ke guhanya? Dan lebih sial lagi, kenapa membawa Hong Cu hingga gadis itu malah jatuh hati kepadanya? Dan tak sedap membayangkan kenekatan Hong Cu, gadis yang patah hati itu bisa seperti orang yang tidak waras maka timbul keinginan Peng Houw untuk pergi dan meninggalkan guha mencari tempat lain.Dia masih belum mendapatkan titik petunjuk dari usahanya bersamadhi.belum menemukan titik-titik cahaya itu.

Tapi ketika ia bergerak dan ingat wejangan mendiang gurunya maka pemuda itu tertegun dan tak jadi pergi. Dulu gurunya pernah berkata bahwa di manapun orang bertapa tak mungkin terlepas dari gangguan. Itulah yang namanya cobaan. Biar di ujung dunia sekalipun pasti tak bakal lolos, gangguan atau godaan pasti selalu ada.

Maka urung dan tak jadi mencari guha baru pemuda inipun masuk lagi dan. duduk bertapa,mengusir semua kenangan-kenangan buruk dan tak sadar bahwa dari peristiwa ini bakal berekor panjang yang mengguncang nama baiknya.

* * * * * * * *

"Katakanlah, siapa yang mengganggumu dan akan kucari orang itu sampai dapat. Heh, hentikan tangismu, Hong Cu. Aku sudah datang dan tak akan membiarkan nama baik Sin-hong-pang tercemar!"

Seorang wanita gagah berusia empat puluhan tahun berdiri tegak di depan Hong Cu. Wanita ini menyanggul rambutnya tinggi di atas kepala dan sepasang matanya yang berapi dan bersinar-sinar itu tampak membakar wajah Hong Cu. Dia bukan lain adalah Siang-mouw Sian-li si Dewi Rambut Harum, ketua atau pimpinan Sin-hong-pang.

Dan karena pagi itu Hong Cu masih menangis terus sampai matanya sembab, cerita demi cerita dari anak murid yang lain menjadikan Wanita ini marah maka Siang-mouw Sin-li seperti yang lainnya telah menduga bahwa Hong Cu telah digagahi seorang pemuda, setelah sebelumnya dibawa dan diculik Ban-tok Wi Lo.

"Katakanlah," wanita itu sekali lagi menbentak. "Siapa pemuda itu, Hong Cu. Dan bagaimana cerita sesungguhnya bahWa ia katanya menolongmu dari tangan Ban-tok Wi Lo. Apakah dia pemuda berbulu domba yang hatinya srigala. Dan apakah kau telah diganggu pula oleh jahanam Ban-tok Wi Lo itu!"

Hong Cu tersedu-sedu. Sebenarnya, Sejak timbul kebenciannya ditolak Peng Houw ia menjadi sakit hati sekali. Cinta yang begitu diagungkan dan indah meninabobokkan tiba-tiba hancur dan lebur mendapat jawaban Peng Houw. Ia terhina, dipermainkan. Dan karena Peng Houw mula-mula diam saja dipeluk dan mendapat ciumannya, ini yang bakal membuatnya malu seumur hidup maka Hong Cu menganggap Peng Houw tak bertanggung jawab.

Kalau memang tak cinta kenapa harus menunggu dipeluk dan diciumi dulu? Bukankah Peng Houw sengaja mempermainkan dan mempermalukannya? Kalau memang tak suka seharusnya mendorong dan tak menunggu sampai ia mencium. Ah, betapa malunya teringat itu. la, gadis baik-baik Sin-hong-pang dan sumoi Siang-mouw Sian-li sampai memeluk dan menciumi lelaki. Kalau saja ia tahu Peng Houw tak menerima cintanya tentu tak sudi itu ia lakukan.

Entahlah kenapa Ia sampai begitu tergila-gila kepada Peng Houw. Mungkin di samping aib yang telah diselamatkan pemuda itu juga karena Peng Houw adalah si Naga Gurun Go- bi. Pemuda itu terkenal di seluruh penjuru dunia kang-ouw karena mendiang gurunya Ji Leng Hwesio, juga karena pemuda itu telah menjadi benteng bagi Go-bi, partai yang dulu diserbu dan diserang orang-orang jahat.

Dan karena mereka itu dipukul mundur pemuda ini, Peng Houw menggantikan kedudukan gurunya yang telah meninggal maka kesaktian dan kehebatan pemuda itu menjadi buah bibir. Dan Ban-tok Wi Lo juga begitu mudahnya dikalahkan pemuda ini.

Hong Cu benar-benar menaruh kekaguman dan rasa kagum itu ternyata berobah menjadi rasa cinta yang hebat. la begitu tergila-gila. Tapi begitu Peng Houw menolak cintanya dan ia sampai didorong terjengkang, bukan main sakit hatinya teringat itu maka kemarahan dan kebencianlah yang sekarang membakar hatinya. Dan dua hari ini ia menangis terus-teruan, sampai akhirnya suci (kakak seperguruan perempuan) dan juga ketua Sin-hong-pang itu muncul.

"Hmh, kau jangan membiarkan semua ini berlarut-larut. Jawab dan katakan kepadaku, Hong Cu, atau kau kubunuh membuat malu Sin-hong-pang!"

Hong Cu terkejut. Ia masih tak dapat bicara ketika dua kali pertanyaan itu diajukan. Tapi begitu sang ketua mengancamnya dan naik darah, ini yang ketiga kalinya ia dibentak maka Hong Cu mengangkat mukanya dan menubruk kaki ketuanya itu, mengguguk.

"Ooh, aku... ah! Apa yang harus kulakukan, suci? Dapatkah kau menangkap dan membawa jahanam itu ke mari? Ia terlampau lihai, terlampau hebat. Kau tak mungkin dapat menandingínya biarpun bukan maksudku merendahkan dirimu. Aku merasa sia-sia!"

"Tar....!" rambut itu meledak, menyambar sisi kepala Hong Cu. "Jangan mengecilkan hati sebelum kutemui pemuda itu, Hong Cu. Siapa dia dan sebutkan, jangan kira aku takut".

Dia... dia, ah...apakah suci percaya? Aku khawatir kau kaget mendengarnya, suci. Aku juga tak menyangka bahwa ia ada di sini!"

"Tak usah berpanjang mulut. Katakan siapa pemuda itu dan di mana dia sekarang!"

Hong Cu tersedu-sedu. Ia melepaskan kaki ketuanya dan membuka wajahnya. Tadi ia menutupi wajah itu dengan telapak tangan, selain malu juga karena menutup sedih. Ia terluka tapi sungguhnya masih kagum kepada Peng Houw. Namun ketika Sucinya mencengkeramnya dan mengangkatnya berdiri, Dewi Rambut Harum berapi-api maka dia mendengar desis yang membuat bulu kuduknya meremang. Sang ketua mencabut pedang dan menodongkan itu ke dadanya.

"Hong Cu, ini yang terakhir kali aku bicara. Berita tentang Ban-tok Wi Lo sudah membuatku geram. Kakek bongkok itu tak tahu malu menyerang di saat aku tak ada, kini ditambah pemuda yang katanya mempermaínkanmu itu. Nah, jawab dan terangkan siapa dia, Hong Cu. Atau enyahlah ke akherat sebagai tumbal Sin-hong-pang!"

"Dia...dia..." gadis itu mengguguk pecah lagi tangisnya. "Dia Naga Gurun Go-bi Peng Houw, suci. Dia pemuda yang mempermainkan aku itu. Dialah orangnya!"

"Peng Houw? Naga Gurun Go-bi?" ketua Sin-hong-pang tersentak dan mundur, wajah seketika berubah hebat. pemuda itu, Hong Cu? Kau tidak salah?"

"Sumpah tak akan salah, suci. Para murid lain menjadi saksi. Benar, dialah yang kumaksud, Peng Houw, si jahanam keparat!"

Pedang di tangan ketua tiba-tiba terlepas. Siang-mouw Sian-li terbelalak dan mengeluarkan Seruan tertahan. Tapi ketika berkelebat bayangan dan seorang laki-laki gagah muncul, berseru dan minta maaf maka ketua dan sumoinya itu terkejut.

"Aku sudah mendengar nama ini. Maaf aku datang mencampuri, Sian-li, kebetulan kita ada persoalan yang sama!'

Hong Cu dan Sian-mouw Sian-li membalik. Ketua Sin-hong-pang itu hampir saja marah dan memaki namun segera bersemu dadu melihat pria gagah ini. Mata yang tadi bersinar-sinar dan marah sekonyong-konyong lenyap. Ketua Sin-hong-pang itu menyambut dengan Seruan girang. Dan ketika pria gagah itu tersenyum dan mengangguk sedikit, Hong Cu tertegun maka ketuanya berseru gembira.

"Aih, Ning-pangcu (ketua Ning) kiranya. Bagus kau datang, pangcu. Sin-hong-pang sedang dihina seseorang dan sumoiku menangis terus-menerus!"

"Maaf, aku sudah dengar. Naga Gurun Go-bi Peng Houw juga membuatku tak senang, Sian-li, dan sekarang menambah ketidak senanganku dengan persoalan di sini!"

"Hm, sombong dia, rupanya terlalu mengagulkan kepandaian sendiri hingga memandang rendah orang lain. Mari kita cari dan tak perlu takut kepadanya!"

Ketua Sîn-hong-pang ini meloncat. Tidak seperti biasanya di mana tamu laki-laki bakal diusir dan malah dibunuh adalah pria gagah yang membawa cambuk itu disambut hangat. la bukan lain adalah ketua See-ouw-pang Ning Po, Cambuk Naga Hijau yang dulu dicari Ban-tok Wi Lo tapi tidak ketemu. Maka ketika ia tiba-tiba berada di sini dan langsung mencampuri urusan, Siang-mouw Sian-li tak marah dan bahkan menyambutnya hangat maka Hong Cu diam-diam menggigit bibir dan merasa pedih karena teringat keadaan sendiri.

Tidak aneh ketuanya menyambut tamu itu dengan kegembiraan dan mata berseri-seri karena sesungguhnya di antara dua orang ini memang terlibat cinta asmara. Hanya orang- orang tertentu saja yang tahu itu termasuk Hong Cu. Maka ketika ketua See-ouw-pang tiba-tiba muncul dan ketuanya menyambut hangat, kasih dan sayang di antara keduanya tak dapat disembunyikan di balik sinar mata berseri-seri maka Hong Cu justeru tertusuk dan merasa pedih. la merasa pedih akan cintanya yang gagal terhadap Peng Houw!

"Hm, bagaimana pangcu berkata seperti, itu. Apa yang dilakukan Peng Houw hingga membuatmu tak senang, pangcu.,Kesombongan apa yang dia lakukan!"

"Anak muda itu mengganggu pamanku di Kwang-tung. Ia mengejek dan mematahkan sebelah lengannya. Peng Houw sekarang sombong dan kurang ajar!"

"Ah, jadi kau pergi ke Kwang-tung? Kau meninggalkan See-ouw-pang untuk menengok pamanmu?"

"Benar, Sian-li, dan aku jadi menaruh dendam. Naga Gurun Gobi itu sudah tidak seperti dulu. Wataknya seperti penjahat! Dan ia rupanya mengganggu adik Hong Cu pula, hm, harus kita hajar dan cari dia. Hong Cu, di mana pemuda itu dan biarkan aku membantumu. Aku juga mempunyai persoalan dengan pamanku di Kwang-tung. Ingin kulihat kepandaian anak muda itu dan sanggupkah dia menerima Cheng-liong-pian ku!"

Sang ketua melepas cambuk yang melilit pinggang dan tiba-tiba menggerakkannya ke atas. Tidak terdengar suara menjeletar namun tembok tiba-tiba berlubang. Dan ketika sang ketua menyabetkannya lagi ke arah lantai, berlubang dan mengeluar asap maka Hong Cu terkejut karena kembali tak terdengar ledakan. Hasil cambuk tahu-tahu telah memakan korbannya.

"Nah, maaf kalau aku mencampuri,Hong Cu. Tapi Peng Houw juga harus berurusan denganku atas ulahnya di Kwang tung!"

Gadis ini terbelalak. la sudah mengenal pria gagah itu namun bukan kepandaiannya. Hubungan mereka yang baik tak mengharuskan mereka unjuk "gigi". Maka kini melihat hasil cambukan itu dan tembok serta lantai berlubang, cambuk tak mengeluarkan ledakan maka Hong Cu menarik napas dalam namun diam-diam masih menyangsikan kehebatan ketua See-Ouw-pang ini terhadap Peng Houw.

"la di sebuah guha di hutan selatan tempat iní. Aku dapat mengantarkan dan mudah-mudahan ia masih di sana."

"Bagus, kalau begitu mari berangkat sekarang, Hong Cu. Dan Sian-li rupanya tidak keberatan!"

"Aku tak keberatan, mari berangkat. Justeru aku ingin bertemu anak muda itu dan merasai kehebatannya!"

Akan tetapi ketika dua orang itu bergerak tiba-tiba Hong Cu berseru memanggil. "Nanti dulu. Aku... aku tak ingin bertemu dengan Peng Houw kalau tiba di sana. Kuharap pangcu dan suci berurusan sendiri saja, balaskan sakit hatiku!"

"Hm, kenapa begitu, Hong Cu. Bukankah bertiga lebih kuat!"

"Tak apa," Siang-mouw Sian-li tiba-tiba berseru. "Hong Cu rupanya masih terpukul oleh kejadian yang menimpanya, pangcu. Daripada nanti menjadi ejekan Peng Houw biarlah dia bersembunyi dan kita yang menghadapi!"

Ketua See-ouw-pang mengangguk. Akhirnya pria ini juga menyangka begitu dan setuju, memang lebih baik Hong Cu bersembunyi saja, daripada mendapat malu. Dan ketika mereka bergerak lagi, tak tahu bahwa sesungguhnya Hong Cu malu bukan untuk itu maka gadis inipun bergerak dan anak murid Sin-hong-pang terkejut karena tahu-tahu ada seorang pria telah memasuki tempat mereka, tanpa diketahui.

"Ah, siapa pria itu!"

"Benar, kita tak tahu kedatangannya!"

"Sst, itu Ning-pangcu dari See-ouw-pang, teman-teman. Jangan berisik. Mereka rupanya hendak membalas sakit hati!"

Murid Sin-hong-pang akhirnya menahan mulut. Mereka kagum dan juga heran akan adanya pria di situ. Tapi itu diketahui bahwa itulah ketua See-ouw-pang, sahabat pangcu mereka maka semua diam dan melihat kepergian tiga orang itu dengan mata penuh harap. Adanya Hong Cu di situ membuat mereka dapat menduga bahwa pimpinan tentu hendak mencari pemuda baju putih itu. 

Mereka masih tak tahu bahwa pemuda itu adalah si Naga Gurun Go-bi Peng Houw, entahlah bagaimana perasaan mereka kalau tahu. Dan ketika tiga orang itu lenyap meninggalkan Sin-hong-pang, lewat belakang maka Peng Houw tentu saja terkejut ketika samadhinya tahu-tahu kembali diganggu.

Hari itu, di kala sinar petunjuk akan datang mendadak dua bayangan berkelebat masuk. Bau harum menyambar guha namun Peng Houw tak bergeming, maklum, ia khusuk dalam samadhinya. Namun ketika bentakan dan ujung rambut menyengat kulitnya, samadhi seketika buyar maka pemuda ini terkejut membuka mata.

"Peng Houw, kau sombong dan telah menghina sumoiku. Keluarlah, aku Siang-mouw Sian-li yang akan menuntut tanggung jawab!"

"Dan aku Ning Po ketua See-ouw-pang. Kau telah menghina pamanku di Kwang-tung, Peng Houw. Keluarlah dan selesaikan urusan ini...wut!

Sebatang cambuk dilepas dan menyambar sisi telinganya. Tak terdengar ledakan tapi dinding guha tahu-tahu tergetar rontok dan berlubang. Dan ketika Peng Houw terkejut membelalakkan matanya, kembali datang maka ia melihat dua laki-laki dan wanita gagah berdiri di depannya. Guha serasa terbakar dan mendidih oleh pandang mata mereka yang berapi.

"Hm, dari mana ji-wi (kalian berdua) mengetahui aku di sini," Peng Houw meloncat turun, betapapun menjadi tak senang. "Aku dan kalian rasanya tak pernah bermusuhan, Ning-pangcu. Meski See-ouw-pang pernah kudengar kegagahannya namun justeru tak pernah kita berkenalan!"

"Bohong, omong kosong! Kau telah menghina pamanku di Kwang-tung, Peng Houw, dan tak kusangka dirimu yang segagah ini berani sehina itu, mengganggu orang tua. Nah, aku sudah di sini dan kebetulan kita bertemu. Keluarlah dan kita selesaikan di luar!"

Dan aku mewakili sumoiku Hong Cu. Keluar dan pertanggungjawabkan perbuatanmu, Peng Houw. Atau kami membunuhmu di sini dan jangan tanya dosa!"

Peng Houw terkejut. Lelap dalam samadhi dan tahu-tahu kini didatangi dua orang yang memaki-maki membuat dia berkerut kening, terkejut dan terbelalak memandang Ning-pangcu yang katanya menuntut tanggung jawabnya di Kwang-tung. Apa-apaan ini! Tapi karena dua orang itu berkelebat keluar dan menantangnya di sana, ia menahan napas mendengar urusan Hong Cu maka apa boleh buat Peng Houw berkelebat dan tahu-tahu telah nenyusul lawannya itu. (Gerakannya nyaris tak bersuara mirip hantu dibelakang Siang-mouw Sian-li maupun ketua See-ouw-Pang).

"Hm, aku tak pernah ke Kwang-tung, tak merasa menghina pamanmu. Kalau kau datang untuk urusan itu aku justeru heran, Ning-pangcu. Sedang Siang-mouw Sian-li ini tak layak membela Hong Cu yang salah. Kalian keluar dari kebenaran!"

"Keparat!" Siang-mouw Sian-li meledakkan rambut, diam-diam terkejut oleh gerakan Peng Houw yang tanpa suara. "Maling berteriak maling adalah biasa, Peng Houw, orang gagah menjadi pengecut adalah tidak biasa. Kau mengelak dari tanggung jawabmu, malah menyalahkan kami. Coba terimalah ini dan sampai di mana nama besarmu sebagai Naga Gurun Go-bi!"

Rambut menyambar dan meledak ke muka Peng Houw, cepat mengejutkan dan tidak kompromi lagi. Tapi ketika Peng Houw mengelak dan begitu mudahnya enghindar, Serangan luput mengenai angin kosong maka wanita itu melengking tinggi mengejar Peng Houw.

"Jangan mengelak, terimalah!"

Peng Houw menjadi marah. Rambut itu mengejar apalagi setelah pemiliknya bergerak, ke manapun ia menghindar tentu tak bakalan lolos. Maka membentak dan mengebutkan ujung lengan bajunya pemuda inipun sudah menangkis, berseru, "Sian-li, kau pongah. Siapa takut rambutmu dan pergilah...plak!"

Wanita itu terpental dan berteriak kaget. Peng Houw tidak mengeluarkan semua tenaganya karena menjaga muka lawan. Ketua Sin-hong-pang itu tentu bakal terpelanting kalau dia menambah tenaganya sedikit, apalagi Hok-te Sin-kang. Tapi ketika Siang-mouw Sian-li justeru penasaran dan memekik lagi, berkelebat dan meledakkan rambutnya maka dua tangannya juga menghantam dan melepas, pukulan sinkang.

"Naga Gurun Go-bi, coba terimalah sekali lagi pukulan ini. Awas!"

Peng Houw mengerutkan kening. Melihat pukulan menyambar dari dua lengan itu segera dia maklum bahwa ketua Sin-hong-pang ini cukup hebat. Pohon di belakang bergoyang disambar angin pukulan itu dan bisa roboh kalau terkena langsung. Dari sini dapat dilihat bahwa Dewi Rambut Harum ini memang hebat. Akan tetapi karena dia ingin memberi pelajaran dan apa boleh buat harus merobohkan wanita ini maka Peng Houw mengibas dan Soan-hoan-ciang atau Angin topan menangkis.

"Dess!" dan wanita itu menjerit. Siang mouw Sian-li terbanting dan terlempar dan bergulingan dan Ning Po ketua See-ouw-pang terkejut. Temannya itu terguling-guling dan mengeluh, berhenti dan menabrak pohon di sana seperti kelengar, tapi ketika pria ini berkelebat dan menolong temannya, yang juga sekaligus kekasihnya ini maka Siang-mouw Sian-li pucat terhuyung bangun, dipapah pria gagah ini,

"Dia, ah... bocah itu hebat sekali. Dadaku sesak,... aku hampir tak dapat bernapas."

"ada aku di sini. Biar aku mengurut pungungmu, Sian-li, dan kita hadapi anak itu berdua!"

Siang-mouw Sian-li gemetar. Ia membiarkan punggungnya Ďiurut lalu ditotok, dadapun lega kembali dan iapun dapat bernapas seperti biasa. Dan ketika ia membalik terbelalak memandang Peng Houw, sinar matanya penuh api maka ketua See-ouw-pang membentak menjeletarkan cambuknya. Kali ini cambuk itu meledak menggetarkan hutan, suaranya bagai petir.

"Naga Gurun Go-bi, jangan kira dengan gertakanmu sekali ini kami akan takut. Kami tak akan mundur. Bersiaplah dan akupun akan mencoba kepandaianmu!"

Peng Houw sudah menduga. Orang-orang kang-ouw seperti mereka ini tak akan sudah kalau belum dibuat jatuh bangun. Tak akan menyerah kalau belum roboh. Maka mendengar bentakan dan melihat gerakan ketua See-ouw-pang itu ia pun menarik napas dalam dan maklum bahwa orang-orang ini harus dirobohkannya, atau ia bakal dikejar-kejar dan Menemui kesulitan.

"Hm, kalian tak tahu diri, kalian membabi-buta. Untuk ceritamu di Kwang-tung aku betul-betul tak tahu, Ning-pangcu, dan jangan anggap ini sebagai pengelakan tanggung jawab. Apa yang harus kupertangjawabkan kalau betul-betul aku tak pernah melakukannya. Majulah, aku siap menerima kemarahanmu tapi harus segera pergi begitu roboh. Aku tak ingin main-main lagi!"

Ucapan Peng Houw disambut seruan geram. Ketua See-ouw-pang itu merasa direndahkan seolah ia begitu yakin dirobohkan. Kata-kata Peng Houw dirasa terlalu tekebur, ia naik darah. Maka begitu membentak dan menggerakkan cambuknya, Cheng-liong-pian menyambar leher Peng Houw maka Peng Houwpun tak mengelit dan menggerakkan tangan kanannya menampar.

"Plak!" Ketua See-ouw-pang terpelanting. la, berteriak kaget seakan tak percaya tapi bergulingan meloncat bangun, di Sana Siang-mouw Sian-li juga terbelalak dan melihat nasib temannya itu. Tapi ketika pria gagah ini membentak dan menyerang lagi, Siang-mouw Sian-li juga tak tinggal diam maka wanita itu melengking dan menjeletarlah rambutnya menyerang Peng Houw.

"Hm, kalian ketua-ketua yang berpikiran sempit. Kalian orang-orang yang tak mau mendengar cerita brang lain. Baiklah kita selesaikan urusan ini, jiwi-pangcu (ketua berdua), tapi setelah itu kalian harus mundur dan jangan menggangguku lagi!"

Peng Houw bergerak dan mengelak serta menangkis, Rambut dan cambuk segera meledak susul-menyusul dan hebat sekali senjata dua orang itu. Bau harum rambut Siang-mouw Sian-li menusuk hidung sementara cambuk Naga Hijau di tangan ketua See-ouw-pang berbau amis. Setelah menderu dan menyambar-nyambar maka cambuk di tangan pria gagah ini mengeluarkan baunya yang khas, amis tapi juga agak wangi seperti tulang ikan direndam arak.

Hal ini tidak aneh karena konon cambuk di tangan ketua See-ouw-pang itu adalah cambuk istimewa, terbuat dari tulang rawan dan kulit naga, kuat dibacok senjata tajam dan tak putus dibabat pedang pusaka. Dan ketika Peng Houw juga membuktikan liatnya cambuk itu yang dicengkeram dan tidak putus maka pemuda ini kagum dan segera mengelak maju mundur oleh serangan di belakang dan kiri kanan.

Tapi Peng Houw tak mau diganggu. la hampir selesai menjalankan tapanya ketika tiba-tiba dua orang ini datang membatalkan. Sinar cahaya yang hampir masuk mendadak hilang lagi, ia gemas. Dan ketika ia melihat bahwa rambut dan cambuk adalah yang paling berbahaya, pukulan-pukulan tangan kiri atau kanan hanya mengecoh saja maka dengan Soan-hoan-ciang yang diisi tenaga Hok-te Sin-kang, dia membuat rambut dan cambuk itu selalu terpental. Peng Houw masih selalu mengatur tenaganya.

"Jiwi-pangcu, cukup dua puluh jurus saja kita main-main. Setelah itu kalian pergi dan jangan ganggu aku lagi!"

"Jangan sombong dengan kemenanganmu, Peng Houw, padahal senjata atau pukulan-pukulan kami masih selalu kau kelit. Jangan sombong atau kami menyerah kalau kau dapat merobohkan kami!"

"Benar, dan cambuk masih di tanganku, Peng Houw. Kalau kau dapat merampas cambuk ini dan merobohkan aku maka aku menyerah!"

"Hm, aku berkata karena yakin akan kemenanganku. Baiklah tiga jurus lagi semua akan selesai!"

Dua orang itu membentak. Memang pertandingan sudah berjalan tujuh belas jurus dan Peng Houw selalu berkelit dan menangkis. Meskipun cambuk dan rambut selalu terpental namun posisi pemuda itu mereka selalu menyerang. Maka ketika Peng Houw dirasa bicara sombong dan amat merendahkan mereka, padahal mereka adalah ketua-ketua Sin-hong-pang dan See-ouw-pang maka dua orang ini menjadi marah dan gusar sekali. Peng Houw berkata bahwa tiga jurus lagi mereka roboh, baik boleh pemuda itu buktikan. Dan ketika keduanya membentak dan menyerang dahsyat, rambut meledak.

Sementara tangan kiri Siang-mouw Sian-li bergerak menampar dengan pukulan panas maka Ning-pangcu juga tak mau kalah dan cambuknya meledak dan mematuk dari udara menyambar ubun-ubun Peng Houw.

"Hm, ini yang terakhir," Peng Houw berseru, "Bersiap-siaplah mempertahankan senjata, Ning-pangcu. Tepatilah janjimu kalau kau roboh!"

Ketua See-ouw-pang itu melotot. la melihat cambuknya tak mungki dihindari Peng Houw, ubun-ubun kepala pemuda itu bakal pecah dipatuk Cheng-liong-piannya. Dan ketika di sana Siang-mouw Sian-li juga melengking dan menggerakkan rambut, rambut berputar dan membelit leher Peng Houw maka tamparan tangan kiri wanita itu juga menyambar dan menyerang pundak. Angin panas sudah menyertai semua itu.

Akan tetapi Peng Houw benar-benar melakukan sesuatu yang mengejutkan. Pemuda itu tak mengelak dan sengaja menerima, baik rambut maupun cambuk dibiarkan,begitu pula tamparan tangan kiri. Tapi begitu rambut membelit dan menarik leher pemuda ini, cambuk juga meledak di atas kepala maka dua senjata itu melekat dan tak dapat dilepas pemiliknya.

"Aiiihhhh...."

Siang-mouw Sian-li menjerit. Dari leher Peng Houw tiba-tiba muncul semacam tenaga sedot, rambut tak dapat ditarik malah dia yang tertarik. Dan ketika ia maju ke depan dan pukulan mendarat di pundak pemuda itu amblas bertemu semacam kapas lunak maka wanita inipun kaget setengah mati karena semua serangannya tak mendapatkan hasil seperti yang diharapkan. Dan saat itu Ning-pangcu dari See-ouw-pang juga berubah mukanya. Ketua ini, seperti juga temannya merasa girang ketika ujung cambuk meledak di ubun-ubun kepala Peng Houw.

Tapi begitu melekat dan tak dapat ditarik, ia tertegun maka jari Peng Houw menusuk ketiaknya disusul seruan agar cambuk dilepas. Ketua See-ouw-pang ini terkejut dan berkelit, kalah cepat dan dia menerima totokan di ketiak. Lalu ketika di sana Siang-mouw Sian-li terpekik dan terbanting Peng Houw menggelembungkan leher maka daya tolak yang besar membuat wanita itu terlempar dan rambutnya berodol sebagian.

"Nah," Peng Houw telah berdiri dengan cambuk di tangan, cambuk rampasan. "Aku telah menepati kata-kataku, ji-wi-pangcu. Kalian roboh dan Cheng-liong-pian di tanganku. Sekarang bagaimana dan masihkah kalian tak tahu diri!"

Dua orang itu pucat. Mereka tak tahu bahwa Peng Houw mengerahkan Hok-te Sin-kang melindungi diri, membuat tubuh kebal dari kepala sampai kaki. Maka ketika dia menerima belitan rambut sekaligus menahannya, kekuatan ini seakan menyedot tenaga lawan maka Siang-mouw Sian-li tak dapat mempertahankan diri ketika didorong dan dikembalikan pukulannya. Peng Houw menggelembungkan leher dan keluarlah daya tolak besar mendorong wanita itu.

Dan ketika Siang-mouw Sian-li menjerit dan terlempar, saat itulah dia menusuk ketiak Ning-pangcu yang tertegun tak dapat menarik senjatanya, maka dua orang ini dirobohkan dengan mudah dan masing-masing seakan mimpi melihat hasil akhir dari pertandingan ini. Maklum, tadi Peng Houw berada di pihak yang terdesak yang selalu menerima serangan-serangan cepat.

"Hm, aku mengaku kalah," Ning-pang-cu meringis dan menahan sakit di ketiaknya, terhuyung bangun, “Kau telah merampas senjataku, Peng Houw, berarti nyawaku tak berharga lagi. Bunuhlah aku dan rampas sekalian hidupku ini!"

"Benar Siang-mouw Sian-li tiba-tiba juga terisak. "Kau telah mengalahkan kami berdua, Naga Gurun Go-bi. Dari pada menderita malu lebih baik kau bunuh kami berdua!"

Dua orang itu meloncat dan menubruk Peng Houw. Mereka menyerahkan kepala untuk dipukul tapi Peng Houw tentu saja tak berwatak sekeji itu. Pemuda ini mengelak. Lalu ketika dua orang itu jatuh dan terjembab di sana, Peng Houw menarik napas dalam, maka pemuda inl melempar cambuk Cheng-liong-pian kepada pemiliknya, berseru,

"Ning-pangcu, orang gagah tak ingin mati secara bunuh diri, pengecut itu. Aku tak ingin membunuh siapapun karena aku bukan pembunuh. Nah, terimalah senjatamu dan pulanglah ke tempat kalian masing-masing. Jangan khawatir aku berpanjang mulut menyebarkan kekalahan kalian. Kalah menang adalah hal biasa, bukan sesuatu yang istimewa. Sadarlah dan bangkitlah secara gagah dan ingat bahwa kalian adalah ketua-ketua partai yang terhormat!"

Dua orang itu tertegun. Ning-pangcu seakan tak percaya tapi Peng Houw bersikap sungguh-sungguh. Tak ada ejekan atau sikap jumawa di situ, Naga Gurun Gobi ini wajar-wajar saja. Dan ketika ia bangkit menyambar cambuknya, menggigit bibir maka ia tertunduk lesu dengan kata-kata lirih,

"Baiklah, kau telah bermurah hati, Peng Houw, tapi jangan anggap bahwa dengan sikapmu ini perbuatanmu di Kwang-tung kuhapuskan. Aku tetap tak menerimakan itu. Hinaanmu akan kubalas!"

"Inipun tak benar. Sekali lagi kukatakan aku tak tahu apa-apa dengan ceritamu di Kwang-tung itu, pangcu. Aku orang gagah yang tak perlu menyembunyikan diri dari setiap perbuatanku. Untuk apa aku bohong, toh aku dapat mengalahkanmu. Percaya atau tidak aku sama sekali tak tahu-menahu tentang pamanmu itu. Mungkin ada orang lain yang memakai namaku dan harap kau teliti ini!"

Wajah ketua See-ouw-pang itu berubah. Tiba-tiba ia memerah dan tampak tertegun, sikap dan kata-kata inipun amat bersungguh-sungguh. Dan ketika ia terbelalak karena Peng Houw tak tampak bohong, keraguan mulai muncul maka pemuda itu sudah menghadapi Siang-mouw Sian-li

"Dan kau," Peng Houw beralih bicara, "kau pun tak benar, Siang-mouw Sian-li. Kau membabi-buta membela sumoimu yang salah. Tahukah kau bagaimana asal mula kejadiannya."

"Kau mempermainkan sumoiku, menggagahinya. kau tak malu bertanya tentang ini Peng Houw. Kau tak layak menyandang nama besar Naga Gurun Go-bi!"

"Hm, ini lagi omongan jahat. Siapa yang berkata seperti itu, Sian-li, apakah sumoimu sendiri. Kalau benar begitu maka Hong Cu gadis tak tahu malu!"

"Tutup mulutmu, beranikah kau ku adu!"

"Hm, kenapa tidak? Aku ingin menjelaskan secara benar!" dan ketika Peng Houw habis bicara tiba-tiba Siang-mouw Sian-li membentak dan membalik ke belakang, berseru, "Hong Cu, keluarlah. Katakan bahwa benar Naga Gurun Gobi ini bukan orang yang memperkosamu!"

Tangis dan jerit lirih terdengar. Hong Cu, yang bersembunyi dan mengintai tak jauh dari situ sudah digapai sucinya. Ia berkelebat dan bukan mendekati malah lari. Dan ketika sucinya tertegun kenapa sang sumoi tak datang ke situ, ia ingin memaki-maki Peng Houw maka Peng Houw terkejut tapi tiba-tiba tertawa mengejek. Hong Cu kiranya bersembunyi dan menyuruh dua orang ini menghadapinya.

"Hm!" Peng Houw naik darah dan bangkit kebenciannya. "Kau di sini mengadu domba dan melepas fitnah, Hong Cu. Jangan pergi dan katakan bahwa aku bukan pemerkosa mu!"

Gadis itu menjerit. Peng Houw menyambar dan tiba-tiba sudah mencengkeram punggungnya, demikian cepat dan kuat hingga ia tak mungkin berkelit lagi. Dan ketika Peng Houw melempar dan membantingnya ke tanah, di depan dua orang itu akhirnya Siang-mouw Sian-li berkelebat sementara gadis ini tersedu-sedu.

"Sumoi, katakan bahwa pemuda ini mengganggumu. Katakan bahwa ia telah membuatmu malu habis-habisan!"

"Benar, ia... ia memang telah membuatku malu habis-habisan, suci. Tapi aku tak pernah mengatakan bahwa ia menggagahiku!"

Apa? Kau....?"

"la memang membuatku malu, suci, ia jahanam keparat. Tapi kau mendengar cerita yang salah dari anak-anak murid Sin-hong-pang. Kau menyimpulkan sendiri penderitaan yang kualami dengan dugaanmu. Aku tak pernah mengatakan bahwa Peng Houw menggagahiku. la... ia hanya menoloak cintaku!"

Siang-mouw Sian-terkejut. Peng Houw yang merasa marah dan tadinya ingin menghajar gadis ini mendadak tertegun juga. Sekarang barulah dia mengerti bahwa terjadi kesalahpahaman di sini. Peristiwa yang di alami Hong Cu ternyata ditafsirkan terlalu jauh, gadis itu tak pernah berkata digagahi, murid dan ketua Sin-hong-pang ini sendirilah yang mengira begitu. Dan ketika wanita itu terkejut dan berubah.

Hong Cu bangkit berdiri maka gadis itu tersedu melarikan diri, jatuh bangun. "Suci, mengorek-ngorek lukaku. kau tentunya tahu perasaan wanita. Biarlah aku pergi dan jangan cari!"

"Hong Cu...!"

Namun gadis itu lenyap di luar hutan. Setelah ia memberi tahu dan ketuanya tertegun maka Siang-mouw Sian-li sadar dan berubah. Wajahpun seketika menjadi merah. Dan ketika ia mendesah dan merasa bersalah, Peng Houw dituduhnya begitu buruk mendadak wanita inipun berkelebat dan tidak permisi lagi kepada Peng Houw.

Ning-Pangcu kembali terkejut dan terbelalak. Apa yang didengar dari Hong Cu ternyata merobah semuanya. la pun mengira pemuda ini seorang kotor, bejat. Tapi dengan Siang-mouw Sian-li yang pergi tanpa pamit maka ketua See-ouw-pang ini menjura dan mulai terkikis lagi kebimbangannya kepada Peng Houw.

"Maaf," katanya dengan suara perlahan "Kiranya benar telah terjadi kesalah pahaman Peng-taihiap. Aku juga terlalu jauh berprasangka kepadamu. Baiklah aku pulang dan akan kuselidiki nasib pamanku di sana. Terima kasih atas kemurahanmu dan mudah-mudahan kau benar. Aku pergi."

Peng Houw tak bernafsu lagi menanggapi pria gagah ini. Dia terlanjur mendongkol dan kecewa oleh segalanya itu. la marah tapi juga mulai dapat memaaafkan Hong Cu, kiranya Hong Cu membiarkan saja semua kesimpulan diambil orang lain, tanpa memberi tahu duduk persoalan sebenarnya. Dan karena ia dapat memaklumi betapa robek menceritakan kegagalan cinta, gadis itu terpaksa memberi tahu setelah dipojokkan maka Peng Houw pun masuk lagi ke dalam guha dan duduk meneruskan samadhinya.

Namun kali ini ia gagal. Gangguan demi gangguan yang diterimanya dirasa terlalu berat. Ia khawatir orang lain datang mengganggu lagi. Maka ketika ia menghela napas dan menampar dinding guha, tapanya gagal iapun berkelebat tak jadi meneruskan samadhi di situ.

Peng Houw meninggalkan tempat itu mencari yang lain, teringat Lam-hai (Laut Selatan) dan kesitulah dia bergerak. Dan ketika titik putih keluar dari hutan untuk akhirnya lenyap seperti kunang-kunang, hutan itu sepi kembali maka Naga Gurun Go-bi ini gagal menyelesaikan tapanya. Kandas gara-gara Ban-tok Wi Lo dan Hong Cu!

* * * * * * * * * *

Tak dapat dibayangkan betapa hancurnya perasaan gadis Sin-hong-pang ini. Hong Cu lari meninggalkan hutan dengan tangis tak berkesudahan. Tapi ketika semalam ia masuk keluar hutan menyeberangi jurang, juga dua buah sungai melalui perahu nelayan maka pagi itu di saat ia berjalan terhuyung menutupi muka mendadak dua orang muncul di depannya sambil terkekeh.

"Maaf, heh-heh... rupanya kau baru dilanda duka, nona. Semalam. menangis tiada henti membuat kami terbawa. Eh, bolehkah kami tahu apa kesusahanmu? Apakah ayah atau ibumu meninggal? Atau barangkali kau ditinggal kekasih?"

"Ha-ha, semuanya bisa benar. Eh, kami dua bersahabat Mo Hong dan Gin Sam sanggup membantumu, nona. Biarlah kami menghibur dan katakan apa kesusahanmu. Kalau ada orang mengganggu biar kami cari, kalau ada kekasih hilang biar kami penggantinya, ha-ha!"

Hong Cu terbelalak. la terkejut melihat dua orang ini karena itulah orang-orang yang seperahu dengannya. Tadi di tengah sungai itu ia menyeberang, bersama orang-orang lain termasuk dua lelaki ini. Dan ketika ia berhenti dan tentu saja panas mendidih, jelas mereka ini bukan orang baik-baik maka ia menghapus air matanya dan membentak,

"Kalian orang-orang kurang ajar bicara apa? Kalian mengganggu dan mengikuti aku? Pergilah, pergi, tikus-tikus busuk. Atau nanti kuhajar dan kalian tinggal nama!"

"Ha-ha, galak, seperti yang kita duga. Eh, bagaimana pendapatmu, Mo-twako. Apakah dalam kemarahannya ini ia tidak semakin cantik!"

"Aduh, cantik sekali, semakin mempesona. Hati-hati, aku tak tahu dari mana ia,Sam-te, tapi hati-hati karena pedang dipunggungnya itu. Eh, ia melotot!"

Dua lelaki itu tertawa-tawa. Mereka adalah kawanan bajak sungai yang pagi itu sebenarnya sedang mencari mangsa, bukan gadis melainkan hartawan atau orang-orang kaya yang biasanya menyusuri sungai dengan kereta. Tadi ada terdengar derap sebuah kereta tapi perhatian mereka tertuju kepada gadis Sin-hong-pang ini, gadis yang sembab tapi cukup cantik jelita.

Dan karena teman-teman mereka yang lain pasti akan mendengar derap kereta itu, biarlah dihadang dan mereka mendekati gadis ini maka pagi itu di kala Hong Cu sendirian dan sudah melanjutkan perjalanannya tanpa tujuan sengaja dihadang dan digoda. Dan Hong Cu tentu saja marah.

"Hm, kalian tikus-tikus busuk dari mana. Sekali lagi pergilah dan jangan mengganggu aku!"

"Wah, pergi? Ha-ha, asal diberi sekali ciuman tentu aku pergi, nona. Kami ingin menghiburmu dan meringankan kesusahanmu!"

Hong Cu tak sabar lagi. Ia maklum bahwa orang-orang seperti ini harus diberi adat, percuma bicara baik-baik. Maka begitu membentak dan mengayunkan kaki ke depan iapun sudah menendang lawan di sebelah kiri sementara yang baju hitam mendapat kepalan tangannya yang kecil kuat.

"Baiklah, kalau begitu kalian mampus des-dukk!"

Dua lelaki itu berteriak dan terlempar. Mereka tak menyangka kecepatan gerak ini karena mengira Hong Cu akan mencabut pedang. Maka ketika gadis itu justeru mempergunakan kaki tangannya menyerang lawan, cepat dan sebat maka dua anggauta bajak ini terbanting. Yang kena tendang mengusap perutnya sementara yang kena tinju terbungkuk-bungkuk, sesak napas!

Tapi karena mereka orang-orang yang cukup kuat dan terlatih, sempat juga mereka berkelit sedikit maka keduanya menjadi marah dan melompat bangun. Yang berjanggut pendek mendesis dan masih mendekap bagian lambungnya.

"Heh, siluman betina liar. Kau tak dapat dihibur baik-baik, nona. Baiklah kami memaksamu dan lihat siapa yang roboh!"

Hong Cu mendengus. Lengah oleh kedukaan sendiri membuat ia tak tahu dikuntit orang, apalagi oleh pria macam dua laki-laki yang menyebalkan ini. Maka ketika dua orang itu mencabut golok dan menyerangnya, kemarahannya makin berkobar saja, Ia pun mengelak dan kaki berputar menghajar dari kiri Kanan.

"Aduh... des-bluk!"

Ternyata dua lelaki itu hanyalah orang-orang kasar yang bertampang seram saja. Mereka tak memiliki kepandaian berarti dan Hong Cu melampiaskan gemasnya. Ia membuat dua lawannya terlempar dan golokpun mencelat dari tangan. Lalu ketika ia berkelebat dan menyambar dua golok itu, menimpukkannya maka golok menancap di pundak dua laki-laki itu dan tentu saja mereka menjerit.

Tak ada jalan lain bagi mereka kecuali melarikan diri. Tak mereka sangka bahwa gadis itu demikian lihai. Dan ketika masing-masing roboh namun meloncat bangun lagi, lari tunggang-langgang maka mereka tak sadar membawa golok yang masih menancap di pundak.

Hong Cu geli. Tiba-tiba kedukaannya lenyap oleh pemandangan lucu itu, sejenak ia terkekeh. Tapi ketika terdengar derap kereta dan seseorang muncul di jendela mungil, dua ekor kuda meringkik dan berhenti di dekatnya maka Hong Cu tertegun melihat seorang pemuda buta menggapai padanya.

"Nona, tempat ini tak aman. Kau telah merobohkan dua anggauta bajak sungai. Cepatlah naik ke keretaku dan jangan biarkan yang lain datang!"

Hong Cu tertegun. Dia tak tahu siapa pemuda buta itu namun melihat keadaannya yang menyedihkan tiba-tiba ibapun timbul. Tapi terkejut bagaimana si buta itu tahu segalanya, seakan orang melek maka ia pun terheran. "Eh, bagaimana kau tahu aku telah menghajar dua orang, kongcu? Siapa kau dan kenapa menaruh perhatian kepadaku?'

Wajah tampan namun buta itu tiba-tiba tersenyum. Hong Cu berdetak melihat senyum itu, darah rasanya berdesir. Dan ketika ia heran dan berdegup tak keruan maka pemuda itu menggapai padanya, kusir kereta yang berupa seorang bocah berusia belasan tahun menjeletarkan cambuknya.

"Tak ada waktu untuk bicara lagi, muridku memberi tanda bahaya. Ayo, masuk dan cepatlah, nona. Atau aku pergi dan kau sendiri!"

Entah kenapa tiba-tiba Hong Cu melompat. Ia mengangguk dan lupa bahwa si buta itu tak dapat melihat. Ia heran dan aneh serta merasa tertarik sekali bahwa bocah yang menjeadi kusir itu ternyata adalah murid si buta ini. Heran, orang buta dapat mempunyai murid! Dan karena gerak-gerik serta wajah si buta ini demikian memikat hatinya, entah kenapa Hong Cu tak ragu melompat masuk maka iapun sudah di dalam karena pintu kereta terbuka.

"Suhu, belasan orang mendatangi dari depan. Apakah kutabrak dan kuhajar saja mereka itu!"'

Si buta tertawa. "Larikan kereta dan biar dikejar, Siauw Lam. Cari tempat lapang dan berhenti di situ."

"Suhu ingin aku main-main di situ?"

"Kalau kau sedang gembira. Kalau tidak boleh terus larikan kereta dan jangan hiraukan cecunguk-cecungulk busuk itu!"

Hong Cu terkejut dan semakin heran, Suara anak laki-laki yang nyaring di depan itu jelas suara anak laki-laki yang amat pemberani, dia kagum. Tapi mendengar betapa anak itu akan menabrak orang-orang di depan, berarti memiliki watak kejam maka dia bergidik juga. Dan keretapun tiba-tiba disentak dan dihela kuat, Hong Cu sampai hampir terlempar dari tempat duduknya...