Sepasang Cermin Naga Jilid 16 - Sonny Ogawa

Halaman

    Social Items

SEPASANG CERMIN NAGA
JILID 16
KARYA BATARA


Cerita Silat Mandarin Karya Batara

KIM-MOU-ENG basah kuyup. Pendekar ini mulai pucat melihat keberingasan lawannya. Kalau Hu Beng Kui bukan calon mertuanya barangkali akan lain sikapnya, dia akan membalas keras dengan keras. Tapi karena jago tua itu adalah ayah Swat Lian dan gadis itu adalah "hyang" nya (kekasih).

Maka Kim-mou-eng bingung menghadapi lawan, bertahan dan menangkis dan dia mengharap Hu Beng Kui akan roboh sendiri. Bukan oleh pukulannya melainkan oleh tenaga yang habis, napas yang tak akan bertahan panjang lagi dan Hu Beng Kui rupanya tahu itu, melihat Kim-mou-eng mulai kucing-kucingan dan sering mengelak. Pukulan yang luput tentu saja berarti terhamburnya tenaga, menguras ausdauer dan Hu Beng Kui melotot.

Sebenarnya Kim-mou-eng kagum karena sudah seribu jurus mereka bertanding tapi masih juga jago pedang itu kuat, tanda betapa hebat dan luar biasanya jago pedang itu. Tapi karena jago tua tak akan sekuat jago muda dan perlahan tetapi pasti kondisi fisiknya akan jauh menurun maka benar saja jago pedang itu mulai menggigil dan pucat, memaki-maki namun Kim-mou-eng berusaha mengelak dan berloncatan, menghindari sesering mungkin mengadu pukulan dan membiarkan pukulan-pukulan jago pedang itu lewat di sisinya.

Semakin banyak pukulan-pukulan yang kosong berarti akan semakin cepat jago pedang itu terkuras tenaganya. Tapi ketika jago pedang itu mendelik dan berkali-kali menggereng atau membentak tiba-tiba sebuah suara yang amat dikenal Kim-mou-eag terdengar lembut menyusup telinga, suara gurunya, Bu-beng Sian-su.

"Kim-mou-eng, ajak dan bawa lawanmu ke kota raja. Cari dan temukan Kwee Han!"

Kim-mou-eng terkejut. Dia terkejut tapi girang mendengar suara gurunya itu, kegirangan yang juga bercampur dengan rasa heran. Maklum, gurunya tiba-tiba menyebut Kwee Han, sahabat dari Ming-ciang yang kini menjadi menteri muda di istana. Maka mengangguk dan berseru keras tiba-tiba Pendekar Rambut Emas menangkis pukulan lawannya. Dan ketika ledakan kembali mengguncangkan bukit dan Ce-bu tergetar oleh benturan keras ini tiba-tiba Kim-mou-eng memutar tubuhnya dan lari turun bukit, tentu saja dibentak Hu-taihiap dan jago tua itu melengking. Hu-taihiap mengira Kim-mou-eng menyerah, kalah. Maka mengejar dan melesat mengerahkan ilmunya yang luar biasa jago tua itu membentak,

"Kim-mou eng, berhenti...!"

Bi Kong Hwesio dan lain-lain tertegun. Saat itu mereka bersila karena suara-suara di atas bukit demikian menggetarkan dan mengguncang jantung. Sebenarnya mereka cukup jauh namun ternyata tak tahan juga. Ratusan orang kang-ouw, yang berdiri dàn terbelalak memandang pertempuran itu akhirnya roboh terguling. Satu per satu mereka tak kuat berdiri lagi dan banyak di antaranya yang akhirnya pingsan, tanda betapa hebat dan spektakulernya pertandingan itu.

Maka ketika bayangan kuning emas meluncur dari bukit dan Hu Beng Kui mengeluarkan bentakannya yang mengguntur maka Bi Kong Hwesio dan teman-temannya membuka mata, harus menggigit bibir kuat-kuat kalau tak ingin isi dada seakan dirontokkan. Suara atau bentakan Hu Beng Kui itu dahsyat sekali, melebihi seratus harimau mengaum! Dan ketika mereka terbelalak dan tertegun memandang pertempuran itu maka terkejutlah mereka melihat larinya Kim-mou.eng. turun bukit di kejar Hu Beng Kui.

"Eh, Hu-taihiap rupanya menang, cuwi pangcu. Lihat Kim-mou-eng melarikan diri!"

"Benar, tapi, eh.... siapa itu, Bi Kong lo-suhu? Tampaknya seperti Sian-su. Hei, Bu-beng Sian-su muncul!" dan ketika semua melihat betapa di balik bukit muncul sesosok bayangan tertutup halimun maka terkejut dan tersentaklah semua orang tak mengerti kejadian itu dan Sian-su, kakek dewa itu tiba-tiba lenyap kembali. Bayangannya membuntuti si jago pedang yang meluncur turun dan mengejar Kim-mou-eng, tak tahu di belakangnya berkelebat dan mengikuti bayangan si kakek dewa yang maha sakti.

Orang di bawah dapat melihat karena kebetulan mereka memandang ke atas, lain dengan Hu Beng Kui yang diamuk kemarahannya terhadap Kim-mou-eng, lawan yang tangguh dan di mana dia tak dapat menepati janji, sudah ingkar dan Kim-mou-eng pun berkelebat ke utara. Dan ketika Bi Kong Hwesio dan yang lain-lain melihat bahwa Pendekar Rambut Emas tampaknya menuju ke kota raja dan Hu Beng Kui mengikuti sambil memaki-maki maka bayangan Bu-beng Sian-su lenyap dan entah di mana lagi.

"Kejar.... mari kita kejar!" Bi Kong Hwesio tiba-tiba bergerak. "Pertandingan belum selesai, cuwi pangcu. Ayo kita lihat dan saksikan mereka!" dan begitu yang lain meloncat dan berlarian mengejar maka rombongan ketua partai ini mengerahkan ilmu meringankan tubuh mereka dan tancap gas, masih saja kalah dan Kim-mou-eng serta Hu-taihiap sudah lenyap di depan.

Mereka kaget dan juga heran kenapa Kim-mou-eng melarikan diri, rupanya kalah tapi tak mungkin. Pendekar Rambut Emas itu masih dapat mendahului lawannya dan Hu Beng kui berteriak-teriak di belakang. Tapi karena mereka tahu bahwa dua orang itu ke kota raja dan entah Kim-mou-eng mau berbuat apa maka Bi Kong Hwesio dan lain-lain mengejar, memburu dan susah payah mengikuti dua orang luar biasa itu.

Baik Kim-mou-eng maupun Hu Beng Kui bukanlah tandingan mereka, dua orang itu adalah orang-orang super dengan kelas yang sudah tak dapat diukur lagi tingginya. Dan begitu mereka berkelebatan mengerahkan ginkang dan Hu-taihiap berteriak-teriak di sana maka Kim-mou-eng sendiri sudah mengerahkan segenap ilmu lari cepatnya dan terbang melebihi kecepatan siluman.

Sebenarnya Kim-mou-eng juga tak tahu kenapa gurunya tiba-tiba menyuruhnya ke kota raja. Tapi percaya bahwa pasti ada sesuatu yang penting dan dia harus mengikuti petunjuk gurunya itu maka Pendekar Rambut Emas ini meneruskan larinya dan tak memperdulikan teriakan lawan. Berkali-kali disuruh berhenti dan diminta menyerah, kata-kata yang disambut senyum dan tawa oleh pendekar muda itu.

Dan ketika kota raja sudah di depan mata dan seperti kilat menyambar Pendekar Rambut Emas ini memasuki celah pintu gerbang dan sudah menuju ke gedung Kwee-taijin, Kwee Han yang dulu dikenalnya maka Hu Béng Kui juga berkelebat dan melesat mengejar lawannya itu, tak mau kalah.

"Berhenti! Jangan lari, Kim-mou-eng. Berhenti dan nyatakan bahwa kau menyerah!”

"Ha-ha, menyerah bagaimana, Hu-taihiap? Kau tak dapat menangkapku. Aku belum roboh dan sengaja ingin menghabiskan napasmu...!"

"Keparat, kubunuh kau, Kim-mou-eng. Kucekik lehermu nanti dan Hu Beng Kui yang terbang dan mengikuti ke mana Pendekar Rambut Emas pergi akhirnya tiba pula di gedung Kwee Han dan memaki.

Bayangan mereka berkelebat begitu saja dan pengawal di depan gedung berseru kaget. Mereka seakan didatangi hantu yang mendadak hilang. lenyap dan hanya meninggalkan desir dingin di samping tubuh. Tentu saja mereka ngeri. Dan ketika mereka saling berteriak dan tak tahu apa yang menyambar dengan kecepatan super sonik itu maka Kim-mou-eng sudah lenyap di dalam gedung dan mencari-cari Kwee Han.

Saat itu, Kwee Han berada di kamarnya. Pemuda ini, yang sudah menjadi menteri muda dan pejabat negara kebetulan menyendiri. Pemuda itu tak mau diganggu dan semua selir serta pelayannya diusir, mengamati Cermin Naga yang sering membuat dia berkerut kening. Maklum. dia tak mengerti apa sesungguhnya benda aneh itu, yang datang dan jatuh di kamarnya serta dicari-cari oleh nenek Naga dan temannya. Benda yang tentu penting dan berharga.

Tapi karena berbulan bulan ini ia tak dapat menemukan rahasianya dan benda itu disimpan sebagaimana ia menyimpan benda-benda langka maka tiap hari menteri muda itu mengelus dan mengusap-usap benda ini. Sampai akhirnya ia merasa lelah tapi tak jemu-jemu memeriksa dan mengamati benda itu. Dan ketika siang itu ia kembali mengamati benda itu dan mengusap serta mengelus-elusnya mendadak pintu kamarnya didobrak dan sesosok bayangan kuning emas berkelebat di depannya.

"Kwee Han, tolong aku!"

Kwee Han, menteri muda ini terkejut. Dia melihat Kim-mou-eng di situ, hampir membentak namun cepat dia menahan mulut. Cermin Naga, yang ada di tangannya tiba-tiba disembunyikan, cepat dan kaget. Namun karena Kim-mou-eng telah melihat benda itu dan tertegun serta heran mendadak Pendekar Rambut Emas ini bertanya,

"Eh, apa itu?"

Kwee Han pucat.

"Lihat, apa yang kau bawa, Kwee Han. Berikan padaku dan pinjam sebentar!"

"Tidak...!" pemuda ini tiba-tiba mundur, mukanya berubah. "Ini.... ini warisan nenek moyangku, Kim-taihiap. Ini punyaku, tak boleh sembarang dipegang atau dipinjamkan!"

"Tapi benda itu mengeluarkan sinar, memantulkan cahaya. Apakah sebuah cermin?"

Kwee Han gugup. Dan belum dia menjawab tiba-tiba di luar terdengar bentakan dan geraman. "Kim-mou-eng, jangan lari bersembunyi!"

"Apa itu?" Kwee Han merasa mendapat kesempatan, mengalihkan perhatian. "Siapa itu, taihiap? Kau dikejar-kejar?"

"Benar," Kim-mou-eng mengusap keringat, tiba-tiba berkelebat dan keluar melompati jendela. "Aku mencari persembunyian sementara. Kwee Han. Bantu aku dan carikan tempat yang enak!"

"Di belakang ada gudang!" pemuda itu girang, merasa dapat meloloskan diri. Kau kesanalah, taihiap. Bersembunyi dan biar aku keluar."

Kim-mou-eng sudah lenyap. Pendekar Rambut Emas itu tak menunggu kata-katanya lagi karena suara Hu Beng Kui sudah dekat di kamar itu, berkelebat dan menghilang ke belakang. Urusan tadi jadi dilupakannya sejenak dan Kwee Han dapat menyelamatkan cerminnya, benda yang tadi diamat-amati itu. Dan ketika pemuda ini mau keluar tapi sesosok bayangan meloncat masuk dan dia bertabrakan maka cermin itu tiba-tiba jatuh dan Hu Beng Küi atau Hu-taihiap muncul di situ, seperli iblis.

”Hei.... prang!"

Cermin itu membuat Hu Beng Kui terbelalak. Jago pédang ini terkejut dan tertegun, dia kaget karena cermin yang persis seperti yang di punyainya ada di situ, jatuh ke lantai dan tidak pecah. Dia tadi melihat bayangan Kim-mou-eng dan berkelebat memasuki kamar ini, mukanya penuh debu dan jago pedang itu tampak menyeramkan. Sorot matanya beringas dan sekujur tubuhnya basah kuyup, bukan oleh air melainkan oleh keringat, hasil pertandingannya dua jam dengan Kim-mou-eng. Dan begitu pendekar itu melibat Cermin Naga dan Kwee Han pucat berteriak tertahan tiba-tiba pemuda ini memaki dan menyambar cerminnya itu, tak mengenal siapa Hu Beng Kui.

"Hei, kau jahanam keparat. Tak tahu aturan....!" namun Hu Beng Kui yang menendang dan menyambar cermin itu tiba-tiba mendahului dan sudah mendapatkan cermin ini.

"Buuuk!" Kwee Han terlempar, roboh terguling-guling dan segera pemuda itu berteriak memanggil pengawal. Kebetulan pengawal sudah ribut-ribut oleh berkelebatnya Kim-mou-eng dan Hu Beng Kui tadi, datang dan buru-buru memasuki kamar menteri muda itu, melihat si jago pedang dan mereka terkejut dan terbelalak. Kwee Han memaki dan merampas kembali benda miliknya itu. Tapi ketika Hu Beng Kui mendengus dan mengibaskan lengan bajunya maka pemuda ini terbanting dan terguling-guling lagi, mengaduh-aduh.

"Aduh, keparat.... serang laki-laki itu. Bunuh si buntung itu!"

Pengawal berkelebatan. Mereka sudah menghambur semua ke arah Hu Beng Kui, si jago pedang menjublak dan bengong di situ, tak menghiraukan serangan dan pengawal menusukkan tombak atau golok mereka. Tapi ketika senjata mereka patah patah dan si buntung itu tak bergeming maka mereka terkejut dan Kwee Han sendiri juga berteriak,

“Serang.... serang lagi, bunuh!”

Pengawal mengambil senjata baru. Mereka sebenarnya gentar dan pucat oleh kehebatan si buntung itu. Tapi karena si buntung mématung mengamati cermin itu dan mereka dapat menyerang lagi maka golok dan tombak kembali berhamburan namun senjata itu lagi-lagi patah-patah.

“Krak-krak-krakk...!"

Hu Beng Khi sadar. Dua kali diserang tiba-tiba membuat jago pedang itu marah, dia tadi tertegun mengamati benda ini karena mengira itulah Cermin Naganya yang disimpan baik-baik, kini dicuri dan berada di tangan pemuda itu. Maka begitu dia melotot dan mengibas pengawal yang terlempar menjerit-jerit mendadak jago pedang ini sudah berkelebat dan menyambar Kwee Han.

"Kau mencuri benda milikku? Dari mana kau dapatkan ini?"

"Aduh... ampun....!" Kwee Han berteriak. "Lepaskan aku, orang gila. Itu punyaku sendiri dan jangan mengaku-aku. Berikan padaku dan lepaskan cekikanmu!"

“Bohong, kau bohong, anak muda. Ini punyaku dan kaulah yang tak tahu malu... bruk!" dan Hu Beng Kui yang menggeram membanting menteri muda itu tiba-tiba membuat Kwee Han merintih dan terbelalak, pucat pasi dan tentu saja pemuda itu ketakutan. Dan ketika dia diangkat dan kembali mau dibanting mendadak dia teringat Pendekar Rambut Emas dan melolong,

"Kim-taihiap, tolong. Aku diserang orang gila!"

Hu Beng Kui marah. Tiba-tiba dia membanting pemuda ini dan mau menginjaknya. Tapi ketika berkelebat bayangan Kim-mou-eng dan Pendekar Rambut Emas itu membentak menyuruh dia melepaskan pemuda itu maka Kwee Han ditendang dan Hu Beng Kui mergangkat alisnya, diserang dan menangkis dan dinding kamar itu roboh. Kwee Han berteriak-teriak agar Kim-mou-eng mengusir "orang gila" itu. Dan ketika pengawal berhamburan dan jadi gentar oleh sepak terjang Hu-taihiap mendadak seorang komandan berkelebat dan menjatuhkan diri berlutut.

"Taijin, di luar muncul utusan sri baginda. Ratusan orang dari Ming-ciang datang...!"

"Apa?" Kwee Han terkejut. "Utusan sri baginda? Ratusan orang Ming-ciang?"

"Benar, mereka hendak menemuimü, taijin. Dan Bu-ciangkun (panglima Bu) datang sebagai utusan sri baginda!"

Kwee Han pucat. Kim-mou-eng yang serang ményerang dengan lawannya tiba-tiba tak dihiraukan lagi Dua orang itu telah berkelebatan namun Kim-mou-eng berputaran, tak mau tinggal di ruangan itu dan tiba-tiba kembali keluar, berkalebat dan mengajak musuhnya bertanding di luar Dan ketika terdengar bentakan dan geraman Hu Beng Kui yang marah terhadap lawannya mendadak di luar gedung terdengar teriakan dan maki makian yang ditujukan kepada Kwee Han.

"Orang she Kwee, keluarlah. Kami mau menuntut keadilan!"

"Benar, keluarlah, Kwee Han. Dan kami sudah mendapat restu kaisar!"

"Atau kami akan menangkapmu di dalam. Kau pembohong dan pembunuh!"

Dan ketika teriakan atau makian di luar itu membuat Kwee Han gemetar dan menggigil maka komandan sudah kembali berkata bahwa Bu-ciangkun menunggu di luar. "Maaf, kau diminta cepat, taijin. Ada urusan penting dan mendesak!"

"Urusan apa?"

"Hamba tak tahu, silahkan taijin keluar dan menyambut..."

"Goblok!" dan Kwee Han yang memaki serta mendorong komandan itu lalu bergegas dan tergesa-gesa keluar, diiring pengawalnya dan pertempuran Kim-mou-eng dengan Hu-taihiap tak diusik. Kwee Han juga melupakan Cermin Naganya yang dirampas jago pedang itu. Dan ketika dia keluar dan tertegun melihat ratusan orang Ming-ciang memenuhi halaman gedungnya maka Bu-ciangkun, utusan kaisar sudah melangkah maju dan menenangkan teriakan orang-orang itu.

"Diam, semua, diam!” dan Kwee Han yang dihampiri serta pucat dan menggigil tiba-tiba melihat Bu-ciangkun menjura, tampak keren dan berwibawa. "Taijin, aku diutus sri baginda menyelesaikan masalah teman-temanmu. Kabarnya kau melakukan kecurangan dan pembunuhan. Bisakah kita bicara?"

“Pembunuhan apa? Kecurangan apa?" Kwee Han marah. "Mereka ini orang-orang pengacau, ciangkun, Usir dan suruh mereka keluar!"

“Tidak, justeru kedatanganku untuk membereskan urusan mereka, taijin. Kalau mereka tidak benar sri baginda menyuruh aku menangkap dan menghukum orang orang itu. Mereka telah membuat ribut!" dan membungkuk meminta apakah dia diperbolehkan masuk maka Kwee Han buru-buru mengangguk dan tergegap.

"Tentu, silahkan masuk, ciangkun. Mari! Tapi... tapi orang orang ini..."

"Mereka menunggu di luar, taijin. Hanya beberapa orang yang akan ikut masuk!"

Pwee-lopek, yang tadi berlindung di balik punggung Bu-ciangkun tiba-tiba muncul, memperlihatkan diri. Dan begitu kakek ini menunjukkan mukanya dan tersenyum aneh mendadak berturut-turut muncul orang-orang lain yang dikenal Kwee Han, bekas teman-temannya waktu di Ming-ciang dulu.

"Taijin, maaf. Penduduk Ming-ciang marah atas kebohongan dan perbuatanmu. Kami sekarang beramai-ramai menuntut keadilan dan sudah mendapat perlindungan kaisar. Siapa salah akan dihukum dan siapa benar akan mendapatkan haknya. Bu-ciangkun sebagai saksi!"

Kwee Han mendelik. Sebagaimana diketahui, Pwee-lopek atau kakek Pwee itu adalah orang yang dulu mula-mula datang kepada Kwee Han, memohon bantuannya dan dua tiga kali mendapat uang. Tapi karena bantuan itu terlalu sering dan Kwee Han lama-lama jengkel akhirnya dia tak menghargai kakek itu lagi dan tak mau mengurusi teman-temannya di Ming-ciang, bersikap acuh dan terakhir dia membunuh bekas teman-temannya yang datang, melalui pengawal.

Maka ketika kini dilihatnya kakek itu lagi dan mereka datang serombongan maka Kwee Han marah dan diam-diam mengerling ke kiri kanan, mencari akal dan daya namun semuanya yang serba mendadak itu membuat dia bingung merasa tersudut dan buntu. Dan karena dia tahu bahwa Bu-ciangkun adalah seorang panglima jujur yang amat tegas maka Kwee Han merasa panik.

"Baiklah, mari, ciangkun. Kita semua masuk!” Kwee 'Han mendahului. Dengan muka pucat dan kaki menggigil menteri muda ini mengajak tamu-tamunya ke dalam, di luar tak terdengar teriakan lagi dan semua orang rupanya menyerahkan hal itu pada Bu-ciangkun.

Dan ketika semuanya masuk dan Kwee Han mempersilahkan duduk maka Bu-ciangkun mulai bicara, tenang dalam melancarkan tuduhannya. Menyatakan Kwee Han melakukan pembunuhan-pembunuhan terhadap nelayan-nelayan Ming-ciang, pemuda itu menambah persoalan dengan keributan yang sudah terjadi, menambah persoalan dan ketidakadilan di Ming-ciang berlarut-larut. Dan ketika Pwee-lopek dan lain-lain mengangguk-angguk maka Bu-ciangkun menutup, bicara tentang pajak yang digelapkan pemuda itu.

"Yang lebih memberatkan," katanya, "Yang membuat kaisar amat marah adalah perbuatanmu menggelapkan pajak negara, taijin. Kau dinyatakan bersalah melanggar undang-undang nomor satu tentang perpajakan dan dituntut hukuman mati!"

"Apa?" Kwee Han melonjak. "Hukuman mati, ciangkun? Penggelapan pajak?"

"Ya, kau merugikan negara dengan menikmati uang haram, taijin. Kau menerima sogok dan upeti orang-orang yang merongrong negara dengan tidak membayar pajak. Dengan lain kata, kau menghancurkan penerimaan pajak dengan jalan menerima pajak orang lain yang tidak kau setorkan ke kas negara!"

"Bohong, itu tidak benar....!"

Namun ketika Bu-ciangkun bertepuk tangan dan seseorang muncul dengan setumpuk kertas yang membawa bukti-bukti maka pemuda ini diam dan tersentak, muncul lagi orang-orang lain dan berturut-turut Kwee Han mengenal itulah teman-temannya kaum penyelundup, yang kiranya sudah ditangkap dan digulung oleh Bu-ciangkun. Rata rata pucat mukanya dan Kwee Han tersudut. Kalau sudah begini, dia tak dapat mungkir lagi. Kwee Han terbelalak dan tentu saja dia takut. Dan ketika orang-orang itu menunduk dan entah dari mana Bu-ciangkun itu dapat mengetahui semuanya ini maka panglima itu bangkit berdiri.

"Nah, banyak dosa yang kau lakukan, taijin. Semua surat yang kau tanda-tangani ada di sini, berikut bukti dan saksi hidup. Dan karena sebagai pejabat kau melakukan tindakan tercela dengan membunuh-bunuhi rakyat biasa, maka sri baginda menuntut hukuman mati, sesuai keinginan teman-temanmu dari Ming-ciang!"

"Tidak!" Kwee Han tiba-tiba berteriak. "Aku.... aku tak bersalah, ciangkun. Yang bersalah adalah Khek-taijin. Dia itulah yang menjerumuskan dan mencelakakan aku. Menteri Khek itulah biang keladinya!" namun ketika Bu-ciangkun bersiap dan tak mau dibujuk tiba-tiba Kwee Han melarikan diri, gugup dan sadar akan kedudukannya dan dia coba menimpakan semua kesalahan pada Khek Taijin. Menteri itulah yang menjebak dan menjerumuskannya. Kwee Han tiba-tiba ingin melepaskan diri dari semua persoalan, ingin agar orang lainlah yang dihukum! Tapi Bu-ciangkun yang membentak dan berkelebat menyambar tiba-tiba berseru,

"Kwee-taijin, berhenti!"

Kwee Han nekat. Melihat orang ada di depannya tiba-tiba dia menyerang, tangan menghantam dan sekenanya dia memukul panglima itu. Tapi sekali Bu-ciangkun berkelit dan menggerakkan kaki tiba-tiba Kwee Han terbanting dan terjengkang roboh.

"Jangan melawan, taijin. Aku hanya utusan dan kau dapat membela diri di hadapan sri baginda.... bluk!"

Kwee Han mengeluh, memang tentu saja bukan tandingan lawannya itu namun pemuda ini berteriak-teriak memanggil pengawal. Dia bangun berdiri dan mau lari lagi, kini menuju belakang. Tapi karena Bu-ciangkun adalah utusan kaisar dan panglima brewok itu menunjukkan kewibawaannya maka pengawal mundur dan tentu saja jerih, mendiamkan saja pemuda itu melarikan diri dan Bu-çiangkun kini berkelebat. Sekali lagi panglima itu membentak agar Kwee Han menyerah, boleh membela diri di hadapan kaisar nanti. Namun Kwee Han yang sudah ketakutan dan lari menabrak apa saja tiba-tiba teringat Kim-mou-eng.

"Kim-taihiap, tolong....!"

Waktu itu Kim-mou-eng sedang bertanding, Mengikuti petunjuk gurunya tanpa mengerti apa yang sebenarnya dimaksud Pendekar Rambut Emas ini menuruti saja apa yang diperintahkan. Gurunya mengirim suara dari jauh untuk melakukan ini dan itu, tanpa didengar Hu-taihiap. lawannya. Dan ketika Kwee Han menjerit dan melolong-lolong berteriak dari dalam maka kim-mou-eng mengerutkan kening.

Sebenarnya, kalau dia mau tentu saja dia dapat melarikan diri lagi, membiarkan Hu Beng Kui mengejar dan menghabiskan napasnya. Tentu saja juga melihat keributan di gedung Kwee Han itu, datangnya orang-orang Ming-ciang dan ratusan nelayan yang berteriak-teriak, memaki dan mengutuk nama Kwee Han, hal yang menurutnya aneh.

Dan ketika Kwee Han menjerit minta tolong padanya dan Bu-ciangkun berkelebat di belakang maka Pendekar Rambut Emas semakin heran dan tidak mengerti, menangkis sebuah pukulan dan lawan pun terdorong. Hu-taihiap memaki dan membentaknya lagi. Namun sebelum lawannya itu melancarkan serangan dan Kim-mou-eng berkelebat tiba-tiba Pendekar Rambut Emas itu telah menyambar Kwee Han dan bertanya pada sahabatnya ini,

"Apa yang terjadi? Kenapa kau dikejar-kejar Bu-ciangkun?"

"Fitnah! Aku difitnah, taihiap. Aku dicelakakan orang-orang ini. Mereka datang untuk menangkap aku. Mereka.... mereka.... ah, selamatkan aku, taihiap. Bawa aku keluar dari neraka ini. Tangkap Khek-taijin!"

"Ada apa dengan Khek-taijin?"

"Dia menjebloskan dan menjebak aku, taihiap. Dia... dia....." Kwee Han menghentikan kata-katanya, diajak melempar tubuh bergulingan karena serangan Hu-taihiap tiba. Jago pedang itu menggeram membentak Kim-mou-eng. Dan ketika Kwee Han mengeluh dan menangis terbata-bata maka Kim-mou-eng heran dan terkejut, mendengar seruan Bu-ciangkun, panglima tinggi besar yang gagah dan sudah dikenalnya. "Kim-taihiap, tolong serahkan laki-laki itu kepada kami. Aku hendak membawanya menghadap sri baginda. Orang she Kwee itu menjadi terdakwa dengan segala kecurangan dan kekejamannya!"

"Apa yang dia lakukan?"

"Membunuh dan mencelakai bekas teman-temannya sendiri, taihiap. Juga makan uang haram dari pajak negara yang tidak disetorkan!"

"Ah, benarkah?"

"Tidak... tidak!” Kwee Han mendahului. "Itu omong kosong, taihiap. Bohong! Aku difitnah orang-orang itu mencari gara-gara dan.... bress!" Kwee Han terbanting lagi terguling-guling, diajak mengelak pukulan Hu Beng Kui dan Kim-mou-eng terkejut. Tadi membawa pemuda itu melempar tubuh dan Hu Beng Kui membentak. Untuk kesekian kalinya jago pedang ini gagal, tentu saja marah bukan main. Dan ketika Kim-mou-eng melompat bangun dan Pwee-lopek serta yang lain-lain muncul di situ maka kakek itu berseru,

"Taihiap, lepaskan Kwee Han. Biar bersama kami menghadap kaisar. Apa yang dilakukan pemuda itu sudah melampaui batas dan biar dia menerima hukumannya!"

"Tidak, selamatkan aku, taihiap. Bawa aku pergi secepatnya dari sini....!"

"Hm, apa yang sesungguhnya terjadi?" Kim-mou-eng bingung, mengelak dan berkelebatan lagi dan lawannya semakin berang. "Aku percaya padamu, Kwee han. Tapi juga percaya pada Bu-ciangkun. Panglima itu tak mungkin bohong....siut-dess!" Kim-mou-eng berjungkir balik, bicara sambil mengelak pukulan lawan dan pukulan terakhir tadi ditangkis, terpental dan dia bersama Kwee Han terlempar ke atas. Dan ketika dia melayang turun dan Hu Beng Kui marah-marah maka Bu-ciangkun berseru,

"Taihiap, sebaiknya serahkan pemuda itu kepada kami. Aku yang menjamin hingga dia dapat berhadapan dengan kaisar!"

"Tidak... jangan...!" Kwee Han ketakutan. "Bawa aku ke Khek-taijin, taihiap. Bawa dan cepat kita ke sana!"

"Kenapa kau demikian ketakutan?" Kim-mou-eng mulai bercuriga. "Orang tak bersalah seharusnya tak perlu takut, Kwee Han. Kau ikut saja dengan Bu-ciangkun dan biar nanti kita bertemu lagi!" Kim-mou-eng tiba-tiba melempar, memberikan tubuh pemuda itu pada Bu-ciangkun dan panglima she Bu itu girang. Kwee Han sendiri berteriak dan memaki-maki. Namun ketika pemuda itu ditangkap dan diterima maka Kim-mou-eng mendengar suara gurunya,

"Nah, sekarang keluar kota, Kim-mou-eng. Bawa dan ajak lawanmu ke sana!"

Kim-mou-eng melengking Tinggi. Percaya pada Bu-ciangkun dan meminta panglima itu menjaga keselamatan Kwee Han tiba-tiba dia berjungkir balik, turun dan langsung berkelebat keluar. Dan begitu dia terbang dan meluncur meninggalkan gedung itu maka Hu Beng Kui mengejarnya dan memekik pula,

"Keparat, ke mana kau mau pergi, Kim-mou eng? Berhenti, dan menyerahlah!"

"Ha-ha," Kim-mou-eng tertawa. "Kau tangkap dan kejarlan aku, Hu-taihiap. Aku menyerah dan menyatakan kalah kalau kau dapat membekukku!"

"Keparat, kubunuh kau!" dan Hu Beng Kui yang membentak serta berkelebat lenyap tahu-tahu terbang dan mengikuti lawannya itu, meluncur di atas kepala Pwee-lopek dan teman-temannya dan orang-orang itu pun berseru kaget.

Mereka merasa kepala mereka dilewati angin dingin, berkesiur dan lenyap. Semuanya tak lebih dari seper sepuluh detik saja. Dan ketika mereka bengong dan hanya melihat bayangan kuning emas yang lenyap di luar sana maka mereka gaduh namun Kim-mou-eng meluncur dan kembali melewati celah pintu gerbang yang sempit.

"Wut!" Penjaga pun bengong. Mereka itu seolah melihat bayangan sesosok hantu yang pergi dan datang dengan kecepatan luar biasa, lenyap dan sudah entah ke mana lagi. Dan ketika mereka berteriak dan tertegun di tempat maka Hu Beng Kui pun lewat dan melalui celah pintu gerbang dengan cara dan kecepatan yang sama.

"Wut!" Pengawal yang berjaga melenggong. Mereka tak tahu apakah yang berkelebat di depan mata tadi, manusia ataukah siluman. Tapi Kim-mou-eng yang sudah berada di luar dan kini berkelebat ke hutan tiba-tiba melihat bayangan Swat Lian yang muncul dengan pertanyaannya yang nyaring.

"Twako, ayah sudah kalah?"

"Aah," Kim-mou-eng terkejut, girang. "Ayahmu di belakang, Lian-moi. Lihat dan perhatikan itu. Dia tak mau sudah dan tetap mengejar-ngejar aku!"

"Kau selalu di serangnya?"

"Ya, dan aku bingung, Lian-moi. Kalau saja dia bukan ayahmu.... dess!" Kim-mou-ong mencelat, menghentikan kata-katanya.

Dan Swat Lian berteriak melihat kekasihnya terlempar, dihantam ayahnya dan dari jauh bayangan ayahnya itu sudah muncul dan berkelebat datang, pukulannya mendahului dan Kim-mou-eng mengeluh. Dia jadi lengah ketika bercakap-cakap tadi, untung cepat berjungkir balik dan turun lagi dengan selamat. Hanya punggungnya terasa sedikit sakit akibat bokongan itu, Hu Beng Kui tak malu-malu lagi menyerangnya di saat bercakap-cakap. Kim-mou-eng terhuyung dan Swat Lian terbelalak. Dan ketika Hu Beng Kui sudah tiba di situ dan menggeram membentak Pendekar Rambut Emas ini mendadak Swat Lian melengking dan mengeroyok ayahnya.

"Hei, jangan kurang ajar, Swat Lian. Bantu aku dan tangkap Kim-mou-eng ini!" Hu Beng Kui terkejut, memaki anaknya.

Tapi Kim-mou-eng tertawa-bergelak, menyerang dan bersama kekasihnya sekarang dia menghadapi si jago pedang itu. Swat Lian marah-marah dan balik memaki ayahnya. Dan ketika bayangan Bi Kong Hwesio dan lain-lain baru datang dan mereka itu muncul dengan napas memburu mwaka Hu Beng Kui berteriak,

"Lihat, Kim-mou-eng curang, cuwi pangcu. Dia membujuk anakku hingga menyerang ayahnya sendiri. Keparat, pertandingan menjadi tak sah dan kemenangan Kim-mou-eng tak dapat di catat!"

"Ha-ha, demi kebaikanmu tak usah bercuap-cuap. Hu-taihiap. Kau pun ingkar janji dan tak menepati kata-katamu sendiri. Aku tak membujuk puterimu, dialah yang ingin menyerangmu sendiri atas dasar ketidak adilan!"

"Benar, kau yang curang, yah. Kau tak menepati janji dan lewat dua puluh jurus. Kau sudah bertempur hampir seribu lima ratus jurus. Siapa yang tak marah melihat sepak terjangmu ini?"

"Kau membela Kim-mou-eng itu? Kau tak membantu ayahmu sendiri?"

"Yang kubantu adalah kebenaran, ayah. Yang kulawan adalah ketidak-benaran. Kau tidak benar dan aku tetap akan menyerangmu selama kau sendiri tidak menghentikan seranganmu terhadap Kim-twako!"

“Keparat, dia itu lebih berharga daripada ayahmu sendiri?"

“Bukan berharga atau tidak berharga, ayah, melainkan benar dan tidak benar. Kau hentikan seranganmu atau aku akan merobohkanmu bersama Kim-mou-eng!”

"Jahanam, kalau begitu kau murtad, Swat Lian. Kau melawan ayahmu sendiri!"

"Tidak, kalau kau berjalan di atas kebenaran, ayah. Tapi kalau kau terus menyerang Kim-twako dan melanggar janji maka terpaksa aku akan melawanmu sebagaimana aku melawan ketidak-benaran. Kau harus tahu bahwa berkali-kali Kim-twako mengalah padamu!"

"Hargh!" dan Hu Bang Kui yang tidak banyak bicara lagi dan membentak puterinya tiba-tiba menjadi marah bukan main dan menghantam puterinya itu, ditangkis dan Hu Beng Kui terkejut melihat puterinya memiliki Lu-ciang-hoat pula.

Dan ketika dia berkelebatan namun puterinya melengking mengerahkan Cui-sian Gin-kang tiba-tiba jago pedang ini terhenyak melihat bahwa puterinya menggabung dua ilmu silat yang dipunyainya, atau lebih tepat, ilmu silat yang dimiliki Kim-mou-eng dan ilmu silat yang dimilikinya, Cui-sian Gin-kang dan Jing-sian-eng. Dua ilmu meringankan tubuh yang hebatnya bukan alang kepalang. Dan ketika dalam pukulan pukulannya puterinya itu juga dapat mempergunakan Khi-bal sin-kang yang digabung Lu-ciang-hoat maka jago pedang itu terpental ketika satu saat tangkisan puterinya datang bersamaan dengan pukulan Kim-mou-eng.

"Dess!" Jago pedang itu terlempar bergulingan. Sekarang ada tiga orang yang sama-sama mahir memiliki dua ilmu silat kembar, padahal Jing-sian-eng dan Khi-bal-sin-kang saja sudah cukup hebat. Enam Iblis Dunia tak mampu menghadapi mereka hanya dengan dua ilmu itu saja.

Maka begitu mereka sama-sama memiliki tambahan Lu-ciang-hoat dan Cui-sian Gin-kang di mana kehebatan ilmu mereka menjadi bukan alang kepalang hebatnya maka Hu-taihiap terlempar ketika tangkisan puterinya masih dibantu Kim-mou-eng, mencelat dan terguling-guling dan jago pedang itu marah sekali. Dia melompat bangun namun dua orang itu mengejarnya, mendesak dan reportlah jago pedang ini mengelak. Dan ketika dia terpaksa menangkis namun lagi-lagi terlempar bergulingan maka jago pedang itu berteriak,

“Kim-mou-eng, kau jahanam keparat. Kau tak tahu malu, curang!"

Ha-ha, aku tak menyuruh puterimu mengeroyok, Hu-taihiap. Silahkan suruh dia minggir kalau dia mau."

“Tidak!” Swat Lian berseru. "Aku akan merobohkannya kalau dia tak mau mengakui kesalahannya, twako. Atau kau yang mundur dan biar aku menghadapi ayahku yang bandel ini!"

"Nah," Kim-mou-eng tertawa. "Kau dengar sendiri, Hu-taihiap. Aku telah mencoba tetapi gagal. Sebaiknya kau bersikap ksatria dan akui kekalahanmu..."

"Haiittt....!" Hu-taihiap memotong kata-kata Kim-mou-eng, membentak dan menyerang dengan satu tamparan dahsyat. Tapi ketika Kim-mou-eng menangkis dan dari kiri puterinya menyerang maka jago tua itu terbanting ketika dua tenaga menggencetnya dari depan dan belakang.

"Des-dess!"

Hu Beng Kui terguling-guling. Untuk kesekian kalinya dia mengumpat dan mengeluh. Kim-mou-eng saja sudah membuatnya setengah mati, kini ditambah puterinya sendiri dan tentu saja jago pedang itu terlempar. Dan ketika dia megap megap dan nekat tapi juga bingung maka dia melengking dan untuk terakhir kalinya melepas satu pukulan miring, menyambar leher Pendekar Rambut Emas namun Kim-mou-eng mengelak. Dan ketika pukulannya luput dan Kim-mou-eng membalik tiba-tiba sebuah tendangan membuat dia terlempar.

"Bress!" Jago pedang itu masih juga hebat. Dia dapat berjungkir balik melompat bangun, terhuyung dan muka pun pucat. Sesungguhnya dia sudah hampir tidak kuat lagi setelah puterinya membela Kim-mou-eng, hal yang membuat dia marah tapi juga ragu. Dan ketika jago pedang itu menggeram dan diserang lagi maka orang tua ini menggeblak, terpelanting dan kali ini pukulan puterinya sendiri mengenai pinggangnya. Hu Beng Kui memaki dan membentak puterinya itu.

Dan ketika Kim-mou-eng kini bergerak dan menyambar dari samping maka pendekar itu pun mencelat dan terguling-guling, diserang lagi oleh puterinya dan jago tua itu terbanting. Dan ketika Kim-mou-eng menyusul dan menotok dengan satu jari tiba-tiba Hu Beng Kui roboh dan seketika menjerit.

"Bluk!" Selesailah pertandingan yang luar biasa itu. Hu Beng kui terengah-engah, roboh seperti kain basah dan Kim-mou-eng berkelebat, membebaskan totokannya. Tapi begitu jago pedang itu mendelik dan menggerakkan tangannya tiba-tiba kaki Kim-mou-eng disambar dan jago tua itu memekik sambil mengayunkan tangannya ke kepala Pendekar Rambut Emas, satu pukulan maut yang dikirimkan dengan seluruh sisa-sisa tenaga.

“Ayah....!"

Semua orang terkejut. Kim-mou-eng sendiri tak menyangka perbuatan Hu Beng Kui itu, baik-baik dia mau menolong orang namun si jago pedang justru menyerangnya dengan licik. Hantaman ke kepala itu sudah didahului cengkeraman di kaki yang membuat Kim-mou-eng harus mengerahkan sinkang. Tapi begitu pukulan itu meluncur dan Kim-mou-eng bersiap dengan segenap ketabahannya mengerahkan sinkang mendadak terdengar seruan halus disusul kebutan jarak jauh yang menangkis pukulan si jago pedang.

"Hu-taihiap, tak selayaknya berbuat curang. Sadarlah....dess!"

Hu Beng Kui mengeluh, mengeluarkan teriakan tertahan dan tiba-tiba jago pedang itu terpental. Dan ketika dia roboh dan terbaring di tanah ternyata jago pedang itu sudah pingsan dan muncullah Bu-beng Sian-su, kakek dewa yang maha sakti.

"Kim-mou-eng, biarkan Hu-taihiap bersamaku. Pergilah dan lihatlah temanmu Kwee Han!"

Kim-mou-eng tertegun. Bi Kong Hwesio dan lain-lain juga terkejut, mereka itu menjublak memandang kakek dewa ini, juga tertegun. Tapi ketika kakek dewa itu tertawa dan menggerakkan tangannya tiba-tiba dia lenyap kembali dan sudah menyambar tubuh si jago pedang, yang pingsan.

"Suhu....!"

"Sian-su....!"

Kakek dewa itu tertawa. Dari jauh dia kembali menyuruh Kim-mou-eng ke kota raja berkata pula agar Bi Kong Hwesio dan lain-lain mengikuti Pendekar Rambut Emas itu. Dan ketika semua mendelong tapi sadar memandang Kim-mou-eng tiba-tiba Pendekar Rambut Emas itu sudah berkelebat ke kota raja menyambar lengan kekasihnya.

"Mari, kita ke istana, Lian-moi. Suhu menyuruh kita ke sana!"

Swat Lian mengangguk. Melihat ayahnya yang pingsan gadis ini tak merasa khawatir. Ayahnya telah berada di tangan Bu-beng Sian-su dan tentu tak apa-apa. Kim-mou-eng menyambar lengannya dan mereka sudah berkelebat masuk. Dan ketika penjaga pintu gerbang kembali dibuat melongo dan bengong oleh bayangan dua orang itu maka berturut-turut Bi Kong Hwesio dan lain-lain menyusul.

"Eh, kenapa datang begini banyak siluman? Akan gegerkah kota raja?"

"Entahlah, mereka itu seperti hantu-hantu kesiangan, Lu-ciek. Barangkali memang geger!"

Bi Kong Hwesio dan yang lain-lain tersenyum. Dalam keadaan seperti itu mereka jadi dibuat geli juga oleh kata-kata penjaga pintu gerbang ini. Maklumlah, gerakan mereka pun cepat dan mereka juga melesat seperti siluman, meskipun tentu saja masih kalah jauh dibanding Kim-mou-eng dan puteri Hu-taihiap, yang menghilang dan lenyap sepuluh kali lebih cepat dibanding mereka. Dan ketika mereka mengejar Kim-mou-eng dan tadi Bu-beng Sian-su berpesan pada mereka untuk kembali ke hutan kalau apa yang dilihat sudah selesai maka di sana Kim-mou-eng sendiri bersama Swat Lian sudah tiba di istana.

Waktu itu, Kwee Han sudah dibawa Bu-ciangkun. Di bawah cengkeraman panglima ini pemuda itu tak dapat bergerak. Kwee Han berteriak-teriak sepanjang jalan dan teman-temannya, penduduk Ming-ciang memburu. Kalau saja panglima Bu tidak mengusir dan menggebah mereka barangkali Kwee Han sudah jatuh di tangan bekas teman-temannya ini, yang memandang penuh kebencian dan memaki-maki. Dan ketika siang itu juga Kwee Han dihadapkan kaisar namun kaisar menyuruh wakilnya mengadili menteri muda itu maka kwee Han berteriak-teriak tak keruan dan memaki kalang-kabut.

"Tidak... aku tidak bersalah. Lepaskan aku... lepaskan...!"

Namun Kwee Han di bawah cengkeraman Bu-ciangkun. Mewakili kaisar bertanyalah Han-taijin pada pemuda itu, melancarkan semua tuduhannya namun Kwee Han mengelak sana-sini, menjerit dan manta agar Khek-taijin dibawa ke situ, bahkan menyebut-nyebut pula pangeran Yu Fu, putera kaisar! Dan ketika teriakan pemuda itu terpaksa dibungkam dengan satu pukulan di tengkuk akhirnya Kwee Han mengeluh dan saat itu berkelebatlah bayangan Kim-mou-eng dan Swat Lian.

"Ah, tolonglah aku, taihiap... tolong....!" Kwee Han merintih, girang melihat Pendekar Rambut Emas dan tahu-tahu pemuda itu sudah lepas dari cengkeraman Bu-ciangkun. Dan ketika panglima itu membalik dan tertegun melihat Pendekar Rambut Emas maka panglima ini berkata agar pemuda itu dilepaskan.

"Nanti dulu," Kim-mou-eng mengerutkan kening. "Tadi aku menitipkan pemuda ini kepadamu, ciangkun. Tak boleh dia disakiti. Sekarang katakan apa yang terjadi dan mana sri baginda kaisar!”

"Sri baginda tak mau melihat muka orang she Kwee ini. Sri baginda diwakili Han-taijin."

"Hm... begitukah?"

"Benar," Han-taijin bangkit berdiri. "Orang ini telah melakukan banyak dosa, taihiap. Harap lepaskan dia dan biar kami adili...!"

"Tidak..., jangan!" Kwee Han malah meratap. "Bawa aku keluar taihiap. Orang-orang di sini semua memusuhiku!"

"Tentu saja!" A-hauw, saudara A-kong yang dibunuh tiba-tiba membentak, menyeruak dari barisan temannya yang berkumpul mengelilingi sidang. "Kau pembunuh dan ternyata penggelap pajak negara pula, Kwee Han. Kau algojo dan lintah penghisap. Kau selayaknya dibunuh dan dimusuhi semua orang!"

"Lihatlah," Kwee Han menangis. "Mereka tak memberikan kesempatan padaku membela diri, taihiap. Mereka ini memojokkan dan menyudutkan aku!"

"Kalau begitu apa yang kau maui?"

"Panggilkan Khek-taijin, juga Yu-ongya (pangeran Yu)!"

Kim-mou-eng membalik, menghadapi Bu-ciangkun. "Kenapa dua orang itu tak kalian panggil? Bukankah Kwee Han berhak membela diri?"

Bu-ciangkun kebingungan. "Pangeran tak ada di tempat, taihiap. Sedang Khek-taijin...."

"Bohong, mereka bohong!" Kwee Han memotong. "Mereka itu melindungi Khek-taijin dan pangeran, taihiap. Mereka..."

”Diam!” sebuah bentakan mengejutkan pemuda itu, muncul tiba-tiba. "Aku di sini, orang she Kwee. Dan ini juga Khek-taijin!" muncullah di ruang itu pangeran Yu Fu dan Khek-taijin. Sang pangeran tenang-tenang sementara Khek-taijin agak pucat. Entah bagaimana dua orang itu muncul dengan berani dan tuduhan Kwee Han seketika patah. Dan ketika Kwee Han terbelalak dan kaget melihat dua orang itu maka pangeran Yu Fu berkata, "Lihat, Bu-ciangkun tak melindungi kami atau siapa pun, Kwee Han. Tadi kami memang pergi tapi sekarang sudah datang. Katakanlah apa yang hendak kau katakan!"

Kwee Han tiba-tiba terpaku. Melihat munculnya sang pangeran mendadak membuat pemuda itu diam, sang pangeran memang tak mempunyai urusan serius dengannya, lain dengan Khek-taijin yang masih saudara dari Cu-wangwe itu, juragan perahu. Dan ketika Kwee Han terdiam dan tak mengeluarkan suara maka Kim-mou-eng berkata menyuruh pemuda itu bicara.

"Katakanlah apa yang ingin kau katakan," pendekar itu mengerutkan kening. "Dan kami semua menunggu jawabanmu, Kwee Han. Bersikaplah jujur dan ksatria!"

"Aku... aku..." Kwee Han gagap. "Sebenarnya Khek-taijin yang ingin kutuduh, taihiap. Dia itulah biang keladi utamanya!"

"Urusan apa? Tentang teman-temanmu di Ming-ciang atau masalah penggelapan pajak?"

"Aku...." Kwee Han tiba-tiba menangis. "Semuanya, taihiap. Aku merasa tertipu semuanya oleh perbuatan menteri Khek itu!"

"Dan pangeran?"

"Dia... dia sahabat Khek-taijin. Pangeran suka melindungi dan membela Khek-taijin!" dan ketika Kwee Han pucat dan menangis sambil memaki-maki menteri itu maka A-hauw, laki-laki dari barisan Ming-ciang bangkit dengan gagah.

"Kwee Han, coba kau sangkal tuduhan kami bahwa kau telah membunuh teman-teman kami dari Ming-ciang. Urusan pajak yang kau gelapkan biarlah nanti dulu!"

"Aku tak membunuh siapa pun!" Kwee Han berteriak. "Kalian tak memiliki bukti tentang itu. A-hauw. Kau dan teman-temanmu memfitnah!"

"Kalau kami punya bukti?” A-hauw menantang. "Lihat, siapa ini, Kwee Han. Dan dengar apa katanya!"

Dan tiga laki-laki pengawal yang mengeluh dan diseret dari balik rombongan pemuda itu tiba-tiba membuat Kwee Han pucat karena itulah tiga pengawalnya terpercaya yang disuruh membunuh A-kong dan A-sam, juga bekas teman temannya yang lain di mana semua mayat mereka akhirnya dilempar atau dibuang ke sungai. Kwee Han terbelalak dan gemetar. Dan ketika tiga pengawal itu disuruh berlutut di ruang sidang dan pandangan Kim-mou-eng membuat mereka rontok nyalinya maka meluncurlah pengakuan tentang pembunuhan-pembunuhan yang dilakukan Kwee Han, meminjam tangan pengawal-pengawalnya.

Satu demi satu dibuka dan Kim-mou-eng terkejut. Kwee Han yang dulu dikenalnya begitu baik mendadak sudah berobah seperti srigala ganas yang tidak mengenal kawan. Siapa pun dihabisi dan tak kurang dari tiga puluh pemuda Ming-ciang dibunuh orang she Kwee ini. Rombongan A-hauw marah dan semua memaki, ruang sidang menjadi gaduh dan sejenak ribut. Dan ketika Bu-ciangkun meminta diam dan Kwee Han disuruh menyangkal lagi maka pemuda itu menggigil dan ketakutan hebat, meliar matanya, bentrok dengan pandangan Kim-mou-eng yang dingin dan berkilat.

"Kau melakukan semuanya itu, Kwee Han? Kau membunuh-bunuhi temanmu sendiri hanya karena mereka melapor dan meminta bantuanmu masalah juragan perahu yang sewenang-wenang?"

"Aku.... aku....” Kwee Han bingung. "Aku tak tahu apa yang kulakukan, taihiap. Aku... aku dibujuk Khek-taijin!"

"Hm, jangan mencari-cari kawan, Kwee Han. Pembunuhan yang kau lakukan tak ada hubungannya dengan Khek-taijin!" pangeran Yu Fu membentak.

"Benar," Khek-taijin berani. "Itu urusanmu sendiri, Kwee Han. Kau pemuda tak tahu budi yang ingin menyeret orang lain!"

"Keparat kau!" Kwee Han berteriak. "Atas bujukan dan tipuanmu-lah aku melakukan semuanya ini, Khek-taijin. Kau menyogok dan memberikan segala-galanya untuk membungkam mulutku. Kau dan saudaramu hartawan she Cu itu sama-sama menjerat aku agar tidak menggubris teman temanku di Ming-ciang!" dan ketika Kwee Han melengking dan berteriak membeberkan tipu muslihat menteri itu maka semua orang tertegun dan terkejut.

Khek-taijin yang tadi berani mendadak mengkeret nyalinya seakan dipukul pukul Kwee Han, kian lama kian hebat dan akhirnya mundurlah menteri itu di balik punggung pangeran Yu Fu. Dan ketika Kwee Han menceritakan semuanya betapa atas bujukan menteri itulah dia melakukan semuanya ini maka Kwee Han menuding dengan gemetar, mengakhiri,

"Lihat, untuk menyelamatkan harta kekayaan mu kau menyogok dan memberiku segudang kesenangan, taijin. Untuk menutup urusan di Ming-ciang kau membungkam aku dengan harta dan kedudukan. Dan sekarang kau tak mau bertanggung jawab. Kau manusia keparat jahanam!"

Semua orang tertegun. Sekarang terbukalah sepak terjang menteri ini. Kiranya Khek-taijin mendapat "upeti" dari keuntungan para majikan di Ming-ciang, melindungi dan tentu saja membela juragan-juragan perahu itu. Kwee Han dibungkam dan berhasil dibujuk untuk tidak membela teman-temannya lagi. Itulah permainan Khek-taijin bersama juragan perahu, termasuk saudaranya sendiri Cu-wangwe itu, yang merasa mendapat "backing" kuat dan dapat berbuat sekehendak hatinya.

Tapi karena masalah pembunuhan adalah tindak-tanduk Kwee Han sendiri dan Khek-taijin tak ada sangkut-paut langsung maka pangeran Yu Fu tertawa mengejek dan membela menteri itu, yang berlindung menggigil di balik punggungnya.

"Baiklah, Khek-taijin bersalah, Kwee Han. Tapi kesalahannya terbatas. Betapa pun kaulah yang harus bertanggung jawab penuh atas pembunuhan-pembunuhan yang kau lakukan. Dalam hal ini Khek-taijin sama sekali tak menyuruhmu melakukan pembunuhan-pembunuhan itu. Kaulah yang memerintah dan kaulah yang bertanggung jawab. Untuk urusan ini Khek-taijin bersih!"

Kwee Han terbelalak. "Pangeran tak menghukum dia itu?"

"Yang menghukum adalah ayahanda kaisar, Kwee Han. Dia mungkin dikenakan tindakan administratif, dipindah atau diturunkan jabatannya. Tapi untuk pembunuhan-pembunuhan itu, kaulah yang bertanggung jawab. Kau yang bodoh kenapa mau dibujuk!"

"Ahh!" Kwee Han memekik. "Itu tak adil, pangeran. Dia pun menjebak aku untuk penggelapan pajak negara. Dia.... dia...."

"Tidak, bukti tanda tangan adalah perbuatanmu, Kwee Han. Tak usah mencari-cari untuk masalah ini. Sekarang selesaikan saja urusanmu dengan teman-temanmu di Ming-ciang itu!"

Dan ketika pangeran Yu Fu membalik dan menghadapi Pendekar Rambut Emas maka pangeran itu berkata, "Nah, kau sudah mendengar semuanya ini, Kim-taihiap. Aku bukan melindungi atau membela Khek-taijin. Tapi jelas urusan di Ming-ciang adalah tanggung jawab Kwee Han sepenuhnya. Kalau dia kuat imannya tak gampang dibujuk tentu dia tak akan berhasil dipengaruhi Khek-taijin. Tapi karena Khek-taijin bersalah membujuk orang lain maka ayahanda tentu akan mengenakan hukuman administratif kepadanya. Biar paman Han yang memutuskan!" dan begitu semuanya jelas dan gamblang tiba-tiba gaduh dan ributlah suasana.

Kini Kwee Han tak dapat melarikan diri lagi, apa yang dilakukan memang tanggung jawabnya sepenuhnya. Khek-taijin hanyalah terlibat secara tak langsung dan pemuda itulah yang harus menanggung dosa atas membunuh teman temannya. Khek-taijin memang tak terlibat urusan ini. Maka begitu dirinya divonis dan Kwee Han pucat melihat pandangan Kim mou-eng tiba-tiba pemuda itu berteriak dan melarikan diri, putus asa dan kini tak ada lagi yang melindunginya.

Pendekar Rambut Emas memandangnya dingin dan penuh kemukakan, Kim-mou-eng memang tak menduga sepak terjang pemuda Ming-ciang ini. Tapi begitu Kwee Han melarikan diri dan A-hauw membentak tiba-tiba pemuda itu bergerak dan ratusan temannya yang lain tiba-tiba bangkit berdiri.

"Kwee Han, berhenti kau. Pertanggung jawabkan dulu semua perbuatanmu!"

"Benar, dan hukuman mati patut untukmu, Kwee Han. Kau telah membunuh A-kong dan lain-lain!"

"Dan tangkap dia, rajam!"

Kwee Han panik. Dimaki dan dibentak serta dikejar A-hauw mendadak dia kehilangan kontrol dirinya. Kwee Han gugup dan takut bukan main, lari keluar istana namun A-hauw menubruk. Dan ketika pemuda itu menerkam dan mereka jatuh bergulingan di tangga istana maka A-hauw sudah membentak dan memukul-mukul tubuhnya.

"Ku bunuh kau, Kwee Han. Ku bunuh kau!"

Kwee Han melawan. Tentu saja dia marah kepada lawannya ini, apa saja dipukul dan ditendang, rambutnya dijambak dan A-hauw bahkan menggigit telinganya. Dan ketika Kwee Han berteriak dan balas menggigit serta memukul lawannya maka ratusan nelayan Ming-ciang sudah menyerbu dan mencabut senjata, berteriak dan Kwee Han pun pucat...

Sepasang Cermin Naga Jilid 16

SEPASANG CERMIN NAGA
JILID 16
KARYA BATARA


Cerita Silat Mandarin Karya Batara

KIM-MOU-ENG basah kuyup. Pendekar ini mulai pucat melihat keberingasan lawannya. Kalau Hu Beng Kui bukan calon mertuanya barangkali akan lain sikapnya, dia akan membalas keras dengan keras. Tapi karena jago tua itu adalah ayah Swat Lian dan gadis itu adalah "hyang" nya (kekasih).

Maka Kim-mou-eng bingung menghadapi lawan, bertahan dan menangkis dan dia mengharap Hu Beng Kui akan roboh sendiri. Bukan oleh pukulannya melainkan oleh tenaga yang habis, napas yang tak akan bertahan panjang lagi dan Hu Beng Kui rupanya tahu itu, melihat Kim-mou-eng mulai kucing-kucingan dan sering mengelak. Pukulan yang luput tentu saja berarti terhamburnya tenaga, menguras ausdauer dan Hu Beng Kui melotot.

Sebenarnya Kim-mou-eng kagum karena sudah seribu jurus mereka bertanding tapi masih juga jago pedang itu kuat, tanda betapa hebat dan luar biasanya jago pedang itu. Tapi karena jago tua tak akan sekuat jago muda dan perlahan tetapi pasti kondisi fisiknya akan jauh menurun maka benar saja jago pedang itu mulai menggigil dan pucat, memaki-maki namun Kim-mou-eng berusaha mengelak dan berloncatan, menghindari sesering mungkin mengadu pukulan dan membiarkan pukulan-pukulan jago pedang itu lewat di sisinya.

Semakin banyak pukulan-pukulan yang kosong berarti akan semakin cepat jago pedang itu terkuras tenaganya. Tapi ketika jago pedang itu mendelik dan berkali-kali menggereng atau membentak tiba-tiba sebuah suara yang amat dikenal Kim-mou-eag terdengar lembut menyusup telinga, suara gurunya, Bu-beng Sian-su.

"Kim-mou-eng, ajak dan bawa lawanmu ke kota raja. Cari dan temukan Kwee Han!"

Kim-mou-eng terkejut. Dia terkejut tapi girang mendengar suara gurunya itu, kegirangan yang juga bercampur dengan rasa heran. Maklum, gurunya tiba-tiba menyebut Kwee Han, sahabat dari Ming-ciang yang kini menjadi menteri muda di istana. Maka mengangguk dan berseru keras tiba-tiba Pendekar Rambut Emas menangkis pukulan lawannya. Dan ketika ledakan kembali mengguncangkan bukit dan Ce-bu tergetar oleh benturan keras ini tiba-tiba Kim-mou-eng memutar tubuhnya dan lari turun bukit, tentu saja dibentak Hu-taihiap dan jago tua itu melengking. Hu-taihiap mengira Kim-mou-eng menyerah, kalah. Maka mengejar dan melesat mengerahkan ilmunya yang luar biasa jago tua itu membentak,

"Kim-mou eng, berhenti...!"

Bi Kong Hwesio dan lain-lain tertegun. Saat itu mereka bersila karena suara-suara di atas bukit demikian menggetarkan dan mengguncang jantung. Sebenarnya mereka cukup jauh namun ternyata tak tahan juga. Ratusan orang kang-ouw, yang berdiri dàn terbelalak memandang pertempuran itu akhirnya roboh terguling. Satu per satu mereka tak kuat berdiri lagi dan banyak di antaranya yang akhirnya pingsan, tanda betapa hebat dan spektakulernya pertandingan itu.

Maka ketika bayangan kuning emas meluncur dari bukit dan Hu Beng Kui mengeluarkan bentakannya yang mengguntur maka Bi Kong Hwesio dan teman-temannya membuka mata, harus menggigit bibir kuat-kuat kalau tak ingin isi dada seakan dirontokkan. Suara atau bentakan Hu Beng Kui itu dahsyat sekali, melebihi seratus harimau mengaum! Dan ketika mereka terbelalak dan tertegun memandang pertempuran itu maka terkejutlah mereka melihat larinya Kim-mou.eng. turun bukit di kejar Hu Beng Kui.

"Eh, Hu-taihiap rupanya menang, cuwi pangcu. Lihat Kim-mou-eng melarikan diri!"

"Benar, tapi, eh.... siapa itu, Bi Kong lo-suhu? Tampaknya seperti Sian-su. Hei, Bu-beng Sian-su muncul!" dan ketika semua melihat betapa di balik bukit muncul sesosok bayangan tertutup halimun maka terkejut dan tersentaklah semua orang tak mengerti kejadian itu dan Sian-su, kakek dewa itu tiba-tiba lenyap kembali. Bayangannya membuntuti si jago pedang yang meluncur turun dan mengejar Kim-mou-eng, tak tahu di belakangnya berkelebat dan mengikuti bayangan si kakek dewa yang maha sakti.

Orang di bawah dapat melihat karena kebetulan mereka memandang ke atas, lain dengan Hu Beng Kui yang diamuk kemarahannya terhadap Kim-mou-eng, lawan yang tangguh dan di mana dia tak dapat menepati janji, sudah ingkar dan Kim-mou-eng pun berkelebat ke utara. Dan ketika Bi Kong Hwesio dan yang lain-lain melihat bahwa Pendekar Rambut Emas tampaknya menuju ke kota raja dan Hu Beng Kui mengikuti sambil memaki-maki maka bayangan Bu-beng Sian-su lenyap dan entah di mana lagi.

"Kejar.... mari kita kejar!" Bi Kong Hwesio tiba-tiba bergerak. "Pertandingan belum selesai, cuwi pangcu. Ayo kita lihat dan saksikan mereka!" dan begitu yang lain meloncat dan berlarian mengejar maka rombongan ketua partai ini mengerahkan ilmu meringankan tubuh mereka dan tancap gas, masih saja kalah dan Kim-mou-eng serta Hu-taihiap sudah lenyap di depan.

Mereka kaget dan juga heran kenapa Kim-mou-eng melarikan diri, rupanya kalah tapi tak mungkin. Pendekar Rambut Emas itu masih dapat mendahului lawannya dan Hu Beng kui berteriak-teriak di belakang. Tapi karena mereka tahu bahwa dua orang itu ke kota raja dan entah Kim-mou-eng mau berbuat apa maka Bi Kong Hwesio dan lain-lain mengejar, memburu dan susah payah mengikuti dua orang luar biasa itu.

Baik Kim-mou-eng maupun Hu Beng Kui bukanlah tandingan mereka, dua orang itu adalah orang-orang super dengan kelas yang sudah tak dapat diukur lagi tingginya. Dan begitu mereka berkelebatan mengerahkan ginkang dan Hu-taihiap berteriak-teriak di sana maka Kim-mou-eng sendiri sudah mengerahkan segenap ilmu lari cepatnya dan terbang melebihi kecepatan siluman.

Sebenarnya Kim-mou-eng juga tak tahu kenapa gurunya tiba-tiba menyuruhnya ke kota raja. Tapi percaya bahwa pasti ada sesuatu yang penting dan dia harus mengikuti petunjuk gurunya itu maka Pendekar Rambut Emas ini meneruskan larinya dan tak memperdulikan teriakan lawan. Berkali-kali disuruh berhenti dan diminta menyerah, kata-kata yang disambut senyum dan tawa oleh pendekar muda itu.

Dan ketika kota raja sudah di depan mata dan seperti kilat menyambar Pendekar Rambut Emas ini memasuki celah pintu gerbang dan sudah menuju ke gedung Kwee-taijin, Kwee Han yang dulu dikenalnya maka Hu Béng Kui juga berkelebat dan melesat mengejar lawannya itu, tak mau kalah.

"Berhenti! Jangan lari, Kim-mou-eng. Berhenti dan nyatakan bahwa kau menyerah!”

"Ha-ha, menyerah bagaimana, Hu-taihiap? Kau tak dapat menangkapku. Aku belum roboh dan sengaja ingin menghabiskan napasmu...!"

"Keparat, kubunuh kau, Kim-mou-eng. Kucekik lehermu nanti dan Hu Beng Kui yang terbang dan mengikuti ke mana Pendekar Rambut Emas pergi akhirnya tiba pula di gedung Kwee Han dan memaki.

Bayangan mereka berkelebat begitu saja dan pengawal di depan gedung berseru kaget. Mereka seakan didatangi hantu yang mendadak hilang. lenyap dan hanya meninggalkan desir dingin di samping tubuh. Tentu saja mereka ngeri. Dan ketika mereka saling berteriak dan tak tahu apa yang menyambar dengan kecepatan super sonik itu maka Kim-mou-eng sudah lenyap di dalam gedung dan mencari-cari Kwee Han.

Saat itu, Kwee Han berada di kamarnya. Pemuda ini, yang sudah menjadi menteri muda dan pejabat negara kebetulan menyendiri. Pemuda itu tak mau diganggu dan semua selir serta pelayannya diusir, mengamati Cermin Naga yang sering membuat dia berkerut kening. Maklum. dia tak mengerti apa sesungguhnya benda aneh itu, yang datang dan jatuh di kamarnya serta dicari-cari oleh nenek Naga dan temannya. Benda yang tentu penting dan berharga.

Tapi karena berbulan bulan ini ia tak dapat menemukan rahasianya dan benda itu disimpan sebagaimana ia menyimpan benda-benda langka maka tiap hari menteri muda itu mengelus dan mengusap-usap benda ini. Sampai akhirnya ia merasa lelah tapi tak jemu-jemu memeriksa dan mengamati benda itu. Dan ketika siang itu ia kembali mengamati benda itu dan mengusap serta mengelus-elusnya mendadak pintu kamarnya didobrak dan sesosok bayangan kuning emas berkelebat di depannya.

"Kwee Han, tolong aku!"

Kwee Han, menteri muda ini terkejut. Dia melihat Kim-mou-eng di situ, hampir membentak namun cepat dia menahan mulut. Cermin Naga, yang ada di tangannya tiba-tiba disembunyikan, cepat dan kaget. Namun karena Kim-mou-eng telah melihat benda itu dan tertegun serta heran mendadak Pendekar Rambut Emas ini bertanya,

"Eh, apa itu?"

Kwee Han pucat.

"Lihat, apa yang kau bawa, Kwee Han. Berikan padaku dan pinjam sebentar!"

"Tidak...!" pemuda ini tiba-tiba mundur, mukanya berubah. "Ini.... ini warisan nenek moyangku, Kim-taihiap. Ini punyaku, tak boleh sembarang dipegang atau dipinjamkan!"

"Tapi benda itu mengeluarkan sinar, memantulkan cahaya. Apakah sebuah cermin?"

Kwee Han gugup. Dan belum dia menjawab tiba-tiba di luar terdengar bentakan dan geraman. "Kim-mou-eng, jangan lari bersembunyi!"

"Apa itu?" Kwee Han merasa mendapat kesempatan, mengalihkan perhatian. "Siapa itu, taihiap? Kau dikejar-kejar?"

"Benar," Kim-mou-eng mengusap keringat, tiba-tiba berkelebat dan keluar melompati jendela. "Aku mencari persembunyian sementara. Kwee Han. Bantu aku dan carikan tempat yang enak!"

"Di belakang ada gudang!" pemuda itu girang, merasa dapat meloloskan diri. Kau kesanalah, taihiap. Bersembunyi dan biar aku keluar."

Kim-mou-eng sudah lenyap. Pendekar Rambut Emas itu tak menunggu kata-katanya lagi karena suara Hu Beng Kui sudah dekat di kamar itu, berkelebat dan menghilang ke belakang. Urusan tadi jadi dilupakannya sejenak dan Kwee Han dapat menyelamatkan cerminnya, benda yang tadi diamat-amati itu. Dan ketika pemuda ini mau keluar tapi sesosok bayangan meloncat masuk dan dia bertabrakan maka cermin itu tiba-tiba jatuh dan Hu Beng Küi atau Hu-taihiap muncul di situ, seperli iblis.

”Hei.... prang!"

Cermin itu membuat Hu Beng Kui terbelalak. Jago pédang ini terkejut dan tertegun, dia kaget karena cermin yang persis seperti yang di punyainya ada di situ, jatuh ke lantai dan tidak pecah. Dia tadi melihat bayangan Kim-mou-eng dan berkelebat memasuki kamar ini, mukanya penuh debu dan jago pedang itu tampak menyeramkan. Sorot matanya beringas dan sekujur tubuhnya basah kuyup, bukan oleh air melainkan oleh keringat, hasil pertandingannya dua jam dengan Kim-mou-eng. Dan begitu pendekar itu melibat Cermin Naga dan Kwee Han pucat berteriak tertahan tiba-tiba pemuda ini memaki dan menyambar cerminnya itu, tak mengenal siapa Hu Beng Kui.

"Hei, kau jahanam keparat. Tak tahu aturan....!" namun Hu Beng Kui yang menendang dan menyambar cermin itu tiba-tiba mendahului dan sudah mendapatkan cermin ini.

"Buuuk!" Kwee Han terlempar, roboh terguling-guling dan segera pemuda itu berteriak memanggil pengawal. Kebetulan pengawal sudah ribut-ribut oleh berkelebatnya Kim-mou-eng dan Hu Beng Kui tadi, datang dan buru-buru memasuki kamar menteri muda itu, melihat si jago pedang dan mereka terkejut dan terbelalak. Kwee Han memaki dan merampas kembali benda miliknya itu. Tapi ketika Hu Beng Kui mendengus dan mengibaskan lengan bajunya maka pemuda ini terbanting dan terguling-guling lagi, mengaduh-aduh.

"Aduh, keparat.... serang laki-laki itu. Bunuh si buntung itu!"

Pengawal berkelebatan. Mereka sudah menghambur semua ke arah Hu Beng Kui, si jago pedang menjublak dan bengong di situ, tak menghiraukan serangan dan pengawal menusukkan tombak atau golok mereka. Tapi ketika senjata mereka patah patah dan si buntung itu tak bergeming maka mereka terkejut dan Kwee Han sendiri juga berteriak,

“Serang.... serang lagi, bunuh!”

Pengawal mengambil senjata baru. Mereka sebenarnya gentar dan pucat oleh kehebatan si buntung itu. Tapi karena si buntung mématung mengamati cermin itu dan mereka dapat menyerang lagi maka golok dan tombak kembali berhamburan namun senjata itu lagi-lagi patah-patah.

“Krak-krak-krakk...!"

Hu Beng Khi sadar. Dua kali diserang tiba-tiba membuat jago pedang itu marah, dia tadi tertegun mengamati benda ini karena mengira itulah Cermin Naganya yang disimpan baik-baik, kini dicuri dan berada di tangan pemuda itu. Maka begitu dia melotot dan mengibas pengawal yang terlempar menjerit-jerit mendadak jago pedang ini sudah berkelebat dan menyambar Kwee Han.

"Kau mencuri benda milikku? Dari mana kau dapatkan ini?"

"Aduh... ampun....!" Kwee Han berteriak. "Lepaskan aku, orang gila. Itu punyaku sendiri dan jangan mengaku-aku. Berikan padaku dan lepaskan cekikanmu!"

“Bohong, kau bohong, anak muda. Ini punyaku dan kaulah yang tak tahu malu... bruk!" dan Hu Beng Kui yang menggeram membanting menteri muda itu tiba-tiba membuat Kwee Han merintih dan terbelalak, pucat pasi dan tentu saja pemuda itu ketakutan. Dan ketika dia diangkat dan kembali mau dibanting mendadak dia teringat Pendekar Rambut Emas dan melolong,

"Kim-taihiap, tolong. Aku diserang orang gila!"

Hu Beng Kui marah. Tiba-tiba dia membanting pemuda ini dan mau menginjaknya. Tapi ketika berkelebat bayangan Kim-mou-eng dan Pendekar Rambut Emas itu membentak menyuruh dia melepaskan pemuda itu maka Kwee Han ditendang dan Hu Beng Kui mergangkat alisnya, diserang dan menangkis dan dinding kamar itu roboh. Kwee Han berteriak-teriak agar Kim-mou-eng mengusir "orang gila" itu. Dan ketika pengawal berhamburan dan jadi gentar oleh sepak terjang Hu-taihiap mendadak seorang komandan berkelebat dan menjatuhkan diri berlutut.

"Taijin, di luar muncul utusan sri baginda. Ratusan orang dari Ming-ciang datang...!"

"Apa?" Kwee Han terkejut. "Utusan sri baginda? Ratusan orang Ming-ciang?"

"Benar, mereka hendak menemuimü, taijin. Dan Bu-ciangkun (panglima Bu) datang sebagai utusan sri baginda!"

Kwee Han pucat. Kim-mou-eng yang serang ményerang dengan lawannya tiba-tiba tak dihiraukan lagi Dua orang itu telah berkelebatan namun Kim-mou-eng berputaran, tak mau tinggal di ruangan itu dan tiba-tiba kembali keluar, berkalebat dan mengajak musuhnya bertanding di luar Dan ketika terdengar bentakan dan geraman Hu Beng Kui yang marah terhadap lawannya mendadak di luar gedung terdengar teriakan dan maki makian yang ditujukan kepada Kwee Han.

"Orang she Kwee, keluarlah. Kami mau menuntut keadilan!"

"Benar, keluarlah, Kwee Han. Dan kami sudah mendapat restu kaisar!"

"Atau kami akan menangkapmu di dalam. Kau pembohong dan pembunuh!"

Dan ketika teriakan atau makian di luar itu membuat Kwee Han gemetar dan menggigil maka komandan sudah kembali berkata bahwa Bu-ciangkun menunggu di luar. "Maaf, kau diminta cepat, taijin. Ada urusan penting dan mendesak!"

"Urusan apa?"

"Hamba tak tahu, silahkan taijin keluar dan menyambut..."

"Goblok!" dan Kwee Han yang memaki serta mendorong komandan itu lalu bergegas dan tergesa-gesa keluar, diiring pengawalnya dan pertempuran Kim-mou-eng dengan Hu-taihiap tak diusik. Kwee Han juga melupakan Cermin Naganya yang dirampas jago pedang itu. Dan ketika dia keluar dan tertegun melihat ratusan orang Ming-ciang memenuhi halaman gedungnya maka Bu-ciangkun, utusan kaisar sudah melangkah maju dan menenangkan teriakan orang-orang itu.

"Diam, semua, diam!” dan Kwee Han yang dihampiri serta pucat dan menggigil tiba-tiba melihat Bu-ciangkun menjura, tampak keren dan berwibawa. "Taijin, aku diutus sri baginda menyelesaikan masalah teman-temanmu. Kabarnya kau melakukan kecurangan dan pembunuhan. Bisakah kita bicara?"

“Pembunuhan apa? Kecurangan apa?" Kwee Han marah. "Mereka ini orang-orang pengacau, ciangkun, Usir dan suruh mereka keluar!"

“Tidak, justeru kedatanganku untuk membereskan urusan mereka, taijin. Kalau mereka tidak benar sri baginda menyuruh aku menangkap dan menghukum orang orang itu. Mereka telah membuat ribut!" dan membungkuk meminta apakah dia diperbolehkan masuk maka Kwee Han buru-buru mengangguk dan tergegap.

"Tentu, silahkan masuk, ciangkun. Mari! Tapi... tapi orang orang ini..."

"Mereka menunggu di luar, taijin. Hanya beberapa orang yang akan ikut masuk!"

Pwee-lopek, yang tadi berlindung di balik punggung Bu-ciangkun tiba-tiba muncul, memperlihatkan diri. Dan begitu kakek ini menunjukkan mukanya dan tersenyum aneh mendadak berturut-turut muncul orang-orang lain yang dikenal Kwee Han, bekas teman-temannya waktu di Ming-ciang dulu.

"Taijin, maaf. Penduduk Ming-ciang marah atas kebohongan dan perbuatanmu. Kami sekarang beramai-ramai menuntut keadilan dan sudah mendapat perlindungan kaisar. Siapa salah akan dihukum dan siapa benar akan mendapatkan haknya. Bu-ciangkun sebagai saksi!"

Kwee Han mendelik. Sebagaimana diketahui, Pwee-lopek atau kakek Pwee itu adalah orang yang dulu mula-mula datang kepada Kwee Han, memohon bantuannya dan dua tiga kali mendapat uang. Tapi karena bantuan itu terlalu sering dan Kwee Han lama-lama jengkel akhirnya dia tak menghargai kakek itu lagi dan tak mau mengurusi teman-temannya di Ming-ciang, bersikap acuh dan terakhir dia membunuh bekas teman-temannya yang datang, melalui pengawal.

Maka ketika kini dilihatnya kakek itu lagi dan mereka datang serombongan maka Kwee Han marah dan diam-diam mengerling ke kiri kanan, mencari akal dan daya namun semuanya yang serba mendadak itu membuat dia bingung merasa tersudut dan buntu. Dan karena dia tahu bahwa Bu-ciangkun adalah seorang panglima jujur yang amat tegas maka Kwee Han merasa panik.

"Baiklah, mari, ciangkun. Kita semua masuk!” Kwee 'Han mendahului. Dengan muka pucat dan kaki menggigil menteri muda ini mengajak tamu-tamunya ke dalam, di luar tak terdengar teriakan lagi dan semua orang rupanya menyerahkan hal itu pada Bu-ciangkun.

Dan ketika semuanya masuk dan Kwee Han mempersilahkan duduk maka Bu-ciangkun mulai bicara, tenang dalam melancarkan tuduhannya. Menyatakan Kwee Han melakukan pembunuhan-pembunuhan terhadap nelayan-nelayan Ming-ciang, pemuda itu menambah persoalan dengan keributan yang sudah terjadi, menambah persoalan dan ketidakadilan di Ming-ciang berlarut-larut. Dan ketika Pwee-lopek dan lain-lain mengangguk-angguk maka Bu-ciangkun menutup, bicara tentang pajak yang digelapkan pemuda itu.

"Yang lebih memberatkan," katanya, "Yang membuat kaisar amat marah adalah perbuatanmu menggelapkan pajak negara, taijin. Kau dinyatakan bersalah melanggar undang-undang nomor satu tentang perpajakan dan dituntut hukuman mati!"

"Apa?" Kwee Han melonjak. "Hukuman mati, ciangkun? Penggelapan pajak?"

"Ya, kau merugikan negara dengan menikmati uang haram, taijin. Kau menerima sogok dan upeti orang-orang yang merongrong negara dengan tidak membayar pajak. Dengan lain kata, kau menghancurkan penerimaan pajak dengan jalan menerima pajak orang lain yang tidak kau setorkan ke kas negara!"

"Bohong, itu tidak benar....!"

Namun ketika Bu-ciangkun bertepuk tangan dan seseorang muncul dengan setumpuk kertas yang membawa bukti-bukti maka pemuda ini diam dan tersentak, muncul lagi orang-orang lain dan berturut-turut Kwee Han mengenal itulah teman-temannya kaum penyelundup, yang kiranya sudah ditangkap dan digulung oleh Bu-ciangkun. Rata rata pucat mukanya dan Kwee Han tersudut. Kalau sudah begini, dia tak dapat mungkir lagi. Kwee Han terbelalak dan tentu saja dia takut. Dan ketika orang-orang itu menunduk dan entah dari mana Bu-ciangkun itu dapat mengetahui semuanya ini maka panglima itu bangkit berdiri.

"Nah, banyak dosa yang kau lakukan, taijin. Semua surat yang kau tanda-tangani ada di sini, berikut bukti dan saksi hidup. Dan karena sebagai pejabat kau melakukan tindakan tercela dengan membunuh-bunuhi rakyat biasa, maka sri baginda menuntut hukuman mati, sesuai keinginan teman-temanmu dari Ming-ciang!"

"Tidak!" Kwee Han tiba-tiba berteriak. "Aku.... aku tak bersalah, ciangkun. Yang bersalah adalah Khek-taijin. Dia itulah yang menjerumuskan dan mencelakakan aku. Menteri Khek itulah biang keladinya!" namun ketika Bu-ciangkun bersiap dan tak mau dibujuk tiba-tiba Kwee Han melarikan diri, gugup dan sadar akan kedudukannya dan dia coba menimpakan semua kesalahan pada Khek Taijin. Menteri itulah yang menjebak dan menjerumuskannya. Kwee Han tiba-tiba ingin melepaskan diri dari semua persoalan, ingin agar orang lainlah yang dihukum! Tapi Bu-ciangkun yang membentak dan berkelebat menyambar tiba-tiba berseru,

"Kwee-taijin, berhenti!"

Kwee Han nekat. Melihat orang ada di depannya tiba-tiba dia menyerang, tangan menghantam dan sekenanya dia memukul panglima itu. Tapi sekali Bu-ciangkun berkelit dan menggerakkan kaki tiba-tiba Kwee Han terbanting dan terjengkang roboh.

"Jangan melawan, taijin. Aku hanya utusan dan kau dapat membela diri di hadapan sri baginda.... bluk!"

Kwee Han mengeluh, memang tentu saja bukan tandingan lawannya itu namun pemuda ini berteriak-teriak memanggil pengawal. Dia bangun berdiri dan mau lari lagi, kini menuju belakang. Tapi karena Bu-ciangkun adalah utusan kaisar dan panglima brewok itu menunjukkan kewibawaannya maka pengawal mundur dan tentu saja jerih, mendiamkan saja pemuda itu melarikan diri dan Bu-çiangkun kini berkelebat. Sekali lagi panglima itu membentak agar Kwee Han menyerah, boleh membela diri di hadapan kaisar nanti. Namun Kwee Han yang sudah ketakutan dan lari menabrak apa saja tiba-tiba teringat Kim-mou-eng.

"Kim-taihiap, tolong....!"

Waktu itu Kim-mou-eng sedang bertanding, Mengikuti petunjuk gurunya tanpa mengerti apa yang sebenarnya dimaksud Pendekar Rambut Emas ini menuruti saja apa yang diperintahkan. Gurunya mengirim suara dari jauh untuk melakukan ini dan itu, tanpa didengar Hu-taihiap. lawannya. Dan ketika Kwee Han menjerit dan melolong-lolong berteriak dari dalam maka kim-mou-eng mengerutkan kening.

Sebenarnya, kalau dia mau tentu saja dia dapat melarikan diri lagi, membiarkan Hu Beng Kui mengejar dan menghabiskan napasnya. Tentu saja juga melihat keributan di gedung Kwee Han itu, datangnya orang-orang Ming-ciang dan ratusan nelayan yang berteriak-teriak, memaki dan mengutuk nama Kwee Han, hal yang menurutnya aneh.

Dan ketika Kwee Han menjerit minta tolong padanya dan Bu-ciangkun berkelebat di belakang maka Pendekar Rambut Emas semakin heran dan tidak mengerti, menangkis sebuah pukulan dan lawan pun terdorong. Hu-taihiap memaki dan membentaknya lagi. Namun sebelum lawannya itu melancarkan serangan dan Kim-mou-eng berkelebat tiba-tiba Pendekar Rambut Emas itu telah menyambar Kwee Han dan bertanya pada sahabatnya ini,

"Apa yang terjadi? Kenapa kau dikejar-kejar Bu-ciangkun?"

"Fitnah! Aku difitnah, taihiap. Aku dicelakakan orang-orang ini. Mereka datang untuk menangkap aku. Mereka.... mereka.... ah, selamatkan aku, taihiap. Bawa aku keluar dari neraka ini. Tangkap Khek-taijin!"

"Ada apa dengan Khek-taijin?"

"Dia menjebloskan dan menjebak aku, taihiap. Dia... dia....." Kwee Han menghentikan kata-katanya, diajak melempar tubuh bergulingan karena serangan Hu-taihiap tiba. Jago pedang itu menggeram membentak Kim-mou-eng. Dan ketika Kwee Han mengeluh dan menangis terbata-bata maka Kim-mou-eng heran dan terkejut, mendengar seruan Bu-ciangkun, panglima tinggi besar yang gagah dan sudah dikenalnya. "Kim-taihiap, tolong serahkan laki-laki itu kepada kami. Aku hendak membawanya menghadap sri baginda. Orang she Kwee itu menjadi terdakwa dengan segala kecurangan dan kekejamannya!"

"Apa yang dia lakukan?"

"Membunuh dan mencelakai bekas teman-temannya sendiri, taihiap. Juga makan uang haram dari pajak negara yang tidak disetorkan!"

"Ah, benarkah?"

"Tidak... tidak!” Kwee Han mendahului. "Itu omong kosong, taihiap. Bohong! Aku difitnah orang-orang itu mencari gara-gara dan.... bress!" Kwee Han terbanting lagi terguling-guling, diajak mengelak pukulan Hu Beng Kui dan Kim-mou-eng terkejut. Tadi membawa pemuda itu melempar tubuh dan Hu Beng Kui membentak. Untuk kesekian kalinya jago pedang ini gagal, tentu saja marah bukan main. Dan ketika Kim-mou-eng melompat bangun dan Pwee-lopek serta yang lain-lain muncul di situ maka kakek itu berseru,

"Taihiap, lepaskan Kwee Han. Biar bersama kami menghadap kaisar. Apa yang dilakukan pemuda itu sudah melampaui batas dan biar dia menerima hukumannya!"

"Tidak, selamatkan aku, taihiap. Bawa aku pergi secepatnya dari sini....!"

"Hm, apa yang sesungguhnya terjadi?" Kim-mou-eng bingung, mengelak dan berkelebatan lagi dan lawannya semakin berang. "Aku percaya padamu, Kwee han. Tapi juga percaya pada Bu-ciangkun. Panglima itu tak mungkin bohong....siut-dess!" Kim-mou-eng berjungkir balik, bicara sambil mengelak pukulan lawan dan pukulan terakhir tadi ditangkis, terpental dan dia bersama Kwee Han terlempar ke atas. Dan ketika dia melayang turun dan Hu Beng Kui marah-marah maka Bu-ciangkun berseru,

"Taihiap, sebaiknya serahkan pemuda itu kepada kami. Aku yang menjamin hingga dia dapat berhadapan dengan kaisar!"

"Tidak... jangan...!" Kwee Han ketakutan. "Bawa aku ke Khek-taijin, taihiap. Bawa dan cepat kita ke sana!"

"Kenapa kau demikian ketakutan?" Kim-mou-eng mulai bercuriga. "Orang tak bersalah seharusnya tak perlu takut, Kwee Han. Kau ikut saja dengan Bu-ciangkun dan biar nanti kita bertemu lagi!" Kim-mou-eng tiba-tiba melempar, memberikan tubuh pemuda itu pada Bu-ciangkun dan panglima she Bu itu girang. Kwee Han sendiri berteriak dan memaki-maki. Namun ketika pemuda itu ditangkap dan diterima maka Kim-mou-eng mendengar suara gurunya,

"Nah, sekarang keluar kota, Kim-mou-eng. Bawa dan ajak lawanmu ke sana!"

Kim-mou-eng melengking Tinggi. Percaya pada Bu-ciangkun dan meminta panglima itu menjaga keselamatan Kwee Han tiba-tiba dia berjungkir balik, turun dan langsung berkelebat keluar. Dan begitu dia terbang dan meluncur meninggalkan gedung itu maka Hu Beng Kui mengejarnya dan memekik pula,

"Keparat, ke mana kau mau pergi, Kim-mou eng? Berhenti, dan menyerahlah!"

"Ha-ha," Kim-mou-eng tertawa. "Kau tangkap dan kejarlan aku, Hu-taihiap. Aku menyerah dan menyatakan kalah kalau kau dapat membekukku!"

"Keparat, kubunuh kau!" dan Hu Beng Kui yang membentak serta berkelebat lenyap tahu-tahu terbang dan mengikuti lawannya itu, meluncur di atas kepala Pwee-lopek dan teman-temannya dan orang-orang itu pun berseru kaget.

Mereka merasa kepala mereka dilewati angin dingin, berkesiur dan lenyap. Semuanya tak lebih dari seper sepuluh detik saja. Dan ketika mereka bengong dan hanya melihat bayangan kuning emas yang lenyap di luar sana maka mereka gaduh namun Kim-mou-eng meluncur dan kembali melewati celah pintu gerbang yang sempit.

"Wut!" Penjaga pun bengong. Mereka itu seolah melihat bayangan sesosok hantu yang pergi dan datang dengan kecepatan luar biasa, lenyap dan sudah entah ke mana lagi. Dan ketika mereka berteriak dan tertegun di tempat maka Hu Beng Kui pun lewat dan melalui celah pintu gerbang dengan cara dan kecepatan yang sama.

"Wut!" Pengawal yang berjaga melenggong. Mereka tak tahu apakah yang berkelebat di depan mata tadi, manusia ataukah siluman. Tapi Kim-mou-eng yang sudah berada di luar dan kini berkelebat ke hutan tiba-tiba melihat bayangan Swat Lian yang muncul dengan pertanyaannya yang nyaring.

"Twako, ayah sudah kalah?"

"Aah," Kim-mou-eng terkejut, girang. "Ayahmu di belakang, Lian-moi. Lihat dan perhatikan itu. Dia tak mau sudah dan tetap mengejar-ngejar aku!"

"Kau selalu di serangnya?"

"Ya, dan aku bingung, Lian-moi. Kalau saja dia bukan ayahmu.... dess!" Kim-mou-ong mencelat, menghentikan kata-katanya.

Dan Swat Lian berteriak melihat kekasihnya terlempar, dihantam ayahnya dan dari jauh bayangan ayahnya itu sudah muncul dan berkelebat datang, pukulannya mendahului dan Kim-mou-eng mengeluh. Dia jadi lengah ketika bercakap-cakap tadi, untung cepat berjungkir balik dan turun lagi dengan selamat. Hanya punggungnya terasa sedikit sakit akibat bokongan itu, Hu Beng Kui tak malu-malu lagi menyerangnya di saat bercakap-cakap. Kim-mou-eng terhuyung dan Swat Lian terbelalak. Dan ketika Hu Beng Kui sudah tiba di situ dan menggeram membentak Pendekar Rambut Emas ini mendadak Swat Lian melengking dan mengeroyok ayahnya.

"Hei, jangan kurang ajar, Swat Lian. Bantu aku dan tangkap Kim-mou-eng ini!" Hu Beng Kui terkejut, memaki anaknya.

Tapi Kim-mou-eng tertawa-bergelak, menyerang dan bersama kekasihnya sekarang dia menghadapi si jago pedang itu. Swat Lian marah-marah dan balik memaki ayahnya. Dan ketika bayangan Bi Kong Hwesio dan lain-lain baru datang dan mereka itu muncul dengan napas memburu mwaka Hu Beng Kui berteriak,

"Lihat, Kim-mou-eng curang, cuwi pangcu. Dia membujuk anakku hingga menyerang ayahnya sendiri. Keparat, pertandingan menjadi tak sah dan kemenangan Kim-mou-eng tak dapat di catat!"

"Ha-ha, demi kebaikanmu tak usah bercuap-cuap. Hu-taihiap. Kau pun ingkar janji dan tak menepati kata-katamu sendiri. Aku tak membujuk puterimu, dialah yang ingin menyerangmu sendiri atas dasar ketidak adilan!"

"Benar, kau yang curang, yah. Kau tak menepati janji dan lewat dua puluh jurus. Kau sudah bertempur hampir seribu lima ratus jurus. Siapa yang tak marah melihat sepak terjangmu ini?"

"Kau membela Kim-mou-eng itu? Kau tak membantu ayahmu sendiri?"

"Yang kubantu adalah kebenaran, ayah. Yang kulawan adalah ketidak-benaran. Kau tidak benar dan aku tetap akan menyerangmu selama kau sendiri tidak menghentikan seranganmu terhadap Kim-twako!"

“Keparat, dia itu lebih berharga daripada ayahmu sendiri?"

“Bukan berharga atau tidak berharga, ayah, melainkan benar dan tidak benar. Kau hentikan seranganmu atau aku akan merobohkanmu bersama Kim-mou-eng!”

"Jahanam, kalau begitu kau murtad, Swat Lian. Kau melawan ayahmu sendiri!"

"Tidak, kalau kau berjalan di atas kebenaran, ayah. Tapi kalau kau terus menyerang Kim-twako dan melanggar janji maka terpaksa aku akan melawanmu sebagaimana aku melawan ketidak-benaran. Kau harus tahu bahwa berkali-kali Kim-twako mengalah padamu!"

"Hargh!" dan Hu Bang Kui yang tidak banyak bicara lagi dan membentak puterinya tiba-tiba menjadi marah bukan main dan menghantam puterinya itu, ditangkis dan Hu Beng Kui terkejut melihat puterinya memiliki Lu-ciang-hoat pula.

Dan ketika dia berkelebatan namun puterinya melengking mengerahkan Cui-sian Gin-kang tiba-tiba jago pedang ini terhenyak melihat bahwa puterinya menggabung dua ilmu silat yang dipunyainya, atau lebih tepat, ilmu silat yang dimiliki Kim-mou-eng dan ilmu silat yang dimilikinya, Cui-sian Gin-kang dan Jing-sian-eng. Dua ilmu meringankan tubuh yang hebatnya bukan alang kepalang. Dan ketika dalam pukulan pukulannya puterinya itu juga dapat mempergunakan Khi-bal sin-kang yang digabung Lu-ciang-hoat maka jago pedang itu terpental ketika satu saat tangkisan puterinya datang bersamaan dengan pukulan Kim-mou-eng.

"Dess!" Jago pedang itu terlempar bergulingan. Sekarang ada tiga orang yang sama-sama mahir memiliki dua ilmu silat kembar, padahal Jing-sian-eng dan Khi-bal-sin-kang saja sudah cukup hebat. Enam Iblis Dunia tak mampu menghadapi mereka hanya dengan dua ilmu itu saja.

Maka begitu mereka sama-sama memiliki tambahan Lu-ciang-hoat dan Cui-sian Gin-kang di mana kehebatan ilmu mereka menjadi bukan alang kepalang hebatnya maka Hu-taihiap terlempar ketika tangkisan puterinya masih dibantu Kim-mou-eng, mencelat dan terguling-guling dan jago pedang itu marah sekali. Dia melompat bangun namun dua orang itu mengejarnya, mendesak dan reportlah jago pedang ini mengelak. Dan ketika dia terpaksa menangkis namun lagi-lagi terlempar bergulingan maka jago pedang itu berteriak,

“Kim-mou-eng, kau jahanam keparat. Kau tak tahu malu, curang!"

Ha-ha, aku tak menyuruh puterimu mengeroyok, Hu-taihiap. Silahkan suruh dia minggir kalau dia mau."

“Tidak!” Swat Lian berseru. "Aku akan merobohkannya kalau dia tak mau mengakui kesalahannya, twako. Atau kau yang mundur dan biar aku menghadapi ayahku yang bandel ini!"

"Nah," Kim-mou-eng tertawa. "Kau dengar sendiri, Hu-taihiap. Aku telah mencoba tetapi gagal. Sebaiknya kau bersikap ksatria dan akui kekalahanmu..."

"Haiittt....!" Hu-taihiap memotong kata-kata Kim-mou-eng, membentak dan menyerang dengan satu tamparan dahsyat. Tapi ketika Kim-mou-eng menangkis dan dari kiri puterinya menyerang maka jago tua itu terbanting ketika dua tenaga menggencetnya dari depan dan belakang.

"Des-dess!"

Hu Beng Kui terguling-guling. Untuk kesekian kalinya dia mengumpat dan mengeluh. Kim-mou-eng saja sudah membuatnya setengah mati, kini ditambah puterinya sendiri dan tentu saja jago pedang itu terlempar. Dan ketika dia megap megap dan nekat tapi juga bingung maka dia melengking dan untuk terakhir kalinya melepas satu pukulan miring, menyambar leher Pendekar Rambut Emas namun Kim-mou-eng mengelak. Dan ketika pukulannya luput dan Kim-mou-eng membalik tiba-tiba sebuah tendangan membuat dia terlempar.

"Bress!" Jago pedang itu masih juga hebat. Dia dapat berjungkir balik melompat bangun, terhuyung dan muka pun pucat. Sesungguhnya dia sudah hampir tidak kuat lagi setelah puterinya membela Kim-mou-eng, hal yang membuat dia marah tapi juga ragu. Dan ketika jago pedang itu menggeram dan diserang lagi maka orang tua ini menggeblak, terpelanting dan kali ini pukulan puterinya sendiri mengenai pinggangnya. Hu Beng Kui memaki dan membentak puterinya itu.

Dan ketika Kim-mou-eng kini bergerak dan menyambar dari samping maka pendekar itu pun mencelat dan terguling-guling, diserang lagi oleh puterinya dan jago tua itu terbanting. Dan ketika Kim-mou-eng menyusul dan menotok dengan satu jari tiba-tiba Hu Beng Kui roboh dan seketika menjerit.

"Bluk!" Selesailah pertandingan yang luar biasa itu. Hu Beng kui terengah-engah, roboh seperti kain basah dan Kim-mou-eng berkelebat, membebaskan totokannya. Tapi begitu jago pedang itu mendelik dan menggerakkan tangannya tiba-tiba kaki Kim-mou-eng disambar dan jago tua itu memekik sambil mengayunkan tangannya ke kepala Pendekar Rambut Emas, satu pukulan maut yang dikirimkan dengan seluruh sisa-sisa tenaga.

“Ayah....!"

Semua orang terkejut. Kim-mou-eng sendiri tak menyangka perbuatan Hu Beng Kui itu, baik-baik dia mau menolong orang namun si jago pedang justru menyerangnya dengan licik. Hantaman ke kepala itu sudah didahului cengkeraman di kaki yang membuat Kim-mou-eng harus mengerahkan sinkang. Tapi begitu pukulan itu meluncur dan Kim-mou-eng bersiap dengan segenap ketabahannya mengerahkan sinkang mendadak terdengar seruan halus disusul kebutan jarak jauh yang menangkis pukulan si jago pedang.

"Hu-taihiap, tak selayaknya berbuat curang. Sadarlah....dess!"

Hu Beng Kui mengeluh, mengeluarkan teriakan tertahan dan tiba-tiba jago pedang itu terpental. Dan ketika dia roboh dan terbaring di tanah ternyata jago pedang itu sudah pingsan dan muncullah Bu-beng Sian-su, kakek dewa yang maha sakti.

"Kim-mou-eng, biarkan Hu-taihiap bersamaku. Pergilah dan lihatlah temanmu Kwee Han!"

Kim-mou-eng tertegun. Bi Kong Hwesio dan lain-lain juga terkejut, mereka itu menjublak memandang kakek dewa ini, juga tertegun. Tapi ketika kakek dewa itu tertawa dan menggerakkan tangannya tiba-tiba dia lenyap kembali dan sudah menyambar tubuh si jago pedang, yang pingsan.

"Suhu....!"

"Sian-su....!"

Kakek dewa itu tertawa. Dari jauh dia kembali menyuruh Kim-mou-eng ke kota raja berkata pula agar Bi Kong Hwesio dan lain-lain mengikuti Pendekar Rambut Emas itu. Dan ketika semua mendelong tapi sadar memandang Kim-mou-eng tiba-tiba Pendekar Rambut Emas itu sudah berkelebat ke kota raja menyambar lengan kekasihnya.

"Mari, kita ke istana, Lian-moi. Suhu menyuruh kita ke sana!"

Swat Lian mengangguk. Melihat ayahnya yang pingsan gadis ini tak merasa khawatir. Ayahnya telah berada di tangan Bu-beng Sian-su dan tentu tak apa-apa. Kim-mou-eng menyambar lengannya dan mereka sudah berkelebat masuk. Dan ketika penjaga pintu gerbang kembali dibuat melongo dan bengong oleh bayangan dua orang itu maka berturut-turut Bi Kong Hwesio dan lain-lain menyusul.

"Eh, kenapa datang begini banyak siluman? Akan gegerkah kota raja?"

"Entahlah, mereka itu seperti hantu-hantu kesiangan, Lu-ciek. Barangkali memang geger!"

Bi Kong Hwesio dan yang lain-lain tersenyum. Dalam keadaan seperti itu mereka jadi dibuat geli juga oleh kata-kata penjaga pintu gerbang ini. Maklumlah, gerakan mereka pun cepat dan mereka juga melesat seperti siluman, meskipun tentu saja masih kalah jauh dibanding Kim-mou-eng dan puteri Hu-taihiap, yang menghilang dan lenyap sepuluh kali lebih cepat dibanding mereka. Dan ketika mereka mengejar Kim-mou-eng dan tadi Bu-beng Sian-su berpesan pada mereka untuk kembali ke hutan kalau apa yang dilihat sudah selesai maka di sana Kim-mou-eng sendiri bersama Swat Lian sudah tiba di istana.

Waktu itu, Kwee Han sudah dibawa Bu-ciangkun. Di bawah cengkeraman panglima ini pemuda itu tak dapat bergerak. Kwee Han berteriak-teriak sepanjang jalan dan teman-temannya, penduduk Ming-ciang memburu. Kalau saja panglima Bu tidak mengusir dan menggebah mereka barangkali Kwee Han sudah jatuh di tangan bekas teman-temannya ini, yang memandang penuh kebencian dan memaki-maki. Dan ketika siang itu juga Kwee Han dihadapkan kaisar namun kaisar menyuruh wakilnya mengadili menteri muda itu maka kwee Han berteriak-teriak tak keruan dan memaki kalang-kabut.

"Tidak... aku tidak bersalah. Lepaskan aku... lepaskan...!"

Namun Kwee Han di bawah cengkeraman Bu-ciangkun. Mewakili kaisar bertanyalah Han-taijin pada pemuda itu, melancarkan semua tuduhannya namun Kwee Han mengelak sana-sini, menjerit dan manta agar Khek-taijin dibawa ke situ, bahkan menyebut-nyebut pula pangeran Yu Fu, putera kaisar! Dan ketika teriakan pemuda itu terpaksa dibungkam dengan satu pukulan di tengkuk akhirnya Kwee Han mengeluh dan saat itu berkelebatlah bayangan Kim-mou-eng dan Swat Lian.

"Ah, tolonglah aku, taihiap... tolong....!" Kwee Han merintih, girang melihat Pendekar Rambut Emas dan tahu-tahu pemuda itu sudah lepas dari cengkeraman Bu-ciangkun. Dan ketika panglima itu membalik dan tertegun melihat Pendekar Rambut Emas maka panglima ini berkata agar pemuda itu dilepaskan.

"Nanti dulu," Kim-mou-eng mengerutkan kening. "Tadi aku menitipkan pemuda ini kepadamu, ciangkun. Tak boleh dia disakiti. Sekarang katakan apa yang terjadi dan mana sri baginda kaisar!”

"Sri baginda tak mau melihat muka orang she Kwee ini. Sri baginda diwakili Han-taijin."

"Hm... begitukah?"

"Benar," Han-taijin bangkit berdiri. "Orang ini telah melakukan banyak dosa, taihiap. Harap lepaskan dia dan biar kami adili...!"

"Tidak..., jangan!" Kwee Han malah meratap. "Bawa aku keluar taihiap. Orang-orang di sini semua memusuhiku!"

"Tentu saja!" A-hauw, saudara A-kong yang dibunuh tiba-tiba membentak, menyeruak dari barisan temannya yang berkumpul mengelilingi sidang. "Kau pembunuh dan ternyata penggelap pajak negara pula, Kwee Han. Kau algojo dan lintah penghisap. Kau selayaknya dibunuh dan dimusuhi semua orang!"

"Lihatlah," Kwee Han menangis. "Mereka tak memberikan kesempatan padaku membela diri, taihiap. Mereka ini memojokkan dan menyudutkan aku!"

"Kalau begitu apa yang kau maui?"

"Panggilkan Khek-taijin, juga Yu-ongya (pangeran Yu)!"

Kim-mou-eng membalik, menghadapi Bu-ciangkun. "Kenapa dua orang itu tak kalian panggil? Bukankah Kwee Han berhak membela diri?"

Bu-ciangkun kebingungan. "Pangeran tak ada di tempat, taihiap. Sedang Khek-taijin...."

"Bohong, mereka bohong!" Kwee Han memotong. "Mereka itu melindungi Khek-taijin dan pangeran, taihiap. Mereka..."

”Diam!” sebuah bentakan mengejutkan pemuda itu, muncul tiba-tiba. "Aku di sini, orang she Kwee. Dan ini juga Khek-taijin!" muncullah di ruang itu pangeran Yu Fu dan Khek-taijin. Sang pangeran tenang-tenang sementara Khek-taijin agak pucat. Entah bagaimana dua orang itu muncul dengan berani dan tuduhan Kwee Han seketika patah. Dan ketika Kwee Han terbelalak dan kaget melihat dua orang itu maka pangeran Yu Fu berkata, "Lihat, Bu-ciangkun tak melindungi kami atau siapa pun, Kwee Han. Tadi kami memang pergi tapi sekarang sudah datang. Katakanlah apa yang hendak kau katakan!"

Kwee Han tiba-tiba terpaku. Melihat munculnya sang pangeran mendadak membuat pemuda itu diam, sang pangeran memang tak mempunyai urusan serius dengannya, lain dengan Khek-taijin yang masih saudara dari Cu-wangwe itu, juragan perahu. Dan ketika Kwee Han terdiam dan tak mengeluarkan suara maka Kim-mou-eng berkata menyuruh pemuda itu bicara.

"Katakanlah apa yang ingin kau katakan," pendekar itu mengerutkan kening. "Dan kami semua menunggu jawabanmu, Kwee Han. Bersikaplah jujur dan ksatria!"

"Aku... aku..." Kwee Han gagap. "Sebenarnya Khek-taijin yang ingin kutuduh, taihiap. Dia itulah biang keladi utamanya!"

"Urusan apa? Tentang teman-temanmu di Ming-ciang atau masalah penggelapan pajak?"

"Aku...." Kwee Han tiba-tiba menangis. "Semuanya, taihiap. Aku merasa tertipu semuanya oleh perbuatan menteri Khek itu!"

"Dan pangeran?"

"Dia... dia sahabat Khek-taijin. Pangeran suka melindungi dan membela Khek-taijin!" dan ketika Kwee Han pucat dan menangis sambil memaki-maki menteri itu maka A-hauw, laki-laki dari barisan Ming-ciang bangkit dengan gagah.

"Kwee Han, coba kau sangkal tuduhan kami bahwa kau telah membunuh teman-teman kami dari Ming-ciang. Urusan pajak yang kau gelapkan biarlah nanti dulu!"

"Aku tak membunuh siapa pun!" Kwee Han berteriak. "Kalian tak memiliki bukti tentang itu. A-hauw. Kau dan teman-temanmu memfitnah!"

"Kalau kami punya bukti?” A-hauw menantang. "Lihat, siapa ini, Kwee Han. Dan dengar apa katanya!"

Dan tiga laki-laki pengawal yang mengeluh dan diseret dari balik rombongan pemuda itu tiba-tiba membuat Kwee Han pucat karena itulah tiga pengawalnya terpercaya yang disuruh membunuh A-kong dan A-sam, juga bekas teman temannya yang lain di mana semua mayat mereka akhirnya dilempar atau dibuang ke sungai. Kwee Han terbelalak dan gemetar. Dan ketika tiga pengawal itu disuruh berlutut di ruang sidang dan pandangan Kim-mou-eng membuat mereka rontok nyalinya maka meluncurlah pengakuan tentang pembunuhan-pembunuhan yang dilakukan Kwee Han, meminjam tangan pengawal-pengawalnya.

Satu demi satu dibuka dan Kim-mou-eng terkejut. Kwee Han yang dulu dikenalnya begitu baik mendadak sudah berobah seperti srigala ganas yang tidak mengenal kawan. Siapa pun dihabisi dan tak kurang dari tiga puluh pemuda Ming-ciang dibunuh orang she Kwee ini. Rombongan A-hauw marah dan semua memaki, ruang sidang menjadi gaduh dan sejenak ribut. Dan ketika Bu-ciangkun meminta diam dan Kwee Han disuruh menyangkal lagi maka pemuda itu menggigil dan ketakutan hebat, meliar matanya, bentrok dengan pandangan Kim-mou-eng yang dingin dan berkilat.

"Kau melakukan semuanya itu, Kwee Han? Kau membunuh-bunuhi temanmu sendiri hanya karena mereka melapor dan meminta bantuanmu masalah juragan perahu yang sewenang-wenang?"

"Aku.... aku....” Kwee Han bingung. "Aku tak tahu apa yang kulakukan, taihiap. Aku... aku dibujuk Khek-taijin!"

"Hm, jangan mencari-cari kawan, Kwee Han. Pembunuhan yang kau lakukan tak ada hubungannya dengan Khek-taijin!" pangeran Yu Fu membentak.

"Benar," Khek-taijin berani. "Itu urusanmu sendiri, Kwee Han. Kau pemuda tak tahu budi yang ingin menyeret orang lain!"

"Keparat kau!" Kwee Han berteriak. "Atas bujukan dan tipuanmu-lah aku melakukan semuanya ini, Khek-taijin. Kau menyogok dan memberikan segala-galanya untuk membungkam mulutku. Kau dan saudaramu hartawan she Cu itu sama-sama menjerat aku agar tidak menggubris teman temanku di Ming-ciang!" dan ketika Kwee Han melengking dan berteriak membeberkan tipu muslihat menteri itu maka semua orang tertegun dan terkejut.

Khek-taijin yang tadi berani mendadak mengkeret nyalinya seakan dipukul pukul Kwee Han, kian lama kian hebat dan akhirnya mundurlah menteri itu di balik punggung pangeran Yu Fu. Dan ketika Kwee Han menceritakan semuanya betapa atas bujukan menteri itulah dia melakukan semuanya ini maka Kwee Han menuding dengan gemetar, mengakhiri,

"Lihat, untuk menyelamatkan harta kekayaan mu kau menyogok dan memberiku segudang kesenangan, taijin. Untuk menutup urusan di Ming-ciang kau membungkam aku dengan harta dan kedudukan. Dan sekarang kau tak mau bertanggung jawab. Kau manusia keparat jahanam!"

Semua orang tertegun. Sekarang terbukalah sepak terjang menteri ini. Kiranya Khek-taijin mendapat "upeti" dari keuntungan para majikan di Ming-ciang, melindungi dan tentu saja membela juragan-juragan perahu itu. Kwee Han dibungkam dan berhasil dibujuk untuk tidak membela teman-temannya lagi. Itulah permainan Khek-taijin bersama juragan perahu, termasuk saudaranya sendiri Cu-wangwe itu, yang merasa mendapat "backing" kuat dan dapat berbuat sekehendak hatinya.

Tapi karena masalah pembunuhan adalah tindak-tanduk Kwee Han sendiri dan Khek-taijin tak ada sangkut-paut langsung maka pangeran Yu Fu tertawa mengejek dan membela menteri itu, yang berlindung menggigil di balik punggungnya.

"Baiklah, Khek-taijin bersalah, Kwee Han. Tapi kesalahannya terbatas. Betapa pun kaulah yang harus bertanggung jawab penuh atas pembunuhan-pembunuhan yang kau lakukan. Dalam hal ini Khek-taijin sama sekali tak menyuruhmu melakukan pembunuhan-pembunuhan itu. Kaulah yang memerintah dan kaulah yang bertanggung jawab. Untuk urusan ini Khek-taijin bersih!"

Kwee Han terbelalak. "Pangeran tak menghukum dia itu?"

"Yang menghukum adalah ayahanda kaisar, Kwee Han. Dia mungkin dikenakan tindakan administratif, dipindah atau diturunkan jabatannya. Tapi untuk pembunuhan-pembunuhan itu, kaulah yang bertanggung jawab. Kau yang bodoh kenapa mau dibujuk!"

"Ahh!" Kwee Han memekik. "Itu tak adil, pangeran. Dia pun menjebak aku untuk penggelapan pajak negara. Dia.... dia...."

"Tidak, bukti tanda tangan adalah perbuatanmu, Kwee Han. Tak usah mencari-cari untuk masalah ini. Sekarang selesaikan saja urusanmu dengan teman-temanmu di Ming-ciang itu!"

Dan ketika pangeran Yu Fu membalik dan menghadapi Pendekar Rambut Emas maka pangeran itu berkata, "Nah, kau sudah mendengar semuanya ini, Kim-taihiap. Aku bukan melindungi atau membela Khek-taijin. Tapi jelas urusan di Ming-ciang adalah tanggung jawab Kwee Han sepenuhnya. Kalau dia kuat imannya tak gampang dibujuk tentu dia tak akan berhasil dipengaruhi Khek-taijin. Tapi karena Khek-taijin bersalah membujuk orang lain maka ayahanda tentu akan mengenakan hukuman administratif kepadanya. Biar paman Han yang memutuskan!" dan begitu semuanya jelas dan gamblang tiba-tiba gaduh dan ributlah suasana.

Kini Kwee Han tak dapat melarikan diri lagi, apa yang dilakukan memang tanggung jawabnya sepenuhnya. Khek-taijin hanyalah terlibat secara tak langsung dan pemuda itulah yang harus menanggung dosa atas membunuh teman temannya. Khek-taijin memang tak terlibat urusan ini. Maka begitu dirinya divonis dan Kwee Han pucat melihat pandangan Kim mou-eng tiba-tiba pemuda itu berteriak dan melarikan diri, putus asa dan kini tak ada lagi yang melindunginya.

Pendekar Rambut Emas memandangnya dingin dan penuh kemukakan, Kim-mou-eng memang tak menduga sepak terjang pemuda Ming-ciang ini. Tapi begitu Kwee Han melarikan diri dan A-hauw membentak tiba-tiba pemuda itu bergerak dan ratusan temannya yang lain tiba-tiba bangkit berdiri.

"Kwee Han, berhenti kau. Pertanggung jawabkan dulu semua perbuatanmu!"

"Benar, dan hukuman mati patut untukmu, Kwee Han. Kau telah membunuh A-kong dan lain-lain!"

"Dan tangkap dia, rajam!"

Kwee Han panik. Dimaki dan dibentak serta dikejar A-hauw mendadak dia kehilangan kontrol dirinya. Kwee Han gugup dan takut bukan main, lari keluar istana namun A-hauw menubruk. Dan ketika pemuda itu menerkam dan mereka jatuh bergulingan di tangga istana maka A-hauw sudah membentak dan memukul-mukul tubuhnya.

"Ku bunuh kau, Kwee Han. Ku bunuh kau!"

Kwee Han melawan. Tentu saja dia marah kepada lawannya ini, apa saja dipukul dan ditendang, rambutnya dijambak dan A-hauw bahkan menggigit telinganya. Dan ketika Kwee Han berteriak dan balas menggigit serta memukul lawannya maka ratusan nelayan Ming-ciang sudah menyerbu dan mencabut senjata, berteriak dan Kwee Han pun pucat...