Pedang Medali Naga Jilid 34 - Sonny Ogawa

Halaman

    Social Items

PEDANG MEDALI NAGA
JILID 34
KARYA BATARA

Cerita Silat Mandarin Karya Batara
Tapi Kun Houw tampak terdesak. So-beng mempergunakan taktik bergerilya, main kucing-kucingan dengan cara maju mundur. Maju kalau Kun Houw membalik dan mundur kalau Kun Houw melayani secara berdepan. Tampak kompak sekali dengan rekannya yang bercambuk buntung itu. Beberapa jurus kemudian membuat Kun Houw kewalahan dan naik darah. Dan ketika So beng memindahkan cakar bajanya di tangan kiri dan tangan kanan ganti mengeluarkan pukulan Tok hwee-ji akhirnya satu saat Kun Houw menerima pukulan ini, terhuyung dan marah memandang lawan.

Diam-diam khawatir kalau dia keracunan atau apa, teringat pengalaman pahit setahun lebih yang lalu. Tapi ketika dia tak merasa apa-apa dan puKulan Tok hwee-ji tak mempengaruhinya akhirnya Kun Houw menjadi girang dan teringat pertolongan Kui Hoa dulu. Betapa kekasihnya itu telah melakukan pengobatan dengan cara mulut ke mulut. Diam-diam kemasukan hawa anti racun yang ditiupkan kekasihnya itu, terutama terhadap Tok-hwe-ji. Dan ketika Sin-yan Mo li juga mendaratkan cambuknya di punggung untuk kesekian kalinya tiba-tiba Kun Houw melengking dan terpaksa mengeluarkan tujuh jurus inti dari ilmu pedangnya Bu-tiong Kiam-sut!

"So-beng, sekarang aku membalas. Hati-hati kalian...!"

So-beng dan temannya terkejut. Mereka melihat Kun Houw tiba-tiba tidak mengejar mereka lagi, diam di tempat, tak mau memburu yang satu atau mengejar yang lain, memutar pedang dengan amat cepat membungkus diri sendiri, mendengung mengeluarkan suara mirip seruling ditiup. Kian lama kian halus namun tinggi, tak nampak bayangannya lagi karena bayangan pedang telah menyelimuti tubuh pemuda ini. Dan So-beng serta Mo-li yang tentu saja bingung tak dapat menyerang akhirnya bertukar tempat mengitari lubang.

"Mo-li, kau di depan. Aku di belakang!"

Sin-yan Mo li mengangguk. Dia telah bertukar tempat dengan Iblis Penagih Jiwa itu, menjeletarkan cambuk mencari kelemahan Kun Houw, Dan ketika lubang itu tampak ketika Kun Houw memperlambat gerakan, sekonyong-konyong nenek ini berseru keras menggerakkan cambuknya. Cambuk yang tiba-tiba menegang dan lurus menyambar menotok ulu hati Kun Houw, tak tahu bahwa Kun Houw sengaja memancingnya agar maju menyerang. Terjebak oleh perangkap yang dipasang pemuda ini. Dan begitu Mo-li melompat kedepan menusukkan cambuknya tiba-tiba Kun Houw menutup diri lagi dan secepat kilat "menarik" nenek itu agar masuk dalam gulungan pedangnya!

"Hei...!" Namun terlambat. Sin-yan Mo-li keburu terperangkap, kaget bukan main dan berteriak keras. Sadar bahwa dia dalam bahaya. Tapi nenek yang terlanjur masuk dalam gulungan pedang yang menariknya ini tiba-tiba menjadi nekat dan meneruskan tusukan cambuknya, dipapak Pedang Medali Naga yang seketika membuat senjata di tangan nenek kutung, nyaris mendekati pergelangan tangannya. Dan ketika Sin-yan Mo-li mengeluh dan terbelalak melihat dirinya tak bersenjata lagi tahu-tahu Pedang Medali Naga menusuk dalam jurus Hui-kiam cui-long (Pedang Terbang Mengejar Naga), menyambar dadanya.

"Crep!" Sin-yan Mo-li menjerit. Orang melihat nenek itu terlempar dari gulungan pedang, mencelat keluar dan roboh terguling-guling mandi darah, tembus dadanya oleh tusukan Pedang Medali Naga yang melukainya, tembus ke jantung. Tapi Sin-yan Mo-li yang memekik melepas jarum-jarum beracunnya tiba-tiba masih sempat menyerang Kun Houw, menyambit dengan tenaganya yang terakhir. Tapi Kun Houw yang mendengus mementalkan semua senjata rahasia ini tiba-tiba meretur jarum-jarum beracun itu ke pemilik asalnya.

"Crep-crep...!" dan Sin-yan Mo li-pun menjerit untuk yang terakhir kalinya. Nenek ini ditancapi jarum-jarum beracunnya sendiri yang menembus kulit, membuat dia mengeluh dan mengerang pendek. Dan ketika dia terguling dan roboh terjerembab akhirnya nenek inipun tewas denngan jantung pecah di dalam!

"Ah...!" So-beng dan semua teman temannya terkejut. Mereka terbelalak melihat kematian nenek ini. Berarti pihak mereka kurang seorang dengan tewasnya nenek itu. Tapi So-beng yang melengking menubruk ke depan tiba tiba berseru pada teman-temannya yang lain.

"Mu Ba, maju keroyok pemuda ini. Cepat...!"

Tapi Mu Ba menggeleng. Raksasa tinggi besar ini justru ketakutan dengan tewasnya nenek itu. Seolah melihat dialah yang terbunuh. Mati dengan mengerikan. Dan So-beng yang tentu saja marah melihat sikap raksasa ini akhirnya berteriak pida Bi Kwi

"Bi Kwi, bantu aku. Kita bunuh pemuda ini.....!"

Namun Bi Kwi juga ketakutan. Tiga wanita ini saling pandang, diam-diam melirik sana-ini mencari jalan keluar. Tak menjawab seruan Iblis Penagih Jiwa itu dan diam-diam saling memberi isyarat untuk kabur. Tapi Liong Han yang menjengek memandang mereka membuat Bi Kwi dan dua kakaknya cemas. Dan So-beng yang kali ini berteriak pada Hun Kiat akhirnya kelabakan mencari bantuan pada pemuda itu, menyuruh pemuda itu maju.

Tapi Hun Kiat yang juga ragu seperti gurunya tiba-tiba berbisik dan menolak ajakan Iblis Penagih Jiwa, berkata pada gurunya "Suhu, kita harus menyelamatkan diri memasuki Hwee-seng-kok. Kau bersiap-siaplah!"

Mu Ba mengangguk. "Kau masih menyimpan mutiaramu itu. Kiat-ji?"

"Ya. Sin-liong-cu (Mutiara Naga Sakti) ada di tanganku. Kita dapat menghadapi kabut beracun di dalam lembah!"

Mu Ba menyeringai. Dia mendengar Iblis Penagih Jiwa mulai memaki-maki mereka, terdesak karena harus menghadapi Kun Houw sendirian. Dan Pedang Medali Naga yang masih kelebatan menyerang Iblis Penagih Jiwa itu akhirnya di susul teriakan Bi Lan yang gembira melihat kemenangan Kun Houw.

"Houw-ko jangan bunuh dulu musuhmu itu. Buka kedoknya agar kita tahu siapa dia...!"

So-beng terkejut. Dia mengeluarkan suara aneh dari tenggorokannya, menggigil dan melotot memandang Bi Lan. Tapi ketika Kun Houw mengangguk dan memutar pedang mengurung Iblis Penagih Jiwa ini, akhirnya Kun Houw berseru dengan muka beringas. "Ya, betul kata-katamu Bi Lan. Aku akan melihat dulu wajahnya sebelum dia kubunuh!"

"Tidak...!" So-beng melengking. "kau tak dapat melihat siapa aku. Kun Houw. Aku yang akan membunuhmu dan membuatmu binasa!"

Tapi kenyataan dan keinginan ternyata berbeda. Kun Houw telah mengeluarkan jurus-jurus intinya itu, berhasil membunuh Sin-yan Mo-Ii dengan jurusnya ke empat, Hui-kiam-cui-liong. Dan ketika So-beng memekik dan pedang mulai menggulung Iblis Penagih Jiwa ini untuk masuk ke dalam bayangan pedang akhirnya Kun Houw mengeluarkan jurus lain yang dsebut Heng hun-po-uh (Awan Berarak Hujan Mencurah), membuat lawan kelabakan ketika Pedang Medali Naga mengaung bergulung-gulung, membentuk kabut tebal seperti mega.

Dan ketika Kun Houw membentak berseru nyaring tahu-tahu gulungan kabut atau awan yang tebal naik turun ini tiba-tiba pecah, menjadi titik-titik kecil yang berhamburan ke segala penjuru dengan amat deras. Persis hujan mencurah. Dan ketika lawan berseru keras menangkis dengan cakar bajanya tiba-tiba senjata maut di tangan Iblis Penagih Jiwa itu terpapas buntung.

"Cras!" So-beng terkejut. Dia kaget bukan main melihat kehebatan Pedang Medali Naga. Tersentak karena tidak ada lain jalan kecuali menangkis dengan cakar bajanya itu. Maklum bahwa dia akan kehilangan senjatanya dan itu benar-benar terjadi. Dan ketika pedang menyambar dan dia bergulingan melempar tubuh tahu-tahu Kun Houw menggerakkan tangan kiri menyambar kedok di muka Iblis Penagih Jiwa ini.

"Brettt!!"

Dan... semua orang berseru tertahan. Mereka melihat wajah Iblis Penagih Jiwa itu sekarang, wajah yang beringas dan pucat berganti-ganti. Wajah yang tampan meskipun setengah umur. Dan Kun Houw yang melihat wajah di balik kedok yang memiliki nama menyeramkan ini tiba-tiba tertegun dan berseru menggigil,

"Ok-ciangkun...!"

Semua orang tersentak kaget. Mereka sungguh tak menyangka bahwa Iblis Penagih Jiwa itu ternyata Ok-ciangkun adanya, Panglima yang dulu tewas di bawah jurang. Orang Kepercayaan dan tulang punggung kerajaan Wu, Ayah dari Kui Hoa dan Kui Lin. Dan Pendekar Gurun Nereka serta anak isterinya yang terbelalak kaget melihat siapa sebenarnya Iblis Penagih Jiwa ini tiba-tiba tertegun dan bengong seperti Kun Houw!

Dan Ok-ciangkun melompat bangun. Merah padam mendeliki Kun Houw marah serta gusar bukan kepalang bahwa rahasianya terbongkar. Tak dapat menyembunyikan diri lagi terhadap semua orang. Baik lawan maupun kawan. Dan panglima yang tampak beringas dan menggigil berapi-api itu tiba-tiba mencabut pedang yang disembunyikan di balik punggung, membentak Mu Ba dan teman-temannya yang tiba-tiba melihat wibawa panglima ini yang timbul dengan menakutkan, memandang pula Bi Kwi dan Hun Kiat yang tergetar melihat siapa sebenarnya Iblis Penagih Jiwa itu. Dan Ok-ciangkun yang melotot menggeram marah tiba-tiba melompat maju menantikan kawan-kawannya dengan pandangan yang semerah saga itu,

"Bi Kwi, kalian masih juga tak mau membantu membunuh pemuda ini? Kalian begitu tolol untuk tidak cepat-cepat maju secara bersama? Hm, kalau begitu aku yang akan membunuh kalian satu-persatu, manusia manusia pengecut. Aku akan membunuh kalian dan melempar kalian ke lembah hwee seng-kok!"

Aneh, Bi Kwi dan dua encinya gemetar, mengangguk dan tiba-tiba melolos gelang yang menjadi senjata andalan mereka. Terkejut dan kalah pengaruh oleh wibawa yang keluar dan tubuh panglima ini, yang merupakan atasan dan juga suheng mereka! Dan Ok-ciangkun yang membalik memandang Mu Ba akhirnya menggeram pada raksasa tinggi besar itu.

"Dan kau juga tetap tak mau membantu. Mu Ba?"

Mu Ba gentar. Dia terkejut dan bingung menjadi satu, tak menyangka sama sekali bahwa Iblis Penagih Jiwa itu ternyata Ok-ciangkun adanya. Panglima yang dulu menjadi atasannya sewaktu masih di istana. Dan Mu Ba yang kalah perbawa oleh panglima yang beringas ini tiba-tiba mengangguk, melihat Bi Kwi dan dua kakaknya mengepung, tampak siap sewaktu-waktu menyerang dia bersama panglima itu. Membalik dari kawan menjadi lawan. Dan karena tak ada pilihan lain yang lebih menguntungkan dari pada membantu panglima itu akhirnya Mu Ba menggereng melompat maju, mencabut tengkorak bayinya.

"Ok-ciangkun, aku siap membantumu membunuh Kun Houw!"

Hun Kiat terkejut. Sekarang ganti dia yang dipandang panglima ini, melihat sorot mata Ok-ciangkun yang dingin menakutkan. Dan ketika panglima itu bertanya apakah dia akan menonton saja dan tak mau membantu tiba-tiba Hun Kiat tertawa aneh dan melompat maju, berendeng bersama gurunya untuk membantu panglima itu. Dan begitu semua kawannya maju ke depan akhirnya panglima ini memutar tubuh menghadap Kun Houw.

"Bocah, kini kami bersatu untuk membunuhmu. Kau bersiaplah!"

Kun Houw tertegun. Sebenarnya sejak tadi dia sudah terkejut dan kaget bukan main bahwa So-beng ternyata adalah Ok-ciangkun. Jadi panglima yang dulu menjadi atasannya dan juga ayah dari kekasihnya, Kui Hoa. Hal yang membuat dia bengong dan terguncang hebat, tak tahu apa yang harus dilakukan. Maka melihat panglima itu menghadapinya dan semua teman-temannya maju mengepung tiba-tiba Kun Houw menggigil dan tak habis mengerti apa sesungguhnya yang terjadi pada panglima she Ok ini. Bagaimana dia muncul kembali setelah orang-orang melihat dia tewas di dalam jurang.

Dan Liong Han yang terbelalak melihat Kun Houw mendelong tak berkedip mendadak meloncat maju menepuk pundak kawannya. "Kun Houw, musuh telah menantangmu Bersiaplah, kubantu kau...!"

Kun Houw sadar. Dia sekarang pucat memandang panglima ini, menggigil dan gemetar memandang lawan. Tapi teringat kematian gurunya tiba-tiba Kun Houw menegakkan kepala berseru tegas, "Tidak, tak perlu kau bantu kalau aku masih dapat menghadapi musuh-musuhku, Liong Han. Kau mundurlah kembali dan majulah kalau aku terdesak!"

Liong Han terkejut. "Tapi...."

Kun Houw mendorong kawannya. "Sudahlah, aku telah bersumpah untuk membunuh musuh yang telah membunuh guruku. Liong Han. Dan aku tahu kepandaian lawan-lawanku ini. Aku telah mengenal mereka, biarkan aku sendiri dan boleh kau maju kalau aku terdesak!"

Terpaksa, Liong Han mundur lagi dan Ok-ciangkun yang tertawa mengejek memutar pedangnya tiba-tiba maju menghadapi Ceng Bi, hal yang membuat nyonya ini terkejut dan mundur selangkah. Tapi ketika Pendekar Gurun Neraka menghadang dengan kening dikerutkan akhirnya panglima ini berhenti tertawa aneh.

"Pendekar Gurun Neraka, aku ingin bicara, sebentar dengan isterimu. Kau mundurlah!"

"Hm apa yang kau maui?"

"Meminjam barang yang pernah kuberikan, padanya. Pendekar Gurun Neraka. Kau mundurlah dan biarkan aku bicara padanya!"

Ceng Bi gemetar, bingung dan marah. "Apa yang kau maui, Ok-ciangkun?" nyonya ini akhirnya maju pula, mengepal tinju dan menggigit bibir memandang panglima itu. Orang yang telah membunuh kakaknya!

Tapi Ok-ciangkun yang tertawa bersikap dingin tiba-tiba berkata serak. "Aku ingin meminjam baju yang pernah ku berikan padamu, hujin. Thian-bian-ih (Baja Sutera Langit) itu!"

"Ahh....!" Ceng Bi terkejut. "Kau... kau...."

"Ya, aku ingin menghadapi Kun Houw dengan baju pusakaku itu, hujin. Harap kau suka meminjamkannya sebentar mengingat jasa-jasaku yang lalu!"

Ceng Bi tiba-tiba menangis. "Ok-ciangkun, kau jahanam keparat! Kau..." Ceng Bi tiba-tiba melepas baju yang dimaksudkannya itu. "Kau tak layak disebut manusia, orang she Ok. Kau melepas budi tapi sekaligus juga berhutang jiwa! Sekarang ambillah, aku mengembalikan baju pusakamu itu....plek!"

Dan baju yang menimpa kepala panglima ini menakup wajahnya tiba-tiba di sambut desis tak jelas dari bibir panglima itu, sejenak memejamkan mata tapi dibuka kembali memandang lembut nyonya yang masih gagah ini, cantik meskipun setengah umur. Dan Ok-ciangkun yang menunduk menghela napas tiba-tiba berkata,

"Hujin, ini semua kulakukan karena pernyataanku dulu. Kau masih ingat, bukan?"

"Aku tak mau mengingatnya, orang she Ok. Kau jahanam keparat!"

"Itulah, aku merana kenapa kau membenciku, hujin. Tapi aku tak menyesal menghadapi semuanya. Kau memang lebih patut mencinta suamimu itu daripada aku. Si jahanam keparat!"

Ceng Bi menangis. Dia menggigit bibir dan tersedu-sedu menubruk suaminya, teringat kisah dua puluh tahun yang lalu ketika dia menelantarkan cinta panglima itu. Betapa panglima itu memberinya baju Thian-bian-ih hingga secara tidak sengaja menyelamatkan dia dari kekejaman tangan ayahnya. Nyaris tewas dibunuh ayahnya itu kalau tak ada Baju Sutera Langit (baca Pendekar Kepala Batu). Dan Pendekar Gurun Neraka yang tentu saja tertegun melihat semuanya ini tiba-tiba menarik napas penuh sesal.

Sekarang dia tahu apa sebabnya panglima itu menjadi So-beng. Kenapa panglima itu membunuh-bunuhi orang yang menjadi keluarga dan sahabatnya. Kisah yang bukan lain didorong oleh dendam dan cemburu. Perbuatan yang dilakukan panglima itu untuk melepas sakit hatinya akibat banyak hal. Dan Pendekar Burun Neraka yang menghibur menepuk pundak isterinya akhirnya berkata dengan suara berat, ditujukan pada panglima itu,

"Ok-ciangkun, sungguh tak kukira bahwa tindak-tandukmu telah melewati batas. Kau bukan hanya mendendam karena urusan kerajaan saja melainkan mencampur-adukkan pula urusan pribadimu yang tidak pada tempatnya. Hmmm... kau semakin tersesat, Ok-ciangkun. Kalau adikmu masih hidup tentu adikmu itu akan memaki dan mengutuk perbuatanmu ini!"

Ok-ciangkun menggeram. "Tak perlu mengungkit ungkit mendiang adikku. Pendekar Gurun Neraka. Dan semua kulakukan karena kaulah yang menjadi gara-garanya!"

"Hm..." Pendekar Gurun Neraka menarik napas. "Kau telah diliputi kegelapan, Ok-ciangkun. Kau tak dapat lagi membedakan siapa salah siapa benar.”

"Cerewet!" Ok-ciangkun membentak. "Aku tak perlu lagi khotbahmu, Pendekar Gurun Neraka. Yang kuperlukan di sini adalah membunuh dan membalas sakit hatiku. Aku akan membunuh anak isterimu!"

Pendekar Gurun Neraka tersenyum pahit. Dia tak menjawab, dan Kun Houw yang terbelalak melompat maju tiba-tiba mendesis, telah dapat mengusai guncangan hatinya lagi,

"Ok-ciangkun, aku masih menunggu keputusan di antara kita. Kau berhutang jiwa kepadaku!"

Ok-ciangkun membalik, mengeluarkan suara dari hidung. "Kau ingin membalas kematian gurumu, Kun Houw?"

"Begitulah, aku telah bersumpah di depan guruku, ciangkun. Dan sekarang menyesal sekali kita harus membuat perhitungan untuk menyelesaikan ini!"

"Bagus, aku juga ingin membunuhmu, Kun Houw. Kau membuat anakku menentang dan berani terhadap orang tua!"

Kun Houw menggigit bibir. Disebutnya nama ini membuat Kun Houw teriris, diam-diam merintih di dalam hati karena dia berada di persimpangan yang rumit sekali. Di satu pihak dia harus membunuh panglima ini karena Ok-ciangkun telah membunuh gurunya tapi di lain pihak dia teringat bayangan Kui Hoa yang tentu akan marah dan benci kepadanya kalau ayahnya terbunuh.

Tapi Kun Houw yang terlanjur bersumpah di depan makam akhirnya menutup semua bayangan kekasihnya karena dia harus mengutamakan janjinya. Apalagi Ok ciangkun adalah manusia jahat, yang dengan menyamar sebagai So-beng telah membunuh-bunuhi orang lain yang termasuk orang baik-baik. Seperti Ta Bhok Hwesio dari Tibet itu, sahabat-sahabat Pendekar Gurun Neraka dan juga yang lain-lain yang rata-rata adalah kaum pendekar yang tidak bersalah.

Dan Kun Houw yang menggigit bibir menutup bayangan Kui Hoa akhirnya menetapkan bahwa urusan gadis itu adalah urusan nanti, yang penting adalah sekarang. Menyelesaikan dulu urusan yang ada di depan mata dan membalas kematian gurunya! Dan Kun Houw yang berkilat memandang yang lain akhirnya melihat panglima itu maju bersama lima temannya, mengepung disegala penjuru.

"Kun Houw, betul katamu. Kita harus menyelesaikan urusan ini membereskan perhitungan. Tapi jangan sombong, bocah. Aku kini tak takut lagi akan keampuhan pedang pusakamu!"

Kun Houw menggigil. "Tak perlu banyak cakap, Ok-ciangkun. Aku tak perduli kau takut atau tidak. Aku tahu kecuranganmu dan sepak terjang kawan-kawanmu ini!"

"Hm..." Ok-ciangkun mendengus, merah mukanya. "Kalau begitu boleh kau minta bantuan kawanmu, Kun Houw. Suruh bocah she Liong itu maju!"

Tapi Kun Houw yang menolak menggetarkan pedang sudah menghadapi lawan-lawannya, merasa sanggup dan percaya pada diri sendiri akan kemampuannya menghadapi enam orang musuhnya itu.

Tapi Ceng Bi yang khawatir memandang Baju Sutera Langit yang telah dipergunakan panglima itu justru berseru cemas, "Kun Houw, biarkan Liong Han membantumu. Setidak-tidaknya dia dapat menghadapi yang lain meringankan bebanmu!"

"Tidak," Kun Houw menggeleng, bersikeras pada pendiriannya. "Biarkan aku menghadapi mereka, ibu. Kalau aku terdesak dan tak dapat mengatasi mereka biarlah Liong Han membantuku. Tapi untuk sementara ini jangan, aku ingin membunuh musuhku dengan tanganku sendiri!"

Ok-ciangkun tertawa mengejek. Sekarang sikapnya tampak beringas dan menakutkan, pedang yang ada di tangan diputar dan digerak-gerakkan, siap menyerang dan memberi isyarat pada yang lain agar mulai memasang sikap. Tapi ketika teman-temannya menunggu dan masing-masing menanti agar dia lebih dulu maju akhirnya panglima ini tertawa aneh membentak tinggi, tiba-tiba melejit berkelebat ke depan, melengking dan menggerakkan pedangnya itu menusuki Kun Houw, mulai dengan gebrakan cepat membangkitkan keberanian teman-temannya. Dan begitu panglima ini menyerang dengan pedangnya maka yang lain tiba-tiba menyerbu dengan senjata masing-masing.

"Sing-plak-duk!"

Kun Houw menangkis, membentak dan melompat tinggi memutar pedangnya. secepat kilat mengerahkan sinkang dan ginkang menghadapi enam serangan yang datang susul-menyusul itu, menolak dan mementalkan semua senjata lawan hingga mereka berteriak kaget. Tapi Ok-ciangkun yang menyerang lagi meliukkan tubuh tiba-tiba menggerakkan tangan kiri melepaskan pukulan Tok-hwe-ji, ditangkis dan kini menggerakkan pedang menikam dada Kun Houw.

Dan ketika Kun Houw terhuyung dan terbelalak menghadapi serangan gencar yang dilancarkan panglima ini tiba-tiba Mu Ba dan empat temannya yang lain sudah menghujani tubuhnya dengan serangan bertubi-tubi, gelang dan tengkorak bayi berseliwer dan mengurung di delapan penjuru. Mendesak dan mengaung dengan suara mengerikan. Dan ketika beberapa senjata mendarat ditubuh pemuda ini akhirnya silih berganti senjata senjata yang lain menghantam dan menghujani Kun Houw yang cepAt mengerahkan sinkangnya.

"Bak, bik, buk!"

Kun Houw tak apa-apa. Dia telah membuat tubuhnya kebal, paling-paling menyeringai sedikit menahan pukulan. Merasa pedih tapi tak terluka. Tapi ketika pedang Ok-ciangkun menyambar dan dia merasa angin yang tajam dan dingin meluncur bagai paruh rajawali. Kun Houw terpaksa melompat mengelak memutar pinggangnya, tiba-tiba membentak dan berjungkir balik melayang tinggi, melihat senjata yang lain berhamburan menuju tubuhnya. Dan begitu melayang turun memekik nyaring tiba-tiba Kun Houw menggerakkan Pedang Medali Naganya menyerampang dari kiri ke kanan.

"Awas...!" Ok-ciangkun berteriak. Panglima ini memperingatkan teman-temannya agar tak membentur pedang itu, menarik cepat dan ganti menyerang dengan cara lain, menendang dan memukul.

Dan ketika Kun Houw berkelebat mainkan Bu-tiong Kiam-sutnya dan pemuda itu lenyap ditelan gulungan pedangnya, akhirnya panglima ini memberi aba-aba agar mereka mengepung secara berputaran berganti-ganti tempat untuk membingungkan Kun Houw. Dan begitu semuanya mengangguk dan maju dengan cara seperti yang diperintahkan panglima ini tiba-tiba Kun Houw mendapat lawan yang berbeda-beda dalam setiap gebrakan.

"Ha-ha, kami akan membingungkanmu, Kun Houw. Kau tak mungkin membunuh kami secara berbareng!"

Kun Houw terkejut. Dia melihat enam orang itu berputaran dengan cara berpindah-pindah, semua mengikuti aba-aba panglima ini yang memimpin mereka. Tapi Kun Houw yang memutar pedang menggigit bibir tiba-tiba mengerahkan Jing-liong-sinkangnya di samping Bu-tiong Kiam-sut, mendorong dan mulai menerima pukulan lawan dengan tangan telanjang, bermaksud menangkap dan membetot senjata lawan sementara pedang masih terus bergerak membungkus dirinya merupakan benteng yang kokoh. Dan ketika satu saat gelang di tangan Bi Hwa menyambar dan Kun Houw membentak nyaring tahu-tahu dia menyambut sambaran gelang ini.

"Brak!"

Bi Hwa terpekik. Dia melihat senjatanya tertangkap cepat sekali dan hancur dalam cengkeraman Kun Houw yang mengerahkan Jing-liong sinkang. Dan Kun Houw yang menggeram menggerakkan pedangnya tiba-tiba menutuk, dan menarik lawannya itu agar terjerumus ke depan.

"Hei...!" Bi Hwa terkejut. Ia tertarik oleh betotan Kun Houw itu, tak dapat menguasai diri.

Tapi Ok-ciangkun yang membentak menyerang dari samping tiba-tiba menusuk lubang telinga Kun Houw sementara kakinya bergerak menendang Bi Hwa, membuat Kun Houw terpaksa mengelak dan melepas lawannya yang roboh terlempar, mencelat oleh tendangan Ok-ciangkun yang menyelamatkan pembantunya itu. Dan Bi Hwa yang terguling-guling melompat bangun akhirnya mendesis dan mengusap peluhnya yang terasa dingin!

"Aih, berbahaya...!"

Namun Ok-ciangkun telah memanggilnya kembali. Panglima ini telah menyerang dan menghujani Kun Houw dengan pukulan-pukulan berat, dibantu Mu Ba dan yang lain-lain yang kini menerjang dengan lebih mantab. Melihat Ok-ciangkun mempu melindungi mereka bila terdesak, seperti Bi Hwa tadi. Namun Kun Houw yang mendengus memutar pedang tiba-tiba membentak dan menangkis semua serangan lawan, melihat lawan mundur kembali karena tak berani beradu senjata. Gentar dengan Pedang Medali Naganya itu. Dan ketika pertempuran berjalan kembali dan Ok-ciangkun mengajak berputaran seperti tadi, akhirnya Kun Houw bertahan dan sekali-kali balas menyerang.

Hal ini menyebabkan pertandingan menjadi lama, Kun Houw rupanya sengaja dikocok, dibiarkan menguras tenaganya kehabisan napas. Dan Pendekar Gurun Neraka yang mengerutkan alis melihat ini tentu saja maklum apa yang dikehendaki panglima yang cerdik itu.

"Kun Houw, keluarkan saja tujuh jurus intimu itu. Jangan biarkan diri dikocok lawan!"

Kun Houw mengangguk. Dia sebenarnya juga tahu akal panglima itu, sengaja mengikuti karena dia ingin mencari lubang-lubang kelemahan. Dan ketika saat itu tiba dan dia mulai banyak berkeringat tiba-tiba Kun Houw melengking mengeluarkan tujuh jurus andalannya itu, berkelebat den lenyap memutar pedang yang kian bergulung gulung, rapat bukan main dan mulai mengincar Sam-hek-bi-kwi karena tiga orang inilah yang terlemah.

Dan begitu dia membentak dan mulai mengeluarkan jurus ke dua yang tadi di pakai menyerang So-beng yakni Heng-hun po-uh (Awan Berarak Hujan Mencurah) tiba-tiba pedangnya bergerak naik turun membentuk gumpalan mega hebat, mengejutkan Ok-ciangkun karena dia telah merasai kelihaian jurus ini. Jurus yang membuat kedoknya terbuka! Dan ketika Kun Houw melengking memecah gulungan meganya tahu-tahu hujan pedang yang luar biasa banyak menghambur ke delapan penjuru menyerang enam orang lawannya itu.

"Awas....!" Ok-ciangkun berteriak. Panglima ini sendiri sudah melempar tubuh bergulingan, tak berani ambil resiko karena jurus itu memang berbahaya. Dapat berkembang dan menyusul dengan jurus berikutnya.

Dan Mu Ba serta yang lain yang cepat mengikuti jejak Panglima Ok lalu bergulingan melempar tubuh mereka, berarti menjauhi Kun Houw. Dan Kun Houw yang tak melepas kesempatan bagus ini dengan putaran pedangnya tiba-tiba mengejar Bi Hwa yang saat itu tak mengira Kua Houw mengincar dirinya.

"Cici, awas...!"

Bi Hwa terkesiap. Dia mencelos melihat Kun Houw menusuk dadanya dengan kecepatan kilat, tahu-tahu telah berada dekat dengannya sementara dia masih bergulingan. Tapi Bi Hwa yang bergerak otomatis menangkis dengan gelangnya yang tinggal sebuah tiba-tiba terkejut dan sadar bahwa perbuatannya itu keliru, tak mungkin menghadapi Pedang Medali Naga yang luar masa tajam. Dan ketika benar, gelangnya putus dibabat pedang dan Bi Hwa berteriak kaget tahu-tahu pedang di tangan Kun Houw bergerak terus menusuk lehernya.

"Crep!" Bi Hwa mendelik. Saat itu Ok-ciangkun ataupun yang lain tak mungkin menolongnya, masing-masing melempar tubuh berpencar menyelamatkan diri. Dan Bi Hwa yang merasa lehernya dingin ditembus pedang tiba-tiba sadar bahwa dia terluka setelah Kun Houw mencabut pedangnya, merasa lehernya sakit dan roboh terjerembab, tak dapat mengeluarkan suara dan saat itu juga kehilangan kesadarannya karena nyawa telah melayang bagai di alam mimpi!

Dan Bi Kwi serta Bi Gwat yang kaget melihat saudara mereka tewas tiba-tiba menjerit dan hampir berbareng melepas gelang mereka. "Kun Houw, kau jahanam Keparat...!"

Namun inilah yang ditunggu. Kun Houw justeru merasa kebetulan dua orang wanita itu menubruknya, gelap mata melihat kematian saudara mereka. Dan Kun Houw yang membalik mengayun pedang tiba-tiba membabat gelang yang disambitkan kepadanya itu.

"Crass cres!"

Dua gelang itu putus. Pedang Medali Naga seolah membacok agar-agar saja, berkelebat dan terus menyambut ketika Bi Kwi dan kakaknya menghantam dengan gelang satunya lagi mendelik dan penuh kemarahan kepada Kun Houw. Tapi Kun Houw yang mendengus menyilangkan pedang tiba-tiba menangkis dari kiri ke kanan.

"Bi Kwi, awas...!"

Namun semuanya terlambat. Dua wanita ini kehilangan kontrol diri melihat kematian saudara mereka. Seolah kemasukan setan dan tidak perduli pada bahaya lagi selain melampiaskan kemarahan mereka. Maka begitu pedang menangkis dan gelang kembali putus dibabat tiba-tiba Pedang Medali Naga menukik turun menyambar perut mereka.

"Bles-bless!"

Bi Kwi dan kakaknya terjengkang. Mereka sadar setelah semuanya terlambat. Tembus menerima tusukan pedang yang mengenai perut mereka hingga tembus ke punggung. Dan ketika Kun Houw menendang dan dua wanita itu mencelat terlempar akhirnya hampir secara bersamaan Bi Kwi dan kakaknya tewas tumpang tindih.

"Bluk!"

Ok-ciangkun dan yang lain terbelalak. Mereka kaget bukan main oleh kematian Bi Kwi kakak beradik. Melihat betapa dalam gebrakan yang luar biasa cepat Kun Houw telah membunuh tiga orang lawannya itu. Hal yang mengejutkan. Tapi Ok-ciangkun yang menggereng melompat maju tiba-tiba melengking membentak, gusar. "Kun Houw. kau jahanam keparat!"

Kun Houw menjengek. Dia menyambut pedang panglima ini dengan Pedang Medali Naga, berdering nyaring ketika pedang panglima itu patah. Dan ketika Ok-ciangkun mendelik mengayun tangun kirinya tiba-tiba Kun Houw meneruskan serangan membacok pundak panglima itu.

"Trak!"

Kun Houw terkejut. Dia melihat pedangnya lekat di pundak lawannya itu. Baru kali ini tak dapat melukai lawan. Teringat bahwa panglima itu telah mengenakan Baju Sutera Langit Dan Ok-ciangkun yang saat itu menghantam dengan pukulan dahsyat melalui tangan kirinya tiba tiba menggempur dada Kun Houw yang saat itu tertegun melihat pedangnya tak dapat melukai panglima ini.

"Dess!"

Kun Houw mencelat jauh. Pemuda ini terlempar bergulingan dengan muka kaget, melihat lawan mengejar dan kali ini melepas pukulan Gin-kong jiu, dahsyat disusul timpukan pedang yang buntung di tangannya. Tapi Kun Houw yang membentak melompat bangun tiba-tiba menyambut dengan Pedang Medali Naganya itu.

"Crang plak dess!"

Kun Houw masih terhuyung. Dia merasa ampeg (sesak) oleh pukulan dahsyat panglima itu, merasa dada tiba-tiba nyeri dan sakit. Tapi Ok-ciangkun sendiri yang juga terpental oleh tangkisannya tadi sudah berseru pada Mu Ba dan Hun Kiat,

"Mu Ba, serang dia. Keroyok lagi...!"

Tapi Mu Ba terlanjur gentar, Raksasa ini terbelalak melihat kematian Bi Kwi kakak beradik, berkedip-kedip memandang muridnya. Dan Hun Kiat yang juga melihat semuanya itu dengan perasaan gelisah tiba-tiba membalik dan menyambar lengan gurunya memasuki lembah Hwee-seng-kok!

"Ok-ciangkun, maaf. Kami masih sayang pada jiwa kami...!"

Ok-ciangkun terbelalak. Dia melihat guru dan murid itu memasuki lembah, melihat Mu Ba berlari di belakang muridnya dengan muka gemetaran. Tapi Kun Houw yang bergerak menimpuk pedangnya tiba-tiba berkelebat dengan seruan keras,

"Mu Ba, Jangan lari!"

Mu Ba terkejut. Dia mendengar desiran angin di belakang punggungnya itu, tersentak melihat bayangan Kun Houw berkelebat mengejarnya. Dan raksasa yang gugup membalikkan tubuh ini tiba-tiba menangkis dengan putaran tengkorak bayinya. Tak tahu bahwa yang menyambar itu adalah Pedang Medali Naga, tak mengira Kun Houw melepas senjatanya itu. Maka begitu tengkorak putus talinya dan pedang menyambar meneruskan "perjalanannya" tiba-tiba raksasa ini menjerit terjungkal roboh.

"Crat!" Mu Ba meraung. Raksasa ini mendelik mendekap dadanya, terjerembab dan terguling melotot lebar, berteriak pada Hun Kiat, agar muridnya itu menyambarnya pergi. Tapi Hun Kiat yang justru ketakutan dan kaget melihat suhunya roboh tiba-tiba tancap gas mempercepat larinya. Tak ayal, raksasa ini menggereng dan begitu dia memaki dengan suara parau.

Tiba-tiba Ok-ciangkun berkelebat di depannya menampar kepala iblis tinggi besar itu. "Mu Ba, kau pengecut hina...prak!"

Mu Ba menjerit. Raksasa ini menggelepar dan tewas seketika dengan kepala pecah, berhamburan otaknya, pedang tiba-tiba dicabut dan di rampas panglima ini! Dan Kun Houw serta semua orang yang terbelalak kaget tak menyangka kejadian itu tiba-tiba mendengar panglima ini terbahak dengan suara menyeramkan.

"Haha-ha, kini Pedang Medali Naga ada di tanganku, Kun Houw. Kau tak dapat berbuat apa apa tanpa pedang ini!"

Kun Houw membelalakkan mata. Dia tadi bengong melihat panglima itu membunuh kawan sendiri, meskipun akhirnya Mu Ba akan tewas juga oleh timpukan pedangnya. Maka melihat panglima ini terbahak dan memutar pedang pusakanya tiba-tiba Kun Houw tertegun dengan muka pucat. Dan saat itu Liong Han berkelebat didepannya, disusul pula oleh Pek Hong dan Ceng Bi serta Sin Hong dan Bi Lan yang terkejut melihat panglima itu menghampiri Kun Houw, tertawa bergelak dengan langkah satu-satu, tampak menyeramkan dan buas. Dan Pendekar Gurun Neraka sendiri yang ikut terkejut oleh perobahan ini tidak dapat menahan diri untuk berkelebat pula melindungi Kun Houw!

"Ok-ciangkun, kau tak boleh berbuat curang...!"

Panglima itu terbahak. "Berbuat curang bagaimana, Pendekar Gurun Neraka? Bukankah kami kini berhadapan satu lawan satu?"

"Tapi kau mengambil pedang yang bukan milikmu. Itu pedang Kun Houw...!"

"He he... itu kesalahan Kun Houw sendiri, Pendekar Gurun Neraka. Kenapa dia berbuat bodoh melemparkan senjatanya. Aku tak mau tahu, Hayo, kalian minggir, biarkan ku bunuh bocah itu."

Pendekar Gurun Neraka dan anak istrinya pucat. Mereka melihat panglima itu memandang beringat, maju lagi dengan pedang digerak-gerakkan, mendengung dan mencicit silih berganti. Dan ketika Pendekar Gurun Neraka dan yang lain-lain masih juga tak mau mundur melindungi Kun houw akhrinya panglima ini menggeram dengan mata berkilat-kilat.

"Kalian mau mengeroyokku. Pendekar Gurun Neraka? Kau dan anak isterimu akan menjilat dan menelan ludah sendiri?"

Pendekar Gurun Neraka berkerut-kerut. Dia cemas dan gelisah sekali melihat panglima itu memegang Pedang Medali Naga. Padahal telah mengenakan pula Baju Sutera Langit yang membuat panglima itu kebal, jadi seolah harimau tubmuh sayap. Tentu hebat dan akan membuat runyam keadaan! Tapi Kun Houw yang melompat kedepan menyiba semuanya tiba-tiba berseru gagah dengan kepala tegak.

"Ayah, biar kalian minggir, kuhadapi lawanku ini. Dia benar, kalian tak boleh menjilat ludah, menarik janji!"

"Tapi dia membawa pedangmu. Kun Houw!" Pendekar Gurun Neraka terbelalak. "Panglima itu licik dan curang!"

"Tak apa. Aku akan berusaha merampasnya ayah. Kalian minggirlah dan biar ku hadapi lawanku itu!"

Pendekar Gurun Neraka bingung. Dia berat dan terang marah pada panglima yang curang ini, melihat Kun Houw menghadapi bahaya dengan pedang ditangan musuh. Tapi Kun Houw yang mendorong mereka semuanya menyuruh minggir akhirnya di sambut helaan napas berat pendekar ini dan anak isterinya. "Baiklah, tapi hati-hati, Houw-ji. Kau pinjam pedang ibumu untuk menghadapi lawanmu itu!" Pendekar Gurun Neraka memberi isyarat, menyuruh Ceng Bi melolos pedang untuk diserahkan pada Kun Houw.

Dan Ceng Bi yang terisak mencabut pedang tiba tiba berbisik gemetar dengan penuh kekhawatiran, "Kun Houw, balaskan sakit hati kami semua. Kami tak dapat berbuat apa-apa. Panglima itu telah mengikat kami dengan janji!"

Kun Houw terharu. Dia menerima pedang dan mencium senjata ibu tirinya itu. Ibu yang dulu paling sengit dan tak senang padanya, yang selalu memusuhi karena dikhawatirkan dia jahat seperti mendiang ibu kandungnya, Tok-sim Sian-li! Dan Kun Houw yang berkaca melihat kebaikan ibu tirinya ini lalu mengangguk dan berkata serak. "Baiklah, akan kuusahakan, ibu. Tolong doakan agar aku dapat membunuh musuhku ini."

Kun Houw membalik. Dia sekarang berhadapan dengan panglima itu. Tapi Liong Han yang berseru nyaring tiba-tiba mengejutkan dengan pasangan kuda-kudanya di samping Kun Houw. "Tak perlu khawatir. Aku membantumu, Kun Houw, Panglima ini juga musuhku dan aku tidak terikat janji, Kita berdua dapat menghadapinya...!"

Kun Houw terkejut, "Tidak, kau mundurlah, Liong Han. Aku masih belum roboh menghadapi lawanku ini. Kau berjaga-jaga saja dibelakang!"

Liong Han tak puas. "Tapi musuhmu mempergunakan pedang pusaka. Kun Houw! juga dia masih mengenakan Baju Sutera Langit itu!"

"Tak apa... aku akan merampasnya, Liong Han. Kau mundurlah dan biar kuselesaikan urusan ini satu lawan satu...!"

Liong Han tertegun. Dia melihat kegagahan Kun Houw yang luar biasa ini, kagum akan keberanian dan ketetapan hatinya, tapi Liong Han yang rupanya masih ragu melepas temannya tiba-tiba mendengar desir angin disusul kebutan ujung jubah, terkejut melihat dua bayangan muncul seperti iblis.

"Omitohud, Apa yang dikata Kun Houw benar, Liong Han. Kau mundurlah, biarkan urusan ini diselesaikan satu lawan satu!"

Semua orang terkejut. Pendekar Gurun Neraka dan anak isterinya membalik, terbelalak melihat dua banyangan muncul di belakang mereka. Tapi begitu melihat siapa yang datang tiba-tiba Liong Han dan Pendekar Gurun Neraka berseru hampir berbarengan. Liong Han sendiri sudah menjatuhkan diri berlutut,

"Suhu...!!"

"Pek-Kut Hosiang...!"

Kun Houw dan yang lain-lain terkejut. Ok-ciangkun sendiri juga tersentak, kaget melihat munculnya hwesio Go-bi yang sakti ini. Tapi melihat orang kedua yang berdiri di sebelah kiri hwesio sakti itu tiba-tiba Ok-ciangkun menggigil dan berseru gemetar,

"Pek Lian. Nikouw....'"

Semua orang heran. Mereka melihat panglima yang tadi beringas itu sekonyong-konyong pucat, tampak gelisah menghadapi orang kedua ini. Pek Lian Nikouw, nikouw yang dulu tinggal dilereng Pegunungan Beng-san dan dikenal Pendekar Gurun Neraka dan dua istrinya sebagai nikouw lemah yang baik hati, yang dulu mengesahkan perkawinan mereka. Dan Pendekar Gurun Neraka dan yang lain-lain tentu saja heran dan terkejut oleh kehadiran nikouw ini, tiba-tiba mendengar Ok-ciangkun berseru melotot memandang nikouw tua itu.

"Pek Lian-nikouw, apa mau mu datang ke mari?"

Pek Lian Nikouw mengebutkan jubah, tersenyum lembut, "Omitohud, Pin-ni (aku) datang untuk menyadarkan dirimu, ciangkun. Pin-ni mendengar kau keluar dari garis perjanjian."

"Keparat...! Kau mau mencampuri urusan, Pek Lian Nikouw? Kau mau menghukum aku yang kau anggap berdosa?"

"Tidak, pin-ni tak pantas menghukum siapapun, ciangkun. Yang pantas menghukum adalah Buddha. Pin-ni datang hanya untuk membawamu ke jalan benar. Kau telah melanggar janjimu!"

Ok-ciangkun tiba-tiba menggeram. "Dan kau, apa maksudmu ke sini, Pek-kut Hosiang? Kau juga akan membantu sumoimu?"

"Omitohud!" Pek-kut Hosiang juga mengebutkan jubah. "Pinceng (aku) tak membantu siapa-siapa, ciangkun. Pinceng telah tua dan tak mungkin mengganggu dirimu. Pinceng datang karena melihat murid pinceng di sini dan atas permintaan Pek Lian-sumoi!"

"Hm...!" Ok-ciangkun menggigil, menggerakkan pedang, memandang Pendekar Gurun Neraka dan yang lain-lain. "Kau juga merasa kebetulan melihat kehadiran hwesio ini. Pendekar Gurun Neraka!? Kalian semua ingin bersatu menghancurkan aku?"

Dan ketika Pendakar Gurun Neraka tak menjawab tiba-tiba panglima ini tertawa menghadapi Pek Liang Nikouw. "Nikouw tua, aku tak punya waktu untuk melayanimu kali ini. Kau pergilah dulu biar besok aku bertobat!"

Pek Lian Nikouw menghela napas. "Kau masih juga mau meneruskan pelanggaran menambah dosa, ciangkun?"

"Tak perlu banyak cakap. Kau pergilah, Pek Lian Nikouw. Aku hanya menambah dosa kali ini saja. Besok aku sudah bertobat!"

"Hm." Pek Liang Nikouw mengerutkan keningnya. "Kalau begitu kembalikan Pedang Medali Naga, ciangkun. Pin-ni sesungguhnya lebih berhak atas pedang itu dibanding kau."

"Tidak," Ok-ciangkun beringas. "Aku ingin membunuh pemuda itu, Pek Liang Nikouw. Dia telah menghancurkan segala-galanya yang kumiliki!"

"Kalau begitu ingatlah kutukan mendiang isterimu, ciangkun. Pin-ni khawatir kau kena tuahnya!"

"Keparat!" panglima ini marah. "Jangan sebut sebut lagi namanya, nikouw tua. Aku berbuat aku sendiri yang akan bertanggung jawab. Kau minggirlah!"

Pek Liang Nikouw minggir. Pendeta wanita ini memejamkan mata, tampak teriris, menggigit bibir dan rupanya nyeri oleh sikap dan kata-kata Ok-ciangkun yang kasar. Tapi ketika nikouw ini membuka matanya dan memandang Kun Houw dengan mulut berkemak-kemik tiba-tiba Kun Houw terkejut mendengar nikouw tua itu bertanya padanya dengan ilmu mengirim suara dari jauh.

"Sicu, kaukah yang dulu menemukan medali naga?"

Kun Houw mengangguk, mengerahkan pula ilmunya mengirim suara dari jauh, "Ya, ada apakah, Su-kouw?"

"Dan benda itu masih kau simpan?"

"Ada padaku, su-kouw. Kenapakah?"

"Tak apa-apa. Pedang Medali Naga akan tumpul bila kau mempergunakan medalimu itu, sicu. Keluarkanlah dan pergunakan itu bila perlu!"

Kun Houw tertegun. Dia melihat nikouw itu berhenti bicara, mundur dan berdiri di samping Pek kut Hosiang dengan mata terpejam kembali, tenang dan tersenyum sekilas kepadanya. Dan Kun Houw yang tentu saja bengong mendengar ini tiba-tiba melihat Ok-ciangkun menggereng dan maju dengan muka merah padam.

"Kun Houw, kau majulah, kalau tak ingin berlindung di belakang orang-orang tua seperti anak kecil. Aku siap membunuhmu!"

Kun Houw sadar. Sekarang dia tampak gembira memandang Pek Liang-nikouw. Kun Houw yang melintangkan pedang didepan dadanya, gagah sekali. "Ok-ciangkun, aku tidak akan bersembunyi dibelakang orang-orang tua, Aku siap menghadapimu kalau kau mampu!"

"Tentu mampu..." Ok-ciangkun mendengus. "Aku memiliki pedang pusaka yang ampuh ini Kun Houw, dan aku mengenakan jubah pusaka kebal senjata." Dan Ok-ciangkun berdiri tegak memandang penuh kebencian pada pemuda ini, tiba-tiba membentak dan menubruk dengan serangan dahsyat sekali disertai tusukan cepat dan kemudian membacok dan menikam ke dada, Kun Houw mengelak, berlompatan kesana kemari, karena serangan lawan memang ganas dan tidak mengenal ampun. Dan ketika Ok Ciangkun melompat dan memutar tubuhnya berkelebatam cepat, tiba-tiba panglima ini telah mengeluarkan ilmu pedangnya Jeng-ging-toat-beng kiam-sut.

"Kun Houw, kau akan mati dengan pedang pusakamu....!"

Kun Houw terbelalak. Dia mendengar desing yang mengerikan dari pedang ditangan panglima itu. Pedang Medali Naga yang tajam dan ampuh, pedang yang kini tak mengenal dia lagi sebagai tuannya. Dan Kun Houw yang membentak menyambut terjangan lawan tiba-tiba juga mengerahkan ginkang dan lenyap mengikuti gerakan panglima itu. sebentar saja mainkan Bu-tiong Kiam-sut melindungi diri.

Bukan untuk beradu senjata melainkan beradu kecepatan dan ketangkasan. Saling tusuk dan tikam dengan amat gencar, tapi karena Kun Houw amat berhati-hati dan setiap serangan lawan selalu dikelit atau dielak mundur padahal serangannya sendiri selalu mental bertemu baju kebal panglima itu akhirnya beberapa jurus kemudian Kun Houw terdesak!

"Ha-ha. kau akan mampus, Kun Houw. Kau akan mampus di tanganku...!"

Kun Houw menggigit bibir. Dia melihat pedang di tangan panglima itu memang mendesaknya, bukan karena lebih hebat melainkan semata lebih ampuh karena dia tak berani mengadu senjatanya. Maklum pedang di tangannya tentu putus bila bertemu Pedang Medali Naga. Dan Kun Houw yang mundur-mundur membelalakkan matanya tiba-tiba mendengar seruan ibu tirinya nomor dua, Ceng Bi.

"Kun Houw. serang bagian bawah atau atas panglima itu. Jangan perut atau dadanya!"

Kun Houw mengangguk. Sebenarnya dia juga tahu itu. Artinya dia tahu bagian-bagian tengah panglima ini tak mungkin dibacok atau ditikam karena terlindung oleh Baju Sutera Langit yang dikenakan panglima itu. Jadi tempat lemahnya adalah leher keatas atau pinggang ke bawah. Tapi karena panglima itu selalu memutar pedangnya dan tentu menangkis kalau dia menyerang bigian ini maka Kun Houw ragu-ragu.

Dan Ok-ciangkun tertawa bergelak. "Ha-ha, boleh kau coba nasihat yang bagus itu, Kun Houw. Mungkin kau beruntung...!"

Kun Houw menggigit bibir. Dia tahu panglima ini mengejeknya. Panas dan marah di dalam hati. Dan ketika panglima itu terus mendesak dan Kun Houw semakin kepepet tiba-tiba Pedang Medali Naga menyambar lehernya dari kiri ke kanan.

"Sing..." Kun Houw mengeluarkan keringat dingin. Dia merasa mata pedang hanya beberapa senti saja dari kulit lehernya ketika dia mengelak, tiba-tiba membalik dan kini menusuk dengan arah melingkar dari bawah ke atas, ganas sekali serangan dari panglima itu yang hampir melukainya. Dan Kun Houw yang melompat tinggi, menangkis tiba-tiba dikejutkan oleh teriakan panglima itu yang juga melompat tinggi menghantam dirinya dengan serangan diudara!

"Kun Houw kini kau akan mampus...!"

Kun Houw kaget bukan main, dia mencelos hatinya melihat panglima yang ganas ini, melihat Pedang Medali Naga menyambar, dia mengelak sambil menangkis. Dan Kun Houw yang melayang terus membentak datang dan tiba-tiba membabat dengan terpaksa sekali melawan pedang ditangan lawannya itu.

"Crang...!! dan pedang Kun Houw langsung buntung. Kun Houw kaget, berseru keras dan langsung melempar tubuh bergulingan ketika panglima itu juga melayang turun mengejarnya sambil tertawa bergelak, menggerakkan pedang menyilangkan di depan dada. Dan ketika Kun Houw kalah cepat dengan Pedang Medali Naga menggores pahanya maka merasakan kakinya pemuda itu terluka.

"Crat...!"

Semua orang terkejut, Mereka melihat Kun Houw melompat bangun dengan kaki terluka, mendesir menahan sakit karena pahanya berdarah, merobek paha celananya dan mengganggu gerakannya. Dan ketika Ok-ciangkun teratawa beringas, kembali menyerang dengan tusukan ke dada tiba-tiba untuk kedua kalinya Kun Houw terpaksa menangkis dengan pedang buntungnya itu, tak sempat mengelak.

"Cass!" dan pedang itu pun tinggal gagangnya saja. Kun Houw mengigit bibir melemparkan kutungan pedangnya, melompat dan bergulingan kembali ketika pundaknya terluka dan Ok-ciangkun terbahak melihat pemuda itu terdesak tiba-tiba Kun Houw disadarkan oleh seruan Pek Lian Nikouw yang lirih, dikirim dengan ilmu mengirimkan suara dari jauh itu,

"Sicu, cabut lekas medali nagamu. Itu satu-satunya jalan untuk menyelamatkan dirimu!"

Kun Houw sadar. Dia tiba-tiba teringat ini, tak tahu betapa Liong Han diam-diam sudah menyiapkan diri untuk maju membantu, pucat melihat dia terdesak panglima itu. Dan ketika Pedang Medali Naga menyambar dan pedang itu menusuk tenggorokannya tiba-tiba secara untung-untungan Kun Houw mencabut medali naganya dan menangkis pedang di tangan lawan dengan benda yang hanya sekepal itu saja.

"Trak!"

Kun Houw dan Ok-ciangkun sama kaget. Kun Houw kaget karena dia merasa ujung pedang sudah menusuk tenggorokannya, tertahan dan tiba-tiba lekat oleh medali yang ada di tangannya itu, tiba-tiba saling sedot dan membuat Kun Houw membelalakkan matanya, entah mengapa medali di tangannya tiba-tiba seolah berobah seperti magnit. Dan Ok-ciangkun yang tentu saja kaget pedangnya bertemu benda aneh di tangan Kun Houw yang membuat pedangnya tersedot tiba-tiba membentak dan menarik lepas pedangnya itu, kembali membacok dan kali ini menusuk perut Kun Houw. Tapi ketika lagi-lagi Kun Houw menggerakkan medalinya dan memasang benda itu di depan perut dan Pedang Medali Naga tertahan seakan tertolak tiba-tiba Ok-ciangkun marah-marah membanting kakinya.

"Kun Houw, kau siluman keparat. Kau mempergunakan benda setan!"

Kun Houw girang. Sekarang dia dapat tertawa dan percaya omongan nikouw tua itu, melihat bahwa Pedang Medali Naga tak dapat membelah atau merusak medali naga di tangannya itu. Masing-masing tampak menolak atau menyedot. Jadi seolah dua sekawan yang tak mau diadu. Dan Kun Houw yang tentu saja gembira melihat kejadian ini lalu besar hati dan berani menangkis pedang di tangan lawannya itu dengan medali naga!

"Ok-ciangkun, ini bukan benda setan. Ini adalah medali naga yang menjadi bandul Pedang Medali Naga!"

Ok-ciangkun terbelalak. Dia melihat benda itu ternyata benar medali naga adanya, benda kecil yang tampaknya sepele tapi tiba-tiba mengeluarkan sinar keemasan yang menyilaukan mata. Dan ketika Kun Houw kembali menangkis dan pedang di tangannya menyambar leher pemuda itu tiba-tiba secara mengejutkan medali dan pedang di tangannya meledak seperti petir di angkasa, bertemu dalam satu benturan dahsyat yang membuat masing-masing menjerit.

"Tarr....!"

Kun Houw dan Ok-ciangkun terkejut. Masing-masing melepas benda di tangannya itu, merasa tangan seakan terbakar dan hangus bagai di sambar petir. Dan Ok-ciangkun yang menjerit melompat mundur diikuti Kun Houw yang juga mendesis menahan sakit tiba-tiba melihat dua benda yang meledak bagai halilintar itu mencelat dan terbang jauh di atas pohon.

"Crep!"

Dua-duanya terbelalak. Baik Kun Houw maupun lawannya tak tahu apa yang menjadikan itu semua. Kenapa medali dan Pedang Medali Naga meledak dan kini menancap di atas pohon dalam keadaan terjepit, mengeluarkan uap panas yang tiba-tiba membuat pohon itu kering dan mati. Sebentar saja layu dan roboh di tanah, mengeluarkan suara hiruk pikuk mengejutkan semua orang! Tapi Ok-Ciangkun yang melompat menyerbu kedepan tiba-tiba melengking menyambar pedang yang kini roboh terhalang daun-daun yang kuning memucat itu.

"Kun Houw, Pedang dan medali kini punya ku...!"

Kun Houw terkejut, dia terang kaget melihat panglima itu berkelebat menyambar Pedang Medali Naga, juga medali kecil yang tertindih dibawah Pedang Medali Naga. Tapi Kun Houw yang tidak mau dicurangi lagi dan juga melompat kedepan tiba-tiba melepas pukulan menghantam panglima itu, membentak marah, "Ok-ciangkun, kau robohlah...!"

Panglima she Ok mengumpat, Dia hampir menyentuh dua benda itu, ketika pukulan Kun Houw datang. Maka menggeram memutar tubuh terpaksa dia menyambut pukulan ini dan memaki Kun Houw. "Dess!" Ok-ciangkun mencelat. Dia menghadapi tenaga Jing-liong Sin-kang yang amat dahsyat dari pemuda itu, terlempar dan terguling-guling melompat bangun. Dan Kun Houw yang ganti menyambar Pedang Medali Naga dan kini menggigil menghadapinya dengan muka merah tiba-tiba membuat panglima itu gentar dan pucat mukanya, berteriak parau,

"Kun Houw, kau tidak jantan...!"

Kun Houw menggeram. "Kenapa?"

"Kau memegang senjata sedang aku tidak!"

Kun Houw terkejut. Tapi Bi Lan dan Liong Han yang terlanjur benci pada panglima itu sudah berteriak, "Jangan hiraukan kata-katanya, Houw-ko. Dia tadi juga mencurangi dirimu dengan perbuatan hina. Serang dan bunuh saja panglima itu...!"

"Benar, lawanmu tak perlu diampuni lagi, Kun Houw. Jangan hiraukan kata-katanya dan bunuh saja dia...!"

Kun Houw tertegun. Dia terpukul juga oleh seruan lawannya itu yang menyinggung kegagahan, melihat lawan memang tak bersenjata lagi sedang dia memegang Pedang Medali Naga. Tapi Ceng Bi yang menyambung seruan Bi Lan dengan suara marah berkata padanya,

"Tak perlu ragu. Lawanmu juga memiliki baju pusaka, Kun Houw. Kalian sama-sama memiliki senjata pusaka!"

Ok-ciangkun terkejut. "Tapi baju pusakaku bersifat melindungi diri, Kun Houw. Sedang senjata di tanganmu bersifat menyerang. Kau akan memperoleh kemenangan tak jantan bila kau mengalahkan aku...!"

Kun Houw tertegun. Kata-kata ini membuat dia tercambuk, dan marah memandang panglima itu, Kun Houw menggeram melangkah maju. "Jadi apa maumu, Ok-ciangkun? Kau menyerah dan minta ampun?"

"Tidak" Ok-ciangkun juga marah, nekat karena harga dirinya tersinggung. "Aku tak akan minta ampun, Kun Houw. Tapi mengajakmu bertempur secara adil!"

"Maksudmu?"

Panglima ini memainkan matanya. Dia tiba-tiba tersenyum dengan tawa yang aneh, tampak cerdik memandang lawan. Sikap yang bagi Pendekar Gurun Neraka amat berbahaya dan cermat memandang Kun houw. Dan ketika panglima ini melompat maju mengibaskan baju Thian-bian-ihnya tiba-tiba panglima ini berkata, "Kita bertempur dengan tangan kosong, Kun Houw. Aku membuang baju pusakaku dan kau membuang pedang pusakamu itu!"

Kun Houw terkejut. Dia melihat panglima itu telah melempar baju pusakanya, memasang kuda-kuda menghadapi dirinya, tersenyum mengejek. Senyum yang menyakitkan dan membuat dia merasa tertantang. Dan Kun Houw yang menggeram menganggukkan kepalanya tiba-tiba juga melempar Pedang Medali Naganya itu yang menancap tembus di dalam tanah!

"Boleh, permintaanmu cukup adil, Ok-ciangkun. Aku menerima tantanganmu!"

Ok-ciangkun tertawa bergelak. Dia merasa pancingannya berhasil, membuat lawan terbakar dan mau diajak bertangan kosong. Hal yang baginya jauh lebih baik daripada Kun Houw memegang senjatanya. Maklum, keahlian Kun Houw memang menggunakan pedangnya daripada bertangan kosong. Dan Pendekar Gurun Neraka serta anak isterinya yang melihat Kun Houw menerima tantangan tiba-tiba cemas dan tegang bukan main.

"Kun Houw, lawanmu licik. Kau ditipu...!"

Kun Houw menggeleng. "Tidak, aku tak melihat lawanku menipu, ibu. Aku merasa ini memang adil."

"Tapi kau biasa mempergunakan pedangmu, Kun Houw. Ok-ciangkun mengajakmu bertempur tangan kosong karena dia tahu kelemahanmu!"

Kun Houw menggigit bibir. Untuk ini memang harus dia akui. Maklum. ketrampilannya memang bermain pedang karena gurunya adalah seorang jago pedang yang melatih dia dengan permainan silat pedang. Tapi karena dia sudah berjanji dan Ok-ciangkun tertawa bergelak mengejeknya apakah dia takut tiba-tiba Kun Houw mengepal tangannya dan berkata tegas.

"Biarlah, aku masih memiliki Kiam-Ciang (Tangan Pedang), ibu. Kalau aku kalah biarlah Ok-ciangkun membunuhku karena pertandingan ini memang adil!"

Ceng Bi dan yang lain tak dapat berkata apa-apa lagi. Wanita ini terisak, menangis dipeluk suaminya. Dan Kun Houw yang sudah berhadapan dengan panglima itu menggigit bibir berkata menantang, "Ok-ciangkun. majulah.....!"

Panglima itu terbahak. Baginya tak ada jalan keluar selain itu. Mencoba memperoleh kemenangan dengan pertandingan tanpa senjata. Dan karena dia mengandalkan ilmu silatnya yang bermacam-macam dan yakin kali ini dia akan menang, mendadak panglima itu berseru keras melakukan pukulan Gin-kong-jiunya (Pukulan Sinar Perak).

"Bocah, awas....!"

Kun Houw mengelak. Dia melihat lawan telah menyerangnya dengan pukulan cepat berkelebat dan menghantam dirinya dengan pukulan dingin yang berkeredep menyilaukan mata, membentak dan merasa angin dahsyat menerpa mukanya. Tapi Kun Houw yang mengelak dan kini diserang lagi mendadak melihat panglima itu membalik dan ganti melepas pukulan Im-bian-kun (Pukulan Kapas Dingin).

"Plak!" Kun Houw kali ini menangkis. Dia mengerahkan sinkangnya, terkejut melihat pukulan lawan tiba-tiba melentur dan kembali menghantam tubuhnya sedahsyat seperti tenaga tangkisannya tadi, tak tahu bahwa Im-bian-kun akan mengembalikan tenaga lawan sesuai kekuatan tenaga itu sendiri. Dan Kun Houw yang tentu saja berteriak kaget karena terpental tiba-tiba roboh dan terjengkang menerima kekuatan tenaganya sendiri yang membalik!

"Bress...!" Kun Houw mendengar Ok-ciangkun tertawa bergelak. Dia melihat bayangan panglima itu mengejar dengan pukulan berikut, bertubi-tubi menyerang dan kini berganti-ganti melepas pukulan. Sebentar Gin-kong-jiu dan sebentar kemudian Im-bian-kun. Dan karena Kun Houw masih bingung belum mengetahui permainan lawan akhirnya Kun Houw jatuh bangun menerima pukulan bertubi-tubi. Masih kaget kenapa tenaganya selalu membalik bertemu im-bian-kun, sebentar saja terdesak dan membuat orang-orang yang ada di situ membelalakkan matanya penuh kekhawatiran, melihat pemuda ini tunggang-langgang tapi selalu melompat bangun karena Jing-Liong Sin-kang melindungi tubuhnya, tak sampai terluka.

Dan Pendekar Gurun Neraka yang tak tahan melihat puteranya menjadi bulan-bulanan pukulan akhirnya mengerahkan Coan-im jit-bit berseru dari jauh, hanya didengar Kun Houw seorang. "Houw-ji, jangan tangkis Im-bian-kun itu keras lawan keras. Terimalah dulu dan baru setelah itu menolaknya dengan keras...!"

Kun Houw terkejut. Dia merasa girang dengan seruan ayahnya ini, mendapat jalan keluar. Maka ketika Im-bian-kun kembali menghantamnya dan dia menyambut pukulan kapas itu sesuai petunjuk ayahnya tiba-tiba Kun Houw "menyedot" pukulan ini, menerimanya sejenak dan baru setelah itu menolaknya balik ketika pukulan itu melentur, jadi seperti per atau pegas yang kini menghantam panglima itu sendiri.

Dan Ok-ciangkun yang tentu saja kaget melihat Kun Houw mengetahui rahasianya tiba-tiba membentak dan mengeluarkan pukulan lainnya, tak berani mempergunakan Im-bian-kun! "Kun Houw, kau siluman cerdik..."

Kun Houw merasa mantap. Sekarang dia melihat lawannya itu melepas pukulan Tok-hwe-ji, digabung dengan Gin-kong-jiu yang masih dipergunakan panglima itu. Tapi Kun Houw yang mengenal pukulan ini dan tak takut pada Tok-hwe-ji lagi karena dia telah kebal menghadapi racunnya akhirnya membuat Ok-ciangkun bingung ketika Kun Houw mulai membalas dengan pukulan-pukulan Tangan Pedangnya, dapat memperbaiki diri dan kini berseru pada panglima itu.

"Ok-ciangkun. aku tak gentar menghadapi semua kepandaianmu....!" dan ketika Kun Houw bergerak memutar lengannya yang mengeras seakan pedang tiba-tiba kedua lengan pemuda itu mendesing-desing dan bercuitan bagai pedang pusaka sendiri!

"Plak-cring!"

Ok-ciangkun terkejut. Dia menangkis dan menyeringai kesakitan ketika lengan Kun Houw bertemu dengan lengannya, seakan bertemu dengan mata pepang yang tajam lagi keras. Dan ketika Kun Houw membentak dan melengking nyaring tiba-tiba pemuda itu berkelebatan ganti mendesak panglima ini.

"Plak-dess!"

Ok-ciangkun mulai mendapat pukulan. Dia sekarang terdesak dan menerima Tangan Pedang yang dilancarkan Kun Houw, berkali-kali menyeringai tapi tak terluka karena Hoat lek-kim-ciong-ko melindungi dirinya, membuat panglima itu kebal. Dan Ok-ciangkun yang ganti terdesak namun selalu maju kembali akhirnya membuat pertandingan menjadi seru dan menegangkan juga, melihat Kun Houw berkali-kali mendaratkan Kiam-ciangnya di tubuh panglima itu tapi tak dapat melukainya karena Ok-ciangkun memiliki ilmu kebal.

Dan ketika pertandingan berjalan semakin ramai dan dua pihak sama-sama marah akhirnya Kun Houw menjadi geram dan bingung bagaimana menghancurkan kekebalan lawan yang berbau ilmu hitam itu, melihat uap tipis melindungi tubuh panglima ini dan mendengar lawan terbahak seperti iblis. Dan ketika pertandingan berjalan tak menentu dan Kun Houw bingung menyelesaikan pertempuran, tiba-tiba Pek-kut Hosiang menghampiri Pendekar Gurun Neraka.

"Yap-sicu, kau membawa Sin-ui-tiat (Besi Kuning Sakti)?"

"Ada," Pendekar Gurun Neraka mengangguk "Tapi aku tak dapat mempergunakannya menyerang panglima itu, lo-suhu. Aku terikat perjanjian dan...."

"Pinceng tahu...!" Pek-kut Hosiang memotong cepat, tersenyum pahit. "Pinceng akan meminjamnya sebentar, sicu. Kau tak akan melanggar perjanjian bila pinceng mempergunakan benda itu untuk menolong Kun Houw."

"Ah...!" Pendekar Gurun Neraka tertegun. Dia terbelalak sejenak, mengerutkan keningnya. Tapi girang mengetahui maksud hwesio ini tiba-tiba Pendekar Gurun Neraka telah mengambil benda itu, selempeng besi yang berkilau keemasan.

Dan begitu, Ok ciangkun melihat dan mendengar percakapan itu tiba-tiba panglima ini berteriak parau, "Pek-kut Hosiang, kau tak boleh curang membantu Kun Houw. Kami sudah bertempur secara adil!"

"Omitohud, pinceng tak menyerang dirimu, ciangkun. Pinceng hanya hendak memberikan benda ini kepada Kun Houw...!" dan begitu Pek-kut Hosiang berseru melempar benda ini kepada Kun Houw maka secepat itu Kun Houw telah menangkap benda ini, menendang ketika lawan hendak merampas benda itu, tampak ketakutan. Dan ketika Ok-ciangkun gemetar dan marah-marah memaki lawan maka Pek-kut Hosiang berbisik mengerahkan ilmunya mengirim suara dari jauh, perbuatan yang hanya dapat dilakukan orang-orang sakti.

"Kun Houw, lempar benda itu ke jalan darah di pundak kirinya. Hoat-lek-kim cong-ko akan musnah begitu tersentuh benda ini....!"

Kun Houw mengangguk. Dia sudah menerjang dan menggerakkan Tangan Pedangnya, bertubi-tubi mendesak panglima ini yang sudah kalah pengaruh, pucat memandang benda yang ada di genggaman pemuda itu. Dan ketika satu saat Ok-ciangkun menangkis dan panglima ini terhuyung mundur maka saat itulah Kun Houw menyambit benda di tangannya ke pundak kiri panglima itu.

"Plak!" Ok-ciangkun menjerit. Dia langsung roboh terguling dan mendesis menahan sakit, baju pundaknya terbakar dan melempar tubuh bergulingan ketika Kun Houw mengejar dengan pukulan susulan, kali ini membacok leher panglima itu dengan Tangan Pedangnya, mendesing dan meledak ketika luput mengenai sasarannya. Tapi ketika Kun Houw memburu dan panglima itu baru melompat bangun dengan muka berobah tahu-tahu Tangan Pedang yang menyambar ke dada terpaksa ditangkis panglima itu yang tak sempat menghindar lagi.

"Des....!" dan Ok-ciangkun terdorong setindak. Panglima ini batuk-batuk, sesak napasnya. Tapi ketika Kun Houw menyerang dan kembali berkelebat membacok pundaknya tiba-tiba panglima ini menggereng menggoyang tubuh, lenyap Hoat-lek-kim ciong-konya karena tak dapat mempergunakan ilmu hitamnya itu lagi. Dan ketika Kun Houw membacok dan dia menyambut beringas tahu-tahu panglima ini membuka telapak tangannya mengerahkan Ang-in-tok-ciang (Tangan Racun Merah) menangkap tangan Kun Houw.

"Plakk!" Kun Houw terbelalak. Dia melihat tangannya ditangkap panglima itu, dicengkeram, merasa kulitnya terbakar oleh uap kemerahan yang muncul dari jari lawan. Tapi Kun Houw yang membentak mengerahkan Jing-liong Sin-kangnya tiba-tiba menampar dia menggerakkan tangan satunya lagi.

"Plak...!'" Panglima Ok kembali menyambut. Kun Houw tergetar dan hampir terdorong, tapi Kun Houw yang mengempos semangat menambah tenaganya tiba-tiba melengking mendorong panglima itu, ditahan dan dilawan oleh Ok-ciangkun yang kini menggigil mengadu tenaga, berkutat mengerahkan sinkang masing-masing. Saling berhadapan dan tidak lagi bergerak, melotot dan dorong-mendorong dengan muka merah.

Tapi ketika Jing-liong Sinkang mendesak dan naga sakti yang dipunyai Kun Houw ini bangkit menyerbu ke depan tiba-tiba Ok-ciangkun mengeluh dan mundur setindak, menggigit bibir menahan kuat-kuat, berusaha agar tidak sampai kalah. Tapi karena Kun Houw mewarisi tenaga sakti itu dari manusia dewa Bu-beng Sian-su yang hebat luar biasa akhirnya jari kelingking panglima ini patah dalam usahanya mempertahankan diri.

"Krek!" Panglima Ok pucat. Dia merasa kesakitan oleh patahnya jari kelingking itu, menggigit bibir hingga pecah berdarah. Dan ketika Kun Houw mendorong dan mendorong lagi tiba-tiba semua jari di kedua lengan panglima itu patah tak mampu menahan Jing-liong Sin-kang.

"Krek-krek...!"

Kun Houw terbelalak. Dia melihat lawan meraung tinggi, masih nekat dan bertahan dengan jari yang sudah patah-patah. Mengerikan sekali. Mirip iblis yang beringas di ambang maut. Tapi ketika Kun Houw membentak dan mendorong sekuat tenaga tiba-tiba panglima itu mencelat dan roboh dengan tulang punggung patah!

"Bress...!" Panglima Ok terguling-guling. Kun Houw melihat lawan tak mampu bangkit lagi, tertekuk dan roboh di atas tanah, mengeluh dan mengeluarkan suara mirip rintihan setan. Dan Kun Houw yang terhuyung terdorong maju tiba-tiba mendengar jeritan tinggi,

"Ayah...!"

Kun Houw dan semua orang terkejut. Mereka melihat dua bayangan berkelebat menghampiri panglima yang ganas itu memekik dan menangis menjerit-jerit, menubruk dan memeluk Ok-ciangkun yang masih dapat mengeluarkan suara aneh, setengah mengorok setengah tertawa. Dan Kun Houw yang tertegun dengan muka berobah tiba-tiba sadar dan memejamkan mata melihat kui Lin dan Kui Hoa mengguguk di tubuh yang sengkleh itu, meratap dan memanggil-manggil nama ayah mereka. Tapi ketika Ok-ciangkun terkulai dan Kui Hoa menggerung mengguncang-guncang tubuh ayahnya tiba-tiba gadis ini berdiri dan melompat beringas menghadapi Kun Houw.

"Kun Houw. kau jahanam keparat! Kau membunuh ayahku...!"

Kun Houw gemetar, lelah dalam pertarungan yang sengit itu, tak menjawab dan memejamkan mata kembali melihat kekasihnya bertegas memandangnya. Sadar bahwa sekarang ujian terakhir akan dia hadapi. Dan Kui Lin yang juga menjerit melengking tinggi tiba-tiba melompat dan marah-marah pula menghadapi Kun Houw.

"Kun Houw, kau telah membunuh ayahku. kau berhutang satu jiwa....!"

Kun Houw mengigil. Dia tak dapat bicara apa-apa di saat itu, bingung dan tak tahu harus berbuat bagaimana. Dan Kui Hoa yang mencabut pedang menusuk Kun Houw tiba-tiba membentak menyerang pemuda itu.

"Kun Houw, kau bayar hutang jiwamu...!"

Kun Houw terkejut. Dia sudah kehabisan tenaga menghadapi lawan yang hebat itu, terbelalak melihat Kui Hoa menyerangnya dengan sikap beringas. Penuh kebencian dan dendam. Tapi Kun Houw yang tidak mengelak serangan ini justeru mengejutkan ayah dan saudara-saudaranya.

"Kun Houw, awas..."

Namun Kun Houw diam saja. Dia mematung seolah orang bingung, tak mengelak dan membiarkan pedang menikam dadanya. Dan Kui Lin yang juga mencabut pedang membacok lehernya tiba-tiba melengking menyusul di belakang encinya.

"Cring-plak-dess!"

Gebrakan ini mengejutkan semua orang. Kun Houw tahu-tahu terbanting roboh ketika dua bayangan berkelebat, menangkis serangan Kui Hoa kakak beradik sementara menendang pemuda itu hingga Kun Houw mencelat terguling-guling. Dan ketika Kui Lin dan kakaknya terpekik karena pedang mereka mencelat terlepas maka Sin Hong dan ayahnya telah berdiri di situ dengan sikap yang angker.

"Nona, kalian tak boleh membunuh Ku Houw. Apa yang terjadi memang harus semestinya terjadi!"

Kui Hoa dan adiknya terbelalak. Mereka melihat Pendekar Gurun Neraka menangkis serangan mereka tadi, karena Sin Hong menyelamatkan Kun Houw dengan tendangannya. Dan Kui Hoa yang menangis menutupi mukanya tiba-tiba membalik menyambar mayat ayahnya, menjerit dan lari terbang penuh kecewa. Maklum tak mungkin membunuh Kun Houw kalau Pendekar Gurun Neraka ada disitu.

Dan Kui Lin yang tertegun melihat encinya tiba-tiba juga mengeluh dan memutar tubuhnya, menangis keluar dari lembah Hwee-seng-kok. Dan begitu dua kakak beradik itu lenyap di balik pepohonan, maka peristiwa menegangkan itu berakhir sunyi seperti di tengah kuburan.

Kun Houw tak berkata apa-apa, mendelong dengan pandangan kosong melihat kepergian kekasihnya itu. Tapi setelah Pendekar Gurun Neraka batuk-batuk dan Pek-kut Hosiang serta Pek Liang Nikouw mengebutkan jubah melangkah maju maka keheningan mencekam ini dipecahkan suara hwesio sakti itu.

"Omitohud, kau telah membebaskan dunia dengan kematian orang-orang sesat ini, Kun Houw. Pinceng tak dapat berkata apa-apa selain prihatin melihat kesedihanmu."

"Ya, dan pin-ni juga berduka melihat tewasnya panglima itu, Kun Houw. Karena betapapun pin-ni tak berhasil menyadarkan dia di saat akhir hidupnya. Semoga Buddha mengampuni dosanya dan memberi jalan terang. Omitohud...!'"

Pedang Medali Naga Jilid 34

PEDANG MEDALI NAGA
JILID 34
KARYA BATARA

Cerita Silat Mandarin Karya Batara
Tapi Kun Houw tampak terdesak. So-beng mempergunakan taktik bergerilya, main kucing-kucingan dengan cara maju mundur. Maju kalau Kun Houw membalik dan mundur kalau Kun Houw melayani secara berdepan. Tampak kompak sekali dengan rekannya yang bercambuk buntung itu. Beberapa jurus kemudian membuat Kun Houw kewalahan dan naik darah. Dan ketika So beng memindahkan cakar bajanya di tangan kiri dan tangan kanan ganti mengeluarkan pukulan Tok hwee-ji akhirnya satu saat Kun Houw menerima pukulan ini, terhuyung dan marah memandang lawan.

Diam-diam khawatir kalau dia keracunan atau apa, teringat pengalaman pahit setahun lebih yang lalu. Tapi ketika dia tak merasa apa-apa dan puKulan Tok hwee-ji tak mempengaruhinya akhirnya Kun Houw menjadi girang dan teringat pertolongan Kui Hoa dulu. Betapa kekasihnya itu telah melakukan pengobatan dengan cara mulut ke mulut. Diam-diam kemasukan hawa anti racun yang ditiupkan kekasihnya itu, terutama terhadap Tok-hwe-ji. Dan ketika Sin-yan Mo li juga mendaratkan cambuknya di punggung untuk kesekian kalinya tiba-tiba Kun Houw melengking dan terpaksa mengeluarkan tujuh jurus inti dari ilmu pedangnya Bu-tiong Kiam-sut!

"So-beng, sekarang aku membalas. Hati-hati kalian...!"

So-beng dan temannya terkejut. Mereka melihat Kun Houw tiba-tiba tidak mengejar mereka lagi, diam di tempat, tak mau memburu yang satu atau mengejar yang lain, memutar pedang dengan amat cepat membungkus diri sendiri, mendengung mengeluarkan suara mirip seruling ditiup. Kian lama kian halus namun tinggi, tak nampak bayangannya lagi karena bayangan pedang telah menyelimuti tubuh pemuda ini. Dan So-beng serta Mo-li yang tentu saja bingung tak dapat menyerang akhirnya bertukar tempat mengitari lubang.

"Mo-li, kau di depan. Aku di belakang!"

Sin-yan Mo li mengangguk. Dia telah bertukar tempat dengan Iblis Penagih Jiwa itu, menjeletarkan cambuk mencari kelemahan Kun Houw, Dan ketika lubang itu tampak ketika Kun Houw memperlambat gerakan, sekonyong-konyong nenek ini berseru keras menggerakkan cambuknya. Cambuk yang tiba-tiba menegang dan lurus menyambar menotok ulu hati Kun Houw, tak tahu bahwa Kun Houw sengaja memancingnya agar maju menyerang. Terjebak oleh perangkap yang dipasang pemuda ini. Dan begitu Mo-li melompat kedepan menusukkan cambuknya tiba-tiba Kun Houw menutup diri lagi dan secepat kilat "menarik" nenek itu agar masuk dalam gulungan pedangnya!

"Hei...!" Namun terlambat. Sin-yan Mo-li keburu terperangkap, kaget bukan main dan berteriak keras. Sadar bahwa dia dalam bahaya. Tapi nenek yang terlanjur masuk dalam gulungan pedang yang menariknya ini tiba-tiba menjadi nekat dan meneruskan tusukan cambuknya, dipapak Pedang Medali Naga yang seketika membuat senjata di tangan nenek kutung, nyaris mendekati pergelangan tangannya. Dan ketika Sin-yan Mo-li mengeluh dan terbelalak melihat dirinya tak bersenjata lagi tahu-tahu Pedang Medali Naga menusuk dalam jurus Hui-kiam cui-long (Pedang Terbang Mengejar Naga), menyambar dadanya.

"Crep!" Sin-yan Mo-li menjerit. Orang melihat nenek itu terlempar dari gulungan pedang, mencelat keluar dan roboh terguling-guling mandi darah, tembus dadanya oleh tusukan Pedang Medali Naga yang melukainya, tembus ke jantung. Tapi Sin-yan Mo-li yang memekik melepas jarum-jarum beracunnya tiba-tiba masih sempat menyerang Kun Houw, menyambit dengan tenaganya yang terakhir. Tapi Kun Houw yang mendengus mementalkan semua senjata rahasia ini tiba-tiba meretur jarum-jarum beracun itu ke pemilik asalnya.

"Crep-crep...!" dan Sin-yan Mo li-pun menjerit untuk yang terakhir kalinya. Nenek ini ditancapi jarum-jarum beracunnya sendiri yang menembus kulit, membuat dia mengeluh dan mengerang pendek. Dan ketika dia terguling dan roboh terjerembab akhirnya nenek inipun tewas denngan jantung pecah di dalam!

"Ah...!" So-beng dan semua teman temannya terkejut. Mereka terbelalak melihat kematian nenek ini. Berarti pihak mereka kurang seorang dengan tewasnya nenek itu. Tapi So-beng yang melengking menubruk ke depan tiba tiba berseru pada teman-temannya yang lain.

"Mu Ba, maju keroyok pemuda ini. Cepat...!"

Tapi Mu Ba menggeleng. Raksasa tinggi besar ini justru ketakutan dengan tewasnya nenek itu. Seolah melihat dialah yang terbunuh. Mati dengan mengerikan. Dan So-beng yang tentu saja marah melihat sikap raksasa ini akhirnya berteriak pida Bi Kwi

"Bi Kwi, bantu aku. Kita bunuh pemuda ini.....!"

Namun Bi Kwi juga ketakutan. Tiga wanita ini saling pandang, diam-diam melirik sana-ini mencari jalan keluar. Tak menjawab seruan Iblis Penagih Jiwa itu dan diam-diam saling memberi isyarat untuk kabur. Tapi Liong Han yang menjengek memandang mereka membuat Bi Kwi dan dua kakaknya cemas. Dan So-beng yang kali ini berteriak pada Hun Kiat akhirnya kelabakan mencari bantuan pada pemuda itu, menyuruh pemuda itu maju.

Tapi Hun Kiat yang juga ragu seperti gurunya tiba-tiba berbisik dan menolak ajakan Iblis Penagih Jiwa, berkata pada gurunya "Suhu, kita harus menyelamatkan diri memasuki Hwee-seng-kok. Kau bersiap-siaplah!"

Mu Ba mengangguk. "Kau masih menyimpan mutiaramu itu. Kiat-ji?"

"Ya. Sin-liong-cu (Mutiara Naga Sakti) ada di tanganku. Kita dapat menghadapi kabut beracun di dalam lembah!"

Mu Ba menyeringai. Dia mendengar Iblis Penagih Jiwa mulai memaki-maki mereka, terdesak karena harus menghadapi Kun Houw sendirian. Dan Pedang Medali Naga yang masih kelebatan menyerang Iblis Penagih Jiwa itu akhirnya di susul teriakan Bi Lan yang gembira melihat kemenangan Kun Houw.

"Houw-ko jangan bunuh dulu musuhmu itu. Buka kedoknya agar kita tahu siapa dia...!"

So-beng terkejut. Dia mengeluarkan suara aneh dari tenggorokannya, menggigil dan melotot memandang Bi Lan. Tapi ketika Kun Houw mengangguk dan memutar pedang mengurung Iblis Penagih Jiwa ini, akhirnya Kun Houw berseru dengan muka beringas. "Ya, betul kata-katamu Bi Lan. Aku akan melihat dulu wajahnya sebelum dia kubunuh!"

"Tidak...!" So-beng melengking. "kau tak dapat melihat siapa aku. Kun Houw. Aku yang akan membunuhmu dan membuatmu binasa!"

Tapi kenyataan dan keinginan ternyata berbeda. Kun Houw telah mengeluarkan jurus-jurus intinya itu, berhasil membunuh Sin-yan Mo-Ii dengan jurusnya ke empat, Hui-kiam-cui-liong. Dan ketika So-beng memekik dan pedang mulai menggulung Iblis Penagih Jiwa ini untuk masuk ke dalam bayangan pedang akhirnya Kun Houw mengeluarkan jurus lain yang dsebut Heng hun-po-uh (Awan Berarak Hujan Mencurah), membuat lawan kelabakan ketika Pedang Medali Naga mengaung bergulung-gulung, membentuk kabut tebal seperti mega.

Dan ketika Kun Houw membentak berseru nyaring tahu-tahu gulungan kabut atau awan yang tebal naik turun ini tiba-tiba pecah, menjadi titik-titik kecil yang berhamburan ke segala penjuru dengan amat deras. Persis hujan mencurah. Dan ketika lawan berseru keras menangkis dengan cakar bajanya tiba-tiba senjata maut di tangan Iblis Penagih Jiwa itu terpapas buntung.

"Cras!" So-beng terkejut. Dia kaget bukan main melihat kehebatan Pedang Medali Naga. Tersentak karena tidak ada lain jalan kecuali menangkis dengan cakar bajanya itu. Maklum bahwa dia akan kehilangan senjatanya dan itu benar-benar terjadi. Dan ketika pedang menyambar dan dia bergulingan melempar tubuh tahu-tahu Kun Houw menggerakkan tangan kiri menyambar kedok di muka Iblis Penagih Jiwa ini.

"Brettt!!"

Dan... semua orang berseru tertahan. Mereka melihat wajah Iblis Penagih Jiwa itu sekarang, wajah yang beringas dan pucat berganti-ganti. Wajah yang tampan meskipun setengah umur. Dan Kun Houw yang melihat wajah di balik kedok yang memiliki nama menyeramkan ini tiba-tiba tertegun dan berseru menggigil,

"Ok-ciangkun...!"

Semua orang tersentak kaget. Mereka sungguh tak menyangka bahwa Iblis Penagih Jiwa itu ternyata Ok-ciangkun adanya, Panglima yang dulu tewas di bawah jurang. Orang Kepercayaan dan tulang punggung kerajaan Wu, Ayah dari Kui Hoa dan Kui Lin. Dan Pendekar Gurun Nereka serta anak isterinya yang terbelalak kaget melihat siapa sebenarnya Iblis Penagih Jiwa ini tiba-tiba tertegun dan bengong seperti Kun Houw!

Dan Ok-ciangkun melompat bangun. Merah padam mendeliki Kun Houw marah serta gusar bukan kepalang bahwa rahasianya terbongkar. Tak dapat menyembunyikan diri lagi terhadap semua orang. Baik lawan maupun kawan. Dan panglima yang tampak beringas dan menggigil berapi-api itu tiba-tiba mencabut pedang yang disembunyikan di balik punggung, membentak Mu Ba dan teman-temannya yang tiba-tiba melihat wibawa panglima ini yang timbul dengan menakutkan, memandang pula Bi Kwi dan Hun Kiat yang tergetar melihat siapa sebenarnya Iblis Penagih Jiwa itu. Dan Ok-ciangkun yang melotot menggeram marah tiba-tiba melompat maju menantikan kawan-kawannya dengan pandangan yang semerah saga itu,

"Bi Kwi, kalian masih juga tak mau membantu membunuh pemuda ini? Kalian begitu tolol untuk tidak cepat-cepat maju secara bersama? Hm, kalau begitu aku yang akan membunuh kalian satu-persatu, manusia manusia pengecut. Aku akan membunuh kalian dan melempar kalian ke lembah hwee seng-kok!"

Aneh, Bi Kwi dan dua encinya gemetar, mengangguk dan tiba-tiba melolos gelang yang menjadi senjata andalan mereka. Terkejut dan kalah pengaruh oleh wibawa yang keluar dan tubuh panglima ini, yang merupakan atasan dan juga suheng mereka! Dan Ok-ciangkun yang membalik memandang Mu Ba akhirnya menggeram pada raksasa tinggi besar itu.

"Dan kau juga tetap tak mau membantu. Mu Ba?"

Mu Ba gentar. Dia terkejut dan bingung menjadi satu, tak menyangka sama sekali bahwa Iblis Penagih Jiwa itu ternyata Ok-ciangkun adanya. Panglima yang dulu menjadi atasannya sewaktu masih di istana. Dan Mu Ba yang kalah perbawa oleh panglima yang beringas ini tiba-tiba mengangguk, melihat Bi Kwi dan dua kakaknya mengepung, tampak siap sewaktu-waktu menyerang dia bersama panglima itu. Membalik dari kawan menjadi lawan. Dan karena tak ada pilihan lain yang lebih menguntungkan dari pada membantu panglima itu akhirnya Mu Ba menggereng melompat maju, mencabut tengkorak bayinya.

"Ok-ciangkun, aku siap membantumu membunuh Kun Houw!"

Hun Kiat terkejut. Sekarang ganti dia yang dipandang panglima ini, melihat sorot mata Ok-ciangkun yang dingin menakutkan. Dan ketika panglima itu bertanya apakah dia akan menonton saja dan tak mau membantu tiba-tiba Hun Kiat tertawa aneh dan melompat maju, berendeng bersama gurunya untuk membantu panglima itu. Dan begitu semua kawannya maju ke depan akhirnya panglima ini memutar tubuh menghadap Kun Houw.

"Bocah, kini kami bersatu untuk membunuhmu. Kau bersiaplah!"

Kun Houw tertegun. Sebenarnya sejak tadi dia sudah terkejut dan kaget bukan main bahwa So-beng ternyata adalah Ok-ciangkun. Jadi panglima yang dulu menjadi atasannya dan juga ayah dari kekasihnya, Kui Hoa. Hal yang membuat dia bengong dan terguncang hebat, tak tahu apa yang harus dilakukan. Maka melihat panglima itu menghadapinya dan semua teman-temannya maju mengepung tiba-tiba Kun Houw menggigil dan tak habis mengerti apa sesungguhnya yang terjadi pada panglima she Ok ini. Bagaimana dia muncul kembali setelah orang-orang melihat dia tewas di dalam jurang.

Dan Liong Han yang terbelalak melihat Kun Houw mendelong tak berkedip mendadak meloncat maju menepuk pundak kawannya. "Kun Houw, musuh telah menantangmu Bersiaplah, kubantu kau...!"

Kun Houw sadar. Dia sekarang pucat memandang panglima ini, menggigil dan gemetar memandang lawan. Tapi teringat kematian gurunya tiba-tiba Kun Houw menegakkan kepala berseru tegas, "Tidak, tak perlu kau bantu kalau aku masih dapat menghadapi musuh-musuhku, Liong Han. Kau mundurlah kembali dan majulah kalau aku terdesak!"

Liong Han terkejut. "Tapi...."

Kun Houw mendorong kawannya. "Sudahlah, aku telah bersumpah untuk membunuh musuh yang telah membunuh guruku. Liong Han. Dan aku tahu kepandaian lawan-lawanku ini. Aku telah mengenal mereka, biarkan aku sendiri dan boleh kau maju kalau aku terdesak!"

Terpaksa, Liong Han mundur lagi dan Ok-ciangkun yang tertawa mengejek memutar pedangnya tiba-tiba maju menghadapi Ceng Bi, hal yang membuat nyonya ini terkejut dan mundur selangkah. Tapi ketika Pendekar Gurun Neraka menghadang dengan kening dikerutkan akhirnya panglima ini berhenti tertawa aneh.

"Pendekar Gurun Neraka, aku ingin bicara, sebentar dengan isterimu. Kau mundurlah!"

"Hm apa yang kau maui?"

"Meminjam barang yang pernah kuberikan, padanya. Pendekar Gurun Neraka. Kau mundurlah dan biarkan aku bicara padanya!"

Ceng Bi gemetar, bingung dan marah. "Apa yang kau maui, Ok-ciangkun?" nyonya ini akhirnya maju pula, mengepal tinju dan menggigit bibir memandang panglima itu. Orang yang telah membunuh kakaknya!

Tapi Ok-ciangkun yang tertawa bersikap dingin tiba-tiba berkata serak. "Aku ingin meminjam baju yang pernah ku berikan padamu, hujin. Thian-bian-ih (Baja Sutera Langit) itu!"

"Ahh....!" Ceng Bi terkejut. "Kau... kau...."

"Ya, aku ingin menghadapi Kun Houw dengan baju pusakaku itu, hujin. Harap kau suka meminjamkannya sebentar mengingat jasa-jasaku yang lalu!"

Ceng Bi tiba-tiba menangis. "Ok-ciangkun, kau jahanam keparat! Kau..." Ceng Bi tiba-tiba melepas baju yang dimaksudkannya itu. "Kau tak layak disebut manusia, orang she Ok. Kau melepas budi tapi sekaligus juga berhutang jiwa! Sekarang ambillah, aku mengembalikan baju pusakamu itu....plek!"

Dan baju yang menimpa kepala panglima ini menakup wajahnya tiba-tiba di sambut desis tak jelas dari bibir panglima itu, sejenak memejamkan mata tapi dibuka kembali memandang lembut nyonya yang masih gagah ini, cantik meskipun setengah umur. Dan Ok-ciangkun yang menunduk menghela napas tiba-tiba berkata,

"Hujin, ini semua kulakukan karena pernyataanku dulu. Kau masih ingat, bukan?"

"Aku tak mau mengingatnya, orang she Ok. Kau jahanam keparat!"

"Itulah, aku merana kenapa kau membenciku, hujin. Tapi aku tak menyesal menghadapi semuanya. Kau memang lebih patut mencinta suamimu itu daripada aku. Si jahanam keparat!"

Ceng Bi menangis. Dia menggigit bibir dan tersedu-sedu menubruk suaminya, teringat kisah dua puluh tahun yang lalu ketika dia menelantarkan cinta panglima itu. Betapa panglima itu memberinya baju Thian-bian-ih hingga secara tidak sengaja menyelamatkan dia dari kekejaman tangan ayahnya. Nyaris tewas dibunuh ayahnya itu kalau tak ada Baju Sutera Langit (baca Pendekar Kepala Batu). Dan Pendekar Gurun Neraka yang tentu saja tertegun melihat semuanya ini tiba-tiba menarik napas penuh sesal.

Sekarang dia tahu apa sebabnya panglima itu menjadi So-beng. Kenapa panglima itu membunuh-bunuhi orang yang menjadi keluarga dan sahabatnya. Kisah yang bukan lain didorong oleh dendam dan cemburu. Perbuatan yang dilakukan panglima itu untuk melepas sakit hatinya akibat banyak hal. Dan Pendekar Burun Neraka yang menghibur menepuk pundak isterinya akhirnya berkata dengan suara berat, ditujukan pada panglima itu,

"Ok-ciangkun, sungguh tak kukira bahwa tindak-tandukmu telah melewati batas. Kau bukan hanya mendendam karena urusan kerajaan saja melainkan mencampur-adukkan pula urusan pribadimu yang tidak pada tempatnya. Hmmm... kau semakin tersesat, Ok-ciangkun. Kalau adikmu masih hidup tentu adikmu itu akan memaki dan mengutuk perbuatanmu ini!"

Ok-ciangkun menggeram. "Tak perlu mengungkit ungkit mendiang adikku. Pendekar Gurun Neraka. Dan semua kulakukan karena kaulah yang menjadi gara-garanya!"

"Hm..." Pendekar Gurun Neraka menarik napas. "Kau telah diliputi kegelapan, Ok-ciangkun. Kau tak dapat lagi membedakan siapa salah siapa benar.”

"Cerewet!" Ok-ciangkun membentak. "Aku tak perlu lagi khotbahmu, Pendekar Gurun Neraka. Yang kuperlukan di sini adalah membunuh dan membalas sakit hatiku. Aku akan membunuh anak isterimu!"

Pendekar Gurun Neraka tersenyum pahit. Dia tak menjawab, dan Kun Houw yang terbelalak melompat maju tiba-tiba mendesis, telah dapat mengusai guncangan hatinya lagi,

"Ok-ciangkun, aku masih menunggu keputusan di antara kita. Kau berhutang jiwa kepadaku!"

Ok-ciangkun membalik, mengeluarkan suara dari hidung. "Kau ingin membalas kematian gurumu, Kun Houw?"

"Begitulah, aku telah bersumpah di depan guruku, ciangkun. Dan sekarang menyesal sekali kita harus membuat perhitungan untuk menyelesaikan ini!"

"Bagus, aku juga ingin membunuhmu, Kun Houw. Kau membuat anakku menentang dan berani terhadap orang tua!"

Kun Houw menggigit bibir. Disebutnya nama ini membuat Kun Houw teriris, diam-diam merintih di dalam hati karena dia berada di persimpangan yang rumit sekali. Di satu pihak dia harus membunuh panglima ini karena Ok-ciangkun telah membunuh gurunya tapi di lain pihak dia teringat bayangan Kui Hoa yang tentu akan marah dan benci kepadanya kalau ayahnya terbunuh.

Tapi Kun Houw yang terlanjur bersumpah di depan makam akhirnya menutup semua bayangan kekasihnya karena dia harus mengutamakan janjinya. Apalagi Ok ciangkun adalah manusia jahat, yang dengan menyamar sebagai So-beng telah membunuh-bunuhi orang lain yang termasuk orang baik-baik. Seperti Ta Bhok Hwesio dari Tibet itu, sahabat-sahabat Pendekar Gurun Neraka dan juga yang lain-lain yang rata-rata adalah kaum pendekar yang tidak bersalah.

Dan Kun Houw yang menggigit bibir menutup bayangan Kui Hoa akhirnya menetapkan bahwa urusan gadis itu adalah urusan nanti, yang penting adalah sekarang. Menyelesaikan dulu urusan yang ada di depan mata dan membalas kematian gurunya! Dan Kun Houw yang berkilat memandang yang lain akhirnya melihat panglima itu maju bersama lima temannya, mengepung disegala penjuru.

"Kun Houw, betul katamu. Kita harus menyelesaikan urusan ini membereskan perhitungan. Tapi jangan sombong, bocah. Aku kini tak takut lagi akan keampuhan pedang pusakamu!"

Kun Houw menggigil. "Tak perlu banyak cakap, Ok-ciangkun. Aku tak perduli kau takut atau tidak. Aku tahu kecuranganmu dan sepak terjang kawan-kawanmu ini!"

"Hm..." Ok-ciangkun mendengus, merah mukanya. "Kalau begitu boleh kau minta bantuan kawanmu, Kun Houw. Suruh bocah she Liong itu maju!"

Tapi Kun Houw yang menolak menggetarkan pedang sudah menghadapi lawan-lawannya, merasa sanggup dan percaya pada diri sendiri akan kemampuannya menghadapi enam orang musuhnya itu.

Tapi Ceng Bi yang khawatir memandang Baju Sutera Langit yang telah dipergunakan panglima itu justru berseru cemas, "Kun Houw, biarkan Liong Han membantumu. Setidak-tidaknya dia dapat menghadapi yang lain meringankan bebanmu!"

"Tidak," Kun Houw menggeleng, bersikeras pada pendiriannya. "Biarkan aku menghadapi mereka, ibu. Kalau aku terdesak dan tak dapat mengatasi mereka biarlah Liong Han membantuku. Tapi untuk sementara ini jangan, aku ingin membunuh musuhku dengan tanganku sendiri!"

Ok-ciangkun tertawa mengejek. Sekarang sikapnya tampak beringas dan menakutkan, pedang yang ada di tangan diputar dan digerak-gerakkan, siap menyerang dan memberi isyarat pada yang lain agar mulai memasang sikap. Tapi ketika teman-temannya menunggu dan masing-masing menanti agar dia lebih dulu maju akhirnya panglima ini tertawa aneh membentak tinggi, tiba-tiba melejit berkelebat ke depan, melengking dan menggerakkan pedangnya itu menusuki Kun Houw, mulai dengan gebrakan cepat membangkitkan keberanian teman-temannya. Dan begitu panglima ini menyerang dengan pedangnya maka yang lain tiba-tiba menyerbu dengan senjata masing-masing.

"Sing-plak-duk!"

Kun Houw menangkis, membentak dan melompat tinggi memutar pedangnya. secepat kilat mengerahkan sinkang dan ginkang menghadapi enam serangan yang datang susul-menyusul itu, menolak dan mementalkan semua senjata lawan hingga mereka berteriak kaget. Tapi Ok-ciangkun yang menyerang lagi meliukkan tubuh tiba-tiba menggerakkan tangan kiri melepaskan pukulan Tok-hwe-ji, ditangkis dan kini menggerakkan pedang menikam dada Kun Houw.

Dan ketika Kun Houw terhuyung dan terbelalak menghadapi serangan gencar yang dilancarkan panglima ini tiba-tiba Mu Ba dan empat temannya yang lain sudah menghujani tubuhnya dengan serangan bertubi-tubi, gelang dan tengkorak bayi berseliwer dan mengurung di delapan penjuru. Mendesak dan mengaung dengan suara mengerikan. Dan ketika beberapa senjata mendarat ditubuh pemuda ini akhirnya silih berganti senjata senjata yang lain menghantam dan menghujani Kun Houw yang cepAt mengerahkan sinkangnya.

"Bak, bik, buk!"

Kun Houw tak apa-apa. Dia telah membuat tubuhnya kebal, paling-paling menyeringai sedikit menahan pukulan. Merasa pedih tapi tak terluka. Tapi ketika pedang Ok-ciangkun menyambar dan dia merasa angin yang tajam dan dingin meluncur bagai paruh rajawali. Kun Houw terpaksa melompat mengelak memutar pinggangnya, tiba-tiba membentak dan berjungkir balik melayang tinggi, melihat senjata yang lain berhamburan menuju tubuhnya. Dan begitu melayang turun memekik nyaring tiba-tiba Kun Houw menggerakkan Pedang Medali Naganya menyerampang dari kiri ke kanan.

"Awas...!" Ok-ciangkun berteriak. Panglima ini memperingatkan teman-temannya agar tak membentur pedang itu, menarik cepat dan ganti menyerang dengan cara lain, menendang dan memukul.

Dan ketika Kun Houw berkelebat mainkan Bu-tiong Kiam-sutnya dan pemuda itu lenyap ditelan gulungan pedangnya, akhirnya panglima ini memberi aba-aba agar mereka mengepung secara berputaran berganti-ganti tempat untuk membingungkan Kun Houw. Dan begitu semuanya mengangguk dan maju dengan cara seperti yang diperintahkan panglima ini tiba-tiba Kun Houw mendapat lawan yang berbeda-beda dalam setiap gebrakan.

"Ha-ha, kami akan membingungkanmu, Kun Houw. Kau tak mungkin membunuh kami secara berbareng!"

Kun Houw terkejut. Dia melihat enam orang itu berputaran dengan cara berpindah-pindah, semua mengikuti aba-aba panglima ini yang memimpin mereka. Tapi Kun Houw yang memutar pedang menggigit bibir tiba-tiba mengerahkan Jing-liong-sinkangnya di samping Bu-tiong Kiam-sut, mendorong dan mulai menerima pukulan lawan dengan tangan telanjang, bermaksud menangkap dan membetot senjata lawan sementara pedang masih terus bergerak membungkus dirinya merupakan benteng yang kokoh. Dan ketika satu saat gelang di tangan Bi Hwa menyambar dan Kun Houw membentak nyaring tahu-tahu dia menyambut sambaran gelang ini.

"Brak!"

Bi Hwa terpekik. Dia melihat senjatanya tertangkap cepat sekali dan hancur dalam cengkeraman Kun Houw yang mengerahkan Jing-liong sinkang. Dan Kun Houw yang menggeram menggerakkan pedangnya tiba-tiba menutuk, dan menarik lawannya itu agar terjerumus ke depan.

"Hei...!" Bi Hwa terkejut. Ia tertarik oleh betotan Kun Houw itu, tak dapat menguasai diri.

Tapi Ok-ciangkun yang membentak menyerang dari samping tiba-tiba menusuk lubang telinga Kun Houw sementara kakinya bergerak menendang Bi Hwa, membuat Kun Houw terpaksa mengelak dan melepas lawannya yang roboh terlempar, mencelat oleh tendangan Ok-ciangkun yang menyelamatkan pembantunya itu. Dan Bi Hwa yang terguling-guling melompat bangun akhirnya mendesis dan mengusap peluhnya yang terasa dingin!

"Aih, berbahaya...!"

Namun Ok-ciangkun telah memanggilnya kembali. Panglima ini telah menyerang dan menghujani Kun Houw dengan pukulan-pukulan berat, dibantu Mu Ba dan yang lain-lain yang kini menerjang dengan lebih mantab. Melihat Ok-ciangkun mempu melindungi mereka bila terdesak, seperti Bi Hwa tadi. Namun Kun Houw yang mendengus memutar pedang tiba-tiba membentak dan menangkis semua serangan lawan, melihat lawan mundur kembali karena tak berani beradu senjata. Gentar dengan Pedang Medali Naganya itu. Dan ketika pertempuran berjalan kembali dan Ok-ciangkun mengajak berputaran seperti tadi, akhirnya Kun Houw bertahan dan sekali-kali balas menyerang.

Hal ini menyebabkan pertandingan menjadi lama, Kun Houw rupanya sengaja dikocok, dibiarkan menguras tenaganya kehabisan napas. Dan Pendekar Gurun Neraka yang mengerutkan alis melihat ini tentu saja maklum apa yang dikehendaki panglima yang cerdik itu.

"Kun Houw, keluarkan saja tujuh jurus intimu itu. Jangan biarkan diri dikocok lawan!"

Kun Houw mengangguk. Dia sebenarnya juga tahu akal panglima itu, sengaja mengikuti karena dia ingin mencari lubang-lubang kelemahan. Dan ketika saat itu tiba dan dia mulai banyak berkeringat tiba-tiba Kun Houw melengking mengeluarkan tujuh jurus andalannya itu, berkelebat den lenyap memutar pedang yang kian bergulung gulung, rapat bukan main dan mulai mengincar Sam-hek-bi-kwi karena tiga orang inilah yang terlemah.

Dan begitu dia membentak dan mulai mengeluarkan jurus ke dua yang tadi di pakai menyerang So-beng yakni Heng-hun po-uh (Awan Berarak Hujan Mencurah) tiba-tiba pedangnya bergerak naik turun membentuk gumpalan mega hebat, mengejutkan Ok-ciangkun karena dia telah merasai kelihaian jurus ini. Jurus yang membuat kedoknya terbuka! Dan ketika Kun Houw melengking memecah gulungan meganya tahu-tahu hujan pedang yang luar biasa banyak menghambur ke delapan penjuru menyerang enam orang lawannya itu.

"Awas....!" Ok-ciangkun berteriak. Panglima ini sendiri sudah melempar tubuh bergulingan, tak berani ambil resiko karena jurus itu memang berbahaya. Dapat berkembang dan menyusul dengan jurus berikutnya.

Dan Mu Ba serta yang lain yang cepat mengikuti jejak Panglima Ok lalu bergulingan melempar tubuh mereka, berarti menjauhi Kun Houw. Dan Kun Houw yang tak melepas kesempatan bagus ini dengan putaran pedangnya tiba-tiba mengejar Bi Hwa yang saat itu tak mengira Kua Houw mengincar dirinya.

"Cici, awas...!"

Bi Hwa terkesiap. Dia mencelos melihat Kun Houw menusuk dadanya dengan kecepatan kilat, tahu-tahu telah berada dekat dengannya sementara dia masih bergulingan. Tapi Bi Hwa yang bergerak otomatis menangkis dengan gelangnya yang tinggal sebuah tiba-tiba terkejut dan sadar bahwa perbuatannya itu keliru, tak mungkin menghadapi Pedang Medali Naga yang luar masa tajam. Dan ketika benar, gelangnya putus dibabat pedang dan Bi Hwa berteriak kaget tahu-tahu pedang di tangan Kun Houw bergerak terus menusuk lehernya.

"Crep!" Bi Hwa mendelik. Saat itu Ok-ciangkun ataupun yang lain tak mungkin menolongnya, masing-masing melempar tubuh berpencar menyelamatkan diri. Dan Bi Hwa yang merasa lehernya dingin ditembus pedang tiba-tiba sadar bahwa dia terluka setelah Kun Houw mencabut pedangnya, merasa lehernya sakit dan roboh terjerembab, tak dapat mengeluarkan suara dan saat itu juga kehilangan kesadarannya karena nyawa telah melayang bagai di alam mimpi!

Dan Bi Kwi serta Bi Gwat yang kaget melihat saudara mereka tewas tiba-tiba menjerit dan hampir berbareng melepas gelang mereka. "Kun Houw, kau jahanam Keparat...!"

Namun inilah yang ditunggu. Kun Houw justeru merasa kebetulan dua orang wanita itu menubruknya, gelap mata melihat kematian saudara mereka. Dan Kun Houw yang membalik mengayun pedang tiba-tiba membabat gelang yang disambitkan kepadanya itu.

"Crass cres!"

Dua gelang itu putus. Pedang Medali Naga seolah membacok agar-agar saja, berkelebat dan terus menyambut ketika Bi Kwi dan kakaknya menghantam dengan gelang satunya lagi mendelik dan penuh kemarahan kepada Kun Houw. Tapi Kun Houw yang mendengus menyilangkan pedang tiba-tiba menangkis dari kiri ke kanan.

"Bi Kwi, awas...!"

Namun semuanya terlambat. Dua wanita ini kehilangan kontrol diri melihat kematian saudara mereka. Seolah kemasukan setan dan tidak perduli pada bahaya lagi selain melampiaskan kemarahan mereka. Maka begitu pedang menangkis dan gelang kembali putus dibabat tiba-tiba Pedang Medali Naga menukik turun menyambar perut mereka.

"Bles-bless!"

Bi Kwi dan kakaknya terjengkang. Mereka sadar setelah semuanya terlambat. Tembus menerima tusukan pedang yang mengenai perut mereka hingga tembus ke punggung. Dan ketika Kun Houw menendang dan dua wanita itu mencelat terlempar akhirnya hampir secara bersamaan Bi Kwi dan kakaknya tewas tumpang tindih.

"Bluk!"

Ok-ciangkun dan yang lain terbelalak. Mereka kaget bukan main oleh kematian Bi Kwi kakak beradik. Melihat betapa dalam gebrakan yang luar biasa cepat Kun Houw telah membunuh tiga orang lawannya itu. Hal yang mengejutkan. Tapi Ok-ciangkun yang menggereng melompat maju tiba-tiba melengking membentak, gusar. "Kun Houw. kau jahanam keparat!"

Kun Houw menjengek. Dia menyambut pedang panglima ini dengan Pedang Medali Naga, berdering nyaring ketika pedang panglima itu patah. Dan ketika Ok-ciangkun mendelik mengayun tangun kirinya tiba-tiba Kun Houw meneruskan serangan membacok pundak panglima itu.

"Trak!"

Kun Houw terkejut. Dia melihat pedangnya lekat di pundak lawannya itu. Baru kali ini tak dapat melukai lawan. Teringat bahwa panglima itu telah mengenakan Baju Sutera Langit Dan Ok-ciangkun yang saat itu menghantam dengan pukulan dahsyat melalui tangan kirinya tiba tiba menggempur dada Kun Houw yang saat itu tertegun melihat pedangnya tak dapat melukai panglima ini.

"Dess!"

Kun Houw mencelat jauh. Pemuda ini terlempar bergulingan dengan muka kaget, melihat lawan mengejar dan kali ini melepas pukulan Gin-kong jiu, dahsyat disusul timpukan pedang yang buntung di tangannya. Tapi Kun Houw yang membentak melompat bangun tiba-tiba menyambut dengan Pedang Medali Naganya itu.

"Crang plak dess!"

Kun Houw masih terhuyung. Dia merasa ampeg (sesak) oleh pukulan dahsyat panglima itu, merasa dada tiba-tiba nyeri dan sakit. Tapi Ok-ciangkun sendiri yang juga terpental oleh tangkisannya tadi sudah berseru pada Mu Ba dan Hun Kiat,

"Mu Ba, serang dia. Keroyok lagi...!"

Tapi Mu Ba terlanjur gentar, Raksasa ini terbelalak melihat kematian Bi Kwi kakak beradik, berkedip-kedip memandang muridnya. Dan Hun Kiat yang juga melihat semuanya itu dengan perasaan gelisah tiba-tiba membalik dan menyambar lengan gurunya memasuki lembah Hwee-seng-kok!

"Ok-ciangkun, maaf. Kami masih sayang pada jiwa kami...!"

Ok-ciangkun terbelalak. Dia melihat guru dan murid itu memasuki lembah, melihat Mu Ba berlari di belakang muridnya dengan muka gemetaran. Tapi Kun Houw yang bergerak menimpuk pedangnya tiba-tiba berkelebat dengan seruan keras,

"Mu Ba, Jangan lari!"

Mu Ba terkejut. Dia mendengar desiran angin di belakang punggungnya itu, tersentak melihat bayangan Kun Houw berkelebat mengejarnya. Dan raksasa yang gugup membalikkan tubuh ini tiba-tiba menangkis dengan putaran tengkorak bayinya. Tak tahu bahwa yang menyambar itu adalah Pedang Medali Naga, tak mengira Kun Houw melepas senjatanya itu. Maka begitu tengkorak putus talinya dan pedang menyambar meneruskan "perjalanannya" tiba-tiba raksasa ini menjerit terjungkal roboh.

"Crat!" Mu Ba meraung. Raksasa ini mendelik mendekap dadanya, terjerembab dan terguling melotot lebar, berteriak pada Hun Kiat, agar muridnya itu menyambarnya pergi. Tapi Hun Kiat yang justru ketakutan dan kaget melihat suhunya roboh tiba-tiba tancap gas mempercepat larinya. Tak ayal, raksasa ini menggereng dan begitu dia memaki dengan suara parau.

Tiba-tiba Ok-ciangkun berkelebat di depannya menampar kepala iblis tinggi besar itu. "Mu Ba, kau pengecut hina...prak!"

Mu Ba menjerit. Raksasa ini menggelepar dan tewas seketika dengan kepala pecah, berhamburan otaknya, pedang tiba-tiba dicabut dan di rampas panglima ini! Dan Kun Houw serta semua orang yang terbelalak kaget tak menyangka kejadian itu tiba-tiba mendengar panglima ini terbahak dengan suara menyeramkan.

"Haha-ha, kini Pedang Medali Naga ada di tanganku, Kun Houw. Kau tak dapat berbuat apa apa tanpa pedang ini!"

Kun Houw membelalakkan mata. Dia tadi bengong melihat panglima itu membunuh kawan sendiri, meskipun akhirnya Mu Ba akan tewas juga oleh timpukan pedangnya. Maka melihat panglima ini terbahak dan memutar pedang pusakanya tiba-tiba Kun Houw tertegun dengan muka pucat. Dan saat itu Liong Han berkelebat didepannya, disusul pula oleh Pek Hong dan Ceng Bi serta Sin Hong dan Bi Lan yang terkejut melihat panglima itu menghampiri Kun Houw, tertawa bergelak dengan langkah satu-satu, tampak menyeramkan dan buas. Dan Pendekar Gurun Neraka sendiri yang ikut terkejut oleh perobahan ini tidak dapat menahan diri untuk berkelebat pula melindungi Kun Houw!

"Ok-ciangkun, kau tak boleh berbuat curang...!"

Panglima itu terbahak. "Berbuat curang bagaimana, Pendekar Gurun Neraka? Bukankah kami kini berhadapan satu lawan satu?"

"Tapi kau mengambil pedang yang bukan milikmu. Itu pedang Kun Houw...!"

"He he... itu kesalahan Kun Houw sendiri, Pendekar Gurun Neraka. Kenapa dia berbuat bodoh melemparkan senjatanya. Aku tak mau tahu, Hayo, kalian minggir, biarkan ku bunuh bocah itu."

Pendekar Gurun Neraka dan anak istrinya pucat. Mereka melihat panglima itu memandang beringat, maju lagi dengan pedang digerak-gerakkan, mendengung dan mencicit silih berganti. Dan ketika Pendekar Gurun Neraka dan yang lain-lain masih juga tak mau mundur melindungi Kun houw akhrinya panglima ini menggeram dengan mata berkilat-kilat.

"Kalian mau mengeroyokku. Pendekar Gurun Neraka? Kau dan anak isterimu akan menjilat dan menelan ludah sendiri?"

Pendekar Gurun Neraka berkerut-kerut. Dia cemas dan gelisah sekali melihat panglima itu memegang Pedang Medali Naga. Padahal telah mengenakan pula Baju Sutera Langit yang membuat panglima itu kebal, jadi seolah harimau tubmuh sayap. Tentu hebat dan akan membuat runyam keadaan! Tapi Kun Houw yang melompat kedepan menyiba semuanya tiba-tiba berseru gagah dengan kepala tegak.

"Ayah, biar kalian minggir, kuhadapi lawanku ini. Dia benar, kalian tak boleh menjilat ludah, menarik janji!"

"Tapi dia membawa pedangmu. Kun Houw!" Pendekar Gurun Neraka terbelalak. "Panglima itu licik dan curang!"

"Tak apa. Aku akan berusaha merampasnya ayah. Kalian minggirlah dan biar ku hadapi lawanku itu!"

Pendekar Gurun Neraka bingung. Dia berat dan terang marah pada panglima yang curang ini, melihat Kun Houw menghadapi bahaya dengan pedang ditangan musuh. Tapi Kun Houw yang mendorong mereka semuanya menyuruh minggir akhirnya di sambut helaan napas berat pendekar ini dan anak isterinya. "Baiklah, tapi hati-hati, Houw-ji. Kau pinjam pedang ibumu untuk menghadapi lawanmu itu!" Pendekar Gurun Neraka memberi isyarat, menyuruh Ceng Bi melolos pedang untuk diserahkan pada Kun Houw.

Dan Ceng Bi yang terisak mencabut pedang tiba tiba berbisik gemetar dengan penuh kekhawatiran, "Kun Houw, balaskan sakit hati kami semua. Kami tak dapat berbuat apa-apa. Panglima itu telah mengikat kami dengan janji!"

Kun Houw terharu. Dia menerima pedang dan mencium senjata ibu tirinya itu. Ibu yang dulu paling sengit dan tak senang padanya, yang selalu memusuhi karena dikhawatirkan dia jahat seperti mendiang ibu kandungnya, Tok-sim Sian-li! Dan Kun Houw yang berkaca melihat kebaikan ibu tirinya ini lalu mengangguk dan berkata serak. "Baiklah, akan kuusahakan, ibu. Tolong doakan agar aku dapat membunuh musuhku ini."

Kun Houw membalik. Dia sekarang berhadapan dengan panglima itu. Tapi Liong Han yang berseru nyaring tiba-tiba mengejutkan dengan pasangan kuda-kudanya di samping Kun Houw. "Tak perlu khawatir. Aku membantumu, Kun Houw, Panglima ini juga musuhku dan aku tidak terikat janji, Kita berdua dapat menghadapinya...!"

Kun Houw terkejut, "Tidak, kau mundurlah, Liong Han. Aku masih belum roboh menghadapi lawanku ini. Kau berjaga-jaga saja dibelakang!"

Liong Han tak puas. "Tapi musuhmu mempergunakan pedang pusaka. Kun Houw! juga dia masih mengenakan Baju Sutera Langit itu!"

"Tak apa... aku akan merampasnya, Liong Han. Kau mundurlah dan biar kuselesaikan urusan ini satu lawan satu...!"

Liong Han tertegun. Dia melihat kegagahan Kun Houw yang luar biasa ini, kagum akan keberanian dan ketetapan hatinya, tapi Liong Han yang rupanya masih ragu melepas temannya tiba-tiba mendengar desir angin disusul kebutan ujung jubah, terkejut melihat dua bayangan muncul seperti iblis.

"Omitohud, Apa yang dikata Kun Houw benar, Liong Han. Kau mundurlah, biarkan urusan ini diselesaikan satu lawan satu!"

Semua orang terkejut. Pendekar Gurun Neraka dan anak isterinya membalik, terbelalak melihat dua banyangan muncul di belakang mereka. Tapi begitu melihat siapa yang datang tiba-tiba Liong Han dan Pendekar Gurun Neraka berseru hampir berbarengan. Liong Han sendiri sudah menjatuhkan diri berlutut,

"Suhu...!!"

"Pek-Kut Hosiang...!"

Kun Houw dan yang lain-lain terkejut. Ok-ciangkun sendiri juga tersentak, kaget melihat munculnya hwesio Go-bi yang sakti ini. Tapi melihat orang kedua yang berdiri di sebelah kiri hwesio sakti itu tiba-tiba Ok-ciangkun menggigil dan berseru gemetar,

"Pek Lian. Nikouw....'"

Semua orang heran. Mereka melihat panglima yang tadi beringas itu sekonyong-konyong pucat, tampak gelisah menghadapi orang kedua ini. Pek Lian Nikouw, nikouw yang dulu tinggal dilereng Pegunungan Beng-san dan dikenal Pendekar Gurun Neraka dan dua istrinya sebagai nikouw lemah yang baik hati, yang dulu mengesahkan perkawinan mereka. Dan Pendekar Gurun Neraka dan yang lain-lain tentu saja heran dan terkejut oleh kehadiran nikouw ini, tiba-tiba mendengar Ok-ciangkun berseru melotot memandang nikouw tua itu.

"Pek Lian-nikouw, apa mau mu datang ke mari?"

Pek Lian Nikouw mengebutkan jubah, tersenyum lembut, "Omitohud, Pin-ni (aku) datang untuk menyadarkan dirimu, ciangkun. Pin-ni mendengar kau keluar dari garis perjanjian."

"Keparat...! Kau mau mencampuri urusan, Pek Lian Nikouw? Kau mau menghukum aku yang kau anggap berdosa?"

"Tidak, pin-ni tak pantas menghukum siapapun, ciangkun. Yang pantas menghukum adalah Buddha. Pin-ni datang hanya untuk membawamu ke jalan benar. Kau telah melanggar janjimu!"

Ok-ciangkun tiba-tiba menggeram. "Dan kau, apa maksudmu ke sini, Pek-kut Hosiang? Kau juga akan membantu sumoimu?"

"Omitohud!" Pek-kut Hosiang juga mengebutkan jubah. "Pinceng (aku) tak membantu siapa-siapa, ciangkun. Pinceng telah tua dan tak mungkin mengganggu dirimu. Pinceng datang karena melihat murid pinceng di sini dan atas permintaan Pek Lian-sumoi!"

"Hm...!" Ok-ciangkun menggigil, menggerakkan pedang, memandang Pendekar Gurun Neraka dan yang lain-lain. "Kau juga merasa kebetulan melihat kehadiran hwesio ini. Pendekar Gurun Neraka!? Kalian semua ingin bersatu menghancurkan aku?"

Dan ketika Pendakar Gurun Neraka tak menjawab tiba-tiba panglima ini tertawa menghadapi Pek Liang Nikouw. "Nikouw tua, aku tak punya waktu untuk melayanimu kali ini. Kau pergilah dulu biar besok aku bertobat!"

Pek Lian Nikouw menghela napas. "Kau masih juga mau meneruskan pelanggaran menambah dosa, ciangkun?"

"Tak perlu banyak cakap. Kau pergilah, Pek Lian Nikouw. Aku hanya menambah dosa kali ini saja. Besok aku sudah bertobat!"

"Hm." Pek Liang Nikouw mengerutkan keningnya. "Kalau begitu kembalikan Pedang Medali Naga, ciangkun. Pin-ni sesungguhnya lebih berhak atas pedang itu dibanding kau."

"Tidak," Ok-ciangkun beringas. "Aku ingin membunuh pemuda itu, Pek Liang Nikouw. Dia telah menghancurkan segala-galanya yang kumiliki!"

"Kalau begitu ingatlah kutukan mendiang isterimu, ciangkun. Pin-ni khawatir kau kena tuahnya!"

"Keparat!" panglima ini marah. "Jangan sebut sebut lagi namanya, nikouw tua. Aku berbuat aku sendiri yang akan bertanggung jawab. Kau minggirlah!"

Pek Liang Nikouw minggir. Pendeta wanita ini memejamkan mata, tampak teriris, menggigit bibir dan rupanya nyeri oleh sikap dan kata-kata Ok-ciangkun yang kasar. Tapi ketika nikouw ini membuka matanya dan memandang Kun Houw dengan mulut berkemak-kemik tiba-tiba Kun Houw terkejut mendengar nikouw tua itu bertanya padanya dengan ilmu mengirim suara dari jauh.

"Sicu, kaukah yang dulu menemukan medali naga?"

Kun Houw mengangguk, mengerahkan pula ilmunya mengirim suara dari jauh, "Ya, ada apakah, Su-kouw?"

"Dan benda itu masih kau simpan?"

"Ada padaku, su-kouw. Kenapakah?"

"Tak apa-apa. Pedang Medali Naga akan tumpul bila kau mempergunakan medalimu itu, sicu. Keluarkanlah dan pergunakan itu bila perlu!"

Kun Houw tertegun. Dia melihat nikouw itu berhenti bicara, mundur dan berdiri di samping Pek kut Hosiang dengan mata terpejam kembali, tenang dan tersenyum sekilas kepadanya. Dan Kun Houw yang tentu saja bengong mendengar ini tiba-tiba melihat Ok-ciangkun menggereng dan maju dengan muka merah padam.

"Kun Houw, kau majulah, kalau tak ingin berlindung di belakang orang-orang tua seperti anak kecil. Aku siap membunuhmu!"

Kun Houw sadar. Sekarang dia tampak gembira memandang Pek Liang-nikouw. Kun Houw yang melintangkan pedang didepan dadanya, gagah sekali. "Ok-ciangkun, aku tidak akan bersembunyi dibelakang orang-orang tua, Aku siap menghadapimu kalau kau mampu!"

"Tentu mampu..." Ok-ciangkun mendengus. "Aku memiliki pedang pusaka yang ampuh ini Kun Houw, dan aku mengenakan jubah pusaka kebal senjata." Dan Ok-ciangkun berdiri tegak memandang penuh kebencian pada pemuda ini, tiba-tiba membentak dan menubruk dengan serangan dahsyat sekali disertai tusukan cepat dan kemudian membacok dan menikam ke dada, Kun Houw mengelak, berlompatan kesana kemari, karena serangan lawan memang ganas dan tidak mengenal ampun. Dan ketika Ok Ciangkun melompat dan memutar tubuhnya berkelebatam cepat, tiba-tiba panglima ini telah mengeluarkan ilmu pedangnya Jeng-ging-toat-beng kiam-sut.

"Kun Houw, kau akan mati dengan pedang pusakamu....!"

Kun Houw terbelalak. Dia mendengar desing yang mengerikan dari pedang ditangan panglima itu. Pedang Medali Naga yang tajam dan ampuh, pedang yang kini tak mengenal dia lagi sebagai tuannya. Dan Kun Houw yang membentak menyambut terjangan lawan tiba-tiba juga mengerahkan ginkang dan lenyap mengikuti gerakan panglima itu. sebentar saja mainkan Bu-tiong Kiam-sut melindungi diri.

Bukan untuk beradu senjata melainkan beradu kecepatan dan ketangkasan. Saling tusuk dan tikam dengan amat gencar, tapi karena Kun Houw amat berhati-hati dan setiap serangan lawan selalu dikelit atau dielak mundur padahal serangannya sendiri selalu mental bertemu baju kebal panglima itu akhirnya beberapa jurus kemudian Kun Houw terdesak!

"Ha-ha. kau akan mampus, Kun Houw. Kau akan mampus di tanganku...!"

Kun Houw menggigit bibir. Dia melihat pedang di tangan panglima itu memang mendesaknya, bukan karena lebih hebat melainkan semata lebih ampuh karena dia tak berani mengadu senjatanya. Maklum pedang di tangannya tentu putus bila bertemu Pedang Medali Naga. Dan Kun Houw yang mundur-mundur membelalakkan matanya tiba-tiba mendengar seruan ibu tirinya nomor dua, Ceng Bi.

"Kun Houw. serang bagian bawah atau atas panglima itu. Jangan perut atau dadanya!"

Kun Houw mengangguk. Sebenarnya dia juga tahu itu. Artinya dia tahu bagian-bagian tengah panglima ini tak mungkin dibacok atau ditikam karena terlindung oleh Baju Sutera Langit yang dikenakan panglima itu. Jadi tempat lemahnya adalah leher keatas atau pinggang ke bawah. Tapi karena panglima itu selalu memutar pedangnya dan tentu menangkis kalau dia menyerang bigian ini maka Kun Houw ragu-ragu.

Dan Ok-ciangkun tertawa bergelak. "Ha-ha, boleh kau coba nasihat yang bagus itu, Kun Houw. Mungkin kau beruntung...!"

Kun Houw menggigit bibir. Dia tahu panglima ini mengejeknya. Panas dan marah di dalam hati. Dan ketika panglima itu terus mendesak dan Kun Houw semakin kepepet tiba-tiba Pedang Medali Naga menyambar lehernya dari kiri ke kanan.

"Sing..." Kun Houw mengeluarkan keringat dingin. Dia merasa mata pedang hanya beberapa senti saja dari kulit lehernya ketika dia mengelak, tiba-tiba membalik dan kini menusuk dengan arah melingkar dari bawah ke atas, ganas sekali serangan dari panglima itu yang hampir melukainya. Dan Kun Houw yang melompat tinggi, menangkis tiba-tiba dikejutkan oleh teriakan panglima itu yang juga melompat tinggi menghantam dirinya dengan serangan diudara!

"Kun Houw kini kau akan mampus...!"

Kun Houw kaget bukan main, dia mencelos hatinya melihat panglima yang ganas ini, melihat Pedang Medali Naga menyambar, dia mengelak sambil menangkis. Dan Kun Houw yang melayang terus membentak datang dan tiba-tiba membabat dengan terpaksa sekali melawan pedang ditangan lawannya itu.

"Crang...!! dan pedang Kun Houw langsung buntung. Kun Houw kaget, berseru keras dan langsung melempar tubuh bergulingan ketika panglima itu juga melayang turun mengejarnya sambil tertawa bergelak, menggerakkan pedang menyilangkan di depan dada. Dan ketika Kun Houw kalah cepat dengan Pedang Medali Naga menggores pahanya maka merasakan kakinya pemuda itu terluka.

"Crat...!"

Semua orang terkejut, Mereka melihat Kun Houw melompat bangun dengan kaki terluka, mendesir menahan sakit karena pahanya berdarah, merobek paha celananya dan mengganggu gerakannya. Dan ketika Ok-ciangkun teratawa beringas, kembali menyerang dengan tusukan ke dada tiba-tiba untuk kedua kalinya Kun Houw terpaksa menangkis dengan pedang buntungnya itu, tak sempat mengelak.

"Cass!" dan pedang itu pun tinggal gagangnya saja. Kun Houw mengigit bibir melemparkan kutungan pedangnya, melompat dan bergulingan kembali ketika pundaknya terluka dan Ok-ciangkun terbahak melihat pemuda itu terdesak tiba-tiba Kun Houw disadarkan oleh seruan Pek Lian Nikouw yang lirih, dikirim dengan ilmu mengirimkan suara dari jauh itu,

"Sicu, cabut lekas medali nagamu. Itu satu-satunya jalan untuk menyelamatkan dirimu!"

Kun Houw sadar. Dia tiba-tiba teringat ini, tak tahu betapa Liong Han diam-diam sudah menyiapkan diri untuk maju membantu, pucat melihat dia terdesak panglima itu. Dan ketika Pedang Medali Naga menyambar dan pedang itu menusuk tenggorokannya tiba-tiba secara untung-untungan Kun Houw mencabut medali naganya dan menangkis pedang di tangan lawan dengan benda yang hanya sekepal itu saja.

"Trak!"

Kun Houw dan Ok-ciangkun sama kaget. Kun Houw kaget karena dia merasa ujung pedang sudah menusuk tenggorokannya, tertahan dan tiba-tiba lekat oleh medali yang ada di tangannya itu, tiba-tiba saling sedot dan membuat Kun Houw membelalakkan matanya, entah mengapa medali di tangannya tiba-tiba seolah berobah seperti magnit. Dan Ok-ciangkun yang tentu saja kaget pedangnya bertemu benda aneh di tangan Kun Houw yang membuat pedangnya tersedot tiba-tiba membentak dan menarik lepas pedangnya itu, kembali membacok dan kali ini menusuk perut Kun Houw. Tapi ketika lagi-lagi Kun Houw menggerakkan medalinya dan memasang benda itu di depan perut dan Pedang Medali Naga tertahan seakan tertolak tiba-tiba Ok-ciangkun marah-marah membanting kakinya.

"Kun Houw, kau siluman keparat. Kau mempergunakan benda setan!"

Kun Houw girang. Sekarang dia dapat tertawa dan percaya omongan nikouw tua itu, melihat bahwa Pedang Medali Naga tak dapat membelah atau merusak medali naga di tangannya itu. Masing-masing tampak menolak atau menyedot. Jadi seolah dua sekawan yang tak mau diadu. Dan Kun Houw yang tentu saja gembira melihat kejadian ini lalu besar hati dan berani menangkis pedang di tangan lawannya itu dengan medali naga!

"Ok-ciangkun, ini bukan benda setan. Ini adalah medali naga yang menjadi bandul Pedang Medali Naga!"

Ok-ciangkun terbelalak. Dia melihat benda itu ternyata benar medali naga adanya, benda kecil yang tampaknya sepele tapi tiba-tiba mengeluarkan sinar keemasan yang menyilaukan mata. Dan ketika Kun Houw kembali menangkis dan pedang di tangannya menyambar leher pemuda itu tiba-tiba secara mengejutkan medali dan pedang di tangannya meledak seperti petir di angkasa, bertemu dalam satu benturan dahsyat yang membuat masing-masing menjerit.

"Tarr....!"

Kun Houw dan Ok-ciangkun terkejut. Masing-masing melepas benda di tangannya itu, merasa tangan seakan terbakar dan hangus bagai di sambar petir. Dan Ok-ciangkun yang menjerit melompat mundur diikuti Kun Houw yang juga mendesis menahan sakit tiba-tiba melihat dua benda yang meledak bagai halilintar itu mencelat dan terbang jauh di atas pohon.

"Crep!"

Dua-duanya terbelalak. Baik Kun Houw maupun lawannya tak tahu apa yang menjadikan itu semua. Kenapa medali dan Pedang Medali Naga meledak dan kini menancap di atas pohon dalam keadaan terjepit, mengeluarkan uap panas yang tiba-tiba membuat pohon itu kering dan mati. Sebentar saja layu dan roboh di tanah, mengeluarkan suara hiruk pikuk mengejutkan semua orang! Tapi Ok-Ciangkun yang melompat menyerbu kedepan tiba-tiba melengking menyambar pedang yang kini roboh terhalang daun-daun yang kuning memucat itu.

"Kun Houw, Pedang dan medali kini punya ku...!"

Kun Houw terkejut, dia terang kaget melihat panglima itu berkelebat menyambar Pedang Medali Naga, juga medali kecil yang tertindih dibawah Pedang Medali Naga. Tapi Kun Houw yang tidak mau dicurangi lagi dan juga melompat kedepan tiba-tiba melepas pukulan menghantam panglima itu, membentak marah, "Ok-ciangkun, kau robohlah...!"

Panglima she Ok mengumpat, Dia hampir menyentuh dua benda itu, ketika pukulan Kun Houw datang. Maka menggeram memutar tubuh terpaksa dia menyambut pukulan ini dan memaki Kun Houw. "Dess!" Ok-ciangkun mencelat. Dia menghadapi tenaga Jing-liong Sin-kang yang amat dahsyat dari pemuda itu, terlempar dan terguling-guling melompat bangun. Dan Kun Houw yang ganti menyambar Pedang Medali Naga dan kini menggigil menghadapinya dengan muka merah tiba-tiba membuat panglima itu gentar dan pucat mukanya, berteriak parau,

"Kun Houw, kau tidak jantan...!"

Kun Houw menggeram. "Kenapa?"

"Kau memegang senjata sedang aku tidak!"

Kun Houw terkejut. Tapi Bi Lan dan Liong Han yang terlanjur benci pada panglima itu sudah berteriak, "Jangan hiraukan kata-katanya, Houw-ko. Dia tadi juga mencurangi dirimu dengan perbuatan hina. Serang dan bunuh saja panglima itu...!"

"Benar, lawanmu tak perlu diampuni lagi, Kun Houw. Jangan hiraukan kata-katanya dan bunuh saja dia...!"

Kun Houw tertegun. Dia terpukul juga oleh seruan lawannya itu yang menyinggung kegagahan, melihat lawan memang tak bersenjata lagi sedang dia memegang Pedang Medali Naga. Tapi Ceng Bi yang menyambung seruan Bi Lan dengan suara marah berkata padanya,

"Tak perlu ragu. Lawanmu juga memiliki baju pusaka, Kun Houw. Kalian sama-sama memiliki senjata pusaka!"

Ok-ciangkun terkejut. "Tapi baju pusakaku bersifat melindungi diri, Kun Houw. Sedang senjata di tanganmu bersifat menyerang. Kau akan memperoleh kemenangan tak jantan bila kau mengalahkan aku...!"

Kun Houw tertegun. Kata-kata ini membuat dia tercambuk, dan marah memandang panglima itu, Kun Houw menggeram melangkah maju. "Jadi apa maumu, Ok-ciangkun? Kau menyerah dan minta ampun?"

"Tidak" Ok-ciangkun juga marah, nekat karena harga dirinya tersinggung. "Aku tak akan minta ampun, Kun Houw. Tapi mengajakmu bertempur secara adil!"

"Maksudmu?"

Panglima ini memainkan matanya. Dia tiba-tiba tersenyum dengan tawa yang aneh, tampak cerdik memandang lawan. Sikap yang bagi Pendekar Gurun Neraka amat berbahaya dan cermat memandang Kun houw. Dan ketika panglima ini melompat maju mengibaskan baju Thian-bian-ihnya tiba-tiba panglima ini berkata, "Kita bertempur dengan tangan kosong, Kun Houw. Aku membuang baju pusakaku dan kau membuang pedang pusakamu itu!"

Kun Houw terkejut. Dia melihat panglima itu telah melempar baju pusakanya, memasang kuda-kuda menghadapi dirinya, tersenyum mengejek. Senyum yang menyakitkan dan membuat dia merasa tertantang. Dan Kun Houw yang menggeram menganggukkan kepalanya tiba-tiba juga melempar Pedang Medali Naganya itu yang menancap tembus di dalam tanah!

"Boleh, permintaanmu cukup adil, Ok-ciangkun. Aku menerima tantanganmu!"

Ok-ciangkun tertawa bergelak. Dia merasa pancingannya berhasil, membuat lawan terbakar dan mau diajak bertangan kosong. Hal yang baginya jauh lebih baik daripada Kun Houw memegang senjatanya. Maklum, keahlian Kun Houw memang menggunakan pedangnya daripada bertangan kosong. Dan Pendekar Gurun Neraka serta anak isterinya yang melihat Kun Houw menerima tantangan tiba-tiba cemas dan tegang bukan main.

"Kun Houw, lawanmu licik. Kau ditipu...!"

Kun Houw menggeleng. "Tidak, aku tak melihat lawanku menipu, ibu. Aku merasa ini memang adil."

"Tapi kau biasa mempergunakan pedangmu, Kun Houw. Ok-ciangkun mengajakmu bertempur tangan kosong karena dia tahu kelemahanmu!"

Kun Houw menggigit bibir. Untuk ini memang harus dia akui. Maklum. ketrampilannya memang bermain pedang karena gurunya adalah seorang jago pedang yang melatih dia dengan permainan silat pedang. Tapi karena dia sudah berjanji dan Ok-ciangkun tertawa bergelak mengejeknya apakah dia takut tiba-tiba Kun Houw mengepal tangannya dan berkata tegas.

"Biarlah, aku masih memiliki Kiam-Ciang (Tangan Pedang), ibu. Kalau aku kalah biarlah Ok-ciangkun membunuhku karena pertandingan ini memang adil!"

Ceng Bi dan yang lain tak dapat berkata apa-apa lagi. Wanita ini terisak, menangis dipeluk suaminya. Dan Kun Houw yang sudah berhadapan dengan panglima itu menggigit bibir berkata menantang, "Ok-ciangkun. majulah.....!"

Panglima itu terbahak. Baginya tak ada jalan keluar selain itu. Mencoba memperoleh kemenangan dengan pertandingan tanpa senjata. Dan karena dia mengandalkan ilmu silatnya yang bermacam-macam dan yakin kali ini dia akan menang, mendadak panglima itu berseru keras melakukan pukulan Gin-kong-jiunya (Pukulan Sinar Perak).

"Bocah, awas....!"

Kun Houw mengelak. Dia melihat lawan telah menyerangnya dengan pukulan cepat berkelebat dan menghantam dirinya dengan pukulan dingin yang berkeredep menyilaukan mata, membentak dan merasa angin dahsyat menerpa mukanya. Tapi Kun Houw yang mengelak dan kini diserang lagi mendadak melihat panglima itu membalik dan ganti melepas pukulan Im-bian-kun (Pukulan Kapas Dingin).

"Plak!" Kun Houw kali ini menangkis. Dia mengerahkan sinkangnya, terkejut melihat pukulan lawan tiba-tiba melentur dan kembali menghantam tubuhnya sedahsyat seperti tenaga tangkisannya tadi, tak tahu bahwa Im-bian-kun akan mengembalikan tenaga lawan sesuai kekuatan tenaga itu sendiri. Dan Kun Houw yang tentu saja berteriak kaget karena terpental tiba-tiba roboh dan terjengkang menerima kekuatan tenaganya sendiri yang membalik!

"Bress...!" Kun Houw mendengar Ok-ciangkun tertawa bergelak. Dia melihat bayangan panglima itu mengejar dengan pukulan berikut, bertubi-tubi menyerang dan kini berganti-ganti melepas pukulan. Sebentar Gin-kong-jiu dan sebentar kemudian Im-bian-kun. Dan karena Kun Houw masih bingung belum mengetahui permainan lawan akhirnya Kun Houw jatuh bangun menerima pukulan bertubi-tubi. Masih kaget kenapa tenaganya selalu membalik bertemu im-bian-kun, sebentar saja terdesak dan membuat orang-orang yang ada di situ membelalakkan matanya penuh kekhawatiran, melihat pemuda ini tunggang-langgang tapi selalu melompat bangun karena Jing-Liong Sin-kang melindungi tubuhnya, tak sampai terluka.

Dan Pendekar Gurun Neraka yang tak tahan melihat puteranya menjadi bulan-bulanan pukulan akhirnya mengerahkan Coan-im jit-bit berseru dari jauh, hanya didengar Kun Houw seorang. "Houw-ji, jangan tangkis Im-bian-kun itu keras lawan keras. Terimalah dulu dan baru setelah itu menolaknya dengan keras...!"

Kun Houw terkejut. Dia merasa girang dengan seruan ayahnya ini, mendapat jalan keluar. Maka ketika Im-bian-kun kembali menghantamnya dan dia menyambut pukulan kapas itu sesuai petunjuk ayahnya tiba-tiba Kun Houw "menyedot" pukulan ini, menerimanya sejenak dan baru setelah itu menolaknya balik ketika pukulan itu melentur, jadi seperti per atau pegas yang kini menghantam panglima itu sendiri.

Dan Ok-ciangkun yang tentu saja kaget melihat Kun Houw mengetahui rahasianya tiba-tiba membentak dan mengeluarkan pukulan lainnya, tak berani mempergunakan Im-bian-kun! "Kun Houw, kau siluman cerdik..."

Kun Houw merasa mantap. Sekarang dia melihat lawannya itu melepas pukulan Tok-hwe-ji, digabung dengan Gin-kong-jiu yang masih dipergunakan panglima itu. Tapi Kun Houw yang mengenal pukulan ini dan tak takut pada Tok-hwe-ji lagi karena dia telah kebal menghadapi racunnya akhirnya membuat Ok-ciangkun bingung ketika Kun Houw mulai membalas dengan pukulan-pukulan Tangan Pedangnya, dapat memperbaiki diri dan kini berseru pada panglima itu.

"Ok-ciangkun. aku tak gentar menghadapi semua kepandaianmu....!" dan ketika Kun Houw bergerak memutar lengannya yang mengeras seakan pedang tiba-tiba kedua lengan pemuda itu mendesing-desing dan bercuitan bagai pedang pusaka sendiri!

"Plak-cring!"

Ok-ciangkun terkejut. Dia menangkis dan menyeringai kesakitan ketika lengan Kun Houw bertemu dengan lengannya, seakan bertemu dengan mata pepang yang tajam lagi keras. Dan ketika Kun Houw membentak dan melengking nyaring tiba-tiba pemuda itu berkelebatan ganti mendesak panglima ini.

"Plak-dess!"

Ok-ciangkun mulai mendapat pukulan. Dia sekarang terdesak dan menerima Tangan Pedang yang dilancarkan Kun Houw, berkali-kali menyeringai tapi tak terluka karena Hoat lek-kim-ciong-ko melindungi dirinya, membuat panglima itu kebal. Dan Ok-ciangkun yang ganti terdesak namun selalu maju kembali akhirnya membuat pertandingan menjadi seru dan menegangkan juga, melihat Kun Houw berkali-kali mendaratkan Kiam-ciangnya di tubuh panglima itu tapi tak dapat melukainya karena Ok-ciangkun memiliki ilmu kebal.

Dan ketika pertandingan berjalan semakin ramai dan dua pihak sama-sama marah akhirnya Kun Houw menjadi geram dan bingung bagaimana menghancurkan kekebalan lawan yang berbau ilmu hitam itu, melihat uap tipis melindungi tubuh panglima ini dan mendengar lawan terbahak seperti iblis. Dan ketika pertandingan berjalan tak menentu dan Kun Houw bingung menyelesaikan pertempuran, tiba-tiba Pek-kut Hosiang menghampiri Pendekar Gurun Neraka.

"Yap-sicu, kau membawa Sin-ui-tiat (Besi Kuning Sakti)?"

"Ada," Pendekar Gurun Neraka mengangguk "Tapi aku tak dapat mempergunakannya menyerang panglima itu, lo-suhu. Aku terikat perjanjian dan...."

"Pinceng tahu...!" Pek-kut Hosiang memotong cepat, tersenyum pahit. "Pinceng akan meminjamnya sebentar, sicu. Kau tak akan melanggar perjanjian bila pinceng mempergunakan benda itu untuk menolong Kun Houw."

"Ah...!" Pendekar Gurun Neraka tertegun. Dia terbelalak sejenak, mengerutkan keningnya. Tapi girang mengetahui maksud hwesio ini tiba-tiba Pendekar Gurun Neraka telah mengambil benda itu, selempeng besi yang berkilau keemasan.

Dan begitu, Ok ciangkun melihat dan mendengar percakapan itu tiba-tiba panglima ini berteriak parau, "Pek-kut Hosiang, kau tak boleh curang membantu Kun Houw. Kami sudah bertempur secara adil!"

"Omitohud, pinceng tak menyerang dirimu, ciangkun. Pinceng hanya hendak memberikan benda ini kepada Kun Houw...!" dan begitu Pek-kut Hosiang berseru melempar benda ini kepada Kun Houw maka secepat itu Kun Houw telah menangkap benda ini, menendang ketika lawan hendak merampas benda itu, tampak ketakutan. Dan ketika Ok-ciangkun gemetar dan marah-marah memaki lawan maka Pek-kut Hosiang berbisik mengerahkan ilmunya mengirim suara dari jauh, perbuatan yang hanya dapat dilakukan orang-orang sakti.

"Kun Houw, lempar benda itu ke jalan darah di pundak kirinya. Hoat-lek-kim cong-ko akan musnah begitu tersentuh benda ini....!"

Kun Houw mengangguk. Dia sudah menerjang dan menggerakkan Tangan Pedangnya, bertubi-tubi mendesak panglima ini yang sudah kalah pengaruh, pucat memandang benda yang ada di genggaman pemuda itu. Dan ketika satu saat Ok-ciangkun menangkis dan panglima ini terhuyung mundur maka saat itulah Kun Houw menyambit benda di tangannya ke pundak kiri panglima itu.

"Plak!" Ok-ciangkun menjerit. Dia langsung roboh terguling dan mendesis menahan sakit, baju pundaknya terbakar dan melempar tubuh bergulingan ketika Kun Houw mengejar dengan pukulan susulan, kali ini membacok leher panglima itu dengan Tangan Pedangnya, mendesing dan meledak ketika luput mengenai sasarannya. Tapi ketika Kun Houw memburu dan panglima itu baru melompat bangun dengan muka berobah tahu-tahu Tangan Pedang yang menyambar ke dada terpaksa ditangkis panglima itu yang tak sempat menghindar lagi.

"Des....!" dan Ok-ciangkun terdorong setindak. Panglima ini batuk-batuk, sesak napasnya. Tapi ketika Kun Houw menyerang dan kembali berkelebat membacok pundaknya tiba-tiba panglima ini menggereng menggoyang tubuh, lenyap Hoat-lek-kim ciong-konya karena tak dapat mempergunakan ilmu hitamnya itu lagi. Dan ketika Kun Houw membacok dan dia menyambut beringas tahu-tahu panglima ini membuka telapak tangannya mengerahkan Ang-in-tok-ciang (Tangan Racun Merah) menangkap tangan Kun Houw.

"Plakk!" Kun Houw terbelalak. Dia melihat tangannya ditangkap panglima itu, dicengkeram, merasa kulitnya terbakar oleh uap kemerahan yang muncul dari jari lawan. Tapi Kun Houw yang membentak mengerahkan Jing-liong Sin-kangnya tiba-tiba menampar dia menggerakkan tangan satunya lagi.

"Plak...!'" Panglima Ok kembali menyambut. Kun Houw tergetar dan hampir terdorong, tapi Kun Houw yang mengempos semangat menambah tenaganya tiba-tiba melengking mendorong panglima itu, ditahan dan dilawan oleh Ok-ciangkun yang kini menggigil mengadu tenaga, berkutat mengerahkan sinkang masing-masing. Saling berhadapan dan tidak lagi bergerak, melotot dan dorong-mendorong dengan muka merah.

Tapi ketika Jing-liong Sinkang mendesak dan naga sakti yang dipunyai Kun Houw ini bangkit menyerbu ke depan tiba-tiba Ok-ciangkun mengeluh dan mundur setindak, menggigit bibir menahan kuat-kuat, berusaha agar tidak sampai kalah. Tapi karena Kun Houw mewarisi tenaga sakti itu dari manusia dewa Bu-beng Sian-su yang hebat luar biasa akhirnya jari kelingking panglima ini patah dalam usahanya mempertahankan diri.

"Krek!" Panglima Ok pucat. Dia merasa kesakitan oleh patahnya jari kelingking itu, menggigit bibir hingga pecah berdarah. Dan ketika Kun Houw mendorong dan mendorong lagi tiba-tiba semua jari di kedua lengan panglima itu patah tak mampu menahan Jing-liong Sin-kang.

"Krek-krek...!"

Kun Houw terbelalak. Dia melihat lawan meraung tinggi, masih nekat dan bertahan dengan jari yang sudah patah-patah. Mengerikan sekali. Mirip iblis yang beringas di ambang maut. Tapi ketika Kun Houw membentak dan mendorong sekuat tenaga tiba-tiba panglima itu mencelat dan roboh dengan tulang punggung patah!

"Bress...!" Panglima Ok terguling-guling. Kun Houw melihat lawan tak mampu bangkit lagi, tertekuk dan roboh di atas tanah, mengeluh dan mengeluarkan suara mirip rintihan setan. Dan Kun Houw yang terhuyung terdorong maju tiba-tiba mendengar jeritan tinggi,

"Ayah...!"

Kun Houw dan semua orang terkejut. Mereka melihat dua bayangan berkelebat menghampiri panglima yang ganas itu memekik dan menangis menjerit-jerit, menubruk dan memeluk Ok-ciangkun yang masih dapat mengeluarkan suara aneh, setengah mengorok setengah tertawa. Dan Kun Houw yang tertegun dengan muka berobah tiba-tiba sadar dan memejamkan mata melihat kui Lin dan Kui Hoa mengguguk di tubuh yang sengkleh itu, meratap dan memanggil-manggil nama ayah mereka. Tapi ketika Ok-ciangkun terkulai dan Kui Hoa menggerung mengguncang-guncang tubuh ayahnya tiba-tiba gadis ini berdiri dan melompat beringas menghadapi Kun Houw.

"Kun Houw. kau jahanam keparat! Kau membunuh ayahku...!"

Kun Houw gemetar, lelah dalam pertarungan yang sengit itu, tak menjawab dan memejamkan mata kembali melihat kekasihnya bertegas memandangnya. Sadar bahwa sekarang ujian terakhir akan dia hadapi. Dan Kui Lin yang juga menjerit melengking tinggi tiba-tiba melompat dan marah-marah pula menghadapi Kun Houw.

"Kun Houw, kau telah membunuh ayahku. kau berhutang satu jiwa....!"

Kun Houw mengigil. Dia tak dapat bicara apa-apa di saat itu, bingung dan tak tahu harus berbuat bagaimana. Dan Kui Hoa yang mencabut pedang menusuk Kun Houw tiba-tiba membentak menyerang pemuda itu.

"Kun Houw, kau bayar hutang jiwamu...!"

Kun Houw terkejut. Dia sudah kehabisan tenaga menghadapi lawan yang hebat itu, terbelalak melihat Kui Hoa menyerangnya dengan sikap beringas. Penuh kebencian dan dendam. Tapi Kun Houw yang tidak mengelak serangan ini justeru mengejutkan ayah dan saudara-saudaranya.

"Kun Houw, awas..."

Namun Kun Houw diam saja. Dia mematung seolah orang bingung, tak mengelak dan membiarkan pedang menikam dadanya. Dan Kui Lin yang juga mencabut pedang membacok lehernya tiba-tiba melengking menyusul di belakang encinya.

"Cring-plak-dess!"

Gebrakan ini mengejutkan semua orang. Kun Houw tahu-tahu terbanting roboh ketika dua bayangan berkelebat, menangkis serangan Kui Hoa kakak beradik sementara menendang pemuda itu hingga Kun Houw mencelat terguling-guling. Dan ketika Kui Lin dan kakaknya terpekik karena pedang mereka mencelat terlepas maka Sin Hong dan ayahnya telah berdiri di situ dengan sikap yang angker.

"Nona, kalian tak boleh membunuh Ku Houw. Apa yang terjadi memang harus semestinya terjadi!"

Kui Hoa dan adiknya terbelalak. Mereka melihat Pendekar Gurun Neraka menangkis serangan mereka tadi, karena Sin Hong menyelamatkan Kun Houw dengan tendangannya. Dan Kui Hoa yang menangis menutupi mukanya tiba-tiba membalik menyambar mayat ayahnya, menjerit dan lari terbang penuh kecewa. Maklum tak mungkin membunuh Kun Houw kalau Pendekar Gurun Neraka ada disitu.

Dan Kui Lin yang tertegun melihat encinya tiba-tiba juga mengeluh dan memutar tubuhnya, menangis keluar dari lembah Hwee-seng-kok. Dan begitu dua kakak beradik itu lenyap di balik pepohonan, maka peristiwa menegangkan itu berakhir sunyi seperti di tengah kuburan.

Kun Houw tak berkata apa-apa, mendelong dengan pandangan kosong melihat kepergian kekasihnya itu. Tapi setelah Pendekar Gurun Neraka batuk-batuk dan Pek-kut Hosiang serta Pek Liang Nikouw mengebutkan jubah melangkah maju maka keheningan mencekam ini dipecahkan suara hwesio sakti itu.

"Omitohud, kau telah membebaskan dunia dengan kematian orang-orang sesat ini, Kun Houw. Pinceng tak dapat berkata apa-apa selain prihatin melihat kesedihanmu."

"Ya, dan pin-ni juga berduka melihat tewasnya panglima itu, Kun Houw. Karena betapapun pin-ni tak berhasil menyadarkan dia di saat akhir hidupnya. Semoga Buddha mengampuni dosanya dan memberi jalan terang. Omitohud...!'"