PEDANG MEDALI NAGA
JILID 33
KARYA BATARA
JILID 33
KARYA BATARA
SHI SHIH kembali tak menjawab. Wanita ini berketrukan menahan diri, melihat kaisar mendekap dadanya dan marah bukan main. Mata membeliak seakan mau melompat keluar. Melotot demikian lebar dengan urat-urat dahi menonjol, tampak mengharukan dan membuat Shi Shih terisak, mengguguk dan tiba-tiba meledak tangisnya menubruk kaisar, bagaimanapun teringat bahwa laki-laki tua ini telah memberikan segala galanya padanya. Cinta, uang, kedudukan dan apa saja yang dia minta. Termasuk memenggal Wu-taijin yang tidak berdosa, Menteri setia itu!
Tapi kaisar yang marah dan sadar akan semuanya ini tiba-tiba menampar dan menendang selirnya itu. "Shi Shih, kau jahanam. Kau wanita siluman. Kau selir tak tahu budi! Kau... kau..." kaisar tak kuat lagi, menendang dan menampar selirnya itu hingga Shi Shih jatuh bergulingan, menjerit dan berteriak teriak minta ampun, merintih dan membuat pandangan menyayat memilukan rasa. Dan kaisar yang tiba-tiba terbatuk terengah-engah tiba-tiba mendelik dan tertawa dengan suara yang membuat bulu tengkuk merinding.
"Shi Shih, kau benar-benar menipuku lahir batin. Kau membuat aku terbius kecantikanmu. Aih, apa lagi yang ingin kau dapatkan dariku, selir keparat? Bukankah harta dan kedudukan telah kau peroleh? Bukankah cinta dan semuanya yang kau minta kuberikan begitu saja? Apakah kau minta jiwaku pula, Shi Shih? Kurangkah harta dan kedudukanmu? Kau..." kaisar tiba-tiba menangis, "kau tak menghargai cinta kasihku, Shi Shih... kau benar-benar merendahkan dan mencampakkan kasih sayangku... kau... kau, ah... aku tak dapat melenyapkan cinta kasihku, Shi Shih. Betapapun kau menghina dan mengkhianatiku, aku tetap cinta padamu. Aku mengampuni dosamu. Biarlah aku mati menyesali kebodohanku...!"
Dan kaisar yang terguling pingsan tak kuat menahan kehancuran hatinya tiba-tiba disambut pekik menyayat Shi Shih yang terobek-robek perasaannya. Melihat betapa kaisar masih mengampuninya dan menyatakan cinta di balik kebenciannya. Melihat kaisar mencintainya lahir batin dan sungguh-sungguh. Cinta yang aneh karena harus mengorbankan banyak jiwa! Dan Shi Shih yang mengguguk menubruk kaisar akhirnya pingsan dan roboh pula memeluk laki laki tua itu.
Pendekar Gurun Neraka dan yang lain-lain tertegun, mereka seakan terkesima oleh adegan satu babak ini tergetar dan tertusuk tusuk pula, mendengar jerit Shi Shih yang sendu menyayat kalbu. Melihat wanita itu roboh memeluk kaisar! Maklum bagaimanapun juga Shi Shih adalah seorang wanita yang memiliki perasaan peka. Tak mungkin melupakan hutang budi kaisar yang dilimpahkan padanya. Bahkan jiwa dan ragapun agaknya rela diberikan kaisar tua itu pada selirnya tercinta ini.
Tapi Ok-ciangkun yang menggeram dan tiba-tiba melompat maju mendadak menghantam kepala Shi Shih mengejutkan semua orang. "Selir keparat, kau tak layak hidup lagi!"
Pendekar Gurun Neraka dan yang lain lain kaget. Mereka berseru keras memaki panglima ini, namun Pendekar Gurun Neraka yang sudah membentak berkelebat ke depan sekonyong-konyong menangkis dengan pukulan jarak jauhnya, "Ok ciangkun, tahan kecuranganmu...!"
Ok-ciangkun mendelik. Dia melakukan pukulannya itu sepenuh tenaga, marah karena dia benci benar pada selir junjungannya ini. Maka ketika Pendekar Gurun Neraka menangkis dan pukulannya itu mendapat sambutan angin dahsyat dari dorongan pendekar sakti itu mendadak panglima ini mencelat dan menjerit keras, terlempar ke belakang dan berjungkir balik menjauhkan diri. Tapi karena di belakangnya menganga sebuah jurang yang tidak disadarinya mendadak panglima ini terjeblos dan langsung meluncur ke bawah.
"Ayah...!"
Semua orang terkejut. Mereka melihat dua bayangan berkelebat menuju tepi jurang, Kui Lin dan Kui Hoa, dua gadis kembar puteri Ok-ciangkun itu yang tiba-tiba datang di saat ayah mereka terjeblos ke dalam jurang, menjerit dan berteriak nyaring melihat ayah mereka meluncur ke tempat kosong, jurang yang amat dalam. Dan Pendekar Gurun Neraka serta anak isterinya yang terkejut melihat ini tiba-tiba melihat Kui Lin dan Kui Hoa meluncur ke tengah jurang menyambar ayah mereka.
"Hei...!"
Dua seruan ini berbareng diteriakkan, sama-sama kaget dan membuat orang terkejut karena dua bayangan tiba-tiba melesat, cepat bukan main berjungkir balik menyusul Kui Lin dan Kui Hoa yang terjerumus ke dalam jurang, Sin Hong dan Kun Houw, menyambar sekaligus menyentak punggung masing-masing gadis itu yang sudah meluncur setombak lebih, tak berhasil menolong ayah mereka karena Ok-ciangkun telah terjerumus jauh di dalam. Kun Houw menyambar Kui Hoa sedang Kui Lin disambar Sin Hong.
Dan begitu dua pemuda ini menarik dan menjejakan kaki di tebing jurang tahu-tahu baik Kun Houw maupun Sin Hong menangkap dua gadis itu, melemparkannya ke atas menyelamatkan Kui Lin dan kakaknya, cepat bukan main hingga beberapa detik saja seolah halilintar menyambar. Dan ketika mereka berteriak keras memantulkan tubuh tahu-tahu Kun Houw dan Sin Hong sama-sama berjungkir balik keluar dari mulut jurang yang berbahaya.
"Bress!"
Kui Lin dan kakaknya selamat. Mereka tadi bermaksud menolong ayah mereka tapi tidak berhasil, kalah cepat. Dan Kun Houw serta Sin liong yang sudah berdiri di depan dengan muka berobah tiba-tiba sama menghapus peluh dan mengeluarkan keringat dingin karena pekerjaan meraka tadi amatlah berbahaya. Sekali luput tentu dua gadis itu tak tertolong. Bahkan mungkin mereka sendiri terjeblos ke dalam jurang dan tewas di bawah sana. Diterima batu-batu runcing atau apa saja karena tak mungkin menyelamatkan diri! Dan Kui Hoa serta adiknya yang tertegun saling pandang tiba-tiba menangis dan menerjang Kun Houw dan Sin Hong.
"Kun Houw, kau jahanam keparat....!"
"Sin Hong, kau manusia busuk....!"
Kun Houw dan Sin Hong tertegun. Mereka tentu saja terbelalak melihat kemarahan dua orang gadis ini, tak mengerti kenapa ditolong malah memaki mereka. Bahkan menyerang dan kini memukul mereka dengan pukulan Gin-kong-jiu, berkeredep menyilaukan menghantam dada, dahsyat sekali, sekuat tenaga. Tapi Sin Hong dan Kun Houw yang sama-sama tak mengelak tiba-tiba menerima pukulan itu dengan kening dikerutkan.
"Des-dess!" dua pemuda ini terlempar. Mereka telah melindungi diri dengan kekebalan sinkang, tak terluka tapi bagaimanapun juga mencelat oleh pukulan kakak beradik itu, merasa betapa Kui Lin dan kakaknya sama-sama menyerang mereka dengan sungguh-sungguh. Dan ketika mereka melompat bangun dan berseru menegur tahu-tahu dua gadis ini berkelebat menyusul serangan dengan pukulan atau tendangan bertubi-tubi, memaki mereka kenapa tak boleh menolong ayah sendiri yang terjerumus di dalam jurang.
Dan Kun Houw serta Sin Hong yang menjadi bulan-bulanan pukulan akhirnya mengeluh dan terlempar bergulingan, tidak membalas karena mereka tak sampai hati. Dan ketika baju mereka robek-robek dan hidung serta mulut Sin Hong mengeluarkan darah tiba-tiba Kui Lin menjerit dan turun gunung, disusul kemudian oleh kakaknya yang melengking menampar Kun Houw. Dan begitu keduanya meluncur turun tiba-tiba Kun Houw dan Sin Hong lari mengejar.
"Kui Hoa. tunggu...!"
"Kui Lin, tunggu...!"
Namun dua gais ini tidak mau berhenti. Mereka menuruni bukit memutari jurang, dan kun Houw yang mengejar Kui Hoa sementara Sin Hong mengejar Kui-Lin tiba-tiba mendengar keduanya mengaduh ketika terjerumus di sebuah lubang, jatuh terpelanting dan terguling-guling di atas tanah yang becek. Dan ketika Kun Houw dan Sin Hong tiba di tempat itu mendadak tanpa disuruh lagi masing-masing menyambar orang yang sama-sama mereka cinta.
"Kui Lin, sabar...!"
"Hoa-moi, tenang...!"
Kui Lin dan Kui Hoa mengguguk, mereka menubruk dan memukul mukul dada dua orang pemuda itu. Tapi Kui Lin yang sadar dan terkejut dipeluk Sin Hong tiba-tiba memberontak memutar tubuhnya.
"Sin Hong, Kau jahanam keparat!"
Sin Hong mengeluh. Dia melihat puteri Ok ciangkun yang nomor dua ini suka sekali memakinya. Sejak mereka bertemu di puncak Ta-pie-san. Makian yang membuat dia mengeluh kecut tapi gembira mendengar suara yang merdu itu. Suara bagai kicau burung Nuri! Dan Sin Hong yang mengejar meninggalkan Kun Houw akhirnya menangkap gadis itu jauh dibawah bukit sana.
"Kui Lin, tunggu, maafkan aku...!"
Kui Lin terbelalak. Dia sudah ditangkap putera Pendekar Gurun Neraka ini, menggigil dan marah melihat orang memeluk pundaknya. Maka membalik dan langsung mengayunkan lengannya. Kui Lin tahu-tahu menampar pemuda itu pualng balik.
"Sin Hong, kau mau kurang ajar kepadaku? Kau berani memegang-megang gadis? Keparat kau. Jahanam kau... plak-plak!" dan Sin Hong yang roboh terhuyung menerima tamparan ini akhirnya bangkit berdiri berseru dengan suara gemetar.
"Kui Lin, kau bunuhlah aku, kalau kau ingin melakukan itu. Aku tidak marah, kenapa harus dipukul dan dimaki berkali-kali?"
"Siapa bilang tidak bersalah? Siapa bilang kau tak patut dimaki? Kau yang tak tahu diri, Sin Hong. Kau yang menggagalkan aku menolong ayah!" dan Kui Lin yang marah dengan kata-katanya nerocos berhamburan itu tiba-tiba kembali menerjang dan memukul Sin Hong dengan kaki tangannya, membuat pemuda ini jauh bangun tapi tak mengadakan perlawanan. Agaknya pasrah bila Kui Lin benar-benar mau membunuhnya! Dan ketika Sin Hong lecet-lecet dan baju pemuda itu terkoyak lebar memperlihatkan dadanya yang telanjang, tiba-tiba Kui Lin yang mulai kelelahan menghentikan serangannya, tebelalak memandang Sin Hong, heran dan "ngeri".
"Kenapa kau tak melawan?"
Sin Hong tersenyum pahit. "Karena aku tidak berdaya melawanmu, Kui Lin. Aku merasa lumpuh jika kau marah-marah begitu."
"Kenapa?"
Sin Hong tiba-tiba berdiri, memandang mesra, membuat Kui Lin tergetar dan cepat mengegos melihat pandangan yang membuat hatinya berdegup tak keruan itu. Melihat Sin Hong tahu-tahu mencekal lengannya dengan jari menggigil. Dan ketika dua mata kembali bentrok dan Kui Lin gemetar terbelalak, tiba-tiba Sin Hong menjawab dengan suara lembut, "Karena aku tak dapat melupakanmu sejak pertemuan kita di Ta-pie-san dulu, Kui Lin. Bahwa aku teringat saat menggendongmu dulu dan jatuh cinta padamu!"
"Ah!" Kui Lin melepaskan diri, kaget dan merah mukanya, tiba-tiba jengah tapi juga marah. Kemarahan yang bercampur malu mendengar Sin Hong menyatakan cintanya. Dan ketika Sin Hong berdebar menunggu jawabannya tahu-tahu Kui Lin menggaplok dan memutar tubuhnya melarikan diri.
"Sin Hong, kau ceriwis...plak!"
Sin Hong kembali mengusap pipinya. Untuk kesekian kalinya pula dia mendapat makian, melihat Kui Lin turun bukit dan tidak memberi jawaban. Dan Sin Hong yang tentu saja pucat mengerutkan keningnya tiba-tiba mengejar dan menjadi penasaran. "Kui Lin, tunggu dulu. Aku ingin bertanya!"
Kui Lin tak menghiraukan. Dia tancap gas dan lari berputar-putar, tapi karena Sin Hong memiliki kepandaian lebih tinggi darinya dan Kui Lin juga bingung akhirnya gadis ini tertangkap dan Sin Hong mencengkeram pundaknya.
"Kui Lin, tunggu. Aku ingin mendapat jawabanmu!"
Kui Lin menggigil, terbelalak marah. "Apa yang kau mau! Jawaban apa?"
Sin Hong tertegun, "Jawaban tentang, eh... tentang cintaku itu Kui Lin. Apakah kau menyambutnya atau tidak!"
"Kalau tidak?" Kui Lin melotot, membuat Sin Hong merintih dan melepaskan cengkeramannya. Dan ketika pemuda itu gemetar menahan tubuh maka Kui Lin mendelik berapi-api.
"Ayahmu membunuh ayahku, Sin Hong. Kau adalah musuhku!"
"Ah" Sin Hong pucat. "Tapi ayahmu terlempar sendiri ke dasar jurang, Kui Lin. Masa itu kau sebut dibunuh ayahku? Bukankah dia tewas karena kesalahannya sendiri?"
"Hm, tapi ayahmu yang membuat gara-gara Sin Hong. Aku tidak mau tahu tentang itu dan segala macam alasan lain!"
"Jadi kau membenciku?"
"Ya. karena kau adalah musuhku!"
"Ah, kalau begitu bunuhlah aku. Kui Lin. Biarlah jiwaku ku bayarkan untuk menebus jiwa ayahmu itu!" dan Sin hong yang mencabut pedang menyerahkannya kepada Kui Lin tiba-tiba menjatuhkan diri berlutut memasang kepalanya siap dipancung!
Dan Kui Lin yang tentu saja membelalakan matanya tiba-tiba melangkah mundur berseru tertahan. "Sin Hong, apa... apa ini?"
Sin Hong mengerutkan alis. "Pedang untuk membunuhku, Kui Lin. Bukankah kau membenciku?"
"Tidak... tidak... aku... Ah!" Kui Lin membalikkan tubuhnya, melarikan diri dan tiba-tiba menangis menuruni bukit.
Dan Sin Hong yang membelalakkan mata terkejut bingung tiba-tiba memanggil dan mengejar gadis itu, sebentar saja menangkap dan mendekap puteri Ok-ciangkun ini. Dan ketika Kui Lin mengguguk dan tidak menamparnya lagi tiba-tiba Sin Hong berbisik di telinganya, "Kui Lin, kau menerima cintaku, bukan?"
Kui Lin tak menjawab. Gadis ini tersedu-sedu di dada Sin Hong, dan Sin Hong yang mengulang pertanyaannya dengan cemas akhirnya mengangkat dagu gadis itu. "Lin-moi, kau... kau menerima cintaku, bukan?"
Kui Lin memejamkan mata. "Aku tak tahu, Sin Hong... aku... aku... ah, entahlah!"
Sin Hong menjadi gemas. Dia tak mendapat jawaban yang pasti kalau begitu. Maka berbisik kembali dengan kaki menggigil dia bertanya untuk yang ketiga kalinya, "Tapi kau tak membenciku, bukan?"
Dan ketika Kui Lin mengangguk dan menangis tersedu-sedu, tiba-tiba Sin Hong menjadi girang. "Baiklah, kalau begitu aku ingin meyakinkan hatiku, Lin-moi Maaf kalau aku menciummu...!"
Dan Sin Hong yang sudah mencium gadis ini dengan penuh kemesraan, tiba tiba membuat Kui Lin terbelalak dan mengeluh membuka matanya, terkejut melihat bibir Sin Hong sudah menutup bibirnya, melumat lembut menghisap air matanya yang bercucuran pula. Dan ketiKa Sin Hong melepaskan ciumannya dan tersenyum memandang Kui Lin tiba-tiba gadis ini mengguguk dan memukul-mukul dada Sin Hong.
"Sin Hong, kau... kau kurang ajar!"
Sin Hong tersenyum. "Aku sudah minta maaf, Lin moi. Aku hanya ingin meyakinkan hatiku apakah kau menerima cintaku!"
"Tapi... tapi...."
"Tak ada tapi, Lin-moi. Kalau kau tak suka boleh kau tampar atau bunuh aku!" Sin Hong memotong, meraih gadis ini dan kembali menciumnya lembut. Dan ketika Kui Lin meronta dan menggerakkan tangan untuk menampar tiba-tiba Sin Hong melepaskan diri menyerahkan pipinya.
"Kau tamparlah aku, Lin-moi. Aku rela!"
Kui Lin tertegun. Dia melihat Sin Hong bersungguh-sungguh menyerahkan pipinya, siap ditampar. Melihat pandangan pemuda itu menusuk lembut penuh kemesraan. Penuh cinta kasih. Dan Kui Lin yang mengguguk menurunkan tangannya tiba-tiba lari memaki Sin Hong. "Sin Hong, kau ceriwis!"
Sin Hong tersenyum. Sekarang dia mendengar perbedaan suara dari gadis itu. Tidak marah tapi malu. Rasa malu yang wajar dari seorang gadis yang baru saja dicium kekasihnya. Dan Sin Hong yang merasa bahagia dengan perobahan ini tiba-tiba mengejar dan tertawa menangkap gadis itu. "Lin moi, jangan lari lagi. Aku tak mau kau tinggalkan!"
Kui Lin mengelak. Dia menepis dan pura-pura marah, dan Sin Hong yang tiba-tiba melihat sebuah lubang didepannya mendadak mengaduh dan roboh terjungkal, terjeblos dalam lubang ini, mengagetkan Kui Lin. Dan ketika Sin Hong tak muncul lagi karena lubang itu cukup dalam, tiba-tiba Kui Lin menghentikan larinya terbelalak memandang lubang ini. Melihat Sin Hong rupanya pingsan atau apa. Dan Kui Lin yang tentu saja kembali ke tempat ini, akhirnya berbisik meyakinkan diri, cemas.
"Sin Hong, kau terluka?"
Tak ada jawaban.
"Sin Hong, kau di mana?"
Juga tak ada jawaban. Dan Kui Lin yang tentu saja gelisah tiba-tiba terjun dan melompat turun ke lubang itu, menangis memanggil-manggil Sin Hong. Tapi begitu dia turun mendadak Sin Hong tertawa bergelak melompat bangun, keluar dari tempat persembunyiannya karena tadi dia sengaja menggoda gadis ini. Ingin tahu sampai di manakah perhatian Kui Lin kepadanya. Meninggalkannya begitu sajakah atau turun menjenguk. Dan Kui Lin yang tentu saja terkejut berteriak tertahan tiba-tiba di peluk Sin Hong yang berseru kepadanya,
"Lin-moi, kaupun ternyata mencintai aku. Kau memaksa dirimu turun untuk melihat keselamatanku. Ha-ha...!" dan Sin Hong yang mencium gadis ini dua kali di pipi kiri dan kanan tiba-tiba disambut makian Kui Lin yang jengah tersipu malu, mendorong dada Sin Hong meloncat keluar.
"Sin Hong, kau penipu. Kau ceriwis!"
Sin Hong terbahak. Dia sekarang yakin benar akan perasaan hati gadis ini. Gembira bukan main bahwa Kui Linpun mencintainya. Maka meloncat keluar mengejar gadis ini, Sin Hong menangkap dan langsung menggodanya. "Lin moi, aku ceriwis karena kau. Aku penipu karena kau juga."
Dan Sin Hong yang tertawa-tawa menyambar kekasihnya lalu memondong dan membawa Kui Lin ke puncak, kembali ke atas karena ayah dan ibunya masih ada disana, membuat Kui Lin menjerit dan meronta. Tapi begitu Sin Hong menepuk bokongnya dan terbahak mendiamkan gadis ini akhirnya Kui Lin mengeluh dan memejamkan mata nikmat dibelakang punggung Sin Hong. Mengulang kembali kejadian lama di puncak Ta-pie-san. Dan begitu Kui Lin tak bergerak lagi diatas pundaknya sin Hong sudah meloncat dan "terbang" ke istana Kwan-wa-kung!
Pagi harinya, setelah semalam mereka menyerbu Lin-yen-san dan menangkap kaisar, Pendekar Gurun Neraka dan sahabat-sahabatnya menemui raja muda Kou Cien. Mereka melaporkan segala kejadian itu. Menceritakan semua keberhasilan mereka dalam perjuangan yang berat dan lama. Perjuangan yang makan waktu bertahun-tahun. Dan kaisar yang ditangkap dihadapkan pada raja muda ini lalu diputuskan untuk tidak diberi hukuman mati.
Ada dua pilihan yang disodorkan pada kaisar yang kalah ini. Tinggal sebagai tawanan atau tetap sebagai "raja" di sebuah wilayah kecil dengan seratus anggautanya. Jadi dibuang ditempat terasing dengan pengikut-pengikutnya yang tak berarti. Sebagian besar adalah keluarga kaisar itu sendiri untuk menerima hukumannya. Dua pilihan yang sama-sama berat bagi kaisar itu karena "anjlognya" terlalu dalam. Dari yang berkuasa menjadi yang dikuasai. Tapi kaisar yang sedang terpukul hebat oleh pengkhianatan selirnya itu tak menjawab.
Dia diam saja ketika raja muda yang menang itu bertanya kepadanya. Dan karena kaisar ini membisu tak memberi jawaban akhirnya Kou Cien menyuruh kaisar itu kembali dalam tawanannya. Memberi kesempatan untuk dua kali lagi pertanyaan. Jadi bagaimanapun masih memberi kesempatan pada bekas tawanan itu untuk memilih satu dari dua keputusan.
Dan karena menunggu kaisar itu sadar masih terlalu lama maka Pendekar Gurun Neraka dan anak isterinya kembali ke Ta-pie-san setelah beberapa hari kemudian dia membantu raja muda itu mengatur keamanan dalam negeri. Membantu Fan-ciangkun yang sibuk mengatur ini itu warisan perang. Menertibkan kembali suasana di kota raja akibat serbuan besar-besaran itu. Dan ketika semuanya beres dan dapat ditinggal pergi akhirnya rombongan kecil ini meninggalkan istana menolak semua hadiah, menyatakan bahwa perjuangan mereka itu adalah perjuangan tanpa pamrih. Hanya mengharap negara tenteram rakyat aman.
Hal yang membuat kaisar dan semua pembantu-pembantunya terharu. Tapi baru melangkahkan kaki beberapa tindak tiba-tiba sebuah berita baru mengejutkan mereka. Bahwa kaisar lama yang menjadi tawanan tewas membunuh diri. Tak kuat menahan semua kejadian yang menimpanya, terutama pengkhianatan selirnya tercinta itu Shi Shih. Dan Pendekar Gurun Neraka yang menarik napas mendengar ini tiba-tiba bergumam pendek memandang Fan-ciangkun yang ikut mengantarnya.
"Ciangkun, sebaiknya kau kembali. Biar kami pergi tanpa diantar."
Fan-ciangkun tertegun. Dia mendengar isak tertahan di belakangnya, isak Shi Shih yang ikut mengantar rombongan itu. Dan Shi Shih yang memutar tubuh melarikan diri tiba-tiba mengguguk dipandang panglima ini.
"Baiklah, maafkan aku. Pendekar Gurun Neraka. Tapi bagaimana pendapatmu tentang... hmm, tentang hubunganku ini?"
"Itu urusan pribadimu, ciangkun. Aku tak dapat memberi jawaban kecuali kalian sendiri."
"Baiklah dan aku akan mengikuti jejak kalian beberapa waktu lagi, Pendekar Gurun Neraka. Aku ingin menikah dengan kekasihku itu dan hidup menjauhi keramaian."
"Maksudmu?"
"Aku akan melepaskan kedudukanku dari istana, Pendekar Gurun Neraka. Aku ingin bersunyi diri sebagai petani. Aku ingin menjauhi keruwetan dunia dan mengajaknya membangun rumah tangga."
Pendekar Gurun Neraka tersenyum pahit. Dia tahu siapa yang dimaksud panglima itu. Shi Shih, wanita yang membuat panglima ini jatuh hati sedemikian lama. Kisah kasih yang penuh pengorbanan dan penderitaan. Dan ketika panglima itu menyampaikan selamat jalan padanya dan memutar tubuh melompat pergi akhirnya pendekar ini memandang anak isterinya.
"Bi moi. Kau lihatkah bagaimana perasaan panglima itu?"
"Ya." Ceng Bi menangguk, meneteskan air matanya. "Aku terharu akan cinta kasihnya, suamiku. Tapi dapatkah mereka hidup bahagia setelah melalui demikian banyak penderitaan?"
"Maksudmu?"
"Aku melihat Shi Shih bukan wanita sembarangan, suamiku. Aku melihat kesetiaan besar pada pandang matanya yang penuh kedukaan itu. Aku khawatir maksud Fan-ciangkun gagal."
Pendekar Gurun Neraka terkejut. "Kau yakin?"
Ceng Bi menghela napas. "Kau tanyalah pada enci Hong!"
Pek Hong mengangguk. "Aku melihat seperti apa yang dilihat Bi-moi. Yap-koko. Aku melihat selir itu tak dapat melupakan kaisar lama."
"Tapi dia telah menghancurkan kaisar itu. Dia telah membantu kita!"
"Hm. itu karena dorongan patriotismenya, Yap-koko. Tapi sebagai wanita, sebagai makhluk perasa yang melihat budi kaisar yang demikian berlimpah tak mungkin dia melupakannya begitu saja. Aku khawatir Fan-ciangkun masih harus mengalami penderitaan lebih besar setelah semuanya ini dikorbankan!"
Pendekar Gurun Neraka tertegun. Dia percaya omongan dua isterinya itu karena mereka juga sama-sama wanita. Jadi mengenal dan tentu lebih jelas penangkapannya dibanding dia. Tapi Bi Lan yang tak melihat Kun Houw tiba-tiba berseru heran.
"Eh, mana Houw-koko?"
Dan Sin Hong juga menyambung, "Dan saudara Liong Han juga tak ada, Lan-moi. Ke mana mereka? Bukankah... eh, mau ke mana kau, Lan-moi?" Sin Hong terkejut, melihat adiknya berkelebat meninggalkan mereka menuju ke barat tampak tergesa-gesa melihat bayangan Kun Houw mengejar seseorang. Dan Bi Lan yang berseru pada ayah ibunya dari kejauhan menjawab pertanyaan kakaknya ini.
"Aku menyusul Houw-koko yang mengejar seseorang, ayah. Biar kalian pergi dulu ke Ta-pie-san!"
Pendekar Gurun Neraka terkejut. Dia melihat Kun Houw ada di kejauhan sana. Meninggalkan mereka secara diam-diam mengejar seseorang. Dan Pendekar Gurun Neraka yang mengerutken kening mengkhawatirkan keselamatan paterinya itu berkata pada Sin Hong, "Kau kejar adikmu. Hong-ji. Kalau ada apa-apa beri tahu kami segera!"
Sin Hong mengangguk. Dia berkelebat mengejar adiknya yang sudah meloncat duluan itu, mengerahkan ginkangnya dan sebentar saja menyusul Bi Lan di belakang, melihat Kun Houw mengejar bayangan seseorang berkedok merah. So-beng! Dan Sin Hong yang terkejut melihat ini tiba-tiba berseru pada adiknya, "Lan-moi, kau kembali saja ke tempat ayah. Biar aku yang membantu Kun Houw!"
"Tidak!" Bi Lan menggeleng. "Aku melihat dua bayangan lain melompati tembok pintu gerbang, Hong-ko. Mereka tampaknya Hun Kiat dan gurunya!"
"Dan ke mana saudara Liong Han itu?"
"Entahlah, mungkin... bertemu dia!" Bi Lan tiba-tiba menuding melihat bayangan Liong Han berkelebat mengejar seseorang pula. Dan Bi Lan yang tertegun bingung tiba-tiba mendengar seruan kakaknya itu.
"Lan-moi, kau kejar saudara Liong Han itu. Biar aku mengikuti Kun Houw!"
Bi Lan mengangguk. Dia memutar arah berpisah dengan kakaknya itu, berkelebat mengejar bayangan Liong Han yang baru tampak di pintu gerbang timur. Dan Sin Hong yang juga mengejar Kun Houw di pintu gerbang barat akhirnya melepas adiknya menyuruh berhati-hati. Diam diam heran dan kaget bagaimana So - beng den Hun Kiat ada di situ, rupanya menyelinap di kota raja. Dan ketika dia tiba di sana melompati pintu gerbang ternyata Kun Houw celingukan mencari-cari.
"Houw-ko, kau mengejar So-beng, bukan?"
Kun Houw menggigit bibir, pucat mukanya, "Ya, dia menculik Kui Hoa, Sin Hong. Aku kehilangan jejak dan...." Kun Houw menghentikan kata-katanya mendengar jerit di pintu gerbang timur.
Dan Sin Hong yang terkejut mendengar jerit ini tiba-tiba berkelebat dengan muka berobah. "Celaka, itu suara Bi Lan!"
Dua orang pemuda ini melompat berbareng. Mereka terbang meluncur ke tempat itu. Kaget melihat Bi Lan menjerit dan rupanya menghadapi musuh tangguh. Dan ketika mereka ke sana melihat apa yang terjadi mendadak keduanya tertegun melihat Bi Lan terguling-guling di tanah berbatu, memekik di serang So-beng yang kini melarikan diri mengempit dua orang gadis yang bukan lain adalah Kui Hoa dan Kui Lin. Dan Bi Lan yang melompat bangun menjerit panjang berseru pada kakaknya itu,
"Hong-ko, Kui Lin dan Kui Hoa diculik Iblis Penagih Jiwa itu...!"
Sin Hong dan Kun Houw terkejut. Mereka menolong Bi Lan yang baru terlempar bergulingan, melihat So-beng meloncat jauh melarikan diri. Sebentar kemudian lenyap di dalam hutan yang terdapat di luar pintu gerbang. Dan Sin Hong serta Kun Houw yang terbelalak pucat tiba-tiba berseru meloncat ke depan.
"Bi Lan, beri tahu kepada ayah bahwa kami mengejar musuh. Tolong kau kembali!"
Bi Lan memandang marah. "Tidak, aku ikut kalian, Hong-ko Atau..." Bi Lan menghentikan kata-katanya, melihat kakaknya gemas dan menarik lengannya membawa lari, menuju hutan, maklum bahwa Bi Lan seperti ibunya yang keras hati dan keras kepala. Tak mau sudah kalau belum dituruti permintaannya. Dan Sin Hong yang mengejar Kun Houw yang meloncat duluan sudah menepuk pundak adiknya ini.
"Baiklah, baiklah anak bawel, kau memang keras kepala dan keras hati kalau tidak dituruti. Hayo cepat, kita bisa kehilangan jejak nanti" Sin Hong membetot adiknya, menyendak dan sebentar kemudian mengerahkan ginkang berkelebat memasuki hutan di depan. Tapi ketika mereka berada di sana dan celingukan ke sana ke mari mendadak terdengar suara berkerosak sebatang pohon yang jatuh menimpa mereka.
"Lan-moi, awas....!"
Bi Lan dan kakaknya meloncat. Mereka terkejut mengapa pohon itu tiba-tiba tumbang menimpa mereka, jatuh berdebum dengan suara dahsyat. Dan ketika mereka terkejut membelalakkan mata tiba-tiba pohon lain yang ada di kiri kanan juga tumbang berjatuhan menimpa mereka.
"Bum-bumm....!"
Sin Hong dan Bi Lan berlompatan. Mereka tentu saja kaget bagaimana pohon-pohon besar jatuh hampir bersamaan, mengurung mereka hingga tak dapat keluar. Dan ketika mereka terbelalak tak mengerti sekonyong-konyong suara tawa seseorang terdengar disusul berkelebatnya tiga bayangan yang melempar jala.
"Ha-ha, kalian seperti tikus terjepit, Sin Hong. Mampuslah....!"
Sin Hong kaget. Dia dan adiknya sudah di kurung oleh pohon -pohon besar yang bertumbangan itu, melihat bayangan Hun Kiat dan Mu Ba serta seorang nenek yang menjeletarkan cambuk, semua melempar jala ke arah dia dan adiknya yang ada di tengah. Dan karena mereka terkurung daun dan ranting pohon yang merepotkan di sekitar terpaksa Sin Hong berteriak keras sementara adiknya mencabut pedang.
"Plak-plak!"
Bi Lan dan kakaknya kaget. Mereka membabat jala yang meluncur turun itu, terkejut bahwa jala ini melentur seperti karet. Jadi tak dapat dibabat putus karena kelenturannya itu. Dan sementara mereka berseru keras melepaskan diri mendadak cambuk di tangan si nenek yang bukan lain Sin-yan Mo li adanya meledak menotok mereka.
"Bocah, kau robohlah... tar!"
Sin Hong mengerahkan sinkang. Dia dapat menolak balik cambuk yang mengenai tubuhnya itu, terkejut bahwa jala sudah menakup dan kini membungkus mereka berdua, sebentar kemudian menjerat hingga mereka tercekik! Dan ketika cambuk meledak dan kali ini menotok Bi Lan tiba-tiba Bi Lan melengking menggerakkan pedangnya.
"Tarr!!" Ujung cambuk masih sempat dibabat buntung. Tapi Hun Kiat dan gurunya yang tertawa bergelak menyerang dari kiri dan kanan tiba-tiba membuat Sin Hong mengeluh ketika pedang adiknya mencelat di pukul lepas oleh Hun Kiat yang membuat Bi Lan berteriak kaget, marah karena tak dapat melepaskan diri dari jeratan jala yang semakin mencekik. Dan ketika mereka meronta ronta namun jala semakin menyempit tahu tahu Mu Ba dan kawan-kawannya telah menotok mereka hingga roboh tak berkutik di dalam jala!
"Bruk!" Sin Hong dan Bi Lan marah bukan main. Mereka memaki kalang kabut pada musuh yeng berbuat curang ini, tak berdaya karena ruang geraknya dipersempit, dikepung pohon-pohon yang roboh bergelimpangan membuat mereka mudah terjerat jala. Kini tertotok dan diseret tiga orang itu yang tertawa tawa memandang mereka. Dan Hun Kiat yang langsung menghampiri, Bi Lan sudah berseri menowel pipi gadis ini.
"Ha ha, kau cantik, Bi Lan. Kau pantas menjadi kekasihku!"
Hun Kiat sudah mencium, bangkit nafsunya dan bergairah sekali memandang puteri Pendekar Gurun Neraka itu. Tapi Bi Lan yang memaki dan melengos ke kiri tiba-tiba meludahi muka pemuda ini dengan kata-kata marah, "Hun Kiat, kau pemuda tak tahu malu. Kau iblis keji yang hina-dina.... cuh!"
Hun Kiat terkejut. Dia terbelalak dan marah memandang gadis ini, mencengkeram dan tiba-tiba menyentak Bi Lan dari dalam jalanya, mau memaksa gadis itu untuk mencium kembali. Tapi bayangan merah yang berkelebat membentak tiba-tiba membuat pemuda itu tertegun kecewa.
"Hun Kiat, jangan main-main. Cepat ke Hwee-seng-kek (Lembah Gema Suara) sesuai rencana!"
Sin Hong dan Bi Lan terkejut. Mereka melihat So-beng muncul di situ, memanggul Kui Hoa dan adiknya yang rupanya pingsan, membentak Hun Kiat melotot pada mereka. Dan Hun Kiat yang mengangguk dan tertawa aneh lalu menyambar puteri Pendekar Gurun Neraka ini menyuruh gurunya membawa Sin Hong
"Suhu, bawa yang jantan itu, biar yang betina ini untukku!"
Mu Ba mengangguk. Dia sudah menyendal jalanya membuat Sin Hong mendesis karena tubuhnya terangkat dengan kasar. Dan ketika So-beng memberi tanda berkelebat lenyap maka Mu Ba dan teman-temannya ini mengikuti. Dipandang Sin Hong yang berdebar tak enak karena melihat Kun Houw. Dan Bi Lan yang juga tak melihat Liong Han akhirnya menggigit bibir memaki maki sepanjang jalan, melepas semua kemarahannya pada iblis-iblis yang garang itu.
Tapi So-beng dan teman temannya yang tak menghiraukan semua makian itu tetap berkelebat menerobos hutan menuju Hwee-seng kok. Tempat yang tak diketahui Bi Lan dan kakaknya dimana, Dan begitu semuanya lenyap meninggalkan hutan akhirnya tempat itupun sepi kembali seperti semula.
"Yap Koko, ke mana anak-anak itu tadi?! Kenapa lama benar?"
Pendekar Gurun Neraka mengerutkan alisnya. "Mengejar Kun Houw, Hong-moi. Bukankah kita tahu?"
"Tapi kenapa lama amat? Aku khawatir. Yap-koko. Jangan jangan mereka mendapat halangan!" Pek Hong gelisah, melihat suami mereka itu masih bersikap tenang meskipun air muka tampak menunjukkan kekhawatiran.
Dan Ceng Bi yang juga berhenti menghapus keringatnya akhirnya ngambek tak mau meneruskan perjalanan. "Suamiku, aku mendapat firasat tak enak. Sebaiknya kita kembali mengikuti jejak anak-anak itu!"
"Ah, mereka bukan anak-anak kecil lagi, Bi-moi. Bukankah mereka dapat menjaga diri dan selama ini tak perlu kita lindungi?"
"Benar, tapi So-beng dan beberapa temannya yang lain masih hidup, suamiku. Dan kita merencanakan untuk mencari Iblis Penagih Jiwa ini. Enci Hong masih menyimpan ganjalan hatinya untuk tewasnya mendiang suhunya!"
Pendekar Gurun Neraka menarik napas. "Jadi bagaimana maksud kalian?"
"Kita kembali. Kita cari anak-anak itu!"
Pendekar Gurun Neraka mengangguk. Sebenarnya mereka telah cukup jauh meninggalkan kota raja, diam-diam heran dan cemas juga kenapa Sin Hong dan Bi Lan belum datang menyusul. Tapi begitu mengangguk memutar tubuh tiba-tiba sebuah bayangan berteriak di belakang mereka.
" Paman, tolong. Sin Hong dan Bi Lan diculik So-beng..."
Pendekar Gurun Neraka terkejut. Dua isterinya juga terbelalak, melihat Han Bu datang berlarian dengan keringat bercucuran, terluka pun tidaknya dan tampak pucat memanggil mereka. Dan Pendekar Gurun Neraka yang berkelit memapak pemuda ini tiba tiba melihat cucu nomor dua dari mendiang Pendekar Kepala Batu itu roboh terguling!
"Paman, tolong. Sin Hong diculik..."
Pendekar Gurun Neraka tersentak. Dia mennolong dulu keponakannya ini, melihat Han Bu terengah dan menuding-nuding ke belakang, gagap dan tampak bingung dengan muka menunjukkan kekhawatiran hebat. Dan Ceng Bi serta Pek Hong yang juga sudah melompat menghampiri pemuda ini akhirnya mengangkat bangun pemuda itu.
"Tenang, apa yang terjadi. Han Bu? Mana kakakmu?"
"Ah, mereka....ayah dan Ki-ko (kakak Ki) menghadang iblis-iblis itu di belakang, paman. Mereka melihat Sin Hong dan Bi Lan di pondongan iblis iblis jahat itu....!"
"Siapa saja?"
"So-beng dan teman-temannya. Termasuk Hun Kiat pemuda keparat itu. Mereka menuju ke Hwee-seng kok!"
Pendekar Gurun Neraka tertegun. Dia tampak terkejut mendengar disebutnya nama Lembah Gema Suara ini, tergetar dan sekilas menunjukkan muka yang berobah hebat. Pucat. Tapi Pendekar Gurun Neraka yang sudah menyambar Han Bu di atas pundaknya tiba-tiba menyentak dua isterinya di kiri kanan. "Hong-moi, Bi-moi, cepat. Anak-anak berada dalam bahaya kalau sampai memasuki lembah beracun itu!"
Ceng Bi dan Pek Hong mengangguk. Mereka sendiri sudah memegang lengan suami mereka erat-erat, mendengar Pendekar Gurun Neraka mengeluarkan suara aneh dari tenggorokannya, menjejakkan kaki dan tiba-tiba terbang ke tempat yang ditunjukkan Han Bu. Dan ketika mereka tiba di tempat di mana Sin Hong dan Bi Lan tertangkap jala dikelilingi pohon-pohon yang tumbang akhirnya pendekar ini menggeram bertanya pendek.
"Ke mana mereka, Han Bu?"
"Ke timur, keluar hutan ini, paman. Kami menjumpainya di luar hutan sebelah sana !"
Pendekar Gurun Neraka berkelebat. Dia kembali menarik dua istermya itu agar selalu menempel di tubuhnya, tak sampai ketinggalan, melekat dan diajak bersama menerobos hutan sebelah timur. Cepat luar biasa. Seolah tak menginjak bumi lagi bagai setan yang terbang! Tapi begitu tiba di hutan sebelah sana tiba-tiba pendekar ini tertegun ketika melihat tiga sosok tubuh bergelimpangan di tempat itu.
"Ceng Han-ko (kakak Ceng Han).....!"
Ceng Bi meloncat, melihat kakaknya mandi darah di tempat itu dengan luka menembus lehernya, menganga lebar disambar senjata tajam. Dan Ceng Bi yang menangis tersedu - sedu membalik tubuh kakaknya ini tiba-tiba menjerit dan hampir pingsan melihat bahwa kakaknya itu telah tewas.
"Ahh...!" Ceng Bi terguling, roboh di pelukan suaminya yang secepat itu menangkap wanita ini. Melihat Ceng Bi mengguguk dan menjerit histeris kaget dan marah melihat kematian kakaknya yang mengerikan.
Dan Han Bu yang juga terbelalak melihat kematian ayahnya ini tiba-tiba menggigil dan menangis menubruk mayat ayahnya Itu. "Ayah....."
Keadaan menjadi menyedihkan, Dua orang itu sama-sama menangis untuk kematian orang yang mereka cinta. Tapi Han Bu yang melompat bangun mengepal tinju tiba-tiba memekik dan berlari keluar hutan.
"So-beng, kau pembunuh. Kau jahanam keparat!"
Pendekar Gurun Neraka terkejut. Dia melihat keponakannya ini menjadi histeris dan kehilangan kontrol, berlari seperti terbang mencari iblis Penagih Jiwa itu, berteriak-teriak, mengamuk dan menghantam pohon di kiri kanan hingga jatuh bangun. Tak tahu bahwa sebuah jurang menganga di depan. Dan Pendekar Gurun Neraka yang tentu saja kaget membelalakkan mata tiba-tiba berkelebat ke depan menyerahkan Ceng Bi pada isterinya pertamanya.
"Bu-ji. awas....!"
Han Bu seperti gila. Dia berlari terus sambil berteriak-teriak, tak mendengar atau agaknya tak menghiraukan seruan itu, mendongak sambil menghantami apa saja yang ada didekatnya. Dan persis dia tiba di mulut jurang ini dan terjeblos ke bawah barulah pemuda itu terkejut dan sadar akan bahaya diri sendiri.
Tapi Pendekar Gurun Neraka telah terbang menyusulnya menggerakan lengan melakukan pukulan jarak jauh, menahan pemuda itu dengan angin pukulannya yang dahsyat. Dan ketika Han Bu tertegun dengan membelalak tahu-tahu pendekar ini mengebutkan lengan bajunya menarik pemuda itu.
"Bress!" Han Bu tersedot selamat, terbanting jatuh dan terguling-guling di tanah yang keras, mengeluh dan sadar bahwa Pendekar Gurun Neraka telah menolong jiwanya dari mulut jurang yang dalam. Dan Han Bu yang menangis menubruk pamannya akhirnya tersedu sedu teringat kematian ayahnya itu.
"Paman, So-beng membunuh ayahku. Iblis keparat itu membunuh ayahku!"
"Diamlah," Pendekar Gurun Neraka menotok keponakannya ini. "Bukan hanya ayahmu saja yang dibunuh Iblis Penagih Jiwa itu, Han Bu. Tapi juga orang-orarg lain yang kita cintai. Ayo kita kembali, kakakmu masih ada di sana dan seseorang yang belum kita ketahui."
Han Bu teringat. Dia mengangguk dibebaskan kembali totokannya, merasa lebih tenang setelah perdekar ini mengusap keplanya. Dan Han Bu yang kembali bersama pendekar sakti itu akhirnya melihat Ceng Bi dan Pek Hong bercucuran air mata menolong dua tubuh yarg tergeletak di samping mayat Ceng Han, yakni Han Ki dan seorang kakek tua yang kini dikenali sebagai Phoa-lojin adanya, tukang ramal yang menjadi guru mendiang Gin-ciam-siucai Hok Sun, kakek dari Hok Lian yang diperkosa Hun Kiat itu.
Dan ketika Pendekar Gurun Neraka membalik tubuh kakek ini ternyata Phoa lojin juga tewas seperti Ceng Han itu, hancur dadanya menerima pukulan berat. Tapi ketika Pendekar Gurun Neraka memeriksa Han Ki ternyata pemuda ini selamat meskipun leher dan pundaknya termakan senjata.
"Hm, kakakmu masih hidup. Bu-ji. Sebaiknya tolong kakakmu ini." Pendekar Gurun Neraka mengeluarkan sebutir obat, menelankannya pada mulut Han Ki yang pingsan dan menyerahkannya pada Han Bu, yang girang dan bersyukur bahwa kakaknya itu masih selamat, tak sampai tewas seperti ayah mereka.
Dan Pendekar Gurun Neraka yang mengajak dua isterinya merawat dua jenasah yang lain lalu mengubur Phoa lojin dan Ceng Han di tempat itu, menggali lubang dan melihat Ceng Bi masih menangis tiada hentinya, menggigit bibir dan mengepal tinju penuh sakit hati. Dan ketika semuanya selesai dan Han Ki dapat disadarkan akhirnya pendekar ini berkata pada yang lain-lain,
"Bi-moi. Disini kita lanjutkan perjalanan. Han Ki dan Han Bu biar ikut kita. Hwee-seng-kok masih jauh. Kita harus cepat-cepat menyelamatkan anak-anak kita."
Ceng Bi menubruk suaminya. Sekarang dia kehilangan saudara kandung, padahal baru beberapa waktu dia kehilangan ayahnya juga. Tapi Pendekar Gurun Neraka yang menghibur menyuruh isterinya diam akhirnya membawa mereka semua meninggalkan hutan itu, mengejar ke Hwee-seng-kok karena mereka harus berlomba dengan waktu. Dan ketika di tengah perjalanan kembali mereka menemukan sesosok tubuh yang bukan lain si Belut Emas Cui Lok akhirnya Ceng Bi mendengus berkata penuh dendam.
"Kita harus membunuh musuh-musuh kita itu, suamiku. So-beng dan semua teman-temannya harus kita basmi!"
Pendekar Gurun Neraka tersenyum pahit. Dia menghela napas mendengar suara yang penuh kebencian dari isterinya ini. Tapi karena musuh memang terlalu jahat dan harus dibasmi dia pun mengangguk dan meneruskan perjalanan, diam-diam cemas karena di sepanjang jalan mereka tak menemukan apa-apa lagi. Entah musuh tak melalui tempat itu ataukah apa. Dan ketika beberapa hari kemudian mereka melakukan perjalanan tanpa henti akhirnya Hwee-seng-kok pun tampak di depan mata!
"Hm, kita sudah sampai, Bi-moi. Tapi kenapa sunyi sunyi saja?"
Ceng Bi menggigil. Lembah Gema Suara itu tampak angker, sunyi dan menyeramkan seperti yang dikata suaminya. Masih berkabut seperti dulu dulu juga dan gelap. Pohon-pohonnya rapAt dan tinggi besar seolah angkuh menantang langit. Tampak dingin dan sombong. Dan Ceng Bi yang kelelahan memandang lembah ini tiba-tiba menangis teringat Sin Hong dan Bi Lan.
"Apakah mereka belum datang, suamiku. Ataukah kita yang terlalu cepat?"
Pendekar Gurun Neraka memberi isyarat. Dia tak menjawab pertanyaan isterinya itu, mendengar suara yang amat halus di belakang mereka. Dan persis dia mengerutkan kening tahu-tahu lima buah gelang meluncur menyambar mereka dari belakang.
"Awas ..!" Pendekar Gurun Neraka membalik, mengebutkan lengannya dan langsung menghantam lima senjata gelap yang meluncur di belakang mereka itu, terpental dan runtuh, melihat beberapa bayangan berkelebat muncul dan tertawa bergelak mengepung mereka berlima. Dan ketika Pendekar Gurun Neraka tertegun melihat siapa yang datang ternyata itu adalah So-beng dan rombongannya yang membawa Sin Hong dan Bi Lan!
"Ha-ha, selamat datang. Pendekar Gurun Neraka. Kiranya kalian talah dipandu oleh bocah yang sengaja kutinggalkan hidup itu!" So - beng berkelebat maju, menuding Han Ki yang marah memandang Iblis Penagih Jiwa ini, membentak dan siap menerjang maju. Tapi Ceng Bi yang sudah melengking tinggi melompat mendahului tiba tiba menyerang menghantam iblis berpakaian merah ini.
"So-beng, kau jahanam keparat!"
So-beng tersenyum. Dia menyodorkan tubuh Sin Hong menangkis pukulan wanita ini, tertawa aneh. Dan Ceng Bi yang tentu saja terkejut menarik pukulan segera memaki lawannya dan melompat mundur, melihat Mu Ba dan Hun Kiat serta yang lain-lain mengepung mereka.
Dan Pendekar Gurun Neraka yang maju menangkap isterinya sudah memutar tubuh menghadapi orang orang ini. "So-beng, apa yang kau maui? Kenapa kau menangkap anak-anak kami yang tidak berdosa?"
"Ha-ha, tidak berdosa menurut katamu, Pendekar Gurun Neraka. Tapi bersalah besar menurut kami. Kami datang untuk minta keadilan padamu!"
"Hm," Pendekar Gurun Neraka mengerutkan alis, masih bersikap tenang. "Keadilan tentang apa maksudmu? Keadilan macam bagaimana?"
"Kami ingin tukar-menukar jasa, Pendekar Gurun Neraka. Kami ingin menyelesaikan semua persoalan di antara kita!"
"Bagus, itu juga maksudku. Tapi kenapa kau menangkap anak-anak? Bebaskan mereka bila kau ingin menyelesaikan semua urusan denganku. So beng. Aku siap menghadapi siapapun dari kalian!"
"Hm," So-beng tertawa aneh, mengejek pendekar itu. "Aku bukan mengajak bertempur, Pendekar Gurun Neraka. Justeru sebaliknya untuk mengajak damai. Aku ingin kau tak mengganggu kami lagi dengan menyerahkan putera puterimu ini!"
"Maksudmu?"
"Permusuhan kita impas setelah kau berjanji untuk tidak mengejar ngejar kami. Dan untuk imbalannya kami akan menyerahkan kembali dua orang anakmu ini dengan selamat."
"Keparat!" Ceng Bi melengking. "Kau licik, So beng. Kau bicara seenaknya saja setelah kau membunuh kakakku?"
"Ya, dan kau telah membunuh guruku, Iblis Penagih Jiwa. Tak mungkin seenak itu kau minta bebas setelah seenak hatimu kau membunuh orang-orang yang kami cinta!" Pek Hong juga mengepal tinju, membentak Iblis Penagih Jiwa itu dan marah memandang lawan.
Dan So beng yang tertawa mengejek tiba-tiba menimang-nimang tubuh Sin Hong. "Hm, justeru itulah kami sekarang tak mau membunuh dua orang anak-anakmu ini hujin, Kami membunuh karena juga menagih jiwa. Mereka telah membunuh pula orang-orang yang kucintai. Termasuk perbuatan kalian menghancurkan kerajaan dan membunuh pula suhengku!"
Ceng Bi dan Pek Hong mengerutkan alis. Mereka teringat bahwa Iblis Penagih Jiwa ini adalah sute dari panglima Ok yang jatuh di jurang itu. Tewas ketika menerima pukulan suami mereka. Dan mereka yang tentu saja tertegun tak menjawab akhirnya menoleh, pada suami mereka yang sejak tadi juga mengerutkan alis dengan bingung.
"Bagaimana, Pendekar, Gurun Neraka? Kau dapat memberi jawabanmu?"
"Tidak!" Han Bu tiba-tiba membentak. "Kau dan bocah she Hun itu berhutang lebih banyak jiwa kepada kami, So-beng. Hun Kiat telah membunuh kakekku dan kau membunuh ayahku. Kami ingin membalas dendam!"
Han Ki juga melompat maju. "Benar, kalian berhutang lebih banyak jiwa kepada kami, Iblis Penagih Jiwa. Aku ingin membalas kematian ayah dan kakekku!"
Sin-yan Mo-Ii tiba tiba menjeletarkan cambuk, terkekeh meloncat dari rombongan Iblis Penagih Jiwa itu. "Hieh kucing-kucing muda ini sebaiknya dibungkam dulu, So-beng. Atau biarkan saja mereka maju melawan kita?"
"Hm," Iblis Penagih Jiwa mengejek. "Aku tak takut menghadapi kalian, anak-anak. Tapi sebaiknya tanya dulu pendapat Pendekar Gurun Neraka. Apakah kalian berdiri sendiri atau bergabung dengan paman kalian itu!"
"Keparat!" Han Bu menerjang, tak kuat menerima sikap lawan yang mengejek merendahkannya. Dan pemuda yang melengking dengan pukulan Pek hong-ciangnya pun sudah berkelebat ke depan menampar lawan, marah bukan main teringat kematian ayahnya. Tapi So-beng yang mendengus mengibaskan lengan tiba-tiba menangkis dan menbentak pemuda itu.
"Dukk!" Han Bu terbanting. Pemuda ini kalah kuat, tapi ketika dia melompat bangun untuk menyerang lagi dengan nekat tiba-tiba Pendekar Gurun Neraka telah menekan pundaknya dengan bisikan perlahan, "Bu-ji, jangan mengumbar kemarahan dulu. Lihat keadaan Sin Hong dan Bi Lan!"
Han Bu terbelalak. Dia jadi menahan kemarahannya itu ketika melihat Sin Hong dan Bi Lan ditekan ubun-ubunnya, siap dibunuh dengan pukulan maut. Ancaman kalau pihak musuh terancam! Dan Han Bu yang tentu saja menggeram melihat ini mendengar Iblis Penagih Jiwa itu tertawa mengejek.
"Pendekar Gurun Neraka, kami tak mau main-main dengan bocah cilik. Sebaiknya kau putuskan dulu penawaran kami tadi. Kalau kau menolak kami siap mampus ditanganmu tapi semua anak-anakmu akan kami bunuh terlebih dahulu. Nah. tentukanlah sikapmu!"
So-beng rupanya gentar, amat menakuti kepandaian pendekar sakti ini hingga minta jalan "damai" dengan cara menangkap anak anak Pendekar Gurun Neraka itu. Menjebaknya dengan cara curang. Dan Sin Hong yang terbelalak dengan muka merah tiba tiba berseru,
"Ayah, bunuh saja orang-orang ini. Jangan hiraukan diriku!"
"Benar," Bi Lan juga berteriak, tak berdaya di bawah totokan. "Bunuh saja orang-orang itu ayah. Kami siap mati asal mereka juga di basmi...!"
Pendekar Gurun Neraka tertegun. Ceng Bi menangis terisak-isak dan Pek Hong yang juga mencucurkan air mata melihat keadaan anak anak mereka itu tiba-tiba dipandang suaminya.
"Bagaimana, Hong-moi? Kalian mempunyai jalan keluar?"
"Tidak...." Pek Hong gemetar. "Aku tak tahu bagaimana sebaiknya. Yap koko. Tapi kumohon padamu agar anak-anak kita tidak sampai terbunuh!"
"Hm, itu berarti menyerah pada kehendak mereka, Hong-moi. Kau siap memenuhi permintaan ini?"
Pek Hong bingung. Dia juga tak tahu harus bersikap bagaimana saat itu. Maklum, So-beng dan teman-temannya berhutang jiwa dan keributan yang besar kepada mereka. Telah membunuh gurunya dan Ciok-thouw Taihiap. Juga Ceng Han dan orang-orang lain. Terlalu banyak disebutkan satu persatu. Tapi karena anak-anak mereka tertangkap di tangan iblis-iblis keji itu dan mereka juga harus menyelamatkan anak-anak ini, akhirnya Pek Hong dihadapkan satu di antara dua pilihan. Membunuh orang orang itu tapi Sin Hong dan Bi Lan juga akan terbunuh ataukah membebaskannya begitu saja dan semua sakit hatinya dianggap tidak ada!
"Bagaimana Hong-moi? Kita menyerah?" Pendekar Gurun Neraka kembali bertanya, bingung melihat isterinya juga bingung. Tapi ketika Pek Hong tak menjawab juga dan malah menangis semakin deras, tiba-tiba pendekar ini menghadapi isterinya nomor dua. "Bi-moi, bagaimana pendapatamu? Kita menyerah dan menghapus semua dendam?"
Ceng Bi tak dapat menjawab. Dia terang tak setuju membebaskan orang-orang jahat itu setelah mereka membunuh ayah dan kakaknya. Tapi karena sekarang Bi Lan dan Sin Hong ada di tangan orang-orang itu akhirnya wanita ini mengguguk dan memandang anak anaknya dalam tawanan orang orang itu. "Aku tak tahu, suamiku. Tapi aku minta anak-anakku selamat. Mereka harus dibebaskan!"
"Hm, itu artinya menyerah. Jadi kita tunduk pada mereka?"
Tapi Sin Hong dan Bi Lan berterik, berseru pada ayah ibunya itu, "Tidak, jangan menyerah pada iblis-iblis busuk ini ayah. Kematian kong-kong dan saudara-saudara lain hurus dibalaskan! Jangan hiraukan kami. Kami rela mati asal mereka semua dibasmi....!"
Ceng Bi menggigit bibir; "Tidak... kalian tak boleh mati, nak... kalian harus hidup dan tak boleh menjadi korban orang-orang biadab ini...!" dan Ceng Bi yang memutar tubuh menghadapi lawannya tiba tiba berkata, "So-beng, bagaimana jika dua orang anak itu kutukar dengan jiwaku? Bebaskan mereka, biar kuganti dengan kematianku."
So-beng terkejut. Tapi belum dia menjawab tiba-tiba Pek Hong yang dapat mengerti perasaan madunya mendadak juga melompat maju, berseru nyaring. "Benar, dan bukan satu jiwa yang akan diserahkan padamu, So-beng. Melainkan dua jiwa karena aku juga ikut. Bebaskan mereka, kuganti mereka berdua dengan jiwa kami!"
So beng membelalakkan matanya. Dia terkejut dan tertegun oleh pernyataan dua wanita cantik ini dua isteri Pendekar Gurun Neraka yang sama-sama siap menyerahkan diri sebagai ganti keselamatan Sin Hong dan Bi Lan. Pengorbanan seorang ibu yang memuncak dalam kekhawatiran hebat. Klimaks dari kasih sayang!
Dan Pendekar Gurun Neraka serta Han Bu dan Han Ki yang juga terkejut oleh pernyataan dua wanita in tiba-tiba mendelong dan kaget bukan main. Tapi Pendekar Gurun Neraka melompat maju, menarik dua isterinya dengan muka berobah, pucat dan merah berganti-ganti. Dan pendekar yang terkejut dengan seruan dua isterinya itu sudah membentak dengan suara kaget,
"Bi-moi, kalian gila? Pek Hong, kau tidak waras?"
Tapi dua isteri Pendekar Gurun Neraka yang meronta melepaskan diri mendadak sama-sama marah pada suami mereka itu. "Biar, kami menghendaki keselamatan Bi Lan dan Sin Hong, yap-koko. Dan untuk itu kami rela berkorban. Dulupun kami telah mempertaruhkan nyawa katika melahirkan mereka!"
Pendekar Gurun Neraka tertegun. Dia terang pucat memandang dua isterinya tercinta ini, Diam-diam menyambar So-beng dan kawan-kawannya dengan pandangan penuh ancaman. Pandangan yang membuat bulu roma bergidik karena tampak begitu ganas dan berkilat kilat. Bagai seekor naga yang mulai disakiti. Bangkit segala getaran dan kemarahannya. Mengejutkan semua orang karena mata Pendekar Gurun Neraka tiba-tiba mencorong bagai mengeluarkan api!
Dan So-beng yang tentu saja terkejut oleh hawa menakutkan yang keluar dari tubuh Pendekar Gurun Neraka tiba-tiba tertawa dan mundur setindak, terdorong oleh wibawa menakutkan yang keluar dari pendekar sakti itu. Maklum bahwa tak mungkin baginya meluluskan permintaan dua wanita ini karena Pendekar Gurun Neraka tentu tak akan memberi ampun pada mereka. Bakal melumat dan menghancurkan mereka. Lebih baik melalui jalan damai! Dan So-beng yang tertawa melangkah mundur tiba-tiba berkata serak,
"Tidak, kami tak dapat meluluskan permintaan kalian, hujin (nyonya). Kami tetap pada permintaan kami melakukan tukar-menukar dengan cara itu saja. Kami minta semua perhitungan lunas dan anak-anakmu akan kami bebaskan."
Ceng Bi melotot. Dia tak tahu bahwa So-beng dan teman-temannya lega kembali setelah melihat sorot yang luar biasa dari tubuh Pendekar Gurun Neraka lenyap. Hilang sudah setelah Iblis Penagih Jiwa itu menolak keinginan Ceng Bi. Dan Ceng Bi yang tentu saja marah dan bingung akhirnya mendengar suaminya berkata, perlahan tapi tegas dan mantap.
"Baiklah, kami akan memenuhi permintaanmu, So-beng Sekarang lepaskan anak-anakku dan perhitungan di antara kita impas!"
"Ha-ha, cukup begitu saja. Pendekar Gurun Neraka? Siapa yang kau maksud kami? Jawabanmu kurang tegas, ikut sertakan pula dua orang anakmu yang kami tangkap ini. Juga dua bocah she Souw itu!"
Pendekar Gurun Neraka tertegun. Sebenarnya dia bersikap cerdik dengan kata-katanya tadi. Hanya memaksudkan dia dan isterinya sebagai "kami", tak mengikutsertakan Han Ki dan adiknya serta Sin Hong dan Bi Lan agar mereka dapat membasmi iblis iblis jahat itu. Tapi karena So beng rupanya juga cerdik dan dapat menangkap apa yang dia katakan akhirnya pendekar ini terpaksa mengangguk dan berkata lagi "Baiklah, empat orang muda ini tak akan membalas apa-apa pada dirimu, So-beng. Sekarang bebaskan mereka dan cepat penuhi janjimu?"
So-beng tertawa bergelak. Dia membebaskan totokan Sin Hong dan melempar pemuda itu pada ayahnya, memberi isyarat agar Hun Kiat yang membawa Bi Lan juga melepas gadis itu pada orang tuanya. Tapi Hun Kiat yang mengerutkan kening tertawa mengejek tiba-tiba berseru,
"So-beng, aku melihat sesuatu yang tidak beres di sini Pendekar Gurun Neraka hanya berjanji padamu seorang. Bukan kepada kami semua disini"
So-beng terkejut. "Apa maksudmu?"
"Hm," Hun Kiat menjengek, masih belum melepaskan Bi Lan. "Pendekar Gurun Neraka hanya berjanji padamu seorang Iblis Penagih Jiwa. Dengar saja kata-katanya tadi bahwa mereka tak akan membalas apapun pada dirimu. Bukankah ini berarti kami yang lain akan menerima resiko dan membiarkanmu selamat sendirian? Tidak, kau tak boleh enak sendiri, So-beng Pendekar Gurun Neraka harus menunjukan janjinya kepada kami semua. Bukan pada dirimu seorang."
Mu Ba dan yang lain-lain ribut. Mereka mendusin setelah sekarang Hun Kiat menyebutkan soal itu. Sadar bahwa Pendekar Gurun Neraka memang menyebutkan janjinya peda Iblis Penagih Jiwa. Berarti khusus untuk Iblis Penagih Jiwa itu dan bukan kepada mereka semua. Dan Mu Ba yang tentu saja terkejut menggeram marah lalu melompat maju mempengaruhi teman-temannya, berkata pada Sin-yan Mo-li, "Bagaimana pendapatmu Moli? Bukankah apa yang dikatakan muridku benar? Pendekar Gurun Neraka hanya menyebutkan janjinya untuk So-beng, bukan untuk kita semua!"
Sin-yan Mo li menjeletarkan cambuk. "Benar, kita hampir terkecoh oleh janji Pendekar Gurun Neraka, Mu Ba. So-beng tak boleh enak sendirian. Kita semuanya juga harus mendapatkan janji pendekar itu... Tar-tar!"
Pendekar Gurun Neraka terbelalak. Dia terkejut melihat Hun Kiat tampil dengan kata-katanya itu, jitu sekali karena dia memang menyatakan janjinya pada So-beng. Diam-diam tertegun bahwa murid Sin-Thouw-liong Mu Ba itu memiliki kecerdikan yang tak kalah tinggi dengan Iblis Penagih Jiwa. Dapat "mengendus" apa yang tidak beres. Dan Pendekar Gurun Neraka yang tentu saja terkejut membelalakkan mata akhirnya mendengar orang orang itu berteriak pedanya untuk mengulang janji.
Dari di sini dapatlah dilihat betapa besar kekuatan Pendekar Gurun Neraka. Betapa dia amat ditakuti dan disegani lawan. Semuanya ingin selamat dan tak mau berhadapan dengan pendekar besar itu. Dan karena lawan telah mengetahui aksinya dan Pendekar Gurun Neraka tak dapat berkutik lagi terpaksa pendekar ini mengulang janjinya bahwa dia dan semua anak isterinya yang ada di tempat itu tak akan mengganggu iblis iblis ini. Dan begitu janji selesai diucapkan tiba tiba Bi Lan dibebaskan dan dilemparkan ke arah pendekar sakti itu.
"Ha-ha, terima kasih, Pendekar Gurun Neraka. Sekarang kami bebas"
Tapi dua lengkingan tinggi tiba-tiba mengejutkan semua orang. Dua bayangan berkelebat di mulut lembah, muncul membentak rombongan Iblis Penagih Jiwa. Dan ketika semua mata terbelalak tahu tahu Kun Houw dan Liong Han telah muncul di situ dengan senjata di tangan!
"So beng hutang dosamu terlalu banyak. Kami yang akan mewakili Pendekar Gurun Neraka membasmi kalian...!"
So-beng dan teman temannya terkejut. Mereka terbelalak melihat Kun Houw dengan Pedang Medali Naganya itu, bergetar berapi api memandang mereka tegak dengan muka marah. Dan Pendekar Gurun Neraka yang tiba-tiba tersenyum melihat kedatangan puteranya ini tiba-tiba berseru dengan wajah berseri,
"So-beng, Kun Houw tak masuK dalam janjiku tadi. Dia datang di luar perhitungan kita!"
So-beng tertegun. Dia memang harus mengakui itu, tak dapat berbuat banyak. Apalagi Sin Hong dan adiknya juga sudah dibebaskan. Berarti mereka harus menghadapi murid Bu-tiong-kiam yang amat lihai ini, gagah dan diam-diam membuat dia merasa kecut! Tapi So-beng yang tertawa melompat mundur tiba-tiba berkata serak pada teman-temannya dibelakang, "Mu Ba. Kun Houw sudah datang mengancam kita. Apa yang hendak kita lakukan padanya?"
Mu Ba melirik gentar. "Sebaiknya kita bunuh pemuda itu, So-beng. Tapi Pendekar Gurun Neraka tak boleh membantu!"
"Tentu, Pendekar Gurun Neraka tak akan membantu siapapun, Mu Ba. Aku percaya dia tak akan menjilat janji!"
Mu Ba menoleh kiri kanan. "Kalau begitu kau majulah, biar aku di belakang!"
So-beng terkejut. "Apa maksudmu?"
Mu Ba tertawa menyeringai. "Kami telah berkali-kali menghadapi pemuda ini, Iblis Penagih Jiwa. Sekarang kami ingin melihat kau menghadapi pemuda itu. Kau majaulah biar kami di belakang!"
"Pengecut!" So-beng tiba tiba marah. "Kita semua harus membunuh pemuda ini. Mu Ba. tak ada yang di belakang atau di muka!"
Tapi Mu Ba tetap menggeleng. Dia mengetahui benar kehebatan murid Bu tiong kiam itu. Berkali-kali merasakan kelihaiannya yang luar biasa Apalagi Kun Houw memegang Pedang Medali Naga. Pedang yang ampuh dan amat luar biasa! Dan Mu Ba yang mundur tak malu-malu menunjukkan kegentarannya, tiba-tiba tertawa mengejek memandang yang lain.
"Mo-li, kan berani menemani Iblis Penagih Jiwa itu? Kau majulah di depan, kau temani dia. Biar aku di belakang!"
Sin-yan Mo-li terbelalak. Dia marah malihat sikap Mu Ba yang pengecut itu, belum merasakan sendiri kelihaian Kun Houw karena jarang dia keluar. Tapi karena dia telah mendengar kehebatan pemuda ini dari mulut ke mulut akhirnya diapun ragu tapi juga mendongkol, melihat So-beng membeliak seakan hendak menelan iblis tinggi besar itu dengan matanya bulat-bulat, gusar bukan kepalang. Dan Sam hek-bi kwi yang juga mundur dibelakang Mu Ba tiba-tiba dipandang Iblis Penagih Jiwa ini.
"Kalian juga tak mau maju, Bi Kwi?"
Bi Kwi gentar. "Kun Houw mencari dirimu, So-beng. Kami melihat saja keadaan kalau Kun Houw menyerang!"
"Keparat, tapi kita semua yang diincar pemuda ini, Bi Kwi. Kita semua harus bersatu-padu menghadapi pemuda itu. Ini kesempatan terakhir bagi kita untuk membunuh pemuda itu!"
Tapi Bi Kwi masih gugup. Tiga wanita ini sama menggeleng dengan muka berubah, masing masing telah merasai kelihaian Kun Houw dengan Pedang Medali Naganya. Bersikap seperti Mu Ba agar So-beng lebih dulu maju, mereka dibelakang. Hal yang menggelikan dan tampak betapa pengecut serta liciknya orang orang golongan hitam itu.
Dan So-beng yang akhirnya memandang Hun Kiat karena pemuda itulah orang terakhir yang merupakan satu-satunya pemuda yang diharap mau tampil ke depan akhirnya ditanya Iblis Penagih Jiwa ini dengan suara yang serak menakutkan, setengah kecewa setengah marah, "Dan kau. Bagaimana, Hun Kiat? Kau juga seperti gurumu atau maju bersamaku menghadapi pemuda itu?"
Hun Kiat tersenyum. Sebenarnya dia juga gentar untuk menghadapi Kun Houw sendirian, Maklun bahwa dia bukan tandingan pemuda itu. Jadi jalan paling baik adalah mengeroyok dan secepat mungkin membunuh pemuda itu, hal yang susah, menyangsikan karena dulu dikeroyok tujuh saja Kun Houw dapat melayani mereka dengan baik. Peristiwa yang luar biasa dan tak mudah dilupakan. Dan Hun Kiat yang masih teringat baik peristiwa ini lalu menjawab dengan senyum lebarnya.
"Aku ingin menonton dulu kepandaianmu. So-beng. Dulu kami telah menghadapi Kun houw tanpa dirimu. Sekarang kau majulah ke depan dan akan kubantu kalau kau terdesak!"
"Keparat!!" So-beng memuncak marahnya. "Kau licik, Hun Kiat. Kau ternyata sama sepert gurumu yang pengecut itu. Kalian semua tikus tikus tak berguna!!"
Tar...!" Sin-yan Mo li tiba-tiba meledakkan cambuknya. "Tidak semua seperti yang kau bilang, So-beng. Aku Sin-yan Mo-li tak takut menghadapi pemuda ini. Ayo kita maju... tartar!" dan Sin-yan Mo-li yang marah meledakkan cambuk tiba-tiba melompat ke depan menjeletarkan senjatanya berulang-ulang. Nenek ini rupanya malu dan gusar melihat teman-temannya yang pengecut, mendelik pada Kun Houw karena pamor pemuda itu naik, melihat Pendekar Gurun Neraka dan anak isterinya tersenyum mengejek. Tentu menghina mereka yang dianggap tak tahu malu.
Dan So-beng yang girang melihat nenek ini maju tiba-tiba berseru mencabut senjatanya. Cakar baja yang mengerikan itu. Senjata yang tiba-tiba membuat Pek Hong melotot karena dengan senjata itulah suhunya terbunuh Tapi So beng yang tertawa tak menghiraukan isteri Pendekar Gurun Neraka ini sudah berkata dengan suara nyaring, "Bagus, kiranya tak semua wanita seperti cacing lemah. Mo-li. Setidak-tidaknya kau telah membuktikan itu dan jauh lebih jantan dibanding raksasa mongol itu. juga muridnya!"
Mu Ba dan Hun Kiat semburat merah. Mereka tahu siapa yang dimaksud itu. Bukan lain mereka berdua, guru dan murid. Mu Ba dianggap raksasa mongol yang bodoh dan tak melebihi cacing tanah. Tapi Hun Kiat yang tersenyum menowel gurunya berbisik perlahan menghibur diri, "Biarlah, So-beng memang sombong, suhu. Kalau dia dapat mengatasi Kun Houw biarlah kesombongannya kita akui. Tapi kalau dia terdesak biarlah kita ganti memaki dia nanti."
Mu Ba tak menjawab. Dia sudah melihat Iblis Penagih Jiwa itu bersiap siap di hadapan Kun Houw, menggerakkan cakar bajanya yang tiba-tiba berkerotok secara aneh, tertawa mengejek sementara Sin-yan Mo-li melompat di belakang mengurung Kun Houw. Keduanya sudah bersiap untuk mengeroyok pemuda ini tak malu-malu lagi.
Tapi Liong Han yang membentak memutar tubuh tiba-tiba beradu punggung dengan murid Bu tiong-kiam-ini. "Kun Houw, kau hadapi Iblis Penagih Jiwa itu. Biar aku si nenek iblis ini!"
Kun Houw mengerutkan kening. "Tidak, mereka hanya berdua saja, saudara Liong Han. Sebaiknya biar kuhadapi mereka sementara kau menjaga yang lain. Dua orang ini kebetulan adalah orang orang yang telah membunuh guruku. Aku lebih berkepentingan dibanding kau!"
"Tapi..."
"Sudahlah." Kun Houw mendorong temannya. "Kau tolong aku menjaga yang lain-lain itu. Liong Han. Mereka menjadi bagianmu kalau membokong secara licik. Mereka tentu akan berbuat curang!"
Liong Han masih ragu. Tapi ketika Pendekar Gurun Neraka berseru menyetujui kata-kata Kun Houw akhirnya murid Pek kut Hosiang ini mundur juga. Apalagi ketika Bi Lan ikut bicara, menyambung kata-kata ayahnya bahwa Kun Houw tak perlu dikhawatirkan karena Pendekar Gurun Neraka telah mengetahui benar kelihaian pemuda itu. Dan Liong Han yang mundur melirik Bi Lan kembali mendengar gadis itu mengulang seruannya,
"Mundurlah, ayah telah mengetahui kelihaian Kun Houw, Han-ko. Percayalah bahwa Kun Houw pasti menang!"
Liong Han tersenyum. Seruan merdu itu membuat Liong Han mengangguk manis pada puteri Pendekar Gurun Neraka ini, berdebar mendengar Bi Lan tak malu-malu lagi menyebutnya Han-ko. Sebutan yang terdengar mesra hingga ayah ibu gadis itu menoleh dan membuat Bi Lan tersipu. Diam-diam dipandang marah oleh Hun Kiat yang panas hatinya.
Tapi So-beng dan Sin-yan Mo-li yang mendengar kata kata Bi Lan justeru mendongkol dan naik darah. "Hm... bocah ini belum tentu menang menghadapi kami, Bi Lan. Tak perlu kau memujinya membesarkan hati"
Bi Lan menjengek. Dia tak menjawab kata kata Iblis Penagih Jiwa itu, mengerling dan tiba-tiba semburat merah ketika secara tak sengaja Liong Han juga memandangnya. Sedetik sama mengerling dan melempar pandangan mesra. Hal yang tidak luput dari perhatian Pendekar Gurun Neraka dan dua isterinya.
Dan Kun Houw yang tak mau banyak cakap menghadapi lawan akhirnya berseru menegetarkan pedang. "So-beng, majulah. Aku siap membunuh kalian berdua!"
So-beng mendengus. Sebenarnya dia marah pada lawannya itu, semakin marah melihat teman-temannya yang lain berdiri menonton. Tapi Sin-yan Mo-li yang meledakkan cambuk berkelebat ke depan tiba-tiba membentak menyerang Kun Houw, mendahului dengan satu lecutan panjang ke mata kiri pemuda itu.
"Kun Houw, tak perlu sombong. Lihat seranganku.... tar tar!"
Sin-yan Mo-li sudah mulai menyerang. Dia rupanya tak tahan mendengar semuanya itu, melihat Kun Houw mendapat dukungan penuh sementara di pihaknya sendiri semua temannya tampak ragu. Hal yang menyakitkan bagi mereka ini. Dan cambuk yang meledak menyambar Kun Houw tiba-tiba disusul bayangan Iblis Penagih Jiwa yang meloncat menghantamkan tangan kirinya.
"Kun Houw, kau tak dapat membunuh kami....!"
Kun Houw berkelit. Dia menghindar serangan cambuk yang menuju mata kirinya, mendengar ledakan di samping kepala, keras memekakkan telinga bagai petir membelah angkasa. Tapi melihat So beng menyusul dengan satu pukulan berbahaya menuju lambung kanannya tiba tiba Kun Houw membentak menangkis dengan pedang.
"Sing....!"
So beng ganti berkelit. Iblis Penagih Jiwa itu rupanya juga tahu keampuhan pedang di tangan Kun Houw ini, mengelak dan cepat memutar kaki mengayun tendangan, begitu cepat di saat Kun Houw terdorong maju oleh gerakkan pedangnya. Dan ketika Kun Houw terjengkang dan jatuh bergulingan maka saat itu Sin-yan Mo-li melengking menyambar dengan cambuknya, kembali merjeletar disusul Iblis Penagih Jiwa yang berkelebat ke depan, mengejar dengan pukulan lengan kirinya mengeluarkan uap kemerahan, dahsyat menyambar diiringi gerakan cakar baja yang bersiut menyeramkan menuju dada Kun Houw. Dan Kun Houw yang melejit menggeram marah tiba-tiba memutar pedang dan mendorong tangan kirinya.
"Plak-dess!"
Tiga orang itu tersentak. Mereka masing-masing berseru kaget dan berjungkir balik menjauhi lawan, tergetar dan tertolak oleh benturan tenaga yang membuat mereka mencelat, terlempar oleh daya tolak yang tinggi. Tapi So-beng dan temannya yang sudah memekik dan maju kembali tahu-tahu menerjang dan berkelebat lenyap mengerahkan ginkang mereka.
"Mo-li, serang dia dari belakang....!" So-beng berseru, menggerakkan cakar bajanya dan tangan kiri yang bertubi-tubi melancarkan pukulan uap merah, Ang in-tok-ciang (Pukulan Beracun Awan Merah), menghantam dan menyerang Kun Houw dari bagian depan sementara temannya menganggu dan menyerang Kun Houw dibelakang punggung, mengeletar dan meledakkan cambuk gegap gempita bagai petir di tengah badai. Sebentar saja mengeroyok dan menghujani murid jago pedang ini dengan serangan mereka yang bertubi-tubi. Deras bagai hujan dicurahkan dari langit. Dan Kun Houw yang terdesak sejenak oleh keributan lawan yang hebat luar biasa akhirnya tak dapat menghindari diri dari ledakan cambuk yang merobek baju punggungnya.
"Tar-tar!"
Kun Houw menggigit bibir. Dia tetap mengerahkan sinkang, melindungi seluruh bagian tubuhnya dengan hawa sakti yang membuatnya kebal, atos dan liat bagai lempengan baja. Tapi cambuk Sin-yan Mo-li yang menggigitnya pedas di belakang punggung tetap saja menyengat tubuhnya bagai celomotan api hingga membuat dia mendesis. Marah dan kaget melihat nenek ini ternyata memiliki sinkang yang kuat juga. Dan ketika lawan terkekeh dan kembali cambuk menghajar punggungnya maka di saat yang lain So-beng juga menggerakkan cakar bajanya menusuk tenggorokan.
"Bret!" Kun Houw lagi-lagi kaget. Dia kalah cepat oleh gerakan lawan, robek leher bajunya disambar cakar yang meliuk dan kini menyambar ubun-ubun kepalanya dari atas ke bawah, cepat bukan main disusul pukulan tangan kiri lawan yang melancarkan Ang in-tok-ciangnya itu. Tapi Kun Houw yang tak mau berayal dan meloncat ke kanan mengelak gerakan cakar tiba-tiba menyambut pukulan lawan dengan tangan kirinya pula, mengerahkan Jing-liong-sin-kang yang secepat itu sudah disiapkan menghadapi lawan. Dan begitu dua pukulan beradu di udara tiba-tiba bumi berguncang dan So-beng mencelat kaget.
"Dess!" So-Beng terpekik. Untuk pertama kalinya dia terkejut, berjungkir balik diudara dan melihat Kun Houw mengejarnya dengan beringas.
Tapi Sin-yan Mo-li yang membokong dibelakang dengan ledakan cambuknya tiba-tiba terkekeh menotok jalan darah Giom mo-hiat di unyeng-unyeng Kun Houw. "Bocah, mampuslah...!"
Kun Houw terkejut. Dia terpaksa memutar tubuh menghentikan serangannya pada So-beng, membentak marah pada nenek iblis yang menotok jalan darah kematiannya itu, terpaksa membalik dan menggerakkan pedang menangkis serangan ini. Dan ketika cambuk si nenek terbabat putus dan Sin Yan Mo-li berseru kaget, maka nenek iblis ini melompat bergulingan membanting tubuhnya.
"Tas!!" Cambuk si nenek buntung sebagian. Kun Houw mengejar ganas memburu nenek ini dengan gerakan pedangnya yang melejit bagai ular menari, berkelebat ke depan menusuk lawan dengan bentakan tinggi. Tapi So-beng yang ganti membantu nenek itu membokong Kun Houw, terpaksa membuat Kun Houw menggeram dan menghentikan serangannya, membalik dan melayani Iblis Penagih Jiwa itu.
Tapi ketika Iblis Penagih Jiwa mengelak dan tak berani mengadu senjatanya maka si nenek iblis sudah melompat bangun dan menyerang Kun Houw dari belakang membuat jalannya pertandingan seru dan hebat bukan main. Dan begitu masing-masing saling menyerang dan menangkis, maka pertempuran tiga orang ini cukup mendebarkan dan luar biasa juga...
Tapi kaisar yang marah dan sadar akan semuanya ini tiba-tiba menampar dan menendang selirnya itu. "Shi Shih, kau jahanam. Kau wanita siluman. Kau selir tak tahu budi! Kau... kau..." kaisar tak kuat lagi, menendang dan menampar selirnya itu hingga Shi Shih jatuh bergulingan, menjerit dan berteriak teriak minta ampun, merintih dan membuat pandangan menyayat memilukan rasa. Dan kaisar yang tiba-tiba terbatuk terengah-engah tiba-tiba mendelik dan tertawa dengan suara yang membuat bulu tengkuk merinding.
"Shi Shih, kau benar-benar menipuku lahir batin. Kau membuat aku terbius kecantikanmu. Aih, apa lagi yang ingin kau dapatkan dariku, selir keparat? Bukankah harta dan kedudukan telah kau peroleh? Bukankah cinta dan semuanya yang kau minta kuberikan begitu saja? Apakah kau minta jiwaku pula, Shi Shih? Kurangkah harta dan kedudukanmu? Kau..." kaisar tiba-tiba menangis, "kau tak menghargai cinta kasihku, Shi Shih... kau benar-benar merendahkan dan mencampakkan kasih sayangku... kau... kau, ah... aku tak dapat melenyapkan cinta kasihku, Shi Shih. Betapapun kau menghina dan mengkhianatiku, aku tetap cinta padamu. Aku mengampuni dosamu. Biarlah aku mati menyesali kebodohanku...!"
Dan kaisar yang terguling pingsan tak kuat menahan kehancuran hatinya tiba-tiba disambut pekik menyayat Shi Shih yang terobek-robek perasaannya. Melihat betapa kaisar masih mengampuninya dan menyatakan cinta di balik kebenciannya. Melihat kaisar mencintainya lahir batin dan sungguh-sungguh. Cinta yang aneh karena harus mengorbankan banyak jiwa! Dan Shi Shih yang mengguguk menubruk kaisar akhirnya pingsan dan roboh pula memeluk laki laki tua itu.
Pendekar Gurun Neraka dan yang lain-lain tertegun, mereka seakan terkesima oleh adegan satu babak ini tergetar dan tertusuk tusuk pula, mendengar jerit Shi Shih yang sendu menyayat kalbu. Melihat wanita itu roboh memeluk kaisar! Maklum bagaimanapun juga Shi Shih adalah seorang wanita yang memiliki perasaan peka. Tak mungkin melupakan hutang budi kaisar yang dilimpahkan padanya. Bahkan jiwa dan ragapun agaknya rela diberikan kaisar tua itu pada selirnya tercinta ini.
Tapi Ok-ciangkun yang menggeram dan tiba-tiba melompat maju mendadak menghantam kepala Shi Shih mengejutkan semua orang. "Selir keparat, kau tak layak hidup lagi!"
Pendekar Gurun Neraka dan yang lain lain kaget. Mereka berseru keras memaki panglima ini, namun Pendekar Gurun Neraka yang sudah membentak berkelebat ke depan sekonyong-konyong menangkis dengan pukulan jarak jauhnya, "Ok ciangkun, tahan kecuranganmu...!"
Ok-ciangkun mendelik. Dia melakukan pukulannya itu sepenuh tenaga, marah karena dia benci benar pada selir junjungannya ini. Maka ketika Pendekar Gurun Neraka menangkis dan pukulannya itu mendapat sambutan angin dahsyat dari dorongan pendekar sakti itu mendadak panglima ini mencelat dan menjerit keras, terlempar ke belakang dan berjungkir balik menjauhkan diri. Tapi karena di belakangnya menganga sebuah jurang yang tidak disadarinya mendadak panglima ini terjeblos dan langsung meluncur ke bawah.
"Ayah...!"
Semua orang terkejut. Mereka melihat dua bayangan berkelebat menuju tepi jurang, Kui Lin dan Kui Hoa, dua gadis kembar puteri Ok-ciangkun itu yang tiba-tiba datang di saat ayah mereka terjeblos ke dalam jurang, menjerit dan berteriak nyaring melihat ayah mereka meluncur ke tempat kosong, jurang yang amat dalam. Dan Pendekar Gurun Neraka serta anak isterinya yang terkejut melihat ini tiba-tiba melihat Kui Lin dan Kui Hoa meluncur ke tengah jurang menyambar ayah mereka.
"Hei...!"
Dua seruan ini berbareng diteriakkan, sama-sama kaget dan membuat orang terkejut karena dua bayangan tiba-tiba melesat, cepat bukan main berjungkir balik menyusul Kui Lin dan Kui Hoa yang terjerumus ke dalam jurang, Sin Hong dan Kun Houw, menyambar sekaligus menyentak punggung masing-masing gadis itu yang sudah meluncur setombak lebih, tak berhasil menolong ayah mereka karena Ok-ciangkun telah terjerumus jauh di dalam. Kun Houw menyambar Kui Hoa sedang Kui Lin disambar Sin Hong.
Dan begitu dua pemuda ini menarik dan menjejakan kaki di tebing jurang tahu-tahu baik Kun Houw maupun Sin Hong menangkap dua gadis itu, melemparkannya ke atas menyelamatkan Kui Lin dan kakaknya, cepat bukan main hingga beberapa detik saja seolah halilintar menyambar. Dan ketika mereka berteriak keras memantulkan tubuh tahu-tahu Kun Houw dan Sin Hong sama-sama berjungkir balik keluar dari mulut jurang yang berbahaya.
"Bress!"
Kui Lin dan kakaknya selamat. Mereka tadi bermaksud menolong ayah mereka tapi tidak berhasil, kalah cepat. Dan Kun Houw serta Sin liong yang sudah berdiri di depan dengan muka berobah tiba-tiba sama menghapus peluh dan mengeluarkan keringat dingin karena pekerjaan meraka tadi amatlah berbahaya. Sekali luput tentu dua gadis itu tak tertolong. Bahkan mungkin mereka sendiri terjeblos ke dalam jurang dan tewas di bawah sana. Diterima batu-batu runcing atau apa saja karena tak mungkin menyelamatkan diri! Dan Kui Hoa serta adiknya yang tertegun saling pandang tiba-tiba menangis dan menerjang Kun Houw dan Sin Hong.
"Kun Houw, kau jahanam keparat....!"
"Sin Hong, kau manusia busuk....!"
Kun Houw dan Sin Hong tertegun. Mereka tentu saja terbelalak melihat kemarahan dua orang gadis ini, tak mengerti kenapa ditolong malah memaki mereka. Bahkan menyerang dan kini memukul mereka dengan pukulan Gin-kong-jiu, berkeredep menyilaukan menghantam dada, dahsyat sekali, sekuat tenaga. Tapi Sin Hong dan Kun Houw yang sama-sama tak mengelak tiba-tiba menerima pukulan itu dengan kening dikerutkan.
"Des-dess!" dua pemuda ini terlempar. Mereka telah melindungi diri dengan kekebalan sinkang, tak terluka tapi bagaimanapun juga mencelat oleh pukulan kakak beradik itu, merasa betapa Kui Lin dan kakaknya sama-sama menyerang mereka dengan sungguh-sungguh. Dan ketika mereka melompat bangun dan berseru menegur tahu-tahu dua gadis ini berkelebat menyusul serangan dengan pukulan atau tendangan bertubi-tubi, memaki mereka kenapa tak boleh menolong ayah sendiri yang terjerumus di dalam jurang.
Dan Kun Houw serta Sin Hong yang menjadi bulan-bulanan pukulan akhirnya mengeluh dan terlempar bergulingan, tidak membalas karena mereka tak sampai hati. Dan ketika baju mereka robek-robek dan hidung serta mulut Sin Hong mengeluarkan darah tiba-tiba Kui Lin menjerit dan turun gunung, disusul kemudian oleh kakaknya yang melengking menampar Kun Houw. Dan begitu keduanya meluncur turun tiba-tiba Kun Houw dan Sin Hong lari mengejar.
"Kui Hoa. tunggu...!"
"Kui Lin, tunggu...!"
Namun dua gais ini tidak mau berhenti. Mereka menuruni bukit memutari jurang, dan kun Houw yang mengejar Kui Hoa sementara Sin Hong mengejar Kui-Lin tiba-tiba mendengar keduanya mengaduh ketika terjerumus di sebuah lubang, jatuh terpelanting dan terguling-guling di atas tanah yang becek. Dan ketika Kun Houw dan Sin Hong tiba di tempat itu mendadak tanpa disuruh lagi masing-masing menyambar orang yang sama-sama mereka cinta.
"Kui Lin, sabar...!"
"Hoa-moi, tenang...!"
Kui Lin dan Kui Hoa mengguguk, mereka menubruk dan memukul mukul dada dua orang pemuda itu. Tapi Kui Lin yang sadar dan terkejut dipeluk Sin Hong tiba-tiba memberontak memutar tubuhnya.
"Sin Hong, Kau jahanam keparat!"
Sin Hong mengeluh. Dia melihat puteri Ok ciangkun yang nomor dua ini suka sekali memakinya. Sejak mereka bertemu di puncak Ta-pie-san. Makian yang membuat dia mengeluh kecut tapi gembira mendengar suara yang merdu itu. Suara bagai kicau burung Nuri! Dan Sin Hong yang mengejar meninggalkan Kun Houw akhirnya menangkap gadis itu jauh dibawah bukit sana.
"Kui Lin, tunggu, maafkan aku...!"
Kui Lin terbelalak. Dia sudah ditangkap putera Pendekar Gurun Neraka ini, menggigil dan marah melihat orang memeluk pundaknya. Maka membalik dan langsung mengayunkan lengannya. Kui Lin tahu-tahu menampar pemuda itu pualng balik.
"Sin Hong, kau mau kurang ajar kepadaku? Kau berani memegang-megang gadis? Keparat kau. Jahanam kau... plak-plak!" dan Sin Hong yang roboh terhuyung menerima tamparan ini akhirnya bangkit berdiri berseru dengan suara gemetar.
"Kui Lin, kau bunuhlah aku, kalau kau ingin melakukan itu. Aku tidak marah, kenapa harus dipukul dan dimaki berkali-kali?"
"Siapa bilang tidak bersalah? Siapa bilang kau tak patut dimaki? Kau yang tak tahu diri, Sin Hong. Kau yang menggagalkan aku menolong ayah!" dan Kui Lin yang marah dengan kata-katanya nerocos berhamburan itu tiba-tiba kembali menerjang dan memukul Sin Hong dengan kaki tangannya, membuat pemuda ini jauh bangun tapi tak mengadakan perlawanan. Agaknya pasrah bila Kui Lin benar-benar mau membunuhnya! Dan ketika Sin Hong lecet-lecet dan baju pemuda itu terkoyak lebar memperlihatkan dadanya yang telanjang, tiba-tiba Kui Lin yang mulai kelelahan menghentikan serangannya, tebelalak memandang Sin Hong, heran dan "ngeri".
"Kenapa kau tak melawan?"
Sin Hong tersenyum pahit. "Karena aku tidak berdaya melawanmu, Kui Lin. Aku merasa lumpuh jika kau marah-marah begitu."
"Kenapa?"
Sin Hong tiba-tiba berdiri, memandang mesra, membuat Kui Lin tergetar dan cepat mengegos melihat pandangan yang membuat hatinya berdegup tak keruan itu. Melihat Sin Hong tahu-tahu mencekal lengannya dengan jari menggigil. Dan ketika dua mata kembali bentrok dan Kui Lin gemetar terbelalak, tiba-tiba Sin Hong menjawab dengan suara lembut, "Karena aku tak dapat melupakanmu sejak pertemuan kita di Ta-pie-san dulu, Kui Lin. Bahwa aku teringat saat menggendongmu dulu dan jatuh cinta padamu!"
"Ah!" Kui Lin melepaskan diri, kaget dan merah mukanya, tiba-tiba jengah tapi juga marah. Kemarahan yang bercampur malu mendengar Sin Hong menyatakan cintanya. Dan ketika Sin Hong berdebar menunggu jawabannya tahu-tahu Kui Lin menggaplok dan memutar tubuhnya melarikan diri.
"Sin Hong, kau ceriwis...plak!"
Sin Hong kembali mengusap pipinya. Untuk kesekian kalinya pula dia mendapat makian, melihat Kui Lin turun bukit dan tidak memberi jawaban. Dan Sin Hong yang tentu saja pucat mengerutkan keningnya tiba-tiba mengejar dan menjadi penasaran. "Kui Lin, tunggu dulu. Aku ingin bertanya!"
Kui Lin tak menghiraukan. Dia tancap gas dan lari berputar-putar, tapi karena Sin Hong memiliki kepandaian lebih tinggi darinya dan Kui Lin juga bingung akhirnya gadis ini tertangkap dan Sin Hong mencengkeram pundaknya.
"Kui Lin, tunggu. Aku ingin mendapat jawabanmu!"
Kui Lin menggigil, terbelalak marah. "Apa yang kau mau! Jawaban apa?"
Sin Hong tertegun, "Jawaban tentang, eh... tentang cintaku itu Kui Lin. Apakah kau menyambutnya atau tidak!"
"Kalau tidak?" Kui Lin melotot, membuat Sin Hong merintih dan melepaskan cengkeramannya. Dan ketika pemuda itu gemetar menahan tubuh maka Kui Lin mendelik berapi-api.
"Ayahmu membunuh ayahku, Sin Hong. Kau adalah musuhku!"
"Ah" Sin Hong pucat. "Tapi ayahmu terlempar sendiri ke dasar jurang, Kui Lin. Masa itu kau sebut dibunuh ayahku? Bukankah dia tewas karena kesalahannya sendiri?"
"Hm, tapi ayahmu yang membuat gara-gara Sin Hong. Aku tidak mau tahu tentang itu dan segala macam alasan lain!"
"Jadi kau membenciku?"
"Ya. karena kau adalah musuhku!"
"Ah, kalau begitu bunuhlah aku. Kui Lin. Biarlah jiwaku ku bayarkan untuk menebus jiwa ayahmu itu!" dan Sin hong yang mencabut pedang menyerahkannya kepada Kui Lin tiba-tiba menjatuhkan diri berlutut memasang kepalanya siap dipancung!
Dan Kui Lin yang tentu saja membelalakan matanya tiba-tiba melangkah mundur berseru tertahan. "Sin Hong, apa... apa ini?"
Sin Hong mengerutkan alis. "Pedang untuk membunuhku, Kui Lin. Bukankah kau membenciku?"
"Tidak... tidak... aku... Ah!" Kui Lin membalikkan tubuhnya, melarikan diri dan tiba-tiba menangis menuruni bukit.
Dan Sin Hong yang membelalakkan mata terkejut bingung tiba-tiba memanggil dan mengejar gadis itu, sebentar saja menangkap dan mendekap puteri Ok-ciangkun ini. Dan ketika Kui Lin mengguguk dan tidak menamparnya lagi tiba-tiba Sin Hong berbisik di telinganya, "Kui Lin, kau menerima cintaku, bukan?"
Kui Lin tak menjawab. Gadis ini tersedu-sedu di dada Sin Hong, dan Sin Hong yang mengulang pertanyaannya dengan cemas akhirnya mengangkat dagu gadis itu. "Lin-moi, kau... kau menerima cintaku, bukan?"
Kui Lin memejamkan mata. "Aku tak tahu, Sin Hong... aku... aku... ah, entahlah!"
Sin Hong menjadi gemas. Dia tak mendapat jawaban yang pasti kalau begitu. Maka berbisik kembali dengan kaki menggigil dia bertanya untuk yang ketiga kalinya, "Tapi kau tak membenciku, bukan?"
Dan ketika Kui Lin mengangguk dan menangis tersedu-sedu, tiba-tiba Sin Hong menjadi girang. "Baiklah, kalau begitu aku ingin meyakinkan hatiku, Lin-moi Maaf kalau aku menciummu...!"
Dan Sin Hong yang sudah mencium gadis ini dengan penuh kemesraan, tiba tiba membuat Kui Lin terbelalak dan mengeluh membuka matanya, terkejut melihat bibir Sin Hong sudah menutup bibirnya, melumat lembut menghisap air matanya yang bercucuran pula. Dan ketiKa Sin Hong melepaskan ciumannya dan tersenyum memandang Kui Lin tiba-tiba gadis ini mengguguk dan memukul-mukul dada Sin Hong.
"Sin Hong, kau... kau kurang ajar!"
Sin Hong tersenyum. "Aku sudah minta maaf, Lin moi. Aku hanya ingin meyakinkan hatiku apakah kau menerima cintaku!"
"Tapi... tapi...."
"Tak ada tapi, Lin-moi. Kalau kau tak suka boleh kau tampar atau bunuh aku!" Sin Hong memotong, meraih gadis ini dan kembali menciumnya lembut. Dan ketika Kui Lin meronta dan menggerakkan tangan untuk menampar tiba-tiba Sin Hong melepaskan diri menyerahkan pipinya.
"Kau tamparlah aku, Lin-moi. Aku rela!"
Kui Lin tertegun. Dia melihat Sin Hong bersungguh-sungguh menyerahkan pipinya, siap ditampar. Melihat pandangan pemuda itu menusuk lembut penuh kemesraan. Penuh cinta kasih. Dan Kui Lin yang mengguguk menurunkan tangannya tiba-tiba lari memaki Sin Hong. "Sin Hong, kau ceriwis!"
Sin Hong tersenyum. Sekarang dia mendengar perbedaan suara dari gadis itu. Tidak marah tapi malu. Rasa malu yang wajar dari seorang gadis yang baru saja dicium kekasihnya. Dan Sin Hong yang merasa bahagia dengan perobahan ini tiba-tiba mengejar dan tertawa menangkap gadis itu. "Lin moi, jangan lari lagi. Aku tak mau kau tinggalkan!"
Kui Lin mengelak. Dia menepis dan pura-pura marah, dan Sin Hong yang tiba-tiba melihat sebuah lubang didepannya mendadak mengaduh dan roboh terjungkal, terjeblos dalam lubang ini, mengagetkan Kui Lin. Dan ketika Sin Hong tak muncul lagi karena lubang itu cukup dalam, tiba-tiba Kui Lin menghentikan larinya terbelalak memandang lubang ini. Melihat Sin Hong rupanya pingsan atau apa. Dan Kui Lin yang tentu saja kembali ke tempat ini, akhirnya berbisik meyakinkan diri, cemas.
"Sin Hong, kau terluka?"
Tak ada jawaban.
"Sin Hong, kau di mana?"
Juga tak ada jawaban. Dan Kui Lin yang tentu saja gelisah tiba-tiba terjun dan melompat turun ke lubang itu, menangis memanggil-manggil Sin Hong. Tapi begitu dia turun mendadak Sin Hong tertawa bergelak melompat bangun, keluar dari tempat persembunyiannya karena tadi dia sengaja menggoda gadis ini. Ingin tahu sampai di manakah perhatian Kui Lin kepadanya. Meninggalkannya begitu sajakah atau turun menjenguk. Dan Kui Lin yang tentu saja terkejut berteriak tertahan tiba-tiba di peluk Sin Hong yang berseru kepadanya,
"Lin-moi, kaupun ternyata mencintai aku. Kau memaksa dirimu turun untuk melihat keselamatanku. Ha-ha...!" dan Sin Hong yang mencium gadis ini dua kali di pipi kiri dan kanan tiba-tiba disambut makian Kui Lin yang jengah tersipu malu, mendorong dada Sin Hong meloncat keluar.
"Sin Hong, kau penipu. Kau ceriwis!"
Sin Hong terbahak. Dia sekarang yakin benar akan perasaan hati gadis ini. Gembira bukan main bahwa Kui Linpun mencintainya. Maka meloncat keluar mengejar gadis ini, Sin Hong menangkap dan langsung menggodanya. "Lin moi, aku ceriwis karena kau. Aku penipu karena kau juga."
Dan Sin Hong yang tertawa-tawa menyambar kekasihnya lalu memondong dan membawa Kui Lin ke puncak, kembali ke atas karena ayah dan ibunya masih ada disana, membuat Kui Lin menjerit dan meronta. Tapi begitu Sin Hong menepuk bokongnya dan terbahak mendiamkan gadis ini akhirnya Kui Lin mengeluh dan memejamkan mata nikmat dibelakang punggung Sin Hong. Mengulang kembali kejadian lama di puncak Ta-pie-san. Dan begitu Kui Lin tak bergerak lagi diatas pundaknya sin Hong sudah meloncat dan "terbang" ke istana Kwan-wa-kung!
* * * * * * * *
Pagi harinya, setelah semalam mereka menyerbu Lin-yen-san dan menangkap kaisar, Pendekar Gurun Neraka dan sahabat-sahabatnya menemui raja muda Kou Cien. Mereka melaporkan segala kejadian itu. Menceritakan semua keberhasilan mereka dalam perjuangan yang berat dan lama. Perjuangan yang makan waktu bertahun-tahun. Dan kaisar yang ditangkap dihadapkan pada raja muda ini lalu diputuskan untuk tidak diberi hukuman mati.
Ada dua pilihan yang disodorkan pada kaisar yang kalah ini. Tinggal sebagai tawanan atau tetap sebagai "raja" di sebuah wilayah kecil dengan seratus anggautanya. Jadi dibuang ditempat terasing dengan pengikut-pengikutnya yang tak berarti. Sebagian besar adalah keluarga kaisar itu sendiri untuk menerima hukumannya. Dua pilihan yang sama-sama berat bagi kaisar itu karena "anjlognya" terlalu dalam. Dari yang berkuasa menjadi yang dikuasai. Tapi kaisar yang sedang terpukul hebat oleh pengkhianatan selirnya itu tak menjawab.
Dia diam saja ketika raja muda yang menang itu bertanya kepadanya. Dan karena kaisar ini membisu tak memberi jawaban akhirnya Kou Cien menyuruh kaisar itu kembali dalam tawanannya. Memberi kesempatan untuk dua kali lagi pertanyaan. Jadi bagaimanapun masih memberi kesempatan pada bekas tawanan itu untuk memilih satu dari dua keputusan.
Dan karena menunggu kaisar itu sadar masih terlalu lama maka Pendekar Gurun Neraka dan anak isterinya kembali ke Ta-pie-san setelah beberapa hari kemudian dia membantu raja muda itu mengatur keamanan dalam negeri. Membantu Fan-ciangkun yang sibuk mengatur ini itu warisan perang. Menertibkan kembali suasana di kota raja akibat serbuan besar-besaran itu. Dan ketika semuanya beres dan dapat ditinggal pergi akhirnya rombongan kecil ini meninggalkan istana menolak semua hadiah, menyatakan bahwa perjuangan mereka itu adalah perjuangan tanpa pamrih. Hanya mengharap negara tenteram rakyat aman.
Hal yang membuat kaisar dan semua pembantu-pembantunya terharu. Tapi baru melangkahkan kaki beberapa tindak tiba-tiba sebuah berita baru mengejutkan mereka. Bahwa kaisar lama yang menjadi tawanan tewas membunuh diri. Tak kuat menahan semua kejadian yang menimpanya, terutama pengkhianatan selirnya tercinta itu Shi Shih. Dan Pendekar Gurun Neraka yang menarik napas mendengar ini tiba-tiba bergumam pendek memandang Fan-ciangkun yang ikut mengantarnya.
"Ciangkun, sebaiknya kau kembali. Biar kami pergi tanpa diantar."
Fan-ciangkun tertegun. Dia mendengar isak tertahan di belakangnya, isak Shi Shih yang ikut mengantar rombongan itu. Dan Shi Shih yang memutar tubuh melarikan diri tiba-tiba mengguguk dipandang panglima ini.
"Baiklah, maafkan aku. Pendekar Gurun Neraka. Tapi bagaimana pendapatmu tentang... hmm, tentang hubunganku ini?"
"Itu urusan pribadimu, ciangkun. Aku tak dapat memberi jawaban kecuali kalian sendiri."
"Baiklah dan aku akan mengikuti jejak kalian beberapa waktu lagi, Pendekar Gurun Neraka. Aku ingin menikah dengan kekasihku itu dan hidup menjauhi keramaian."
"Maksudmu?"
"Aku akan melepaskan kedudukanku dari istana, Pendekar Gurun Neraka. Aku ingin bersunyi diri sebagai petani. Aku ingin menjauhi keruwetan dunia dan mengajaknya membangun rumah tangga."
Pendekar Gurun Neraka tersenyum pahit. Dia tahu siapa yang dimaksud panglima itu. Shi Shih, wanita yang membuat panglima ini jatuh hati sedemikian lama. Kisah kasih yang penuh pengorbanan dan penderitaan. Dan ketika panglima itu menyampaikan selamat jalan padanya dan memutar tubuh melompat pergi akhirnya pendekar ini memandang anak isterinya.
"Bi moi. Kau lihatkah bagaimana perasaan panglima itu?"
"Ya." Ceng Bi menangguk, meneteskan air matanya. "Aku terharu akan cinta kasihnya, suamiku. Tapi dapatkah mereka hidup bahagia setelah melalui demikian banyak penderitaan?"
"Maksudmu?"
"Aku melihat Shi Shih bukan wanita sembarangan, suamiku. Aku melihat kesetiaan besar pada pandang matanya yang penuh kedukaan itu. Aku khawatir maksud Fan-ciangkun gagal."
Pendekar Gurun Neraka terkejut. "Kau yakin?"
Ceng Bi menghela napas. "Kau tanyalah pada enci Hong!"
Pek Hong mengangguk. "Aku melihat seperti apa yang dilihat Bi-moi. Yap-koko. Aku melihat selir itu tak dapat melupakan kaisar lama."
"Tapi dia telah menghancurkan kaisar itu. Dia telah membantu kita!"
"Hm. itu karena dorongan patriotismenya, Yap-koko. Tapi sebagai wanita, sebagai makhluk perasa yang melihat budi kaisar yang demikian berlimpah tak mungkin dia melupakannya begitu saja. Aku khawatir Fan-ciangkun masih harus mengalami penderitaan lebih besar setelah semuanya ini dikorbankan!"
Pendekar Gurun Neraka tertegun. Dia percaya omongan dua isterinya itu karena mereka juga sama-sama wanita. Jadi mengenal dan tentu lebih jelas penangkapannya dibanding dia. Tapi Bi Lan yang tak melihat Kun Houw tiba-tiba berseru heran.
"Eh, mana Houw-koko?"
Dan Sin Hong juga menyambung, "Dan saudara Liong Han juga tak ada, Lan-moi. Ke mana mereka? Bukankah... eh, mau ke mana kau, Lan-moi?" Sin Hong terkejut, melihat adiknya berkelebat meninggalkan mereka menuju ke barat tampak tergesa-gesa melihat bayangan Kun Houw mengejar seseorang. Dan Bi Lan yang berseru pada ayah ibunya dari kejauhan menjawab pertanyaan kakaknya ini.
"Aku menyusul Houw-koko yang mengejar seseorang, ayah. Biar kalian pergi dulu ke Ta-pie-san!"
Pendekar Gurun Neraka terkejut. Dia melihat Kun Houw ada di kejauhan sana. Meninggalkan mereka secara diam-diam mengejar seseorang. Dan Pendekar Gurun Neraka yang mengerutken kening mengkhawatirkan keselamatan paterinya itu berkata pada Sin Hong, "Kau kejar adikmu. Hong-ji. Kalau ada apa-apa beri tahu kami segera!"
Sin Hong mengangguk. Dia berkelebat mengejar adiknya yang sudah meloncat duluan itu, mengerahkan ginkangnya dan sebentar saja menyusul Bi Lan di belakang, melihat Kun Houw mengejar bayangan seseorang berkedok merah. So-beng! Dan Sin Hong yang terkejut melihat ini tiba-tiba berseru pada adiknya, "Lan-moi, kau kembali saja ke tempat ayah. Biar aku yang membantu Kun Houw!"
"Tidak!" Bi Lan menggeleng. "Aku melihat dua bayangan lain melompati tembok pintu gerbang, Hong-ko. Mereka tampaknya Hun Kiat dan gurunya!"
"Dan ke mana saudara Liong Han itu?"
"Entahlah, mungkin... bertemu dia!" Bi Lan tiba-tiba menuding melihat bayangan Liong Han berkelebat mengejar seseorang pula. Dan Bi Lan yang tertegun bingung tiba-tiba mendengar seruan kakaknya itu.
"Lan-moi, kau kejar saudara Liong Han itu. Biar aku mengikuti Kun Houw!"
Bi Lan mengangguk. Dia memutar arah berpisah dengan kakaknya itu, berkelebat mengejar bayangan Liong Han yang baru tampak di pintu gerbang timur. Dan Sin Hong yang juga mengejar Kun Houw di pintu gerbang barat akhirnya melepas adiknya menyuruh berhati-hati. Diam diam heran dan kaget bagaimana So - beng den Hun Kiat ada di situ, rupanya menyelinap di kota raja. Dan ketika dia tiba di sana melompati pintu gerbang ternyata Kun Houw celingukan mencari-cari.
"Houw-ko, kau mengejar So-beng, bukan?"
Kun Houw menggigit bibir, pucat mukanya, "Ya, dia menculik Kui Hoa, Sin Hong. Aku kehilangan jejak dan...." Kun Houw menghentikan kata-katanya mendengar jerit di pintu gerbang timur.
Dan Sin Hong yang terkejut mendengar jerit ini tiba-tiba berkelebat dengan muka berobah. "Celaka, itu suara Bi Lan!"
Dua orang pemuda ini melompat berbareng. Mereka terbang meluncur ke tempat itu. Kaget melihat Bi Lan menjerit dan rupanya menghadapi musuh tangguh. Dan ketika mereka ke sana melihat apa yang terjadi mendadak keduanya tertegun melihat Bi Lan terguling-guling di tanah berbatu, memekik di serang So-beng yang kini melarikan diri mengempit dua orang gadis yang bukan lain adalah Kui Hoa dan Kui Lin. Dan Bi Lan yang melompat bangun menjerit panjang berseru pada kakaknya itu,
"Hong-ko, Kui Lin dan Kui Hoa diculik Iblis Penagih Jiwa itu...!"
Sin Hong dan Kun Houw terkejut. Mereka menolong Bi Lan yang baru terlempar bergulingan, melihat So-beng meloncat jauh melarikan diri. Sebentar kemudian lenyap di dalam hutan yang terdapat di luar pintu gerbang. Dan Sin Hong serta Kun Houw yang terbelalak pucat tiba-tiba berseru meloncat ke depan.
"Bi Lan, beri tahu kepada ayah bahwa kami mengejar musuh. Tolong kau kembali!"
Bi Lan memandang marah. "Tidak, aku ikut kalian, Hong-ko Atau..." Bi Lan menghentikan kata-katanya, melihat kakaknya gemas dan menarik lengannya membawa lari, menuju hutan, maklum bahwa Bi Lan seperti ibunya yang keras hati dan keras kepala. Tak mau sudah kalau belum dituruti permintaannya. Dan Sin Hong yang mengejar Kun Houw yang meloncat duluan sudah menepuk pundak adiknya ini.
"Baiklah, baiklah anak bawel, kau memang keras kepala dan keras hati kalau tidak dituruti. Hayo cepat, kita bisa kehilangan jejak nanti" Sin Hong membetot adiknya, menyendak dan sebentar kemudian mengerahkan ginkang berkelebat memasuki hutan di depan. Tapi ketika mereka berada di sana dan celingukan ke sana ke mari mendadak terdengar suara berkerosak sebatang pohon yang jatuh menimpa mereka.
"Lan-moi, awas....!"
Bi Lan dan kakaknya meloncat. Mereka terkejut mengapa pohon itu tiba-tiba tumbang menimpa mereka, jatuh berdebum dengan suara dahsyat. Dan ketika mereka terkejut membelalakkan mata tiba-tiba pohon lain yang ada di kiri kanan juga tumbang berjatuhan menimpa mereka.
"Bum-bumm....!"
Sin Hong dan Bi Lan berlompatan. Mereka tentu saja kaget bagaimana pohon-pohon besar jatuh hampir bersamaan, mengurung mereka hingga tak dapat keluar. Dan ketika mereka terbelalak tak mengerti sekonyong-konyong suara tawa seseorang terdengar disusul berkelebatnya tiga bayangan yang melempar jala.
"Ha-ha, kalian seperti tikus terjepit, Sin Hong. Mampuslah....!"
Sin Hong kaget. Dia dan adiknya sudah di kurung oleh pohon -pohon besar yang bertumbangan itu, melihat bayangan Hun Kiat dan Mu Ba serta seorang nenek yang menjeletarkan cambuk, semua melempar jala ke arah dia dan adiknya yang ada di tengah. Dan karena mereka terkurung daun dan ranting pohon yang merepotkan di sekitar terpaksa Sin Hong berteriak keras sementara adiknya mencabut pedang.
"Plak-plak!"
Bi Lan dan kakaknya kaget. Mereka membabat jala yang meluncur turun itu, terkejut bahwa jala ini melentur seperti karet. Jadi tak dapat dibabat putus karena kelenturannya itu. Dan sementara mereka berseru keras melepaskan diri mendadak cambuk di tangan si nenek yang bukan lain Sin-yan Mo li adanya meledak menotok mereka.
"Bocah, kau robohlah... tar!"
Sin Hong mengerahkan sinkang. Dia dapat menolak balik cambuk yang mengenai tubuhnya itu, terkejut bahwa jala sudah menakup dan kini membungkus mereka berdua, sebentar kemudian menjerat hingga mereka tercekik! Dan ketika cambuk meledak dan kali ini menotok Bi Lan tiba-tiba Bi Lan melengking menggerakkan pedangnya.
"Tarr!!" Ujung cambuk masih sempat dibabat buntung. Tapi Hun Kiat dan gurunya yang tertawa bergelak menyerang dari kiri dan kanan tiba-tiba membuat Sin Hong mengeluh ketika pedang adiknya mencelat di pukul lepas oleh Hun Kiat yang membuat Bi Lan berteriak kaget, marah karena tak dapat melepaskan diri dari jeratan jala yang semakin mencekik. Dan ketika mereka meronta ronta namun jala semakin menyempit tahu tahu Mu Ba dan kawan-kawannya telah menotok mereka hingga roboh tak berkutik di dalam jala!
"Bruk!" Sin Hong dan Bi Lan marah bukan main. Mereka memaki kalang kabut pada musuh yeng berbuat curang ini, tak berdaya karena ruang geraknya dipersempit, dikepung pohon-pohon yang roboh bergelimpangan membuat mereka mudah terjerat jala. Kini tertotok dan diseret tiga orang itu yang tertawa tawa memandang mereka. Dan Hun Kiat yang langsung menghampiri, Bi Lan sudah berseri menowel pipi gadis ini.
"Ha ha, kau cantik, Bi Lan. Kau pantas menjadi kekasihku!"
Hun Kiat sudah mencium, bangkit nafsunya dan bergairah sekali memandang puteri Pendekar Gurun Neraka itu. Tapi Bi Lan yang memaki dan melengos ke kiri tiba-tiba meludahi muka pemuda ini dengan kata-kata marah, "Hun Kiat, kau pemuda tak tahu malu. Kau iblis keji yang hina-dina.... cuh!"
Hun Kiat terkejut. Dia terbelalak dan marah memandang gadis ini, mencengkeram dan tiba-tiba menyentak Bi Lan dari dalam jalanya, mau memaksa gadis itu untuk mencium kembali. Tapi bayangan merah yang berkelebat membentak tiba-tiba membuat pemuda itu tertegun kecewa.
"Hun Kiat, jangan main-main. Cepat ke Hwee-seng-kek (Lembah Gema Suara) sesuai rencana!"
Sin Hong dan Bi Lan terkejut. Mereka melihat So-beng muncul di situ, memanggul Kui Hoa dan adiknya yang rupanya pingsan, membentak Hun Kiat melotot pada mereka. Dan Hun Kiat yang mengangguk dan tertawa aneh lalu menyambar puteri Pendekar Gurun Neraka ini menyuruh gurunya membawa Sin Hong
"Suhu, bawa yang jantan itu, biar yang betina ini untukku!"
Mu Ba mengangguk. Dia sudah menyendal jalanya membuat Sin Hong mendesis karena tubuhnya terangkat dengan kasar. Dan ketika So-beng memberi tanda berkelebat lenyap maka Mu Ba dan teman-temannya ini mengikuti. Dipandang Sin Hong yang berdebar tak enak karena melihat Kun Houw. Dan Bi Lan yang juga tak melihat Liong Han akhirnya menggigit bibir memaki maki sepanjang jalan, melepas semua kemarahannya pada iblis-iblis yang garang itu.
Tapi So-beng dan teman temannya yang tak menghiraukan semua makian itu tetap berkelebat menerobos hutan menuju Hwee-seng kok. Tempat yang tak diketahui Bi Lan dan kakaknya dimana, Dan begitu semuanya lenyap meninggalkan hutan akhirnya tempat itupun sepi kembali seperti semula.
* * * * * * * *
"Yap Koko, ke mana anak-anak itu tadi?! Kenapa lama benar?"
Pendekar Gurun Neraka mengerutkan alisnya. "Mengejar Kun Houw, Hong-moi. Bukankah kita tahu?"
"Tapi kenapa lama amat? Aku khawatir. Yap-koko. Jangan jangan mereka mendapat halangan!" Pek Hong gelisah, melihat suami mereka itu masih bersikap tenang meskipun air muka tampak menunjukkan kekhawatiran.
Dan Ceng Bi yang juga berhenti menghapus keringatnya akhirnya ngambek tak mau meneruskan perjalanan. "Suamiku, aku mendapat firasat tak enak. Sebaiknya kita kembali mengikuti jejak anak-anak itu!"
"Ah, mereka bukan anak-anak kecil lagi, Bi-moi. Bukankah mereka dapat menjaga diri dan selama ini tak perlu kita lindungi?"
"Benar, tapi So-beng dan beberapa temannya yang lain masih hidup, suamiku. Dan kita merencanakan untuk mencari Iblis Penagih Jiwa ini. Enci Hong masih menyimpan ganjalan hatinya untuk tewasnya mendiang suhunya!"
Pendekar Gurun Neraka menarik napas. "Jadi bagaimana maksud kalian?"
"Kita kembali. Kita cari anak-anak itu!"
Pendekar Gurun Neraka mengangguk. Sebenarnya mereka telah cukup jauh meninggalkan kota raja, diam-diam heran dan cemas juga kenapa Sin Hong dan Bi Lan belum datang menyusul. Tapi begitu mengangguk memutar tubuh tiba-tiba sebuah bayangan berteriak di belakang mereka.
" Paman, tolong. Sin Hong dan Bi Lan diculik So-beng..."
Pendekar Gurun Neraka terkejut. Dua isterinya juga terbelalak, melihat Han Bu datang berlarian dengan keringat bercucuran, terluka pun tidaknya dan tampak pucat memanggil mereka. Dan Pendekar Gurun Neraka yang berkelit memapak pemuda ini tiba tiba melihat cucu nomor dua dari mendiang Pendekar Kepala Batu itu roboh terguling!
"Paman, tolong. Sin Hong diculik..."
Pendekar Gurun Neraka tersentak. Dia mennolong dulu keponakannya ini, melihat Han Bu terengah dan menuding-nuding ke belakang, gagap dan tampak bingung dengan muka menunjukkan kekhawatiran hebat. Dan Ceng Bi serta Pek Hong yang juga sudah melompat menghampiri pemuda ini akhirnya mengangkat bangun pemuda itu.
"Tenang, apa yang terjadi. Han Bu? Mana kakakmu?"
"Ah, mereka....ayah dan Ki-ko (kakak Ki) menghadang iblis-iblis itu di belakang, paman. Mereka melihat Sin Hong dan Bi Lan di pondongan iblis iblis jahat itu....!"
"Siapa saja?"
"So-beng dan teman-temannya. Termasuk Hun Kiat pemuda keparat itu. Mereka menuju ke Hwee-seng kok!"
Pendekar Gurun Neraka tertegun. Dia tampak terkejut mendengar disebutnya nama Lembah Gema Suara ini, tergetar dan sekilas menunjukkan muka yang berobah hebat. Pucat. Tapi Pendekar Gurun Neraka yang sudah menyambar Han Bu di atas pundaknya tiba-tiba menyentak dua isterinya di kiri kanan. "Hong-moi, Bi-moi, cepat. Anak-anak berada dalam bahaya kalau sampai memasuki lembah beracun itu!"
Ceng Bi dan Pek Hong mengangguk. Mereka sendiri sudah memegang lengan suami mereka erat-erat, mendengar Pendekar Gurun Neraka mengeluarkan suara aneh dari tenggorokannya, menjejakkan kaki dan tiba-tiba terbang ke tempat yang ditunjukkan Han Bu. Dan ketika mereka tiba di tempat di mana Sin Hong dan Bi Lan tertangkap jala dikelilingi pohon-pohon yang tumbang akhirnya pendekar ini menggeram bertanya pendek.
"Ke mana mereka, Han Bu?"
"Ke timur, keluar hutan ini, paman. Kami menjumpainya di luar hutan sebelah sana !"
Pendekar Gurun Neraka berkelebat. Dia kembali menarik dua istermya itu agar selalu menempel di tubuhnya, tak sampai ketinggalan, melekat dan diajak bersama menerobos hutan sebelah timur. Cepat luar biasa. Seolah tak menginjak bumi lagi bagai setan yang terbang! Tapi begitu tiba di hutan sebelah sana tiba-tiba pendekar ini tertegun ketika melihat tiga sosok tubuh bergelimpangan di tempat itu.
"Ceng Han-ko (kakak Ceng Han).....!"
Ceng Bi meloncat, melihat kakaknya mandi darah di tempat itu dengan luka menembus lehernya, menganga lebar disambar senjata tajam. Dan Ceng Bi yang menangis tersedu - sedu membalik tubuh kakaknya ini tiba-tiba menjerit dan hampir pingsan melihat bahwa kakaknya itu telah tewas.
"Ahh...!" Ceng Bi terguling, roboh di pelukan suaminya yang secepat itu menangkap wanita ini. Melihat Ceng Bi mengguguk dan menjerit histeris kaget dan marah melihat kematian kakaknya yang mengerikan.
Dan Han Bu yang juga terbelalak melihat kematian ayahnya ini tiba-tiba menggigil dan menangis menubruk mayat ayahnya Itu. "Ayah....."
Keadaan menjadi menyedihkan, Dua orang itu sama-sama menangis untuk kematian orang yang mereka cinta. Tapi Han Bu yang melompat bangun mengepal tinju tiba-tiba memekik dan berlari keluar hutan.
"So-beng, kau pembunuh. Kau jahanam keparat!"
Pendekar Gurun Neraka terkejut. Dia melihat keponakannya ini menjadi histeris dan kehilangan kontrol, berlari seperti terbang mencari iblis Penagih Jiwa itu, berteriak-teriak, mengamuk dan menghantam pohon di kiri kanan hingga jatuh bangun. Tak tahu bahwa sebuah jurang menganga di depan. Dan Pendekar Gurun Neraka yang tentu saja kaget membelalakkan mata tiba-tiba berkelebat ke depan menyerahkan Ceng Bi pada isterinya pertamanya.
"Bu-ji. awas....!"
Han Bu seperti gila. Dia berlari terus sambil berteriak-teriak, tak mendengar atau agaknya tak menghiraukan seruan itu, mendongak sambil menghantami apa saja yang ada didekatnya. Dan persis dia tiba di mulut jurang ini dan terjeblos ke bawah barulah pemuda itu terkejut dan sadar akan bahaya diri sendiri.
Tapi Pendekar Gurun Neraka telah terbang menyusulnya menggerakan lengan melakukan pukulan jarak jauh, menahan pemuda itu dengan angin pukulannya yang dahsyat. Dan ketika Han Bu tertegun dengan membelalak tahu-tahu pendekar ini mengebutkan lengan bajunya menarik pemuda itu.
"Bress!" Han Bu tersedot selamat, terbanting jatuh dan terguling-guling di tanah yang keras, mengeluh dan sadar bahwa Pendekar Gurun Neraka telah menolong jiwanya dari mulut jurang yang dalam. Dan Han Bu yang menangis menubruk pamannya akhirnya tersedu sedu teringat kematian ayahnya itu.
"Paman, So-beng membunuh ayahku. Iblis keparat itu membunuh ayahku!"
"Diamlah," Pendekar Gurun Neraka menotok keponakannya ini. "Bukan hanya ayahmu saja yang dibunuh Iblis Penagih Jiwa itu, Han Bu. Tapi juga orang-orarg lain yang kita cintai. Ayo kita kembali, kakakmu masih ada di sana dan seseorang yang belum kita ketahui."
Han Bu teringat. Dia mengangguk dibebaskan kembali totokannya, merasa lebih tenang setelah perdekar ini mengusap keplanya. Dan Han Bu yang kembali bersama pendekar sakti itu akhirnya melihat Ceng Bi dan Pek Hong bercucuran air mata menolong dua tubuh yarg tergeletak di samping mayat Ceng Han, yakni Han Ki dan seorang kakek tua yang kini dikenali sebagai Phoa-lojin adanya, tukang ramal yang menjadi guru mendiang Gin-ciam-siucai Hok Sun, kakek dari Hok Lian yang diperkosa Hun Kiat itu.
Dan ketika Pendekar Gurun Neraka membalik tubuh kakek ini ternyata Phoa lojin juga tewas seperti Ceng Han itu, hancur dadanya menerima pukulan berat. Tapi ketika Pendekar Gurun Neraka memeriksa Han Ki ternyata pemuda ini selamat meskipun leher dan pundaknya termakan senjata.
"Hm, kakakmu masih hidup. Bu-ji. Sebaiknya tolong kakakmu ini." Pendekar Gurun Neraka mengeluarkan sebutir obat, menelankannya pada mulut Han Ki yang pingsan dan menyerahkannya pada Han Bu, yang girang dan bersyukur bahwa kakaknya itu masih selamat, tak sampai tewas seperti ayah mereka.
Dan Pendekar Gurun Neraka yang mengajak dua isterinya merawat dua jenasah yang lain lalu mengubur Phoa lojin dan Ceng Han di tempat itu, menggali lubang dan melihat Ceng Bi masih menangis tiada hentinya, menggigit bibir dan mengepal tinju penuh sakit hati. Dan ketika semuanya selesai dan Han Ki dapat disadarkan akhirnya pendekar ini berkata pada yang lain-lain,
"Bi-moi. Disini kita lanjutkan perjalanan. Han Ki dan Han Bu biar ikut kita. Hwee-seng-kok masih jauh. Kita harus cepat-cepat menyelamatkan anak-anak kita."
Ceng Bi menubruk suaminya. Sekarang dia kehilangan saudara kandung, padahal baru beberapa waktu dia kehilangan ayahnya juga. Tapi Pendekar Gurun Neraka yang menghibur menyuruh isterinya diam akhirnya membawa mereka semua meninggalkan hutan itu, mengejar ke Hwee-seng-kok karena mereka harus berlomba dengan waktu. Dan ketika di tengah perjalanan kembali mereka menemukan sesosok tubuh yang bukan lain si Belut Emas Cui Lok akhirnya Ceng Bi mendengus berkata penuh dendam.
"Kita harus membunuh musuh-musuh kita itu, suamiku. So-beng dan semua teman-temannya harus kita basmi!"
Pendekar Gurun Neraka tersenyum pahit. Dia menghela napas mendengar suara yang penuh kebencian dari isterinya ini. Tapi karena musuh memang terlalu jahat dan harus dibasmi dia pun mengangguk dan meneruskan perjalanan, diam-diam cemas karena di sepanjang jalan mereka tak menemukan apa-apa lagi. Entah musuh tak melalui tempat itu ataukah apa. Dan ketika beberapa hari kemudian mereka melakukan perjalanan tanpa henti akhirnya Hwee-seng-kok pun tampak di depan mata!
"Hm, kita sudah sampai, Bi-moi. Tapi kenapa sunyi sunyi saja?"
Ceng Bi menggigil. Lembah Gema Suara itu tampak angker, sunyi dan menyeramkan seperti yang dikata suaminya. Masih berkabut seperti dulu dulu juga dan gelap. Pohon-pohonnya rapAt dan tinggi besar seolah angkuh menantang langit. Tampak dingin dan sombong. Dan Ceng Bi yang kelelahan memandang lembah ini tiba-tiba menangis teringat Sin Hong dan Bi Lan.
"Apakah mereka belum datang, suamiku. Ataukah kita yang terlalu cepat?"
Pendekar Gurun Neraka memberi isyarat. Dia tak menjawab pertanyaan isterinya itu, mendengar suara yang amat halus di belakang mereka. Dan persis dia mengerutkan kening tahu-tahu lima buah gelang meluncur menyambar mereka dari belakang.
"Awas ..!" Pendekar Gurun Neraka membalik, mengebutkan lengannya dan langsung menghantam lima senjata gelap yang meluncur di belakang mereka itu, terpental dan runtuh, melihat beberapa bayangan berkelebat muncul dan tertawa bergelak mengepung mereka berlima. Dan ketika Pendekar Gurun Neraka tertegun melihat siapa yang datang ternyata itu adalah So-beng dan rombongannya yang membawa Sin Hong dan Bi Lan!
"Ha-ha, selamat datang. Pendekar Gurun Neraka. Kiranya kalian talah dipandu oleh bocah yang sengaja kutinggalkan hidup itu!" So - beng berkelebat maju, menuding Han Ki yang marah memandang Iblis Penagih Jiwa ini, membentak dan siap menerjang maju. Tapi Ceng Bi yang sudah melengking tinggi melompat mendahului tiba tiba menyerang menghantam iblis berpakaian merah ini.
"So-beng, kau jahanam keparat!"
So-beng tersenyum. Dia menyodorkan tubuh Sin Hong menangkis pukulan wanita ini, tertawa aneh. Dan Ceng Bi yang tentu saja terkejut menarik pukulan segera memaki lawannya dan melompat mundur, melihat Mu Ba dan Hun Kiat serta yang lain-lain mengepung mereka.
Dan Pendekar Gurun Neraka yang maju menangkap isterinya sudah memutar tubuh menghadapi orang orang ini. "So-beng, apa yang kau maui? Kenapa kau menangkap anak-anak kami yang tidak berdosa?"
"Ha-ha, tidak berdosa menurut katamu, Pendekar Gurun Neraka. Tapi bersalah besar menurut kami. Kami datang untuk minta keadilan padamu!"
"Hm," Pendekar Gurun Neraka mengerutkan alis, masih bersikap tenang. "Keadilan tentang apa maksudmu? Keadilan macam bagaimana?"
"Kami ingin tukar-menukar jasa, Pendekar Gurun Neraka. Kami ingin menyelesaikan semua persoalan di antara kita!"
"Bagus, itu juga maksudku. Tapi kenapa kau menangkap anak-anak? Bebaskan mereka bila kau ingin menyelesaikan semua urusan denganku. So beng. Aku siap menghadapi siapapun dari kalian!"
"Hm," So-beng tertawa aneh, mengejek pendekar itu. "Aku bukan mengajak bertempur, Pendekar Gurun Neraka. Justeru sebaliknya untuk mengajak damai. Aku ingin kau tak mengganggu kami lagi dengan menyerahkan putera puterimu ini!"
"Maksudmu?"
"Permusuhan kita impas setelah kau berjanji untuk tidak mengejar ngejar kami. Dan untuk imbalannya kami akan menyerahkan kembali dua orang anakmu ini dengan selamat."
"Keparat!" Ceng Bi melengking. "Kau licik, So beng. Kau bicara seenaknya saja setelah kau membunuh kakakku?"
"Ya, dan kau telah membunuh guruku, Iblis Penagih Jiwa. Tak mungkin seenak itu kau minta bebas setelah seenak hatimu kau membunuh orang-orang yang kami cinta!" Pek Hong juga mengepal tinju, membentak Iblis Penagih Jiwa itu dan marah memandang lawan.
Dan So beng yang tertawa mengejek tiba-tiba menimang-nimang tubuh Sin Hong. "Hm, justeru itulah kami sekarang tak mau membunuh dua orang anak-anakmu ini hujin, Kami membunuh karena juga menagih jiwa. Mereka telah membunuh pula orang-orang yang kucintai. Termasuk perbuatan kalian menghancurkan kerajaan dan membunuh pula suhengku!"
Ceng Bi dan Pek Hong mengerutkan alis. Mereka teringat bahwa Iblis Penagih Jiwa ini adalah sute dari panglima Ok yang jatuh di jurang itu. Tewas ketika menerima pukulan suami mereka. Dan mereka yang tentu saja tertegun tak menjawab akhirnya menoleh, pada suami mereka yang sejak tadi juga mengerutkan alis dengan bingung.
"Bagaimana, Pendekar, Gurun Neraka? Kau dapat memberi jawabanmu?"
"Tidak!" Han Bu tiba-tiba membentak. "Kau dan bocah she Hun itu berhutang lebih banyak jiwa kepada kami, So-beng. Hun Kiat telah membunuh kakekku dan kau membunuh ayahku. Kami ingin membalas dendam!"
Han Ki juga melompat maju. "Benar, kalian berhutang lebih banyak jiwa kepada kami, Iblis Penagih Jiwa. Aku ingin membalas kematian ayah dan kakekku!"
Sin-yan Mo-Ii tiba tiba menjeletarkan cambuk, terkekeh meloncat dari rombongan Iblis Penagih Jiwa itu. "Hieh kucing-kucing muda ini sebaiknya dibungkam dulu, So-beng. Atau biarkan saja mereka maju melawan kita?"
"Hm," Iblis Penagih Jiwa mengejek. "Aku tak takut menghadapi kalian, anak-anak. Tapi sebaiknya tanya dulu pendapat Pendekar Gurun Neraka. Apakah kalian berdiri sendiri atau bergabung dengan paman kalian itu!"
"Keparat!" Han Bu menerjang, tak kuat menerima sikap lawan yang mengejek merendahkannya. Dan pemuda yang melengking dengan pukulan Pek hong-ciangnya pun sudah berkelebat ke depan menampar lawan, marah bukan main teringat kematian ayahnya. Tapi So-beng yang mendengus mengibaskan lengan tiba-tiba menangkis dan menbentak pemuda itu.
"Dukk!" Han Bu terbanting. Pemuda ini kalah kuat, tapi ketika dia melompat bangun untuk menyerang lagi dengan nekat tiba-tiba Pendekar Gurun Neraka telah menekan pundaknya dengan bisikan perlahan, "Bu-ji, jangan mengumbar kemarahan dulu. Lihat keadaan Sin Hong dan Bi Lan!"
Han Bu terbelalak. Dia jadi menahan kemarahannya itu ketika melihat Sin Hong dan Bi Lan ditekan ubun-ubunnya, siap dibunuh dengan pukulan maut. Ancaman kalau pihak musuh terancam! Dan Han Bu yang tentu saja menggeram melihat ini mendengar Iblis Penagih Jiwa itu tertawa mengejek.
"Pendekar Gurun Neraka, kami tak mau main-main dengan bocah cilik. Sebaiknya kau putuskan dulu penawaran kami tadi. Kalau kau menolak kami siap mampus ditanganmu tapi semua anak-anakmu akan kami bunuh terlebih dahulu. Nah. tentukanlah sikapmu!"
So-beng rupanya gentar, amat menakuti kepandaian pendekar sakti ini hingga minta jalan "damai" dengan cara menangkap anak anak Pendekar Gurun Neraka itu. Menjebaknya dengan cara curang. Dan Sin Hong yang terbelalak dengan muka merah tiba tiba berseru,
"Ayah, bunuh saja orang-orang ini. Jangan hiraukan diriku!"
"Benar," Bi Lan juga berteriak, tak berdaya di bawah totokan. "Bunuh saja orang-orang itu ayah. Kami siap mati asal mereka juga di basmi...!"
Pendekar Gurun Neraka tertegun. Ceng Bi menangis terisak-isak dan Pek Hong yang juga mencucurkan air mata melihat keadaan anak anak mereka itu tiba-tiba dipandang suaminya.
"Bagaimana, Hong-moi? Kalian mempunyai jalan keluar?"
"Tidak...." Pek Hong gemetar. "Aku tak tahu bagaimana sebaiknya. Yap koko. Tapi kumohon padamu agar anak-anak kita tidak sampai terbunuh!"
"Hm, itu berarti menyerah pada kehendak mereka, Hong-moi. Kau siap memenuhi permintaan ini?"
Pek Hong bingung. Dia juga tak tahu harus bersikap bagaimana saat itu. Maklum, So-beng dan teman-temannya berhutang jiwa dan keributan yang besar kepada mereka. Telah membunuh gurunya dan Ciok-thouw Taihiap. Juga Ceng Han dan orang-orang lain. Terlalu banyak disebutkan satu persatu. Tapi karena anak-anak mereka tertangkap di tangan iblis-iblis keji itu dan mereka juga harus menyelamatkan anak-anak ini, akhirnya Pek Hong dihadapkan satu di antara dua pilihan. Membunuh orang orang itu tapi Sin Hong dan Bi Lan juga akan terbunuh ataukah membebaskannya begitu saja dan semua sakit hatinya dianggap tidak ada!
"Bagaimana Hong-moi? Kita menyerah?" Pendekar Gurun Neraka kembali bertanya, bingung melihat isterinya juga bingung. Tapi ketika Pek Hong tak menjawab juga dan malah menangis semakin deras, tiba-tiba pendekar ini menghadapi isterinya nomor dua. "Bi-moi, bagaimana pendapatamu? Kita menyerah dan menghapus semua dendam?"
Ceng Bi tak dapat menjawab. Dia terang tak setuju membebaskan orang-orang jahat itu setelah mereka membunuh ayah dan kakaknya. Tapi karena sekarang Bi Lan dan Sin Hong ada di tangan orang-orang itu akhirnya wanita ini mengguguk dan memandang anak anaknya dalam tawanan orang orang itu. "Aku tak tahu, suamiku. Tapi aku minta anak-anakku selamat. Mereka harus dibebaskan!"
"Hm, itu artinya menyerah. Jadi kita tunduk pada mereka?"
Tapi Sin Hong dan Bi Lan berterik, berseru pada ayah ibunya itu, "Tidak, jangan menyerah pada iblis-iblis busuk ini ayah. Kematian kong-kong dan saudara-saudara lain hurus dibalaskan! Jangan hiraukan kami. Kami rela mati asal mereka semua dibasmi....!"
Ceng Bi menggigit bibir; "Tidak... kalian tak boleh mati, nak... kalian harus hidup dan tak boleh menjadi korban orang-orang biadab ini...!" dan Ceng Bi yang memutar tubuh menghadapi lawannya tiba tiba berkata, "So-beng, bagaimana jika dua orang anak itu kutukar dengan jiwaku? Bebaskan mereka, biar kuganti dengan kematianku."
So-beng terkejut. Tapi belum dia menjawab tiba-tiba Pek Hong yang dapat mengerti perasaan madunya mendadak juga melompat maju, berseru nyaring. "Benar, dan bukan satu jiwa yang akan diserahkan padamu, So-beng. Melainkan dua jiwa karena aku juga ikut. Bebaskan mereka, kuganti mereka berdua dengan jiwa kami!"
So beng membelalakkan matanya. Dia terkejut dan tertegun oleh pernyataan dua wanita cantik ini dua isteri Pendekar Gurun Neraka yang sama-sama siap menyerahkan diri sebagai ganti keselamatan Sin Hong dan Bi Lan. Pengorbanan seorang ibu yang memuncak dalam kekhawatiran hebat. Klimaks dari kasih sayang!
Dan Pendekar Gurun Neraka serta Han Bu dan Han Ki yang juga terkejut oleh pernyataan dua wanita in tiba-tiba mendelong dan kaget bukan main. Tapi Pendekar Gurun Neraka melompat maju, menarik dua isterinya dengan muka berobah, pucat dan merah berganti-ganti. Dan pendekar yang terkejut dengan seruan dua isterinya itu sudah membentak dengan suara kaget,
"Bi-moi, kalian gila? Pek Hong, kau tidak waras?"
Tapi dua isteri Pendekar Gurun Neraka yang meronta melepaskan diri mendadak sama-sama marah pada suami mereka itu. "Biar, kami menghendaki keselamatan Bi Lan dan Sin Hong, yap-koko. Dan untuk itu kami rela berkorban. Dulupun kami telah mempertaruhkan nyawa katika melahirkan mereka!"
Pendekar Gurun Neraka tertegun. Dia terang pucat memandang dua isterinya tercinta ini, Diam-diam menyambar So-beng dan kawan-kawannya dengan pandangan penuh ancaman. Pandangan yang membuat bulu roma bergidik karena tampak begitu ganas dan berkilat kilat. Bagai seekor naga yang mulai disakiti. Bangkit segala getaran dan kemarahannya. Mengejutkan semua orang karena mata Pendekar Gurun Neraka tiba-tiba mencorong bagai mengeluarkan api!
Dan So-beng yang tentu saja terkejut oleh hawa menakutkan yang keluar dari tubuh Pendekar Gurun Neraka tiba-tiba tertawa dan mundur setindak, terdorong oleh wibawa menakutkan yang keluar dari pendekar sakti itu. Maklum bahwa tak mungkin baginya meluluskan permintaan dua wanita ini karena Pendekar Gurun Neraka tentu tak akan memberi ampun pada mereka. Bakal melumat dan menghancurkan mereka. Lebih baik melalui jalan damai! Dan So-beng yang tertawa melangkah mundur tiba-tiba berkata serak,
"Tidak, kami tak dapat meluluskan permintaan kalian, hujin (nyonya). Kami tetap pada permintaan kami melakukan tukar-menukar dengan cara itu saja. Kami minta semua perhitungan lunas dan anak-anakmu akan kami bebaskan."
Ceng Bi melotot. Dia tak tahu bahwa So-beng dan teman-temannya lega kembali setelah melihat sorot yang luar biasa dari tubuh Pendekar Gurun Neraka lenyap. Hilang sudah setelah Iblis Penagih Jiwa itu menolak keinginan Ceng Bi. Dan Ceng Bi yang tentu saja marah dan bingung akhirnya mendengar suaminya berkata, perlahan tapi tegas dan mantap.
"Baiklah, kami akan memenuhi permintaanmu, So-beng Sekarang lepaskan anak-anakku dan perhitungan di antara kita impas!"
"Ha-ha, cukup begitu saja. Pendekar Gurun Neraka? Siapa yang kau maksud kami? Jawabanmu kurang tegas, ikut sertakan pula dua orang anakmu yang kami tangkap ini. Juga dua bocah she Souw itu!"
Pendekar Gurun Neraka tertegun. Sebenarnya dia bersikap cerdik dengan kata-katanya tadi. Hanya memaksudkan dia dan isterinya sebagai "kami", tak mengikutsertakan Han Ki dan adiknya serta Sin Hong dan Bi Lan agar mereka dapat membasmi iblis iblis jahat itu. Tapi karena So beng rupanya juga cerdik dan dapat menangkap apa yang dia katakan akhirnya pendekar ini terpaksa mengangguk dan berkata lagi "Baiklah, empat orang muda ini tak akan membalas apa-apa pada dirimu, So-beng. Sekarang bebaskan mereka dan cepat penuhi janjimu?"
So-beng tertawa bergelak. Dia membebaskan totokan Sin Hong dan melempar pemuda itu pada ayahnya, memberi isyarat agar Hun Kiat yang membawa Bi Lan juga melepas gadis itu pada orang tuanya. Tapi Hun Kiat yang mengerutkan kening tertawa mengejek tiba-tiba berseru,
"So-beng, aku melihat sesuatu yang tidak beres di sini Pendekar Gurun Neraka hanya berjanji padamu seorang. Bukan kepada kami semua disini"
So-beng terkejut. "Apa maksudmu?"
"Hm," Hun Kiat menjengek, masih belum melepaskan Bi Lan. "Pendekar Gurun Neraka hanya berjanji padamu seorang Iblis Penagih Jiwa. Dengar saja kata-katanya tadi bahwa mereka tak akan membalas apapun pada dirimu. Bukankah ini berarti kami yang lain akan menerima resiko dan membiarkanmu selamat sendirian? Tidak, kau tak boleh enak sendiri, So-beng Pendekar Gurun Neraka harus menunjukan janjinya kepada kami semua. Bukan pada dirimu seorang."
Mu Ba dan yang lain-lain ribut. Mereka mendusin setelah sekarang Hun Kiat menyebutkan soal itu. Sadar bahwa Pendekar Gurun Neraka memang menyebutkan janjinya peda Iblis Penagih Jiwa. Berarti khusus untuk Iblis Penagih Jiwa itu dan bukan kepada mereka semua. Dan Mu Ba yang tentu saja terkejut menggeram marah lalu melompat maju mempengaruhi teman-temannya, berkata pada Sin-yan Mo-li, "Bagaimana pendapatmu Moli? Bukankah apa yang dikatakan muridku benar? Pendekar Gurun Neraka hanya menyebutkan janjinya untuk So-beng, bukan untuk kita semua!"
Sin-yan Mo li menjeletarkan cambuk. "Benar, kita hampir terkecoh oleh janji Pendekar Gurun Neraka, Mu Ba. So-beng tak boleh enak sendirian. Kita semuanya juga harus mendapatkan janji pendekar itu... Tar-tar!"
Pendekar Gurun Neraka terbelalak. Dia terkejut melihat Hun Kiat tampil dengan kata-katanya itu, jitu sekali karena dia memang menyatakan janjinya pada So-beng. Diam-diam tertegun bahwa murid Sin-Thouw-liong Mu Ba itu memiliki kecerdikan yang tak kalah tinggi dengan Iblis Penagih Jiwa. Dapat "mengendus" apa yang tidak beres. Dan Pendekar Gurun Neraka yang tentu saja terkejut membelalakkan mata akhirnya mendengar orang orang itu berteriak pedanya untuk mengulang janji.
Dari di sini dapatlah dilihat betapa besar kekuatan Pendekar Gurun Neraka. Betapa dia amat ditakuti dan disegani lawan. Semuanya ingin selamat dan tak mau berhadapan dengan pendekar besar itu. Dan karena lawan telah mengetahui aksinya dan Pendekar Gurun Neraka tak dapat berkutik lagi terpaksa pendekar ini mengulang janjinya bahwa dia dan semua anak isterinya yang ada di tempat itu tak akan mengganggu iblis iblis ini. Dan begitu janji selesai diucapkan tiba tiba Bi Lan dibebaskan dan dilemparkan ke arah pendekar sakti itu.
"Ha-ha, terima kasih, Pendekar Gurun Neraka. Sekarang kami bebas"
Tapi dua lengkingan tinggi tiba-tiba mengejutkan semua orang. Dua bayangan berkelebat di mulut lembah, muncul membentak rombongan Iblis Penagih Jiwa. Dan ketika semua mata terbelalak tahu tahu Kun Houw dan Liong Han telah muncul di situ dengan senjata di tangan!
"So beng hutang dosamu terlalu banyak. Kami yang akan mewakili Pendekar Gurun Neraka membasmi kalian...!"
So-beng dan teman temannya terkejut. Mereka terbelalak melihat Kun Houw dengan Pedang Medali Naganya itu, bergetar berapi api memandang mereka tegak dengan muka marah. Dan Pendekar Gurun Neraka yang tiba-tiba tersenyum melihat kedatangan puteranya ini tiba-tiba berseru dengan wajah berseri,
"So-beng, Kun Houw tak masuK dalam janjiku tadi. Dia datang di luar perhitungan kita!"
So-beng tertegun. Dia memang harus mengakui itu, tak dapat berbuat banyak. Apalagi Sin Hong dan adiknya juga sudah dibebaskan. Berarti mereka harus menghadapi murid Bu-tiong-kiam yang amat lihai ini, gagah dan diam-diam membuat dia merasa kecut! Tapi So-beng yang tertawa melompat mundur tiba-tiba berkata serak pada teman-temannya dibelakang, "Mu Ba. Kun Houw sudah datang mengancam kita. Apa yang hendak kita lakukan padanya?"
Mu Ba melirik gentar. "Sebaiknya kita bunuh pemuda itu, So-beng. Tapi Pendekar Gurun Neraka tak boleh membantu!"
"Tentu, Pendekar Gurun Neraka tak akan membantu siapapun, Mu Ba. Aku percaya dia tak akan menjilat janji!"
Mu Ba menoleh kiri kanan. "Kalau begitu kau majulah, biar aku di belakang!"
So-beng terkejut. "Apa maksudmu?"
Mu Ba tertawa menyeringai. "Kami telah berkali-kali menghadapi pemuda ini, Iblis Penagih Jiwa. Sekarang kami ingin melihat kau menghadapi pemuda itu. Kau majaulah biar kami di belakang!"
"Pengecut!" So-beng tiba tiba marah. "Kita semua harus membunuh pemuda ini. Mu Ba. tak ada yang di belakang atau di muka!"
Tapi Mu Ba tetap menggeleng. Dia mengetahui benar kehebatan murid Bu tiong kiam itu. Berkali-kali merasakan kelihaiannya yang luar biasa Apalagi Kun Houw memegang Pedang Medali Naga. Pedang yang ampuh dan amat luar biasa! Dan Mu Ba yang mundur tak malu-malu menunjukkan kegentarannya, tiba-tiba tertawa mengejek memandang yang lain.
"Mo-li, kan berani menemani Iblis Penagih Jiwa itu? Kau majulah di depan, kau temani dia. Biar aku di belakang!"
Sin-yan Mo-li terbelalak. Dia marah malihat sikap Mu Ba yang pengecut itu, belum merasakan sendiri kelihaian Kun Houw karena jarang dia keluar. Tapi karena dia telah mendengar kehebatan pemuda ini dari mulut ke mulut akhirnya diapun ragu tapi juga mendongkol, melihat So-beng membeliak seakan hendak menelan iblis tinggi besar itu dengan matanya bulat-bulat, gusar bukan kepalang. Dan Sam hek-bi kwi yang juga mundur dibelakang Mu Ba tiba-tiba dipandang Iblis Penagih Jiwa ini.
"Kalian juga tak mau maju, Bi Kwi?"
Bi Kwi gentar. "Kun Houw mencari dirimu, So-beng. Kami melihat saja keadaan kalau Kun Houw menyerang!"
"Keparat, tapi kita semua yang diincar pemuda ini, Bi Kwi. Kita semua harus bersatu-padu menghadapi pemuda itu. Ini kesempatan terakhir bagi kita untuk membunuh pemuda itu!"
Tapi Bi Kwi masih gugup. Tiga wanita ini sama menggeleng dengan muka berubah, masing masing telah merasai kelihaian Kun Houw dengan Pedang Medali Naganya. Bersikap seperti Mu Ba agar So-beng lebih dulu maju, mereka dibelakang. Hal yang menggelikan dan tampak betapa pengecut serta liciknya orang orang golongan hitam itu.
Dan So-beng yang akhirnya memandang Hun Kiat karena pemuda itulah orang terakhir yang merupakan satu-satunya pemuda yang diharap mau tampil ke depan akhirnya ditanya Iblis Penagih Jiwa ini dengan suara yang serak menakutkan, setengah kecewa setengah marah, "Dan kau. Bagaimana, Hun Kiat? Kau juga seperti gurumu atau maju bersamaku menghadapi pemuda itu?"
Hun Kiat tersenyum. Sebenarnya dia juga gentar untuk menghadapi Kun Houw sendirian, Maklun bahwa dia bukan tandingan pemuda itu. Jadi jalan paling baik adalah mengeroyok dan secepat mungkin membunuh pemuda itu, hal yang susah, menyangsikan karena dulu dikeroyok tujuh saja Kun Houw dapat melayani mereka dengan baik. Peristiwa yang luar biasa dan tak mudah dilupakan. Dan Hun Kiat yang masih teringat baik peristiwa ini lalu menjawab dengan senyum lebarnya.
"Aku ingin menonton dulu kepandaianmu. So-beng. Dulu kami telah menghadapi Kun houw tanpa dirimu. Sekarang kau majulah ke depan dan akan kubantu kalau kau terdesak!"
"Keparat!!" So-beng memuncak marahnya. "Kau licik, Hun Kiat. Kau ternyata sama sepert gurumu yang pengecut itu. Kalian semua tikus tikus tak berguna!!"
Tar...!" Sin-yan Mo li tiba-tiba meledakkan cambuknya. "Tidak semua seperti yang kau bilang, So-beng. Aku Sin-yan Mo-li tak takut menghadapi pemuda ini. Ayo kita maju... tartar!" dan Sin-yan Mo-li yang marah meledakkan cambuk tiba-tiba melompat ke depan menjeletarkan senjatanya berulang-ulang. Nenek ini rupanya malu dan gusar melihat teman-temannya yang pengecut, mendelik pada Kun Houw karena pamor pemuda itu naik, melihat Pendekar Gurun Neraka dan anak isterinya tersenyum mengejek. Tentu menghina mereka yang dianggap tak tahu malu.
Dan So-beng yang girang melihat nenek ini maju tiba-tiba berseru mencabut senjatanya. Cakar baja yang mengerikan itu. Senjata yang tiba-tiba membuat Pek Hong melotot karena dengan senjata itulah suhunya terbunuh Tapi So beng yang tertawa tak menghiraukan isteri Pendekar Gurun Neraka ini sudah berkata dengan suara nyaring, "Bagus, kiranya tak semua wanita seperti cacing lemah. Mo-li. Setidak-tidaknya kau telah membuktikan itu dan jauh lebih jantan dibanding raksasa mongol itu. juga muridnya!"
Mu Ba dan Hun Kiat semburat merah. Mereka tahu siapa yang dimaksud itu. Bukan lain mereka berdua, guru dan murid. Mu Ba dianggap raksasa mongol yang bodoh dan tak melebihi cacing tanah. Tapi Hun Kiat yang tersenyum menowel gurunya berbisik perlahan menghibur diri, "Biarlah, So-beng memang sombong, suhu. Kalau dia dapat mengatasi Kun Houw biarlah kesombongannya kita akui. Tapi kalau dia terdesak biarlah kita ganti memaki dia nanti."
Mu Ba tak menjawab. Dia sudah melihat Iblis Penagih Jiwa itu bersiap siap di hadapan Kun Houw, menggerakkan cakar bajanya yang tiba-tiba berkerotok secara aneh, tertawa mengejek sementara Sin-yan Mo-li melompat di belakang mengurung Kun Houw. Keduanya sudah bersiap untuk mengeroyok pemuda ini tak malu-malu lagi.
Tapi Liong Han yang membentak memutar tubuh tiba-tiba beradu punggung dengan murid Bu tiong-kiam-ini. "Kun Houw, kau hadapi Iblis Penagih Jiwa itu. Biar aku si nenek iblis ini!"
Kun Houw mengerutkan kening. "Tidak, mereka hanya berdua saja, saudara Liong Han. Sebaiknya biar kuhadapi mereka sementara kau menjaga yang lain. Dua orang ini kebetulan adalah orang orang yang telah membunuh guruku. Aku lebih berkepentingan dibanding kau!"
"Tapi..."
"Sudahlah." Kun Houw mendorong temannya. "Kau tolong aku menjaga yang lain-lain itu. Liong Han. Mereka menjadi bagianmu kalau membokong secara licik. Mereka tentu akan berbuat curang!"
Liong Han masih ragu. Tapi ketika Pendekar Gurun Neraka berseru menyetujui kata-kata Kun Houw akhirnya murid Pek kut Hosiang ini mundur juga. Apalagi ketika Bi Lan ikut bicara, menyambung kata-kata ayahnya bahwa Kun Houw tak perlu dikhawatirkan karena Pendekar Gurun Neraka telah mengetahui benar kelihaian pemuda itu. Dan Liong Han yang mundur melirik Bi Lan kembali mendengar gadis itu mengulang seruannya,
"Mundurlah, ayah telah mengetahui kelihaian Kun Houw, Han-ko. Percayalah bahwa Kun Houw pasti menang!"
Liong Han tersenyum. Seruan merdu itu membuat Liong Han mengangguk manis pada puteri Pendekar Gurun Neraka ini, berdebar mendengar Bi Lan tak malu-malu lagi menyebutnya Han-ko. Sebutan yang terdengar mesra hingga ayah ibu gadis itu menoleh dan membuat Bi Lan tersipu. Diam-diam dipandang marah oleh Hun Kiat yang panas hatinya.
Tapi So-beng dan Sin-yan Mo-li yang mendengar kata kata Bi Lan justeru mendongkol dan naik darah. "Hm... bocah ini belum tentu menang menghadapi kami, Bi Lan. Tak perlu kau memujinya membesarkan hati"
Bi Lan menjengek. Dia tak menjawab kata kata Iblis Penagih Jiwa itu, mengerling dan tiba-tiba semburat merah ketika secara tak sengaja Liong Han juga memandangnya. Sedetik sama mengerling dan melempar pandangan mesra. Hal yang tidak luput dari perhatian Pendekar Gurun Neraka dan dua isterinya.
Dan Kun Houw yang tak mau banyak cakap menghadapi lawan akhirnya berseru menegetarkan pedang. "So-beng, majulah. Aku siap membunuh kalian berdua!"
So-beng mendengus. Sebenarnya dia marah pada lawannya itu, semakin marah melihat teman-temannya yang lain berdiri menonton. Tapi Sin-yan Mo-li yang meledakkan cambuk berkelebat ke depan tiba-tiba membentak menyerang Kun Houw, mendahului dengan satu lecutan panjang ke mata kiri pemuda itu.
"Kun Houw, tak perlu sombong. Lihat seranganku.... tar tar!"
Sin-yan Mo-li sudah mulai menyerang. Dia rupanya tak tahan mendengar semuanya itu, melihat Kun Houw mendapat dukungan penuh sementara di pihaknya sendiri semua temannya tampak ragu. Hal yang menyakitkan bagi mereka ini. Dan cambuk yang meledak menyambar Kun Houw tiba-tiba disusul bayangan Iblis Penagih Jiwa yang meloncat menghantamkan tangan kirinya.
"Kun Houw, kau tak dapat membunuh kami....!"
Kun Houw berkelit. Dia menghindar serangan cambuk yang menuju mata kirinya, mendengar ledakan di samping kepala, keras memekakkan telinga bagai petir membelah angkasa. Tapi melihat So beng menyusul dengan satu pukulan berbahaya menuju lambung kanannya tiba tiba Kun Houw membentak menangkis dengan pedang.
"Sing....!"
So beng ganti berkelit. Iblis Penagih Jiwa itu rupanya juga tahu keampuhan pedang di tangan Kun Houw ini, mengelak dan cepat memutar kaki mengayun tendangan, begitu cepat di saat Kun Houw terdorong maju oleh gerakkan pedangnya. Dan ketika Kun Houw terjengkang dan jatuh bergulingan maka saat itu Sin-yan Mo-li melengking menyambar dengan cambuknya, kembali merjeletar disusul Iblis Penagih Jiwa yang berkelebat ke depan, mengejar dengan pukulan lengan kirinya mengeluarkan uap kemerahan, dahsyat menyambar diiringi gerakan cakar baja yang bersiut menyeramkan menuju dada Kun Houw. Dan Kun Houw yang melejit menggeram marah tiba-tiba memutar pedang dan mendorong tangan kirinya.
"Plak-dess!"
Tiga orang itu tersentak. Mereka masing-masing berseru kaget dan berjungkir balik menjauhi lawan, tergetar dan tertolak oleh benturan tenaga yang membuat mereka mencelat, terlempar oleh daya tolak yang tinggi. Tapi So-beng dan temannya yang sudah memekik dan maju kembali tahu-tahu menerjang dan berkelebat lenyap mengerahkan ginkang mereka.
"Mo-li, serang dia dari belakang....!" So-beng berseru, menggerakkan cakar bajanya dan tangan kiri yang bertubi-tubi melancarkan pukulan uap merah, Ang in-tok-ciang (Pukulan Beracun Awan Merah), menghantam dan menyerang Kun Houw dari bagian depan sementara temannya menganggu dan menyerang Kun Houw dibelakang punggung, mengeletar dan meledakkan cambuk gegap gempita bagai petir di tengah badai. Sebentar saja mengeroyok dan menghujani murid jago pedang ini dengan serangan mereka yang bertubi-tubi. Deras bagai hujan dicurahkan dari langit. Dan Kun Houw yang terdesak sejenak oleh keributan lawan yang hebat luar biasa akhirnya tak dapat menghindari diri dari ledakan cambuk yang merobek baju punggungnya.
"Tar-tar!"
Kun Houw menggigit bibir. Dia tetap mengerahkan sinkang, melindungi seluruh bagian tubuhnya dengan hawa sakti yang membuatnya kebal, atos dan liat bagai lempengan baja. Tapi cambuk Sin-yan Mo-li yang menggigitnya pedas di belakang punggung tetap saja menyengat tubuhnya bagai celomotan api hingga membuat dia mendesis. Marah dan kaget melihat nenek ini ternyata memiliki sinkang yang kuat juga. Dan ketika lawan terkekeh dan kembali cambuk menghajar punggungnya maka di saat yang lain So-beng juga menggerakkan cakar bajanya menusuk tenggorokan.
"Bret!" Kun Houw lagi-lagi kaget. Dia kalah cepat oleh gerakan lawan, robek leher bajunya disambar cakar yang meliuk dan kini menyambar ubun-ubun kepalanya dari atas ke bawah, cepat bukan main disusul pukulan tangan kiri lawan yang melancarkan Ang in-tok-ciangnya itu. Tapi Kun Houw yang tak mau berayal dan meloncat ke kanan mengelak gerakan cakar tiba-tiba menyambut pukulan lawan dengan tangan kirinya pula, mengerahkan Jing-liong-sin-kang yang secepat itu sudah disiapkan menghadapi lawan. Dan begitu dua pukulan beradu di udara tiba-tiba bumi berguncang dan So-beng mencelat kaget.
"Dess!" So-Beng terpekik. Untuk pertama kalinya dia terkejut, berjungkir balik diudara dan melihat Kun Houw mengejarnya dengan beringas.
Tapi Sin-yan Mo-li yang membokong dibelakang dengan ledakan cambuknya tiba-tiba terkekeh menotok jalan darah Giom mo-hiat di unyeng-unyeng Kun Houw. "Bocah, mampuslah...!"
Kun Houw terkejut. Dia terpaksa memutar tubuh menghentikan serangannya pada So-beng, membentak marah pada nenek iblis yang menotok jalan darah kematiannya itu, terpaksa membalik dan menggerakkan pedang menangkis serangan ini. Dan ketika cambuk si nenek terbabat putus dan Sin Yan Mo-li berseru kaget, maka nenek iblis ini melompat bergulingan membanting tubuhnya.
"Tas!!" Cambuk si nenek buntung sebagian. Kun Houw mengejar ganas memburu nenek ini dengan gerakan pedangnya yang melejit bagai ular menari, berkelebat ke depan menusuk lawan dengan bentakan tinggi. Tapi So-beng yang ganti membantu nenek itu membokong Kun Houw, terpaksa membuat Kun Houw menggeram dan menghentikan serangannya, membalik dan melayani Iblis Penagih Jiwa itu.
Tapi ketika Iblis Penagih Jiwa mengelak dan tak berani mengadu senjatanya maka si nenek iblis sudah melompat bangun dan menyerang Kun Houw dari belakang membuat jalannya pertandingan seru dan hebat bukan main. Dan begitu masing-masing saling menyerang dan menangkis, maka pertempuran tiga orang ini cukup mendebarkan dan luar biasa juga...