Pedang Medali Naga Jilid 32 - Sonny Ogawa

Halaman

    Social Items

PEDANG MEDALI NAGA
JILID 32
KARYA BATARA

Cerita Silat Mandarin Karya Batara
OK-ciangkun terkejut. Dia sedang bingung saat itu, mau melihat kebakaran ataukah menangkap Kun Houw. Tapi begitu mendengar anaknya di culik tiba tiba panglima ini berkelebat ke dalam meninggalkan Kun Houw, menyuruh pembantu pembantunya menangkap Kun Houw dan teman-temannya yang datang itu. 

Dan ketika kebakaran menjadi besar dan timbul di mana-mana membuat gaduh akhirnya pagi yang buta itu berobah menjadi keributan menggemparkan yang membuat istana guncang, tak tahu apa sebenarnya yang terjadi karena kerabat kaisar masih lelap dalam tidurnya, melompat bangun mendengar teriakan menyayat di sana sini.

Dan ketika teriakan kebakaran berobah menjadi pemberontakan akhirnya istana kalut dan kacau di sana-sini. melihat pasukan besar meluruk membabat pengawal, maju memasuki istana dan berderap bagai ribuan gajah yang membuat panik. Dan ketika genta dipukul menyambut bahaya akhirnya kota raja menjadi geger dan kalang kabut. Melihat empat pintu gerbang didobrak hancur memasukkan ribuan bala tentara yang menyerang sambil bersorak-sorak, maju menyerbu memasuki tengah kota.

Sebentar saja penduduk gempar dan berteriak-teriak. menambah kacaunya semua keadaan yang sudah tak keruan. Dan ketika suasana mencapai puncaknya dan pasukan penyerbu yang berjumlah besar ini menyerang ke dalam tiba-tiba saja dari dalam istana muncul pasukan-pasukan serupa yang bersorak-sorai menyerbu pengawal. Ributlah keadaan.

Suasana menjadi semrawut, tumpang tindih tak keruan di pagi buta. Menggugah mengejutkan yang enak-enak tidur. Dan Ok ciangkun yang jadi bingung oleh perobahan besar besaran ini akhirnya mencak-mencak mengatur pasukannya, menyambut pasukan musuh yang kian dekat memasuki istana. Tak jadi mencari Kui Hoa yang diculik orang!

Dan Hun Kiat yang juga dipanggil memimpin pasukannya akhirnya ditarik meninggalkan Kun Houw, geger sendiri sendiri melupakan urusan pribadi. Tapi Kun Houw yang juga memimpin pasukan cadangannya yang sebenarnya telah diganti oleh orang-orang Ho-han-hwe menyambut pasukan Hun Kiat yang tentu saja kaget dan marah, mendelik bahwa Kun Houw benar-benar berkhianat, menyerbu pasukannya yang berjumlah seribu orang itu. Baru tahu bahwa panah api yang dilepas Kun Houw sebenarnya merupakan isyarat untuk menyerbu besar-besaran, meluruk istana. Dan Kun Houw serta Hun Kiat yang akhirnya bertemu dalam pertempuran di luar istana akhirnya berhadapan satu lawan satu!

"Kun Houw kau anjing hina-dina. Kau penghianat mata-mata!"

Kun Houw tertawa mengejek. "Tak perlu menyebut siapa pengkhianat, Hun Kiat. Kaulah yang sebenarnya pengkhianat. Kau membalas budi ibuku dengan racun pembunuhan!"

"Keparat!" Hun Kiat yang menerjang melancarkan pukulan lalu membentak menghantam dada Kun Houw langsung mengeluarkan Soan-hoan ciangnya itu. Ilmu yang paling baik dimilikinya. Tapi Kun Houw yang menyelak sambil menangkis tiba tiba memutar lengan mendorong dengan Jing liong Sin-kangnya.

"Dukk!" dan Hun Kiat terdorong mundur, masih kalah seusap oleh Jing-liong Sin-kang lawan yang lebih kuat sedikit, membuat Hun Kiat mendelik dan marah bukan main. Dan ketika Kun Houw menjejak dan pasukan dua belah pihak bersorak memberi semangat akhirnya Hun Kiat mencabut pedang mainkan Cui-mo Kiam-sut (Silat Pedang Pengejar Iblis) yakni ilmu pedang yang diwarisinya dari Pendekar Kepala Batu yang dulu tak menyangka pemuda ini bakal mengkhianatinya, memutar pedang menerjang Kun Houw, sebentar kemudian lenyap dalam gulungan pedang dan mencari kelemahan Kun Houw.

Dan Kun Houw yang tentu saja mendengus mengeluarkan Pedang Medali Naganya akhirnya membentak dan melayani lawannya itu. Maka terjadilah pertandingan dahsyat diantara dua orang pemuda ini. Hun Kiat mengganti-ganti permainan ilmu silatnya, menyelang-nyeling dengan semua ilmu yang dimiliknya. Baik dari Mu Ba maupun Mayat Hidup, digabung pula dengan ilmu silat yang diwarisinya dari mendiang Ciok-thouw-ciang itu.

Dan karena Hun Kiat memang pandai mencampur aduk ilmu-ilmu silat ini akhirnya Kun Houw tertegun jgua melihat tingkah lawan. Tampak edan-edanan namun mengandung tipu muslihat luar biasa, berobah menjadi licik dan ganas ditangan pemuda itu yang suka kelicikan dan curang. Dan ketika Hun Kiat menggerakkan pula tangan kirinya dengan pukulan-pukulan jarak jauh akhirnya Kun Houw berhati-hati pula melayani lawannya ini.

Melihat lawannya itu sering merobah-robah serangan tanpa diduga, baik dengan pedangnya maupun pukulan jarak jauhnya. Tapi karena Kun Houw memiliki Pedang Medali Naga yang tak berani disambut lawan dan Hun Kiat selalu mengelak untuk beradu senjata akhirnya pertandingan menjadi ramai dan makan waktu cukup lama.

Sebenarnya, ditinjau dari kemurnian ilmu silat masing-masing jelas Kun Houw lebih unggul. Begitu pula tenaga saktinya. Maklum, pemuda ini mewarisinya dari Bu-beng Sian-su, kakek dewa yang tak ada tandingannya itu, menang seusap dibanding tenaga sakti lawan. Tapi karena Hun Kiat menang cerdik dalam mencampur aduk ilmu silat dari tiga macam guru yang berbeda dan pada dasarnya pemuda itu juga memang licik, maka pertandingan mereka jadi berimbang. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Untuk beberapa saat tak ada yang mendesak maupun didesak.

Tapi setelah pertempuran ini mendekati seratus jurus dan Kun Houw mulai mengenal gaya permainan lawan akhirnya Hun kiat mengakui kelihaian lawannya itu dan mulai mengumpat caci. Apalagi ketika Kun Houw mengeluarkan ilmu silat pedangnya, Bu-tiong kiam-sut yang ada tujuh jurus itu yang baru diwarisi secara mahir oleh Kun Houw sebanyak enam jurus saja. Dan ketika Kun Houw mulai memekik melancarkan ilmu silat intinya ini mendadak lawan di buat terkejut ketika Kun Houw mulai melakukan jurus Heng hun-po-Ohnya itu, Awan Berarak Hujan Mencurah.

"Hun Kiat, kau tak dapat mengalahkan aku...!"

Hun Kiat terkejut. Dia melihat Kun Houw merobah gerakan, memutar pedang menusuk langit, sebentar kemudian pecah menjadi awan yang berarak dalam bentuk gelembung kecil-kecil, hebat dan luar biasa sekali membungkus tubuh Kun Houw. Dan ketika Kun Houw melengking dan mengibas pedangnya dari atas ke bawah kemudian melanjutkannya dengan gerak silang yang luar biasa cepat dari kiri ke kanan tiba-tiba bayangan awan itu pecah berhamburan menjadi bayangan pedang yang meluncur bagai hujan dicurahkan.

"Aih...!" Hun Kiat kaget bukan main. Dia melihat dirinya sudah dikurung hujan pedang itu, tak dapat keluar. Dan karena satu-satunya jalan terpaksa menangkis dan memutar pedangnya pula maka Hun Kiat terpaksa melakukan ini dan untuk pertama kalinya mengadu senjata,

"Trang-trang-trang!"

Dan Hun Kiat melotot. Dia melihat pedangnya putus menjadi tiga bagian. Bagian terbawah adalah yang kini dicekalnya itu, tinggal beberapa sentimeter saja. Dan ketika Kun Houw membentak dan kembali mencuatkan pedangnya bagai bintang bertaburan dan menyambar tenggorokannya dalam jurus ke tiga yang dinamakan Bu-tiong boan-seng (Bintang Bertaburan Dalam Kabut) akhirnya Hun Kiat berteriak menimpuk pedang buntungnya itu.

"Crak!" dan pedang itupun putus berkeping-keping. Hun Kiat melempar tubuh bergulingan, melompat bangun dan pucat mukanya melihat kehebatan lawannya ini. Tapi Kun Houw yaug mengejar dengan jurus ke empat dan ke lima akhirnya membuat Hun Kiat putus asa dan hampir tak dapat lolos lagi.

"Hun Kiat. inilah kematianmu yang paling buruk. Terimalah!"

Hun Kiat mencoba berkelit. Dia mulai lelah oleh kejaran Kun Houw yang bertubi-tubi, yang kini melancarkan jurus yang disebut Jing kiam-sia-ciok (Seribu Pedang Memanah Batu) dan Hui-kiam cui-liong (Pedang Terbang Mengejar Naga), dua jurus serangan yang bagi Hun Kiat tak mungkin dielakkan lagi karena dia sudah tidak bersenjata lagi dan tidak memiliki pegangan, percuma melindungi diri dengan sinkang. Karena Pedang Medali Naga pasti mampu menembus kekebalannya itu. Dan ketika benar kelihatannya sia-sia belaka dan pedang menyambar dalam gerak menyilang akhirnya Hun Kiat mengeluh ketika pundak dan pangkal lehernya terluka.

"Bret-bret!"

Hun Kiat terlempar bergulingan. Baju berikut kulit dagingpun terobek mengeluarkan darah, kembali melihat Kun Houw mengejar dalam jurus ke enam. Sin-liong-hoan-eng (Naga Sakti Mengukir bayangan), jurus yang tak mungkin lagi dielakkan karena Hun Kiat telah lelah dan putus asa. Tapi tepat serangan ini dilakukan dan Hun Kiat siap menyerahkan diri mendadak tiga bayangan berkelebat menahan Kun Houw dengan teriakan nyaringnya.

"Kun Houw, tahan. Iblis muda itu kamilah yang berhak membunuhnya...!" dan ketika Kun Houw tertegun menahan serangannya, tahu-tahu Han Ki dan Han Bu serta Hok Lian muncul bersamaan dangan mata berapi-api, menangkis pedangnya dengan senjata ditangan yang seketika itu juga buntung dan mencelat terlempar, bagaimanapun kalah ampuh oleh pedang keramat di tangan pemuda ini.

Dan ketika Han Ki dan Han Bu serta Hok Lian terhuyung mundur maka saat itulah Hun Kiat yang merasa mendapatkan kembali nyawanya yang hampir hilang mendadak melompat bangun melarikan diri, berkelebat menyusup di balik pasukannya yang sejak tadi tertegun memandang pertempuran, tak menyangka dua cucu Ciok-thouw Taihiap itu datang bersama, masih disusul pula oleh bayangan Hok Lian yang tentu ingin membalas dendam karena dia telah memperkosa gadis itu. Dan Kun Houw serta tiga orang temannya yang marah tiba-tiba mengejar dan memaki pemuda itu.

"Hun Kiat, jahanam kau...!"

Hun Kiat menyuruh pasukannya menyambut. Dia sendiri cepat melempar granat tangan melindungi diri, menyelinap dan sebentar kemudian berlompatan di antara pertempuran yang kacau-balau, meledakkan granat tangan itu yang mengeluarkan asap tebal. Dan Kun Houw yang tentu saja terhalang oleh kelicikan lawan akhirnya memekik melompat mundur, terhalang pandangannya oleh asap hitam yang bergulung-gulung itu, diserbu pasukan Hun Kiat yang tentu saja segera disambut dengan marah. Sekali gerak membuat lima orang terpental dan menjerit kesakitan.

Dan ketika Kun Houw menyuruh pasukannya maju menghadapi pasukan Hun Kiat akhirnya dia meninggalkan tempat itu untuk mencari lawannya yang melarikan diri, terpaksa mengamuk di tengah-tengah pertempuran besar untuk mengejar lawannya. Tapi Hun Kiat yang cerdik dan licik ternyata telah menghilang di balik kekacauan itu, kabur meninggalkan pasukannya. Melihat betapa istana porak-poranda dengan para pengawalnya yang roboh bergelimpangan di mana-mana. Banjir darah.

Dan ketika pertempuran berjalan dua jam lebih dengan keunggulan di pihak penyerang akhirnya istana berhasil direbut, sementara Ok-ciangkun dan para pembantunya menyelamatkan diri. Tak mungkin bertahan lagi menghadapi lawan yang demikian kuat dengan pasukan yang amat besar. Melakukan serangan dalam saat yang benar-benar tak terduga. Disulut oleh Kun Houw yang memulai semuanya itu. Dan Ok-ciangkun yang tentu saja marah-marah akhirnya melarikan diri menghadap kaisar, jauh di bukit Lin yen-san di mana saat itu sedang bersenang-senang dengan selirnya tercinta, Shi Shih.

* * * * * * * *

Demikianlah Ok-ciangkun mengakhiri ceritanya. "Hamba terpaksa mundur, sri baginda. Dan karena semua kejadian ini diawali oleh Kun Houw yang mengkhianati paduka, maka menyesal sekali hamba peringatkan bahwa selir ini rupanya perlu diperiksa pula demi keselamatan paduka. Kun Houw adalah orang kepercayaannya. Hamba khawatir jangan-jangan selir paduka ini terlibat bersama pemuda itu...!"

Kaisar tertegun. Tadinya dia mendengar semua cerita panglimanya itu dengan mata berapi-api, merah padam dibakar kemarahan yang tak terlukiskan besarnya. Murka sekali. Tapi setelah Ok-ciangkun menghentikan ceritanya dan tiba-tiba menyebut Shi Shih, mendadak raja yang sudah tua ini pucat.

"Ok-ciangkun," kaisar gemetar suaranya. "Adakah bukti bahwa selirku ini berkhianat? Adakah bukti bahwa Shi Shih mengatur semuanya itu bersama Kun Houw?"

"Hamba belum mendapatkan buktinya, baginda. Tapi karena Kun Houw adalah orang kepercayaan selir paduka maka sebaiknya paduka selidiki selir paduka itu. Hamba hanya meminta paduka memeriksa selir paduka itu. Kalau perlu hamba sanggup memaksanya untuk mengaku!"

Kaisar menggigil. "Shi Shih benarkah kau menerima kecurigaan Ok-ciangkun ini? Benarkah kau menerima tantangannya?"

Shi Shih tertegun. Dia juga mendengarkan semua cerita panglima itu dari awal sampai akhir. Sering mengeluarkan seruan tertahan di tengah cerita, berkali-kali mengepal tinju dan tampak marah mendengar semuanya itu. Maka mendengar kaisar bertanya padanya dan Ok-ciangkun memandangnya curiga mendadak selir ini bangkit berdiri menangis dengan air mata bercucuran.

"Sri baginda, hamba bukan hanya berani diperiksa menteri paduka ini untuk menyelidiki keterlibatan hamba. Tapi sanggup dibunuh bila kecurigaan itu benar! Tapi bagaimana jika panglima paduka tak dapat membuktikannya, sri baginda? Beranikah Ok-ciangkun memikul semua tanggung jawabnya karena ini adalah menyangkut nama baik dan kebersihan hamba? Ingat, kecurigaan tanpa bukti bukanlah hal yang tidak mengandung resiko, sri baginda. Karena hamba selama ini selalu bersama paduka dan tak pernah meninggalkan paduka untuk berhubungan dengan siapapun!"

Kaisar tertegun. Panglima Ok juga terhenyak, melihat sikap yang penuh keyakinan dari selir cantik itu. Tapi karena Ok-ciangkin sudah menanam kecurigaannya dan Kun Houw adalah orang kepercayaan selir itu maka panglima yang sudah dibakar kemarahan dan sakit ini mengangguk. Dia bukanlah Wu taijin atau Pangeran Kim umpamanya, orang-orang yang memiliki kekuasaan tapi bukan kepandaian. Ragu dan harus berpikir seribu kali menghadapi selir cerdik ini. Maka begitu Shi Shih bertanya apakah dia sanggup memikul segala tanggung jawabnya bila kecurigaan itu tak benar, akhirnya panglima ini menjadi gagah melepas pedangnya.

"Sri baginda, ini adalah soal kesetiaan dan harga diri. Karena selir paduka menerima tantangan hamba biarlah hamba bersumpah untuk membuktikan semuanya itu. Bila kecurigaan hamba tak benar dan selir paduka tak bersalah biarlah saat itu juga hamba membunuh diri di hadapan paduka!," dan melukai ibu jari sebagai sumpah. Akhirnya panglima ini memasukkan pedang dan berkelebat keluar, dipandang kaisar dan Shi Shih yang sama-sama terbelalak melihat janji panglima itu. Betapa Ok ciangkun akan membuktikan dugaannya dan sanggup memikul dosa bila Shi Shih tak berdiri di belakang Kun Houw.

Dan Shi Shih yang tentu saja terisak menangis akhirnya memutar tubuh tersedu-sedu memasuki kamarnya sadar dan mulai takut bahwa panglima itu bukanlah orang biasa. Bahwa Ok-ciangkun adalah laki-kaki yang memiliki kepandaian tinggi dan banyak dibantu orang-orang lihai. Dan Shi Shih yang menutup pintu kamarnya akhirnya mengguguk dihampiri kaisar.

"Shi Shih, benarkah apa yang dikatakan Ok-ciangkun itu? Benarkah kau membantu Kun Hauw di balik layar?"

"Tidak... tidak...!" Shi Shih tersedu-sedu. "Ok ciangkun hanya memfitnah hamba belaka, sri baginda. Ok-ciangkun dibakar kemarahan dan benci kepada hamba karena Kun Houw menyerang pasukannya!"

"Hmm, dan kau benar-benar tak terlibat?"

"Boleh paduka bunuh hamba sekarang, sri baginda. Atau biar hamba membunuh diri saja di depan paduka!" dan Shi Shih yang melompat turun mengambil pedang tiba-tiba menusuk dadanya sendiri dengan pedang itu, disambut seruan kaget sri baginda yang cepat menampar selirnya, jatuh terguling dan melihat Shi Shih tersedu sedu di atas lantai. Dan Shi Shih yang mengguguk dipandang kaisar akhirnya bersumpah dulu.

"Sri baginda, sumpah demi langit dan bumi biarlah hamba mati bersama jika paduka ditangkap musuh. Hamba tak akan mengkhianati paduka. Paduka adalah suami hamba..."

Dan kaisar yang memeluk dan kembali tergetar oleh sumpah selirnya yang menunjukan sesetiaan ini akhirnya menjadi bingung dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Percaya pada panglimanya itu ataukah pada selirnya yang berjanji sehidup semati ini. Sumpah yang diucapkan Shi Shih dengan penuh kesungguhan dan tidak berpura-pura. Dan sri baginda yang tertegun memeluk selirnya, akhirnya meneteskan dua butir air mata disertai keluhan lirih.

"Shi Shih, kenapa cobaan selalu menghantui kita? Benarkah kau akan setia kepadaku?"

"Demi langit dan bumi, sri baginda. Demi semua arwah leluhur hamba!"

"Aah...!" kaisar terkejut, tak ragu-ragu lagi. Dan ketika Shi Shih menggigit pecah ibu jarinya sendiri untuk bukti sumpahnya itu tiba-tiba Kaisar tertegun dan melihat bahwa selirnya ini menandingi sumpah Ok ciangkun. Bahwa masing masing telah menunjukkan kesungguhan sikapnya dengan cara yang sama keras. Dan kaisar yang bengong menarik napas akhirnya menyerahkan pada waktu siapa yang akhirnya benar. Ok ciangkun ataukah selirnya itu!

* * * * * * * *

Malam itu, mengumpulkan semua pembantunya diistana Kwan-wa-kang, panglima Ok duduk dengan muka merah padam. Sehari itu dia tak menunjukkan sikap gembiranya, Seram dan sungguh-sungguh. Dan ketika pembicaraannya mulai beranjak dari pertempuran dikota raja yang berakhir dengan kekalahan mereka akhirnya penglima ini mulai bicara tentang selir junjungannya.

"Bi Kwi, bagaimana pendapatmu tentang Shi Shih itu? Dapatkah kalian membuktikan bahwa selir ini membantu Kun Houw?"

Bi Kwi menggeleng, "Aku tak tahu ciangkun. Tapi kukira dugaanmu ini tak meleset jauh. Kita berbeda tempat, mana ku tahu gerak-gerik Kun Houw dibelakang selir itu?"

Mu Ba bangkit berdiri. "Aku percaya itu, ciangkun. Tapi sebaiknya kita seret saja selir itu kemari. Kita paksa dia untuk mengaku daripada susah-susah mencari bukti!"

Ok-ciangkun menggeleng, "Tak mungkin, Sri Baginda akan marah-marah kepada kita. Mu Ba. Kita baru melempar kecurigaan, bukan menangkap buktinya dan tak dapat sembarangan sebelum semuanya terbuka."

"Tapi Kun Houw jelas orang kepercayaan selir itu, ciangkun. Bukankah ini cukup dijadikan alasan untuk menyeret selir itu?"

"Hm, selir itu berada bersama kaisar ketika Kun Houw berkhianat, Mu Ba. Mana mungkin menuduhnya begitu saja kalau selir ini juga tak tahu? Kaisar membuktikan dia tak berhubungan dengan siapapun. Jadi sulit kalau kita menangkapnya begitu saja!"

"Jadi bagaimana kehendakmu?"

"Kita menyusup ke kota raja Mu Ba. Aku akan memanggil adikku So-beng untuk membekuk Kun Houw."

"Hmm...." semua mata tiba-tiba membeliak. "Kemana saja sutemu itu ciangkun? Kenapa dia tak kelihatan ketika istana diserang?"

"Aku menyuruhnya keluar kota. Ada urusan penting yang harus dilakukan suteku itu." Ok-ciangkun menjawab. "Tapi nanti dia kembali, Mu Ba. Karena itu bersiap-siaplah kalian untuk berangkat bersama suteku itu."

Dan ketika malam semakin larut dan rencana yang sudah disiapkan panglima ini diatur masak-masak, akhirnya benar juga malam itu So-beng muncul. Tapi Ok-ciangkun tak ada. Dan Mu Ba yang bangkit berdiri menyambut Iblis Penagih Jiwa ini langsung menegur dengan suara penuh kecewa,

"So-beng, kau tak ada di waktu kami perlu bantuanmu. Ke mana saja kau keluyuran? Tak tahukah rekanku tewas dibunuh Kun Houw?"

Iblis Penagih Jiwa ini mendengus, mengeluarkan suara aneh di balik kedoknya. "Aku tahu, Mu Ba. Tapi aku juga ada keperluan waktu itu, Suhengku menyuruh ke Kui-yang. Ada sesuatu yang harus kuselidiki di sana!"

"Dan mana sekarang suhengmu itu? Mana Ok-ciangkun?"

"Suhengku menghadap kaisar, Mu Ba. Aku mendapat perintah untuk menggantikannya memimpin kalian. Ayo kita berangkat!" dan So-beng yang mengebutkan lengan baju berkelebat keluar tiba-tiba mengajak yang lain mengikuti jejaknya.

Mu Ba tak dapat bertanya lagi. Dia melihat semua orang sudah mengikuti Iblis Penagih Jiwa itu keluar dari istana Kwan-wa kung menuruni bukit menuju ke kota raja. Tapi baru mereka melangkah beberapa tindak sekonyong-konyong di luar tembok sana terdengar jeritan seorang gadis yang memecah keheningan malam.

"Hun Kiat, lepaskan aku.... lepaskan aku, jahanam!"

So-beng dan teman-temannya tertegun. Mereka mendengar suara itu adalah suara Kui Lin, puteri ke dua dari panglima Ok. Dan So-beng yang mendadak berkilat matanya tahu-tahu memutar tubuhnya menuju asal suara ini, menggeram diikuti yang lain dengan mata terbelalak. Dan ketika mereka tiba di tempat itu dan melihat apa yang terjadi ternyata Kui Lin meronta-ronta di pegangan Hun Kiat yang tertawa-tawa menangkap gadis itu.

So-beng tiba-tiba melejit. Iblis Penagih Jiwa ini membentak, memukul Hun Kiat agar melepaskan gadis itu. Dan Hun Kiat yang tentu saja kaget melihat bayangan berkelebat menampar lengannya seketika menangkis dan melepaskan Kui Lin.

"Dukk!" Hun Kiat terkejut. Dia terdorong mundur dan terbelalak melihat siapa yang datang, melihat Siang-mo ji-bin dan lain-lain ada di situ. Melihat Iblis Penagih Jiwa itu mendelik penuh kemarahan memandangnya.

Dan Kui Lin yang tersedu-sedu menubruk pamannya akhirnya menceritakan kekurang ajaran Hun Kiat. "Paman, Hun Kiat menggangguku. Dia hendak... hendak..."

Iblis Penagih Jiwa mendorong mundur keponakannya ini. Dia menggereng dan marah bukan main pada murid Sin-thouw-liong Mu Ba itu, dan membentak dengan mata berapi dia memandang pemuda ini. "Hun Kiat, apa yang hendak kau lakukan pada keponakanku? Berani kau mengganggu dan menghinanya?"

Hun Kiat menyeringai menggeleng kepalanya. "Tidak, aku tidak mengganggu keponakanmu, So-beng. Kui Lin mau melarikan diri dari istana dan karena itu kutangkap!"

So-beng terbelalak, ganti memandang gadis ini. "Kau mau keluar dari istana, Lin-ji? Bukankah ayahmu sudah melarangmu untuk tidak pergi ke mana mana?"

Kui Lin menangis. "Aku ingin mencari enci Hoa, paman. Aku keluar tapi diganggu pemuda ini. Dia tidak sekedar mengajakku masuk tapi juga berkurang ajar mengganggu diriku!"

"Hmm!" So-beng marah pada kedua-duanya. "Kau tak seharusnya mengganggu keponakanku, Hun Kiat. Tapi Kui Lin juga tak seharusnya ke luar dari istana! Kalian sama-sama melanggar peraturan. Hayo masuk...." dan So-beng yang membentak menyuruh Kui Lin masuk, akhirnya memandang Hun Kiat dengan mata berkilat. "Hun Kiat, kau tak perlu mengganggu Kui Lin atau siapapun dari puteri suhengku. Sekarang kau ikut aku!"

"Ke mana?"

Mu Ba melompat maju. "Ke kota raja, Kiat-ji. Jangan membuat onar di sini!" dan Mu Ba yang pucat memandang muridnya itu berbisik perlahan. "Kiat-ji. jangan kau bermain api. Ok-ciangkun bisa marah kalau mengetahui perbuatanmu ini!"

Hun Kiat tersenyum mengejek. Dia merasa sayang meninggalkan Kui Lin, tapi melihat gadis itu masuk ke dalam akhirnya pemuda ini tertawa dan menganggukkan kepalanya. "Baiklah, aku ikut kalian, suhu. Tapi apa yang harus kita lakukan di sana? Siapa yang kita cari?"

"Kun Houw!" gurunya menjawab. "Kita mendapat perintah Ok-ciangkun untuk menangkap pemuda ini, Kiat-ji. Karena itu bantu kami dan jangan membantah lagi!"

Hun Kiat tertegun. "Kun Houw?" namun ketika gurunya mengangguk dan So-beng memandangnya dengan tajam akhirnya Hun Kiat menyeringai dan menekan debaran jantungnya mendengar disebutnya nama ini. Gentar dan kecut membayangkan pemuda yang luar biasa itu. Melihat semua orang diam-diam juga memiliki perasaan yang sama seperti dia rasakan. Masih teringat betapa lihainya murid Bu-tiong-kiam itu. Baik ilmu pedangnya maupun sinkangnya. Hal yang diam-diam membuat Hun Kiat tak habis pikir dari mana lawannya itu dapat memiliki tenaga sakti sedemikian hebat. Sama seperti yang dipunyai Sin Hong.

Tapi karena kali ini ada So beng di situ dan semua orang mengharap Iblis Penagih Jiwa ini dapat mengatasi lawan, akhirnya Hun Kiat mengiyakan dan tidak banyak cakap lagi. Melihat Iblis Penagih Jiwa itu memberi tanda dan mulai menuruni bukit, meneruskan perjalanan setelah terganggu sejenak oleh ulah murid Sin-thouw-liong Mu Ba ini. Dan begitu semua orang bergerak mengikuti Iblis Penagih Jiwa ini maka rombongan kecil itupun menuju ke kota raja untuk mencari Kun Houw!

Namun rupanya pekerjaan ini bukan pekerjaan mudah. Kota raja sekarang dijaga ketat oleh ribuan pasukan yang mengelilingi semua sudut. Berjaga-jaga. Masih belum diketahui siapa sebenarnya mereka itu. Artinya pasukan dari mana dan siapa pemimpinnya. Maklum waktu terjadi penyerbuan yang di lakukan di malam yang gelap itu tampaknya orang-orang ini adalah pasukan yang liar. Belum jelas benar atribut mereka itu. Tapi setelah So-beng dan rombongannya berhasil menyelinap ke dalam istana dan mencari sana sini akhirnya Iblis Penagih Jiwa ttu tertegun ketika melihat di sebuah ruangan besar duduk orang-orang yang sudah dikenalnya.

Kun Houw dan pendekar Gurun Neraka, masih disertai oleh seorang panglima muda yang bukan lain adalah Fan Li yang kini diketahui sebagai "biang keroknya", duduk bercakap-cakap di ruangan besar itu. Dan semua orang yang tertegun melihat adanya panglima ini langsung tahu bahwa pasukan penyerbu itu kiranya adalah pasukan Yueh. Jadi, musuh bebuyutan Wu yang kini menebus kekalahan mereka. Membalas dendam. Dan So-beng serta teman-temannya yang terbelalak memandang panglima ini akhirnya saling memberi isyarat kepada Pendekar Gurun Neraka tiba-tiba memandang ke luar, ke atas genteng, menggerak-gerakan telinganya.

"Houw-ji, kau dengar sesuatu?"

So-beng dan teman-temannya terkesiap. Mereka kaget oleh ketajaman telinga pendekar sakti itu. Kagum dan mencelos. Namun mereka yang sudah berdiam diri menahan napas tiba'tiba secara sial mendapat serangan seekor kucing yang tanpa sengaja terinjak ekornya, menggigit dan langsung menyerang Hun Kiat karena pemuda itulah yang menginjak kucing ini. Tak tahu bahwa di tempat persembunyiannya juga bersembunyi seekor kucing yeng mendekam memandang gerak-gerik mereka. Dan Hun Kiat yang tentu saja kaget dan menendangkan kakinya mendupak kucing itu tiba-tiba terpeleset dan membuat gaduh di atas genteng!

"Meoonngg....!"

So-beng dan teman-temannya terkejut. Mereka terlanjur membuat suara, memecahkan genteng dan kucing terlempar mampus. Dan Pendekar Gurun Neraka yang membentak bersama Kun Houw tahu-tahu sama berkelebat dan melayang ke atas genteng, disusul yang lain karena Pek Hong dan Ceng Bi juga mendengar keributan kecil itu, diikuti Sin Hong dan Bi Lan serta Fan-ciangkun sendiri. Sebentar kemudian melihat rombongan Iblis Penagih Jiwa itu. Dan So-beng yang terkejut serta menyesali kecerobohan Hun Kiat tiba-tiba membentak menyuruh yang lain-lain menyingkir.

"Mu Ba, pencar diri kalian. Pergi...!"

Namun Pendekar Gurun Neraka dan Kun Houw telah tiba di atas. Mereka berdua paling dulu melihat gerakan rombongan itu. Melihat semuanya berkelebat menyingkir menyelamatkan diri, masing-masing tampak gugup dan bingung, melesat kiri kanan tak keruan. Dan Pendekar Gurun Neraka yang membentak menggerakkan lengannya tiba-tiba mengibas melakukan pukulan jarak jauhnya.

"Sobat-sobat tak diundang, kalian kembalilah..."

Mu Ba dan teman-temannya berseru kaget. Mereka merasa serangkum angin menahan dan menyambar mereka dengan dahsyat, menghentikan lari mereka hingga masing-masing berteriak keras. Dan ketika mereka menangkis dan coba melawan tenaga mujijat itu mendadak mereka terjengkang dan terguling-guling kembali ke tempat semula.

"Bress!"

Mu Ba dan teman-temannya terkejut bukan main. Mereka melompat bangun, melotot dan mencari jalan keluar. Tapi ketika bayangan lain menyusul dan sudah ada diatas genteng mengepung mereka ternyata telah terkurung oleh rombongan Pendekar Gurun Neraka yang berjumlah tujuh orang. Hampir sama dengan rombongan mereka sendiri! Dan Pendekar Gurun Neraka yang terbelalak memandang mereka tiba-tiba mengerutkan kening dan tersenyum getir.

"Hm, kiranya kalian, So-beng? Kalian malam-malam datang kemari urtuk mencari siapa?"

So-beng tertegun. Dia tak menyangka rombongannya kepergok di tengah jalan. Tak menduga Pendekar Gurun Neraka dan anak isterinya ada di situ, melihat rombongannya sudah di kelilingi rombongan Pendekar Gurun Neraka dan Pek Hong memandangnya penuh sakit hati. Teringat musuh besarnya ini karena So-beng telah membunuh gurunya, Ta Bhok Hwesio. Dan So-beng yang mau tak mau tergetar juga dan kecut hatinya akhirnya mendengus menenangkan hati sendiri, menjawab pertanyaan Pendekar Gurun Neraka dengan dingin.

"Kami datang untuk mencari Kun Houw, Pendekar Gurun Neraka. Apakah kalian hendak mengeroyok dan melindungi pemuda itu?"

Pendekar Gurun Neraka tersenyum, tertawa pahit. “So-beng siapa kiranya yang sering melakukan pengeroyokan? pihakku ataukah pihakmu?"

Tapi belum Iblis penagih jiwa ini menjawab tiba-tiba Kun Houw yang sudah maju ke depan bersiap memandang lawannya ini, musuh yang telah membunuh gurunya. "So-beng ada urusan apa kau mencari diriku ? tanpa kau caripun tentu aku yang akan mencarimu. Kebetulan kau datang."

So beng tertawa mengejek. "Aku datang karena mengemban perintah kaisar. Kun Houw. Kenapa kau melakukan pengkhianatan dan bekerja sama dengan selir busuk itu?"

Kun Houw terkejut. "Siapa maksudmu?"

"Shi Shih, siapa lagi?" dan ketika Kun Houw tersentak dengan mata terbelalak tiba-tiba lawan telah melanjutkan dengan suaranya yang semakin dingin, "Kami telah mengetahui persekongkolan kalian, Kun Houw. Dan selir itu telah kami tangkap untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya!"

"Bohong!..." Fan Li tiba-tiba maju membentak, pucat mukanya. "Kau melancarkan fitnah tanpa bukti So-beng. Kaisar tak mungkin menangkap Shi Shih karena selir itu tak bersalah."

"Hm, apa maksudmu, ciangkun? Kau mau membela selir itu yang telah mengaku didepan kaisar?" So-beng menjengek. "Tak perlu berpura-pura ciangkun. Kami telah tahu semua perbuatannya, termasuk perbuatan kalian. Kaisar tahu bahwa selirnya itu berkhianat karena bekerja sama dengan kalian. Orang-orang dari Yueh."

Fan Li mengigil. Dia terjebak oleh tipu muslihat Iblis Penagih Jiwa ini menganggap Shi Shih benar-benar tertangkap dan kini berada didalam bahaya, ditangan kaisar. Dan Fan Li yang cemas akan nasib kekasihnya itu tiba-tiba bertanya serak. "So-beng, dimana kini selir yang kalian tangkap itu? Kalian apakan dia?"

So-beng ganti tertegun. Dia melihat ada sesuatu yang luar biasa pada sikap panglima ini. Melihat panglima itu cemas benar akan nasib Shi Shih. Berarti memang ada apa-apa di antara dua orang itu. Dan So beng yang tentu saja heran dan girang hatinya langsung membakar dengan sikap semakin mengada-ada, "Kaisar siap membunuhnya kalau Kun Houw tak mau datang, ciangkun. Karena itu kami ke sini untuk membawa Kun Houw."

"Tidak!" Fan Li tiba-tiba memekik. "Kun Houw tak mempunyai kesalahan apa-apa, So-beng. Yang mengatur semuanya ini adalah aku. Biar aku yang bertanggung jawab. Jangan orang lain!" dan panglima yang pucat dengan kaki menggigil itu sudah menghadapi Iblis Penagih Jiwa ini dengan kata-kata gelisah, "So beng, aku siap menggantikan Kun Houw mengikuti kalian. Tapi satu yang kuminta, bebaskan selir itu!"

So-beng semakin curiga. "Itu urusan kaisar, ciangkun. Tapi kalau kau mau mengaku baik-baik tentu kaisar dapat mengampuninya. Kenapa kau demikian mengkhawatirkan nasibnya? Benarkah seperti yang kudengar bahwa kau adalah kekasihnya?"

Fan Li hampir mengangguk. Dia terlanjur memperlihatkan sikapnya yang mengkhawatirkan selir ritu, hampir terjebak oleh kecerdikan So-beng yang berhasil merangkai-rangkai cerita. Tapi Pendekar Gurun Neraka yang membentak serta mendorong panglima ini menyadarkan Fan Li mengejutkan Iblis Penagih Jiwa itu,

"So-beng, kau tak perlu menjebak panglima ini dengan pernyataan macam-macam. Fan-ciangkun semata mengkhawatirkan selir itu karena dia adalah orang yang tidak ada sangkut pautnya dalam urusan ini. Kami bergerak sendiri untuk membasmi kesewenang-wenangan yang dilakukan kaisar kalian!"

"Hm!" So-beng mendongkol, gagal di tengah jalan. "Jadi apa yang kau maui, Pendekar Gurun Neraka? Kami datang tidak untuk membuat ribut, tapi menangkap Kun Houw seorang kalau dia ingin menyelamatkan selir itu!"

"Selir itu tidak berkhianat!" Pendekar Gurun Neraka membentak. "Dia tak tahu apa-apa dan karena itu jangan dilibatkan di sini!"

So-beng tertawa mengejek. "Begitulah? Tapi dia telah mengaku di depan kaisar, Pendekar Gurun Neraka. Dan kaisar telah memutuskan hukuman mati kalau Kun Houw tak datang. Kun Houw adalah orang kepercayaannya. Karena itu tak perlu melindungi atau berpura-pura karena kami semua telah tahu apa yang kalian lakukan!"

"Hm, sampai di mana pengetahuanmu itu. Iblis Penagih Jiwa?"

Iblis Penagih Jiwa tertawa. "Banyak sekali, Pendekar Gurun Neraka Tapi yang pokok adalah selir itu berkhianat karena menjadi mata-mata kalian. Kalian telah menanam dan menjebak sri baginda dengan siluman cantik ini!"

Pendekar Gurun Neraka terkejut. Dia heran dan kaget bagaimana Iblis Penagih Jiwa ini tahu. Betulkah selir itu mengadakan pengakuan sendiri di depan kaisar seperti yang dikatakan iblis ini. Tapi tak gampang dipercaya, dia maklum mereka harus berhati hati menghadapi orang orang curang ini, tiba-tiba Pendekar Gurun Neraka mendengus dan bersikap dingin. "So-beng kau tak dapat membawa Kun Houw atau siapapun dari tempat ini. Justeru kami ingin menangkap dan membasmi kalian karena terlampau banyak hutang hutang kalian kepada kami."

"Ha-ha, beranikah itu kau lakukan, Pendekar Gurun Neraka? Kami datang diawasi dari jauh. Jangan jangan selir itu segera dibunuh jika kalian menyerang kami!"

"Apa maksudmu?" Pendekar Gurun Neraka terkejut.

"Ini!" So beng mengeluarkan panah apinya. "Suhengku di atas akan melihat isyarat ini bila kami mendapat bahaya di sini, Pendekar Gurun Neraka, Karena itu pikir baik-baik jika kalian ingin membunuh kami. Terserah mana yang lebih berharga. Selir itu ataukah kami"

Pendekar Gurun Neraka tertegun. Dia dan semua kawannya terkejut oleh ancaman ini, tiba tiba tak dapat berkutik. Dan So-beng yang merasa menang di atas angin tiba-tiba bersikap sombong, tertawa bergelak.

"Bagaimana, Pendekar Gurun Neraka? Beranikah kalian membunuh atau menyerang kami? Ingat, kami hanya minta Kun Hoaw menghadap kaisar. Tapi karena di sini ada juga Fan-ciangkun yang menggerakkan pasukannya terpaksa permintaan kami d tambah dengan jiwa panglima itu!"

"Keparat!" Bi Lan melengking. "Orang-orang ini mengancam kita, ayah. Agaknya tak perlu kita percaya semua omongannya itu. Lebih baik kita bunuh mereka!" dan Bi Lan yang mau cabut pedang siap menerjang tiba-tiba mendapat seruan Fan ciangkun yang terbelalak mencegahnya.

"Tidak, jangan, Bi Lan. Jangan! Aku percaya omongan mereka itu!" dan Fan Li yang gugup dan menggigil memandang Pendekar Gurun Neraka tiba-tiba berkata penuh iba. "Pendekar Gurun Neraka, jangan serang mereka ini. Aku siap memenuhi permintaan mereka!"

“Hm," Pendekar Gurun Neraka mengerutkan alis "Kau boleh saja memenuhi permintaan mereka, ciangkun. Tapi bagaimana dengan Kun Houw? Maukah anak itu memenuhi permintaan musuh untuk menghadap kaisar?"

Fan Li menggigil, tiba-tiba menjatuhkan diri berlutut di depan Kun Houw. "Kun Kouw, ku mohon dengan sangat kau mau menemaniku ke istana Kwan-wa-kung Aku bersumpah untuk menyelamatkan dirimu di sana!"

Kun Houw terkejut. Dia tentu saja buru-buru mengangkat bangun panglima itu, terperanjat melihat betapa Fan ciangkun merendahkan diri sedemikian rupa di hadapan demikian banyak orang. Demi Shi Shih! Dan Kun Houw yang gemetar mengangkat bangun panglima itu lalu memandang ayahnya dengan mata terbelalak.

"Bagaimana, ayah? Apa yang harus kulakukan?"

Pendekar Gurun Neraka juga terkejut. Dia tak tahu apakah ancaman Iblis Penagih Jiwa ini bener ataukah tidak. Tapi mengambil resiko dengan meremehkan Iblis Penagih Jiwa itu dan mengorbankan Shi Shih di sana tentu dia juga tak mau. Apalagi Fan ciangkun demikian mati-matian ingin menyelamatkan kekasihnya itu, siap berkorban Jiwa dengan memenuhi permintaan orang-orang ini. Dia melihat Kun Houw diminta untuk menemani panglima ini menghadap kaisar, tiba-tiba pendekar ini bengong tak tahu harus bersikap bagaimana.

Maklum, keselamatan orang orang ini tentu tak dapat dijamin lagi bila mereka sudah di istana Kwan wa-kung. Apalagi Kun Houw adalah putera pertamanya, belum puas dia menumpahkan kasih sayangnya pada pemuda itu. Tapi Kun Houw yang rupanya tahu akan kesulitan ayahnya ini tiba tiba mundur selangkah berendeng dengan panglima itu, memutuskan sikapnya sendiri.

"Baiklah, aku akan mengikuti orang-orang ini, ayah. Aku akan menemani Fan ciangkun ke istana Kwan wa-kung!"

So-beng tiba-tiba tertawa bergelak. "Bagus, dan kuharap kau mengakui semua perbuatanmu bersama selir itu. Kun Houw. Kalau tidak terpaksa selir itu akan kami bunuh!"

Fan-ciangkun pucat. "Tak boleh kalian membunuh selir itu. So-beng. Lebih baik sekarang kalian berjanji untuk tidak mencelakai selir itu. Kalau tidak aku akan mencabut kesediaanku!"

"Eh!" So beng terbelalak. "Kau mau menjilat ludah sendiri, ciangkun?"

"Tidak!" panglima ini berdiri gagah. "Aku mau ikut kalian karena ingin menyelamatkan selir itu, So-beng. Kalau ternyata selir itu celaka di tangan kalian, aku terpaksa mencabut janjiku!"

"Hmm," So-beng mengerutkan alisnya, terkejut juga. Tapi tertawa aneh mengibaskan jengah dia mengangguk. "Baiklah, aku akan menyelamatkan selir itu, ciangkun. Tapi kalian berdua harus mengakui perbuatan kalian. Terutama Kun Houw! Kalian berjanji?"

Fan Li tak dapat menolak. Dia mengira musuh benar-benar telah mengetahui semua perbuatannya. Tak tahu bahwa sebenarnya So-beng memasang jebakan untuk memerangkap mereka, "termakan" oleh tipu muslihat Iblis Penagih Jiwa ini. Guncang pikirannya begitu mendengar Shi Shih ditangkap. Dan Kun Houw yang juga tak berkutik oleh ancaman lawan yang cerdik luar biasa, tiba-tiba juga mengangguk dan tak menyadari bahwa semua yang dikatakan So-beng tadi adalah hasil rekaan Iblis Penagih Jiwa ini. Akal yang berhasil mengelabuhi mereka!

Dan So-beng yang tentu saja girang oleh janji dua orang itu lalu menotok Kun Houw dan Fan-ciangkun. Tapi Kun Houw mengelak, membentak dan merah memandang lawan. Dan So-beng yang terkejut membelalakkan mata mendengar Kun Houw memaki,

"So-beng, aku telah menyerahkan diri. Ada jaminan selir itu di sana. Kenapa hendak melumpuhkan kami berdua? Bukankah kalau kami melarikan diri selir itu bakal kalian pergunakan untuk memaksa?"

So beng terkejut. "Tapi kami tak ingin kau memberontak di depan kaisar. Kun Houw. Kami tak mau ambil resiko membiarkan kalian bebas!"

"Hm!" Kun Houw marah. "Tak perlu kau mengada-ada, So-beng. Kalian cukup banyak untuk mengeroyokku bila aku menyerang kaisar. Tak perlu berpura-pura. Bilang saja kalau kau ingin berbuat kecurangan dengan membuatku lumpuh terlebih dahulu!"

So-beng merah mukanya, Dan Pendekar Gurun Neraka yang melihat omongan Kun Houw memang masuk di akal lalu melangkah maju membenarkan puteranya. "Benar, kalian sudah mendapatkan apa yang kalian cari, So-beng. Puteraku bukanlah orang orang macam kalian yang suka menarik janji. Kun Houw tentu memenuhi janjinya dan tak perlu khawatir aku yang menanggung kata-katanya!"

Terpaksa, So-beng mendengus dan tak enak berlama-lama di tempat itu menghadapi musuh yang amat kuat. tiba tiba iblis ini tertawa mengejek melepas kecewanya. "Baiklah, mari kita berangkat, Kun Houw. Suhengku tak sabar ingin mendengar pengakuanmu di depan sri baginda. Ayo..!"

Dan So-beng yang meminta Kun Houw berjalin di depan akhirnya mengiring pemuda itu. ketika Kun Houw mengajak Fan-ciangkun, dipandang Pendekar Gurun Neraka dan yang lainnya yang merasa tak berdaya menghadapi akal cerdik Iblis Penagih Jiwa itu. Untuk kedua kalinya melepas musuh yang membuat mereka terikat.

Tapi begitu semuanya lenyap meninggalkan istana tiba-tiba Pendekar Gurun Neraka bergerak, menggantikan kedudukan panglima Fan untuk menyerbu istana Kwan-wa kung saat itu juga, menyerahkan kendali komando kepada beberapa wakil Fan ciangkun yang ada di situ. Secepat kilat mengatur barisan besar untuk menuju kebukit Lin yen-san. Dan begitu semuanya diatur dan pasukan dipecah menjadi empat bagian akhirnya pendekar ini bersama anak isterinya menuju Kwan-wa-kung mengejar rombongan Iblis Penagih Jiwa itu!

Dan tepat sekali tindakan pendekar sakti ini, Shi Shih berada dalam bahaya besar jika Kun Houw sampai membuka rahasia di depan kaisar. Tak tahu bahwa sebenarnya mereka terjebak oleh tipu muslihat yang penuh kecerdikan dari Iblis Penagih Jiwa itu. Dan karena Pendekar Gurun Neraka dulunya adalah bekas seorang jendral yang disegani kawan ditakuti lawan akhirnya apa yang diatur pendekar itu cocok sekali.

Pasukan besar malam itu juga menuju ke bukit Lin-yen-san, bergerak tanpa suara karena mereka adalah orang-orang terlatih yang telah mendapat gemblengan bertahun-tahun. Disiapkan hingga mereka merupakan pasukan nomor satu. Dapat bergerak cepat tanpa menimbulkan banyak kecurigaan. Seolah mereka adalah barisan naga yang diam-diam menghampiri mangsa tanpa diketahui mangsanya.

Tapi Pendekar Gurun Neraka yang mendahului di depan bersama anak isterinya tiba-tiba tertegun melihat pasukan lain menyerbu Kwan wa kung mendahului mereka, bersorak sorai di malam yang gelap itu menyergap istana. Persis di saat So-Beng dan teman temannya muncul. Dan Pendekar Gurun Neraka yang tentu saja bengong memandang ini semuanya tiba tiba melihat seorang pemuda gagah perkasa mengamuk memimpin pasukan penyerbu itu!

"Ah, siapa dia?"

Pendekar Gurun Neraka dan anak isterinya bengong. Mereka melihat pemuda yang mengamuk di depan itu hebat sekali, sepak terjangnya luar biasa karena dia hanya mempergunakan tangan dan kaki belaka, melempar dan menendang para pengawal hingga tunggang-langgang menjerit tak keruan. Masuk dan terus menyerbu menyibak musuh, ujung lengan bajunya berkali-kali mengebut dan membuat pengawal terpekik, mencelat bergulingan.

Dan ketika So beng dan rombongannya datang melihat pemuda ini tiba-tiba Iblis Penagih Jiwa itu melengking membentak, marah. "Siluman jahanam, kau siapa?"

So-beng langsung melakukan pukulannya. Dia menghantam belakang kepala lawan di tengah hiruk-pikuknya pertempuran, tak tahu siapa pemuda ini dan dari mana pula pasukan penyerbu yang datang ke Kwan-wa tung. Tapi pemuda di depan yang mendengar angin pukulan lawan tiba-tiba membalik dan menangkis serangan Iblis Penagih Jiwa itu.

"Dukk!" Iblis Penagih Jiwa terbelalak. Dia tergetar dan terhuyung setindak, sementara lawan yang berseru keras berjungkir balik tampak terpental sudah kembali turun menghadapi lawannya. Dan So-beng semakin tertegun. Pemuda ini ternyata seorang pemuda yang gagah, tampan dan memiliki sepasang alis yang tebal seperti golok, hitam dan membayangkan kegagahannya dengan mata yang berkilat tajam itu. Dan ketika Mu Ba dan yang lain-lain mengepung pemuda ini dengan pandangan marah ternyata pemuda itu tak gentar sedikitpun karena dia tertawa mengejek dan menepuk-nepuk bajunya yang penuh debu!

"Hm kau kiranya datang juga, So-beng? Dan ini teman-temanmu yang busuk itu? Mana dia Siang-mo ji-bin? larikah?"

Siang-mo-ji-bin terkejut. Dia sudah dituding pemuda tanpa dikenal itu, yang memandangnya berapi dengan muka merah. Dan Siang mo-ji-bin yang melompat ke depan mengerutkan alisnya membentak gusar, "Bocah, ada apa kau mencari kami? Siapa orang orang liar yang kau bawa ini?"

"Hm. aku Liong Han, Siang mo ji-bin. Masih ingatkah kau kepada kematian Liong wangwe (hartawan Liong) di kota Li-bun? Aku puteranya, datang mencari kalian untuk membalas dendam!"

Siang-mo-ji-bin terbelalak. Mereka mengingat-ingat. tapi begitu tahu tiba-tiba keduanya tertegun dan kaget memandang pemuda ini. "Eh. bukankah kau sudah mampus di sudut kamar? Bukankah..."

Liong Han, pemuda yang gagah ini memotong marah, "Aku masih hidup, Siang-mo ji-bin. Seseorang datang waktu itu menolongku. Dialah yang kini menjadi guruku!"

"Hm...!" dua kekek kembar ini saling pandang, mendengar teriakan di sana-sini karena pertempuran masih berlangsung dengan sengit. Para penyerbu meluruk dan semakin mendesak para pengawal.

Dan So-beng yang tak sabar dan cemas memandang ke dalam tiba-tiba menyuruh Siang-mo ji-bin menangkap pemuda itu sementara yang lain diajak menghalau musuh, membawa serta Kun Houw dan Fan Li yang terheran heran dan terkejut melihat pemuda tak dikenal itu, Liong Han. pemuda gagah yang menarik hati mereka. Dan Siang-mo ji-bin yang kini berhadapan dengan pemuda ini akhirnya membentak memutar mutar kedua lengan mereka.

"Bocah, sekarang tak perlu banyak cakap lagi. Hayo laksanakan niatmu itu dan balas kematian orang tuamu. Kami siap!"

Liong Han memandang berapi. "Tentu, aku datang memang untuk membalas dendam Siang-mo ji-bin. Karena itu bersiaplah kalian menebus dosa!" dan Liong Han yang membentak menggerakkan lengannya tahu-tahu menampar Siang-mo ji-bin dengan pukulan yang bercuit nyaring.

"Plak!" Siang-mo ji-bin menangkis, mengerahkan Ang-see-kang dan Pek-See-kang mereka karena melihat pemuda ini benar-benar lihai. Terbukti dari amukannya tadi ketika menghajar para pengawal. Tapi keduanya yang berteriak kaget terdorong mundur tiba-tiba melempar diri bergulingan ketika sinkang lawan "menembus" Ang-see-kang (Telapak Pasir Merah) dan Pek-see-kang (Tenaga Pasir Putih) mereka seolah ular yang menyeludup diantara sebuah liang, menghantam dan lolos menyambar dada mereka. Pukulan yang aneh. Pukulan yang luar biasa. Dan Pek-kwi serta Ang-kwi yang tentu saja kaget bukan main segera mendengar ledakan perlahan ketika pukulan pemuda itu mengenai tanah.

"Dess!" Pek-kwi dan Ang-kwi melompat bangun. Sekarang mereka melihat kepulan asap dari bekas pukulan itu, melihat tanah berlubang sedalam injakan kaki, basah seolah baru saja disembur seekor naga. Atau, mungkin lebih mirip disebut percikan air yang berobah butiran es yang keras seperti "pelor", melesak dan membuat tanah berlubang saking hebatnya pukulan yang aneh itu yang tadi bercuit nyaring. Dan Siang-mo ji-bin yang pucat terbelalak ke bawah tiba-tiba mundur berseru tertahan,

"Sin sui-kang (Pukulan Air Sakti)...!"

Liong Han mendengus. "Ya, kau mengenal pukulanku, Siang-mo ji-bin?"

Dan dua kakek kembar yang gentar memandang Liong Han akhirnya menggigil menghadapi pemuda itu, takut dan bagaimana Liong Han dapat memiliki pukulan itu, teringat pada seseorang yang dulu mengalahkan mereka dengan pukulan sakti ini. Dan Siang-mo-ji-bin yang menoleh kiri kanan tampak ketakutan tiba-tiba berseru pada pemuda itu, serak suaranya,

"Liong Han, apa hubunganmu dengan Pek-kut Hosiang?"

"Dia guruku!"

"Ah, pantas...!" dan Siang-mo ji-bin yang membentak marah tiba-tiba meraung, memberi tanda dan sama menyerang pemuda itu menumpahkan kemarahan mereka. Kemarahan yang tercampur pula dengan perasaan cemas yang membuat mereka gelisah. Penasaran bahwa pemuda ini memiliki ilmu "pamungkas" untuk menundukkan pukulan pasir beracun mereka, baik Pek-see-kang maupun Ang-see-kang.

Dan Siang-mo ji-bin yang menerjang dan masih mengharap Liong Han belum begitu mahir menguasai Sin-sui kang lalu menyerang dan bertubi-tubi melancarkan pukulannya sambil menggerakkan ginkang, sebentar saja mengeroyok pemuda itu dan berkelebatan lenyap, dahulu-mendahului seolah pemuda itu harus cepat cepat dibunuh, tak boleh diberi kesempatan.

Tapi Liong Han yang tertawa mengejek menghadapi lawannya tiba-tiba membentak dan kembali menangkis dengan pukulan anehnya itu, mampu mengimbangi lawan dan membuat Siang-mo ji-bin selalu terdorong. Berarti pemuda itu lebih unggul dan mahir menguasai sin-kangnya. Hal yang membuat Siang-mo ji-bin kecewa!

Dan ketika Liong Han membentak dan mengerahkan ginkangnya pula tiba-tiba pemuda ini lenyap mengikuti lawannya. "Siang-mo ji-bin, kalian tak dapat mengalahkan aku...!"

Siang-mo ji-bin pucat. Mereka melihat bahwa lawannya itu memang lihai, hebat dan selalu mementalkan pukulan pasir beracun mereka. Bahkan tak tedas (tak mempan) oleh cipratan keringat mereka yang membentuk pasir-pasir aneh, mengejek dan tertawa menghina mereka ketika senjata keringat yang berubah keras dan tajam itu runtuh tersapu oleh Pukulan Air Sakti yang benar-benar hebat.

Dan ketika Liong Han melengking tinggi menambah kecepatannya dan kedua lengan mulai mengibas kiri kanan tiba-tiba keringat pasir di tubuh Pek kwi dan saudaranya lengket, tak dapat di cipratkan lagi karena Sin-sui-kang membuat tubuh mereka basah kuyup, bukan oleh keringat yang membanjir di tubuh mereka melainkan oleh pengaruh Pukulan Air Sakti, membuat mereka kedinginan dan tiba-tiba Ang see kang maupun Pek-see-kang macet, mengalami kesukaran karena jalan darah mereka seolah beku, kaku dan tak leluasa lagi bergerak untuk melepas pukulan.

Dan ketika Liong Han mulai membalas dan dua orang iblis kembar ini terbelalak dengan muka kaget tahu-tahu keduanya mencelat terlempar ketika Liong Han menampar dada mereka. "Ji bin, ini pukulan pertama untuk kematian ayahku...des!!"

Siang-mo ji-bin terguling-guling. Mereka mengeluh dan kaget melompat bangun, gemetar seluruh tubuh karena otot-otot terasa kejang. Dan ketika Liong Han berkelebat menampar dengan pukulan kedua maka merekapun terbanting roboh memuntahkan darah.

"Dan ini untuk kematian ibuku.... dess!!"

Mereka kembali terguling-guling, pucat dan mendekap dada serta leher yang sakit menerima pukulan itu. Dan ketika Liong Han kembali membentak dan melancarkan pukulan bertubi-tubi dengan mengatakan bahwa itu untuk saudaranya atau untuk keluarganya yang lain akhirnya dua iblis kembar ini tunggang-langgang dikejar jatuh bangun. Siang-mo ji-bin benar-benar tak berdaya, semakin lumpuh dan mulai menjerit, luka-luka. Dan ketika Liong Han beringas dan menurunkan tangan mautnya dua kali ke ubun-ubun kepala lawan akhirnya Siang-mo ji-bin memekik terlempar roboh.

"Prakk!"

Dua iblis itu kini tak bergerak lagi. Mereka tewas oleh pukulan terakhir pemuda ini, berkelojotan sejenak untuk kemudian tak bergerak lagi untuk selama lamanya. Membuat Pendekar Gurun Neraka dan yang lain-lain tertegun dan sadar bahwa mereka mendelong oleh pertandingan di depan. Sadar bahwa pertandingan telah berakhir dengan kemenangan pemuda itu. Dan Bi Lan yang mendesis kagum tiba-tiba terkejut melihat sebuah tombak meluncur di belakang punggung pemuda tanpa diketahui yang bersangkutan, melihat Panglima Ok muncul menyerang secara gelap.

"Hei....!" Namun teriakan Bi Lan terlambat.

Liong Han saat itu sedang menengadah ke langit bergetar menyebut arwah orang tuanya, menangis tapi gembira, musuh berhasil di binasakan. Maka ketika Ok-ciankun muncul dan tombak menyambar punggungnya tanpa suara tiba-tiba pemuda itu menjerit ketika senjata ini mengenai tubuhnya, terkejut oleh teriakan Bi Lin dan secepat kilat mengerahkan sinkangnya melindungi diri, gerak reflek seorang ahli silat yang menyadari bahaya.

Namun karena semuanya terjadi secara tiba-tiba dan tombak itu diluncurkan oleh tangan sakti panglima Ok yang hebat luar biasa. Tak urung pemuda ini roboh terjungkal dan mengaduh kesakitan, mampu menahan tombak tidak sampai menembus dadanya, menancap sekitar lima senti tapi bagaimanapun juga terluka dan roboh terguling, hilang kewaspadaannya karena kegembiraannya membunuh Siang-mo ji-bin tadi, dan Ok-ciangkun yang berkelebat maju mengayunkan tangannya tahu-tahu menampar kepala pemuda itu dengan pukulan Tok-hwe-ji (Hawa Api Beracun).

"Keji...!" Bi Lin tak tahan lagi. Dia sudah melompat dan entah mengapa marah bukan main melihat Liong Han terluka, langsung mencelat dan keluarkan pukulan jarak jauh menangkis pukulan panglima itu dari samping, membentak mengejutkan panglima itu. Dan Ok-ciangkun yang tentu saja terbelalak melihat tangkisan Bi Lan tiba-tiba menggeram dan menendang gadis itu.

"Des...!" Bi Lan terlempar. Gadis ini terpelanting bergulingan membentur pukulan Tok hwe-ji itu, tidak sampai terluka karena dia melakukan serangan dari samping, tertolak dan kembali ketempat ibuya di belakang.

Tapi Liong Han yang tertolong sejenak tak urung menjadi korban juga, bukan belakang kepalanya melainkan pundak kanannya terbanting roboh dan langsung pingsan dengan pundak kebiruan. Dan Pendekar Gurun Neraka yang saat itu muncul menolong puterinya segera berhadapan dengan panglima she Ok itu, musuh yang amat membencinya sejak dahulu!

"Ok-ciangkun, tahan kecuranganmu di sini. Jangan membokong seseorang yang tidak mengetahui kehadiranmu!"

Ok-ciangkun mendelik. Dia terkejut tapi juga marah bukan main melihat pendekar besar itu. Teringat permusuhannya sejak muda, ketika pendekar itu saling mencinta dengan adik perempuannya tapi yang lalu tewas gara-gara pendekar ini. Dan Ok-ciangkun yang mendelik dengan muka merah padam tiba-tiba menerjang lawannya itu penuh kebencian

"Pendekar Gurun Neraka, Kau di mana-mana selalu menjadi penantangku. Mampuslah...!"

Pendekar Gurun Neraka mengelak. Dia sebenarnya enggan bermusuhan dengan panglima ini. Orang yang dia tahu cukup banyak menahan penderitaan sejak mereka sama-sama muda. Jauh belasan tahun yang lalu. Tapi lawan yang naik pitam dan berkelebat mengerahkan ginkang tiba-tiba membentak dan mengejarnya dengan serangan lagi, memburu pendekar itu dengan pekik dahsyat. Dan ketika Pendekar Gurur Neraka melihat serangan ini cukup berbahaya kalau dielakkan karena bisa mengenai anak isterinya di belakang tiba-tiba terpaksa sekali menangkis mengerahkan sinkangnya

"Ok-ciangkun, maaf... duk..!!"

Ok-ciangkun tergetar. Dia terdorong setindak oleh tangkisan itu, merasa dadanya sesak tapi melengking lagi menyerang dengan pukulan berikut, tiba-tiba saja memutar kedua lengannya melakukan pukulan kapas, Im-bian-kun pukulan tangan dingin yang lembek namun luar biasa kuat karena memiliki daya lentur yang tinggi, akan menolak tangkisan lawan seberapa lawan mengerahkan tenaganya.

Dan Pendekar Gurun Neraka yang tentu saja tahu dan terkejut oleh pukulan berbahaya ini tiba-tiba meliukan pinggang berjongkok merendahkan kaki, langsung memasang kuda-kudanya yang disebut Siang-kak jip-te (Sepasang Kaki Menghunjam Bumi), pasukan kuda-kuda yang luar biasa kuat karena tak mungkin tergeser biar tertimpa gunung sekalipun, menahan dan menerima pukulan lawannya itu, tidak melawan keras dengan keras melainkan menerimanya dan menyambut, justeru membuat lawan terdorong menindih lengannya.

Dan ketika Pendekar Gurun Neraka terdorong melentur kebelakang karena kaki masih menancap diatas tanah tiba-tiba pendekar ini mengayun tubuhnya kedepan menolak balik pukulan itu, mengerahkan Tee-sin-cangnya (Pukulan Mendorong Gunung) setelah terlebih dahulu menerima pukulan lawan, jadi lenyap sudah gaya pental yang dimiliki Im-bun-kun. Dan begitu lawan terbelalak memandang tahu-tahu Ok-ciangkun terjengkang merasa dorongan dahsyat menghantam dadanya.

"Bress!!" Ok-ciangkun terlempar bergulingan kaget bukan main dan berseru keras oleh kecerdikan lawan, terpaksa menjauhkan diri dan berjungkir balik mematahkan daya dorong itu. Dan ketika dia melompat bangun dan berapi memandang lawannya itu maka Pendekar Gurun Neraka mengebutkan lengan membersihkan bajunya.

"Keparat kau memang lihai. Pendekar Gurun Neraka. Tapi jangan sombong mengira aku kalah.... sing!" Ok-ciangkun mencabut pedangnya, melompat maju kembali dan berkilat-kilat memandang lawannya itu, penuh kagum tapi juga benci. Setengah gemar setengah marah. Dan Ceng Bi serta Pek Hong yang melompat maju di susul anak-anak mereka tiba-tiba mendengar Pendekar Gurun Neraka menghela napas berseru pada mereka.

"Bi-moi. kalian pergi saja cari Kun Houw dan Fan ciangkun itu. Biar panglima ini kuhadapi sendirian!"

"Tidak!" Ceng Bi menggeleng. "Mati hidup kami tetap bersamamu, suamiku. Aku dan enci Hong tak akan meninggalkanmu sendirian ditempat ini!"

"Hm, kalau begitu biar Sin Hong dan Bi Lan saja yang mencarinya," Pendekar Gurun Neraka mengerutkan alis, maklum akan kekerasan watak isterinya ini kalau Ceng Bi sudah menentukan sikap.

Dan Sin Hong yang mengangguk menyambar adiknya tiba-tiba disambut seruan Bi Lan yang memandang Liong Han. "Tidak, kau cari saja Houw-koko itu sendirian, Hong-ko. Aku akan menolong pemuda ini!"

Sin Hong terkejut. Dia melihat adiknya itu bicara seolah kelupaan saja. Tiba tiba sadar dan merah mukanya setelah ayah ibunya memandang. Maklum bahwa ia telah menunjukkan sesuatu yang ganjil di luar kebiasaan. Dan Bi Lan yang terkejut menyadari omongannya tiba-tiba tertegun dan buru-buru meralat,

"Eh, tidak. Maksud ku biar kau saja yang menolong pemuda ini. Hong ko. Aku yang sendirian mencari Kun Houw!"

Namun sebelum Bi Lan melompat Sin Hong sudah menahan adiknya itu, tertawa aneh. "Sudahlah, ayah yang memerintahkan aku mencari Kun Houw, Lan moi. Kau juga dan tolong pemuda itu baik baik" dan Sin Hong yang berkelebat mendahului adiknya sudah lenyap meninggalkan tempat itu.

Sebentar kemudian membuat Bi Lan merah mukanya dan tampak gugup. Tapi dua ibunya yang saling pandang dan tampaknya maklum akan sesuatu tiba-tiba tersenyum kecil, menyuruh Bi Lan membawa pemuda itu ke tempat yang aman. Dan karena pertempuran masih berjalan terus dan Ok-ciangkun rupanya sudah bersiap-siap menghadapi ayahnya itu terpaksa Bi Lan mengangguk dan membawa Liong Han sesuai permintaan ibunya. Atau lebih tepat sesuai keinginan hatinya sendiri yang entah kenapa berdebar dan tertarik bukan main pada murid Pek-kut Hosiang itu, tokoh Go bi yang hebat namun jarang muncul.

Dan begitu Bi Lan mengangguk membawa pemuda itu akhirnya Pendekar Gurun Neraka menghadapi lawannya ini, langsung menyelesaikan semua ganjalan karena Ok-ciangkun tentu akan memusuhinya seumur hidup, dijaga dua isterinya yang berdiri di pinggir kalau ada orang lain datang, tegang juga. Dan persis keduanya berhadapan saling beradu pandang tiba-tiba dari bawah bukit muncul pasukan besar yang digerakkan pendekar ini, naik ke bukit dari segala penjuru menuju istana Kwan-wa kung, muncul setelah beberapa saat Pendekar Gurun Neraka dan anak isterinya tiba di situ. Dan panglima Ok yang tentu saja membelalakkan mata dengan gusar tiba-tiba marah bukan main dan terkejut sekali.

"Pendekar Gurun Neraka, kau membawa pasukan ke sini?"

"Maaf," pendekar ini menghela napas. "Mereka datang untuk menumpas kelaliman, ciangkun. Mereka bergerak untuk menangkap kaisarmu!"

"Keparat!" dan Ok-ciangkun yang menggerakkan pedang melompat maju tiba-tiba menyambar dan senjatanya membabat kepala lawan, dikelit dan kemudian memekik tinggi menusuk dan membacok, tiba-tiba mengerahkan ginkang dan sebentar kemudian lenyap memutar pedangnya yang bergulung-gulung naik turun membentuk pelangi panjang karena panglima ini mengeluarkan ilmu pedangnya yang dahsyat. Jeng ging-to it-beng kiam-sut (Ilmu Pedang Seribu Pelangi Pencabut Nyawa), ganas bertubi tubi menyerang lawannya itu.

Dan Pendekar Gurun Neraka yang sebentar kemudian lenyap dibungkus gulungan pedang tak kelihatan lagi diterjang panglima yang marah itu, mengerahkan semua kepandaiannya untuk membunuh lawan. Tapi Pendekar Gurun Neraka yang tentu saja tidak tinggal diam melayani lawan akhirnya membentak dan menggerakkan kedua lengan menangkis kekiri kanan, mengerahkan sinkangnya dan mementalkan pedang yang menyambar-nyambar, menghadapi senjata dengan tangan kosong saja karena pendekar ini sudah terlalu lihai untuk mempergunakan kaki tangannya, bergerak.

Dan sebentar kemudian membuat Ok-ciangkun berteriak melihat pedangnya mental dikebut. Atau kadang-kadang mental membacok kedua lengan Pendekar Gurun Neraka yang kerasnya melebihi senjata tajam. Dan karena panglima ini pada dasarnya masih kalah setingkat dibanding pendekar itu akhirnya pedangnya patah ketika dalam satu tangkisan kuat Pendekar Gurun Neraka membentak keras.

"Pletak!"

Ok-ciangkun terbelalak. Dia menggeram dan melempar kutungan pedangnya itu. Maklum bahwa percuma menghadapi lawan dengan senjata apapun. Dan Ok ciangkun yang mulai menggeleng memutar lengan tiba-tiba melejit dan kembali menyerang dengan gaya yang keras, mainkan Gin-kong-jiunya (Pukulan Sinar Perak) yang diwarisnya dari mendiang nenek iblis Moli Thai-houw (baca Hancurnya Sebuah Kerajaan). Tapi pendekar Gurun Neraka yang kembali dan menangkis dan menolak balik semua serangannya itu akhirnya membuat panglima ini merobah ilmu silatnya dan mainkan Toh-hwe ji!

"Bagus, kau memang lihai, ciangkun. Tapi sayang kelihaianmu ini tak kau arahkan pada jalan yang benar!" Pendekar Gurun Neraka memuji, melihat bahwa pukulan lawannya kali ini mengandung racun dan dahsyat sekali dan amat berbahaya, mendengar suara berkeretek dan melihat kedua lengan panglima itu berubah kehitaman. Dan ketika satu saat pendekar ini ingin merasakan seberapa hebat pukulan lawannya itu dan coba menangkis mendadak dia tergetar dan kedua lengannya langsung menjadi hitam terserang racun!

"Dukk!!!" Pendekar Gurun Neraka mengerutkan alis. Dia cepat mengerahkan kui-kong-yang sinkangnya, Tenaga Inti Petir, "membakar" racun yang menempel di kedua lengannya itu, sebentar saja lenyap dan tak berbekas lagi warna kehitaman dari racun Tok-hwe-ji. Dan ketika lawan mulai memekik dan kembali melancarkan pukulan-pukulan yang lain terpaksa pendekar ini mengelak dan mulai membalas, tak mungkin menerima saja semua pukulan lawan karena sepak terjang panglima itu cukup ganas, berbahaya dan tak boleh diremehkan.

Dan ketika Pendekar Gurun Neraka mulai membentak dan membalas serangan lawan maka Ok-Ciangkun dibuat terkejut ketika pendekar ini mainkan Khong ji-ciangnya (Silat Hawa Kosong), disusul dengan Cap-jiu-kun (Silat Sepuluh Kepalan) yang bergerak menyambar,nyambar menimbulkan angin yang membuat pukulannya tertahan, berhenti setengah jalan karena membentur tenaga lawan yang luar biasa kuat. Seolah tembok baja yang tak kelihatan. Dan ketika Pendekar Gurun Neraka mulai bergerak mengerahkan ginkangnya pula yang disebut Jouw-sang-hui-teng (Terbang Di Atas Rumput).

Maka panglima ini kewalahan dan terbelalak melihat Tok-hwe ji-nya tak dapat menembus tubuh Pendekar Gurun Neraka, terpental dan selalu tertahan oleh dinding hawa yang luar biasa kuat itu, melindungi Pendekar Gurun Neraka. Dan ketika Pendekar Gurun Neraka berkelebat menampar pundaknya maka untuk pertama kali panglima itu mendesis kesakitan.

"Plak!" Panglima Ok terhuyung mundur. Dia tidak sampai roboh terjungkal, mampu bertahan karena dia telah mengerahkan Hoat-lek-kiam-ciang-konya itu, ilmu kebal yang berbau hoat-sut. Yakni ilmu yang dia warisi dari mendiang gurunya nomor dua yang tewas di tangan Malaikat Gurun Neraka. Iblis dari Hek-kwi-to. Dan ketika Pendekar Gurun Neraka kembali menamparnya tapi temua pukulan itu tertahan oleh Hiat lek-kim-ciang-ko yang dimiliki panglima ini akhirnya Pendekar Gurun Neraka mengerutkan alis melihat kehebatan lawannya itu.

Melihat Ok-ciangkun memiliki Hoat lek-kim-ciang-ko yang dimiliki mendiang susioknya, yakni iblis dari Hek'kwi-to itu yang tewas dibunuh gurunya (baca Perdekar Kepala Batu). Dan Pendekar Gurun Neraka yang tentu saja tertegun melihat kekebalan lawannya ini tiba-tiba mengeluarkan logam kuning yang dulu dipakainya pula untuk merobohkan ketua Gelang Berdarah. Dan begitu Ok-ciangkun melihat ini tiba-tiba panglima itu melengking dan tampak pucat ketakutan.

"Pendekar Gurun Neraka, tak perlu kau mengeluarkan benda keparat itu. Kau bunuhlah aku dengau kesaktian ilmu silatmu!"

"Hm, benda ini khusus penangkal ilmu'ilmu sesat, ciangkun. Maaf kukeluarkan kalau kau mempergunakan Hoat-lek-kim-ciang-komu itu!"

"Keparat, kau curang. Pendekar Gurun Neraka. Kau licik, kau... plak!" panglima ini menjerit, terlempar roboh setelah pendekar itu menyambitkan benda itu ke pundak kirinya, memekik karena satu-satunya tempat yang menjadikan kelemahan dan ilmu kebalnya itu, diketahui kontan terguling guling dan pucat memandang Pendekar Gurun Neraka. Dan ketika Pendekar Gurun Neraka berkelebat mengejarnya dan kembali melancarkan pukulan mengenai dada panglima ini akhirnya Ok-ciangkun berteriak, dia mencelat jatuh, punah sudah ilmu kebalnya itu yang berbau hoat-sut (ilmu hitam).

Dan karena lawan memang lebih lihai dan mengetahui semua kekurangannya akhirnya panglima ini mendesis-desis ketika tamparan atau pukulan Pendekar Gurun Neraka membuat dia jatuh bangun, terbelalak ketika melihat pasukan yang merayap di atas bukit Lia-yen-san mulai bergemuruh, maju menyerang dan memasuki istana Kwan-wa-kung. Dan ketika kembali satu saat dia terlempar oleh pukulan Pendekar Gurun Neraka yang mengenai lehernya tiba-tiba panglima ini melompat bangun dan memutar tubuhnya, melarikan diri menyelinap diantara hiruk-pikuknya pasukan yang mulai datang, menyerbu bagai laron siluman mendekati istana.

Dan Pendekar Gurun Neraka yang tentu saja terkejut mengejar lawannya membentak keras diikuti dua isterinya yang menyusul di belakang. "Ok-ciangkun, kau tak dapat meloloskan diri...!"

Panglima itu tak mau dengar. Dia menyelinap dan terus melarikan dirinya menuju ke dalam, memasuki istana dan mengibas roboh para penyerbu yang menghadang di depan. Tentu saja disambut pekik kaget orang-orang ini yang roboh berpelantingan, bagaimanapun panglima itu terlalu lihai bagi mereka. Dan ketika Pendekar Gurun Neraka mengejar dan tiba di ruangan dalam ternyata panglima itu telah membawa kaisar memasuki lorong istana.

"Sri baginda, lari. Musuh terlalu kuat!"

Pendekar Gnrun Neraka terbelalak. Dia tak melihat Shi Shih bersama raja yang tua itu, melihat kaisar terseok-seok diajak lari panglimanya. Dan karena Pendekar Gurun Neraka sudah dekat dan panglima Ok pucat dan bingung melarikan diri tiba-tiba panglima ini menyambar kaisar dan memanggul laki-laki tua itu.

"Sri baginda, maaf. Musuh mengejar di belakang...!"

Kaisar tertegun. Dia juga melihat Pendekar Gurun Neraka yang berkelebat di belakangnya itu, bahkan disusul pula oleh dua orang isterinya yang gagah perkasa itu. Melihat api mulai berkobar dan istana Kwan-wa-kung diserbu banyak orang, pera pengawal banyak yang tewas roboh bergelimpangan. Persis seperti keadaan di kota raja. Dan kaisar yang tertegun dengan muka pucat lalu mendesis teringat anak isterinya yang lain, terutama Shi Shih yang entah ke mana mendadak hilang tanpa diketahui. Maka bingung dan gugup teringat selirnya tercinta itu kaisar ini berseru. "Ok-ciangkun, tunggu dulu. Cari dulu selirku itu....!"

"Ah, siapa lagi, baginda?"

"Shi Shih, selirku tercinta itu!"

"Keparat!" Ok ciangkun tiba-tiba membentak, lupa bersikap kasar kepada junjungannya. "Selir paduka itu pengkhianat, sri baginda. Justeru dialah yang membawa kekacauan ini. Biar dia mampus di dasar neraka!"

Kaisar terkejut, terbelalak memandang panglimanya ini. "Kau... kau menghinaku, ciangkun? Kau berani bersikap demikian kasar kepadaku?"

Ok-ciangkun sadar. "Maaf, hamba... hamba tak dapat menahan diri, sri baginda. Tapi percayalah bahwa selir paduka itu mengkhianati paduka. Tak perlu paduka mencarinya lagi. Paduka menjadi korban kecerdikan selir itu yang melebihi ular berbisa!"

Kaisar menangis. Untuk pertama kalinya raja tua ini terpukul hebat, masih belum percaya tapi tak berdaya melihat musuh mengejar di belakang, pucat dan menggigil di atas pondongan panglimanya. Dan ketika Ok-ciangkun memasuki sebuah kamar rahasia dan menekan tombol di balik pintu tiba tiba sebuah lubang terbuka untuk mereka. Langsung panglima ini masuk, melompat ke bawah dan membawa junjungannya itu keluar dalam kamar yang lain.

Tapi ketika Sin Hong muncul dan membentak mengejutkan panglima ini mendadak Ok-ciangkun terbelalak dan kaget bagaimana putera Pendekar Gurun Neraka itu tahu jalan rahasia yang tak diketahui orang luar. Dan ketika dia menuju ke pintu lain dan kembali menyelinap di tempat rahasia di bawah tanah mendadak Naga Bongkok muncul di situ tertawa bergelak. Hal yang lagi-lagi mengejutkan panglima ini.

"Ok-ciangkun, kalian terkepung. Lebih baik menyerah saja!"

Ok-ciangkun terbelalak. Kalau dia tidak membawa kaisar tentu dia akan menerjang musuh-musuhnya itu. Tapi teringat junjungannya yang harus diselamatkan terpaksa panglima ini memutar tubuh mencari tempat lain juga kamar-kamar rahasia yang banyak terdapat di tempat itu, lari kebingungan menuju ke sebuah jurang di belakang istana, tempat terakhir di mana dia akan melalui sebuah jembatan gantung yang dipasang secara rahasia. Tak mungkin di ketahui orang luar. Tapi ketika tiba di tempat ini dan Ok-ciangkun memasang jembatan gantung yang tersembunyi di dalam tanah mendadak tali yang baru direntangkan itu putus dibabat sebuah pisau.

"Tass!" Ok-ciangkun kaget bukan main. Dia melihat Pendekar Gurun Neraka dan yang lain lain muncul di situ, berdiri di belakangnya bersama panglima Fan, berendeng pula dengan Shi Shih yang membuat kaisar membelalakkan matanya dan hampir tak percaya bahwa selirnya itu ada di situ, berdiri bersama musuh? Dan kaisar yang berseru tertahan dengan muka berobah tiba-tiba menggigil dan turun dari pondongan panglimanya.

"Shi Shih, kau... kau ada bersama mereka?"

Shi Shih tak menjawab. Wanita ini memandang kaisar dengan air mata bercucuran, tak dapat mengelak lagi, kedua kaki gemetar dan muka sepucat kertas. Bahwa tak ada gunanya lagi dia berpura-pura. Bahwa permainan telah berakhir dan kartu harus dibuka.

Dan kaisar yang tertegun memandang selirnya tiba-tiba menjerit dan roboh terjungkal. "Shi Shih, kau... kau pengkhianat...!"

Pedang Medali Naga Jilid 32

PEDANG MEDALI NAGA
JILID 32
KARYA BATARA

Cerita Silat Mandarin Karya Batara
OK-ciangkun terkejut. Dia sedang bingung saat itu, mau melihat kebakaran ataukah menangkap Kun Houw. Tapi begitu mendengar anaknya di culik tiba tiba panglima ini berkelebat ke dalam meninggalkan Kun Houw, menyuruh pembantu pembantunya menangkap Kun Houw dan teman-temannya yang datang itu. 

Dan ketika kebakaran menjadi besar dan timbul di mana-mana membuat gaduh akhirnya pagi yang buta itu berobah menjadi keributan menggemparkan yang membuat istana guncang, tak tahu apa sebenarnya yang terjadi karena kerabat kaisar masih lelap dalam tidurnya, melompat bangun mendengar teriakan menyayat di sana sini.

Dan ketika teriakan kebakaran berobah menjadi pemberontakan akhirnya istana kalut dan kacau di sana-sini. melihat pasukan besar meluruk membabat pengawal, maju memasuki istana dan berderap bagai ribuan gajah yang membuat panik. Dan ketika genta dipukul menyambut bahaya akhirnya kota raja menjadi geger dan kalang kabut. Melihat empat pintu gerbang didobrak hancur memasukkan ribuan bala tentara yang menyerang sambil bersorak-sorak, maju menyerbu memasuki tengah kota.

Sebentar saja penduduk gempar dan berteriak-teriak. menambah kacaunya semua keadaan yang sudah tak keruan. Dan ketika suasana mencapai puncaknya dan pasukan penyerbu yang berjumlah besar ini menyerang ke dalam tiba-tiba saja dari dalam istana muncul pasukan-pasukan serupa yang bersorak-sorai menyerbu pengawal. Ributlah keadaan.

Suasana menjadi semrawut, tumpang tindih tak keruan di pagi buta. Menggugah mengejutkan yang enak-enak tidur. Dan Ok ciangkun yang jadi bingung oleh perobahan besar besaran ini akhirnya mencak-mencak mengatur pasukannya, menyambut pasukan musuh yang kian dekat memasuki istana. Tak jadi mencari Kui Hoa yang diculik orang!

Dan Hun Kiat yang juga dipanggil memimpin pasukannya akhirnya ditarik meninggalkan Kun Houw, geger sendiri sendiri melupakan urusan pribadi. Tapi Kun Houw yang juga memimpin pasukan cadangannya yang sebenarnya telah diganti oleh orang-orang Ho-han-hwe menyambut pasukan Hun Kiat yang tentu saja kaget dan marah, mendelik bahwa Kun Houw benar-benar berkhianat, menyerbu pasukannya yang berjumlah seribu orang itu. Baru tahu bahwa panah api yang dilepas Kun Houw sebenarnya merupakan isyarat untuk menyerbu besar-besaran, meluruk istana. Dan Kun Houw serta Hun Kiat yang akhirnya bertemu dalam pertempuran di luar istana akhirnya berhadapan satu lawan satu!

"Kun Houw kau anjing hina-dina. Kau penghianat mata-mata!"

Kun Houw tertawa mengejek. "Tak perlu menyebut siapa pengkhianat, Hun Kiat. Kaulah yang sebenarnya pengkhianat. Kau membalas budi ibuku dengan racun pembunuhan!"

"Keparat!" Hun Kiat yang menerjang melancarkan pukulan lalu membentak menghantam dada Kun Houw langsung mengeluarkan Soan-hoan ciangnya itu. Ilmu yang paling baik dimilikinya. Tapi Kun Houw yang menyelak sambil menangkis tiba tiba memutar lengan mendorong dengan Jing liong Sin-kangnya.

"Dukk!" dan Hun Kiat terdorong mundur, masih kalah seusap oleh Jing-liong Sin-kang lawan yang lebih kuat sedikit, membuat Hun Kiat mendelik dan marah bukan main. Dan ketika Kun Houw menjejak dan pasukan dua belah pihak bersorak memberi semangat akhirnya Hun Kiat mencabut pedang mainkan Cui-mo Kiam-sut (Silat Pedang Pengejar Iblis) yakni ilmu pedang yang diwarisinya dari Pendekar Kepala Batu yang dulu tak menyangka pemuda ini bakal mengkhianatinya, memutar pedang menerjang Kun Houw, sebentar kemudian lenyap dalam gulungan pedang dan mencari kelemahan Kun Houw.

Dan Kun Houw yang tentu saja mendengus mengeluarkan Pedang Medali Naganya akhirnya membentak dan melayani lawannya itu. Maka terjadilah pertandingan dahsyat diantara dua orang pemuda ini. Hun Kiat mengganti-ganti permainan ilmu silatnya, menyelang-nyeling dengan semua ilmu yang dimiliknya. Baik dari Mu Ba maupun Mayat Hidup, digabung pula dengan ilmu silat yang diwarisinya dari mendiang Ciok-thouw-ciang itu.

Dan karena Hun Kiat memang pandai mencampur aduk ilmu-ilmu silat ini akhirnya Kun Houw tertegun jgua melihat tingkah lawan. Tampak edan-edanan namun mengandung tipu muslihat luar biasa, berobah menjadi licik dan ganas ditangan pemuda itu yang suka kelicikan dan curang. Dan ketika Hun Kiat menggerakkan pula tangan kirinya dengan pukulan-pukulan jarak jauh akhirnya Kun Houw berhati-hati pula melayani lawannya ini.

Melihat lawannya itu sering merobah-robah serangan tanpa diduga, baik dengan pedangnya maupun pukulan jarak jauhnya. Tapi karena Kun Houw memiliki Pedang Medali Naga yang tak berani disambut lawan dan Hun Kiat selalu mengelak untuk beradu senjata akhirnya pertandingan menjadi ramai dan makan waktu cukup lama.

Sebenarnya, ditinjau dari kemurnian ilmu silat masing-masing jelas Kun Houw lebih unggul. Begitu pula tenaga saktinya. Maklum, pemuda ini mewarisinya dari Bu-beng Sian-su, kakek dewa yang tak ada tandingannya itu, menang seusap dibanding tenaga sakti lawan. Tapi karena Hun Kiat menang cerdik dalam mencampur aduk ilmu silat dari tiga macam guru yang berbeda dan pada dasarnya pemuda itu juga memang licik, maka pertandingan mereka jadi berimbang. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Untuk beberapa saat tak ada yang mendesak maupun didesak.

Tapi setelah pertempuran ini mendekati seratus jurus dan Kun Houw mulai mengenal gaya permainan lawan akhirnya Hun kiat mengakui kelihaian lawannya itu dan mulai mengumpat caci. Apalagi ketika Kun Houw mengeluarkan ilmu silat pedangnya, Bu-tiong kiam-sut yang ada tujuh jurus itu yang baru diwarisi secara mahir oleh Kun Houw sebanyak enam jurus saja. Dan ketika Kun Houw mulai memekik melancarkan ilmu silat intinya ini mendadak lawan di buat terkejut ketika Kun Houw mulai melakukan jurus Heng hun-po-Ohnya itu, Awan Berarak Hujan Mencurah.

"Hun Kiat, kau tak dapat mengalahkan aku...!"

Hun Kiat terkejut. Dia melihat Kun Houw merobah gerakan, memutar pedang menusuk langit, sebentar kemudian pecah menjadi awan yang berarak dalam bentuk gelembung kecil-kecil, hebat dan luar biasa sekali membungkus tubuh Kun Houw. Dan ketika Kun Houw melengking dan mengibas pedangnya dari atas ke bawah kemudian melanjutkannya dengan gerak silang yang luar biasa cepat dari kiri ke kanan tiba-tiba bayangan awan itu pecah berhamburan menjadi bayangan pedang yang meluncur bagai hujan dicurahkan.

"Aih...!" Hun Kiat kaget bukan main. Dia melihat dirinya sudah dikurung hujan pedang itu, tak dapat keluar. Dan karena satu-satunya jalan terpaksa menangkis dan memutar pedangnya pula maka Hun Kiat terpaksa melakukan ini dan untuk pertama kalinya mengadu senjata,

"Trang-trang-trang!"

Dan Hun Kiat melotot. Dia melihat pedangnya putus menjadi tiga bagian. Bagian terbawah adalah yang kini dicekalnya itu, tinggal beberapa sentimeter saja. Dan ketika Kun Houw membentak dan kembali mencuatkan pedangnya bagai bintang bertaburan dan menyambar tenggorokannya dalam jurus ke tiga yang dinamakan Bu-tiong boan-seng (Bintang Bertaburan Dalam Kabut) akhirnya Hun Kiat berteriak menimpuk pedang buntungnya itu.

"Crak!" dan pedang itupun putus berkeping-keping. Hun Kiat melempar tubuh bergulingan, melompat bangun dan pucat mukanya melihat kehebatan lawannya ini. Tapi Kun Houw yaug mengejar dengan jurus ke empat dan ke lima akhirnya membuat Hun Kiat putus asa dan hampir tak dapat lolos lagi.

"Hun Kiat. inilah kematianmu yang paling buruk. Terimalah!"

Hun Kiat mencoba berkelit. Dia mulai lelah oleh kejaran Kun Houw yang bertubi-tubi, yang kini melancarkan jurus yang disebut Jing kiam-sia-ciok (Seribu Pedang Memanah Batu) dan Hui-kiam cui-liong (Pedang Terbang Mengejar Naga), dua jurus serangan yang bagi Hun Kiat tak mungkin dielakkan lagi karena dia sudah tidak bersenjata lagi dan tidak memiliki pegangan, percuma melindungi diri dengan sinkang. Karena Pedang Medali Naga pasti mampu menembus kekebalannya itu. Dan ketika benar kelihatannya sia-sia belaka dan pedang menyambar dalam gerak menyilang akhirnya Hun Kiat mengeluh ketika pundak dan pangkal lehernya terluka.

"Bret-bret!"

Hun Kiat terlempar bergulingan. Baju berikut kulit dagingpun terobek mengeluarkan darah, kembali melihat Kun Houw mengejar dalam jurus ke enam. Sin-liong-hoan-eng (Naga Sakti Mengukir bayangan), jurus yang tak mungkin lagi dielakkan karena Hun Kiat telah lelah dan putus asa. Tapi tepat serangan ini dilakukan dan Hun Kiat siap menyerahkan diri mendadak tiga bayangan berkelebat menahan Kun Houw dengan teriakan nyaringnya.

"Kun Houw, tahan. Iblis muda itu kamilah yang berhak membunuhnya...!" dan ketika Kun Houw tertegun menahan serangannya, tahu-tahu Han Ki dan Han Bu serta Hok Lian muncul bersamaan dangan mata berapi-api, menangkis pedangnya dengan senjata ditangan yang seketika itu juga buntung dan mencelat terlempar, bagaimanapun kalah ampuh oleh pedang keramat di tangan pemuda ini.

Dan ketika Han Ki dan Han Bu serta Hok Lian terhuyung mundur maka saat itulah Hun Kiat yang merasa mendapatkan kembali nyawanya yang hampir hilang mendadak melompat bangun melarikan diri, berkelebat menyusup di balik pasukannya yang sejak tadi tertegun memandang pertempuran, tak menyangka dua cucu Ciok-thouw Taihiap itu datang bersama, masih disusul pula oleh bayangan Hok Lian yang tentu ingin membalas dendam karena dia telah memperkosa gadis itu. Dan Kun Houw serta tiga orang temannya yang marah tiba-tiba mengejar dan memaki pemuda itu.

"Hun Kiat, jahanam kau...!"

Hun Kiat menyuruh pasukannya menyambut. Dia sendiri cepat melempar granat tangan melindungi diri, menyelinap dan sebentar kemudian berlompatan di antara pertempuran yang kacau-balau, meledakkan granat tangan itu yang mengeluarkan asap tebal. Dan Kun Houw yang tentu saja terhalang oleh kelicikan lawan akhirnya memekik melompat mundur, terhalang pandangannya oleh asap hitam yang bergulung-gulung itu, diserbu pasukan Hun Kiat yang tentu saja segera disambut dengan marah. Sekali gerak membuat lima orang terpental dan menjerit kesakitan.

Dan ketika Kun Houw menyuruh pasukannya maju menghadapi pasukan Hun Kiat akhirnya dia meninggalkan tempat itu untuk mencari lawannya yang melarikan diri, terpaksa mengamuk di tengah-tengah pertempuran besar untuk mengejar lawannya. Tapi Hun Kiat yang cerdik dan licik ternyata telah menghilang di balik kekacauan itu, kabur meninggalkan pasukannya. Melihat betapa istana porak-poranda dengan para pengawalnya yang roboh bergelimpangan di mana-mana. Banjir darah.

Dan ketika pertempuran berjalan dua jam lebih dengan keunggulan di pihak penyerang akhirnya istana berhasil direbut, sementara Ok-ciangkun dan para pembantunya menyelamatkan diri. Tak mungkin bertahan lagi menghadapi lawan yang demikian kuat dengan pasukan yang amat besar. Melakukan serangan dalam saat yang benar-benar tak terduga. Disulut oleh Kun Houw yang memulai semuanya itu. Dan Ok-ciangkun yang tentu saja marah-marah akhirnya melarikan diri menghadap kaisar, jauh di bukit Lin yen-san di mana saat itu sedang bersenang-senang dengan selirnya tercinta, Shi Shih.

* * * * * * * *

Demikianlah Ok-ciangkun mengakhiri ceritanya. "Hamba terpaksa mundur, sri baginda. Dan karena semua kejadian ini diawali oleh Kun Houw yang mengkhianati paduka, maka menyesal sekali hamba peringatkan bahwa selir ini rupanya perlu diperiksa pula demi keselamatan paduka. Kun Houw adalah orang kepercayaannya. Hamba khawatir jangan-jangan selir paduka ini terlibat bersama pemuda itu...!"

Kaisar tertegun. Tadinya dia mendengar semua cerita panglimanya itu dengan mata berapi-api, merah padam dibakar kemarahan yang tak terlukiskan besarnya. Murka sekali. Tapi setelah Ok-ciangkun menghentikan ceritanya dan tiba-tiba menyebut Shi Shih, mendadak raja yang sudah tua ini pucat.

"Ok-ciangkun," kaisar gemetar suaranya. "Adakah bukti bahwa selirku ini berkhianat? Adakah bukti bahwa Shi Shih mengatur semuanya itu bersama Kun Houw?"

"Hamba belum mendapatkan buktinya, baginda. Tapi karena Kun Houw adalah orang kepercayaan selir paduka maka sebaiknya paduka selidiki selir paduka itu. Hamba hanya meminta paduka memeriksa selir paduka itu. Kalau perlu hamba sanggup memaksanya untuk mengaku!"

Kaisar menggigil. "Shi Shih benarkah kau menerima kecurigaan Ok-ciangkun ini? Benarkah kau menerima tantangannya?"

Shi Shih tertegun. Dia juga mendengarkan semua cerita panglima itu dari awal sampai akhir. Sering mengeluarkan seruan tertahan di tengah cerita, berkali-kali mengepal tinju dan tampak marah mendengar semuanya itu. Maka mendengar kaisar bertanya padanya dan Ok-ciangkun memandangnya curiga mendadak selir ini bangkit berdiri menangis dengan air mata bercucuran.

"Sri baginda, hamba bukan hanya berani diperiksa menteri paduka ini untuk menyelidiki keterlibatan hamba. Tapi sanggup dibunuh bila kecurigaan itu benar! Tapi bagaimana jika panglima paduka tak dapat membuktikannya, sri baginda? Beranikah Ok-ciangkun memikul semua tanggung jawabnya karena ini adalah menyangkut nama baik dan kebersihan hamba? Ingat, kecurigaan tanpa bukti bukanlah hal yang tidak mengandung resiko, sri baginda. Karena hamba selama ini selalu bersama paduka dan tak pernah meninggalkan paduka untuk berhubungan dengan siapapun!"

Kaisar tertegun. Panglima Ok juga terhenyak, melihat sikap yang penuh keyakinan dari selir cantik itu. Tapi karena Ok-ciangkin sudah menanam kecurigaannya dan Kun Houw adalah orang kepercayaan selir itu maka panglima yang sudah dibakar kemarahan dan sakit ini mengangguk. Dia bukanlah Wu taijin atau Pangeran Kim umpamanya, orang-orang yang memiliki kekuasaan tapi bukan kepandaian. Ragu dan harus berpikir seribu kali menghadapi selir cerdik ini. Maka begitu Shi Shih bertanya apakah dia sanggup memikul segala tanggung jawabnya bila kecurigaan itu tak benar, akhirnya panglima ini menjadi gagah melepas pedangnya.

"Sri baginda, ini adalah soal kesetiaan dan harga diri. Karena selir paduka menerima tantangan hamba biarlah hamba bersumpah untuk membuktikan semuanya itu. Bila kecurigaan hamba tak benar dan selir paduka tak bersalah biarlah saat itu juga hamba membunuh diri di hadapan paduka!," dan melukai ibu jari sebagai sumpah. Akhirnya panglima ini memasukkan pedang dan berkelebat keluar, dipandang kaisar dan Shi Shih yang sama-sama terbelalak melihat janji panglima itu. Betapa Ok ciangkun akan membuktikan dugaannya dan sanggup memikul dosa bila Shi Shih tak berdiri di belakang Kun Houw.

Dan Shi Shih yang tentu saja terisak menangis akhirnya memutar tubuh tersedu-sedu memasuki kamarnya sadar dan mulai takut bahwa panglima itu bukanlah orang biasa. Bahwa Ok-ciangkun adalah laki-kaki yang memiliki kepandaian tinggi dan banyak dibantu orang-orang lihai. Dan Shi Shih yang menutup pintu kamarnya akhirnya mengguguk dihampiri kaisar.

"Shi Shih, benarkah apa yang dikatakan Ok-ciangkun itu? Benarkah kau membantu Kun Hauw di balik layar?"

"Tidak... tidak...!" Shi Shih tersedu-sedu. "Ok ciangkun hanya memfitnah hamba belaka, sri baginda. Ok-ciangkun dibakar kemarahan dan benci kepada hamba karena Kun Houw menyerang pasukannya!"

"Hmm, dan kau benar-benar tak terlibat?"

"Boleh paduka bunuh hamba sekarang, sri baginda. Atau biar hamba membunuh diri saja di depan paduka!" dan Shi Shih yang melompat turun mengambil pedang tiba-tiba menusuk dadanya sendiri dengan pedang itu, disambut seruan kaget sri baginda yang cepat menampar selirnya, jatuh terguling dan melihat Shi Shih tersedu sedu di atas lantai. Dan Shi Shih yang mengguguk dipandang kaisar akhirnya bersumpah dulu.

"Sri baginda, sumpah demi langit dan bumi biarlah hamba mati bersama jika paduka ditangkap musuh. Hamba tak akan mengkhianati paduka. Paduka adalah suami hamba..."

Dan kaisar yang memeluk dan kembali tergetar oleh sumpah selirnya yang menunjukan sesetiaan ini akhirnya menjadi bingung dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Percaya pada panglimanya itu ataukah pada selirnya yang berjanji sehidup semati ini. Sumpah yang diucapkan Shi Shih dengan penuh kesungguhan dan tidak berpura-pura. Dan sri baginda yang tertegun memeluk selirnya, akhirnya meneteskan dua butir air mata disertai keluhan lirih.

"Shi Shih, kenapa cobaan selalu menghantui kita? Benarkah kau akan setia kepadaku?"

"Demi langit dan bumi, sri baginda. Demi semua arwah leluhur hamba!"

"Aah...!" kaisar terkejut, tak ragu-ragu lagi. Dan ketika Shi Shih menggigit pecah ibu jarinya sendiri untuk bukti sumpahnya itu tiba-tiba Kaisar tertegun dan melihat bahwa selirnya ini menandingi sumpah Ok ciangkun. Bahwa masing masing telah menunjukkan kesungguhan sikapnya dengan cara yang sama keras. Dan kaisar yang bengong menarik napas akhirnya menyerahkan pada waktu siapa yang akhirnya benar. Ok ciangkun ataukah selirnya itu!

* * * * * * * *

Malam itu, mengumpulkan semua pembantunya diistana Kwan-wa-kang, panglima Ok duduk dengan muka merah padam. Sehari itu dia tak menunjukkan sikap gembiranya, Seram dan sungguh-sungguh. Dan ketika pembicaraannya mulai beranjak dari pertempuran dikota raja yang berakhir dengan kekalahan mereka akhirnya penglima ini mulai bicara tentang selir junjungannya.

"Bi Kwi, bagaimana pendapatmu tentang Shi Shih itu? Dapatkah kalian membuktikan bahwa selir ini membantu Kun Houw?"

Bi Kwi menggeleng, "Aku tak tahu ciangkun. Tapi kukira dugaanmu ini tak meleset jauh. Kita berbeda tempat, mana ku tahu gerak-gerik Kun Houw dibelakang selir itu?"

Mu Ba bangkit berdiri. "Aku percaya itu, ciangkun. Tapi sebaiknya kita seret saja selir itu kemari. Kita paksa dia untuk mengaku daripada susah-susah mencari bukti!"

Ok-ciangkun menggeleng, "Tak mungkin, Sri Baginda akan marah-marah kepada kita. Mu Ba. Kita baru melempar kecurigaan, bukan menangkap buktinya dan tak dapat sembarangan sebelum semuanya terbuka."

"Tapi Kun Houw jelas orang kepercayaan selir itu, ciangkun. Bukankah ini cukup dijadikan alasan untuk menyeret selir itu?"

"Hm, selir itu berada bersama kaisar ketika Kun Houw berkhianat, Mu Ba. Mana mungkin menuduhnya begitu saja kalau selir ini juga tak tahu? Kaisar membuktikan dia tak berhubungan dengan siapapun. Jadi sulit kalau kita menangkapnya begitu saja!"

"Jadi bagaimana kehendakmu?"

"Kita menyusup ke kota raja Mu Ba. Aku akan memanggil adikku So-beng untuk membekuk Kun Houw."

"Hmm...." semua mata tiba-tiba membeliak. "Kemana saja sutemu itu ciangkun? Kenapa dia tak kelihatan ketika istana diserang?"

"Aku menyuruhnya keluar kota. Ada urusan penting yang harus dilakukan suteku itu." Ok-ciangkun menjawab. "Tapi nanti dia kembali, Mu Ba. Karena itu bersiap-siaplah kalian untuk berangkat bersama suteku itu."

Dan ketika malam semakin larut dan rencana yang sudah disiapkan panglima ini diatur masak-masak, akhirnya benar juga malam itu So-beng muncul. Tapi Ok-ciangkun tak ada. Dan Mu Ba yang bangkit berdiri menyambut Iblis Penagih Jiwa ini langsung menegur dengan suara penuh kecewa,

"So-beng, kau tak ada di waktu kami perlu bantuanmu. Ke mana saja kau keluyuran? Tak tahukah rekanku tewas dibunuh Kun Houw?"

Iblis Penagih Jiwa ini mendengus, mengeluarkan suara aneh di balik kedoknya. "Aku tahu, Mu Ba. Tapi aku juga ada keperluan waktu itu, Suhengku menyuruh ke Kui-yang. Ada sesuatu yang harus kuselidiki di sana!"

"Dan mana sekarang suhengmu itu? Mana Ok-ciangkun?"

"Suhengku menghadap kaisar, Mu Ba. Aku mendapat perintah untuk menggantikannya memimpin kalian. Ayo kita berangkat!" dan So-beng yang mengebutkan lengan baju berkelebat keluar tiba-tiba mengajak yang lain mengikuti jejaknya.

Mu Ba tak dapat bertanya lagi. Dia melihat semua orang sudah mengikuti Iblis Penagih Jiwa itu keluar dari istana Kwan-wa kung menuruni bukit menuju ke kota raja. Tapi baru mereka melangkah beberapa tindak sekonyong-konyong di luar tembok sana terdengar jeritan seorang gadis yang memecah keheningan malam.

"Hun Kiat, lepaskan aku.... lepaskan aku, jahanam!"

So-beng dan teman-temannya tertegun. Mereka mendengar suara itu adalah suara Kui Lin, puteri ke dua dari panglima Ok. Dan So-beng yang mendadak berkilat matanya tahu-tahu memutar tubuhnya menuju asal suara ini, menggeram diikuti yang lain dengan mata terbelalak. Dan ketika mereka tiba di tempat itu dan melihat apa yang terjadi ternyata Kui Lin meronta-ronta di pegangan Hun Kiat yang tertawa-tawa menangkap gadis itu.

So-beng tiba-tiba melejit. Iblis Penagih Jiwa ini membentak, memukul Hun Kiat agar melepaskan gadis itu. Dan Hun Kiat yang tentu saja kaget melihat bayangan berkelebat menampar lengannya seketika menangkis dan melepaskan Kui Lin.

"Dukk!" Hun Kiat terkejut. Dia terdorong mundur dan terbelalak melihat siapa yang datang, melihat Siang-mo ji-bin dan lain-lain ada di situ. Melihat Iblis Penagih Jiwa itu mendelik penuh kemarahan memandangnya.

Dan Kui Lin yang tersedu-sedu menubruk pamannya akhirnya menceritakan kekurang ajaran Hun Kiat. "Paman, Hun Kiat menggangguku. Dia hendak... hendak..."

Iblis Penagih Jiwa mendorong mundur keponakannya ini. Dia menggereng dan marah bukan main pada murid Sin-thouw-liong Mu Ba itu, dan membentak dengan mata berapi dia memandang pemuda ini. "Hun Kiat, apa yang hendak kau lakukan pada keponakanku? Berani kau mengganggu dan menghinanya?"

Hun Kiat menyeringai menggeleng kepalanya. "Tidak, aku tidak mengganggu keponakanmu, So-beng. Kui Lin mau melarikan diri dari istana dan karena itu kutangkap!"

So-beng terbelalak, ganti memandang gadis ini. "Kau mau keluar dari istana, Lin-ji? Bukankah ayahmu sudah melarangmu untuk tidak pergi ke mana mana?"

Kui Lin menangis. "Aku ingin mencari enci Hoa, paman. Aku keluar tapi diganggu pemuda ini. Dia tidak sekedar mengajakku masuk tapi juga berkurang ajar mengganggu diriku!"

"Hmm!" So-beng marah pada kedua-duanya. "Kau tak seharusnya mengganggu keponakanku, Hun Kiat. Tapi Kui Lin juga tak seharusnya ke luar dari istana! Kalian sama-sama melanggar peraturan. Hayo masuk...." dan So-beng yang membentak menyuruh Kui Lin masuk, akhirnya memandang Hun Kiat dengan mata berkilat. "Hun Kiat, kau tak perlu mengganggu Kui Lin atau siapapun dari puteri suhengku. Sekarang kau ikut aku!"

"Ke mana?"

Mu Ba melompat maju. "Ke kota raja, Kiat-ji. Jangan membuat onar di sini!" dan Mu Ba yang pucat memandang muridnya itu berbisik perlahan. "Kiat-ji. jangan kau bermain api. Ok-ciangkun bisa marah kalau mengetahui perbuatanmu ini!"

Hun Kiat tersenyum mengejek. Dia merasa sayang meninggalkan Kui Lin, tapi melihat gadis itu masuk ke dalam akhirnya pemuda ini tertawa dan menganggukkan kepalanya. "Baiklah, aku ikut kalian, suhu. Tapi apa yang harus kita lakukan di sana? Siapa yang kita cari?"

"Kun Houw!" gurunya menjawab. "Kita mendapat perintah Ok-ciangkun untuk menangkap pemuda ini, Kiat-ji. Karena itu bantu kami dan jangan membantah lagi!"

Hun Kiat tertegun. "Kun Houw?" namun ketika gurunya mengangguk dan So-beng memandangnya dengan tajam akhirnya Hun Kiat menyeringai dan menekan debaran jantungnya mendengar disebutnya nama ini. Gentar dan kecut membayangkan pemuda yang luar biasa itu. Melihat semua orang diam-diam juga memiliki perasaan yang sama seperti dia rasakan. Masih teringat betapa lihainya murid Bu-tiong-kiam itu. Baik ilmu pedangnya maupun sinkangnya. Hal yang diam-diam membuat Hun Kiat tak habis pikir dari mana lawannya itu dapat memiliki tenaga sakti sedemikian hebat. Sama seperti yang dipunyai Sin Hong.

Tapi karena kali ini ada So beng di situ dan semua orang mengharap Iblis Penagih Jiwa ini dapat mengatasi lawan, akhirnya Hun Kiat mengiyakan dan tidak banyak cakap lagi. Melihat Iblis Penagih Jiwa itu memberi tanda dan mulai menuruni bukit, meneruskan perjalanan setelah terganggu sejenak oleh ulah murid Sin-thouw-liong Mu Ba ini. Dan begitu semua orang bergerak mengikuti Iblis Penagih Jiwa ini maka rombongan kecil itupun menuju ke kota raja untuk mencari Kun Houw!

Namun rupanya pekerjaan ini bukan pekerjaan mudah. Kota raja sekarang dijaga ketat oleh ribuan pasukan yang mengelilingi semua sudut. Berjaga-jaga. Masih belum diketahui siapa sebenarnya mereka itu. Artinya pasukan dari mana dan siapa pemimpinnya. Maklum waktu terjadi penyerbuan yang di lakukan di malam yang gelap itu tampaknya orang-orang ini adalah pasukan yang liar. Belum jelas benar atribut mereka itu. Tapi setelah So-beng dan rombongannya berhasil menyelinap ke dalam istana dan mencari sana sini akhirnya Iblis Penagih Jiwa ttu tertegun ketika melihat di sebuah ruangan besar duduk orang-orang yang sudah dikenalnya.

Kun Houw dan pendekar Gurun Neraka, masih disertai oleh seorang panglima muda yang bukan lain adalah Fan Li yang kini diketahui sebagai "biang keroknya", duduk bercakap-cakap di ruangan besar itu. Dan semua orang yang tertegun melihat adanya panglima ini langsung tahu bahwa pasukan penyerbu itu kiranya adalah pasukan Yueh. Jadi, musuh bebuyutan Wu yang kini menebus kekalahan mereka. Membalas dendam. Dan So-beng serta teman-temannya yang terbelalak memandang panglima ini akhirnya saling memberi isyarat kepada Pendekar Gurun Neraka tiba-tiba memandang ke luar, ke atas genteng, menggerak-gerakan telinganya.

"Houw-ji, kau dengar sesuatu?"

So-beng dan teman-temannya terkesiap. Mereka kaget oleh ketajaman telinga pendekar sakti itu. Kagum dan mencelos. Namun mereka yang sudah berdiam diri menahan napas tiba'tiba secara sial mendapat serangan seekor kucing yang tanpa sengaja terinjak ekornya, menggigit dan langsung menyerang Hun Kiat karena pemuda itulah yang menginjak kucing ini. Tak tahu bahwa di tempat persembunyiannya juga bersembunyi seekor kucing yeng mendekam memandang gerak-gerik mereka. Dan Hun Kiat yang tentu saja kaget dan menendangkan kakinya mendupak kucing itu tiba-tiba terpeleset dan membuat gaduh di atas genteng!

"Meoonngg....!"

So-beng dan teman-temannya terkejut. Mereka terlanjur membuat suara, memecahkan genteng dan kucing terlempar mampus. Dan Pendekar Gurun Neraka yang membentak bersama Kun Houw tahu-tahu sama berkelebat dan melayang ke atas genteng, disusul yang lain karena Pek Hong dan Ceng Bi juga mendengar keributan kecil itu, diikuti Sin Hong dan Bi Lan serta Fan-ciangkun sendiri. Sebentar kemudian melihat rombongan Iblis Penagih Jiwa itu. Dan So-beng yang terkejut serta menyesali kecerobohan Hun Kiat tiba-tiba membentak menyuruh yang lain-lain menyingkir.

"Mu Ba, pencar diri kalian. Pergi...!"

Namun Pendekar Gurun Neraka dan Kun Houw telah tiba di atas. Mereka berdua paling dulu melihat gerakan rombongan itu. Melihat semuanya berkelebat menyingkir menyelamatkan diri, masing-masing tampak gugup dan bingung, melesat kiri kanan tak keruan. Dan Pendekar Gurun Neraka yang membentak menggerakkan lengannya tiba-tiba mengibas melakukan pukulan jarak jauhnya.

"Sobat-sobat tak diundang, kalian kembalilah..."

Mu Ba dan teman-temannya berseru kaget. Mereka merasa serangkum angin menahan dan menyambar mereka dengan dahsyat, menghentikan lari mereka hingga masing-masing berteriak keras. Dan ketika mereka menangkis dan coba melawan tenaga mujijat itu mendadak mereka terjengkang dan terguling-guling kembali ke tempat semula.

"Bress!"

Mu Ba dan teman-temannya terkejut bukan main. Mereka melompat bangun, melotot dan mencari jalan keluar. Tapi ketika bayangan lain menyusul dan sudah ada diatas genteng mengepung mereka ternyata telah terkurung oleh rombongan Pendekar Gurun Neraka yang berjumlah tujuh orang. Hampir sama dengan rombongan mereka sendiri! Dan Pendekar Gurun Neraka yang terbelalak memandang mereka tiba-tiba mengerutkan kening dan tersenyum getir.

"Hm, kiranya kalian, So-beng? Kalian malam-malam datang kemari urtuk mencari siapa?"

So-beng tertegun. Dia tak menyangka rombongannya kepergok di tengah jalan. Tak menduga Pendekar Gurun Neraka dan anak isterinya ada di situ, melihat rombongannya sudah di kelilingi rombongan Pendekar Gurun Neraka dan Pek Hong memandangnya penuh sakit hati. Teringat musuh besarnya ini karena So-beng telah membunuh gurunya, Ta Bhok Hwesio. Dan So-beng yang mau tak mau tergetar juga dan kecut hatinya akhirnya mendengus menenangkan hati sendiri, menjawab pertanyaan Pendekar Gurun Neraka dengan dingin.

"Kami datang untuk mencari Kun Houw, Pendekar Gurun Neraka. Apakah kalian hendak mengeroyok dan melindungi pemuda itu?"

Pendekar Gurun Neraka tersenyum, tertawa pahit. “So-beng siapa kiranya yang sering melakukan pengeroyokan? pihakku ataukah pihakmu?"

Tapi belum Iblis penagih jiwa ini menjawab tiba-tiba Kun Houw yang sudah maju ke depan bersiap memandang lawannya ini, musuh yang telah membunuh gurunya. "So-beng ada urusan apa kau mencari diriku ? tanpa kau caripun tentu aku yang akan mencarimu. Kebetulan kau datang."

So beng tertawa mengejek. "Aku datang karena mengemban perintah kaisar. Kun Houw. Kenapa kau melakukan pengkhianatan dan bekerja sama dengan selir busuk itu?"

Kun Houw terkejut. "Siapa maksudmu?"

"Shi Shih, siapa lagi?" dan ketika Kun Houw tersentak dengan mata terbelalak tiba-tiba lawan telah melanjutkan dengan suaranya yang semakin dingin, "Kami telah mengetahui persekongkolan kalian, Kun Houw. Dan selir itu telah kami tangkap untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya!"

"Bohong!..." Fan Li tiba-tiba maju membentak, pucat mukanya. "Kau melancarkan fitnah tanpa bukti So-beng. Kaisar tak mungkin menangkap Shi Shih karena selir itu tak bersalah."

"Hm, apa maksudmu, ciangkun? Kau mau membela selir itu yang telah mengaku didepan kaisar?" So-beng menjengek. "Tak perlu berpura-pura ciangkun. Kami telah tahu semua perbuatannya, termasuk perbuatan kalian. Kaisar tahu bahwa selirnya itu berkhianat karena bekerja sama dengan kalian. Orang-orang dari Yueh."

Fan Li mengigil. Dia terjebak oleh tipu muslihat Iblis Penagih Jiwa ini menganggap Shi Shih benar-benar tertangkap dan kini berada didalam bahaya, ditangan kaisar. Dan Fan Li yang cemas akan nasib kekasihnya itu tiba-tiba bertanya serak. "So-beng, dimana kini selir yang kalian tangkap itu? Kalian apakan dia?"

So-beng ganti tertegun. Dia melihat ada sesuatu yang luar biasa pada sikap panglima ini. Melihat panglima itu cemas benar akan nasib Shi Shih. Berarti memang ada apa-apa di antara dua orang itu. Dan So beng yang tentu saja heran dan girang hatinya langsung membakar dengan sikap semakin mengada-ada, "Kaisar siap membunuhnya kalau Kun Houw tak mau datang, ciangkun. Karena itu kami ke sini untuk membawa Kun Houw."

"Tidak!" Fan Li tiba-tiba memekik. "Kun Houw tak mempunyai kesalahan apa-apa, So-beng. Yang mengatur semuanya ini adalah aku. Biar aku yang bertanggung jawab. Jangan orang lain!" dan panglima yang pucat dengan kaki menggigil itu sudah menghadapi Iblis Penagih Jiwa ini dengan kata-kata gelisah, "So beng, aku siap menggantikan Kun Houw mengikuti kalian. Tapi satu yang kuminta, bebaskan selir itu!"

So-beng semakin curiga. "Itu urusan kaisar, ciangkun. Tapi kalau kau mau mengaku baik-baik tentu kaisar dapat mengampuninya. Kenapa kau demikian mengkhawatirkan nasibnya? Benarkah seperti yang kudengar bahwa kau adalah kekasihnya?"

Fan Li hampir mengangguk. Dia terlanjur memperlihatkan sikapnya yang mengkhawatirkan selir ritu, hampir terjebak oleh kecerdikan So-beng yang berhasil merangkai-rangkai cerita. Tapi Pendekar Gurun Neraka yang membentak serta mendorong panglima ini menyadarkan Fan Li mengejutkan Iblis Penagih Jiwa itu,

"So-beng, kau tak perlu menjebak panglima ini dengan pernyataan macam-macam. Fan-ciangkun semata mengkhawatirkan selir itu karena dia adalah orang yang tidak ada sangkut pautnya dalam urusan ini. Kami bergerak sendiri untuk membasmi kesewenang-wenangan yang dilakukan kaisar kalian!"

"Hm!" So-beng mendongkol, gagal di tengah jalan. "Jadi apa yang kau maui, Pendekar Gurun Neraka? Kami datang tidak untuk membuat ribut, tapi menangkap Kun Houw seorang kalau dia ingin menyelamatkan selir itu!"

"Selir itu tidak berkhianat!" Pendekar Gurun Neraka membentak. "Dia tak tahu apa-apa dan karena itu jangan dilibatkan di sini!"

So-beng tertawa mengejek. "Begitulah? Tapi dia telah mengaku di depan kaisar, Pendekar Gurun Neraka. Dan kaisar telah memutuskan hukuman mati kalau Kun Houw tak datang. Kun Houw adalah orang kepercayaannya. Karena itu tak perlu melindungi atau berpura-pura karena kami semua telah tahu apa yang kalian lakukan!"

"Hm, sampai di mana pengetahuanmu itu. Iblis Penagih Jiwa?"

Iblis Penagih Jiwa tertawa. "Banyak sekali, Pendekar Gurun Neraka Tapi yang pokok adalah selir itu berkhianat karena menjadi mata-mata kalian. Kalian telah menanam dan menjebak sri baginda dengan siluman cantik ini!"

Pendekar Gurun Neraka terkejut. Dia heran dan kaget bagaimana Iblis Penagih Jiwa ini tahu. Betulkah selir itu mengadakan pengakuan sendiri di depan kaisar seperti yang dikatakan iblis ini. Tapi tak gampang dipercaya, dia maklum mereka harus berhati hati menghadapi orang orang curang ini, tiba-tiba Pendekar Gurun Neraka mendengus dan bersikap dingin. "So-beng kau tak dapat membawa Kun Houw atau siapapun dari tempat ini. Justeru kami ingin menangkap dan membasmi kalian karena terlampau banyak hutang hutang kalian kepada kami."

"Ha-ha, beranikah itu kau lakukan, Pendekar Gurun Neraka? Kami datang diawasi dari jauh. Jangan jangan selir itu segera dibunuh jika kalian menyerang kami!"

"Apa maksudmu?" Pendekar Gurun Neraka terkejut.

"Ini!" So beng mengeluarkan panah apinya. "Suhengku di atas akan melihat isyarat ini bila kami mendapat bahaya di sini, Pendekar Gurun Neraka, Karena itu pikir baik-baik jika kalian ingin membunuh kami. Terserah mana yang lebih berharga. Selir itu ataukah kami"

Pendekar Gurun Neraka tertegun. Dia dan semua kawannya terkejut oleh ancaman ini, tiba tiba tak dapat berkutik. Dan So-beng yang merasa menang di atas angin tiba-tiba bersikap sombong, tertawa bergelak.

"Bagaimana, Pendekar Gurun Neraka? Beranikah kalian membunuh atau menyerang kami? Ingat, kami hanya minta Kun Hoaw menghadap kaisar. Tapi karena di sini ada juga Fan-ciangkun yang menggerakkan pasukannya terpaksa permintaan kami d tambah dengan jiwa panglima itu!"

"Keparat!" Bi Lan melengking. "Orang-orang ini mengancam kita, ayah. Agaknya tak perlu kita percaya semua omongannya itu. Lebih baik kita bunuh mereka!" dan Bi Lan yang mau cabut pedang siap menerjang tiba-tiba mendapat seruan Fan ciangkun yang terbelalak mencegahnya.

"Tidak, jangan, Bi Lan. Jangan! Aku percaya omongan mereka itu!" dan Fan Li yang gugup dan menggigil memandang Pendekar Gurun Neraka tiba-tiba berkata penuh iba. "Pendekar Gurun Neraka, jangan serang mereka ini. Aku siap memenuhi permintaan mereka!"

“Hm," Pendekar Gurun Neraka mengerutkan alis "Kau boleh saja memenuhi permintaan mereka, ciangkun. Tapi bagaimana dengan Kun Houw? Maukah anak itu memenuhi permintaan musuh untuk menghadap kaisar?"

Fan Li menggigil, tiba-tiba menjatuhkan diri berlutut di depan Kun Houw. "Kun Kouw, ku mohon dengan sangat kau mau menemaniku ke istana Kwan-wa-kung Aku bersumpah untuk menyelamatkan dirimu di sana!"

Kun Houw terkejut. Dia tentu saja buru-buru mengangkat bangun panglima itu, terperanjat melihat betapa Fan ciangkun merendahkan diri sedemikian rupa di hadapan demikian banyak orang. Demi Shi Shih! Dan Kun Houw yang gemetar mengangkat bangun panglima itu lalu memandang ayahnya dengan mata terbelalak.

"Bagaimana, ayah? Apa yang harus kulakukan?"

Pendekar Gurun Neraka juga terkejut. Dia tak tahu apakah ancaman Iblis Penagih Jiwa ini bener ataukah tidak. Tapi mengambil resiko dengan meremehkan Iblis Penagih Jiwa itu dan mengorbankan Shi Shih di sana tentu dia juga tak mau. Apalagi Fan ciangkun demikian mati-matian ingin menyelamatkan kekasihnya itu, siap berkorban Jiwa dengan memenuhi permintaan orang-orang ini. Dia melihat Kun Houw diminta untuk menemani panglima ini menghadap kaisar, tiba-tiba pendekar ini bengong tak tahu harus bersikap bagaimana.

Maklum, keselamatan orang orang ini tentu tak dapat dijamin lagi bila mereka sudah di istana Kwan wa-kung. Apalagi Kun Houw adalah putera pertamanya, belum puas dia menumpahkan kasih sayangnya pada pemuda itu. Tapi Kun Houw yang rupanya tahu akan kesulitan ayahnya ini tiba tiba mundur selangkah berendeng dengan panglima itu, memutuskan sikapnya sendiri.

"Baiklah, aku akan mengikuti orang-orang ini, ayah. Aku akan menemani Fan ciangkun ke istana Kwan wa-kung!"

So-beng tiba-tiba tertawa bergelak. "Bagus, dan kuharap kau mengakui semua perbuatanmu bersama selir itu. Kun Houw. Kalau tidak terpaksa selir itu akan kami bunuh!"

Fan-ciangkun pucat. "Tak boleh kalian membunuh selir itu. So-beng. Lebih baik sekarang kalian berjanji untuk tidak mencelakai selir itu. Kalau tidak aku akan mencabut kesediaanku!"

"Eh!" So beng terbelalak. "Kau mau menjilat ludah sendiri, ciangkun?"

"Tidak!" panglima ini berdiri gagah. "Aku mau ikut kalian karena ingin menyelamatkan selir itu, So-beng. Kalau ternyata selir itu celaka di tangan kalian, aku terpaksa mencabut janjiku!"

"Hmm," So-beng mengerutkan alisnya, terkejut juga. Tapi tertawa aneh mengibaskan jengah dia mengangguk. "Baiklah, aku akan menyelamatkan selir itu, ciangkun. Tapi kalian berdua harus mengakui perbuatan kalian. Terutama Kun Houw! Kalian berjanji?"

Fan Li tak dapat menolak. Dia mengira musuh benar-benar telah mengetahui semua perbuatannya. Tak tahu bahwa sebenarnya So-beng memasang jebakan untuk memerangkap mereka, "termakan" oleh tipu muslihat Iblis Penagih Jiwa ini. Guncang pikirannya begitu mendengar Shi Shih ditangkap. Dan Kun Houw yang juga tak berkutik oleh ancaman lawan yang cerdik luar biasa, tiba-tiba juga mengangguk dan tak menyadari bahwa semua yang dikatakan So-beng tadi adalah hasil rekaan Iblis Penagih Jiwa ini. Akal yang berhasil mengelabuhi mereka!

Dan So-beng yang tentu saja girang oleh janji dua orang itu lalu menotok Kun Houw dan Fan-ciangkun. Tapi Kun Houw mengelak, membentak dan merah memandang lawan. Dan So-beng yang terkejut membelalakkan mata mendengar Kun Houw memaki,

"So-beng, aku telah menyerahkan diri. Ada jaminan selir itu di sana. Kenapa hendak melumpuhkan kami berdua? Bukankah kalau kami melarikan diri selir itu bakal kalian pergunakan untuk memaksa?"

So beng terkejut. "Tapi kami tak ingin kau memberontak di depan kaisar. Kun Houw. Kami tak mau ambil resiko membiarkan kalian bebas!"

"Hm!" Kun Houw marah. "Tak perlu kau mengada-ada, So-beng. Kalian cukup banyak untuk mengeroyokku bila aku menyerang kaisar. Tak perlu berpura-pura. Bilang saja kalau kau ingin berbuat kecurangan dengan membuatku lumpuh terlebih dahulu!"

So-beng merah mukanya, Dan Pendekar Gurun Neraka yang melihat omongan Kun Houw memang masuk di akal lalu melangkah maju membenarkan puteranya. "Benar, kalian sudah mendapatkan apa yang kalian cari, So-beng. Puteraku bukanlah orang orang macam kalian yang suka menarik janji. Kun Houw tentu memenuhi janjinya dan tak perlu khawatir aku yang menanggung kata-katanya!"

Terpaksa, So-beng mendengus dan tak enak berlama-lama di tempat itu menghadapi musuh yang amat kuat. tiba tiba iblis ini tertawa mengejek melepas kecewanya. "Baiklah, mari kita berangkat, Kun Houw. Suhengku tak sabar ingin mendengar pengakuanmu di depan sri baginda. Ayo..!"

Dan So-beng yang meminta Kun Houw berjalin di depan akhirnya mengiring pemuda itu. ketika Kun Houw mengajak Fan-ciangkun, dipandang Pendekar Gurun Neraka dan yang lainnya yang merasa tak berdaya menghadapi akal cerdik Iblis Penagih Jiwa itu. Untuk kedua kalinya melepas musuh yang membuat mereka terikat.

Tapi begitu semuanya lenyap meninggalkan istana tiba-tiba Pendekar Gurun Neraka bergerak, menggantikan kedudukan panglima Fan untuk menyerbu istana Kwan-wa kung saat itu juga, menyerahkan kendali komando kepada beberapa wakil Fan ciangkun yang ada di situ. Secepat kilat mengatur barisan besar untuk menuju kebukit Lin yen-san. Dan begitu semuanya diatur dan pasukan dipecah menjadi empat bagian akhirnya pendekar ini bersama anak isterinya menuju Kwan-wa-kung mengejar rombongan Iblis Penagih Jiwa itu!

Dan tepat sekali tindakan pendekar sakti ini, Shi Shih berada dalam bahaya besar jika Kun Houw sampai membuka rahasia di depan kaisar. Tak tahu bahwa sebenarnya mereka terjebak oleh tipu muslihat yang penuh kecerdikan dari Iblis Penagih Jiwa itu. Dan karena Pendekar Gurun Neraka dulunya adalah bekas seorang jendral yang disegani kawan ditakuti lawan akhirnya apa yang diatur pendekar itu cocok sekali.

Pasukan besar malam itu juga menuju ke bukit Lin-yen-san, bergerak tanpa suara karena mereka adalah orang-orang terlatih yang telah mendapat gemblengan bertahun-tahun. Disiapkan hingga mereka merupakan pasukan nomor satu. Dapat bergerak cepat tanpa menimbulkan banyak kecurigaan. Seolah mereka adalah barisan naga yang diam-diam menghampiri mangsa tanpa diketahui mangsanya.

Tapi Pendekar Gurun Neraka yang mendahului di depan bersama anak isterinya tiba-tiba tertegun melihat pasukan lain menyerbu Kwan wa kung mendahului mereka, bersorak sorai di malam yang gelap itu menyergap istana. Persis di saat So-Beng dan teman temannya muncul. Dan Pendekar Gurun Neraka yang tentu saja bengong memandang ini semuanya tiba tiba melihat seorang pemuda gagah perkasa mengamuk memimpin pasukan penyerbu itu!

"Ah, siapa dia?"

Pendekar Gurun Neraka dan anak isterinya bengong. Mereka melihat pemuda yang mengamuk di depan itu hebat sekali, sepak terjangnya luar biasa karena dia hanya mempergunakan tangan dan kaki belaka, melempar dan menendang para pengawal hingga tunggang-langgang menjerit tak keruan. Masuk dan terus menyerbu menyibak musuh, ujung lengan bajunya berkali-kali mengebut dan membuat pengawal terpekik, mencelat bergulingan.

Dan ketika So beng dan rombongannya datang melihat pemuda ini tiba-tiba Iblis Penagih Jiwa itu melengking membentak, marah. "Siluman jahanam, kau siapa?"

So-beng langsung melakukan pukulannya. Dia menghantam belakang kepala lawan di tengah hiruk-pikuknya pertempuran, tak tahu siapa pemuda ini dan dari mana pula pasukan penyerbu yang datang ke Kwan-wa tung. Tapi pemuda di depan yang mendengar angin pukulan lawan tiba-tiba membalik dan menangkis serangan Iblis Penagih Jiwa itu.

"Dukk!" Iblis Penagih Jiwa terbelalak. Dia tergetar dan terhuyung setindak, sementara lawan yang berseru keras berjungkir balik tampak terpental sudah kembali turun menghadapi lawannya. Dan So-beng semakin tertegun. Pemuda ini ternyata seorang pemuda yang gagah, tampan dan memiliki sepasang alis yang tebal seperti golok, hitam dan membayangkan kegagahannya dengan mata yang berkilat tajam itu. Dan ketika Mu Ba dan yang lain-lain mengepung pemuda ini dengan pandangan marah ternyata pemuda itu tak gentar sedikitpun karena dia tertawa mengejek dan menepuk-nepuk bajunya yang penuh debu!

"Hm kau kiranya datang juga, So-beng? Dan ini teman-temanmu yang busuk itu? Mana dia Siang-mo ji-bin? larikah?"

Siang-mo-ji-bin terkejut. Dia sudah dituding pemuda tanpa dikenal itu, yang memandangnya berapi dengan muka merah. Dan Siang mo-ji-bin yang melompat ke depan mengerutkan alisnya membentak gusar, "Bocah, ada apa kau mencari kami? Siapa orang orang liar yang kau bawa ini?"

"Hm. aku Liong Han, Siang mo ji-bin. Masih ingatkah kau kepada kematian Liong wangwe (hartawan Liong) di kota Li-bun? Aku puteranya, datang mencari kalian untuk membalas dendam!"

Siang-mo-ji-bin terbelalak. Mereka mengingat-ingat. tapi begitu tahu tiba-tiba keduanya tertegun dan kaget memandang pemuda ini. "Eh. bukankah kau sudah mampus di sudut kamar? Bukankah..."

Liong Han, pemuda yang gagah ini memotong marah, "Aku masih hidup, Siang-mo ji-bin. Seseorang datang waktu itu menolongku. Dialah yang kini menjadi guruku!"

"Hm...!" dua kekek kembar ini saling pandang, mendengar teriakan di sana-sini karena pertempuran masih berlangsung dengan sengit. Para penyerbu meluruk dan semakin mendesak para pengawal.

Dan So-beng yang tak sabar dan cemas memandang ke dalam tiba-tiba menyuruh Siang-mo ji-bin menangkap pemuda itu sementara yang lain diajak menghalau musuh, membawa serta Kun Houw dan Fan Li yang terheran heran dan terkejut melihat pemuda tak dikenal itu, Liong Han. pemuda gagah yang menarik hati mereka. Dan Siang-mo ji-bin yang kini berhadapan dengan pemuda ini akhirnya membentak memutar mutar kedua lengan mereka.

"Bocah, sekarang tak perlu banyak cakap lagi. Hayo laksanakan niatmu itu dan balas kematian orang tuamu. Kami siap!"

Liong Han memandang berapi. "Tentu, aku datang memang untuk membalas dendam Siang-mo ji-bin. Karena itu bersiaplah kalian menebus dosa!" dan Liong Han yang membentak menggerakkan lengannya tahu-tahu menampar Siang-mo ji-bin dengan pukulan yang bercuit nyaring.

"Plak!" Siang-mo ji-bin menangkis, mengerahkan Ang-see-kang dan Pek-See-kang mereka karena melihat pemuda ini benar-benar lihai. Terbukti dari amukannya tadi ketika menghajar para pengawal. Tapi keduanya yang berteriak kaget terdorong mundur tiba-tiba melempar diri bergulingan ketika sinkang lawan "menembus" Ang-see-kang (Telapak Pasir Merah) dan Pek-see-kang (Tenaga Pasir Putih) mereka seolah ular yang menyeludup diantara sebuah liang, menghantam dan lolos menyambar dada mereka. Pukulan yang aneh. Pukulan yang luar biasa. Dan Pek-kwi serta Ang-kwi yang tentu saja kaget bukan main segera mendengar ledakan perlahan ketika pukulan pemuda itu mengenai tanah.

"Dess!" Pek-kwi dan Ang-kwi melompat bangun. Sekarang mereka melihat kepulan asap dari bekas pukulan itu, melihat tanah berlubang sedalam injakan kaki, basah seolah baru saja disembur seekor naga. Atau, mungkin lebih mirip disebut percikan air yang berobah butiran es yang keras seperti "pelor", melesak dan membuat tanah berlubang saking hebatnya pukulan yang aneh itu yang tadi bercuit nyaring. Dan Siang-mo ji-bin yang pucat terbelalak ke bawah tiba-tiba mundur berseru tertahan,

"Sin sui-kang (Pukulan Air Sakti)...!"

Liong Han mendengus. "Ya, kau mengenal pukulanku, Siang-mo ji-bin?"

Dan dua kakek kembar yang gentar memandang Liong Han akhirnya menggigil menghadapi pemuda itu, takut dan bagaimana Liong Han dapat memiliki pukulan itu, teringat pada seseorang yang dulu mengalahkan mereka dengan pukulan sakti ini. Dan Siang-mo-ji-bin yang menoleh kiri kanan tampak ketakutan tiba-tiba berseru pada pemuda itu, serak suaranya,

"Liong Han, apa hubunganmu dengan Pek-kut Hosiang?"

"Dia guruku!"

"Ah, pantas...!" dan Siang-mo ji-bin yang membentak marah tiba-tiba meraung, memberi tanda dan sama menyerang pemuda itu menumpahkan kemarahan mereka. Kemarahan yang tercampur pula dengan perasaan cemas yang membuat mereka gelisah. Penasaran bahwa pemuda ini memiliki ilmu "pamungkas" untuk menundukkan pukulan pasir beracun mereka, baik Pek-see-kang maupun Ang-see-kang.

Dan Siang-mo ji-bin yang menerjang dan masih mengharap Liong Han belum begitu mahir menguasai Sin-sui kang lalu menyerang dan bertubi-tubi melancarkan pukulannya sambil menggerakkan ginkang, sebentar saja mengeroyok pemuda itu dan berkelebatan lenyap, dahulu-mendahului seolah pemuda itu harus cepat cepat dibunuh, tak boleh diberi kesempatan.

Tapi Liong Han yang tertawa mengejek menghadapi lawannya tiba-tiba membentak dan kembali menangkis dengan pukulan anehnya itu, mampu mengimbangi lawan dan membuat Siang-mo ji-bin selalu terdorong. Berarti pemuda itu lebih unggul dan mahir menguasai sin-kangnya. Hal yang membuat Siang-mo ji-bin kecewa!

Dan ketika Liong Han membentak dan mengerahkan ginkangnya pula tiba-tiba pemuda ini lenyap mengikuti lawannya. "Siang-mo ji-bin, kalian tak dapat mengalahkan aku...!"

Siang-mo ji-bin pucat. Mereka melihat bahwa lawannya itu memang lihai, hebat dan selalu mementalkan pukulan pasir beracun mereka. Bahkan tak tedas (tak mempan) oleh cipratan keringat mereka yang membentuk pasir-pasir aneh, mengejek dan tertawa menghina mereka ketika senjata keringat yang berubah keras dan tajam itu runtuh tersapu oleh Pukulan Air Sakti yang benar-benar hebat.

Dan ketika Liong Han melengking tinggi menambah kecepatannya dan kedua lengan mulai mengibas kiri kanan tiba-tiba keringat pasir di tubuh Pek kwi dan saudaranya lengket, tak dapat di cipratkan lagi karena Sin-sui-kang membuat tubuh mereka basah kuyup, bukan oleh keringat yang membanjir di tubuh mereka melainkan oleh pengaruh Pukulan Air Sakti, membuat mereka kedinginan dan tiba-tiba Ang see kang maupun Pek-see-kang macet, mengalami kesukaran karena jalan darah mereka seolah beku, kaku dan tak leluasa lagi bergerak untuk melepas pukulan.

Dan ketika Liong Han mulai membalas dan dua orang iblis kembar ini terbelalak dengan muka kaget tahu-tahu keduanya mencelat terlempar ketika Liong Han menampar dada mereka. "Ji bin, ini pukulan pertama untuk kematian ayahku...des!!"

Siang-mo ji-bin terguling-guling. Mereka mengeluh dan kaget melompat bangun, gemetar seluruh tubuh karena otot-otot terasa kejang. Dan ketika Liong Han berkelebat menampar dengan pukulan kedua maka merekapun terbanting roboh memuntahkan darah.

"Dan ini untuk kematian ibuku.... dess!!"

Mereka kembali terguling-guling, pucat dan mendekap dada serta leher yang sakit menerima pukulan itu. Dan ketika Liong Han kembali membentak dan melancarkan pukulan bertubi-tubi dengan mengatakan bahwa itu untuk saudaranya atau untuk keluarganya yang lain akhirnya dua iblis kembar ini tunggang-langgang dikejar jatuh bangun. Siang-mo ji-bin benar-benar tak berdaya, semakin lumpuh dan mulai menjerit, luka-luka. Dan ketika Liong Han beringas dan menurunkan tangan mautnya dua kali ke ubun-ubun kepala lawan akhirnya Siang-mo ji-bin memekik terlempar roboh.

"Prakk!"

Dua iblis itu kini tak bergerak lagi. Mereka tewas oleh pukulan terakhir pemuda ini, berkelojotan sejenak untuk kemudian tak bergerak lagi untuk selama lamanya. Membuat Pendekar Gurun Neraka dan yang lain-lain tertegun dan sadar bahwa mereka mendelong oleh pertandingan di depan. Sadar bahwa pertandingan telah berakhir dengan kemenangan pemuda itu. Dan Bi Lan yang mendesis kagum tiba-tiba terkejut melihat sebuah tombak meluncur di belakang punggung pemuda tanpa diketahui yang bersangkutan, melihat Panglima Ok muncul menyerang secara gelap.

"Hei....!" Namun teriakan Bi Lan terlambat.

Liong Han saat itu sedang menengadah ke langit bergetar menyebut arwah orang tuanya, menangis tapi gembira, musuh berhasil di binasakan. Maka ketika Ok-ciankun muncul dan tombak menyambar punggungnya tanpa suara tiba-tiba pemuda itu menjerit ketika senjata ini mengenai tubuhnya, terkejut oleh teriakan Bi Lin dan secepat kilat mengerahkan sinkangnya melindungi diri, gerak reflek seorang ahli silat yang menyadari bahaya.

Namun karena semuanya terjadi secara tiba-tiba dan tombak itu diluncurkan oleh tangan sakti panglima Ok yang hebat luar biasa. Tak urung pemuda ini roboh terjungkal dan mengaduh kesakitan, mampu menahan tombak tidak sampai menembus dadanya, menancap sekitar lima senti tapi bagaimanapun juga terluka dan roboh terguling, hilang kewaspadaannya karena kegembiraannya membunuh Siang-mo ji-bin tadi, dan Ok-ciangkun yang berkelebat maju mengayunkan tangannya tahu-tahu menampar kepala pemuda itu dengan pukulan Tok-hwe-ji (Hawa Api Beracun).

"Keji...!" Bi Lin tak tahan lagi. Dia sudah melompat dan entah mengapa marah bukan main melihat Liong Han terluka, langsung mencelat dan keluarkan pukulan jarak jauh menangkis pukulan panglima itu dari samping, membentak mengejutkan panglima itu. Dan Ok-ciangkun yang tentu saja terbelalak melihat tangkisan Bi Lan tiba-tiba menggeram dan menendang gadis itu.

"Des...!" Bi Lan terlempar. Gadis ini terpelanting bergulingan membentur pukulan Tok hwe-ji itu, tidak sampai terluka karena dia melakukan serangan dari samping, tertolak dan kembali ketempat ibuya di belakang.

Tapi Liong Han yang tertolong sejenak tak urung menjadi korban juga, bukan belakang kepalanya melainkan pundak kanannya terbanting roboh dan langsung pingsan dengan pundak kebiruan. Dan Pendekar Gurun Neraka yang saat itu muncul menolong puterinya segera berhadapan dengan panglima she Ok itu, musuh yang amat membencinya sejak dahulu!

"Ok-ciangkun, tahan kecuranganmu di sini. Jangan membokong seseorang yang tidak mengetahui kehadiranmu!"

Ok-ciangkun mendelik. Dia terkejut tapi juga marah bukan main melihat pendekar besar itu. Teringat permusuhannya sejak muda, ketika pendekar itu saling mencinta dengan adik perempuannya tapi yang lalu tewas gara-gara pendekar ini. Dan Ok-ciangkun yang mendelik dengan muka merah padam tiba-tiba menerjang lawannya itu penuh kebencian

"Pendekar Gurun Neraka, Kau di mana-mana selalu menjadi penantangku. Mampuslah...!"

Pendekar Gurun Neraka mengelak. Dia sebenarnya enggan bermusuhan dengan panglima ini. Orang yang dia tahu cukup banyak menahan penderitaan sejak mereka sama-sama muda. Jauh belasan tahun yang lalu. Tapi lawan yang naik pitam dan berkelebat mengerahkan ginkang tiba-tiba membentak dan mengejarnya dengan serangan lagi, memburu pendekar itu dengan pekik dahsyat. Dan ketika Pendekar Gurur Neraka melihat serangan ini cukup berbahaya kalau dielakkan karena bisa mengenai anak isterinya di belakang tiba-tiba terpaksa sekali menangkis mengerahkan sinkangnya

"Ok-ciangkun, maaf... duk..!!"

Ok-ciangkun tergetar. Dia terdorong setindak oleh tangkisan itu, merasa dadanya sesak tapi melengking lagi menyerang dengan pukulan berikut, tiba-tiba saja memutar kedua lengannya melakukan pukulan kapas, Im-bian-kun pukulan tangan dingin yang lembek namun luar biasa kuat karena memiliki daya lentur yang tinggi, akan menolak tangkisan lawan seberapa lawan mengerahkan tenaganya.

Dan Pendekar Gurun Neraka yang tentu saja tahu dan terkejut oleh pukulan berbahaya ini tiba-tiba meliukan pinggang berjongkok merendahkan kaki, langsung memasang kuda-kudanya yang disebut Siang-kak jip-te (Sepasang Kaki Menghunjam Bumi), pasukan kuda-kuda yang luar biasa kuat karena tak mungkin tergeser biar tertimpa gunung sekalipun, menahan dan menerima pukulan lawannya itu, tidak melawan keras dengan keras melainkan menerimanya dan menyambut, justeru membuat lawan terdorong menindih lengannya.

Dan ketika Pendekar Gurun Neraka terdorong melentur kebelakang karena kaki masih menancap diatas tanah tiba-tiba pendekar ini mengayun tubuhnya kedepan menolak balik pukulan itu, mengerahkan Tee-sin-cangnya (Pukulan Mendorong Gunung) setelah terlebih dahulu menerima pukulan lawan, jadi lenyap sudah gaya pental yang dimiliki Im-bun-kun. Dan begitu lawan terbelalak memandang tahu-tahu Ok-ciangkun terjengkang merasa dorongan dahsyat menghantam dadanya.

"Bress!!" Ok-ciangkun terlempar bergulingan kaget bukan main dan berseru keras oleh kecerdikan lawan, terpaksa menjauhkan diri dan berjungkir balik mematahkan daya dorong itu. Dan ketika dia melompat bangun dan berapi memandang lawannya itu maka Pendekar Gurun Neraka mengebutkan lengan membersihkan bajunya.

"Keparat kau memang lihai. Pendekar Gurun Neraka. Tapi jangan sombong mengira aku kalah.... sing!" Ok-ciangkun mencabut pedangnya, melompat maju kembali dan berkilat-kilat memandang lawannya itu, penuh kagum tapi juga benci. Setengah gemar setengah marah. Dan Ceng Bi serta Pek Hong yang melompat maju di susul anak-anak mereka tiba-tiba mendengar Pendekar Gurun Neraka menghela napas berseru pada mereka.

"Bi-moi. kalian pergi saja cari Kun Houw dan Fan ciangkun itu. Biar panglima ini kuhadapi sendirian!"

"Tidak!" Ceng Bi menggeleng. "Mati hidup kami tetap bersamamu, suamiku. Aku dan enci Hong tak akan meninggalkanmu sendirian ditempat ini!"

"Hm, kalau begitu biar Sin Hong dan Bi Lan saja yang mencarinya," Pendekar Gurun Neraka mengerutkan alis, maklum akan kekerasan watak isterinya ini kalau Ceng Bi sudah menentukan sikap.

Dan Sin Hong yang mengangguk menyambar adiknya tiba-tiba disambut seruan Bi Lan yang memandang Liong Han. "Tidak, kau cari saja Houw-koko itu sendirian, Hong-ko. Aku akan menolong pemuda ini!"

Sin Hong terkejut. Dia melihat adiknya itu bicara seolah kelupaan saja. Tiba tiba sadar dan merah mukanya setelah ayah ibunya memandang. Maklum bahwa ia telah menunjukkan sesuatu yang ganjil di luar kebiasaan. Dan Bi Lan yang terkejut menyadari omongannya tiba-tiba tertegun dan buru-buru meralat,

"Eh, tidak. Maksud ku biar kau saja yang menolong pemuda ini. Hong ko. Aku yang sendirian mencari Kun Houw!"

Namun sebelum Bi Lan melompat Sin Hong sudah menahan adiknya itu, tertawa aneh. "Sudahlah, ayah yang memerintahkan aku mencari Kun Houw, Lan moi. Kau juga dan tolong pemuda itu baik baik" dan Sin Hong yang berkelebat mendahului adiknya sudah lenyap meninggalkan tempat itu.

Sebentar kemudian membuat Bi Lan merah mukanya dan tampak gugup. Tapi dua ibunya yang saling pandang dan tampaknya maklum akan sesuatu tiba-tiba tersenyum kecil, menyuruh Bi Lan membawa pemuda itu ke tempat yang aman. Dan karena pertempuran masih berjalan terus dan Ok-ciangkun rupanya sudah bersiap-siap menghadapi ayahnya itu terpaksa Bi Lan mengangguk dan membawa Liong Han sesuai permintaan ibunya. Atau lebih tepat sesuai keinginan hatinya sendiri yang entah kenapa berdebar dan tertarik bukan main pada murid Pek-kut Hosiang itu, tokoh Go bi yang hebat namun jarang muncul.

Dan begitu Bi Lan mengangguk membawa pemuda itu akhirnya Pendekar Gurun Neraka menghadapi lawannya ini, langsung menyelesaikan semua ganjalan karena Ok-ciangkun tentu akan memusuhinya seumur hidup, dijaga dua isterinya yang berdiri di pinggir kalau ada orang lain datang, tegang juga. Dan persis keduanya berhadapan saling beradu pandang tiba-tiba dari bawah bukit muncul pasukan besar yang digerakkan pendekar ini, naik ke bukit dari segala penjuru menuju istana Kwan-wa kung, muncul setelah beberapa saat Pendekar Gurun Neraka dan anak isterinya tiba di situ. Dan panglima Ok yang tentu saja membelalakkan mata dengan gusar tiba-tiba marah bukan main dan terkejut sekali.

"Pendekar Gurun Neraka, kau membawa pasukan ke sini?"

"Maaf," pendekar ini menghela napas. "Mereka datang untuk menumpas kelaliman, ciangkun. Mereka bergerak untuk menangkap kaisarmu!"

"Keparat!" dan Ok-ciangkun yang menggerakkan pedang melompat maju tiba-tiba menyambar dan senjatanya membabat kepala lawan, dikelit dan kemudian memekik tinggi menusuk dan membacok, tiba-tiba mengerahkan ginkang dan sebentar kemudian lenyap memutar pedangnya yang bergulung-gulung naik turun membentuk pelangi panjang karena panglima ini mengeluarkan ilmu pedangnya yang dahsyat. Jeng ging-to it-beng kiam-sut (Ilmu Pedang Seribu Pelangi Pencabut Nyawa), ganas bertubi tubi menyerang lawannya itu.

Dan Pendekar Gurun Neraka yang sebentar kemudian lenyap dibungkus gulungan pedang tak kelihatan lagi diterjang panglima yang marah itu, mengerahkan semua kepandaiannya untuk membunuh lawan. Tapi Pendekar Gurun Neraka yang tentu saja tidak tinggal diam melayani lawan akhirnya membentak dan menggerakkan kedua lengan menangkis kekiri kanan, mengerahkan sinkangnya dan mementalkan pedang yang menyambar-nyambar, menghadapi senjata dengan tangan kosong saja karena pendekar ini sudah terlalu lihai untuk mempergunakan kaki tangannya, bergerak.

Dan sebentar kemudian membuat Ok-ciangkun berteriak melihat pedangnya mental dikebut. Atau kadang-kadang mental membacok kedua lengan Pendekar Gurun Neraka yang kerasnya melebihi senjata tajam. Dan karena panglima ini pada dasarnya masih kalah setingkat dibanding pendekar itu akhirnya pedangnya patah ketika dalam satu tangkisan kuat Pendekar Gurun Neraka membentak keras.

"Pletak!"

Ok-ciangkun terbelalak. Dia menggeram dan melempar kutungan pedangnya itu. Maklum bahwa percuma menghadapi lawan dengan senjata apapun. Dan Ok ciangkun yang mulai menggeleng memutar lengan tiba-tiba melejit dan kembali menyerang dengan gaya yang keras, mainkan Gin-kong-jiunya (Pukulan Sinar Perak) yang diwarisnya dari mendiang nenek iblis Moli Thai-houw (baca Hancurnya Sebuah Kerajaan). Tapi pendekar Gurun Neraka yang kembali dan menangkis dan menolak balik semua serangannya itu akhirnya membuat panglima ini merobah ilmu silatnya dan mainkan Toh-hwe ji!

"Bagus, kau memang lihai, ciangkun. Tapi sayang kelihaianmu ini tak kau arahkan pada jalan yang benar!" Pendekar Gurun Neraka memuji, melihat bahwa pukulan lawannya kali ini mengandung racun dan dahsyat sekali dan amat berbahaya, mendengar suara berkeretek dan melihat kedua lengan panglima itu berubah kehitaman. Dan ketika satu saat pendekar ini ingin merasakan seberapa hebat pukulan lawannya itu dan coba menangkis mendadak dia tergetar dan kedua lengannya langsung menjadi hitam terserang racun!

"Dukk!!!" Pendekar Gurun Neraka mengerutkan alis. Dia cepat mengerahkan kui-kong-yang sinkangnya, Tenaga Inti Petir, "membakar" racun yang menempel di kedua lengannya itu, sebentar saja lenyap dan tak berbekas lagi warna kehitaman dari racun Tok-hwe-ji. Dan ketika lawan mulai memekik dan kembali melancarkan pukulan-pukulan yang lain terpaksa pendekar ini mengelak dan mulai membalas, tak mungkin menerima saja semua pukulan lawan karena sepak terjang panglima itu cukup ganas, berbahaya dan tak boleh diremehkan.

Dan ketika Pendekar Gurun Neraka mulai membentak dan membalas serangan lawan maka Ok-Ciangkun dibuat terkejut ketika pendekar ini mainkan Khong ji-ciangnya (Silat Hawa Kosong), disusul dengan Cap-jiu-kun (Silat Sepuluh Kepalan) yang bergerak menyambar,nyambar menimbulkan angin yang membuat pukulannya tertahan, berhenti setengah jalan karena membentur tenaga lawan yang luar biasa kuat. Seolah tembok baja yang tak kelihatan. Dan ketika Pendekar Gurun Neraka mulai bergerak mengerahkan ginkangnya pula yang disebut Jouw-sang-hui-teng (Terbang Di Atas Rumput).

Maka panglima ini kewalahan dan terbelalak melihat Tok-hwe ji-nya tak dapat menembus tubuh Pendekar Gurun Neraka, terpental dan selalu tertahan oleh dinding hawa yang luar biasa kuat itu, melindungi Pendekar Gurun Neraka. Dan ketika Pendekar Gurun Neraka berkelebat menampar pundaknya maka untuk pertama kali panglima itu mendesis kesakitan.

"Plak!" Panglima Ok terhuyung mundur. Dia tidak sampai roboh terjungkal, mampu bertahan karena dia telah mengerahkan Hoat-lek-kiam-ciang-konya itu, ilmu kebal yang berbau hoat-sut. Yakni ilmu yang dia warisi dari mendiang gurunya nomor dua yang tewas di tangan Malaikat Gurun Neraka. Iblis dari Hek-kwi-to. Dan ketika Pendekar Gurun Neraka kembali menamparnya tapi temua pukulan itu tertahan oleh Hiat lek-kim-ciang-ko yang dimiliki panglima ini akhirnya Pendekar Gurun Neraka mengerutkan alis melihat kehebatan lawannya itu.

Melihat Ok-ciangkun memiliki Hoat lek-kim-ciang-ko yang dimiliki mendiang susioknya, yakni iblis dari Hek'kwi-to itu yang tewas dibunuh gurunya (baca Perdekar Kepala Batu). Dan Pendekar Gurun Neraka yang tentu saja tertegun melihat kekebalan lawannya ini tiba-tiba mengeluarkan logam kuning yang dulu dipakainya pula untuk merobohkan ketua Gelang Berdarah. Dan begitu Ok-ciangkun melihat ini tiba-tiba panglima itu melengking dan tampak pucat ketakutan.

"Pendekar Gurun Neraka, tak perlu kau mengeluarkan benda keparat itu. Kau bunuhlah aku dengau kesaktian ilmu silatmu!"

"Hm, benda ini khusus penangkal ilmu'ilmu sesat, ciangkun. Maaf kukeluarkan kalau kau mempergunakan Hoat-lek-kim-ciang-komu itu!"

"Keparat, kau curang. Pendekar Gurun Neraka. Kau licik, kau... plak!" panglima ini menjerit, terlempar roboh setelah pendekar itu menyambitkan benda itu ke pundak kirinya, memekik karena satu-satunya tempat yang menjadikan kelemahan dan ilmu kebalnya itu, diketahui kontan terguling guling dan pucat memandang Pendekar Gurun Neraka. Dan ketika Pendekar Gurun Neraka berkelebat mengejarnya dan kembali melancarkan pukulan mengenai dada panglima ini akhirnya Ok-ciangkun berteriak, dia mencelat jatuh, punah sudah ilmu kebalnya itu yang berbau hoat-sut (ilmu hitam).

Dan karena lawan memang lebih lihai dan mengetahui semua kekurangannya akhirnya panglima ini mendesis-desis ketika tamparan atau pukulan Pendekar Gurun Neraka membuat dia jatuh bangun, terbelalak ketika melihat pasukan yang merayap di atas bukit Lia-yen-san mulai bergemuruh, maju menyerang dan memasuki istana Kwan-wa-kung. Dan ketika kembali satu saat dia terlempar oleh pukulan Pendekar Gurun Neraka yang mengenai lehernya tiba-tiba panglima ini melompat bangun dan memutar tubuhnya, melarikan diri menyelinap diantara hiruk-pikuknya pasukan yang mulai datang, menyerbu bagai laron siluman mendekati istana.

Dan Pendekar Gurun Neraka yang tentu saja terkejut mengejar lawannya membentak keras diikuti dua isterinya yang menyusul di belakang. "Ok-ciangkun, kau tak dapat meloloskan diri...!"

Panglima itu tak mau dengar. Dia menyelinap dan terus melarikan dirinya menuju ke dalam, memasuki istana dan mengibas roboh para penyerbu yang menghadang di depan. Tentu saja disambut pekik kaget orang-orang ini yang roboh berpelantingan, bagaimanapun panglima itu terlalu lihai bagi mereka. Dan ketika Pendekar Gurun Neraka mengejar dan tiba di ruangan dalam ternyata panglima itu telah membawa kaisar memasuki lorong istana.

"Sri baginda, lari. Musuh terlalu kuat!"

Pendekar Gnrun Neraka terbelalak. Dia tak melihat Shi Shih bersama raja yang tua itu, melihat kaisar terseok-seok diajak lari panglimanya. Dan karena Pendekar Gurun Neraka sudah dekat dan panglima Ok pucat dan bingung melarikan diri tiba-tiba panglima ini menyambar kaisar dan memanggul laki-laki tua itu.

"Sri baginda, maaf. Musuh mengejar di belakang...!"

Kaisar tertegun. Dia juga melihat Pendekar Gurun Neraka yang berkelebat di belakangnya itu, bahkan disusul pula oleh dua orang isterinya yang gagah perkasa itu. Melihat api mulai berkobar dan istana Kwan-wa-kung diserbu banyak orang, pera pengawal banyak yang tewas roboh bergelimpangan. Persis seperti keadaan di kota raja. Dan kaisar yang tertegun dengan muka pucat lalu mendesis teringat anak isterinya yang lain, terutama Shi Shih yang entah ke mana mendadak hilang tanpa diketahui. Maka bingung dan gugup teringat selirnya tercinta itu kaisar ini berseru. "Ok-ciangkun, tunggu dulu. Cari dulu selirku itu....!"

"Ah, siapa lagi, baginda?"

"Shi Shih, selirku tercinta itu!"

"Keparat!" Ok ciangkun tiba-tiba membentak, lupa bersikap kasar kepada junjungannya. "Selir paduka itu pengkhianat, sri baginda. Justeru dialah yang membawa kekacauan ini. Biar dia mampus di dasar neraka!"

Kaisar terkejut, terbelalak memandang panglimanya ini. "Kau... kau menghinaku, ciangkun? Kau berani bersikap demikian kasar kepadaku?"

Ok-ciangkun sadar. "Maaf, hamba... hamba tak dapat menahan diri, sri baginda. Tapi percayalah bahwa selir paduka itu mengkhianati paduka. Tak perlu paduka mencarinya lagi. Paduka menjadi korban kecerdikan selir itu yang melebihi ular berbisa!"

Kaisar menangis. Untuk pertama kalinya raja tua ini terpukul hebat, masih belum percaya tapi tak berdaya melihat musuh mengejar di belakang, pucat dan menggigil di atas pondongan panglimanya. Dan ketika Ok-ciangkun memasuki sebuah kamar rahasia dan menekan tombol di balik pintu tiba tiba sebuah lubang terbuka untuk mereka. Langsung panglima ini masuk, melompat ke bawah dan membawa junjungannya itu keluar dalam kamar yang lain.

Tapi ketika Sin Hong muncul dan membentak mengejutkan panglima ini mendadak Ok-ciangkun terbelalak dan kaget bagaimana putera Pendekar Gurun Neraka itu tahu jalan rahasia yang tak diketahui orang luar. Dan ketika dia menuju ke pintu lain dan kembali menyelinap di tempat rahasia di bawah tanah mendadak Naga Bongkok muncul di situ tertawa bergelak. Hal yang lagi-lagi mengejutkan panglima ini.

"Ok-ciangkun, kalian terkepung. Lebih baik menyerah saja!"

Ok-ciangkun terbelalak. Kalau dia tidak membawa kaisar tentu dia akan menerjang musuh-musuhnya itu. Tapi teringat junjungannya yang harus diselamatkan terpaksa panglima ini memutar tubuh mencari tempat lain juga kamar-kamar rahasia yang banyak terdapat di tempat itu, lari kebingungan menuju ke sebuah jurang di belakang istana, tempat terakhir di mana dia akan melalui sebuah jembatan gantung yang dipasang secara rahasia. Tak mungkin di ketahui orang luar. Tapi ketika tiba di tempat ini dan Ok-ciangkun memasang jembatan gantung yang tersembunyi di dalam tanah mendadak tali yang baru direntangkan itu putus dibabat sebuah pisau.

"Tass!" Ok-ciangkun kaget bukan main. Dia melihat Pendekar Gurun Neraka dan yang lain lain muncul di situ, berdiri di belakangnya bersama panglima Fan, berendeng pula dengan Shi Shih yang membuat kaisar membelalakkan matanya dan hampir tak percaya bahwa selirnya itu ada di situ, berdiri bersama musuh? Dan kaisar yang berseru tertahan dengan muka berobah tiba-tiba menggigil dan turun dari pondongan panglimanya.

"Shi Shih, kau... kau ada bersama mereka?"

Shi Shih tak menjawab. Wanita ini memandang kaisar dengan air mata bercucuran, tak dapat mengelak lagi, kedua kaki gemetar dan muka sepucat kertas. Bahwa tak ada gunanya lagi dia berpura-pura. Bahwa permainan telah berakhir dan kartu harus dibuka.

Dan kaisar yang tertegun memandang selirnya tiba-tiba menjerit dan roboh terjungkal. "Shi Shih, kau... kau pengkhianat...!"