Pedang Medali Naga Jilid 31

Cerita Silat Mandarin Serial Pendekar Gurun Neraka Episode Pedang Medali Naga Jilid 31 Karya Batara
Sonny Ogawa
PEDANG MEDALI NAGA
JILID 31
KARYA BATARA

Cerita Silat Mandarin Karya Batara
"AH!" kaisar pucat. "Bagaimana itu bisa terjadi, ciangkun? Bagaimana anak itu mengadakan pemberontakan di kotaraja?"

Dan Ok-Ciangkun yang menceritakan kejadian ini dari awal akhirnya bercerita menerangkan apa yang sesungguhnya terjadi. Dan untuk mengetahui cerita ini dengan lengkap mari kita lihat apa yang terjadi di istana.

* * * * * * * *

Seperti kita ketahui, pengabdian Kun Houw pada selir tercinta itu sekarang lain dengan beberapa waktu yang lalu. Pemuda ini terkesan hebat oleh kenyataan di dalam kamar yang dilihat antara selir itu dengan Fan-ciangkun. Terharu bukan main oleh pengorbanan yang dinilainya luar biasa itu, memberikan kekasih kepada orang lain. Demi perjuangan.

Dan karena Kun Houw sedari waktu itu juga merasakan arti cinta dan bagaimana rasanya mempunyai kekasih maka apa yang dilihat didalam kamar selir itu antara Fan-Ciangkun dengan Shi Shih bahkan memberikan kekasih, baru melihat Kui Hoa diganggu Hun Kiat saja dia sudah marah bukan main dan hendak membunuh pemuda itu.

Maka, termangu dan kagum bukan main kepada Shi Shih dan Fan Li, diam-diam Kun Hoiw merasa malu hati. Malu terhadap diri sendiri. Malu bahwa dia belum memberikan apapun pada orang-orang gagah itu. Melihat sudah sepatutnya dia membantu Yueh menghancurkan Wu. Dan karena Shi Shih telah memberinya kedudukan lewat Sri baginda dan pasukan cadangan siap dibentuk, maka berdua bersama selir itu Kun Houw mulai mengadakan gerakan bawah tanah.

Dan disinilah Kun Houw kagum bukan main. Dia melihat selir itu berhasil mempengaruhi sebagian besar pembantu-pembantu kaisar. kecuali Ok Ciangkun. Mengikat menteri-menteri istana dengan bersikap royal memberi hadiah, baik kedudukan maupun harta. Dan karena manusia memang lemah terhadap hal-hal yang berbau duniawi, maka dengan begini mau tak mau akhirnya menteri-menteri itu menjadi hamba Shi Shih. Apa lagi Shi Shih adalah orang yang amat disayang kaisar. Semua kata-katanya diturut dan hampir tak ada yang ditolak. Dan Shi Shih yang berhasil menggaet begini banyak menteri akhirnya menyuruh menteri-menteri itu korup. Menyeluruh!!

Kun Houw tertegun. Dia melihat selir itu terang-terangan memberi perintah pada menteri-menteri yang menjadi kaki tangannya ini untuk melakukan korup besar-besaran. Menggendutkan perut sendiri, menindas rakyat kecil. Dan karena perbuatan korup ini memang atas suruhan selir ini dan semua rahasia itu diketahui sang selir, otomatis semua menteri tunduk dan taat kepada selir ini.

Shi Shih memberi kesenangan kepada mereka. Menimbun harta dan kegembiraan hidup sepanjang hari. Siapa tak mau dah menolak rejeki itu? Ah... terlalu sayang. Terlalu bodoh itu! Dan semua menteri yang korup atas suruhan selir ini akhirnya menurut saja apa yang diperintahkan selir itu. Termasuk menghianati kaisar dan diam-diam menyeludupkan orang-orang Ho-han hwe ke dalam pasukan cadangan!

Nah, itulah. Shi shih mulai "menyetir" mereka. Para menteri korup yang tak peduli lagi akan keselamatan istana mulai disuruh ini-itu menyiapkan gagasan-gagasan besar yagn disusun selir ini. Memperkenalkan Kun Houw sebagai orang kepercayaannya setelah Po-taijin. Dan karena lama-kelamaan kedudukan Kun Houw sterus menanjak dan Shi Shih menunjukkan perhatiannya yang demikian besar kepada pemuda ini, akhirnya Po-Taijin malah menjadi orang kepercayaannya kedua setelah Kun Houw. Terbalik!

Tapi Po Taijin tak sakit hati. Dia tahu kelebihan Kun Houw. Orang yang pernah menjadi pembantu Ok Ciangkun dan menyelamatkan kaisar. Hal yang termasuk jasa besar terhadap negara. Dan kedudukan Kun Houw yang kian kuat berkat pengaruh Shi Shih akhirnya disegani menteri-menteri korup itu yag melihat Kun Houw sering mewakili sang selir dalam urusan-urusan penting. Termasuk mengatur ini-itu menjalankan roda pemerintahan. Hal yang sebetulnya sudah "menyeleweng" dari kedudukan Kun Houw sebagai kepala pasukan cadangan!

Tapi karena Kun Houw adalah orang kepercayaan Shi Shih sedangkan selir itu adalah orang kesayangan kaisar maka tak ada yang berani mengganggu pemuda ini, kecuali... Hun Kiat dan guru-gurunya itu termasuk Sam-hek Bi-khwi yang diam-diam iri oleh keberuntungan Kun Houw. Maka ketika suatu hari Kun Houw memeriksa pasukannya yang diam-diam mulai "diselundupi" orang-orang Ho han-hwe mendadak Hun Kiat muncul mengejutkan pemuda ini.

"Hei, siapa itu, Kun Houw? Bukankah dia si Golok Kilat Kwee Cin...?"

Kun Houw terkejut. Dia baru berbisik-bisik menghadapi dua orang laki-laki yang baru datang, seorang diantaranya adalah laki-laki kurus berkumis panjang, yakin si Golok Kilat Kwee Cin yang dituding Hun Kiat itu. Orang yang dulu pernah dilihat Hun Kiat di puncak Beng-san, yakni ketika terjadi ribut-ribut disana atas kematian Ciok Thouw Taihiap. Dan Kun Houw yang tentu saja terbelalak melihat datangnya Hun Kiat, tiba-tiba bangkit mendorong mejanya menghadapi pemuda itu, kaget dan marah.

"Hun Kiat, ini bukan wilayahmu. Sebaiknya kau kembali ketempatmu sendiri dan tak perlu berbuat onar."

"Ha...ha..." Hun Kiat mengejek. "Aku datang justeru karena aku melihat laki-laki ini Kun Houw. Dia tampaknya si Golok Kilat Kwee Cin!" lalu menghampiri laki-laki ini dengan sikap mengancam, Hun Kiat membentak. "Kau si Golok Kilat, bukan?"

Kwee Cin terang tak mengaku."Tidak, aku..."

Kun Houw mendahului, "Dia anggauta pasukan cadangan. Hun Kiat. Dia Lao Kim yang datang diantar saudaranya!"

"Bohong!" Hun Kiat tiba-tiba membentak. "Dia adalah si Golok Kilat." dan sementara orang tertegun oleh bentakannya tahu-tahu pemuda ini berkelebat mencengkram laki-laki itu, langsung meremas tenggorokannya dengan serangan yang mematikan. Dan Kwee Cin yang tentu saja kaget langsung melempar diri mencabut goloknya.

"Swing..!"

Kwee Cin terguling-guling. Dia selamat dan melompat bangun dengan mata mendelik. Dan Hun Kiat yang tertawa melihat orang mencabut golok tiba-tiba memandang Kun Houw dan mengancam dengan ketawanya yang serak.

"Kun Houw, kau tampaknya memasukkan mata-mata. Orang ini jelas si Golok Kilat!"

Kun Houw tertegun. Dia mau menjawab, tapi Hun Kiat yang bersiul nyaring tiba-tiba disambut dua bayangan yang melompat masuk. Dan begitu Kun Houw melihat siapa yang datang tiba-tiba pemuda ini menggigil dan pucat mukanya. Melihat Mayat Hidup dan Mu Ba ada disitu, berdiri disamping Hun Kiat dengan mata jelalatan. Dan ketika Hun Kiat tertawa dan Mu Ba bertanya apa maksudnya pemuda itu memanggilnya maka Hun Kiat sudah menuding si Golok Kilat Kwee Cin.

"Suhu, siapa orang ini menurut pendapatmu?"

Mu Ba terbelalak. Dia mengingat-ingat, tapi Mayat Hidup yang lebih dulu mengenal, tiba-tiba terkekeh dan batuk-batuk. "Wah, dia si Golok Kilat Kwee Cin. Ada apa tikus busuk ini ada disini?" Mu Ba ingat. "Benar. dia si Golok Kilat itu. Ada apa datang kesini?"

Dan Hun Kiat yang tertawa menjawab lalu memandang gurunya itu. "Kun Houw memasukkannya sebagai pasukan cadangan, suhu. Rupanya diam-diam ada yang tidak beres yang dilakukan Kun Houw."

"Wah... Penghianatan?"

"Begitu agaknya!" Hun Kiat mengejek. "Karena itu kita geledah tempat ini, suhu. Bawa dan tangkap si Golok Kilat itu."

Kun Houw marah. "Hun Kiat, ini bukan wilayahmu untuk mengambil keputusan. Jangan coba-coba membuat onar atau ribut."

"Kau mau apa?" Hun Kiat menantang. "Ini bukti kerjamu yang tidak beres, Kun Houw. Aku mau melaporkannya pada sri baginda dan Ok-ciangkun."

Kun Houw melompat maju. "Kau tak dapat membawanya begitu saja Hun Kiat. Lao Kim adalah orangku yang tidak dapat dibawa-bawa begitu saja. Kau sebaiknya panggil Ok-ciangkun itu kemari atau bawa surat perintah penangkapan!" Kun Houw bingung, marah tapi juga khawatir rahasianya bakal terbongkar. Dibongkar si iblis busuk ini. Pemuda yang sesungguhnya menjadi musuh besarnya!

Tapi Hun Kiat yang tertawa mengejek, tiba-tiba maju menyambutnya dan menyuruh dua orang suhunya itu menangkap si Golok Kilat. "Suhu, bawa saja si Golok Kilat itu. Anggap saja perintahku adalah suara kaisar!"

Mu Ba dan Mayat Hidup tertawa. Mereka melihat Kun Houw siap dihadapi muridnya itu. Hun Kiat yang kini memiliki kepandaian tinggi berkat sinkang Ciok thouw taihiap. Kepandaian yang teru terang mereka akui lebih tinggi dari mereka. Terutama sinkang Hun Kiat yang hebat luar biasa itu Warisan Ciok thouw taihiap. Dan begitu keduanya mendengar Hun Kiat bicara seperti seorang kaisar, tiba-tiba keduanya menubruk dan menangkap si Golok Kilat itu.

"Orang she Kwee, kau mengaku saja terang-terangan. tak perlu menyamar!"

Kwee Cin terkejut, dia melihat posisi Kun Houw dan dirinya berada dalam bahaya, marah dan gentar pula Hun Kiat yang menangkapnya basah itu, mengenali dirinya sebagai Golok Kilat anggota Ho han hwe. Tapi Kun Houw yang tak membiarkan dua iblis itu membekuk Kwee Cin tiba-tiba membentak dan mendorong lawannya, berkelebat maju mengerahkan Jing-liong sin kangnya.

"Mu Ba. Pergi kau... jangan kurang ajar..!"

Tapi Hun Kiat juga tak tinggal diam. Pemuda ini sudah memasang kewaspadaan melihat gerak-gerik Kun Houw. Maka begitu lawannya itu menghantam suhunya, tahu-tahu diapun berkelebat menghantam punggung Kun Houw dengan pukulan Pek Hong Ciang, ilmu yang dipelajarinya dari mendiang Ciok thouw taihiap.

"Kun Houw, kau yang kurang ajar. Rupanya kau sengaja menyembunyikan pengkhianat...!"

Kun Houw terpental, Dia sedang menyerang Mu Ba dan Mayat Hidup yang saat itu menubruk Kwee Cin, mencelat dan bergulingan oleh pukulan curang Hun Kiat! Tapi Mayat Hidup dan Mu Ba yang juga terdorong oleh angin pukulan Jing long-kang terhuyung dan marah membelalakan matanya, maju kembali dan ragu memandang Kun Houw. Tapi Hun Kiat yang mengejar dan menghadang Kun Houw sudah berteriak pada dua orang gurunya itu.

"Suhu, tangkap saja Lao Kim gadungan itu. Dia si Golok Kilat. Aku yakin!"

Mu Ba dan rekannya bergerak. Mereka tenang setelah Hun Kiat menghadang Kun Hou, dan keduanya yang tertawa melompat kedepan tiba-tiba kembali menubruk Kwee Cin yang menggigil memegang goloknya itu, mengacuh dan maklum bahaya maut sedang mengancam dirinya. Bahkan mungkin juga Kun Houw. Maka melihat dua iblis itu menyerangnya dan tampak bernafsu menyerang nya dna tampak bernafsu menangkap dirinya, tiba-tiba si Golok Kilat meraung dan memapak dengan putaran goloknya.

"Mayat Hidup, kalian menghina komandanku... sing-sing...!"

Mayat Hidup terkekeh. Dia geli melihat si Golok Kilat mencoba menyerangnya, perbuatan yang dianggapnya lucu dan tolol. Maka mencengkeram dan menyentik jarinya mengerahkan Coan kut-ci (Jari Penusuk Tulang) tiba-tiba iblis tinggi kurus ini menyambut golok lawan dengan kuku hitamnya itu, kuku yang kotor namun keras seperti baja. Dan begitu golok bertemu kuku jarinya tiba-tiba golok patah dan putus menjadi dua!

"Pletak!"

Si Golok Kilat terkejut. Dia memang tahu kesaktian lawannya ini. Maklum kepandaian sendiri tak mungkin dipakai menghadapai Mayat Hidup. Tapi meliaht golok patah dalam segebrakan saja, mau tak mau dia berteriak dan kaget juga. Dan saat itu Mayat Hidup menusukkan telunjuknya, terkekeh dingin, menyambar tenggorokannya dengan kecepatan kilat. Dan belum dia tahu apa yang terjadi, tahu-tahu tubuhnya terbanting roboh tertotok jari Mayat Hidup ini.

"Bruk!"

Golok Kilat tak berdaya diatas lantai. Dia mendelik memandang lawan, marah bukan main. Tapi ketiak Mayat Hidup menyambar tubuhnya untuk dilempar kearah Mu Ba yang saat itu terbahak menyeramkan mendadak teman dibelakangnya yang bukan lain Kam Ek adanya, Si Tombak Pendek, sekonyong-konyong membentak mengayun granat tangan.

"Kun Houw, keluar...!"

Mu Ba dan teman-temannya terkejut. Mereka melihat orang tak dikenal itu menyambit dua granat tangan, satu kearah Golok Kilat dan satunya kepunggung Mayat Hidup. Dua serangan yang tak diduga yang amat berbahaya sekali. Dahsyat mengejutkan. Tapi Mayat Hidup yang dapat mengelak dan menangkap granat tangan yang disambitkan kepunggungnya itu tiba-tiba melengking, melompat keluar dan ganti melempar balik granat tangan itu ke arah si Tombak Pendek. Dan begitu granat meledak menghantam sasarannya tiba-tiba ruangan itu ambruk dan berantakan.

"Blaar!!"

Kun Houw dan semua orang meloncat keluar. Mereka berjungkir balik menyelamatkan diri, jauh diluar. Dan ketika ruangan itu roboh dan Mu Ba mengumpat caci ternyata dua orang yang tertinggal didalam itu hancur menerima ledakan. Tak dikenali lagi wujudnya karena pecah menjadi beberapa potong. Dan Kun Houw yang mengigil menahan marah tiba-tiba tertegun dan pucat memandang ke dalam, ke reruntuhan bangunan itu karena dia tahu apa yang terjadi sebenarnya.

Bahwa Tombak Pendek ingin menyelamatkan mereka semua dengan jalan membunuh diri, membunuh pula si Golok Kilat hingga hancur lebur. Tak mungkin diteliti mayatnya karena wujudnya sudah tak keruan lagi. Jadi semacam pasukan Berani Mati! Dan Kun Houw yang terbelalak melihat kejadian itu tiba-tiba menggeram dan marah kepada Hun Kiat, merasa tak ada bukti lagi yang dapat dituntut lawannya itu!

"Hun Kiat, kau binatang keparat. Kau membunuh dua orang anggauta pasukan cadanganku!"

Hun Kiat tertegun. Dia juga tak mengira bahwa teman Golok Kilat yang tak dikenal itu melakukan tindakan bunuh diri. Menyambit teman sendiri dengan granat tangan hingga akibatnya Golok Kilat tewas. Jadi dia tak dapat menuduh Kun Houw lagi sebagai orang yang memasukkan pengkhianat! Dan melihat Kun Houw melompat maju membentaknya marah tiba-tiba Hun Kiat mundur dan jadi bingung.

"Hm, anak buahmu itu yang keparat, Kun Houw. Golok Kilat rupanya tikus busuk yang sengaja menyelamatkan dirimu!"

"Jahanam, kau menuduh dan melanggar batas kewenanganmu, Hun Kiat. Kini aku menuntut pertanggungjawabanmu atas kematian dua orang anak buahku!" Kun Houw menggetarkan lengan, maklum bahwa kedudukannya kini sudah di atas angin karena lawan tak mungkin menuduhnya lagi, kehilangan bukti.

Dan Hun Kiat yang memandang bingung tiba-tiba marah dan maklum ada semacam "permainan" diantara Kun Houw dengan Golok Kilat dan temannya itu. Maka, menjengek melompat mundur tiba-tiba Hun Kiat mengibas lengan dan memberi isyarat guru-gurunya. "Suhu, Kun Houw rupanya memelihara anjing busuk. Sekarang kita tangkap saja dia dan serahkan pada Ok-ciangkun!"

"Ha-ha, betul, Kiat-ji. Rupanya kita tertipu oleh dua orang itu. Golok Kilat dan temannya menyelamatkan Kun Houw dengan kematiannya itu!"

Kun Houw marah. "Kau masih menuduhku juga. Mu Ba? Kau punya bukti-bukti dengan hinaanmu ini?"

Mu Ba melotot. "Tak perlu bukti lagi, Kun Houw. Kematian mereka jelas melindungi dirimu. Mereka jelas Golok Kilat dan entah siapa lagi!"

"Hm, aku akan merobek mulutmu untuk fitnah yang terlampau kotor ini. Mu Ba. Kau ternyata sama dengan muridmu. Menuduh tanpa bukti...!" dan Kun Houw yang membentak berkelebat ke depan tiba-tiba menghantam muka lawan dengan pukulan Jing-liong Sin-kangnya.

"Dukk!" Mu Ba mencelat terlempar. Dia menangkis tapi kalah kuat oleh sinkang Kun Houw yang luar biasa, warisan Bu-beng Sian-su yang dipelajari pemuda ini di gua bawah jurang, berteriak dan terguling-guling melompat bangun.

Dan Kun Houw yang mengejar melampiaskan kemarahannya segera membentak dan melepas serangan lagi, susul menyusul hingga Mu Ba berkaok-kaok, jatuh bangun dan memaki-maki pemuda itu. Namun Kun Houw yang mengejar dan siap membuunuh lawan, tiba-tiba mendengar bentakan Hun Kiat dan Mayat Hidup yang maju berbareng.

"Kun Houw, lepaskan guruku. Ku bunuh kau...!"

Kun Houw membalik. Dia melihat Hun Kiat melepas pukulan ke punggungnya, kembali berbuat curang untuk menolong gurunya, disusul Mayat Hidup yang menusukkan Jari Perusak Tulangnya ke dada, dua serangan bebareng yang cukup berbahaya dan ganas. Dan Kun Houw yang mengelak merendahkan tubuh tiba-tiba menerima pukulan Hun Kiat yang dinilai paling berbahaya.

"Dess!" dan dua orang pemuda itu sama tergetar, terhuyung dua langkah dan sama-sama melotot satu sama lain. Dan Mu Ba yang tertolong melompat bangun tiba-tiba menggereng mencabut tengkorak bayinya.

"Hun Kiat, bunuh bocah ini. Kun Houw sengaja menyimpan mata-mata.. wurr!" dan tengkorak bayi yang menyambar dengan kecepatan kilat itu tahu-tahu menghantam kepala Kun Houw dengan hebat sekali.

Namun Kun Houw menghindar, membungkuk dan membiarkan tengkorak itu lewat diatas kepalanya. Tapi Mayat Hidup dan Hun Kiat yang mengangguk dan marah pada pemuda ini sudah membantu dari kiri-kanan, menyerang dan mengeroyok Kun Houw dengan bentakan tinggi. Dan ketika Mayat Hidup menggerakkan tongkat dan mainkan Coan-kut-ci dengan tangan kiri sementara Hun Kiat menyambar dengan pukulan Pek-hong-ciangnya tiba-tiba Kun Houw menerima dua gebukan tongkat dan tengkorak yang mengenai pinggangnya.

"Plak-dess!"

Kun Houw terlempar. Dia membentak dan marah melompat bangun, tak terluka karena telah melindungi diri dengan sinkangnya. Tapi melihat Mu Ba dan dua temannya mengejar dan dua senjata kembali menyerangnya ganas, sementara Hun Kiat menghantam dengan pukulan sinkang, terpkasa Kun Hoiw mencabut Pedang Medali Naganya dan menerima tiga serangan beruntun itu.

"Plak-cring-dess!"

Mu Ba dan Mayat Hidup berteriak. Mereka kaget melihat sinar kebiruan berkeredep menyilaukan mata, terbelalak melihat Kun Houw mencabut pedangnya yang ampuh itu. Dan ketika tongkat terbabat sementara tengkorak bayi putus disambar Pedang Medali Naga, akhirnya dua orang iblis tua ini melempar tubuh bergulingan dengan muka pucat, melompat bangun melihat Kun Houw berdiri gagah dengan mata berkilat memandang mereka bertiga tanpa berkedip, gentar dan ciut nyalinya setelah dalam segebrak saja Kun Houw membuat mereka tunggang langgang! Dan Hun Kiat yang tertegun melihat kehebatan Kun Houw akhirnya didorong dua orang gurunya yang bersembunyi dibelakang punggung.

"Kiat-ji, maju hadapi lawanmu itu. Biar kami mengeroyok dibelakangnya...!"

Hun Kiat terkejut, dia merasa malu melihat sikap dua orang gurunya ini, yang dinilai pengecut dan terang-terangan menunjukkan sikap gentar. Maka mendengus dan mengerotokkan jarinya tiba-tiba Hun Kiat melompat maju menyuruh gurunya minggir. "Kun Houw, majulah. Biar kita bertanding satu lawan satu!"

Kun Houw terbelalak, dia marah dan benci sekali pada murid Mayat Hidup ini, anak yang di pungut dan dipelihara ibunya, tapi yang membunuh ibunya itu. Hal yang membuat dia ingin membalas sakit hati dan menelan lawan bulat-bulat. Tapi belum dia memenuhi tantangan dan mengangguk dengan mata berapi-api mendadak Ok-ciangkun muncul bersama pembantu-pembantunya yang lain, Sam-hek Bi-kwi dan Siang-mo ji-bin itu.

"Hun Kiat, Kun Houw, kenapa kalian mau bertempur dan membuat ribut lagi? apa yang terjadi disini dan siapa yang meledakkan gedung?"

Hun Kiat memutar tubuh. Bentakan Ok-ciangkun cukup berwibawa, mengejutkan mereka semua dan otomatis menghentikan pertempuran. Dan Hun Kiat yang garang melihat munculnya panglima ini lalu berseru menuding Kun Houw.

"Dia memasukkan mata-mata ciangkun. Kun Houw berkhianat dengan menyembunyikan dua orang musuh dipasukan cadangan!"

Ok-ciangkun terkejut. "Betulkah, Kun Houw?"

"Tidak!" Kun Houw terang tidak mengaku. "Aku tidak memasukkan mata-mata ciangkun. Hun Kiat menfitnah dan sengaja mencari onar denganku!"

"Hm, bagaimana ini?" Ok-ciangkun marah. "Siapa yang bohong diantara kalian?"

Hun Kiat tertawa mengejek, "Terang yang bohong adalah Kun Houw, ciangkun. Kalau tidak percaya, boleh tanya dua orang guruku ini!"

"Benar!" Sin-thouw-liong Mu Ba menggeram marah. "Kami melihat Kun Houw memasukkan mata-mata ciangkun. Golok kilat dan temannya yang entah siapa bersembunyi ditempat ini!"

"Ya!" Mayat hidup juga menyambung, terkekeh terbatuk-batuk. "Kun Houw memang menyembunyikan musuh ciangkun. Sebaiknya geledah saja tempat ini dan bawa dia menghadap kaisar!"

Ok-ciangkun mengerutkan kening, mulai termakan omongan-omongan ini. "Benarkah Kun Houw? Kau memasukkan Golok Kilat dan temannya ke dalam pasukanmu?"

Kun Houw tenang. Dia sekarang banyak "ketularan" kepandaian Shi Shih, banyak belajar dari selir itu akan berbagai kecerdikan. Termasuk mengelabuhi dan mempercayakan orang. Maka mendengar Hun Kiat dan guru-gurunya menyudutkan dia dengan pernyataan-pernyataan yang berbahaya, Kun Houw tidak takut dan bahkan tertawa mengejek. Melihat lawan tak mempunyai bukti-bukti lagi, setelah Golok Kilat dan Kam Ek membunuh diri, hancur lebur didalam gedung. Maka menggeleng menghadapi panglima ini Kun Houw menolak.

"Ciangkun, kau tahu sendiri bagaimana hubunganku dengan iblis-iblis busuk ini. Hun Kiat dan guru-gurunya selalu memusuhiku. Anehkah kalau mereka mencari perkara dengan mengadakan fitnah atau semacamnya untuk menjatuhkan aku? Kalau tidak percaya boleh saja periksa diriku. Tadi kau menyuruh mereka memanggil dirimu, agar dapat melihat siapa orang yang dikata Golok Kilat yang tak ku kenal itu. Tapi karena Hun Kiat menyerang dan tak tahu aturan menangkap orangku, akibatnya orangku tewas didalam gedung."

Ok-ciangkun tertegun. "Benarkah Hun Kiat?"

Hun Kiat marah, "Mereka tewas karena mereka membunuh diri ciangkun. Golok Kilat dan temannya itu sengaja menyelamatkan Kun Houw agar tak dapat dilacak jejaknya!"

"Hmm!" Kun Houw mengejek, "Mereka tewas karena ji-suhumu (guru nomor dua) melempar balik granat tangan itu Hun Kiat. Kalau tidak tentu saja mereka tidak akan binasa!"

"Tapi mereka sengaja bunuh diri. Mereka mau menghilangkan jejak dengan meledakkan senjata peledak itu!" Hun Kiat gusar, melotot pada Kun Houw.

Tapi Kun Houw yang mengejek dengan suara dingin itu menangkis. "Boleh jadi. Tapi kalau gurumu tak melempar balik granat tangan itu kearah anak buahku tentu anak buahku itu masih hidup, Hun Kiat. Dan karena mereka tewas gara-gara kalian maka sekarang aku menuntut pertanggungjawaban kalian untuk terbunuhnya dua orang pasukanku itu!"

Hun Kiat pucat. Dia jadi marah diserang balik begini, dan Ok-ciangkun yang memandang ji-suhunya tiba-tiba bertanya, "Mayat Hidup, benarkah kau menyambit balik granat tangan kepada anak buah Kun Houw?"

"Benar!" Mayat Hidup bingung. "Tapi itu kulakukan karena anak buah Kun Houw melemparkan granat tangannya ke punggungku, ciangkun. Kalau tidak tentu saja juga tidak!"

"Dan itu dilakukan anak buahku karena kalian hendak menangkapnya sewenang-wenang. Mayat Hidup, kalian sudah kuberi tahu bahwa perbuatan kalian ini melanggar aturan. Tapi kalian nekat. Tak mau memanggil Ok-ciangkun atau membawa surat penangkapan dari kaisar!" Kun Houw menjebak, betapapun menang diatas angin karena perbuatan Mayat Hidup dan teman-temannya itu memang melanggar aturan, tak melalui prosedur yang benar dan melanggar batas kewenangan.

Dan Ok-ciangkun yang dapat menerima ini tiba-tiba memandang marah ke arah Hun Kiat dan guru-gurunya itu. "Hun Kiat, benarkah kalian menangkap tanpa surat perintah? Benarkah Kun Houw telah memberi tahu itu dan kalian tak menghiraukannya?"

Hun Kiat tak menjawab, tertegun.

"Benarkah Hun Kiat? Kau tak menghiraukan ini semua dan melanggar aturan?" Ok-ciangkun kembali mengulang pertanyaannya, mulai membentak dan marah pada pemuda itu. Dan Hun Kiat yang mendongkol dan melotot pada Kun Houw akhirnya mengangguk dan berkelebat pergi meninggalkan semua orang.

"Betul, tapi Kun Houw itu bocah siluman ciangkun. Dia menyelamatkan diri dibalik kentut busuk!"

Kun Houw tersenyum penuh kemenangan. Dia melihat Hun Kiat meninggalkan mereka dengan perasaan marah, menuduh balik jadi tertuduh. Dan Mayat Hidup serta Mu Ba yang mendelik padanya tapi takut ditinggal sendirian akhirnya mengejar pemuda itu sambil berseru kepada Ok-ciangkun.

"Ok Ciangkun, apa yang dikatakan muridku memang benar, Kun Houw berlindung dibalik kentut busuk, menyembunyikan mata-mata. Kau harus berhati-hati menghadapinya."

Ok-ciangkun gusar. Dia merasa dipermainkan orang-orang ini, setengah ragu setengah percaya. Tapi karena dia tahu permusuhan yang terjadi antara Kun Houw dengan Hun Kiat akhirnya Ok-ciangkun menganggap Hun Kiat memang mencari gara-gara saja. Menganggap peristiwa itu selesai dan tak mengambil langkah lebih lanjut. Tapi karena Hun Kiat masih penasaran dan selalu menggosokkan dihari-hari yang lain dengan menceritakan bahwa Kun Houw benar-benar menyimpan mata-mata akhirnya panglima yang menjadi mentri pertahanan mulai guncang.

Sebenarnya dia tak melihat Kun Houw sebagai orang yang berbahaya. Artinya dia telah membuktikan sendiri bahwa pemuda itu bermusuhan dengan ayah kandungnya. Jadi tidak mungkin memasukkan Golok Kilat atau orang-orang lain yang notabene adalah orang-orang Ho-han-hwe. Setidaknya simpatisan Ho-han-hwe yang dipimpin Pendekar Gurun Neraka karena pemuda itu bermusuhan dengan pendekar besar itu. Dia membuktikan sendiri betapa Kun Houw siap terluka parah melawan pendekar itu. Pertempuran yang dijalani, pertempuran yang amat hebat dan sungguh-sungguh dan berada dengan dengan maut.

Tapi karena Hun Kiat dan guru-gurunya juga bersungguh-sungguh menceritakan bahwa pemuda itu menyembunyikan mata-mata, akhirnya panglima ini mulai curiga, was-was dan mengamat-amati gerak-gerik Kun Houw, diam diam memperhatikan sepak terjang pemuda itu dan menyuruh orang-orangnya ikut mengamati. Dan ketika satu hari dia melihat bayangan memasuki kamar pemuda ini tiba-tiba Ok-ciangkun terkejut dan membelalakkan matanya.

Dia melihat sebuah bayangan memasuki kamar Kun Houw bagai bayangan setan. Tak diketahui siapa tapi cepat dikejar dan diintai. Tapi ketika dia tak melihat apa-apa dan Kun Houw tidur di atas pembaringannya tiba-tiba panglima ini tertegun mengucek mata. Salahkah penglihatannya tadi? Atau dia melihat bayangan hantu di malam gelap?

Ok-ciangkun jadi penasaran. Dia mengintai dan mengamati lagi. Diam-diam mengawasi kamar Kun Houw pada malam-malam yang lain. Dan ketika bayangan itu kembali muncul dan benar-benar dilihat di kamar Kun Houw akhirnya panglima ini berkelebat dan menyuruh orang-orangnya mengepung, yakin kali itu bayangan ini akan tertangkap basah. Tapi begitu dia mendobrak kamar Kun Houw dan pemuda itu dilihatnya terkejut di atas pembaringan, mendadak panglima ini bingung dan kembali bengong dibuatnya.

Dia tak melihat apa-apa. Kamar itu kosong. Dan Kun Houw yang tentu saja marah oleh terjangan pintu kamar yang dilakukan panglima ini akhirnya menegur Ok-ciangkun dan merasa terganggu. Tak senang pada tindak-tanduk panglima itu yang membangunkan orang tidur.

Dan Ok-ciangkun yang tentu saja bengong dengan muka merah akhirnya melompat pergi dan minta maaf pada Kun Houw. Yang anehnya, sejak saat itu bayangan yang sering muncul di kamar Kun Houw tak terlihat lagi pada malam-malam berikut. Rupanya berhati-hati atau takut bahwa bayangannya telah diketahui. Atau tercium jejaknya dan karena itu tak berani lagi datang.

Dan Ok ciangkun yang tentu saja bingung dan menongkol akhirnya mulai percaya dan curiga bahwa tampaknya Kun Houw menyimpan sesuatu yang tidak beres. Bahwa pemuda itu agaknya main gila dengan seseorang, entah siapa bayangan tak tertangkap yang selalu lolos ketika dia datang. Hal yang diam-diam membuat panglima ini tergetar dan terkejut sekali karena dia maklum bahwa bayangan itu adalah orang lihai yang memiliki kesaktian luar biasa. Mungkin lebih tinggi darinya.

Dan ketika hari demi hari berlalu begitu saja dan sebulan lewat sejak peristiwa itu mendadak Ok ciangkun dibuat kaget ketika suatu hari Kun Houw melabrak Mayat Hidup! Hal ini di ketahui panglima itu agak terlambat. Artinya, dia mengetahui itu ketika menjelang pagi dia mendengar suara ribut-ribut dibelakang rumahnya, mendengar teriakan ngeri Mayat Hidup yang roboh terlempar. Dan ketika dia datang ke belakang dan melihat apa yang terjadi, ternyata Kun Houw telah dikepung banyak orang.

Apa yang terjadi? Kiranya pembalasan dendam Kun Houw. Sepert kita ketahui, Kun Houw menaruh sakit hati besar pada Mayat Hidup dan teman-temannya itu. Bahwa dendam setinggi langit membakar dada pemuda itu atas kematian guru dan ibunya. Tapi karena dia teringat pernjanjiannya dengan ok-ciangkun selama setahun maka Kun Houw menahan-nahan semua dendam kebenciannya, dia bersabar menunggu waktunya dan sambil mengigit bibir sendiri melihat musuhnya tanpa daya.

Tapi ketika malam itu dia duduk-duduk diluar dan termenung memandang rembulan, mendadak Kun Houw dibuat terkejut ketika bayangan rembulan yang baru muncul disapu awan itu membentuk bayangan ibunya. Kun Houw tertegun, dia mendongak keatas melihat bulan berubah bentuk menjadi jelas, menjadi seraut wajah seorang wanita. Wanita yang cantik dengan rambut riap-riapan, mata sayu dan memandangnya penuh tuntutan. Wanita yang dikenal sebagai ibunya, Tok-sim sian-li! Dan Kun Houw yang terkejut memandang ini tiba-tiba mendengar suara seakan dari alam mimpi.

"Kun Houw, apa yang kau lakukan kepadaku? Kenapa kau bersahabat dengan ayahmu itu? Ah, aku ingin kau membunuh ayahmu itu, Kun Houw. Bukan malah bersekutu dan bersahabat dengannya. Kau mengingkari janji. Kau menipu ibumu...!"

Dan Kun Houw yang bengong oleh suara tanpa rupa ini mendadak melihat bayangan ibunya di rembulan sana menangis, bercucuran air mata dan memandang marah padanya. Dan Kun Houw yang tertegun melihat ini semua tiba-tiba mendengar suara, itu lagi,

"Kun Houw, aku ingin ayahmu menemani aku dsini. Alam baka terlampau panas bagiku. Aku tersiksa, aku ingin ayahmu ikut...!"

Kun Houw menggigit. Dia memang melihat janjinya itu, teringat ikrarnya di saat ibunya menghembuskan napas terakhir. Hal yang membuat dia ngeri dan selalu mengeluh. Tersiksa dari merasa tekanan batin menghimpit dadanya, melihat bahwa ayahnya itu sebenarnya adalah seorang pendekar sejati. Tak patut dimusuhi. Apalagi harus dibunuh untuk menemani ibunya itu di alam baka! Dan Kun Houw yang tiba-tiba menangis menggigit bibir mendadak menjatuhkan diri berlutut menghadap rembulan itu.

"ibu, ampunkan aku. Aku belum dapat memenuhi permintaanmu itu!"

Aneh sekali. Bayangan bulan yang berobah bentuk sebagai Tok-sim Sian-li itu mendengus, dan ketika Kun Houw menangis dia malah mencaci-maki,

"Kun Houw, aku tak perduli kau bisa atau tidak. Yang penting aku menuntut janjimu, Kau harus membunuh ayahmu itu untuk menemaniku di sini...!"

"Tidak!" Kun Houw menutup mukanya. "Aku tak dapat melakukannya itu ibu. Aku... aku tak dapat memusuhi ayah kandungku sendiri...!"

"Kalau begitu kukutuk kau. Kun Houw. Kau akan gagal dalam setiap percintaanmu kalau kau tak memenuhi janjimu!" dan, meledak seolah petir tiba-tiba bayangan rembulan di atas sana berbalik lagi seperti semula, lenyap bayangan Tok-sim Sian-li yang gusar itu. Terganti seperti biasa sebagai rembulan yang kuning keemasan, bersih dari noda mega. Tampak tersenyum memandang Kun Houw.

Tapi Kun Houw yang melihat senyum itu sebagai senyum kutukan tiba tiba menangis tersedu-sedu. "Ibu. kau kejam... kau... kau..."

Kun Houw roboh terguling. Dia pingsan untuk beberapa saat. Dan ketika bulan tepat berada di puncak kepala dan Kun Houw sadar dari pukulan batinnya mendadak bulan yang tadi seperti bayangan ibunya itu berganti wujud sebagai gurunya. Bu-tiong-kiam Kun Seng!

"Kun Houw..." Kun Houw kembali tertegun. "Ini adalah masa yang bagus untuk membalas kejahatan iblis-iblis itu. Kenapa kau mendelong saja di situ? Hayo berdiri, anak baik. Cari dan balas kematian gurumu ini!"

Kun Houw terkejut. Dia melihat arah rembulan, teringat bahwa saat itu genap satu tahun dia melepas janjinya pada Ok-ciangkun. Berarti lewat tengah malam dia sudah terbebas dari ikatan sumpahnya itu. Tak perlu tunduk pada Ok-ciangkun dan boleh membalas dendam! Dan Kun Houw yang bangkit berdiri dengan kaki menggigil tiba-tiba mendesis menjatuhkan diri berlutut menghadap rembulan.

"Suhu, teecu (aku) bersumpah untuk membalas dendam kematianmu. Percayalah, malam ini juga teecu akan mencari dan membunuh mereka!" dan, seperti tadi ketika bayangan bulan berubah bentuk tiba-tiba kali inipun bayangan Bu-tiong-kiam Kun Seng itu lenyap terganti wajah bulan yang bulat bundar.

Kun Houw seakan di alam mimpi. Dia bangkit berdiri terhuyung mengepalkan tinjunya, menatap bulan yang kembali tersenyum padanya. Senyum yang bagi Kun Houw mengiris dan membuat dia menggigit bibir. Dan begitu dua suara gaib itu lenyap mengiang di telinganya tiba-tiba Kun Houw mencabut pedang menghadap ke istana Ok-ciangkun.

"Mayat Hidup, aku pertama kali akan mendatangimu. Bersiaplah kau!" Kun Houw berkelebat, menggerakkan kakinya menuju belakang gedung panglima Ok di mana Mayat Hidup tinggal, sebentar saja melompat meninggalkan tembok kamarnya. Dan ketika tengah malam lewat dan waktu perjanjian Kun Houw habis tiba-tiba Kun Houw mendobrak jendela kamar Mayat Hidup yang saat itu baru saja memeluk seorang wanita tak dikenal.

"Mayat Hidup, keluarlah. Aku akan membunuhmu...!"

Mayat Hidup kaget. Dia baru saja terkekeh bersama seorang dayang istana, menyambar dan mengajak dayang ini memenuhi nafsunya, tak menyangka Kun Houw menantang dan memasuki kamarnya. Lagi enak-enaknya "indehoy". Maka melihat Kun Houw membentak dan Pedang Medali Naga dicabut pemuda itu dan Kun Houw tampak beringas tiba-tiba Mayat Hidup berteriak keras melempar dayang yang ada di pelukannya, mengira Kun Houw langsung menyerangnya dan karena itu mempergunakan dayang yang telanjang bulat itu menangkis Kun Houw.

Dan Kun Houw yang tentu saja marah oleh kelicikan lawannya ini tiba-tiba mendengus dan mengelak, menerima dayang itu dengan tangan kirinya, langsung mendorong dan membuat dayang itu menjerit diluar pintu kamar, roboh terguling-guling, bangun dan kembali jatuh seperti melihat setan disiang bolong, kaget dan terkencing-kencing. Dan Mayat Hidup yang melompat dari atas pembaringannya menyambar tongkat, tiba-tiba berseru keras menerobos genteng, tak dapat melalui jendela karena pemuda itu ada didekat sana. Tapi Kun Houw yang menyusul dengan bentakan tinggi akhirnya mengikuti jejak lawan menerobos genteng.

"Mayat Hidup, tak guna kau lari...!"

Mayat Hidup gentar. Dia melihat Kun Houw berjungkir balik diatas kepalanya melampaui dirinya dan kini berdiri menghadapinya dengan mata berapi, ganas dan menyeramkan sekali. Dan Mayat Hidup yang terkejut pura-pura tidak tahu, tiba-tiba menekan rasa kagetnya dengan pertanyaan parau. "Kun Houw apa yang kau maui? Kau sinting?"

Kun Houw tersenyum dingin. "Kau tak perlu berpura-pura, Mayat Hidup. Aku datang untuk menagih jiwa guruku. Juga ibuku!"

"Ah." Mayat Hidup terbeliak, batuk-batuk. "Kau tak dapat memusuhiku, Kun Houw. Kau terikat perjanjianmu dengan Ok-ciangkun, Kita adalah kawan!"

"Hm!" Kun Houw menjengek. "Malam ini perjanjianku habis waktunya, Mayat Hidup. Ingat berapa lama aku berjanji dengan panglima itu, Lihat arah rembulan!"

Mayat Hidup terkejut. Dia melihat rupa rembulan, melihat artinya, mengingat-ingat. Dan ketika dia ingat bahwa posisi rembulan saat itu persis dengan posisinya setahun yang lalu tiba-tiba iblis tinggi kurus ini tersedak dan batuk-batuk. "Kun Houw, ini.... eh, ini bukan waktunya kita bercanda. Kau harus bertemu dengan Ok-ciangkun dulu bila ingin membereskan perhitungan lama!"

"Hm, kau ingin mencari bantuan, iblis tua? Kau takut menghadapiku?"

Kun Houw mengejek, membuat Mayat Hidup mengeluarkan suara aneh dari hidungnya karena ejekan itu tepat sekali mengenai sasarannya, membuat dia marah tapi juga gentar. Takut di samping malu. Tapi Mayat Hidup yang tersinggung perasaannya tiba-tiba membentak dan mengayun tongkatnya.

"Kun Houw, aku tidak takut menghadapi pedangmu. Kau boleh coba-coba kalau berani.... Wuuut!" dan tongkat yang menyambar mendahului tahu-tahu menyerang Kun Houw dengan kemplangan dari bawah ke atas, bilang tidak takut tapi mendahului menyerang. Dan Kun Houw yang mendengus oleh sikap lawannya ini tiba-tiba menggerakkan tangan kiri menampar dengan Jing-liong sinkangnya itu.

"Plak!"

Mayat Hidup tergetar. Iblis tinggi kurus ini terdorong, hampir terpental tapi membentak menyerang kembali, menusukkan tongkat dan tangan kiri tiba-tiba menyusul dengan pukulan Coan-kut-ci (Jari Penusuk Tulang). Tapi Kun Houw yang menambah sinkangnya memapak serangan tongkat, tiba-tiba berkelebat membalas lawan dengan bacokan pedangnya, membuat Mayat Hidup terpekik dan menarik tongkat, secepat kilat melempar tubuh bergulingan ketika Pedang Medali Naga menyambar dirinya.

Dan ketika dia melompat bangun dan mengeluarkan maki-makian kotor, tiba-tiba iblis ini melengking mengayun tongkatnya, berkelebat mengelilingi Kun Houw mengadu kecepatam, ganas bertubi-tubi menyerang lawan. Dan Kun Houw yang mendengus melindungi dirinya akhirnya mainkan Bu Tong Kiam sut menghadapi musuh besarnya.

Dan terjadilah pertandingan di malam sepi itu. Mayat Hidup berusaha mendepak dan mendahului, berkali-kali menggerakkan tongkat dan menusuk dengan Jari Penusuk Tulangnya itu. Tapi ketika Kun Houw memutar pedang dan pemuda itu berani menerima Coan-kut-cinya dengan tubuh terbuka, akhirnya Mayat Hidup terkejut dan terpekik melihat kehebatan sinkang lawannya ini. Betapa Kun Houw memiliki kekebalan luar biasa dengan Jing-liong Sin-kangnya itu, membuat jarinya mental dan sering tertekuk, ganti dia merasa kesakitan dan merasa jari seakan patah-patah. Dan ketika pedang mulai bergulung-gulung menyambar tongkatnya tiba-tiba untuk pertama kalinya tongkat di tangan Mayat Hidup ini terbabat.

"Cratt..." Mayat Hidup mengeluh. Sebenarnya dia sudah berusaha menghindar bentrokan langsung itu, tahu tongkatnya tak mungkin menandingi keampuhan Pedang Medali Naga. Tapi karena Kun Houw selalu menempatkan dirinya pada posisi yang sulit akibat permainan pedang yang luar biasa, akhirnya mau tak mau tongkat itu terpaksa bertemu dengan pedang yang luar biasa tajam itu. Dan akibatnya tongkatnya buntung, putus dibabat.

Dan ketika Kun Houw membentak dan kembali menyerargnya dan balas menyambar-nyambar mengelilingi dirinya akhirnya Mayat Hidup berkaok dan pucat mukanya, sebentar saja bermandi keringat dan dua kali menerima bacokan pedang. Satu di pangkal lengan sedang lainnya di tulang belikat. Dan ketika pertempuran berjalan tak seimbang karena bagaimana pun kepandaian Kun Houw memang lebih tinggi daripada iblis tinggi kurus itu akhirnya pedang menyambar tenggorokan Mayat Hidup diringi bentakan tinggi.

"Mayat Hidup terimalah kematianmu...!"

Mayat Hidup terbelalak. Dia tak melihat jalan lain untuk mengelak sudah tak keburu lagi. Maka tongkat yang kembali terpaksa digerakkan menangkis Pedang Medali Naga, akhirnya bertemu dan putus di atas pergelangan tangannya.

"Crak-aih!" Mayat Hidup membanting tubuh bergulingan. Dia sempat sejenak menahan luncuran pedang itu, sedetik saja Karena pedang yang kembali menyambar menuju tenggorokannya tak memberinya ampun dan tiba-tiba sudah menyentuh kulit lehernya. Dan Mayat Hidup yang menjadi nekat dan terbang semangatnya tiba-tiba meraup belasan senjata rahasianya, logam bergerigi yang dulu mergenai Bu tong-kiam Kun Seng, senjata senjata gelap yang mengandung racun jahat. Dan begitu dia membentak dan mengayun belasan amginya (senjata gelap) itu tahu-tahu Kun Houw diserang untuk mati bersama.

"Kun Houw, kaupun mampuslah..."

Kun Houw terbelalak. Dia sedikit terkejut bagaimanapun tahu bahwa lawannya ini adalah iblis yang tak dapat dipercaya. Suka melakukan kecurangan di saat tak terduga. Maka melihat belasan logam menyambar mukanya dan Mayat Hidup membentak untuk mati bersama tiba-tiba Kun Houw mengejek dan menurunkan pedangnya, menangkis sekaligus merendahkan kepala mengelak serangan logam yang terpental, melanjutkan tusukan dan melakukan jurus Bu-tiong-boan-seng (Bintang Bertaburan Dalam Kabut), jurus ke tiga dari silat pedangnya Bu-tiong Kiam-Sut. Dan begitu logam terpental sementara pedang mencuat bagai bintang bertaburan yang menyilaukan mata, tahu-tahu leher Mayat Hidup terbabat setengah lingkaran.

"Cret!" Mayat Hidup menjerit. Luka lehernya cukup lebar, menganga sedalam satu inci. Dan Mayat Hidup yang roboh melempar tongkatnya tiba-tiba terbelalak melihat pedang masih mengejarnya dengan tikaman ke dada, cepat sekali disusul tawa Kun Houw yang siap "mengantar" iblis ini ke dasar neraka. Dan Mayat Hidup yang tentu saja tersirap darahnya tiba-tiba berteriak memanggil muridnya. "Kiat-ji, tolong...!"

Tapi pedang masih menyambarnya juga. Mayat Hidap tak dapat berkelit lagi, pucat mukanya dan kaget bukan main. Dan ketika pedang tak dapat dia hindarkan dan Mayat Hidup mengeluh kesakitan tahu-tahu pedang menembus dada kanannya tanpa ampun lagi. "Crep!" Mayat Hidup menggelepar. Dia sekarang roboh menyemprotkan luka segar, terbanting dan terguling-guling. Dan ketika dia mendesis menahan paru-parunya yang sobek tahu-tahu Kun Houw telah menginjak dadanya itu membentak dingin.

"Mayat Hidup, serahkan medali yang kau rampas dulu. Cepat...."

Mayat Hidup mengeluh. Dia baru tahu bahwa Kun Houw tidak segera membunuhnya karena urusan medali itu. Benda yang dulu dia rampas ketika Kun Houw masih bersama Bu-tiong-kiam Kun Seng yakni ketika mereka bertempur di Bukit Pedang bersama teman-teman lainnya, mengeroyok jago pedang itu hingga bukit hancur diledakkan Bu-tiong-kiam. Dan Mayat Hidup yang tiba-tiba terkekeh menahan nyeri mendadak mengejek Kun Houw dengan kata-katanya yang parau.

"Kun Houw. kau tak akan dapat menemukan benda itu. Medali itu telah kubuang...!"

"Bohong!" Kun Houw terkejut. "Kau menipuku, iblis tua. Kalau begitu biar rasakan ini sampai kau mengaku dengan betul, cret!" dan Kun Houw yang kembali menguak bekas luka di dada Mayat Hidup tiba-tiba membuat lawannya ini menjerit dan meronta kesakitan. Pedih dan perih mendapat siksaan itu. Dan ketika dia berkaok-kaok dan tidak mengaku juga dan Kun Houw menusuk-nusukkan ujung pedangnya ke tubuh iblis ini akhirnya Mayat Hidup tak tahan dan mengaku juga.

"Kun Houw, kau bocah jahanam. Keparat kau... medali itu ada di kantung bajuku... aduhh....!"

Kun Houw menginjak dadanya. Dia membuat lawan menjerit ketika luka yang masih menganga terkuak, membuat Mayat Hidup meronta dan berkelojotan. Dan ketika Kun Houw merogoh dan mengambil medali yang memang benar ada di kantung baju iblis itu tiba-tiba Kun Houw, melepas injakannya dan tertawa aneh, memandang lawan yang tak berdaya di atas tanah itu dengan pandangan beringas.

"Mayat Hidup, kini ajalmu tiba. Kau berhutang dua jiwa kepadaku. Sekarang terimalah kematianmu.... sing! pedang Kun Houw menyambar, berkelebat ke arah leher lawannya dengan kecepatan menggiriskan. Tak ragu-ragu lagi membunuh lawannya itu. Tapi teriakan Mayat Hidup yang menggema di malam sunyi ternyata berhasil mendatangkan teman-temannya. Karena persis pedang Kun Houw menyambar leher iblis tua itu tahu-tahu dua bayangan berkelebat membentak Kun Houw.

"Kun Houw, lepaskan guruku....!"

Kun Houw terkejut. Dia mendengar angin berkesiur dahsyat menghantam punggungnya, disusul bunyi mendengung dari sambaran tengkorak yang diiringi gerengan Mu Ba ke belakang kepalanya, hebat dan ganas sekali. Dan Kun Houw yang kaget sejenak oleh bokongan ini tiba-tiba membungkuk menendang Mayat Hidup, tak jadi membacok leher lawannya karena secepat kilat dia menangkis serangan berbahaya itu dengan tubuh Mayat Hidup, melempar diri bergulingan sementara Mayat Hidup dipakai untuk menyambut serangan itu, mencelat di udara, terpekik dan kaget bukan main melihat dia diumpan menghadapi tengkorak Mu Ba dan pukulan sinkang Hun Hiat. Dan karena semuanya berjalan cepat dan Hun Kiat maupun Mu Ba tak menyangka kejadian itu maka tanpa ampun lagi Mayat Hidup menerima dua serangan ini.

"Plak-dess!"

Mayat Hidup menjerit. Iblis tinggi kurus ini terlempar bagai layang-lnyang putus, ambruk dan mengeluh perlahan untuk kemudian tidak bergerak lagi, terluka parah oleh dua pukulan yang mengenai tubuhnya itu. Dan Hun Kiat serta Mu Ba yang bengong oleh kejadian ini tiba-tiba membentak dan marah bukan main kepada Kun Houw.

"Kun Houw. kau jahanam keparat!" Hun Kiat sadar lebih dulu, memutar tubuh dan menerjang Kun Honw dengan pukulan Pek-hong-ciangnya, berkelebat dan menyerang Kun Houw dengan mata melotot. Dan Mu Ba yang juga sadar dari kagetnya dan menggerakkan tengkorak dengan geraman pendek sudah menerjang pula dengan penuh kemarahan.

Tapi Kun Houw tertawa mengejek, mengelak dan melompat jauh menghindari serangan dua orang lawannya itu, menyimpan medali naga yang kini diperolehnya dari tangan si Mayat Hidup. Yakin bahwa iblis tinggi kurus itu tak akan hidup lebih lama lagi sampai besok. Terlalu berat menerima lukanya. Luka luar dan luka dalam, paru-paru sobek hingga tak mungkin disembuhkan lagi. Dan Kun Houw yang melihat dua orang lawan menyerang membabi buta lalu berkelebatan memutar pedangnya, melindungi diri dan mainkan Bu-tiong Kiam-sut menghadapi serangan lawan, menggerakkan tangan kirinya pula menangkis pukulan Hun Kiat dengan Jing-liong-ciangnya. Dan begitu tiga orang ini bergerak saling sambar akhirnya pertempuran seru tak dapat dihindarkan lagi.

Namun Kun Houw memang benar-benar lihai. Dulu dikeroyok bertiga satu dengan Mayat Hidup dia mampu bertahan. Nyaris seimbang kalau Hun Kiat mengandalkan Pek-hong ciangnya saja, bergerak mengelilingi lawan dan sama-sama mengandalkan kepandaian sendiri. Tapi setelah beberapa jurus kemudian Mu Bi berteriak karena tali tengkoraknya putus dibabat akhirnya Hun Kiat melengking dan mengeluarkan Soat-hong ciangnya (Pukulan Angin Puyuh), ilmu baru yang dahsyat bukan main dari mendiang Ciok-thouw taihiap yang bentrok dengan cucu-cucunya sendiri!

"Suhu, minggir. Kau serang saja bagian belakang...!"

Mi Ba terkejut. Dia mendengar muridnya itu berteriak dengan pekik yang membuat udara tergetar, melihat Hun Kiat mulai mengibas dan mendorong-dorong kedua tangan menghantam ke depan. Dahsyat hingga dia terhuyung dan hampir roboh, terbelalak melihat muridnya itu mengeluarkan sinkang yang diperoleh dari mendiang Pendekar Kepala Batu, Sinkang yang dua disedot Hun Kiat di puncak Beng san! Dan Mu Ba yang cepat minggir dengan membanting tubuh ke kiri akhirnya melihat pukulan muridnya itu menghantam Kun Houw.

"Dess!" Kun Houw mencelat. Dia juga terkejut melihat Hun Kiat merobah gerakannya, tidak lagi mainkan Pek hong ciang (Silat Angin Putih) melainkan mengeluarkan Soan-hoan-ciang, pukulan atau Kibasan Angin Puyuh itu. Dan Kun Houw yang mencelat terlempar oleh sinkang lawan yang luar biasa akhirnya roboh terguling-guling menumbuk dinding. Dan saat itu Hun Kiat mengejar, kembali melontar pukulan dahsyatnya itu ke kepala Kun Houw dan tampaknya beringas benar. Namun Kun Houw yang melompat bangun menggerakkan pedang tiba-tiba memapak dan menyambut pukulan luar biasa itu dengan bentakan tinggi.

"Plak!" Kun Houw heran. Dia melihat angin pukulan lawan mampu menahan pedangnya, terbelalak dan melihat Hun Kiat menambah sinkangnya dengan dorongan ke dua, melancarkan pukulan dengan tangan kanan. Merasa betapa hebat dan luar biasa sekali pukulan lawannya itu. Seakan dia berhadapan sendiri dengan Ciok-thouw Taihiap yang hidup dalam bentuk Hun Kiat! 

Dan Kun Houw yang tertegun melihat serangan ke dua, tiba-tiba menjadi marah dan secepat kilat menyimpan pedangnya, ingin mengadu sinkang. Dan begitu dia membentak dan mundur selangkah merendahkan tubuh tahu-tahu Kun Houw telah menyambut dorongan lawan dengan dorongan pula, mengerahkan Jiu-liong Sin-kang dengan lutut setengah jongkok.

"Dess....!" Hebat benar pertemuan dua tenaga ini. Mu Ba yang berada lima tombak dibelakang mereka tiba-tiba terjengkang, terpeleset kakinya karena tanah yang di injak bergetar seakan terlanda gempa, membuat iblis itu terkejut dan berjungkir balik melayang ke atas pohon, tak berani menginjak tanah karena takut roboh! Dan Mu Ba yang melihat dua pemuda itu sama tertahan dan melotot lebar tiba tiba melihat keduanya menggigil dan melekat tangannya menjadi satu.

Baik Kun Houw maupun Hun Kiat ternyata sama-sama mengerahkan sinkang, masing-masing mendorong dan berusaha mengelakkan yang lain. Tapi Jing-liong Sin-kang yang rupanya lebih kuat tiba-tiba menekuk telapak Hun Kiat, membuat pemuda itu mendelik dengan muka bercucuran keringat, sedetik tiba-tiba tergeser kakinya dan bertahan sekuat tenaga. Dan ketika Kun Houw mendengus dan mengempos semangatnya berseru keras tiba-tiba Hun Kiat mengeluh terdorong setindak.

"Bless!"

Mu Ba terbelalak. Dia melihat kaki muridnya amblas di dalam tanah, hampir bersamaan dengan Kun Houw yang juga melesak sedikit, terus menekan dan menggencet Hun Kiat dengan Jing-liong Sin-kangnya itu. Dan ketika Hun Kiat merasa terhimpit dan pucat mempertahankan diri tiba-tiba telapak tangannya tertekuk ke dalam dan kaget membelalakkan mata, melotot pada gurunya yang bengong di atas pohon.

"Suhu, bokong dia dari belakang- Hantam kepalanya...!"

Mu Ba terkejut. Sekarang dia sadar bahwa Kun Houw menyimpan pedangnya, hal yang amat di takuti iblis tinggi besar ini karena pedang di tangan Kun Houw terlalu ampuh. Maka melihat Hun Kiat membentak dan kembali tedotong karena harus mengeluarkan suara itu tiba-tiba iblis ini mengambil tengkoraknya itu yang putus tanpa tali, melayang turun dan langsung memekik menyambitkan senjatanya, menghantam kepala Kun Houw yang saat itu tak dapat mengelak karena beradu tenaga dengan Hun Kiat. Dan begitu tengkorak menyambar kepala tiba-tiba Mu Ba terbelalak melihat Kun Hauw melekat tak dapat melepaskan diri.

"Bocah, kini kematianmu tiba....!" Mu Ba merasa yakin. Dia pasti bahwa tengkoraknya itu akan meledak begitu mengenai kepala lawan, bakal menghamburkan otak dan darah karena Kun Houw tak dapat melindungi diri harus memusatkan perhatiannya pada adu sinkang dengan Hun Kiat. Tapi Mu Ba yang tak mengira sesuatu yang di luar dugaan, tiba-tiba menjerit. terbelalak karena tengkoraknya itu bertemu tenaga tak kelihatan yang melindungi Kun Houw, setombak dari pusat pertandingan, mental dan kembali ke tangannya hampir mengenai hidungnya. Dan Mu Ba yang penasaran serta kaget tiba-tiba membentak dan mencoba lagi, menghantamkan tengkoraknya itu ke kepala Kun Houw.

Tapi ketika empat kali berturut-turut gagal dan tengkorak selalu membalik akhirnya iblis ini menggereng penuh murka, melihat muridnya semakin terdesak dan terdorong mundur pucat bukan main dan mulai mengeluh, marah kepadanya. Dan Mu Ba yang meraung geram tiba-tiba melontar tengkorak bayinya itu ke punggung Kun Houw. persis ketika Siang-mo ji-bin dan Sam-hek Bi-kwi muncul, tak tahu apa yang harus di lakukan untuk menolong muridnya itu. Dan begitu senjata terlepas dan menyambar belakang Kun Houw tiba-tiba Siang-mo ji-bin berteriak padanya,

"Mu Ba, jangan...!"

Namun terlambat. Tengkorak itu telah dilepaskan dari tangannya, menyambar Kun Houw yang tak dapat "ditembus" tubuhnya karena terlindung hawa yang aneh, sakti dan mujijat. Dan begitu seruan diluncurkan dan senjata menyambar ke depan tahu-tahu tengkorak bayi ini meledak menghamburkan pelor-pelor beracunnya itu.

"Blaarr...!"

Mu Ba terpekik. Dia melihat tengkoraknya itu ternyata mental seperti tadi tak dapat menyentuh Kun Houw. Dan pelor-pelor beracun yang berhamburan ke segala penjuru tiba-tiba menyerang mukanya sendiri dan Siang-mo ji-bin serta orang yang lain, Sam-hek bi kwi yang baru muncul itu yang terpaksa melompat menghindar dan memaki-maki Sin-thouw-liong Mu Ba yang dianggap ceroboh. Mundur dan mengebut runtuh semua pelor yang masih menyambar mereka. Dan Hun Kiat yang saat itu mengeluh dan melesat kakinya tiba-tiba mencelat terlempar menumbuk pohon, tak kuat menahan dorongan Jing-liong-Sin-kang.

"Bress!"

Hun Kiat melontarkan darah segar. Pemuda ini melompat bangun mengusap bibirnya yang melelehkan darah merah, gemetar dan pucat memandang Kun Houw yang memiliki sinkang luar biasa itu, tenaga sakti yang ternyata lebih unggul dari tenaga saktinya sendiri. Seakan tak percaya bahwa tenaga sakti yang dimiliki Kun Houw. Hal yang sukar dipercaya! Dan sementara Hun Kiat terbelalak dan orang-orang lain mengepung pemuda itu tiba-tiba Ok-ciangkun muncul membentak mereka,

"Mu Ba, apa yang terjadi?"

Mu Ba terkejut. Dia sedang tertegun oleh kesudahan adu sinkang itu, melotot dan kaget melihat sinkang Ciok-thouw Taihiap- masih kalah seusap oleh sinkang yang dimiliki Kun Houw ini. Berarti mendiang Pendekar Kepala Batu itu kalah lihai dibanding Kun Houw. Hal yang luar biasa dan sulit dipercaya. Maka mendengar Ok-ciangkun membentak dan Kun Houw terhuyung menghadapi mereka akhirnya iblis tinggi besar ini berseru gemetar.

"Kun Houw mencelakai Mayat Hidup, ciangkun. Dia menyerang dan melukai sahabatku itu."

Ok-ciangkun sudah melihat, Dia mengerutkan kening melihat keadaan Mayat Hidup yang parah, berat luka-lukanya, tak mungkin ditolong lagi. Dan menghadapi Kun Houw yang dikepung ditengah lingkaran panglima ini menggeram. "Kun Houw, apa yang kau lakukan ini? Kenapa kau hendak membunuh Mayat Hidup?"

Kun Houw tertawa mengejek. "Aku bukan hanya hendak membunuh Mayat Hidup saja, ciangkun. Melainkan semua musuh ku yang ada disini."

"Hm... kau tidak ingat janjimu kepadaku? Kau hendak menjilat ludah sendiri?"

Kun Houw menunjuk bulan. "Ciangkun, tolong kau lihat berapa lama batas perjanjianku itu. Bukankah tepat setahun aku terikat padamu? Nah, sekarang aku bebas ciangkun. Aku hendak berbuat sesukaku membalas dendam kematian guru dan ibuku!"

"Kun Houw!" Panglima Ok membentak, kaget dan marah. "Bukankah kau berada di istana? Bukankah saat ini kalian semua adalah orang-orang sendiri yang tak seharusnya bermusuhan satu sama lainnya?"

"Hm..." Kun Houw mengeluarkan suara dari hidung. "Itu memang benar, ciangkun. Tapi ini adalah urusan pribadi. Aku ingin menyelesaikannya diluar urusan istana. Apalagi ikatan janjiku telah habis kepadamu!"

Ok ciangkun terbelalak. Dia sekarang ingat bahwa Kun Houw telah menyelesaikan batas waktu sumpahnya. Genap setahun. Jadi benar tak perlu tunduk lagi padanya. Tapi melihat Kun Houw melakukan itu dikompleks istana tiba-tiba panglima ini mendelik dan marah bukan main. Melihat bahwa Kun Houw merupakan ancaman baru yang akan merongrongnya. Diam-diam lupa akan batas perjanjian itu karena kesibukannya sehari-hari.

Maka melihat Kun Houw "membelot" dan pemuda itu mengambil putusan diantara dua kemungkinan. Membiarkan Kun Houw merajalela atau membunuh pemuda itu. Tapi ingat bahwa Kun Houw sekarang mempunyai "Backing" berupa selir kaisar yang paling ditakuti, mendadak panglima ini tertegun dan bingung dibuatnya.

Karena membunuh Kun Houw bakal membawa persoalan baru baginya, berhadapan dengan Shi Shih yang tentu akan mempengaruhi sri baginda, melihat Kun Houw merupakan orang kepercayan selir itu. Salah-salah bisa membuat dia bermusuhan sendiri dengan kaisar! Dan Ok ciangkun yang bingung ditempat tiba-tiba tertegun dan melihat bahwa Kun Houw sekarang bukanlah Kun Houw yang dulu. Bahwa pemuda ini mempunyai kedudukan kuat dibawah selir. Bahwa pemuda ini juga mempunyai pasukan yang berkekuatan seribu orang! Dan ok ciangkun yang melotot mengepal tinju tiba-tiba bingung untuk mengambil putusan yang bagaimana.

Tapi Hun Kiat terhuyung maju. "Ciangkun, Kun Houw telah membuat onar ditempatmu. Kenapa diam saja tak mengambil tindakan? Apakah kau hendak melindunginya?"

Ok ciangkun terkejut, Dia sedang menimbang-nimbang apa yang harus dilakukan, membiarkan Kun Houw atau menangkap pemuda itu. Tapi belum dia menjawab, tiba-tiba Mayat Hidup yang menggeletak diatas tanah tiba-tiba merintih, sadar dari pingsannya. Dan Hun Kiat yang terpaksa melompat mendekati gurunya itu, menggelepar dalam sekarat.

"Kun Houw kau bocah siluman. Kenapa kau tak membunuhku sekali bacok saja? Ayo bunuh aku, bocah... jangan biarkan aku sekarat begini...Augh!" Mayat hidup menggeliat, memaki-maki Kun Houw karena rasa sakit yang sangat menusuk dadanya, membuat dia menjerit dan merintih berkepanjangan. Dan ketika Hun Kiat memegang tubuhnya dan menyangka itu adalah Kun Houw tiba-tiba iblis ini menggerakkan jarinya mencengkram tangan pemuda itu.

"Kun Houw, kau harus mati bersamaku...!"

Hun Kiat terkejut, dia melihat gurunya mencengkram tembus kulit lengannya, menyalurkan racun yang ada di kuku jari suhunya itu, mengenal keganasan gurunya yang salah mengira dia adalah Kun Houw. Dan Hun Kiat yang terkejut membelalakan mata, tiba-tiba mendesis, "Suhu, ini adalah aku. Kun Houw masih disana!"

"Ah.. kau Kiat-ji? Kalau begitu, bunuh saja aku... aku tak kuat...!" Mayat Hidup terkejut ganti kecewa dan mengorok bagai babi disembelih. Dan ketika Mayat Hidup menggeliat dan meronta-ronta dalam skratul mautnya tiba-tiba Hun Kiat mengangkat lengannya mengigit bibir. Dan begitu dia berseru perlahan menurunkan lengannya tahu-tahu pemuda ini menepuk kepala gurunya dengan sikap mengerikan.

"Suhu, sebaiknya kau mati saja...plak!!"

Semua orang terbelalak. Mereka melihat Hun Kiat melakukan apa yang diminta ji-suhunya itu, menepuk kepala gurunya yang seketika remuk dan pecah didalam. Dan begitu Mayat Hidup mengeluh dan terkapar roboh, tahu-tahu iblis ini pun tewas "diberesi" muridnya itu. Mu Ba dan semua orang tertegun. Mereka melihat Hun Kiat memiliki perasaan yang dingin sekali, tega dan mampu melakukan hal-hal yang orang lain mungkin tak mampu melakukannya. Memberesi nyawa gurunya dan bangkit dengan sikap tenang, membiarkan Mayat Hidup terkapar diatas tanah, tak perduli lagi. Dan Hun Kiat yang menghadapi ok ciangkun dengan pertanyaan yang sama memandang panglima itu.

"Ciangkun... bagaimana tindakan mu sekarang menghadapi Kun Houw? apakah kau mau membiarkannya saja memusuhi kami?"

Mu Ba juga menggereng, merasa panglima itu akan membela mereka. "Tak mungkin. Ok ciangkun pasti membantu kita, Kiat-ji. Dan lagi bocah itu masih harus diselidiki sebagai mata-mata musuh!"

Ok-ciangkun teringat. Dia kembali dibuat tertegun oleh kata-kata Mu Ba ini, yang dapat bersikap biasa melihat muridnya membunuh Mayat Hidup. Sama sekali tak menyesal dan rupanya justru menumpahkan semua kemarahan pada Kun Houw. Dan ok ciangkun yang berada di persimpangan jalan tiba-tiba mengambil putusan nekat bahwa dia harus membunuh Kun Houw. Bahwa pemuda itu akan melaksanakan janjinya membalas dendam. Berarti akan mencari pula So-Beng, adik seperguruannya itu. Dan merasa Kun Houw lebih banyak merugikan daripada menguntungkan. akhirnya panglima ini menggeram marah melompat mundur.

"Kun Houw, kau memang bersalah. Sekarang pilih satu dari dua keputusanku, menyerah atau melawan kami!"

Kun Houw terkejut. Dia tak menyangka panglima itu berani mengambil putusan secepat itu. Berarti tak menghiraukan "backing" yang ada dibelakangnya lagi. Berarti dia menghadapi bahaya dan siap bertarung mati-matian. Dan Kun Houw yang maklum akan apa yang menajdi sebab panglima itu lebih memberati Mu Ba dan teman-temannya dibanding dirinya, tiba-tiba tertawa megejek dan mencabut panah apinya, hal yang sudah disiapkan untuk keperluan sewaktu-waktu. Dan begitu dia melepas panah apinya ini yang meledak dimalam yang gelap, tiba-tiba Kun Houw juga sudah mencabut pedangnya menggetarkan semua urat-urat syarafnya.

"Ciangkun, aku tak mau menyerah seperti kerbau. Aku siap memilih putusan ke dua."

Ok ciangkun terbelalak. Dia bukan terkejut oleh sikap Kun Houw yang sudah diduganya ini, melihat pemuda itu memilih melawan daripada menyerah. Hal yang sudah dia ketahui karena Kun Houw memang pemberani. Tapi melihat Kun Houw melepaskan panah api yang cepat ditangkap sebagai isyarat yang entah kemana, tiba-tiba panglima ini membentak dan terkejut sekali. "Kun Houw, kau benar menyimpan mata-mata?"

Kun Houw tak menjawab. dia tertawa dingin melihat panglima itu melotot, bersikap acuh dan membiarkan orang mereka-mereka sendiri. Dan Ok ciangkun yang gusar memberi tanda tiba-tiba menggeram menyuruh pembantunya maju.

"Ji-bin, tangkap dan robohkan pemuda itu. Kun Houw rupanya betul berkhianat!"

Siang-mo Ji-bin mengangguk. Mereka juga terkejut melihat Kun Houw melepaskan panah api. Hal yang ditangkap sebagai isyarat rahasia yang tak mereka ketahui. Maka mendengar ok-ciangkun memerintah dan Kun Houw juga sudah bersiap, mendadak dua orang iblis kembar ini memekik dan melancarkan pukulan pasir beracunnya.

"Kun Houw, kau rupanya pemuda busuk!"

Ang-kwi dan Pek-kwi sudah menyerang. Mereka langsung berkelebat menampar dengan Ang see-ciang (Tangan Pasir Merah) dan Pek see-ciang (Tangan Pasir Putih) itu, marah dan menerjang Kun Houw dengan pukulan beracun.

Tapi Kun Houw yang mengelak menyambarkan pedangnya menyambut dua orang lawannya ini dan melompat berputar, mengegos dan tiba-tiba membalik dengan ayunan kaki yang bergerak setengah lingkaran, membacok dan juga menendang. Dan Siang-mo ji-bin yang terkejut marah tiba-tiba meliuk dan memberi tanda akan bahaya pedang ditangan Kun Houw, maklum akan kehebatan Pedang Medali Naga yang luar biasa tajam. Tapi Kun Houw yang bergerak cepat mendahului mereka tahu-tahu memapas buntung ujung lengan baju lawan yang dipakai memukul.

"Bret..bret..!!"

Siang-mo Ji-bin terpekik. Mereka berjungkir balik melihat pedang mengejar, mendengung berkelebat menyilaukan mata. Dan ketika Kun Houw membentak melepas serangan beruntun tahu-tahu pemuda ini lenyap dibungkus gulungan pedangnya yang mulai mainkan Bu-tiong Kiam-sut itu, menyambar-nyambar kian kemari membentuk kabut yang kian melebar, sebentar kemudian membungkus pula bayangan Siang-mo Ji-bin yang kaget setengah mati. Dan Panglima Ok-ciangkun yang melihat dua pembantunya itu kewalahan menerima serangan tiba-tiba menyuruh yang lain maju, tak sabar untuk melihat Kun Houw mendesak mereka.

"Bi-kwi, Mu Ba maju kalian. Tangkap dan robohkan Kun Houw."

Sam-hek Bi-kwi dan Mu Ba mengangguk. Mereka sudah menerjang menerobos gulungan pedang menolong Siang-mo Ji-bin arga keluar dari cahaya pedang yang membungkus mereka. Dan Hun Kiat yang girang melihat Kun Houw dikeroyok tiba-tiba juga menerjang dengan pukulan sinkangnya.

"Bagus, aku juga ingin secepatnya memberesi lawanku ini, ciangkun. Sekarang tak mungkin dia dapat lolos!"

Hun Kiat menyerang, mulai membokong dan mengeluarkan Soan-hoan ciangnya yang paling hebat itu, diam-diam penasaran dan tak habis pikir dari mana Kun Houw mendapatkan sinkang yang luar biasa itu, mampu mengatasi sinkang Ciok-thouw taihiap yang sudah dilatih puluhan tahun. Dan Kun Houw yang sebentar saja sibuk melayani keroyokan lawan tiba-tiba melengking dan memutar pedangnya dalam gulungan yang lebih cepat.

"Ok-ciangkun, kau tak tahu malu. Sebaiknya kau ikut pula maju membantu teman-temanmu."

Ok-ciangkun tak menjawab. Dia menonton permainan pedang yang hebat itu, diam-diam kagum dan tergetar melihat kehebatan Kun Houw. Teringat pertempurannya sendiri yang nyaris kalah setelah Kun Houw mempergunakan Pedang Medali Naga. Pedang yang ampuh dan membuat orang merinding melihat perbawa pedang pusaka itu. Dan ketika Kun Houw berkelebat dan mulai melengking-lengking membentak marah akhirnya pertandingan berjalan seru dengan jumlah yang tak seimbang. Satu lawan tujuh!

Namun Kun Houw memang hebat. Dia memutar pedangnya rapat sekali, membungkus dan terpaksa menggulung diri sendiri dengan permainan pedang yang luar biasa. Percuma menyerang karena menyerang yang satu maka yang lain akan membokong, jadi terpaksa bersilat mempertahankan diri sendiri, karena tujuh orang lawannya itu bukanlah manusia-manusia bodoh yang tak tahu mempergunakan kesempatan. Tentu akan berbuat curang begitu dia lengah. Dan Kun Houw yang membentak memutar pedangnya akhirnya lenyap dalam bayangan pedang yang luar biasa rapat, tak dapat menyerang tapi tak dapat pula diserang. Padahal satu lawan tujuh!

Dan Mu Ba serta teman-temannya yang marah bukan main tentu saja bingung dan kaget disamping kagum, melihat betapa Kun Houw mahir sekali mainkan Bu-Tiong Kiam-sut itu, Silat PEdang dalam Kabut. Pedang yang benar-benar tak terlihat kabut yang melebar dan membungkus tuannya sendiri. Tak berani membentur bayangan kabut itu karena semjata maupun tubuh tentu terpapas buntung, tak kuat menghadapi Pedang Medali Naga yang ada ditangan pemuda itu. Dan Mu Ba serta teman-temannya yang tentu saja bingung menghadapi pertandingan ini akhirnya hanya berseliweran di luar saja mencari lowongan.

Dan Ok-ciangkun marah. Dia melihat tujuh pembantunya itu tak dapat menyerang, masing-masing berseliweran mengelilingi Kun Houw seolah Kun Houw adalah kuda lumping yang menarik untuk ditonton. Mencari kesempatan dalam kesempitan. Tak berani membentur kabut pedang yang tentu saja akan mencelakakan mereka sendiri. Dan Ok Ciangkun yang juga bingung melihat jalannya pertandingan akhirnya mengepal tinju membanting kakinya.

"Mu Ba, korbankan seorang diantara kalian, terjang pemuda itu...!"

Namun Mu Ba dan teman-temannya mengerutkan alis. Memang cara itu adalah cara yang terbaik. Artinya, jika seoarang diantara mereka berani mengorbankan diri menerjangn gulungan pedang tentu sebuah lowongan akan terbuka. Kun Houw tentu akan memecah kabut pedangnya ini untuk melakukan serangan. Jadi mereka dapat pula menyerang pemuda itu disaat Kun Houw "Membuka" diri.

Tapi, siapa yang mau berkorban seperti yang diteriakkan Ok-ciangkun itu? Siapa berani menyerahkan jiwa kalau hanya untuk sebuah serangan maka diri sendiri dijadikan tumbal? Terang tak ada yang mau, Dan Mu Ba serta teman-temannya yang kembali berseliweran mengelilingi Kun Houw akhirnya tak ada yagn mau melakukan permintaan itu.

Dan Ok ciangkun mengerotkan gigi, Dia marah melihat pembantu-pembantunya tak ada yang menggubris kata-katanya. Maklum bahwa setiap orang tak mungkin mau mengambil tindakan yang terlalu berbahaya itu.

Dan Mu Ba yang teringat sesuatu tiba-tiba malah berteriak kepadanya. "Ciangkun, mana So-beng? Suruh dia datang ke mari. Mungkin dia mau mengerjakan perintahmu itu."

Ok Ciangkun menggeram. Dia mendengar yang lain tiba-tiba juga mendukung permintaan Mu Ba itu, masing-masing menyuruh agar Iblis Penagih Jiwa itu dipanggil. Dan belum dia menjawab atau memaki pembantu-pembantunya ini mendadak kebakaran besar terjadi disamping gedungnya, mendengar suara gaduh dan ribut-ribut disebelah sana. Dan Ok-ciangkun yang terbelalak dengan muka kaget tiba-tiba melihat dua bayangan berkelebat menyerang Siang-mo ji-bin.

"Kun Houw, iblis-iblis ini memang tak tahu malu. Jangan takut, kami datang membantu...!" dan dua bayangan yang menerjang sepasang iblis kembar itu dengan pukulan sinkang yang dahsyat tiba-tiba membuat Pek-Kwi dan Ang-kwi terkejut, berteriak kaget dan langsung menangkis meninggalkan Kun Houw, terpental dan terguling-guling bertemu tenaga yang luar biasa kuat melempar tubuh mereka. Dan ketika Siang-mo ji-bin melompat bangun melotot marah maka dua bayangan lain yang baru tiba-tiba juga muncul dan menyerang Sam hek-bi-kwi bertiga.

"Kun Houw, benar kata temanku itu. Jangan takut, kami akan membasmi iblis-iblis yang curang ini...wut plak!"

Dan Sam-hek bi kwi yang menjerit terpental akhirnya terguling-guling seperti yang dialami Siang-mo ji-bin itu. Dan karena empat lawan sudah terlempar melepas dirinya tiba-tiba Kun Houw melengking menggerakkan pedang, menusuk dan membacok. Dan begitu dia membentak menyerang tiga lawan yang lain tahu-tahu Bi Gwat dan Mu Ba serta Hun Kiat mendapat serangan cepat yang menukik bagai petir memebelah angkasa.

"Plak cring...bret!"

Bi Gwat dan Mu Ba menjerit. Mereka terlempar dan terluka oleh sambaran Pedang Medali Naga, membanting tubuh bergulingan karena tengkorak dan gelang ditangan Mu Ba dan Bi Gwat hancur dan putus dibabat pedang, kaget bukan main melihat sinar kebiruan tahu-tahu menyambar pundak mereka, menggores panjang sampai ke dada. Hampir saja menikam jantung!

Dan Mu Ba serta Bi Gwat yang terguling-guling menjauhkan diri akhirnya melompat bangun dengan wajah pucat, melihat Hun Kiat menangkis dan juga terpental kaget oleh sambaran pedang ditangan Kun Houw. Dan ketika mereka tertegun oleh gebrak yang mengejutkan ini, tahu-tahu bayangan lain muncul ditempat itu bagaikan setan-setan dibalik kubur, semuanya memakai kedok hingga Ok-ciangkun dan teman-temannya tak dapat mengenal, menyerbu dan membantu Kun Houw menerjang pembantu-pembantu panglima itu hingga Ok-ciangkun mendelik gusar. Dan sementara mereka semua terbelalak kaget, tahu-tahu kebakaran terjadi dimana-mana ditempat tinggal panglima itu.

"Keparat, kau mengumpulkan penghianat-pengkhianat Kun Houw. Kau kiranya benar musuh dalam selimut!" Ok-Ciangkun marah, membentak Kun Houw yang saat itu tersenyum melihat teman-temannya datang, orang-orang berkedok yang menyerang Siang-mo-ji-bin dan teman-temannya itu. Dan Kun Houw yang tertawa mengejek melihat kemarahan Ok-ciangkun tiba-tiba mendengar teriakan Kui Lin yang mendatangi tempat itu.

"Ayah, tolong.. Enci Hoa diculik orang...!"

AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.