Pedang Medali Naga Jilid 24 - Sonny Ogawa

Halaman

    Social Items

PEDANG MEDALI NAGA
JILID 24
KARYA BATARA

Cerita Silat Mandarin Karya Batara
KUN HOUW berkelebat ke depan. Dia sudah mengayun lengannya dengan gerakan Kiam-ciang (Tangan Pedang), membacok dan menghantam tengkuk Iblis Penagih Jiwa itu dengan penuh kemarahan. Tapi So-beng yang memutar tubuh terkejut oleh bentakan ini sudah menggerakkan senjata menangkis serangan Kun Houw.

“Plak!" dan keduanya sama-sama terdorong mundur. Kun Houw mendelik, beringas memandang lawan. Teringat kematian gurunya, lupa akan perjanjiannya dengan Ok-ciaugkun! Dan melihat lawan menangkis Kiam-ciangnya tiba-tiba dia mencabut Pedang Medali Naganya dan berseru melengking, "So beng, bayar hutang jiwa guruku...!"

Dan Kun Houw yang melompat dengan pedang diputar tahu-tahu menusuk tenggorokan Iblis Penagih Jiwa ini dengan dahsyat, menerjang dengan jurus-jurus terampuh dari ilmu silatnya Bu-tiong Kiam-sut. Dan begitu membentak serta memutar pedangnya maka So-beng segera berteriak-teriak melompat ke sana-sini.

"Kun Houw, kita teman. Bukan musuh...."

Namun Kun Houw lupa segala-galanya. Dia terbakar oleh kekejaman Iblis Penagih Jiwa itu, teringat kematian gurunya sendiri yang cukup mengenaskan sepuluh tahun yang lalu. Dan So-beng yang sebentar saja didesak hebat dengan berlompatan ke sana ke mari akhirnya tak dapat mengelak tanpa membalas. Iblis Penagih Jiwa ini terpaksa menggeram, dan ketika satu saat pedang di tangan Kun Houw menyambar ulu hatinya maka membentak keras dia menggerakkan cakar bajanya itu, menangkis.

"Crang!"

So-beng terbelalak. Dia lupa bahwa pedang di tangan Kun Houw adalah pedang yang ampuh. Pedang Medali Naga yang memliki ketajaman luar biasa. Maka begitu menangkis dan merasa senjatanya ringan tiba-tiba Iblis Penagih Jiwa ini terkejut ketika melihat ujung senjatanya putus di babat, hilang cakar bajanya yang berbentuk lima jari buatan itu. tinggal gagangnya saja yang mirip tongkat! Dan sementara dia menbelalakkan mata tiba-tiba saja pedang itu membalik dan menyambar pinggangnya.

"Aih...!" Iblis Penagih Jiwa ini membanting tubuh bergulingan. Dia tak berani mengandalkan kekebalan Hoat lek kim-ciang-konya itu. Gentar. Dan ketika dia melompat bangun dengan mata melotot maka Kun Houw kembali mengejar dengan tusukan pedangnya itu, bertubi-tubi, susul-menyusul bagai hujan yang tak pernah habis. Dan ketika satu babatan tak dapat dia hindari dengan cepat maka terbuktilah bahwa Hoat-lek-kim cong konya itu tak mampu menoahan ketajaman Pedang Medali Naga, sobek mengeluarkan darah.

"Bret!" So-beng mencelos. Dia kembali melihat pedang di tangan pemuda ini menukik, diiringi lengking Kun. Houw yang gembira melhat darah. Dan berjungkir balik menyelamatkan diri terpaksa Iblis Penagih Jiwa ini berkaok-kaok. "Kun Houw, keparat kau. Kita teman, bukan musuh....!"

Namun Kun Houw tak perduli. Dia sudah mengejar lawan dengan nafsu membunuh yang besar, membentak dan menusuk dada lawan dengan jurus Bianglala Menari. Dan ketika kembali Iblis Penagih Jiwa itu harus melempar tubuh bergulingan maka saat itulah terdengar bentakan Siang-mo ji-bin yang menangkis pedang Kun Houw.

"Kun Houw, Kui Hoa-niocu tertangkap. Tahan pedangmu....!"

Kun Houw terkejut. Dia otomatis menahan serangan, kaget dan terbelalak mendengar seruan ini. Dan So-beng yang sudah menyeka peluhnya dengan mata berapi-api tiba-tiba membentak pemuda itu, "Kun Houw, jahanam kau. Awas ku laporkan pada Ok-ciangkun."

Siang-mo ji-bin juga marah. "Terlalu kau. bocah. Kenapa menyerang teman sendiri? Lihat, puteri Panglima Ok itu tertangkap. Kau dapat dihukum Ok-ciangkun dengan perbuatanmu ini!" dan Siang-mo-ji-bin yang memandang So-beng lalu berseru. "Kedok setan, mari kita ke depan. Kui Hoi-niocu ditangkap Pendekar Gurun Neraka!" dan dua kakek iblis yang sudah berkelebat meninggalkan tempat itu lalu disusul Iblis Penagih Jiwa ini yang sekali lagi mendelik pada Kun Houw.

"Hati-hati, suhengku akan menghukummu, berat sekali, Kun Houw. Aku minta supaya kepalamu dipancung!"

Kun Houw menekan gejolak rasanya. Dia sadar dan termangu oleh kemarahannya tadi, tak enak dan merasa salah juga, tak menepati janji. Tapi mendengar Kui Hoa tertangkap dan pertempuran sudah berhenti diapun meloncat dan berkelebat menyusul tiga iblis di depan tadi. Dan Kun Houw tertegun. Dia melihat Kui Hoa di tangan Pendekar Gurun Neraka, lumpuh tertotok. Dan semua orang yang mengepung rombongan kecil ini mendengar Pendekar Gurun Neraka berseru,

"Ma ciangbu, bagaimana keputusan kalian? Apakah pertempuran ini ingin dilanjutkan?"

Ma-ciangbu, perwira yang dekat dengan Kui Hoa-niocu itu terbelalak. Dia tak sanggup bicara, menoleh sana-sini untuk mencari Kui Lin. Karena gadis itulah yang menjadi wakil Kui Hoa niocu sebelum dirinya. Tapi Pendekar Gurun Neraka yang bertepuk tangan memberi isyarat tiba-tiba menyuruh isterinya nomor dua muncul. Dan Ma-ciangbu bengong. Dia melihat Kui Lin tertangkap pula di tangan isteri Pendekar Gurun Neraka, mendelik namun tak mampu bersuara. Dan So-beng yang muncul bersama Siang-mo ji-bin tiba-tiba membuat perwira ini girang dan dapat melepaskan kesulitannya.

"Hu-ciangkun, dua keponakanmu tertangkap....!"

So-beng mengangguk. Dia sudah tahu itu, melihat dari jauh. Dan mereka bertiga yang sudah berhadapan dengan mata melotot melihat Ceng Bi mengangkat puteri Panglima Ok itu. “So-beng, kami ingin menukar kebebasan kami dengean dua orang gadis ini. Bagaimana pendapatmu?"

So-beng mendengus-dengus. "Tentu saja boleh, hujin. Serahkan dia dan kalian pergilah"

"Hm...!" Pendekar Gurun Neraka tersenyum mengejek. "Kami tak dapat melakukannya begitu saja, lblis Penagih Jiwa. Kalau ingin dua orang gadis ini selamat sebaiknya buka kepungan dan minggirlah. Biarkan kami pergi...!"

So-beng ragu-ragu. Dia memandang licik rombongan musuhnya itu, tapi mengangguk dan tertawa dingin dia menoleh pada perwira she Ma. "Ciangbu, buka pasukan dan suruh mereka minggir Biarkan mereka lewat!"

Mi-ciangbu mengangguk. Dia menyuruh orang-orangnya memberi jalan dan begitu pasukan besar ini membelah diri maka terdapatlah lorong panjang untuk rombongan Pendekar Gurun Neraka.

"Hujin, silahkan lewat. Lepaskan sekarang dua orang keponakanku itu!"

"Hm!" Pendekar Gurun Neraka kembali tertawa mengejek. "Kami masih dalam kepungan Iblis Penagih Jiwa. Mana bisa aku melepaskan dua orang keponakanmu itu? Biarkan kami lewat dan berada seratus meter di ujung pasukan. Setelah itu dua orang keponakanmu bebas dan kami lepaskan!"

So-beng terpaksa mengikuti. Dia memberi jalan, dan ketika Pendekar Gurun Neraka memberi isyarat agar rombongannya keluar maka bertemulah pandangannya dengan Kun Houw, yang baru saja datang. Dan Kun Houw yang juga beradu pandang dengan ayahnya itu tiba tiba berdetak melihat Sin Hong malompat ke depan.

"Houw-ko (kakak Houw), sadarkah kau akan apa yang kau lakukan ini? Tahukah kau bahwa perbuatanmu ini adalah perbuatan sesat?"

"Cerewet!" Kun Houw membentak. "Kau tak perlu menggurui aku, Sin Hong. Aku tahu akan apa yang aku lakukan!"

"Kalau begitu kau semakin tersesat, Houw-ko. Kau..."

"Dia persis ibunya!" Ceng Bi tiba-tiba melengking, memotong ucapan Sin Hong. Dan belum Sin Hong mengeluarkan suara maka Ceng Bi yang terkenal galak ini sudah membentak. "Kun Houw, kau tak tahu malu membantu orang-orang jahat ini. Tapi karena ibumu adalah manusia iblis maka tak heran kalau kau menjadi iblis!" dan menyambar puteranya keluar dari kepungan Ceng Bi sudah memutus percakapan Sin Hong dan Kun Houw, ketus dan menampar muka Kun Houw yang menjadi merah padam.

Tapi Pendekar Gurun Neraka yang tersenyum pahit mencoba melunakkan kata-kata isterinya. "Kau tak dapat keuntungan bergaul dengan orang-orang macam ini, Kun Houw. Aku akan menantimu di Ta-pie san kalau kau sadar!"

Kun Houw terpukul. Dia melihat satu-persatu rombongan Pendekar Gurun Neraka keluar dari kepungan, rata-rata memandang tak senang padanya, membawa pula mayat Thian Kong Cinjin dan Bu Wi Hosiang serta orang-orang lain yang tewas. Dan ketika Pendekar Gurun Neraka melompat paling akhir di belakang barisan itu akhirnya Kui Hoa dan adiknya dibebaskan, seratus meter sesuai perjanjian. Dan begitu Pendekar Gurun Neraka mengajak rombongannya pergi maka mereka pun lenyap di balik kegelapan malam meninggalkan ribuan orang yang bengong tak dapat berbuat apa-apa ini.

* * * * * * * *

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Kun Houw telah dipanggil Ok-ciangkun. Dia melihat panglima itu duduk dengan muka merah, tampak berang. Dan Kun Houw yang maklum akan apa yang dihadapinya itu sudah menghadap panglima ini dengan pura-pura bodoh, mendengar panglima itu membentaknya kasar,

"Kun Houw, apa yang kaulakukan semalam?"

Kun Houw menenangkan hati. "Apa maksudmu, ciangkun? Kelakuan yang mana?"

Panglima itu menggebrak meja. "Kau menyerang adik seperguruanku, Kun Houw. Kau mengingkari janjimu sendiri hingga dua puteriku tertangkap!"

Kun Houw terdiam.

"Apa jawabanmu sekarang? Masihkah kamu pura-pura tak tahu?"

Kun Houw menarik napas. "Maaf, semalam aku khilaf, ciangkun. Aku lupa pada keadaanku saat itu."

"Dan kau ndombleng saja, Kun Houw. Kau menonton saja pertempuran orang-orang lain. Kau tidak bergerak atau menghalangi orang-orang yang dipimpin Pendekar Gurun Neraka itu!"

Kun Houw mengerutkan kening. "Ini tidak benar, ciungkun. Semalam aku juga menghadapi orang orang itu."

"Siapa?"

"Sin Hong."

"Dan siapa lagi?”

Kun Houw diam. Dia tak dapat menjawab karena yang dihadapi memang baru putecra Pendekar Gurun Neraka itu. Dan Okciangkun yang kembali menggebrak meja marah-marah sudah membentak pemuda ini, "Kun Houw, aku ingin kau melakukan sesuatu untuk menebus dosamu ini. Sekarang apa jawabanmu tentang kesetiaanmu kepadaku? Masihkah janji pertaruhan itu kau pegang teguh?"

Kun Houw mengangkat kepala. "Aku tetap memegangnya selama perjanjian itu masih berlaku, ciangkun. Dan apapun hukuman yang ingin kau berikan padaku maka aku akan menerimanya."

"Bagus, kalau begitu hari ini juga aku memerintahkan padamu untuk menangkap Pendekar Gurun Neraka. Kun Houw. Hidup atau mati!"

Kun Houw terkejut.

"Kau tak sanggup? Kau takut?"

Kun Houw tiba-tiba marah. "Aku tidak takut, ciangkun. Tapi berhasil atau tidak terus terang tak dapat aku menjanjikannya!"

"Tak perduli. Kalau kau tidak dapat menangkap Pendekar Gurun Neraka maka kuanggap pekerjaanmu setengah-setengah, Kun Houw. Kau sengaja membantu musuh kalau tak berhasil!"

Kun Houw panas. "Tapi menangkap Pendekar Gurun Neraka tak semudah menangkap pencuri, ciangkun. Kau sendiri tahu dan tak boleh memastikannya demikian!"

"Ah... itu alasanmu. Kun Houw. Betapapun kau harus dapat menangkap pendekar itu hidup atau mati. Kalau tidak, kuanggap janjimu kosong belaka!"

Kun Houw terbelalak. Dia menjadi marah oleh kata-kata panglima ini. tapi Kui Hoa muncul di tempat itu tiba-tiba berseru "Ayah, kau tak adil. Tak mungkin saudara Kun Houw harus menghadapi pendekar itu seorang diri!"

Panglima Ok terkejut. Kun Houw juga kaget. Dan mereka berdua yang tertegun melihat gadis ini kembali mendengar Kui Hoa berkata, membela Kun Houw, "Sebaiknya kita membuka mata melihat kenyataan ini, ayah. Bahwa Pendekar Gurun Neraka tak mungkin dihadapi dengan cara seperti itu, seorang diri. Kun Houw harus dibantu!"

Panglima Ok terbelalak. "Maksudmu"

"Maksudku Kun Houw harus ditemani seorang atau lebih untuk menjalankan perintahmu itu, ayah. Kalau tidak sama halnya kau membunuh pemuda ini lewat musuh-musuh yang kuat!"

"Kui Hoa!" Panglima Ok membentak, bangkit berdiri. "Kau hendak mengatakan bahwa ayahmu sengaja mengumpankan Kun Houw untuk dibunuh? Kau menuduh aku memakai tangan orang lain untuk melenyapkan pemuda ini?"

"Tidak." Kui Hoa menggelengkan kepalanya tegas. "Aku tidak menuduhmu begitu, ayah. Melainkan kukatakan di sini bahwa menyuruh Kun Houw seorang diri menghadapi Pendekar Gurun Neraka adalah tidak mungkin. Apalagi di sekeliling pendekar itu masih banyak terdapat anak isterinya yang lihai-lihai!" dan Kui Lin yang juga tiba-tiba muncul memasuki ruangan itu menimbrung.

"Benar, apa yang dikatakan enci Hoa memang tidak salah, ayah. Sebaiknya Kun Houw ditemani seorang atau lebih untuk melaksanakan tugasnya itu!"

Panglima Ok terhenyak. Dia melotot memandang dua orang puterinya itu, tapi Kun Houw yang tersinggung dan tersentuh harga dirinya tiba-tiba menggelengkan kepala. "Tidak, semuanya itu tak perlu bagiku, Ok-siocia. Aku tak biasa merengek minta bantuan pada orang lain. Biarlah tugas ini kulaksanakan seorang diri dan tak perlu kalian ikut campur!"

Kui Hoa terbelalak. "Jangan sombong, Kun Houw. Pendekar Gurun Neraka orang yang amat lihai dan hebat!"

"Aku tahu. Tapi tak perlu mengasihani aku, nona. Aku sanggup dan siap menjalankan tugas ini!" dan tak mau Kui Hoa membantah omongannya, tiba-tiba Kun Houw menghadapi panglima itu. "Ok-ciangkun, aku siap menebus kesalahanku. Perkenankan aku pergi." dan Kun Houw yang mengangguk memberi hormat sekonyong-konyong memutar tubuhnya dan berkelebat keluar!

Kui Hoa tertegun. Kui Lin juga terbelalak, tapi Kui Hoa yang lompat mengejar berseru, "Kun Houw, tunggu...!"

Dan Kun Kouw yang sudah dilompati kepalanya itu tiba-tiba berhenti dan mengerutkan keningnya. "Ada apa, nona?"

Kui Hoa menggigil, "Aku menyarankan sekali lagi usulku tadi, Kun Houw. Jangan sombong dan buang semua keangkuhanmu itu!"

Kun Houw menjengek. "Itu urusanku sendiri, nona. Sombong atau tidak sombong tak perlu kau nasihati!" dan Kun Houw yang mendorong lengannya ke depan tiba-tiba berkelebat di samping puteri Ok-ciangkun ini, keluar tak menghiraukan gadis baju hijau itu. Dan Kui Hoa yang mau menyusul tiba-tiba mendengar bentakan ayahnya.

"Kui Hoa, jangan bersikap tak tahu malu!" Ok-ciangkun tahu-tahu telah mencekal lengin puterinya ini, marah dan menahan lompatan Kui Hoa.

Dan Kui Hoa yang terbelalak memandang ayahnya itu tiba-tiba menangis. "Ayah, kau mau membunuh Kun Houw. Kau sengaja mengumpankan pemuda itu pada musuh!"

Ok-ciangkun melotot. Dia menampar puterinya, membuat Kui Hoa terpelanting dan bangun dengan kaki menggigil. Dan Kui Lin yang juga menyusul menolong encinya lalu menghadapi ayahnya itu dengan dada dibusungkan. "Ayah, apa yang dikata enci Hoa memang benar. Kenapa kau menamparnya?"

Ok-ciangkun terbelalak. "Siapa yang mengumpankan Kun Houw pada musuh? Kalian tahu apa tentang pemuda itu?" dan mendesis mengepal tinjunya panglima ini berkata, "Kun Houw adalah keturunan Pendekar Gurun Neraka itu, Lin-ji. Tak mungkin Pendekar Gurun Neraka membunuh puteranya sendiri. Dia anak Tok-sim Sian-li yang tewas bunuh diri!"

Kui Lin tertegun. "Tok-siin Sian-li?"

"Ya, kau kira apa, Lin-ji? Bukankah semalam kalian dengar sendiri isteri Pendekar Gurun Neraka memaki anak itu? Dia memang anak si iblis wanita Tok-sim Sian-li, hasil hubungan gelapnya dengan Pendekar Gurun Neraka!"

"Aah....!" dan Kui Lin serta Kui Hoa yang terbelalak mendengar ini tiba-tiba saling pandang dengan alis dikerutkan, teringat bentakan Ceng Bi yang memaki pemuda itu. Tapi teringat akan Ceng Liong mereka menjadi heran.

"Tapi bukankah Ceng Liong yang menjadi putera iblis betina itu, ayah?"

"Hm, Ceng Liong bukan putera iblis betina itu, Hoa-ji. Dia adalah keturunan Pouw Kwi, teman ayahmu yang dulu menjadi murid Angi-Lo-mo."

"Dan ibunya?"

"Kalian mendengar nama Bwee Li, bukan?"

"Ya"

"Dialah ibunya. Selir Yue Chang itu telah menukar Ceng Liong dan Kun Houw ketika masih bayi!"

"Ah, kalau begitu Kun Houw adalah Ceng Liong, ayah? Dan Ceng Liong sendiri, siapa dia?"

"Kun Houw memang Ceng Liong, Hoa-ji. Sedang Ceng Liong adalah Hun Kiat, Pouw Hun Kiat karena dia adalah keturunan Pouw Kwi."

Kui Lin dan kakaknya terhenyak. Mereka baru tahu itu tapi sang ayah yang tak mau banyak bicara lagi sudah melompat ke dalam dengan muka gelap, masih marah. Dan Kui Hoa yang terbelalak memandang kepergian Kun Houw tiba-tiba berbisik pada adiknya, “Lin-moi', aku akan menyusul Kun Houw. Aku akan menemani dia dari jauh...!"

Kui Lin terkejut. "Kau mau pergi, enci?"

"Ya, aku tak enak membiarkan Kun Houw menghadapi musuh sendirian, Lin moi. Aku harus membantu kalau ada apa-apa!" dan Kui Hoa yang siap meloncat tiba-tiba ditahan adiknya yang terisak gemetar.

"Enci Hoa, kau tak ingat diriku lagi? Kau mengejar pemuda yang telah menjatuhkan hatimu itu?”

Kui Hoa terkejut. "Aku, eh.... aku hanya mengkhawatirkan Kun Houw, Lin-moi. Aku merasa ayah keterlaluan dengan membiarkan pemuda itu bekerja seorang diri!”

"Dan untuk itu kau tak segan-segan meninggalkan aku, enci? Kau kira aku dapat hidup sendiri tanpa kau?"

"Ah, apa maumu. Lin-moi?"

"Aku mengikutimu pula, enci. Aku tak mau kau biarkan sendiri!"

"Tapi ayah...."

"Tak perlu kau berpura-pura, enci. Kau tahu ayah tak mungkin menghukum kita. Paling-paling dia marah dan menegur kita kalau kita melakukan kesalahan. Aku ikut!"

Kui Hoa tertegun.

"Atau kalau benar-benar kau mengkhawatirkan Kun Houw boleh kita menukar diri, enci. Aku yang akan mengikuti pemuda itu dan kau di rumah!"

"Tidak!" Kui Hoa menggeleng cepat-cepat. "Aku tak mau menukar pekerjaan ini, Lin-moi. Kalau kau mau ikut baiklah, kita berangkat sekarang!" dan Kui Hoa yang melengos menyembunyikan matanya yang basah tiba-tiba menarik adiknya melompat pergi.

Kui Lin terharu. Dia tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam hati kakaknya itu, betapa Kui Hoa mencintai dan ingin selalu berdekatan dengan Kun Houw. Cemas bahwa Kun Houw harus mencari Pendekar Gurun Neraka, menangkapnya hidup atau mati. Hal yang sesungguhnya sukar dilakukan dan terlalu berat bagi Kun Houw. Maka melihat kakaknya menangis dan diam-diam menggigit bibir akhirnya Kui Lin menjadi gemas pada murid Bu tiong-kiam itu.

Apakah Kui Houw laki-laki tak kenal perasaan orang? Apakah pemuda itu jaga tak kenal budi dan tak tahu diri? Hm, awas kau bocah. Kui Lin mengepal tinjunya. Kalau sampai ada apa-apa menimpa encinya ini ia akan mencari Kun Houw dan membuat perhitungan! Dan Kui Lin yang terharu oleh pengorbanan encinya ini lalu mengikuti kakaknya tanpa banyak cakap lagi.

Sementara di depan, Kun Houw yang sudah jauh meninggalkau kota raja juga berlari cepat mengerahkan ginkangnya. Dia langsung ke Ta-pie-san, karena di sanalah Pendekar Gurun Neraka tinggal. Tapi merasa diikuti seseorang Kun Houw mengerutkan keningnya dan berhenti di luar hutan, menunggu. Namun aneh. Orang yang disangka mengikutinya tak muncul juga, dan mengira perasaannya yang keliru Kun Houw lalu nelanjutkan perjalanannya kembali dan berlari cepat. Tapi lagi-lagi seseorang dirasa mengikutinya. Kun Houw mendengar suara-suara dibelakang.

Dan ketika dia menjadi penasaran dan ingin tahu akhirnya Kun Houw memasuki hutan dan melayang naik di atas sebuah pohon yang tinggi. Dan Kun Houw tertegun. Dia melihat Kui Hoa dan Kui Lin berkelebat di luar hutan, menyembunyikan diri mengikuti langkahnya. Dan Kun Houw yang berdebar melihat bayangan dua gadis itu tiba-tiba merjadi marah dan tidak senang. Maka, begitu keduanya memasuki hutan dan berindip-indap mencari dirinya tiba-tiba Kun Houw melayang turun dan membentak mereka.

"Apa yang kalian cari, Ok-siocia?"

Kui Hoa dan adiknya terkejut. Mereka tersentak kaget, gelagapan. Tapi Kui Lin yang mendahului bicara sudah menjawab. "Kami ingin membantumu, Houw-twako. Enci Hoa tak sampai hati membiarkan kau bekerja seorang diri!"

"Hm," Kun Houw merah mukanya. "Siapa suruh kalian membantuku? Dan siapa pula yang parlu dibantu? Aku tak butuh bantuan, nona. Sebaiknya kalian pulang saja dan kembaii ke kota raja!"

Kui Lin dan kakaknya tertampar, mereka malu, tapi Kui Lin yang marah oleh kata-kata Kun Houw sudah membentak. "Sombong, kau tak mengukur kekuatanmu sendiri, Houw twako! Mana mungkin kau mengalahkan Pendekar Gurun Neraka seorang diri? Melawan kami berdua-pun belum tentu kau menang. Tak perlu tekebur dan pongah di hadapan kami!"

Kun Houw terkejut. Dia terbelalak mendengar ucapan Kui Lin ini dan Kui Hoa yang juga terkesiap oleh kata-kata adiknya buru-buru maju ke depan. "Maaf, kami ingin membantumu setulus hati, Houw-twako. Tapi kalau kau tak suka baiklah, kami tak akan membantumu. Tapi Pendekar Gurun Neraka bukan musuhmu seorang melainkan musuh kami juga, karena kami ingin membalas kekalahan di Wu-kian!"

Kun Houw mengerutkan alis. Dia beradu pandang dengan gadis baju hijau ini, tergetar melihat Kui Hoa berkaca-kaca, rupanya terpukul oleh pernyataannya yang kasar tadi. Tapi Kui Lin yang rupanya marah terlanjur naik pitam.

"Tak perlu sungkan, enci. Kalau Kun Houw merasa gagah biarlah dia mengadu kepandaian dulu dengan kita. Coba lihat, mampukah dia mengalahkan kita untuk batu ujian apakah dia sanggup menghadapi Pendekar Gurun Neraka. Srat...!" dan Kui Lin yang sudah mencabut pedangnya tiba-tiba mendorong encinya menantang Kun Houw. "Orang she Yap, majulah. Mari kita main-main sebentar!"

Kun Houw terkejut. "Orang she Yap?"

"Ya, bukankah kau bershe Yap, manusia sombong? Kami telah tahu siapa kau dan tak perlu cerewet lagi!"

Kun Houw tertegun. Seketika dia gemetar, dan Kui Lin yang memutar-mutar pedang dengan mata berapi-api tiba-tiba membuatnya sesak napas dan marah. Tapi Kui Hoa yang terbelalak memandang adiknya tiba-tiba membentak dan merampas pedang. "Lin-moi, jangan kurang ajar....!"

Kui Lin mengelak. Dia tak mau pedangnya direbut, dan marah memandang encinya dia justeru berkata, setengah berteriak, "Tak perlu membela pemuda macam ini, cici. Dia tak berjantung dan tak kenal budi!"

"Tidak!" Kui Hoa pucat. "Tahan mulutmu, Lin-moi. Jangan memaki-maki atau kutampar mulutmu nanti!"

Kui Lin terbelalak. "Kau mau menamparku, cici? Kau, ah....!" dan Kui Lin yang membanting kakinya semakin marah tiba-tiba memaki Kun Houw tak percaya pada kata-kata encinya. "Kun Houw, kau laki-laki siluman. Kau tak tahu disayang enciku dan tak kenal budi. Kau tak berjantung dan...”

"Plak-plak!" Kui Lin tiba-tiba roboh terlempar. Kui Hoa telah menamparnya keras sekali, marah dan malu mendengar adiknya berteriak-teriak. Dan Kui Lin yang terbelalak seakan tak percaya tiba-tiba melompat bangun dan menangis. "Cici, kau... kau benar-benar menamparku?”

Kui Hoa tertegun. Sekarang dia menyesal dan sadar akan apa yang dilakukannya kepada Kui Lin, terisak dan melompat memeluk adiknya. Tapi Kui Lin yang mengibaskan lengan mengelak sudah memandang Kun Houw dengan penuh kemarahan. Melihat betapa cinta telah membuat encinya bagai orang kehilangan akal, berani menamparnya padahal seumur hidup belum pernah encinya itu berbuat seperti itu! Maka melotot dengan jari menuding ke depan Kui Lin sudah bicara,

"Lihat, buka mata dan perasaanmu baik-baik Yap Kun Houw. Tidakkah kau lihat enciku telah menamparku sedemikian rupa? Kau telah menjatuhkan hatinya tapi tak bertanggung jawab. Kau patut dibunuh. Kau tak tahu akan cinta kasih orang hingga saudara sendiri dilupakan. Haitt...!” dan Kui Lin yang menerjang dengan pedang di tangan tahu-tahu menusuk tenggorokan Kun Houw dengan ganas sekali.

Kun Houw terkejut. Dia juga tertegun oleh perbuatan Kui Hoa yang menampar adiknya tadi, perbuatan yang membuat dia terbelalak dan kaget. Maka mendengar Kui Lin melampiaskan semua kemarahan dan memakinya bagai orang yang tak punya perasaan dan cinta kasih tiba-tiba Kun Houw menggigit bibirnya dan malu setengah marah. Dan melihat Kui Hoa terbelalak memandangnya pula, mukanya merah dan pucat berganti-ganti. Tapi melihat Kui Lin telah menyerangnya dengan tusukan maut tiba-tiba Kun Houw membentak dan menangkis.

“Plak!"

Kui Lin memekik. Ia terdorong oleh pukulan itu, menjerit dan semakin marah. Dan begitu melompat maju dan melengking tinggi tiba-tiba iapun menyerang kembali dengan pedang diputar cepat, menusuk dan menikam serta membacok bertubi-tubi. Dan ketika Kun Houw harus berlompatan menghindari tiba-tiba saja Kun Houw telah didesak tak dapat membalas.

Kuu Houw bingung. Dia tak dapat berpikir harus bersikap bagaimana saat itu. Apa yang akan dilakukannya kepada Kui Lin, mencabut pedang atau berlompatan saja ke sana ke mari menghindari semua serangan lawan. Tapi ketika serangan Kui Lin semakin gencar dan beberapa kali dia tergores mata pedang akhirnya Kun Houw menggigit bibir dan membentak marah.

"Ok-siocia, tahan pedangmu. Jangan membuat aku marah!"

Kui Lin melengking meneruskan serangannya. "Apa perduliku kau marah, Kun Houw? Kalau mau marah silahkan marah. Aku tak perduli, bret...!" dan pedang Kui Lin yang kembali mengenai lengan Kun Houw akhirnya membuat Kun Houw benar-benar tak dapat menahan diri. Dia melempar tubuh bergulingan ketika gadis itu menyerangnya dengan tusukan cepat, hampir saja menggores dadanya. Dan ketika pedang mengejar dan dia melompat bangun maka saat itulah Kun Houw mengerahkan Kiam-ciangnya.

“Plak!"

Pedang Kui Lin kali ini tergetar hebat. Kui Lin terkejut, merasa lengannya kesemutan. Tapi gadis yang nekat dengan serangannya itu masih juga membalik dan membacok pinggang Kun Houw. Dan Kun Houw yang tentu saja tak mau dilukai sudah mengeerakkan Kiam-ciangnya dengan lebih kuat. Dan begitu pedang tertampar untuk kedua kalinya maka tiba-tiba saja pedang di tangan Kui Lin terlepas dan mencelat dari pegangannya.

"Trang-aih!" Kui Lin menjerit. Dia marah dan gusar melihat pedangnya terlepas dari tangan. Tapi membentak dan menggerakkan kaki tangan menyerang dia masih nekat melancarkan pukulan-pukulan tangan kosong ke arah Kun Houw, tak perduli pada keselamatan diri sendiri. Dan ketika Kun Houw membalas dan satu tepukan mengenai pundak gadis itu maka Kui Lin terlempar dan roboh terpelanting.

Tapi aneh sekali. Kui Lin seakan tak merasa tepukan di pundaknya itu, bangun kembali dan menyerang semakin kalap. Dan ketika untuk kedua kalinya Kun Houw menampar dan gadis itu terbanting lebih keras maka untuk kedua kalinya itu pula Kui Lin melompat bangun seakan tak merasa apa-apa. Kebal. Rupanya memiliki perlindungan diri yang istimewa. Dan Kun Houw yang teringat pada ayah gadis ini yang juga memiliki kekebalan aneh segera teringat akan Hiat-lek kim-ciong ko yang luar biasa itu, yang tak mempan senjata tajam. kecuali Pedang Medali Naga!

Dan Kun Houw yang tentu saja mengerutkan alis melihat kekebalan gadis itu segera menjadi bingung untuk menentukan sikap. Haruskah dia mencabut pedang? Melukai dan mungkin mencelakai gadis ini? Tidak. Kun Houw tak dapat melakukannya dan karena dia bingung melayani Kui Lin akhirnya Kun Houw mendapat satu tendangan keras yang membuat dia terkejut. Kun Houw terlempar, dan ketika Kui Lin yang kalap menyerangnya kembali dengan pukulan bersinar putih (Gin kong jiu) tiba-tiba Kun Houw mencelat dan terbanting muntahkan darah!

“Dess!"

Kui Lin terbelalak. Sekarang ia menghentikan serangannya, dan Kui Hoa yang menjerit dan berkelebat ke depan tahu-tahu menolong Kun Houw dengan seruan gemetar, "Houw-ko, kau terluka?"

Kui Lin tertegun. Ia melihat kakaknya itu sudah mengeluarkan saputangan, mengusap darah di mulut Kun Houw dengan jari-jari menggigil, terisak dan membangunkan Kun Houw dengan muka pucat. Dan Kun Houw sendiri yang tertegun melihat pertolongan ini tiba-tiba tergetar dan mengeluh melihat pandang mata Kui Hoa yang demikian penuh getaran mujijat, tak kuat dan memejamkan mata oleh cahaya cinta kasih yang tak dapat disembunyikan lagi oleh gadis itu, pandangan yang didorong oleh rasa cemas dan kaget. Dan ketika Kui Hoa mengusap pula keringat di mukanya tibatiba Kui Lin melengking dan memutar tubuh meninggalkan mereka berdua.

"Enci, Kun Houw bukan manusia baik-baik. Dia tak berjantung dan tak berperasaan...!”

Kui Hoa menggigit bibir. Dia sekarang melepaskan Kun Houw, mengambil sebutir obat dan memasukkannya ke mulut Kun Houw. Dan gugup melihat Kun Houw memandang semua perbuatannya tiba-tiba Kui Hoa memutar tubuh dan terisak menyusul adiknya. "Houw-ko, kau pergiIah. Kami tak akan membuntuti!"

Kun Houw bengong. Dia melihat bibir yaag pucat itu tampaknya mau banyak bicara, bergerak-gerak tapi akhirnya digigit kuat-kuat. Dan mendengar Kui Lin memakinya sebagai manusia tak berjantung dan tak berperasaan tiba-tiba Kun Houw terpukul dan mengejar gadis ini.

"Hoa-moi, tunggu...!" dan Kun Houw yang sudah melewati kepala Kui Hoa tahu-tahu menghadang dengan tubuh bergoyang, memandang gadis itu denpan kening berkerut-kerut. Lalu tak tahan oleh semuanya itu Kun Houw sudah berkata serak, “Kau... kau boleh ikut. Hoa-moi. Aku tak melarang kalau kalian bersungguh-sungguh...!”

Kui Hoa terhenyak. Dia tertegun, tapi menggeleng kepala tibatiba gadis ini melompat meninggalkan Kun Houw, air matanya bercucuran. Tidak... tidak. Houw-ko. Kami tak mau ikut kalau kau sekedar terpaksa!"

Kun Houw terkejut. "Tidak, aku tidak merasa terpaksa, Hoa-moi. Aku bahkan girang kau suka menyertai perjalananku. Aku. ah...." dan Kun Houw yang terpaksa mengejar Kui Hoa tiba-tiba menangkap dan mencengkeram gadis itu, menekan kedua pundaknya dengan kuat namun lembut. Lalu gugup dan menggigil memandang Kui Hoa pemuda ini sudah merintih dengan suara gemetar, "Hoa-moi, kau maafkanlah semua kekasaranku. Aku.... aku tidak bersungguh-suugguh untuk menyakiti perasaan orang yang kucinta...!"

Kui Hoa tersentak, membelalakkan matanya. "Apa... apa, Houw-ko?"

"Aku... aku...” Kun Houw menangis. "Aku sengaja menekan semua perasaanku kepadamu, Hoa-moi. Aku tak ingin kalau cintaku hanya membuatmu sengsara seumur hidup. Aku, ah....!' dan Kun Houw yang melepaskan diri memeluk sebatang pohon tiba-tiba mengguguk dengan pundak berguncang-guncang, tak kuat lagi untuk meneruskan kata-katanya itu. Teringat bahwa dia banyak menyimpan dendam dan api permusuhan kepada orang-orang jahat, termasuk So-beng, paman gadis itu! Dan Kui Hoa yang tertegun oleh tangis Kun Houw yang demikian menyayat tiba-tiba menghampiri dan ikut menangis pula.

"Houw-ko, apa sebenarnya yang kau maksud?"

Kun Houw mengguguk. "Permusuhan yang mungkin melibatkan kita dalam hubungan yang tidak menyenangkan, Hoa-moi. Bahwa aku mempunyai banyak musuh yang telah membunuh guruku!”

"Hm, dan termasuk di antaranya adalah pamanku itu, Houwko?"

"Ya, dan banyak orang-orang lainnya lagi, Hoa-moi. Betapa aku terlibat dendam dan sakit hati yang harus kubalas!” dan Kun Houw yang kembali terhimpit oleh segala-kekecewaan itu lalu menangis dengan suara ditahan-tahan, menggigit bibirnya sampai pecah berdarah. Dan Kui Hoa yang menghela napas melihat keadaan itu tiba-tiba mengusap air mata Kun Houw dengan air mata bercucuran pula.

"Houw-ko...” suara Kui Hoa gemetar. "Haruskah persoalan dengan orang lain kau libatkan kepadaku pula? Haruskah cinta dikalahkan untuk segelintir perbuatan orang-orang tak bertanggung jawab?"

Kun Houw terbelalak "Maksudmu?"

Kui Hoa menahan isak. “Aku minta kau memisahkan dua kejadian ini Houw-ko. Bahwa cinta tak seharusnya kau kaitkan dengan perbuatan orang lain. Biarpun So-beng adalah pamanku sendiri!"

“Ah, kau..."

"Ya, aku tak akan membela orang yang salah, Houw-ko. Kalau pamanku berdosa tentu kelak dia akan menerima hukumannya. Tak perlu mengikutsertakan aku. Aku bukan dia!”

"Tapi So-beng adalah pamanmu, Hoa-moi. Mana mungkin kau diam saja? Bukankah...."

"Sudahlah, aku ingin kita menyerahkan semuanya ini pada Yang Maha Kuasa, Houw-ko. Bukankah kejahatan pasti akan menemui hukumannya di saat terakhir? Dan aku percaya itu. Pamanku tentu menemui hukumannya kalau dia bersalah!"

“Tapi bagainaana kalau hukuman itu lewat tanganku Hoa moi? Bukankah kau akan membalas?"

Kui Hoa menggoyang kepalama, pucat. "Tidak, aku tak percaya hal itu, Houw-ko. Dan kalaupun terjadi mungkin akan membiarkannya karena dia telah membunuh gurumu!" dan Kui Hoa yang tiba-tiba menangis di pelukan Kun Houw lalu berbisik, "Houw ko. Bagaimana kalau seandainya kesalahan pamanku itu kau ampuni? Bukankah ini tak akan merusak hubungan kita?"

Kun Houw tertegun. Dia telah mendengar jawaban Kui Hoa yang tak akan membalas padanya bila Iblis Penagih Jiwa itu berhasil dia bunuh. Satu jawaban yang dinilai berani dan radikal. Semata agar cinta di antara mereka tetap bertahan, terjalin utuh. Dan Kun Houw yang balik ditanya bagaimana kalau dia mengampuni Iblis Penagih Jiwa itu tiba-tiba mengeluh dan menutupi mukanya dengan bingung.

"Bagaimana Houw-ko? Kau tak dapat melakukannya?”

Kun Houw membuka mata. "Aku tak tahu... aku belum dapat menjawabnya, Hoa-moi. Tapi mungkin saja tidak!"

"Kenapa?"

"Karena dia terlalu kejam, Hoa-moi. Dia keji dan telengas sekali menghadapi orang lain!”

Kui Hoa terisak. "Aku tahu. Aku memang mendengar sepak terjang pamanku yang ganas itu, Houw-ko. Tapi kudengar kabar bahwa perbuatannya itupun dikarenakan dendam yang setinggi langit. Dendam yang selama ini katanya belum terlampiaskan dan membuatnya semakin menjadi-jadi!”

Kun Houw terbelalak "Siapa yang bilang?"

"Ayah...!"

"Persoalan apa? Dendam kepada siapa?"

“Tak begitu jelas. Houw-ko. Tapi katanya terutama pada ayahmu itu, Pendekar Gurun Neraka. Dan juga akibat cemburu!"

"Apa, cemburu?"

"Ya, begitu kudengar sepintas, Houw-ko. Tapi cemburu kepada siapa dan apa pula yang dimaksudkannya itu aku tak tahu!"

Kun Houw mendelong. Dia tiba-tiba teringat kata-kata Hok Sim Cinjin, itu ketua Tee-kong-bio yang dulu membunuh diri saking takutnya pada Iblis Penagih Jiwa ini, sepuluh tahun lewat saat dia menanyakan alamat Pendekar Gurun Neraka. Dan Hok Sim Cinjin yang juga menyatakan Iblis Penagih Jiwa itu menaruh dendam kesumat pada seseorang tiba-tiba membuat dia ingin tahu lebih lanjut tentang iblis yang selalu mengenakan kedok ini. Siapa dia? Bagaimana rupanya?

"Hoa-moi" Kun Houw akhirnya bertanya. “Siapa sebenarnya pamanmu itu? Apakah dia adik kandung ayahmu?"

"Tidak. Ayah tak mempunyai adik laki-laki Houw-ko. So-beng adalah sute ayah dari hubungan kakak beradik seperguruan.”

"Dan kau pernah melihat wajahnya?"

Kui Hoa menggeleng.

"Lalu kau tak curiga akan keanehan pamanmu ini?"

"Hm." Kui Hoa akhirnya menarik napas. "Aku dan Kui Lin memang menaruh perasaan curiga, Houw-ko. Tapi tak ada kesempatan untuk bertanya tentang itu jadi aku tak tahu. Kenapakah?”

"Tidak, tak apa-apa. Hanya aku.." Kun Houw menghentikan kata-katanya, mendengar jerit Kui Lin di kejauhan sana. Dan terkejut merarik lengan Kui Hoa tiba-tiba Kun Houw berseru, '"Hoa-moi, adikmu...!" dan Kun Houw yang terbang menyambar Kui Hoa tahu-tahu melejit dan berkelebat ke timur, menuju ke asal suara dari mana Kui Lin merjerit. Dan begitu tiba di tempat ini sekonyong-konyong keduanya tertegun.

"Lin-moi..!" Kui Hoa memekik, melihat Kui Lin dikepung ratusan ular yang mendesis-desis, naik turun dan saling mendahului menyerbu gadis itu. Dan Kui Hoa yang marah tiba-tiba mencabut pedangnya dan meloncat ke depan menikam ular-ular ini.

"Lin-moi, lompat ke atas. Tarik ujung pohon itu...!"

Namun Kui Lin menggigil. Dia tak dapat bergerak, berdiri kaku dengan muka pucat. Dan Kun Houw yang melihat gadis itu terbelalak memandang ratusan ular ini tiba-tiba sadar bahwa Kui Lin tertotok. Maka berjungkir balik membantu Kui Hoa tiba-tiba Kun Houw berseru keras menyambar pohon di atas kepala Kui Lin. Lalu membentak dan membebaskan gadis ini dari totokan yang membuatnya kaku, sekonyong-konyong Kun Houw sudah mencengkeram dan melempar gadis itu pada kakaknya.

"Hoa-moi, tangkap....!"

Kui Hoa menyambut. Dia melihat adiknya bergerak kembali, berjungkir balik di udara akibat lemparan Kun Houw. Dan begitu Kui Lin ditangkap kakaknya maka gadis ini berteriak marah dan menginjak-injak hancur belasan ular yang mendekati dirinya.

"Enci Hoa, seseorang menyerangku secara gelap. Dia mengerahkan ular-ular ini!"

Kui Hoa terkejut. Dia melihat Kun Houw sudah berjungkir balik keluar dari kepungan yang tampaknya sepele ini, jijik dan ngeri memandang tubuh yang bulat-bulat panjang itu, yang merayap dan masih mengejar mereka. Dan marah bahwa di antaranya berani mendekat dan membuka mulut, tiba-tiba Kui Hoa menggerakkan pedangnya membacok ular-ular itu.

"Tas tass!' darah menyemprot keluar. Kui Hoa membabat tujuh ekor ular yang tampaknya berbisa, melihat yang lain mundur dan menegakkan kepala, mendesis-desis, rupanya tak kuat melihat teman mereka terbunuh. Dan Kun Houw yang mendengar seruan Kui Lin tadi sudah bertanya,

"Siapa yang menyerangmu secara gelap, adik Lin? Di mana orangnya?"

Kui Lin tak menjawab. Dia rupanya masih marah pada Kun Houw, tapi kaetika kakaknya bertanya diapun melompat ke barat.

"Aku tak tahu enci. Tapi bayangannya menunjukkan seorang pemuda. Kusangka dia...!” Kui Lin melengos ke arah Kun Houw, tak berterima kasih bahwa pemuda itu telah menyelamatkannya.

Dan Kui Hoa yang tertegun oleh sikap adiknya ini tiba-tiba menyentuh lengan Kun Houw. "Maaf, Kui Lin memang kurang ajar. Houw-ko. Biarlah kutegur dia nanti!” dan Kui Hoa yang ganti menyambar lengan Kun Houw tahu-tahu mengajak pemuda itu mengejar adiknya.

Tapi tak ada apa-apa di tempat baru itu. Kui Lin hanya memutar mutar dan mencari-cari orang yang menyerangnya tadi, bayangan seorang pemuda, memekik dan memaki kalang-kabut tapi karena tak ada siapapun kecuali mereka bertiga akhirnya Kui Hoa mendekati adiknya ini.

"Lin-moi, kita pergi. Tak ada siapa pun di tempat ini."

"Tapi aku penasaran, enci. Aku mendengar dia tadi tertawa dan mengejekku dari jauh...!”

"Tapi sekarang tak ada siapa pun, Lin moi. Hanya kita bertiga yang ada di tempat ini.”

"Baiklah," dan Kui Lin yang cemberut memandang encinya bertanya, “Kita pulang ke kotaraja?”

"Tidak," Kui Hoa melirik Kun Houw. "Kita pergi bersama Houw-ko, Lin-moi. Dia mengijinkan kita mencari musuh bersama."

"Hm. kalau terpaksa untuk apa, enci? sebaiknya pulang saja ke kota raja dan biarkan dia sendiri."

Kun Houw melangkah maju, tersenyum pahit. "Lin-moi, aku tidak merasa terpaksa untuk mengajak kalian. Aku tidak mengijinkan, justru meminta!"

Kui Lin masih mendongkol. Dia kurang percaya, tapi setelah encinya membujuk halus barulah gadis ini mau dan berangkat bertiga. Mula-mula diam, tak banyak bicara. Tapi setelah melihat Kun Houw bersikap baik padanya dan encinya juga mendapat perlakuan "istimewa" barulah Kui Lin percaya dan mulai tertawa.

Dia melihat Kun Houw tak bersikap dingin lagi pada encinya itu. Hal yang membuat dia girang. Dan ketika mereka berdua sering mencuri pandang akhirnya Kui Lin malah menggoda. Perjalanan menjadi riang, dan begitu mereka tertawa-tawa maka perjalanan itu seolah tamasya saja. Bukan perjalanan untuk mencari musuh!

* * * * * * * *

Siang itu mereka tiba di Ta-pie-san. Kun Houw tiba-tiba mengerutkan kening, berdebar dan melupakan gurauan sepanjang jalan, menghentikan percakapan. Dan Kui Lin yang juga tiba-tiba tegang menarik pembicaraannya dari hal-hal yang tidak perlu.

"Houw-ko, bagaimana sekarang?"

"Kita terus ke atas, Lin-moi. Atau kalian tunggu saja aku di bawah."

“Tidak." Kui Hoa menggeleng. "Kita datang bersama, Houw-ko. Sebiknya bersama pula kita ke atas. Mari!”

Tapi Kui Lin yang mempunyai pikiran sendiri tiba-tiba berkata, "Enci Hoa, sebaiknya aku mendaki dulu ke atas. Kalian meuyusul belakangan. Aku ingin melihat apakah di depan aman atau tidak!" dan tidak meminta persetujuan dua orang temannya tahu-tahu Kai Lin berkelebat dan mendaki gunung.

"Lin-moi....!"

Tapi Kui Lin yang terus mengerahkan ginkangnya sudah berlari cepat tak perduli. Ia hanya memberi isyarat agar encinya menunggu, dan begitu tubuhnya lenyap di atas Kui Hoa pun menjadi gelisah.

"Houw-ko, mari kita susul!"

Kun Houw mengangguk. Dia juga kurang setuju akan tindakan Kui Lin itu, tapi ketika mereka tiba di atas tiba-tiba mereka tertegun. Ada dua jalur yarg menyimpang diatas sini. Satu ke kiri sedang lainnya ke kanan. Ke mana Kui Lin pergi? Ke kanankah? Atau ke kiri?

Kun Houw bingung. "Sialan, ke mana kira-kira adikmu mengambil jalan, Hoa-moi?"

Kui Hoa juga bingung. "Tak tahu, Houw-ko. Tapi coba-coba kita mengambil jalan ke kanan itu. Mari...!" dan Kui Hoa yang sudah menyambar lengan Kun Houw lalu mengajak pemuda itu mengambil arah secara untung-untungan.

Tapi bayangan Kui Lin tak nampak. Mereka sudah berada di pinggang gunung ketika mencari cari. Dan karena puncak sudah dekat dan Kui Lin tentu juga ke sana akhirnya Kun Houw meneruskan perjalanan menenangkan pikiran Kui Hoa.

"Adikmu tentu ke atas juga, Hoa-moi. Sebaiknya tak perlu khawatir berlebih-lebihan."

"Ya." Kui Hoa mengangguk. "Tapi kuanggap ia ceroboh, Houw-ko. Bagaimana kalau ia tersesat?"

"Ah, betapapun ia bukan anak kecil. Hoa-moi. Kalaupun tersesat tentu ia dapat keluar dengan selamat. Adikmu memiliki kepandaian cukup."

Kui Hoa tenang Ia dapat menerima kata-kata itu, dan mereka berdua yang mendaki ke atas akhirnya meneruskan perjalanan dengan tidak banyak khawatir. Tapi, benarkah Kui Lin mengambil jalan yang mereka lalui? Ternyata tidak. Karena kalau Kui Hoa mengambil jalan sebelah kanan adalah Kui Lin mengambil jalan sebelah kiri! Gadis ini juga bingung ketika melihat dua jalan di persimpangan itu. Tapi karena menganggap keduanya tentu menuju puncak, maka ia pun sembrono saja dengan mengambil jalan sesukanya, jalan di sebelah kiri yang memang mendaki dan terus ke atas.

Tapi ketika Kui Lin tersesat menghadapi jalan buntu karena di depannya adalah sebuah jurang yang menganga lebar mendadak gadis ini tertegun, menaksir tak mungkin ia melompati jurang selebar itu. Dan sementara dia tertegun bingung tiba-tiba dilihatnya seorang pemuda tiduran di bawah sebating pohon. Seorang pemuda yang menutupi mukanya dengan saputangan putih.

"Hei...!" Kui Lin menghampiri, "Kemanakah jalan menuju puncak?"

Pemuda di depan diam saja. Dia rupanya tertidur benar, terbuai ke alam mimpi. Dan Kui Lin yang mendongkol kembali membentak dengan suara lebih keras, "Hei, mana jalan menuju puncak?"

Pemuda itu menguap. Dia rupanya bangun, terbukti menggerakkan badan. Tapi gerakan yang langsung diteruskan memutar pinggang ini ternyata hanya merobah posisinya untuk tidur lebih enak, melingkar bagai ular!

Dan Kui Lin yang tak tahan tiba-tiba menendang pantat orang merasa dipermainkan. "Hei, bangun dulu. Aku bertanya padamu...!"

Pemuda itu mencelat. Seketika dia geragapan, menubruk pohon dan terlepas saputangannya, membuka mata lebar-lebar. Dan begitu melompat bangun memandang Kui Lin tiba-tiba Kui Lin terkejut dan berseru tertahan. “Kau...?"

Kui Lin tiba-tiba mencabut pedangnya. Dia melihat pemuda itu bukan lain adalah Sin Hong, putera pendekar Gurun Neraka! Dan Kui Lin yang membentak keras tahu-tahu menerjang dengan penuh kemarahan, menikam leher lawannya itu. "Siluman jahat, terimalah kematianmu...!"

Sin Hong tertawa. Dia memang pura-pura tidur tadi, tahu bahwa Kui Lin bertanya dan mengira dia terbuai mimpi, terkejut dan heran bagainana puteri Ok-ciangkun ini dapat datang ke tempatnya. Seorang diri! Dan melihat pedang menusuk lehernya dengan ganas diapun mengejek dengan mulut mencibir.

"Ok-siocia, selamat datang. Tapi kedatanganmu kurang ajar, plak....!" dan Sin Hong yang sudah menangkis pedang Kui Lin membuat pedang mental dan Kui Lin memekik, marah dan kembali menyerang dengan tusukan dan bacokan. Tapi Sin Hong yang sudah berlompatan ke sana ke mari mengejek gadis ini dengan tawanya yang menyakitkan, mengelak semua serangan gadis itu hingga Kui Lin naik pitam. Dan ketika Sin Hong terkekeh dan semua serangan pedangnya luput tiba-tiba Kui Lin membentak dan mengayunkan pukulan Gin-kong-jiunya dengan tangan kiri.

"Ha-ha. Boleh kau keluarkan semua kepandaianmu, nona. Tambah lagi dengan Toh-hwe-ji yang kabarnya dimiliki pamanmu itu!"

Kui Lin melengking. Dia terus menyerang dan menjadi kalap, berkelebat cepat mengerahkan ginkangnya pula. Dan ketika Ginkong jiu membantu permainan pedangnya tiba-tiba Sin Hong dapat didesak dan mundur-mundur, memuji kehebatan ilmu silatnya tapi belum sekalipun juga terkena pukulannya! Dan Kui Lin yang tentu saja marah tiba-tiba girang ketika melihat lawan mundur-mundur di belakang jurang, agaknya lupa bahwa di belakang sana tak ada terapat berpijak. Dan ketika satu saat Sin Hong melompat jauh menghindari tusukan pedangnya sekonyong-konyong pemuda itu terjeblos ke bawah dan... jatuh di dalam jurang.

"Hei....!" Kui Lia bersorak. Dia melihat Sin Hong terjungkal, berteriak dan terguling ke bawah, menggapaikan lengan terbelalak kepadanya. Tapi Kui Lin yang tentu saja tak sudi menolong sudah melihat Sin Hong lenyap meluncur ke bawah, mendengar seruan keras di dulam jurang dan tak melihat lagi bayangan pemuda itu, menganggap lawan tewas dengan cara konyol.

Tapi ketika Kui Lin menyimpan pedang dan siap membalikkan tubuh tiba-tiba terdengar suara ketawa dan Sin Hong muncul di bibir jurang, merayap bagai seekor cecak. Dan begitu melenting dengan melempar kaki ke belakang mirip seekor kalajengking tahu-tahu Sin Hong telah berada di depannya tak kurang suatu apa.

"Aih, kau kejam, nona. Melihat orang terjungkal kenapa diam saja? Kau kira jurang ini tak dalam?"

Kui Lin tertegun. Dia tak mengira kalau lawannya itu dapat keluar dengan cara demikian mudah. Sadar bahwa putera Pendekar Gurun Neraka ini memang lihai, hebat sekali. Dan kaget serta sadar Sin Hong mempermainkan dirinya, tiba-tiba Kui Lin memekik dan kembali menyerang, mencabut pedangnya. "Orang she Yap, kau benar-benar siluman, singg...!"

Sin Hong tertawa. Dia memang telah mempergunakan ilmunya merayap di dinding itu, ilmu yang membuat telapaknya lekat di dinding jurang, ilmu cecak. Dan melihat Kui Lin menyerang kembali dengan marah-marah diapun mengelak dan berlompatan ke sana-sini. "Ok-siocia, sebaiknya kau menyerah saja. Ingat, dulupun kau telah kutangkap!"

Kui Lin memekik. Dia menjadi gusar dan malu oleh kata-kata ini, ejekan yang membuat dia seumur hidup tak dapat melupakan kejadian itu, karena sesungguhnya Sin Hong inilah yang dulu merobohkannya di Wu-kian, tertawan bersama kakaknya yang tertangkap oleh Pendekar Gurun Neraka, yang cerdik menawan mereka berdua! Dan Kui Lin yang tentu saja marah oleh ucapan Sin Hong sudah menyerang ganas dengan tusukan pedang maupun pukulan Gin-kong-jiu-nya.

Tapi Sin Hong terlampau lihai. Pemuda ini dalah putera Pendekar Gurun Neraka yang terkenal, juga murid si Naga Bongkok yang hebat. Ditambah lagi dengan sinkang mujijatnya yang didapat dari Bu-beng Sian-su, yang membuat dorongannya selalu mementalkan pedang Kui Lin, bahkan menolak balik Gin-kong-jiu yang dilancarkan gadis itu.

Maka ketika bertubi-tubi serangan Kui Lin luput semua, mendadak Kui Lin melakukan jurus Melontar Pedang Menghantam Bukit, menimpukkan pedangnya sementara dengan tangan kosong dia menghantam sekuat tenaga mendorong dada Sin Hong, melakukan pukulan Gin-kong-jiu sekuat tenaga. Dan Sin Hong yang tentu saja terbelalak oleh serangan ini segera mengerahkan sinkangnya dan balas mendorong.

“Plak-dess…!"

Pedang Kui Lin runtuh. Senjata yang ditimpukkan ke dada lawannya itu bertemu kulit yang atos, tak mampu melukai Sin Hong dan jatuh sia-sia. Sementara pukulan Kui Lin yang dilakukan dengan kedua tangan didorong ke depan bertemu hawa pukulan Sin Hong yang jauh lebih kuat, menolak balik dan langsung menghantam Kui Lin sendiri. Dan Kui Lin yang tentu saja kaget oleh pukulannya yang membalik ini tiba-tiba meloncat tinggi dan berjungkir balik di udara, menghindari pukulannya sendiri yang ganti menghantam tanah, meledak dan menumbangkan sebatang pohon di belakangnya.

Tapi Kui Lin yang terpekik memandang ke bawah tiba-tiba tersirap darahnya dan kaget bukan main, melihat bahwa dia melayang turun bukan di atas tanah melainkan di jurang yang menganga itu, terlampau jauh berjungkir balik. Dan Kui Lin yang mencelos dengan muka pucat tiba-tiba tanpa sadar menjerit pada Sin Hoag! "Sin Hong, tolong....!"

Sin Hong terkejut. Dia melihat Kui Lin terlampau ke tengah, jauh di bibir jurang. Dan Sin Hong yang tiba-tiba tidak berpikir panjang lagi sudah membentak dan melesat ke depan. Gerakannya bagai setan terbang, atau burung garuda menyambar. Dan begitu berjumpalitan mengayun tubuh tahu-tahu Sin Hong telah mendahului terjun dan berada di bawah Kui Lin, yang juga meluncur ke bawah, terbelalak memandang Sin Hong yang sudah menangkap kakinya. Dan begitu membentak serta meneruskan ayunannya Sin Hong melompat berjungkir balik menuju seberang.

Tapi celaka, Kui Lin yang tertangkap itu memberi beban tambahan pada Sin Hong, menjadikan gerakannya kurang lincah dan berat, hampir mencapai jurang sebelah sana namun gagal, kurang setombak. Dan mereka berdua yang kembali meluncur dan terjeblos ke bawah sudah membuat Kui Lin terpelik dan kembali menjerit.

"Sin Hong...!"

Namun Sin Hong bersikap tenang. Dia benar-benar lihai dan patut menjadi putera Pendekar Gurun Neraka yang hebat, tak gugup dan sejenak terbelalak oleh kegagalannya tadi, melihat betapa mereka meluncur ke bawah dengan cepat. Tapi Sin Hong yang melihat sebatang akar terjulur panjang tiba-tiba menyambar akar ini dengan cepat. Tangannya yang kuat dan kokoh sudah meraih dengan sigap, tersentak dan membuat keduanya terguncang di udara, tiba-tiba berhenti, tertahan oleh sulur di dinding jurang ini. Dan begitu Sin Hong membentak dan mengayun tubuhnya tahu-tahu mereka pun sudah hinggap di dinding jurang itu, di tengah-tengah, cukup dalam, melepas sulur dan melekat seperti cecak.

"Plak!"

Kui Lin tertegun. Dia kagum bukan main oleh kehebatan putera Pendekar Gurun Neraka ini, terlongong dan sejanak bersyukur bahwa mereka selamat, ngeri memandang ke bawah ke dalam jurang yang demikian tinggi, duduk dipundak Sin Hong dengan perasaan tergetar. Tapi begitu ingat Sin Hong adalah musuh tiba-tiba Kui Lin membentak dan mencengkeram rambut lawannya ini dengan sikap marah. "Sin Hong, jiwamu sekarang ada di tanganku. Apa katamu sekarang, manusia sombong?"

Sin Hong tertawa. "Aku tidak berkata apa-apa, nona. Tapi bilakah kau keluar sendiri? Punyakah kau ilmu merayap seperti yang ku miliki?”

Kui Lin tertegun. "Keparat, Kau mengancamku, Sin Hong?"

"Eh." Sin liong kembali tertawa. "Siapa yang mengancammu, nona? Bukankah sekarang ini justeru kau yang mengancamku? lihat, jarimu telah menyentuh ubun-ubun kepalaku. Sekali totok tentu aku mampus!”

"Dan kau tak takut mampus?"

"Wah!" Sin Hong tertawa lebar. "Untuk apa takut mampus, nona? Apalagi mampus disertai gadis cantik, tentu nikmat!”

"Setan...!" Kui Lin memekik. "Kau kurang ajar, Sin Hong. Kau tak tahu aturan. Kau, ah..." dan Kui Lin yang menampar Sin Hong tahu-tahu disambut teriakan kecil ketika Sin Hong melepaskan tangannya, melorot di dinding jurang itu, siap meluncur ke bawah. Tapi Sin Hong yang sengaja main-main sudah melekatkan kembali dua telapaknya di dinding jurang, tertawa melihat Kui Lin pucat.

"Bagaimana, nona? Kau masih mau memukulku lagi? Awas, aku tak tanggung kalau peganganku lepas. Kau tentu menyusul arwahku kalau aku jatuh!"

Kui Lin gemetar. Dia terpaksa berpegangan erat-erat di pundak Sin Hong, kakinya dingin membuat Sin Hong tertawa di dalam hati. Dan Kui Lin yang menggigil dengan muka pucat sudah berkata, "Tidak... tidak, Sin Hong, Aku tak akan memukulmu lagi. Ayo naiklah!"

"Wah, aku seperti kuda tunggangan, nona? Dan nanti kau akan membunuhku pula?"

Kui Lin gugup. “Tidak, eh... sudahlah. Cepat naik, Sin Hong. Aku ngeri. Aku.... aku tidak akan mambunuhmu!”

"Kau janji?"

"Ya, aku jinji!”

"Dan hanya itu saja janjimu?"

Kui Lin terbelalak. "Apa lagi yang kau minta?"

Sin Hong tertawa. "Aku minta upah untuk pekerjaan ini, nona. Hitung-hitung sebagai pengganti tanganku yang pegal-pegal."

"Kau minta berapa? Seribu tail? Dua ribu tail?"

"Wah, untuk apa uang, nona? Aku minta yang lain. Aku tak butuh uang!"

Kui Lin tertegun. "Kalau begitu apa?"

Sin Hong menahan senyumnya. “Tak dapat kusebutkan di sini. nona. Nanti saja kalau kita tiba di atas. Kau mau?"

Kui Lin terdesak, merasa kalah posisi. "Baiklah, kau cukup cerewet, Sin Hong. Sekarang naiklah dan cepat keluarkan aku dari sini!" Kui Lin menggigit bibir, diam-diam marah dan gemas pada Sin Hong yang diketahuinya sengaja menggodanya. Dan Sio Hong yang tertawa penuh kemenangan akhirnya mengangguk.

"Bagus, kalau begitu berpeganglah erat-erat pada kedua pundakku, nona. Awas kita mulai!" dan Sin Hong yang merayap ke atas akhirnya mulai "berjalan" seperti cecak menepuk dan setiap kali melekatkan telapaknya pada dinding jurang. Dan ketika perlahan namun pasti pemuda ini merayap naik maka Kui Lin terbelalak dan diam-diam kagum bukan main, mengakui kehebatan pemuda itu yang tak dapat dilakukannya. Dan ketika beberapa saat kemudian mulut jurang mulai terlihat tiba-tiba Kui Lin mengeluh girang dan berteriak,

"Kita hampir sampai...!"

Namun Sin Hong mendadak berhenti. Dia membuat Kui Lin terkejut dan heran, menghentikan seruannya dan memandang pemuda itu. Dan Kui Lin. yang marah tiba-tiba menegur, "Ada apa, Sin Hong Kenapa berhenti?"

Sin Hon tertawa. "Aku capek, nona. Ingin beristirahat sebentar."

"Bohong! Napasmu tidak ngos-ngosan, Sin Hong, kenapa menipu?"

"Wah, kau memperhatikan jalan napasku? Kau mendengar pula kedua lenganku yang menjerit-jerit kelelahan?"

"Jangan main-main. Aku tahu kau berpura pura saja, Sin Hong. Ayo lekas naik agar kita segera sampai!"

"Hm, dan kemudian kau membunuhku di atas sana? Bagaimana kalau kau tidak menepati janji?"

"Keparat!" Kui Lin marah. "Kaukira aku manusia yang suka menjilat ludah sendiri, Sin Hong? Kau tak percaya padaku?” Kui Lin sudah siap menampar, merah pipinya dan mangar-mangar memandang Sin Hong. Dan Sin Hong yang melihat gerakan tangan itu tiba-tiba menggoda dan sengaja melorot turun.

"Hei....!" Kui Lin terpekik, kaget oleh gerakan ini. Tapi Sin Hong yang sudah melekatkan tangannya kembali sudah tertawa memauaskan hati.

"Tanganku kaget melihat kau siap menampar lagi, nona. Kalau kau main-main atau sengaja menakuti aku lagi jangan salahkan kalau kita merosot ke tempat semula!"

"Tidak... !" Kui Lin gemetar. "Jangan lakukan itu, Sin Hong. Cepat naik dan angkatlah aku ke atas. Mulut jurang tinggal sepuluh tombak lagi!"

"Dan kau tak akan merobah janjimu?"

"Tidak. Aku tak akan menarik janjiku, Sin Hong. Kalau tidak percaya boleh kau lempar aku ke dalam jurang!"

Dan Sin Hong yang tertawa mendengar ini akhirnya mengangguk dan merayap kembali. Tapi tidak seperti tadi, kali ini Sin Hong ayal-ayalan dan sengaja memperlambat jalannya perdakian. Ingin mengguncang perasaan lawan dan membuat Kui Lin menahan-nahan kemarahan, sengaja menggoda dan membuat Kui Lin menangis. Marah dan juga gemas. Dan ketika beberapa saat kemudian bibir jurang sudah mereka gapai dan keduanya melompat keluar maka yang pertama kali dilakukan Kui Lin adalah... menggaplok pemuda ini.

"Sin Hong, kau pemuda kurang ajar. Sengaja main-main untuk menggodaku berlama-lama.... plak-plak!"

Sin Hong terpelanting. Dia terbelalak dan…

Halaman 56 – 57 hilang

pedang dengan tangan telanjang. Dan ketika beberapa saat kemudian Kui Lin didesak mundur-mundur dan terjepit oleh pukulan Sin Hong yang banyak menggunakan tenaga saktinya tiba-tiba pedang di tangan Kui Lin mencelat, terlepas oleh pukulan Sin Hong yang kuat. Dan ketika Sin Hong menendang gadis itu mengenai lututnya tiba-tiba, Kui Lin mendeprok dan mengeluh roboh!

"Aduh...!"

Sin Hong tertawa. Dia langsung membuat gadis itu tak berdaya dengan totokannya, melihat Kui Lin melotot dan memaki. Tapi begitu rebah dan tak berkutik lagi di atas tanah segera Sin Hong menghampirinya dan memungut pedang Kui Lin.

"Bagaimana, nona? Sekarang kau betul-betul menyerah?"

"Menyerah hidungmu. Sin Hong. Kau licik dan curang menotok lututku!"

"Wah, kalau tidak begitu mana mungkin kau roboh nona? Kau sendiri yang minta kurobohkan, dan sekarang setelah roboh masih juga mengomel. Terlalu!" Sin Hong yang menyimpan pedang Kui Lin sudah mengikat gadis ini dengan akar pohon, tertawa dan mendongkol juga melihat lawan memakinya curang. Dan tak perduli serta gemas pada Kui Lin yang rupanya tak mau kalah tiba-tiba Sin Hong menyeru dan menarik tawanannya itu.

“Ok-siocia, kau patut dihukum. Sekarang kau harus menghadap ayah ibuku dengan cara begini. Biar disangka babi guling!"

Kui Lin marah-marah. Dia tentu saja terhina dan marah bukan main, dan ketika Sin Hong menariknya di tanah berbatu tiba tiba Kui Lin menjerit "Sin Hong, kau pemuda tak tahu sopan, bajuku robekrobek. Keparat kau!”

Sin Hong berhenti. Dia melihat pakaian Kui Lin memang robekrobek, memperlihatkan kulit tubuhnya yang putih halus, tidak terluka karena Kui Lin memiliki Hoat-tek-kim-cong ko. Tapi Sin Hong yang menyeringai lebar sudah tertawa dan kembali menyeret Kui Lin.

"Salahmu, nona. Kenapa memasuki tempat ini tanpa ijin? Kau memang harus dihukum, dan inilah hukumannya!"

Kui Lin mencak-mencak. Ia melihat Sin Hong tak perduli. memaki kalang kabut, dan ketika Sin Hong membawanya ke tempat yang penuh onak dan duri hingga bajunya robek sampai di pundak tiba-tiba Kui Lin menangis dan memaki Sin Hong sebagai manusia cabul, sengaja membuatnya begitu agar dapat menonton tubuh wanita. Dan Sin Hong yang berhenti merdadak tiba-tiba memutar tubuhnya, terbelalak marah.

“Apa cabul? Kau memakiku seperti itu?"

"Ya. kau pemuda cabul. Sin Hong. Kau sengaja membuatku seperti ini agar mata keranjangmu dapat melahap tubuh wanita! Kau laki-laki hina kau pemuda yang diam-diam menyimpan pikiran kotor. Kau..."

"Plak."' Sin Hong tiba-tiba menampar Kui Lin. Dia marah dan tersinggung sekali oleh kata-kata gadis itu, hampir meremas mulut yang tajam dan menyengat ini. Tapi melihat Kui Lin terguling dan matanya membentur tubuh yang setengah telanjang dari pundak ke bawah tiba-tiba Sin Hong tertegun dan bengong, melihat Kui Lin menangis dan memaki-makinya kembali. Dan ketika Kui Lin memaki matanya yang disebut "mata iblis" kerena melotot memandang pundaknya tiba-tiba Sin Hong terkejut dan sadar, melengos dsn cepat memutar tubuh, melepas bajunya. Dan begitu melempar tanpa menoleh tahu-tahu baju itu telah menakup di pundak Kui Lin. melindungi tubuhnya yang setengah telanjang.

"Nona, aku bukan manusia cabul. Kau lihat sekarang buktinya!"

Kui Lin tertegun. Dia melihat baju Sin Hong telah menutup tubuhnya, melihat Sin Hong bertelanjang dada dan berdiri membelakanginya, melihat punggung yang kokoh dan tampak tegap itu ganti terkejut. Dan sementara dia terbelalak tahu-tahu Sin Hong telah melempar talinya dan menyambar tubuhnya, dipanggul di atas pundak.

"Kau masih menolak?"

Kui Lin diam.

"Nah, kalau begitu jangan cerewet lagi. Aku akan melemparmu kedalam jurang kalau kau memakiku sebagai pemuda cabul!" dan Sin Hong yang tidak banyak cakap lagi memanggul tawanannya lalu meloncat dan terbang ke puncak membawa Kui Lin, membiarkan bajunya di pundak gadis itu sementara dia sendiri bertelanjang dada. Dan karena Kui Lin diletakkan di punggung dan pinggul gadis itu dipeluk Sin Hong maka Kui Lin menggigit bibir harus "mencium" punggung pemuda ini, punggung yang berkeringat namun harum! Dan Kui Lin yang sebentar saja mengeluh di dalam hati tiba-tiba menangis dan jengah bukan main.

Seumur hidup, baru kali itu dia "dipanggul” seorang pemuda. Bahkan bersentuhan langsung dengan punggung seorang laki-laki, punggung yang telanjang namun entah kenapa membawa debaran aneh di hatinya. Punggung yang kokoh dan membuat dia tertarik. Dan ketika Sin Hong membawanya sambil melompat-lompat tiba-tiba saja Kui Lin terbuai perasaan yang bermacam-macam serta mengherankan. Mula-mula dia ingin marah, meronta dan mengamuk di punggung ini.

Tapi setelah Sin Hong tak menunjukkan kekurangajaran apapun dan cara memeluk tubuhnya juga dilakukan secara sopan oleh Sin Hong tiba-tiba saja Kui Lin merasa nikmat dan justeru "angler" (keenakan), meram-melek dan lupa pada tangisnya, berdebar memandang punggung yang berkilat oleh keringat itu, punggung yang bersih, punggung yang dirasa berbau harum. Dan Kui Lin yang baru kali itu mencium "bau" laki-laki tiba-tiba saja mengeluh dan terguncang oleh asmara. Luar biasa sekali.

Kui Lin tak tahu apa yang terjadi. Namun ketika jantungnya berdenyut kencang dan punggung Sin Hong selalu terbayang di matanya tiba-tiba Kui Lin menggigit bibir dan jengah bukan main. Malu pada diri sendiri. Malu pada naluri kewanitaannya yang bekerja otomatis. Dan Ketika Sin Hong tiba di puncak dan pemuda itu melompati pagar halaman rumah tiba-tiba dua seruan meluncur berbareng.

"Lin-moi.....!"

"Ayah!"

Kui Lin tertegun. Ia melihat encinya dan Kun Houw telah berada di tempat itu, berdiri berhadapan dengan tiga orang wanita cantik dan seorang laki-laki gagah perkasa, yang bukan lain adalah Pendekar Gurun Neraka bersama dua isterinya dan Bi Lan, yang terbelalak memandangnya karena dipanggul Sin Hong. Dan Sin Hong yang cepat menurunkan gadis ini dan terkejut memandang Kun Houw sudah buru-buru menghampiri dan tampak girang.

"Houw-ko, kau sudah sadar? Kau datang untuk memenuhi permintaan ayah?"

Kun Houw mengerutkan keningnya tak menjawab. Dia baru saja tiba di tempat itu bersama Kui Hoa, disambut Pendekar Gurun Neraka dan dua isterinya, serta Bi Lan yang muncul terakhir. Dan pertanyaan Sin Hong yang menyangka dia datang karena sudah tidak membantu Ok-ciangkun membuatnya gelap dan tidak segera menjawab. Dan Bi Lan yang melengking mendahului mengejutkan kakaknya.

"Kun Houw ke sini untuk menangkap ayah Hong-ko. Dia masih tersesat dan memusuhi kita!"

Sin Hong terkejut. "Benarkah, Houw-ko?"

Pendekar Gurun Neraka tiba-tiba menyambut maju. "Apa yang dikata adikmu benar, Sin Hong. Kun Houw datang untuk menangkap aku."

"Terlalu!" Sin Hong menjadi marah. "Kau tak sadar akan kesesatanmu ini, Houw-ko? Kau datang untuk menangkap ayah? Ah, kau memang..."

Pedang Medali Naga Jilid 24

PEDANG MEDALI NAGA
JILID 24
KARYA BATARA

Cerita Silat Mandarin Karya Batara
KUN HOUW berkelebat ke depan. Dia sudah mengayun lengannya dengan gerakan Kiam-ciang (Tangan Pedang), membacok dan menghantam tengkuk Iblis Penagih Jiwa itu dengan penuh kemarahan. Tapi So-beng yang memutar tubuh terkejut oleh bentakan ini sudah menggerakkan senjata menangkis serangan Kun Houw.

“Plak!" dan keduanya sama-sama terdorong mundur. Kun Houw mendelik, beringas memandang lawan. Teringat kematian gurunya, lupa akan perjanjiannya dengan Ok-ciaugkun! Dan melihat lawan menangkis Kiam-ciangnya tiba-tiba dia mencabut Pedang Medali Naganya dan berseru melengking, "So beng, bayar hutang jiwa guruku...!"

Dan Kun Houw yang melompat dengan pedang diputar tahu-tahu menusuk tenggorokan Iblis Penagih Jiwa ini dengan dahsyat, menerjang dengan jurus-jurus terampuh dari ilmu silatnya Bu-tiong Kiam-sut. Dan begitu membentak serta memutar pedangnya maka So-beng segera berteriak-teriak melompat ke sana-sini.

"Kun Houw, kita teman. Bukan musuh...."

Namun Kun Houw lupa segala-galanya. Dia terbakar oleh kekejaman Iblis Penagih Jiwa itu, teringat kematian gurunya sendiri yang cukup mengenaskan sepuluh tahun yang lalu. Dan So-beng yang sebentar saja didesak hebat dengan berlompatan ke sana ke mari akhirnya tak dapat mengelak tanpa membalas. Iblis Penagih Jiwa ini terpaksa menggeram, dan ketika satu saat pedang di tangan Kun Houw menyambar ulu hatinya maka membentak keras dia menggerakkan cakar bajanya itu, menangkis.

"Crang!"

So-beng terbelalak. Dia lupa bahwa pedang di tangan Kun Houw adalah pedang yang ampuh. Pedang Medali Naga yang memliki ketajaman luar biasa. Maka begitu menangkis dan merasa senjatanya ringan tiba-tiba Iblis Penagih Jiwa ini terkejut ketika melihat ujung senjatanya putus di babat, hilang cakar bajanya yang berbentuk lima jari buatan itu. tinggal gagangnya saja yang mirip tongkat! Dan sementara dia menbelalakkan mata tiba-tiba saja pedang itu membalik dan menyambar pinggangnya.

"Aih...!" Iblis Penagih Jiwa ini membanting tubuh bergulingan. Dia tak berani mengandalkan kekebalan Hoat lek kim-ciang-konya itu. Gentar. Dan ketika dia melompat bangun dengan mata melotot maka Kun Houw kembali mengejar dengan tusukan pedangnya itu, bertubi-tubi, susul-menyusul bagai hujan yang tak pernah habis. Dan ketika satu babatan tak dapat dia hindari dengan cepat maka terbuktilah bahwa Hoat-lek-kim cong konya itu tak mampu menoahan ketajaman Pedang Medali Naga, sobek mengeluarkan darah.

"Bret!" So-beng mencelos. Dia kembali melihat pedang di tangan pemuda ini menukik, diiringi lengking Kun. Houw yang gembira melhat darah. Dan berjungkir balik menyelamatkan diri terpaksa Iblis Penagih Jiwa ini berkaok-kaok. "Kun Houw, keparat kau. Kita teman, bukan musuh....!"

Namun Kun Houw tak perduli. Dia sudah mengejar lawan dengan nafsu membunuh yang besar, membentak dan menusuk dada lawan dengan jurus Bianglala Menari. Dan ketika kembali Iblis Penagih Jiwa itu harus melempar tubuh bergulingan maka saat itulah terdengar bentakan Siang-mo ji-bin yang menangkis pedang Kun Houw.

"Kun Houw, Kui Hoa-niocu tertangkap. Tahan pedangmu....!"

Kun Houw terkejut. Dia otomatis menahan serangan, kaget dan terbelalak mendengar seruan ini. Dan So-beng yang sudah menyeka peluhnya dengan mata berapi-api tiba-tiba membentak pemuda itu, "Kun Houw, jahanam kau. Awas ku laporkan pada Ok-ciangkun."

Siang-mo ji-bin juga marah. "Terlalu kau. bocah. Kenapa menyerang teman sendiri? Lihat, puteri Panglima Ok itu tertangkap. Kau dapat dihukum Ok-ciangkun dengan perbuatanmu ini!" dan Siang-mo-ji-bin yang memandang So-beng lalu berseru. "Kedok setan, mari kita ke depan. Kui Hoi-niocu ditangkap Pendekar Gurun Neraka!" dan dua kakek iblis yang sudah berkelebat meninggalkan tempat itu lalu disusul Iblis Penagih Jiwa ini yang sekali lagi mendelik pada Kun Houw.

"Hati-hati, suhengku akan menghukummu, berat sekali, Kun Houw. Aku minta supaya kepalamu dipancung!"

Kun Houw menekan gejolak rasanya. Dia sadar dan termangu oleh kemarahannya tadi, tak enak dan merasa salah juga, tak menepati janji. Tapi mendengar Kui Hoa tertangkap dan pertempuran sudah berhenti diapun meloncat dan berkelebat menyusul tiga iblis di depan tadi. Dan Kun Houw tertegun. Dia melihat Kui Hoa di tangan Pendekar Gurun Neraka, lumpuh tertotok. Dan semua orang yang mengepung rombongan kecil ini mendengar Pendekar Gurun Neraka berseru,

"Ma ciangbu, bagaimana keputusan kalian? Apakah pertempuran ini ingin dilanjutkan?"

Ma-ciangbu, perwira yang dekat dengan Kui Hoa-niocu itu terbelalak. Dia tak sanggup bicara, menoleh sana-sini untuk mencari Kui Lin. Karena gadis itulah yang menjadi wakil Kui Hoa niocu sebelum dirinya. Tapi Pendekar Gurun Neraka yang bertepuk tangan memberi isyarat tiba-tiba menyuruh isterinya nomor dua muncul. Dan Ma-ciangbu bengong. Dia melihat Kui Lin tertangkap pula di tangan isteri Pendekar Gurun Neraka, mendelik namun tak mampu bersuara. Dan So-beng yang muncul bersama Siang-mo ji-bin tiba-tiba membuat perwira ini girang dan dapat melepaskan kesulitannya.

"Hu-ciangkun, dua keponakanmu tertangkap....!"

So-beng mengangguk. Dia sudah tahu itu, melihat dari jauh. Dan mereka bertiga yang sudah berhadapan dengan mata melotot melihat Ceng Bi mengangkat puteri Panglima Ok itu. “So-beng, kami ingin menukar kebebasan kami dengean dua orang gadis ini. Bagaimana pendapatmu?"

So-beng mendengus-dengus. "Tentu saja boleh, hujin. Serahkan dia dan kalian pergilah"

"Hm...!" Pendekar Gurun Neraka tersenyum mengejek. "Kami tak dapat melakukannya begitu saja, lblis Penagih Jiwa. Kalau ingin dua orang gadis ini selamat sebaiknya buka kepungan dan minggirlah. Biarkan kami pergi...!"

So-beng ragu-ragu. Dia memandang licik rombongan musuhnya itu, tapi mengangguk dan tertawa dingin dia menoleh pada perwira she Ma. "Ciangbu, buka pasukan dan suruh mereka minggir Biarkan mereka lewat!"

Mi-ciangbu mengangguk. Dia menyuruh orang-orangnya memberi jalan dan begitu pasukan besar ini membelah diri maka terdapatlah lorong panjang untuk rombongan Pendekar Gurun Neraka.

"Hujin, silahkan lewat. Lepaskan sekarang dua orang keponakanku itu!"

"Hm!" Pendekar Gurun Neraka kembali tertawa mengejek. "Kami masih dalam kepungan Iblis Penagih Jiwa. Mana bisa aku melepaskan dua orang keponakanmu itu? Biarkan kami lewat dan berada seratus meter di ujung pasukan. Setelah itu dua orang keponakanmu bebas dan kami lepaskan!"

So-beng terpaksa mengikuti. Dia memberi jalan, dan ketika Pendekar Gurun Neraka memberi isyarat agar rombongannya keluar maka bertemulah pandangannya dengan Kun Houw, yang baru saja datang. Dan Kun Houw yang juga beradu pandang dengan ayahnya itu tiba tiba berdetak melihat Sin Hong malompat ke depan.

"Houw-ko (kakak Houw), sadarkah kau akan apa yang kau lakukan ini? Tahukah kau bahwa perbuatanmu ini adalah perbuatan sesat?"

"Cerewet!" Kun Houw membentak. "Kau tak perlu menggurui aku, Sin Hong. Aku tahu akan apa yang aku lakukan!"

"Kalau begitu kau semakin tersesat, Houw-ko. Kau..."

"Dia persis ibunya!" Ceng Bi tiba-tiba melengking, memotong ucapan Sin Hong. Dan belum Sin Hong mengeluarkan suara maka Ceng Bi yang terkenal galak ini sudah membentak. "Kun Houw, kau tak tahu malu membantu orang-orang jahat ini. Tapi karena ibumu adalah manusia iblis maka tak heran kalau kau menjadi iblis!" dan menyambar puteranya keluar dari kepungan Ceng Bi sudah memutus percakapan Sin Hong dan Kun Houw, ketus dan menampar muka Kun Houw yang menjadi merah padam.

Tapi Pendekar Gurun Neraka yang tersenyum pahit mencoba melunakkan kata-kata isterinya. "Kau tak dapat keuntungan bergaul dengan orang-orang macam ini, Kun Houw. Aku akan menantimu di Ta-pie san kalau kau sadar!"

Kun Houw terpukul. Dia melihat satu-persatu rombongan Pendekar Gurun Neraka keluar dari kepungan, rata-rata memandang tak senang padanya, membawa pula mayat Thian Kong Cinjin dan Bu Wi Hosiang serta orang-orang lain yang tewas. Dan ketika Pendekar Gurun Neraka melompat paling akhir di belakang barisan itu akhirnya Kui Hoa dan adiknya dibebaskan, seratus meter sesuai perjanjian. Dan begitu Pendekar Gurun Neraka mengajak rombongannya pergi maka mereka pun lenyap di balik kegelapan malam meninggalkan ribuan orang yang bengong tak dapat berbuat apa-apa ini.

* * * * * * * *

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Kun Houw telah dipanggil Ok-ciangkun. Dia melihat panglima itu duduk dengan muka merah, tampak berang. Dan Kun Houw yang maklum akan apa yang dihadapinya itu sudah menghadap panglima ini dengan pura-pura bodoh, mendengar panglima itu membentaknya kasar,

"Kun Houw, apa yang kaulakukan semalam?"

Kun Houw menenangkan hati. "Apa maksudmu, ciangkun? Kelakuan yang mana?"

Panglima itu menggebrak meja. "Kau menyerang adik seperguruanku, Kun Houw. Kau mengingkari janjimu sendiri hingga dua puteriku tertangkap!"

Kun Houw terdiam.

"Apa jawabanmu sekarang? Masihkah kamu pura-pura tak tahu?"

Kun Houw menarik napas. "Maaf, semalam aku khilaf, ciangkun. Aku lupa pada keadaanku saat itu."

"Dan kau ndombleng saja, Kun Houw. Kau menonton saja pertempuran orang-orang lain. Kau tidak bergerak atau menghalangi orang-orang yang dipimpin Pendekar Gurun Neraka itu!"

Kun Houw mengerutkan kening. "Ini tidak benar, ciungkun. Semalam aku juga menghadapi orang orang itu."

"Siapa?"

"Sin Hong."

"Dan siapa lagi?”

Kun Houw diam. Dia tak dapat menjawab karena yang dihadapi memang baru putecra Pendekar Gurun Neraka itu. Dan Okciangkun yang kembali menggebrak meja marah-marah sudah membentak pemuda ini, "Kun Houw, aku ingin kau melakukan sesuatu untuk menebus dosamu ini. Sekarang apa jawabanmu tentang kesetiaanmu kepadaku? Masihkah janji pertaruhan itu kau pegang teguh?"

Kun Houw mengangkat kepala. "Aku tetap memegangnya selama perjanjian itu masih berlaku, ciangkun. Dan apapun hukuman yang ingin kau berikan padaku maka aku akan menerimanya."

"Bagus, kalau begitu hari ini juga aku memerintahkan padamu untuk menangkap Pendekar Gurun Neraka. Kun Houw. Hidup atau mati!"

Kun Houw terkejut.

"Kau tak sanggup? Kau takut?"

Kun Houw tiba-tiba marah. "Aku tidak takut, ciangkun. Tapi berhasil atau tidak terus terang tak dapat aku menjanjikannya!"

"Tak perduli. Kalau kau tidak dapat menangkap Pendekar Gurun Neraka maka kuanggap pekerjaanmu setengah-setengah, Kun Houw. Kau sengaja membantu musuh kalau tak berhasil!"

Kun Houw panas. "Tapi menangkap Pendekar Gurun Neraka tak semudah menangkap pencuri, ciangkun. Kau sendiri tahu dan tak boleh memastikannya demikian!"

"Ah... itu alasanmu. Kun Houw. Betapapun kau harus dapat menangkap pendekar itu hidup atau mati. Kalau tidak, kuanggap janjimu kosong belaka!"

Kun Houw terbelalak. Dia menjadi marah oleh kata-kata panglima ini. tapi Kui Hoa muncul di tempat itu tiba-tiba berseru "Ayah, kau tak adil. Tak mungkin saudara Kun Houw harus menghadapi pendekar itu seorang diri!"

Panglima Ok terkejut. Kun Houw juga kaget. Dan mereka berdua yang tertegun melihat gadis ini kembali mendengar Kui Hoa berkata, membela Kun Houw, "Sebaiknya kita membuka mata melihat kenyataan ini, ayah. Bahwa Pendekar Gurun Neraka tak mungkin dihadapi dengan cara seperti itu, seorang diri. Kun Houw harus dibantu!"

Panglima Ok terbelalak. "Maksudmu"

"Maksudku Kun Houw harus ditemani seorang atau lebih untuk menjalankan perintahmu itu, ayah. Kalau tidak sama halnya kau membunuh pemuda ini lewat musuh-musuh yang kuat!"

"Kui Hoa!" Panglima Ok membentak, bangkit berdiri. "Kau hendak mengatakan bahwa ayahmu sengaja mengumpankan Kun Houw untuk dibunuh? Kau menuduh aku memakai tangan orang lain untuk melenyapkan pemuda ini?"

"Tidak." Kui Hoa menggelengkan kepalanya tegas. "Aku tidak menuduhmu begitu, ayah. Melainkan kukatakan di sini bahwa menyuruh Kun Houw seorang diri menghadapi Pendekar Gurun Neraka adalah tidak mungkin. Apalagi di sekeliling pendekar itu masih banyak terdapat anak isterinya yang lihai-lihai!" dan Kui Lin yang juga tiba-tiba muncul memasuki ruangan itu menimbrung.

"Benar, apa yang dikatakan enci Hoa memang tidak salah, ayah. Sebaiknya Kun Houw ditemani seorang atau lebih untuk melaksanakan tugasnya itu!"

Panglima Ok terhenyak. Dia melotot memandang dua orang puterinya itu, tapi Kun Houw yang tersinggung dan tersentuh harga dirinya tiba-tiba menggelengkan kepala. "Tidak, semuanya itu tak perlu bagiku, Ok-siocia. Aku tak biasa merengek minta bantuan pada orang lain. Biarlah tugas ini kulaksanakan seorang diri dan tak perlu kalian ikut campur!"

Kui Hoa terbelalak. "Jangan sombong, Kun Houw. Pendekar Gurun Neraka orang yang amat lihai dan hebat!"

"Aku tahu. Tapi tak perlu mengasihani aku, nona. Aku sanggup dan siap menjalankan tugas ini!" dan tak mau Kui Hoa membantah omongannya, tiba-tiba Kun Houw menghadapi panglima itu. "Ok-ciangkun, aku siap menebus kesalahanku. Perkenankan aku pergi." dan Kun Houw yang mengangguk memberi hormat sekonyong-konyong memutar tubuhnya dan berkelebat keluar!

Kui Hoa tertegun. Kui Lin juga terbelalak, tapi Kui Hoa yang lompat mengejar berseru, "Kun Houw, tunggu...!"

Dan Kun Kouw yang sudah dilompati kepalanya itu tiba-tiba berhenti dan mengerutkan keningnya. "Ada apa, nona?"

Kui Hoa menggigil, "Aku menyarankan sekali lagi usulku tadi, Kun Houw. Jangan sombong dan buang semua keangkuhanmu itu!"

Kun Houw menjengek. "Itu urusanku sendiri, nona. Sombong atau tidak sombong tak perlu kau nasihati!" dan Kun Houw yang mendorong lengannya ke depan tiba-tiba berkelebat di samping puteri Ok-ciangkun ini, keluar tak menghiraukan gadis baju hijau itu. Dan Kui Hoa yang mau menyusul tiba-tiba mendengar bentakan ayahnya.

"Kui Hoa, jangan bersikap tak tahu malu!" Ok-ciangkun tahu-tahu telah mencekal lengin puterinya ini, marah dan menahan lompatan Kui Hoa.

Dan Kui Hoa yang terbelalak memandang ayahnya itu tiba-tiba menangis. "Ayah, kau mau membunuh Kun Houw. Kau sengaja mengumpankan pemuda itu pada musuh!"

Ok-ciangkun melotot. Dia menampar puterinya, membuat Kui Hoa terpelanting dan bangun dengan kaki menggigil. Dan Kui Lin yang juga menyusul menolong encinya lalu menghadapi ayahnya itu dengan dada dibusungkan. "Ayah, apa yang dikata enci Hoa memang benar. Kenapa kau menamparnya?"

Ok-ciangkun terbelalak. "Siapa yang mengumpankan Kun Houw pada musuh? Kalian tahu apa tentang pemuda itu?" dan mendesis mengepal tinjunya panglima ini berkata, "Kun Houw adalah keturunan Pendekar Gurun Neraka itu, Lin-ji. Tak mungkin Pendekar Gurun Neraka membunuh puteranya sendiri. Dia anak Tok-sim Sian-li yang tewas bunuh diri!"

Kui Lin tertegun. "Tok-siin Sian-li?"

"Ya, kau kira apa, Lin-ji? Bukankah semalam kalian dengar sendiri isteri Pendekar Gurun Neraka memaki anak itu? Dia memang anak si iblis wanita Tok-sim Sian-li, hasil hubungan gelapnya dengan Pendekar Gurun Neraka!"

"Aah....!" dan Kui Lin serta Kui Hoa yang terbelalak mendengar ini tiba-tiba saling pandang dengan alis dikerutkan, teringat bentakan Ceng Bi yang memaki pemuda itu. Tapi teringat akan Ceng Liong mereka menjadi heran.

"Tapi bukankah Ceng Liong yang menjadi putera iblis betina itu, ayah?"

"Hm, Ceng Liong bukan putera iblis betina itu, Hoa-ji. Dia adalah keturunan Pouw Kwi, teman ayahmu yang dulu menjadi murid Angi-Lo-mo."

"Dan ibunya?"

"Kalian mendengar nama Bwee Li, bukan?"

"Ya"

"Dialah ibunya. Selir Yue Chang itu telah menukar Ceng Liong dan Kun Houw ketika masih bayi!"

"Ah, kalau begitu Kun Houw adalah Ceng Liong, ayah? Dan Ceng Liong sendiri, siapa dia?"

"Kun Houw memang Ceng Liong, Hoa-ji. Sedang Ceng Liong adalah Hun Kiat, Pouw Hun Kiat karena dia adalah keturunan Pouw Kwi."

Kui Lin dan kakaknya terhenyak. Mereka baru tahu itu tapi sang ayah yang tak mau banyak bicara lagi sudah melompat ke dalam dengan muka gelap, masih marah. Dan Kui Hoa yang terbelalak memandang kepergian Kun Houw tiba-tiba berbisik pada adiknya, “Lin-moi', aku akan menyusul Kun Houw. Aku akan menemani dia dari jauh...!"

Kui Lin terkejut. "Kau mau pergi, enci?"

"Ya, aku tak enak membiarkan Kun Houw menghadapi musuh sendirian, Lin moi. Aku harus membantu kalau ada apa-apa!" dan Kui Hoa yang siap meloncat tiba-tiba ditahan adiknya yang terisak gemetar.

"Enci Hoa, kau tak ingat diriku lagi? Kau mengejar pemuda yang telah menjatuhkan hatimu itu?”

Kui Hoa terkejut. "Aku, eh.... aku hanya mengkhawatirkan Kun Houw, Lin-moi. Aku merasa ayah keterlaluan dengan membiarkan pemuda itu bekerja seorang diri!”

"Dan untuk itu kau tak segan-segan meninggalkan aku, enci? Kau kira aku dapat hidup sendiri tanpa kau?"

"Ah, apa maumu. Lin-moi?"

"Aku mengikutimu pula, enci. Aku tak mau kau biarkan sendiri!"

"Tapi ayah...."

"Tak perlu kau berpura-pura, enci. Kau tahu ayah tak mungkin menghukum kita. Paling-paling dia marah dan menegur kita kalau kita melakukan kesalahan. Aku ikut!"

Kui Hoa tertegun.

"Atau kalau benar-benar kau mengkhawatirkan Kun Houw boleh kita menukar diri, enci. Aku yang akan mengikuti pemuda itu dan kau di rumah!"

"Tidak!" Kui Hoa menggeleng cepat-cepat. "Aku tak mau menukar pekerjaan ini, Lin-moi. Kalau kau mau ikut baiklah, kita berangkat sekarang!" dan Kui Hoa yang melengos menyembunyikan matanya yang basah tiba-tiba menarik adiknya melompat pergi.

Kui Lin terharu. Dia tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam hati kakaknya itu, betapa Kui Hoa mencintai dan ingin selalu berdekatan dengan Kun Houw. Cemas bahwa Kun Houw harus mencari Pendekar Gurun Neraka, menangkapnya hidup atau mati. Hal yang sesungguhnya sukar dilakukan dan terlalu berat bagi Kun Houw. Maka melihat kakaknya menangis dan diam-diam menggigit bibir akhirnya Kui Lin menjadi gemas pada murid Bu tiong-kiam itu.

Apakah Kui Houw laki-laki tak kenal perasaan orang? Apakah pemuda itu jaga tak kenal budi dan tak tahu diri? Hm, awas kau bocah. Kui Lin mengepal tinjunya. Kalau sampai ada apa-apa menimpa encinya ini ia akan mencari Kun Houw dan membuat perhitungan! Dan Kui Lin yang terharu oleh pengorbanan encinya ini lalu mengikuti kakaknya tanpa banyak cakap lagi.

Sementara di depan, Kun Houw yang sudah jauh meninggalkau kota raja juga berlari cepat mengerahkan ginkangnya. Dia langsung ke Ta-pie-san, karena di sanalah Pendekar Gurun Neraka tinggal. Tapi merasa diikuti seseorang Kun Houw mengerutkan keningnya dan berhenti di luar hutan, menunggu. Namun aneh. Orang yang disangka mengikutinya tak muncul juga, dan mengira perasaannya yang keliru Kun Houw lalu nelanjutkan perjalanannya kembali dan berlari cepat. Tapi lagi-lagi seseorang dirasa mengikutinya. Kun Houw mendengar suara-suara dibelakang.

Dan ketika dia menjadi penasaran dan ingin tahu akhirnya Kun Houw memasuki hutan dan melayang naik di atas sebuah pohon yang tinggi. Dan Kun Houw tertegun. Dia melihat Kui Hoa dan Kui Lin berkelebat di luar hutan, menyembunyikan diri mengikuti langkahnya. Dan Kun Houw yang berdebar melihat bayangan dua gadis itu tiba-tiba merjadi marah dan tidak senang. Maka, begitu keduanya memasuki hutan dan berindip-indap mencari dirinya tiba-tiba Kun Houw melayang turun dan membentak mereka.

"Apa yang kalian cari, Ok-siocia?"

Kui Hoa dan adiknya terkejut. Mereka tersentak kaget, gelagapan. Tapi Kui Lin yang mendahului bicara sudah menjawab. "Kami ingin membantumu, Houw-twako. Enci Hoa tak sampai hati membiarkan kau bekerja seorang diri!"

"Hm," Kun Houw merah mukanya. "Siapa suruh kalian membantuku? Dan siapa pula yang parlu dibantu? Aku tak butuh bantuan, nona. Sebaiknya kalian pulang saja dan kembaii ke kota raja!"

Kui Lin dan kakaknya tertampar, mereka malu, tapi Kui Lin yang marah oleh kata-kata Kun Houw sudah membentak. "Sombong, kau tak mengukur kekuatanmu sendiri, Houw twako! Mana mungkin kau mengalahkan Pendekar Gurun Neraka seorang diri? Melawan kami berdua-pun belum tentu kau menang. Tak perlu tekebur dan pongah di hadapan kami!"

Kun Houw terkejut. Dia terbelalak mendengar ucapan Kui Lin ini dan Kui Hoa yang juga terkesiap oleh kata-kata adiknya buru-buru maju ke depan. "Maaf, kami ingin membantumu setulus hati, Houw-twako. Tapi kalau kau tak suka baiklah, kami tak akan membantumu. Tapi Pendekar Gurun Neraka bukan musuhmu seorang melainkan musuh kami juga, karena kami ingin membalas kekalahan di Wu-kian!"

Kun Houw mengerutkan alis. Dia beradu pandang dengan gadis baju hijau ini, tergetar melihat Kui Hoa berkaca-kaca, rupanya terpukul oleh pernyataannya yang kasar tadi. Tapi Kui Lin yang rupanya marah terlanjur naik pitam.

"Tak perlu sungkan, enci. Kalau Kun Houw merasa gagah biarlah dia mengadu kepandaian dulu dengan kita. Coba lihat, mampukah dia mengalahkan kita untuk batu ujian apakah dia sanggup menghadapi Pendekar Gurun Neraka. Srat...!" dan Kui Lin yang sudah mencabut pedangnya tiba-tiba mendorong encinya menantang Kun Houw. "Orang she Yap, majulah. Mari kita main-main sebentar!"

Kun Houw terkejut. "Orang she Yap?"

"Ya, bukankah kau bershe Yap, manusia sombong? Kami telah tahu siapa kau dan tak perlu cerewet lagi!"

Kun Houw tertegun. Seketika dia gemetar, dan Kui Lin yang memutar-mutar pedang dengan mata berapi-api tiba-tiba membuatnya sesak napas dan marah. Tapi Kui Hoa yang terbelalak memandang adiknya tiba-tiba membentak dan merampas pedang. "Lin-moi, jangan kurang ajar....!"

Kui Lin mengelak. Dia tak mau pedangnya direbut, dan marah memandang encinya dia justeru berkata, setengah berteriak, "Tak perlu membela pemuda macam ini, cici. Dia tak berjantung dan tak kenal budi!"

"Tidak!" Kui Hoa pucat. "Tahan mulutmu, Lin-moi. Jangan memaki-maki atau kutampar mulutmu nanti!"

Kui Lin terbelalak. "Kau mau menamparku, cici? Kau, ah....!" dan Kui Lin yang membanting kakinya semakin marah tiba-tiba memaki Kun Houw tak percaya pada kata-kata encinya. "Kun Houw, kau laki-laki siluman. Kau tak tahu disayang enciku dan tak kenal budi. Kau tak berjantung dan...”

"Plak-plak!" Kui Lin tiba-tiba roboh terlempar. Kui Hoa telah menamparnya keras sekali, marah dan malu mendengar adiknya berteriak-teriak. Dan Kui Lin yang terbelalak seakan tak percaya tiba-tiba melompat bangun dan menangis. "Cici, kau... kau benar-benar menamparku?”

Kui Hoa tertegun. Sekarang dia menyesal dan sadar akan apa yang dilakukannya kepada Kui Lin, terisak dan melompat memeluk adiknya. Tapi Kui Lin yang mengibaskan lengan mengelak sudah memandang Kun Houw dengan penuh kemarahan. Melihat betapa cinta telah membuat encinya bagai orang kehilangan akal, berani menamparnya padahal seumur hidup belum pernah encinya itu berbuat seperti itu! Maka melotot dengan jari menuding ke depan Kui Lin sudah bicara,

"Lihat, buka mata dan perasaanmu baik-baik Yap Kun Houw. Tidakkah kau lihat enciku telah menamparku sedemikian rupa? Kau telah menjatuhkan hatinya tapi tak bertanggung jawab. Kau patut dibunuh. Kau tak tahu akan cinta kasih orang hingga saudara sendiri dilupakan. Haitt...!” dan Kui Lin yang menerjang dengan pedang di tangan tahu-tahu menusuk tenggorokan Kun Houw dengan ganas sekali.

Kun Houw terkejut. Dia juga tertegun oleh perbuatan Kui Hoa yang menampar adiknya tadi, perbuatan yang membuat dia terbelalak dan kaget. Maka mendengar Kui Lin melampiaskan semua kemarahan dan memakinya bagai orang yang tak punya perasaan dan cinta kasih tiba-tiba Kun Houw menggigit bibirnya dan malu setengah marah. Dan melihat Kui Hoa terbelalak memandangnya pula, mukanya merah dan pucat berganti-ganti. Tapi melihat Kui Lin telah menyerangnya dengan tusukan maut tiba-tiba Kun Houw membentak dan menangkis.

“Plak!"

Kui Lin memekik. Ia terdorong oleh pukulan itu, menjerit dan semakin marah. Dan begitu melompat maju dan melengking tinggi tiba-tiba iapun menyerang kembali dengan pedang diputar cepat, menusuk dan menikam serta membacok bertubi-tubi. Dan ketika Kun Houw harus berlompatan menghindari tiba-tiba saja Kun Houw telah didesak tak dapat membalas.

Kuu Houw bingung. Dia tak dapat berpikir harus bersikap bagaimana saat itu. Apa yang akan dilakukannya kepada Kui Lin, mencabut pedang atau berlompatan saja ke sana ke mari menghindari semua serangan lawan. Tapi ketika serangan Kui Lin semakin gencar dan beberapa kali dia tergores mata pedang akhirnya Kun Houw menggigit bibir dan membentak marah.

"Ok-siocia, tahan pedangmu. Jangan membuat aku marah!"

Kui Lin melengking meneruskan serangannya. "Apa perduliku kau marah, Kun Houw? Kalau mau marah silahkan marah. Aku tak perduli, bret...!" dan pedang Kui Lin yang kembali mengenai lengan Kun Houw akhirnya membuat Kun Houw benar-benar tak dapat menahan diri. Dia melempar tubuh bergulingan ketika gadis itu menyerangnya dengan tusukan cepat, hampir saja menggores dadanya. Dan ketika pedang mengejar dan dia melompat bangun maka saat itulah Kun Houw mengerahkan Kiam-ciangnya.

“Plak!"

Pedang Kui Lin kali ini tergetar hebat. Kui Lin terkejut, merasa lengannya kesemutan. Tapi gadis yang nekat dengan serangannya itu masih juga membalik dan membacok pinggang Kun Houw. Dan Kun Houw yang tentu saja tak mau dilukai sudah mengeerakkan Kiam-ciangnya dengan lebih kuat. Dan begitu pedang tertampar untuk kedua kalinya maka tiba-tiba saja pedang di tangan Kui Lin terlepas dan mencelat dari pegangannya.

"Trang-aih!" Kui Lin menjerit. Dia marah dan gusar melihat pedangnya terlepas dari tangan. Tapi membentak dan menggerakkan kaki tangan menyerang dia masih nekat melancarkan pukulan-pukulan tangan kosong ke arah Kun Houw, tak perduli pada keselamatan diri sendiri. Dan ketika Kun Houw membalas dan satu tepukan mengenai pundak gadis itu maka Kui Lin terlempar dan roboh terpelanting.

Tapi aneh sekali. Kui Lin seakan tak merasa tepukan di pundaknya itu, bangun kembali dan menyerang semakin kalap. Dan ketika untuk kedua kalinya Kun Houw menampar dan gadis itu terbanting lebih keras maka untuk kedua kalinya itu pula Kui Lin melompat bangun seakan tak merasa apa-apa. Kebal. Rupanya memiliki perlindungan diri yang istimewa. Dan Kun Houw yang teringat pada ayah gadis ini yang juga memiliki kekebalan aneh segera teringat akan Hiat-lek kim-ciong ko yang luar biasa itu, yang tak mempan senjata tajam. kecuali Pedang Medali Naga!

Dan Kun Houw yang tentu saja mengerutkan alis melihat kekebalan gadis itu segera menjadi bingung untuk menentukan sikap. Haruskah dia mencabut pedang? Melukai dan mungkin mencelakai gadis ini? Tidak. Kun Houw tak dapat melakukannya dan karena dia bingung melayani Kui Lin akhirnya Kun Houw mendapat satu tendangan keras yang membuat dia terkejut. Kun Houw terlempar, dan ketika Kui Lin yang kalap menyerangnya kembali dengan pukulan bersinar putih (Gin kong jiu) tiba-tiba Kun Houw mencelat dan terbanting muntahkan darah!

“Dess!"

Kui Lin terbelalak. Sekarang ia menghentikan serangannya, dan Kui Hoa yang menjerit dan berkelebat ke depan tahu-tahu menolong Kun Houw dengan seruan gemetar, "Houw-ko, kau terluka?"

Kui Lin tertegun. Ia melihat kakaknya itu sudah mengeluarkan saputangan, mengusap darah di mulut Kun Houw dengan jari-jari menggigil, terisak dan membangunkan Kun Houw dengan muka pucat. Dan Kun Houw sendiri yang tertegun melihat pertolongan ini tiba-tiba tergetar dan mengeluh melihat pandang mata Kui Hoa yang demikian penuh getaran mujijat, tak kuat dan memejamkan mata oleh cahaya cinta kasih yang tak dapat disembunyikan lagi oleh gadis itu, pandangan yang didorong oleh rasa cemas dan kaget. Dan ketika Kui Hoa mengusap pula keringat di mukanya tibatiba Kui Lin melengking dan memutar tubuh meninggalkan mereka berdua.

"Enci, Kun Houw bukan manusia baik-baik. Dia tak berjantung dan tak berperasaan...!”

Kui Hoa menggigit bibir. Dia sekarang melepaskan Kun Houw, mengambil sebutir obat dan memasukkannya ke mulut Kun Houw. Dan gugup melihat Kun Houw memandang semua perbuatannya tiba-tiba Kui Hoa memutar tubuh dan terisak menyusul adiknya. "Houw-ko, kau pergiIah. Kami tak akan membuntuti!"

Kun Houw bengong. Dia melihat bibir yaag pucat itu tampaknya mau banyak bicara, bergerak-gerak tapi akhirnya digigit kuat-kuat. Dan mendengar Kui Lin memakinya sebagai manusia tak berjantung dan tak berperasaan tiba-tiba Kun Houw terpukul dan mengejar gadis ini.

"Hoa-moi, tunggu...!" dan Kun Houw yang sudah melewati kepala Kui Hoa tahu-tahu menghadang dengan tubuh bergoyang, memandang gadis itu denpan kening berkerut-kerut. Lalu tak tahan oleh semuanya itu Kun Houw sudah berkata serak, “Kau... kau boleh ikut. Hoa-moi. Aku tak melarang kalau kalian bersungguh-sungguh...!”

Kui Hoa terhenyak. Dia tertegun, tapi menggeleng kepala tibatiba gadis ini melompat meninggalkan Kun Houw, air matanya bercucuran. Tidak... tidak. Houw-ko. Kami tak mau ikut kalau kau sekedar terpaksa!"

Kun Houw terkejut. "Tidak, aku tidak merasa terpaksa, Hoa-moi. Aku bahkan girang kau suka menyertai perjalananku. Aku. ah...." dan Kun Houw yang terpaksa mengejar Kui Hoa tiba-tiba menangkap dan mencengkeram gadis itu, menekan kedua pundaknya dengan kuat namun lembut. Lalu gugup dan menggigil memandang Kui Hoa pemuda ini sudah merintih dengan suara gemetar, "Hoa-moi, kau maafkanlah semua kekasaranku. Aku.... aku tidak bersungguh-suugguh untuk menyakiti perasaan orang yang kucinta...!"

Kui Hoa tersentak, membelalakkan matanya. "Apa... apa, Houw-ko?"

"Aku... aku...” Kun Houw menangis. "Aku sengaja menekan semua perasaanku kepadamu, Hoa-moi. Aku tak ingin kalau cintaku hanya membuatmu sengsara seumur hidup. Aku, ah....!' dan Kun Houw yang melepaskan diri memeluk sebatang pohon tiba-tiba mengguguk dengan pundak berguncang-guncang, tak kuat lagi untuk meneruskan kata-katanya itu. Teringat bahwa dia banyak menyimpan dendam dan api permusuhan kepada orang-orang jahat, termasuk So-beng, paman gadis itu! Dan Kui Hoa yang tertegun oleh tangis Kun Houw yang demikian menyayat tiba-tiba menghampiri dan ikut menangis pula.

"Houw-ko, apa sebenarnya yang kau maksud?"

Kun Houw mengguguk. "Permusuhan yang mungkin melibatkan kita dalam hubungan yang tidak menyenangkan, Hoa-moi. Bahwa aku mempunyai banyak musuh yang telah membunuh guruku!”

"Hm, dan termasuk di antaranya adalah pamanku itu, Houwko?"

"Ya, dan banyak orang-orang lainnya lagi, Hoa-moi. Betapa aku terlibat dendam dan sakit hati yang harus kubalas!” dan Kun Houw yang kembali terhimpit oleh segala-kekecewaan itu lalu menangis dengan suara ditahan-tahan, menggigit bibirnya sampai pecah berdarah. Dan Kui Hoa yang menghela napas melihat keadaan itu tiba-tiba mengusap air mata Kun Houw dengan air mata bercucuran pula.

"Houw-ko...” suara Kui Hoa gemetar. "Haruskah persoalan dengan orang lain kau libatkan kepadaku pula? Haruskah cinta dikalahkan untuk segelintir perbuatan orang-orang tak bertanggung jawab?"

Kun Houw terbelalak "Maksudmu?"

Kui Hoa menahan isak. “Aku minta kau memisahkan dua kejadian ini Houw-ko. Bahwa cinta tak seharusnya kau kaitkan dengan perbuatan orang lain. Biarpun So-beng adalah pamanku sendiri!"

“Ah, kau..."

"Ya, aku tak akan membela orang yang salah, Houw-ko. Kalau pamanku berdosa tentu kelak dia akan menerima hukumannya. Tak perlu mengikutsertakan aku. Aku bukan dia!”

"Tapi So-beng adalah pamanmu, Hoa-moi. Mana mungkin kau diam saja? Bukankah...."

"Sudahlah, aku ingin kita menyerahkan semuanya ini pada Yang Maha Kuasa, Houw-ko. Bukankah kejahatan pasti akan menemui hukumannya di saat terakhir? Dan aku percaya itu. Pamanku tentu menemui hukumannya kalau dia bersalah!"

“Tapi bagainaana kalau hukuman itu lewat tanganku Hoa moi? Bukankah kau akan membalas?"

Kui Hoa menggoyang kepalama, pucat. "Tidak, aku tak percaya hal itu, Houw-ko. Dan kalaupun terjadi mungkin akan membiarkannya karena dia telah membunuh gurumu!" dan Kui Hoa yang tiba-tiba menangis di pelukan Kun Houw lalu berbisik, "Houw ko. Bagaimana kalau seandainya kesalahan pamanku itu kau ampuni? Bukankah ini tak akan merusak hubungan kita?"

Kun Houw tertegun. Dia telah mendengar jawaban Kui Hoa yang tak akan membalas padanya bila Iblis Penagih Jiwa itu berhasil dia bunuh. Satu jawaban yang dinilai berani dan radikal. Semata agar cinta di antara mereka tetap bertahan, terjalin utuh. Dan Kun Houw yang balik ditanya bagaimana kalau dia mengampuni Iblis Penagih Jiwa itu tiba-tiba mengeluh dan menutupi mukanya dengan bingung.

"Bagaimana Houw-ko? Kau tak dapat melakukannya?”

Kun Houw membuka mata. "Aku tak tahu... aku belum dapat menjawabnya, Hoa-moi. Tapi mungkin saja tidak!"

"Kenapa?"

"Karena dia terlalu kejam, Hoa-moi. Dia keji dan telengas sekali menghadapi orang lain!”

Kui Hoa terisak. "Aku tahu. Aku memang mendengar sepak terjang pamanku yang ganas itu, Houw-ko. Tapi kudengar kabar bahwa perbuatannya itupun dikarenakan dendam yang setinggi langit. Dendam yang selama ini katanya belum terlampiaskan dan membuatnya semakin menjadi-jadi!”

Kun Houw terbelalak "Siapa yang bilang?"

"Ayah...!"

"Persoalan apa? Dendam kepada siapa?"

“Tak begitu jelas. Houw-ko. Tapi katanya terutama pada ayahmu itu, Pendekar Gurun Neraka. Dan juga akibat cemburu!"

"Apa, cemburu?"

"Ya, begitu kudengar sepintas, Houw-ko. Tapi cemburu kepada siapa dan apa pula yang dimaksudkannya itu aku tak tahu!"

Kun Houw mendelong. Dia tiba-tiba teringat kata-kata Hok Sim Cinjin, itu ketua Tee-kong-bio yang dulu membunuh diri saking takutnya pada Iblis Penagih Jiwa ini, sepuluh tahun lewat saat dia menanyakan alamat Pendekar Gurun Neraka. Dan Hok Sim Cinjin yang juga menyatakan Iblis Penagih Jiwa itu menaruh dendam kesumat pada seseorang tiba-tiba membuat dia ingin tahu lebih lanjut tentang iblis yang selalu mengenakan kedok ini. Siapa dia? Bagaimana rupanya?

"Hoa-moi" Kun Houw akhirnya bertanya. “Siapa sebenarnya pamanmu itu? Apakah dia adik kandung ayahmu?"

"Tidak. Ayah tak mempunyai adik laki-laki Houw-ko. So-beng adalah sute ayah dari hubungan kakak beradik seperguruan.”

"Dan kau pernah melihat wajahnya?"

Kui Hoa menggeleng.

"Lalu kau tak curiga akan keanehan pamanmu ini?"

"Hm." Kui Hoa akhirnya menarik napas. "Aku dan Kui Lin memang menaruh perasaan curiga, Houw-ko. Tapi tak ada kesempatan untuk bertanya tentang itu jadi aku tak tahu. Kenapakah?”

"Tidak, tak apa-apa. Hanya aku.." Kun Houw menghentikan kata-katanya, mendengar jerit Kui Lin di kejauhan sana. Dan terkejut merarik lengan Kui Hoa tiba-tiba Kun Houw berseru, '"Hoa-moi, adikmu...!" dan Kun Houw yang terbang menyambar Kui Hoa tahu-tahu melejit dan berkelebat ke timur, menuju ke asal suara dari mana Kui Lin merjerit. Dan begitu tiba di tempat ini sekonyong-konyong keduanya tertegun.

"Lin-moi..!" Kui Hoa memekik, melihat Kui Lin dikepung ratusan ular yang mendesis-desis, naik turun dan saling mendahului menyerbu gadis itu. Dan Kui Hoa yang marah tiba-tiba mencabut pedangnya dan meloncat ke depan menikam ular-ular ini.

"Lin-moi, lompat ke atas. Tarik ujung pohon itu...!"

Namun Kui Lin menggigil. Dia tak dapat bergerak, berdiri kaku dengan muka pucat. Dan Kun Houw yang melihat gadis itu terbelalak memandang ratusan ular ini tiba-tiba sadar bahwa Kui Lin tertotok. Maka berjungkir balik membantu Kui Hoa tiba-tiba Kun Houw berseru keras menyambar pohon di atas kepala Kui Lin. Lalu membentak dan membebaskan gadis ini dari totokan yang membuatnya kaku, sekonyong-konyong Kun Houw sudah mencengkeram dan melempar gadis itu pada kakaknya.

"Hoa-moi, tangkap....!"

Kui Hoa menyambut. Dia melihat adiknya bergerak kembali, berjungkir balik di udara akibat lemparan Kun Houw. Dan begitu Kui Lin ditangkap kakaknya maka gadis ini berteriak marah dan menginjak-injak hancur belasan ular yang mendekati dirinya.

"Enci Hoa, seseorang menyerangku secara gelap. Dia mengerahkan ular-ular ini!"

Kui Hoa terkejut. Dia melihat Kun Houw sudah berjungkir balik keluar dari kepungan yang tampaknya sepele ini, jijik dan ngeri memandang tubuh yang bulat-bulat panjang itu, yang merayap dan masih mengejar mereka. Dan marah bahwa di antaranya berani mendekat dan membuka mulut, tiba-tiba Kui Hoa menggerakkan pedangnya membacok ular-ular itu.

"Tas tass!' darah menyemprot keluar. Kui Hoa membabat tujuh ekor ular yang tampaknya berbisa, melihat yang lain mundur dan menegakkan kepala, mendesis-desis, rupanya tak kuat melihat teman mereka terbunuh. Dan Kun Houw yang mendengar seruan Kui Lin tadi sudah bertanya,

"Siapa yang menyerangmu secara gelap, adik Lin? Di mana orangnya?"

Kui Lin tak menjawab. Dia rupanya masih marah pada Kun Houw, tapi kaetika kakaknya bertanya diapun melompat ke barat.

"Aku tak tahu enci. Tapi bayangannya menunjukkan seorang pemuda. Kusangka dia...!” Kui Lin melengos ke arah Kun Houw, tak berterima kasih bahwa pemuda itu telah menyelamatkannya.

Dan Kui Hoa yang tertegun oleh sikap adiknya ini tiba-tiba menyentuh lengan Kun Houw. "Maaf, Kui Lin memang kurang ajar. Houw-ko. Biarlah kutegur dia nanti!” dan Kui Hoa yang ganti menyambar lengan Kun Houw tahu-tahu mengajak pemuda itu mengejar adiknya.

Tapi tak ada apa-apa di tempat baru itu. Kui Lin hanya memutar mutar dan mencari-cari orang yang menyerangnya tadi, bayangan seorang pemuda, memekik dan memaki kalang-kabut tapi karena tak ada siapapun kecuali mereka bertiga akhirnya Kui Hoa mendekati adiknya ini.

"Lin-moi, kita pergi. Tak ada siapa pun di tempat ini."

"Tapi aku penasaran, enci. Aku mendengar dia tadi tertawa dan mengejekku dari jauh...!”

"Tapi sekarang tak ada siapa pun, Lin moi. Hanya kita bertiga yang ada di tempat ini.”

"Baiklah," dan Kui Lin yang cemberut memandang encinya bertanya, “Kita pulang ke kotaraja?”

"Tidak," Kui Hoa melirik Kun Houw. "Kita pergi bersama Houw-ko, Lin-moi. Dia mengijinkan kita mencari musuh bersama."

"Hm. kalau terpaksa untuk apa, enci? sebaiknya pulang saja ke kota raja dan biarkan dia sendiri."

Kun Houw melangkah maju, tersenyum pahit. "Lin-moi, aku tidak merasa terpaksa untuk mengajak kalian. Aku tidak mengijinkan, justru meminta!"

Kui Lin masih mendongkol. Dia kurang percaya, tapi setelah encinya membujuk halus barulah gadis ini mau dan berangkat bertiga. Mula-mula diam, tak banyak bicara. Tapi setelah melihat Kun Houw bersikap baik padanya dan encinya juga mendapat perlakuan "istimewa" barulah Kui Lin percaya dan mulai tertawa.

Dia melihat Kun Houw tak bersikap dingin lagi pada encinya itu. Hal yang membuat dia girang. Dan ketika mereka berdua sering mencuri pandang akhirnya Kui Lin malah menggoda. Perjalanan menjadi riang, dan begitu mereka tertawa-tawa maka perjalanan itu seolah tamasya saja. Bukan perjalanan untuk mencari musuh!

* * * * * * * *

Siang itu mereka tiba di Ta-pie-san. Kun Houw tiba-tiba mengerutkan kening, berdebar dan melupakan gurauan sepanjang jalan, menghentikan percakapan. Dan Kui Lin yang juga tiba-tiba tegang menarik pembicaraannya dari hal-hal yang tidak perlu.

"Houw-ko, bagaimana sekarang?"

"Kita terus ke atas, Lin-moi. Atau kalian tunggu saja aku di bawah."

“Tidak." Kui Hoa menggeleng. "Kita datang bersama, Houw-ko. Sebiknya bersama pula kita ke atas. Mari!”

Tapi Kui Lin yang mempunyai pikiran sendiri tiba-tiba berkata, "Enci Hoa, sebaiknya aku mendaki dulu ke atas. Kalian meuyusul belakangan. Aku ingin melihat apakah di depan aman atau tidak!" dan tidak meminta persetujuan dua orang temannya tahu-tahu Kai Lin berkelebat dan mendaki gunung.

"Lin-moi....!"

Tapi Kui Lin yang terus mengerahkan ginkangnya sudah berlari cepat tak perduli. Ia hanya memberi isyarat agar encinya menunggu, dan begitu tubuhnya lenyap di atas Kui Hoa pun menjadi gelisah.

"Houw-ko, mari kita susul!"

Kun Houw mengangguk. Dia juga kurang setuju akan tindakan Kui Lin itu, tapi ketika mereka tiba di atas tiba-tiba mereka tertegun. Ada dua jalur yarg menyimpang diatas sini. Satu ke kiri sedang lainnya ke kanan. Ke mana Kui Lin pergi? Ke kanankah? Atau ke kiri?

Kun Houw bingung. "Sialan, ke mana kira-kira adikmu mengambil jalan, Hoa-moi?"

Kui Hoa juga bingung. "Tak tahu, Houw-ko. Tapi coba-coba kita mengambil jalan ke kanan itu. Mari...!" dan Kui Hoa yang sudah menyambar lengan Kun Houw lalu mengajak pemuda itu mengambil arah secara untung-untungan.

Tapi bayangan Kui Lin tak nampak. Mereka sudah berada di pinggang gunung ketika mencari cari. Dan karena puncak sudah dekat dan Kui Lin tentu juga ke sana akhirnya Kun Houw meneruskan perjalanan menenangkan pikiran Kui Hoa.

"Adikmu tentu ke atas juga, Hoa-moi. Sebaiknya tak perlu khawatir berlebih-lebihan."

"Ya." Kui Hoa mengangguk. "Tapi kuanggap ia ceroboh, Houw-ko. Bagaimana kalau ia tersesat?"

"Ah, betapapun ia bukan anak kecil. Hoa-moi. Kalaupun tersesat tentu ia dapat keluar dengan selamat. Adikmu memiliki kepandaian cukup."

Kui Hoa tenang Ia dapat menerima kata-kata itu, dan mereka berdua yang mendaki ke atas akhirnya meneruskan perjalanan dengan tidak banyak khawatir. Tapi, benarkah Kui Lin mengambil jalan yang mereka lalui? Ternyata tidak. Karena kalau Kui Hoa mengambil jalan sebelah kanan adalah Kui Lin mengambil jalan sebelah kiri! Gadis ini juga bingung ketika melihat dua jalan di persimpangan itu. Tapi karena menganggap keduanya tentu menuju puncak, maka ia pun sembrono saja dengan mengambil jalan sesukanya, jalan di sebelah kiri yang memang mendaki dan terus ke atas.

Tapi ketika Kui Lin tersesat menghadapi jalan buntu karena di depannya adalah sebuah jurang yang menganga lebar mendadak gadis ini tertegun, menaksir tak mungkin ia melompati jurang selebar itu. Dan sementara dia tertegun bingung tiba-tiba dilihatnya seorang pemuda tiduran di bawah sebating pohon. Seorang pemuda yang menutupi mukanya dengan saputangan putih.

"Hei...!" Kui Lin menghampiri, "Kemanakah jalan menuju puncak?"

Pemuda di depan diam saja. Dia rupanya tertidur benar, terbuai ke alam mimpi. Dan Kui Lin yang mendongkol kembali membentak dengan suara lebih keras, "Hei, mana jalan menuju puncak?"

Pemuda itu menguap. Dia rupanya bangun, terbukti menggerakkan badan. Tapi gerakan yang langsung diteruskan memutar pinggang ini ternyata hanya merobah posisinya untuk tidur lebih enak, melingkar bagai ular!

Dan Kui Lin yang tak tahan tiba-tiba menendang pantat orang merasa dipermainkan. "Hei, bangun dulu. Aku bertanya padamu...!"

Pemuda itu mencelat. Seketika dia geragapan, menubruk pohon dan terlepas saputangannya, membuka mata lebar-lebar. Dan begitu melompat bangun memandang Kui Lin tiba-tiba Kui Lin terkejut dan berseru tertahan. “Kau...?"

Kui Lin tiba-tiba mencabut pedangnya. Dia melihat pemuda itu bukan lain adalah Sin Hong, putera pendekar Gurun Neraka! Dan Kui Lin yang membentak keras tahu-tahu menerjang dengan penuh kemarahan, menikam leher lawannya itu. "Siluman jahat, terimalah kematianmu...!"

Sin Hong tertawa. Dia memang pura-pura tidur tadi, tahu bahwa Kui Lin bertanya dan mengira dia terbuai mimpi, terkejut dan heran bagainana puteri Ok-ciangkun ini dapat datang ke tempatnya. Seorang diri! Dan melihat pedang menusuk lehernya dengan ganas diapun mengejek dengan mulut mencibir.

"Ok-siocia, selamat datang. Tapi kedatanganmu kurang ajar, plak....!" dan Sin Hong yang sudah menangkis pedang Kui Lin membuat pedang mental dan Kui Lin memekik, marah dan kembali menyerang dengan tusukan dan bacokan. Tapi Sin Hong yang sudah berlompatan ke sana ke mari mengejek gadis ini dengan tawanya yang menyakitkan, mengelak semua serangan gadis itu hingga Kui Lin naik pitam. Dan ketika Sin Hong terkekeh dan semua serangan pedangnya luput tiba-tiba Kui Lin membentak dan mengayunkan pukulan Gin-kong-jiunya dengan tangan kiri.

"Ha-ha. Boleh kau keluarkan semua kepandaianmu, nona. Tambah lagi dengan Toh-hwe-ji yang kabarnya dimiliki pamanmu itu!"

Kui Lin melengking. Dia terus menyerang dan menjadi kalap, berkelebat cepat mengerahkan ginkangnya pula. Dan ketika Ginkong jiu membantu permainan pedangnya tiba-tiba Sin Hong dapat didesak dan mundur-mundur, memuji kehebatan ilmu silatnya tapi belum sekalipun juga terkena pukulannya! Dan Kui Lin yang tentu saja marah tiba-tiba girang ketika melihat lawan mundur-mundur di belakang jurang, agaknya lupa bahwa di belakang sana tak ada terapat berpijak. Dan ketika satu saat Sin Hong melompat jauh menghindari tusukan pedangnya sekonyong-konyong pemuda itu terjeblos ke bawah dan... jatuh di dalam jurang.

"Hei....!" Kui Lia bersorak. Dia melihat Sin Hong terjungkal, berteriak dan terguling ke bawah, menggapaikan lengan terbelalak kepadanya. Tapi Kui Lin yang tentu saja tak sudi menolong sudah melihat Sin Hong lenyap meluncur ke bawah, mendengar seruan keras di dulam jurang dan tak melihat lagi bayangan pemuda itu, menganggap lawan tewas dengan cara konyol.

Tapi ketika Kui Lin menyimpan pedang dan siap membalikkan tubuh tiba-tiba terdengar suara ketawa dan Sin Hong muncul di bibir jurang, merayap bagai seekor cecak. Dan begitu melenting dengan melempar kaki ke belakang mirip seekor kalajengking tahu-tahu Sin Hong telah berada di depannya tak kurang suatu apa.

"Aih, kau kejam, nona. Melihat orang terjungkal kenapa diam saja? Kau kira jurang ini tak dalam?"

Kui Lin tertegun. Dia tak mengira kalau lawannya itu dapat keluar dengan cara demikian mudah. Sadar bahwa putera Pendekar Gurun Neraka ini memang lihai, hebat sekali. Dan kaget serta sadar Sin Hong mempermainkan dirinya, tiba-tiba Kui Lin memekik dan kembali menyerang, mencabut pedangnya. "Orang she Yap, kau benar-benar siluman, singg...!"

Sin Hong tertawa. Dia memang telah mempergunakan ilmunya merayap di dinding itu, ilmu yang membuat telapaknya lekat di dinding jurang, ilmu cecak. Dan melihat Kui Lin menyerang kembali dengan marah-marah diapun mengelak dan berlompatan ke sana-sini. "Ok-siocia, sebaiknya kau menyerah saja. Ingat, dulupun kau telah kutangkap!"

Kui Lin memekik. Dia menjadi gusar dan malu oleh kata-kata ini, ejekan yang membuat dia seumur hidup tak dapat melupakan kejadian itu, karena sesungguhnya Sin Hong inilah yang dulu merobohkannya di Wu-kian, tertawan bersama kakaknya yang tertangkap oleh Pendekar Gurun Neraka, yang cerdik menawan mereka berdua! Dan Kui Lin yang tentu saja marah oleh ucapan Sin Hong sudah menyerang ganas dengan tusukan pedang maupun pukulan Gin-kong-jiu-nya.

Tapi Sin Hong terlampau lihai. Pemuda ini dalah putera Pendekar Gurun Neraka yang terkenal, juga murid si Naga Bongkok yang hebat. Ditambah lagi dengan sinkang mujijatnya yang didapat dari Bu-beng Sian-su, yang membuat dorongannya selalu mementalkan pedang Kui Lin, bahkan menolak balik Gin-kong-jiu yang dilancarkan gadis itu.

Maka ketika bertubi-tubi serangan Kui Lin luput semua, mendadak Kui Lin melakukan jurus Melontar Pedang Menghantam Bukit, menimpukkan pedangnya sementara dengan tangan kosong dia menghantam sekuat tenaga mendorong dada Sin Hong, melakukan pukulan Gin-kong-jiu sekuat tenaga. Dan Sin Hong yang tentu saja terbelalak oleh serangan ini segera mengerahkan sinkangnya dan balas mendorong.

“Plak-dess…!"

Pedang Kui Lin runtuh. Senjata yang ditimpukkan ke dada lawannya itu bertemu kulit yang atos, tak mampu melukai Sin Hong dan jatuh sia-sia. Sementara pukulan Kui Lin yang dilakukan dengan kedua tangan didorong ke depan bertemu hawa pukulan Sin Hong yang jauh lebih kuat, menolak balik dan langsung menghantam Kui Lin sendiri. Dan Kui Lin yang tentu saja kaget oleh pukulannya yang membalik ini tiba-tiba meloncat tinggi dan berjungkir balik di udara, menghindari pukulannya sendiri yang ganti menghantam tanah, meledak dan menumbangkan sebatang pohon di belakangnya.

Tapi Kui Lin yang terpekik memandang ke bawah tiba-tiba tersirap darahnya dan kaget bukan main, melihat bahwa dia melayang turun bukan di atas tanah melainkan di jurang yang menganga itu, terlampau jauh berjungkir balik. Dan Kui Lin yang mencelos dengan muka pucat tiba-tiba tanpa sadar menjerit pada Sin Hoag! "Sin Hong, tolong....!"

Sin Hong terkejut. Dia melihat Kui Lin terlampau ke tengah, jauh di bibir jurang. Dan Sin Hong yang tiba-tiba tidak berpikir panjang lagi sudah membentak dan melesat ke depan. Gerakannya bagai setan terbang, atau burung garuda menyambar. Dan begitu berjumpalitan mengayun tubuh tahu-tahu Sin Hong telah mendahului terjun dan berada di bawah Kui Lin, yang juga meluncur ke bawah, terbelalak memandang Sin Hong yang sudah menangkap kakinya. Dan begitu membentak serta meneruskan ayunannya Sin Hong melompat berjungkir balik menuju seberang.

Tapi celaka, Kui Lin yang tertangkap itu memberi beban tambahan pada Sin Hong, menjadikan gerakannya kurang lincah dan berat, hampir mencapai jurang sebelah sana namun gagal, kurang setombak. Dan mereka berdua yang kembali meluncur dan terjeblos ke bawah sudah membuat Kui Lin terpelik dan kembali menjerit.

"Sin Hong...!"

Namun Sin Hong bersikap tenang. Dia benar-benar lihai dan patut menjadi putera Pendekar Gurun Neraka yang hebat, tak gugup dan sejenak terbelalak oleh kegagalannya tadi, melihat betapa mereka meluncur ke bawah dengan cepat. Tapi Sin Hong yang melihat sebatang akar terjulur panjang tiba-tiba menyambar akar ini dengan cepat. Tangannya yang kuat dan kokoh sudah meraih dengan sigap, tersentak dan membuat keduanya terguncang di udara, tiba-tiba berhenti, tertahan oleh sulur di dinding jurang ini. Dan begitu Sin Hong membentak dan mengayun tubuhnya tahu-tahu mereka pun sudah hinggap di dinding jurang itu, di tengah-tengah, cukup dalam, melepas sulur dan melekat seperti cecak.

"Plak!"

Kui Lin tertegun. Dia kagum bukan main oleh kehebatan putera Pendekar Gurun Neraka ini, terlongong dan sejanak bersyukur bahwa mereka selamat, ngeri memandang ke bawah ke dalam jurang yang demikian tinggi, duduk dipundak Sin Hong dengan perasaan tergetar. Tapi begitu ingat Sin Hong adalah musuh tiba-tiba Kui Lin membentak dan mencengkeram rambut lawannya ini dengan sikap marah. "Sin Hong, jiwamu sekarang ada di tanganku. Apa katamu sekarang, manusia sombong?"

Sin Hong tertawa. "Aku tidak berkata apa-apa, nona. Tapi bilakah kau keluar sendiri? Punyakah kau ilmu merayap seperti yang ku miliki?”

Kui Lin tertegun. "Keparat, Kau mengancamku, Sin Hong?"

"Eh." Sin liong kembali tertawa. "Siapa yang mengancammu, nona? Bukankah sekarang ini justeru kau yang mengancamku? lihat, jarimu telah menyentuh ubun-ubun kepalaku. Sekali totok tentu aku mampus!”

"Dan kau tak takut mampus?"

"Wah!" Sin Hong tertawa lebar. "Untuk apa takut mampus, nona? Apalagi mampus disertai gadis cantik, tentu nikmat!”

"Setan...!" Kui Lin memekik. "Kau kurang ajar, Sin Hong. Kau tak tahu aturan. Kau, ah..." dan Kui Lin yang menampar Sin Hong tahu-tahu disambut teriakan kecil ketika Sin Hong melepaskan tangannya, melorot di dinding jurang itu, siap meluncur ke bawah. Tapi Sin Hong yang sengaja main-main sudah melekatkan kembali dua telapaknya di dinding jurang, tertawa melihat Kui Lin pucat.

"Bagaimana, nona? Kau masih mau memukulku lagi? Awas, aku tak tanggung kalau peganganku lepas. Kau tentu menyusul arwahku kalau aku jatuh!"

Kui Lin gemetar. Dia terpaksa berpegangan erat-erat di pundak Sin Hong, kakinya dingin membuat Sin Hong tertawa di dalam hati. Dan Kui Lin yang menggigil dengan muka pucat sudah berkata, "Tidak... tidak, Sin Hong, Aku tak akan memukulmu lagi. Ayo naiklah!"

"Wah, aku seperti kuda tunggangan, nona? Dan nanti kau akan membunuhku pula?"

Kui Lin gugup. “Tidak, eh... sudahlah. Cepat naik, Sin Hong. Aku ngeri. Aku.... aku tidak akan mambunuhmu!”

"Kau janji?"

"Ya, aku jinji!”

"Dan hanya itu saja janjimu?"

Kui Lin terbelalak. "Apa lagi yang kau minta?"

Sin Hong tertawa. "Aku minta upah untuk pekerjaan ini, nona. Hitung-hitung sebagai pengganti tanganku yang pegal-pegal."

"Kau minta berapa? Seribu tail? Dua ribu tail?"

"Wah, untuk apa uang, nona? Aku minta yang lain. Aku tak butuh uang!"

Kui Lin tertegun. "Kalau begitu apa?"

Sin Hong menahan senyumnya. “Tak dapat kusebutkan di sini. nona. Nanti saja kalau kita tiba di atas. Kau mau?"

Kui Lin terdesak, merasa kalah posisi. "Baiklah, kau cukup cerewet, Sin Hong. Sekarang naiklah dan cepat keluarkan aku dari sini!" Kui Lin menggigit bibir, diam-diam marah dan gemas pada Sin Hong yang diketahuinya sengaja menggodanya. Dan Sio Hong yang tertawa penuh kemenangan akhirnya mengangguk.

"Bagus, kalau begitu berpeganglah erat-erat pada kedua pundakku, nona. Awas kita mulai!" dan Sin Hong yang merayap ke atas akhirnya mulai "berjalan" seperti cecak menepuk dan setiap kali melekatkan telapaknya pada dinding jurang. Dan ketika perlahan namun pasti pemuda ini merayap naik maka Kui Lin terbelalak dan diam-diam kagum bukan main, mengakui kehebatan pemuda itu yang tak dapat dilakukannya. Dan ketika beberapa saat kemudian mulut jurang mulai terlihat tiba-tiba Kui Lin mengeluh girang dan berteriak,

"Kita hampir sampai...!"

Namun Sin Hong mendadak berhenti. Dia membuat Kui Lin terkejut dan heran, menghentikan seruannya dan memandang pemuda itu. Dan Kui Lin. yang marah tiba-tiba menegur, "Ada apa, Sin Hong Kenapa berhenti?"

Sin Hon tertawa. "Aku capek, nona. Ingin beristirahat sebentar."

"Bohong! Napasmu tidak ngos-ngosan, Sin Hong, kenapa menipu?"

"Wah, kau memperhatikan jalan napasku? Kau mendengar pula kedua lenganku yang menjerit-jerit kelelahan?"

"Jangan main-main. Aku tahu kau berpura pura saja, Sin Hong. Ayo lekas naik agar kita segera sampai!"

"Hm, dan kemudian kau membunuhku di atas sana? Bagaimana kalau kau tidak menepati janji?"

"Keparat!" Kui Lin marah. "Kaukira aku manusia yang suka menjilat ludah sendiri, Sin Hong? Kau tak percaya padaku?” Kui Lin sudah siap menampar, merah pipinya dan mangar-mangar memandang Sin Hong. Dan Sin Hong yang melihat gerakan tangan itu tiba-tiba menggoda dan sengaja melorot turun.

"Hei....!" Kui Lin terpekik, kaget oleh gerakan ini. Tapi Sin Hong yang sudah melekatkan tangannya kembali sudah tertawa memauaskan hati.

"Tanganku kaget melihat kau siap menampar lagi, nona. Kalau kau main-main atau sengaja menakuti aku lagi jangan salahkan kalau kita merosot ke tempat semula!"

"Tidak... !" Kui Lin gemetar. "Jangan lakukan itu, Sin Hong. Cepat naik dan angkatlah aku ke atas. Mulut jurang tinggal sepuluh tombak lagi!"

"Dan kau tak akan merobah janjimu?"

"Tidak. Aku tak akan menarik janjiku, Sin Hong. Kalau tidak percaya boleh kau lempar aku ke dalam jurang!"

Dan Sin Hong yang tertawa mendengar ini akhirnya mengangguk dan merayap kembali. Tapi tidak seperti tadi, kali ini Sin Hong ayal-ayalan dan sengaja memperlambat jalannya perdakian. Ingin mengguncang perasaan lawan dan membuat Kui Lin menahan-nahan kemarahan, sengaja menggoda dan membuat Kui Lin menangis. Marah dan juga gemas. Dan ketika beberapa saat kemudian bibir jurang sudah mereka gapai dan keduanya melompat keluar maka yang pertama kali dilakukan Kui Lin adalah... menggaplok pemuda ini.

"Sin Hong, kau pemuda kurang ajar. Sengaja main-main untuk menggodaku berlama-lama.... plak-plak!"

Sin Hong terpelanting. Dia terbelalak dan…

Halaman 56 – 57 hilang

pedang dengan tangan telanjang. Dan ketika beberapa saat kemudian Kui Lin didesak mundur-mundur dan terjepit oleh pukulan Sin Hong yang banyak menggunakan tenaga saktinya tiba-tiba pedang di tangan Kui Lin mencelat, terlepas oleh pukulan Sin Hong yang kuat. Dan ketika Sin Hong menendang gadis itu mengenai lututnya tiba-tiba, Kui Lin mendeprok dan mengeluh roboh!

"Aduh...!"

Sin Hong tertawa. Dia langsung membuat gadis itu tak berdaya dengan totokannya, melihat Kui Lin melotot dan memaki. Tapi begitu rebah dan tak berkutik lagi di atas tanah segera Sin Hong menghampirinya dan memungut pedang Kui Lin.

"Bagaimana, nona? Sekarang kau betul-betul menyerah?"

"Menyerah hidungmu. Sin Hong. Kau licik dan curang menotok lututku!"

"Wah, kalau tidak begitu mana mungkin kau roboh nona? Kau sendiri yang minta kurobohkan, dan sekarang setelah roboh masih juga mengomel. Terlalu!" Sin Hong yang menyimpan pedang Kui Lin sudah mengikat gadis ini dengan akar pohon, tertawa dan mendongkol juga melihat lawan memakinya curang. Dan tak perduli serta gemas pada Kui Lin yang rupanya tak mau kalah tiba-tiba Sin Hong menyeru dan menarik tawanannya itu.

“Ok-siocia, kau patut dihukum. Sekarang kau harus menghadap ayah ibuku dengan cara begini. Biar disangka babi guling!"

Kui Lin marah-marah. Dia tentu saja terhina dan marah bukan main, dan ketika Sin Hong menariknya di tanah berbatu tiba tiba Kui Lin menjerit "Sin Hong, kau pemuda tak tahu sopan, bajuku robekrobek. Keparat kau!”

Sin Hong berhenti. Dia melihat pakaian Kui Lin memang robekrobek, memperlihatkan kulit tubuhnya yang putih halus, tidak terluka karena Kui Lin memiliki Hoat-tek-kim-cong ko. Tapi Sin Hong yang menyeringai lebar sudah tertawa dan kembali menyeret Kui Lin.

"Salahmu, nona. Kenapa memasuki tempat ini tanpa ijin? Kau memang harus dihukum, dan inilah hukumannya!"

Kui Lin mencak-mencak. Ia melihat Sin Hong tak perduli. memaki kalang kabut, dan ketika Sin Hong membawanya ke tempat yang penuh onak dan duri hingga bajunya robek sampai di pundak tiba-tiba Kui Lin menangis dan memaki Sin Hong sebagai manusia cabul, sengaja membuatnya begitu agar dapat menonton tubuh wanita. Dan Sin Hong yang berhenti merdadak tiba-tiba memutar tubuhnya, terbelalak marah.

“Apa cabul? Kau memakiku seperti itu?"

"Ya. kau pemuda cabul. Sin Hong. Kau sengaja membuatku seperti ini agar mata keranjangmu dapat melahap tubuh wanita! Kau laki-laki hina kau pemuda yang diam-diam menyimpan pikiran kotor. Kau..."

"Plak."' Sin Hong tiba-tiba menampar Kui Lin. Dia marah dan tersinggung sekali oleh kata-kata gadis itu, hampir meremas mulut yang tajam dan menyengat ini. Tapi melihat Kui Lin terguling dan matanya membentur tubuh yang setengah telanjang dari pundak ke bawah tiba-tiba Sin Hong tertegun dan bengong, melihat Kui Lin menangis dan memaki-makinya kembali. Dan ketika Kui Lin memaki matanya yang disebut "mata iblis" kerena melotot memandang pundaknya tiba-tiba Sin Hong terkejut dan sadar, melengos dsn cepat memutar tubuh, melepas bajunya. Dan begitu melempar tanpa menoleh tahu-tahu baju itu telah menakup di pundak Kui Lin. melindungi tubuhnya yang setengah telanjang.

"Nona, aku bukan manusia cabul. Kau lihat sekarang buktinya!"

Kui Lin tertegun. Dia melihat baju Sin Hong telah menutup tubuhnya, melihat Sin Hong bertelanjang dada dan berdiri membelakanginya, melihat punggung yang kokoh dan tampak tegap itu ganti terkejut. Dan sementara dia terbelalak tahu-tahu Sin Hong telah melempar talinya dan menyambar tubuhnya, dipanggul di atas pundak.

"Kau masih menolak?"

Kui Lin diam.

"Nah, kalau begitu jangan cerewet lagi. Aku akan melemparmu kedalam jurang kalau kau memakiku sebagai pemuda cabul!" dan Sin Hong yang tidak banyak cakap lagi memanggul tawanannya lalu meloncat dan terbang ke puncak membawa Kui Lin, membiarkan bajunya di pundak gadis itu sementara dia sendiri bertelanjang dada. Dan karena Kui Lin diletakkan di punggung dan pinggul gadis itu dipeluk Sin Hong maka Kui Lin menggigit bibir harus "mencium" punggung pemuda ini, punggung yang berkeringat namun harum! Dan Kui Lin yang sebentar saja mengeluh di dalam hati tiba-tiba menangis dan jengah bukan main.

Seumur hidup, baru kali itu dia "dipanggul” seorang pemuda. Bahkan bersentuhan langsung dengan punggung seorang laki-laki, punggung yang telanjang namun entah kenapa membawa debaran aneh di hatinya. Punggung yang kokoh dan membuat dia tertarik. Dan ketika Sin Hong membawanya sambil melompat-lompat tiba-tiba saja Kui Lin terbuai perasaan yang bermacam-macam serta mengherankan. Mula-mula dia ingin marah, meronta dan mengamuk di punggung ini.

Tapi setelah Sin Hong tak menunjukkan kekurangajaran apapun dan cara memeluk tubuhnya juga dilakukan secara sopan oleh Sin Hong tiba-tiba saja Kui Lin merasa nikmat dan justeru "angler" (keenakan), meram-melek dan lupa pada tangisnya, berdebar memandang punggung yang berkilat oleh keringat itu, punggung yang bersih, punggung yang dirasa berbau harum. Dan Kui Lin yang baru kali itu mencium "bau" laki-laki tiba-tiba saja mengeluh dan terguncang oleh asmara. Luar biasa sekali.

Kui Lin tak tahu apa yang terjadi. Namun ketika jantungnya berdenyut kencang dan punggung Sin Hong selalu terbayang di matanya tiba-tiba Kui Lin menggigit bibir dan jengah bukan main. Malu pada diri sendiri. Malu pada naluri kewanitaannya yang bekerja otomatis. Dan Ketika Sin Hong tiba di puncak dan pemuda itu melompati pagar halaman rumah tiba-tiba dua seruan meluncur berbareng.

"Lin-moi.....!"

"Ayah!"

Kui Lin tertegun. Ia melihat encinya dan Kun Houw telah berada di tempat itu, berdiri berhadapan dengan tiga orang wanita cantik dan seorang laki-laki gagah perkasa, yang bukan lain adalah Pendekar Gurun Neraka bersama dua isterinya dan Bi Lan, yang terbelalak memandangnya karena dipanggul Sin Hong. Dan Sin Hong yang cepat menurunkan gadis ini dan terkejut memandang Kun Houw sudah buru-buru menghampiri dan tampak girang.

"Houw-ko, kau sudah sadar? Kau datang untuk memenuhi permintaan ayah?"

Kun Houw mengerutkan keningnya tak menjawab. Dia baru saja tiba di tempat itu bersama Kui Hoa, disambut Pendekar Gurun Neraka dan dua isterinya, serta Bi Lan yang muncul terakhir. Dan pertanyaan Sin Hong yang menyangka dia datang karena sudah tidak membantu Ok-ciangkun membuatnya gelap dan tidak segera menjawab. Dan Bi Lan yang melengking mendahului mengejutkan kakaknya.

"Kun Houw ke sini untuk menangkap ayah Hong-ko. Dia masih tersesat dan memusuhi kita!"

Sin Hong terkejut. "Benarkah, Houw-ko?"

Pendekar Gurun Neraka tiba-tiba menyambut maju. "Apa yang dikata adikmu benar, Sin Hong. Kun Houw datang untuk menangkap aku."

"Terlalu!" Sin Hong menjadi marah. "Kau tak sadar akan kesesatanmu ini, Houw-ko? Kau datang untuk menangkap ayah? Ah, kau memang..."