Pedang Medali Naga Jilid 13 - Sonny Ogawa

Halaman

    Social Items

PEDANG MEDALI NAGA
JILID 13
KARYA BATARA

Cerita Silat Mandarin Karya Batara
CIOK PANG terkejut. Dia melihat jari pemuda itu tidak putus dibabat goloknya, bahkan menjepit dan tiba-tiba menghentak, keras dan kaku bagai baja yang ulet dan kuat, membetot dan menarik goloknya agar terlepas. Dan Ciok Pang yang kaget oleh kejadian ini tiba-tiba menggerakkan tangan kirinya mencengkeram pundak Ceng Liong, membentak sambil menarik goloknya kembali, sekaligus menendang selangkangan lawan agar melepaskan cekalannya.

Dan begitu adu kecepatan ini terjadi dan saling berkutat tahu-tahu Ceng Liong melepaskan jarinya dan menerima pukulan lawan yang menyambar pundaknya, tertawa mengejek. "Ciok-pangcu, jangan ganas-ganas. Aku masih membutuhkan alat vitalku untuk bermain cinta... plak!" dan cengkeraman Ciok-pangcu yang langsung diterima jari Ceng Long sekonyong-konyong dikepret hingga ketua Pek-houw pang itu menjerit.

Untuk pertama kalinya laki-laki gagah ini mengeluh, terdorong mundur dan tampak kesakitan. Tapi melihat jari Ceng Liong bergetar dan tampak putih pucat tiba-tiba ketua Pek houw-pang ini berseru, "Coan-kut-ci (Jari Penusuk Tulang)! Ah, apa hubunganmu dengan Mayat Hidup, bocah?"

Ceng Liong menyeringai. "Dia guruku, Ciok-pangcu. Sungguh matamu tajam dapat mengenal kepretan jariku!"

Ciok Pang tertegun. Dia sungguh kaget mendengar jawaban Ceng Liong ini, tak menyangka bahwa pemuda itu juga murid seorang datuk sesat macam si Mayat Hidup. Tapi menggereng dan melengking nyaring tiba-tiba ketua Pek houw-pang itu menerjang kembali dengan serangan goloknya yang dahsyat. "Bocah she Ceng, kau benar-benar manusia iblis!" Swing… dan golok berbadan lebar yang mendesing dengan amat cepat itu tahu-tahu sudah bertubi-tubi membacok dan menusuk tubuh Ceng Liong.

Tapi Ceng Liong tertawa mengejek. Dia berlompatan kesana ke mari menghindari semua serangan golok itu. Lalu melihat Coan-kut-cinya cukup membuat lawan terkejut dan tampak pucat pun mengerahkan kepandaiannya ini untuk menghadapi lawan, diiringi pula kelincahan gerak kakinya dengan Chit-beng Ginkang. Kemudian melihat Ciok Pang semakin ganas dan rupanya bertindak nekat diapun menjadi gemas dan mulai memperingatkan.

"Ciok-pangcu, sudahi saja permainan golokmu itu. Aku akan membalas kalau kau tak tahu diri."

Tapi ketua Pek-houw-pang ini menggigit bibir. Dia sudah tak tahan oleh semua perasaan yang campur aduk di hatinya. Rasa marah dan kecewa disertai penasaran. Maka mendengar Ceng Liong memberi peringatan kepadanya diapun justeru menjadi gusar. "Bocah she Ceng, tak perlu kau banyak omong. Balaslah aku kalau kau bisa...!"

Ceng Liong memicingkan mata. Dia marah sekarang, melihat ketua Pek-houw-pang Itu tak mau menyudahi serangannya. Maka begitu lawan merangsek dan nekat dengan serangan goloknya yang membabi-buta disertai cengkeraman-cengkeraman Houw-jiauw-kangnya tiba-tiba Ceng Liong mendengus dan berseru,

"Baik, kalau begitu jaga dirimu, Ciok-pangcu. Aku akan mulai membalas haiitt....!" dan Ceng Liong yang berteriak keras mengepretkan jarinya tahu-tahu menangkis bacokan golok yang saat itu menyambar kepalanya. Dan begitu membentak dan mengerahkan sinkang tiba-tiba jari Ceng Liong bertemu golok di tangan ketua Pek-houw-pang ini.

"Trang...!"

Ciok Pang tak mau kalah. Dia mengerahkan pula sinkangnya ketika Ceng Liong menangkis itu, mengempos semangat sekaligus menggerakkan tangan kirinya dengan cengkeraman Houw jiauw-kang menyambar dan mencengkeram pundak Ceng Liong. Tapi Ceng Liong yang telah mengukur kekuatan lawan dalam tangkisan pertama tadi tiba-tiba tertawa mengejek dan membiarkan pundaknya diserang. Lalu begitu tangan dan golok sama bertemu dalam tangkisan kuat mendadak Ceng Liong merendahkan tubuh dan menggaet golok di tangan ketua Pek-houw-pang itu, mengganjelnya dengan dua jari telunjuk dan tengah, tidak menjepit lagi seperti tadi.

Dan begitu Ceng Liong mengerahkan tenaga sekaligus membentak perlahan tahu-tahu lawannya itu berteriak kaget ketika cengkeraman tangan kirinya yang melekat di pundak Ceng Liong bertemu segumpal daging yang panas membakar!

"Ah...!" Ciok-pangcu terkejut bukan main. Dia menarik lepas tangannya itu, seketika, dengan gerakan cepat, karena tangannya bagai menyentuh tungku api saja. Tapi Ceng Liong yang tertawa melihat keterkejutan ketua Pek-houw-pang itu tiba-tiba sudah menarik jarinya yang menggantol golok, merenggut sekaligus menampar tangan lawan yang saat itu terbelalak kaget. Dan begitu golok terlepas dari tangan ketua Pek-houw-pang ini maka senjata itupun mencelat jatuh dipukul Ceng Liong, runtuh di atas tanah.

"Ha ha, bagaimana, pangcu? Bukankah aku dapat membunuhmu kalau aku mau?"

Ciok Pang mundur dengan muka pucat. Dia kaget sekali melihat kelihaian pemuda ini. Tapi ingat betapa anak gadisnya telah dihina orang diapun menyambar goloknya dan meraung tinggi, melompat dan menerjang kembali. "Orang she Ceng, aku tak butuh belas kasihmu. Kau bunuhlah aku kalau kau mampu...!"

Ceng Liong menyipitkan matanya. Dia marah sekarang, tak dapat menahan diri lagi. Maka begitu lawan nekat dan menerjangnya kembali dengan serangan golok yang membabi-buta tiba-tiba pemuda ini mengerotokkan buku-buku jarinya, gelap mukanya dan memancarkan nafsu membunuh. Dan begitu golok menyambar dahsyat membacok lehernya sekonyong-konyong Ceng Liong menangkis dengan empat jari terbuka, sepenuh tanaga.

"Plakk...!" dan golok yang langsung mencelat dari tangan ketua Pek-houw-pang ini disambut keluhan tertahan laki-laki gagah itu, yang patah pergelangan tangannya! Tapi jerit di muka gua yang mengejutkan dua orang ini seketika membuat Ceng Liong dan lawannya tertegun. Apa yang terjadi? Kiranya peristiwa tak disangka. Karena, begitu Ceng Liong menangkis lepas golok di tangan ketua Pek-houw-pang ini dengan tenaga sepenuh bagian tiba-tiba golok itu menyambar Ciok Kim, yang saat itu terbelalak memandang pertempuran. Dan gadis yang tak menyangka golok ayahnya mencelat ke arahnya dengan kecepatan luar biasa ini tahu-tahu menjerit ketika golok menancap di dadanya!

"Aduh...!" Ciok Kim terjengkang roboh. Ia langsung terkapar, merintih dan terbelalak memandang golok yang menancap di dadanya itu.

Dan Ciok Pang yang tertegun melihat anak perempuannya itu mandi darah dengan luka yang amat parah tiba-tiba berteriak dan menubruk puterinya ini. "Kim-ji....!”

Tapi Ciok Kim mengeluh pendek. Dia hanya tersenyum ketika ayahnya datang, berlutut dan mengangkat kepalanya. Tapi begitu dia tersedak dan menggeliat dua kali mendadak gadis ini telah putus napasnya dan tewas, menggeletak kaku dipangkuan ayahnya. Dan Ciok Pang yang menggerung-gerung oleh kematian puterinya itu tiba-tiba beringas dan melompat bangun.

"Orang she Ceng, kau berhutang satu jiwa kepadaku...!"

Ceng Liong termangu. Dia sendiri terkejut melihat gadis cantik yang baru diajaknya bermain cinta itu tewas, terkena golok ayahnya sendiri yang mencelat ditampar pukulannya. Tapi Ceng Liong yang tertawa mengejek ini menghadapi laki-laki yang marah itu dengan tenang-tenang saja. "Ciok-pangcu, kesalahan bukan ada di atas pundakku. Kaulah yang membunuh puterimu itu dengan golokmu sendiri!"

"Keparat, tapi kau yang menjadi gara-gara, orang she Ceng. Aku tak terima dan menuntut kesalahan puteriku itu!"

'"Kau hendak membalas dendam?"

"Tentu saja!" dan Ciok Pang yang berteriak panjang dan melupakan pergelangan tangannya yang patah itu tiba-tiba menerjang ke depan dengan tangan kosong, menyerang membabi-buta. Tapi Ceng Liong yang berkelit mudah dan menghindari semua serangan itu tiba-tiba menggerakkan kakinya.

"Ciok-pangcu, urus saja mayat puterimu itu. Lain kali kau boleh datang ke sini kalau ingin menuntut balas...dess!" dan pinggang Ciok Pang yeng ditendang Ceng Liong dengan senyum mengejek itu tahu-tahu membuat ketua Pek-houw-pang ini mencelat jauh. Ciok Pang terguling-guling, dan ketika dia melompat bangun dengan mata berapi-api Ceng Liong telah menuding jenazah puterinya.

"Orang she Pang, bawa mayat puterimu itu. Kalau tidak kalian berdua akan menjadi mayat sia-sia di sini."

Ciok Pang menggigil, pipinya merah dan gusar bukan kepalang, hingga berketrukan giginya. Tapi mendengar omongan lawan ada benarnya diapun mendesis dan melompat mengambil mayat puteriya itu, dengan satu tangan karena tangan yang lain patah. Lalu mengancam dan mendelik pada Ceng Liong dia menumpahkan kebenciannya, "Orang she Ceng, kau telah berhutang satu jiwa kepadaku. Tunggulah pembalasanku kelak...!"

"Hm, tak perlu banyak omong. Ciok-pangcu. Kau pergi dan menyingkirlah cepat dari sini...!"

Dan Ciok-pangcu yang memutar tubuh dengan pekik kecewanya itu segera berkelebat pergi setelah mengancam lawan dengan pandangannya yang penuh kebencian. Maklum bahwa dia tak dapat menuntut balas saat itu. Tapi baru beberapa tindak laki-laki gagah ini meninggalkan gua mendadak pekik ngerinya mengejutkan Ceng Liong.

Ceng Liong melihat laki-laki itu mencelat ke arahnya, terlempar bagai daun kering ditiup angin. Dan begitu Ceng Liong terbelalak kaget tahu-tahu gurunya nomor satu muncul di situ, berkelebat sambil tertawa bergelak. "Huah, buat apa laki-laki ini kau bebaskan, Liong ji? Bunuh saja dia. Tak perlu meninggalkan ancaman....!" dan Mu Ba yang muncul di situ dengan kaki tegak dan tangan berkacak pinggang sudah memandang Ciok Pang yang menjadi mayat, tewas dihantam pukulannya yang mengandung sinkang jarak jauh!

"Ah, kau membunuhnya, suhu?" Ceng Liong kaget.

Tapi raksasa tinggi besar ini tertawa lebar. Dia tak menghiraukan kekagetan muridnya itu, yang terbelalak memandangnya. Dan Mu Ba yang sudah menendang mayat ketua Pek-houw-pang ini masuk ke dalam jurang di samping pintu gua balas memandang muridnya itu dengan mulut menyeringai keji. "Ya, kenapa tidak, Liong-ji? Bukankah ia merupakan ancaman bagimu di kelak kemudian hari?"

Ceng Liong tidak puas. "Tapi aku tidak takut ancamannya, suhu. Dia tak berarti bagiku meskipun berlatih duapuluh tahun lamanya!"

"Benar, tapi aku tak suka membiarkan bibit dendam berkembang biak, Liong-ji. Betapapun dia harus dibunuh agar tak merepotkan kita!"

Dan sementara Ceng Liong mau membantah lagi tiba-tiba ibu dan gurunya nomor dua muncul. "Liong-ji, apa yang dikata twa-suhumu benar. Kita tak boleh membiarkan orang macam Ciok-pangcu itu hidup lebih lama kalau kita dapat membunuhnya!"

Ceng Liong tak berkata-kata lagi. Dia jadi segan berdebat setelah tiga orang tua itu datang bersama. Tapi maklum apa yang dikata suhunya memang benar maka diapun menarik napas dan menghampiri mayat Ciok Kim yang terlempar ketika ayahnya roboh. Namun baru dia menyentuh mayat itu tiba-tiba suhunya nomor dua terkekeh.

"Liong-ji. apa yang mau kau lakukan?"

"Hm, mengubur gadis ini, ji-suhu. Kenapakah?"

Mayat Hidup batuk-batuk. "Wah, biarkan aku yang melakukannya, murid bodoh. Kau rupanya lemah benar setelah berhubungan dengan gadis ini. Lihat, kuburan paling bagus adalah di sana. Karena itu biarlah dia menyusul pula tubuh ayahnya di sana...!" dan Mayat Hidup yang tahu-tahu menendang mayat Ciok Kim telah melempar jenesah gadis ini ke dalam jurang!

"Suhu...!"

Tapi Mayat Hidup terkekeh. Dia telah melempar mayat gadis itu bersama ayahnya. Lalu batuk-batuk dan menyeringai lebar diapun berkelebat masuk menepuk pundak muridnya. "Liong-ji, jadi laki laki haruslah tabah. Ke mana kekerasan hatimu yang dulu dulu itu?" dan Mayat Hidup yang telah memasuki gua tertawa di dalam dengan suaranya yang khas serak tapi menyakitkan telinga. Dan Ceng Liong yang tertegun oleh semuanya ini lalu menghela napas dan menyeringai pula, memandang guru dan ibunya yang menyusul Mayat Hidup ke dalam gua.

"Liong-ji, dua hari lagi kita semua turun gunung. Tak perlu kau sesali nasib puteri Pek-houw pang itu!"

Ceng Liong menganguk-angguk. Dia menyesali kematian Ciok Kim yang demikian cepat, diluar dugaannya. Tapi maklum gadis itu tak mungkin hidup kembali dan kata-kata suhunya benar diapun lalu tepekur di luar gua dan menarik napas berulang-ulang. Sesungguhnya, dia tertarik dan kagum pada puteri Pek-houw-pang itu yang demikian gagah dan berani sekali.

Tapi teringat betapa permainan cintanya dengan gadis itu tak berumur panjang diapun lalu menyesali diri sendiri kenapa tak membunuh saja ketua Pek-houw-pang itu yang datang mengganggu, yang mengusik kesenangannya dia bermain cinta! Dan Ceng Liong yang termenung di luar gua memandang jurang yang ada di depannya tiba-tiba mengumpat dan menyalahkan ketua Pek-houw-pang itu yang dikata tidak tahu diri. Mengganggu kesenangan orang orang muda!

* * * * * * * *

Dua hari kemudian. Mu Ba dan Mayat Hidup memanggil Ceng Liong yang termenung di luar gua. Lalu melihat pemuda itu masuk dengan langkah ogah ogahan Mayat Hidup batuk-batuk dan menegur muridnya ini. "Ada apa lagi. Liong-ji? Kau belum dapat melupakan gadis she Ciok itu?"

Ceng Liong menggeleng. "Tidak, bukan itu, suhu. Tapi aku memikirkan bagaimana dapat penggantinya."

"Heh-heh, kenapa murung? Besok akan kau dapat gadis-gadis cantik, Liong-ji. Ada banyak persediaan untukmu di tempat baru nanti!"

Ceng Liong mengangkat mukanya. "Di tempat baru, suhu? Jadi kita akan pindah!"

Mu Ba kali ini yang menjawab, tertawa bergelak. "Ya, kita akan ke kota raja. Liong-ji. Sri baginda Fu Chai memanggil kita. Hayo berkemas-kemas, ambil buntalanmu dan kita berangkat!"

Ceng Liong tertegun. Tapi sementara dia mematung di tempatnya itu tiba-tiba ibunya muncul berkelebat. "Mayat Hidup, kita tak boleh menunda waktu lagi. Sri baginda menghendaki kita tiba di sana jam sembilan pagi!"

"Heh-heh, memang benar, Mo-li. Tapi anakmu ini yang bikin terlambat. Dia ogah-ogahan ketika kami panggil."

"Hm, ada apa, Liong-ji? Kau tidak suka?"

Ceng Liong menarik napas. "Tidak, bukan begitu, ibu. Tapi aku tak tahu kalau kita akan ke kota raja meninggalkan tempat ini."

"Ya. dan selanjutnya kita tinggal di istana, Liong-ji. Sri baginda telah resmi mengundang kita untuk menghadapi urusan besar."

"urusan apa itu, ibu?"

"Hm, kau belum diberi tahu kedua gurumu?" wanita ini mengernyitkan keningnya, menoleh pada dua orang datuk sesat itu yang tertawa kepadanya, menggelengkan kepala. Dan Tok sim sian-li yang kembali memandang puteranya memberi tahu, "Kita dipanggil istana untuk menghadapi urusan penting, Liong-ji. Urusan pemberontakan yang dipimpin oleh sekelompok orang yang menamakan dirinya Ho han-hwe (Perkumpulan Orang-orang Gagah)!”

Ceng Liong terkejut. "Ho-han-hwe, ibu?”

"Ya."

"Siapa mereka itu?"

"Orang-orang dari golongan pendekar, Liong ji. Manusia-manusia sombong yang menamakan diri mereka orang-orang berani atau kaum pek-to (golongan putih)!"

"Hm, kalau begitu kenapa tidak dihancurkan saja perkumpulan ini, ibu?"

"Karena kita harus berhati-hati, Liong-ji. Mereka dipimpin oleh orang-orang tangguh yang menjadi musuh besar kita juga, ayahmu sendiri!"

"Apa?"

"Ya, Ho-han-hwe dipimpin Pendekar Gurun Neraka itu, Liong -ji. Dan kabarnya mereka mengadakan gerakan rahasia di bawah tanah!"

Ceng Liong terbelalak. Dia terkejut sekarang, berdebar hatinya. Dan Mu Ba yang bersinar matanya dengan muka merah itu tiba-tiba menggeram. "Liong-ji, kita tak perlu berpanjang lebar membicarakan urusan ini di sini. Biarlah kita beritahukan itu padamu di tengah jalan!" lalu, bangkit berdiri memandang wanita cantik itu raksasa ini bertanya, "Kau sudah siap, hujin! Kita berangkat sekarang! Jangan sampai sri baginda mengomel menunggu keterlambatan kita!"

“Baik… aku sudah siap, Mu Ba. Dan biarlah Ceng Liong dengarkan cerita di tengah jalan untuk urusan ini, seperti katamu tadi," lalu memandang puteranya itu wanita ini berkata, "Liong ji, siapkan bekalmu sekarang. Bawa pakaianmu beberapa potong saja!"

Ceng Liong mengangguk. Dengan cepat dia lalu masuk ke dalam, membawa beberapa potong pakaiannya untuk di dalam perjalanan. Dan begitu dia keluar lagi menemui tiga orang tua itu ternyata mereka telah tak sabar menanti. Mu Ba langsung berkelebat keluar, dan begitu dia berteriak pada dua temannya yang lain raksasa ini lenyap di luar gua.

"Hujin, ayolah!"

Tok-sim Sian Li menyambar lengan puteranya. Ia sudah berkelebat pula mengikuti raksasa tinggi besar itu. Dan Ceng Liong yang mandah ditarik ibunya ini segera bertanya, "Ibu, apakah sebenarnya yang akan kita hadapi ini? Benarkah perkumpulan Ho ban hwe itu akan memberontak?”

"Hm… Sri baginda memang mendengarnya begitu, Liong-ji. Tapi karena perkumpulan itu rahasia sekali sifatnya dan dipimpin orang-orang berkepandaian tinggi maka kita harus menyelidiki untuk mendapatkan kepastiannya!"

'"Dan di mana sarang perkumpulan itu, ibu?"

"Belum jelas. Tapi kemungkinan besar di Beng-san!"

"Ah, di tempat Pendekar Kepala Batu, ibu?"

“Ya." "Kalau begitu kenapa tidak ke sana saja. Kita berempat, ibu. Kau dan suhu berdua serta aku tentu dapat mengobrak-abrik sarang mereka itu!"

"Hm, jangan sombong, Liong-ji. Betapapun ayahmu itu hebat sekali, masih dbantu lagi oleh dua orang isterinya dan anak-anaknya!"

"Tidak takut. Aku tidak gentar, ibu. Aku siap membalas hinaan sepuluh tahun yang lalu itu bila kita ke sana."

"Tidak, jangan gegabah dulu, Liong-ji. Kita harus ke kota raja dulu menemui Sri baginda!" Dan Tok sim Sian-li ynng menceritakan tentang perkumpulan itu pada puteranva sambil berlari cepat lalu berkisah dengan panjang lebar.

Ternyata Ho han-hwe sekarang sudah jauh berbeda dengan Ho-han-hwe pada sepuluh tahun yang lalu. Karena, kalau dulu perkumpulan ini hanya "dihuni" oleh kaum pendekar saja ternyata sekarang sudah pula diikuti oleh kaum jelata yang ribuan jumlahnya. Hal ini tidak lain karena rakyat jelata yang menjadi anggauta perkumpulan kaum patriot itu merasa simpati terhadap Pangeran Kou Cien, yang menjadi tawanan dan dihina Raja Muda Fu Chai yang tindasannya kian hari kian banyak dimusuhi orang, terutama karena kaki tangannya yang rata-raia kejam dan tidak berperikemanusiaan terhadap rakyat kecil.

Maklum, orang-orang sesat membantu raja muda Wu itu sejak tewasnya Cheng-gan Sian-jin yang dulu "mengkoordinir” anak buahnya. Dan orang-orang golongan hitam yang banyak membantu raja muda ini tentu saja dimusuhi orang-orang kecil yang mendapat perlakuan sewenang-wenang dari kaum bajak dan perampok itu, yang kini menduduki semacam "kekuasaan“ di kerajaan Wu setelah kerajaan Yueh tumbang terhadap kerajaan lawannya, Wu. Dan orang orang jahat yang tentu saja pandainya hanya menindas dan menekan orang yang lemah itu sama sekali tak "mahir” dan tak pantas untuk duduk di kursi pemerintahan.

Karena mereka lebih mengandalkan pengumbaran nafsu dan kekuatan otot untuk menundukkan orang lain, dalam hal ini adalah rakyat jelata itu! Maka, ketika perkumpulan Ho-han-hwe bangkit dan banyak di antaranya yang merupakan para pendekar itu terjun ke bawah membantu orang-orang lemah yang banyak ditindas oleh kaki tangan Fu Chai yang sewenang-wenang ini tentu saja rakyat kecil menjadi gempar dan mengenal sepak terjang anggauta perkumpulan itu.

Sebenarnya anggauta perkumpulan ini tak berurusan dengan rakyat banyak. Artinya mereka "disiapkan" untuk urusan lain, berhubungan langsung dengan istana Yueh yang diwakili Fan Li, itu panglima muda yang dulu menjadi 'pembantu setia Yap Bu Kong atau yang kini terkenal dengan julukan Pendekar Gurun Neraka itu. Tapi karena mereka "gatal" melihat rakyat kecil ditindas dan jiwa pendekar mereka bangkit melihat kesewenang-wenangan di depan mata.

Maka para anggauta perkumpulan Ho-han-hwe ini turun tangan, menolong dan menyelamatkan orang-orang kecil itu dari tindakan biadab orang-orang hek-to (golongan hitam) yang kini menjadi "penguasa" di daerah piaggiran luar kota raja. Dan begitu orang orang Ho-han-hwe ini muncul membantu rakyat kecil tiba-tiba saja nama mereka dikenal cepat dari mulut ke mulut. Apalagi ketika sebulan yang lalu timbul kegemparan besar di kota Ye-kiang!

Saat itu komandan kota yang bernama Lao Ti didatangi seorang pemuda, namanya Yu Kang. Pemuda ini datang dengan marah-marah karena ayahnya ditangkap, dituduh menghiana komandan kota itu dalam peristiwa kecil dua hari yang lalu, yakni ketika komandan itu datang untuk melamar adiknya yang baru berusia limabelas tahun, Yu Lin, yang tentu saja ditolak ayahnya dengan tegas mengingat orang she Lao itu adalah bandot tua! Dan Lao Ti yang marah oleh penolakan ini tiba-tiba menangkap ayahnya dengan alasan menghina aparat pemerintah!

Tentu saja Yu Kang gusar. Dia tahu duduk persoalan sebenarnya, tahu bihwa tuduhan itu hanyalah dicari-cari saja untuk kemenangan diri komandan kota itu. Maka ketika dua hari ayahnya tidak dipulangkan dan pihak pembesar itu juga tidak memberi tahu lebih lanjut tentang keadaan ayahnya maka hari itu Yu Kang datang seorang diri untuk menghadap komandan kota ini.

Tapi sial. Lao Ti tak mau menemuinya. Para pengawalnya mencegah Yu Kang masuk, yang tentu saja kian meledakkan kemarahan anak muda ini. Dan ketika para pengawal tetap tak memberi ijin kepada pemuda ini untuk menemui Lao Ti tiba-tiba dengan nekat Yu Kang menerobos masuk! Pemuda itu dengan amat beraninya lari ke dalam, dikejar para pengawal. Dan ketika dengan susah payah dia memasuki rumah pembesar itu dan mengobrak-abrik semua kamar tiba-tiba saja komandan kota itu ditemuinya sedang asyik di kamar pribadi bersama seorang gundiknya yang telanjang bulat!

"Lao ciangkun, bebaskan ayahku..."

Komandan itu terkejut. Dia kaget setengah mati melihat pemuda ini mendobrak pintu kamarnya. Maka melompat turun dan buru-buru mengenakan pakaian sebisanya pembesar ini sudah membentak dengan muka merah padam, "Bocah she Yu, kau tidak tahu adat memasuki rumah orang secara liar?"

Yu Kang tak perduli. Dia melompat maju, menerkam pembesar ini, berteriak mengulang kembali kata katanya agar pembesar itu membebaskan ayahnya. Tapi Lao Ti yang bukan orang sembarangaa ini mengelak. Dia dulunya adalah bekas anak buah bajak sungai, tangan kanan Hek-kiang-tie (Buaya Sungai Hitam) yang beroperasi di Propinsi Kiang-su. Maka begitu mengelak dan menggerakkan kakinya tahu-tahu pemuda she Yu ini telah dilempar roboh hingga mencelat keluar pintu.

"Bocah she Yu, kau tak tahu adat....bluk!"

Dan Yu Kang yang terguling-guling di luar kamar pembesar itu segera mengeluh panjang sambil menekan pinggangnya. Tapi Yu Kang tak takut. Dia melompat bangun, dan ketika para pengawal datang berhamburan ke tempat itu langsung saja komandan kota ini berseru penuh kemarahan,

"Pengawal, tangkap dan hajar pemuda itu. Jebloskan ke dalam penjara bersama ayahnya!"

Dan Yu Kang yang segera dikeroyok lima orang pengawal ini mempertahankan diri dan membabi buta balas menyerang. Tapi Yu Kang bukanlah pemuda yang pandai silat Dia adalah pelajar lemah, maka ketika para pengawal itu menyergapnya secara serentak Yu Kangpun tak dapat berkutik dan roboh terjerembab. "Lao-ciangkun, kau pembesar terkutuk!"

Pembesar ini mendelik. Dia mendengar Yu Kang memakinya kalang-kabut, maki-makian yang membuat telinganya merah. Dan ketika Yu Kang diseret dan sempat memakinya sebagai bandot tua yang tidak tahu malu mendadak laki-laki ini mengeram. Dia melompat maju, menggaplok muka Yu Kang pulang balik. Lalu melihat Yu Kang masih juga tak jera dan memakinya habis-habisan tiba tiba pembesar ini menggerakkan tangannya menghantam tengkuk pemuda itu.

Yu Kang pingsan. Sekarang dia tak bisa memaki-maki lagi. Dan Lao-ciangkun yang terlanjur marah oleh makian pemuda ini menarik kembali perintahnya untuk menjebloskan Yu Kang di penjara bersama ayahnya. Pemuda itu dibawa ke ruang belakang, digantung dengan kepala di bawah di atas sebuah perapian yang penuh bara menyala. Dan gusar oleh sepak terjang pemuda yang dianggap kurang ajar itu Lao-ciangkun menyiksa pemuda ini dan menyuruh panggil ayahnya untuk menonton.

"Pengawal, bawa orang tua she Yu itu ke sini. Lihat apa yang akan kulakukan terhadap puteranya!"

Pengawal yang diperintah mengangguk. Dia mengambil ayah Yu Kang di penjara bawah tanah, searang kakek berusia enampuluh tahun yang kurus dan pucat tapi memiliki sinar mata penuh keberanian. Seorang kakek yang gagah namun lemah fisiknya. Dan begitu dibawa ke ruang belakang menemui komandan she Lao itu kakek tua ini tertegun ketika melihat anaknya digantung di atas sebuah perapian yang menyala,Yu Kang...!"

Tapi Yu Kang masih pingsan. Dia belum siuman, dan Lao Ti yang tertawa mengejek melihat keterkejutan kakek itu sudah bangkit berdiri sambil memelintir kumisnya. "Tua bangka she Yu, anakmu datang membuat onar. Apa yang kau inginkan dan anakmu yang tidak tahu adat ini?”

Kakek Yu terbelalak. "Bebaskan dia, ciangkun. Dia tentu mencariku untuk menuntut pertanggung-jawabanmu!"

"Hm, demikian mudah?"

Kakek Yu tertegun. "Jadi apa maumu, Ciangkun?"

Komandan kota ini menyeringai. "Aku ingin menghukumnya, tua bangka. Membawamu ke sini agar kau saksikan anakmu yang kurang ajar itu mendapatkan hukumannya!" lalu menoleh pada pengawal di sebelah laki-laki itu berseru, "Ci Ho, ambil air dan siram mukanya. Sadarkan dia...!"

Pengawal yang ditunjuk mengangguk cepat. Dia mengambil air dingin, lalu menyiram kasar maka Yu Kang dia menyadarkan pemuda itu. Dan begitu Yu Kang siuman dan membuka matanya tiba-tiba dia mengeluh dan terbelalak melihat dirinya digantung, apalagi ketika dia melihat ayahnya di situ.

"Ayah!"

Kakek Yu melompat. Dia gemetar dan pucat mukanya melihat keadaan anaknya ini, tapi seorang pengawal yang menghadang di depan menodongkan tombaknya menyuruh mundur kaket tua itu. "Yu-lopek, jangan dekat-dekat. Lao-ciangkun hanya menyuruhmu melihat, bukan menolong!"

Kakek Yu memberontak. “Tapi kalian tak boleh menyiksanya, manusia-manusia biadab. Dia tidak bersalah dan tidak boleh dihukum!" lalu berteriak parau merebut tombak di tangan pengawal itu kakek ini tiba-tiba melompat untuk menolong Yu Kang.

Tapi dua orang pengawal membentak marah. Mereka menyerang dan mengemplang kepala kakek itu. Dan begitu kakek ini kalah kuat dan terhuyung ke belakang tiba-tiba kepalanya sudah dikemplang gagang tombak yang membuat dirinya tersungkur roboh. "Tua angka jangan macam-macam kau... plak!"

Kakek Yu menjerit. Dia terang tak dapat menghadapi pengawal-pengawal itu, dan ketika dia bangkit berdiri dengan mata melotot tahu-tahu kedua lengannya telah ditelikung ke belakang. Dan begitu Lao Ti memberi tanda maka kakek yang lemah fisiknya ini telah diikat hingga tak dapat melepaskan diri!

Tentu saja kakek ini beringas. Tapi karena dia tak dapat melepaskan dirinya dan lawan terlalu berat baginva maka satu-satunya jalan untuk melampiaskan semua kemarahan adalah dengan memaki-maki lawan. "Lao-ciangkun, kau pembesar terkutuk! Kau manusia hina yang menginjak-injak rakyat kecil!"

Lao Ti mendengus. Dia mendelik pada kakek itu, dan ketika ayah Yu Kang ini tak dapat dikekang mulutnya diapun menjadi marah dan memberi aba-aba pada pengawal pertama. "Ci Ho, bungkam mulutnya. Sumpal dengan bajunya itu!"

Sang pengawal melompat maju. Dia menampar kakek itu tiga kali, dan kakek Yu yang kontan pecah bibirnya segera disumbat mulutnya dengan baju yang dirobek kasar, berteriak-teriak tapi tak ada suara yang keluar. Dan ketika dia diikat disebuah tiang maka kakek iiupun terbelalak dan berapi-api memandang ke depan.

Lao Ti tersenyum mengejek. "Bagaimana, tua bangka? Kau ingin melihat pertunjukan segera dimulai?"

Orang tua itu terengah napasnya. Dia tak dapat berbuat apa-apa, kecuali melolot dan memandang penuh kemarahan pada pembesar itu, cemas dan gelisah melihat nasib anaknya yang amat mengkhawatirkan. Tapi Yu Kang yang tak kenal takut pada semuanya itu berteriak pada ayahnya, "Ayah, tak perlu kau takut. Orang she Lao ini paling-paling hanya dapat menyakiti kita tapi tak dapat merobah keputusan kita. Dia bandot tua bangka yang tak pantas untuk Yu Lin."

Lao-ciangkun mendesis. Dia gusar pada omongan pemuda itu, maka membentak dan memberi aba-aba dia menyuruh pengawalnya menurunkan Yu Kang agar lebih dekat pada bara api yang uapnya cukup membuat orang merasa terpanggang. "Ci Ho, turunkan pemuda itu semeter lagi di atas perapian. Dekatkan kepalanya dan panggang dia!"

Sang pengawal menyeringai. Dia mengerek turun tubuh pemuda itu, yang terbelalak melihat bara api menyala di bawah kepalanya. Dan begitu Yu Kang dekat dengan tempat perapian ini tiba tiba pemuda itu mengeluh ketika merasa kepalanya terbakar oleh uap yang panas. "Lao-ciangkun, kau manusia keji...!"

Tapi laki-laki ini tertawa. Dia melihat pemuda itu meronta, naik turun tidak menentu dalam usahanya menjauhkan diri. Tapi karena Yu Kang terikat dan digantung oleh tali berkerek tentu saja usahanya itu sia-sia. Dan ketika semenit saja pemuda itu didekatkan mukanya dengan tempat perapian yang panas luar biasa ini tiba-tiba keringat sebesar jagung menetes-netes turun di wajah Yu Kang yang merah padam, mendelik dan berkaok-kaok memaki pembesar itu.

"Lao-ciangkun, kau tak tahu malu. Kau manusia keji yang terkutuk yang hina-dina! Semoga api neraka kelak membakarmu lebih hebat dari ini!"

Lao-ciangkun tertawa bergelak. "Ha-ha, kau tahu apa tentang api neraka, bocah? Kau boleh berkaok-kaok sepuas hatimu tapi aku tetap akan memanggangmu sampai menjadi daging bakar. Kecuali dengan syarat adikmu mau kuambil sebagai isteri!" dan komandan kota yang tertawa dengan tubuh berguncang-guncang itu semakin terbahak ketika melihat Yu Kang meronta-ronta di tali gantungan, usaha yang sia-sia saja dilakukan pemuda itu.

Dan ketika Yu Kang melemah gerakannya dan mengeluh dengan keringat bercucuran tiba-tiba pemuda itu tak bergerak lagi dan lemas di atas tali gantungannya. Pingsan. Tak tahan oleh api yang membuat tubuhnya serasa dibakar hidup-hidup itu.

Komandan she Lao ini kecewa. Dia melihat pertunjukan berjalan tak lebih dari lima menit. Hal yang membuat dia kecewa karena dia ingin melihat pemuda itu dihajarnya habis-habisan dalam penderitaan yang lama. Tapi melihat kakek Yu tampaknya girang dan lega melihat puteranya pingsan tiba-tiba membuat komandan itii marah dan menghampiri orang tua itu.

"Yu Lo, kau ingin puteramu benar-benar kupanggang hidup-hidup di atas perapian itu? Kau ingin aku menurunkannya sedikit lagi dan membenamkan kepala anakmu diatas bara itu?"

Kakek Yu terbelalak. Dia ah-ah-uh-uh tak dapat bicara, maklum sumbat mulutnya masih belum dilepas. Dan Lao-ciangkun yang akhirnya melepas sumbat ini agar orang tua itu dapat bicara sudah memandangnya dengan penuh ancaman,

"Bagaimana, tua bangka? Kau ingin anakmu benar benar kurebus hidup hidup?"

Kakek Yu berteriak lantang, "Kau tak boleh melakukan itu, Lo-ciangkun. Biarlah aku yang kau bakar sebagai penggantinya. Bebaskan Yu Kang!"

"Hm, aku akan membebaskannya kalau kalian mencabut kembali hinaan itu, orang tua. Menerima maksud hatiku dan menyerahkan anak gadismu untuk menjadi isteriku!"

"Cih, kau tak tahu malu, Lao-ciangkun. Kau tak menengok dirimu yang sudah tua ini! Siapa mau mengorbankan anak sendiri untuk diserahkan pada bandot tua macammu ini? Biar matipun tak sudi aku melakukannya. Kau manusia iblis. Kau manusia terkutuk...!"

"Keparat, kau justeru memaki-makiku, tua bangka? Kau memperberat dosamu? Baiklah, lihat anakmu kupanggang hidup-hidup di sini!" dan Lao-ciangkun yang gusar oleh kekerasan kepala kakek itu lalu memberi isyarat mengerek naik Yu Kang yang masih pingsan untuk disadarkan. Lalu begitu pemuda itu mengeluh dan siuman untuk yang kedua kalinya laki-laki inipun memberi aba-aba, "Ci Ho, turunkan tubuhnya dan panggang lebih dekat lagi. Sentuhkan rambutnya itu dan tarik kembali kalau dia mau pingsan!"

Kakek Yu berteriak-teriak, "Tidak... jangan, Lao-ciangkun... biarkan aku saja yang mengganti anakku...!"

Tapi laki-laki itu tak perduli. Dia menyuruh pengawalnya menjalankan perintah, dan begitu Yu Kang dikerek turun dan disentuhkan kepalanya pada bara api yang menyala itu tiba-tiba Yu Kang menjerit dan meronta tidak karuan. Pemuda ini kesakitan, dan begitu dia dinaik-turunkan di atas bara api yang menyala itu segera pemuda ini mengalami penderitaan yang hebat.

Dia tak dapat pingsan lagi sekarang, karena setiap mau pingsan selalu tubuhnya ditarik lebih dulu, di angkat ke atas. Dan begitu sadar kembali dan menjerit-jerit di tali gantungan segera tubuhnya diturunkan untuk didekatkan lagi pada permukaan api yang tentu saja membuat Yu Kang mandi keringat. Pemuda ini mulai terbakar rambutnya, hangus disentuh uap panas yang luar biasa itu. Dan ketika kejadian ini berulang-ulang dilakukan kepadanya maka ayahnya yang tak tahan oleh pemandangan itu tiba-tiba roboh pingsan lebih dulu. Tak kuat melihat penderitaan sang anak!

“Lao-ciangkun, kau iblis bertubuh manusia...!"

Lao-ciangkun mengernyitkan kening. Dia melihat kakek Yu pingsan, roboh dan pucat mukanya. Tapi Ci Ho yang merupakan orang kepercayaannya itu tiba-tiba berseru kepadanya, menghentikan sejenak tarikan kereknya.

"Ciangkun, sebaiknya bocah perempuan she Yu itu dibawa ke mari saja. Perempuan biasanya lebih lemah perasaannya dibanding lelaki!"

Komandan itu mengerutkan kening. "Apa maksudmu, Ci Ho?"

"Begini, ciangkun. Untuk memenuhi tuntutanmu itu sebaiknya anak perempuan itu dibawa ke mari, disuruh lihat keadaan ayah dan kakaknya ini. Kalau dia mau tukar-menukar denganmu untuk kebebasan orang tua dan kakaknya ini maka ia harus menerima tawaranmu diambil isteri! Bukankah ini pasti berhasil?" pengawal itu tertawa.

"Hm..." Lao-ciangkun berseri mukanya, "Usulmu cocok sekali, Ci Ho. Itu memang satu-satunya jalan untuk menundukkan keluarga yang keras kepala ini. Ha-ha, memang betul. Itu bagus sekali!" dan tertawa bergelak memandang dua pengawal lain yang ada di situ laki-laki inipun mengangkat lengannya, memberi perintah. "Chi Pao, Lauw Kam, bawa anak perempuan itu ke mari. Cepat...!"

Dua pengawal di sudut mengangguk. Mereka melompat keluar, tapi Yu Kang yang terbelalak mendengar ini semuanya tiba-tiba merontak dan berteriak, "Lao-ciangkun, kau jahanam keparat. Jangan ambil adikku di rumah...!"

Komandan ini tertawa mengejek. "Memangnya kenapa, bocah she Yu? Bukankah itu untuk kebebasan dirimu sendiri? Aku sekedar mengajukan tawar-menawar. Kalau adikmu tak mau tentu saja aku juga tak akan memaksa tapi kalian semua akan kubunuh!"

Yu Kang memaki kalang-kabut. Dia pucat dan marah bukan main. Tapi karena tak berdaya menghadapi semuanya itu maka diapun hanya berkaok-kaok bagai ayam disembelih. Dan ketika satu jam kemudian dua orang pengawal itu kembali ke tempat mereka maka tampaklah di antaranya seorang gadis cantik yang menangis tersedu-sedu dengan air mata bercucuran. Dialah Yu Lin, adik satu-satunya Yu Kang itu. Dan begitu tiba di tempat dan melihat keadaan kakaknya yang tersiksa di atas bara perapian tiba-tiba gadis ini menjerit dan berlari menghampiri.

"Kang-koko, apa yang kau alami? Di mana ayah?"

Lao-ciangkun memberi isyarat. Dia sudah bersinar matanya melihat gadis cantik ini. Perawan limabelas tahun yang segar dan ramping. Ranum bagai mangga yang siap masak! Dan pengawalnya yang melompat menghadang dengan tombak dipalangkan menyuruh gudis ini jangan maju mendekat.

"Yu-siocia, dengarkan kata-kata Lao ciangkun. Jangan menyentuh kakakmu dulu!"

Gadis itu tersedu sedu. Ia berhenti, menghadapi tombak yang dipalangkan itu. Dan Lao-ciangkun yang batuk-batuk kecil di belakangnya tahu-tahu melompat ke depan dengan mulut menyeringai.

"Nona, kakak dan ayahmu menghina aparat pemerintah. Bagaimana sikapmu dengan semuanya ini?"

Yu Lin terguncang pundaknya. "Bebaskan mereka, ciangkun. Bebaskan mereka dan biar aku menuruti semua permintaanmu!"

"Hm, kau mau memberi imbalan jasa untuk kebaikanku ini, nona? Kau benar-benar mau menolong mereka?" Lao ciangkun gembira, tersenyum lebar.

"Ya-ya, apa yang kau minta akan kuturuti, ciangkun. Aku akan melakukan apa saja asal kau membebaskan ayah dan Kang-koko!"

Tapi Yu Kang tiba-tiba berteriak, "Tidak! Jangan gila, Lin-moi. Pembesar itu akan meminta imbalan jasamu sebagai isteri. Kau akan dijadikan gundik?"

Yu Lin tersedu-sedu. "Aku tahu, koko. Dua pengawal ini telah memberitahuku di tengah jalan. Tapi aku rela asal kalian selamat dan pulang baik-baik ke rumah...!"

Yu Kang mencak-mencak. "Tidak bisa. Kau tak perlu menjual harga dirimu, Lin-moi. Aku dan ayah sudah siap mati untuk membela kehormatanmu. Pulanglah, dan cepat lari dari sini!"

Tapi gadis itu mengguguk, menggelengkan kepalanya dan menubruk komandan she Lao. "Lao ciangkun, bebaskan kakak dan ayahku. Aku rela memenuhi permintaanmu demi keselamatan orang-orang yang kucinta!"

Yu Kang melotot marah. Dia gusar bukan kepalang oleh jawaban adiknya itu. Dan Lao-ciangkun yang tertawa bergelak oleh kata-kata gadis cantik ini tiba-tiba mengangkat pundak orang dia mengelus pipinya, bersinar penuh kegembiraan. "Kau benar-benar tidak menarik janjimu, nona? Kau tidak menipuku?"

"Tidak... tidak.., aku tak menarik janjiku, ciangkun. Aku sungguh-sungguh bicara benar asal kau membebaskan Kang-koko dan ayah...!"

Maka Lao-ciangkun yang tertawa bergelak oleh jawaban ini segera menoleh pada pengawal kepercayaannya. "Ci Ho, lepaskan saudara Yu Kang. Dia calon kakak iparku yang baik" dan menyeringai pada gadis cantik itu komandan she Lao ini tiba-tiba memeluk pinggang orang, membawanya keluar dari ruang siksaan itu. "Yu siocia, kau memang gadis yang amat berbakti. Aku sungguh kagum dan cinta padamu!"

Tapi Yu Kang yang dibebaskan dari tali gantungannya tiba-tiba berteriak, mengejar pembesar itu. "Lao ciangkun, lepaskan adikku. Kau laki-laki biabab!"

Lao-ciangkun mengerutkan kening. Dia mengelak dan memasang Yu Lin di mukanya, dijadikan perisai. Dan pembesar yang marah ini mengancam, "Yu-siocia, tidak dapatkah kau menasehati kakakmu itu? Baik-baik aku memenuhi permintaanmu, karena itu tolong pula kau sadarkan kakakmu yang nekat ini!"

Yu Lin tersedu-sedu. Dia tahu kemarahan kakaknya. Tapi maklum ayah daa kakaknya itu berada di sarang harimau diapun mencegat dan berseru, "Kang-koko, jangan menyerang. Aku siap membebaskanmu dengan taruhan ini!"

"Tapi kau hanya akan dijadikan barang permainannya saja, Lin-moi. Laki-laki itu hanya mencintai tubuh dan kecantikanku belaka!"

"Tidak, jangan persoalkan itu, koko. Aku tak perduli sifat cintanya asal kau dan ayah selamat!"

"Tapi kau akan menderita, Lin-moi. Laki-laki ini bukan manusia melainkan binatang. Kau akan tersiksa lahir batin!”

Lao-ciangkun mendelik. "Saudara Yu Kang, tahan omonganmu yang kasar itu. Kalau tidak aku akan membunuh kalian di sini!"

"Aku tak takut. Kau iblis berkedok manusia, Lao-ciangkun. Kau binatang berhati keji yang tidak dapat dipercaya!" dan Yu Kang yang menyerang pembesar ini dengan gerakan tiba-tiba tahu-tahu mendaratkan tinjunya di muka orang.

Tapi Lao-ciangkun berkelit. Dengan cepat tentu saja dia menghindari serangan itu, dan marah oleh sepak terjang Yu Kang yang dinilai kurang ajar sekonyong-konyong Yu Lin yang ada di depannya didorong maju, menerima pukulan Yu Kang. "Plak!" dan Yu Lin yang menjerit oleh tinju kakaknya ini segera terpelanting roboh dengan hidung berdarah!

"Kang-koko, hentikan itu., hentikan kenekatanmu aku bisa bunuh diri kalau kau tidak mau mendengar kata-kataku...!"

Yu Kang tertegun. Dia terkesima melihat adiknya roboh, menjerit-jerit dan minta agar dia tidak menyerang lagi. Dan Yu Lo yang saat itu siuman dan kaget melihat puterinya juga ada di situ sekonyong-konyong gemetar tubuhnya dan bangkit berdiri. "Lin ji, kenapa kau ke sini?"

Yu Lin tersedu-sedu. "Aku ingin membebaskan kalian, ayah. Aku datang agar kalian cepat pulang dan sini dan kembali dengan selamat!"

"Tapi Lao-ciangkun menyiksa kami, Lin-ji. Mana mungkin aku dan kakakmu pulang?"

"Tidak, aku telah memenuhi permintaan Lao-ciangkun, ayah. Aku menerima cintanya dan siap diperisteri!"

Kakek Yu kaget. "Apa? Kau gila, Lin-ji?"

Tapi Yu Lin mengguguk dan menggelengkan kepalanya keras-keras. "Tidak... tidak... aku telah berjanji, ayah. Lao ciangkun akan membebaskan kalian asal aku memenuhi permintaannya. Kau pergilah, bawa Kang-koko jauh-jauh dari sini...!"

Kakek Yu melompat ke depan. "Aku tak mengijinkan, Lin-ji. Kau hanya dijadikan korban nafsu binatangnya saja. Tidak boleh!" dan kakek yang sudah menarik lengan puterinya ini tiba-tiba menyeret puterinya untuk melarikan diri.

Tapi Lao-ciangkun tertawa mengejek. "Yu-lopek, anakmu telah baik-baik berjanji denganku. Apakah kini hendak ditarik begitu saja dengan mudah?" dan para pengawal yang telah mendapat isyarat dan menghadang di depan pmtu keluar tiba-tiba membuat Yu Lin meronta, melepaskan diri dari ayahnya dan menubruk komandan kota itu.

"Lao-ciangkun, jangan ganggu mereka. Lepaskan ayah dan kakakku...!"

Kakek Yu membelalakkan mata. Dia melihat para pengawal sudah memandangnya penuh ancaman dan Yu Kang yang cemas oleh keselamatan ayahnya itu tiba-tiba melompat menghampiri ayahnya, melindungi di depan dengan gagah sekali. "Ayah, Lin-moi sengaja membebaskan kita dengan mempertaruhkan kehormatannya. Apa yang akan kau lakukan?"

Kakek Yu mengepal tinju. "Aku akan menyuruhnya lari, Kang-ji. Biarlah aku mati asal adikmu selamat!"

Tapi Yu Lin berteriak, menangis tersedu-sedu, "Tidak, aku tak mau lari, ayah. Aku akan tinggal di sini bersama Lao-ciangkun. Kau pergilah, jangan sia-siakan pengorbananku...!"

Ayah dan anak itu saling pandang. "Bagaimana pendapatmu, Yu Kang?"

"Aku siap mempertaruhkan jiwaku, ayah. Sebaiknya kau larilah bersama Lin-moi!"

Tapi Yu Lin berteriak, semakin deras tangisnya, "Tidak, jangan lakukan itu, Kang-koko. Kita bertiga bakal tewas kalau kalian melawan. Pergilah, aku siap menyelamatkan kalian. Kalau tidak aku akan bunuh diri sebelum kalian menyerang...!"

Dan Yu Kang serta ayahnya yang menjublak oleh teriakan ini seketika bingung dengan muka pucat. Mereka mengenal kekerasan hati Yu Lin yang akan menjalankan kata-katanya kalau ditentang. Maklum bahwa gadis itu akan bunuh diri bila mereka memberontak. Yang berarti ketiga-tiganya akan binasa dan tak mungkin selamat lagi dari tangan laki-laki jahanam itu, komandan she Lao! Maka memberi isyarat dan sedikit kedipan pada ayahnya yang tertegun di tempat segera Yu Kang berbisik,

"Ayah, tak perlu melawan lagi. Nanti saja kita kembali secara diam-diam untuk menyelamatkan Lin-moi!"

Sang ayah menarik napas. Dia maklum akan suasana saat itu, yang tegang dan benar-benar membahayakan pihaknya. Terutama dua anaknya yang masih muda-muda itu. Maka mengangguk dan menangis memandang Yu Lin kakek ini terisak dan memutar tubuhnya. "Baiklah, aku memenuhi keinginanmu, Lin ji. Tapi hati-hati dan jaga dirimu baik-baik!" lalu melompat dengan air mata bercucuran kakak ini mengajak Yu Kang keluar.

Kini menanglah laki-laki she Lao itu. Dia tersenyum lebar, tertawa bergelak dan memberi isyarat agar para pengawalnya jangan menghalangi kepergian dua orang ayah dan anak itu. Dan Yu Kang serta ayahnya yang keluar meninggalkan tempat yang amat menyakitkan ini dengan muka merah padam akhirnya kembali ke rumah mengumpulkan tenaga baru. Mereka tak berkutik oleh ancaman Yu Lin yang mereka sayang itu. Tapi membayangkan adiknya itu bakal dijadikan barang permainan saja oleh komandan she Lao itu Yu Kang berkerot-kerot giginya sambil mengepal tinju.

Dan benar. Yu Lin saat itu juga menyerahkan kehormatannya pada laki-laki yang menguasainya ini. Dia melayani nafsu binatang komandan she Lao itu. Tapi karena dia melayani dengan sikap terpaksa dan menangis terus di kamar pribadi laki-laki itu akhirnya Lao-ciangkun tidak puas dan kecewa. Apalagi ketika Yu Lin tak mau mengulang hasrat nafsunya yang masih berkobar, belum terpuaskan dalam permainan cinta yang berat sebelah itu.

"Eh, kenapa menolak, Yu-siaocia? Bukankah kau bilang siap menjadi isteriku? Kemarilah, aku sayang padamu. Aku cinta padamu...” dan Lao-ciangkun yang coba merayu gadis ini dengan segala cara sudah memeluk dan mengangkat gadis itu kembali ke atas pembaringan.

Tapi Yu Lin menangis. Dia mandah dilempar ke pembaringan, tapi ketika laki-laki itu minta untuk dilayani kedua kalinya gadis ini mengguguk dan diam saja. Hal ini yang membuat Lao ciangkun marah.

"Lin-moi, kau sudah menjadi isteriku, bukan? Kenapa diam saja?"

Yu Lin terguncang-guncang pundaknya. Dia tak menjawab, dan ketika Lao-ciangkun menjambak rambutnva dan mulai bersikap kasar tiba-tiba gadis ini melompat turun dan menghambur ke tembok ruangan. Dengan tidak disangka-sangka ia membenturkan kepalanya, keras sekali. Dan begitu tembok dibentur kuat tiba-tiba saja gadis ini mengeluh dan terguling roboh. "Dukk...!"

Lao-ciangkun terkejut. Dia melompat turun dengan kaget, terbelalak mendekati gadis yang baru dihisap madunya ini. Tapi melihat Yu Lin tak bergerak lagi dan tengkoraknya retak oleh benturan itu tiba-tiba komandan ini menggeram dan mengumpat. "Keparat, kau gadis sialan, bocah she Yu. Kau tak tahu diri dan membuatku marah!"

Dan Lao-ciangkun yang sudah menggerakkan kakinya itu tiba-tiba menendang tubuh gadis yang telanjang bulat ini keluar kamar. Yu Lin yang sudah menjadi mayat terlempar, dan begitu mencelat di luar pintu segera komandan ini memanggil para pengawalnya, "Ci Ho, Lauw Kam, kembalikan gadis itu ke rumah si tua bangka. Bilang dia bunuh diri di tembok kamar....!"

Dua tangan kanan komandan she Lao itu tertegun. Mereka tak menyangka gadis yang baru memasuki kamar ini sudah menjadi mayat. Tapi melihat gadis itu retak kepalanya dan betul bunuh diri seperti apa yang dikatakan komandan mereka segera dua orang ini mengangkat mayat gadis itu dan membawanya ke rumah Yu Lo.

Dan Yu Kang serta ayahnya tentu saja geger. Mereka marah bukan main, dan melihat Yu Lin menjadi mayat dengan kepala pecah tiba-tiba saja mereka menyerang dua orang pengawal itu tanpa banyak cakap! Ayah dan anak sama-sama nekat. Tapi karena mereka orang-orang lemah yang hanya memiliki keberanian besar tanpa ditunjang ilmu silat sebagai pelengkap hidup maka tentu saja dua orang ini tak dapat berbuat banyak terhadap dua orang pengawal komandan she Lao itu. Golok dan pisau yang membabi-buta di tangan Yu Kang dan ayahnya tak berarti banyak. Dan ketika dua orang pengawal itu marah dan mencabut tombak mereka maka Yu Kang dan ayahnya menjerit roboh, terkapar dengan dada berlubang!

"Nah, apa kataku, orang-orang she Yu? Kalian tak tahu diri. Menghina dan menyerang aparat pemerintah!" dan dua orang pengawal yang menendang lalu memutar tubuh itu sudah meninggalkan Yu Kang dan ayahnya yang luka parah, menggeletak tanpa dapat berbuat apa-apa.

Dan Yu-lopek yang rupanya tak kuat menahan tiba-tiba sudah terkulai tewas di samping anaknya dengan mata mendelik, menggegerkan tetangga sekitar yang sejak tadi tak berani keluar karena takut pada pengawal Lao-ciangkun yaag terkenal bengis dan kejam. Tapi begitu dua orang ini meninggalkan rumah tiba-tiba sesosok bayangan langsing berkelebat masuk.

"Saudara yang gagah, apa yang terjadi ini?"

Yu Kang terbelalak. Dia melihat seorang gadis cantik muncul di dalam rumahnya, muncul begitu saja bagai bayangan setan. Tapi Yu Kang yang melihat pandangan mata penuh persahabatan dari gadis yang belum dikenal ini segera mengeluh dan bangkit duduk, mendekap dadanya yang terluka parah oleh tusukan tombak. Tapi tak kuasa menahan sakit diapun terjengkang kembali dan menuding-nuding tak jelas.

"Nona, mereka.... mereka membunuh adikku...!"

Gadis ini melompat maju. Dia sudah menolong Yu Kang untuk bangun sebisanya, tapi melihat luka yang parah ini tiba-tiba alisnya yang menjelimut indah berkerut dalam. Itulah luka yang amat gawat sekali. Luka yang benar-benar tak dapat ditolong! Tapi mencoba menotok jalan darah di pundak pemuda ini gadis cantik itu merebahkan Yu Kang dengan hati-hati kembali di atas lantai.

"Sobat, kau tak boleh banyak bicara. Lukamu gawat."

"Ya, aku tahu, nona... tapi jahanam-jahanam itu... mereka itu..." Yu Kang batuk-batuk tersendat bicaranya, tampak menahan sakit sekaligus menahan marah, "...mereka itu membunuh adikku, nona... mereka juga membunuh ayahku sebagai orang tua satu-satunya... keparat...!"

Gadis ini mengerutkan kening. "Siapakah mereka yang kau maksudkan itu, sobat? Dan apa yang terjadi? Siapa kau?"

Yu Kang menangis penuh dendam. "Aku Yu Kang, nona. Aku dan ayah baru saja kembali dari rumah Lao-ciangkun. Dia... manusia terkutuk itu, membunuh adikku...!"

"Hm, apa yang terjadi, Yu-twako? Siapa adikmu itu?"

"Dia Yu Lio, nona. Baru saja membebaskan kami di rumah Lao-ciangkun. Tapi... tapi tiba-tiba saja dia telah menjadi mayat dari rumah jahanam she Lao uh...!" dan Yu Kang yang terpatah-patah menceritakan peristiwa itu sudah menangis dan tersendat-sendat bicaranya. Dia menahan sakit dan dendam yang amat besar, menceritakan semua peristiwa dan awal hingga akhir pada gadis yang belum dikenalnya ini. Gadis yang telah memberikan simpati dan rasa perhatian yang sungguh-sungguh. Dan ketika Yu Kang habis bercerita dengan lengkap dan jelas sekonyong-konyong pemuda itu mengeluh dan terguling roboh.

"Nona, tolong kau balaskan sakit hati ini. Bunuh jahanam keparat she Lao itu!"

Gadis ini bangkit berdiri. Mukanya sudah merah padam mendengar cerita Yu Kang itu, pemuda yang sekarat dalam menanti mautnya ini. Dan mengangguk dengan mata berapi-api iapun mendesis dan mengepalkan tinjunya. "Yu-twako, tak perlu khawatir. Aku pasti menghajar manusia jahanam itu!"

"Ah, terima kasih, nona... terima kasih... aku, ugh...!" Yu Kang tak sempat melanjutkan kata-katanya. Dia sudah terguling dan kejang-kejang seperti ayam disembelih, dan ketika pemuda itu mengeluh sambil menuding-nuding keluar mendadak tubuhnya menggeliat dan roboh tak bergerak-gerak lagi. Yu Kang tewas, menyusul adik dan ayahnya di alam baka.

Dan gadis cantik yang tertegun melihat semuanya itu tiba-tiba berkelebat keluar. "Lao-ciangkun, kau manusia tak mempunyai perasaan...!"

Para tetangga di kiri kanan geger. Mereka kini berhamburan keluar memasuki rumah Yu-lopek itu, melihat sepintas betapa gadis yang bergerak bagai setan terbang itu menuju ke rumah komandan she Lao. Dan mereka yang gempar melihat mayat Yu-lopek serta dua anaknya bergelimpangan mandi darah segera menolong dan merawat tiga jenazah itu, merubung bagai tawon merubung sarang, membicarakan kejadian yang menggegerkan ini sekaligus kedatangan si gadis cantik yang tak mereka kenal. Dan begitu rumah Yu-lopek dijadikan ajang keributan pembicaraan ramai, maka di tempat lain kegemparan serupa juga melanda rumah Lao-ciangkun.

Saat itu gadis yang tak dikenal ini telah tiba di rumah komandan kota itu, berdiri tegak di luar pintu gerbang karena dihadang dua orang pengawal yang menjaga rumah komandan ini. Dan melotot memandang mereka gadis ini membentak, "Mana Lao-ciangkun, tikus-tikus busuk? Mana manusia iblis yang telah membunuh keluarga Yu-lopek itu?"

Dua orang pengawal itu terkejut. Mereka tentu saja tertegun melihat kedatangan gadis cantik yang marah-marah ini, yang berapi matanya dan melotot pada mereka. Tapi mendengar gadis itu menyebut-nyebut nama Yu-lopek tiba-tiba saja mereka tertawa mengejek dan mengacungkan tombak. "Nona, kau siapakah dan apa hubunganmu dengan Yu-lopek itu? Kenapa kau memaki atasan kami?"

"Tak perlu cerewet. Lao-ciangkun telah membunuh orang orang tak berdosa, tikus-tikus busuk. Karena itu panggil dan suruh dia keluar kalau tak ingin kulabrak di dalam!"

Dua pengawal ini marah. Mereka tentu saja geli, memandang gadis yang tampaknya lemah itu, gadis biasa-biasa saja yang tidak memiliki sesuatu yang menonjol, kecuali kecantikannya itu tentu saja. Dan seorang di antaranya yang tertawa mengejet oleh sikap gadis itu tiba-tiba menyeringai lebar dan mengulurkan lengannya, mengusap dada orang.

"Nona, sebaiknya kau temani saja kami berdua di sini. Tak perlu marah-marah begitu...wutt!" tapi si gadis yang sudah mengelak ke kiri dan membuat sambaran luput tahu-tahu ganti menggerakkan lengannya menampar muka orang.

"Manusia ceriwis, tak perlu kau kurang ajar... plakk!" dan si pengawal yang sudah terpelanting roboh tahu-tahu menjerit dengan muka kaget dan pipi bengap, pecah bibirnya! Dan begitu kaget dan melompat bangun sadarlah pengawal ini bahwa yang dihadapi itu bukanlah gadis sembarangan. Maka begitu berteriak dan menusukkan tombaknya bergeraklah pengawal ini memberi aba-aba pada temannya.

"A-swi, dia gadis liar. Serang...!"

Pengawal di sebelah terkejut. Dia juga kaget melihat temannya roboh, ditampar jari yang tampaknya lembut itu. Tapi sadar bahwa gadis yang datang ini bukan gadis sembarangan maka pengawal inipun mengangguk dan menggerakkan tombaknya, menusuk dan menyerang gadis yang belum mereka kenal itu, mengeroyok. Tapi gadis yang mengeluarkan suara dan hidung ini tiba-tiba mendengus. Dia tidak mengelak, juga tidak melompat mundur. Tapi begitu tombak datang menyambar dari depan sekonyong-konyong lengannya bergerak menangkis dengan lemparan ringan.

"Tikus-tikus busuk, kalian minta dihajar dulu? Baiklah...plak-plak!" dan dua tombak yang ditangkis dua batang lengan yang tampaknya halus dan lembut itu tahu-tahu tertolak ke belakang dan patah menjadi dua potong!

"Ah...!" dua pengawal ini terbelalak. Mereka berseru kaget, dan baru mereka melotot melihat tombak yang patah di tangan sekonyong-konyong gadis itu menggerakkan kakinya dan menendang mereka.

"Tikus-tikus busuk, pergilah. Des-dess..!" dan dua pengawal yang menjerit dengan suara keras itu tahu-tahu terlempar jauh bagai layang-layang putus talinya. Mereka terguling-guling, dan kaget bahwa gadis yang mereka hadapi ini ternyata demikian lihai mendadak mereka melompat bangun dan berteriak-teriak memukul besi yang bersuara "teng-teng" untuk memanggil bala bantuan.

"Kawan-kawan, keluar! Kita menghadapi gadis siluman....!"

Rumah Lao-ciangkun tiba-tiba menjadi ribut. Dua puluh penjaga yang ada di belakang dan samping rumah tahu-tahu berlompatan keluar, menuju ke halaman di mana dua pengawal ini berteriak-teriak. Dan begitu mereka muncul dengan golok dan tombak di tangan maka gadis cantik itu tahu-tahu sudah dikepung!

"Nona, kau siapa?"

Gadis ini menjengek. "Aku siapa tak perlu kalian tahu, tikus-tikus busuk. Yang penting suruh komandan kalian orang she Lao itu muncul. Aku hendak meminta pertanggungjawabannya atas pembunuhan keluarga Yu lopek!"

Para pengawal ribut. Mereka marah dan kaget, tapi dua pengawal pertama yang sudah dihajar gadis ini menyela dengan seruan keras, "Tak perlu banyak tanya, kawan-kawan. Serang dan tangkap saja dia...!"

Maka duapuluh pengawal yang mengangguk dan membentak itu sudah sama menggerakkan senjata. Mereka menyerang dan mulai menggerakkan golok dan tombak, menghujani gadis yang mereka kepung itu dengan suara ramai. Tapi gadis yang ada di tengah ini tiba-tiba mengeluarkan suara dari hidung. Dia menjengek, dan ketika hujan senjata menyambar dirinya mendadak tubuhnya melompat tinggi di udara, berjungkir balik dengan amat cepat tapi juga indah.

Lalu sementara semua senjata lewat di bawah kakinya tiba-tiba dia sudah turun di atas kepala seorang pengawal, hinggap bagai seekor burung besar. Kemudian, begitu dia membentak dan memutar kakinya tahu-tahu delapan orang pengawal yang ada di dekat dirinya sudah ditendang bergantian dengan luar biasa cepat.

"Des-des-dess..!" para pengawal berteriak kaget. Mereka tahu-tahu terpelanting roboh, senjata yang mereka cekal terlepas. Lalu ketika kaki yang telah merobohkan delapan pengawal ini membentur dahi pengawal yang diinjak kepalanya tahu tahu pengawal terakhir itupun menjerit keras dan roboh pingsan.

"Dukk...!" pengawal itu tak dapat bangun kembali. Dia sudah roboh di atas tanah, daa ketika gadis yang mempergunakan kepala pengawal yang pingsan itu melompat turun ke bawah maka gemparlah duabelas pengawal lain yang belum mendapat serangan.

"Ah, dia gadis berbahaya, kawan-kawan. Serang dan tangkap dia secara hati-hati..!"

Tapi seruan itu percuma. Gadis ini sudah tertawa mengejek, dan begitu dia menjejakkan kakinya berkelebat ke depan mendadak tubuhnya lenyap berputaran mengelilingi duapuluh pengawal yang terbelalak memandangnya itu. Lalu ketika lawan bengong tak dapat mengikuti gerakannya tiba-tiba kaki dan tangannya sudah memberi gaplokan pulang balik ke pundak lawan, tamparan ringan yang tidak membawa maut. Tapi begitu para pengawal disentuh jari-jari tangannya yang lembut ini mendadak semuanya menjerit danroboh bergelimpangan.

"Tikus-tikus busuk, kalian panggil orang she Lao itu kalau tidak ingin kubunuh.... plak-plak- plak!"

Semua pengawal berteriak kesakitan. Mereka tak ada yang tahan oleh tamparan ini, yang membuat pundak seakan retak dan golok serta tombak terlepas berkerontangan. Maka begitu terguling-guling dan maklum gadis yang cantik itu bukan tandingan mereka tiba-tiba duapuluh orang pengawal ini melompat bangun dan lari ke dalam, berkaok-kaok.

"Lao-ciangkun. kita didatangi wanita siluman... kita didatangi wanita siluman....!''

Tempat itu segera ribut. Gadis cantik yang tidak mengejar ini tersenyum mengejek, tegak dengan muka geli memandangi para pengawal yang terbirit-birit itu. Lalu ketika seorang laki-laki pendek melompat keluar membentak para pengawal yang berlarian ke dalam itu dengan muka merah segeralah keadaan menjadi tegang dalam suasana mencekam.

"Kerbau-kerbau dungu, kenapa kalian berteriak-teriak?"

Para pengawal menundukkan kepalanya. "Kami didatangi seorang siluman, ciangkun. Dia datang dan menghajar kami pulang balik!"

"Hm, siapa dia? Mana orangnya?"

"Itulah. Dia mencarimu, ciangkun. Katanya datang dari rumah Yu-lopek untuk meminta pertanggungjawabanmu!"

Laki-laki ini terkejut. Dia adalah Lao-ciangkun sendiri, bekas tangan kanan Hek-kiang-gu itu. Maka terbelalak keluar memandang gadis cantik yang berdiri tegak ini mendadak darah komandan itu tersirap dengan muka berubah. Tapi, melihat bahwa yang ditunjuk para pengawalnya itu adalah seorang gadis yang usianya belum dua-puluhan yang cantik dengan pipi kemerahan tiba-tiba komandan ini menyeringai dan melompat ke tengah halaman, memandang gadis yang berdiri tegak ini dengan mata berseri.

"Nona, kau siapakah dan ada apa mencariku? Betulkah kau dari rumah si tua she Yu itu?"

Gadis ini mendengus, sikapnya tiba-tiba dingin. "Benar, aku dari rumah Yu lopek itu, orang she Lao. Datang kemari untuk menuntut pertanggungjawabanmu kenapa kau membunuh orang baik-baik!"

"Ha, kau ada hubungan apa dengan tua bangka itu, nona? Apakah kau, hm,.. kau pacar pemuda she Yu itu?"

Gadis ini berkilat matanya. "Tahan omonganmu yang kotor, orang she Lao. Aku tidak ada hubungan apapun dengan keluarga Yu itu selain dorongan rasa kemanusiaan melihat kesewenang-wenanganmu!"

"Hm, kalau begitu kesewenang-wenangan dalam hal apa maksudmu? Kau menuntut tewasnya anak perempuan Yu-lopek itu?"

"Ya!"

"Aku tidak membunuhnya, nona. Dia bunuh diri atas kemauannya sendiri!"

"Bohong. Kau dusta, orang she Lao. Yu Kang menceritakan padaku bahwa kau membunuh adiknya dan kini malah membinasakan pula dua orang ayah dan anak itu!"

Lao-ciangkun mengerutkan kening. "Nona, aku benar-benar tidak membunuh bocah perempuan itu. Kau boleh melihat tengkorak kepalanya kalau tidak percaya. Tapi kalau kau mau membela orang-orang tak tahu diri itu aku juga tidak takut. Apa maumu?"

Gadis ini tertawa mengejek. "Mencabut nyawamu, orang she Lao. Atau kau minta ampun seribu kali dan kuarak keliling kota untuk berjanji pada penduduk tidak akan berbuat sewenang-wenang lagi!"

Lao-ciangkun marah. Dia mendelik pada gadis itu, tapi melihat kecantikan orang tiba-tiba dia tertawa lebar dan mencabut golok. "Nona, kau cantik. Bicaramu menyengat tapi menarik sekali bagiku. Bagaimana kalau kau yang tunduk saja dan menggantikan kedudukan anak perempuan she Yu itu dan masuk ke kamarku?"

Gadis ini merah mukanya. "Kau memang bandot tak tahu malu, orang she Lao. Sungguh tepat kalau begitu berita yang kudengar. Nah, lempar golokmu itu sebelum aku naik darah!"

"Ha-ha, memangnya kau dapat mengalahkan aku, nona? Golokku ini akan kubuang setelah kau kupeluk. Tapi sebelum aku merobohkanmu sebut dulu siapa nama dan dari mana kau berasal!"

"Cerewet, tak perlu banyak cakap, tikus she Lao. Hayo gerakkan golokmu itu dan nanti akan kuberi tahu siapa aku setelah kau robohkan!"

Maka Lao ciangkun yang jadi marah oleh sikap dan kata-kata gadis ini tiba-tiba tertawa bergelak. Dia menubruk dan menggerakkan golok nya, marah tapi juga bangkit nafsunya melihat gadis yang amat pemberani ini. Tapi begitu goloknya menusuk ke depan tiba-tiba dia kehilangan lawannya. Dia hanya melihat gadis itu menggerakkan kakinya, berkelebat dan entah ke mana sekarang lawannya itu. Dan ketika dia bingung oleh lawan yang hilang ini mendadak dia mendengar suara dari belakang,

"Orang she Lao, aku di sini!"

Lao ciangkun terkejut. Dia membalikkan tubuh, melihat gadis yang diserangnya itu sudah ada di belakangnya, berdiri dengan senyum mengejek. Maka kaget dan heran bagaimana gadis itu tahu tahu berada di belakangnya tiba-tiba komandan ini membentak dan menyerang lagi. Dua kali goloknya menusuk dan membacok, tapi ketika lawan tertawa mengejek dan berkelebat lenyap lagi-lagi dia kehilangan lawannya itu!

"Ah, kau mempergunakan ilmu siluman, nona cantik!" Lao,ciangkun terkesiap, kaget dan kembali membalik ke belakang ketika dia mendengar ejekan di belakang punggungnya. Tapi begitu dia menyerang dan menggerakkan golok, lagi-lagi lawannya itu tak ada. Begitu hingga empat kali berturut turut! Maka Lao-ciangkun yang jadi marah tapi juga gentar ini tiba-tiba berteriak,

"Nona, kau jangan mempergunakan ilmu siluman. Hadapi golokku secara berdepan kalau kau berani!"

"Hm, begitukah?" gadis ini menjengek. "Baik, kalau begitu permintaanmu akan kupenuhi, orang she Lao. Tapi setelah itu matamu harus dibuka lebar-lebar dan kau harus roboh!"

Dan begitu Lao-ciangkun membalik untuk yang kelima kalinya maka gadis itupun benar-benar ada di belakang dan tidak "menghilang" lagi. Lao-ciangkun gembira, berteriak dan menyerbu lawannya ini dengan serangan gencar yang bertubi-tubi, menusuk dan membacok untuk segera merobohkan lawan. Tapi gadis cantik yang bersikap tenang dan tidak gentar menghadapi semua serangannya itu tertawa mengejek dan mengelak kesana kemari. Gerakannya lincah, juga ringan.

Dan ketika Lao ciangkun menjadi marah dan menggerakkan golok secara membabi-buta maka gadis inipun mendengus dan berseru dingin, "Orang she Lao, awas hati-hati golokmu. Pegang erat-erat....!"

Lao-ciangkun mendelik. Dia penasaran sekali mengapa belum satupun juga serangan goloknya mengenai sasaran. Maka mendengar gadis itu memperingatkannya untuk berhati-hati komandan inipun menjadi berang dan buas sepak terjangnya. Dia menggerakkan golok lebih membabi-buta, mendesak dan merangsek penuh nafsu. Dan ketika lawan berkelit ke kiri untuk menghindari bacokan goloknya yang menyambar pundak sekonyong-konyong gadis itu menggerakkan jarinya menyentil golok dengan bentakan pendek,

"Orang she Lao, lepaskan golokmu... tring!" dan golok yang tiba-tiba mencelat dari tangan komandan she Lao itu sudah disambut teriakan kaget laki-laki ini yang berobah mukanya. Lao-ciangkun terkejut, lalu sementara dia terbelalak dan melempar tubuh bergulingan untuk menyelamatkan diri tahu-tahu gadis itu telah berkelebat di depannya dan menotok pundak.

"Tuk!" Lao ciangkun roboh terjerembab. Dia mengeluh dan kaget bukan main melihat kelihaian gadis ini. Lalu ketika gadis itu menginjak perutnya diapun mendengar kata-kata yang dingin mendirikan bulu romanya, kata kata halus tapi penuh ancaman, "Nah, apa kataku, orang she Lao? Masihkah kau ingin mengandalkan kepandaianmu yang rendah itu?"

Lao-ciangkun menggigil. "Tidak... tidak…nona!" dia berseru pucat. "Aku mengakui kelemahan diriku dan mohon ampun. Jangan kau bunuh atau sakiti diriku...!"

"Hm, lalu bagaimana pertanggung-jawabanmu tentang keluarga Yu itu? Bukankan kau telah membunuh mereka dengan mata tak berkejap?"

"Tidak... tidak, sungguh mati aku tidak membunuh mereka, nona. Yang membunuh itu adalah dua orang anak buahku yang menyerahkan kembali mayat anak perempuan Yu-lopek itu!"

"Tapi kau yang menyuruhnya, bukan?"

"Tidak, bukan aku yang menyuruh, nona. Mereka membunuh karena Yu-lopek dan anak laki-lakinya menyerang dua orang pengawalku!"

"Hm, sama saja, tikus busuk. Betapapun kaulah yang menjadi gara-gara dari kematian anak perempuan Yu lopek itu. Kau harus membayar setimpal dengan nyawamu pula!"

"Ah, jangan!" Lao-ciangkun pucat pasi mukanya. "Jangan kau bunuh aku, nona. Aku sungguh-sungguh tidak membunuh anak perempuan itu. Dia bunuh diri sendiri dengan membenturkan kepalanya di tembok!"

"Hm, betulkah?"

"Sungguh mati, aku tidak bohong, nona. Sebaiknya boleh kau buktikan sekarang kalau tidak percaya!"

Dan gadis cantik yang mengerutkan kening ini tiba-tiba membebaskan totokannya. "Baik, kalau begitu mari kita buktikan, orang she Lao. Tapi betapapun juga kau tak dapat kubebaskan begitu saja meskipun anak perempuan itu bunuh diri" Lalu menendang pantat laki-laki itu gadis ini membentak, "Hayo, jalan. Kita ke rumah Yu-lopek, tikus busuk. Dan jangan coba coba melarikan diri kalau kau tak ingin menambah dosamu!"

Dan Lao-ciangkun yang melompat bangun dengan muka pucat segera terseok-seok menuju rumah Yu-lopek. Dia tahu bahwa gadis ini bukan lawannya, maka maklum keselamatannya benar-benar di tangan gadis itu, komandan inipun tak banyak cakap lagi dan menuju ke rumah Yu-lopek dengan kaki gemetar.

Ternyata di situ para tetangga keluarga Yu ini masih berkumpul merawat dan mengurus tiga jenasah yang keadaannya menyedihkan itu. Tapi ketika melihat rombongan Lao-ciangkun datang mendadak mereka menyingkir din tampak ketakutan.

Tapi gadis ini berseru, "Saudara-saudara, tak perlu takut. Kami hendak memeriksa mayat-mayat keluarga Yu itu. Tenang...!" lalu menghampiri mayat Yu Lin yang ada di tengah, gadis inipun memeriksa tengkorak kepalanya. Dan ternyata benar. Gadis itu memang bunuh diri seperti apa yang dikatakan komandan she Lao ini, maka membalikkan tubuh memandang laki-laki ini gadis inipun bertanya, "Orang she Lao, kau ternyata benar, lalu hukuman apa yang sekarang kau inginkan?"

Laki-laki ini menjatuhkan dirinya berlutut. "Asal tidak kau bunuh atau kau sakiti aku terima mendapatkan hukuman apa saja, nona. Tapi sebelum kau menjatuhkan hukuman kepadaku sudilah kau memberi tahu namamu dulu."

"Hm, kau mau membalas dendam?"

"Tidak... tidak, mana berani aku melakukan itu, nona? Kau lihai dan memiliki kepandaian tinggi. Tak mungkin aku dapat mengalahkanmu. Aku hanya sekarang menagih janjimu sendiri di halaman rumahku!"

"Hm...!" gadis itu mendehem. "Aku Yap Bi Lan, tikus busuk. Aku tak kuatir meskipun kelak kau akan mencariku!"

"Ah...!" laki-laki ini terkejut. "Kau she Yap, nona? Kalau begitu apa hubunganmu dengan Pendekar Gurun Neraka Yap Bu Kong?"

"Dia ayahku!"

Dan begitu Lao-ciangkun mendengar jawaban ini tiba-tiba dia sudah mendeprok lemas di atas lantai, tak menyangka bahwa gadis yang menjadi lawannya itu adalah puteri Pendekar Gurun Neraka yang terkenal! Maka mangut-manggut dan gentar bukan main laki-laki inipun membentur-benturkan jidatnya dengan suara memelas.

"Ah, maafkan aku yang tak bermata. Yap-lihiap (pendekar wanita she Yap). Aku sungguh-sungguh tak tahu kalau kaulah yang datang...!" dan menggigil dengan muka pucat komandan ini tak berani mengangkat mukanya barang sedikitpun...



Pedang Medali Naga Jilid 13

PEDANG MEDALI NAGA
JILID 13
KARYA BATARA

Cerita Silat Mandarin Karya Batara
CIOK PANG terkejut. Dia melihat jari pemuda itu tidak putus dibabat goloknya, bahkan menjepit dan tiba-tiba menghentak, keras dan kaku bagai baja yang ulet dan kuat, membetot dan menarik goloknya agar terlepas. Dan Ciok Pang yang kaget oleh kejadian ini tiba-tiba menggerakkan tangan kirinya mencengkeram pundak Ceng Liong, membentak sambil menarik goloknya kembali, sekaligus menendang selangkangan lawan agar melepaskan cekalannya.

Dan begitu adu kecepatan ini terjadi dan saling berkutat tahu-tahu Ceng Liong melepaskan jarinya dan menerima pukulan lawan yang menyambar pundaknya, tertawa mengejek. "Ciok-pangcu, jangan ganas-ganas. Aku masih membutuhkan alat vitalku untuk bermain cinta... plak!" dan cengkeraman Ciok-pangcu yang langsung diterima jari Ceng Long sekonyong-konyong dikepret hingga ketua Pek-houw pang itu menjerit.

Untuk pertama kalinya laki-laki gagah ini mengeluh, terdorong mundur dan tampak kesakitan. Tapi melihat jari Ceng Liong bergetar dan tampak putih pucat tiba-tiba ketua Pek houw-pang ini berseru, "Coan-kut-ci (Jari Penusuk Tulang)! Ah, apa hubunganmu dengan Mayat Hidup, bocah?"

Ceng Liong menyeringai. "Dia guruku, Ciok-pangcu. Sungguh matamu tajam dapat mengenal kepretan jariku!"

Ciok Pang tertegun. Dia sungguh kaget mendengar jawaban Ceng Liong ini, tak menyangka bahwa pemuda itu juga murid seorang datuk sesat macam si Mayat Hidup. Tapi menggereng dan melengking nyaring tiba-tiba ketua Pek houw-pang itu menerjang kembali dengan serangan goloknya yang dahsyat. "Bocah she Ceng, kau benar-benar manusia iblis!" Swing… dan golok berbadan lebar yang mendesing dengan amat cepat itu tahu-tahu sudah bertubi-tubi membacok dan menusuk tubuh Ceng Liong.

Tapi Ceng Liong tertawa mengejek. Dia berlompatan kesana ke mari menghindari semua serangan golok itu. Lalu melihat Coan-kut-cinya cukup membuat lawan terkejut dan tampak pucat pun mengerahkan kepandaiannya ini untuk menghadapi lawan, diiringi pula kelincahan gerak kakinya dengan Chit-beng Ginkang. Kemudian melihat Ciok Pang semakin ganas dan rupanya bertindak nekat diapun menjadi gemas dan mulai memperingatkan.

"Ciok-pangcu, sudahi saja permainan golokmu itu. Aku akan membalas kalau kau tak tahu diri."

Tapi ketua Pek-houw-pang ini menggigit bibir. Dia sudah tak tahan oleh semua perasaan yang campur aduk di hatinya. Rasa marah dan kecewa disertai penasaran. Maka mendengar Ceng Liong memberi peringatan kepadanya diapun justeru menjadi gusar. "Bocah she Ceng, tak perlu kau banyak omong. Balaslah aku kalau kau bisa...!"

Ceng Liong memicingkan mata. Dia marah sekarang, melihat ketua Pek-houw-pang Itu tak mau menyudahi serangannya. Maka begitu lawan merangsek dan nekat dengan serangan goloknya yang membabi-buta disertai cengkeraman-cengkeraman Houw-jiauw-kangnya tiba-tiba Ceng Liong mendengus dan berseru,

"Baik, kalau begitu jaga dirimu, Ciok-pangcu. Aku akan mulai membalas haiitt....!" dan Ceng Liong yang berteriak keras mengepretkan jarinya tahu-tahu menangkis bacokan golok yang saat itu menyambar kepalanya. Dan begitu membentak dan mengerahkan sinkang tiba-tiba jari Ceng Liong bertemu golok di tangan ketua Pek-houw-pang ini.

"Trang...!"

Ciok Pang tak mau kalah. Dia mengerahkan pula sinkangnya ketika Ceng Liong menangkis itu, mengempos semangat sekaligus menggerakkan tangan kirinya dengan cengkeraman Houw jiauw-kang menyambar dan mencengkeram pundak Ceng Liong. Tapi Ceng Liong yang telah mengukur kekuatan lawan dalam tangkisan pertama tadi tiba-tiba tertawa mengejek dan membiarkan pundaknya diserang. Lalu begitu tangan dan golok sama bertemu dalam tangkisan kuat mendadak Ceng Liong merendahkan tubuh dan menggaet golok di tangan ketua Pek-houw-pang itu, mengganjelnya dengan dua jari telunjuk dan tengah, tidak menjepit lagi seperti tadi.

Dan begitu Ceng Liong mengerahkan tenaga sekaligus membentak perlahan tahu-tahu lawannya itu berteriak kaget ketika cengkeraman tangan kirinya yang melekat di pundak Ceng Liong bertemu segumpal daging yang panas membakar!

"Ah...!" Ciok-pangcu terkejut bukan main. Dia menarik lepas tangannya itu, seketika, dengan gerakan cepat, karena tangannya bagai menyentuh tungku api saja. Tapi Ceng Liong yang tertawa melihat keterkejutan ketua Pek-houw-pang itu tiba-tiba sudah menarik jarinya yang menggantol golok, merenggut sekaligus menampar tangan lawan yang saat itu terbelalak kaget. Dan begitu golok terlepas dari tangan ketua Pek-houw-pang ini maka senjata itupun mencelat jatuh dipukul Ceng Liong, runtuh di atas tanah.

"Ha ha, bagaimana, pangcu? Bukankah aku dapat membunuhmu kalau aku mau?"

Ciok Pang mundur dengan muka pucat. Dia kaget sekali melihat kelihaian pemuda ini. Tapi ingat betapa anak gadisnya telah dihina orang diapun menyambar goloknya dan meraung tinggi, melompat dan menerjang kembali. "Orang she Ceng, aku tak butuh belas kasihmu. Kau bunuhlah aku kalau kau mampu...!"

Ceng Liong menyipitkan matanya. Dia marah sekarang, tak dapat menahan diri lagi. Maka begitu lawan nekat dan menerjangnya kembali dengan serangan golok yang membabi-buta tiba-tiba pemuda ini mengerotokkan buku-buku jarinya, gelap mukanya dan memancarkan nafsu membunuh. Dan begitu golok menyambar dahsyat membacok lehernya sekonyong-konyong Ceng Liong menangkis dengan empat jari terbuka, sepenuh tanaga.

"Plakk...!" dan golok yang langsung mencelat dari tangan ketua Pek-houw-pang ini disambut keluhan tertahan laki-laki gagah itu, yang patah pergelangan tangannya! Tapi jerit di muka gua yang mengejutkan dua orang ini seketika membuat Ceng Liong dan lawannya tertegun. Apa yang terjadi? Kiranya peristiwa tak disangka. Karena, begitu Ceng Liong menangkis lepas golok di tangan ketua Pek-houw-pang ini dengan tenaga sepenuh bagian tiba-tiba golok itu menyambar Ciok Kim, yang saat itu terbelalak memandang pertempuran. Dan gadis yang tak menyangka golok ayahnya mencelat ke arahnya dengan kecepatan luar biasa ini tahu-tahu menjerit ketika golok menancap di dadanya!

"Aduh...!" Ciok Kim terjengkang roboh. Ia langsung terkapar, merintih dan terbelalak memandang golok yang menancap di dadanya itu.

Dan Ciok Pang yang tertegun melihat anak perempuannya itu mandi darah dengan luka yang amat parah tiba-tiba berteriak dan menubruk puterinya ini. "Kim-ji....!”

Tapi Ciok Kim mengeluh pendek. Dia hanya tersenyum ketika ayahnya datang, berlutut dan mengangkat kepalanya. Tapi begitu dia tersedak dan menggeliat dua kali mendadak gadis ini telah putus napasnya dan tewas, menggeletak kaku dipangkuan ayahnya. Dan Ciok Pang yang menggerung-gerung oleh kematian puterinya itu tiba-tiba beringas dan melompat bangun.

"Orang she Ceng, kau berhutang satu jiwa kepadaku...!"

Ceng Liong termangu. Dia sendiri terkejut melihat gadis cantik yang baru diajaknya bermain cinta itu tewas, terkena golok ayahnya sendiri yang mencelat ditampar pukulannya. Tapi Ceng Liong yang tertawa mengejek ini menghadapi laki-laki yang marah itu dengan tenang-tenang saja. "Ciok-pangcu, kesalahan bukan ada di atas pundakku. Kaulah yang membunuh puterimu itu dengan golokmu sendiri!"

"Keparat, tapi kau yang menjadi gara-gara, orang she Ceng. Aku tak terima dan menuntut kesalahan puteriku itu!"

'"Kau hendak membalas dendam?"

"Tentu saja!" dan Ciok Pang yang berteriak panjang dan melupakan pergelangan tangannya yang patah itu tiba-tiba menerjang ke depan dengan tangan kosong, menyerang membabi-buta. Tapi Ceng Liong yang berkelit mudah dan menghindari semua serangan itu tiba-tiba menggerakkan kakinya.

"Ciok-pangcu, urus saja mayat puterimu itu. Lain kali kau boleh datang ke sini kalau ingin menuntut balas...dess!" dan pinggang Ciok Pang yeng ditendang Ceng Liong dengan senyum mengejek itu tahu-tahu membuat ketua Pek-houw-pang ini mencelat jauh. Ciok Pang terguling-guling, dan ketika dia melompat bangun dengan mata berapi-api Ceng Liong telah menuding jenazah puterinya.

"Orang she Pang, bawa mayat puterimu itu. Kalau tidak kalian berdua akan menjadi mayat sia-sia di sini."

Ciok Pang menggigil, pipinya merah dan gusar bukan kepalang, hingga berketrukan giginya. Tapi mendengar omongan lawan ada benarnya diapun mendesis dan melompat mengambil mayat puteriya itu, dengan satu tangan karena tangan yang lain patah. Lalu mengancam dan mendelik pada Ceng Liong dia menumpahkan kebenciannya, "Orang she Ceng, kau telah berhutang satu jiwa kepadaku. Tunggulah pembalasanku kelak...!"

"Hm, tak perlu banyak omong. Ciok-pangcu. Kau pergi dan menyingkirlah cepat dari sini...!"

Dan Ciok-pangcu yang memutar tubuh dengan pekik kecewanya itu segera berkelebat pergi setelah mengancam lawan dengan pandangannya yang penuh kebencian. Maklum bahwa dia tak dapat menuntut balas saat itu. Tapi baru beberapa tindak laki-laki gagah ini meninggalkan gua mendadak pekik ngerinya mengejutkan Ceng Liong.

Ceng Liong melihat laki-laki itu mencelat ke arahnya, terlempar bagai daun kering ditiup angin. Dan begitu Ceng Liong terbelalak kaget tahu-tahu gurunya nomor satu muncul di situ, berkelebat sambil tertawa bergelak. "Huah, buat apa laki-laki ini kau bebaskan, Liong ji? Bunuh saja dia. Tak perlu meninggalkan ancaman....!" dan Mu Ba yang muncul di situ dengan kaki tegak dan tangan berkacak pinggang sudah memandang Ciok Pang yang menjadi mayat, tewas dihantam pukulannya yang mengandung sinkang jarak jauh!

"Ah, kau membunuhnya, suhu?" Ceng Liong kaget.

Tapi raksasa tinggi besar ini tertawa lebar. Dia tak menghiraukan kekagetan muridnya itu, yang terbelalak memandangnya. Dan Mu Ba yang sudah menendang mayat ketua Pek-houw-pang ini masuk ke dalam jurang di samping pintu gua balas memandang muridnya itu dengan mulut menyeringai keji. "Ya, kenapa tidak, Liong-ji? Bukankah ia merupakan ancaman bagimu di kelak kemudian hari?"

Ceng Liong tidak puas. "Tapi aku tidak takut ancamannya, suhu. Dia tak berarti bagiku meskipun berlatih duapuluh tahun lamanya!"

"Benar, tapi aku tak suka membiarkan bibit dendam berkembang biak, Liong-ji. Betapapun dia harus dibunuh agar tak merepotkan kita!"

Dan sementara Ceng Liong mau membantah lagi tiba-tiba ibu dan gurunya nomor dua muncul. "Liong-ji, apa yang dikata twa-suhumu benar. Kita tak boleh membiarkan orang macam Ciok-pangcu itu hidup lebih lama kalau kita dapat membunuhnya!"

Ceng Liong tak berkata-kata lagi. Dia jadi segan berdebat setelah tiga orang tua itu datang bersama. Tapi maklum apa yang dikata suhunya memang benar maka diapun menarik napas dan menghampiri mayat Ciok Kim yang terlempar ketika ayahnya roboh. Namun baru dia menyentuh mayat itu tiba-tiba suhunya nomor dua terkekeh.

"Liong-ji. apa yang mau kau lakukan?"

"Hm, mengubur gadis ini, ji-suhu. Kenapakah?"

Mayat Hidup batuk-batuk. "Wah, biarkan aku yang melakukannya, murid bodoh. Kau rupanya lemah benar setelah berhubungan dengan gadis ini. Lihat, kuburan paling bagus adalah di sana. Karena itu biarlah dia menyusul pula tubuh ayahnya di sana...!" dan Mayat Hidup yang tahu-tahu menendang mayat Ciok Kim telah melempar jenesah gadis ini ke dalam jurang!

"Suhu...!"

Tapi Mayat Hidup terkekeh. Dia telah melempar mayat gadis itu bersama ayahnya. Lalu batuk-batuk dan menyeringai lebar diapun berkelebat masuk menepuk pundak muridnya. "Liong-ji, jadi laki laki haruslah tabah. Ke mana kekerasan hatimu yang dulu dulu itu?" dan Mayat Hidup yang telah memasuki gua tertawa di dalam dengan suaranya yang khas serak tapi menyakitkan telinga. Dan Ceng Liong yang tertegun oleh semuanya ini lalu menghela napas dan menyeringai pula, memandang guru dan ibunya yang menyusul Mayat Hidup ke dalam gua.

"Liong-ji, dua hari lagi kita semua turun gunung. Tak perlu kau sesali nasib puteri Pek-houw pang itu!"

Ceng Liong menganguk-angguk. Dia menyesali kematian Ciok Kim yang demikian cepat, diluar dugaannya. Tapi maklum gadis itu tak mungkin hidup kembali dan kata-kata suhunya benar diapun lalu tepekur di luar gua dan menarik napas berulang-ulang. Sesungguhnya, dia tertarik dan kagum pada puteri Pek-houw-pang itu yang demikian gagah dan berani sekali.

Tapi teringat betapa permainan cintanya dengan gadis itu tak berumur panjang diapun lalu menyesali diri sendiri kenapa tak membunuh saja ketua Pek-houw-pang itu yang datang mengganggu, yang mengusik kesenangannya dia bermain cinta! Dan Ceng Liong yang termenung di luar gua memandang jurang yang ada di depannya tiba-tiba mengumpat dan menyalahkan ketua Pek-houw-pang itu yang dikata tidak tahu diri. Mengganggu kesenangan orang orang muda!

* * * * * * * *

Dua hari kemudian. Mu Ba dan Mayat Hidup memanggil Ceng Liong yang termenung di luar gua. Lalu melihat pemuda itu masuk dengan langkah ogah ogahan Mayat Hidup batuk-batuk dan menegur muridnya ini. "Ada apa lagi. Liong-ji? Kau belum dapat melupakan gadis she Ciok itu?"

Ceng Liong menggeleng. "Tidak, bukan itu, suhu. Tapi aku memikirkan bagaimana dapat penggantinya."

"Heh-heh, kenapa murung? Besok akan kau dapat gadis-gadis cantik, Liong-ji. Ada banyak persediaan untukmu di tempat baru nanti!"

Ceng Liong mengangkat mukanya. "Di tempat baru, suhu? Jadi kita akan pindah!"

Mu Ba kali ini yang menjawab, tertawa bergelak. "Ya, kita akan ke kota raja. Liong-ji. Sri baginda Fu Chai memanggil kita. Hayo berkemas-kemas, ambil buntalanmu dan kita berangkat!"

Ceng Liong tertegun. Tapi sementara dia mematung di tempatnya itu tiba-tiba ibunya muncul berkelebat. "Mayat Hidup, kita tak boleh menunda waktu lagi. Sri baginda menghendaki kita tiba di sana jam sembilan pagi!"

"Heh-heh, memang benar, Mo-li. Tapi anakmu ini yang bikin terlambat. Dia ogah-ogahan ketika kami panggil."

"Hm, ada apa, Liong-ji? Kau tidak suka?"

Ceng Liong menarik napas. "Tidak, bukan begitu, ibu. Tapi aku tak tahu kalau kita akan ke kota raja meninggalkan tempat ini."

"Ya. dan selanjutnya kita tinggal di istana, Liong-ji. Sri baginda telah resmi mengundang kita untuk menghadapi urusan besar."

"urusan apa itu, ibu?"

"Hm, kau belum diberi tahu kedua gurumu?" wanita ini mengernyitkan keningnya, menoleh pada dua orang datuk sesat itu yang tertawa kepadanya, menggelengkan kepala. Dan Tok sim sian-li yang kembali memandang puteranya memberi tahu, "Kita dipanggil istana untuk menghadapi urusan penting, Liong-ji. Urusan pemberontakan yang dipimpin oleh sekelompok orang yang menamakan dirinya Ho han-hwe (Perkumpulan Orang-orang Gagah)!”

Ceng Liong terkejut. "Ho-han-hwe, ibu?”

"Ya."

"Siapa mereka itu?"

"Orang-orang dari golongan pendekar, Liong ji. Manusia-manusia sombong yang menamakan diri mereka orang-orang berani atau kaum pek-to (golongan putih)!"

"Hm, kalau begitu kenapa tidak dihancurkan saja perkumpulan ini, ibu?"

"Karena kita harus berhati-hati, Liong-ji. Mereka dipimpin oleh orang-orang tangguh yang menjadi musuh besar kita juga, ayahmu sendiri!"

"Apa?"

"Ya, Ho-han-hwe dipimpin Pendekar Gurun Neraka itu, Liong -ji. Dan kabarnya mereka mengadakan gerakan rahasia di bawah tanah!"

Ceng Liong terbelalak. Dia terkejut sekarang, berdebar hatinya. Dan Mu Ba yang bersinar matanya dengan muka merah itu tiba-tiba menggeram. "Liong-ji, kita tak perlu berpanjang lebar membicarakan urusan ini di sini. Biarlah kita beritahukan itu padamu di tengah jalan!" lalu, bangkit berdiri memandang wanita cantik itu raksasa ini bertanya, "Kau sudah siap, hujin! Kita berangkat sekarang! Jangan sampai sri baginda mengomel menunggu keterlambatan kita!"

“Baik… aku sudah siap, Mu Ba. Dan biarlah Ceng Liong dengarkan cerita di tengah jalan untuk urusan ini, seperti katamu tadi," lalu memandang puteranya itu wanita ini berkata, "Liong ji, siapkan bekalmu sekarang. Bawa pakaianmu beberapa potong saja!"

Ceng Liong mengangguk. Dengan cepat dia lalu masuk ke dalam, membawa beberapa potong pakaiannya untuk di dalam perjalanan. Dan begitu dia keluar lagi menemui tiga orang tua itu ternyata mereka telah tak sabar menanti. Mu Ba langsung berkelebat keluar, dan begitu dia berteriak pada dua temannya yang lain raksasa ini lenyap di luar gua.

"Hujin, ayolah!"

Tok-sim Sian Li menyambar lengan puteranya. Ia sudah berkelebat pula mengikuti raksasa tinggi besar itu. Dan Ceng Liong yang mandah ditarik ibunya ini segera bertanya, "Ibu, apakah sebenarnya yang akan kita hadapi ini? Benarkah perkumpulan Ho ban hwe itu akan memberontak?”

"Hm… Sri baginda memang mendengarnya begitu, Liong-ji. Tapi karena perkumpulan itu rahasia sekali sifatnya dan dipimpin orang-orang berkepandaian tinggi maka kita harus menyelidiki untuk mendapatkan kepastiannya!"

'"Dan di mana sarang perkumpulan itu, ibu?"

"Belum jelas. Tapi kemungkinan besar di Beng-san!"

"Ah, di tempat Pendekar Kepala Batu, ibu?"

“Ya." "Kalau begitu kenapa tidak ke sana saja. Kita berempat, ibu. Kau dan suhu berdua serta aku tentu dapat mengobrak-abrik sarang mereka itu!"

"Hm, jangan sombong, Liong-ji. Betapapun ayahmu itu hebat sekali, masih dbantu lagi oleh dua orang isterinya dan anak-anaknya!"

"Tidak takut. Aku tidak gentar, ibu. Aku siap membalas hinaan sepuluh tahun yang lalu itu bila kita ke sana."

"Tidak, jangan gegabah dulu, Liong-ji. Kita harus ke kota raja dulu menemui Sri baginda!" Dan Tok sim Sian-li ynng menceritakan tentang perkumpulan itu pada puteranva sambil berlari cepat lalu berkisah dengan panjang lebar.

Ternyata Ho han-hwe sekarang sudah jauh berbeda dengan Ho-han-hwe pada sepuluh tahun yang lalu. Karena, kalau dulu perkumpulan ini hanya "dihuni" oleh kaum pendekar saja ternyata sekarang sudah pula diikuti oleh kaum jelata yang ribuan jumlahnya. Hal ini tidak lain karena rakyat jelata yang menjadi anggauta perkumpulan kaum patriot itu merasa simpati terhadap Pangeran Kou Cien, yang menjadi tawanan dan dihina Raja Muda Fu Chai yang tindasannya kian hari kian banyak dimusuhi orang, terutama karena kaki tangannya yang rata-raia kejam dan tidak berperikemanusiaan terhadap rakyat kecil.

Maklum, orang-orang sesat membantu raja muda Wu itu sejak tewasnya Cheng-gan Sian-jin yang dulu "mengkoordinir” anak buahnya. Dan orang-orang golongan hitam yang banyak membantu raja muda ini tentu saja dimusuhi orang-orang kecil yang mendapat perlakuan sewenang-wenang dari kaum bajak dan perampok itu, yang kini menduduki semacam "kekuasaan“ di kerajaan Wu setelah kerajaan Yueh tumbang terhadap kerajaan lawannya, Wu. Dan orang orang jahat yang tentu saja pandainya hanya menindas dan menekan orang yang lemah itu sama sekali tak "mahir” dan tak pantas untuk duduk di kursi pemerintahan.

Karena mereka lebih mengandalkan pengumbaran nafsu dan kekuatan otot untuk menundukkan orang lain, dalam hal ini adalah rakyat jelata itu! Maka, ketika perkumpulan Ho-han-hwe bangkit dan banyak di antaranya yang merupakan para pendekar itu terjun ke bawah membantu orang-orang lemah yang banyak ditindas oleh kaki tangan Fu Chai yang sewenang-wenang ini tentu saja rakyat kecil menjadi gempar dan mengenal sepak terjang anggauta perkumpulan itu.

Sebenarnya anggauta perkumpulan ini tak berurusan dengan rakyat banyak. Artinya mereka "disiapkan" untuk urusan lain, berhubungan langsung dengan istana Yueh yang diwakili Fan Li, itu panglima muda yang dulu menjadi 'pembantu setia Yap Bu Kong atau yang kini terkenal dengan julukan Pendekar Gurun Neraka itu. Tapi karena mereka "gatal" melihat rakyat kecil ditindas dan jiwa pendekar mereka bangkit melihat kesewenang-wenangan di depan mata.

Maka para anggauta perkumpulan Ho-han-hwe ini turun tangan, menolong dan menyelamatkan orang-orang kecil itu dari tindakan biadab orang-orang hek-to (golongan hitam) yang kini menjadi "penguasa" di daerah piaggiran luar kota raja. Dan begitu orang orang Ho-han-hwe ini muncul membantu rakyat kecil tiba-tiba saja nama mereka dikenal cepat dari mulut ke mulut. Apalagi ketika sebulan yang lalu timbul kegemparan besar di kota Ye-kiang!

Saat itu komandan kota yang bernama Lao Ti didatangi seorang pemuda, namanya Yu Kang. Pemuda ini datang dengan marah-marah karena ayahnya ditangkap, dituduh menghiana komandan kota itu dalam peristiwa kecil dua hari yang lalu, yakni ketika komandan itu datang untuk melamar adiknya yang baru berusia limabelas tahun, Yu Lin, yang tentu saja ditolak ayahnya dengan tegas mengingat orang she Lao itu adalah bandot tua! Dan Lao Ti yang marah oleh penolakan ini tiba-tiba menangkap ayahnya dengan alasan menghina aparat pemerintah!

Tentu saja Yu Kang gusar. Dia tahu duduk persoalan sebenarnya, tahu bihwa tuduhan itu hanyalah dicari-cari saja untuk kemenangan diri komandan kota itu. Maka ketika dua hari ayahnya tidak dipulangkan dan pihak pembesar itu juga tidak memberi tahu lebih lanjut tentang keadaan ayahnya maka hari itu Yu Kang datang seorang diri untuk menghadap komandan kota ini.

Tapi sial. Lao Ti tak mau menemuinya. Para pengawalnya mencegah Yu Kang masuk, yang tentu saja kian meledakkan kemarahan anak muda ini. Dan ketika para pengawal tetap tak memberi ijin kepada pemuda ini untuk menemui Lao Ti tiba-tiba dengan nekat Yu Kang menerobos masuk! Pemuda itu dengan amat beraninya lari ke dalam, dikejar para pengawal. Dan ketika dengan susah payah dia memasuki rumah pembesar itu dan mengobrak-abrik semua kamar tiba-tiba saja komandan kota itu ditemuinya sedang asyik di kamar pribadi bersama seorang gundiknya yang telanjang bulat!

"Lao ciangkun, bebaskan ayahku..."

Komandan itu terkejut. Dia kaget setengah mati melihat pemuda ini mendobrak pintu kamarnya. Maka melompat turun dan buru-buru mengenakan pakaian sebisanya pembesar ini sudah membentak dengan muka merah padam, "Bocah she Yu, kau tidak tahu adat memasuki rumah orang secara liar?"

Yu Kang tak perduli. Dia melompat maju, menerkam pembesar ini, berteriak mengulang kembali kata katanya agar pembesar itu membebaskan ayahnya. Tapi Lao Ti yang bukan orang sembarangaa ini mengelak. Dia dulunya adalah bekas anak buah bajak sungai, tangan kanan Hek-kiang-tie (Buaya Sungai Hitam) yang beroperasi di Propinsi Kiang-su. Maka begitu mengelak dan menggerakkan kakinya tahu-tahu pemuda she Yu ini telah dilempar roboh hingga mencelat keluar pintu.

"Bocah she Yu, kau tak tahu adat....bluk!"

Dan Yu Kang yang terguling-guling di luar kamar pembesar itu segera mengeluh panjang sambil menekan pinggangnya. Tapi Yu Kang tak takut. Dia melompat bangun, dan ketika para pengawal datang berhamburan ke tempat itu langsung saja komandan kota ini berseru penuh kemarahan,

"Pengawal, tangkap dan hajar pemuda itu. Jebloskan ke dalam penjara bersama ayahnya!"

Dan Yu Kang yang segera dikeroyok lima orang pengawal ini mempertahankan diri dan membabi buta balas menyerang. Tapi Yu Kang bukanlah pemuda yang pandai silat Dia adalah pelajar lemah, maka ketika para pengawal itu menyergapnya secara serentak Yu Kangpun tak dapat berkutik dan roboh terjerembab. "Lao-ciangkun, kau pembesar terkutuk!"

Pembesar ini mendelik. Dia mendengar Yu Kang memakinya kalang-kabut, maki-makian yang membuat telinganya merah. Dan ketika Yu Kang diseret dan sempat memakinya sebagai bandot tua yang tidak tahu malu mendadak laki-laki ini mengeram. Dia melompat maju, menggaplok muka Yu Kang pulang balik. Lalu melihat Yu Kang masih juga tak jera dan memakinya habis-habisan tiba tiba pembesar ini menggerakkan tangannya menghantam tengkuk pemuda itu.

Yu Kang pingsan. Sekarang dia tak bisa memaki-maki lagi. Dan Lao-ciangkun yang terlanjur marah oleh makian pemuda ini menarik kembali perintahnya untuk menjebloskan Yu Kang di penjara bersama ayahnya. Pemuda itu dibawa ke ruang belakang, digantung dengan kepala di bawah di atas sebuah perapian yang penuh bara menyala. Dan gusar oleh sepak terjang pemuda yang dianggap kurang ajar itu Lao-ciangkun menyiksa pemuda ini dan menyuruh panggil ayahnya untuk menonton.

"Pengawal, bawa orang tua she Yu itu ke sini. Lihat apa yang akan kulakukan terhadap puteranya!"

Pengawal yang diperintah mengangguk. Dia mengambil ayah Yu Kang di penjara bawah tanah, searang kakek berusia enampuluh tahun yang kurus dan pucat tapi memiliki sinar mata penuh keberanian. Seorang kakek yang gagah namun lemah fisiknya. Dan begitu dibawa ke ruang belakang menemui komandan she Lao itu kakek tua ini tertegun ketika melihat anaknya digantung di atas sebuah perapian yang menyala,Yu Kang...!"

Tapi Yu Kang masih pingsan. Dia belum siuman, dan Lao Ti yang tertawa mengejek melihat keterkejutan kakek itu sudah bangkit berdiri sambil memelintir kumisnya. "Tua bangka she Yu, anakmu datang membuat onar. Apa yang kau inginkan dan anakmu yang tidak tahu adat ini?”

Kakek Yu terbelalak. "Bebaskan dia, ciangkun. Dia tentu mencariku untuk menuntut pertanggung-jawabanmu!"

"Hm, demikian mudah?"

Kakek Yu tertegun. "Jadi apa maumu, Ciangkun?"

Komandan kota ini menyeringai. "Aku ingin menghukumnya, tua bangka. Membawamu ke sini agar kau saksikan anakmu yang kurang ajar itu mendapatkan hukumannya!" lalu menoleh pada pengawal di sebelah laki-laki itu berseru, "Ci Ho, ambil air dan siram mukanya. Sadarkan dia...!"

Pengawal yang ditunjuk mengangguk cepat. Dia mengambil air dingin, lalu menyiram kasar maka Yu Kang dia menyadarkan pemuda itu. Dan begitu Yu Kang siuman dan membuka matanya tiba-tiba dia mengeluh dan terbelalak melihat dirinya digantung, apalagi ketika dia melihat ayahnya di situ.

"Ayah!"

Kakek Yu melompat. Dia gemetar dan pucat mukanya melihat keadaan anaknya ini, tapi seorang pengawal yang menghadang di depan menodongkan tombaknya menyuruh mundur kaket tua itu. "Yu-lopek, jangan dekat-dekat. Lao-ciangkun hanya menyuruhmu melihat, bukan menolong!"

Kakek Yu memberontak. “Tapi kalian tak boleh menyiksanya, manusia-manusia biadab. Dia tidak bersalah dan tidak boleh dihukum!" lalu berteriak parau merebut tombak di tangan pengawal itu kakek ini tiba-tiba melompat untuk menolong Yu Kang.

Tapi dua orang pengawal membentak marah. Mereka menyerang dan mengemplang kepala kakek itu. Dan begitu kakek ini kalah kuat dan terhuyung ke belakang tiba-tiba kepalanya sudah dikemplang gagang tombak yang membuat dirinya tersungkur roboh. "Tua angka jangan macam-macam kau... plak!"

Kakek Yu menjerit. Dia terang tak dapat menghadapi pengawal-pengawal itu, dan ketika dia bangkit berdiri dengan mata melotot tahu-tahu kedua lengannya telah ditelikung ke belakang. Dan begitu Lao Ti memberi tanda maka kakek yang lemah fisiknya ini telah diikat hingga tak dapat melepaskan diri!

Tentu saja kakek ini beringas. Tapi karena dia tak dapat melepaskan dirinya dan lawan terlalu berat baginva maka satu-satunya jalan untuk melampiaskan semua kemarahan adalah dengan memaki-maki lawan. "Lao-ciangkun, kau pembesar terkutuk! Kau manusia hina yang menginjak-injak rakyat kecil!"

Lao Ti mendengus. Dia mendelik pada kakek itu, dan ketika ayah Yu Kang ini tak dapat dikekang mulutnya diapun menjadi marah dan memberi aba-aba pada pengawal pertama. "Ci Ho, bungkam mulutnya. Sumpal dengan bajunya itu!"

Sang pengawal melompat maju. Dia menampar kakek itu tiga kali, dan kakek Yu yang kontan pecah bibirnya segera disumbat mulutnya dengan baju yang dirobek kasar, berteriak-teriak tapi tak ada suara yang keluar. Dan ketika dia diikat disebuah tiang maka kakek iiupun terbelalak dan berapi-api memandang ke depan.

Lao Ti tersenyum mengejek. "Bagaimana, tua bangka? Kau ingin melihat pertunjukan segera dimulai?"

Orang tua itu terengah napasnya. Dia tak dapat berbuat apa-apa, kecuali melolot dan memandang penuh kemarahan pada pembesar itu, cemas dan gelisah melihat nasib anaknya yang amat mengkhawatirkan. Tapi Yu Kang yang tak kenal takut pada semuanya itu berteriak pada ayahnya, "Ayah, tak perlu kau takut. Orang she Lao ini paling-paling hanya dapat menyakiti kita tapi tak dapat merobah keputusan kita. Dia bandot tua bangka yang tak pantas untuk Yu Lin."

Lao-ciangkun mendesis. Dia gusar pada omongan pemuda itu, maka membentak dan memberi aba-aba dia menyuruh pengawalnya menurunkan Yu Kang agar lebih dekat pada bara api yang uapnya cukup membuat orang merasa terpanggang. "Ci Ho, turunkan pemuda itu semeter lagi di atas perapian. Dekatkan kepalanya dan panggang dia!"

Sang pengawal menyeringai. Dia mengerek turun tubuh pemuda itu, yang terbelalak melihat bara api menyala di bawah kepalanya. Dan begitu Yu Kang dekat dengan tempat perapian ini tiba tiba pemuda itu mengeluh ketika merasa kepalanya terbakar oleh uap yang panas. "Lao-ciangkun, kau manusia keji...!"

Tapi laki-laki ini tertawa. Dia melihat pemuda itu meronta, naik turun tidak menentu dalam usahanya menjauhkan diri. Tapi karena Yu Kang terikat dan digantung oleh tali berkerek tentu saja usahanya itu sia-sia. Dan ketika semenit saja pemuda itu didekatkan mukanya dengan tempat perapian yang panas luar biasa ini tiba-tiba keringat sebesar jagung menetes-netes turun di wajah Yu Kang yang merah padam, mendelik dan berkaok-kaok memaki pembesar itu.

"Lao-ciangkun, kau tak tahu malu. Kau manusia keji yang terkutuk yang hina-dina! Semoga api neraka kelak membakarmu lebih hebat dari ini!"

Lao-ciangkun tertawa bergelak. "Ha-ha, kau tahu apa tentang api neraka, bocah? Kau boleh berkaok-kaok sepuas hatimu tapi aku tetap akan memanggangmu sampai menjadi daging bakar. Kecuali dengan syarat adikmu mau kuambil sebagai isteri!" dan komandan kota yang tertawa dengan tubuh berguncang-guncang itu semakin terbahak ketika melihat Yu Kang meronta-ronta di tali gantungan, usaha yang sia-sia saja dilakukan pemuda itu.

Dan ketika Yu Kang melemah gerakannya dan mengeluh dengan keringat bercucuran tiba-tiba pemuda itu tak bergerak lagi dan lemas di atas tali gantungannya. Pingsan. Tak tahan oleh api yang membuat tubuhnya serasa dibakar hidup-hidup itu.

Komandan she Lao ini kecewa. Dia melihat pertunjukan berjalan tak lebih dari lima menit. Hal yang membuat dia kecewa karena dia ingin melihat pemuda itu dihajarnya habis-habisan dalam penderitaan yang lama. Tapi melihat kakek Yu tampaknya girang dan lega melihat puteranya pingsan tiba-tiba membuat komandan itii marah dan menghampiri orang tua itu.

"Yu Lo, kau ingin puteramu benar-benar kupanggang hidup-hidup di atas perapian itu? Kau ingin aku menurunkannya sedikit lagi dan membenamkan kepala anakmu diatas bara itu?"

Kakek Yu terbelalak. Dia ah-ah-uh-uh tak dapat bicara, maklum sumbat mulutnya masih belum dilepas. Dan Lao-ciangkun yang akhirnya melepas sumbat ini agar orang tua itu dapat bicara sudah memandangnya dengan penuh ancaman,

"Bagaimana, tua bangka? Kau ingin anakmu benar benar kurebus hidup hidup?"

Kakek Yu berteriak lantang, "Kau tak boleh melakukan itu, Lo-ciangkun. Biarlah aku yang kau bakar sebagai penggantinya. Bebaskan Yu Kang!"

"Hm, aku akan membebaskannya kalau kalian mencabut kembali hinaan itu, orang tua. Menerima maksud hatiku dan menyerahkan anak gadismu untuk menjadi isteriku!"

"Cih, kau tak tahu malu, Lao-ciangkun. Kau tak menengok dirimu yang sudah tua ini! Siapa mau mengorbankan anak sendiri untuk diserahkan pada bandot tua macammu ini? Biar matipun tak sudi aku melakukannya. Kau manusia iblis. Kau manusia terkutuk...!"

"Keparat, kau justeru memaki-makiku, tua bangka? Kau memperberat dosamu? Baiklah, lihat anakmu kupanggang hidup-hidup di sini!" dan Lao-ciangkun yang gusar oleh kekerasan kepala kakek itu lalu memberi isyarat mengerek naik Yu Kang yang masih pingsan untuk disadarkan. Lalu begitu pemuda itu mengeluh dan siuman untuk yang kedua kalinya laki-laki inipun memberi aba-aba, "Ci Ho, turunkan tubuhnya dan panggang lebih dekat lagi. Sentuhkan rambutnya itu dan tarik kembali kalau dia mau pingsan!"

Kakek Yu berteriak-teriak, "Tidak... jangan, Lao-ciangkun... biarkan aku saja yang mengganti anakku...!"

Tapi laki-laki itu tak perduli. Dia menyuruh pengawalnya menjalankan perintah, dan begitu Yu Kang dikerek turun dan disentuhkan kepalanya pada bara api yang menyala itu tiba-tiba Yu Kang menjerit dan meronta tidak karuan. Pemuda ini kesakitan, dan begitu dia dinaik-turunkan di atas bara api yang menyala itu segera pemuda ini mengalami penderitaan yang hebat.

Dia tak dapat pingsan lagi sekarang, karena setiap mau pingsan selalu tubuhnya ditarik lebih dulu, di angkat ke atas. Dan begitu sadar kembali dan menjerit-jerit di tali gantungan segera tubuhnya diturunkan untuk didekatkan lagi pada permukaan api yang tentu saja membuat Yu Kang mandi keringat. Pemuda ini mulai terbakar rambutnya, hangus disentuh uap panas yang luar biasa itu. Dan ketika kejadian ini berulang-ulang dilakukan kepadanya maka ayahnya yang tak tahan oleh pemandangan itu tiba-tiba roboh pingsan lebih dulu. Tak kuat melihat penderitaan sang anak!

“Lao-ciangkun, kau iblis bertubuh manusia...!"

Lao-ciangkun mengernyitkan kening. Dia melihat kakek Yu pingsan, roboh dan pucat mukanya. Tapi Ci Ho yang merupakan orang kepercayaannya itu tiba-tiba berseru kepadanya, menghentikan sejenak tarikan kereknya.

"Ciangkun, sebaiknya bocah perempuan she Yu itu dibawa ke mari saja. Perempuan biasanya lebih lemah perasaannya dibanding lelaki!"

Komandan itu mengerutkan kening. "Apa maksudmu, Ci Ho?"

"Begini, ciangkun. Untuk memenuhi tuntutanmu itu sebaiknya anak perempuan itu dibawa ke mari, disuruh lihat keadaan ayah dan kakaknya ini. Kalau dia mau tukar-menukar denganmu untuk kebebasan orang tua dan kakaknya ini maka ia harus menerima tawaranmu diambil isteri! Bukankah ini pasti berhasil?" pengawal itu tertawa.

"Hm..." Lao-ciangkun berseri mukanya, "Usulmu cocok sekali, Ci Ho. Itu memang satu-satunya jalan untuk menundukkan keluarga yang keras kepala ini. Ha-ha, memang betul. Itu bagus sekali!" dan tertawa bergelak memandang dua pengawal lain yang ada di situ laki-laki inipun mengangkat lengannya, memberi perintah. "Chi Pao, Lauw Kam, bawa anak perempuan itu ke mari. Cepat...!"

Dua pengawal di sudut mengangguk. Mereka melompat keluar, tapi Yu Kang yang terbelalak mendengar ini semuanya tiba-tiba merontak dan berteriak, "Lao-ciangkun, kau jahanam keparat. Jangan ambil adikku di rumah...!"

Komandan ini tertawa mengejek. "Memangnya kenapa, bocah she Yu? Bukankah itu untuk kebebasan dirimu sendiri? Aku sekedar mengajukan tawar-menawar. Kalau adikmu tak mau tentu saja aku juga tak akan memaksa tapi kalian semua akan kubunuh!"

Yu Kang memaki kalang-kabut. Dia pucat dan marah bukan main. Tapi karena tak berdaya menghadapi semuanya itu maka diapun hanya berkaok-kaok bagai ayam disembelih. Dan ketika satu jam kemudian dua orang pengawal itu kembali ke tempat mereka maka tampaklah di antaranya seorang gadis cantik yang menangis tersedu-sedu dengan air mata bercucuran. Dialah Yu Lin, adik satu-satunya Yu Kang itu. Dan begitu tiba di tempat dan melihat keadaan kakaknya yang tersiksa di atas bara perapian tiba-tiba gadis ini menjerit dan berlari menghampiri.

"Kang-koko, apa yang kau alami? Di mana ayah?"

Lao-ciangkun memberi isyarat. Dia sudah bersinar matanya melihat gadis cantik ini. Perawan limabelas tahun yang segar dan ramping. Ranum bagai mangga yang siap masak! Dan pengawalnya yang melompat menghadang dengan tombak dipalangkan menyuruh gudis ini jangan maju mendekat.

"Yu-siocia, dengarkan kata-kata Lao ciangkun. Jangan menyentuh kakakmu dulu!"

Gadis itu tersedu sedu. Ia berhenti, menghadapi tombak yang dipalangkan itu. Dan Lao-ciangkun yang batuk-batuk kecil di belakangnya tahu-tahu melompat ke depan dengan mulut menyeringai.

"Nona, kakak dan ayahmu menghina aparat pemerintah. Bagaimana sikapmu dengan semuanya ini?"

Yu Lin terguncang pundaknya. "Bebaskan mereka, ciangkun. Bebaskan mereka dan biar aku menuruti semua permintaanmu!"

"Hm, kau mau memberi imbalan jasa untuk kebaikanku ini, nona? Kau benar-benar mau menolong mereka?" Lao ciangkun gembira, tersenyum lebar.

"Ya-ya, apa yang kau minta akan kuturuti, ciangkun. Aku akan melakukan apa saja asal kau membebaskan ayah dan Kang-koko!"

Tapi Yu Kang tiba-tiba berteriak, "Tidak! Jangan gila, Lin-moi. Pembesar itu akan meminta imbalan jasamu sebagai isteri. Kau akan dijadikan gundik?"

Yu Lin tersedu-sedu. "Aku tahu, koko. Dua pengawal ini telah memberitahuku di tengah jalan. Tapi aku rela asal kalian selamat dan pulang baik-baik ke rumah...!"

Yu Kang mencak-mencak. "Tidak bisa. Kau tak perlu menjual harga dirimu, Lin-moi. Aku dan ayah sudah siap mati untuk membela kehormatanmu. Pulanglah, dan cepat lari dari sini!"

Tapi gadis itu mengguguk, menggelengkan kepalanya dan menubruk komandan she Lao. "Lao ciangkun, bebaskan kakak dan ayahku. Aku rela memenuhi permintaanmu demi keselamatan orang-orang yang kucinta!"

Yu Kang melotot marah. Dia gusar bukan kepalang oleh jawaban adiknya itu. Dan Lao-ciangkun yang tertawa bergelak oleh kata-kata gadis cantik ini tiba-tiba mengangkat pundak orang dia mengelus pipinya, bersinar penuh kegembiraan. "Kau benar-benar tidak menarik janjimu, nona? Kau tidak menipuku?"

"Tidak... tidak.., aku tak menarik janjiku, ciangkun. Aku sungguh-sungguh bicara benar asal kau membebaskan Kang-koko dan ayah...!"

Maka Lao-ciangkun yang tertawa bergelak oleh jawaban ini segera menoleh pada pengawal kepercayaannya. "Ci Ho, lepaskan saudara Yu Kang. Dia calon kakak iparku yang baik" dan menyeringai pada gadis cantik itu komandan she Lao ini tiba-tiba memeluk pinggang orang, membawanya keluar dari ruang siksaan itu. "Yu siocia, kau memang gadis yang amat berbakti. Aku sungguh kagum dan cinta padamu!"

Tapi Yu Kang yang dibebaskan dari tali gantungannya tiba-tiba berteriak, mengejar pembesar itu. "Lao ciangkun, lepaskan adikku. Kau laki-laki biabab!"

Lao-ciangkun mengerutkan kening. Dia mengelak dan memasang Yu Lin di mukanya, dijadikan perisai. Dan pembesar yang marah ini mengancam, "Yu-siocia, tidak dapatkah kau menasehati kakakmu itu? Baik-baik aku memenuhi permintaanmu, karena itu tolong pula kau sadarkan kakakmu yang nekat ini!"

Yu Lin tersedu-sedu. Dia tahu kemarahan kakaknya. Tapi maklum ayah daa kakaknya itu berada di sarang harimau diapun mencegat dan berseru, "Kang-koko, jangan menyerang. Aku siap membebaskanmu dengan taruhan ini!"

"Tapi kau hanya akan dijadikan barang permainannya saja, Lin-moi. Laki-laki itu hanya mencintai tubuh dan kecantikanku belaka!"

"Tidak, jangan persoalkan itu, koko. Aku tak perduli sifat cintanya asal kau dan ayah selamat!"

"Tapi kau akan menderita, Lin-moi. Laki-laki ini bukan manusia melainkan binatang. Kau akan tersiksa lahir batin!”

Lao-ciangkun mendelik. "Saudara Yu Kang, tahan omonganmu yang kasar itu. Kalau tidak aku akan membunuh kalian di sini!"

"Aku tak takut. Kau iblis berkedok manusia, Lao-ciangkun. Kau binatang berhati keji yang tidak dapat dipercaya!" dan Yu Kang yang menyerang pembesar ini dengan gerakan tiba-tiba tahu-tahu mendaratkan tinjunya di muka orang.

Tapi Lao-ciangkun berkelit. Dengan cepat tentu saja dia menghindari serangan itu, dan marah oleh sepak terjang Yu Kang yang dinilai kurang ajar sekonyong-konyong Yu Lin yang ada di depannya didorong maju, menerima pukulan Yu Kang. "Plak!" dan Yu Lin yang menjerit oleh tinju kakaknya ini segera terpelanting roboh dengan hidung berdarah!

"Kang-koko, hentikan itu., hentikan kenekatanmu aku bisa bunuh diri kalau kau tidak mau mendengar kata-kataku...!"

Yu Kang tertegun. Dia terkesima melihat adiknya roboh, menjerit-jerit dan minta agar dia tidak menyerang lagi. Dan Yu Lo yang saat itu siuman dan kaget melihat puterinya juga ada di situ sekonyong-konyong gemetar tubuhnya dan bangkit berdiri. "Lin ji, kenapa kau ke sini?"

Yu Lin tersedu-sedu. "Aku ingin membebaskan kalian, ayah. Aku datang agar kalian cepat pulang dan sini dan kembali dengan selamat!"

"Tapi Lao-ciangkun menyiksa kami, Lin-ji. Mana mungkin aku dan kakakmu pulang?"

"Tidak, aku telah memenuhi permintaan Lao-ciangkun, ayah. Aku menerima cintanya dan siap diperisteri!"

Kakek Yu kaget. "Apa? Kau gila, Lin-ji?"

Tapi Yu Lin mengguguk dan menggelengkan kepalanya keras-keras. "Tidak... tidak... aku telah berjanji, ayah. Lao ciangkun akan membebaskan kalian asal aku memenuhi permintaannya. Kau pergilah, bawa Kang-koko jauh-jauh dari sini...!"

Kakek Yu melompat ke depan. "Aku tak mengijinkan, Lin-ji. Kau hanya dijadikan korban nafsu binatangnya saja. Tidak boleh!" dan kakek yang sudah menarik lengan puterinya ini tiba-tiba menyeret puterinya untuk melarikan diri.

Tapi Lao-ciangkun tertawa mengejek. "Yu-lopek, anakmu telah baik-baik berjanji denganku. Apakah kini hendak ditarik begitu saja dengan mudah?" dan para pengawal yang telah mendapat isyarat dan menghadang di depan pmtu keluar tiba-tiba membuat Yu Lin meronta, melepaskan diri dari ayahnya dan menubruk komandan kota itu.

"Lao-ciangkun, jangan ganggu mereka. Lepaskan ayah dan kakakku...!"

Kakek Yu membelalakkan mata. Dia melihat para pengawal sudah memandangnya penuh ancaman dan Yu Kang yang cemas oleh keselamatan ayahnya itu tiba-tiba melompat menghampiri ayahnya, melindungi di depan dengan gagah sekali. "Ayah, Lin-moi sengaja membebaskan kita dengan mempertaruhkan kehormatannya. Apa yang akan kau lakukan?"

Kakek Yu mengepal tinju. "Aku akan menyuruhnya lari, Kang-ji. Biarlah aku mati asal adikmu selamat!"

Tapi Yu Lin berteriak, menangis tersedu-sedu, "Tidak, aku tak mau lari, ayah. Aku akan tinggal di sini bersama Lao-ciangkun. Kau pergilah, jangan sia-siakan pengorbananku...!"

Ayah dan anak itu saling pandang. "Bagaimana pendapatmu, Yu Kang?"

"Aku siap mempertaruhkan jiwaku, ayah. Sebaiknya kau larilah bersama Lin-moi!"

Tapi Yu Lin berteriak, semakin deras tangisnya, "Tidak, jangan lakukan itu, Kang-koko. Kita bertiga bakal tewas kalau kalian melawan. Pergilah, aku siap menyelamatkan kalian. Kalau tidak aku akan bunuh diri sebelum kalian menyerang...!"

Dan Yu Kang serta ayahnya yang menjublak oleh teriakan ini seketika bingung dengan muka pucat. Mereka mengenal kekerasan hati Yu Lin yang akan menjalankan kata-katanya kalau ditentang. Maklum bahwa gadis itu akan bunuh diri bila mereka memberontak. Yang berarti ketiga-tiganya akan binasa dan tak mungkin selamat lagi dari tangan laki-laki jahanam itu, komandan she Lao! Maka memberi isyarat dan sedikit kedipan pada ayahnya yang tertegun di tempat segera Yu Kang berbisik,

"Ayah, tak perlu melawan lagi. Nanti saja kita kembali secara diam-diam untuk menyelamatkan Lin-moi!"

Sang ayah menarik napas. Dia maklum akan suasana saat itu, yang tegang dan benar-benar membahayakan pihaknya. Terutama dua anaknya yang masih muda-muda itu. Maka mengangguk dan menangis memandang Yu Lin kakek ini terisak dan memutar tubuhnya. "Baiklah, aku memenuhi keinginanmu, Lin ji. Tapi hati-hati dan jaga dirimu baik-baik!" lalu melompat dengan air mata bercucuran kakak ini mengajak Yu Kang keluar.

Kini menanglah laki-laki she Lao itu. Dia tersenyum lebar, tertawa bergelak dan memberi isyarat agar para pengawalnya jangan menghalangi kepergian dua orang ayah dan anak itu. Dan Yu Kang serta ayahnya yang keluar meninggalkan tempat yang amat menyakitkan ini dengan muka merah padam akhirnya kembali ke rumah mengumpulkan tenaga baru. Mereka tak berkutik oleh ancaman Yu Lin yang mereka sayang itu. Tapi membayangkan adiknya itu bakal dijadikan barang permainan saja oleh komandan she Lao itu Yu Kang berkerot-kerot giginya sambil mengepal tinju.

Dan benar. Yu Lin saat itu juga menyerahkan kehormatannya pada laki-laki yang menguasainya ini. Dia melayani nafsu binatang komandan she Lao itu. Tapi karena dia melayani dengan sikap terpaksa dan menangis terus di kamar pribadi laki-laki itu akhirnya Lao-ciangkun tidak puas dan kecewa. Apalagi ketika Yu Lin tak mau mengulang hasrat nafsunya yang masih berkobar, belum terpuaskan dalam permainan cinta yang berat sebelah itu.

"Eh, kenapa menolak, Yu-siaocia? Bukankah kau bilang siap menjadi isteriku? Kemarilah, aku sayang padamu. Aku cinta padamu...” dan Lao-ciangkun yang coba merayu gadis ini dengan segala cara sudah memeluk dan mengangkat gadis itu kembali ke atas pembaringan.

Tapi Yu Lin menangis. Dia mandah dilempar ke pembaringan, tapi ketika laki-laki itu minta untuk dilayani kedua kalinya gadis ini mengguguk dan diam saja. Hal ini yang membuat Lao ciangkun marah.

"Lin-moi, kau sudah menjadi isteriku, bukan? Kenapa diam saja?"

Yu Lin terguncang-guncang pundaknya. Dia tak menjawab, dan ketika Lao-ciangkun menjambak rambutnva dan mulai bersikap kasar tiba-tiba gadis ini melompat turun dan menghambur ke tembok ruangan. Dengan tidak disangka-sangka ia membenturkan kepalanya, keras sekali. Dan begitu tembok dibentur kuat tiba-tiba saja gadis ini mengeluh dan terguling roboh. "Dukk...!"

Lao-ciangkun terkejut. Dia melompat turun dengan kaget, terbelalak mendekati gadis yang baru dihisap madunya ini. Tapi melihat Yu Lin tak bergerak lagi dan tengkoraknya retak oleh benturan itu tiba-tiba komandan ini menggeram dan mengumpat. "Keparat, kau gadis sialan, bocah she Yu. Kau tak tahu diri dan membuatku marah!"

Dan Lao-ciangkun yang sudah menggerakkan kakinya itu tiba-tiba menendang tubuh gadis yang telanjang bulat ini keluar kamar. Yu Lin yang sudah menjadi mayat terlempar, dan begitu mencelat di luar pintu segera komandan ini memanggil para pengawalnya, "Ci Ho, Lauw Kam, kembalikan gadis itu ke rumah si tua bangka. Bilang dia bunuh diri di tembok kamar....!"

Dua tangan kanan komandan she Lao itu tertegun. Mereka tak menyangka gadis yang baru memasuki kamar ini sudah menjadi mayat. Tapi melihat gadis itu retak kepalanya dan betul bunuh diri seperti apa yang dikatakan komandan mereka segera dua orang ini mengangkat mayat gadis itu dan membawanya ke rumah Yu Lo.

Dan Yu Kang serta ayahnya tentu saja geger. Mereka marah bukan main, dan melihat Yu Lin menjadi mayat dengan kepala pecah tiba-tiba saja mereka menyerang dua orang pengawal itu tanpa banyak cakap! Ayah dan anak sama-sama nekat. Tapi karena mereka orang-orang lemah yang hanya memiliki keberanian besar tanpa ditunjang ilmu silat sebagai pelengkap hidup maka tentu saja dua orang ini tak dapat berbuat banyak terhadap dua orang pengawal komandan she Lao itu. Golok dan pisau yang membabi-buta di tangan Yu Kang dan ayahnya tak berarti banyak. Dan ketika dua orang pengawal itu marah dan mencabut tombak mereka maka Yu Kang dan ayahnya menjerit roboh, terkapar dengan dada berlubang!

"Nah, apa kataku, orang-orang she Yu? Kalian tak tahu diri. Menghina dan menyerang aparat pemerintah!" dan dua orang pengawal yang menendang lalu memutar tubuh itu sudah meninggalkan Yu Kang dan ayahnya yang luka parah, menggeletak tanpa dapat berbuat apa-apa.

Dan Yu-lopek yang rupanya tak kuat menahan tiba-tiba sudah terkulai tewas di samping anaknya dengan mata mendelik, menggegerkan tetangga sekitar yang sejak tadi tak berani keluar karena takut pada pengawal Lao-ciangkun yaag terkenal bengis dan kejam. Tapi begitu dua orang ini meninggalkan rumah tiba-tiba sesosok bayangan langsing berkelebat masuk.

"Saudara yang gagah, apa yang terjadi ini?"

Yu Kang terbelalak. Dia melihat seorang gadis cantik muncul di dalam rumahnya, muncul begitu saja bagai bayangan setan. Tapi Yu Kang yang melihat pandangan mata penuh persahabatan dari gadis yang belum dikenal ini segera mengeluh dan bangkit duduk, mendekap dadanya yang terluka parah oleh tusukan tombak. Tapi tak kuasa menahan sakit diapun terjengkang kembali dan menuding-nuding tak jelas.

"Nona, mereka.... mereka membunuh adikku...!"

Gadis ini melompat maju. Dia sudah menolong Yu Kang untuk bangun sebisanya, tapi melihat luka yang parah ini tiba-tiba alisnya yang menjelimut indah berkerut dalam. Itulah luka yang amat gawat sekali. Luka yang benar-benar tak dapat ditolong! Tapi mencoba menotok jalan darah di pundak pemuda ini gadis cantik itu merebahkan Yu Kang dengan hati-hati kembali di atas lantai.

"Sobat, kau tak boleh banyak bicara. Lukamu gawat."

"Ya, aku tahu, nona... tapi jahanam-jahanam itu... mereka itu..." Yu Kang batuk-batuk tersendat bicaranya, tampak menahan sakit sekaligus menahan marah, "...mereka itu membunuh adikku, nona... mereka juga membunuh ayahku sebagai orang tua satu-satunya... keparat...!"

Gadis ini mengerutkan kening. "Siapakah mereka yang kau maksudkan itu, sobat? Dan apa yang terjadi? Siapa kau?"

Yu Kang menangis penuh dendam. "Aku Yu Kang, nona. Aku dan ayah baru saja kembali dari rumah Lao-ciangkun. Dia... manusia terkutuk itu, membunuh adikku...!"

"Hm, apa yang terjadi, Yu-twako? Siapa adikmu itu?"

"Dia Yu Lio, nona. Baru saja membebaskan kami di rumah Lao-ciangkun. Tapi... tapi tiba-tiba saja dia telah menjadi mayat dari rumah jahanam she Lao uh...!" dan Yu Kang yang terpatah-patah menceritakan peristiwa itu sudah menangis dan tersendat-sendat bicaranya. Dia menahan sakit dan dendam yang amat besar, menceritakan semua peristiwa dan awal hingga akhir pada gadis yang belum dikenalnya ini. Gadis yang telah memberikan simpati dan rasa perhatian yang sungguh-sungguh. Dan ketika Yu Kang habis bercerita dengan lengkap dan jelas sekonyong-konyong pemuda itu mengeluh dan terguling roboh.

"Nona, tolong kau balaskan sakit hati ini. Bunuh jahanam keparat she Lao itu!"

Gadis ini bangkit berdiri. Mukanya sudah merah padam mendengar cerita Yu Kang itu, pemuda yang sekarat dalam menanti mautnya ini. Dan mengangguk dengan mata berapi-api iapun mendesis dan mengepalkan tinjunya. "Yu-twako, tak perlu khawatir. Aku pasti menghajar manusia jahanam itu!"

"Ah, terima kasih, nona... terima kasih... aku, ugh...!" Yu Kang tak sempat melanjutkan kata-katanya. Dia sudah terguling dan kejang-kejang seperti ayam disembelih, dan ketika pemuda itu mengeluh sambil menuding-nuding keluar mendadak tubuhnya menggeliat dan roboh tak bergerak-gerak lagi. Yu Kang tewas, menyusul adik dan ayahnya di alam baka.

Dan gadis cantik yang tertegun melihat semuanya itu tiba-tiba berkelebat keluar. "Lao-ciangkun, kau manusia tak mempunyai perasaan...!"

Para tetangga di kiri kanan geger. Mereka kini berhamburan keluar memasuki rumah Yu-lopek itu, melihat sepintas betapa gadis yang bergerak bagai setan terbang itu menuju ke rumah komandan she Lao. Dan mereka yang gempar melihat mayat Yu-lopek serta dua anaknya bergelimpangan mandi darah segera menolong dan merawat tiga jenazah itu, merubung bagai tawon merubung sarang, membicarakan kejadian yang menggegerkan ini sekaligus kedatangan si gadis cantik yang tak mereka kenal. Dan begitu rumah Yu-lopek dijadikan ajang keributan pembicaraan ramai, maka di tempat lain kegemparan serupa juga melanda rumah Lao-ciangkun.

Saat itu gadis yang tak dikenal ini telah tiba di rumah komandan kota itu, berdiri tegak di luar pintu gerbang karena dihadang dua orang pengawal yang menjaga rumah komandan ini. Dan melotot memandang mereka gadis ini membentak, "Mana Lao-ciangkun, tikus-tikus busuk? Mana manusia iblis yang telah membunuh keluarga Yu-lopek itu?"

Dua orang pengawal itu terkejut. Mereka tentu saja tertegun melihat kedatangan gadis cantik yang marah-marah ini, yang berapi matanya dan melotot pada mereka. Tapi mendengar gadis itu menyebut-nyebut nama Yu-lopek tiba-tiba saja mereka tertawa mengejek dan mengacungkan tombak. "Nona, kau siapakah dan apa hubunganmu dengan Yu-lopek itu? Kenapa kau memaki atasan kami?"

"Tak perlu cerewet. Lao-ciangkun telah membunuh orang orang tak berdosa, tikus-tikus busuk. Karena itu panggil dan suruh dia keluar kalau tak ingin kulabrak di dalam!"

Dua pengawal ini marah. Mereka tentu saja geli, memandang gadis yang tampaknya lemah itu, gadis biasa-biasa saja yang tidak memiliki sesuatu yang menonjol, kecuali kecantikannya itu tentu saja. Dan seorang di antaranya yang tertawa mengejet oleh sikap gadis itu tiba-tiba menyeringai lebar dan mengulurkan lengannya, mengusap dada orang.

"Nona, sebaiknya kau temani saja kami berdua di sini. Tak perlu marah-marah begitu...wutt!" tapi si gadis yang sudah mengelak ke kiri dan membuat sambaran luput tahu-tahu ganti menggerakkan lengannya menampar muka orang.

"Manusia ceriwis, tak perlu kau kurang ajar... plakk!" dan si pengawal yang sudah terpelanting roboh tahu-tahu menjerit dengan muka kaget dan pipi bengap, pecah bibirnya! Dan begitu kaget dan melompat bangun sadarlah pengawal ini bahwa yang dihadapi itu bukanlah gadis sembarangan. Maka begitu berteriak dan menusukkan tombaknya bergeraklah pengawal ini memberi aba-aba pada temannya.

"A-swi, dia gadis liar. Serang...!"

Pengawal di sebelah terkejut. Dia juga kaget melihat temannya roboh, ditampar jari yang tampaknya lembut itu. Tapi sadar bahwa gadis yang datang ini bukan gadis sembarangan maka pengawal inipun mengangguk dan menggerakkan tombaknya, menusuk dan menyerang gadis yang belum mereka kenal itu, mengeroyok. Tapi gadis yang mengeluarkan suara dan hidung ini tiba-tiba mendengus. Dia tidak mengelak, juga tidak melompat mundur. Tapi begitu tombak datang menyambar dari depan sekonyong-konyong lengannya bergerak menangkis dengan lemparan ringan.

"Tikus-tikus busuk, kalian minta dihajar dulu? Baiklah...plak-plak!" dan dua tombak yang ditangkis dua batang lengan yang tampaknya halus dan lembut itu tahu-tahu tertolak ke belakang dan patah menjadi dua potong!

"Ah...!" dua pengawal ini terbelalak. Mereka berseru kaget, dan baru mereka melotot melihat tombak yang patah di tangan sekonyong-konyong gadis itu menggerakkan kakinya dan menendang mereka.

"Tikus-tikus busuk, pergilah. Des-dess..!" dan dua pengawal yang menjerit dengan suara keras itu tahu-tahu terlempar jauh bagai layang-layang putus talinya. Mereka terguling-guling, dan kaget bahwa gadis yang mereka hadapi ini ternyata demikian lihai mendadak mereka melompat bangun dan berteriak-teriak memukul besi yang bersuara "teng-teng" untuk memanggil bala bantuan.

"Kawan-kawan, keluar! Kita menghadapi gadis siluman....!"

Rumah Lao-ciangkun tiba-tiba menjadi ribut. Dua puluh penjaga yang ada di belakang dan samping rumah tahu-tahu berlompatan keluar, menuju ke halaman di mana dua pengawal ini berteriak-teriak. Dan begitu mereka muncul dengan golok dan tombak di tangan maka gadis cantik itu tahu-tahu sudah dikepung!

"Nona, kau siapa?"

Gadis ini menjengek. "Aku siapa tak perlu kalian tahu, tikus-tikus busuk. Yang penting suruh komandan kalian orang she Lao itu muncul. Aku hendak meminta pertanggungjawabannya atas pembunuhan keluarga Yu lopek!"

Para pengawal ribut. Mereka marah dan kaget, tapi dua pengawal pertama yang sudah dihajar gadis ini menyela dengan seruan keras, "Tak perlu banyak tanya, kawan-kawan. Serang dan tangkap saja dia...!"

Maka duapuluh pengawal yang mengangguk dan membentak itu sudah sama menggerakkan senjata. Mereka menyerang dan mulai menggerakkan golok dan tombak, menghujani gadis yang mereka kepung itu dengan suara ramai. Tapi gadis yang ada di tengah ini tiba-tiba mengeluarkan suara dari hidung. Dia menjengek, dan ketika hujan senjata menyambar dirinya mendadak tubuhnya melompat tinggi di udara, berjungkir balik dengan amat cepat tapi juga indah.

Lalu sementara semua senjata lewat di bawah kakinya tiba-tiba dia sudah turun di atas kepala seorang pengawal, hinggap bagai seekor burung besar. Kemudian, begitu dia membentak dan memutar kakinya tahu-tahu delapan orang pengawal yang ada di dekat dirinya sudah ditendang bergantian dengan luar biasa cepat.

"Des-des-dess..!" para pengawal berteriak kaget. Mereka tahu-tahu terpelanting roboh, senjata yang mereka cekal terlepas. Lalu ketika kaki yang telah merobohkan delapan pengawal ini membentur dahi pengawal yang diinjak kepalanya tahu tahu pengawal terakhir itupun menjerit keras dan roboh pingsan.

"Dukk...!" pengawal itu tak dapat bangun kembali. Dia sudah roboh di atas tanah, daa ketika gadis yang mempergunakan kepala pengawal yang pingsan itu melompat turun ke bawah maka gemparlah duabelas pengawal lain yang belum mendapat serangan.

"Ah, dia gadis berbahaya, kawan-kawan. Serang dan tangkap dia secara hati-hati..!"

Tapi seruan itu percuma. Gadis ini sudah tertawa mengejek, dan begitu dia menjejakkan kakinya berkelebat ke depan mendadak tubuhnya lenyap berputaran mengelilingi duapuluh pengawal yang terbelalak memandangnya itu. Lalu ketika lawan bengong tak dapat mengikuti gerakannya tiba-tiba kaki dan tangannya sudah memberi gaplokan pulang balik ke pundak lawan, tamparan ringan yang tidak membawa maut. Tapi begitu para pengawal disentuh jari-jari tangannya yang lembut ini mendadak semuanya menjerit danroboh bergelimpangan.

"Tikus-tikus busuk, kalian panggil orang she Lao itu kalau tidak ingin kubunuh.... plak-plak- plak!"

Semua pengawal berteriak kesakitan. Mereka tak ada yang tahan oleh tamparan ini, yang membuat pundak seakan retak dan golok serta tombak terlepas berkerontangan. Maka begitu terguling-guling dan maklum gadis yang cantik itu bukan tandingan mereka tiba-tiba duapuluh orang pengawal ini melompat bangun dan lari ke dalam, berkaok-kaok.

"Lao-ciangkun. kita didatangi wanita siluman... kita didatangi wanita siluman....!''

Tempat itu segera ribut. Gadis cantik yang tidak mengejar ini tersenyum mengejek, tegak dengan muka geli memandangi para pengawal yang terbirit-birit itu. Lalu ketika seorang laki-laki pendek melompat keluar membentak para pengawal yang berlarian ke dalam itu dengan muka merah segeralah keadaan menjadi tegang dalam suasana mencekam.

"Kerbau-kerbau dungu, kenapa kalian berteriak-teriak?"

Para pengawal menundukkan kepalanya. "Kami didatangi seorang siluman, ciangkun. Dia datang dan menghajar kami pulang balik!"

"Hm, siapa dia? Mana orangnya?"

"Itulah. Dia mencarimu, ciangkun. Katanya datang dari rumah Yu-lopek untuk meminta pertanggungjawabanmu!"

Laki-laki ini terkejut. Dia adalah Lao-ciangkun sendiri, bekas tangan kanan Hek-kiang-gu itu. Maka terbelalak keluar memandang gadis cantik yang berdiri tegak ini mendadak darah komandan itu tersirap dengan muka berubah. Tapi, melihat bahwa yang ditunjuk para pengawalnya itu adalah seorang gadis yang usianya belum dua-puluhan yang cantik dengan pipi kemerahan tiba-tiba komandan ini menyeringai dan melompat ke tengah halaman, memandang gadis yang berdiri tegak ini dengan mata berseri.

"Nona, kau siapakah dan ada apa mencariku? Betulkah kau dari rumah si tua she Yu itu?"

Gadis ini mendengus, sikapnya tiba-tiba dingin. "Benar, aku dari rumah Yu lopek itu, orang she Lao. Datang kemari untuk menuntut pertanggungjawabanmu kenapa kau membunuh orang baik-baik!"

"Ha, kau ada hubungan apa dengan tua bangka itu, nona? Apakah kau, hm,.. kau pacar pemuda she Yu itu?"

Gadis ini berkilat matanya. "Tahan omonganmu yang kotor, orang she Lao. Aku tidak ada hubungan apapun dengan keluarga Yu itu selain dorongan rasa kemanusiaan melihat kesewenang-wenanganmu!"

"Hm, kalau begitu kesewenang-wenangan dalam hal apa maksudmu? Kau menuntut tewasnya anak perempuan Yu-lopek itu?"

"Ya!"

"Aku tidak membunuhnya, nona. Dia bunuh diri atas kemauannya sendiri!"

"Bohong. Kau dusta, orang she Lao. Yu Kang menceritakan padaku bahwa kau membunuh adiknya dan kini malah membinasakan pula dua orang ayah dan anak itu!"

Lao-ciangkun mengerutkan kening. "Nona, aku benar-benar tidak membunuh bocah perempuan itu. Kau boleh melihat tengkorak kepalanya kalau tidak percaya. Tapi kalau kau mau membela orang-orang tak tahu diri itu aku juga tidak takut. Apa maumu?"

Gadis ini tertawa mengejek. "Mencabut nyawamu, orang she Lao. Atau kau minta ampun seribu kali dan kuarak keliling kota untuk berjanji pada penduduk tidak akan berbuat sewenang-wenang lagi!"

Lao-ciangkun marah. Dia mendelik pada gadis itu, tapi melihat kecantikan orang tiba-tiba dia tertawa lebar dan mencabut golok. "Nona, kau cantik. Bicaramu menyengat tapi menarik sekali bagiku. Bagaimana kalau kau yang tunduk saja dan menggantikan kedudukan anak perempuan she Yu itu dan masuk ke kamarku?"

Gadis ini merah mukanya. "Kau memang bandot tak tahu malu, orang she Lao. Sungguh tepat kalau begitu berita yang kudengar. Nah, lempar golokmu itu sebelum aku naik darah!"

"Ha-ha, memangnya kau dapat mengalahkan aku, nona? Golokku ini akan kubuang setelah kau kupeluk. Tapi sebelum aku merobohkanmu sebut dulu siapa nama dan dari mana kau berasal!"

"Cerewet, tak perlu banyak cakap, tikus she Lao. Hayo gerakkan golokmu itu dan nanti akan kuberi tahu siapa aku setelah kau robohkan!"

Maka Lao ciangkun yang jadi marah oleh sikap dan kata-kata gadis ini tiba-tiba tertawa bergelak. Dia menubruk dan menggerakkan golok nya, marah tapi juga bangkit nafsunya melihat gadis yang amat pemberani ini. Tapi begitu goloknya menusuk ke depan tiba-tiba dia kehilangan lawannya. Dia hanya melihat gadis itu menggerakkan kakinya, berkelebat dan entah ke mana sekarang lawannya itu. Dan ketika dia bingung oleh lawan yang hilang ini mendadak dia mendengar suara dari belakang,

"Orang she Lao, aku di sini!"

Lao ciangkun terkejut. Dia membalikkan tubuh, melihat gadis yang diserangnya itu sudah ada di belakangnya, berdiri dengan senyum mengejek. Maka kaget dan heran bagaimana gadis itu tahu tahu berada di belakangnya tiba-tiba komandan ini membentak dan menyerang lagi. Dua kali goloknya menusuk dan membacok, tapi ketika lawan tertawa mengejek dan berkelebat lenyap lagi-lagi dia kehilangan lawannya itu!

"Ah, kau mempergunakan ilmu siluman, nona cantik!" Lao,ciangkun terkesiap, kaget dan kembali membalik ke belakang ketika dia mendengar ejekan di belakang punggungnya. Tapi begitu dia menyerang dan menggerakkan golok, lagi-lagi lawannya itu tak ada. Begitu hingga empat kali berturut turut! Maka Lao-ciangkun yang jadi marah tapi juga gentar ini tiba-tiba berteriak,

"Nona, kau jangan mempergunakan ilmu siluman. Hadapi golokku secara berdepan kalau kau berani!"

"Hm, begitukah?" gadis ini menjengek. "Baik, kalau begitu permintaanmu akan kupenuhi, orang she Lao. Tapi setelah itu matamu harus dibuka lebar-lebar dan kau harus roboh!"

Dan begitu Lao-ciangkun membalik untuk yang kelima kalinya maka gadis itupun benar-benar ada di belakang dan tidak "menghilang" lagi. Lao-ciangkun gembira, berteriak dan menyerbu lawannya ini dengan serangan gencar yang bertubi-tubi, menusuk dan membacok untuk segera merobohkan lawan. Tapi gadis cantik yang bersikap tenang dan tidak gentar menghadapi semua serangannya itu tertawa mengejek dan mengelak kesana kemari. Gerakannya lincah, juga ringan.

Dan ketika Lao ciangkun menjadi marah dan menggerakkan golok secara membabi-buta maka gadis inipun mendengus dan berseru dingin, "Orang she Lao, awas hati-hati golokmu. Pegang erat-erat....!"

Lao-ciangkun mendelik. Dia penasaran sekali mengapa belum satupun juga serangan goloknya mengenai sasaran. Maka mendengar gadis itu memperingatkannya untuk berhati-hati komandan inipun menjadi berang dan buas sepak terjangnya. Dia menggerakkan golok lebih membabi-buta, mendesak dan merangsek penuh nafsu. Dan ketika lawan berkelit ke kiri untuk menghindari bacokan goloknya yang menyambar pundak sekonyong-konyong gadis itu menggerakkan jarinya menyentil golok dengan bentakan pendek,

"Orang she Lao, lepaskan golokmu... tring!" dan golok yang tiba-tiba mencelat dari tangan komandan she Lao itu sudah disambut teriakan kaget laki-laki ini yang berobah mukanya. Lao-ciangkun terkejut, lalu sementara dia terbelalak dan melempar tubuh bergulingan untuk menyelamatkan diri tahu-tahu gadis itu telah berkelebat di depannya dan menotok pundak.

"Tuk!" Lao ciangkun roboh terjerembab. Dia mengeluh dan kaget bukan main melihat kelihaian gadis ini. Lalu ketika gadis itu menginjak perutnya diapun mendengar kata-kata yang dingin mendirikan bulu romanya, kata kata halus tapi penuh ancaman, "Nah, apa kataku, orang she Lao? Masihkah kau ingin mengandalkan kepandaianmu yang rendah itu?"

Lao-ciangkun menggigil. "Tidak... tidak…nona!" dia berseru pucat. "Aku mengakui kelemahan diriku dan mohon ampun. Jangan kau bunuh atau sakiti diriku...!"

"Hm, lalu bagaimana pertanggung-jawabanmu tentang keluarga Yu itu? Bukankan kau telah membunuh mereka dengan mata tak berkejap?"

"Tidak... tidak, sungguh mati aku tidak membunuh mereka, nona. Yang membunuh itu adalah dua orang anak buahku yang menyerahkan kembali mayat anak perempuan Yu-lopek itu!"

"Tapi kau yang menyuruhnya, bukan?"

"Tidak, bukan aku yang menyuruh, nona. Mereka membunuh karena Yu-lopek dan anak laki-lakinya menyerang dua orang pengawalku!"

"Hm, sama saja, tikus busuk. Betapapun kaulah yang menjadi gara-gara dari kematian anak perempuan Yu lopek itu. Kau harus membayar setimpal dengan nyawamu pula!"

"Ah, jangan!" Lao-ciangkun pucat pasi mukanya. "Jangan kau bunuh aku, nona. Aku sungguh-sungguh tidak membunuh anak perempuan itu. Dia bunuh diri sendiri dengan membenturkan kepalanya di tembok!"

"Hm, betulkah?"

"Sungguh mati, aku tidak bohong, nona. Sebaiknya boleh kau buktikan sekarang kalau tidak percaya!"

Dan gadis cantik yang mengerutkan kening ini tiba-tiba membebaskan totokannya. "Baik, kalau begitu mari kita buktikan, orang she Lao. Tapi betapapun juga kau tak dapat kubebaskan begitu saja meskipun anak perempuan itu bunuh diri" Lalu menendang pantat laki-laki itu gadis ini membentak, "Hayo, jalan. Kita ke rumah Yu-lopek, tikus busuk. Dan jangan coba coba melarikan diri kalau kau tak ingin menambah dosamu!"

Dan Lao-ciangkun yang melompat bangun dengan muka pucat segera terseok-seok menuju rumah Yu-lopek. Dia tahu bahwa gadis ini bukan lawannya, maka maklum keselamatannya benar-benar di tangan gadis itu, komandan inipun tak banyak cakap lagi dan menuju ke rumah Yu-lopek dengan kaki gemetar.

Ternyata di situ para tetangga keluarga Yu ini masih berkumpul merawat dan mengurus tiga jenasah yang keadaannya menyedihkan itu. Tapi ketika melihat rombongan Lao-ciangkun datang mendadak mereka menyingkir din tampak ketakutan.

Tapi gadis ini berseru, "Saudara-saudara, tak perlu takut. Kami hendak memeriksa mayat-mayat keluarga Yu itu. Tenang...!" lalu menghampiri mayat Yu Lin yang ada di tengah, gadis inipun memeriksa tengkorak kepalanya. Dan ternyata benar. Gadis itu memang bunuh diri seperti apa yang dikatakan komandan she Lao ini, maka membalikkan tubuh memandang laki-laki ini gadis inipun bertanya, "Orang she Lao, kau ternyata benar, lalu hukuman apa yang sekarang kau inginkan?"

Laki-laki ini menjatuhkan dirinya berlutut. "Asal tidak kau bunuh atau kau sakiti aku terima mendapatkan hukuman apa saja, nona. Tapi sebelum kau menjatuhkan hukuman kepadaku sudilah kau memberi tahu namamu dulu."

"Hm, kau mau membalas dendam?"

"Tidak... tidak, mana berani aku melakukan itu, nona? Kau lihai dan memiliki kepandaian tinggi. Tak mungkin aku dapat mengalahkanmu. Aku hanya sekarang menagih janjimu sendiri di halaman rumahku!"

"Hm...!" gadis itu mendehem. "Aku Yap Bi Lan, tikus busuk. Aku tak kuatir meskipun kelak kau akan mencariku!"

"Ah...!" laki-laki ini terkejut. "Kau she Yap, nona? Kalau begitu apa hubunganmu dengan Pendekar Gurun Neraka Yap Bu Kong?"

"Dia ayahku!"

Dan begitu Lao-ciangkun mendengar jawaban ini tiba-tiba dia sudah mendeprok lemas di atas lantai, tak menyangka bahwa gadis yang menjadi lawannya itu adalah puteri Pendekar Gurun Neraka yang terkenal! Maka mangut-manggut dan gentar bukan main laki-laki inipun membentur-benturkan jidatnya dengan suara memelas.

"Ah, maafkan aku yang tak bermata. Yap-lihiap (pendekar wanita she Yap). Aku sungguh-sungguh tak tahu kalau kaulah yang datang...!" dan menggigil dengan muka pucat komandan ini tak berani mengangkat mukanya barang sedikitpun...