Pedang Medali Naga Jilid 02

Cerita Silat Mandarin Serial Pendekar Gurun Neraka Episode Pedang Medali Naga Jilid 02 karya Batara
Sonny Ogawa
PEDANG MEDALI NAGA
JILID 02
KARYA BATARA

Cerita Silat Mandarin Pedang Medali Naga Karya Batara
BI LAN, sesuai denpan watak ibunya yang keras dan galak sudah mendahului maju. Dia menudingkan jarinya, dan membentak nyaring dengan suaranya yaag merdu halus, anak perempuan ini ganti bertanya, "Bocah kurang ajar. kau siapakah dan mengapa datang-datang bertanya pada tuan rumah?”

Anak laki-laki itu tertegun. Dia berseri memandang Bi Lan, tapi tersenyum menyeringai, dia bertolak pinggang. "Aku Ceng Liong, adik manis Kau siapakah dan mengapa ada di tempat wilayah ayahku ini?"

Bi Lan mengangkat keningnya, ia terkejut mendengar anak laki-laki bernama Ceng Liong itu menyebut daerah itu milik "ayahnya". ayah lawan. Dan mengira anak itu tidak waras Bi Lan-pun membentak. "Bocah gila siapa ayahmu itu hingga berani benar kau datang-datang mengaku ini wilayah bapakmu? Tidak tahukah kau bahwa ini adalah wilayah Pendekar Gurun Neraka?"

Ceng Liong tertawa. "Itulah. Ayahku memang Pendekar Gurun Neraka, nona manis. Dan mengherankan sekali kau jalan-jalan di sini!"

"Apa?" Bi Lan melotot. "Kau mengaku anak ayahku? Tidak malu kau mengaku diri anak orang lain?"

Bocah itu terkejut. "Apa maksudmu? Siapa itu ayahmu?"

"Ayahku Pendekar Gurun Neraka, bocah sinting! Aku adalah puteri ayahku itu."

"Ah...!" Ceng Liong terbelalak.

Tapi sebelum dia menjawab tahu-tahu wanita cantik y«mg ada di sebelah kanannya berkelebat maju. Ia adalah Tok-sim Sian-li, ibu dari anak laki-laki ini. Dan mendengar anak perempuan itu adalah puteri Pendekar Gurun Neraka tiba-tiba wanita cantik ini mendengus. "Bocah, kau siapakah dan siapa ibumu itu?"

Bi Lan mengedikkan kepala. "Aku adalah Bi Lan, wanita pengganggu. Ibuku adalah Ceng Bi puteri Ciok-thouw Taihiap Souw Ki Beng. Kau siapakah dan anakmukah dia ini?"

Tok-sim Sian-li tertawa mengejek. "Ya, dia anakku. Aku adalah Tok-sim Sian-li yang datang ke sini untuk menyerahkan Ceng Liong pada ayahnya! Di mana bapakmu itu sekarang?"

Bi Lan terbelalak kaget. "Apa? Kau hendak menyerahkan bocah sinting ini pada ayah? Kau bilang dia anakmu?"

"Ya, dia anakku, bocah cerewet. Dan juga anak bapakmu itu yang tidak bertanggung jawab. Mana sekarang ayahmu itu?"

Bi Lan tertegun. Tapi Sin Hong yang sejak tadi tak membuka suara tiba-tiba melangkah maju. Anak ini bersikap tenang, tapi sinar matanya yang tajam penuh selidik menggetarkan wanita cantik ini ketika dia mulai bicara,

"Tok-sim Sian-li, kami sesungguhnya tak kenal kalian dan merasa heran sekali datang-datang kalian membuat ribut. Siapakah sebetulnya kau ini dari tidak tahukah bahwa Pendekar Gurun Neraka hanya mempunyai dua orang anak yakni kami berdua? Darimana anak laki-laki itu dan kenapa dia kausebut sebagai ,putera ayah?''

"Hm, kau siapakah, bocah?"

"Aku Sin Hong, Tok-sim Sian-li. Kakak adikku Bi Lan ini."

"Hm, jadi putera ibumu Souw Ceng Bi itu?'

"Bukan, ibuku adalah Pek Hong. Tapi kami tak ada masalah untuk menentukan siapa sebenarnya ibu kami!"

“Apa?" Tok-sim Sian-li terkejut, "ibumu adalah murid si keledai gundul dari Tibet itu?”

Sin Hong menjadi tidak senang. “Benar, Tok-sim Sian-li. Tapi tak perlu kiranya kau melontarkan kata-kata kasar begini!"

"Hi-hik, aku mau bicara apa saja apa pedulimu, bocah? Bukankah kalau begini ayahmu itu benar-benar seorang mata keranjang? Mendapat cinta seorang wanita saja tak becus tiba-tiba sekarang beristeri dua! Cis, macam apa laki laki seperti itu?"

Sin Hong menjadi marah. Tapi Bi Lan yang tak kuat menahan gusar tiba-tiba melejit ke depan menampar mulut wanita itu. "Tok-sim Sian-li. kau iblis tak tahu malu. Mampuslah...!"

Tok-sim Sian-li terkejut. Dia kaget melihat ginkang yang luar biasa ini, melejit secepat kijang disambar panah. Tapi wanita lihai yang mendengus ini tiba-tiba menggerakkan tangan kirinya, menangkis tamparan Bi Lan.

"Plak!" Dan Bi Lan mengeluh tertahan. Ia terpelanting roboh, mendesis sakit melihat lengannya kebiruan. Tapi Tok-sim Sian-li yang marah melihat anak perempuan itu berani menamparnya mendadak melompat maju. Dia tahu-tahu sudah mencengkeram pundak Bi Lan, menggaplok si anak. Dan Bi Lan yang tak sempat mengelak tahu-tahu sudah menerima tiga tamparan di kedua pipinya pulang balik.

"Anak setan, berani kau bersikap kurang ajar pada orang tua? Nah, terimalah... pla-kplak-plak!"

Dan B iLan yang kontan digampar mulutnya tiba-tiba menjerit dan pecah bibirnya! Anak perempuan ini terkejut, juga marah sekali. Tapi Sin Hong yang kaget melihat adiknya dihajar sekonyong-konyong menubruk ke depan menotok pergelangan tangan wanita itu.

"Tok-sim Sian-li, lepaskan adikku... plak!"

Dan Tok-tim Sian-li yang terkejut menerima totokan ini mendadak melompat mundur dengan mata terbelalak. Ia merasa tangannya lumpuh, gringgingen (kesemutan) ditotok jari si bocah yang halus lembut tapi mengandung getaran sinkang mujijat! Maka terkejut oleh serangan ini tiba-tiba wanita itu menjadi beringas.

"Ceng Liong, robohkan mereka dan ikat keduanya menjadi satu..!"

Ceng Liong mengangguk. Dia menjadi girang disuruh maju, tapi Sin Hong dan Bi Lan yang bersiap-siap tentu saja tak mau mandah begitu saja dirobohkan lawan. Mereka berdiri berdampingan, tapi Sin Hong yang melihat Ceng Liong maju sendirian sudah mendorong adiknya.

"Lan-moi, hadapi bocah itu. Aku akan menjaga dan melindungimu dari yang lain!"

Ceng Liong tertawa sombong. "Tak perlu, satu-satu, Sin Hong. Kau boleh maju sekalian untuk menghadapi aku. Ibu tidak akan membantuku dalam hal ini!"

Sin Hong tak menjawab. Dia terang tak percaya kata-kata itu, dan Bi Lan yang marah melihat kesombongan anak laki-aki ini sudah melompat ke depan memasang kuda-kuda. "Bocah sinting, tak perlu kau pentang bacot. Hayo majulah dan hadapi aku. Hong ko baru maju kalau aku kalah!"

Ceng Liong bersinar mukanya. "Wah, kau benar - benar gagali, adik Bi Lan. Dan kau cantik sekali! Aku tak akan melukaimu kalau kau mau menyerah baik-baik!"

Bi Lan marah. Ia memekik tinggi, dan begitu lawan menyeringai padanya mendadak bocah ini telah melancarkan dua pukulan cepat ke dada dan muka Ceng Liong, berkelebat dengan kedua kakinya yang ringan itu. Dan begitu dia menggerakkan kedua tangannya bertubi-tubi mendadak kedua tangan anak perempuan ini telah berobah menjadi sepuluh banyaknya hingga membuat Ceng Liong terkejut!

"Ah, Cap-jiu-kun (Silat Sepuluh Kepalan)...!"

Dan seruan itu memang benar. Ceng Liong telah mendengar dari ibunya bahwa Pendekar Gurun Neraka memiliki bermacam-macam ilmu silat, satu di antaranya adalah Cap-jiu-kun itu. Silat Sepuluh Kepalan yang membuat kedua tangan benar-benar berobah menjadi sepuluh buah banyaknya, saking cepat dan hebatnya ilmu silat ini. Maka begitu melihat Bi Lan menyerangnya bertubi-tubi dengan ilmu silat itu tiba-tiba Ceng Liong melompat mundur dan berjungkir balik, menendangkan kakinya.

"Des-dess!"

Dua pasang tangan dan kaki tiba-tiba bertemu. Ceng Liong untuk pertama kalinya menangkis, tapi bocah yang tergetar dengan tubuh terhuyung itu mendadak menjadi marah. Dia merasa kakinya ngilu, sakit bertemu tangan Bi Lan yang kecil ampuh. Dan begitu membentak sambil berteriak keras tiba-tiba bocah ini mengeluarkan ilmu silatnya yang ganas, warisan tunggal dari sang ibu yang bernama Tok-hiat-jiu ( Pukulan Darah Beracun)!

"Ah, awas, Lan-moi! Hindari bentrokan tangannya yang beracun..!"

Bi Lan tercekat. Dia mendengar seruan kakaknya itu, karena Sin Hong yang memperhatikan pertempuran ini tiba-tiba melihat kedua lengan Ceng Liong merah bagai darah. Dan kaget serta khawatir oleh bau amis yang memancar dari kedua lengan anak laki-laki itu Sin Hong segera memberi peringatan pada adiknya.

Tapi Bi Lan sudah mengerti. Ia lebih dulu terkejut melihat lengan lawan yang berobah kemerahan juga memancarkan bau amis. Maka begitu lawan menangkis kedua pukulannya yang bertubi-tubi tiba. tiba Bi Lan merobah ilmu silatnya dengan cepat. Dia mainkan kedua kakinya, bertubi-tubi menyerang dan menendang, selalu mengarah bagian bawah tubuh lawan. Dan Tok-sim Sian-li yang terkejut melihat anak perempuan itu juga mahir ilmu silat yang banyak mengandalkan kecepatan gerak kaki ini tiba-tiba mendesis,

"Tong-tee-kun (Silat Guncangkan Bumi)...!”

Dan itu kembali benar. Bi Lan memang telah mainkan ilmu silatnya ini, ilmu silat lain yang disebut Tong tee-kun. Ilmu Silat Mengguncang Bumi. Dan Sin Hong yang tertegun mendengar wanita cantik itu mengenal setiap permainan adiknya jadi kaget di dalam hati. Tapi anak laki-laki ini bersikap tenang. Dia melihat Bi Lan dan Ceng Liong sudah saling sambar-menyambar, masing-masing bergerak cepat. Tapi Bi Lan yang lebih cepat ternyata dua kali berhasil menendang lutut lawan. Ceng Liong dua kali roboh, dan anak laki-laki yang marah serta penahan ini mendesak dengan pukulan-pukulan Tok-hiat-jiunya.

Tapi Bi Lan mematuhi pesan sang kakak. Ia tak mau beradu lengan, takut hawa beracun dari pukulan itu menjalar ke lengannya. Dan Bi Lan yang selalu menyerang bagian bawah lawan dengan tendangan-tendangan kakinya membuat Ceng Liong kalang kabut. Ternyata dari pertempuran ini bahwa Bi Lan masih menang dibading lawannya itu, kemenangan mutlak karena ilmu silatnya memang lebih hebat dan lebih bersih. Dan Ceng Liong yang marah melihat dirinya semakin terdesak dan mundur ke belakang tanpa sempat membalas tiba tiba mengeluarkan suara tinggi. Bocah ini menggereng, dan begitu satu saat kaki lawan kembali menghantam dadanya mendadak anak laki-laki ini membentak.

"Bi Lan, kakimu berat tak dapat menendang aku...!"

Bi Lan terkejut. Saat itu ia sedang menendang dada Ceng Liong, hampir menyentuh sasarannya. Tapi begitu bentakan ini dikeluarkan dan pandang matanya bentrok dengan mata Ceng Liong tiba-tiba kakinya turun tak dapat diangkat, berat seperti yang dikatakan lawan! Dan begitu Bi Lan terbelalak dengan muka kaget tahu-tahu kaki Ceng Liong ganti telah menyambar lututnya, menendang dari bawah.

"Dess...!" Bi Lan terguling-guling. Ia kaget sekali kenapa kejadian demikian cepat berobah, dan Bi Lan yang terpekik oleh tendangan ini tiba-tiba sudah ditubruk Ceng Liong dengan pukulan Tok-hiat-jiunya.

"Bi Lan, kau tak dapat mengalahkan aku. Robohlah...!"

Bi Lan kaget bukan main. Ia terang tak mau menerima serangan itu, pukulan berbahaya yang mengeluarkan bau amis. Maka menggulingkan tubuh Bi Lan sudah menjerit dan melompat bangun, jauh dari lawan. Tapi baru ia berdiri tahu-tahu Ceng Liong tertawa mengejarnya dan kembali membentak, mengeluarkan suaranya yang aneh itu, disertai pandangan tajam berpengaruh.

"Bi Lan. kau tak dapat bergerak lagi. Tubuhmu kaku...!" dan Bi Lan yang benar benar terhenyak dengan tubuh kaku tiba-tiba tak dapat mengelak ketika jari Ceng Liong mencengkeram pundaknya.

"Plak!" Bi Lan roboh pingsan, la menerima tamparan Ceng Liong yang ganas dan jahat.

Dan Sin Hong yang terkejut oleh gebrak terakhir itu tiba-tiba sadar dan melengking tinggi "Ceng Liong, kau anak iblis...!" Ceng Liong memutar rubuh. Dia terkejut mendengar bentakan Sin Hong yang menggetarkan udara. Tapi tersenyum menyeringai dia menyambut pukulan Sin Hong dengan mulut mengejek.

"Plak-dess!"

Ceng Liong berseru tertahan. Dia terpelanting roboh, dan pukulan Sin Hong yang membuat pundaknya luka terbakar menjadikan anak ini kaget bukan main. "Ah, kau pandai mainkan pukulan Lui-kong Cian-hoat (Pukulan Petir), Sin Hong?"

Sin Hong tak menjiwab. Dia sudah marah sekali melihat adiknya roboh pingsan oleh pukulan pemuda ini. Maka menerjang ke depan diapun bertubi-tubi melancarkan serangan ke arah lawan. Dan Ceng Liong terbelalak. Dia harus berteriak berkali-kali mendapat serangan Sin Hong yang jauh lebih hebat daripada adiknya dan lebih berbahaya. Dan Ceng Liong yang melihat pukulan Sin Hong mengeluarkan deru angin lebih mantab dibanding Bi Lan tiba-tiba saja berseru keras ketika jari Sin Hong menampar lehernya, tak dapat dielak.

"Plak!" Ceng Liong terguling-guling. Dia kaget dan marah menerima pukulan itu, yang membuat lehernya panas dan luka bakar! Dan Ceng Liong yang memekik pendek dengan penuh kemarahan itu tiba-tiba membalas.

"Sin Hong, jangan sombong kau. Terimalah pukulanku..!" dan Ceng Liong yang sudah menubruk ke depan menghantam dada Sin Hong dengan pukulan Tok-hiat-jiunya. Dia mengira Sin Hong mengelak, tak berani menerima pukulan itu, sama seperti Bi Lan yang dicegah kakaknya. Tapi Sin Hong yang berapi-api matanya im tiba-tiba menerima pukulan itu, menangkis sambil mengerahkan sinkangnya.

"Plakk..!" dan Ceng Liong mencelat dua tombak! Anak laki-laki itu berteriak, kaget sekali. Dan Sin Hong yang sudah memburu ke depan tiba-tiba mengangkat kakinya menendang dada lawan.

“Dess...!" tak ampun lagi Ceng Liong terlempar bergulingan. Anak laki-laki ini lompat bangun dengan cepat. Tapi ketika menendang dadanya lagi tiba-tiba dia mengeluarkan bentakannya yang aneh itu. suara yang penuh pengaruh dengan pandang mata tajam menusuk, "Sin Hong, kau tak dapat menendang aku. Kakimu berat diangkat!"

Tapi Ceng Liong kaget setengah mati. Dia melihat Sin Hong tak terpengaruh bentakannya, lain dengan Bi Lan. Tanda sinkang pemuda ini jauh lebih kuat dibanding adiknya! Dan belum dia mengelak kaget tahu-tahu kaki Sin Hong telah meluncur ke depan menendang dadanya,

“Bluk!!” Ceng Liong muntah darah. Dia langsung terpental, dan bocah yang terpekik dengan mata terbelalak itu tahu-tahu roboh terjungkal tak dapat bangun lagi. Tapi ketika Sin Hong hendak menyusulnya lagi dengan pukulan terakhir mendadak ibu sang anak berkelebat ke depan.

"Bocah, jangan kurang ajar kau....tuk!" dari jari Tok-sim Sian-li yang telah memapak tendangan Sin Hong membuat anak laki-laki ini mengeluh dan terguling di atas tanah.

Sin Hong terkejut, siap memaki. Tapi baru dia membuka mulut tahu-tahu tangan kiri Tok sim Sian-li menampar lehernya, keras sekali. Dan begitu jari wanita ini mengepret dirinya tahu tahu Sin Hong telah terguling roboh di atas tanah, pingsan!

"Prat!" Sin Hong tidak ingat apa-apa lagi. Dia roboh disitu bersama adiknya. Dan Tok-Sim Sian-li yang sudah menendang tubuhnya memberikan anak Laki-laki ini pada pembantunya. “A-cheng terima dia...!”

A-cheng menangkap . Dia terbelalak melihat putera-puteri Pendekar Gurun Neraka yang dapat mengalahkan Cheng Liong dalam pertandingan jujur. Tapi baru dia menggerakkan tangannya menyambar tubuh anak laki-laki yang pingsan itu, sekonyong-konyong sebuah cambuk menjeletar disampingnya.

"Orang-orang hina, apa yang kalian lakukan terhadap anak-anakku?"

Tok sim Sian-li dan A-cheng terkejut. Mereka melihat sesosok bayangan berkelebat di dekat mereka, menotok dan menyambar tubuh Sin Hong yang hampir disentuh A-cheng. Dan begitu A-cheng mundur ke belakang dengan muka kaget tahu-tahu di situ telah berdiri seorang wanita cantik yang sinar matanya keras!

Itulah Ceng Bi, isteri ke dua Pendekar Gurun Neraka yang galak tapi lihai, puteri sang pendekar besar Ciok-thouw Taihiap yang menjadi ketua Beng-san-pai. Dan Tok-sim Sian-li yang baru kali ini berhadapan muka dengan puteri Pendekar Kepala Batu itu tertegun, la tak tahu siapa wanita ini, tapi mendengar wanita itu menyebut Sin Hong dan Bi Lan sebagai anak-anaknya segeralah ia dapat menduga bahwa wanita itu pasti Ceng Bi. Maka ibu Ceng Liong ini tertawa mengejek.

“Kau Souw Ceng Bi, setan betina?" Tok-sim Sian-li mendengus, karena untuk Pek Hong sudah ia kenal.

Dan Ceng Bi yang bersinar matanya mendengar pertanyaan kasar itu ganti mendengus. "Ya, aku Ceng Bi. Siapakah kau, wanita iblis? Ada apa datang datang mengacau di tem-pat tinggal orang lain?"

"Hi-hik, aku kekasih suamimu, setan betina. Aku datang ke sini untuk menyerahkan puteraku ini pada ayahnya!"

Ceng Bi terbelalak. "Siapa kau? Dan kau gila mengaku-aku kekasih suami orang lain?”

"Hm, jangan sombong, setan she Souw. Aku benar kekasih suamimu itu jauh sebelum kau merebutnya dari aku! Aku Tok-sim Sian-li, wanita malang yang mendapat perlakuan tidak bertanggung jawab dari suamimu itu. Aku datang ke sini untuk menyerahkan anakku pada bapaknya!"

Ceng Bi pucat dan kaget. "Kau Lie Lan murid Cheng-gan Sian-jin itu?"

"Ya!"

"Ah....“ Dan Ceng Bi yang melangkah mundur dengan muka kaget ini segera disambut ketawa mengejek wanita iblis itu. "Kau terkejut, setan betina? Aku datang memang untuk mempertemukan anakku ini dengan bapaknya! Di mana suamimu yang hidung belang itu?"

Ceng Bi menggigil. Ia marah dan terkejut melihat murid Cheng-gan Sian jin ini tiba - tiba datang, muncul setelah sepuluh tahun tidak ada kabar beritanya. Dan melihat Tok-sim Sian-li datang mengganggu rumah tangganya tiba-tiba Ceng Bi naik darah. "Tok sim Sian-li, kau wanita iblis berhati cabul! Siapa percaya anakmu itu anak suamiku yang berhati mulia? Tidak malu kau melimpahkan dosa dan mencari kambing hitam untuk menanggung perbuatanmu yang hina?"

"Hm. Tak perlu memaki, setan betina. Panggil saja suamimu itu dan kita dengar bersama, apakah betul dia tidak pernah menggauliku sepuluh tahun yang lalu!"

"Keparat!" Ceng Bi tak tahan, dan marah serta gusar oleh sengatan kata-kata ini tiba-tiba Ceng Bi mencabut pedang. "Tok-sim Sian-li, sebelum semuanya berlanjut cepat pergilah tinggalkan tempat ini. Kalau tidak aku tak segan-segan membunuhmu!”

"Hi-hik, kau mau menutupi dosa suamimu, setan betina? Aku dalang dengan kenyataan segan benarnya. Anakku memang dari benih suamimu itu. Majulah aku tak takut ancamanmu...!' dan Tok-sim Sian-li yang sudah mencabut bendera iblisnya tertawa mengejek dengan mata bersinar-sinar.

Dia juga marah dan cemburu melihat isteri Pendekar Gurun Neraka ini. Seorang nyonya muda yang cantik dan menggairahkan, seorang wanita gagah yang patut benar menjadi pendarnping bekas jenderal muda itu. Orang yang ia cintai mati-matian! Maka mendengar Ceng bi mengancamnya dan akan membunuh tiba-tiba Tok-sim Sian-li beringas dan marah.

Kini Ceng Bi dan wanita iblis itu sudah saling berhadapan. Mereka sama-sama belum mengetahui kepandaian lawan Tapi Ceng Bi yang maklum bahwa Tok-sim Sian-li adalah bekas murid Cheng-gan Sian-jin yang memiliki ilmu-ilmu sesat tak berani bersikap enteng. Sementara Lie Lan sendiri yang tahu bahwa nyonya muda ini adalah puteri Pendekar Kepala Batu yang gagah perkasa juga tak berani memandang rendah. Maka keduanya sudah saling melompat maju, dan begitu Ceng Bi melihat wanita ini menyambut tantangannya tiba-tiba membentak.

"Tok-sim Sian-li, jaga nyawamu...!"

Dan isteri Pendekar Gurun Neraka ini mulai menyerang. Gerak pedangnya cepat menusuk, mendesing mengeluarkan angin tajam. Dan begitu pedang berkelebat ke depan tahu-tahu leher, dada dan perut lawan sudah disambar bertubi-tubi dengan kecepatan kilat. Tok-sim Sian-li terkejut, mundur setindak. Tapi begitu pedang masih mengejarnya juga tahu-tahu dia membalik gagang benderanya, menangkis.

"Trang...!" dan Tok-sim Sian-li terkejut. Ia terdorong mundur, merasa getaran sinkang menggempur kuda-kudanya. Maka kaget dan marah oleh gebrakan pertama ini tiba-tiba murid Cheng-gan Sian-jin itu melengking tinggi. "Souw Ceng Bi, jangan sombong, aku juga akan membunuhmu...!"

Dan wanita iblis yang tiba-tiba memutar, benderanya itu nelancarkan serangan bertubi-tubi ke arah lawan. Ia mencecar dan menyodok, sepak terjangnya galak dan ganas. Dan Lie Lan yang sudah membarengi serangannya ini dengan pengerahan ginkangnya tiba-tiba berkelebat lenyap berlindung di balik bendera. Wanita itu mengeluarkan ginkangnya yang disebut Cui-beng Gin-kang (Ginkang Pengejar Roh), dan Ceng Bi yang terbelalak melihat lawan lenyap di balik gulungan kain bendera tiba-tiba juga berteriak melengking.

Puteri Ciok-thouw Taihiap ini mengerahkan pula ginkangnya. mainkan pedang dalam jurus-jurus Cui-mo Kiam-hoat ( Ilmu Pedang Pengejar Iblis). Maka begitu keduanya bergerak dan serang-menyerang tiba-tiba saja masing-masing lenyap dalam gundukan sirar hitam dan putih. Hitam dari kain bendera Tok Sim Sian-li sedang putih dari kilatan pedang Ceng Bi yang menyambar naik turun dengan amat hebatnya.

Dan pertandingan segera menjadi seru. Baik Lie Lan maupun Ceng Bi tak mau mengalah. Masing-masing sama bernafsu, ingin menang dan membunuh lawan. Tapi ketika pertandingan berjalan duapuluh lima jurus, ternyatalah di sini bahwa permainan pedang Ceng Bi lebih unggul dibanding ilmu silat lawannya. Lie Lan terdesak mundur-mundur dan pucat mukanya. Dan ketika satu saat pedang Ceng Bi menyambar ulu hatinya tiba-tiba bendera Lie Lan robek ketika menangkis, tertusuk pedang.

"Brett...!" Lie Lan benar-benar kaget. Ia menjerit kecil, membanting tubuh bergulingan ketika pedang masih mengejarnya. Dan ketika ia bangun berdiri dengan mata terbelalak tahu-tahu tangan kirinya menampar ketika kembali Ceng Bi menyerangnya dengan pukulan sinkang.

"Plak...!" Lie Lan tergetar, la sudah mengerahkan Tok-hiat-jiunya, pukulan Darah Beracun. Tapi Ceng Bi yang sama sekali tak terpengaruh oleh tangkisan lengan beracunnya ini membuat Lie Lan terpekik ketika kaki Ceng Bi tahu-tahu menendang pinggangnya.

"Dess!" Lie Lan terlempar bergulingan. Ia menjerit kaget, pucat bukan main. Dan ketika Ceng Bi memburunya dengan bentakan tinggi murid Cheng-gan Sian jin ini berteriak, “A-cheng, bantu aku...!" dan Lie Lan yang menggerakkan gagang bendaranya tahu-tahu menangkis dan menghamburkan lima jarum hitam ke muka Ceng Bi.

"Cet-cet-cet..!"

Ceng Bi mendengus. Ia terpaksa menangkis serangan jarum gelap itu, membuat Lie Lan berkesempatan melompat bangun. Dan baru ia mementalkan semua jarum gelap itu mendadak A-cheng yang ada di sebelah kirinya berkelebat maju. Pembantu Tok-sim Sian-li ini menyerang dengan sebatang pedang pendek membantu majikannya agar lolos dari ancaman pedang di tangan Ceng Bi.

Maka begitu Ceng Bi membalik dan memutar pedangnya segera dia menangkis pedang di tangan pelayan wanita itu. Tapi Tok-sim Sian-li sudah menerjang marah. Ia memekik nyaring ketika Ceng Bi menangkis pedang pembantunya, dan begitu dia memutar gagang bendera dan melakukan tamparan-tampiran keras dengan pukulan Tok-hiat-jiunya segera Ceng Bi dikerubut secara berbareng.

"Setan betina, kau akan mampus di tanganku...!"

Ceng Bi terkejut. Ia mendapat tekanan berat sekarang, karena baik Lie Lan maupun pembantunya yang mengeroyok di kiri kanan membuat ruang geraknya berkurang. Dan ketika Lie Lan melihat Ceng Bi kewalahan menerima serangan pedang dan bendera dari mereka berdua tiba-tiba wanita cantik ini terkekeh dan mengeluarkan ilmu hitamnya Sin-gan-i-hun-to itu, ilmu perampas semangat melalui mata!

"Hi-hik, kau tak dapat menahan serangan-serangan kami, Ceng Bi. Tenagamu lemah dan pedangmu berat. Hayo, lempar pedangmu itu dan menyerahlah... kau harus menyerah dan lemparkan pedangmu yang berat itu..!"

Ceng Bi mengeluh. Ia pucat sekali, gemetar tangannya yang memegang pedang. Karena pedang yang dipegang tangannya itu tiba-tiha saja benar menjadi berat. Persis seperti apa yang dikata lawannya itu. Tapi ketika ia membentak dan mengusir pengaruh aneh itu tiba-tiba saja ia sadar dan marah bukan main. Pundak kanannya terlanjur robek tergores pedang, pedang di tangan A-cheng. Dan begitu bendera mengebut di mukanya diiringi kekeh si iblis wanita mendadak Ceng Bi menjejakkan kakinya berjungkir balik di udara.

"Tok-sim Sian-li, kau tak dapat mempengaruhi aku...!"

Lie Lan tersentak. Ia melihat Ceng Bi benar-benar "lolos" dari pengaruh Sin-gan-i-hun-tonya. Lolos berkat bentakannya yang nyaring penuh getaran khikang. Dan begitu lawan berjungkir balik dengan pedang diputar mendadak A-cheng menjerit ketika lengannya disambar pedang.

"Crat...aduh...!"

Lie Lan jadi semakin kaget. Ia melihat pembantunya terguling, dan sementara A-cheng mengeluh dengan muka pucat tiba-tiba Ceng Bi sudah meluncur turun dengan ujung pedang menyambar dada kirinya, deras sekali. Dan Lie Lan yang terkejut oleh serangan dari udara ini serentak melengking sambil menggerakkan bendera dan tangan kirinya.

"Plak-brett....!"

Cepat sekali kejadian itu. Lie Lan tahu-tahu mendesis, patah gagang benderanya. Dan Ceng Bi yang melihat lawan terhuyung dengan mata terbelalak tiba-tiba sudah meloncat sambil menikamkan pedangnya, menusuk perut wanita iblis ini. Dan Lie Lan yang kaget oleh serangan maut itu tiba-tiba menjerit ketika ujung pedang menyentuh kulit perutnya!

Tapi dua buah bayangan tiba-tiba berkalebat. Seorang di antaranya menyentil sebutir kerikil hitam, membentur pedang Ceng Bi. Dan begitu bayangan ini muncul terdengarlah seruannya yang nyaring berwibawa, "Bi-moi, tahan... tring!"

Dan pedang Ceng Bi yang mencelat dari tangan seketika jatuh berkerontang di atas tanah, sedikit menggores perut Tok-sim Sian-li yang hampir dicoblos binasa! "Ah...!"

Dan kini berdirilah seorang laki-laki gagah perkasa dengan seorang wanita cantik berbaju hijau di situ. Laki-laki ini ramping, tinggi besar dengan muka yang sedikit kemerahan. Sinar matanya tajam berkilat penuh wibawa, bagai mata seekor naga sakti. Dan Ceng Bi yang terbelalak melihat pedangnya gagal membunuh lawan tiba-tiba membanting kaki begitu melihat laki-aki ini datang.

"Yap-koko, kenapa kau cegah aku? Siluman betina ini jahat, la hampir membunuh Hong-ji dan Bi Lan!"

Laki-laki gagah itu menarik napas. Dia ternyata Pendekar Gurun Neraka adanya, bekas jenderal muda yang menggemparkan dunia kang-ouw itu. Dan melihat Ceng Bi membanting kaki dengan sikap marah diapun melangkah maju, mengelus pundak isterinya ini, penuh sayang. "Bi-moi, kenapa kau harus membunuh seseorang? Bukankah kita harus belajar sabar dan tidak menuruti nafsu amarah?"

"Hm, bagaimana sabar kalau ada orang datang hendak membunuh anak kita. Yap-koko? Aku tidak mau sabar, dan aku juga tidak bisa sabar"

Lie Lan tertegun. Ia sekarang melihat betapa matang dan jauh lebih bijaksana laki-laki itu, orang yang dia cinta setengah mati namun gagal tak pernah mendapatkan kasih sayangnya. Maka melihat bekas jenderal muda ini muncul menyelamatkannya dari pedang Ceng Bi yang ganas dan berbahaya tiba-tiba murid Ceng gan Sian-jin itu terisak. "Yap-koko, aku... aku datang untuk menyerahkan anakmu...!"

Pendekar Gurun Neraka atau Yap Bu Kong ini terkejut. Dia mengangkat kening, sekejap saja. Tapi menarik napas dia melepaskan pelukannya pada Ceng Bi. "Lie Lan. Bocah mana yang kau maksud itu? Anak laki-laki inikah?"

Lie Lan terisak, penuh harap dan cemasnya dia. “Koko. Anak kita yang kuberi nama Ceng Liong itu...!" dan menarik lengan anaknya buru-buru wanita ini menyuruh Ceng Liong berlutut. "Liong-ji, dialah ayahmu. Hayo beri hormat dan cium kakinya...!"

Tapi Ceng Liong mengerutkan alis. Dia membuat empat pasang mata memandangnya bersinar dengan penuh kalut (kacau). Dan anak laki-laki yang tidak segera menjatuhkan diri berlutut ini justeru memandang ibunya. "Tapi kenapa ayah beristerikan wanita lain, ibu? Bukankah kau bilang ayah bukan seorang hidung belang? Mestikah aku berlutut pada laki-laki macam ini?"

Hebat sekali kata-kata itu. Pendekar Gurun Neraka sendiri sampai tertegun, berobah mukanya. Dan Lie Lan yang tidak menyangka puteranya bicara seperti itu tiba-tiba saja terkejut. "Liong ji, kutampar mututmu nanti! Hayo berlutut dan beri hormat pada ayahmu...!"

Ceng Liong tetap tegak. Dia mau menolak, tapi melihat mata ibunya bengis memandang mendadak anak ini menjatuhkan diri berlutut, memberi hormat dengan terpaksa.

Tapi belum dia bicara sesuatu tiba-tiba Pendekar Gurun Neraka mendorongkan tangannya. "Ceng Liong, tak perlu kau berlutut. Aku bukan ayahmu..."

Seruan itu bagai geledek di musim panas bagi Tok-sim Sian-li. Wanita iblis ini tersentak, kaget bukan main. Dan Ceng Liong yang tiba-tiba sudah terangkat tubuhnya oleh dorongan Pendekar Gurun Neraka mendadak mencelat terlempar ke arah ibunya!

"Ah, apa... apa kau bilang, Yap-koko....?" Lie Lan menangkap anaknya, menggigil memandang Pendekar Gurun Neraka itu.

Tapi Bu Kong yang mengernyitkan kening mengangguk, bersikap dingin. "Ya, dia bukan anakku, Lie Lan. Bocah ini lain dari garis keturunanku!'

"Tapi... tapi... dulu itu, bukankah kita telah menjadi suami isteri, koko? Kau dan aku... kita di kamar itu...."

"Hm, tak perlu diterangkan lagi, Lie Lan. Kau menjebakku untuk melakukan perbuatan terkutuk itu! Aku tidak tahu benar apakah selama itu kau tidak berhubungan dengan laki-laki lain. Tapi kalau benar kau melahirkan anak dari garis keturunanku maka sinar matanya tidak akan seperti anak laki-laki yang kau bawa ini. Ini bukan anakku, dia bukan garis keturunanku!"

"Tapi aku tidak berhubungan lagi dengan laki-laki lain semenjak malam itu, koko!" Lie Lan mulai histeris. "Aku berani sumpah demi nenek moyangku!"

"Hm, sumpahmu dikotori nafsu pribadi, Lie Lan. Kau tersesat jauh dan tidak dapat dipercaya!"

“Jadi kau tidak mengakui Ceng Liong sebagai anakmu?"

"Tidak. Karena sinar mukanya sama sekali tidak membayangkan garis keturunanku!"

"Ah...!" dan Lie Lan yang tiba-tiba tertawa beringas menjerit maju. "Pendekar Gurun Neraka, kau memang laki-laki jahanam. Terkutuk kan... mampus kau...!" dan Lie Lan yang melontarkan pukulan Tok-hiat-jiunya tiba-tiba menghantam leher pendekar ini.

Tapi Ceng Bi melompat maju. "Setan betina, jangan kurang ajar kau!" dan Ceng Bi yang siap menangkis pukulan ini sudah menggelarkan sinkang di lengannya untuk melindungi suaminya.

Namun Pendekar Gurun Neraka menangkap lengan isterinya, dan membentak perlahan dia berseru, "Bi moi, biarkan...!" dan pukulan Lie Lan yang menghantam lehernya tahu-tahu sudah diterima dengan penuh ketenangan oleh pendekar sakti ini.

"Plak!" Lie Lan terpelanting roboh. Ia serasa menggempur sebuah leher baja, keras dan kuat bukan main. Tapi memekik penasaran wanita ini sudah melompat bangun dan menyerang lagi, kali ini menusuk perut lawan dengan jari -arinya yang merah berbau anyir.

"Pendekar Gurun Neraka, manusia laknat kau... cess!" dan Lie Lan yang kembali menjerit roboh terguling-guling ketika jarinya hampir patah ketika menusuk perut Pendekar Gurun Neraka yang seperti papan besi!

"Ah...!" Lie Lan marah bukan main. Dan gusar serta terbelalak penuh kebencian tiba-tiba dia bangun kembali dan menyerang untuk ketiga kalinya, menendang selangkangan pendekar ini sambil menghamburkan sebelas jarum hitam, dua di antaranya menyambar mata!

Dan Pendekar Gurun Neraka yang menarik napas panjang tiba-tiba mendahului maju menampar ke depan. "Lie Lan, pergilah. Aku tak ada waktu untuk main-main denganmu...!" dan begitu pendekar ini menggerakkan kedua tangannya tiba-tiba Lie Lan menjerit ketika tubuhnya terlempar bergulingan sementara jarum jarumnya runtuh semua dikebut angin pukulan pendekar itu!

"Pendekar Gurun Neraka, jahanam kau... bress!" dan Lie Lan yang terbanting di atas tanah menangis ketika pinggulnya menghantam sebuah batu besar yang membuat dia kesakitan dan menggigit bibir. Tapi sebetulnya bukan sakit di tubuh itu yang ia rasakan, melainkan sakit yang jauh lebih hebat di dalam hatinya. Dan Lie Lan yang maklum tiga kali pukulannya tak dapat membawa hasil untuk membunuh lawannya itu tiba tiba bangun terhuyung dan tersedu-sedu, memandang penuh kebencian pada pendekar muda ini.

"Yap-koko. kau laki-laki keji... kau manusia tak berjantung! Ingatlah, semenjak hari ini aku akan mendidik Ceng Liong untuk membunuhmu. Aku tak akan sudah sebelum kau terbunuh... sumpah demi iblis!" dan Lie Lan yang tiba-tiba terkekeh di antara tangisnya mendadak menyambar tubuh anaknya dan meluncur turun gunung.

"A-cheng, hayo pergi..!"

Dan A-cheng yang gentar serta pucat memandang semuanya itu tiba-tiba tak banyak bicara lagi dan mengikuti jejak majikannya, meluncur turun dengan penuh rasa takut.

Tapi Ceng Bi yang rupanya tak mau membiarkan musuh pergi mendadak berteriak mengejar. "Tok-sim Sian-li, tunggu. Aku ingin membunuhmu...!"

Namun Pendekar Gurun Neraka tiba-tiba menyambar lengan isterinya. "Bi-moi, biarkan, kita tak perlu takut akan ancamannya!"

"Tapi aku ingin membunuhnya, koko. Ia mengganggu Hong-ji dan Bi Lan. Lepaskan aku...!" Ceng Bi meronta.

Namun pendekar ini mempererat cekalannya. "Tak perlu, Bi moi. Kau tekanlah amarahmu itu dan dengarkan aku!"

Tapi Ceng Bi meronta-ronta. Ia menjerit, bahkan terisak. Dan ketika Pendekar Gurun Neraka tetap mencekal lengannya tak mau membiarkan ia pergi mendadak nyonya muda ini menampar muka suaminya! "Yap-koko, kau mencintai wanita iblis itu. Kau sengaja melindunginya dari tanganku... plak-plak!"

Dan Pendekar Gurun Neraka yang terkejut serta bengap pipinya ini tiba-tiba melepaskan cekalannya dan tertegun memandang Ceng Bi. "Apa... apa, Bi-moi...?"

"Kau mencintai wanita iblis itu, koko. Kau sengaja melindunginya jika aku ingin membunuh....!" dan Ceng Bi yang menjerit sambil membanting kakinya ini memandang penuh kemarahan pada sang suami, yang terhenyak oleh kata-katanya yang nyaring, melengking itu.

Tapi Pek Hong, wanita baju hijau yang semenjak tadi tak bersuara memandang semuanya itu tiba-tiba melompat maju dan menegur halus, "Bi-moi, apa yang kau lakukan ini? Kenapa kau menampar suami kita tercinta?"

"Aku... aku, ah...!” Ceng Bi mengguguk. "Aku panas melihat wanita iblis itu, enci. Aku ingin membunuhnya tapi kecewa dihalangi Yap-koko...!"

"Ah, tapi Yap-koko tentu punya alasan, Bi-moi. Dan tak sepatutnya kau menampir mukanya seperti itu. Bagaimanapun, dia adalah suami kita dan orang yang kita cinta...!"' lalu memeluk Ceng Bi yang tersedu-sedu di dadanya Pek Hong berbisik. "Bi-moi, hayo minta maaf. Tak boleh kita menyakitinya seperti itu. Kau mencintainya, bukan?"

Ceng Bi mengeluh. "Tapi aku kecewa sekali, enci. Aku sakit hati benar melihat Yap-koko membiarkan iblis wanita itu pergi!"

"Hm, tapi itu bukan berarti Yap-koko cinta padanya, Bi-moi. Suami kita tentu melihat sesuatu yang tidak kita lihat. Kau terlampau cemburu, dibakar perasaan yang tidak pada tempatnya. Padahal kau tahu keteguhan jiwa suami kita, bukan? Kau tahu betapa dia tak roboh oleh godaan sembarang wanita cantik?"

Ceng Bi tersedu-sedu.

"Nah, mari kuantar minta maaf, Bi-moi. Atau kalau tidak biarlah aku yang mewakili dirimu minta maaf pada suami kita!" dan Pek Hong yang sudah melepaskan dirinya dari pelukan Ceng Bi tiba-tiba memutar tubuh dan menghampiri suaminya yang terbelalak di tempat, memandang mereka dengan mata berkerut-kerut, jelas menindas kedukaan yang tiba-tiba datang menghimpit.

Dan Ceng Bi yarg terbelalak melihat Pek Hong menghampiri suami mereka sekonyong-konyong menggigit bibir. la melihat muka suaminya yang berkerut-kerut itu, kedukaan besar yang tiba-tiba datang menghimpit. Dan melihat Pendekar Gurun Neraka tiba-tiba meneteskan dua titik air mata memandang penuh kesedihan kepadanya tiba-tiba Ceng Bi menjerit dan menubruk suaminya.

"Yap-koko, maafkan aku...!”

Bu Kong sesak dadanya. Dia hampir roboh ditubruk isterinya itu. Ceng Bi yang tampak penuh sesal menyadari kekeliruannya itu. Dan Ceng Bi yang sudah tersedu-sedu memeluknya ketat dengan dada turun naik ini tiba-tiba menjatuhkan diri berlutut mencium kaki suaminya!

"Koko, maafkan aku...!"

Bu Kong terkejut. Dia cepat mengangkat bangun isterinya ini, yang menangis mengguguk di bawah kakinya. Dan terharu serta tergetar oleh sikap Ceng Bi yang demikian tulus tiba-tiba pendekar ini mendekap kepala isterinya penuh rasa sayang yang besar.

"Bi-moi, sudahlah... tak perlu minta rnaaf. Aku tak pernah marah padamu, bukan?" pendekar itu menjawab, lembut sekali sambil mencium kening sang isteri. Mesra.

Dan Ceng Bi yang semakin tersedu-sedu oleh sikap suaminya yang demikian penuh kebijaksanaan ini tiba-tiba tak tahan dan balas menciumi pipi suaminya yang bengap kecerahan. "Koko, kau maafkan aku, ya? Kau .. pipimu itu... ah, kenapa aku menamparmu...?"

"Hm karena kau dibakar cemburu, moi-moi. Karena kau panas melihat murid Cheng-gan Sian-jin itu datang mengganggu."

"Dan kau diam saja tak mengelak ketika kutampar, koko?"

"Hm, tamparan seorang isteri tak kalah nikmatnya dengan sebuah ciuman, Bi-moi. Aku tahu kenapa kau melakukan itu!"

"Tapi..."

"Sudahlah," Bu Kong tersenyum. "Bukankah sepuluh tahun yang lalu kau juga pernah menamparku, Bi-moi? Malah tiga kali banyaknya. Bukan dua! Dan itu semua kau lakukan karena cinta kasihmu kepadaku, bukan?"

"Ooh. ..!" Ceng Bi mengeluh. Dan terisak sambil masih menangis tiba-tiba nyonya muda ini menarik muka suaminya, mencium pipi yang bengap itu kembali dua kali lalu tiba-tiba mencium mulut suaminya sambil mengerang dan merintih! "Koko. maafkan aku...!"

Pendekar Gurun Neraka memejamkan matanya. Dia merasa diayun ke sorga yang paling tinggi oleh ciuman isterinya ini, mabok dan hampir hanyut dalam kebahagiaan tak terkendali. Tapi ketika Pek Hong batuk-batuk kecil dan melengos ke samping tiba-tiba Pendekar Gurun Neraka terkejut.

"Moi-moi, Pek Hong ada di sini...!"

Ceng Bi juga terkejut. Nyonya muda ini melepaskan ciumannya, tapi tertawa kecil tiba-tiba ia menyambar lengan encinya. "Enci Hong, hayo maju. Yap-koko bukan milikku seorang...!" dan Ceng Bi yang menarik lengan madunya itu sudah mempertemukan kedua lengan Pek Hong dengan suaminya.

Pek Hong tersenyum simpul, sedikit jengah tapi sinar matanya berseri penuh kebahagiaan. Dan ketika Ceng Bi meminta ia mencium Pendekar Gurun Neraka wanita ini menolak halus dan menginjak kaki Ceng Bi. "Bi-moi, sekarang bukan waktunya memadu kasih! Apa kau lupa Sin Hong dan Bi Lan tak sadarkan diri dipukul musuh? Dan lagi yang bersalah bukan aku, tapi kau. Jadi sudah sepantasnya apabila kau mencium suami kita memohon maaf...!"

Ceng Bi sadar. Dia dan Pendekar Gurun Neraka juga terkejut, sama-sama teringat nasib anak-anak mereka yang roboh pingsan. Maka Ceng Bi yang sudah melompat mendekati Sin Hong segera mengangkat tubuh anak laki-laki itu, anak dari madunya. "Enci Hong, tolong kau bawa Bi Lan. Biar aku membawa Sin Hong ke dalam...!"

Pek Hong mengangguk. Ia juga sudah melompat mendekati Bi Lan, mengangkat tubuh anak perempuan itu dan memondongnya masuk. Tapi Pendekar Gurun Neraka yang tak enak melihat isteri pertamanya ini membawa Bi Lan segera maju meminta.

"Hong-moi, berikan padaku. Biar aku yang membawanya...!"

"Ah, biarlah, koko. Bi-moi juga sudah membawa Sin Hong!"

Tapi Pendekar Gurun Neraka yang menepuk pundak isterinya sudah menyambar Bi Lan untuk dipondong ke dalam. Dia memberi senyum mesra pada isterinya yang nomor satu ini, dan berbisik lembut dia berkata, "Hong-moi, maafkan aku. Aku hampir saja mabok oleh perbuatan Bi-moi. Kau tunggu aku nanti di kamar, ya?"

Pek Hong mengangguk. "Sudahlah, koko. Aku mengerti. Kita tolong dulu Sin Hong dan Bi Lan."

Maka Pendekar Gurun Neraka serta dua orang isterinya yang sudah melayang masuk itu tak banyak bicara lagi. Mereka cepat menolong Sin Hong dan Bi Lan, menyadarkan anakanak itu dan menotoknya di sana-sini. Tapi baru dua orang anak itu sadar tiba-tiba seorang anak laki-laki lain muncul, memasuki pintu dan langsung bicara nyaring,

"Pendekar Gurun Neraka, aku ingin menantangmu...!"

Tiga orang di dalam itu terkejut. Mereka menoleh, terheran dan tertegun melihat seorang bocah laki-laki memasuki tempat mereka dengan mata berapi-api. memegang sebuah belati kecil. Dan Pendekar Gurun Neraka yang lebih banyak terheran daripada marah tiba-tiba bangkit berdiri.

"Siapakah kau, anak muda?"

"Aku Bu-beng Siauw-cut, Pendekar Gurun Neraka. Datang ke sini untuk membalas dendam!"

"Bu-beng Siauw-cut (kerucuk)?"

"Ya, aku manusia kerucuk, Pendekar Gurun Neraka. Aku manusia tak berharga yang jauh kalah dibanding nama besarmu tapi bukan manusia pengecut yang tidak bertanggung jawab macam dirimu!"

"Ah...!" Pendekar Gurun Neraka tertegun, terkejut mendengar makian ini. Tapi pendekar muda yang kagum oleh keberanian anak laki-laki itu dalam menantangnya tiba-tiba tersenyum lebar dan menarik napas berat, "Bu-beng Siauw-cut, kau rupanya salah alamat. Dari manakah asalmu dan kenapa datang-datang hendak membalas dendam padaku?"

"Aku datang dari pesisir timur, Pendekar Gurun Neraka, dari tepi pantai Po-hai dan datang ke sini untuk menagih dua jiwa atas kematian ayah ibuku!"

"Hm, siapakah ayah ibumu itu?"

"Liok-kauwsu (guru silat she Liok)!" si anak menjawab, matanya berkilat penuh kemarahan.

Tapi Pendekar Gurun Neraka yang terheran mendengar nama ini tiba-tiba mengerutkan kening dan menggeleng bingung. "Bu-beng Siauw-cut, aku tak mengenal ayahmu itu. Siapakah dia dan apakah tidak salah kau menuduhku ini?"

Bu-beng Siauw cut menggigil. "Kau pengecut Pendekar Gurun Neraka. Kau yang jelas menyebabkan kematian ayah ibuku. Kenapa sekarang pura-pura tidak mengenal?"

"Hm, tapi aku benar-benar tidak mengenal ayahmu itu, anak muda. Aku tidak merasa membunuh seseorang bernama Liok-kauwsu!"

"Keparat! Kau pengecut, Pendekar Gurun Neraka. Kau tak berani mempertanggungjawabkan perbuatanmu pada sepuluh tahun yang lalu...!" dan Bu-beng Siauw-cut yang gemetar penuh kemarahan ini tiba-tiba menerjang ke depan menusukkan belatinya. Dia marah sekali, dan Pendekar Gurun Neraka yang mendongkol oleh sikap anak laki-laki ini tak mengelak, sengaja menerima tapi mengerahkan sinkangnya melindungi diri.

"Tak!" Bu-beng Siauw-cut menjerit. Anak laki-laki ini mental pisaunya, tak mempan menusuk perut Pendekar Gurun Neraka yang tiba-tiba mengeras bagai sebuah papan baja! Dan Bu - beng Siauw-cut yang terpelanting roboh segera mendesis dan melompat bangun lagi.

"Pendekar Gurun Neraka, kau laki-laki siluman. Kau manusia pengecut...!"

Tapi sebelum si bocah menyerang untuk kedua kalinya tiba-tiba Pek Hong berkelebat menotok. "Bu-beng Siauw-cut, jangan kurang ajar di depan suamiku....!"

Bu-beng Siauw-cut tak sempat mengelak. Dia tahu-tahu roboh ditotok jari wanita cantik ini, tapi Bu-beng Siauw-cut yang mendelik penuh kemarahan memaki-maki, "Pendekar Gurun Neraka, kau licik. Kau manusia tidak bertanggung jawab yang berwatak curang...!"

Pendekar Gurun Neraka memandang marah. Dia melihat anak laki-laki itu pemberani sekali, gagah dan tak kenal takut. Sikap yang membuat dia benar-benar tertarik dan kagum. Tapi melihat anak itu memaki-maki dirinya tak kenal batas diapun merasa kheki juga. "Hong-moi, lepaskan anak itu diri totokanmu. Dia rupanya tak pandai silat... !”

Lalu begitu Bu-beng Siauw-cut melompat bangun diapun melangkah tegak.

"Bu-beng Siauw-cut. aku benar benar tak merasa mengenal ayahmu yang bernama Liok kauwsu itu. Kau jangan membuang fitnah sembarangan di sin. Kau pergilah, jangan ganggu kami lagi!"

Tapi anak ini mendesis mencekal belatinya, "Aku tak mau pergi kalau belum membunuhmu. Pendekar Gurun Neraka. Atau kau bunuhlah aku untuk menebus kegagalanku ini!"

"Hm. kau nekat??"

"Demi sakit hatiku kepadamu!"

Bi Lan dan Sin Hong yang terbelalak dan sudah sadar di situ tiba-tiba tak tahan. "Ayah, bocah ini tak tahu diri. Sebaiknya dilempar saja keluar!" Bi lan sudah melompat maju.

Namun Pendekar Gurun Neraka menggoyang tangan. “Jangan. Bi Lan. Biarkan dia. Coba kutanya kalau begitu..!" dan Pendekar Gurun Neraka yang sudah mengulur tangannya tahu tahu menangkap pundak anak ini, tak dapat dielak walaupun si bocah mengegos ke kiri. Dan begitu pendekar ini mencengkeram bahu si bocah tiba-tiba dia tertegun ketika melihat tulang-tulang yang hebat dari anak laki laki ini, tulang seorang calon pendekar yang tidak kalah dibanding Bi Lan maupun Sin Hong Tulang dari turunan seorang berbakat!

"Ah...!" pendekar ini tertegun. Tapi sadar dari maksud tujuannya semula tiba-tiba dia mengeraskan sikap. "Bu-beng Siauw-cut, apakah kau gila dan tidak kenal kenyataan bahwa kau salah alamat menjatuhkan dendam kepadaku? Aku bukan laki-laki tak bertanggung jawab. Aku tak segan mengakui perbuatanku bila benar ayahmu Liok-kauwsu itu terbunuh olehku! Kenapa kau tidak tahu diri dan ngotot begini?"

Bu-beng Siauw-cui meronta. "Karena gara-garamu aku jadi anak terlantar, Pendekar Gurun Neraka Gara-gara perbuatanmu aku jadi anak yatim-piatu yang dihina di sana-sini!"

"Hm. kalau begitu bagaimana jika kau ikut di sini? Kau boleh membantu kami di sini. Kau tidak akan terlantar atau dihina bila hidup di sini!"

Bu-beng Siauw cut terkejut. Dia terbelalak memandang mata yang gagah berwibawa itu, mata tajam bagai seekor naga sakti. Tapi sadar bahwa laki-laki ini adalah musuh utamanya mendadak dia memekik. "Pendekar Gurun Neraka, tak perlu kau membujukku. Api dendamku masih tetap belum padam...!"

Dan begitu terlepas dari cekalan pendekar ini mendadak bertubi-tubi anak itu menusukkan pisaunya. Dia menikam sana-sini, menusuk sana-sini, hampir sekujur tubuh pendekar tu. Tapi begitu semua tusukannya mental dan terakhir kali pisaunya patah ketika menikam dada Pendekar Gurun Neraka mendadak lehernya sudah diangkat dan dilempar keluar oleh pendekar itu.

"Bu-beng Siaww-cut, kau benar-benar bocah tak tahu adat...brukk!" dan Bu-beng Siauw-cut yang terguling-guling oleh bantingan pendekar ini tiba-tiba mengeluh tertahan dan menggigit bibir. Dia merasa jari-jari pendekar itu yang mencengkeram lehernya bagai sebuah tanggem saja, menjepit kuat membuat dia kesakitan. Tapi begitu dia terbanting roboh tiba-tiba Medali Naganya yang ada di saku mencelat keluar.

"Tringg...!"

Semua orang terkejut. Anak laki-laki ini sendiri kaget, terhuyung bangun dan buru-buru mengejar Medali Naga itu. Tapi Pendekar Gurun Neraka yang mengebutkan ujung bajunya mendadak sudah mendahuluinya, membuat medali bundar itu "terhisap" dan tersedot ke lengan baju pendekar sakti ini. Dan begitu Pendekar Gurun Neraka menyambar medali itu tiba-tiba pendekar ini tertegun dan terkejut.

"Bu-beng Siauw-cut, kau utusan Bu-beng Sian-su?"

Anak laki-laki ini terbengong. Dia jelas tidak mengerti apa dan siapa Bu-beng Sian-su itu. Tapi melihat Pendekar Gurun Neraka tampak kaget dan berobah mukanya mendengar nama "Bu-beng Sian-su" sekonyong-konyong anak ini tersenyum. Dia mengira Bu-beng Sian-su itu adalah musuh Pendekar Guru Neraka, karena pendekar itu tampak kaget dan pucat mukanya. Maka mengangguk tak bangga dia menjawab lantang, "Ya. aku utusan Bu-beng Sian-su, Pendekar Gurun Neraka. Aku datang atas petunjuk orang itu!"

"Dan kau disuruh datang untuk membunuhku?"

"Ya!"

"Ah, tak mungkin!" Pendekar Gurun Neraka membentak. "Kau bohong, Bu-beng Siauw-cut. Kau bohong dan berdusta di depanku!"

Anak laki-laki ini terkejut. Dia jadi kaget, melihat Pendekar Gurun Neraka membentaknya seperti itu, mempengaruhinya dengan pandang mata bengis berkilat. Dan belum dia mengaku atau menyangkal mendadak tubuhnya sudah disambar pendekar itu dan diangkat siap dibanting!

"Bu-beng Siauw-cut, kau pendusta besar! Berani kau bersumpah demi arwah ibumu bahwa Bu-beng San-su menyuruhmu ke mari?"

Anak ini tertegun. Dia tersentak mendengar Pendekar Gurun Neraka membawa-bawa nama ibunya, ibu yang dihormati tapi yang tewas ketika dia baru berumur beberapa bulan. Maka menggigil sambil menjejakkan kakinya dia menendang pergelangan tangan pendekar itu dengan muka pucat.

"Pendekar Gurun Neraka, jangan bawa-bawa nama ibuku di sini. Aku tak tahu siapa itu sebetulnya Bu-beng San-su!"

Pendekar Gurun Neraka masih mencengkeram anak ini. "Jadi kau mengaku bahwa kau bohong?"

"Ya, terpaksa. Karena kukira dia musuhmu!"

Dan Pendekar Gurun Neraka yang segera melepaskan cekraman tiba-tiba melempar anak itu jatuh di lantai. Dia tertegun dan terheran oleh jawaban ini, karena jawaban itu membayangkan bahwa si anak termasuk orang jujur, yang dapat dipercaya selain gagah berani.

Tapi Bu-beng Siauw-cut sendiri yang terbanting dengan tubuh kesakitan sudah berteriak marah. "Pendekar Gurun Neraka, ingat perbuatanmu hari ini. Demi arwah ibu, aku akan membalasnya kelak seperti ini!"

Ceng Bi mengerutkan kening. Sekarang sejak tadi ia sudah gatal tangan untuk menghujat anak laki-laki itu. Tapi Pek hong yang lompat mendahului melayang ke depan. “Bu-beng Siauw-cut, siapakah ibumu itu?”

Anak ini mendelik. Dia mengepalkan tinju mau menjawab tapi nampaknya ragu. Dan Pendekar Gurun Neraka yang tersentak dan juga ingin tahu melihat isterinya bertanya tentang ibu anak itu tiba-tiba juga melompat ke depan dengan kening berkerut.

"Bu-beng Siauw cut. siapa ibumu?"

Anak ini melotot. "Kau ingin tahu, Pendekar Gurun Neraka?"

"Kalau kau cukup jantan menyebutkannya!"

Maka Bu-beng Siauw-cut yang marah mendengar kata-kata ini tiba-tiba membanting kaki. "Pendekar Gurun Neraka, dengarlah bahwa Ibuku adalah Bwee Li yang sepuluh tahun yang lalu tewas gara-gara perbuatanmu!"

"Aaa...?” Pendekar Gurun Neraka kaget bukan main. "Kau... kau anak Bwee Li? Kau... ah, ingat aku sekarang. Kau adalah...."

Tapi belum pendekar ini selesai mengucapkan kata-katanya tiba-tiba anak itu sudah memutar tubuh dan lari keluar. Dia memaki pendekar itu, yang dikata laki-laki tak bertanggung jawab. Dan Bu-beng Siauw-cut yang sudah melompat pergi meninggalkan ancamannya, desis nyaring ditahan, "Pendekar Gurun Neraka, ingatlah kau. Sepuluh tahun lagi aku akan datang untuk coba membunuhmu...!" dan anak laki-laki yang sudah lenyap di luar itu mendadak membuat pendekar ini mengeluh.

Ceng Bi dan Pek Hong melihat suami mereka tiba-tiba pucat sekali, terhuyung dan menggapai ke depan. Seakan memanggil bocah bernama Bu-beng Siauw-cut itu. Tapi ketika si anak lenyap dari tak tampak bayangannya lagi mendadak pendekar ini berseru,

"Hong-moi, Bi-moi... tolong bawa anak itu ke mari. Dia adalah Ceng Liong yang sejati...!"

Dua orang wanita cantik ini terkejut. Mereka tentu saja terbelalak dan tertegun di tempat, tapi begitu sang suami berseru parau menyuruh mereka mengejar anak laki-laki itu segera keduanya berkelebat mengejar.

"Bu-beng Siauw-cut, tunggu...!"

Namun dua nyonya muda ini tercekat. Mereka melihat Bu-beng Siauw-cut lari turun gunung. Langkah kakinya kecil dan pendek-pendek. Tapi begitu mereka berteriak memanggil sekonyong-konyong sebuah bayangan muncul di tikungan. Bayangan ini langsung menyambar Bu-beng Siauw-cut, dan begitu terdengar suara bergelak nyaring tahu-tahu anak itu sudah "terbang" digondol si bayangan putih!

Tentu saja Pek Hong dan Ceng Bi terkejut. Mereka berseru keras, mengejar sambil mengerahkan ginkang mereka. Tapi si bayangan putih yang meluncur di depan sekonyong-konyong "tancap" gas. Dia menambah kecepatannya, dan begitu bayangan ini berkelebat diantara pohon-pohon besar di kaki gunung tiba-tiba bayangannya lenyap tak diketahui jejaknya!

"Ah, kita kehilangan dia, enci Hong...!"'

Dua orang wanita itu berhenti Mereka terbelalak memandang ke sana, tempat di mana bayangan putih lenyap. Dan Pek Hong yang mengangguk penuh sesal segera menarik napas panjang. "Ya, kita kehilangan jejak, Bi-moi. Kita gagal mencari Bu-beng Siauw-cut!"

"Lalu bagaimana sekarang, enci...'"

"Kita kembali saja."

"Tidak mencari di sekitar sini, enci?"

"Hm, percuma Bi-moi. Bayangan itu memiliki ginkang yang hebat sekali, kita jelas kalah. Dan kalau Bu-beng Siauw-cut tidak meronta dibawa bayangan itu berarti anak itu sudah mengenal bayangan ini. Setidak-tidaknya, mereka tentu sahabat!"

Ceng Bi tertegun. Memang dia melihat bocah itu tidak memberontak dibawa bayangan ini, tanda si bocah sudah mengenal bayangan itu. Tapi bahwa bayangan ini tiba-tiba muncul dan mendemonstrasikan kepandaiannya yang tinggi diam-diam nyonya muda ini penasaran dan ingin mengetahui. Siapakah bayangan yang main gila itu!

Tapi Ceng Bi akhirnya menekan penasarannya. Dia maklum orang yang membawa Bu-beng Siauw-cut jelas orang yang lihai sekali. Dan kalau mereka berdua tak mampu mengejar bayangan ini maka agaknya yang sanggup menghadapi bayangan itu adalah suami mereka sendiri! Tapi celakanya suami mereka sedang ada didalam. Tak keluar waktu bayangan itu muncul! Maka Ceng Bi yang akhirnya kembali dengan mendongkol ini sudah naik ke atas dengan madunya.

Mereka menceritakan kegagalan mereka. Menceritakan pula tentang munculnya si bayangan misterius. Dan Pendekar Gurun Neraka yang tertegun oleh cerita isterinya ini tiba-tiba terhenyak dengan mata jauh ke depan.

"Yap-koko, sebenarnya siapakah bocah kurang ajar itu? Betulkah dia Ceng Liong seperti yang kau bilang?"

Pendekar ini menarik napas. Dia memandang isterinya yang nomor dua, yang bertanya dengan sikap penuh kemendongkolan itu. Dia menganggukkan kepala dengan lemas dia menjawab, "Ya, dia bocah itu, Bi-moi. Dia adalah putera Tok-sim Sian-li yang dulu menjebakku dalam perbuatan terkutuk itu!"

"Dan kau yakin?"

"Tentu saja, Bi moi. Aku mempunyai bukti, lihatlah..." dan Pendekar Gurun Neraka yang mengeluarkan sebuah surat tiba-tiba memberikan benda itu pada dua orang isterinya. Dia membiarkan masing-masing isterinya terbelalak, tertegun dan terkejut oleh surat ini. Dan Ceng Bi yang lebih dulu selesai membaca tiba-tiba mengeluh.

"Yap-koko, anak itu...?"'

"Benar, Bi-moi. Dia memang darah dagingku sendiri. Dan ini dapat dibuktikan pula dengan sikapnya yang penuh keberanian serta gagah itu!"

Maka Ceng Bi yang pucat mukanya dengan mata terbelalak ini gemetar dan memandang madunya. "Enci Hong, bagaimana menurut pendapamu?"

"Hm, ini adalah sebuah kenyataan, Bi-moi. Bu-beng Siauw-cut ternyata benar anak iblis wanita itu, dan benih suami kita! Lalu apalagi yang harus kita perbuat?"

"Tapi aku benci pada wanita iblis itu, enci. Dan aku juga benci pada bocah bernama Bu-beng Siauw-cut itu! Jangan-jangan dia seperti ibunya. kelak menjadi orang sesat seperti iblis!"

Pek Hong tak menjawab. Ia juga mulai gelisah, ada kekhawatiran tak beralasan yang mengganggu. Tapi isteri pertama Pendekar. Gurun Neraka yang bijaksana ini mengembalikan persoalannya pada sang suami. "Yap-koko, bagaimana pendapatmu?"

Pendekar ini masih masygul. "Aku tak tahu apa yang harus kulakukan, Hong-moi. Tapi yang jelas aku telah gagal melaksanakan permintaan dari isi surat itu!" dan Pendekar Gurun Neraka yang telah menerima kembali surat dari, Pek Hong sudah memasukkan kembali surat itu ke dalam bajunya.

Mereka bertiga sejenak tak bersuara. Tapi Pek Hong yang melangkah maju memeluk leher suaminya ini, penuh kasih dan lembut. "Yap-koko, sudahlah. Kau telah berterus terang kepada kami sepuluh tahun yang lalu. Bahkan aku telah mengetahuinya terlebih dulu daripada kau. Untuk apa masygul?"

Pendekar ini menghela napas. "Kau betul, Hong-moi. Tapi bagaimana sikapmu menghadapi anak itu?"

"Hm, kalau dia tidak jahat seperti ibunya aku akan menerima anak itu sebagaimana adanya, koko. Karena bagaimanapun juga dia keturunanmu. Suami yang kucintai"

"Tapi bagaimana dengan kau, Bi-moi?"

Ceng Bi menggigit bibir. "Aku tak dapat menentukan sikapku, koko. Aku masih dipengaruhi sepak terjang iblis wanita itu. Dan lagi, bukankah kita masih harus menyelidiki benarkah bocah itu anak si iblis wanita? Kita belum tahu bekas luka di lengan kiri anak itu, koko. Kita belum membuktikan apakah benar bocah itu keturunanmu atau bukan!"

Pendekar Gurun Neraka mengangguk. Dia meraba surat yang tersimpan di balik bajunya itu. Surat dari Bwee Li, ibu si bocah! Dan Pendekar Gurun Neraka yang nanar pandangannya ini tiba-tiba bangkit berdiri, masuk kedalam kamarnya. "Bi-moi, tolong kau beri obat penolak racun pada Sin Hong dan Bi Lan. Aku ingin beristirahat dulu."

Ceng Bi mengiyakan. Sin Hong dan Bi Lan memang masih ada di situ, terbelalak memandang ayah ibu mereka yang tampak murung. Maka melihat sang ayah masuk ke dalam kamar dan Ceng Bi memberi obat pada mereka tiba-tiba Bi Lan yang didekati ibunya ini berbisik,

"Ibu, siapakah Bu-beng Siauw-cut itu? Bagaimana bisa dikata sebagai anak ayah?"

"Hm, kau tak perlu tanya. Bi Lan. Kau belum cukup dewasa untuk mendengar masalah orang tua ini?"

"Tapi betulkah dia kakakku, ibu?"

Ceng Bi bersinar marah. "Dia anak jahat, putera si iblis Tok-sim Sian-li itu. Tak perlu kau mengakuinya sebagai kakak, Bi Lan!"

Bi Lan tak bicara lagi. Dia bersama Sin Hong disuruh ke belakang, dan dua orang anak yang sudah sembuh dari bekas pukulan Tok-hiat-jiu itu tak berani banyak bertanya lagi dan terheran-heran memandang ibu mereka, yang tampak cemberut dan penuh ketidaksenangan!

Sebetulnya, apa yang terjadi di balik semuanya ini? Dan apa isi surat yang disimpan Pendekar Gurun Neraka itu? Jawabnya tidak terlalu luar bias. Bagi para pembaca yang telah membaca kisah '"Pendekar Kepala Batu" tentu ingat bahwa sepuluh tahun yang lalu ketika pendekar ini mendatangi adu pibu di markas Gelang Berdarah mendapat titipan sebuah surat dari ayah mertuanya. Surat itu berasal dari Bwee Li, bekas selir raja muda Yun Chang yang "disepak" gara-gara perbuatannya dengan Pouw Kwi, laki-laki yang dikira Pendekar Gurun Neraka yang memang secara diam-diam dicintai wanita ini. Terjebak dalam pengaruh sihir. Dan Bwee Li yang hamil akibat perbuatannya itu itu melahirkan seorang anak laki laki.

Sementara di lain pihak, Lie Lan atau yang terkenal dengan julukan Tok-sim Sian-li ( Dewi Berhati Racun ) itu juga melahirkan seorang anak dan hasil Hubungannya dengan Pendekar Gurun Neraka, yang waktu itu lebih dikenal dengan sebutan Yap goanswe (Jenderal Yap). Karena pendekar ini memang bekas seorang jenderal yang gagah perkasa di kerajaan Yueh. Dan Bwee Li yang akhirnya mengetahui bahwa anak yang dia kandung ternyata bukan dari keturunan bekas jenderal muda ini lalu membalas dendam dan tewas di markas Gelang Berdarah.

Tewas di tangan Pouw Kwi yang telah menodainya dengan menyamar sebagai Pendekar Gurun Neraka! Dan Bwee Li yang menemui ajal di markas Gelang Berdarah itu ternyata sempat menitipkan sebuah surat kepada Pendekar Kepala Batu untuk disampaikan kepada Pendekar Gurun Neraka. Dan surat itulah yang kini membuat Pendekar Gurun Neraka dan isteri-isterinya menjadi tidak nyaman setelah kemunculan Tok-sim Sian-li dan Bu-beng Siauw-cut!

Sebenanya, apa isi surat itu? Singkat saja, sebuah surat yang sebenarnya membuka sebuah rahasia dari mendiang wanita ini. Betapa Bwee Li menceritakan bahwa dia telah melahirkan seorang anak laki-lakinya bernama Hun Kiat dan tidak memberi she (nama keturunan) saking bencinya dia kepada bapak anak laki-laki itu. Jadi, kalau diterangkan lebih jauh anak itu nama lengkapnya adalah Pouw Hun Kiat, karena dia adalah keturunan Pouw Kwi, si iblis muda yang mempermainkan wanita cantik itu di kala ia masih berada di istana Yueh.

Tapi Bwee Li yang kebetulan mendengar Tok-sim Sian-li juga melahirkan seorang anak laki-laki dari hasil hubungan gelapnya dengan Pendekar Gurun Neraka tiba-tiba pada suatu hari dengan dibantu suaminya, suami baru yang bukan lain adalah Liok-kauwsu itu telah menukar anak mereka secara silang!

Jadi terdapatlah tukar-menukar anak itu. Hun Kiat ditukar dengan bayi yang baru saja dilahirkan Tok-sim Sian-li sedangkan anak wanita malang itu diberikan pada wanita iblis ini tanpa sepengetahuan ibunya! Dan itu terjadi berkat bantuan guru silat she Liok yang jatuh cinta paria bekas selir raja muda Yun Chang ini. Penukaran yang dilakukan pada saat Tok-sim Stan-li pergi mandi meninggalkan bayinya!

Dan karena dua orang anak laki-laki itu usianya seumur, maka Tok-sim Sian-li tak menduga sama sekali bahwa bayinya ditukar, 'dicuri' ketika ia sedang mandi! Sementara Bwee Li sendiri yang kegirangan melihat bantuan suaminya lalu memelihara anak itu di tepi laut timur. Di pantai Po-hai yang jauh dari keramaian dan bangga bahwa dia dapat menyusui keturunan Pendekar Gurun Neraka yang dia cinta secara diam-diam!

Begitulah. Dan Bwee Li serta Liok-kauwsu yang gembira mendapat anak yang sehat montok seperti anak yang baru saja dilahirkan Tok-sim Sian-li itu lalu memanggil anak ini sebagai Hun Kiat, pengganti anak mereka yang mereka berikan pada Tok-sim Sian-li! Tapi, karena wanita cantik itu akhirnya tewas di markas Gelang Berdarah, maka dia lalu meminta Pendekar Gurun Neraka mencari anak itu, meninggalkan sepucuk surat yang isinya adalah menceritakan tentang rahasia yang mereka sembunyikan itu. Rahasia bahwa Ceng Liong adalah Hun Kiat sedang Hun Kiat adalah Ceng Liong!

Dan Pendekar Gurun Neraka, yang tentu saja tertegun oleh cerita wanita itu dalam isi suratnya jadi terkejut dan terbelalak. Dia waktu itu tak dapat segera mencari. Maklum, saat itu ketua Gelang Berdarah sedang membuat kekacauan (baca Pendekar Kepala Batu). Dan baru setelah lewat satu tahun dia lalu kepantai Po-hai, mencari anak yang ditunjuk dalam surat bekas selir raja itu.

Namun sial. Si bocah ternyata sudah diambil orang lain. Seorang nelayan mengambil anak laki-laki itu sebagai keluarganya. Dan ketika dia mencari nelayan ini ternyata sang nelayan baru saja tewas di laut ketika perahunya terbalik. Pendekar Gurun Neraka kehilangan jejak. Dia tak tahu dimana anak itu berada. Dan setelah dua bulan dia mencari tanpa hasil, akhirnya dia kembali ke Ta-pe-san. Lemas karena tak dapat memenuhi permintaan wanita cantik itu. Yang bagaimanapun juga harus dikasihani dan mendapat nasib buruk.

Maka, ketika Cheng Bi membaca surat itu, segeralah dia tahu mengapa bocah yang datang bersama Tok-sim Sian-li itu tidak diakui suaminya. Tapi malah terhuyung dan tampak terpukul begitu melihat Bu-beng-siauw-cut itu yang mengakui siapa nama ibunya! Tak pelak, Pendekar Gurun Neraka tertegun dan ketika bocah itu melarikan diri dari tempat mereka dan lenyap tak dapat dikejar, pendekar muda ini tiba-tiba saja lunglai.

Pendekar Gurun Neraka memang kaget sekali. Dia tak menyangka bahwa bocah yang dulu dicari-cari namun gagal itu tahu tahu datang kerumahnya, mengamuk dan hendak membalas dendam atas kematian ayah-ibunya. Dan maklum bahwa bocah itu salah faham dengan apa yang terjadi keruan pendekar ini tak nyaman. Dia melihat kekerasan hati anak itu, kemauan membaja seperti yang ada pada dirinya sendiri.

Dan maklum bahwa anak itu akan dapat mengganggu ketentraman hidupnya bila tidak cepat-cepat diatasi segeralah pendekar ini menjadi khawatir. Dia cemas dan gelisah apabila anak itu kelak membuat onar, akibat dari salah paham yang tidak segera dijelaskan. Dan membayangkan anak yang keras hati itu mengancam ketenangan hidupnya tiba tiba pendekar ini menjadi kecut.

Bagaimanapun, watak dalam dirinya ada pada darah anak laki laki itu. Watak yang keras dan pemberani. Watak yang kalau tidak mendapat 'pengarahan’ yang sehat dapat membabi-buta dan membahayakan keselamatan orang lain. Termasuk anak itu sendiri! Dan membayangkan bocah ini bakal mengganggu ketenteraman hidupnya kalau tidak segera diatasi tiba-tiba pendekar itu bangkit berdiri dan melompat bangun. Dan tepat saat itu Pek Hong tiba-tiba muncul membuka pintu

"Yap-koko, kau akan kemana?' wanita ini bertanya kaget.

"Aku akan mencari anak itu, Hong-moi. Aku akan menjelaskan segala kesalahpahaman ini dan menunjukkan surat ibunya!"

"Ah, tapi dia tak ada di sini lagi, koko. Kenapa harus buru-buru begitu?" Pek Hong semakin terbelalak.

Tapi Pendekar Gurun Neraka mengerutkan kening. "Aku tak tenang, Hong-moi. Aku khawatir bocah itu kelak mencelakakan hidupku!"

Pek Hong memeluk suaminya. "Tapi itu baru bayangan dirimu, koko. Bu-beng Siauw-cut kukira tak akan melangkah sejauh yang kau bayangkan!"

"Hm, bagaimana kau bisa mengira begitu...?"

Pek Hong menarik napas. "Koko, anak itu kulihat memiliki kegagahan di samping keberanian. Kau tahu dia cukup gagah untuk menantangmu, bukan?"

"Itulah. Belum memiliki kepandian saja anak itu telah berani menantangku, Hong-moi. Apalagi kalau dia memiliki kepandaian tinggi! Aku khawatir bocah itu jatuh ke tangan seorang sesat!"

"Tapi anak itu sudah dapat membedakan baik buruk, koko. Mana mungkin dia mau ikut orang jahat? Sudahlah. Kau tenangkan hati dan bersabarlah. Kalau dia benar-benar keturunanmu yang sejati aku yakin anak itu tak akan mencelakakan ayah kandungnya biar bagaimanapun juga!"

Pendekar ini masih gelisah. "Tapi aku belum tenang, Hong-moi. Aku ingin mencari anak itu dan mengetahui siapa yang membawanya lari!"

"Hm, kalau begitu baiklah. Aku ikut, koko. Aku akan membantumu sedapat yang bisa kulakukan!" dan Pek Hong yang berdiri di samping suaminya sudah bersiap-siap meninggalkan kamar.

Tapi Ceng Bi tiba-tiba muncul. "Enci Hong. Apa yang kalian ributkan?"

Pek Hong tersenyum manis. "Yap-koko ingin mencari Bu-beng Siauw-cut, Bi-moi. Aku menyatakan ikut untuk bantu menolongnya."

"Ah, kalian hendak meninggalkan rumah?"

"Tidak lama, Bi-moi. Mungkin Yap-koko hanya ingin mencarinya di sekitar sini saja."

"Hm, kalau begitu aku ikut, enci. Aku juga siap membantu kalian mencari bocah itu!"

Pendekar Gurun Neraka terkejut. "Tapi rumah tak ada yang jaga. Bi-moi. Mana mungkin kita semua pergi bersama?"

Nyonya muda itu tersenyum. "Koko. Sepuluh tahun kita hidup di sini belum sekalipun seorang di antara kita meninggalkan yang lain. Bagaimana sekarang kalian hendak meninggalkan aku seorang diri di rumah?"

Pendekar Gurun Neraka tertegun.. "Tapi... tapi anak anak, Bi moi... masa harus meninggalkan mereka sendirian di sini?"

"Kita dapat membawa serta kalau kau cemas, koko. Aku akan menyuruh Bi Lan dan Sin Hong ikut sekalian"

"Celaka!" sang suami jadi bingung. "Kenapa harus begitu, Bi-moi? Tidak, kau harus tinggal di sini. Aku tak lama mencari anak itu!"

Ceng Bi tiba-iiba terbelalak, pucat mukanya. Dan mengeluh lirih nyonya muda ini tiba-tiba menutupi mukanya dan terisak sedih! "Baiklah, aku akan menjaga anak-anak, koko... kau pergilah bersama enci Hong...!" nyonya muda itu kecewa sekali, menangis dan melompat pergi.

Namun Pek Hong yang terharu oleh kesedihan madunya ini tiba-tiba sudah menyambar lengan Ceng Bi. "Bi moi, tak perlu kecewa. Kau boleh gantikan aku ikut suami kita!"

Ceng Bi terkejut. "Tapi Yap-koko, enci, mana mungkin dia memperbolehkan begitu?"

"Aku yang akan membujuknya, Bi-moi. Biarlah kau yang ikut Yap-koko dan aku menjaga anak-anak di rumah!" dan belum Ceng Bi menolak atau membantah Pek Hong sudah menghadapi suaminya itu.

"Yap-koko, kau ajaklah Ceng Bi pergi bersama. Aku akan tinggal di sini menjaga Sin Hong dan Bi Lan!"

Sang suami tertegun. Dan Ceng Bi yang melihat suami mereka tak segera menjawab sudah menarik lengannya dari pegangan Pek Hong. " Enci, Yap koko tampaknya keberatan. Sudahlah. kau saja yang pergi dan aku yang tinggal di rumah!"

Tapi Pek Hong menolak. "Tidak, Bi-moi. Biar aku saja yang di rumah dan kau bantulah Yap-koko mencari Bu beng Siauw-cut!"

Pendekar Gurun Neraka terjepit. Dia terang tak mau membuat dua orang isterinya kecewa. Maka melihat Pek Hong memberi kedipan padanya tiba-tiba pendekar itu menarik napas dan mengangguk. "Baiklah, kau boleh ikut aku, Bi-moi. Tapi Sin Hong dan Bi Lan sebaiknya tak perlu tahu. Aku hanya sehari saja mencari anak itu dan segera pulang kalau tidak berhasil!"

Ceng Bi berseri mukanya. Ia kelihatan girang sekali, tapi melihat Pek Hong yang tersenyum saya mendadak nyonya muda ini merangkul madunya dan menggeleng, "Ah, tidak. Aku akan menemani enci Hong kalau begitu, Yap-koko. Kau pergilah sendiri asal tidak lama!"

"Lho. apa apaan ini, Bi-moi? Kenapa begitu?"

"Aku tak sampai hati padamu, enci. Aku tak enak membiarkanmu sendirian melindungi Sin Hong dan Bi Lan."

Pek Hong tertawa. "Bi-moi. kau lucu sekali. Kenapa berpikir seperti itu? Sudahlah, aku menjaga di rumah dan kau yang menemani suami kita. Kalian hanya sehari saja, bukan...?"



AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.