Pendekar Gurun Neraka Jilid 06 - Sonny Ogawa

Halaman

    Social Items

PENDEKAR GURUN NERAKA
JILID 06
KARYA BATARA

Cerita Silat Mandarin Serial Pendekar Gurun Neraka
MERASA bahwa tidak ada gunanya lagi berpura-pura, pemuda itu lalu beringsut duduk dan dengan sukar akhirnya dia berhasil menyandarkan tubuh di tepi pembaringan. Tubuhnya terikat kuat seperti babi yang siap dipotong dan diam-diam pemuda ini mendongkol sekali. Kalau saja lweekangnya dapat dikerahkan, tentu tidak sukar baginya untuk mematahkan belenggu ini.

"Kau... siapakah, nona?" Bu Kong bertanya dan memandang tajam penuh selidik ke arah wanita berpakaian kuning ini. "Mengapa aku bisa berada di sini dan siapa pula yang mengikatku seperti binatang sembelihan begini? Sungguh terlalu, di samping melumpuhkan tenaga sinkang, juga masih memperlakukan orang seperti seekor binatang!" pemuda itu bersungut-sungut dengan muka merah.

A-cheng tersenyum manis akan tetapi juga setengah mengejek. "Yap-goanswe, lebih baik simpan saja kemarahanmu yang tiada guna itu. Koksu yang menawanmu dan dialah yang membawamu kemari. Ini gedung siocia dan hanya berkat siocia sajalah maka Koksu tidak memperlakukan dirimu dengan perbuatannya yang lebih mengerikan lagi. Kau patut berterima kasih terhadap siocia kami, kalau saja kau tahu diri..."

Bu Kong memandang wanita itu dengan sinar mata tajam dan diam-diam dia terkejut. Koksu? Siapakah yang dimaksudkan? Apakah...? Ah, benar, tentu Cheng-gan Sian-jin yang dimaksudkan oleh wanita ini! Teringatlah dia sekarang dan diam-diam Bu Kong merasa bergidik. Gembong iblis itu benar-benar hebat kesaktiannya dan ilmu silatnya jauh lebih kuat dan berpengaruh dibandingkan dengan Ang-i Lo-mo yang telah tewas di tangannya. Sedangkan mengenai "siocia" itu sendiri, siapakah yang dimaksudkan oleh wanita itu?

"Nona, siapakah siocia kalian yang baik hati itu?" pemuda ini bertanya sambil menduga-duga. "Dan kalau siocia kalian benar-benar baik, tentunya tidak akan membiarkan aku tetap terikat begini..."

"Hi-hikk, harap jangan membujuk aku untuk melepaskan belenggumu, goanswe. Hanya siocialah yang akan memutuskan keadaanmu ini. Kalau kau dapat bersikap manis terhadap siocia kami, tentu siociapun akan melepaskan ikatanmu itu. Akan tetapi kalau kau bersikap keras kepala, mana ada harapan bagimu untuk melepaskan diri? Sudahlah, jangan kau bertanya tentang siocia kami. Sebentar lagi dia akan datang dan kaupun akan segera mengerti dan mengenalnya."

A-cheng tidak memperdulikan pemuda itu lagi dan mengatur semua hidangan di atas meja dengan rapi dan tak lama kemudian, muncullah A-moi dan A-liu sambil tertawa-tawa genit ke dalam kamar. Mereka membawa seguci kecil arak yang luar biasa harumnya dan dua buah sloki yang terbuat dari emas. Melihat betapa pemuda itu sudah sadar kembali dan menyandarkan tubuh di tepi pembaringan dalam keadaan terbelenggu, A-moi terkekeh.

"Ihh, Yap-goanswe sudah bangun. Agaknya A-cheng tadi yang membangunkannya. Hi-hikk, usapan jari-jari yang halus lembut seperti milik A-cheng mana ada pria yang dapat tahan?" pelayan ini tertawa-tawa dan A-liu juga terkekeh. Dua orang pelayan ini dengan sikap centil sekali lalu meletakkan guci kecil itu di atas meja berikut dua buah slokinya yang kecil mungil.

Tiga orang wanita ini tampak sibuk dan Bu Kong yang tidak mengerti untuk apa semuanya itu, hanya memandang mereka bergantian. Hanya diam-diam dia merasa mendongkol sekali kepada pelayan yang dipanggil A-moi itu dan godaannya tadi membuat mukanya menjadi merah. Sungguh terlalu pelayan-pelayan ini dan dia ingin sekali melihat siapa gerangan siocia yang menjadi majikan tiga orang pelayan itu.

Akhirnya, kesibukan tiga orang itu berakhir. Mangkok sumpit dan segala macam hidangan telah mereka atur dengan rapi di atas meja besar itu, bau masakan yang masih mengebul membuat perut pemuda ini terasa lapar. Akan tetapi, agaknya yang paling keras baunya adalah arak di guci kecil itu. Keharuman yang aneh dan khas keluar dari mulut guci yang tidak tertutup dan A-moi serta A-liu berkali-kali mengembangkempiskan hidung mereka di dekat bibir guci itu.

"Aihh, benar-benar sedap sekali Arak Sorga ini. Kalau saja aku boleh mencicipinya, apalagi bersama Yap-goanswe yang ganteng dan gagah perkasa itu, ahh, badan tentu akan menjadi lebih segar, hi-hikk!" A-moi berkata sambil tertawa.

"Ihh, A-moi, mana siocia akan memberimu? Sekali diberi tentu kau akan mabok tidak karuan dan jangan-jangan semua pria akan kautubruk, hi-hikk!" A-liu terkekeh.

Dua orang ini tertawa-tawa dan muka mereka tampak merah dengan pipi mangar- mangar. Bu Kong yang melihat dari jauh keadaan mereka ini, diam-diam merasa heran dan terkejut. Agaknya karena tadi berkali-kali mengendus bau arak di guci kecil itu, dua orang pelayan ini telah kena pengaruhnya. Hemm, benar-benar arak yang keras, pikirnya. Dan namanyapun juga benar-benar hebat. Arak Sorga! Luar biasa sekali dan baru sekarang ini dia mendengar nama arak yang seperti itu.

Sementara itu, A-cheng yang melihat betapa dua orang temannya ini tertawa-tawa genit dan melirak-lirik ke arah Yap-goanswe, berkata mem-peringatkan, "A-moi, A liu, jangan main-main. Pekerjaan kita telah selesai dan kita harus melapor kepada siocia. Hayo kita pergi dan jangan kalian membuat siocia marah."

Dua orang itu tampak terkejut dan kecewa akan tetapi mereka tidak berani banyak membantah. Bersama A-cheng mereka lalu keluar dan A-moi masih sempat menggoda pemuda itu di ambang pintu, "Yap-goanswe, selamat bermalam pengantin, hi-hikk!" dan pelayan ini melambaikan tangannya sambil tertawa penuh arti.

Bu Kong kembali menjadi merah mukanya dan dia mengepal tinjunya dengan gemas. Pelayan yang satu ini sungguh keterlaluan menggodanya, dan sikapnya juga terlalu genit. Dia merasa marah dan muak melihat semuanya ini, akan tetapi karena dalam keadaan tidak berdaya, apa yang bisa dilakukannya? Satu-satunya pekerjaan baginya ialah menunggu dan setelah tiga orang pelayan itu keluar, tinggallah dia seorang diri di tempat itu.

Diam-diam dia berpikir dan merenungkan kejadian ini. Apa yang akan menimpanya? Terbunuh? Dia tidak takut. Akan tetapi kalau diingatnya betapa fitnah keji masih melekat di tubuhnya dan dia sendiri belum berhasil mencuci noda ini, penasaran juga rasanya kalau mati di tangan musuh. Dia mengingat-ingat semuanya dan satu-persatu semua peristiwa pahit manis bermunculan di benaknya.

Teringatlah dia ketika dulu masih menjadi jenderal muda di Kerajaan Yueh. Betapa Raja Muda Yun Chang amat menghargai dan menghormati dia sebagai seorang pembantu istana yang cakap dan pandai. Semua orang amat menyeganinya dan tidak ada satupun yang berani bersikap kurang ajar. Dia mengalami ketenangan yang menenteramkan hati di tempat itu sampai pada suatu hari, sebuah peristiwa membuat ketenangannya terguncang. Kejadian itu diawali dengan datangnya seorang gadis yang cantik jelita dan membayangkan wajah gadis ini, mukanya seketika menjadi merah.

Siapakah dara yang dibayangkan oleh bekas jenderal muda ini? Bukan lain adalah Lie Lan, itu keponakan Lie-thaikam! Semenjak gadis itu meng-injakkan kakinya di halaman rumahnya, sejak saat itu pulalah guncangan ini menggoyahkan kesenangannya. Gadis cantik itu datang ke gedungnya bukan lain hanyalah dengan maksud untuk memikatnya, merayunya dan menyatakan perasaan hatinya terhadap dirinya.

Kalau saja sebelumnya dia tidak tahu akan watak-watak kotor gadis itu, agaknya kedatangan gadis itu akan membawa kesan baik. Sayang, dia telah mengetahui sebenarnya bahwa gadis cantik keponakan Lie-thaikam itu adalah seorang gadis cabul yang tidak tahu malu, mengobral cinta ke sana-sini seperti orang menjajakan makanan.

Itulah sebabnya mengapa dengan tegas diapun lalu menolak gadis itu, bahkan mengusirnya pergi setelah gadis cantik itu melakukan perbuatan-perbuatan yang baginya dianggap tidak tahu malu dan melanggar susila karena gadis itu berani merayunya sedemikian rupa dengan jalan menanggalkan semua pakaian yang menempel di tubuhnya. Gadis cantik jelita itu pernah berdiri telanjang bulat di depannya untuk merobohkan keteguhan hatinya!

Bu Kong tersenyum pahit. Kenangan ini sedikit banyak membekas kuat di hatinya. Belum pernah selama hidupnya dia menyaksikan tubuh seorang wanita dalam keadaan seperti apa yang pernah dilakukan keponakan Lie-thaikam itu. Walaupun berkat kekerasan kemauannya dia berhasil menindas hawa nafsunya, akan tetapi, sedikit banyak peristiwa itu mengguncangkan lingkaran berahi pada jiwa mudanya. Betapa kadang-kadang timbul hasrat menyala yang menyesakkan dadanya, sebuah dorongan berahi yang amat kuat untuk mencari jalan pelepasan. Dan ini terasa amat mengganggunya sekali dan dia kadang-kadang kebingungan sendiri.

Dalam keadaan seperti itu, apa yang harus dilakukannya? Dia tidak tahu dan masih belum banyak pengetahuannya tentang ini. Minta pendapat suhunya? Ah, memalukan sekali. Tidak sanggup rasanya kalau dia membicarakan masalah s*x ini dengan gurunya! Diam-diam dia mengutuk keponakan Lie-thaikam itu. Gadis itulah awal pengobar nafsu berahinya dan hanya berkat kekuatan lweekangnya sajalah dia selama ini berhasil menindas semua pikiran-pikiran buruk ini. Dan sekarang, pusat lweekangnya dilumpuhkan Cheng-gan Sian-jin! Keparat, pikirnya dengan hati gelisah. Tanpa bantuan tenaga sakti itu, kedudukannya tentu saja amat lemah dan diam-diam pemuda ini menjadi cemas.

Pikirannya jauh menerawang tidak karuan dan membayangkan keponakan Lie-thaikam itu, teringatlah dia akan Lie-thaikam sendiri. Pembesar kebiri ini telah melakukan sebuah dosa tak berampun. Kalau keponakannya yang cantik itu mengguncang jiwa mudanya, adalah Lie-thaikam sendiri mengguncang istana Yueh tentang pengkhianatannya! Paman dan keponakannya itu dua-duanya adalah manusia-manusia setan dan teringat betapa kini Yueh dikabarkan orang telah roboh di tangan Kerajaan Wu, sedikit banyak dia merasa marah.

Betapapun Yun Chang telah memperlakukannya tidak pantas, namun jiwa kesetiaannya terhadap negara tidak dapat dihapuskan begitu saja. Dan kini Yun Chang telah tewas, Yueh telah roboh dan banyak panglima-panglima pembantunya binasa. Dan bagaimana dengan Fan Li? Teringat kepada Fan Li atau Fan-ciangkun yang merupakan wakil dan sekaligus sahabat dekat baginya ini membuat hati pemuda itu gelisah. Tewaskah Fan Li? Kalau tidak, di manakah sekarang adanya pemuda itu?

Perang memang keji dan melukai jiwa manusia. Dan diapun tidak terkecuali. Perang membuat para pemimpin-pemimpinnya menemukan siasat-siasat curang dan amat menyakitkan bagi pihak lawan. Dan inipun dialaminya. Dalam perang itulah dia terobek hatinya oleh siasat musuh yang melepaskan ikan segar berupa gadis cantik jelita yang membuatnya tergila-gila. Dia telah terjebak perangkap musuh. Dia telah jatuh cinta terhadap seseorang dara jelita berkepandaian tinggi, murid Mo-i Thai-houw akan tetapi yang juga sekaligus merupakan puteri Ok ciangkun, tokoh nomor satu dari Wu-sam-tai-ciangkun yang merupakan musuh besar Kerajaan Yueh!

Bagi para pembaca cerita "Hancurnya Sebuah Kerajaan", tentu telah mengetahui semua pahit getir bekas jenderal muda ini. Betapa hatinya robek dan berdarah dan betapa dia mengalami pukulan batin yang tidak sedikit akibat kecurangan lawan itu. Betapa hampir saja pemuda ini terguncang otaknya, menjadi gila karena pukulan asmara!

"Siu Li...." Bu Kong merintih dengan hati perih dan pemuda ini memejamkan matanya sambil menggigit bibir. Terbayanglah di depannya wajah seorang gadis yang luar biasa cantiknya, kejelitaan yang menandingi kecantikan para bidadari dan puteri-puteri istana yang manapun. Bahkan Lie Lan sendiri masih tidak nempil menandingi kecantikan Siu Li yang cemerlang, gadis pujaannya yang amat dicinta akan tetapi yang juga sekaligus amat dibencinya itu!

Gadis itu ternyata mempermainkannya, merobek-robek hatinya setelah mengibulinya dengan sikap dan kata-kata mesra! Teringat sampai di sini, Bu Kong mengepal tinjunya dengan hati sakit bukan main. Betapa hancur perasaannya, betapa tertikam jantungnya dengan adanya kenyataan ini. Dia memang merasa amat marah dan benci sekali kepada Siu Li yang telah mempermainkannya, akan tetapi, di samping itu, diam-diam diapun mengeluh dalam batin karena dia melihat betapa benih cinta kasihnya terhadap gadis itu tidak dapat dihilangkan.

Sebenci-bencinya dia kepada gadis itu, namun tetap dia tidak dapat merobah bibit cinta kasihnya yang telah ditanam dengan bibit kebencian! Inilah kenyataan pahit yang amat memukul batinnya dan tak terasa lagi, teringat keadaan hatinya sendiri ini, pelupuk mata pemuda itu menjadi basah.

"Siu Li... Li-moi... mengapa tidak kau bunuh saja aku? Kau membuat hatiku berdarah... kau membuat aku seperti orang gila... aduh, Li-moi, bisakah aku membencimu dalam arti kata yang sebenarnya...?" pemuda ini merintih dengan suara pilu dan beberapa tetes air mata turun membasahi pipinya, tanpa dapat diusapnya karena tangannya terikat.

Sungguh hal ini merupakan kejadian yang amat langka. Yap-goanswe, pemuda yang terkenal gagah perkasa dan keras hati itu, ternyata tidak kuat menahan himpitan asmara ini dan menangis tanpa suara! Kalau tidak melihat dengan mata kepala sendiri, mana bisa mempercayai kejadian ini? Akan tetapi, memang begitulah kenyataannya!

Pada saat murid Malaikat Gurun Neraka ini tenggelam ke dalam kesedihannya, tiba-tiba pintu kamar terbuka dari luar dan seorang gadis cantik jelita memasuki kamar itu dan tersiarlah keharuman minyak wangi yang luar biasa. Bu Kong mengangkat muka memandang dan kecamuk di dalam batinnya. Dan melihat betapa gadis itu dengan jari-jari tangan menggigil melepaskan ikatan belenggunya, pemuda ini mengeluarkan keluhan panjang.

"Li-moi, kekasihku... pujaan hatiku...Siu Li...!" pemuda ini mengeluarkan pekik kaget, terbelalak lebar dan mengejap-ngejapkan matanya seakan-akan tidak percaya akan pandangan sendiri. Akan tetapi, melihat betapa gadis itu mengangguk dan tersenyum penuh kedukaan, pemuda ini mengeluarkan erangan aneh dari tenggorokannya dan meronta dari atas pembaringan.

"Siu Li... Li-moi... aduh, Li-moi....” murid Takla Sin-jin ini mengeluarkan suara menyayat hati dan karena dia lupa tubuhnya masih terikat, maka begitu dia hendak melompat turun, tubuhnya terbanting dari atas pembaringan dan berdebuk di atas lantai!

"Yap-koko...." gadis itu terisak dan melompat maju, menghampiri pemuda itu dan menangis mengguguk. "Aduh, Yap-koko, maafkan aku, koko....maafkan semua kesalahan-kesalahanku yang telah lalu... duh, Thian Yang Maha Agung, mengapa Kau membuat nasib kami menjadi seperti ini? Yap-koko... aku masih mencintaimu, koko... mencintaimu sampai kita mati bersama, huh-huh-hukk..."

Gadis itu mengguguk dengan amat sedihnya dan merangkul pemuda ini yang menjadi bengong dan terbelalak tak mampu mengeluarkan suara. Kejutan yang amat tiba-tiba ini membuat pemuda itu dipenuhi bermacam perasaan. Ada rasa girang, haru, sedih, kecewa dan lain-lainnya lagi yang berkecamuk di kepalanya.

“Tidak salahkah penglihatanku ini? Kau datang kemari dan menolongku? Ya Thian Yang Maha Kuasa, terima kasih atas kemurahan-Mu ini. Li-moi...!" pemuda itu mendekap kekasihnya dengan erat seolah-olah tak hendak melepaskannya lagi dan setelah mengeluarkan erangan pilu, pemuda yang dikagetkan oleh peristiwa yang tak disangka-sangkanya ini roboh pingsan!

"Koko...." Siu Li menjerit kecil dan kembali menangis sedih, mengguncang-guncang tubuh pemuda itu yang telah roboh tak sadarkan diri.

Guncangan yang amat tiba-tiba ini memang telah mengejutkan hati pemuda itu, apalagi dalam keadaan tubuh lemah seperti itu. Maka, melihat munculnya gadis yang baru saja direnungkannya ini, pemuda itu terlalu kaget dan girang bercampur kecewa susul-menyusul dan akibatnya diapun roboh tak sadarkan diri.

Akhirnya gadis itu reda kembali dari tangisnya dan melihat betapa pemuda itu pingsan karena terlampau kaget, cepat dia menotok beberapa jalan darah dan tak lama kemudian Bu Kong siuman kembali. "Koko, maafkan semua kesalahan-kesalahanku..."

Bisikan yang penuh getaran perasaan ini membuat pemuda itu membuka matanya lebih lebar dan dia melihat betapa Siu Li merebahkan kepalanya di atas dadanya. Rambut yang hitam halus dan lebat itu mengeluarkan bau harum memabokkan dan tanpa disadarinya lagi, jari-jari tangannya mengusap lembut kepala gadis ini. Jantungnya berdegup semakin cepat ketika dia merasa betapa jari-jari halus mungil dari kekasihnya itu menyelusup ke balik baju dan mengelus dadanya penuh getaran menggigil.

Sejenak murid Takla Sin-jin ini tak mampu mengeluarkan suara. Kegirangan yang luar biasa dapat berjumpa kembali dengan sang pujaan hati membuat pemuda itu dipenuhi kebahagiaan dan matanya memandang langit-langit kamar tanpa berkedip.

"Koko, mengapa kau diam saja? Masihkah kau marah kepadaku?" suara yang menggetar penuh perasaan ini terdengar amat memelas sekali dan pemuda itu memejamkan matanya.

"Li-moi, perlukah kau meminta maaf dariku kalau kau memang telah melakukan perbuatan dengan sengaja? Kau telah sengaja melukai hatiku, sengaja merobek jantungku, dan sekarang kau hendak memohon maaf atas semua perbuatan-perbuatanmu yang kau sengaja. Perlukah ini, Li-moi...perlukah…?" kata-kata yang diucapkan dengan suara pahit ini membuat gadis itu menangis lagi.

"Koko, kalau begitu... kalau begitu... bunuhlah aku, huh-huh-hukk..!" Siu Li menangis sedih dan Bu Kong menggigit bibirnya.

Betapa tangis ini amat melumpuhkan kemarahannya, melumpuhkan semua sendi di tubuhnya dan tanpa terasa lagi dia mencengkeram rambut yang lebat dan harum itu. Matanya menjadi basah dan hatinya mencair seketika oleh kekerasan dan kebenciannya semula. Diangkatnya kepala yang indah itu, ditatapnya sepasang mata yang penuh air mata itu dan terdengarlah bisikan dari mulutnya,

"Li-moi, kekasihku... jangan menangis lagi. Marilah kita lupakan semuanya yang telah terjadi dan kita pergi jauh dari kekotoran dunia ini. Kau telah diperalat ayahmu dan menjadi korban dari kekejaman watak manusia. Dan aku... akupun juga menjadi korban fitnahan orang. Li-moi, tidakkah kau dengar betapa aku dikabarkan orang melakukan perjinaan dengan seorang wanita...?"

Gadis itu mengangguk-angguk sambil menangis lagi. "Aku tahu, koko... aku tahu... dan aku tidak percaya akan berita bohong itu. Aku tahu watakmu yang segigih batu karang yang tak tergoyahkan oleh derunya ombak samudera dan akupun tahu siapa sebenarnya pelaku kejahatan ini!"

"Apa...?" Bu Kong terkejut bukan main dan melompat bangun, "Kau tahu, Li-moi? Kau tahu siapa biang keladi kebusukan ini? Li-moi, katakanlah kepadaku, siapakah gerangan iblis jahanam itu dan akan kuhancurkan kepalanya!" pemuda ini mengepal tinjunya dan sinar matanya berapi-api.

Akan tetapi Siu Li menggelengkan kepalanya dan gadis ini tersenyum aneh. “Jangan sekarang, koko. Bersabarlah, tubuhmu masih lemah. Luka akibat kecurangan Hek-mo-ko baru saja sembuh. Kalau kau banyak gerak, bukankah akan mengambuhkan luka itu kembali?"

"Eh, kaupun tahu pula bahwa aku pernah dilukai Hek-mo-ko?!" Bu Kong berseru heran dan memandang kekasihnya ini dengan mata terbelalak.

Siu Li tersenyum dan jantung pemuda ini berdetak. Bukan main manisnya senyum itu, mengundang sayang dan berahi. Tak tahan lagi dia dan diraihnya pinggang yang ramping itu dan dipeluknya kekasihnya ini. "Li-moi, betapa rinduku kepadamu, sayang..." pemuda itu menundukkan mukanya dan diciumnya mulut gadis itu dengan sepenuh perasaan hatinya.

Siu Li menggelinjang dan tubuh gadis ini menggigil. "Koko..." gadis itu terisak dan suaranya tertahan di kerongkongannya terganti sedu sedan ketika pemuda itu mencium bibirnya. Sejenak mereka saling berciuman dengan napas terengah dan setelah mereka saling melepaskan diri, keduanya saling pandang dengan sinar mata penuh kebahagiaan.

"Li-moi, betapa cantiknya wajahmu," Bu Kong mengeluarkan kata pujian dan menatap wajah jelita itu dengan sinar mata kagum. Ditelusurinya wajah ini dari atas ke bawah dan tiba-tiba dia sedikit terkejut melihat betapa tiga buah kancing baju gadis itu terlepas. Karena ini, dia dapat melihat betapa bukit dada yang putih halus itu tersembul keluar dan darahnya berdesir. Agaknya karena mereka berciuman tadi yang membuat kancing baju kekasihnya ini terlepas.

"Li-moi, bajumu..." dia berkata dan wajahnya agak merah, memperingatkan gadis itu agar menutup bajunya.

Akan tetapi Siu Li bahkan tersenyum. "Koko, kenapa dengan bajuku? Ada apakah? Apakah ada sesuatu yang tidak beres? Kalau benar begitu, kau harus membetulkannya, koko....!"

Kata-kata ini membuat pemuda itu seperti disengat kalajengking. Dia terbelalak memandang kekasihnya ini akan tetapi disambut oleh senyum penuh tantangan dari gadis itu. Tentu saja dia menjadi heran dan kaget. Tidak biasanya kekasihnya ini bersikap agak "berani" seperti itu dan mau tak mau jantungnya berdebur tidak karuan. "Li-moi, jangan begitu... aku tidak berani... aku takut kalau... kalau...”

"Kalau apa, koko? Baik sekarang maupun besok jiwa dan ragaku adalah milikmu! Apa yang harus kita takutkan? Koko, aku sepenuh hati dan tubuhku dan aku tidak ingin berpisah lagi denganmu!" gadis itu melangkah maju dan tiba-tiba merangkul dan bibirnya telah mencium mulut pemuda itu, jari-jari tangannya menyelusup ke balik baju Bu Kong dan tubuh keduanya sudah menggigil tidak karuan, kali ini condong ke arah berkobarnya nafsu berahi.

Sejenak bekas jenderal muda itu hanyut dalam gelombang yang memabokkan ini, akan tetapi ketika tiba-tiba jari tangan kekasihnya merayap turun, pemuda ini terkejut sekali dan cepat dia menangkap tangan yang menggigil itu. "Li-moi, jangan! Aku tidak ingin mengotori cinta kasih kita dengan perbuatan yang belum waktunya kita lakukan!"

Suara tegas ini membuat gadis itu tertegun dan sedetik wajahnya berobah merah karena malu. Akan tetapi Siu Li telah dapat menetapkan hatinya lagi dan mengangguk. "Benar, koko.... kau benar. Maafkan aku, agaknya aku memang selalu condong untuk melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan hatimu..." gadis itu menarik napas panjang dan menunduk.

Bu Kong merasa kasihan dan mendekap tubuh yang ramping menggairahkan ini dengan penuh kasih sayang. "Li-moi, jangan salah mengerti. Percayalah, aku hanya menginginkan agar kelak kita berdua dapat mengecap kebahagiaan ini seutuhnya, hati dan jasmani. Kekasihku, apakah kau marah?"

Siu Li mengangkat mukanya dan pemuda itu melihat betapa wajah yang cantik ini berlinang air mata. Dia memegang kepala itu dengan kedua tangannya, lalu perlahan-lahan dan lembut dia mengecup dua butir air mata yang menggantung di bulu mata yang lentik itu. "Koko..."

Siu Li terisak dan merebahkan kepalanya di atas dada pemuda itu dan keduanya terdiam dengan pikiran masing-masing. Akhirnya, Bu Kong menarik napas panjang dan merenggangkan tubuh.

"Li moi, kau tadi belum menjawab pertanyaanku. Bagaimana kau bisa tahu bahwa aku dilukai Hek mo-ko dan di mana sekarang adanya iblis hitam itu?"

Gadis ini mengangkat mukanya dan tersenyum manis. "Bagaimana aku tidak akan tahu kalau Hek-mo-ko itu adalah anak buah Cheng-gan Sian-jin yang menjadi koksu di Kerajaan Wu mendampingi ayah? Aku tahu tentang keadaanmu ini dari ayah, koko. Cheng-gan Sian-jin orang yang amat sakti dan kejam, aku mengkhawatirkan dirimu di tangan kakek itu. Dan itulah sebabnya aku lalu minta kepada ayah agar kau disembunyikan di sini, bukan di tempat koksu...."

"Hmm, disembunyikan?" Bu Kong berkata dengan suara pahit. "Tidak, Li-moi, menurut kenyataannya aku adalah ditawan, bukan disembunyikan, dan koksu itu telah melumpuhkan pusat lweekangku pula, keparat dia itu!" pemuda ini mengepal tinju dengan hati panas.

"Ah, begitukah?" Siu Li berseru kaget.

Bu Kong mengangguk. "Demikianlah, dan aku membutuhkan waktu paling tidak dua atau tiga hari untuk menghimpun sinkang."

"Ah, dan sementara itu koksu tentu akan mengantarmu ke hadapan sri baginda!" Siu Li berkata dengan muka pucat. "Koko, kalau begitu, kita harus cepat bertindak!"

"Hemm, apa maksudmu, Li-moi? Bertindak bagaimana?" tanya pemuda itu tidak mengerti.

Siu Li memandang pemuda ini, memegang kedua lengannya yang tegap lalu mendekatkan mulutnya ketelinga pemuda itu dan berbisik perlahan, "Koko, meskipun koksu telah menyerahkan dirimu ke tempat ini, namun secara diam-diam dia selalu memasang kaki tangannya untuk menjagamu. Dan agaknya diapun telah mengetahui tentang hubungan kita berdua dan menaruh curiga kepadaku. Sekarang tubuhmu masih lemah dan kaupun belum dapat mengerahkan tenaga lweekang. Akan tetapi, jangan khawatir, koko. Aku telah menyiapkan segalanya untukmu. Hari ini aku menyuruh para pelayan membuatkan masakan Daging Naga Arak Merah yang akan sanggup memulihkan tenagamu kembali. Juga di samping itu, akupun telah mencuri Arak Sorga dari gudang sri baginda! Ketahuilah, arak itu akan mampu menembus semua jalan darah yang tersumbat untuk menjadi lancar kembali."

Bu Kong terbelalak. "Arak Sorga?"

"Ya, Arak Sorga, begitulah namanya menurut apa yang kudengar," Siu Li menganggukkan kepalanya dan wajah gadis ini berseri girang. "Dan dengan adanya arak itu, kau tentu akan dapat berbuat banyak, koko, setidak-tidaknya kau akan mampu melawan Cheng-gan Sian-jin jika koksu itu menghalangimu."

Pemuda ini tidak menjawab dan diam-diam dia melirik ke guci kecil di atas meja itu. Tadi dia melihat betapa A-moi dan A-liu mencium-cium bau arak itu dan tertawa-tawa genit dan sekarang dia hendak disuguhi arak itu! Kalau bukan kekasihnya yang membujuk, tentu dia tidak akan begitu mudah menerima. Akan tetapi, karena tidak tega menolak setelah sekian lama mereka berpisah dan dapat berjumpa kembali, diapun tidak berkata apa-apa.

"Sesukamulah, moi-moi," katanya sambil menarik napas panjang. "Akan tetapi, tidakkah arak itu mengandung sesuatu yang membahayakan? Tadi kulihat dua orang pelayanmu itu mencium-cium bau arak dan mereka seperti orang mabok. Eh ya, bukankah tiga orang yang tadi masuk ke kamar ini adalah pelayan-pelayanmu?"

Siu Li memandang pemuda itu dan melihat betapa sinar mata kekasihnya ini menunjukkan rasa tidak senang hati, ia menjawab dengan suara halus, "Koko, mereka adalah pelayan-pelayan ayah. Kalau mereka itu telah melakukan perbuatan yang kurang ajar, biarlah nanti aku menghukum mereka. Kenapakah?"

"Tidak apa-apa, hanya mereka tadi, terutama si A-moi itu.. ia... ia mengatakan... ah, sudahlah, aku sebal terhadap para pelayanmu itu!" Bu Kong bersungut dan tidak melanjutkan kata-katanya. Sebenarnya dia hendak bertanya kepada gadis ini apa maksud kata-kata A-moi tadi yang mengatakan "selamat bermalam pengantin" kepadanya. Akan tetapi, karena dia merasa jengah, kata-kata ini tidak jadi diucapkannya dan mukanya saja yang berobah merah.

Melihat kekasihnya bersikap murung, Siu Li segera mengajak pemuda itu duduk di meja besar menghadapi hidangan yang masih mengebul. Bau masakan yang lezat membuat perut Bu Kong terasa lapar dan dia memandang masakan-masakan yang dihidangkan ini dengan lahap.

"Koko, inilah masakan Daging Naga Arak Merah," gadis itu berkata dan sumpitnya bergerak menjepit sepotong daging besar yang tampak empuk dan gurih, "inilah masakan termahal di istana dan hanya apabila sri baginda sedang mendapat kunjungan tamu agung sajalah masakan semacam ini disajikan. Cobalah, lihat sausnya yang penuh sari madu dan tomat jingga, betapa sedapnya. Dan coba kau rasakan daging ini, empuk bukan main dan lezatnya melebihi semua masakan-masakan yang paling terkenal di restoran manapun karena inilah daging naga asli yang didapatkan oleh para pengawal istana di Bukit Kepala Naga!"

Gembira oleh sikap kekasihnya yang dengan suara bangga memperkenalkan masakan istimewa ini, juga karena perutnya memang terasa lapar, tanpa sungkan-sungkan lagi Bu Kong menggigit sepotong daging itu yang disodorkan oleh kekasihnya ini dan benar saja, dia merasakan suatu kelezatan yang luar biasa sekali. Pula, daging itupun amat empuk dan enak dikunyah sehingga sebentar saja, pemuda ini lalu makan apa yang disodorkan oleh gadis itu dengan lahap.

Siu Li tampak girang sekali dan gadis inipun lalu makan bersama, sebentar-sebentar ia menjumput masakan-masakan di sana-sini dan memberikannya kepada pemuda itu sambil menerangkan nama masakannya dan Bu Kong merasakan betapa hebatnya hidangan yang disajikan oleh kekasihnya ini. Akan tetapi, dari semua masakan yang ada, benar-benar hanya Daging Naga Arak Merah itulah yang paling hebat rasanya.

"Li moi, benar-benar luar biasa sekali masakan istimewa ini!" Bu Kong berkata memuji. "Belum pernah aku merasakan masakan yang sehebat dan selezat ini rasanya."

Gadis itu tertawa. "Tentu saja, koko, karena inilah masakan istimewa yang paling disukai sri baginda. Tidak sembarang koki tahu resepnya, dan hanya koki-koki istana sajalah yang dapat membuat masakan seperti ini," katanya sambil tersenyum gembira.

"Akan tetapi, apakah daging ini benar-benar daging naga? Jangan-jangan daging ular!" Bu Kong menggoda.

"Ihh, kau tidak tahu, koko, itu betul-betul daging naga!" gadis itu mencela. "Aku sendiri yang melihat para pengawal membelek kulit naga itu yang berkaki empat. Tanduknya kuat bukan main dan amat keras. Darahnya oleh para koki lalu digodok bersama rempah-rempah tertentu kemudian disaring sehingga terciptalah arak merah yang manis dan harum. Dan bersama dagingnya yang amat alot luar biasa itu, para koki istana itu lalu membuat masakan baru ini yang dinamakan Daging Naga Arak Merah yang kini kau cicipi sendiri kehebatannya."

"Ah, begitukah? Akan tetapi, daging ini empuk sekali dan gurih!"

"Tentu saja, karena sebelum dimasak, daging itu telah dicacah selama tiga hari dan dijemur selama sepuluh hari sehingga menjadi empuk!"

"Ahh, hebat sekali, pantas kalau begitu!" pemuda ini berkata kagum dan karena masakan itu memang amat luar biasa, sebentar saja separuh lebih Daging Naga Arak Merah itu telah memasuki perutnya sehingga dia merasa kenyang. Bu Kong tampak puas sekali, mukanya berkeringat dan dia mengusap ujung bibirnya yang berminyak. "Hebat... hebat... sungguh belum pernah seumur hidupku aku menikmati masakan yang seperti ini, moi-moi. Luar biasa sekali. Lihat, tubuhku berkeringat kepanasan, ha-ha, dan aku merasakan bahwa tenagaku benar-benar pulih kembali."

Siu Li tersenyum manis dan sepasang mata gadis itu bersinar-sinar. Mereka telah selesai makan dan mangkok piring yang kosong mereka singkirkan ke pinggir meja. "Koko, tidakkah kau ingin tidur setelah perutmu kenyang? Kau perlu istirahat mengumpulkan tenaga agar tubuhmu benar-benar segar kembali," gadis itu berkata dan memandang pemuda ini dengan sinar mata tajam yang mengeluarkan pengaruh aneh.

Pemuda itu tampak terkejut, akan tetapi seperti tanpa disadarinya lagi dia mengangguk dan menjawab, "Benar, moi-moi, aku perlu tidur, aku harus istirahat, ahh... aku mengantuk sekali...." dan pemuda ini tiba-tiba menguap panjang.

Gadis itu bangkit berdiri, merangkul dan berbisik, "Koko, kalau kau ingin tidur, tidurlah, biar aku menjagamu di sini. Kau perlu istirahat mengumpulkan tenaga dan agar supaya jalan darahmu yang tertotok lancar kembali, minumlah Arak Sorga ini satu sloki dulu..."

Dengan gerakan cepat Siu Li mengambil guci kecil Berisi arak yang luar biasa harumnya itu, lalu dengan jari agak gemetar gadis ini menuangkan arak itu ke dalam sloki emas. Bau yang luar biasa sedap dan kerasnya segera memenuhi kamar itu dan gadis ini dengan tangan agak menggigil menyodorkan arak itu ke mulut kekasihnya. "Minumlah, koko..."

Karena dia merasa mengantuk sekali dan tidak ingin diganggu, tanpa banyak cakap lagi pemuda ini menerima arak itu dengan sekali tenggak, lenyaplah Arak Sorga ke dalam perutnya.

Gadis itu tertawa aneh dan berkata. "Tidurlah, koko... istirahatlah, sayang, dan kumpulkan tenagamu agar kita nanti dapat bersenang-senang sepuas hati, hi-hikk!"

Suara tawa yang aneh dan amat ganjil ini sejenak membuat Bu Kong terperanjat dan terbelalak, akan tetapi rasa kantuk yang luar biasa membuat pemuda ini tidak ingat apa-apa lagi dan akhirnya pulas di atas meja seperti orang terbius! Dan sesungguhnyalah bahwa murid Malaikat Gurun Neraka ini memang benar-benar telah dibius dan terjebak oleh sebuah perangkap yang amat berbahaya dan akan berekor panjang di kelak kemudian hari bagi dirinya sendiri!

Mungkin para pembaca merasa heran, bagaimana Siu Li sampai membius kekasihnya sendiri dan di saat pemuda itu sudah di ambang pingsan, gadis ini mengeluarkan suara ketawa seperti iblis betina. Inilah hal yang sebenarnya tidak akan aneh lagi kalau kita ketahui bahwa sesungguhnya gadis yang disangka Siu Li oleh bekas jenderal muda itu bukanlah Siu Li adanya, melainkan Lie Lan murid Cheng gan Sian-jin yang telah mempengaruhi Bu Kong dengan ilmu sihirnya yang disebut Sin-gan i-hun-to itu!

Inilah kenyataan yang tentu akan mengguncang hati pemuda gagah perkasa itu kalau saja dia tahu. Àkan tetapi, seperti kita ketahui bersama, pemuda ini sedang menjadi tawanan Cheng-gan Sian-jin dan pusat lweekangnya dilumpuhkan oleh kakek iblis itu dan Lie Lan yang menaruh dendam dan penasaran terhadap pemuda ini hendak membalas sakit hatinya yang selama ini belum terlampiaskan.

Seperti yang telah diceritakan dalam cerita "Hancurnya Sebuah Kerajaan" dalam jilid pertama, betapa gadis ini mengalami kegagalan total ketika ia mencoba merayu jenderal muda yang tampan dan gagah perkasa itu, betapa gadis ini mengalami pukulan batin yang amat hebat dan menaruh dendam besar terhadap Yap Bu Kong karena semua rayuan mautnya yang sedemikian hebat itu sama sekali tidak mempan terhadap pemuda ini!

Gadis itu benar-benar tertampar mukanya dan api dendam berkobar di dalam dadanya. Padahal biasanya, hanya dengan senyum memikat dan kerling mata menyambar setajam gunting saja ia telah sanggup merobohkan pemuda-pemuda tamoan yang lain. Akan tetapi, Yap-goanswe yang satu ini ternyata merupakan pemuda istimewa yang tidak dapat dirobohkannya dengan cara apapun!

Wanita adalah mahluk yang amat peka perasaannya. Begitu pula halnya dengan gadis ini. Peristiwa yang terjadi dan kegagalan mutlak yang dialaminya ini menggores hatinya dan membuat luka dalam yang parah. Gadis itu telah bersumpah bahwa pada suatu hari ia akan menaklukkan pemuda itu di bawah kakinya, dan kalau perlu, segala macam cara akan ditempuhnya!

Inilah sebabnya mengapa ia lalu minta kepada suhunya untuk menangkapkan pemuda yang gagah perkasa itu. Gadis ini tahu betapa lihainya Yap-goanswe, betapa sukar merobohkan murid Malaikat Gurun Neraka yang memiliki kepandaian tinggi itu. Dia sendiri ragu-ragu untuk menandingi pemuda luar biasa ini dan khawatir gagal. Maka agar apa yang dicita-citakan hatinya berhasil, gadis itu minta bantuan gurunya yang ia tahu pasti akan mampu menundukkan pemuda she Yap itu.

Demikianlah, ketika pada suatu hari Cheng-gan Sian-jin datang membawa tawanannya, gadis ini merasa girang bukan main. Dia minta kepada suhunya agar pemuda itu diserahkan kepadanya supaya dia dapat membalas semua sakit hatinya yarg selama ini dipendam.

"Akan tetapi jangan bunuh dia, kita masih memerlukan tenaganya dan aku hendak membuatnya menjadi boneka hidup, muridku," kakek iblis itu berkata memperingatkan muridnya ini.

"Aku tahu, suhu, dan aku memang tidak akan membunuhnya. Aku hendak melihat pemuda ini bertekuk lutut dan hendak kupermainkan dia sepuasnya dalam permainan cinta dan hendak kubakar tubuhnya dengan nafsu berahi!" Lie Lan menjawab dengan sinar mata berkilat dan tinjunya dikepal gemas.

"Ha-ha, bagus! Dan aku hendak menonton pertunjukan yang menggembirakan ini!" Cheng gan Sian-jin tertawa bergelak, menyambar tubuh muridnya dan mengambungi wajah cantik itu dengan sikap kasar sementara jari-jari tangannya menggerayangi tubuh yang menggairahkan ini.

Lie Lan lalu membawa tubuh pemuda yang masih pingsan itu ke dalam kamarnya, menyuruh para pelayan mempersiapkan masakan Daging Naga Arak Merah yang telah dicampur obat bius untuk menjalankan rencananya. Sementara itu, di dalam kamar, gadis ini duduk di tepi pembaringan, memandang wajah yang tampan dan gagah perkasa itu dengan bermacam-macam perasaan.

Ada rasa girang dan puas di hatinya melihat betapa pemuda itu telah berada di bawah kekuasaannya. Sekali ia telah menguasai pemuda ini, mudah baginya untuk berbuat apa saja yang disenanginya. Diam-diam cinta kasihnya yang lama timbul kembali dan betapa inginnya ia bermesraan dengan pemuda ini, betapa nikmatnya kalau ia berhasil memikat hati jenderal muda itu dan bermain asmara.

Akan tetapi, teringat betapa teguhnya iman pemuda ini yang tidak gampang dirobohkan dengan segala macam tipu daya, hatinya menjadi gemas dan penasaran. Belum pernah ia menghadapi peristiwa yang semacam ini. Bahkan dahulu ketika ia masih berada di Kerajaan Yueh dan menggoda pemuda itu sampai berdiri tanpa sehelai benangpun, pemuda ini tidak berhasil dirobohkan dan dibujuk untuk menuruti nafsu berahinya!

"Pemuda luar biasa!" bibirnya mendesis dan mau tak mau gadis ini merasa kagum bukan main. Cinta kasihnya semakin menghebat dan dia betul-betul tergila-gila kepada pemuda yang gagah perkasa ini, seorang pendekar muda yang tahan uji dan amat kuat batinnya. Kalau saja dia dapat menjatuhkan hati pemuda itu, ahhh... alangkah bahagia hidupnya sebagai isteri pemuda yang menjadi murid tunggal Malaikat Gurun Neraka ini!

"Lan-moi, apa yang kau lamunkan? Eh, siapa pemuda itu?" tiba-tiba dari luar kamar muncul seorang pemuda yang langsung menegur gadis ini dan dia tampak terkejut melihat Bu Kong terikat di atas pembaringan.

Lie Lan menengok dan seketika lamunannya buyar. Ia kaget melihat kelancangan orang yang berani memasuki kamarnya ini, dan ketika melihat siapa yang datang, gadis ini menaikkan alisnya. "Kwi-ko, apa kehendakmu masuk ke kamarku tanpa memberi tahu lebih dulu? Kau lancang sekali!" ia membentak dengan muka merah, merasa terganggu dan tidak senang.

Pemuda itu menoleh akan tetapi melihat kemarahan gadis itu, agaknya dia tidak perduli. Bahkan mukanya menunjukkan kekagetan besar setelah dia mengenal siapa gerangan pemuda yang ditawan ini. "Dia... dia Yap goanswe?" serunya dengan mata terbelalak dan menudingkan jari telunjuknya kearah Bu Kong yang masih belum sadarkan diri. "Ah, Lan-moi, kau berhasil menangkapnya? Kenapa tidak segera dibunuh saja? Dia musuh besar kita, musuh besar Kerajaan Wu dan dia patut dibunuh!"

Tiba-tiba pemuda ini melompat ke pembaringan dan tangan kanannya menyambar kepala Bu Kong. Angin bersiut tajam dan agaknya sekali saja tangan pemuda ini menyentuh kepala jenderal muda itu, tentu akan berakibat maut. Akan tetapi ternyata Lie Lan tidak membiarkan peristiwa ini terjadi.

"Kwi-ko, kau lancang dan harus dihajar!" Lie Lan membentuk marah dan tangan kiri gadis itu menangkis.

"Plakk!"

Pemuda itu mengeluarkan teriakan kaget dan lengannya terpental, dan kalau dia tidak cepat melompat ke belakang, tentu tangan gadis itu akan terus meluncur maju menampar telinganya! Tentu saja pemuda ini terkejut dan sinar matanya berapi-api ketika dia membentak gadis itu, "Lan-moi, berani kau hendak melindungi musuh negara?" katanya dengan penuh kemarahan.

Akan tetapi Lie Lan mendengus dan berdiri sambil bertolak pinggang. "Huh, baru diangkat menjadi panglima saja kau sudah bersikap tekebur! Kwi-ko, tahukah engkau bahwa yang menangkap Yap-goanswe adalah suhu? Dan suhu pula yang melarang untuk membunuh Yap-goanswe! Nah, berani kau menentang suhu dan aku?" gadis itu menjawab dengan sikap mengejek.

Mendengar kata-kata ini, pemuda itu tampak terkejut dan mukanya berobah. Sama sekali dia tidak mengira bahwa koksu lah yang menangkap pemuda itu. Tadinya dia menyangka bahwa Lie Lan yang menangkap Yap-goanswe dan menyembunyikan jenderal yang tampan itu di dalam kamarnya. Maka rasa cemburunya timbul dan kemarahan memenuhi hatinya. Siapa kira justeru Cheng-gan Sian-jin yang menangkap bekas jenderal muda itu dan kini menyuruh muridnya untuk melakukan sesuatu yang belum diketahuinya terhadap Yap-goanswe. Sejenak dia tidak mampu bicara dan gadis itu tertawa dari hidung.

"Nah, apa yang hendak kau bicarakan lagi?" Lie Lan bertanya dengan senyum sinis.

Pemuda itu menarik napas panjang. "Maaf, Lan-moi, aku tidak tahu," katanya dengan suara perlahan akan tetapi sinar matanya masih memandang ke arah tubuh jenderal muda itu dengan penuh kebencian.

Siapakah pemuda ini? Mengapa dia nampaknya amat membenci Bu Kong? Bagi para pembaca yang telah menikmati cerita "Hancurnya Sebuah Kerajaan", tentu tidak asing lagi dengan pemuda yang dipanggil Kwi-ko oleh murid Cheng-gan Sian-jin itu karena pemuda ini bukan lain adalah Pouw Kwi, itu biang keladi dan pangkal celaka bagi murid Malaikat Gurun Neraka ini!

Ya, inilah pemuda yang melempar fitnah keji terhadap Yap-goanswe, murid mendiang Ang-i Lo-mo yang tewas di tangan pemuda gagah perkasa itu beberapa waktu berselang. Inilah pemuda yang menjadi dalang semua peristiwa yang menimpa diri Yap Bu Kong, yang membuat seluruh daratan Tiong-goan guncang dengan tersiarnya kabar perjinaan bekas jenderal muda itu dengan selir Yun Chang, junjungannya sendiri!

Dan ini semuanya terjadi karena permusuhan dan dendam yang mencengkeram di hati masing-masing pihak. Hanya bedanya kalau Yap goanswe membunuh Ang-i Lo-mo adalah karena sudah menjadi kewajibannya sebagai panglima perang, adalah Pouw Kwi menaruh dendam yang sifatnya lebih condong ke arah kepentingan pribadi, tidak ada hubungannya dengan negara.

Permusuhan selalu membumbung di kulit bumi dan agaknya tidak akan ada habisnya sebelum dunia itu sendiri kiamat. Dari permusuhan menciptakan berbagai peristiwa-peristiwa keji, kotor dan amat mengerikan bagi manusia. Akan tetapi walaupun manusia tahu akan kekotoran-kekotoran ini, akan kekejian-kekejiannya, tetap saja manusia melangsungkan peristiwa abadi yang selalu berulang dan hanya berbeda versinya itu!

Perang! Perang! Perang! Semenjak jaman nenek moyang sampai sekarang ini, hawa setan masih terus melingkari kita, siap mencengkeram kita pada sembarang waktu! Dan akibat permusuhan yang agaknya tidak pernah ada akhirnya ini, selalu meninggalkan bekas-bekas luka yang dalam di hati setiap manusia, termasuk juga diri Yap Bu Kong dengan adanya fitnah jahat itu!

Hawa nafsu menimbulkan kekuatan yang amat dahsyat dalam diri manusia, sanggup merombak dunia menjadi sesuatu yang berbeda, membuat mahluk-mahluk hidup pecah berantakan dan rusak binasa, termasuk dirinya sendiri!

Pouw Kwi masih berdiri mematung di tempatnya, akan tetapi dia tidak berani lagi menyerang pemuda yang pingsan itu. Dia tahu siapa gadis cantik yang berdiri didepannya ini, akan tetapi dia lebih tahu lagi siapa Cheng-gan Sian-jin yang menjadi koksu negara itu!

Sebagai murid dari seorang datuk sesat seperti Ang-i Lo-mo, pemuda ini mengetahui kekejaman-kekejaman yang sudah menjadi watak pentolan-pentolan iblis seperti Cheng-gan Sian jin itu dan tentu saja dia tidak berani gegabah. Walaupun api dendam berkobar di hatinya dan betapa inginnya membunuh Yap-goanswe, akan tetapi kecerdikannya mencegahnya untuk tidak melakukan kebodohan yang tentu akan merugikan dirinya sendiri itu.

Tidak. Pouw Kwi adalah pemuda yang cerdik dan mempunyai pandangan jauh ke depan. Otaknya encer dan hidup, sanggup menciptakan garis-garis lurus yang tajam ke depan bagi keuntungan pribadi. Dan berkat kecerdikannya yang dapat memandang jauh ke depan inilah maka dia memiliki andil besar terhadap Cheng-gan Sian-jin sehingga gembong iblis yang amat sakti itu bisa diangkat sebagai koksu Kerajaan Wu oleh sri baginda Kung Cu Kwang.

Pemuda inilah sebenarnya yang mencari Cheng-gan Sian-jin dan membawa kakek iblis itu ke Kerajaan Wu dan berkat kecerdikannya, Kung Cu Kwang langsung mengangkat gembong iblis ini sebagai koksu, suatu jabatan yang amat tinggi dan luar biasa karena kekuasaannya hanya setingkat di bawah raja! Bahkan Wu-sam-tai-ciangkun sendiri kalau dilihat dari pengaruh, masih kalah setingkat dengan Cheng-gan Sian-jin yang telah memiliki nama besar pada tiga empat puluh tahun yang lampau memiliki kekuasaan absolut dalam Dinasti

Maka, tidaklah mengherankan jika diam-diam Cheng-gan Sian jin merasa suka kepada pemuda itu dan mempunyai rencana untuk mengambil Pouw Kwi sebagai muridnya yang kedua. Dan inilah berkat "pandangan jauh" dari murid Ang-i Lo-mo itu sendiri yang diam-diam memang hendak memikat hati Cheng-gan Sian-jin agar kelak kakek itu mau mewariskan kepandaiannya.

Dan satu-satunya jalan adalah melakukan perbuatan yang menyenangkan bagi kakek iblis itu, dan dia tahu dengan baik betapa Cheng-gan Sian-jin sebenarnya adalah seorang kakek yang haus kedudukan dan bahkan diam-diam pula mengumpulkan suku bangsanya untuk kelak menggantikan Kung Cu Kwang dan menjadi kaisar yang dipertuan yang Chou ini!

Kembali kepada dua orang muda itu yang masih berdiri saling pandang. Pouw Kwi yang telah dapat menekan hatinya, akhirnya menoleh kepada gadis cantik itu dan bertanya, "Lan-moi, kalau begitu apa yang hendak kau lakukan dengan pemuda ini?"

Lie Lan tersenyum dan bibirnya merekah, memperlihatkan deretan gigi yang putih bersih dan gadis ini memang amat manis senyumnya sehingga hati Pouw Kwi sudah berdebar tidak karuan. "Kalau kau, Kwi-ko, kira-kira apa yang akan kau lakukan jika seandainya kau adalah aku?" Lie Lan balas bertanya tanpa menjawab dan sepasang mata gadis ini bersinar-sinar.

Pemuda itu terkejut dan matanya terbelalak, memandang tajam untuk melihat apa sebenarnya yang tersembunyi dalam kata-kata itu. Akan tetapi, karena Lie Lan hanya tersenyum-senyum dengan sinar mata aneh, sukar baginya untuk menebak apa yang dipikirkan oleh gadis ini. "Hemm, kalau aku adalah kau...?" katanya hati-hati sambil mengerutkan alisnya. "Tentu pemuda itu akan kusiksa sepuas hati. Bukankah kau pernah dikecewakan olehnya, Lan-moi? Dan diapun musuh Kerajaan Wu, sepantasnya dia disiksa saja sepuas hati. Asal kita tidak membunuhnya, bukankah kita tidak melanggar pesan gurumu?"

Gadis itu tampak merah mukanya. "Hemm, dari mana kau tahu bahwa aku pernah dikecewakan oleh Yap-goanswe?" Lie Lan bertanya dan memandang penuh selidik dengan sinar mata tajam.

Pouw Kwi tiba-tiba tertawa dan pemuda ini berkata, "Lan-moi, untuk urusan begini saja mengapa aku tidak tahu? Ha-ha, selir Yun Chang yang mabok itulah yang menceritakan keadaanmu itu dan... ehh!?!" Pouw Kwi mendadak menghentikan ucapannya dan dia tampak kaget sendiri. Kiranya, karena merasa gembira melihat bahwa gadis itu pernah ditolak oleh Yap-goanswe membuat dia tadi kelepasan bicara dan tentu saja dia terkejut.

Lie Lan melompat ke depan. "Apa maksudmu? Siapa selir Yun Chang itu?" gadis ini bertanya dan melihat betapa Pouw Kwi tampak terkejut, ia melihat suatu "kekosongan" dalam diri pemuda itu dan secepat kilat dia mengerahkan ilmunya Sin-gan i-hun-to untuk mempengaruhi Pouw Kwi agar meneruskan kata-katanya tadi.

Dan Pouw Kwi yang merasa kaget sendiri itu memang kalah duluan. Tanpa disadarinya karena Sin-gan-i-hun-to yang dikerahkan gadis itu melalui pandangan mata telah mempengaruhi pikirannya, pemuda ini berkata terus terang, "Selir itu adalah Bwee Li, wanita cantik yang menganggap aku sebagai Yap-goanswe dan yang kuajak bermain cinta sepuas hati dan... .aihhhh!"

Pouw Kwi mengeluarkan seruan keras dan sadarlah dia bahwa dia kena diakali murid Cheng-gan Sian jin ini dan telah membuka rahasia dirinya! Pemuda ini terkejut dan marah bukan main dan begitu dia membentak, pengaruh Sin-gan-i-hun to buyar kembali dan pemuda ini memukul ke depan sambil memaki.

"Lie Lan, kau gadis kurang ajar!" dan angin pukulannya menyambar dahsyat.

Gadis itu mengeluarkan jengekan dari hidungnya dan tidak meng-hindar, jari telunjuk dan jari tengahnya menyambut telapak tangan Pouw Kwi untuk melancarkan totokan di urat nadi.

"Plak.... cuss!"

Pukulan pemuda itu yang menyambar kepala berhasil diegoskan oleh Lie Lan dan diterima dengan pundaknya, sedangkan totokan dua buah jarinya yang mengenai urat nadi di pergelangan tangan Pouw Kwi ternyata bertemu dengan daging lunak dan seperti memukul karet sehingga mental kembali. Lie Lan terkejut dan maklum bahwa agaknya pemuda itu memiliki ilmu memindahkan jalan darah, akan tetapi sebaliknya Pouw Kwi sendiri juga merasa kaget karena pukulannya yang menghantam pundak gadis itu seakan-akan bertemu dengan kapas yang amat empuk dan amblas ke dalam, menghisap tenaga lweekangnya!

"Ahhh...!" Pouw Kwi berseru dan secepat kilat kakinya menyambar paha gadis itu dan Lie Lan yang tidak mau ditendang melompat mundur sambil tertawa mengejek.

"Kwi-ko, kiranya kaukah yang melakukan perbuatan itu? Hi-hi-hikk, dan kau melontarkan fitnah ke pundak Yap-goanswe, ha-ha, lucu sekali....”

Pouw Kwi merah mukanya dan pemuda ini tampak marah sekali. "Lie Lan, kau gadis curang dan tidak tahu malu!" bentaknya dan siap menerjang lagi.

Akan tetapi, gadis itu tiba-tiba bersikap serius. "Tahan, Kwi-ko!" serunya sambil mengangkat tangan ke atas. "Tidak perlu kiranya saling hantam sendiri diantara teman. Aku mempunyai urusan pribadi dengan Yap-goanswe dan kaupun juga mempunyai urusan pribadi dengan kekasihnya! Bukankah demikian?"

"Apa... apa maksudmu?" Pouw Kwi bertanya dan pemuda ini tampak terkejut, memandang gadis itu dengan mata terbelalak.

Lie Lan tertawa. "Hemm, untuk urusan begini saja mengapa aku tidak tahu?" katanya menirukan ucapan pemuda itu. "Kwi-ko, bukankah kau tergila-gila kepada kekasih pemuda ini dan bertepuk sebelah tangan? Hi-hikk, jangan menyangkal. Panglima Pouw, kalau kau tahu rahasiaku, akupun tahu rahasiamu! Nah, bukankah sebenarnya di antara kita terdapat persamaan? Bagaimana kalau kau membantu aku menundukkan yang jantan ini dan aku membantumu untuk menundukkan yang betina?"

"Lie Lan, apa arti pembicaraanmu ini? Aku tidak mengerti dan..."

"Eh, orang she Pouw, rupanya kau ini memang ingin diajak bicara secara langsung. Baiklah, kalau aku mengatakan bahwa kau tergila-gila kepada Siu Li kekasih Jenderal Yap yang cantik jelita itu, beranikah kau memungkirinya?" gadis itu memotong dan tersenyum mengejek.

Pouw Kwi terperanjat dan sedetik mukanya menjadi merah. Kiranya gadis ini tahu akan kegagalan cintanya yang bertepuk sebelah tangan! Dan ini semua adalah lagi-lagi karena gara-gara Jenderal Yap keparat itu. Siu Li gadis jelita itu ternyata mencintai Yap-goanswe dan tentu saja hatinya semakin benci kepada Bu Kong. Dia merasa malu dan terhina dan selama ini dia hanya menyimpan saja rahasia itu. Siapa kira agaknya murid Cheng-gan Sian-jin yang cerdik ini mengetahui dan dapat menebak tepat isi hatinya!

Tiba-tiba pemuda ini tertawa dan berseru, "Bagus, Lan-moi! Biarlah aku mengakui kebenaran omonganmu itu. Dan kau mengajak aku bekerja sama, dalam hal yang bagaimanakah? Bukankah yang jantan itu telah berada di tanganmu dan tinggal mengerjakan semuanya dengan mudah seperti orang membalikkan telapak tangan?"

Akan tetapi gadis itu menggeleng kepalanya. "Tidak semudah yang kau sangka, Kwiko. Dia ini pemuda yang betul-betul luar biasa, aku telah mencobanya dan tidak berhasil menundukkan keteguhan hatinya. Suhu telah melumpuhkan pusat lweekangnya, namun biarpun begitu, aku yakin bahwa pemuda dengan hati sekeras ini tidak dapat kutundukkan dengan cara-cara biasa. Aku butuh arakmu, maukah kau memberikannya kepadaku?"

"Ah, Arak Sorga?"

"Ya, itulah yang kumaksudkan," Lie Lan mengangguk dan memandang wajah pemuda itu, "Hanya dengan jalan inilah aku akan berhasil menundukkannya."

Sejenak Pouw Kwi berpikir dan akhirnya menjawab, "Baiklah, boleh kuberikan arak itu, akan tetapi apa bantuanmu kelak kepadaku?"

"Hemm, itu soal mudah. Bukankah kau tidak tahu di mana adanya calon kekasihmu itu? Nah, cari dia di Lembah Bambu Kuning, sihir dirinya sehingga akan menganggapmu sebagai Jenderal Yap dan tentang kakaknya, serahkan kepadaku dan semuanya akan beres!" gadis itu berkata dan semua ucapannya ini tampak seenaknya saja.

Pouw Kwi mengerutkan alisnya, "Lie Lan, kau terlalu menganggap enteng!" katanya. "Apakah kau kira gadis itu sama dengan Bwee Li? Ingat, ia murid Mo-i Thai-houw dan kepandaiannya tidak di sebelah bawah tingkatku! Bagaimana mungkin semua kata-katamu itu akan dapat dijalankan seenaknya saja?"

"Ahh, kau ini bodoh seperti kerbau saja!" Lie Lan menggerutu. "Kita datang ke sana dan bilang bahwa ayahnya sakit keras, minta agar mereka itu pulang. Dan kita menyertai mereka, beri mereka obat bius dan cekoki dengan arakmu itu, masa tidak akan berhasil baik?"

Mendengar semua kata-kata gadis itu, wajah Pouw Kwi berseri gembira dan akhirnya pemuda ini tertawa bergelak sambil menepuk pahanya "Ha-ha, bagus... bagus sekali siasat ini! Baiklah, Lan-moi, aku akan segera berangkat ke Lembah Bambu Kuning, akan tetapi tentunya bersamamu, bukan?"

"Aku masih sibuk, kau berangkatlah duluan, besok aku menyusul dan tunggu aku di sana..."

"Hemm, sibuk dengan Yap goanswe ini?" pemuda itu tampak tidak senang dan alisnya berkerut.

"Hi-hikk, jangan cemburu, Panglima Pouw! Dia nomor dua dan yang pertama adalah kau dulu!"

Lie Lan terkekeh dan kerlingnya menyambar. "Dan bukankah kaupun akan mendapatkan dewi jelita itu? Aku tidak cemburu dan mengapa kau harus cemburu kepadaku?"

Pouw Kwi memandang gadis cantik itu dan tersenyum. "Lan-moi, kau benar, kenapa aku harus cemburu? Asal kau tidak lupa kepadaku, akupun akan selalu mencintaimu. Moi-moi, beri aku peluk cium...." pemuda itu melangkah maju dan merangkul gadis ini, mendekapnya erat dan sebentar kemudian merekapun telah saling berciuman.

Demikianlah, dengan amat tidak tahu malu sekali dua orang muda-mudi ini lalu melanjutkan permainan cinta mereka yang menjadi semakin panas dan akhirnya mereka berdua itupun tenggelam dalam kenikmatan nafsu berahi. Sebenarnya, bukan baru pertama kali ini saja perbuatan mereka itu, bahkan sudah berulang kali. Lie Lan yang diajar oleh Cheng-gan Sian-jin yang banyak pengalaman itu sekarang menjadi seorang yang haus akan petualangan cinta. Gadis ini telah menjadi budak nafsu berahinya sendiri dan merupakan seorang wanita hypers*x yang tidak pernah merasakan kepuasan sejati dalam mengejar kesenangannya.

Dan Pouw Kwi yang juga merupakan seorang laki-laki mata keranjang itu, mendapatkan teman bermain cinta yang setanding. Dua orang muda-mudi ini kadang-kadang seperti bukan manusia lagi. Dalam memenuhi keinginan mereka yang tidak kunjung putus itu, tidak jarang dua orang ini lalu mencari pasangan di luar dan mengumpulkannya di kamar itu, bermain cinta bergantian sambil ditonton oleh yang lain yang sedang menantikan gilirannya!

Sungguh tidak lumrah manusia, seperti keadaan binatang saja akan tetapi memang demikianlah kenyataannya. Dan pada hari itu, setelah dua orang muda-mudi ini selesai bersenang-senang, Pouw Kwi lalu berangkat ke Lembah Bambu Kuning, tentu saja setelah dia menyerahkan Arak Sorga seperti yang dijanjikannya kepada Lie Lan.

Gadis ini tahu akan khasiat arak yang amat luar biasa itu karena selama petualangan mereka bersama, di saat mereka menghadapi kekerasan kepala muda-mudi yang mereka culik dan tidak mau memenuhi hasrat mereka, Pouw Kwi selalu meminumkan arak itu dan hasilnya memang sungguh hebat. Belum pernah selama ini mereka gagal dan setiap laki-laki maupun wanita yang telah dicekoki arak itu, akan menjadi tidak sadar dan dibakar nafsu berahi yang tidak akan dapat mereka tahan lagi. Dan arak seperti itulah yang sekarang dipergunakan oleh murid Cheng-gan Sian-jin yang merasa penasaran ini terhadap Yap Bu Kong untuk membuat pemuda itu mabok!

Di dalam hatinya, diam-diam Lie Lan merasa gemas bukan main. Setelah pemuda ini dilumpuhkan pusat lweekangnya oleh suhunya sehingga ia dengan mudah berhasil melumpuhkan pemuda itu dengan Sin-gan-i-hun-to, tetap saja pemuda yang gagah perkasa ini tidak berhasil dibujuknya. Padahal, dalam pandangan Bu Kong ia adalah Siu Li, kekasih pemuda itu sendiri!

Akal yang dilakukannya ini timbul setelah dia berhasil mengorek rahasia Pouw Kwi, mendengar betapa pemuda itu menyihir Bwee Li sehingga dianggap sebagai Yap-goanswe oleh selir Yun Chang yang cantik itu. Dan ia memang berhasil mempengaruhi bekas jenderal muda itu dengan ilmu sihirnya karena pemuda itu tidak mampu mengerahkan tenaga saktinya. Kalau tidak demikian, tentu saja ia tidak akan berhasil karena ia tahu betapa hebatnya kepandaian jenderal muda yang gagah perkasa ini.

Malam itu, lewat tengah malam di mana keadaan istana amat sunyi dan yang menjadi tempat tinggal Lie Lan juga sepi keadaannya, Bu Kong mengeluarkan keluhan dan pemuda ini sadar kembali dari pengaruh obat bius. Memang Lie Lan membiarkan pemuda itu siuman dan hatinya berdebar tegang, menunggu reaksi dan hendak melihat apa yang akan dialami pemuda tinggi besar ini. Ia duduk di pojok dan setengah menyandarkan diri di dinding, mengamati gerak-gerik murid Malaikat Gurun Neraka itu dengan pandang mata hampir tak pernah berkedip.

"Li-moi, di mana kau....? Aduh, panas... tubuhku panas... aku haus... haus..." pemuda itu mengeluh dan tubuhnya membalik, lalu bangkit duduk di tepi pembaringan. Sepasang matanya berputar dan tampak kemerahan, peluh membuat tubuhnya berkilat dan mata itu bersinar ganjil.

"Koko, aku di sini...!" Lie Lan berseru lirih dan gadis ini berdiri dari kursinya, lalu perlahan-lahan menghampiri pembaringan di mana pemuda itu berada.

Jelas tampak betapa pemuda itu kelihatan terkejut dan mulutnya mengeluarkan gerengan aneh. Sepasang matanya yang kemerahan terbelalak ke depan, memandang seperti orang kelaparan dan gelisah. Dia melihat betapa gadis itu mendekatinya dan berjalan seperti orang menari, kedua pinggulnya yang bulat penuh itu bergoyang naik turun dan tampak jelas diantara lenggangnya yang mengayun karena tidak nampak pakaian dalam yang merangkap di balik pakaian sutera yang halus dan tembus pandang ini!

"Li-moi, apa... apa ini? Mana air...? Aku haus... aduh, tubuhku panas... ahhh...!" karena hatinya terguncang dan semakin gelisah, pemuda itu turun dan berjalan terhuyung-huyung sambil memejamkan matanya. Penglihatan tadi membuat jantungnya seperti tambur dipukul bertalu-talu dan dia merasa betapa hawa panas naik ke kepalanya, membuatnya ringan seolah-olah hendak terbang.

Itulah tanda bekerjanya Arak Sorga dan Lie Lan yang juga mulai diamuk nafsunya, tubuhnya sudah gemetar. Melihat pemuda itu terhuyung-huyung dan memejamkan mata mencoba melawan dorongan hasrat menyala dari dalam, diam-diam wanita ini tersenyum dan bibirnya menyungging arti kemenangan. Kakinya melangkah cepat ketika ia melihat betapa pemuda itu hendak menubruk meja.

"Koko, hati-hati, buka matamu itu...." gadis ini merangkul dan menggesekkan tubuhnya ke tubuh pemuda itu dan tiba-tiba Bu Kong ter-sentak kaget seperti kena aliran listrik.

"Ahhh...!" pemuda ini berseru dan napasnya sesak, membuka matanya dan terkejut melihat betapa tubuhnya dipeluk gadis ini. Mata yang kemerahan itu berputar liar, mulutnya mendesis-desis dan bau arak yang harum keluar dari mulutnya yang setengah terbuka. "Li-moi, jangan sentuh aku, pergilah pergilah aku tidak tahan, aku kepanasan aku, haus aduhh, kepalaku ringan dan tubuhku seperti akan melayang!" pemuda itu memegangi kepalanya dan mengerang.

"Koko, akupun kepanasan , akupun haus, haus akan kasih sayangmu. Koko, lihatlah!" suara terakhir yang diucapkan gadis ini penuh pengaruh mujijat, dibisikkan dengan getaran suara aneh seperti datang dari atas, dan tanpa dapat ditahan lagi pemuda itupun membuka matanya dan...

"Aughhh !” Bu Kong menggeram dan melotot, mengepal-ngepal tinjunya dan kakinya menggigil. Apa yang dilihatnya sekarang jauh lebih hebat lagi daripada tadi dan dadanya sesak karena nafsunya seakan-akan hendak meledak. Dia hendak memejamkan matanya kembali, akan tetapi bahkan semakin terbelalak lebar. Hebat memang apa yang dilihatnya ini karena dari jarak yang sedemikian dekatnya itu, dia melihat betapa kekasihnya ini telah berdiri tanpa sehelai benangpun! Pemuda ini menggereng dan tiba-tiba menubruk ke depan dengan mata menyala penuh nafsu, akan tetapi Lie Lan menghindar sambil terkekeh dengan tubuh gemetar.

"Yap-koko, tidak semudah ini kau akan mendapatkan diriku. Hayo kejar aku, tangkap kalau bisa, hi-hikk...!" gadis itu tertawa girang dan hatinya gembira bukan main. Sekarang tahulah ia bahwa pemuda yang sekeras baja hatinya itu ternyata berhasil ditundukkannya!

Bu Kong mengeluarkan erangan aneh dan melihat betapa tubuh yang tadi amat dekat itu ternyata meloncat menjauhinya, dia menjadi penasaran sekali. Pemuda ini sudah menjadi mabok, bergerak seperti dalam mimpi karena pengaruh arak jahat telah membuat pikirannya gelap dan dia telah kemasukan hawa iblis. Matanya berputaran semakin liar dan merah seperti orang mabok tuak dan napasnya memburu seperti dikejar setan. Melihat betapa gadis itu tertawa-tawa menggodanya, dia tidak kuat lagi dan sambil merintih pemuda ini melompat dengan kedua lengan terkembang.

Akan tetapi Lie Lan yang menaruh dendam atas kegagalannya yang sudah-sudah, tidak mau begitu saja menyerahkan diri. Meskipun dia juga sudah diamuk hawa nafsunya sendiri dan menjadi tegang dengan permainan baru ini, namun ia tidak mau membiarkan tubuhnya ditangkap mentah-mentah. Begitu pemuda itu menerkamnya, sambil terkekeh diapun berkelit dan karena Bu Kong tidak memiliki lagi tenaga sakti, tentu saja sukar baginya untuk menangkap gadis yang amat licin bagai belut itu.

Demikianlah, setiap kali pemuda itu menerkamnya, setiap kali pula gadis ini selalu mengelak sambil tertawa-tawa. Duapuluh kali sudah dia menghindar dan akhirnya, karena merasa bahwa sudah cukup ia mempermainkan pemuda ini, dia membiarkan tubuhnya ditangkap.

"Yap-koko, cium dulu telapak kakiku...!" gadis itu meronta dan berkata dengan napas terengah. "Kalau tidak, akupun tidak mau melayanimu...!”

Pemuda yang sudah seperti orang mabok ini tidak banyak membantah, dengan napas mendengus-dengus cepat berlutut dan benar-benar mencium telapak kaki Lie Lan, disambut ketawa terkekeh oleh gadis iblis yang amat jahat ini, dan ketika pemuda itu berdiri lagi, iapun masih memerintahkan yang lain.

"Dan jilat meja itu... dinding itu....piring-piring kotor itu...hi-hikk, bagus...bagus...!"

Lie Lan tertawa-tawa dan setelah puas menghina dan mempermainkan, akhirnya gadis inipun menyambut dan segera keduanya hanyut dalam ke-senangan mereka. Sungguh keji dan di luar batas perikemanusiaan apa yang dilakukan oleh murid Cheng-gan Sian-jin ini! Dan itu semua adalah karena dendam. Untuk dendam yang mengeram di dalam batin manusia, tidak perduli dia seorang laki-laki ataupun wanita, sekali dapat melampiaskan api dendamnya, tentu akan melakukan kekejian yang manapun asal dapat memuaskan hatinya!

Dan sungguh amat mengenaskan sekali nasib bekas jenderal muda itu. Dirinya ditawan, dipermainkan dan dihina secara luar biasa oleh lawan, bergerak seperti boneka hidup karena semua yang dilakukannya tadi seakan-akan merupakan mimpi baginya. Arak Sorga yang sebenarnya merupakan obat perangsang yang amat jahat itu telah membuat kesadarannya lenyap, apalagi karena tenaga lweekangnya dilumpuhkan oleh Cheng-gan Sian-jin. Kalau tidak, belum tentu lawan akan mampu mempermainkannya begitu mudah.

Akan tetapi semuanya sudah terjadi dan tidak dapat ditarik lagi. Kamar itu menjadi saksi bisu atas kejahatan yang dilakukan oleh manusia dan hanya kekeh Lie Lan saja yang terdengar disusul erangan-erangannya yang mirip suara kucing betina.

Malam semakin larut dan waktu sudah menunjukkan pukul tiga pagi. Dua orang manusia di dalam kamar itu akhirnya roboh kelelahan setelah lebih tiga jam gadis itu mempermainkan pemuda ini. Senyum yang membayang di bibir gadis cantik itu menunjukkan kepuasan hati yang luar biasa, akan tetapi sebaliknya wajah murid Takla Sin-jin tampak berkerut dan gelisah karena setelah semuanya berakhir, pemuda ini merasa seakan-akan sebuah mimpi buruk yang amat mengerikan menimpa dirinya.

Sepasang mata yang mencorong bagaikan mata naga sakti mengintai keadaan dua orang muda-mudi itu dari kaca jendela, dan tampak betapa sinar mata laki-laki setengah tua yang gagah perkasa dengan jenggotnya yang pendek ini berapi-api.

Siapakah orang ini? Bukan lain adalah Takla Sin-jin atau Malaikat Dari Gurun Neraka sendiri! Sudah sejak tadi sebenarnya pendekar sakti itu mencari muridnya dengan hati-hati, dan baru sekaranglah dia menemukan pemuda itu. Akan tetapi, bukannya dalam keadaan tertawan seperti apa yang didengarnya, melainkan bebas dan agaknya baru saja bermain gila dengan gadis cantik yang tidur sepembaringan di sebelahnya itu!

Tentu saja pendekar sakti ini marah bukan main dan giginya berkerot. Kiranya murid yang amat disayangnya itu benar-benar telah menjadi seorang pemuda bejat yang rusak moralnya! Kalau tadinya dia masih merasa ragu-ragu mengingat watak muridnya ini yang sudah dikenalnya baik, adalah sekarang tidak ada alasan lagi untuk melindunginya. Mata kepalanya sendiri terang-terangan menyaksikan perbuatan muridnya itu dan pendekar sakti ini menjadi merah mukanya.

"Murid durhaka!" pendekar ini mendesis dan sekali tangannya bergerak, jendela itu terbuka dan cepat bagaikan bayangan setan tubuhnya melayang memasuki kamar itu dan kakinya menginjak lantai tanpa suara. Sejenak pendekar besar ini berdiri di tengah kamar, sepasang matanya mencorong berkilat-kilat penuh kemarahan dan diam-diam dia sudah mengambil keputusan untuk membunuh muridnya sendiri itu. Lebih baik tidak mempunyai murid dari pada mempunyai murid yang sebejat ini ahklaknya!

Akan tetapi, sebelum pendekar sakti itu mengangkat tangannya, tiba-tiba terdengar suara ketawa bergelak yang amat dahsyat dan pintu kamar terbuka lebar secara tiba-tiba dan tahu-tahu seorang kakek tinggi besar bermata hijau berambut kemerahan telah berdiri di situ!

"Ha-ha-ha, selamat datang Malaikat Gurun Neraka...! Pertemuan kita sungguh amat sempurna karena kita masing-masing melihat betapa dua orang murid kita telah bersatu! Ha-ha-ha, bagus sekali... bagus....! Dan mudah-mudahan kitapun dapat mencontoh sikap mereka itu, bersatu dan mengikat persahabatan yang erat!"

Pendekar sakti itu memutar tubuh dan dua orang tokoh besar ini saling pandang. Cheng-gan Sian-jin memandang dengan muka berseri gembira, akan tetapi sebaliknya Malaikat Dari Gurun Neraka itu memandang dengan sinar mata berkilat.

Hadirnya Cheng-gan Sian-jin yang amat tiba-tiba dengan suara ketawanya yang bergemuruh bagaikan air terjun itu mengagetkan Lie Lan dan Bu Kong yang lelap kelelahan. Gadis itu mencelat kaget dengan gerakan otomatis dari atas pembaringan, berjungkir balik di udara dan akhirnya berdiri tegak di atas lantai, sedangkan Bu Kong sendiri juga terkejut dan membuka mata, bangkit dan duduk di tepi pembaringan dengan mata terbelalak.

Dapat dibayangkan betapa pucat wajah pemuda ini ketika dia mendapat kenyataan dirinya hampir telanjang dan lebih pucat lagi pemuda itu ketika dia melihat gurunya berada dikamar ini, berdiri tegak dengan sikap angker, memandang Cheng-gan Sian jin lalu menoleh ke arahnya dengan wajah membesi!

"Suhu...!" dia memekik dan seolah-olah sadar dari sebuah mimpi buruk yang amat mengerikan, dan pada saat itu pula terdengar jerit tertahan Lie Lan ketika gadis itupun baru menyadari keadaan dirinya sendiri yang masih polos!

"Aihhh...!" gadis cantik ini menjerit lirih dan secepat kilat tubuhnya meloncat di balik sebuah lemari, melindungi diri dari pandangan orang dan dengan tergesa-gesa mencari pakaiannya lalu mengenakannya secara serampangan.

Sungguh kejadian ini seperti petir di siang bolong bagi Yap Bu Kong. Karena semuanya berjalan dengan tiba-tiba dan pengaruh Arak Sorga juga telah lenyap, pemuda ini telah sadar sepenuhnya. Apalagi Lie Lan yang juga terkejut itu tidak sempat lagi mempergunakan Sin-gan-i hun-tonya terhadap pemuda itu, maka apa yang dialami beberapa jam yang lalu ini berkelebatan di ingatannya dan seketika tahulah pemuda itu bahwa dia telah terjebak dalam perangkap musuh!

Wajah pemuda ini menjadi sepucat kertas dan akhirnya berobah merah padam. Kemarahan yang luar biasa dan rasa malu yang hampir tak tertahankan lagi teringat akan segala perbuatannya yang tadinya disangka mimpi itu membuat hati pemuda ini benar-benar terpukul. Sejenak dia menoleh ke arah gadis cantik yang kini telah muncul kembali dengan pakaian sembarangan itu, dan karena sekarang pikirannya benar-benar sadar, dia melihat bahwa gadis yang tadinya dianggap sebagai Siu Li ini ternyata adalah Lie Lan, keponakan Lie-thaikam yang dulu juga pernah menggodanya itu!

"Kau... kau...? Auhhh...!" Bu Kong terbelalak lebar, menudingkan telunjuknya ke arah murid Cheng-gan Sian-jin ini dan saking hebatnya kemarahan dan sakit hati yang datang saling susul itu, pemuda ini mengeluh panjang dan roboh tersungkur, pingsan tak sadarkan diri!

Keadaan menjadi sunyi dan Lie Lan tertegun melihat betapa pemuda itu roboh pingsan, dan baru gadis ini terkejut ketika dia mendengar geraman perlahan dan laki-laki tua bermata naga itu memutar tubuh memandangnya dan memandang Cheng-gan Sian jin berganti-ganti. Berdetak jantung gadis ini ketika dia beradu pandang dengan sepasang mata yang demikian tajam mencorong itu dan tanpa disadarinya lagi dia menundukkan kepalanya, tidak kuat menentang pengaruh luar biasa yang terdapat di dalam sepasang mata pria yang gagah perkasa ini.

Dan pada saat itu, bersamaan dengan munculnya gembong iblis ini, di luar pintu kamar tampak beberapa bayangan berkelebatan dan seorang laki-laki bertubuh sedang akan tetapi tampak kokoh kuat berkulit hitam berdiri di belakang Cheng-gan Sian-jin, dan di samping si hitam legam ini berdiri seorang wanita cantik berambut keemasan serta seorang kakek yang picak sebelah dan beberapa orang lainnya lagi yang dikenal oleh pendekar sakti itu sebagai ketua Hek tung Kai-pang dan teman-temannya.

Sedetik Malaikat Gurun Neraka ini terkejut, akan tetapi wajahnya sama sekali tidak menunjukkan perobahan apa-apa. Sekali lihat saja pendekar ini tahu bahwa musuh telah menjebak dan mengurungnya. Akan tetapi sesuai dengan sikapnya sebagai seorang tokoh besar, pendekar itu sama sekali tidak merasa gentar, bahkan dia menyapu semua orang itu dengan sinar matanya yang mencorong penuh wibawa. Takla Sin-jin berdiri tegak di tengah ruangan, tak bergerak seperti arca batu, hanya sepasang matanya itu sajalah yang menyambar orang-orang ini untuk akhirnya berhenti memandang Cheng-gan Sian-jin.

Dua ekor naga beradu pandang dan masing-masing tampak terkejut. Cheng-gan Sian-jin terkejut melihat sinar berkilat-kilat di dalam mata lawan, tanda bahwa Malaikat Dari Gurun Neraka ini benar-benar memiliki tenaga sakti yang amat hebat, sedangkan Takla Sin-jin sendiri juga terkejut melihat hawa gaib yang berkilauan di sepasang mata Cheng gan Sian jin yang berwarna kehijauan itu, sinar mata yang membuat bulu tengkuk terasa dingin dan seram!

Baru sekarang masing-masing pihak berhadapan secara berdepan, dan diam-diam di dalam hati mereka terdapat kewaspadaan tinggi karena mereka maklum sepenuhnya bahwa kali ini mereka benar-benar berhadapan dengan lawan tangguh! Karena dua orang jago besar ini hanya saling pandang seakan-akan hendak mengukur kekuatan lawan dari pandang mata mereka, maka keadaan menjadi sunyi dan amat menegangkan.

Anak buah Cheng gan Sian-jin yang berdiri di belakang kakek iblis itu dapat merasakan ketegangan ini dan jantung mereka berdebar. Mereka inipun tahu bahwa kalau dua ekor naga telah saling berhadapan, tentu akan terjadi pertandingan yang luar biasa hebatnya dan sebagai orang-orang yang pandai ilmu silat, tentu saja mereka itu haus akan pertandingan-pertandingan tingkat tinggi.

Akhirnya, Cheng-gan Sian-jin yang membuka suara lebih dulu. Kakek tinggi besar peranakan Bangsa Arya ini tertawa bergelak dan menepuk kedua tangannya yang meledak nyaring seperti suara petir sehingga semua orang terkejut dan kata-katanya yang menggeledek itu membuat dinding kamar tergetar....

Pendekar Gurun Neraka Jilid 06

PENDEKAR GURUN NERAKA
JILID 06
KARYA BATARA

Cerita Silat Mandarin Serial Pendekar Gurun Neraka
MERASA bahwa tidak ada gunanya lagi berpura-pura, pemuda itu lalu beringsut duduk dan dengan sukar akhirnya dia berhasil menyandarkan tubuh di tepi pembaringan. Tubuhnya terikat kuat seperti babi yang siap dipotong dan diam-diam pemuda ini mendongkol sekali. Kalau saja lweekangnya dapat dikerahkan, tentu tidak sukar baginya untuk mematahkan belenggu ini.

"Kau... siapakah, nona?" Bu Kong bertanya dan memandang tajam penuh selidik ke arah wanita berpakaian kuning ini. "Mengapa aku bisa berada di sini dan siapa pula yang mengikatku seperti binatang sembelihan begini? Sungguh terlalu, di samping melumpuhkan tenaga sinkang, juga masih memperlakukan orang seperti seekor binatang!" pemuda itu bersungut-sungut dengan muka merah.

A-cheng tersenyum manis akan tetapi juga setengah mengejek. "Yap-goanswe, lebih baik simpan saja kemarahanmu yang tiada guna itu. Koksu yang menawanmu dan dialah yang membawamu kemari. Ini gedung siocia dan hanya berkat siocia sajalah maka Koksu tidak memperlakukan dirimu dengan perbuatannya yang lebih mengerikan lagi. Kau patut berterima kasih terhadap siocia kami, kalau saja kau tahu diri..."

Bu Kong memandang wanita itu dengan sinar mata tajam dan diam-diam dia terkejut. Koksu? Siapakah yang dimaksudkan? Apakah...? Ah, benar, tentu Cheng-gan Sian-jin yang dimaksudkan oleh wanita ini! Teringatlah dia sekarang dan diam-diam Bu Kong merasa bergidik. Gembong iblis itu benar-benar hebat kesaktiannya dan ilmu silatnya jauh lebih kuat dan berpengaruh dibandingkan dengan Ang-i Lo-mo yang telah tewas di tangannya. Sedangkan mengenai "siocia" itu sendiri, siapakah yang dimaksudkan oleh wanita itu?

"Nona, siapakah siocia kalian yang baik hati itu?" pemuda ini bertanya sambil menduga-duga. "Dan kalau siocia kalian benar-benar baik, tentunya tidak akan membiarkan aku tetap terikat begini..."

"Hi-hikk, harap jangan membujuk aku untuk melepaskan belenggumu, goanswe. Hanya siocialah yang akan memutuskan keadaanmu ini. Kalau kau dapat bersikap manis terhadap siocia kami, tentu siociapun akan melepaskan ikatanmu itu. Akan tetapi kalau kau bersikap keras kepala, mana ada harapan bagimu untuk melepaskan diri? Sudahlah, jangan kau bertanya tentang siocia kami. Sebentar lagi dia akan datang dan kaupun akan segera mengerti dan mengenalnya."

A-cheng tidak memperdulikan pemuda itu lagi dan mengatur semua hidangan di atas meja dengan rapi dan tak lama kemudian, muncullah A-moi dan A-liu sambil tertawa-tawa genit ke dalam kamar. Mereka membawa seguci kecil arak yang luar biasa harumnya dan dua buah sloki yang terbuat dari emas. Melihat betapa pemuda itu sudah sadar kembali dan menyandarkan tubuh di tepi pembaringan dalam keadaan terbelenggu, A-moi terkekeh.

"Ihh, Yap-goanswe sudah bangun. Agaknya A-cheng tadi yang membangunkannya. Hi-hikk, usapan jari-jari yang halus lembut seperti milik A-cheng mana ada pria yang dapat tahan?" pelayan ini tertawa-tawa dan A-liu juga terkekeh. Dua orang pelayan ini dengan sikap centil sekali lalu meletakkan guci kecil itu di atas meja berikut dua buah slokinya yang kecil mungil.

Tiga orang wanita ini tampak sibuk dan Bu Kong yang tidak mengerti untuk apa semuanya itu, hanya memandang mereka bergantian. Hanya diam-diam dia merasa mendongkol sekali kepada pelayan yang dipanggil A-moi itu dan godaannya tadi membuat mukanya menjadi merah. Sungguh terlalu pelayan-pelayan ini dan dia ingin sekali melihat siapa gerangan siocia yang menjadi majikan tiga orang pelayan itu.

Akhirnya, kesibukan tiga orang itu berakhir. Mangkok sumpit dan segala macam hidangan telah mereka atur dengan rapi di atas meja besar itu, bau masakan yang masih mengebul membuat perut pemuda ini terasa lapar. Akan tetapi, agaknya yang paling keras baunya adalah arak di guci kecil itu. Keharuman yang aneh dan khas keluar dari mulut guci yang tidak tertutup dan A-moi serta A-liu berkali-kali mengembangkempiskan hidung mereka di dekat bibir guci itu.

"Aihh, benar-benar sedap sekali Arak Sorga ini. Kalau saja aku boleh mencicipinya, apalagi bersama Yap-goanswe yang ganteng dan gagah perkasa itu, ahh, badan tentu akan menjadi lebih segar, hi-hikk!" A-moi berkata sambil tertawa.

"Ihh, A-moi, mana siocia akan memberimu? Sekali diberi tentu kau akan mabok tidak karuan dan jangan-jangan semua pria akan kautubruk, hi-hikk!" A-liu terkekeh.

Dua orang ini tertawa-tawa dan muka mereka tampak merah dengan pipi mangar- mangar. Bu Kong yang melihat dari jauh keadaan mereka ini, diam-diam merasa heran dan terkejut. Agaknya karena tadi berkali-kali mengendus bau arak di guci kecil itu, dua orang pelayan ini telah kena pengaruhnya. Hemm, benar-benar arak yang keras, pikirnya. Dan namanyapun juga benar-benar hebat. Arak Sorga! Luar biasa sekali dan baru sekarang ini dia mendengar nama arak yang seperti itu.

Sementara itu, A-cheng yang melihat betapa dua orang temannya ini tertawa-tawa genit dan melirak-lirik ke arah Yap-goanswe, berkata mem-peringatkan, "A-moi, A liu, jangan main-main. Pekerjaan kita telah selesai dan kita harus melapor kepada siocia. Hayo kita pergi dan jangan kalian membuat siocia marah."

Dua orang itu tampak terkejut dan kecewa akan tetapi mereka tidak berani banyak membantah. Bersama A-cheng mereka lalu keluar dan A-moi masih sempat menggoda pemuda itu di ambang pintu, "Yap-goanswe, selamat bermalam pengantin, hi-hikk!" dan pelayan ini melambaikan tangannya sambil tertawa penuh arti.

Bu Kong kembali menjadi merah mukanya dan dia mengepal tinjunya dengan gemas. Pelayan yang satu ini sungguh keterlaluan menggodanya, dan sikapnya juga terlalu genit. Dia merasa marah dan muak melihat semuanya ini, akan tetapi karena dalam keadaan tidak berdaya, apa yang bisa dilakukannya? Satu-satunya pekerjaan baginya ialah menunggu dan setelah tiga orang pelayan itu keluar, tinggallah dia seorang diri di tempat itu.

Diam-diam dia berpikir dan merenungkan kejadian ini. Apa yang akan menimpanya? Terbunuh? Dia tidak takut. Akan tetapi kalau diingatnya betapa fitnah keji masih melekat di tubuhnya dan dia sendiri belum berhasil mencuci noda ini, penasaran juga rasanya kalau mati di tangan musuh. Dia mengingat-ingat semuanya dan satu-persatu semua peristiwa pahit manis bermunculan di benaknya.

Teringatlah dia ketika dulu masih menjadi jenderal muda di Kerajaan Yueh. Betapa Raja Muda Yun Chang amat menghargai dan menghormati dia sebagai seorang pembantu istana yang cakap dan pandai. Semua orang amat menyeganinya dan tidak ada satupun yang berani bersikap kurang ajar. Dia mengalami ketenangan yang menenteramkan hati di tempat itu sampai pada suatu hari, sebuah peristiwa membuat ketenangannya terguncang. Kejadian itu diawali dengan datangnya seorang gadis yang cantik jelita dan membayangkan wajah gadis ini, mukanya seketika menjadi merah.

Siapakah dara yang dibayangkan oleh bekas jenderal muda ini? Bukan lain adalah Lie Lan, itu keponakan Lie-thaikam! Semenjak gadis itu meng-injakkan kakinya di halaman rumahnya, sejak saat itu pulalah guncangan ini menggoyahkan kesenangannya. Gadis cantik itu datang ke gedungnya bukan lain hanyalah dengan maksud untuk memikatnya, merayunya dan menyatakan perasaan hatinya terhadap dirinya.

Kalau saja sebelumnya dia tidak tahu akan watak-watak kotor gadis itu, agaknya kedatangan gadis itu akan membawa kesan baik. Sayang, dia telah mengetahui sebenarnya bahwa gadis cantik keponakan Lie-thaikam itu adalah seorang gadis cabul yang tidak tahu malu, mengobral cinta ke sana-sini seperti orang menjajakan makanan.

Itulah sebabnya mengapa dengan tegas diapun lalu menolak gadis itu, bahkan mengusirnya pergi setelah gadis cantik itu melakukan perbuatan-perbuatan yang baginya dianggap tidak tahu malu dan melanggar susila karena gadis itu berani merayunya sedemikian rupa dengan jalan menanggalkan semua pakaian yang menempel di tubuhnya. Gadis cantik jelita itu pernah berdiri telanjang bulat di depannya untuk merobohkan keteguhan hatinya!

Bu Kong tersenyum pahit. Kenangan ini sedikit banyak membekas kuat di hatinya. Belum pernah selama hidupnya dia menyaksikan tubuh seorang wanita dalam keadaan seperti apa yang pernah dilakukan keponakan Lie-thaikam itu. Walaupun berkat kekerasan kemauannya dia berhasil menindas hawa nafsunya, akan tetapi, sedikit banyak peristiwa itu mengguncangkan lingkaran berahi pada jiwa mudanya. Betapa kadang-kadang timbul hasrat menyala yang menyesakkan dadanya, sebuah dorongan berahi yang amat kuat untuk mencari jalan pelepasan. Dan ini terasa amat mengganggunya sekali dan dia kadang-kadang kebingungan sendiri.

Dalam keadaan seperti itu, apa yang harus dilakukannya? Dia tidak tahu dan masih belum banyak pengetahuannya tentang ini. Minta pendapat suhunya? Ah, memalukan sekali. Tidak sanggup rasanya kalau dia membicarakan masalah s*x ini dengan gurunya! Diam-diam dia mengutuk keponakan Lie-thaikam itu. Gadis itulah awal pengobar nafsu berahinya dan hanya berkat kekuatan lweekangnya sajalah dia selama ini berhasil menindas semua pikiran-pikiran buruk ini. Dan sekarang, pusat lweekangnya dilumpuhkan Cheng-gan Sian-jin! Keparat, pikirnya dengan hati gelisah. Tanpa bantuan tenaga sakti itu, kedudukannya tentu saja amat lemah dan diam-diam pemuda ini menjadi cemas.

Pikirannya jauh menerawang tidak karuan dan membayangkan keponakan Lie-thaikam itu, teringatlah dia akan Lie-thaikam sendiri. Pembesar kebiri ini telah melakukan sebuah dosa tak berampun. Kalau keponakannya yang cantik itu mengguncang jiwa mudanya, adalah Lie-thaikam sendiri mengguncang istana Yueh tentang pengkhianatannya! Paman dan keponakannya itu dua-duanya adalah manusia-manusia setan dan teringat betapa kini Yueh dikabarkan orang telah roboh di tangan Kerajaan Wu, sedikit banyak dia merasa marah.

Betapapun Yun Chang telah memperlakukannya tidak pantas, namun jiwa kesetiaannya terhadap negara tidak dapat dihapuskan begitu saja. Dan kini Yun Chang telah tewas, Yueh telah roboh dan banyak panglima-panglima pembantunya binasa. Dan bagaimana dengan Fan Li? Teringat kepada Fan Li atau Fan-ciangkun yang merupakan wakil dan sekaligus sahabat dekat baginya ini membuat hati pemuda itu gelisah. Tewaskah Fan Li? Kalau tidak, di manakah sekarang adanya pemuda itu?

Perang memang keji dan melukai jiwa manusia. Dan diapun tidak terkecuali. Perang membuat para pemimpin-pemimpinnya menemukan siasat-siasat curang dan amat menyakitkan bagi pihak lawan. Dan inipun dialaminya. Dalam perang itulah dia terobek hatinya oleh siasat musuh yang melepaskan ikan segar berupa gadis cantik jelita yang membuatnya tergila-gila. Dia telah terjebak perangkap musuh. Dia telah jatuh cinta terhadap seseorang dara jelita berkepandaian tinggi, murid Mo-i Thai-houw akan tetapi yang juga sekaligus merupakan puteri Ok ciangkun, tokoh nomor satu dari Wu-sam-tai-ciangkun yang merupakan musuh besar Kerajaan Yueh!

Bagi para pembaca cerita "Hancurnya Sebuah Kerajaan", tentu telah mengetahui semua pahit getir bekas jenderal muda ini. Betapa hatinya robek dan berdarah dan betapa dia mengalami pukulan batin yang tidak sedikit akibat kecurangan lawan itu. Betapa hampir saja pemuda ini terguncang otaknya, menjadi gila karena pukulan asmara!

"Siu Li...." Bu Kong merintih dengan hati perih dan pemuda ini memejamkan matanya sambil menggigit bibir. Terbayanglah di depannya wajah seorang gadis yang luar biasa cantiknya, kejelitaan yang menandingi kecantikan para bidadari dan puteri-puteri istana yang manapun. Bahkan Lie Lan sendiri masih tidak nempil menandingi kecantikan Siu Li yang cemerlang, gadis pujaannya yang amat dicinta akan tetapi yang juga sekaligus amat dibencinya itu!

Gadis itu ternyata mempermainkannya, merobek-robek hatinya setelah mengibulinya dengan sikap dan kata-kata mesra! Teringat sampai di sini, Bu Kong mengepal tinjunya dengan hati sakit bukan main. Betapa hancur perasaannya, betapa tertikam jantungnya dengan adanya kenyataan ini. Dia memang merasa amat marah dan benci sekali kepada Siu Li yang telah mempermainkannya, akan tetapi, di samping itu, diam-diam diapun mengeluh dalam batin karena dia melihat betapa benih cinta kasihnya terhadap gadis itu tidak dapat dihilangkan.

Sebenci-bencinya dia kepada gadis itu, namun tetap dia tidak dapat merobah bibit cinta kasihnya yang telah ditanam dengan bibit kebencian! Inilah kenyataan pahit yang amat memukul batinnya dan tak terasa lagi, teringat keadaan hatinya sendiri ini, pelupuk mata pemuda itu menjadi basah.

"Siu Li... Li-moi... mengapa tidak kau bunuh saja aku? Kau membuat hatiku berdarah... kau membuat aku seperti orang gila... aduh, Li-moi, bisakah aku membencimu dalam arti kata yang sebenarnya...?" pemuda ini merintih dengan suara pilu dan beberapa tetes air mata turun membasahi pipinya, tanpa dapat diusapnya karena tangannya terikat.

Sungguh hal ini merupakan kejadian yang amat langka. Yap-goanswe, pemuda yang terkenal gagah perkasa dan keras hati itu, ternyata tidak kuat menahan himpitan asmara ini dan menangis tanpa suara! Kalau tidak melihat dengan mata kepala sendiri, mana bisa mempercayai kejadian ini? Akan tetapi, memang begitulah kenyataannya!

Pada saat murid Malaikat Gurun Neraka ini tenggelam ke dalam kesedihannya, tiba-tiba pintu kamar terbuka dari luar dan seorang gadis cantik jelita memasuki kamar itu dan tersiarlah keharuman minyak wangi yang luar biasa. Bu Kong mengangkat muka memandang dan kecamuk di dalam batinnya. Dan melihat betapa gadis itu dengan jari-jari tangan menggigil melepaskan ikatan belenggunya, pemuda ini mengeluarkan keluhan panjang.

"Li-moi, kekasihku... pujaan hatiku...Siu Li...!" pemuda ini mengeluarkan pekik kaget, terbelalak lebar dan mengejap-ngejapkan matanya seakan-akan tidak percaya akan pandangan sendiri. Akan tetapi, melihat betapa gadis itu mengangguk dan tersenyum penuh kedukaan, pemuda ini mengeluarkan erangan aneh dari tenggorokannya dan meronta dari atas pembaringan.

"Siu Li... Li-moi... aduh, Li-moi....” murid Takla Sin-jin ini mengeluarkan suara menyayat hati dan karena dia lupa tubuhnya masih terikat, maka begitu dia hendak melompat turun, tubuhnya terbanting dari atas pembaringan dan berdebuk di atas lantai!

"Yap-koko...." gadis itu terisak dan melompat maju, menghampiri pemuda itu dan menangis mengguguk. "Aduh, Yap-koko, maafkan aku, koko....maafkan semua kesalahan-kesalahanku yang telah lalu... duh, Thian Yang Maha Agung, mengapa Kau membuat nasib kami menjadi seperti ini? Yap-koko... aku masih mencintaimu, koko... mencintaimu sampai kita mati bersama, huh-huh-hukk..."

Gadis itu mengguguk dengan amat sedihnya dan merangkul pemuda ini yang menjadi bengong dan terbelalak tak mampu mengeluarkan suara. Kejutan yang amat tiba-tiba ini membuat pemuda itu dipenuhi bermacam perasaan. Ada rasa girang, haru, sedih, kecewa dan lain-lainnya lagi yang berkecamuk di kepalanya.

“Tidak salahkah penglihatanku ini? Kau datang kemari dan menolongku? Ya Thian Yang Maha Kuasa, terima kasih atas kemurahan-Mu ini. Li-moi...!" pemuda itu mendekap kekasihnya dengan erat seolah-olah tak hendak melepaskannya lagi dan setelah mengeluarkan erangan pilu, pemuda yang dikagetkan oleh peristiwa yang tak disangka-sangkanya ini roboh pingsan!

"Koko...." Siu Li menjerit kecil dan kembali menangis sedih, mengguncang-guncang tubuh pemuda itu yang telah roboh tak sadarkan diri.

Guncangan yang amat tiba-tiba ini memang telah mengejutkan hati pemuda itu, apalagi dalam keadaan tubuh lemah seperti itu. Maka, melihat munculnya gadis yang baru saja direnungkannya ini, pemuda itu terlalu kaget dan girang bercampur kecewa susul-menyusul dan akibatnya diapun roboh tak sadarkan diri.

Akhirnya gadis itu reda kembali dari tangisnya dan melihat betapa pemuda itu pingsan karena terlampau kaget, cepat dia menotok beberapa jalan darah dan tak lama kemudian Bu Kong siuman kembali. "Koko, maafkan semua kesalahan-kesalahanku..."

Bisikan yang penuh getaran perasaan ini membuat pemuda itu membuka matanya lebih lebar dan dia melihat betapa Siu Li merebahkan kepalanya di atas dadanya. Rambut yang hitam halus dan lebat itu mengeluarkan bau harum memabokkan dan tanpa disadarinya lagi, jari-jari tangannya mengusap lembut kepala gadis ini. Jantungnya berdegup semakin cepat ketika dia merasa betapa jari-jari halus mungil dari kekasihnya itu menyelusup ke balik baju dan mengelus dadanya penuh getaran menggigil.

Sejenak murid Takla Sin-jin ini tak mampu mengeluarkan suara. Kegirangan yang luar biasa dapat berjumpa kembali dengan sang pujaan hati membuat pemuda itu dipenuhi kebahagiaan dan matanya memandang langit-langit kamar tanpa berkedip.

"Koko, mengapa kau diam saja? Masihkah kau marah kepadaku?" suara yang menggetar penuh perasaan ini terdengar amat memelas sekali dan pemuda itu memejamkan matanya.

"Li-moi, perlukah kau meminta maaf dariku kalau kau memang telah melakukan perbuatan dengan sengaja? Kau telah sengaja melukai hatiku, sengaja merobek jantungku, dan sekarang kau hendak memohon maaf atas semua perbuatan-perbuatanmu yang kau sengaja. Perlukah ini, Li-moi...perlukah…?" kata-kata yang diucapkan dengan suara pahit ini membuat gadis itu menangis lagi.

"Koko, kalau begitu... kalau begitu... bunuhlah aku, huh-huh-hukk..!" Siu Li menangis sedih dan Bu Kong menggigit bibirnya.

Betapa tangis ini amat melumpuhkan kemarahannya, melumpuhkan semua sendi di tubuhnya dan tanpa terasa lagi dia mencengkeram rambut yang lebat dan harum itu. Matanya menjadi basah dan hatinya mencair seketika oleh kekerasan dan kebenciannya semula. Diangkatnya kepala yang indah itu, ditatapnya sepasang mata yang penuh air mata itu dan terdengarlah bisikan dari mulutnya,

"Li-moi, kekasihku... jangan menangis lagi. Marilah kita lupakan semuanya yang telah terjadi dan kita pergi jauh dari kekotoran dunia ini. Kau telah diperalat ayahmu dan menjadi korban dari kekejaman watak manusia. Dan aku... akupun juga menjadi korban fitnahan orang. Li-moi, tidakkah kau dengar betapa aku dikabarkan orang melakukan perjinaan dengan seorang wanita...?"

Gadis itu mengangguk-angguk sambil menangis lagi. "Aku tahu, koko... aku tahu... dan aku tidak percaya akan berita bohong itu. Aku tahu watakmu yang segigih batu karang yang tak tergoyahkan oleh derunya ombak samudera dan akupun tahu siapa sebenarnya pelaku kejahatan ini!"

"Apa...?" Bu Kong terkejut bukan main dan melompat bangun, "Kau tahu, Li-moi? Kau tahu siapa biang keladi kebusukan ini? Li-moi, katakanlah kepadaku, siapakah gerangan iblis jahanam itu dan akan kuhancurkan kepalanya!" pemuda ini mengepal tinjunya dan sinar matanya berapi-api.

Akan tetapi Siu Li menggelengkan kepalanya dan gadis ini tersenyum aneh. “Jangan sekarang, koko. Bersabarlah, tubuhmu masih lemah. Luka akibat kecurangan Hek-mo-ko baru saja sembuh. Kalau kau banyak gerak, bukankah akan mengambuhkan luka itu kembali?"

"Eh, kaupun tahu pula bahwa aku pernah dilukai Hek-mo-ko?!" Bu Kong berseru heran dan memandang kekasihnya ini dengan mata terbelalak.

Siu Li tersenyum dan jantung pemuda ini berdetak. Bukan main manisnya senyum itu, mengundang sayang dan berahi. Tak tahan lagi dia dan diraihnya pinggang yang ramping itu dan dipeluknya kekasihnya ini. "Li-moi, betapa rinduku kepadamu, sayang..." pemuda itu menundukkan mukanya dan diciumnya mulut gadis itu dengan sepenuh perasaan hatinya.

Siu Li menggelinjang dan tubuh gadis ini menggigil. "Koko..." gadis itu terisak dan suaranya tertahan di kerongkongannya terganti sedu sedan ketika pemuda itu mencium bibirnya. Sejenak mereka saling berciuman dengan napas terengah dan setelah mereka saling melepaskan diri, keduanya saling pandang dengan sinar mata penuh kebahagiaan.

"Li-moi, betapa cantiknya wajahmu," Bu Kong mengeluarkan kata pujian dan menatap wajah jelita itu dengan sinar mata kagum. Ditelusurinya wajah ini dari atas ke bawah dan tiba-tiba dia sedikit terkejut melihat betapa tiga buah kancing baju gadis itu terlepas. Karena ini, dia dapat melihat betapa bukit dada yang putih halus itu tersembul keluar dan darahnya berdesir. Agaknya karena mereka berciuman tadi yang membuat kancing baju kekasihnya ini terlepas.

"Li-moi, bajumu..." dia berkata dan wajahnya agak merah, memperingatkan gadis itu agar menutup bajunya.

Akan tetapi Siu Li bahkan tersenyum. "Koko, kenapa dengan bajuku? Ada apakah? Apakah ada sesuatu yang tidak beres? Kalau benar begitu, kau harus membetulkannya, koko....!"

Kata-kata ini membuat pemuda itu seperti disengat kalajengking. Dia terbelalak memandang kekasihnya ini akan tetapi disambut oleh senyum penuh tantangan dari gadis itu. Tentu saja dia menjadi heran dan kaget. Tidak biasanya kekasihnya ini bersikap agak "berani" seperti itu dan mau tak mau jantungnya berdebur tidak karuan. "Li-moi, jangan begitu... aku tidak berani... aku takut kalau... kalau...”

"Kalau apa, koko? Baik sekarang maupun besok jiwa dan ragaku adalah milikmu! Apa yang harus kita takutkan? Koko, aku sepenuh hati dan tubuhku dan aku tidak ingin berpisah lagi denganmu!" gadis itu melangkah maju dan tiba-tiba merangkul dan bibirnya telah mencium mulut pemuda itu, jari-jari tangannya menyelusup ke balik baju Bu Kong dan tubuh keduanya sudah menggigil tidak karuan, kali ini condong ke arah berkobarnya nafsu berahi.

Sejenak bekas jenderal muda itu hanyut dalam gelombang yang memabokkan ini, akan tetapi ketika tiba-tiba jari tangan kekasihnya merayap turun, pemuda ini terkejut sekali dan cepat dia menangkap tangan yang menggigil itu. "Li-moi, jangan! Aku tidak ingin mengotori cinta kasih kita dengan perbuatan yang belum waktunya kita lakukan!"

Suara tegas ini membuat gadis itu tertegun dan sedetik wajahnya berobah merah karena malu. Akan tetapi Siu Li telah dapat menetapkan hatinya lagi dan mengangguk. "Benar, koko.... kau benar. Maafkan aku, agaknya aku memang selalu condong untuk melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan hatimu..." gadis itu menarik napas panjang dan menunduk.

Bu Kong merasa kasihan dan mendekap tubuh yang ramping menggairahkan ini dengan penuh kasih sayang. "Li-moi, jangan salah mengerti. Percayalah, aku hanya menginginkan agar kelak kita berdua dapat mengecap kebahagiaan ini seutuhnya, hati dan jasmani. Kekasihku, apakah kau marah?"

Siu Li mengangkat mukanya dan pemuda itu melihat betapa wajah yang cantik ini berlinang air mata. Dia memegang kepala itu dengan kedua tangannya, lalu perlahan-lahan dan lembut dia mengecup dua butir air mata yang menggantung di bulu mata yang lentik itu. "Koko..."

Siu Li terisak dan merebahkan kepalanya di atas dada pemuda itu dan keduanya terdiam dengan pikiran masing-masing. Akhirnya, Bu Kong menarik napas panjang dan merenggangkan tubuh.

"Li moi, kau tadi belum menjawab pertanyaanku. Bagaimana kau bisa tahu bahwa aku dilukai Hek mo-ko dan di mana sekarang adanya iblis hitam itu?"

Gadis ini mengangkat mukanya dan tersenyum manis. "Bagaimana aku tidak akan tahu kalau Hek-mo-ko itu adalah anak buah Cheng-gan Sian-jin yang menjadi koksu di Kerajaan Wu mendampingi ayah? Aku tahu tentang keadaanmu ini dari ayah, koko. Cheng-gan Sian-jin orang yang amat sakti dan kejam, aku mengkhawatirkan dirimu di tangan kakek itu. Dan itulah sebabnya aku lalu minta kepada ayah agar kau disembunyikan di sini, bukan di tempat koksu...."

"Hmm, disembunyikan?" Bu Kong berkata dengan suara pahit. "Tidak, Li-moi, menurut kenyataannya aku adalah ditawan, bukan disembunyikan, dan koksu itu telah melumpuhkan pusat lweekangku pula, keparat dia itu!" pemuda ini mengepal tinju dengan hati panas.

"Ah, begitukah?" Siu Li berseru kaget.

Bu Kong mengangguk. "Demikianlah, dan aku membutuhkan waktu paling tidak dua atau tiga hari untuk menghimpun sinkang."

"Ah, dan sementara itu koksu tentu akan mengantarmu ke hadapan sri baginda!" Siu Li berkata dengan muka pucat. "Koko, kalau begitu, kita harus cepat bertindak!"

"Hemm, apa maksudmu, Li-moi? Bertindak bagaimana?" tanya pemuda itu tidak mengerti.

Siu Li memandang pemuda ini, memegang kedua lengannya yang tegap lalu mendekatkan mulutnya ketelinga pemuda itu dan berbisik perlahan, "Koko, meskipun koksu telah menyerahkan dirimu ke tempat ini, namun secara diam-diam dia selalu memasang kaki tangannya untuk menjagamu. Dan agaknya diapun telah mengetahui tentang hubungan kita berdua dan menaruh curiga kepadaku. Sekarang tubuhmu masih lemah dan kaupun belum dapat mengerahkan tenaga lweekang. Akan tetapi, jangan khawatir, koko. Aku telah menyiapkan segalanya untukmu. Hari ini aku menyuruh para pelayan membuatkan masakan Daging Naga Arak Merah yang akan sanggup memulihkan tenagamu kembali. Juga di samping itu, akupun telah mencuri Arak Sorga dari gudang sri baginda! Ketahuilah, arak itu akan mampu menembus semua jalan darah yang tersumbat untuk menjadi lancar kembali."

Bu Kong terbelalak. "Arak Sorga?"

"Ya, Arak Sorga, begitulah namanya menurut apa yang kudengar," Siu Li menganggukkan kepalanya dan wajah gadis ini berseri girang. "Dan dengan adanya arak itu, kau tentu akan dapat berbuat banyak, koko, setidak-tidaknya kau akan mampu melawan Cheng-gan Sian-jin jika koksu itu menghalangimu."

Pemuda ini tidak menjawab dan diam-diam dia melirik ke guci kecil di atas meja itu. Tadi dia melihat betapa A-moi dan A-liu mencium-cium bau arak itu dan tertawa-tawa genit dan sekarang dia hendak disuguhi arak itu! Kalau bukan kekasihnya yang membujuk, tentu dia tidak akan begitu mudah menerima. Akan tetapi, karena tidak tega menolak setelah sekian lama mereka berpisah dan dapat berjumpa kembali, diapun tidak berkata apa-apa.

"Sesukamulah, moi-moi," katanya sambil menarik napas panjang. "Akan tetapi, tidakkah arak itu mengandung sesuatu yang membahayakan? Tadi kulihat dua orang pelayanmu itu mencium-cium bau arak dan mereka seperti orang mabok. Eh ya, bukankah tiga orang yang tadi masuk ke kamar ini adalah pelayan-pelayanmu?"

Siu Li memandang pemuda itu dan melihat betapa sinar mata kekasihnya ini menunjukkan rasa tidak senang hati, ia menjawab dengan suara halus, "Koko, mereka adalah pelayan-pelayan ayah. Kalau mereka itu telah melakukan perbuatan yang kurang ajar, biarlah nanti aku menghukum mereka. Kenapakah?"

"Tidak apa-apa, hanya mereka tadi, terutama si A-moi itu.. ia... ia mengatakan... ah, sudahlah, aku sebal terhadap para pelayanmu itu!" Bu Kong bersungut dan tidak melanjutkan kata-katanya. Sebenarnya dia hendak bertanya kepada gadis ini apa maksud kata-kata A-moi tadi yang mengatakan "selamat bermalam pengantin" kepadanya. Akan tetapi, karena dia merasa jengah, kata-kata ini tidak jadi diucapkannya dan mukanya saja yang berobah merah.

Melihat kekasihnya bersikap murung, Siu Li segera mengajak pemuda itu duduk di meja besar menghadapi hidangan yang masih mengebul. Bau masakan yang lezat membuat perut Bu Kong terasa lapar dan dia memandang masakan-masakan yang dihidangkan ini dengan lahap.

"Koko, inilah masakan Daging Naga Arak Merah," gadis itu berkata dan sumpitnya bergerak menjepit sepotong daging besar yang tampak empuk dan gurih, "inilah masakan termahal di istana dan hanya apabila sri baginda sedang mendapat kunjungan tamu agung sajalah masakan semacam ini disajikan. Cobalah, lihat sausnya yang penuh sari madu dan tomat jingga, betapa sedapnya. Dan coba kau rasakan daging ini, empuk bukan main dan lezatnya melebihi semua masakan-masakan yang paling terkenal di restoran manapun karena inilah daging naga asli yang didapatkan oleh para pengawal istana di Bukit Kepala Naga!"

Gembira oleh sikap kekasihnya yang dengan suara bangga memperkenalkan masakan istimewa ini, juga karena perutnya memang terasa lapar, tanpa sungkan-sungkan lagi Bu Kong menggigit sepotong daging itu yang disodorkan oleh kekasihnya ini dan benar saja, dia merasakan suatu kelezatan yang luar biasa sekali. Pula, daging itupun amat empuk dan enak dikunyah sehingga sebentar saja, pemuda ini lalu makan apa yang disodorkan oleh gadis itu dengan lahap.

Siu Li tampak girang sekali dan gadis inipun lalu makan bersama, sebentar-sebentar ia menjumput masakan-masakan di sana-sini dan memberikannya kepada pemuda itu sambil menerangkan nama masakannya dan Bu Kong merasakan betapa hebatnya hidangan yang disajikan oleh kekasihnya ini. Akan tetapi, dari semua masakan yang ada, benar-benar hanya Daging Naga Arak Merah itulah yang paling hebat rasanya.

"Li moi, benar-benar luar biasa sekali masakan istimewa ini!" Bu Kong berkata memuji. "Belum pernah aku merasakan masakan yang sehebat dan selezat ini rasanya."

Gadis itu tertawa. "Tentu saja, koko, karena inilah masakan istimewa yang paling disukai sri baginda. Tidak sembarang koki tahu resepnya, dan hanya koki-koki istana sajalah yang dapat membuat masakan seperti ini," katanya sambil tersenyum gembira.

"Akan tetapi, apakah daging ini benar-benar daging naga? Jangan-jangan daging ular!" Bu Kong menggoda.

"Ihh, kau tidak tahu, koko, itu betul-betul daging naga!" gadis itu mencela. "Aku sendiri yang melihat para pengawal membelek kulit naga itu yang berkaki empat. Tanduknya kuat bukan main dan amat keras. Darahnya oleh para koki lalu digodok bersama rempah-rempah tertentu kemudian disaring sehingga terciptalah arak merah yang manis dan harum. Dan bersama dagingnya yang amat alot luar biasa itu, para koki istana itu lalu membuat masakan baru ini yang dinamakan Daging Naga Arak Merah yang kini kau cicipi sendiri kehebatannya."

"Ah, begitukah? Akan tetapi, daging ini empuk sekali dan gurih!"

"Tentu saja, karena sebelum dimasak, daging itu telah dicacah selama tiga hari dan dijemur selama sepuluh hari sehingga menjadi empuk!"

"Ahh, hebat sekali, pantas kalau begitu!" pemuda ini berkata kagum dan karena masakan itu memang amat luar biasa, sebentar saja separuh lebih Daging Naga Arak Merah itu telah memasuki perutnya sehingga dia merasa kenyang. Bu Kong tampak puas sekali, mukanya berkeringat dan dia mengusap ujung bibirnya yang berminyak. "Hebat... hebat... sungguh belum pernah seumur hidupku aku menikmati masakan yang seperti ini, moi-moi. Luar biasa sekali. Lihat, tubuhku berkeringat kepanasan, ha-ha, dan aku merasakan bahwa tenagaku benar-benar pulih kembali."

Siu Li tersenyum manis dan sepasang mata gadis itu bersinar-sinar. Mereka telah selesai makan dan mangkok piring yang kosong mereka singkirkan ke pinggir meja. "Koko, tidakkah kau ingin tidur setelah perutmu kenyang? Kau perlu istirahat mengumpulkan tenaga agar tubuhmu benar-benar segar kembali," gadis itu berkata dan memandang pemuda ini dengan sinar mata tajam yang mengeluarkan pengaruh aneh.

Pemuda itu tampak terkejut, akan tetapi seperti tanpa disadarinya lagi dia mengangguk dan menjawab, "Benar, moi-moi, aku perlu tidur, aku harus istirahat, ahh... aku mengantuk sekali...." dan pemuda ini tiba-tiba menguap panjang.

Gadis itu bangkit berdiri, merangkul dan berbisik, "Koko, kalau kau ingin tidur, tidurlah, biar aku menjagamu di sini. Kau perlu istirahat mengumpulkan tenaga dan agar supaya jalan darahmu yang tertotok lancar kembali, minumlah Arak Sorga ini satu sloki dulu..."

Dengan gerakan cepat Siu Li mengambil guci kecil Berisi arak yang luar biasa harumnya itu, lalu dengan jari agak gemetar gadis ini menuangkan arak itu ke dalam sloki emas. Bau yang luar biasa sedap dan kerasnya segera memenuhi kamar itu dan gadis ini dengan tangan agak menggigil menyodorkan arak itu ke mulut kekasihnya. "Minumlah, koko..."

Karena dia merasa mengantuk sekali dan tidak ingin diganggu, tanpa banyak cakap lagi pemuda ini menerima arak itu dengan sekali tenggak, lenyaplah Arak Sorga ke dalam perutnya.

Gadis itu tertawa aneh dan berkata. "Tidurlah, koko... istirahatlah, sayang, dan kumpulkan tenagamu agar kita nanti dapat bersenang-senang sepuas hati, hi-hikk!"

Suara tawa yang aneh dan amat ganjil ini sejenak membuat Bu Kong terperanjat dan terbelalak, akan tetapi rasa kantuk yang luar biasa membuat pemuda ini tidak ingat apa-apa lagi dan akhirnya pulas di atas meja seperti orang terbius! Dan sesungguhnyalah bahwa murid Malaikat Gurun Neraka ini memang benar-benar telah dibius dan terjebak oleh sebuah perangkap yang amat berbahaya dan akan berekor panjang di kelak kemudian hari bagi dirinya sendiri!

Mungkin para pembaca merasa heran, bagaimana Siu Li sampai membius kekasihnya sendiri dan di saat pemuda itu sudah di ambang pingsan, gadis ini mengeluarkan suara ketawa seperti iblis betina. Inilah hal yang sebenarnya tidak akan aneh lagi kalau kita ketahui bahwa sesungguhnya gadis yang disangka Siu Li oleh bekas jenderal muda itu bukanlah Siu Li adanya, melainkan Lie Lan murid Cheng gan Sian-jin yang telah mempengaruhi Bu Kong dengan ilmu sihirnya yang disebut Sin-gan i-hun-to itu!

Inilah kenyataan yang tentu akan mengguncang hati pemuda gagah perkasa itu kalau saja dia tahu. Àkan tetapi, seperti kita ketahui bersama, pemuda ini sedang menjadi tawanan Cheng-gan Sian-jin dan pusat lweekangnya dilumpuhkan oleh kakek iblis itu dan Lie Lan yang menaruh dendam dan penasaran terhadap pemuda ini hendak membalas sakit hatinya yang selama ini belum terlampiaskan.

Seperti yang telah diceritakan dalam cerita "Hancurnya Sebuah Kerajaan" dalam jilid pertama, betapa gadis ini mengalami kegagalan total ketika ia mencoba merayu jenderal muda yang tampan dan gagah perkasa itu, betapa gadis ini mengalami pukulan batin yang amat hebat dan menaruh dendam besar terhadap Yap Bu Kong karena semua rayuan mautnya yang sedemikian hebat itu sama sekali tidak mempan terhadap pemuda ini!

Gadis itu benar-benar tertampar mukanya dan api dendam berkobar di dalam dadanya. Padahal biasanya, hanya dengan senyum memikat dan kerling mata menyambar setajam gunting saja ia telah sanggup merobohkan pemuda-pemuda tamoan yang lain. Akan tetapi, Yap-goanswe yang satu ini ternyata merupakan pemuda istimewa yang tidak dapat dirobohkannya dengan cara apapun!

Wanita adalah mahluk yang amat peka perasaannya. Begitu pula halnya dengan gadis ini. Peristiwa yang terjadi dan kegagalan mutlak yang dialaminya ini menggores hatinya dan membuat luka dalam yang parah. Gadis itu telah bersumpah bahwa pada suatu hari ia akan menaklukkan pemuda itu di bawah kakinya, dan kalau perlu, segala macam cara akan ditempuhnya!

Inilah sebabnya mengapa ia lalu minta kepada suhunya untuk menangkapkan pemuda yang gagah perkasa itu. Gadis ini tahu betapa lihainya Yap-goanswe, betapa sukar merobohkan murid Malaikat Gurun Neraka yang memiliki kepandaian tinggi itu. Dia sendiri ragu-ragu untuk menandingi pemuda luar biasa ini dan khawatir gagal. Maka agar apa yang dicita-citakan hatinya berhasil, gadis itu minta bantuan gurunya yang ia tahu pasti akan mampu menundukkan pemuda she Yap itu.

Demikianlah, ketika pada suatu hari Cheng-gan Sian-jin datang membawa tawanannya, gadis ini merasa girang bukan main. Dia minta kepada suhunya agar pemuda itu diserahkan kepadanya supaya dia dapat membalas semua sakit hatinya yarg selama ini dipendam.

"Akan tetapi jangan bunuh dia, kita masih memerlukan tenaganya dan aku hendak membuatnya menjadi boneka hidup, muridku," kakek iblis itu berkata memperingatkan muridnya ini.

"Aku tahu, suhu, dan aku memang tidak akan membunuhnya. Aku hendak melihat pemuda ini bertekuk lutut dan hendak kupermainkan dia sepuasnya dalam permainan cinta dan hendak kubakar tubuhnya dengan nafsu berahi!" Lie Lan menjawab dengan sinar mata berkilat dan tinjunya dikepal gemas.

"Ha-ha, bagus! Dan aku hendak menonton pertunjukan yang menggembirakan ini!" Cheng gan Sian-jin tertawa bergelak, menyambar tubuh muridnya dan mengambungi wajah cantik itu dengan sikap kasar sementara jari-jari tangannya menggerayangi tubuh yang menggairahkan ini.

Lie Lan lalu membawa tubuh pemuda yang masih pingsan itu ke dalam kamarnya, menyuruh para pelayan mempersiapkan masakan Daging Naga Arak Merah yang telah dicampur obat bius untuk menjalankan rencananya. Sementara itu, di dalam kamar, gadis ini duduk di tepi pembaringan, memandang wajah yang tampan dan gagah perkasa itu dengan bermacam-macam perasaan.

Ada rasa girang dan puas di hatinya melihat betapa pemuda itu telah berada di bawah kekuasaannya. Sekali ia telah menguasai pemuda ini, mudah baginya untuk berbuat apa saja yang disenanginya. Diam-diam cinta kasihnya yang lama timbul kembali dan betapa inginnya ia bermesraan dengan pemuda ini, betapa nikmatnya kalau ia berhasil memikat hati jenderal muda itu dan bermain asmara.

Akan tetapi, teringat betapa teguhnya iman pemuda ini yang tidak gampang dirobohkan dengan segala macam tipu daya, hatinya menjadi gemas dan penasaran. Belum pernah ia menghadapi peristiwa yang semacam ini. Bahkan dahulu ketika ia masih berada di Kerajaan Yueh dan menggoda pemuda itu sampai berdiri tanpa sehelai benangpun, pemuda ini tidak berhasil dirobohkan dan dibujuk untuk menuruti nafsu berahinya!

"Pemuda luar biasa!" bibirnya mendesis dan mau tak mau gadis ini merasa kagum bukan main. Cinta kasihnya semakin menghebat dan dia betul-betul tergila-gila kepada pemuda yang gagah perkasa ini, seorang pendekar muda yang tahan uji dan amat kuat batinnya. Kalau saja dia dapat menjatuhkan hati pemuda itu, ahhh... alangkah bahagia hidupnya sebagai isteri pemuda yang menjadi murid tunggal Malaikat Gurun Neraka ini!

"Lan-moi, apa yang kau lamunkan? Eh, siapa pemuda itu?" tiba-tiba dari luar kamar muncul seorang pemuda yang langsung menegur gadis ini dan dia tampak terkejut melihat Bu Kong terikat di atas pembaringan.

Lie Lan menengok dan seketika lamunannya buyar. Ia kaget melihat kelancangan orang yang berani memasuki kamarnya ini, dan ketika melihat siapa yang datang, gadis ini menaikkan alisnya. "Kwi-ko, apa kehendakmu masuk ke kamarku tanpa memberi tahu lebih dulu? Kau lancang sekali!" ia membentak dengan muka merah, merasa terganggu dan tidak senang.

Pemuda itu menoleh akan tetapi melihat kemarahan gadis itu, agaknya dia tidak perduli. Bahkan mukanya menunjukkan kekagetan besar setelah dia mengenal siapa gerangan pemuda yang ditawan ini. "Dia... dia Yap goanswe?" serunya dengan mata terbelalak dan menudingkan jari telunjuknya kearah Bu Kong yang masih belum sadarkan diri. "Ah, Lan-moi, kau berhasil menangkapnya? Kenapa tidak segera dibunuh saja? Dia musuh besar kita, musuh besar Kerajaan Wu dan dia patut dibunuh!"

Tiba-tiba pemuda ini melompat ke pembaringan dan tangan kanannya menyambar kepala Bu Kong. Angin bersiut tajam dan agaknya sekali saja tangan pemuda ini menyentuh kepala jenderal muda itu, tentu akan berakibat maut. Akan tetapi ternyata Lie Lan tidak membiarkan peristiwa ini terjadi.

"Kwi-ko, kau lancang dan harus dihajar!" Lie Lan membentuk marah dan tangan kiri gadis itu menangkis.

"Plakk!"

Pemuda itu mengeluarkan teriakan kaget dan lengannya terpental, dan kalau dia tidak cepat melompat ke belakang, tentu tangan gadis itu akan terus meluncur maju menampar telinganya! Tentu saja pemuda ini terkejut dan sinar matanya berapi-api ketika dia membentak gadis itu, "Lan-moi, berani kau hendak melindungi musuh negara?" katanya dengan penuh kemarahan.

Akan tetapi Lie Lan mendengus dan berdiri sambil bertolak pinggang. "Huh, baru diangkat menjadi panglima saja kau sudah bersikap tekebur! Kwi-ko, tahukah engkau bahwa yang menangkap Yap-goanswe adalah suhu? Dan suhu pula yang melarang untuk membunuh Yap-goanswe! Nah, berani kau menentang suhu dan aku?" gadis itu menjawab dengan sikap mengejek.

Mendengar kata-kata ini, pemuda itu tampak terkejut dan mukanya berobah. Sama sekali dia tidak mengira bahwa koksu lah yang menangkap pemuda itu. Tadinya dia menyangka bahwa Lie Lan yang menangkap Yap-goanswe dan menyembunyikan jenderal yang tampan itu di dalam kamarnya. Maka rasa cemburunya timbul dan kemarahan memenuhi hatinya. Siapa kira justeru Cheng-gan Sian-jin yang menangkap bekas jenderal muda itu dan kini menyuruh muridnya untuk melakukan sesuatu yang belum diketahuinya terhadap Yap-goanswe. Sejenak dia tidak mampu bicara dan gadis itu tertawa dari hidung.

"Nah, apa yang hendak kau bicarakan lagi?" Lie Lan bertanya dengan senyum sinis.

Pemuda itu menarik napas panjang. "Maaf, Lan-moi, aku tidak tahu," katanya dengan suara perlahan akan tetapi sinar matanya masih memandang ke arah tubuh jenderal muda itu dengan penuh kebencian.

Siapakah pemuda ini? Mengapa dia nampaknya amat membenci Bu Kong? Bagi para pembaca yang telah menikmati cerita "Hancurnya Sebuah Kerajaan", tentu tidak asing lagi dengan pemuda yang dipanggil Kwi-ko oleh murid Cheng-gan Sian-jin itu karena pemuda ini bukan lain adalah Pouw Kwi, itu biang keladi dan pangkal celaka bagi murid Malaikat Gurun Neraka ini!

Ya, inilah pemuda yang melempar fitnah keji terhadap Yap-goanswe, murid mendiang Ang-i Lo-mo yang tewas di tangan pemuda gagah perkasa itu beberapa waktu berselang. Inilah pemuda yang menjadi dalang semua peristiwa yang menimpa diri Yap Bu Kong, yang membuat seluruh daratan Tiong-goan guncang dengan tersiarnya kabar perjinaan bekas jenderal muda itu dengan selir Yun Chang, junjungannya sendiri!

Dan ini semuanya terjadi karena permusuhan dan dendam yang mencengkeram di hati masing-masing pihak. Hanya bedanya kalau Yap goanswe membunuh Ang-i Lo-mo adalah karena sudah menjadi kewajibannya sebagai panglima perang, adalah Pouw Kwi menaruh dendam yang sifatnya lebih condong ke arah kepentingan pribadi, tidak ada hubungannya dengan negara.

Permusuhan selalu membumbung di kulit bumi dan agaknya tidak akan ada habisnya sebelum dunia itu sendiri kiamat. Dari permusuhan menciptakan berbagai peristiwa-peristiwa keji, kotor dan amat mengerikan bagi manusia. Akan tetapi walaupun manusia tahu akan kekotoran-kekotoran ini, akan kekejian-kekejiannya, tetap saja manusia melangsungkan peristiwa abadi yang selalu berulang dan hanya berbeda versinya itu!

Perang! Perang! Perang! Semenjak jaman nenek moyang sampai sekarang ini, hawa setan masih terus melingkari kita, siap mencengkeram kita pada sembarang waktu! Dan akibat permusuhan yang agaknya tidak pernah ada akhirnya ini, selalu meninggalkan bekas-bekas luka yang dalam di hati setiap manusia, termasuk juga diri Yap Bu Kong dengan adanya fitnah jahat itu!

Hawa nafsu menimbulkan kekuatan yang amat dahsyat dalam diri manusia, sanggup merombak dunia menjadi sesuatu yang berbeda, membuat mahluk-mahluk hidup pecah berantakan dan rusak binasa, termasuk dirinya sendiri!

Pouw Kwi masih berdiri mematung di tempatnya, akan tetapi dia tidak berani lagi menyerang pemuda yang pingsan itu. Dia tahu siapa gadis cantik yang berdiri didepannya ini, akan tetapi dia lebih tahu lagi siapa Cheng-gan Sian-jin yang menjadi koksu negara itu!

Sebagai murid dari seorang datuk sesat seperti Ang-i Lo-mo, pemuda ini mengetahui kekejaman-kekejaman yang sudah menjadi watak pentolan-pentolan iblis seperti Cheng-gan Sian jin itu dan tentu saja dia tidak berani gegabah. Walaupun api dendam berkobar di hatinya dan betapa inginnya membunuh Yap-goanswe, akan tetapi kecerdikannya mencegahnya untuk tidak melakukan kebodohan yang tentu akan merugikan dirinya sendiri itu.

Tidak. Pouw Kwi adalah pemuda yang cerdik dan mempunyai pandangan jauh ke depan. Otaknya encer dan hidup, sanggup menciptakan garis-garis lurus yang tajam ke depan bagi keuntungan pribadi. Dan berkat kecerdikannya yang dapat memandang jauh ke depan inilah maka dia memiliki andil besar terhadap Cheng-gan Sian-jin sehingga gembong iblis yang amat sakti itu bisa diangkat sebagai koksu Kerajaan Wu oleh sri baginda Kung Cu Kwang.

Pemuda inilah sebenarnya yang mencari Cheng-gan Sian-jin dan membawa kakek iblis itu ke Kerajaan Wu dan berkat kecerdikannya, Kung Cu Kwang langsung mengangkat gembong iblis ini sebagai koksu, suatu jabatan yang amat tinggi dan luar biasa karena kekuasaannya hanya setingkat di bawah raja! Bahkan Wu-sam-tai-ciangkun sendiri kalau dilihat dari pengaruh, masih kalah setingkat dengan Cheng-gan Sian-jin yang telah memiliki nama besar pada tiga empat puluh tahun yang lampau memiliki kekuasaan absolut dalam Dinasti

Maka, tidaklah mengherankan jika diam-diam Cheng-gan Sian jin merasa suka kepada pemuda itu dan mempunyai rencana untuk mengambil Pouw Kwi sebagai muridnya yang kedua. Dan inilah berkat "pandangan jauh" dari murid Ang-i Lo-mo itu sendiri yang diam-diam memang hendak memikat hati Cheng-gan Sian-jin agar kelak kakek itu mau mewariskan kepandaiannya.

Dan satu-satunya jalan adalah melakukan perbuatan yang menyenangkan bagi kakek iblis itu, dan dia tahu dengan baik betapa Cheng-gan Sian-jin sebenarnya adalah seorang kakek yang haus kedudukan dan bahkan diam-diam pula mengumpulkan suku bangsanya untuk kelak menggantikan Kung Cu Kwang dan menjadi kaisar yang dipertuan yang Chou ini!

Kembali kepada dua orang muda itu yang masih berdiri saling pandang. Pouw Kwi yang telah dapat menekan hatinya, akhirnya menoleh kepada gadis cantik itu dan bertanya, "Lan-moi, kalau begitu apa yang hendak kau lakukan dengan pemuda ini?"

Lie Lan tersenyum dan bibirnya merekah, memperlihatkan deretan gigi yang putih bersih dan gadis ini memang amat manis senyumnya sehingga hati Pouw Kwi sudah berdebar tidak karuan. "Kalau kau, Kwi-ko, kira-kira apa yang akan kau lakukan jika seandainya kau adalah aku?" Lie Lan balas bertanya tanpa menjawab dan sepasang mata gadis ini bersinar-sinar.

Pemuda itu terkejut dan matanya terbelalak, memandang tajam untuk melihat apa sebenarnya yang tersembunyi dalam kata-kata itu. Akan tetapi, karena Lie Lan hanya tersenyum-senyum dengan sinar mata aneh, sukar baginya untuk menebak apa yang dipikirkan oleh gadis ini. "Hemm, kalau aku adalah kau...?" katanya hati-hati sambil mengerutkan alisnya. "Tentu pemuda itu akan kusiksa sepuas hati. Bukankah kau pernah dikecewakan olehnya, Lan-moi? Dan diapun musuh Kerajaan Wu, sepantasnya dia disiksa saja sepuas hati. Asal kita tidak membunuhnya, bukankah kita tidak melanggar pesan gurumu?"

Gadis itu tampak merah mukanya. "Hemm, dari mana kau tahu bahwa aku pernah dikecewakan oleh Yap-goanswe?" Lie Lan bertanya dan memandang penuh selidik dengan sinar mata tajam.

Pouw Kwi tiba-tiba tertawa dan pemuda ini berkata, "Lan-moi, untuk urusan begini saja mengapa aku tidak tahu? Ha-ha, selir Yun Chang yang mabok itulah yang menceritakan keadaanmu itu dan... ehh!?!" Pouw Kwi mendadak menghentikan ucapannya dan dia tampak kaget sendiri. Kiranya, karena merasa gembira melihat bahwa gadis itu pernah ditolak oleh Yap-goanswe membuat dia tadi kelepasan bicara dan tentu saja dia terkejut.

Lie Lan melompat ke depan. "Apa maksudmu? Siapa selir Yun Chang itu?" gadis ini bertanya dan melihat betapa Pouw Kwi tampak terkejut, ia melihat suatu "kekosongan" dalam diri pemuda itu dan secepat kilat dia mengerahkan ilmunya Sin-gan i-hun-to untuk mempengaruhi Pouw Kwi agar meneruskan kata-katanya tadi.

Dan Pouw Kwi yang merasa kaget sendiri itu memang kalah duluan. Tanpa disadarinya karena Sin-gan-i-hun-to yang dikerahkan gadis itu melalui pandangan mata telah mempengaruhi pikirannya, pemuda ini berkata terus terang, "Selir itu adalah Bwee Li, wanita cantik yang menganggap aku sebagai Yap-goanswe dan yang kuajak bermain cinta sepuas hati dan... .aihhhh!"

Pouw Kwi mengeluarkan seruan keras dan sadarlah dia bahwa dia kena diakali murid Cheng-gan Sian jin ini dan telah membuka rahasia dirinya! Pemuda ini terkejut dan marah bukan main dan begitu dia membentak, pengaruh Sin-gan-i-hun to buyar kembali dan pemuda ini memukul ke depan sambil memaki.

"Lie Lan, kau gadis kurang ajar!" dan angin pukulannya menyambar dahsyat.

Gadis itu mengeluarkan jengekan dari hidungnya dan tidak meng-hindar, jari telunjuk dan jari tengahnya menyambut telapak tangan Pouw Kwi untuk melancarkan totokan di urat nadi.

"Plak.... cuss!"

Pukulan pemuda itu yang menyambar kepala berhasil diegoskan oleh Lie Lan dan diterima dengan pundaknya, sedangkan totokan dua buah jarinya yang mengenai urat nadi di pergelangan tangan Pouw Kwi ternyata bertemu dengan daging lunak dan seperti memukul karet sehingga mental kembali. Lie Lan terkejut dan maklum bahwa agaknya pemuda itu memiliki ilmu memindahkan jalan darah, akan tetapi sebaliknya Pouw Kwi sendiri juga merasa kaget karena pukulannya yang menghantam pundak gadis itu seakan-akan bertemu dengan kapas yang amat empuk dan amblas ke dalam, menghisap tenaga lweekangnya!

"Ahhh...!" Pouw Kwi berseru dan secepat kilat kakinya menyambar paha gadis itu dan Lie Lan yang tidak mau ditendang melompat mundur sambil tertawa mengejek.

"Kwi-ko, kiranya kaukah yang melakukan perbuatan itu? Hi-hi-hikk, dan kau melontarkan fitnah ke pundak Yap-goanswe, ha-ha, lucu sekali....”

Pouw Kwi merah mukanya dan pemuda ini tampak marah sekali. "Lie Lan, kau gadis curang dan tidak tahu malu!" bentaknya dan siap menerjang lagi.

Akan tetapi, gadis itu tiba-tiba bersikap serius. "Tahan, Kwi-ko!" serunya sambil mengangkat tangan ke atas. "Tidak perlu kiranya saling hantam sendiri diantara teman. Aku mempunyai urusan pribadi dengan Yap-goanswe dan kaupun juga mempunyai urusan pribadi dengan kekasihnya! Bukankah demikian?"

"Apa... apa maksudmu?" Pouw Kwi bertanya dan pemuda ini tampak terkejut, memandang gadis itu dengan mata terbelalak.

Lie Lan tertawa. "Hemm, untuk urusan begini saja mengapa aku tidak tahu?" katanya menirukan ucapan pemuda itu. "Kwi-ko, bukankah kau tergila-gila kepada kekasih pemuda ini dan bertepuk sebelah tangan? Hi-hikk, jangan menyangkal. Panglima Pouw, kalau kau tahu rahasiaku, akupun tahu rahasiamu! Nah, bukankah sebenarnya di antara kita terdapat persamaan? Bagaimana kalau kau membantu aku menundukkan yang jantan ini dan aku membantumu untuk menundukkan yang betina?"

"Lie Lan, apa arti pembicaraanmu ini? Aku tidak mengerti dan..."

"Eh, orang she Pouw, rupanya kau ini memang ingin diajak bicara secara langsung. Baiklah, kalau aku mengatakan bahwa kau tergila-gila kepada Siu Li kekasih Jenderal Yap yang cantik jelita itu, beranikah kau memungkirinya?" gadis itu memotong dan tersenyum mengejek.

Pouw Kwi terperanjat dan sedetik mukanya menjadi merah. Kiranya gadis ini tahu akan kegagalan cintanya yang bertepuk sebelah tangan! Dan ini semua adalah lagi-lagi karena gara-gara Jenderal Yap keparat itu. Siu Li gadis jelita itu ternyata mencintai Yap-goanswe dan tentu saja hatinya semakin benci kepada Bu Kong. Dia merasa malu dan terhina dan selama ini dia hanya menyimpan saja rahasia itu. Siapa kira agaknya murid Cheng-gan Sian-jin yang cerdik ini mengetahui dan dapat menebak tepat isi hatinya!

Tiba-tiba pemuda ini tertawa dan berseru, "Bagus, Lan-moi! Biarlah aku mengakui kebenaran omonganmu itu. Dan kau mengajak aku bekerja sama, dalam hal yang bagaimanakah? Bukankah yang jantan itu telah berada di tanganmu dan tinggal mengerjakan semuanya dengan mudah seperti orang membalikkan telapak tangan?"

Akan tetapi gadis itu menggeleng kepalanya. "Tidak semudah yang kau sangka, Kwiko. Dia ini pemuda yang betul-betul luar biasa, aku telah mencobanya dan tidak berhasil menundukkan keteguhan hatinya. Suhu telah melumpuhkan pusat lweekangnya, namun biarpun begitu, aku yakin bahwa pemuda dengan hati sekeras ini tidak dapat kutundukkan dengan cara-cara biasa. Aku butuh arakmu, maukah kau memberikannya kepadaku?"

"Ah, Arak Sorga?"

"Ya, itulah yang kumaksudkan," Lie Lan mengangguk dan memandang wajah pemuda itu, "Hanya dengan jalan inilah aku akan berhasil menundukkannya."

Sejenak Pouw Kwi berpikir dan akhirnya menjawab, "Baiklah, boleh kuberikan arak itu, akan tetapi apa bantuanmu kelak kepadaku?"

"Hemm, itu soal mudah. Bukankah kau tidak tahu di mana adanya calon kekasihmu itu? Nah, cari dia di Lembah Bambu Kuning, sihir dirinya sehingga akan menganggapmu sebagai Jenderal Yap dan tentang kakaknya, serahkan kepadaku dan semuanya akan beres!" gadis itu berkata dan semua ucapannya ini tampak seenaknya saja.

Pouw Kwi mengerutkan alisnya, "Lie Lan, kau terlalu menganggap enteng!" katanya. "Apakah kau kira gadis itu sama dengan Bwee Li? Ingat, ia murid Mo-i Thai-houw dan kepandaiannya tidak di sebelah bawah tingkatku! Bagaimana mungkin semua kata-katamu itu akan dapat dijalankan seenaknya saja?"

"Ahh, kau ini bodoh seperti kerbau saja!" Lie Lan menggerutu. "Kita datang ke sana dan bilang bahwa ayahnya sakit keras, minta agar mereka itu pulang. Dan kita menyertai mereka, beri mereka obat bius dan cekoki dengan arakmu itu, masa tidak akan berhasil baik?"

Mendengar semua kata-kata gadis itu, wajah Pouw Kwi berseri gembira dan akhirnya pemuda ini tertawa bergelak sambil menepuk pahanya "Ha-ha, bagus... bagus sekali siasat ini! Baiklah, Lan-moi, aku akan segera berangkat ke Lembah Bambu Kuning, akan tetapi tentunya bersamamu, bukan?"

"Aku masih sibuk, kau berangkatlah duluan, besok aku menyusul dan tunggu aku di sana..."

"Hemm, sibuk dengan Yap goanswe ini?" pemuda itu tampak tidak senang dan alisnya berkerut.

"Hi-hikk, jangan cemburu, Panglima Pouw! Dia nomor dua dan yang pertama adalah kau dulu!"

Lie Lan terkekeh dan kerlingnya menyambar. "Dan bukankah kaupun akan mendapatkan dewi jelita itu? Aku tidak cemburu dan mengapa kau harus cemburu kepadaku?"

Pouw Kwi memandang gadis cantik itu dan tersenyum. "Lan-moi, kau benar, kenapa aku harus cemburu? Asal kau tidak lupa kepadaku, akupun akan selalu mencintaimu. Moi-moi, beri aku peluk cium...." pemuda itu melangkah maju dan merangkul gadis ini, mendekapnya erat dan sebentar kemudian merekapun telah saling berciuman.

Demikianlah, dengan amat tidak tahu malu sekali dua orang muda-mudi ini lalu melanjutkan permainan cinta mereka yang menjadi semakin panas dan akhirnya mereka berdua itupun tenggelam dalam kenikmatan nafsu berahi. Sebenarnya, bukan baru pertama kali ini saja perbuatan mereka itu, bahkan sudah berulang kali. Lie Lan yang diajar oleh Cheng-gan Sian-jin yang banyak pengalaman itu sekarang menjadi seorang yang haus akan petualangan cinta. Gadis ini telah menjadi budak nafsu berahinya sendiri dan merupakan seorang wanita hypers*x yang tidak pernah merasakan kepuasan sejati dalam mengejar kesenangannya.

Dan Pouw Kwi yang juga merupakan seorang laki-laki mata keranjang itu, mendapatkan teman bermain cinta yang setanding. Dua orang muda-mudi ini kadang-kadang seperti bukan manusia lagi. Dalam memenuhi keinginan mereka yang tidak kunjung putus itu, tidak jarang dua orang ini lalu mencari pasangan di luar dan mengumpulkannya di kamar itu, bermain cinta bergantian sambil ditonton oleh yang lain yang sedang menantikan gilirannya!

Sungguh tidak lumrah manusia, seperti keadaan binatang saja akan tetapi memang demikianlah kenyataannya. Dan pada hari itu, setelah dua orang muda-mudi ini selesai bersenang-senang, Pouw Kwi lalu berangkat ke Lembah Bambu Kuning, tentu saja setelah dia menyerahkan Arak Sorga seperti yang dijanjikannya kepada Lie Lan.

Gadis ini tahu akan khasiat arak yang amat luar biasa itu karena selama petualangan mereka bersama, di saat mereka menghadapi kekerasan kepala muda-mudi yang mereka culik dan tidak mau memenuhi hasrat mereka, Pouw Kwi selalu meminumkan arak itu dan hasilnya memang sungguh hebat. Belum pernah selama ini mereka gagal dan setiap laki-laki maupun wanita yang telah dicekoki arak itu, akan menjadi tidak sadar dan dibakar nafsu berahi yang tidak akan dapat mereka tahan lagi. Dan arak seperti itulah yang sekarang dipergunakan oleh murid Cheng-gan Sian-jin yang merasa penasaran ini terhadap Yap Bu Kong untuk membuat pemuda itu mabok!

Di dalam hatinya, diam-diam Lie Lan merasa gemas bukan main. Setelah pemuda ini dilumpuhkan pusat lweekangnya oleh suhunya sehingga ia dengan mudah berhasil melumpuhkan pemuda itu dengan Sin-gan-i-hun-to, tetap saja pemuda yang gagah perkasa ini tidak berhasil dibujuknya. Padahal, dalam pandangan Bu Kong ia adalah Siu Li, kekasih pemuda itu sendiri!

Akal yang dilakukannya ini timbul setelah dia berhasil mengorek rahasia Pouw Kwi, mendengar betapa pemuda itu menyihir Bwee Li sehingga dianggap sebagai Yap-goanswe oleh selir Yun Chang yang cantik itu. Dan ia memang berhasil mempengaruhi bekas jenderal muda itu dengan ilmu sihirnya karena pemuda itu tidak mampu mengerahkan tenaga saktinya. Kalau tidak demikian, tentu saja ia tidak akan berhasil karena ia tahu betapa hebatnya kepandaian jenderal muda yang gagah perkasa ini.

Malam itu, lewat tengah malam di mana keadaan istana amat sunyi dan yang menjadi tempat tinggal Lie Lan juga sepi keadaannya, Bu Kong mengeluarkan keluhan dan pemuda ini sadar kembali dari pengaruh obat bius. Memang Lie Lan membiarkan pemuda itu siuman dan hatinya berdebar tegang, menunggu reaksi dan hendak melihat apa yang akan dialami pemuda tinggi besar ini. Ia duduk di pojok dan setengah menyandarkan diri di dinding, mengamati gerak-gerik murid Malaikat Gurun Neraka itu dengan pandang mata hampir tak pernah berkedip.

"Li-moi, di mana kau....? Aduh, panas... tubuhku panas... aku haus... haus..." pemuda itu mengeluh dan tubuhnya membalik, lalu bangkit duduk di tepi pembaringan. Sepasang matanya berputar dan tampak kemerahan, peluh membuat tubuhnya berkilat dan mata itu bersinar ganjil.

"Koko, aku di sini...!" Lie Lan berseru lirih dan gadis ini berdiri dari kursinya, lalu perlahan-lahan menghampiri pembaringan di mana pemuda itu berada.

Jelas tampak betapa pemuda itu kelihatan terkejut dan mulutnya mengeluarkan gerengan aneh. Sepasang matanya yang kemerahan terbelalak ke depan, memandang seperti orang kelaparan dan gelisah. Dia melihat betapa gadis itu mendekatinya dan berjalan seperti orang menari, kedua pinggulnya yang bulat penuh itu bergoyang naik turun dan tampak jelas diantara lenggangnya yang mengayun karena tidak nampak pakaian dalam yang merangkap di balik pakaian sutera yang halus dan tembus pandang ini!

"Li-moi, apa... apa ini? Mana air...? Aku haus... aduh, tubuhku panas... ahhh...!" karena hatinya terguncang dan semakin gelisah, pemuda itu turun dan berjalan terhuyung-huyung sambil memejamkan matanya. Penglihatan tadi membuat jantungnya seperti tambur dipukul bertalu-talu dan dia merasa betapa hawa panas naik ke kepalanya, membuatnya ringan seolah-olah hendak terbang.

Itulah tanda bekerjanya Arak Sorga dan Lie Lan yang juga mulai diamuk nafsunya, tubuhnya sudah gemetar. Melihat pemuda itu terhuyung-huyung dan memejamkan mata mencoba melawan dorongan hasrat menyala dari dalam, diam-diam wanita ini tersenyum dan bibirnya menyungging arti kemenangan. Kakinya melangkah cepat ketika ia melihat betapa pemuda itu hendak menubruk meja.

"Koko, hati-hati, buka matamu itu...." gadis ini merangkul dan menggesekkan tubuhnya ke tubuh pemuda itu dan tiba-tiba Bu Kong ter-sentak kaget seperti kena aliran listrik.

"Ahhh...!" pemuda ini berseru dan napasnya sesak, membuka matanya dan terkejut melihat betapa tubuhnya dipeluk gadis ini. Mata yang kemerahan itu berputar liar, mulutnya mendesis-desis dan bau arak yang harum keluar dari mulutnya yang setengah terbuka. "Li-moi, jangan sentuh aku, pergilah pergilah aku tidak tahan, aku kepanasan aku, haus aduhh, kepalaku ringan dan tubuhku seperti akan melayang!" pemuda itu memegangi kepalanya dan mengerang.

"Koko, akupun kepanasan , akupun haus, haus akan kasih sayangmu. Koko, lihatlah!" suara terakhir yang diucapkan gadis ini penuh pengaruh mujijat, dibisikkan dengan getaran suara aneh seperti datang dari atas, dan tanpa dapat ditahan lagi pemuda itupun membuka matanya dan...

"Aughhh !” Bu Kong menggeram dan melotot, mengepal-ngepal tinjunya dan kakinya menggigil. Apa yang dilihatnya sekarang jauh lebih hebat lagi daripada tadi dan dadanya sesak karena nafsunya seakan-akan hendak meledak. Dia hendak memejamkan matanya kembali, akan tetapi bahkan semakin terbelalak lebar. Hebat memang apa yang dilihatnya ini karena dari jarak yang sedemikian dekatnya itu, dia melihat betapa kekasihnya ini telah berdiri tanpa sehelai benangpun! Pemuda ini menggereng dan tiba-tiba menubruk ke depan dengan mata menyala penuh nafsu, akan tetapi Lie Lan menghindar sambil terkekeh dengan tubuh gemetar.

"Yap-koko, tidak semudah ini kau akan mendapatkan diriku. Hayo kejar aku, tangkap kalau bisa, hi-hikk...!" gadis itu tertawa girang dan hatinya gembira bukan main. Sekarang tahulah ia bahwa pemuda yang sekeras baja hatinya itu ternyata berhasil ditundukkannya!

Bu Kong mengeluarkan erangan aneh dan melihat betapa tubuh yang tadi amat dekat itu ternyata meloncat menjauhinya, dia menjadi penasaran sekali. Pemuda ini sudah menjadi mabok, bergerak seperti dalam mimpi karena pengaruh arak jahat telah membuat pikirannya gelap dan dia telah kemasukan hawa iblis. Matanya berputaran semakin liar dan merah seperti orang mabok tuak dan napasnya memburu seperti dikejar setan. Melihat betapa gadis itu tertawa-tawa menggodanya, dia tidak kuat lagi dan sambil merintih pemuda ini melompat dengan kedua lengan terkembang.

Akan tetapi Lie Lan yang menaruh dendam atas kegagalannya yang sudah-sudah, tidak mau begitu saja menyerahkan diri. Meskipun dia juga sudah diamuk hawa nafsunya sendiri dan menjadi tegang dengan permainan baru ini, namun ia tidak mau membiarkan tubuhnya ditangkap mentah-mentah. Begitu pemuda itu menerkamnya, sambil terkekeh diapun berkelit dan karena Bu Kong tidak memiliki lagi tenaga sakti, tentu saja sukar baginya untuk menangkap gadis yang amat licin bagai belut itu.

Demikianlah, setiap kali pemuda itu menerkamnya, setiap kali pula gadis ini selalu mengelak sambil tertawa-tawa. Duapuluh kali sudah dia menghindar dan akhirnya, karena merasa bahwa sudah cukup ia mempermainkan pemuda ini, dia membiarkan tubuhnya ditangkap.

"Yap-koko, cium dulu telapak kakiku...!" gadis itu meronta dan berkata dengan napas terengah. "Kalau tidak, akupun tidak mau melayanimu...!”

Pemuda yang sudah seperti orang mabok ini tidak banyak membantah, dengan napas mendengus-dengus cepat berlutut dan benar-benar mencium telapak kaki Lie Lan, disambut ketawa terkekeh oleh gadis iblis yang amat jahat ini, dan ketika pemuda itu berdiri lagi, iapun masih memerintahkan yang lain.

"Dan jilat meja itu... dinding itu....piring-piring kotor itu...hi-hikk, bagus...bagus...!"

Lie Lan tertawa-tawa dan setelah puas menghina dan mempermainkan, akhirnya gadis inipun menyambut dan segera keduanya hanyut dalam ke-senangan mereka. Sungguh keji dan di luar batas perikemanusiaan apa yang dilakukan oleh murid Cheng-gan Sian-jin ini! Dan itu semua adalah karena dendam. Untuk dendam yang mengeram di dalam batin manusia, tidak perduli dia seorang laki-laki ataupun wanita, sekali dapat melampiaskan api dendamnya, tentu akan melakukan kekejian yang manapun asal dapat memuaskan hatinya!

Dan sungguh amat mengenaskan sekali nasib bekas jenderal muda itu. Dirinya ditawan, dipermainkan dan dihina secara luar biasa oleh lawan, bergerak seperti boneka hidup karena semua yang dilakukannya tadi seakan-akan merupakan mimpi baginya. Arak Sorga yang sebenarnya merupakan obat perangsang yang amat jahat itu telah membuat kesadarannya lenyap, apalagi karena tenaga lweekangnya dilumpuhkan oleh Cheng-gan Sian-jin. Kalau tidak, belum tentu lawan akan mampu mempermainkannya begitu mudah.

Akan tetapi semuanya sudah terjadi dan tidak dapat ditarik lagi. Kamar itu menjadi saksi bisu atas kejahatan yang dilakukan oleh manusia dan hanya kekeh Lie Lan saja yang terdengar disusul erangan-erangannya yang mirip suara kucing betina.

Malam semakin larut dan waktu sudah menunjukkan pukul tiga pagi. Dua orang manusia di dalam kamar itu akhirnya roboh kelelahan setelah lebih tiga jam gadis itu mempermainkan pemuda ini. Senyum yang membayang di bibir gadis cantik itu menunjukkan kepuasan hati yang luar biasa, akan tetapi sebaliknya wajah murid Takla Sin-jin tampak berkerut dan gelisah karena setelah semuanya berakhir, pemuda ini merasa seakan-akan sebuah mimpi buruk yang amat mengerikan menimpa dirinya.

Sepasang mata yang mencorong bagaikan mata naga sakti mengintai keadaan dua orang muda-mudi itu dari kaca jendela, dan tampak betapa sinar mata laki-laki setengah tua yang gagah perkasa dengan jenggotnya yang pendek ini berapi-api.

Siapakah orang ini? Bukan lain adalah Takla Sin-jin atau Malaikat Dari Gurun Neraka sendiri! Sudah sejak tadi sebenarnya pendekar sakti itu mencari muridnya dengan hati-hati, dan baru sekaranglah dia menemukan pemuda itu. Akan tetapi, bukannya dalam keadaan tertawan seperti apa yang didengarnya, melainkan bebas dan agaknya baru saja bermain gila dengan gadis cantik yang tidur sepembaringan di sebelahnya itu!

Tentu saja pendekar sakti ini marah bukan main dan giginya berkerot. Kiranya murid yang amat disayangnya itu benar-benar telah menjadi seorang pemuda bejat yang rusak moralnya! Kalau tadinya dia masih merasa ragu-ragu mengingat watak muridnya ini yang sudah dikenalnya baik, adalah sekarang tidak ada alasan lagi untuk melindunginya. Mata kepalanya sendiri terang-terangan menyaksikan perbuatan muridnya itu dan pendekar sakti ini menjadi merah mukanya.

"Murid durhaka!" pendekar ini mendesis dan sekali tangannya bergerak, jendela itu terbuka dan cepat bagaikan bayangan setan tubuhnya melayang memasuki kamar itu dan kakinya menginjak lantai tanpa suara. Sejenak pendekar besar ini berdiri di tengah kamar, sepasang matanya mencorong berkilat-kilat penuh kemarahan dan diam-diam dia sudah mengambil keputusan untuk membunuh muridnya sendiri itu. Lebih baik tidak mempunyai murid dari pada mempunyai murid yang sebejat ini ahklaknya!

Akan tetapi, sebelum pendekar sakti itu mengangkat tangannya, tiba-tiba terdengar suara ketawa bergelak yang amat dahsyat dan pintu kamar terbuka lebar secara tiba-tiba dan tahu-tahu seorang kakek tinggi besar bermata hijau berambut kemerahan telah berdiri di situ!

"Ha-ha-ha, selamat datang Malaikat Gurun Neraka...! Pertemuan kita sungguh amat sempurna karena kita masing-masing melihat betapa dua orang murid kita telah bersatu! Ha-ha-ha, bagus sekali... bagus....! Dan mudah-mudahan kitapun dapat mencontoh sikap mereka itu, bersatu dan mengikat persahabatan yang erat!"

Pendekar sakti itu memutar tubuh dan dua orang tokoh besar ini saling pandang. Cheng-gan Sian-jin memandang dengan muka berseri gembira, akan tetapi sebaliknya Malaikat Dari Gurun Neraka itu memandang dengan sinar mata berkilat.

Hadirnya Cheng-gan Sian-jin yang amat tiba-tiba dengan suara ketawanya yang bergemuruh bagaikan air terjun itu mengagetkan Lie Lan dan Bu Kong yang lelap kelelahan. Gadis itu mencelat kaget dengan gerakan otomatis dari atas pembaringan, berjungkir balik di udara dan akhirnya berdiri tegak di atas lantai, sedangkan Bu Kong sendiri juga terkejut dan membuka mata, bangkit dan duduk di tepi pembaringan dengan mata terbelalak.

Dapat dibayangkan betapa pucat wajah pemuda ini ketika dia mendapat kenyataan dirinya hampir telanjang dan lebih pucat lagi pemuda itu ketika dia melihat gurunya berada dikamar ini, berdiri tegak dengan sikap angker, memandang Cheng-gan Sian jin lalu menoleh ke arahnya dengan wajah membesi!

"Suhu...!" dia memekik dan seolah-olah sadar dari sebuah mimpi buruk yang amat mengerikan, dan pada saat itu pula terdengar jerit tertahan Lie Lan ketika gadis itupun baru menyadari keadaan dirinya sendiri yang masih polos!

"Aihhh...!" gadis cantik ini menjerit lirih dan secepat kilat tubuhnya meloncat di balik sebuah lemari, melindungi diri dari pandangan orang dan dengan tergesa-gesa mencari pakaiannya lalu mengenakannya secara serampangan.

Sungguh kejadian ini seperti petir di siang bolong bagi Yap Bu Kong. Karena semuanya berjalan dengan tiba-tiba dan pengaruh Arak Sorga juga telah lenyap, pemuda ini telah sadar sepenuhnya. Apalagi Lie Lan yang juga terkejut itu tidak sempat lagi mempergunakan Sin-gan-i hun-tonya terhadap pemuda itu, maka apa yang dialami beberapa jam yang lalu ini berkelebatan di ingatannya dan seketika tahulah pemuda itu bahwa dia telah terjebak dalam perangkap musuh!

Wajah pemuda ini menjadi sepucat kertas dan akhirnya berobah merah padam. Kemarahan yang luar biasa dan rasa malu yang hampir tak tertahankan lagi teringat akan segala perbuatannya yang tadinya disangka mimpi itu membuat hati pemuda ini benar-benar terpukul. Sejenak dia menoleh ke arah gadis cantik yang kini telah muncul kembali dengan pakaian sembarangan itu, dan karena sekarang pikirannya benar-benar sadar, dia melihat bahwa gadis yang tadinya dianggap sebagai Siu Li ini ternyata adalah Lie Lan, keponakan Lie-thaikam yang dulu juga pernah menggodanya itu!

"Kau... kau...? Auhhh...!" Bu Kong terbelalak lebar, menudingkan telunjuknya ke arah murid Cheng-gan Sian-jin ini dan saking hebatnya kemarahan dan sakit hati yang datang saling susul itu, pemuda ini mengeluh panjang dan roboh tersungkur, pingsan tak sadarkan diri!

Keadaan menjadi sunyi dan Lie Lan tertegun melihat betapa pemuda itu roboh pingsan, dan baru gadis ini terkejut ketika dia mendengar geraman perlahan dan laki-laki tua bermata naga itu memutar tubuh memandangnya dan memandang Cheng-gan Sian jin berganti-ganti. Berdetak jantung gadis ini ketika dia beradu pandang dengan sepasang mata yang demikian tajam mencorong itu dan tanpa disadarinya lagi dia menundukkan kepalanya, tidak kuat menentang pengaruh luar biasa yang terdapat di dalam sepasang mata pria yang gagah perkasa ini.

Dan pada saat itu, bersamaan dengan munculnya gembong iblis ini, di luar pintu kamar tampak beberapa bayangan berkelebatan dan seorang laki-laki bertubuh sedang akan tetapi tampak kokoh kuat berkulit hitam berdiri di belakang Cheng-gan Sian-jin, dan di samping si hitam legam ini berdiri seorang wanita cantik berambut keemasan serta seorang kakek yang picak sebelah dan beberapa orang lainnya lagi yang dikenal oleh pendekar sakti itu sebagai ketua Hek tung Kai-pang dan teman-temannya.

Sedetik Malaikat Gurun Neraka ini terkejut, akan tetapi wajahnya sama sekali tidak menunjukkan perobahan apa-apa. Sekali lihat saja pendekar ini tahu bahwa musuh telah menjebak dan mengurungnya. Akan tetapi sesuai dengan sikapnya sebagai seorang tokoh besar, pendekar itu sama sekali tidak merasa gentar, bahkan dia menyapu semua orang itu dengan sinar matanya yang mencorong penuh wibawa. Takla Sin-jin berdiri tegak di tengah ruangan, tak bergerak seperti arca batu, hanya sepasang matanya itu sajalah yang menyambar orang-orang ini untuk akhirnya berhenti memandang Cheng-gan Sian-jin.

Dua ekor naga beradu pandang dan masing-masing tampak terkejut. Cheng-gan Sian-jin terkejut melihat sinar berkilat-kilat di dalam mata lawan, tanda bahwa Malaikat Dari Gurun Neraka ini benar-benar memiliki tenaga sakti yang amat hebat, sedangkan Takla Sin-jin sendiri juga terkejut melihat hawa gaib yang berkilauan di sepasang mata Cheng gan Sian jin yang berwarna kehijauan itu, sinar mata yang membuat bulu tengkuk terasa dingin dan seram!

Baru sekarang masing-masing pihak berhadapan secara berdepan, dan diam-diam di dalam hati mereka terdapat kewaspadaan tinggi karena mereka maklum sepenuhnya bahwa kali ini mereka benar-benar berhadapan dengan lawan tangguh! Karena dua orang jago besar ini hanya saling pandang seakan-akan hendak mengukur kekuatan lawan dari pandang mata mereka, maka keadaan menjadi sunyi dan amat menegangkan.

Anak buah Cheng gan Sian-jin yang berdiri di belakang kakek iblis itu dapat merasakan ketegangan ini dan jantung mereka berdebar. Mereka inipun tahu bahwa kalau dua ekor naga telah saling berhadapan, tentu akan terjadi pertandingan yang luar biasa hebatnya dan sebagai orang-orang yang pandai ilmu silat, tentu saja mereka itu haus akan pertandingan-pertandingan tingkat tinggi.

Akhirnya, Cheng-gan Sian-jin yang membuka suara lebih dulu. Kakek tinggi besar peranakan Bangsa Arya ini tertawa bergelak dan menepuk kedua tangannya yang meledak nyaring seperti suara petir sehingga semua orang terkejut dan kata-katanya yang menggeledek itu membuat dinding kamar tergetar....