Pendekar Gurun Neraka Jilid 04

Cerita Silat Mandarin Serial Pendekar Gurun Neraka Jilid 04 Karya Batara
Sonny Ogawa
PENDEKAR GURUN NERAKA
JILID 04
KARYA BATARA

Cerita Silat Mandarin Serial Pendekar Gurun Neraka Karya Batara
“CIHH, siapa sudi berjalan bersamamu?Aku punya kaki dan tujuan sendiri. Kalau kau mau pergi, pergilah sendiri!" Pek Hong menjawab dan tanpa memperdulikan lagi kepada pemuda itu, ia lalu melompat pergi!

Sun Hok tertegun sejenak mengikuti kepergian gadis baju hijau yang manis itu dengan pandang matanya. Akhirnya dia menghela napas dan sebelum dia meninggalkan tempat itu, pemuda ini membakar gedung Hek-tung Kai-pang. Api segera berkobar hebat dan tanpa ampun lagi, gedung pusat perkumpulan pengemis-pengemis jahat ini dimakan jago merah! Kayu-kayu roboh dan dindingnya terjilat api, mengeluarkan suara berkerotokan mengerikan dan tidak sampai satu malam, pusat Hek-tung Kai-pang ini telah menjadi abu!

Dengan wajah puas Gin-ciam Siucai Sun Hok lalu meninggalkan tempat itu, menuju ke kota raja membantu membebaskan Yap-goanswe. Sebuah tempat berbahaya akan dimasukinya, akan tetapi karena ini adalah atas perintah suhunya, apalagi mengingat betapa pendekar dari Gurun Neraka itupun juga sudah berangkat ke kota raja untuk menghadapi Cheng-gan Sian-jin, Sun Hok berbesar hati dan menuju ke kotaraja dengan wajah berseri gembira. Diam-diam dia ingin melihat pertandingan besar antara Malaikat Dari Gurun Neraka itu melawan Cheng-gan Sian-jin, gembong iblis yang sudah amat terkenal sejak tiga puluh tahun yang lampau!

* * * * * * * *

Semenjak Raja Muda Kung Cu Kwang berhasil menghancurkan Yueh dan memindahkan ibukota kerajaan lamake kota Su-couw di timur Tiongkok, bala tentara raja muda ini menjadi semakin kuat. Hal ini adalah disebabkan dengan adanya Cheng-gan Sian-jin di tempat itu. Memang betul bahwa gembong iblis ini bukanlah seorang yang ahli dalam peperangan, akan tetapi dengan kesaktiannya yang luar biasa, dengan ilmunya yang tinggi, Cheng-gan Sian-jin merobohkan lawan-lawan tangguh secara perorangan dan semua musuhnya roboh satu-persatu.

Tidak ada seorangpun yang dapat menandingi tokoh besar yang menggegerkan ini. Bahkan dua orang pendekar tua, yaitu Sin-pang Lo-jin guru dari panglima muda Tang Bouw dan Hui-to Lo-kai guru dari panglima muda Ong Sin To, tewas ditangan Cheng-gan Sian-jin ketika gembong iblis ini membantu serbuan Wu-sam-tai-ciangkun ke Kerajaan Yueh!

Dan bersama munculnya datuk besar ini, di dunia kang-ouw muncul pula nama seorang tokoh baru yang mengerikan, berjuluk Tok-sim Sianli (Dewi Berhati Racun) murid perempuan dari Cheng-gan Sian-jin!

Tentu saja munculnya dua orang dari golongan hitam ini mengejutkan semua orang. Cheng-gan Sian-jin tadinya orang sangka telah tewas pada tiga puluh tahun yang lalu. Siapa kira, setelah sekian lama menghilang, mendadak saja tokoh yang amat lihai itu muncul kembali, bahkan bersama murid perempuannya yang tidak kalah menggemparkannya dibandingkan dengan gurunya sendiri.

Kejutan tiba-tiba yang diadakan oleh dua orang sesat ini sebenarnya belumlah seberapa, terutama tentang Tok-sim Sianli sendiri yang orang hanya tahu bahwa wanita cantik itu adalah murid dari Cheng-gan Sian-jin. Akan tetapi, kalau orang tahu lebih lanjut siapa gerangan wanita itu sebetulnya, tentu mereka akan menjadi semakin kaget.

Siapakah Tok-sim Sian-li ini? Dia bukan lain adalah keponakan Lie-thaikam sendiri!Ya, wanita cantik yang amat ganas ini bukan lain adalah Lie Lan, itu gadis cantik yang dulu pernah menggoda Yap-goanswe namun yang akhirnya menemui kegagalan besar bahkan yang menjadi dendam terhadap jenderal muda itu!Bagaimana bisa begini?

Sebenarnya, sudah lama sekali Lie Lan menjadi murid Cheng-gan Sian-jin, sejak gadis cantik ini berusia lima tahun! Hanya berkat kelihaian tokoh besar itu sajalah maka tidak ada seorangpun yang mengetahui betapa gembong iblis ini menyelundup ke Yueh dan memasuki gedung Lie-thaikam. Rahasia ini memang dipegang keras oleh Cheng-gan Sian-jin yang diam-diam masih merasa gentar kalau-kalau musuhnya yang dulu telah merobohkannya di puncak Beng-san itu akan muncul. Dia melarang dan menekankan kepada Lie Lan agar gadis itu tidak mengeluarkan kepandaiannya.

"Belum saatnya kau menonjolkan diri," demikian katanya kepada gadis itu. "Bersabarlah, muridku, kelak kalau aku sudah yakin benar bahwa musuhku yang amat sakti itu sudah betul-betul mati, barulah kau boleh berbuat sesuka hatimu. Sekarang harap semua keinginanmu dikendalikan dulu sampai aku memberikan tanda kepadamu. Pada waktu itulah kita harus bergerak dan aku telah mempunyai rencana bagus untuk memperkenalkan dirimu di dunia kang-ouw dengan cara membuat kegegeran di kalangan orang-orang sombong yang menyebut dirinya pendekar."

Lie Lan tidak berani membantah dan mematuhi larangan gurunya. Setelah dia menjadi murid suhunya itu, ia tahu bahwa suhunya adalah seorang yang amat kejam dan mampu melakukan hal-hal mengerikan, bahkan terhadap dirinya sekalipun. Itulah sebabnya, setelah ia menjelang dewasa dan merupakan seorang gadis cantik yang memiliki tubuh padat menggairahkan berkat latihan-latihan silat gemblengan gurunya, merupakan seorang dara jelita seperti sekuntum bunga sedang mekar-mekarnya, gadis inipun tidak berani membantah keinginan gurunya yang ingin melakukan hubungan badan!

"Muridku," demikian mula-mula Cheng-gan Sian-jin berkata dengan sinar mata aneh kepada Lie Lan, "pelajaran ilmu silat sudah hampir semuanya kuwariskan kepadamu. Akan tetapi, ada satu pelajaran penting lain yang juga harus kau ketahui. Tahukah kau?"

Lie Lan menggeleng kepalanya karena ia memang tidak tahu ilmu apa yang satu ini. "Tidak, suhu, teecu tidak tahu. Dan kalau suhu hendak mewariskan pelajaran yang suhu maksudkan, tentu saja teecu akan menerimanya dengan girang dan senang hati."

"Ha-ha-ha! Ilmu yang satu ini adalah ilmu yang hebat, ilmu pembawa nikmat dan kau pasti akan girang dan senang hati!" Cheng-gan Sian-jin tertawa bergelak dan tangannya menangkap lengan muridnya, merayap dari bawah ke atas dan berhenti di pundak muridnya yang halus, bulu-bulu lengannya membuat Lie Lan agak merinding kegelian.

Lie Lan terbelalak heran dan memandang suhunya. "Eh, suhu, ilmu apa itu? Bagaimana bisa membawa nikmat segala?"

Cheng-gan Sian-jin tersenyum aneh dan sepasang matanya menelusuri wajah muridnya yang jelita ini dari atas ke bawah dan terus turun sampai kekaki yang halus dan indah bentuknya. "Hemm, kau memang hebat. Kau adalah gadis titisan Dewi Syor yang amat dipuja-puja oleh Bangsa Arya. Dan oleh sebab itu, aku harus menurunkan ilmu ini kepadamu secepat mungkin dan membentuk kau menjadi seorang gadis yang sehebat Dewi Syor, ha-ha!"

Lie Lan tidak tahu bahwa Dewi Syor yang dipuja-puja oleh Bangsa Arya khususnya oleh kaum lelakinya ini adalah dewi lambang s*x. Dewi ini amat dipuja oleh lelaki Bangsa Arya karena konon katanya dapat memberikan "semangat baru" dan "tenaga kuda" bagi yang mencinta dan memujanya!

"Suhu, kau belum menjelaskannya kepada teecu. Dari tadi suhu hanya tertawa-tawa saja. Apakah ada yang lucu?" Lie Lan merengut dan bibirnya yang merah basah itu cemberut.

Cheng-gan Sian-jin tertawa, "Ha, agaknya kau sudah tidak sabar lagi. Baiklah, hayo kita masuk kedalam kamarmu. Di sanalah ilmu ini hendak kuajarkan!" dan sekali berkelebat manusia iblis ini lenyap karena dia telah berada di kamar muridnya, kamar yang bersih dan luas juga berbau harum minyak wangi.

Lie Lan cepat mengikuti gurunya karena hatinya sendiri memang sudah tidak sabar lagi untuk menerima warisan ilmu baru itu. Gadis ini memang amat haus akan ilmu-ilmu baru, maka begitu tadi suhunya bilang bahwa dia hendak diwarisi ilmu baru, ia menjadi girang dan siap untuk mempelajari ilmu itu.

Dua orang guru dan murid ini telah berada dalam kamar tertutup dan perintah gurunya yang pertama membuat Lie Lan agak kaget.

"Sekarang, setelah kau siap untuk menerima ilmu baru ini dan menjadi seperti Dewi Syor, maka bukalah bajumu, semua, luar dalam!" begitu kata kakek tinggi besar ini dan sepasang matanya bersinar-sinar penuh nafsu.

Tentu saja gadis itu terkejut. "Apa... apa, suhu?" Lie Lan tergagap dan matanya membelalak lebar, indah berkilauan sehingga membuat Cheng-gan Sian-jin menjadi tidak sabar.

"Aku bilang bahwa bajumu itu harus kau buka. Mengapa masih tanya-tanya lagi? Apakah kurang jelas? Syarat mempelajari ilmu ini memang harus demikian, kenapa kau terkejut? Hayo, cepat buka semuanya dan kau akan membuktikan sendiri bahwa ilmu ini adalah ilmu pembawa nikmat dan kau akan senang!"

Gadis itu tidak dapat membantah lagi dan perlahan-lahan bajunya mulai dibuka dengan jari-jari tangan menggigil dan wajah agak pucat. Cheng-gan Sian-jin terbelalak kagum memandang tubuh atas yang telanjang itu dan mulutnya mengeluarkan pujian, "Dewi Syor Yang Maha Indah! Aihh, muridku, kau benar-benar titisan Dewi Syor yang hebat. Tubuhmu benar-benar luar biasa sekali! Muridku yang cantik, ke sinilah... kemarilah, sayang, biar kuajarkan ilmu ini kepadamu.... aihh, mulus... halus benar-benar menandingi kecantikan dewi kami!" napas Cheng-gan Sian-jin mulai memburu dan matanya melotot melihat keindahan luar biasa dari muridnya itu. Dia menggapai dan Lie Lan dengan kaki gemetar melangkah dekat ke arah suhunya, masih tidak mengerti ilmu aneh apa yang akan diajarkan oleh gurunya ini.

"Hemm, benar-benar hebat benar-benar hebat sekali!" kakek ini berkata berkali-kali dan tangannya mulai menggerayangi seluruh tubuh muridnya itu dengan nafsu semakin berkobar.

Mula-mula Lie Lan takut dan ngeri, namun sinar mata gembong iblis yang berpengaruh penuh kekuatan sihir ini tak dapat ditahan oleh gadis itu. Semangatnya telah dipenuhi oleh kekuatan sakti gurunya dan apa yang dilakukan oleh gurunya ini ia tidak mampu mengelak.

Cheng-gan Sian-jin tertawa bergelak dan akhirnya menyambar tubuh gadis yang telanjang bagian atasnya ini dan di dalam kamar itulah Lie Lan mendapatkan ilmu "baru" dari gurunya sendiri ! Dan Cheng-gan Sian-jin peranakan Bangsa Arya ini memang betul-betul hebat. Lie Lan yang masih hijau berhasil dikobarkan nafsunya dan terjadilah perbuatan menjijikkan antara manusia iblis ini dengan murid perempuannya itu. Setan dan iblis bersorak-sorak dan hanya kamar itulah yang menjadi saksi bisu atas semua kejadian yang dilakukan oleh dua orang manusia yang telah diperhamba nafsu berahi ini.

Demikianlah, semenjak peristiwa itu, Lie Lan menjadi seorang gadis yang lebih matang lagi dan agaknya rangsangan gurunya yang luar biasa itu membuat kelenjar-kelenjar tubuhnya berkembang pesat. Jadilah ia seorang gadis jelita yang bertubuh menggairahkan, penuh daya tarik memikat dan senyum manis yang sanggup meruntuhkan setiap pria yang gagah perkasa sekalipun!

Pengalaman pertama bersama gurunya membuat gadis ini matang, akan tetapi karena dibangkitkan secara liar oleh Cheng-gan Sian-jin, gadis keponakan Lie-thaikam ini menjadi seorang gadis yang binal dan akhirnya menjadi hamba nafsu berahi. Dan karena Cheng-gan Sian-jin sendiri akhir-akhir itu acapkali pergi meninggalkan muridnya di gedung Lie-thaikam sampai kadang-kadang sebulan sehingga Lie Lan kesepian seorang diri, gadis ini lalu mulai mencari sasarannya di luar. Digodanyalah pemuda-pemuda tampan putera para pembesar ataupun para pangeran, dan akhirnya jadilah gadis ini seorang gadis jalang, liar, genit dan cabul. Semua ini adalah gara-gara didikan Cheng-gan Sian-jin, gembong iblis yang amat jahat itu!

Peristiwa yang dituturkan di atas ini terjadi pada waktu dua tahun lebih yang lalu, dimana Lie Lan masih tinggal di gedung pamannya, yaitu Lie-thaikam di Kerajaan Yueh. Akan tetapi, semenjak pamannya berkhianat terhadap Yueh dan berbalik kepada Wu, Lie Lan mengikuti pamannya ini dan mereka mendapatkan sebuah gedung bagus yang tidak kalah indahnya dengan gedung mereka dahulu di Kerajaan Yueh.

Lie-thaikam adalah seorang pembesar kebiri yang cerdik dan licik. Dia tahu bahwa dia telah berkhianat terhadap Yueh dan membantu Wu-sam-tai-ciangkun. Akan tetapi semua bantuannya itu sekarang sebenarnya sudah tidak berarti lagi setelah Yueh jatuh di tangan Wu. Pada suatu hari thaikam yang culas ini pergi ke istana menghadap Kung Cu Kwang untuk meminta balas jasa.

Akan tetapi, pada saat dia hendak memasuki istana dan tiba di sebuah ruangan besar yang ditutup tirai sutera, secara kebetulan pembesar kebiri ini mendengar rencana Wu-sam-tai-ciangkun tentang dirinya dan Lie-thaikam terkejut. Di dalam ruangan tertutup tirai ini, tiga orang panglima besar dari Wu itu ternyata sedang mengadakan sidang darurat dan pembesar kebiri ini mendengar bahwa dirinya akan dilenyapkan dan dibunuh!

"Seorang yang telah mampu melakukan perbuatan khianat terhadap junjungan sendiri, merupakan tanda seorang manusia yang tidak dapat dipercaya!" demikian mula-mula dia mendengar Panglima Kiang tokoh nomor dua dari Wu-sam tai-ciangkun itu mulai pembicaraannya. Suara panglima ini keras dan lantang, sesuai dengan tubuhnya yang tinggi besar dan matanya yang lebar itu selalu melotot. "Oleh sebab itu, satu satunya jalan agar kelak dia tidak mengkhianati kita juga, kita harus membunuhnya dan melenyapkan jejaknya!"

"Memang benar," Panglima Han yang halus suaranya itu menyambung. "Lie-thaikam memang orang yang amat cerdik dan berbahaya. Aku sendiri mengkhawatirkan bahwa kelak dia akan mengulang pengkhianatannya itu terhadap kita. Siapa tahu, thaikam yang licik itu banyak akalnya. Bukankah ji-wi taijin sendiri dapat mengingat akan semua kecerdikan siasatnya ketika dia membantu kita untuk merobohkan Yueh? Dia memang orang yang cerdik dan berbahaya, sebaiknya kita berpura -pura memanggilnya ke sini dan melenyapkan thai-kam yang licik itu..."

Baru sampai di sini saja Lie-thaikam sudah pucat mukanya. Dia datang ke istana untuk minta balas jasa, eh, siapa tahu dia malah mendengarkan rencana tiga orang pembantu Kung Cu Kwang ini yang hendak membunuhnya! Lie-thaikam tidak mau mendengarkan lebih lanjut lagi dan dengan sikap tergesa-gesa pembesar kebiri ini mengayun langkah ke gedungnya. Dia teringat akan Lie Lan, keponakan yang amat disayangnya itu dan dia hendak mengajak gadis itu melarikan diri sebelum malapetaka itu datang. Begitu sampai di gedungnya, laki-laki gendut ini berlari-lari kecil dengan napas terengah-engah, langsung menuju ke kamar keponakannya itu.

"Lie Lan! Lie Lan! Hayo cepat keluar, kita berkemas dan ambil semua harta simpanan kita di peti pusaka…!" pembesar ini berseru dan mendorong pintu kamar gadis itu.

Akan tetapi, begitu pintu terbuka lebar, Lie-thaikam terbelalak dengan muka kaget dan mulutnya celangap tak mampu membuka suara! Apa yang dilihatnya? Lie Lan, keponakannya yang cantik itu tampak bergumul dengan seorang laki-laki dalam keadaan telanjang di atas pembaringan!

"Ya, Tuhan...!" akhirnya Lie-thaikam berseru kaget. "Lie Lan, apa yang kau lakukan ini? Keparat, siapa laki-laki itu? Hee, anjing busuk, keluar kau!" pembesar ini berteriak gusar dan memaki, tidak tahu jelas siapa laki-laki di atas pembaringan itu karena terhalang kelambu. Dengan muka merah pembesar gendut ini menuju ke pembaringan, maksudnya hendak menyeret iaki-laki itu dan melemparnya keluar.

Namun, begitu kelambu disingkap, tiba-tiba Lie thaikam ini menjerit dan tubuhnya terpental. "Pergi kau, setan busuk! Plak!" sebuah bentakan marah menyambut Lie-thaikam ini dan tangan seorang laki-laki memukul dadanya.

Tanpa ampun lagi, pembesar ini berteriak mengaduh dan kepalanya membentur daun pintu. Terdengar suara "brukk!" dan Lie-thaikam mengerang kesakitan, kepalanya benjut sebesar telur ayam. Belum lagi dia mampu bangun, laki-laki di atas pembaringan itu telah melompat sambil mengumpat-caci dan tahu-tahu rambutnya yang tidak seberapa banyak itu telah dijambak orang!

"Hayo berdiri, babi! Kau berani mengganggu di sini, ya? Jahanam, kau babi yang tidak tahu diri dan patut mampus!" dengan penuh kemarahan orang ini telah mengangkat tangannya untuk memukul kepala Lie-thaikam. Sekali saja terayun, tentu pembesar itu akan tewas.

Akan tetapi, untunglah pada saat yang amat berbahaya ini Lie Lan juga sudah melompat bangun dan berteriak, "Suhu, jangan bunuh dia! Paman tidak tahu kalau suhu berada di sini!" dan dengan tergesa-gesa gadis itu mengenakan pakaiannya kembali dan meloncat turun.

Lie-thaikam terkejut setengah mati mendengar seruan Lie Lan yang menyebut "suhu" kepada laki-laki ini dan ketika dia mengangkat mukanya memandang, thaikam ini menjadi sepucat kertas mukanya karena yang berdiri di depannya ini bukan lain adalah Cheng - gan Sian-jin, koksu baru dari Kerajaan Wu!

"Oh..eh..aku...aduh...ampun, taijin...ampunkan aku yang tidak bermata...aku tidak tahu bahwa taijinlah orangnya yang berada di kamar ini...juga tidak tahu bahwa taijin juga menjadi guru keponakanku itu...ampun, taijin... ampun..."

Lie-thaikam segera menjatuhkan diri berlutut dan meminta-minta ampun dengan muka ketakutan dan penuh kekagetan menyaksikan hal yang amat tidak disangka-sangkanya ini. Diam-diam hatinya kecut den was-was melihat kemarahan Cheng-gan Sian-jin. Kalau saja dia tahu sebelumnya, siapa berani mengusik koksu yang sedang bersenang-senang dengan keponakannya itu? Sungguh sial dangkalan, pikirnya di dalam hati dan pembesar kebiri yang berwatak pengecut ini sudah menangis sambil mengangguk-anggukkan kepalanya!

Cheng gan Sian-jin menahan pukulannya dan melihat tubuh muridnya yang setengah telanjang karena tergesa-gesa itu, kemarahannya berkurang. "Baiklah, kuampuni nyawa babi ini. Akan tetapi, sekali lagi dia berani mengganggu, tentu kepalanya akan kucopot dari lehernya yang pendek ini. Pergilah...!" kaki koksu bergerak menendang dan Lie-thaikam terlempar keluar pintu sambil menjerit-jerit seperti babi disembelih!

"Huh, kurang ajar. Kalau saja tidak mengingat bahwa dia pamanmu, tentu sudah kucokel matanya itu!" Cheng-gan Sian-jin bersungut-sungut dan menghampiri muridnya, merangkul gadis itu dan kembali hendak melanjutkan kesenangannya.

"Suhu, maaf. Harap suhu menunggu sebentar. Tidak biasanya paman masuk ke kamar ini kalau tidak ada sesuatu. Agaknya terjadi sesuatu yang sangat penting sehingga dengan tergesa-gesa paman tadi mengganggu kita. Biarlah kita tunda sejenak permainan kita dan mendengarkan keperluannya." Lie Lan berkata dan membujuk suhunya yang sudah diamuk nafsu berahi itu dan dengan halus gadis ini melepaskan diri, membetulkan pakaiannya dan melangkah keluar kamar.

Cheng-gan Sian-jin mendengus kesal dan mengikuti muridnya. Di situ tampak Lie-thaikam baru saja bangkit berdiri dan melihat munculnya Lie Lan bersama koksu, thaikam yang sudah ketakutan ini kembali hendak menjatuhkan diri berlutut. Dia menyangka bahwa kakek itu hendak menghajarnya, maka sebelum kemarahan koksu meluap-luap karena gangguannya, thaikam ini hendak menyatakan maafnya.

"Paman, sudahlah. Kami tidak akan menyiksamu. Kami menemuimu ini hanyalah karena ingin mendengarkan mengapa tadi paman memasuki kamar tanpa ijin. Agaknya terjadi sesuatu yang menggelisahkan paman. Benarkah?" Lie Lan bertanya dan pamannya itu mengangguk-angguk cepat.

"Benar, Lan-ji, benar. Aku mendengar kabar buruk. Wu-sam tai-ciangkun merencanakan untuk membunuhku dan itulah sebabnya maka aku cepat-cepat kemari untuk melarikan diri. Siapa tahu, koksu ternyata ada di dalam dan sedang bersenang-senang. Maafkan aku... taijin, maafkan...." dan Lie-thaikam menjura-jura di depan kakek bermata hijau yang amat mengerikan hatinya itu.

Lie Lan terkejut. "Apa? Wu-sam-tai-ciangkun yang telah paman bantu itu hendak membunuh paman? Keparat, manusia-manusia yang tidak kenal budi! Suhu, biar aku menemui dan menghajar mereka!" gadis ini sudah hendak melompat pergi dengan muka merah akan tetapi gurunya menangkap lengannya mencegah.

"Jangan, urusan sepele begitu saja untuk apa diributkan? Kesenangan kita tidak boleh terganggu dan biar aku menulis sepucuk surat untuk mereka."

Cheng-gan Sian-jin lalu membuat surat yang ditujukan kepada Wu-sam-tai ciangkun, lalu melemparkannya kepada Lie-thaikam. "Nih, berikan kepada mereka dan kau akan selamat. Sekarang pergilah, awas kalau kau kembali mengganggu!"

Lie-thaikam membungkuk-bungkuk dan cepat mengambil surat yang dilemparkan koksu dengan wajah girang. Cheng gan Sian-jin sendiri bersama murid perempuannya telah memasuki kamar dan Lie thaikam tidak perduli lagi, bahkan kenyataan ini membuat hatinya gembira bukan main. Koksu ternyata merupakan guru dari keponakannya juga sekaligus merangkap sebagai kekasihnya! Dengan begitu berarti kedudukannya menjadi amat kuat dan dia tidak usah takut lagi kepada Wu-sam-tai-ciangkun!

Dan persis ketika thaikam ini tiba di ambang pintu gedung, dua orang suruhan Wu-sam-tai-ciangkun memanggilnya. Tentu saja thaikam ini maklum apa sebenarnya yang tersembunyi di balik panggilan itu. Namun Lie-thaikam sama sekali tidak gugup atau cemas lagi, bahkan dia menyambut maksud tiga orang panglima Wu ini dengan wajah berseri dan kepala tengadah!

"Hendak kulihat, apa yang akan dilakukan oleh tiga orang itu kepada diriku," demikian pembesar kebiri ini berpikir sambil tersenyum-senyum bangga.

Benar saja. Setelah dia berhadapan dengan Wu-sam-tai-ciangkun yang menyambutnya dengan sikap bengis dan sinar mata penuh ancaman, Lie-thaikam cepat menyerahkan surat dari koksu kepada tiga orang panglima tua itu. Mula-mula Ok-ciangkun yang membacanya dan Lie-thaikam melihat jelas betapa Panglima Ok itu tampak kaget dan berobah air mukanya.

"Aihh....!" panglima tua ini mengeluarkan seruan dan matanya terbelalak ke arah Lie-thaikam, memandang dengan penuh kekagetan dan juga penuh kebingungan.

Ketika dua orang rekannya memandang penuh tuntutan ingin tahu, Ok-ciangkun tidak mengeluarkan kata-kata dan hanya menyerahkan surat dari koksu itu kepada Panglima Kiang dan Panglima Han. Dan seperti juga halnya Panglima Ok, Lie-thaikam melihat betapa dua orang panglima inipun tampak terkejut dan berobah air mukanya. Dia tidak tahu apa isi surat dari Cheng-gan Sian-jin ini, akan tetapi setidak-tidaknya dia dapat menduganya. Tentu larangan koksu kepada tiga orang panglima itu untuk membunuh Lie-thaikam! Apa lagi?

Memang betul dugaan ini. Cheng gan Sian-jin yang menjadi koksu dan yang amat diandalkan tenaganya oleh raja muda mereka itu memang menegur rencana Wu-sam-tai-ciangkun, bahkan memaki tiga orang panglima tua itu sebagai orang-orang bodoh yang amat gegabah! Tahukah kalian, demikian isi surat itu antara lain, bahwa Lie Lan keponakan Lie-thaikam ini adalah muridku? Kalau kalian mengganggu Lie-thaikam berarti mengganggu pula keponakannya yang menjadi muridku. Dan ini berarti juga kalian mengganggu koksu!

Tentu saja surat koksu ini mengejutkan mereka semua dan sekaligus rencana mereka berantakan. Tiga orang panglima tua ini saling pandang dan otomatis sikap mereka terhadap Lie-thaikam berubah seratus delapan puluh derajat! Mau tak mau sikap mereka yang tadi bengis dan penuh ancaman, berbalik menjadi senyum buatan dan segera tiga orang ini turun dari kursi mereka dan tergesa-gesa minta maaf kepada Lie thaikam!

Demikianlah, Lie-thaikam selamat dari malapetaka berkat kedudukan keponakannya dan Wu-sam-tai-ciangkun tidak berani main gila lagi dengan thaikam ini. Hanya secara diam-diam, di dalam hati tiga orang panglima tua ini terdapat kewaspadaan sikap terhadap pembesar kebiri yang berbahaya ini. Sebaliknya, Lie-thaikam sendiri yang tadinya hendak dibunuh oleh tiga orang panglima itu, juga menaruh dendam dan secara diam-diam pula thaikam ini sedang berpikir-pikir rencana apakah yang akan dijatuhkannya terhadap Wu-sam-tai-ciangkun.

Semuanya berjalan seperti biasa di istana Wu ini dan seolah-olah tidak terdapat sesuatu ganjalan di antara Lie-thaikam dengan tiga orang Wu-sam-tai-ciangkun. Cheng-gan Sian-jin yang selama ini selalu menyelidiki kalau musuh yang amat ditakutinya itu masih hidup, sekarang dapat bernapas lega. Sepuluh tahun sudah secara diam-diam dia menyelidiki orang yang ditakutinya itu, dan selama itu pula orang yang dicarinya tidak tampak. Hal ini hanya berarti bahwa musuhnya itu tentu telah meninggal dan dia boleh bertindak menurut kata hatinya.

Akan tetapi, hati kakek ini masih belum merasa yakin. Akhirnya timbul sebuah akal di otaknya yang cerdik, yaitu dia hendak memancing munculnya lawan yang digentarinya itu dengan muridnya. Dia lalu menyuruh Lie Lan membuat kegegeran di dunia kang-ouw dengan dia sendiri selalu mengikuti dari tempat tersembunyi. Diperintahkannya murid perempuannya ini mendatangi ketua ketua partai dan merobohkan mereka! Mula-mula disuruhnya gadis itu mendatangi ketua Kong-thong-pai, yakni Kim-sin Sian-jin untuk ditantang melakukan pibu (adu kepandaian silat).

"Lie Lan, hari ini tanda yang kau nanti-nantikan telah tiba," Cheng-gan Sian-jin berkata kepada muridnya yang cantik itu di suatu hari. "Sekarang waktunya bagimu untuk menonjolkan diri dan membuat kegemparan baru di dunia persilatan. Pergilah ke barat, temui Kim-sin San-jin si tua bangka itu dan ajaklah dia bertanding. Kalau dia menolak, bilang saja terus terang bahwa kau adalah murid Cheng-gan Sian-jin dan hendak menjajal kepandaian yang kau warisi dari gurumu. Kalau tua bangka itu masih tetap menolak untuk melakukan pibu, berarti dia menyatakan kalah dan harus memotong tangan kanannya sebagai tanda takluk!"

Perintah gila-gilaan ini sebagaimana biasa tidak pernah ditolak oleh muridnya. Bahkan Lie Lan merasa gembira menerima tugas ini, tugas yang sudah lama ia tunggu-tunggu dari dulu. "Baik, suhu. Akan teecu lakukan semua keinginan suhu dan akan teecu robohkan ketua Kong-thong-pai itu!"

Berangkatlah gadis ini meninggalkan gedung pamannya, melakukan perantauan seorang diri di dunia kang-ouw, menuju ke barat di mana partai Kong-thong-pai berada. Kecantikannya yang menonjol dan tubuhnya yang padat menggairahkan membuat perjalanannya banyak terganggu di tengah jalan. Setiap kali ia memasuki daerah rawan yang dikuasai oleh raja-raja kecil berupa perampok-perampok kejam, setiap kali itu pula ia harus merobohkan mereka. Akan tetapi, sesuai dengan pesan gurunya, menghadapi orang-orang dari golongan hitam ini Lie Lan tidak pernah menurunkan tangan maut.

"Jangan kau membunuh mereka ini karena bagiku, orang-orang itu adalah orang-orang yang gagah perkasa. Lihatlah, mereka berani merampok dan berhadapan secara berdepan, penuh tanggung jawab akan pekerjaan mereka yang dikatakan oleh pendekar-pendekar sebagai perbuatan hina dan rendah. Akan tetapi sebenarnya justeru kaum yang menamakan diri pendekar itulah penjahat-penjahat yang bersembunyi di balik nama golongan bersih. Bahh! Mereka itu berpalsu sikap, menyembunyikan kejahatan di balik julukan pendekar! Kalau mereka betul-betul pendekar, tentunya mereka tidak akan mengganggu orang yang mencari nafkah secara jujur, meminta barang orang lain secara terang-terangan karena mereka itu memang membutuhkan! Orang-orang ini, yaitu yang oleh golongan pendekar disebut sebagai golongan hitam, sudah tidak dapat lagi bekerja di tengah-tengah kaum bersih itu karena mereka selalu dimusuhi. Itulah sebabnya maka orang-orang ini lalu bekerja dengan cara mereka sendiri, mengandalkan tenaga untuk mencari nafkah sebagai bahan untuk melanjutkan penghidupan mereka dan keluarga mereka. Akan tetapi golongan yang menyebut diri sebagai pendekar itu betul-betul memuakkan. Mereka dimintai bantuan tidak mau membantu, tapi kalau golongan yang mereka sebut sebagai golongan hitam tadi melakukan pekerjaannya yang tidak mengganggu dan tidak ada sangkut pautnya dengan para pendekar itu, mereka selalu diusili dan ditentang. Justeru terhadap orang-orang yang mengaku sebagai pendekar itulah kau boleh menurunkan tangan maut. Bunuh saja mereka dan jangan diberi ampun!"

Inilah pesan Cheng-gan Sian-jin terhadap gadis itu dan Lie Lan-pun mentaatinya. Menghadapi orang-orang dari golongan sesat, gadis ini cukup merobohkan tanpa membunuh dan karena sikapnya ini, sebentar saja di golongan hitam gadis itu dijuluki orang Cu-sim Sianli atau Dewi Berhati Welas Asih! Sebentar saja, selama dalam perjalanannya ke Kong-thong-pai, nama Cu-sim Sianli mendengung hebat di golongan sesat ini dan banyak penjahat-penjahat yang menyatakan takluk kepada gadis cantik jelita yang memiliki kepandaian seperti dewi itu!

Karena perjalanan ke Kong-thong-pai memang jauh, apalagi dengan adanya gangguan di tengah jalan ini, akhirnya setelah melakukan perjalanan sebulan lamanya, gadis itu tiba di Pegunungan Kwen-lun san di mana markas pusat Kong-thong-pai berada! Hawa pegunungan yang amat segar mula-mula menyambutnya dan Lie Lan terpesona oleh pemandangan yang amat indah di gunung ini. Pohon-pohon tampak hijau dan rimbun dan di lereng bukit sebelah kiri tampak lautan merah dari bunga mawar yang sedang mekar dan di kanan perut gunung, tampak bunga-bunga cilan berwarna kuning menghampar luas bagaikan beludru yang dibentangkan di lereng Pegunungan Kwen-lun-san ini.

Bukan main indahnya pemandangan di pegunungan ini dan Lie Lan takjub, penuh kekaguman. Dan jauh di sana, di atas gunung itu, tampaklah bangunan pusat Kong-thong-pai yang akan didatanginya! Petak-petak rumah dengan genteng-gentengnya tampak jelas dari tempatnya berdiri dan di bawah petak-petak rumah itu, tampaklah sebuah jalan setapak yang melingkar-lingkar naik turun seperti tubuh seekor ular. Inilah jalan naik atau jalan turun dari dan menuju ke markas Kong-thong-pai!

Teringat akan Kong-thong-pai, seketika perhatiannya kepada pemandangan alam di pegunungan ini lenyap. Sepasang mata gadis ini bersinar-sinar dan sekali menggerakkan kakinya, tubuhnya telah melayang mendekati jalan setapak yang dari jauh seperti seekor ular melingkar-lingkar itu. Tubuhnya bergerak cepat bagaikan terbang karena Lie Lan mengerahkan ginkangnya yang hebat gemblengan gurunya, Cheng-gan Sian-jin si manusia sakti.

Tiba-tiba, baru saja dia mendekati jalan setapak itu dengan gerakan cepat seperti bayangan setan, dari kiri terdengar suitan nyaring tujuh kali dan tahu-tahu di depannya muncul dua orang tosu muda menghadang jalan!

"Nona, harap berhenti dulu!" salah seorang di antara dua tosu ini berseru. "Nona hendak kemanakah? Di sini bukan jalan umum dan kalau tidak seijin kami, tidak boleh sembarang orang naik ke atas!"

Lie Lan menghentikan larinya dan dua orang tosu itu terbelalak takjub. Setelah gadis ini berada di depan mereka dalam jarak beberapa meter saja, kecantikan gadis itu tampak luar biasa sekali. Sepasang pipinya kemerahan segar seperti tomat masak, bibirnya yang penuh halus itu merekah membentuk senyum mengejek. Dan sepasang mata itu. Bukan main! Begitu hidup dan terang, gemerlapan seperti bintang timur!

"Ehh, nona ini manusia atau bidadarikah?" tosu yang disebelah kiri dan ada tahi lalat di dekat hidungnya itu bertanya, suaranya lebih heran daripada kaget dan mereka memandang gadis jelita ini dengan penuh kekaguman.

Memang kehadiran seorang gadis yang demikian cantiknya di pagi hari di Pegunungan Kwen lun-san amatlah mengherankan. Apalagi tadi mereka lihat betapa gadis seperti bidadari ini mendaki puncak gunung yang demikian tinggi bagaikan terbang atau melayang saja. Mana ada seorang gadis biasa yang mampu melakukan hal itu? Hanya sebangsa dewi atau siluman sajalah yang dapat berbuat seperti ini.

Namun, melihat keelokan wajah yang demikian luar biasa, mereka lebih condong untuk menduga gadis itu sebagai seorang dewi daripada siluman. Kalau manusia biasa, mana mungkin? Apalagi para tosu muda ini yang selama hidupnya berada di kuil, amat jarang sekali melihat wajah cantik seorang wanita. Dan mereka hampir tak percaya bahwa di dunia ini terdapat seorang gadis yang demikian cantik jelitanya, demikian segar dan menggairahkan tubuhnya!

"Hemm, kalian ini siapakah? Apakah murid-murid Kong-thong-pai?" Lie Lan tidak menggubris pertanyaan orang malah balas bertanya. "Aku memang sengaja naik ke sini untuk menjumpai Kim-sin San-jin ketua Kong-thong-pai. Adakah dia di atas sana?"

Gadis itu berbicara dengan suara merdu dan sepasang matanya yang memandang dua orang tosu itu berkeredepan indah, bibir yang merah basah itu bergerak-gerak mengundang berahi dan dua orang tosu ini terbelalak lebar. Mata mereka lekat kepada wajah dan bibir itu, seperti keadaan orang bengong. Suara gadis ini terdengar seperti nyanyian sorgawi di telinga mereka dan si tahi lalat sampai menelan ludahnya, tak mampu bersuara!

"Ehh, apakah kalian ini telah berobah menjadi arca batu?" Lie Lan tak dapat menahan geli hatinya dan bertanya dengan senyum lebar, giginya yang putih tampak berkilat seperti mutiara, seperti biasa, setiap kali ada laki-laki mengagumi kecantikannya, gadis ini merasa bangga dan senang dan ia bahkan ingin mempermainkan orang-orang itu.

Dua orang tosu Kong-thong-pai yang bengong melongong itu seketika sadar dan muka mereka menjadi merah sekali. "Ahh, maaf... maaf, nona. Pinto kurang jelas akan pertanyaan nona tadi. Dapatkah nona mengulangnya?" tosu bertahi lalat menjawab gugup akan tetapi dia telah berhasil menguasai hatinya kembali.

Lie Lan tertawa kecil, "Hi-hikk ! Agaknya tosu-tosu Kong-thong-pai haus akan wajah cantik! Eh, totiang, tidak benarkah kata-kataku tadi?"

Tosu itu terbelalak. "Kata-kata nona yang mana?" tanyanya.

Lie Lan menjawab dengan senyum mengejek, "Kata-kataku bahwa agaknya tosu-tosu Kong-thong-pai haus akan wajah wanita cantik! Totiang, kalau kalian memang masih gemar paras cantik, mengapa harus mengeram diri di puncak gunung ini? Lebih baik kalian turun gunung dan masuk ke kota besar saja, di sana kalian tentu akan dapat bersenang-senang sepuas hati! Untuk apa harus berpalsu-palsu sikap?"

Hebat kata-kata ini dan wajah dua orang itu menjadi merah sampai ke telinga mereka. Omongan gadis ini terlalu tajam dan amat menghina! Tosu satunya yang lebih muda dari si tahi lalat maju selangkah dan membentak sambil menudingkan telunjuknya, "Nona, jangan kau bicara sembarangan saja di tempat ini! Kami adalah tosu-tosu sejati yang hendak menjalani ajaran To, kenapa kau harus menghina kami berdua seperti itu? Siapakah kau sebenarnya dan apa maksudmu datang ke Kong-thong-pai mencari suhu Kim-sin Sanjin sepagi ini?"

Lie Lan memandang dengan senyum dingin dan sinar matanya tiba-tiba mengeluarkan cahaya berkilat, mengejutkan dua orang tosu itu. "Hemm, kalian ingin tahu? Baiklah, biarlah aku berterus terang saja. Kalian dengarlah, aku Cu-sim Sianli hari ini datang ke Kong-thong-pai karena ingin bertemu dengan Kim-sin San-jin untuk mengajaknya pibu (adu kepandaian silat)!"

Dua orang tosu ini mengeluarkan seruan tertahan dan mereka melompat mundur dengan muka kaget. "Cu-sim Sianli (Dewi Berhati Welas Asih)?" keduanya berteriak hampir berbareng dan mata mereka terbelalak ke arah gadis itu. Nama ini walaupun baru saja muncul, namun karena telah mendengung hebat di kalangan sungai telaga, maka telah terdengar pula oleh murid-murid Kong-thong-pai yang kebetulan ada yang turun gunung. Dan ketika mereka kembali ke kuil, nama Cu sim Sianli ini mereka ceritakan kepada saudara-saudara mereka di situ sehingga rata-rata semua tosu Kong-thong-pai telah mendengar tentang nama yang baru sebulan muncul di dunia persilatan ini. Siapa sangka, Cu-sim Sianli ternyata hanyalah merupakan seorang gadis cantik yang masih muda usia dan yang hari ini datang-datang hendak menantang ketua Kong-thong-pai!

Hampir dua orang tosu ini tertawa geli. Membayangkan betapa seorang gadis yang tampaknya masih hijau begini menantang Kim sin San jin, benar-benar hal ini amat luar biasa lucunya dan si tahi lalat berkata, "Nona, kau sungguh seperti anak kecil yang tidak tahu tingginya langit dalamnya lautan! Meskipun kami telah mendengar namamu yang baru saja muncul, akan tetapi menantang suhu kami adalah bukan perbuatan bijaksana. Lebih baik kami nasehatkan kepada nona agar nona batalkan saja niat itu dan pergi dari sini. Ketahuilah, kuil kami tidak boleh diinjak oleh wanita dan daripada nona menemui banyak halangan, lebih baik kalau nona turun gunung saja."

Lie Lan marah sekali mendengar kata-kata ini dan matanya berkilat. "Menemui banyak halangan bagaimana maksudmu? Apakah kalian kira aku tidak mampu untuk naik ke atas sana seorang diri?"

Kata-kata yang kasar ini membuat dua orang tosu itu juga menjadi marah, akan tetapi karena mereka sedang menghadapi seorang gadis muda yang cantik, mereka agak segan dan masih mencoba untuk bersikap halus. "Nona, harap nona tidak membuat keributan di sini. Halangan yang kami maksudkan adalah rintangan-rintangan yang akan mengganggu nona dari murid-murid Kong-thong-pai kalau nona berkeras untuk pergi ke atas.”

"Termasuk kalian, begitukah?" gadis itu memotong dengan senyum sinis.

Si tosu bertahi lalat mengangkat pundak. "Agaknya demikianlah..."

Baru saja kata-kata ini habis, tiba-tiba Lie Lan berkelebat ke depan dan gadis itu tahu-tahu telah melakukan totokan kilat ke mata lawan! Tentu saja gerakan tanpa pemberitahuan ini mengejutkan tosu tersebut dan temannya. Yang diserang mengeluarkan teriakan kaget dan cepat membanting tubuh ke belakang, sedangkan temannya menolong dari samping sambil membentak.

"Gadis curang, pergilah...!"

Akan tetapi inilah kesalahannya. Dia tidak tahu bahwa Lie Lan memang menggunakan siasat yang licik, yaitu mengejutkan si tosu bertahi lalat dan memberi kesempatan untuk merobohkan tosu satunya ini. Begitu melihat saudaranya diserang secara mendadak, tosu yang lebih muda ini cepat menolong sedapat mungkin agar gadis itu tidak melanjutkan serangannya. Dan karena dia menyerang Lie Lan dengan tergesa mengingat keselamatan saudaranya, tosu ini kurang memperhatikan penjagaan tubuh sendiri. Dia baru terkejut ketika mendengar gadis itu terkekeh kecil dan tiba-tiba gadis ini membalik, menyelinap di antara kedua tangannya yang memukul ke depan dan tahu-tahu dahinya diketuk perlahan oleh dua jari tangan yang halus.

"Tukkk...!” Perlahan saja ketukan ini, namun karena tepat mengenai urat besar di atas kening, tosu itu menjerit ngeri dan roboh, uratnya putus dan dia tewas seketika dalam satu gebrakan saja!

Tentu saja peristiwa ini mengagetkan tosu bertahi lalat yang baru melompat bangun. Karena Lie Lan menyerang saudaranya, maka dia sendiri mendapat kesempatan untuk bangkit berdiri. Akan tetapi, melihat tewasnya temannya itu, wajah tosu ini menjadi pucat dan kemudian berobah merah penuh kemarahan. Dia mengeluarkan lengking tinggi dua kali sebagai tanda rahasia kepada murid-murid Kong-thong-pai, dan tosu ini lalu menerjang ke depan sambil memaki. "Iblis betina, aku akan membalaskan kematian saudaraku!"

Serangannya hebat dan tosu ini sudah mencabut pedangnya. Tampak sinar berkilauan ketika pedangnya menyambar dan suara bercuit dari pedang ini menandakan bahwa tenaga pemiliknya adalah amat besar dan kuat sekali. Akan tetapi, Lie Lan bahkan mengeluarkan jengekan dari hidungnya. Gadis ini melihat betapa gerakan tosu itu a mat lamban baginya, sama sekali tidak cepat seperti kelihatannya. Ketika pedang menyambar, ia sama sekali tidak mengelak dan baru pada saat pedang itu tinggal lima senti jaraknya, gadis ini tiba-tiba merendahkan tubuh ke bawah dengan gerakan cepat dan kakinya menjegal.

"Singggg...bress!"

Angin pedang mendesing tajam di atas rambutnya dan luput mengenai sasarannya, sebaliknya kakinya yang melakukan sepakan dari bawah itu menjegal kaki si tosu. Akibatnya, tosu ini berteriak kaget dan karena dia sendiri sedang mengerahkan semua tenaganya untuk menyerang, maka begitu luput dan kakinya dijegal, tanpa ampun lagi dia tersungkur ke depan mencium tanah. Dan pada saat itulah Lie Lan melancarkan serangan berikutnya dengan kejam. Si tosu yang roboh tersungkur dengan pedang di tangan itu tiba-tiba ditendang pergelangan tangannya oleh gadis ini dan otomatis ujung pedang lawan membalik, lalu dengan sedikit dorongan kakinya, ujung pedang itu menusuk dan amblas di dada si tosu bertahi lalat!

"Creppp...auugghhh...!" Tosu itu berteriak ngeri dan pedangnya tembus ke punggung, darah muncrat dari depan dan belakang! Dia melotot memandang pedangnya yang berlumuran darah, mencoba bangkit namun roboh kembali dan setelah dia mendelik penuh kebencian kearah gadis itu, tosu Kong-thong-pai ini terkulai kepalanya dan tewas dengan keadaan mengerikan!

Inilah pembunuhan pertama yang dilakukan oleh Cu-sim Sianli! Gadis itu sama sekali tidak nampak ngeri, bahkan memandang dua mayat ini dengan senyuman ewah. Kemudian, dengan sikap seenaknya tanpa memperdulikan dua buah mayat itu, gadis ini melanjutkan langkah kakinya, menuju ke atas untuk menemui Kim-sin San-jin ketua Kong-thong-pai!

"Kalian sendirilah yang mencari penyakit," begitulah gadis ini menggerutu di jalan mendaki puncak.

Akan tetapi kalau Lie Lan menyangka bahwa ia akan mudah saja memasuki kuil persilatan ini, pikirannya itu keliru. Tujuh kali suitan pertama disusul dengan dua kali lengkingan tinggi dari si tosu bertahi lalat sebelum dia menghembuskan napasnya tadi telah membuat kejutan bagi murid-murid Kong thong-pai yang lain. Dari atas tampak bayangan-bayangan berkelebatan dan duapuluh tiga orang murid Kong-thong-pai yang ditugaskan menjaga di bawah gunung tahu-tahu telah bermunculan di situ dan Lie Lan terkurung dari segala penjuru!

"Gadis kejam! Kau siapakah dan mengapa kau membunuh dua orang saudara kami tanpa sebab?" seorang tosu empat puluhan tahun dengan jenggotnya yang putih halus namun jarang membentak sambil melangkah maju. Duapuluh dua orang tosu lain juga memandang kepada gadis cantik ini dengan mata marah dan sikap mengancam.

Lie Lan tenang-tenang saja dan terpaksa menghentikan kakinya, ia tidak segera menjawab, melainkan menatap wajah duapuluh tiga orang itu satu-persatu. Setelah semua dipandangnya dengan penuh selidik dan dia tidak melihat bahwa seorang di antaranya adalah Kim-sin San-jin, gadis ini berkata dengan suara dingin.

“Siapa bilang bahwa aku membunuh dua ekor keledai itu tanpa sebab? Ada akibat tentu ada sebab, dan aku membunuh mereka itu adalah karena kekurangajaran mereka sendiri yang tidak menyambut datangnya seorang tamu dengan sikap pantas. Aku hendak menemui Kim-sin San-jin, akan tetapi mereka bahkan menyerangku. Aku membela diri dan mereka roboh tewas, apanya lagi yang harus dibuat penasaran?"

Inilah jawaban seenaknya sendiri belaka dan tosu berjenggot putih ini menjadi amat marah. '"Nona!" dia membentak dengan sikap bengis. "Harap kau jangan main-main di sini. Tahukah kau bahwa pembunuhan yang kau lakukan ini dapat berakibat maut kepadamu pribadi? Hutang uang bayar uang, dan hutang nyawa harus dibayar dengan darah! Kau telah melakukan keonaran di sini dan harus dihukum. Menyerahlah dan jangan melawan, kami akan menghadapkanmu ke depan ketua Kong-thong-pai untuk diputuskan hukumannya. Kalau kau tidak membantah, ada kemungkinan akan mendapat keringanan, akan tetapi kalau kau menentang, jangan harap meninggalkan tempat ini dengan masih bernyawa!"

Lie Lan tiba-tiba tertawa nyaring dan duapuluh tiga orang tosu itu terkejut. Hampir mereka menyangka bahwa gadis cantik itu telah miring otaknya. Mana ada kejadian demikian luar biasa? Dikepung oleh duapuluh tiga murid-murid Kong-thong-pai dari beberapa tingkatan, gadis itu sama sekali tidak tampak ketakutan ataupun gentar, bahkan mengeluarkan suara tawa mengejek!

"Hi-hik-heh-heh-heh! Kalian ini kerbau-kerbau dungu hendak menangkap aku? Mampukah kalian melakukannya? Eh, tosu-tosu bau, apakah kalian tdak takut kepada singa betina berkepala naga? Lihatlah ini, di depan kalian muncul singa itu!" tiba-tiba Lie Lan mengeluarkan seruan keras, tubuhnya berputar seperti gasing sebanyak tiga kali ke arah tosu-tosu itu dan duapuluh tiga orang tosu Kong-thong-pai ini menjerit kaget sambil melompat mundur.

"Siluman...!"

"Iblis...!"

Seruan kaget terdengar di antara para tosu ini dan semua mata terbelalak ngeri dan wajah mereka tampak pucat. Memang apa yang mereka lihat ini adalah luar biasa sekali karena di depan mereka, hanya dalam jarak tiga meter di mana gadis cantik tadi berdiri, tampaklah seekor singa betina sedang berdiri dengan kedua kaki depan terangkat siap menerkam, dan yang amat hebat sekali adalah kepala binatang itu karena singa itu ternyata berkepala naga!

Gemparlah murid-murid Kong-thong pai ini dan otomatis mereka semua melompat mundur menjauhi binatang yang amat dahsyat itu. Mereka tidak tahu betapa Lie Lan telah mempengaruhi hati dan semangat mereka dengan ilmu sihir warisan gurunya, Cheng gan Sian-jin si gembong iblis. Inilah akibat ilmu sakti Sin-gan-i-hun-to (Mata Sakti Perampas Semangat) yang dikerahkan oleh gadis itu.

Akan tetapi, karena Lie Lan belum lama mempelajari ilmu sihir ini, maka tentu saja kekuatannya masih belum dapat menandingi suhunya sendiri. Apalagi duapuluh tiga orang itu bukanlah orang-orang biasa. Mereka adalah murid-murid Kong-thong-pai yang telah memiliki dasar-dasar lweekang cukup kuat dan Lie Lan pun maklum pula akan hal ini. Maka, karena dia tidak mau diganggu oleh orang-orang itu sebelum ia menemukan Kim-sin San-jin memenuhi perintah gurunya, gadis ini tidak mau membuang-buang waktu.

Dia mengeluarkan suara seperti singa mengaum dan orang-orang itu melihat betapa singa betina berkepala naga itu mendadak menerkam ke depan, cepat sekali dengan kuku-kukunya yang siap mencakar. Karena mereka masih dilanda kekagetan besar dengan munculnya singa siluman itu, maka semua tosu melompat mundur dan membiarkan "siluman" itu kabur ke atas puncak!

Demikianlah, setelah "singa" itu jauh di depan mereka, kekuatan sihir yang tadi dikeluarkan oleh Lie Lan lenyap pengaruhnya dan para tosu itu sekarang melihat bahwa yang mendaki ke atas dengan cepat itu bukan lain adalah gadis cantik yang tadi juga!

"Keparat, kejar dia!" tosu berjenggot putih dan yang paling tua di antara mereka membentak marah, maklum bahwa dia dan kawan-kawannya telah dipermainkan oleh gadis itu. Tentu saja dia menjadi murka bukan main dan tosu inilah yang melompat duluan, mengejar Lie Lan sambil berteriak-teriak. Duapuluh orang tosu lainnya juga ikut mengejar sedang dua sisanya mengurus jenazah tosu bertahi lalat dan saudaranya yang tewas di tangan gadis iblis itu.

Terjadilah kejar-mengejar di jalan yang naik turun ini, dan tosu-tosu Kong-thong-pai itu terkejut bukan kepalang. Gadis yang mereka kejar itu benar-benar seperti setan, gerakannya cepat luar biasa dan dalam beberapa detik saja mereka telah jauh tertinggal dan gadis itu kini merupakan titik kecil yang berkelebatan di atas jalan kecil melingkar-lingkar seperti tubuh ular itu.

"Celaka, siapakah gadis iblis itu?" tosu berjenggot putih berkata dengan hati gelisah, kakinya terus mengejar sampai napasnya terengah-engah. Akan tetapi karena semakin lama jaraknya semakin tertinggal jauh, tosu ini lalu memasukkan dua jari tangannya ke mulut, menekuk lidah dan mengeluarkan suitan nyaring berkali-kali yang bergema di seluruh lereng gunung.

Sebentar saja Kong-thong pai dibuat geger. Pagi indah yang seharusnya mereka sambut dengan wajah gembira dan mata berseri itu kini disambut dengan guncangan-guncangan hebat. Lengkingan dan suitan berkali-kali dari bawah gunung disusul dengan teriakan-teriakan dan bayangan-bayangan berlari-lari mendaki puncak, mengejutkan semua penghuni partai persilatan itu.

Lima orang murid kepala dari ketua Kong-thong-pai, yaitu lima orang tosu berusia lima puluhan tahun yang tadi sedang asyik dalam samadhinya, segera membuka mata dan berlompatan bangun. Tidak biasanya sute-sute mereka itu melakukan kegaduhan semacam ini. Kalau tidak terjadi sesuatu yang hebat, tentu mereka itu tidak akan berani membuat keributan semacam ini.

San Kok Tojin, yaitu murid tertua dan nomor satu dari lima orang murid Kim-sin San-jin, mengerutkan alisnya yang putih dan berkata, "Siancai! Semoga Thian Yang Maha Agung melindungi kita semua dari kegaduhan yang muncul ini. Sam-sute dan Su-sute, coba kalian lihat apakah yang terjadi di bawah sana. Suhu sedang khusuk dan tak boleh diganggu dari samadhinya. Kalau beliau terbangun, tentu kita semua akan ditegurnya!"

Orang ke tiga dan ke empat yang diperintahkan oleh San Kok Tojin ini mengangguk dan sekali mereka bergerak, dua orang ini telah berkelebat lenyap dan keluar dari ruangan itu. Dua orang sute San Kok Tojin ini adalah Pek Bin Tojin dan Ui Bin Tojin, merupakan dua orang murid Kong-thong-pai yang berkepandaian tinggi dan yang biasanya mengurus segala persoalan luar. Itulah sebabnya ketika San Kok Tojin mendengar ribut-ribut di luar kuil, tosu tertua ini memerintahkan dua orang adik seperguruannya (sute) itu untuk melihat dan membereskan kejadiannya.

Biasanya, jika ada peristiwa-peristiwa semacam itu, Pek Bin Tojin dan Ui Bin Tojin akan mampu menyelesaikannya dengan tidak banyak kesukaran. Dua orang tosu ini adalah tokoh-tokoh nomor dua di Kong-thong-pai dan mereka diberi tugas oleh Kim-sin San-jin untuk mengatur persoalan-persoalan di luar kuil. Adapun pekerjaan-pekerjaan di dalam kuil, terutama melayani ketua dan rumah tangga partai, diputuskan oleh San Kok Tojin sebagai murid pertama dan Ang I Tojin sebagai murid ke dua.

Murid ke lima yang paling muda di antara mereka dan bernama Yang Ih Tojin ditugaskan untuk menjaga kamar pusaka dan kesejahteraan umum. Jadi masing-masing telah ada bagian-bagiannya sendiri dan hanya apabila mereka sedang menghadapi suatu kejadian yang luar biasa sajalah baru kelima orang murid utama Kim-sin San-jin ini maju berbareng untuk mengatasi persoalannya.

Pek Bin Tojin dan Ui Bin Tojin yang telah keluar dari kuil dan tiba di pintu gerbang dalam, terkejut melihat betapa sute-sute mereka berteriak-teriak dan berlarian ke bawah seperti menghadapi bahaya pasukan besar!

"Para sute sekalian, jangan gaduh, jangan panik! Kalian harap tenang seperti biasa dan biarkanlah pinto berdua lihat apa yang sedang terjadi!" Pek Bin Tojin yang bermuka putih itu berseru dan menenangkan suasana dan diri sendiri bersama Ui Bin Tojin cepat keluar.

Baru saja kaki mereka sampai di pintu gerbang yang merupakan pintu pertama bagi orang luar untuk memasuki kuil, dua orang tosu ini berseru perlahan dan memandang takjub kepada seorang gadis cantik yang tahu-tahu telah berada di hadapan mereka tanpa mengeluarkan suara. Gerakan gadis ini seperti langkah kucing dan tadi ketika dari atas sebuah batu hitam datar melompat ke pintu gerbang yang jaraknya ada lima tombak lebih itu benar-benar membuktikan kemahiran ginkang-nya (ilmu meringankan tubuh) yang luar biasa.

"Siancai...siancai...!" Pek Bin Tojin cepat merangkap kedua tangannya di depan dada dan memandang gadis cantik itu dengan sinar mata tajam namun halus sikapnya. "Nona, siapakah anda dan mengapa sepagi ini dikejar-kejar oleh para sute kami? Apakah murid-murid Kong-thong-pai telah bersikap kurang ajar dan tidak pantas terhadap nona?"

Pertanyaan ini diucapkan dengan suara halus dan dua orang tosu tua ini memandang murid-murid Kong-thong-pai yang kini telah berdatangan ke atas dan mengelilingi gadis cantik itu dengan sikap mengurung. Melihat betapa suheng mereka berada di situ, tosu-tosu yang mengejar gadis ini tidak menyerang, hanya dari sinar mata dan sikap mereka yang penuh kemarahan itu dapat ditarik kesimpulan bahwa agaknya gadis cantik ini telah membuat suatu peristiwa yang tidak menyenangkan di kalangan mereka.

Lie Lan, gadis itu, tersenyum lebar dan bahkan melangkah dua tindak ke depan. Melihat dua orang tosu tua ini, ia menduga-duga yang manakah kiranya yang bernama Kim sin San-jin. "Eh, ji wi totiang, yang manakah di antara ji wi yang bernama Kim-sin San-jin dan menjabat sebagai ketua Kong-thong-pai? Murid-murid kalian ini memang kurang ajar semua dan mereka telah bersikap tidak pantas terhadap seorang tamu! Masa ada tamu datang lalu dirubung seperti ini? Cihh, apakah tosu-tosu Kong-thong-pai sekarang memang gemar menikmati paras cantik? Kalau begitu, lepas saja kehidupan pendeta di sini dan jadilah kalian orang-orang biasa saja. Di kota banyak gadis-gadis cantik dan kutanggung kalian akan dapat memuaskan nafsu kalian untuk bersenang-senang dengan wanita, hihi-hikk!"

Lie Lan tertawa terkekeh-kekeh dan matanya memandang tosu-tosu itu dengan sikap mengejek. Tentu saja para tosu itu menjadi merah mukanya dan semakin marah. Gadis ini lidahnya amat tajam dan kurang ajar, membalik-balik omongan sedemikian rupa sekehendak hatinya sendiri!

“Suheng, harap jangan lepaskan gadis siluman ini! Ia telah membunuh dua orang saudara kita!" si tosu berjenggot putih yang ada di situ sudah melompat ke depan dan menuding, sikapnya penuh kemarahan dan semua tosu yang tadi bersama tosu pertama ini, membenarkan kata-katanya dan memandang gadis itu dengan penuh kebencian.

Tentu saja Pek Bin Tojin dan Ui Bin Tojin terkejut sekali. Mata mereka terbelalak lebar dan mereka memandang gadis cantik itu dengan pandang mata marah dan curiga. Di pagi hari seindah ini seorang gadis cantik datang-datang telah melakukan pembunuhan di Kong-thong-pai. Hal ini bukan main-main lagi!

Ui Bin Tojin kini bersikap keren dan dia mendahului sam-suhengnya menegur dara itu, "Nona, kau siapakah dan mengapa kau membunuh dua orang murid Kong-thong-pai? Apakah maksud kedatanganmu ini dan untuk apa kau hendak menemui ketua Kong-thong-pai?"

Suara bengis yang dikeluarkan oleh Ui Bin Tojin ini disambut enteng saja oleh Lie Lan. Gadis ini menoleh dan menjawab, "Totiang siapakah? Apakah ketua Kong-thong pai sendiri? Aku Cu-sim Sianli jauh-jauh datang kemari adalah atas perintah suhu untuk menantang ketua Kong-thong-pai dalam sebuah pibu! Siapakah di antara kalian yang menjabat ketua Kong-thong-pai? Kaukah?" gadis itu menuding Ui Bin Tojin dan bertanya dengan sikap seenaknya dan seperti tidak memandang mata. "Kalau benar kau orangnya, hanyo cepat layani aku berpibu!"

Sikap gadis yang tampak liar dan kurang ajar ini membuat Pek Bin Tojin dan Ui Bin Tojin menjadi merah mukanya. Juga para tosu yang lain, mereka mengepal tinju dan melotot marah. Akan tetapi, karena Pek Bin Tojin dan Ui Bin Tojin adalah tosu-tosu tua yang sudah cukup banyak pengalaman, mereka dapat menekan hawa amarah mereka dan masih menahan sabar. Apalagi ketika Lie Lan menyebutkan bahwa ia sebenarnya diutus oleh suhunya yang belum mereka ketahui siapa, maka dua tosu pimpinan ini tidak mau bersikap sembrono. Keterangan gadis itu menunjukkan bahwa ada orang di belakang layar dan semua tosu Kong-thong-pai terkejut sekali ketika gadis itu menyebut diri sendiri sebagai Cu-sim Sianli yang namanya dimalui orang-orang sesat.

Namun tidak demikian halnya dengan si tosu berjenggot putih yang sejak tadi merasa marah dan benci kepada gadis itu. Walaupun dia mendengar pengakuan gadis ini yang bernama Cu-sim Sianli dan ikut terkejut, akan tetapi sama sekali tosu ini tidak merasa takut. Apalagi saudara-saudara mereka yang lain berada di tempat itu. Tosu ini sudah melompat ke depan dan berkata dengan suara keras.

"Suheng, gadis ini tidak patut mendapatkan julukkan Cu-sim Sianli. Sepantasnya dia disebut Tok-sim Sianli (Dewi Berhati Racun) karena sepak terjang dan kata-katanya memang mengandung racun busuk! He, Tok-sim Sianli, tidak usah kau menantang suhu, dengan aku saja sudah cukup. Jaga seranganku...!" begitu habis ucapannya, tosu yang mudah naik darah ini sudah mencabut pedangnya dan menyerang ganas.

"Singg-singgg...!"

Dua kali sambaran pedang yang amat cepat dielakkan oleh gadis ini dengan sikap tenang dan ketika tosu itu sudah menyusuli lagi dengan serangan-serangan berikutnya, gadis itu berseru kepada Pek Bin Tojin dan Ui Bin Tojin,

"Ji-wi totiang, harap kalian menyuruh mundur kerbau ini, kalau tidak, terpaksa aku akan merobohkannya dan jangan menyalahkan aku lagi...!”

Ucapan yang kedengarannya amat tekebur ini membuat tosu lawannya meledak kemarahannya. Gadis itu bicara seolah-olah dia pasti dapat dirobohkan dengan mudah! Maka dia lalu mengeluarkan gerengan dan serangan-serangan pedangnya diperhebat sedemikian rupa untuk dapat menjatuhkan gadis besar mulut ini. Lie Lan melompat-lompat mengandalkan ginkangnya dan tidak membalas, menunggu reaksi dua orang pimpinan tosu itu. Akan tetapi, setelah duapuluh jurus berlalu dan Pek Bin Tojin serta Ui Bin Tojin masih diam saja, mulailah murid Cheng-gan Sian-jin ini bergerak.

"Baiklah, kalian sendiri yang menghendaki aku turun tangan. Tosu bau, perhatikan baik-baik tiga jurus seranganku ini. Kutanggung dalam tiga gebrakan saja kau akan roboh terjungkal!" Lie Lan atau yang kini disebut Toksim sianli itu berseru marah.

Lawannya tidak menjawab bahkan semakin menyerang dengan gencar. Diam-diam tosu ini merasa marah dan penasaran sekali. Sudah duapuluh jurus dia melancarkan serangan-serangan maut yang berantai, namun selama itu lawannya hanya berkelit kesana sini dan bahkan masih sempat berbicara dengan seenaknya saja. Marahlah tosu ini dan diperhebatlah permainan pedangnya.

"Hyaattt......!" tosu berjenggot putih itu berteriak keras dan dia lalu melakukan jurus ilmu pedang Kong-thong Kiam-sut yang disebut Thian-liong-siu-goat (Naga Langit Menyambut Bulan). Pedangnya meluncur ke depan dari atas seakan-akan naga yang menukik, kemudian ketika tiba di depan dada lawan, pedangnya diputar dua kali membentuk gambar bulan dan tiba-tiba menusuk ulu hati gadis itu dengan kecepatan kilat.

"Satu…!" Tok-sim Sianli berteriak dan pada saat ujung pedang lawan menusuk ulu hatinya, gadis ini tiba-tiba menjengkangkan diri ke belakang dan pedang si tosu meluncur di atas tubuhnya. Inilah gerakan atau bhesi gemblengan Cheng-gan Sian-jin yang dinamakan Membangun Jembatan Emas. Bhesi ini dibuat dengan cara mendoyongkan tubuh ke belakang, yaitu sebatas lutut sampai ke kepala. Tidak gampang melatihnya, akan tetapi kalau sudah berhasil, sanggup membentuk sikap seperti sebuah jembatan dengan kedua kaki di atas tanah.

Dan begitu Tok-sim Sianli membentuk bhesi dengan nama Membangun Jembatan Emas ini, mulutnya sudah melanjutkan teriakan, "Dua...!" dan tiba-tiba kaki kanannya bergerak dari bawah, melakukan tendangan kilat kebawah pusar lawannya yang pada saat itu bisa dibilang "kosong" karena tusukan pedangnya luput. Dan bersama dengan tendangan maut ini tangan kirinya berputar dan menabok dada tosu yang terhuyung ke depan itu sambil berseru, "Tiga....!"

Hebat bukan kepalang akibat balasan Tok-sim Sianli ini. Sebenarnya, apa yang dipertunjukkan oleh gadis itu adalah jurus-jurus yang amat sederhana, akan tetapi justeru semakin sederhana suatu ilmu, semakin tinggi nilainya kerena mengandung unsur cepat-tepat-dapat! Maka, begitu tiga kali teriakan berturut-turut dari gadis itu selesai, terdengarlah suara "Dess-blukk...aughh!" dan tubuh tosu berjenggot putih ini terlontar ke udara dan pedangnya terlepas, terbanting di atas tanah sambil menjerit ngeri karena anggauta rahasianya hancur terkena tendangan maut tadi dan tulang iganya patah terpukul tangan kiri Tok-Sim Sianli!

Gemparlah tosu-tosu Kong-thong-pai melihat kejadian ini. Sejenak mata mereka terbelalak kaget, akan tetapi begitu mereka sadar, orang-orang ini berteriak marah dan serentak mencabut senjata!

"Gadis iblis...!”

"Siluman haus darah...!"

"Tangkap dan bunuh dia...!"

Teriakan-teriakan ramai keluar dari mulut para tosu itu dan mereka sudah menerjang maju dengan muka merah. Akan tetapi baru saja mereka bergerak, tiba-tiba terdengar bentakan Pek Bin Tojin yang keras dan berpengaruh.

"Para sute semua harap mundur...!" dan tokoh kedua dari partai Kong-thong ini melompat maju sambil mengibaskan tangannya. Angin yang amat dahsyat menyambar dan lima orang tosu terlempar bergulingan!

Semua tosu terkejut dan mereka melompat mundur, melihat betapa muka Pek Bin Tojin yang biasanya putih itu kini merah padam dan sepasang matanya mengeluarkan sinar berapi-api. Begitu pula halnya dengan Ui Bin Tojin. Murid kepala nomor empat dari Kim-sin San-jin ini sampai pucat dan kemudian berobah merah sekali saking marahnya melihat keganasan Tok-sim Sianli yang berani membunuh seorang murid Kong-thong-pai di depan hidung mereka! Inilah perbuatan yang amat luar biasa beraninya dan mengejutkan. Dua orang pimpinan para tosu ini melangkah maju dengan tindakan berat dan akhirnya berhenti di depan gadis cantik itu.

Pek Bin Tojin yang sudah dibakar kemarahan berkata dengan suara dingin, "Nona, kau agaknya memang patut mendapat julukan Tok-sim Sianli karena sepak terjangmu sesuai dengan watakmu. Sekarang, di depan pinto kau telah membunuh lagi seorang murid Kong-thong-pai. Kalau hari ini pinto tidak dapat merobohkanmu, biarlah pinto membunuh diri!"

Hebat ucapan yang telah dikeluarkan oleh Pek Bin Tojin ini dan semua tosu berseru kaget. Bahkan Ui Bin Tojin sendiri memandang sam-suhengnya ini dengan muka kaget. Sumpah yang dikeluarkan oleh Pek Bin Tojin adalah sumpah yang amat berat dan dia yakin bahwa Tok-sim Sianli ini betul-betul seorang wanita iblis yang berkepandaian tinggi, bagaimana kalau suhengnya sampai kalah oleh kelicikan dan tipu muslihat gadis kejam itu?

"Suheng!" dia menegur. "Menghadapi iblis betina seperti ini tidak perlu bersumpah segala macam!"

Pek Bin Tojin menoleh. "Biarlah, sute. Seorang gagah yang telah mengeluarkan ucapannya tidak nanti ditarik kembali. Mundurlah, biarkan aku yang membekuknya." dan Pek Bin Tojin bersiap-siap dengan sinar mata berkilat di depan gadis itu.

Ui Bin Tojin tak dapat membantah dan terpaksa diapun mundur dengan hati tegang, menonton pertandingan yang akan terjadi di antara su-suhengnya melawan Tok-sim Sianli yang dia belum tahu siapa sebenarnya itu dan murid siapa pula. Melihat majunya tosu bermuka putih ini, Lie Lan sama sekali tidak nampak gentar. Hanya diam-diam hatinya merasa tidak puas karena lawannya ternyata bukan Kim-sin San-jin. Dia mendengus dan berkata,

"Kenapa kalian marah? Bukankah aku tadi sudah bilang agar kerbau dungu itu kalian suruh mundur? Kalau sekarang dia mampus, salah siapakah itu? Dan kau, tosu tua, bukannya aku yang minta kau bersumpah. Kalau kau nanti roboh dan membunuh diri, jangan kau menyalahkan aku lagi!"

Kata-kata ini amat menyakitkan hati, namun Pek Bin Tojin yang maklum bahwa di balik kata-kata ini gadis itu hendak membakar kemarahannya, dia cepat menekan perasaan. Adalah pantangan besar bagi seorang ahli silat pandai untuk bertempur dikuasai nafsu amarah. Akan tetapi, sebelum tosu ini bergerak, Ui Bin Tojin tiba-tiba berseru.

"Suheng, gadis itu masih belum memberikan keterangan lengkap kepada kita tentang siapakah gurunya dan dari partai mana dia. Siapa tahu ada orang memperalat siluman ini untuk mengadu domba? Hati-hati, kita harus tanya dulu asal-usulnya yang jelas!"

Pek Bin Tojin tertegun dan tangan yang sudah diangkat siap melancarkan serangan itu ditunda. Dia melihat kebenaran dalam ucapan sute-nya tadi dan dia memandang tajam ke arah gadis itu. "Tok-sim Sianli, kalau kau bukan seorang pengecut, jawablah pertanyaan suteku tadi!" katanya dengan suara dingin.

Lie Lan tertawa kecil dan gadis ini berkata sambil tersenyum mengejek, "Hemm, siapa yang sebenarnya berwatak pengecut? Aku ataukah kalian? Aku datang kesini seorang diri dan kalian mengurung aku untuk siap melakukan pengeroyokan kalau kalian kalah!"

Pek Bin Tojin merah mukanya. "Murid-murid Kong-thong-pai bukanlah manusia-manusia curang! Tidak ada yang akan mengeroyokmu asalkan kau pun juga tidak melakukan muslihat busuk untuk mencari kemenangan!" tosu ini membentak marah karena hatinya benar-benar tersinggung.

Lie Lan tidak melayani kemarahan orang dan gadis ini tiba-tiba mencabut sesuatu dari baju dalamnya dan begitu tangannya dikebutkan ke atas, sehelai bendera kecil segitiga berwarna biru dengan gambar seekor naga bermata hijau dikelebatkan di udara. "Lihatlah, keledai-keledai dungu. Cukup awaskah mata kalian untuk mengenai pusaka ini?" gadis itu berkata dan Pek Bin Tojin serta Ui Bin Tojin mengeluarkan teriakan kaget.

"Bendera Iblis!"

Dua orang tosu ini berteriak dengan wajah pucat dan Pek Bin Tojin tak terasa memandang bendera di tangan Tok-sim Sianli itu dengan mata terbelalak gentar. Murid-murid Kong thong-pai yang lain berdiri dengan wajah heran dan mereka itu tampak tercengang meiihat dua orang tosu pimpinan itu kaget setengah mati. Diam-diam para tosu muda ini menduga-duga apakah sebenarnya yang dikagetkan oleh suheng mereka itu. Kalau mereka lihat bendera biru di tangan wanita itu tampak biasa saja, tidak ada keanehannya. Mengapa suheng mereka terkejut setengah mati dan tampak berobah air mukanya?

Sama sekali murid-murid atau sute-sute dari dua orang tosu kepala ini tidak tahu betapa bendera yang dipegang oleh gadis itu adalah pusaka yang telah menggegerkan dunia kang-ouw pada tigapuluh tahun yang lampau. Itulah bendera sakti milik Cheng-gan Sian-jin yang dulu pada tigapuluh tahun berselang ditancapkan oleh gembong iblis itu di puncak Pegunungan Beng-san setelah dia merobohkan ketua-ketua partai persilatan besar!

Maka, tidaklah mengherankan kalau Pek Bin Tojin dan Ui Bin Tojin sampai mengeluarkan teriakan kaget ketika melihat munculnya bendera milik Cheng-gan Sian-jin ini di tangan gadis itu, karena dulu pada tigapuluh tahun yang lalu, Cheng-gan Sian-jin sendiri telah menancapkan sebuah bendera pusakanya di atas puncak Beng-san setelah merobohkan suhu mereka!

Gembong iblis itu selalu menancapkan sebuah benderanya yang bergambar naga bermata hijau setiap kali merobohkan seorang ketua partai besar sebagai tanda kemenangan dan kesombongannya! Dan dua orang tosu ini, pada tigapuluh tahun yang lalu mengikuti suhu mereka ke Gunung Beng-san dan dengan mata kepala sendiri merekapun melihat betapa suhu mereka dirobohkan olah Cheng-gan Sian-jin yang amat sakti. Itulah sebabnya begitu melihat bendera ini, muka mereka berubah pucat dan hati mereka kaget bukan main.

Maklumlah Pek Bin Tojin dan Ui Bin Tojin bahwa agaknya Tok-sim Sianli ini adalah murid dari pentolan iblis itu, pantas saja demikian lihai dan ganas! Dan bendera keramat milik Cheng-gan Sian-jin itu disebut oleh kaum pendekar sebagai Bendera Iblis karena pemiliknya adalah seorang tokoh iblis yang amat jahat dan sombong. Maka, karena maklum bahwa agaknya Tok-sim Sianli ini sengaja datang ke Kong-thong-pai untuk membuat heboh, Pek Bin Tojin yang melihat ancaman bahaya kepada partainya ini tiba-tiba sudah menggereng dahsyat dan sekali mengeluarkan bentakan keras, tubuh tosu muka putih ini sudah menerjang ke depan dengan amat hebatnya.

"Wherrr...wauttt...plakk!"

Hebat bukan main terjangan Pek Bin Tojin itu. Jubahnya yang lebar mengeluarkan angin besar dan hawa pukulan yang amat kuat meluncur dari tangan di balik jubah ini. Akan tetapi, Lie Lan yang kini sudah mulai menampakkan diri sebagaimana aslinya, tidak menghindar. Dia memang merasa gemas dan marah atas gangguan dari murid-murid Kim-sin San-jin ini dan dia hendak menyelesaikan setiap perkelahian dengan cepat.

Oleh sebab itu, ketika tosu itu sudah mulai menyerangnya dengan pukulan sinkang, diapun mengangkat lengannya menangkis, mengerahkan tenaga karena maklum bahwa tosu muka putih ini bukanlah seperti murid-murid Kong-thong-pai yang tadi. Akibatnya, dalam bentrokan tenaga sinkang pada gebrakan pertama ini, Pek Bin Tojin berseru kaget karena tubuhnya terpental tiga tindak jauhnya, sedangkan gadis itu sama sekali tidak bergoyang kedudukannya, tanda bahwa dia kalah kuat!

Tentu saja Pek Bin Tojin terkejut setengah mati dan merasa penasaran sekali. Cepat tosu ini menerjang lagi dan mulutnya mengeluarkan lengkingan tinggi dari pusar dan mulailah tubuhnya bergerak-gerak seperti angin puyuh. Inilah ilmu silat tangan kosong dari Kong-thong-pai yang dinamakan Tong-san-ciang (Pukulan Mengguncang Gunung) yang dimainkan oleh tosu itu.

Hebat bukan main sepak terjang tosu muka putih yarg merupakan murid ketiga dari Kim-sin San-jin ketua Kong-thong-pai ini. Tubuhnya berkelebatan cepat dan kedua tangannya melakukan pukulan-pukulan lweekang yang amat dahsyat. Lengan baju yang gerombyongan itu berkibar-kibar dan angin pukulan dari tosu ini menyambar seperti angin taufan.

Terjadilah pertandingan yang amat seru di antara mereka dan sebentar saja, karena cepatnya gerakan mereka yang bertanding, murid-murid Kong-thong-pai yang masih kurang kuat ilmunya sudah tidak dapat melihat lagi bayangan dua orang itu. Yang tampak hanyalah dua gulungan sinar, yang satu putih dan yang lain kuning muda. Itulah warna-warna dari pakaian Pek Bin Tojin dan Tok-sim Sianli.

Lie Lan vang menghadapi terjangan ganas dari Pek Bin Tojin, tersenyum mengejek dan gadis ini cepat menyimpan kembali bendera keramat itu dan melayani musuhnya dengan bertangan kosong pula. Dalam gebrakan pertama tadi, gadis ini tahu bahwa dalam hal tenaga sinkang, dia masih jauh lebih menang dari musuhnya. Angin pukulan yang menyambar-nyambar dari Pek Bin Tojin dapat dihalaunya mudah dengan kibasan-kibasan atau tangkisan-tangkisan lengannya dan setiap kali mereka beradu lengan, Pek Bin Tojin menyeringai menahan sakit.

Tentu saja kenyataan ini amat mengejutkan dan mengguncang batin tosu muka putih ini. Dia teringat akan sumpahnya sendiri dan diam-diam dia merasa menyesal bukan main. Kalau saja dia tahu sebelumnya siapa gerangan gadis cantik ini, tentu dia akan berpikir seribu kali untuk mengeluarkan sumpah-sumpah berat. Akan tetapi, kini semuanya sudah terjadi dan dia tidak dapat melangkah mundur. Satu-satunya jalan kalau dia ingin menang hanyalah mengerahkan semua tenaga dan kepandaian untuk merobohkan lawannya. Atau kalau tidak, nyawalah imbalannya!

Pek Bin Tojin menjadi nekat dan dia mengeraskan hatinya, menggigit bibir mengatupkan mulut, bahkan memperhebat serangan-serangannya dan sebentar saja lima puluh jurus telah berlalu dengan amat cepatnya. Akan tetapi, kali ini yang dihadapi oleh Pek Bin Tojin adalah murid tersayang Cheng-gan Sian-jin. Meskipun dia melancarkan serangan-serangan dengan amat hebatnya, lawannya masih jauh di atas tingkat kepandaiannya sendiri. Gadis itu selalu dapat mengelak serangan-serangan berbahaya kalau tidak sempat menangkis, dan jika Tok-sim Sianli menangkis serangan tosu itu, Pek Bin Tojin mulai mendesis nyeri karena kalah kuat dan lengan tosu ini mulai bengkak-bengkak kebiruan!

Akhirnya, dua gulungan sinar yang tadi berkelebatan cepat itu tampak mengendur gerakannya. Bayangan putih dari Pek Bin Tojin mulai jelas dan murid-murid Kong thong-pai melihat betapa peluh membasahi seluruh tubuh suheng mereka ini dan betapa napas Pek Bin Tojin terengah-engah. Ilmu Silat Tong-san-ciang yang dilakukan oleh tosu ini ternyata sama sekali gagal dan ketika tiba pada jurus terakhir yang disebut Khai-peng-twi-san (Mementang Tangan Mendorong Bukit), Pek Bin Tojin yang menjadi gelap mata itu menyerang membabi-buta.

Serangan Khai-peng-twi-san ini sesuai dengan namanya, dilancarkan dengan kedua lengan berkembang, lalu dengan pengerahan sinkang sekuatnya, tosu itu mendorongkan kedua tangannya ke depan dan serangkum angin yang amat dahsyat meluncur keluar.

"Wirrr....desss!"

Tangkisan Tok-sim Sianli yang dilakukan keras lawan keras ini bukan main hebat kesudahannya. Dorongan kedua lengan Pek Bin Tojin disambut dengan dorongan kedua lengannya pula dan Pek Bin Tojin merasa betapa dari kedua tangan gadis itu meluncur hawa panas yang luar biasa. Angin pukulannya tertahan sejenak dan kemudian membalik dengan amat cepatnya dan menghantam dada tosu ini. Pek Bin Tojin menjerit keras dan tubuhnya terlempar, terbanting di atas tanah dan muntah darah!

"Suheng....!" Ui Bin Tojin berseru kaget dan melompat, menghampiri sam-suhengnya dengan muka pucat.

Namun Pek Bin Tojin sudah melompat bangun lagi dengan muka merah dan dari mulut tosu ini keluar darah segar! "Sute, mundurlah, aku belum kalah mutlak! Masih ada pedangku sebagai penentuan terakhir!" kata Pek Bin Tojin dan tahu-tahu tosu ini telah mencabut sebatang pedang yang putih mengkilap.

Pada saat itu, tosu-tosu lainnya yang melihat kekalahan suheng mereka, menjadi marah dan tiba-tiba mereka meluruk maju menerjang gadis itu dengan bentakan-bentakan keras.

"Saudara-saudara, bunuh siluman betina ini !” Dan belasan batang pedang menyambar ke arah Tok-sim Sianli bagaikan hujan.

Gadis itu tertawa mengejek dan tubuhnya menyelinap cepat di antara sambaran pedang dan ketika kuku jarinya menyentil berkali-kali, terdengarlah suara "trang-tring-trang-tring" nyaring dan belasan pedang di tangan tosu-tosu Kong-thong-pai ini terpental balik menyambar pemiliknya sendiri! Tentu saja para tosu ini terkejut setengah mati dan melompat mundur, memandang gadis cantik itu dengan muka pucat dan sinar mata gentar.

"Hi-hikk! Apa aku bilang tadi? Tosu-tosu bau dari Kong-thong-pailah yang curang, bukannya aku. Anak murid Kim-sin San-jin ternyata tidak malu-malu untuk melakukan pengeroyokan dan bersikap pengecut !" ejek gadis itu dengan sikap menghina.

Pek Bin Tojin melompat ke depan dengan pedang menggigil penuh kemarahan. Tosu muka putih ini melotot ke arah para sutenya dan membentak, "Sute semuanya, harap kalian mundur! Apakah kalian tidak mendengar perintahku ini? Aku masih belum kalah dan seandainya akupun kalah, tidak selayaknya kalian mengeroyok seorang lawan. Masih ada suheng-suheng kalian yang lain yang akan maju untuk menghadapi gadis iblis ini. Minggir...!!"

AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.