Naga Pembunuh Jilid 08 - Sonny Ogawa

Halaman

    Social Items

NAGA PEMBUNUH
JILID 08
KARYA BATARA

Cerita Silat Mandarin Serial Golok Maut Karya Batara
GADIS itu menunduk, wajahnya tiba-tiba muram. "Aku Yu Yin," katanya, lirih. "Aku sudah hampir lupa namaku sendiri karena lama tak ada orang memanggilku."

"Yu Yin?" Han Han kagum. "Ah, nama itu indah sekali, nona. Cantik seperti orangnya!"

"Apa?" Yu Yin terkejut. "Cantik? Kau memujiku atau mau kurang ajar?"

"Maaf," Han Han merasa kelepasan bicara. "Aku memujimu, nona. Aku tak sengaja. Biarlah kutarik kata-kata itu dan aku tidak akan mengatakannya lagi."

"Kalau begitu kau mengatakan aku tidak cantik!" gadis itu mendadak marah, bangkit berdiri, bertolak pinggang! "Kau sama halnya mengatakan aku jelek, Han Han. Dan kalau memang jelek kau mau apa!"

"Lho?!" Han Han tersentak, kaget. "Apa maksudmu, nona? Kenapa tiba-tiba marah begini?"

"Jelas!" gadis itu membentak. "Bicara tidak cantik berarti jelek, Han Han. Dan kau menjelek-jelekkan aku. Nah, memangnya kenapa kalau aku jelek!"

Han Han melongo. Caping bambunya yang dipakai tiba-tiba diangkat sedikit. Dia jadi bingung dan kaget melihat sikap gadis ini, juga gugup. Kalau begitu, bagaimana? Memuji disangka kurang ajar, tidak memuji diartikan gadis itu jelek! Wah, mana ada perkara macam begini? Dan melihat gadis itu bertolak pinggang dan marah-marah dengan pipi kemerahan, cuping hidung itu berkembang kempis bagai bunga yang kuncup mekar maka Han Han tak dapat bicara dan tiba-tiba mencelat ketika si nona membanting kaki di dekat pantatnya!

"Hayo bicara, memangnya kenapa kalau aku jelek!"

"Heii..!" Han Han bangun melompat. "Aku tidak berkata begitu, nona. Aku tidak mengatakan dirimu jelek. Aku tidak bicara apa-apa! Siapa bilang begitu?"

"Kalau begitu kau bilang apa?"

"Aku... aku tidak bilang apa-apa. Aku..."

"Bohong!" hardikan itu membuat jantung Han Han jungkir balik. "Kau tak perlu berpura-pura, Han Han. Kalau kau tidak memujiku lalu maka tentu kau menghina. Nah, apalagi itu kalau bukan demikian!"

"Eh, aku tidak menghina..."

"Kalau begitu harus memuji!"

"Lho, bukankah nanti dianggap kurang ajar?"

"Siapa kurang ajar? Kalau kau memujinya dengan tulus dan matamu tidak melotot tentu kau tak akan kuanggap kurang ajar, Han Han. Tapi kalau kau tidak memuji dan mengatakan sebaliknya maka kau justeru menghina aku!"

"Nona...." Han Han bingung. "Aku, eh.... bagaimana ini? Bagaimana tiba-tiba semuanya kau buat jungkir balik begini? Aku bingung, aku tak mengerti"

"Kau memang bodoh, sombong. Kalau tidak mengerti ya sudah. Aku tak mau lagi bicara denganmu dan terima kasih kalau kau membebaskan aku!" dan berkelebat menahan tangis tiba-tiba gadis itu meninggalkan Han Han yang melongo keheran-heranan, Han Han benar-benar jadi bingung dan tak mengerti akan sikap gadis ini yang aneh. Tapi begitu gadis itu meloncat terbang mendadak pita rambut si gadis terlepas tanpa diketahui pemiliknya. Han Han berkelebat dan menyambar ini. Dan ketika dia berseru dan mengejar maka Han Han sudah melayang dan berjungkir balik di depan gadis itu, menghadang.

"Tunggu, ada sesuatu yang ketinggalan!"

Namun gadis itu ternyata marah. Baru saja Han Han menginjakkan kakinya sekonyong-konyong dia membentak dan menyerang, tangan kirinya menyambar dan langsung ke pipi Han Han. Han Han terkejut tapi tidak mengelak. Dan ketika gadis itu juga terkejut karena tamparannya mendarat maka Han Han terpelanting dan caping bambunya mencelat. "Plak!"

Gadis itu tertegun. Han Han sudah meloncat bangun dan pita merah itu diperlihatkan, pipinya merah kena tapak lima jari. Gadis itu terkejut. Dan ketika Han Han melangkah maju dan menggigil menyerahkan pita itu, berkata bahwa dia hendak menyerahkan barang milik si nona maka gadis ini mengeluh dan tidak menerima pita rambutnya itu.

"Kau... kenapa tidak mengelak? Kenapa tidak menangkis? Bukankah kepandaianmu jauh lebih tinggi daripada aku? Ah, kau lagi-lagi menghina aku, Han Han. Kau membuat malu. Kau sombong!" dan gadis itu yang mengguguk dan melempar tubuh di tanah lalu menangis sejadi-jadinya dan menganggap Han Han merendahkannya. Pemuda itu membuatnya malu karena membiarkan tamparan mendarat di pipi, padahal maksudnya hendak menyerahkan pita rambut.

Dan ketika Han Han kembali bingung karena dia disalahkan, aneh sekali, maka Han Han tersenyum pahit dan duduk di sebelah gadis itu, melempar tubuhnya. "Nona, kau aneh sekali. Kau membuat aku kebingungan. Kalau aku salah maafkanlah, aku sama sekali tidak bermaksud menghina atau merendahkanmu..."

Gadis itu tak menjawab, meneruskan tangisnya.

"Hm," Han Han menyerahkan kembali pita rambut itu. "Kalau kau masih marah boleh serang aku lagi, nona. Kau tamparlah, atau..."

"Nona... nona!" gadis itu membentak, tiba-tiba melompat bangun. "Kalau kau terus memanggilku nona-nona begitu tak usah kau tanya nama, Han Han. Apa gunanya aku memberitahukan kalau kau masih bernona-nonaan segala!"

Han Han tertegun.

"Kau sudah tahu namaku, bukan? Atau kau mau membuat malu aku lagi?"

"Hm," Han Han bangkit berdiri. "Kalau begitu harus bagaimana? Apa yang harus kuperbuat?"

"Kau tak usah tanya. Kau sudah tahu namaku Yu Yin. Nah, tak usah nona-nonaan segala dan kau dapat menyebutku seperti itu!"

Han Han mengangguk-angguk, akhirnya tersenyum. "Baiklah," katanya. "Aku tak akan nona-nonaan lagi. Kusebut namamu begitu saja. Hm, kau aneh, Yu Yin. Mudah marah dan berang. Tapi, ah., aku jadi bingung!"

"Kenapa bingung? Semua sudah jelas, kau sudah menanya namaku dan sudah tahu. Bingung apalagi?"

"Hm, aku bingung akan sikapmu ini. Sebentar marah tapi sebentar kemudian tertawa..." Han Han teringat ketika gadis itu terkekeh, di saat dia menanya nama padahal baru saja marah-marah karena keselio. Dan ketika gadis itu tersenyum dan tiba-tiba tertawa lebar, aneh sekali, maka Han Han disemprot dan dibodoh-bodohkan.

"Kaulah yang tolol. Kenapa tidak mengetahui watak wanita hingga membuat aku marah-marah. Sudahlah, asal kau baik-baik tentu aku tak akan marah. Eh, kau sendiri bagaimana, Han Han? Kenapa tidak menyenangi orang tuamu? Hayo sekarang gentian, kau yang bercerita!"

Han Han tiba-tiba menarik napas dalam, murung, menyambar dan mengenakan capingnya kembali. "Kau sudah tahu bahwa aku putera ketua Hek-yan-pang, tapi aku tidak tahu siapa ayah atau ibumu. Masa aku harus bicara? Kau belum lengkap menceritakan ceritamu, Yu Yin. Siapa ayahmu dan kenapa kau tampaknya membencinya."

"Aku memang benci ayahku. Dia tak pernah menghiraukan aku!"

"Hm, siapa ayahmu?"

Gadis itu berkerut kening,terisak. "Aku tak suka bicara tentang dia, Han Han Harap kau memakluminya. Aku tak suka!"

"Kalau begitu tak apa. Tapi yang jelas tentu ayahmu seorang yang berkepandaian tinggi..."

"Memang kepandaian ayah amat tinggi!" gadis itu tiba-tiba bangga, bersombong. "Dan barangkali ayahmu sendiripun tak dapat mengalahkan ayahku, Han Han. Tapi, ah... sudahlah. Aku tak suka bicara tentang dia!"

Han Han tertegun. Dia menjadi terkejut dan setengah percaya setengah tidak akan kata-kata atau omongan gadis ini. Tapi bahwa gadis itu memang berkepandaian tinggi dan kalau bukan dia barangkali memang susah menundukkan maka Han Han tertarik tapi menahan keinginan tahunya, Yu Yin telah menyatakan tak suka membicarakan ayahnya. Kalau dia mendesak dan terus bicara tentu gadis itu bakal marah-marah lagi, dan dia tentu bakal bingung! Maka daripada membuat si gadis marah dan tak senang akhirnya Han Han memendam keinginan tahunya itu dan kembali menarik napas dalam.

"Baiklah, aku tak akan bertanya lagi, Yu Yin. Kita tak usah bicara tentang ayahmu itu. Kita sebaiknya bicara yang lain saja."

"Ya, tentang kau. Kenapa kau tidak menyenangi ayah ibumu dan kelihatannya sama dengan aku!"

"Aku diusir, maksudku seperti diusir..."

"Apa? Kau diusir? Gilakah ayah ibumu itu?"

"Tidak," Han Han menggeleng. "Melainkan sekedar marah atas sikapku saja, Yu Yin. Maksudku, hmm... ada sesuatu yang tak disukai ayah ibuku dengan perbuatanku."

Gadis itu terbelalak, tiba-tiba memandang tajam. "Kau main wanita?"

Han Han terkejut, muka tiba-tiba semburat merah. "Tidak, justeru aku tak pernah bergaul dengan wanita!"

"Hm!" gadis itu tiba-tiba berseri, lega "Sudah kuduga tak mungkin itu, Han Han. Kau pendiam dan sorot matamupun tidak berminyak seperti laki-laki lain!"

"Berminyak?" Han Han heran. "Berminyak bagaimana, Yu Yin?"

"Kau tak mengerti? Benar-benar tak mengerti?"

"Tidak."

"Kalau begitu bagus. Kau memang pemuda yang baik dan rupanya benar-benar jujur. Maksudku adalah mata berminyak itu mata yang suka melotot dan memandang wanita secara kurang ajar. Mereka itu, cih.., laki-laki tak tahu malu itu, kalau memandang wanita pasti terkandung maksud kotor di hati. Nah, itulah yang kumaksud dan aku pasti menghajar laki-laki demikian karena di sepanjang jalan banyak kualami hal itu!"

"Hm-hm!" Han Han mengangguk-angguk. "Kiranya begitu, Yu Yin. Baiklah, aku mengerti. Tapi aku selama ini tak pernah melakukan itu..."

"Ya-ya, aku percaya!" gadis itu tertawa. "Kalau tidak tentu tak mau aku berdekatan denganmu, Han Han. Karena itu aku dapat melihatmu sebagai pemuda yang tidak jelalatan dan baik terhadap wanita!"

Han Han tersenyum pahit. "Lalu?"

"Lalu apanya? Kau yang harus melanjutkan ceritamu!"

Han Han tertawa. "Yu Y in, aku sendiri kurang suka menceritakan apa yang kuperbuat itu, apa yang membuat ayah ibuku tak senang. Dan karena kau juga tak suka menerangkan atau bicara tentang ayahmu maka aku juga tak senang kalau bicara tentang ini."

"Sompret!" gadis itu memaki. "Kau membalas aku, Han Han. Kau membuatku penasaran!"

"Sama seperti aku yang juga penasaran akan ceritamu yang tidak kau lanjutkan," Han Han tertawa. "Kita satu-satu, Yu Yin. Tapi sebenarnya aku tidak bermaksud membalas. Aku... aku memang enggan menceritakan itu."

Yu Yin tertegun. Han Han tiba-tiba menunduk sedih dan wajah yang tampan gagah itu mendadak muram. Gadis ini melihat kesungguhan Han Han dan tergetarlah dia ketika Han Han tiba-tiba menitikkan dua air mata! Dan ketika dia terkejut dan Han Han bangkit berdiri, menggigit bibir maka pemuda itu berkata bahwa dia ingin melanjutkan perjalanan.

"Aku pikir cukup perkenalan kita. Kau tentu memiliki keperluan sendiri. Nah, selamat berpisah, Yu Yin. Aku tak mau kau ikut berduka mendengar ceritaku."

"Nanti dulu!" gadis ini tersentak, bangun melompat. "Aku sendiri tak memiliki keperluan apa-apa, Han Han. Aku berjalan tak tentu tujuan. Kalau boleh kita jalan bersama-sama karena kita rupanya senasib sependeritaan!"

Han Han terkejut. "Apa, jalan bersama-sama? Laki-laki perempuan?"

Yu Yin juga terkejut, tiba-tiba rupanya sadar. Tapi ketika dua pasang mata mereka bentrok dan Yu Yin merah padam maka gadis ini menunduk dan terisak. "Maaf, aku. aku tidak memikir itu, Han Han. Aku hanya ingin bersamamu dan melanjutkan bercakap-cakap. Tapi, sudahlah.... nanti aku kau anggap gadis tak tahu malu dan kau benar. Baiklah, kita berpisah dan mudah-mudahan bersua lagi!" dan Yu Yin yang berkelebat dan mendahului Han Han tiba-tiba memutar tubuhnya dan meloncat pergi.

Han Han tertegun dan tiba-tiba dia merasa kehilangan. Dia yang akan mendahului mendadak didahului. Tapi ketika dia hendak memanggil dan diurungkan, dia sendiri telah menyatakan tak mau bersama maka pemuda itu menarik napas dalam dan entah kenapa tiba-tiba ada sesuatu yang perih di hatinya, seolah perpisahan itu membuat luka! Dan ketika Han Han tertegun dan memandangi gadis itu sampai lenyap di sana maka Han Han mematung dan tidak bergerak.

Aneh, Han Han mendadak menjadi bingung. Dia yang semula mau meninggalkan gadis itu tiba-tiba saja merasa berat ditinggalkan. Dan karena perkenalan mereka rupanya telah membawa sesuatu yang hangat,indah, tiba-tiba Han Han memejamkan mata karena mendadak dia ingin mengikuti gadis itu. Kepergian Yu Yin mendadak menimbulkan semacam rindu? Han Han terkejut dan gemetar. Dan ketika kakinya juga ingin melangkah dan mengejar gadis itu, mendadak, tanpa sadar, Han Han bergerak dan memanggil gadis itu.

"Yu Yin...!"

Namun si gadis telah lenyap. Yu Yin telah keluar hutan dan aneh sekali Han Han tiba-tiba mengeluh. Dorongan kuat untuk mengejar dan menyusul gadis itu tiba-tiba tak dapat ditahan lagi. Han Han berkelebat dan mengejar dengan cepat. Dan ketika Han Han melihat bayangan gadis itu di depan sana, terisak, maka Han Han terguncang dan tak sadar bahwa panah asmara mulai menancap di hatinya. Pemuda ini mengeluh namun meneruskan larinya, bergerak dan kian mendekati si gadis. Tapi teringat bahwa Yu Yin sedang marah, tentu tak suka dia mengejar maka Han Han memperlambat larinya dan akhirnya menguntit secara diam-diam. Dan begitu Han Han mengikuti dan menggigit bibir, bingung kenapa tiba-tiba dia tak dapat ditinggalkan gadis itu maka si nona yang menangis dan tak tahu diikuti Han Han telah meneruskan larinya keselatan.

"Berhenti!" pada hari ketiga Han Han mendengar sebuah bentakan di tepian sungai. 

Malam tadi dia melihat Yu Yin tidur di hutan, di atas pohon. Han Han merasa kasihan dan ingin mendekat namun tak berani, tidur di atas pohon yang lain namun tak terlalu jauh dari si nona. Han Han sekalian menjaga kalau-kalau ada binatang buas menyerang gadis itu, ular umpamanya. Tapi ketika malam dilewatkan dengan tenang dan menjelang terang tanah dia mendengar suara berkeresekan dan Yu Yin bangun, dia ikut bangun dan memperhatikan secara diam-diam ternyata gadis itu mencuci muka dan berangkat lagi. Han Han juga harus bergerak cepat kalau tak ingin ketinggalan.

Gadis itu kini menyusuri sebuah sungai dan matanya berkali-kali menengok ke kiri kanan, seolah ada yang dicari. Han Han harus sering menarik kepalanya kalau kebetulan gadis itu menengok ke belakang pula. Dan ketika pagi itu si nona bertemu dengan serombongan orang yang membentaknya kasar, seorang laki-laki brewokan sudah melompat dan menghadang di depan maka Han Han melihat gadis itu terkejut dan berkerut kening, namun tidak kelihatan takut.

"Siapa kalian, dan mau apa!"

Han Han bersinar mendengar gadis itu mendahului lawan. Belasan laki-laki itu, yang muncul dan menyeruak rerumputan sungai kiranya sengaja bersembunyi dan kini memperlihatkan diri untuk mencari setori. Mereka rata-rata berwajah kasar dan bengis, sikap atau gerak-gerik mereka seperti perampok-perampok rendahan yang diam-diam membuat Han Han mendengus. Sekarang Han Han mulai tahu mana orang baik-baik dan mana bangsa penyamun atau perampok. Han Han tak khawatir dan percaya kepada Yu Yin. Dan ketika gadis itu bertanya dan mendahului si brewok, yang tertegun dan membelalakkan mata maka laki-laki itu mendengar teman-temannya tertawa.

"Ha-ha, kau didahului, It-twako. Gadis ini bertanya kau mau apa!"

"Ha-ha, jawab saja bahwa kau mau mengambil bini. Sambar gadis itu dan berikan cium sebagai tanda mata!"

Si brewok tertawa lebar. Akhirnya dia juga tertawa setelah teman-temannya tadi tertawa. Mereka mengejek dan merendahkan Yu Yin, tak melihat sinar mata gadis itu berkilat bagai seekor harimau betina yang siap menyergap mangsa. Namun ketika Yu Yin menunggu dan si brewok berhenti tertawa, mengangkat tangannya tinggi-tinggi maka dia berseru,

"Heh, aku adalah It Bong, penjaga atau penguasa sungai It-kiang. Tidak tahu-kah kau bahwa yang lewat harus membayar pajak, nona? Kau datang tanpa ijin, harus memberi upeti atau pajak sesuai peraturan di sini. Nah, katakan kau mau ke mana dan kenapa pagi-pagi begini muncul di sungai It-kiang!"

"Hm, kau kiranya perampok? Buaya bajak sungai?" Yu Yin mendengus. "Minggir, brewok. Atau kupecahkan kepalamu nanti!"

"Wah, It-twako mendapat macan galak. Ha-ha, ketanggor kau, twako. Hajar dan tangkap saja gadis ini!"

"Benar, dan telanjangi tubuhnya. Dia telah menghina It Bong-twako!"

Si brewok terbelalak lebar. Dia dimaki dan tak dipandang mata lawannya, Yu Yin menyuruh dia minggir sementara dirinyapun dikata sebagai buaya sungai. Dan ketika laki-laki itu terkejut dan heran serta kaget, tak menyangka gadis secantik ini berani kepadanya padahal sendirian saja tiba-tiba laki-laki itu tertawa bergelak dan merasa lucu!

"Ha-ha, ini rupanya betina yang kucari-cari, kawan-kawan. Sudah lama aku tak menemukan calon bini segarang ini. Ah, kalian benar. Dia harus ditangkap dan ditundukkan. Hayo, kalian maju dan tangkap dia, tapi jangan ditelanjangi!"

Yu Yin berkilat marah. Si brewok yang tiba-tiba mundur dan tidak marah sekonyong-konyong sudah menyuruh teman- temannya maju. Kiranya dia adalah sang pemimpin dan benar mereka semua adalah perampok, atau bajak-bajak sungai yang kini sedang naik ke darat, mungkin karena melihat dirinya tadi. Dan ketika Yu Yin marah dan berkilat matanya, melihat dua laki-laki di belakang si brewok meloncat dan menubruk maju tiba-tiba tanpa banyak bicara gadis ini bergerak dan kakipun menendang dua kali tepat mengenai dada lawannya, yang langsung muntah darah.

"Haiikkk. bluk-dess!"

Yang lain terkejut. Yu Yin bergerak luar biasa cepat ketika dua orang tadi menubruk, menyelinap dan lewat di bawah ketiak mereka untuk akhirnya membalik dengan tendangan kilatnya. Semua itu berlangsung amat cepat dan tahu-tahu dua laki-laki itu berteriak dan roboh terlempar. Mereka muntah darah. Dan ketika semua terkejut karena Yu Yin membuat dua laki-laki itu pingsan, dalam segebrakan saja maka gadis itu bergerak dan meneruskan serangannya kepada si brewok, juga yang lain-lain.

"Kalian perampok-perampok hina. Rupanya pagi-pagi belum mendapat sarapan. Nah, terima ini, tikus-tikus busuk. Dan enyahlah kalian ke dasar neraka!" dan Yu Yin yang berkelebat dan sudah bergerak cepat, menyerang dan menendang si brewok tiba-tiba membuat laki-laki itu berteriak karena terlempar pula.

Selanjutnya gadis ini berkelebatan seperti walet menyambar-nyambar, belasan orang itu dihajar dan dibuatnya jatuh bangun. Dan ketika mereka menjerit dan terlempar ke sana-sini, tak keruan, maka Yu Yin sudah memporak-porandakan lawan-lawannya sekejap saja. Gadis itu tak mau memberi ampun karena si brewok dikejar dan akhirnya diberi tendangan lagi, mencelat dan tercebur ke sungai. Dan ketika yang lain juga kalang-kabut dan terguling-guling tak sempat mencabut senjata, gerakan Yu Yin amat luar biasa cepatnya maka mereka yang berkaok-kaok dan berteriak tak keruan-keruan itu mendadak meneruskan gerakannya dan mencebur ke sungai pula.

"Byur-byurr!"

Yu Yin tertawa menghina. Belasan orang itu akhirnya jatuh ke air, yang pingsan atau luka-luka disambar temannya untuk dijauhkan dari gadis ini. Dan ketika semua selulup dan berenang ketakutan maka mereka sudah menyeberangi sungai itu dan merah padam disana.

"Keparat, jahanam terkutuk. Gadis siluman!"

Yu Yin mengerutkan kening. Orang-orang itu yang kini berada di seberang ternyata masih berani memaki-makinya. Mereka mengacung-acungkan tinju sementara si brewok sendiri basah kuyup mengamangkan golok. Gemas dan mengancam, tapi tak berani maju. Dan ketika Yu Yin mendongkol dan marah, orang-orang itu menghinanya di sana tiba-tiba dia menggerakkan ujung kakinya dan belasan kerikil hitam melesat dan menyambar orang-orang itu, termasuk si brewok.

"Tak-tak... aduhh!"

Brewok dan teman-temannya terpelanting. Mereka melempar tubuh sambil menjerit-jerit, kepala atau hidung mereka bengkak sebesar telur ayam, Yu Yin mengerahkan kepandaiannya untuk menendang dari jauh, mempergunakan kerikil-kerikil hitam itu. Dan ketika orang-orang itu menjerit dan lari lintang-pukang, dari seberang masih juga dapat dihajar gadis siluman itu maka mereka berkaok-kaok dan meninggalkan tepian. Yu Yin tertawa dan sejenak melupakan kesedihannya sendiri. Dia telah menghajar orang-orang itu. Namun ketika gadis ini hendak meninggalkan sungai dan meneruskan perjalanan, mencari-cari sesuatu mendadak sebuah perahu meluncur tanpa penumpang.

Yu Yin terkejut dan tertegun. Perahu itu melawan arus dan aneh sekali justeru mendatangi dirinya. Perahu itu terus bergerak dan maju dengan cepat, seolah dikemudikan siluman. Dan ketika perahu itu berhenti dan tepat berada di depannya, hal yang membuat gadis ini mengkirik dan merinding, perahu itu seolah perahu siluman maka Yu Yin terbelalak melihat sepotong papan berisi tulisan untuknya:

Nona benar-benar gagah. Silahkan naik perahu ini untuk menerima kagum dari kami, orang-orang Ang-liong-pang (Perkumpulan Naga Merah).

Yu Yin tertegun. Perahu itu bergoyang-goyang dan kiranya merupakan semacam barang undangan yang aneh. Gadis itu terkejut karena mendengar Ang-liong-pang adalah perkumpulan bajak yang amat ditakuti, kalau tidak salah dipimpin oleh sepasang kakak beradik Ang-liong Twa-mo dan Ang-liong Ji-mo, dua laki-laki yang dikabarkan lihai dan memiliki ilmu pukulan Ang-liong-kang, sejenis pukulan yang mengandalkan tapak tangan berbisa yang amat ganas. Tapi karena Yu Yin adalah gadis yang tak kenal takut dan justeru dia "mencari mati" untuk membebaskan diri dari kekecewaan terhadap ayahnya maka begitu mendengus dan mengeluarkan tawa dari hidung tiba-tiba tanpa banyak bicara lagi gadis ini melompat dan sudah memasuki perahu.

"Ang-liong-pang, aku memang bukan orang penakut. Kalau kalian ingin mengenal nonamu tentu saja aku datang. Nah, mari kutemui kalian dan lihat siapa yang mau banyak tingkah!"

Yu Yin berseru sambil sudah mematahkan sebuah dahan, maksudnya adalah untuk mengayuh atau mengemudikan perahu itu. Tapi ketika perahu bergerak dan tahu-tahu sudah meluncur ke hilir, mendahului gadis itu yang hendak mendayung maka Yu Yin kaget karena tiba-tiba kakinya terpeleset oleh gerakan perahu yang oleng ke kiri kanan, cepat sekali. Dan begitu dia berada di dalam perahu tiba-tiba saja gadis ini mendengar kecipak perlahan di bawah lantai perahu dan kiranya dua orang menjalankan perahu itu dari bawah, mendorong sambil menyelam!

"Hei, keparat. Kiranya kalian di situ!"

Namun Yu Yin dibuat sibuk mempertahankan diri. Perahu yang disangka perahu siluman itu ternyata dikemudikan dua orang penyelam yang amat lihai. Mereka betah di dalam air tanpa memperlihatkan diri, mendorong dan meluncur seperti ikan. Dan karena perahu sudah mengikuti aliran sungai dan gerakannya luar biasa cepat, karena didorong pula oleh arus air yang kuat maka Yu Yin berkali-kali mengeluarkan teriakan kaget karena tubuhnya miring ke kiri kanan dipermainkan gerakan perahu yang oleng ke sana ke mari, tajam dan miring di mana berkali-kali bibir perahu nyaris menyamai permukaan air.

Yu Yin tak pandai berenang dan karena itu terpekik-pekik marah dipermainkan dua penyelam ini. Mereka mendorong dan mempermainkan perahu hingga nyaris gadis ini terguling. Kalau Yu Yin tidak meloncat-loncat atau berpegangan pada bibir perahu yang tinggi tentu dia sudah kecebur! Dan ketika gadis itu marah karena perahu kini memasuki aliran sungai yang deras, yang membuat gadis itu terbelalak dan pucat maka Yu Yin menggerakkan dahan pohon di tangannya untuk menghajar penyelam di sebelah kiri, yang saat itu kebetulan menongolkan kepalanya.

"Dess!" Penyelam itu menjerit. Rupanya dia tak menyangka karena Yu Yin sudah dibuatnya sibuk mempertahankan keseimbangan tubuh, agar tidak kecebur di air. Maka begitu senjata di tangan gadis itu menyambar dan mengenai kepalanya, keras sekali, maka laki-laki itu berteriak dan seketika melepaskan pegangannya. Perahu meluncur dan kini tinggal dikuasai seorang penyelam saja. Yu Yin mengerahkan sin-kang di kakinya hingga kini kakinya itu melekat di lantai, tak bakalan membuat dia terlempar atau meloncat-loncat lagi.

Itulah semacam ilmu cecak yang dapat membuat gadis ini bertahan, paling-paling hanya pinggang ke atas yang terayun-ayun ke kiri kanan, mengikuti gerakan perahu yang diolengkan atau dipermainkan lawan di bawah. Dan begitu Yu Yin berhasil menghantam lawan pertama, tinggal penyelam yang satunya lagi maka gadis itu sudah bergerak dan mengincar penyelam yang ini. Tapi lawan rupanya marah. Yu Yin yang menghajar dan membuat temannya tadi menjerit kesakitan tiba-tiba membuat penyelam ini mengguncang perahu.

Perahu yang sudah oleng ke kiri kanan itu kini miring dan bergerak-gerak dengan hebat. Arus semakin deras dan sudah ada yang masuk. Gadis itu terkejut. Dia tetap melekat tapi ketika perahu nyaris terguling apa boleh buat dia harus melepas ilmu cecaknya itu, meloncat dan berjungkir balik tinggi. Dan ketika dia hinggap dan menyentuh bibir perahu yang lain, yang baru saja diinjaknya maka lawan menggulingkan bagian ini dan Yu Yin dipaksa lagi untuk meloncat menyelamatkan diri, begitu berkali-kali. Dan karena hal ini membuat air masuk semakin banyak dan Yu Yin juga semakin pucat, marah sekali maka gadis itu tiba-tiba membentak ketika lawan muncul dan membalikkan badan perahu.

"Haiii... des-crep!"

Kejadian itu berlangsung cepat. Yu Yin berjungkir balik dan melontar senjata di tangannya, tepat sekali mengenai leher orang hingga laki-laki itu menjerit dan terguling, melepaskan perahunya. Tapi karena perahu sendiri sudah dibalik dan tengkurap, Yu Yin berteriak karena tak mungkin dia mengemudikan perahu yang seperti itu maka dia melepas sebuah tendangan ketika hinggap di perut perahu yang terbalik ini, menjerit dan gugup karena selanjutnya perahu itu meluncur mengikuti arus, menabrak batu-batu hitam dan akhirnya hancur bertemu sebuah batu karang, remuk berkeping-keping dan Yu Yin meloncat tinggi berjungkir balik ke batu ini, ngeri dan pucat karena dia sudah sendirian di tengah sungai yang deras. Tak ada perahu yang dapat menyeberangkannya! Tapi ketika gadis itu terbelalak dan pucat serta marah maka terlihat tiga perahu merah mendatanginya dari arah depan, menentang arus.

"Ha-ha, selamat datang, nona. Jangan khawatir, kami akan menjemputmu!"

Yu Yin berkilat-kilat. Dia tahu bahwa itu pasti orang-orang Ang-liong-pang, teman-teman dari dua penyelam yang sudah dihajarnya tadi. Tapi ketika dia menunggu dan bersiap-siap, girang dan akan menghajar orang-orang itu, yang berperahu dengan cepat menentang arus tiba-tiba saja mereka berhenti beberapa tombak mengelilingi batu karang di mana Yu Yin berada.

"Nona, kami dari Ang-liong-pang diutus pangcu (ketua) untuk menjemputmu. Lompatlah, kami akan membawamu ke sana dan menerima kagum!"

Yu Yin marah. "Kalian punya otak atau tidak? Masa jarak demikian jauh aku disuruh melompat? Dekatkan perahumu ke mari, tikus-tikus busuk. Atau kalian semua nanti kuhajar!"

"Ha-ha, nona sudah berhasil menyelamatkan diri dari dua penyelam kami yang lihai, dan nona juga tak sampai jatuh ke air. Ah, ini menunjukkan kepandaianmu yang tinggi, nona. Silahkan lompat dan kami tak akan mempermainkan dirimu."

"Kau siapa? Tokoh nomor berapa dari Ang-liong-pang?"

"Aku wakilnya, tokoh nomor tiga."

"Hm!" Yu Yin memandang laki-laki bermuka kuning itu. "Kalau begitu kau Ui-liong-hi Kwan Bhe?"

"Aha, nona sudah mengenai namaku. Tepat sekali, aku memang orang she Kwan!" dan ketika Yu Yin tertegun dan terbelalak memandang lawannya itu, laki-laki muka kuning maka lawan menyuruh dia lagi untuk cepat melompat.

"Kami tak berani terlalu dekat-dekat. Batu karang itu besar sekali, nanti perahu kami dapat menabrak pecah. Silahkan nona lompat dan kami akan menyambutmu baik-baik. Mari, tuan puteri. Cepatlah dan jangan ragu!"

Yu Yin terkejut. "Kau. kau menyebut apa?"

"Ha-ha, kami tahu kau siapa, nona. Kau adalah puteri seorang pangeran. Naiklah, dan cepat lompat ke sini!"

Yu Yin mengeluarkan seruan kaget. Tanpa terasa gadis ini mundur dan melotot memandang Ui-liong-hi Kwan Bhe, si Ikan Naga Kuning yang merupakan wakil Ang-liong-pang itu. Tapi ketika dia sadar dan tertawa geli, hal yang membuat si muka kuning melengak maka gadis itu berseru, "Orang she Kwan, kau sungguh lucu dan menghormatku berlebihan. Siapa yang menjadi puteri pangeran dan menerima sambutan begini baik? Tapi tak apalah, kau agaknya keliru mengenai orang dan aku ingin mendapat hormat macam begini. Awas, aku ke situ...!" dan ketika lawan tertegun dan membelalakkan mata, kaget dan heran mendengar kata-kata itu maka Yu Yin sudah meloncat berjungkir balik ke perahu Kwan Bhe.

Sebenarnya jarak cukuplah jauh, tak kurang dari sepuluh meter. Namun karena gadis itu berada di tempat ketinggian dan perahu lawan di tempat yang lebih rendah maka begitu mengerahkan ilmunya meringankan tubuh dan berseru keras tiba-tiba Yu Yin telah di atas perahu lawan, berjungkir balik lima kali di udara dan tepat sekali hinggap di ujung perahu. Ada tanda-tanda Kwan Bhe mau mendorong perahunya namun tak jadi, karena laki-laki itu masih ragu akan omongan Yu Yin tadi. Dan ketika gadis itu turun dan hinggap dengan ringan, sudah diujung perahunya maka Yu Yin berkata lagi, pongah,

"Nah, antarkan aku ke ketuamu. Anggap aku betul-betul puteri seorang pangeran dan ingin kudapat sambutan begini manis!"

Si muka kuning terkejut. "Kau... bukan puteri pangeran?"

"Hi-hik, anggap saja begitu, orang she Kwan. Dan hayo berangkatkan perahumu ini seperti kata-katamu tadi!"

"Tidak!" laki-laki itu mendadak melompat. "Kalau kau bukan orang yang kumaksud maka tak boleh kau menginjakkan kaki, bocah siluman. Turun dan enyahlah kau wherrr!" dan ujung lengan baju yang menyambar serta mengebut keras tiba-tiba menghantam muka Yu Yin yang masih ongkang-ongkang di ujung perahu.

Gadis ini terkejut tapi tertawa, girang karena dia sudah tidak lagi di batu karang itu melainkan di tempat yang enak, di perahu ini. Maka begitu Kwan Bhe menyerangnya dan laki-laki itu mempergunakan lengan bajunya, yang keras dan tiba-tiba seperti besi maka Yu Yin meloncat ke kiri membiarkan pukulan lewat.

"Pyarr!" Ujung perahu hancur seperti bubuk. Yu Yin tertawa dan mengejek lawan, si muka kuning terkejut sementara dua perahu yang lain tiba-tiba maju mendekat. Maklumlah, wakil ketua Ang-liong-pang itu mulai menyerang lawan. Dan ketika mereka berlompatan dan menuju ke perahu ini, Yu Yin dikejar dan sudah mendapat serangan bertubi-tubi maka gadis itu mengelak dan lincah menghindar sana-sini.

"Des-dess!"

Lantai perahu berlobang. Dua pukulan lagi-lagi tak mengenai gadis itu melainkan memukul ke bawah. Ujung lengan baju itu menghantam kuat dan lantaipun pecah. Namun karena perahu rupanya memiliki lantai berlapis-lapis dan masih ada lantai lain yang menyelamatkan perahu dari rembesan air maka Yu Yin yang lega dan tertawa-tawa sudah berloncatan dan akhirnya berkelebatan ke sana kemari.

"Hi-hik, keluarkan semua kepandaianmu, orang she Kwan. Dan lihat berapa jurus kau dapat mengalahkan aku!"

"Terkutuk!" laki-laki itu membentak. "Aku akan merobohkanmu, bocah siluman. Dan tak sampai dua puluh jurus kau pasti terjungkal!"

"Wah, omongan si pandir. Tong kosong nyaring bunyinya.... aiihhh!" dan Yu Yin yang terkejut melengking tinggi tiba-tiba menjadi kaget karena dari belakang dan kiri kanan menyerbu orang-orang lain yang membantu si muka kuning itu. Mereka melepas tali panjang dan satu di antaranya hampir saja menjirat kakinya, Yu Yin terkejut dan terpekik marah. Dan ketika dari tempat yang lain bergerak orang orang itu dan seisi perahu membantu si muka kuning, yang mengejek dan tertawa bergelak maka Yu Yin kerepotan karena dikeroyok dari segala penjuru.

"Nah, lihat. Siapa tong kosong nyaring bunyinya. dess!" dan si nona yang terpelanting oleh kebutan ujung baju lalu bergulingan menjauh dan memaki-maki si muka kuning, yang tidak jantan bertanding satu lawan satu karena sudah dibantu anak buah. Sekarang Yu Yin mengerti apa kiranya arti suitan tadi, karena Kwan Bhe lawannya itu bersuit dan bersiul aneh, kiranya merupakan tanda bagi belasan orang anak buahnya untuk maju mengeroyok. Dan ketika gadis itu bergulingan dan lawan mengejar, Yu Yin cepat melompat bangun dan mencabut senjata maka sebuah pedang pendek telah berkelebat dan mendesing ditangannya.

"Sing-bret-brett!"

Ujung baju si muka kuning putus! Laki-laki itu berteriak kaget melempar tubuh ke kiri. Sebuah bacokan atau tikaman aneh menyambar, setelah tadi membabat ujung bajunya. Dan ketika yang lain juga berteriak karena pedang hitam di tangan gadis itu bergerak dan bergulung naik turun maka tali atau jala yang tadi berseliweran mau menjerat tiba-tiba putus semua.

"Mundur, semua mencabut senjata!"

Yu Yin tertawa nyaring. Sekarang gadis ini ganti mengejek dan si muka kuning berobah pucat. Anak buahnya mundur tanpa diperintah lagi. Dan ketika mereka mencabut senjata dan siap mendengar aba-aba maka Kwan Bhe si Naga Kuning sudah meloncat dan menyerang lagi, disusul anak buahnya.

"Tangkap dia, kalau perlu bunuh!"

Semua bergerak mengikuti. Tujuh belas lawan mengepung Yu Yin dengan golok atau pedang. Kwan Bhe sendiri mencabut dayung besi yang segera menderu menghantam gadis itu, hebat sekali. Namun ketika Yu Yin meloncat tinggi dan berjungkir balik menghindari serangan, dayung atau golok lewat di bawah kakinya maka gadis itu melayang turun dan membalas.

"Cring-cring-cranggg!"

Hebat sekali apa yang dilihat. Pedang si gadis yang meluncur dan menukik ke bawah tiba-tiba membentur semua senjata-senjata lawannya itu, dipapas atau dibacok buntung. Dan ketika Kwan Bhe berteriak karena dayung besinya juga terbabat, rusak ujungnya maka laki-laki itu bergulingan menyelamatkan diri ketika sinar hitam mengejar.

"Craakk!" Lantai perahu terbelah dua. Kwan Bhe terkesiap dan ngeri hatinya, mata membelalak. Namun karena laki-laki itu sudah melompat bangun dan penasaran akan semuanya ini, kalah senjata dan bukan kalah orang maka wakil Ang-liong-pang itu berseru agar semua tidak mengadu senjata.

"Hindarkan senjata dengan senjata. Pedang gadis itu kiranya pedang pusaka. Awas, jangan sampai beradu!" dan menggeram serta membentak maju laki-laki ini menyerang lagi dengan dayungnya. Dayungnya itu masih hebat meskipun ujungnya buntung sedikit. Dan ketika anak buahnya juga mengikuti dan mengangguk, tahu bahwa pedang di tangan gadis itu kiranya amat tajam luar biasa maka semua menerjang dan kembali mengeroyok Yu Yin, menarik senjata kalau mau berbenturan dan kawan yang lain membokong atau melepas serangan curang, kalau gadis itu menghadapi yang lain. Dan karena ganti berganti mereka membantu kawan dan bokongan di belakang selalu berbahaya, Yu Yin naik darah, maka gadis itu melengking dan tiba-tiba tubuhnya berkelebatan seperti walet menyambar-nyambar.

"Baik, kalian laki-laki pengecut. Coba lihat siapa dapat merobohkan aku. Wut-wut....!" dan pedang yang terus bergerak mengikuti gadis itu, membentuk bayang-bayang hitam yang cepat sekali akhirnya mendapat juga korban pertama, disusul korban kedua dan ketiga dan tiga anak buah Ang-liong-pang mandi darah. Mereka roboh dan menjerit tanpa dapat ditahan lagi, tadi Yu Yin membalik dengan amat cepatnya dan mereka itulah tiga laki-laki yang membokong dari belakang. Yu Yin beterbangan tak dapat diikuti mata dan pedangnya menikam dengan cepat, langsung menghunjam dan mengenai dada lawan. Dan ketika gadis itu beringas dan mempercepat gerakannya hingga belasan lawannya saling tabrak sendiri, tak mampu mengikuti gerakannya lagi maka pedang kembali mendapat korban.

"Crep-crep!"

Dua lengking tinggi itu tak perlu diragukan lagi. Mereka itulah dua laki-laki keempat dan kelima, korban pedang hitam yang terus menyambar-nyambar bagai naga tak kenal ampun. Dan ketika yang lain terkejut dan gentar, Ang-liong-hi Kwan Bhe sendiri mundur dengan dayung terbabat lagi maka laki-laki bermuka kuning itu meloncat dan tiba-tiba meninggalkan perahu.

"Mundur semua mundur!"

Yu Yin tertawa mengejek. Akhirnya gadis ini melihat semua lawan berloncatan, yang roboh atau luka-luka ditendang dan kecebur di sungai. Kwan Bhe membiarkan saja lima anak buahnya yang kena sial itu. Dan ketika semua melompat ke perahu yang lain, yakni dua perahu yang tadi mendekati perahu si Naga Kuning ini maka Yu Yin tak menduga jelek dan terkekeh-kekeh melihat lawan-lawannya itu melarikan diri.

"Hi-hik, tahu rasa kau, orang she Kwan. Lihat siapa yang lari dan terbirit-birit!"

Kwan Bhe, wakil Ang-liong-pang itu merah padam. Dia tak menghiraukan ejekan ini karena dengan sisa anak buahnya dia cepat mendayung dan memutar perahu. Yu Yin tertawa-tawa dan girang mendapat perahu sendiri. Dia sekarang dapat menyeberang atau melanjutkan perjalanan. Tapi ketika dia menyambar dayung dan menggerakkan perahu ini mendadak orang-orang di atas perahu yang menjauhkan diri itu berloncatan atau mencebur ke sungai. Yu Yin terheran dan membelalakkan mata melihat ini, tak mengerti. Namun ketika tiba-tiba perahunya terguncang dan diangkat beramai-ramai, laki-laki she Kwan itu kiranya sudah di bawah dan hendak menggulingkan perahu maka Yu Yin kaget dan berteriak tanpa sadar.

"Heiii...!"

Namun terlambat. Si muka kuning yang bertenaga besar itu telah membentak beramai-ramai sisa anak buahnya untuk menjungkalkan Yu Yin. Perahu terangkat dan tiba-tiba terbalik. Yu Yin mengerahkan tenaga kakinya namun kalah banyak, juga kalah cepat. Dan ketika perahu terguling dan tengkurap ke bawah maka Yu Yin berjungkir balik dan apa boleh buat harus kembali ke batu karang besar itu.

"Bedebah, keparat!" Yu Yin memaki-maki. "Kalian orang-orang curang, orang she Kwan. Awas kalian kalau berani ke sini!"

"Ha-ha!" Naga Kuning tertawa bergelak. "Sekarang kaulah yang tahu rasa, bocah. Kau tak dapat ke mana-mana kecuali pandai terbang!" laki-laki itu berenang dan menuju ke perahunya sendiri, meloncat dan naik sambil tertawa-tawa sementara anak buahnya juga mengikuti.

Yu Yin melihat betapa mereka itu rata-rata adalah orang yang pandai sekali bergerak di air. Orang she Kwan itu demikian licin dan pandai seperti belut, tubuh sudah naik ke atas dan cepat sekali dia menyambar dayungnya. Dan ketika yang lain sudah berlompatan dan dua perahu itu penuh lagi maka Kwan Bhe memberi aba-aba agar menyerang dengan panah.

"Robohkan dia, sampai mampus!"

Yu Yin sibuk. Kwan Bhe sendiri sudah menjepret sebatang panah setelah maju mendekat, dayungnya dilempar dan kini puluhan anak-anak panah menyambar ke arah gadis ini. Dan ketika Yu Yin memutar pedangnya dan menangkis semua serangan itu maka gadis yang marah ini menggerakkan tangan kiri pula untuk menangkap beberapa batang anak panah yang berani mendekat. Lalu ketika lawan dibuat kagum karena gerakannya tangkas dan tepat maka dia melontar anak-anak panah itu dan tiga anak buah laki-laki ini roboh menjerit.

"Keparat, jangan dekat-dekat!"

Namun orang-orang itu juga tak dapat melepas panah. Tanpa diperintah lagi mereka sudah menjauhkan diri dan arus yang deras membuat perahu mereka berputar-putar. Kalau mereka melepas anak panah maka secepat itu pula Yu Yin akan menangkap dan meretournya lagi. Seberapa anak panah menyambar seberapa itu pula gadis ini coba menyerang balik. Dan ketika pedang yang menangkis juga dibuat sedemikian rupa hingga panah menyambar pemiliknya sendiri maka orang-orang itu tak berani mendekat dan sudah memasang jarak yang terlalu jauh.

Yu Yin sudah tak diserang lagi dan gadis itu tertawa-tawa di atas batu karang, lupa bahwa dia juga tak dapat turun karena tak ada perahu mendekat. Dan ketika si Naga Kuning memberi aba-aba untuk kembali dan lenyap di tikungan depan maka barulah gadis itu sadar bahwa dirinya sendirian.

"Heii, kalian! Berhenti dan seranglah aku!"

Namun si muka kuning tak menghiraukan. Yu Yin terlalu lihai baginya dan pedang di tangan gadis itu terlalu hebat. Dayungnya buntung dua kali dan anak-anak buahnya terlempar tak keruan. Kalau terus dia menyerang salah-salah semua anak buahnya bakal habis. Maka ketika dia memerintahkan untuk kembali sementara gadis itu tak mungkin meninggalkan tempatnya, Yu Yin masih di atas batu karang maka laki-laki ini hendak memanggil bala bantuan untuk menangkap atau menghajar gadis itu lagi.

Yu Yin tak mengerti apa yang dilakukan lawan dan dia mengira lawannya itu tak kembali, ketakutan. Tapi ketika dia membanting-banting kaki dan gelisah tak keruan, terkurung di tengah arus deras maka saat itulah belasan perahu datang dengan cepat. Si Naga Kuning tampak di depan sendiri dan kembali lagi, ternyata masih tak jera!

"Yu Yin, tangkap tali ini. Cepat, musuh-musuhmu terlalu kuat!"

Yu Yin terkejut. Dari seberang tiba-tiba muncul Han Han. Pemuda itu berkelebat dan sebenarnya sejak tadi sudah melihat pertempuran itu. Han Han hendak membantu namun dilihatnya gadis itu dapat menghadapi lawan-lawannya, tentu akan marah kalau dia maju membantu. Maka ketika Yu Yin ditinggalkan lawan-lawannya dan Han Han bingung mau menolong dengan apa, sebenarnya tak mau memperlihatkan diri mendadak pemuda itu melihat rombongan di depan itu.

Han Han melihat bahwa si Naga Kuning kembali lagi dengan banyak orang, tak kurang dari seratus. Dan karena dia juga bingung bagaimana caranya menolong Yu Yin maka Han Han membuat seutas tali dan kini muncul memperlihatkan dirinya, berseru dari seberang. Tapi ketika Yu Yin mendelik dan membuang muka, tak mau melihat tali yang sudah dilempar maka Han Han tertegun sementara rombongan orang-orang itu sudah kian dekat.

"Heii, tangkap tali itu. Cepat!"

"Huh, aku tak butuh pertolonganmu!" gadis itu mendengus, kini memperdengarkan suaranya. "Kau boleh berteriak-teriak di situ, Han Han. Tapi aku tak takut dan tak perlu bantuanmu!"

"Ah, tapi kau sendirian di atas batu karang, tak dapat keluar. Bagaimana tak perlu ditolong, Yu Yin? Hayo, cepat tangkap tali ini, kuseret dan kubawa keseberang!"

"Aku tak sudi!" gadis itu melotot. "Aku masih dapat menjaga diriku, Han Han. Pergi dan enyahlah kau!"

Han Han terkejut. Saat itu orang-orang di atas perahu sudah dekat dan Naga Kuning tertawa lebar menghampiri cepat. Di perahu nomor dua berdiri sepasang laki-laki pendek bertubuh kekar. Laki-laki itu mengamati Yu Yin dengan pandangan tidak berkedip. Han Han juga men jadi pusat perhatian karena pemuda itu tiba-tiba muncul di situ. Namun karena orang tak tahu siapa pemuda ini dan Yu Yin lah yang menjadi incaran utama maka Kwan Bhe, si muka kuning itu berseru pada dua laki-laki di perahu nomor dua akan gadis ini.

"Pangcu, inilah gadis siluman yang kumaksud. Dia bukan gadis yang kita duga itu dan telah melukai beberapa anak buah kita. Lihat, dia cukup lihai dan saksikan gerakan pedang hitamnya wut!" dan sebatang anak panah yang menyambar ke atas batu karang tiba-tiba telah dilepas laki-laki ini untuk membuktikan kepandaian Yu Yin.

Dua laki-laki di perahu belakang tak mengeluarkan suara, mata mereka masih tak berkedip memandang gadis itu. Han Han yang ada di tepian masih juga tak diperhatikan, kecuali oleh orang-orang di perahu lain. Dan ketika Kwan Bhe menyerang dan melepas sebatang anak panah maka Yu Yin yang masih memegang pedang hitamnya itu cepat menangkis.

"Trak!" Panah terpental dan menyambar pemiliknya. Sama seperti tadi gadis inipun menangkis serta mementalkan panah lawan, tenaganya dikerahkan sedemikian rupa agar anak panah tidak patah, karena kalau tidak tentu sudah putus seperti besi-besi yang lain. Dan ketika anak panah itu mencelat dan menyambar pemiliknya sendiri maka Kwan Bhe menyampok dan anak panah itu runtuh.

"Lihat, dia cukup lihai, pangcu. Dan pedang hitamnya itu luar biasa sekali!"

"Dekatkan perahu, kepung!" satu di antara dua laki-laki kekar tiba-tiba berseru dengan suaranya yang parau. "Jangan sakiti gadis itu, Kwan Bhe. Aku akan melihat sendiri apakah dia gadis yang kita maksud atau bukan!" dan berkelebat serta berjungkir balik ke atas batu karang tiba-tiba si pendek yang kekar ini telah berhadapan dengan Yu Yin, sama-sama berdiri di atas batu!

"Nona, kupikir kau adalah orang undangan kami. Tapi pembantuku mengatakan bukan, kau menyangkal. Apakah benar kau bukan dari kota raja?"

"Apa yang kau maksud?" Yu Yin terkejut, diam-diam tergetar melihat ilmu meringankan tubuh orang yang cukup luar biasa, hanya empat kali berjungkir balik saja. "Aku tak mengerti dan tak suka menjawab pertanyaanmu. Yang jelas aku adalah gadis kang-ouw!"

"Hm, kau telah melukai It Bong, dan gerak tendanganmu itu mirip Soan-hong-twi (Tendangan Badai) yang dimiliki Coa-ongya, Apakah kau bukan puterinya?"

Yu Yin pucat, tiba-tiba mundur. Tapi ketika dia marah dan membentak maju maka gadis ini berseru, "Aku tak tahu siapa itu orang yang kau maksud. Ilmu tendangan banyak ragamnya, masing-masing hampir sama. Kalau kau pangcu dari Ang-liong-pang maka minggirlah dan jangan mencari perkara kalau tak ingin aku membunuhmu!"

"Hm," si pendek itu tersenyum, tiba-tiba menjura. "Kalau begitu betul kau orangnya, nona. Kaulah Coa-siocia (nona Coa). Mari, silahkan turun ke perahu dan maafkan semua perbuatan anak buahku yang tidak mengenal dirimu."

"Apa?" Yu Yin membentak. "Kau gila dan tidak waras? Eh, enyahlah dan jangan ganggu aku lagi, Ang-liong-pangcu. Atau aku memaksamu turun dan biar kau kapok!" dan Yu Yin yang marah tidak mau banyak bicara lagi tiba-tiba menggerakkan pedangnya menusuk lawan.

Ang-liong-pangcu mengelak namun pedang terus mengejar, laki-laki itu tetap tersenyum karena merasa dugaannya benar. Entah bagaimana dia yakin bahwa gadis itu adalah puteri Coa-ongya (pangeran Coa) dari kotaraja. Tapi ketika pedang terus mengejar dan tak dapat dia mengelak terus maka ketika dia mengelak dan merunduk maka sebuah tendangan dilancarkan.

"Plak!" Yu Yin terkejut terhuyung mundur. Lawan tiga kali berturut-turut menghindar serangannya dan baru kali itu merasakan pergelangan tangannya tergetar tapi pedang tak sampai terlepas, gadis itu marah. Tapi ketika dia hendak menyerang lagi dan membentak lawan tiba-tiba si kekar ini berjungkir balik dan turun keperahunya.

"Suheng, gadis ini adalah benar-benar Coa-siocia. Coba bagaimana agar dia dapat menerima kita!"

"Hm," si kekar satunya, yang ternyata Twa-mo adanya, ketua nomor satu, bersinar dan mengangguk-angguk. Dia sudah melihat sekilas ilmu pedang Yu Yin tadi dan ganti melompat ke atas. Dan ketika dia berjungkir balik dan berhadapan dengan si gadis maka dia membungkuk dan menjura.

"Nona, ayahmu sudah lama mencari-carimu. Kami diutus untuk mencari dan menyuruhmu pulang. Kalau kau belum mau pulang silahkan berdiam di tempat kami dan nanti ayahmu datang!"

"Kau bicara apa? Kenapa melantur dan bicara yang tidak ku mengerti? Eh, kalau kau Ang-liong Twa-mo maka aku-pun tak takut padamu, pangcu. Lihat aku menyerangmu dan sampai kapan kau dan yang lain-lainnya itu menutup mulut tidak bicara lagi!" dan Yu Yin yang marah membentak maju tiba-tiba juga menyerang dan menusuk ketua nomor satu ini. Wajahnya sudah berobah dan kakinya menggigil mendengar kata-kata orang. Yu Yin rupanya marah atau mungkin bingung. Entahlah, gadis ini tiba-tiba juga menampakkan sikap yang aneh. Tapi ketika serangannya dielak dan pedang menyambar ke samping maka Ang-liong Twa-mo menetak dan memukul pergelangan tangan.

"Plak!" Yu Yin lagi-lagi terhuyung. Dibalas dan dipukul seperti itu tiba-tiba gadis ini melengking sengit, dia bergerak dan kini berkelebatanlah tubuhnya memainkan ilmu pedang yang ganas. Pedang itu membacok dan menusuk dengan tipu atau gaya setengah ilmu golok. Tapi ketika Twa-mo berseri-seri dan justeru gembira melihat ini maka di samping berkelebatan mengelak dan menghindari serangan mulutnyapun memuji.

"Ah, benar. Inilah Kiam-to Kwi-sut (Silat Iblis Golok Pedang) yang dipunyai ayahmu. Ha-ha, kau tak dapat menyembunyikan diri lagi, siocia. Kami sudah yakin dan kau tak dapat menyangkal.... brett!"

Ang-liong Twa-mo menghentikan seruannya, terganti oleh teriakan kaget karena baju di sebelah kirinya robek terbabat. Dalam kegirangan dan gembiranya tadi dia lengah memperhatikan pedang, akibatnya menerima tusukan miring yang bergerak luar biasa cepatnya, menukik dari atas ke bawah sebagaimana gaya tikaman sebuah golok. Dan ketika laki-laki itu tak sempat menghindar selain melempar tubuh bergulingan maka Twa-mo lupa bahwa dia berada di atas batu karang yang tinggi. Akibatnya ketika dia menggulingkan tubuh ke bawah tak ayal lagi dia menggelundung ke bawah. Dan karena bawah merupakan tempat kosong alias air sungai maka ketua Ang-liong-pang itu tercebur dan kontan basah kuyup.

"Haiii...!"

Namun Ji-mo, sang adik, tiba-tiba melempar sebuah dayung. Tepat kakaknya tercebur di sungai maka dayung itu mendahului ke bawah. Twa-mo tahu maksud adiknya dan sudah meraih dayung ini, menjejakkan kaki dan berjungkir balik. Dan ketika dia di atas perahu lagi dan Yu Yin terkekeh, geli, maka ketua Naga Merah itu semburat mukanya namun masih tidak marah.

"Coa-siocia, silahkan turun. Kami bukan musuh. Tak apa sedikit main-main ini dengan mengingat muka ayahmu!"

"Hm, begitukah? Baik!" dan Yu Yin yang menghentikan tawa dan mukanya berubah gelap lagi tiba-tiba menerima seruan itu dengan meloncat turun. Tapi karena di situ ada belasan perahu dan gadis ini sudah memilih perahu mana yang akan diincar maka begitu dia meloncat dan melayang turun bukannya perahu si ketua yang dituju melainkan perahu lain yang berisi anggauta-anggauta Ang-liong-pang yang biasa.

Dan, begitu dia hinggap dan menginjakkan kakinya di sini tiba-tiba gadis itu bergerak dan memukul serta menendang. Pedang hitam disimpan dan tujuh awak perahu berteriak kaget. Mereka tak menyangka bahwa Yu Yin memilih perahunya, bukan perahu si ketua. Dan karena mereka jelas bukan tandingan karena mereka adalah anggauta-anggauta biasa maka tujuh orang itu terjungkal dan Yu Y in pun sudah menyambar dayung untuk selanjutnya melarikan diri dari kepungan.

"Heii...!" dua ketua Ang-liong-pang berseru kaget. "Jangan lari, Coa-siocia. Tunggu dan kembali!"

Namun Yu Yin terkekeh-kekeh. Gadis itu menggerakkan dayung selain mengayuh juga menghantam atau mendorong perahu-perahu di depan. Gadis ini memang tak mau mendekati perahu sang ketua atau wakil ketua, sengaja ribut-ribut dengan para anggauta biasa yang banyak terdapat di situ, mengelilingi batu besar di mana dia tadi berada. Dan karena Yu Yin cerdik menjalankan akalnya, perahu melejit dan yang lain diterjang maka tujuh perahu lawan dibuat jungkir balik dan tenggelam! Gadis itu terus tertawa dan mendayung perahunya dengan cepat, bukan menyingkir melainkan menuju seberang. Dan ketika diameloncat dan berjungkir balik ke daratan, Han Han menyongsong maka gadis itu berseri mengejek si pemuda.

"Lihat, tanpa pertolonganmupun aku sanggup menyelamatkan diri, Han Han. Tak perlu kau sombong dan bersikap sok!"

Han Han tertegun, sejak tadi mendengarkan percakapan. "Yu Yin, kau...kau puteri pangeran?"

"Siapa bilang? Kau juga mau berbuat bodoh terpengaruh oleh omongan mereka itu? Heh, jangan gila dan tidak waras, Han Han. Aku benci mendengar semua itu dan lihat aku akan menghajar mereka di sini!"

"Tidak... jangan!" Han Han terkejut, melihat ketua Ang-liong-pang dan anak buahnya itu mengejar. "Jangan mencari permusuhan, Yu Yin. Kalau dapat dihindarkan marilah dihindarkan. Mereka hanya salah paham kepadamu."

"Tapi tadi mereka mempermainkan aku di sana, mentang-mentang di tengah sungai dan aku tak dapat berenang!"

"Tapi sekarang kau sudah selamat, Yu Yin. Marilah, kita pergi!" tapi ketika gadis itu berontak dan melepaskan dirinya, Han Han memegang dan menyambar tangannya maka gadis itu berapi-api memandang si pemuda.

"Han Han, aku bukan budakmu, aku bukan apa-apamu. Kalau kau mau menguasai aku marilah kita bertanding dan aku akan bertempur sampai mampus!"

Han Han tertegun. Kalau Yu Yin sudah marah-marah seperti ini maka dia merasa teriris. Ada perasaan terpukul disitu. Ya, Yu Yin ini apanyakah. Bukan apa-apa! Dan ketika Han Han terbelalak dan mundur selangkah, ketua Ang-liong-pang itu sudah tiba dan berloncatan di tanah maka Twa-mo membentak agar gadis itu menyerah.

"Coa-siocia, kami akan terpaksa menangkapmu kalau kau tidak mau baik-baik ikut kami. Nah, pilih salah satu antara melawan atau menyerah!"

"Aku akan melawan, aku akan menghajar kalian!" dan si nona yang berkelebat memaki lawannya tiba-tiba mencabut pedang dan menusuk ketua Ang-liong-pang ini,tak perduli pada yang lain karena selanjutnya dia sudah membentak dan melengking-lengking. Twa-mo mengelak maju mundur namun serangan si gadis kian berbahaya. Tadi di atas batu karang saja dia hampir tertusuk, kalau tidak melempar tubuh mengelak. Dan ketika kali ini Yu Yin juga menyerangnya ganas dan bertangan kosong saja rasanya berat apa boleh buat Twa-mo mencabut senjatanya, sebuah ruyung pendek di mana ujungnya diganduli sebuah besi bulat. Dan ketika senjata itu bergerak dan angin terdengar menderu maka untuk pertama kali dia menangkis.

"Crass!" Besi bandul itu ternyata putus! Twa-mo kaget dan si Naga Kuning, wakilnya, berteriak agar dia tak usah mengadu senjata. Pedang di tangan gadis itu betul-betul ampuh dan sang ketua yang sudah mencoba kini mendapat buktinya. Dan ketika Twa-mo melempar tubuh bergulingan sementara adiknya, Ji-mo, membentak dan berteriak marah maka laki-laki itupun mencabut senjata berupa golok lebar.

"Nona, kau tak menghargai kami. Baiklah, kami akan menangkap dan merobohkanmu.... wutt!" dan badan golok yang menyambar dari samping tiba-tiba membacok namun Yu Yin mengelak sambil memutar tubuh, menggerakkan pedangnya menangkis namun golok sudah ditarik cepat. Ji-mo rupanya tak mau beradu senjata setelah membuktikan ketajaman pedang hitam. Laki-laki itu jerih! Tapi ketika dia maju lagi dan anak buah yang berdatangan disuruh berjaga atau menyerang kalau ada kesempatan maka Yu Yin sudah dikerubut tiga dan gadis ini sibuk.

"Sing-sing-cratt!"

Tali rambut Kwan Bhe putus. Lagi-lagi untuk kesekian kalinya pedang hitam membabat apa saja. Wakil Ang-liong-pang itu berteriak ngeri dan melempar tubuh bergulingan. Kepala yang nyaris dibabat membuat dia marah dan juga pucat. Tapi karena di situ ada dua orang ketuanya di mana masing-masing sudah menerjang dan menggerakkan golok atau ruyung maka Yu Yin dipaksa naik turun karena pedangnya sekarang tak mendapat sasaran.

"Curang, seorang dikeroyok tiga orang!" Han Han, yang melihat itu tiba-tiba membentak dan marah. Pemuda ini mau membantu namun Yu Yin di balik gulungan pedangnya membentak agar pemuda itu tidak maju. Yu Yin merasa sanggup menghadapi lawan-lawannya karena memang dia tak terdesak. Yu Yin tak tahu bahwa tiga tokoh Ang-liong-pang itu tak berani bersikap keras karena semata mengingat nama Coa-ongya, pangeran berpengaruh di kota raja. Namun karena sikap begini justeru merugikan mereka sendiri, si gadis kian ganas menyambar-nyambar maka apa boleh buat tiba-tiba Twa-mo membentak dan melepas empat pelor hitam ke arah si gadis, senjata rahasia yang akan meledak dan menghamburkan jarum-jarum halus ke muka lawan.

"Awas...!"

Yu Yin terkejut. Si ketua memberi peringatan namun dia tersenyum mengejek. Yu Yin menangkis dan bermaksud membuat pelor-pelor itu terpental. Namun karena pelor itu akan meledak dan pecah bertemu pedang, hal yang tak diketahui Yu Yin maka gadis itu menjerit ketika tiba-tiba saja terdengar ledakan itu dan berhamburannya jarum-jarum halus.

"Aihhh. dar-dar!"

Yu Yin terkejut bukan main. Pedang yang semula menangkis dan mau menyerang lawan tiba-tiba digerakkan secepat kitiran. Bayangan hitam bergulung-gulung membungkus rapat tubuh gadis ini. Dan ketika semua jarum terpental dan menyerang tiga orang itu sendiri, sebagian menyambar anak buah Ang-liong-pang maka terdengar jerit atau pekik di antara mereka yang terkena.

"Awas, mundur semua!"

Yu Yin marah sekali. Twa-mo membentak orang-orangnya agar menjauh sedikit. Dia melepas lagi empat pelor hitam dan Yu Yin melindungi diri dengan putaran pedangnya yang cepat. Air hujan pun agaknya tak mampu membasahi gadis ini kalau Yu Yin sudah bergerak seperti itu. Dan ketika empat pelor kembali meledak dan menghamburkan jarum-jarum halus, yang dipukul atau diruntuhkan tiga orang itu ketika membalik menyambar mereka maka Ji-mo juga mengeluarkan paku- paku tulang untuk menembus kerapatan bayangan pedang di tangan si gadis.

"Serang terus, sampai dia lelah!" aba-aba atau seruan ini membuat Yu Yin naik pitam. Dia membentak dan membuka gulungan pedangnya untuk menyerang Ji-mo. Laki-laki itulah yang berseru dan memberi aba-aba temannya. Tapi ketika dia membentak dan membuka diri, menyerang Ji-mo maka ruyung menderu sementara tujuh pelor hitam melesat cepat untuk merobohkannya.

"Cring-crang-dar!"

Yu Yin menjadi gusar. Dia terpaksa menarik serangannya tadi dan secepat kilat melindungi dirinya lagi. Tusukan ke arah Ji-mo dibatalkan karena harus menangkis ruyung, yang secepat kilat ditarik pemiliknya karena tak mau beradu keras. Dan ketika tujuh kembang api memuncrat indah karena pedang akhirnya membentur pelor-pelor hitam itu yang pecah dan meledak maka Yu Yin selanjutnya dipaksa untuk selalu "bersembunyi" di balik gulungan pedangnya.

"Ha-ha, bagus. Biarkan dia menghabiskan tenaga, Ji-te. Dan kita akan menangkapnya mudah kalau sudah begitu!"

"Benar, dan hebat sekali gadis ini. Kalau kita tidak ingat pesan Coa-ongya tentu tak segan-segan aku menghabisinya!"

"Jangan, bersabarlah sedikit, Ji-te. Tak usah naik pitam dan biarkan dia kelelahan. Lihat, pedangnya sudah mulai kendor!"

Benar saja, Yu Yin tampak kendor. Gadis itu mandi keringat karena lawan hanya berputaran mengelilingi dirinya. Setiap dia menangkis tentu lawan cepat-cepat menarik senjatanya. Dan karena pelor atau paku-paku tulang terus dilancarkan sementara gadis ini hanya sebagai pihak bertahan akhirnya Yu Yin lelah dan susut tenaganya...!

Naga Pembunuh Jilid 08

NAGA PEMBUNUH
JILID 08
KARYA BATARA

Cerita Silat Mandarin Serial Golok Maut Karya Batara
GADIS itu menunduk, wajahnya tiba-tiba muram. "Aku Yu Yin," katanya, lirih. "Aku sudah hampir lupa namaku sendiri karena lama tak ada orang memanggilku."

"Yu Yin?" Han Han kagum. "Ah, nama itu indah sekali, nona. Cantik seperti orangnya!"

"Apa?" Yu Yin terkejut. "Cantik? Kau memujiku atau mau kurang ajar?"

"Maaf," Han Han merasa kelepasan bicara. "Aku memujimu, nona. Aku tak sengaja. Biarlah kutarik kata-kata itu dan aku tidak akan mengatakannya lagi."

"Kalau begitu kau mengatakan aku tidak cantik!" gadis itu mendadak marah, bangkit berdiri, bertolak pinggang! "Kau sama halnya mengatakan aku jelek, Han Han. Dan kalau memang jelek kau mau apa!"

"Lho?!" Han Han tersentak, kaget. "Apa maksudmu, nona? Kenapa tiba-tiba marah begini?"

"Jelas!" gadis itu membentak. "Bicara tidak cantik berarti jelek, Han Han. Dan kau menjelek-jelekkan aku. Nah, memangnya kenapa kalau aku jelek!"

Han Han melongo. Caping bambunya yang dipakai tiba-tiba diangkat sedikit. Dia jadi bingung dan kaget melihat sikap gadis ini, juga gugup. Kalau begitu, bagaimana? Memuji disangka kurang ajar, tidak memuji diartikan gadis itu jelek! Wah, mana ada perkara macam begini? Dan melihat gadis itu bertolak pinggang dan marah-marah dengan pipi kemerahan, cuping hidung itu berkembang kempis bagai bunga yang kuncup mekar maka Han Han tak dapat bicara dan tiba-tiba mencelat ketika si nona membanting kaki di dekat pantatnya!

"Hayo bicara, memangnya kenapa kalau aku jelek!"

"Heii..!" Han Han bangun melompat. "Aku tidak berkata begitu, nona. Aku tidak mengatakan dirimu jelek. Aku tidak bicara apa-apa! Siapa bilang begitu?"

"Kalau begitu kau bilang apa?"

"Aku... aku tidak bilang apa-apa. Aku..."

"Bohong!" hardikan itu membuat jantung Han Han jungkir balik. "Kau tak perlu berpura-pura, Han Han. Kalau kau tidak memujiku lalu maka tentu kau menghina. Nah, apalagi itu kalau bukan demikian!"

"Eh, aku tidak menghina..."

"Kalau begitu harus memuji!"

"Lho, bukankah nanti dianggap kurang ajar?"

"Siapa kurang ajar? Kalau kau memujinya dengan tulus dan matamu tidak melotot tentu kau tak akan kuanggap kurang ajar, Han Han. Tapi kalau kau tidak memuji dan mengatakan sebaliknya maka kau justeru menghina aku!"

"Nona...." Han Han bingung. "Aku, eh.... bagaimana ini? Bagaimana tiba-tiba semuanya kau buat jungkir balik begini? Aku bingung, aku tak mengerti"

"Kau memang bodoh, sombong. Kalau tidak mengerti ya sudah. Aku tak mau lagi bicara denganmu dan terima kasih kalau kau membebaskan aku!" dan berkelebat menahan tangis tiba-tiba gadis itu meninggalkan Han Han yang melongo keheran-heranan, Han Han benar-benar jadi bingung dan tak mengerti akan sikap gadis ini yang aneh. Tapi begitu gadis itu meloncat terbang mendadak pita rambut si gadis terlepas tanpa diketahui pemiliknya. Han Han berkelebat dan menyambar ini. Dan ketika dia berseru dan mengejar maka Han Han sudah melayang dan berjungkir balik di depan gadis itu, menghadang.

"Tunggu, ada sesuatu yang ketinggalan!"

Namun gadis itu ternyata marah. Baru saja Han Han menginjakkan kakinya sekonyong-konyong dia membentak dan menyerang, tangan kirinya menyambar dan langsung ke pipi Han Han. Han Han terkejut tapi tidak mengelak. Dan ketika gadis itu juga terkejut karena tamparannya mendarat maka Han Han terpelanting dan caping bambunya mencelat. "Plak!"

Gadis itu tertegun. Han Han sudah meloncat bangun dan pita merah itu diperlihatkan, pipinya merah kena tapak lima jari. Gadis itu terkejut. Dan ketika Han Han melangkah maju dan menggigil menyerahkan pita itu, berkata bahwa dia hendak menyerahkan barang milik si nona maka gadis ini mengeluh dan tidak menerima pita rambutnya itu.

"Kau... kenapa tidak mengelak? Kenapa tidak menangkis? Bukankah kepandaianmu jauh lebih tinggi daripada aku? Ah, kau lagi-lagi menghina aku, Han Han. Kau membuat malu. Kau sombong!" dan gadis itu yang mengguguk dan melempar tubuh di tanah lalu menangis sejadi-jadinya dan menganggap Han Han merendahkannya. Pemuda itu membuatnya malu karena membiarkan tamparan mendarat di pipi, padahal maksudnya hendak menyerahkan pita rambut.

Dan ketika Han Han kembali bingung karena dia disalahkan, aneh sekali, maka Han Han tersenyum pahit dan duduk di sebelah gadis itu, melempar tubuhnya. "Nona, kau aneh sekali. Kau membuat aku kebingungan. Kalau aku salah maafkanlah, aku sama sekali tidak bermaksud menghina atau merendahkanmu..."

Gadis itu tak menjawab, meneruskan tangisnya.

"Hm," Han Han menyerahkan kembali pita rambut itu. "Kalau kau masih marah boleh serang aku lagi, nona. Kau tamparlah, atau..."

"Nona... nona!" gadis itu membentak, tiba-tiba melompat bangun. "Kalau kau terus memanggilku nona-nona begitu tak usah kau tanya nama, Han Han. Apa gunanya aku memberitahukan kalau kau masih bernona-nonaan segala!"

Han Han tertegun.

"Kau sudah tahu namaku, bukan? Atau kau mau membuat malu aku lagi?"

"Hm," Han Han bangkit berdiri. "Kalau begitu harus bagaimana? Apa yang harus kuperbuat?"

"Kau tak usah tanya. Kau sudah tahu namaku Yu Yin. Nah, tak usah nona-nonaan segala dan kau dapat menyebutku seperti itu!"

Han Han mengangguk-angguk, akhirnya tersenyum. "Baiklah," katanya. "Aku tak akan nona-nonaan lagi. Kusebut namamu begitu saja. Hm, kau aneh, Yu Yin. Mudah marah dan berang. Tapi, ah., aku jadi bingung!"

"Kenapa bingung? Semua sudah jelas, kau sudah menanya namaku dan sudah tahu. Bingung apalagi?"

"Hm, aku bingung akan sikapmu ini. Sebentar marah tapi sebentar kemudian tertawa..." Han Han teringat ketika gadis itu terkekeh, di saat dia menanya nama padahal baru saja marah-marah karena keselio. Dan ketika gadis itu tersenyum dan tiba-tiba tertawa lebar, aneh sekali, maka Han Han disemprot dan dibodoh-bodohkan.

"Kaulah yang tolol. Kenapa tidak mengetahui watak wanita hingga membuat aku marah-marah. Sudahlah, asal kau baik-baik tentu aku tak akan marah. Eh, kau sendiri bagaimana, Han Han? Kenapa tidak menyenangi orang tuamu? Hayo sekarang gentian, kau yang bercerita!"

Han Han tiba-tiba menarik napas dalam, murung, menyambar dan mengenakan capingnya kembali. "Kau sudah tahu bahwa aku putera ketua Hek-yan-pang, tapi aku tidak tahu siapa ayah atau ibumu. Masa aku harus bicara? Kau belum lengkap menceritakan ceritamu, Yu Yin. Siapa ayahmu dan kenapa kau tampaknya membencinya."

"Aku memang benci ayahku. Dia tak pernah menghiraukan aku!"

"Hm, siapa ayahmu?"

Gadis itu berkerut kening,terisak. "Aku tak suka bicara tentang dia, Han Han Harap kau memakluminya. Aku tak suka!"

"Kalau begitu tak apa. Tapi yang jelas tentu ayahmu seorang yang berkepandaian tinggi..."

"Memang kepandaian ayah amat tinggi!" gadis itu tiba-tiba bangga, bersombong. "Dan barangkali ayahmu sendiripun tak dapat mengalahkan ayahku, Han Han. Tapi, ah... sudahlah. Aku tak suka bicara tentang dia!"

Han Han tertegun. Dia menjadi terkejut dan setengah percaya setengah tidak akan kata-kata atau omongan gadis ini. Tapi bahwa gadis itu memang berkepandaian tinggi dan kalau bukan dia barangkali memang susah menundukkan maka Han Han tertarik tapi menahan keinginan tahunya, Yu Yin telah menyatakan tak suka membicarakan ayahnya. Kalau dia mendesak dan terus bicara tentu gadis itu bakal marah-marah lagi, dan dia tentu bakal bingung! Maka daripada membuat si gadis marah dan tak senang akhirnya Han Han memendam keinginan tahunya itu dan kembali menarik napas dalam.

"Baiklah, aku tak akan bertanya lagi, Yu Yin. Kita tak usah bicara tentang ayahmu itu. Kita sebaiknya bicara yang lain saja."

"Ya, tentang kau. Kenapa kau tidak menyenangi ayah ibumu dan kelihatannya sama dengan aku!"

"Aku diusir, maksudku seperti diusir..."

"Apa? Kau diusir? Gilakah ayah ibumu itu?"

"Tidak," Han Han menggeleng. "Melainkan sekedar marah atas sikapku saja, Yu Yin. Maksudku, hmm... ada sesuatu yang tak disukai ayah ibuku dengan perbuatanku."

Gadis itu terbelalak, tiba-tiba memandang tajam. "Kau main wanita?"

Han Han terkejut, muka tiba-tiba semburat merah. "Tidak, justeru aku tak pernah bergaul dengan wanita!"

"Hm!" gadis itu tiba-tiba berseri, lega "Sudah kuduga tak mungkin itu, Han Han. Kau pendiam dan sorot matamupun tidak berminyak seperti laki-laki lain!"

"Berminyak?" Han Han heran. "Berminyak bagaimana, Yu Yin?"

"Kau tak mengerti? Benar-benar tak mengerti?"

"Tidak."

"Kalau begitu bagus. Kau memang pemuda yang baik dan rupanya benar-benar jujur. Maksudku adalah mata berminyak itu mata yang suka melotot dan memandang wanita secara kurang ajar. Mereka itu, cih.., laki-laki tak tahu malu itu, kalau memandang wanita pasti terkandung maksud kotor di hati. Nah, itulah yang kumaksud dan aku pasti menghajar laki-laki demikian karena di sepanjang jalan banyak kualami hal itu!"

"Hm-hm!" Han Han mengangguk-angguk. "Kiranya begitu, Yu Yin. Baiklah, aku mengerti. Tapi aku selama ini tak pernah melakukan itu..."

"Ya-ya, aku percaya!" gadis itu tertawa. "Kalau tidak tentu tak mau aku berdekatan denganmu, Han Han. Karena itu aku dapat melihatmu sebagai pemuda yang tidak jelalatan dan baik terhadap wanita!"

Han Han tersenyum pahit. "Lalu?"

"Lalu apanya? Kau yang harus melanjutkan ceritamu!"

Han Han tertawa. "Yu Y in, aku sendiri kurang suka menceritakan apa yang kuperbuat itu, apa yang membuat ayah ibuku tak senang. Dan karena kau juga tak suka menerangkan atau bicara tentang ayahmu maka aku juga tak senang kalau bicara tentang ini."

"Sompret!" gadis itu memaki. "Kau membalas aku, Han Han. Kau membuatku penasaran!"

"Sama seperti aku yang juga penasaran akan ceritamu yang tidak kau lanjutkan," Han Han tertawa. "Kita satu-satu, Yu Yin. Tapi sebenarnya aku tidak bermaksud membalas. Aku... aku memang enggan menceritakan itu."

Yu Yin tertegun. Han Han tiba-tiba menunduk sedih dan wajah yang tampan gagah itu mendadak muram. Gadis ini melihat kesungguhan Han Han dan tergetarlah dia ketika Han Han tiba-tiba menitikkan dua air mata! Dan ketika dia terkejut dan Han Han bangkit berdiri, menggigit bibir maka pemuda itu berkata bahwa dia ingin melanjutkan perjalanan.

"Aku pikir cukup perkenalan kita. Kau tentu memiliki keperluan sendiri. Nah, selamat berpisah, Yu Yin. Aku tak mau kau ikut berduka mendengar ceritaku."

"Nanti dulu!" gadis ini tersentak, bangun melompat. "Aku sendiri tak memiliki keperluan apa-apa, Han Han. Aku berjalan tak tentu tujuan. Kalau boleh kita jalan bersama-sama karena kita rupanya senasib sependeritaan!"

Han Han terkejut. "Apa, jalan bersama-sama? Laki-laki perempuan?"

Yu Yin juga terkejut, tiba-tiba rupanya sadar. Tapi ketika dua pasang mata mereka bentrok dan Yu Yin merah padam maka gadis ini menunduk dan terisak. "Maaf, aku. aku tidak memikir itu, Han Han. Aku hanya ingin bersamamu dan melanjutkan bercakap-cakap. Tapi, sudahlah.... nanti aku kau anggap gadis tak tahu malu dan kau benar. Baiklah, kita berpisah dan mudah-mudahan bersua lagi!" dan Yu Yin yang berkelebat dan mendahului Han Han tiba-tiba memutar tubuhnya dan meloncat pergi.

Han Han tertegun dan tiba-tiba dia merasa kehilangan. Dia yang akan mendahului mendadak didahului. Tapi ketika dia hendak memanggil dan diurungkan, dia sendiri telah menyatakan tak mau bersama maka pemuda itu menarik napas dalam dan entah kenapa tiba-tiba ada sesuatu yang perih di hatinya, seolah perpisahan itu membuat luka! Dan ketika Han Han tertegun dan memandangi gadis itu sampai lenyap di sana maka Han Han mematung dan tidak bergerak.

Aneh, Han Han mendadak menjadi bingung. Dia yang semula mau meninggalkan gadis itu tiba-tiba saja merasa berat ditinggalkan. Dan karena perkenalan mereka rupanya telah membawa sesuatu yang hangat,indah, tiba-tiba Han Han memejamkan mata karena mendadak dia ingin mengikuti gadis itu. Kepergian Yu Yin mendadak menimbulkan semacam rindu? Han Han terkejut dan gemetar. Dan ketika kakinya juga ingin melangkah dan mengejar gadis itu, mendadak, tanpa sadar, Han Han bergerak dan memanggil gadis itu.

"Yu Yin...!"

Namun si gadis telah lenyap. Yu Yin telah keluar hutan dan aneh sekali Han Han tiba-tiba mengeluh. Dorongan kuat untuk mengejar dan menyusul gadis itu tiba-tiba tak dapat ditahan lagi. Han Han berkelebat dan mengejar dengan cepat. Dan ketika Han Han melihat bayangan gadis itu di depan sana, terisak, maka Han Han terguncang dan tak sadar bahwa panah asmara mulai menancap di hatinya. Pemuda ini mengeluh namun meneruskan larinya, bergerak dan kian mendekati si gadis. Tapi teringat bahwa Yu Yin sedang marah, tentu tak suka dia mengejar maka Han Han memperlambat larinya dan akhirnya menguntit secara diam-diam. Dan begitu Han Han mengikuti dan menggigit bibir, bingung kenapa tiba-tiba dia tak dapat ditinggalkan gadis itu maka si nona yang menangis dan tak tahu diikuti Han Han telah meneruskan larinya keselatan.

"Berhenti!" pada hari ketiga Han Han mendengar sebuah bentakan di tepian sungai. 

Malam tadi dia melihat Yu Yin tidur di hutan, di atas pohon. Han Han merasa kasihan dan ingin mendekat namun tak berani, tidur di atas pohon yang lain namun tak terlalu jauh dari si nona. Han Han sekalian menjaga kalau-kalau ada binatang buas menyerang gadis itu, ular umpamanya. Tapi ketika malam dilewatkan dengan tenang dan menjelang terang tanah dia mendengar suara berkeresekan dan Yu Yin bangun, dia ikut bangun dan memperhatikan secara diam-diam ternyata gadis itu mencuci muka dan berangkat lagi. Han Han juga harus bergerak cepat kalau tak ingin ketinggalan.

Gadis itu kini menyusuri sebuah sungai dan matanya berkali-kali menengok ke kiri kanan, seolah ada yang dicari. Han Han harus sering menarik kepalanya kalau kebetulan gadis itu menengok ke belakang pula. Dan ketika pagi itu si nona bertemu dengan serombongan orang yang membentaknya kasar, seorang laki-laki brewokan sudah melompat dan menghadang di depan maka Han Han melihat gadis itu terkejut dan berkerut kening, namun tidak kelihatan takut.

"Siapa kalian, dan mau apa!"

Han Han bersinar mendengar gadis itu mendahului lawan. Belasan laki-laki itu, yang muncul dan menyeruak rerumputan sungai kiranya sengaja bersembunyi dan kini memperlihatkan diri untuk mencari setori. Mereka rata-rata berwajah kasar dan bengis, sikap atau gerak-gerik mereka seperti perampok-perampok rendahan yang diam-diam membuat Han Han mendengus. Sekarang Han Han mulai tahu mana orang baik-baik dan mana bangsa penyamun atau perampok. Han Han tak khawatir dan percaya kepada Yu Yin. Dan ketika gadis itu bertanya dan mendahului si brewok, yang tertegun dan membelalakkan mata maka laki-laki itu mendengar teman-temannya tertawa.

"Ha-ha, kau didahului, It-twako. Gadis ini bertanya kau mau apa!"

"Ha-ha, jawab saja bahwa kau mau mengambil bini. Sambar gadis itu dan berikan cium sebagai tanda mata!"

Si brewok tertawa lebar. Akhirnya dia juga tertawa setelah teman-temannya tadi tertawa. Mereka mengejek dan merendahkan Yu Yin, tak melihat sinar mata gadis itu berkilat bagai seekor harimau betina yang siap menyergap mangsa. Namun ketika Yu Yin menunggu dan si brewok berhenti tertawa, mengangkat tangannya tinggi-tinggi maka dia berseru,

"Heh, aku adalah It Bong, penjaga atau penguasa sungai It-kiang. Tidak tahu-kah kau bahwa yang lewat harus membayar pajak, nona? Kau datang tanpa ijin, harus memberi upeti atau pajak sesuai peraturan di sini. Nah, katakan kau mau ke mana dan kenapa pagi-pagi begini muncul di sungai It-kiang!"

"Hm, kau kiranya perampok? Buaya bajak sungai?" Yu Yin mendengus. "Minggir, brewok. Atau kupecahkan kepalamu nanti!"

"Wah, It-twako mendapat macan galak. Ha-ha, ketanggor kau, twako. Hajar dan tangkap saja gadis ini!"

"Benar, dan telanjangi tubuhnya. Dia telah menghina It Bong-twako!"

Si brewok terbelalak lebar. Dia dimaki dan tak dipandang mata lawannya, Yu Yin menyuruh dia minggir sementara dirinyapun dikata sebagai buaya sungai. Dan ketika laki-laki itu terkejut dan heran serta kaget, tak menyangka gadis secantik ini berani kepadanya padahal sendirian saja tiba-tiba laki-laki itu tertawa bergelak dan merasa lucu!

"Ha-ha, ini rupanya betina yang kucari-cari, kawan-kawan. Sudah lama aku tak menemukan calon bini segarang ini. Ah, kalian benar. Dia harus ditangkap dan ditundukkan. Hayo, kalian maju dan tangkap dia, tapi jangan ditelanjangi!"

Yu Yin berkilat marah. Si brewok yang tiba-tiba mundur dan tidak marah sekonyong-konyong sudah menyuruh teman- temannya maju. Kiranya dia adalah sang pemimpin dan benar mereka semua adalah perampok, atau bajak-bajak sungai yang kini sedang naik ke darat, mungkin karena melihat dirinya tadi. Dan ketika Yu Yin marah dan berkilat matanya, melihat dua laki-laki di belakang si brewok meloncat dan menubruk maju tiba-tiba tanpa banyak bicara gadis ini bergerak dan kakipun menendang dua kali tepat mengenai dada lawannya, yang langsung muntah darah.

"Haiikkk. bluk-dess!"

Yang lain terkejut. Yu Yin bergerak luar biasa cepat ketika dua orang tadi menubruk, menyelinap dan lewat di bawah ketiak mereka untuk akhirnya membalik dengan tendangan kilatnya. Semua itu berlangsung amat cepat dan tahu-tahu dua laki-laki itu berteriak dan roboh terlempar. Mereka muntah darah. Dan ketika semua terkejut karena Yu Yin membuat dua laki-laki itu pingsan, dalam segebrakan saja maka gadis itu bergerak dan meneruskan serangannya kepada si brewok, juga yang lain-lain.

"Kalian perampok-perampok hina. Rupanya pagi-pagi belum mendapat sarapan. Nah, terima ini, tikus-tikus busuk. Dan enyahlah kalian ke dasar neraka!" dan Yu Yin yang berkelebat dan sudah bergerak cepat, menyerang dan menendang si brewok tiba-tiba membuat laki-laki itu berteriak karena terlempar pula.

Selanjutnya gadis ini berkelebatan seperti walet menyambar-nyambar, belasan orang itu dihajar dan dibuatnya jatuh bangun. Dan ketika mereka menjerit dan terlempar ke sana-sini, tak keruan, maka Yu Yin sudah memporak-porandakan lawan-lawannya sekejap saja. Gadis itu tak mau memberi ampun karena si brewok dikejar dan akhirnya diberi tendangan lagi, mencelat dan tercebur ke sungai. Dan ketika yang lain juga kalang-kabut dan terguling-guling tak sempat mencabut senjata, gerakan Yu Yin amat luar biasa cepatnya maka mereka yang berkaok-kaok dan berteriak tak keruan-keruan itu mendadak meneruskan gerakannya dan mencebur ke sungai pula.

"Byur-byurr!"

Yu Yin tertawa menghina. Belasan orang itu akhirnya jatuh ke air, yang pingsan atau luka-luka disambar temannya untuk dijauhkan dari gadis ini. Dan ketika semua selulup dan berenang ketakutan maka mereka sudah menyeberangi sungai itu dan merah padam disana.

"Keparat, jahanam terkutuk. Gadis siluman!"

Yu Yin mengerutkan kening. Orang-orang itu yang kini berada di seberang ternyata masih berani memaki-makinya. Mereka mengacung-acungkan tinju sementara si brewok sendiri basah kuyup mengamangkan golok. Gemas dan mengancam, tapi tak berani maju. Dan ketika Yu Yin mendongkol dan marah, orang-orang itu menghinanya di sana tiba-tiba dia menggerakkan ujung kakinya dan belasan kerikil hitam melesat dan menyambar orang-orang itu, termasuk si brewok.

"Tak-tak... aduhh!"

Brewok dan teman-temannya terpelanting. Mereka melempar tubuh sambil menjerit-jerit, kepala atau hidung mereka bengkak sebesar telur ayam, Yu Yin mengerahkan kepandaiannya untuk menendang dari jauh, mempergunakan kerikil-kerikil hitam itu. Dan ketika orang-orang itu menjerit dan lari lintang-pukang, dari seberang masih juga dapat dihajar gadis siluman itu maka mereka berkaok-kaok dan meninggalkan tepian. Yu Yin tertawa dan sejenak melupakan kesedihannya sendiri. Dia telah menghajar orang-orang itu. Namun ketika gadis ini hendak meninggalkan sungai dan meneruskan perjalanan, mencari-cari sesuatu mendadak sebuah perahu meluncur tanpa penumpang.

Yu Yin terkejut dan tertegun. Perahu itu melawan arus dan aneh sekali justeru mendatangi dirinya. Perahu itu terus bergerak dan maju dengan cepat, seolah dikemudikan siluman. Dan ketika perahu itu berhenti dan tepat berada di depannya, hal yang membuat gadis ini mengkirik dan merinding, perahu itu seolah perahu siluman maka Yu Yin terbelalak melihat sepotong papan berisi tulisan untuknya:

Nona benar-benar gagah. Silahkan naik perahu ini untuk menerima kagum dari kami, orang-orang Ang-liong-pang (Perkumpulan Naga Merah).

Yu Yin tertegun. Perahu itu bergoyang-goyang dan kiranya merupakan semacam barang undangan yang aneh. Gadis itu terkejut karena mendengar Ang-liong-pang adalah perkumpulan bajak yang amat ditakuti, kalau tidak salah dipimpin oleh sepasang kakak beradik Ang-liong Twa-mo dan Ang-liong Ji-mo, dua laki-laki yang dikabarkan lihai dan memiliki ilmu pukulan Ang-liong-kang, sejenis pukulan yang mengandalkan tapak tangan berbisa yang amat ganas. Tapi karena Yu Yin adalah gadis yang tak kenal takut dan justeru dia "mencari mati" untuk membebaskan diri dari kekecewaan terhadap ayahnya maka begitu mendengus dan mengeluarkan tawa dari hidung tiba-tiba tanpa banyak bicara lagi gadis ini melompat dan sudah memasuki perahu.

"Ang-liong-pang, aku memang bukan orang penakut. Kalau kalian ingin mengenal nonamu tentu saja aku datang. Nah, mari kutemui kalian dan lihat siapa yang mau banyak tingkah!"

Yu Yin berseru sambil sudah mematahkan sebuah dahan, maksudnya adalah untuk mengayuh atau mengemudikan perahu itu. Tapi ketika perahu bergerak dan tahu-tahu sudah meluncur ke hilir, mendahului gadis itu yang hendak mendayung maka Yu Yin kaget karena tiba-tiba kakinya terpeleset oleh gerakan perahu yang oleng ke kiri kanan, cepat sekali. Dan begitu dia berada di dalam perahu tiba-tiba saja gadis ini mendengar kecipak perlahan di bawah lantai perahu dan kiranya dua orang menjalankan perahu itu dari bawah, mendorong sambil menyelam!

"Hei, keparat. Kiranya kalian di situ!"

Namun Yu Yin dibuat sibuk mempertahankan diri. Perahu yang disangka perahu siluman itu ternyata dikemudikan dua orang penyelam yang amat lihai. Mereka betah di dalam air tanpa memperlihatkan diri, mendorong dan meluncur seperti ikan. Dan karena perahu sudah mengikuti aliran sungai dan gerakannya luar biasa cepat, karena didorong pula oleh arus air yang kuat maka Yu Yin berkali-kali mengeluarkan teriakan kaget karena tubuhnya miring ke kiri kanan dipermainkan gerakan perahu yang oleng ke sana ke mari, tajam dan miring di mana berkali-kali bibir perahu nyaris menyamai permukaan air.

Yu Yin tak pandai berenang dan karena itu terpekik-pekik marah dipermainkan dua penyelam ini. Mereka mendorong dan mempermainkan perahu hingga nyaris gadis ini terguling. Kalau Yu Yin tidak meloncat-loncat atau berpegangan pada bibir perahu yang tinggi tentu dia sudah kecebur! Dan ketika gadis itu marah karena perahu kini memasuki aliran sungai yang deras, yang membuat gadis itu terbelalak dan pucat maka Yu Yin menggerakkan dahan pohon di tangannya untuk menghajar penyelam di sebelah kiri, yang saat itu kebetulan menongolkan kepalanya.

"Dess!" Penyelam itu menjerit. Rupanya dia tak menyangka karena Yu Yin sudah dibuatnya sibuk mempertahankan keseimbangan tubuh, agar tidak kecebur di air. Maka begitu senjata di tangan gadis itu menyambar dan mengenai kepalanya, keras sekali, maka laki-laki itu berteriak dan seketika melepaskan pegangannya. Perahu meluncur dan kini tinggal dikuasai seorang penyelam saja. Yu Yin mengerahkan sin-kang di kakinya hingga kini kakinya itu melekat di lantai, tak bakalan membuat dia terlempar atau meloncat-loncat lagi.

Itulah semacam ilmu cecak yang dapat membuat gadis ini bertahan, paling-paling hanya pinggang ke atas yang terayun-ayun ke kiri kanan, mengikuti gerakan perahu yang diolengkan atau dipermainkan lawan di bawah. Dan begitu Yu Yin berhasil menghantam lawan pertama, tinggal penyelam yang satunya lagi maka gadis itu sudah bergerak dan mengincar penyelam yang ini. Tapi lawan rupanya marah. Yu Yin yang menghajar dan membuat temannya tadi menjerit kesakitan tiba-tiba membuat penyelam ini mengguncang perahu.

Perahu yang sudah oleng ke kiri kanan itu kini miring dan bergerak-gerak dengan hebat. Arus semakin deras dan sudah ada yang masuk. Gadis itu terkejut. Dia tetap melekat tapi ketika perahu nyaris terguling apa boleh buat dia harus melepas ilmu cecaknya itu, meloncat dan berjungkir balik tinggi. Dan ketika dia hinggap dan menyentuh bibir perahu yang lain, yang baru saja diinjaknya maka lawan menggulingkan bagian ini dan Yu Yin dipaksa lagi untuk meloncat menyelamatkan diri, begitu berkali-kali. Dan karena hal ini membuat air masuk semakin banyak dan Yu Yin juga semakin pucat, marah sekali maka gadis itu tiba-tiba membentak ketika lawan muncul dan membalikkan badan perahu.

"Haiii... des-crep!"

Kejadian itu berlangsung cepat. Yu Yin berjungkir balik dan melontar senjata di tangannya, tepat sekali mengenai leher orang hingga laki-laki itu menjerit dan terguling, melepaskan perahunya. Tapi karena perahu sendiri sudah dibalik dan tengkurap, Yu Yin berteriak karena tak mungkin dia mengemudikan perahu yang seperti itu maka dia melepas sebuah tendangan ketika hinggap di perut perahu yang terbalik ini, menjerit dan gugup karena selanjutnya perahu itu meluncur mengikuti arus, menabrak batu-batu hitam dan akhirnya hancur bertemu sebuah batu karang, remuk berkeping-keping dan Yu Yin meloncat tinggi berjungkir balik ke batu ini, ngeri dan pucat karena dia sudah sendirian di tengah sungai yang deras. Tak ada perahu yang dapat menyeberangkannya! Tapi ketika gadis itu terbelalak dan pucat serta marah maka terlihat tiga perahu merah mendatanginya dari arah depan, menentang arus.

"Ha-ha, selamat datang, nona. Jangan khawatir, kami akan menjemputmu!"

Yu Yin berkilat-kilat. Dia tahu bahwa itu pasti orang-orang Ang-liong-pang, teman-teman dari dua penyelam yang sudah dihajarnya tadi. Tapi ketika dia menunggu dan bersiap-siap, girang dan akan menghajar orang-orang itu, yang berperahu dengan cepat menentang arus tiba-tiba saja mereka berhenti beberapa tombak mengelilingi batu karang di mana Yu Yin berada.

"Nona, kami dari Ang-liong-pang diutus pangcu (ketua) untuk menjemputmu. Lompatlah, kami akan membawamu ke sana dan menerima kagum!"

Yu Yin marah. "Kalian punya otak atau tidak? Masa jarak demikian jauh aku disuruh melompat? Dekatkan perahumu ke mari, tikus-tikus busuk. Atau kalian semua nanti kuhajar!"

"Ha-ha, nona sudah berhasil menyelamatkan diri dari dua penyelam kami yang lihai, dan nona juga tak sampai jatuh ke air. Ah, ini menunjukkan kepandaianmu yang tinggi, nona. Silahkan lompat dan kami tak akan mempermainkan dirimu."

"Kau siapa? Tokoh nomor berapa dari Ang-liong-pang?"

"Aku wakilnya, tokoh nomor tiga."

"Hm!" Yu Yin memandang laki-laki bermuka kuning itu. "Kalau begitu kau Ui-liong-hi Kwan Bhe?"

"Aha, nona sudah mengenai namaku. Tepat sekali, aku memang orang she Kwan!" dan ketika Yu Yin tertegun dan terbelalak memandang lawannya itu, laki-laki muka kuning maka lawan menyuruh dia lagi untuk cepat melompat.

"Kami tak berani terlalu dekat-dekat. Batu karang itu besar sekali, nanti perahu kami dapat menabrak pecah. Silahkan nona lompat dan kami akan menyambutmu baik-baik. Mari, tuan puteri. Cepatlah dan jangan ragu!"

Yu Yin terkejut. "Kau. kau menyebut apa?"

"Ha-ha, kami tahu kau siapa, nona. Kau adalah puteri seorang pangeran. Naiklah, dan cepat lompat ke sini!"

Yu Yin mengeluarkan seruan kaget. Tanpa terasa gadis ini mundur dan melotot memandang Ui-liong-hi Kwan Bhe, si Ikan Naga Kuning yang merupakan wakil Ang-liong-pang itu. Tapi ketika dia sadar dan tertawa geli, hal yang membuat si muka kuning melengak maka gadis itu berseru, "Orang she Kwan, kau sungguh lucu dan menghormatku berlebihan. Siapa yang menjadi puteri pangeran dan menerima sambutan begini baik? Tapi tak apalah, kau agaknya keliru mengenai orang dan aku ingin mendapat hormat macam begini. Awas, aku ke situ...!" dan ketika lawan tertegun dan membelalakkan mata, kaget dan heran mendengar kata-kata itu maka Yu Yin sudah meloncat berjungkir balik ke perahu Kwan Bhe.

Sebenarnya jarak cukuplah jauh, tak kurang dari sepuluh meter. Namun karena gadis itu berada di tempat ketinggian dan perahu lawan di tempat yang lebih rendah maka begitu mengerahkan ilmunya meringankan tubuh dan berseru keras tiba-tiba Yu Yin telah di atas perahu lawan, berjungkir balik lima kali di udara dan tepat sekali hinggap di ujung perahu. Ada tanda-tanda Kwan Bhe mau mendorong perahunya namun tak jadi, karena laki-laki itu masih ragu akan omongan Yu Yin tadi. Dan ketika gadis itu turun dan hinggap dengan ringan, sudah diujung perahunya maka Yu Yin berkata lagi, pongah,

"Nah, antarkan aku ke ketuamu. Anggap aku betul-betul puteri seorang pangeran dan ingin kudapat sambutan begini manis!"

Si muka kuning terkejut. "Kau... bukan puteri pangeran?"

"Hi-hik, anggap saja begitu, orang she Kwan. Dan hayo berangkatkan perahumu ini seperti kata-katamu tadi!"

"Tidak!" laki-laki itu mendadak melompat. "Kalau kau bukan orang yang kumaksud maka tak boleh kau menginjakkan kaki, bocah siluman. Turun dan enyahlah kau wherrr!" dan ujung lengan baju yang menyambar serta mengebut keras tiba-tiba menghantam muka Yu Yin yang masih ongkang-ongkang di ujung perahu.

Gadis ini terkejut tapi tertawa, girang karena dia sudah tidak lagi di batu karang itu melainkan di tempat yang enak, di perahu ini. Maka begitu Kwan Bhe menyerangnya dan laki-laki itu mempergunakan lengan bajunya, yang keras dan tiba-tiba seperti besi maka Yu Yin meloncat ke kiri membiarkan pukulan lewat.

"Pyarr!" Ujung perahu hancur seperti bubuk. Yu Yin tertawa dan mengejek lawan, si muka kuning terkejut sementara dua perahu yang lain tiba-tiba maju mendekat. Maklumlah, wakil ketua Ang-liong-pang itu mulai menyerang lawan. Dan ketika mereka berlompatan dan menuju ke perahu ini, Yu Yin dikejar dan sudah mendapat serangan bertubi-tubi maka gadis itu mengelak dan lincah menghindar sana-sini.

"Des-dess!"

Lantai perahu berlobang. Dua pukulan lagi-lagi tak mengenai gadis itu melainkan memukul ke bawah. Ujung lengan baju itu menghantam kuat dan lantaipun pecah. Namun karena perahu rupanya memiliki lantai berlapis-lapis dan masih ada lantai lain yang menyelamatkan perahu dari rembesan air maka Yu Yin yang lega dan tertawa-tawa sudah berloncatan dan akhirnya berkelebatan ke sana kemari.

"Hi-hik, keluarkan semua kepandaianmu, orang she Kwan. Dan lihat berapa jurus kau dapat mengalahkan aku!"

"Terkutuk!" laki-laki itu membentak. "Aku akan merobohkanmu, bocah siluman. Dan tak sampai dua puluh jurus kau pasti terjungkal!"

"Wah, omongan si pandir. Tong kosong nyaring bunyinya.... aiihhh!" dan Yu Yin yang terkejut melengking tinggi tiba-tiba menjadi kaget karena dari belakang dan kiri kanan menyerbu orang-orang lain yang membantu si muka kuning itu. Mereka melepas tali panjang dan satu di antaranya hampir saja menjirat kakinya, Yu Yin terkejut dan terpekik marah. Dan ketika dari tempat yang lain bergerak orang orang itu dan seisi perahu membantu si muka kuning, yang mengejek dan tertawa bergelak maka Yu Yin kerepotan karena dikeroyok dari segala penjuru.

"Nah, lihat. Siapa tong kosong nyaring bunyinya. dess!" dan si nona yang terpelanting oleh kebutan ujung baju lalu bergulingan menjauh dan memaki-maki si muka kuning, yang tidak jantan bertanding satu lawan satu karena sudah dibantu anak buah. Sekarang Yu Yin mengerti apa kiranya arti suitan tadi, karena Kwan Bhe lawannya itu bersuit dan bersiul aneh, kiranya merupakan tanda bagi belasan orang anak buahnya untuk maju mengeroyok. Dan ketika gadis itu bergulingan dan lawan mengejar, Yu Yin cepat melompat bangun dan mencabut senjata maka sebuah pedang pendek telah berkelebat dan mendesing ditangannya.

"Sing-bret-brett!"

Ujung baju si muka kuning putus! Laki-laki itu berteriak kaget melempar tubuh ke kiri. Sebuah bacokan atau tikaman aneh menyambar, setelah tadi membabat ujung bajunya. Dan ketika yang lain juga berteriak karena pedang hitam di tangan gadis itu bergerak dan bergulung naik turun maka tali atau jala yang tadi berseliweran mau menjerat tiba-tiba putus semua.

"Mundur, semua mencabut senjata!"

Yu Yin tertawa nyaring. Sekarang gadis ini ganti mengejek dan si muka kuning berobah pucat. Anak buahnya mundur tanpa diperintah lagi. Dan ketika mereka mencabut senjata dan siap mendengar aba-aba maka Kwan Bhe si Naga Kuning sudah meloncat dan menyerang lagi, disusul anak buahnya.

"Tangkap dia, kalau perlu bunuh!"

Semua bergerak mengikuti. Tujuh belas lawan mengepung Yu Yin dengan golok atau pedang. Kwan Bhe sendiri mencabut dayung besi yang segera menderu menghantam gadis itu, hebat sekali. Namun ketika Yu Yin meloncat tinggi dan berjungkir balik menghindari serangan, dayung atau golok lewat di bawah kakinya maka gadis itu melayang turun dan membalas.

"Cring-cring-cranggg!"

Hebat sekali apa yang dilihat. Pedang si gadis yang meluncur dan menukik ke bawah tiba-tiba membentur semua senjata-senjata lawannya itu, dipapas atau dibacok buntung. Dan ketika Kwan Bhe berteriak karena dayung besinya juga terbabat, rusak ujungnya maka laki-laki itu bergulingan menyelamatkan diri ketika sinar hitam mengejar.

"Craakk!" Lantai perahu terbelah dua. Kwan Bhe terkesiap dan ngeri hatinya, mata membelalak. Namun karena laki-laki itu sudah melompat bangun dan penasaran akan semuanya ini, kalah senjata dan bukan kalah orang maka wakil Ang-liong-pang itu berseru agar semua tidak mengadu senjata.

"Hindarkan senjata dengan senjata. Pedang gadis itu kiranya pedang pusaka. Awas, jangan sampai beradu!" dan menggeram serta membentak maju laki-laki ini menyerang lagi dengan dayungnya. Dayungnya itu masih hebat meskipun ujungnya buntung sedikit. Dan ketika anak buahnya juga mengikuti dan mengangguk, tahu bahwa pedang di tangan gadis itu kiranya amat tajam luar biasa maka semua menerjang dan kembali mengeroyok Yu Yin, menarik senjata kalau mau berbenturan dan kawan yang lain membokong atau melepas serangan curang, kalau gadis itu menghadapi yang lain. Dan karena ganti berganti mereka membantu kawan dan bokongan di belakang selalu berbahaya, Yu Yin naik darah, maka gadis itu melengking dan tiba-tiba tubuhnya berkelebatan seperti walet menyambar-nyambar.

"Baik, kalian laki-laki pengecut. Coba lihat siapa dapat merobohkan aku. Wut-wut....!" dan pedang yang terus bergerak mengikuti gadis itu, membentuk bayang-bayang hitam yang cepat sekali akhirnya mendapat juga korban pertama, disusul korban kedua dan ketiga dan tiga anak buah Ang-liong-pang mandi darah. Mereka roboh dan menjerit tanpa dapat ditahan lagi, tadi Yu Yin membalik dengan amat cepatnya dan mereka itulah tiga laki-laki yang membokong dari belakang. Yu Yin beterbangan tak dapat diikuti mata dan pedangnya menikam dengan cepat, langsung menghunjam dan mengenai dada lawan. Dan ketika gadis itu beringas dan mempercepat gerakannya hingga belasan lawannya saling tabrak sendiri, tak mampu mengikuti gerakannya lagi maka pedang kembali mendapat korban.

"Crep-crep!"

Dua lengking tinggi itu tak perlu diragukan lagi. Mereka itulah dua laki-laki keempat dan kelima, korban pedang hitam yang terus menyambar-nyambar bagai naga tak kenal ampun. Dan ketika yang lain terkejut dan gentar, Ang-liong-hi Kwan Bhe sendiri mundur dengan dayung terbabat lagi maka laki-laki bermuka kuning itu meloncat dan tiba-tiba meninggalkan perahu.

"Mundur semua mundur!"

Yu Yin tertawa mengejek. Akhirnya gadis ini melihat semua lawan berloncatan, yang roboh atau luka-luka ditendang dan kecebur di sungai. Kwan Bhe membiarkan saja lima anak buahnya yang kena sial itu. Dan ketika semua melompat ke perahu yang lain, yakni dua perahu yang tadi mendekati perahu si Naga Kuning ini maka Yu Yin tak menduga jelek dan terkekeh-kekeh melihat lawan-lawannya itu melarikan diri.

"Hi-hik, tahu rasa kau, orang she Kwan. Lihat siapa yang lari dan terbirit-birit!"

Kwan Bhe, wakil Ang-liong-pang itu merah padam. Dia tak menghiraukan ejekan ini karena dengan sisa anak buahnya dia cepat mendayung dan memutar perahu. Yu Yin tertawa-tawa dan girang mendapat perahu sendiri. Dia sekarang dapat menyeberang atau melanjutkan perjalanan. Tapi ketika dia menyambar dayung dan menggerakkan perahu ini mendadak orang-orang di atas perahu yang menjauhkan diri itu berloncatan atau mencebur ke sungai. Yu Yin terheran dan membelalakkan mata melihat ini, tak mengerti. Namun ketika tiba-tiba perahunya terguncang dan diangkat beramai-ramai, laki-laki she Kwan itu kiranya sudah di bawah dan hendak menggulingkan perahu maka Yu Yin kaget dan berteriak tanpa sadar.

"Heiii...!"

Namun terlambat. Si muka kuning yang bertenaga besar itu telah membentak beramai-ramai sisa anak buahnya untuk menjungkalkan Yu Yin. Perahu terangkat dan tiba-tiba terbalik. Yu Yin mengerahkan tenaga kakinya namun kalah banyak, juga kalah cepat. Dan ketika perahu terguling dan tengkurap ke bawah maka Yu Yin berjungkir balik dan apa boleh buat harus kembali ke batu karang besar itu.

"Bedebah, keparat!" Yu Yin memaki-maki. "Kalian orang-orang curang, orang she Kwan. Awas kalian kalau berani ke sini!"

"Ha-ha!" Naga Kuning tertawa bergelak. "Sekarang kaulah yang tahu rasa, bocah. Kau tak dapat ke mana-mana kecuali pandai terbang!" laki-laki itu berenang dan menuju ke perahunya sendiri, meloncat dan naik sambil tertawa-tawa sementara anak buahnya juga mengikuti.

Yu Yin melihat betapa mereka itu rata-rata adalah orang yang pandai sekali bergerak di air. Orang she Kwan itu demikian licin dan pandai seperti belut, tubuh sudah naik ke atas dan cepat sekali dia menyambar dayungnya. Dan ketika yang lain sudah berlompatan dan dua perahu itu penuh lagi maka Kwan Bhe memberi aba-aba agar menyerang dengan panah.

"Robohkan dia, sampai mampus!"

Yu Yin sibuk. Kwan Bhe sendiri sudah menjepret sebatang panah setelah maju mendekat, dayungnya dilempar dan kini puluhan anak-anak panah menyambar ke arah gadis ini. Dan ketika Yu Yin memutar pedangnya dan menangkis semua serangan itu maka gadis yang marah ini menggerakkan tangan kiri pula untuk menangkap beberapa batang anak panah yang berani mendekat. Lalu ketika lawan dibuat kagum karena gerakannya tangkas dan tepat maka dia melontar anak-anak panah itu dan tiga anak buah laki-laki ini roboh menjerit.

"Keparat, jangan dekat-dekat!"

Namun orang-orang itu juga tak dapat melepas panah. Tanpa diperintah lagi mereka sudah menjauhkan diri dan arus yang deras membuat perahu mereka berputar-putar. Kalau mereka melepas anak panah maka secepat itu pula Yu Yin akan menangkap dan meretournya lagi. Seberapa anak panah menyambar seberapa itu pula gadis ini coba menyerang balik. Dan ketika pedang yang menangkis juga dibuat sedemikian rupa hingga panah menyambar pemiliknya sendiri maka orang-orang itu tak berani mendekat dan sudah memasang jarak yang terlalu jauh.

Yu Yin sudah tak diserang lagi dan gadis itu tertawa-tawa di atas batu karang, lupa bahwa dia juga tak dapat turun karena tak ada perahu mendekat. Dan ketika si Naga Kuning memberi aba-aba untuk kembali dan lenyap di tikungan depan maka barulah gadis itu sadar bahwa dirinya sendirian.

"Heii, kalian! Berhenti dan seranglah aku!"

Namun si muka kuning tak menghiraukan. Yu Yin terlalu lihai baginya dan pedang di tangan gadis itu terlalu hebat. Dayungnya buntung dua kali dan anak-anak buahnya terlempar tak keruan. Kalau terus dia menyerang salah-salah semua anak buahnya bakal habis. Maka ketika dia memerintahkan untuk kembali sementara gadis itu tak mungkin meninggalkan tempatnya, Yu Yin masih di atas batu karang maka laki-laki ini hendak memanggil bala bantuan untuk menangkap atau menghajar gadis itu lagi.

Yu Yin tak mengerti apa yang dilakukan lawan dan dia mengira lawannya itu tak kembali, ketakutan. Tapi ketika dia membanting-banting kaki dan gelisah tak keruan, terkurung di tengah arus deras maka saat itulah belasan perahu datang dengan cepat. Si Naga Kuning tampak di depan sendiri dan kembali lagi, ternyata masih tak jera!

"Yu Yin, tangkap tali ini. Cepat, musuh-musuhmu terlalu kuat!"

Yu Yin terkejut. Dari seberang tiba-tiba muncul Han Han. Pemuda itu berkelebat dan sebenarnya sejak tadi sudah melihat pertempuran itu. Han Han hendak membantu namun dilihatnya gadis itu dapat menghadapi lawan-lawannya, tentu akan marah kalau dia maju membantu. Maka ketika Yu Yin ditinggalkan lawan-lawannya dan Han Han bingung mau menolong dengan apa, sebenarnya tak mau memperlihatkan diri mendadak pemuda itu melihat rombongan di depan itu.

Han Han melihat bahwa si Naga Kuning kembali lagi dengan banyak orang, tak kurang dari seratus. Dan karena dia juga bingung bagaimana caranya menolong Yu Yin maka Han Han membuat seutas tali dan kini muncul memperlihatkan dirinya, berseru dari seberang. Tapi ketika Yu Yin mendelik dan membuang muka, tak mau melihat tali yang sudah dilempar maka Han Han tertegun sementara rombongan orang-orang itu sudah kian dekat.

"Heii, tangkap tali itu. Cepat!"

"Huh, aku tak butuh pertolonganmu!" gadis itu mendengus, kini memperdengarkan suaranya. "Kau boleh berteriak-teriak di situ, Han Han. Tapi aku tak takut dan tak perlu bantuanmu!"

"Ah, tapi kau sendirian di atas batu karang, tak dapat keluar. Bagaimana tak perlu ditolong, Yu Yin? Hayo, cepat tangkap tali ini, kuseret dan kubawa keseberang!"

"Aku tak sudi!" gadis itu melotot. "Aku masih dapat menjaga diriku, Han Han. Pergi dan enyahlah kau!"

Han Han terkejut. Saat itu orang-orang di atas perahu sudah dekat dan Naga Kuning tertawa lebar menghampiri cepat. Di perahu nomor dua berdiri sepasang laki-laki pendek bertubuh kekar. Laki-laki itu mengamati Yu Yin dengan pandangan tidak berkedip. Han Han juga men jadi pusat perhatian karena pemuda itu tiba-tiba muncul di situ. Namun karena orang tak tahu siapa pemuda ini dan Yu Yin lah yang menjadi incaran utama maka Kwan Bhe, si muka kuning itu berseru pada dua laki-laki di perahu nomor dua akan gadis ini.

"Pangcu, inilah gadis siluman yang kumaksud. Dia bukan gadis yang kita duga itu dan telah melukai beberapa anak buah kita. Lihat, dia cukup lihai dan saksikan gerakan pedang hitamnya wut!" dan sebatang anak panah yang menyambar ke atas batu karang tiba-tiba telah dilepas laki-laki ini untuk membuktikan kepandaian Yu Yin.

Dua laki-laki di perahu belakang tak mengeluarkan suara, mata mereka masih tak berkedip memandang gadis itu. Han Han yang ada di tepian masih juga tak diperhatikan, kecuali oleh orang-orang di perahu lain. Dan ketika Kwan Bhe menyerang dan melepas sebatang anak panah maka Yu Yin yang masih memegang pedang hitamnya itu cepat menangkis.

"Trak!" Panah terpental dan menyambar pemiliknya. Sama seperti tadi gadis inipun menangkis serta mementalkan panah lawan, tenaganya dikerahkan sedemikian rupa agar anak panah tidak patah, karena kalau tidak tentu sudah putus seperti besi-besi yang lain. Dan ketika anak panah itu mencelat dan menyambar pemiliknya sendiri maka Kwan Bhe menyampok dan anak panah itu runtuh.

"Lihat, dia cukup lihai, pangcu. Dan pedang hitamnya itu luar biasa sekali!"

"Dekatkan perahu, kepung!" satu di antara dua laki-laki kekar tiba-tiba berseru dengan suaranya yang parau. "Jangan sakiti gadis itu, Kwan Bhe. Aku akan melihat sendiri apakah dia gadis yang kita maksud atau bukan!" dan berkelebat serta berjungkir balik ke atas batu karang tiba-tiba si pendek yang kekar ini telah berhadapan dengan Yu Yin, sama-sama berdiri di atas batu!

"Nona, kupikir kau adalah orang undangan kami. Tapi pembantuku mengatakan bukan, kau menyangkal. Apakah benar kau bukan dari kota raja?"

"Apa yang kau maksud?" Yu Yin terkejut, diam-diam tergetar melihat ilmu meringankan tubuh orang yang cukup luar biasa, hanya empat kali berjungkir balik saja. "Aku tak mengerti dan tak suka menjawab pertanyaanmu. Yang jelas aku adalah gadis kang-ouw!"

"Hm, kau telah melukai It Bong, dan gerak tendanganmu itu mirip Soan-hong-twi (Tendangan Badai) yang dimiliki Coa-ongya, Apakah kau bukan puterinya?"

Yu Yin pucat, tiba-tiba mundur. Tapi ketika dia marah dan membentak maju maka gadis ini berseru, "Aku tak tahu siapa itu orang yang kau maksud. Ilmu tendangan banyak ragamnya, masing-masing hampir sama. Kalau kau pangcu dari Ang-liong-pang maka minggirlah dan jangan mencari perkara kalau tak ingin aku membunuhmu!"

"Hm," si pendek itu tersenyum, tiba-tiba menjura. "Kalau begitu betul kau orangnya, nona. Kaulah Coa-siocia (nona Coa). Mari, silahkan turun ke perahu dan maafkan semua perbuatan anak buahku yang tidak mengenal dirimu."

"Apa?" Yu Yin membentak. "Kau gila dan tidak waras? Eh, enyahlah dan jangan ganggu aku lagi, Ang-liong-pangcu. Atau aku memaksamu turun dan biar kau kapok!" dan Yu Yin yang marah tidak mau banyak bicara lagi tiba-tiba menggerakkan pedangnya menusuk lawan.

Ang-liong-pangcu mengelak namun pedang terus mengejar, laki-laki itu tetap tersenyum karena merasa dugaannya benar. Entah bagaimana dia yakin bahwa gadis itu adalah puteri Coa-ongya (pangeran Coa) dari kotaraja. Tapi ketika pedang terus mengejar dan tak dapat dia mengelak terus maka ketika dia mengelak dan merunduk maka sebuah tendangan dilancarkan.

"Plak!" Yu Yin terkejut terhuyung mundur. Lawan tiga kali berturut-turut menghindar serangannya dan baru kali itu merasakan pergelangan tangannya tergetar tapi pedang tak sampai terlepas, gadis itu marah. Tapi ketika dia hendak menyerang lagi dan membentak lawan tiba-tiba si kekar ini berjungkir balik dan turun keperahunya.

"Suheng, gadis ini adalah benar-benar Coa-siocia. Coba bagaimana agar dia dapat menerima kita!"

"Hm," si kekar satunya, yang ternyata Twa-mo adanya, ketua nomor satu, bersinar dan mengangguk-angguk. Dia sudah melihat sekilas ilmu pedang Yu Yin tadi dan ganti melompat ke atas. Dan ketika dia berjungkir balik dan berhadapan dengan si gadis maka dia membungkuk dan menjura.

"Nona, ayahmu sudah lama mencari-carimu. Kami diutus untuk mencari dan menyuruhmu pulang. Kalau kau belum mau pulang silahkan berdiam di tempat kami dan nanti ayahmu datang!"

"Kau bicara apa? Kenapa melantur dan bicara yang tidak ku mengerti? Eh, kalau kau Ang-liong Twa-mo maka aku-pun tak takut padamu, pangcu. Lihat aku menyerangmu dan sampai kapan kau dan yang lain-lainnya itu menutup mulut tidak bicara lagi!" dan Yu Yin yang marah membentak maju tiba-tiba juga menyerang dan menusuk ketua nomor satu ini. Wajahnya sudah berobah dan kakinya menggigil mendengar kata-kata orang. Yu Yin rupanya marah atau mungkin bingung. Entahlah, gadis ini tiba-tiba juga menampakkan sikap yang aneh. Tapi ketika serangannya dielak dan pedang menyambar ke samping maka Ang-liong Twa-mo menetak dan memukul pergelangan tangan.

"Plak!" Yu Yin lagi-lagi terhuyung. Dibalas dan dipukul seperti itu tiba-tiba gadis ini melengking sengit, dia bergerak dan kini berkelebatanlah tubuhnya memainkan ilmu pedang yang ganas. Pedang itu membacok dan menusuk dengan tipu atau gaya setengah ilmu golok. Tapi ketika Twa-mo berseri-seri dan justeru gembira melihat ini maka di samping berkelebatan mengelak dan menghindari serangan mulutnyapun memuji.

"Ah, benar. Inilah Kiam-to Kwi-sut (Silat Iblis Golok Pedang) yang dipunyai ayahmu. Ha-ha, kau tak dapat menyembunyikan diri lagi, siocia. Kami sudah yakin dan kau tak dapat menyangkal.... brett!"

Ang-liong Twa-mo menghentikan seruannya, terganti oleh teriakan kaget karena baju di sebelah kirinya robek terbabat. Dalam kegirangan dan gembiranya tadi dia lengah memperhatikan pedang, akibatnya menerima tusukan miring yang bergerak luar biasa cepatnya, menukik dari atas ke bawah sebagaimana gaya tikaman sebuah golok. Dan ketika laki-laki itu tak sempat menghindar selain melempar tubuh bergulingan maka Twa-mo lupa bahwa dia berada di atas batu karang yang tinggi. Akibatnya ketika dia menggulingkan tubuh ke bawah tak ayal lagi dia menggelundung ke bawah. Dan karena bawah merupakan tempat kosong alias air sungai maka ketua Ang-liong-pang itu tercebur dan kontan basah kuyup.

"Haiii...!"

Namun Ji-mo, sang adik, tiba-tiba melempar sebuah dayung. Tepat kakaknya tercebur di sungai maka dayung itu mendahului ke bawah. Twa-mo tahu maksud adiknya dan sudah meraih dayung ini, menjejakkan kaki dan berjungkir balik. Dan ketika dia di atas perahu lagi dan Yu Yin terkekeh, geli, maka ketua Naga Merah itu semburat mukanya namun masih tidak marah.

"Coa-siocia, silahkan turun. Kami bukan musuh. Tak apa sedikit main-main ini dengan mengingat muka ayahmu!"

"Hm, begitukah? Baik!" dan Yu Yin yang menghentikan tawa dan mukanya berubah gelap lagi tiba-tiba menerima seruan itu dengan meloncat turun. Tapi karena di situ ada belasan perahu dan gadis ini sudah memilih perahu mana yang akan diincar maka begitu dia meloncat dan melayang turun bukannya perahu si ketua yang dituju melainkan perahu lain yang berisi anggauta-anggauta Ang-liong-pang yang biasa.

Dan, begitu dia hinggap dan menginjakkan kakinya di sini tiba-tiba gadis itu bergerak dan memukul serta menendang. Pedang hitam disimpan dan tujuh awak perahu berteriak kaget. Mereka tak menyangka bahwa Yu Yin memilih perahunya, bukan perahu si ketua. Dan karena mereka jelas bukan tandingan karena mereka adalah anggauta-anggauta biasa maka tujuh orang itu terjungkal dan Yu Y in pun sudah menyambar dayung untuk selanjutnya melarikan diri dari kepungan.

"Heii...!" dua ketua Ang-liong-pang berseru kaget. "Jangan lari, Coa-siocia. Tunggu dan kembali!"

Namun Yu Yin terkekeh-kekeh. Gadis itu menggerakkan dayung selain mengayuh juga menghantam atau mendorong perahu-perahu di depan. Gadis ini memang tak mau mendekati perahu sang ketua atau wakil ketua, sengaja ribut-ribut dengan para anggauta biasa yang banyak terdapat di situ, mengelilingi batu besar di mana dia tadi berada. Dan karena Yu Yin cerdik menjalankan akalnya, perahu melejit dan yang lain diterjang maka tujuh perahu lawan dibuat jungkir balik dan tenggelam! Gadis itu terus tertawa dan mendayung perahunya dengan cepat, bukan menyingkir melainkan menuju seberang. Dan ketika diameloncat dan berjungkir balik ke daratan, Han Han menyongsong maka gadis itu berseri mengejek si pemuda.

"Lihat, tanpa pertolonganmupun aku sanggup menyelamatkan diri, Han Han. Tak perlu kau sombong dan bersikap sok!"

Han Han tertegun, sejak tadi mendengarkan percakapan. "Yu Yin, kau...kau puteri pangeran?"

"Siapa bilang? Kau juga mau berbuat bodoh terpengaruh oleh omongan mereka itu? Heh, jangan gila dan tidak waras, Han Han. Aku benci mendengar semua itu dan lihat aku akan menghajar mereka di sini!"

"Tidak... jangan!" Han Han terkejut, melihat ketua Ang-liong-pang dan anak buahnya itu mengejar. "Jangan mencari permusuhan, Yu Yin. Kalau dapat dihindarkan marilah dihindarkan. Mereka hanya salah paham kepadamu."

"Tapi tadi mereka mempermainkan aku di sana, mentang-mentang di tengah sungai dan aku tak dapat berenang!"

"Tapi sekarang kau sudah selamat, Yu Yin. Marilah, kita pergi!" tapi ketika gadis itu berontak dan melepaskan dirinya, Han Han memegang dan menyambar tangannya maka gadis itu berapi-api memandang si pemuda.

"Han Han, aku bukan budakmu, aku bukan apa-apamu. Kalau kau mau menguasai aku marilah kita bertanding dan aku akan bertempur sampai mampus!"

Han Han tertegun. Kalau Yu Yin sudah marah-marah seperti ini maka dia merasa teriris. Ada perasaan terpukul disitu. Ya, Yu Yin ini apanyakah. Bukan apa-apa! Dan ketika Han Han terbelalak dan mundur selangkah, ketua Ang-liong-pang itu sudah tiba dan berloncatan di tanah maka Twa-mo membentak agar gadis itu menyerah.

"Coa-siocia, kami akan terpaksa menangkapmu kalau kau tidak mau baik-baik ikut kami. Nah, pilih salah satu antara melawan atau menyerah!"

"Aku akan melawan, aku akan menghajar kalian!" dan si nona yang berkelebat memaki lawannya tiba-tiba mencabut pedang dan menusuk ketua Ang-liong-pang ini,tak perduli pada yang lain karena selanjutnya dia sudah membentak dan melengking-lengking. Twa-mo mengelak maju mundur namun serangan si gadis kian berbahaya. Tadi di atas batu karang saja dia hampir tertusuk, kalau tidak melempar tubuh mengelak. Dan ketika kali ini Yu Yin juga menyerangnya ganas dan bertangan kosong saja rasanya berat apa boleh buat Twa-mo mencabut senjatanya, sebuah ruyung pendek di mana ujungnya diganduli sebuah besi bulat. Dan ketika senjata itu bergerak dan angin terdengar menderu maka untuk pertama kali dia menangkis.

"Crass!" Besi bandul itu ternyata putus! Twa-mo kaget dan si Naga Kuning, wakilnya, berteriak agar dia tak usah mengadu senjata. Pedang di tangan gadis itu betul-betul ampuh dan sang ketua yang sudah mencoba kini mendapat buktinya. Dan ketika Twa-mo melempar tubuh bergulingan sementara adiknya, Ji-mo, membentak dan berteriak marah maka laki-laki itupun mencabut senjata berupa golok lebar.

"Nona, kau tak menghargai kami. Baiklah, kami akan menangkap dan merobohkanmu.... wutt!" dan badan golok yang menyambar dari samping tiba-tiba membacok namun Yu Yin mengelak sambil memutar tubuh, menggerakkan pedangnya menangkis namun golok sudah ditarik cepat. Ji-mo rupanya tak mau beradu senjata setelah membuktikan ketajaman pedang hitam. Laki-laki itu jerih! Tapi ketika dia maju lagi dan anak buah yang berdatangan disuruh berjaga atau menyerang kalau ada kesempatan maka Yu Yin sudah dikerubut tiga dan gadis ini sibuk.

"Sing-sing-cratt!"

Tali rambut Kwan Bhe putus. Lagi-lagi untuk kesekian kalinya pedang hitam membabat apa saja. Wakil Ang-liong-pang itu berteriak ngeri dan melempar tubuh bergulingan. Kepala yang nyaris dibabat membuat dia marah dan juga pucat. Tapi karena di situ ada dua orang ketuanya di mana masing-masing sudah menerjang dan menggerakkan golok atau ruyung maka Yu Yin dipaksa naik turun karena pedangnya sekarang tak mendapat sasaran.

"Curang, seorang dikeroyok tiga orang!" Han Han, yang melihat itu tiba-tiba membentak dan marah. Pemuda ini mau membantu namun Yu Yin di balik gulungan pedangnya membentak agar pemuda itu tidak maju. Yu Yin merasa sanggup menghadapi lawan-lawannya karena memang dia tak terdesak. Yu Yin tak tahu bahwa tiga tokoh Ang-liong-pang itu tak berani bersikap keras karena semata mengingat nama Coa-ongya, pangeran berpengaruh di kota raja. Namun karena sikap begini justeru merugikan mereka sendiri, si gadis kian ganas menyambar-nyambar maka apa boleh buat tiba-tiba Twa-mo membentak dan melepas empat pelor hitam ke arah si gadis, senjata rahasia yang akan meledak dan menghamburkan jarum-jarum halus ke muka lawan.

"Awas...!"

Yu Yin terkejut. Si ketua memberi peringatan namun dia tersenyum mengejek. Yu Yin menangkis dan bermaksud membuat pelor-pelor itu terpental. Namun karena pelor itu akan meledak dan pecah bertemu pedang, hal yang tak diketahui Yu Yin maka gadis itu menjerit ketika tiba-tiba saja terdengar ledakan itu dan berhamburannya jarum-jarum halus.

"Aihhh. dar-dar!"

Yu Yin terkejut bukan main. Pedang yang semula menangkis dan mau menyerang lawan tiba-tiba digerakkan secepat kitiran. Bayangan hitam bergulung-gulung membungkus rapat tubuh gadis ini. Dan ketika semua jarum terpental dan menyerang tiga orang itu sendiri, sebagian menyambar anak buah Ang-liong-pang maka terdengar jerit atau pekik di antara mereka yang terkena.

"Awas, mundur semua!"

Yu Yin marah sekali. Twa-mo membentak orang-orangnya agar menjauh sedikit. Dia melepas lagi empat pelor hitam dan Yu Yin melindungi diri dengan putaran pedangnya yang cepat. Air hujan pun agaknya tak mampu membasahi gadis ini kalau Yu Yin sudah bergerak seperti itu. Dan ketika empat pelor kembali meledak dan menghamburkan jarum-jarum halus, yang dipukul atau diruntuhkan tiga orang itu ketika membalik menyambar mereka maka Ji-mo juga mengeluarkan paku- paku tulang untuk menembus kerapatan bayangan pedang di tangan si gadis.

"Serang terus, sampai dia lelah!" aba-aba atau seruan ini membuat Yu Yin naik pitam. Dia membentak dan membuka gulungan pedangnya untuk menyerang Ji-mo. Laki-laki itulah yang berseru dan memberi aba-aba temannya. Tapi ketika dia membentak dan membuka diri, menyerang Ji-mo maka ruyung menderu sementara tujuh pelor hitam melesat cepat untuk merobohkannya.

"Cring-crang-dar!"

Yu Yin menjadi gusar. Dia terpaksa menarik serangannya tadi dan secepat kilat melindungi dirinya lagi. Tusukan ke arah Ji-mo dibatalkan karena harus menangkis ruyung, yang secepat kilat ditarik pemiliknya karena tak mau beradu keras. Dan ketika tujuh kembang api memuncrat indah karena pedang akhirnya membentur pelor-pelor hitam itu yang pecah dan meledak maka Yu Yin selanjutnya dipaksa untuk selalu "bersembunyi" di balik gulungan pedangnya.

"Ha-ha, bagus. Biarkan dia menghabiskan tenaga, Ji-te. Dan kita akan menangkapnya mudah kalau sudah begitu!"

"Benar, dan hebat sekali gadis ini. Kalau kita tidak ingat pesan Coa-ongya tentu tak segan-segan aku menghabisinya!"

"Jangan, bersabarlah sedikit, Ji-te. Tak usah naik pitam dan biarkan dia kelelahan. Lihat, pedangnya sudah mulai kendor!"

Benar saja, Yu Yin tampak kendor. Gadis itu mandi keringat karena lawan hanya berputaran mengelilingi dirinya. Setiap dia menangkis tentu lawan cepat-cepat menarik senjatanya. Dan karena pelor atau paku-paku tulang terus dilancarkan sementara gadis ini hanya sebagai pihak bertahan akhirnya Yu Yin lelah dan susut tenaganya...!