X6P58KpuBfdX9YvoDfejjA12jdjgThuq3ef2E1Tb
Sonny Ogawa
Kumpulan Cerita Silat Online Indonesia dan Mandarin

Tangan Gledek Jilid 15

Cersil karya kho ping hoo serial pendekar budiman episode tangan gledek jilid 15

Tangan Gledek Jilid 15

"Anak baik, bangunlah!" Akan tetapi ia merasa betapa tubuh anak itu kaku seperti batu dan ketika ia mengangkatnya Lee Goat masih dalam keadaan berlutut, tubuhnya kaku dan keras! Sin Hong tertawa kagum sambil memandang kepada Hui Lian.

Dengan muka merah akan tetapi mata bangga Hui Lian membentak anaknya, "Lee Goat, jangan kurang ajar! Hayo turun!" Setelah Lee Goat menarik kembali tenaganya dan sudah diturunkan oleh Sin Hong, Hui Lian berkata lagi kepada Sin Hong. "Dia memang sudah mempelajari sedikit ilmu silat dan sedang berlatih Iweekang. Harap Susiok jangan mentertawai kami."

"Mengapa mentertawai? Anak ini berbakat baik sekali, kecil-kecil sudah dapat menggunakan tenaga membikin keras tubuh, benar-benar mengagumkan!" kata Li Hwa mendahului suaminya sambil mengangkat Lee Goat dan menciumnya.

Demikianlah, semenjak saat itu, Lee Goat menjadi murid Sin Hong. Rumah di Kim-bun-to anat besar maka Sin Hong dan isterinya merasa suka tinggal di situ. Tidak saja rumahnya cukup besar sehingga mereka leluasa, juga Lee Goat merupakan murid yan g menggembirakan hati dan juga mereka dapat bergaul dengan rukun dan baik bersama Hui Lian dan suaminya. Seringkali Sin Hong bercakap-cakap atau bermain catur dengan Hong Kin sedangkan Li Hwa dan Hui Lian kalau sudah mengobrol di dalam kamar berdua sampai lupa waktu! Mereka benar-benar pasangan-pasangan yang amat rukun

Cara hidup yang menyenangkan membuat orang lupa akan waktu yang melewat cepat sekali. Tanpa terasa lagi tahu-tahu Sin Hong dan Li Hwa sudah tinggal selama empat tahun di Kim bun to! Sebetulnya Sin Hong sudah kerasan dan senang tinggal di situ. Mengapa tidak? Hui Lian dan suaminya amat baik seperti saudara sendiri, juga Lee Goat merupakan murid yang pintar dan cepat maju.

Akan tetapi ada suatu hal yang mengganggu hati Sin Hong dan kadang-kadang membuatnya sampai jauh malam tak dapat tidur, bercakap-cakap dengan suara duka dengan isterinya. Mengapa? Bukan lain karena sebegitu lama mereka berdua belum juga dikaruniai putera. Hal ini mengecewakan hati mereka dan melenyapkan semua kesenangan, membuat mereka menjadi bosan tinggal di Kim bun to.

Hui Lian dan suaminya terkejut juga ketika pada suatu pagi Sin Hong dan isterinya menyatakan bahwa mereka ingin pergi merantau dan hendak membawa Lee Gpat bersama.

"Sudah terlalu lama kami menganggur saja sampai-sampai kami tidak tahu apa yang terjadi di luar. Selain itu, perlu sekali bagi Lee Goat untuk melihat dunia kang-ouw agar pengetahuannya bertambah. Kalian tahu sendiri betapa pentingnya ini bagi Lee Goat," kata Sin Hong.

Hui Lian dan Hong Kin tentu saja tak dapat menahan mereka. Juga mereka merasa tidak enak untuk melarang Lee Goat, karena bukankah mereka sendiri yang menyerahkan Lee Goat menjadi murid Sin Hong. Dengan mengeraskan hati Hui Lian mengangguk dan menyetujui, bahkan cepat-cepat menyediakan pakaian-pakaian yang hendak dibawa oleh Lee Goat yang sudah kegirangan. Akan tetapi setelah Sin Hong dan Li Hwa berangkat bersama Lee Goat, naik perahu untuk menyeberang ke daratan, Hui Lian tak dapat menahan tangisnya!

Hong Kin menghiburnya dan menyatakan bahwa di tangan Sin Hong dan isterinyaj pasti Lee Goat takkan menemui bahaya sesuatu. Suami Isteri Ini sama sekali tidak tahu bahwa baru beberapa ratus li Sin Hong dan rombongannya meninggalkan Kim bun to telah menghadapi bencana hebat.

Sepekan setelah meninggalkan Kim bun to, Sin Hong dan isterinya serta muridnya tiba di kota Nan-po. Untuk menyenangkan hati Lee Goat yang baru pertama kali itu melakukan perjalanan jauh Sin Hong dan isterinya mengajak Lee Goat bertamasya di taman bunga yang dibuka untuk umum di kota itu. Waktu itu musim bunga telah lama lewat, akan tetapi di dalam taman masih penuh dengan tanaman bunga yang beraneka warna dan macam. Maka tempat itu amat ramai dikunjungi oran g-oran g dari dalam kota maupun dari luar daerah.

Selagi suami isteri dan murid mereka ini menikmati keindahan taman sambil minum teh wangi yang dijual orang di dalam taman dan duduk di atas bangku-bangku kayu yang sederhana, tiba-tiba Sin Hong menoleh. Ia merasa ada orang memandangnya dan betul saja, begitu ia menoleh, diantara banyak orang ia me lihat seorang laki-laki yang memandang kepadan ya dengan tajam. Jantung Sin Hong serasa berhenti berdetak ketika ia mengenal siapa adanya laki-laki itu.

Serentak ia bangkit berdiri dan dengan langkah lebar menghampiri tempat di mana orang itu berdiri. Akan tetapi orang itu menyelinap di antara orang banyak dan lenyap. Sin Hong mengejar sambil mendesak orang-orang itu. Dengan mudah saja kedua lengannya membuka jalan. Akan tetapi tiba-tiba lengannya bertemu dengan lengan tangan orang lain yang amat kuat sehingga terpaksa Sin Hong berhenti.

Sin Hong mengangkat muka untuk memandang orang yang lengan tangannya keras dan kuat sekali itu dan ia bertemu pandang dengan seorang laki-laki tinggi besar seperti raksasa, bermuka brewok bermata lebar tajam. Usianya kurang lebih lima puluh tahun, akan tetapi kelihatan amat kuat dan gagah.

"Hemm, di tempat yang begini penuh orang tak boleh tergesa-gesa mendorong orang ke kanan kiri," kata orang brewok itu sambil tersenyum sindir di balik kumis dan jenggotnya.

Sin Hong melirik ke sana ke mari akan tetapi orang yang dicarinya telah lenyap, maka sambil tersenyum ia menjura dan menjawab. "Maaf, agaknya aku tadi telah melihat setan di siang hari."

Setelah berkata demikian, ia lalu berjalan kembali ke tempat duduknya semula. Ia sengaja tidak mau berurusan lebih lanjut dengan orang yang sudah jelas memiliki kepandaian tinggi itu. Diam-diam ia merasa heran karena ia tidak kenal orang itu. Tentu seorang tokoh besar dari selatan pikirnya.

"Kau tadi mencari siapakah?" tanya Li Hwa yang semenjak tadi memperhatikan gerak-gerik suaminya. Sin Hong menjawab perlahan.

"Aku tadi telah melihat... Liok Kong Ji...!"

Mendengar nama ini, wajah Li Hwa berubah dan alisnya berkerut, dadanya berdebar penuh kekhawatiran, Li Hwa cukup tahu bahwa di mana ada manusia siluman itu, pasti akan terjadi hal yang tidak menyenangkan. "Mana dia...?" tanyanya lirih.

"Dia sudah menyelinap pergi. Entah dia entah bukan, akan tetapi matanya... hanya dialah orangnya yang mempunyai mata seperti itu. Mari kita pergi dari sini."

Li Hwa maklum akan kekhawatiran suaminya. Kalau Sin Hong sendiri tentu saja tidak takut menghadapi Liok Kong Ji, akan tetapi di situ ada Li Hwa dan Lee Goat. Maka tanpa banyak cakap ia lalu menggandeng tangan Lee Goat dan mereka bertiga melanjutkan perjalanan keluar dari N anpo melalui pintu sebelah barat. Setelah keluar dari kota dan tiba di jalan sunyi baru Sin Hong bercerita kepada isterinya tentang pertemuannya dengan orang tinggi besar brewok yang dapat menahan desakan lengannya.

"Biarpun belum yakin benar, akan tetapi kurasa orang itu adalah kawan dari Kong Ji. Kalau kita ingat sepakterjang Kong Ji dahulu, sangat boleh jadi ia mempunyai banyak sekali kawan-kawan yang pan dai. Akan tetapi, dia yang sudah bersembunyi di utara, ada keperluan apakah muncul di sini? Apakah aku yang salah lihat orang?"

"Kita harus berhati-hati," kata Li Hwa. "Orang seperti dia itu tak dapat diduga lebih dulu apa yang terkandun g dalam hati iblis itu."

Sin Hong mengangguk-angguk. "Kuharap saja dia tidak mengulangi perbuatannya yang dulu-dulu ketika ia selalu memusuhiku. Kiraku dia ada keperluan lain karena dengan aku dia sudah tidak ada urusan apa-apa lagi. Akan tetapi..." tiba-tiba Sin Hong mengerutkan keningnya.

"Kenapa?" Li Hwa bertanya.

"Asal saja dia tidak menjadi alat dari orang-orang Mongol untuk mengkhianati bangsa sendiri," kata Sin Hong sambil menarik napas panjang. "Kalau kehinaan itu ia lakukan, ia tidak patut lagi menjadi manusia dan aku sendiri akan berusaha melenyapkan dari muka bumi!"

Tiba-tiba Sin Hong memberi tanda supaya isterinya jangan melanjutkan langkah dan ia memandang ke arah kiri di mana terdapat segerombolan pohon yang gelap. Tepat dugaannya bahwa di sana terdapat orang karena setelah beberapa lama ia berhenti, dari dalam gerombolan pohon itu melompat keluar seorang lakilakl tinggi besar yang tadi telah beradu lengan dengannya di dalam taman bunga. Melihat sikap orang tinggi besar itu di tengah jalan menghadang perjalanan mereka dan sikapnya menantang sekali, Sin Hong berlaku tenang. Ia mengangkat kedua tangan memberi hormat sambil berkata.

"Eh, kiranya Lo-enghiong sudah berada di sini. Alangkah cepatnya! Tidak tahu apakah sengaja Lo-enghiong menghadang perjalanan kami dan ada keperluan apakah gerangan?"

Laki-laki tinggi besar brewokan itu kini tertawa bergelak sambil memegangi jenggotnya, lalu bertanya, suaranya kaku dan jelas terdengar logat utara dalam suaranya, "Kau Wan Sin Hong yang disebut Wan-bengcu?"

Pertanyaan yang diucapkan dengan nada gaya memandang rendah ini dijawab oleh Sin Hfong hanya dengan anggukan kepala. Tiba-tiba Sin Hong cepat mendorong Lee Goat yang mencelat ke arah Li Hwa! Li Hwa menerima bocah itu dan melompat ke belakang.

Ternyata bahwa laki-laki tinggi besar itu begitu melihat Sin Hong mengangguk sebagai pengakuan bahwa dia memang Wan-bengcu, tanpa banyak cakap lagi lalu mengirim pukulan yang hebat sekali ke arah Sin Hong, disusul dengan tendangan kaki yang seperti kilat menyambar. Sin Hong yang sejak tadi sudah berlaku waspada, cepat menyelamatkan dulu muridnya, kemudian dengan hati-hati dan cepat ia mengelak dari dua serangan dahsyat itu.

"Sobat, kau siapakah dan mengapa kau menyerangku?" ia masih menyabarkan diri dan bertanya sambil memasang kuda-kuda.

Melihat betapa Sin Hong dengan mudah mengelak dari serangan-serangannya, orang tinggi besar itu menjadi penasaran. "Sudah lama aku ingin mencoba kelihaian Wan-bengcu. Sambutlah!"

Kembali kedua tangannya bergerak dan kini Sin Hong menghadapi serangan-serangan pukulan yang datangnya bertubi-tubi cepat sekali, datangnya dari tiga jurusan merupakan serangan yang sukar dijaga! Namun Sin Hong tidak gentar menghadapi serangan-serangan ini. Ilmu silatnya Pak-kek Sin-kun cukup kuat untuk menjaga diri dan kalau perlu membalas serangan lawan. Akan tetapi, sudah menjadi sifat seorang ahli silat apabila menghadapi lawan yang tidak terlalu mendesak dan tidak terlalu membahayakan keselamatannya, tentu lebih dulu ingin melihat bagaimana macamn ya ilmu silatnya apalagi kalau ilmu silat itu asing.

Oleh karena itulah maka Sin Hong hanya menjaga diri saja. Mengelak atau menangkis sambil memperhatikan ilmu silat lawan. Ilmu silat yang dimainkan oleh orang tinggi besar ini seperti Ilmu Silat Sha kak kun hoat (Ilmu Silat Segi Tiga) dari selatan, akan tetapi kedudukan kakinya lain lagi dan ketika lengan tangannya beradu dengan tangan lawan, orang itu selalu berusaha menangkap pergelangannya seperti ilmu gulat bangsa Mongol.

Setelah puas melihat ilmu silat lawan, Sin Hong lalu mengeluarkan kepandaiannya dan sebentar saja ia dapat mendesak lawannya. Dalam hal tenaga, orang itu mungkin tidak kalah oleh Sin Hong. Akan tetapi kalau mau bicara tentang ilmu silat, ternyata kepandaian Sin Hong masih menang jauh. Sin Hong menanti sampai pukulan tangan kanan lawan yang cepat dan kuat sekali menyambar kepalanya itu datang dekat. Kemudian tiba-tiba ia menyodorkan tangan kiri ke atas dengan dua jari terbuka menotok urat di dekat siku lengan lawan yang memukulnya sambil merendahkan tubuh dan kepalan tangan kanan menghantam ke depan menuju dada lawan!

Gerakan Sin Hong ini luar biasa sekali dan jarang ada lawan yang dapat menyelamatkan diri. Juga orang tinggi besar itu tak mungkin sekaligus menghindarkan diri dari serangan-serangan ini. Bahkan agaknya ia tidak menduga bahwa sambungan sikunya akan ditotok, maka ia cepat menangkis kepalan tangan Sin Hong yang memukul dadanya. Memang pukulan inilah yang lebih kentara dan mudah diduga, padahal yang berbahaya adalah tangan kiri yang menotok urat siku dengan jari itu.

Sin Hong tidak mengenal orang tinggi besar itu, hanya menduga bahwa orang ini tentulah seorang tokoh dari utara seperti halnya Ang-jiu Moli. Oleh karena itu tidak merasa mempunyai permusuhan dengan orang ini, maka ia tidak mau melukainya. Kemudian ia melanjutkan totokannya menjadi cengkeraman dengan lima jari untuk menangkap lengan lawannya itu. Dengan cara begini pun la sudah membuktikan keunggulannya.

Akan tetapi, alangkah kagetnya ketika ia mencengkeram lengan yang besar dan kuat itu tiba-tiba orang itu memutar tubuh sambil menangkap jari-jari tangan Sin Hong yang mencengkeram lengan, lalu dengan gerakan kilat membungkuk dan membanting Sin Hong dari balik pundaknya! Kalau bukan Sin Hong yang diperlakukan demikian, tentu tubuhnya akan terbanting atau sedikitnya terlempar jauh. Akan tetapi Sin Hong cepat mengatur keseimbangan badannya dan ketika tubuhnya terlempar, ia melayang seperti seekor burun g dan turun ke atas tanah dalam keadaan berdiri tegak!

Orang tinggi besar itu mengeluarkan suara memuji ketika Sin Hong sekali lompatan kembali telah berdiri menghadapinya. Sebaliknya di lain fihak Sin Hong maklum bahwa lawannya selain memiliki tenaga besar dan ilmu silat lumayan, juga memiliki ilmu gulat bangsa Mongol yang lihai. Diam-diam ia menyalahkan diri sendiri karena kalau saja ia tidak berlaku sungkan tentu lawan ini sudah terkena totokannya dan ia berada di fihak menang.

"Lo-enghiong hebat sekali!" ia memuji untuk merendahkan diri dan memuaskan hati lawannya.

"Kau masih belum kalah!" Si Brewok itu menjawab dan cepat menyerang lagi dengan hebatnya.

"Benar-benar tak tahu diri!" Sin Hong membentak marah ketika ia melompat ke belakang untuk menghindarkan diri dari serangan lawan. Kemudian ia membalas dan sekali lagi Sin Hong mendesak dan mengurung lawannya dengan hujan serangan.

"Saudara-saudara, bantulah aku!" tiba-tiba orang brewokan itu berseru tanpa mengenal malu. Sebetulnya, kalau menurut tata susila dunia kangouw, dalam pertempuran orang pantang minta tolong apabila terdesak.

Berturut-turut muncul tiga orang dari balik rumpun yang lebat dan melihat tiga orang yang bukan lain adalah Pak-kek Samkui ini, tahulah Sin Hong dengan siapa ia berhadapan. Tak salah lagi bahwa orang tinggi besar ini tentu seorang tokoh utara yang membantu pergerakan Temu Cin!

Maka ia cepat mencabut pedangnya dan sebentar saja ia dikeroyok oleh empat orang lawan. Giam-loong Ciu Kui, Liokte Moko Ang Bouw, dan Sin-saikong Ang Louw adalah tiga orang yang tak boleh dipandang ringan kalau maju bersama, apalagi di situ masih ada seorang lawan yang kepandaiannya tidak rendah, bahkan lebih tinggi daripada tiga orang Setan Utara itu.

Serial Pendekar Budiman Karya Kho Ping Hoo

Pada saat itu, muncul orang lain dari belakang pohon. Orang ini cepat sekali gerakannya dan ia menyambut Li Hwa yang sudah mencabut pedang dan hendak membantu suaminya. Baik Sin Hong mau pun Li Hwa terkejut sekali melihat orang ini.

"Ha ha ha ha, Wan Sin Hong! Masih kenalkah kau padaku? Hui eng N iocu Siok Li Hwa, jadi kamu sudah menjadi Nyonya Wan? Ha ha kau makin tua makin cantik saja!"

"Kong Ji...! Kau mau apa?" Sin Hong membentak sambil memutar pedangnya mendesak keempat pengeroyoknya.

"Manusia iblis, tutup mulutmu yang kotor!" Li Hwa memaki marah dan pedang Cheng-liong-kiam di tangannya bergerak menyerang Kong Ji.

Sambil tertawa mengejek Kong Ji mengelak cepat lalu mengirim pukulan menyerong dari samping yang mengejutkan hati Li Hwa karena dari pukulan ini keluar hawa yang mendorongnya amat kuat! Cepat ia melompat mundur dan siap menghadapi serangan lawan. Akan tetapi Kong Ji hanya tertawa dan berkata,

"Hui eng Niocu, takkan ada artinya kau melawan. Kau akan kalah!"

"Subo, serang saja dia!" tiba-tiba Lee, Goat yang marah melihat lagak sombong dari Liok Kong ji. Kemudian dia melompat dan memukul Kong Ji dengan tangannya.

"Eh, eh, bocah ini gagah perkasa!" Kong Ji berseru kagum sambil menangkap tangan Lee Goat dan diangkatnya, ke atas.

"Kong Ji jangan ganggu dia. Dia puteri dari Hui Lian. Sumoimu sendiri!" seru Sin Hong yang merasa khawatir kalau-kalau manusia iblis itu mencelakai Lee Goat.

Biarpun dikeroyok empat, Sin Hong masih dapat membagi perhatiannya kepada Kong Ji, benar-benar luar biasa sekali kepandaian Sin Hong. Adapun Li Hwa lain lagi reaksinya. Melihat Lee Goat diangkat oleh Kong Ji yang tertawa-tawa dan memandahg kagum, ia cepat menggunakan pedangnya melakukan serangan hebat. Tubuhnya setengah melayang dan pedangnya menusuk ke arah lambung dengan gerak tipu Liongli-coan-ciam (Liong li Menusukkan Jarum).

Sebuah serangan yang amat hebat dan dilakukan dalam keadaan marah ini mau tidak mau mengagetkan Kong ji juga. Biappun tingkat kepandaian Kong Ji jauh lebih tinggi daripada tingkat kepandaian Li Hwa, akan tetapi karena ketika itu Kong Ji sedang mengangkat tubuh Lee Goat, ia berada dalam keadaan berbahaya. Akan tetapi dengan enaknya sambil tertawa-tawa Kong Ji malah mengangkat tubuh Lee Goat untuk menerima tusukan pedang Li Hwa!

"Celaka...!!" Li Hwa menjerit katena ia tidak keburu lagi menahan tusukah pedangnya yang dilakukan dengan penuh kemarahan dan dengan pengerahan tenaga sekuatnya

"Traanggg,..." Pedang Li Hwa terpental dan wanita ini berjungkir balik untuk mengimbangi tubuhnya yang tiba-tiba terdorong hebat. Ternyata bahwa dalam keadaan berbahaya sekali bagi Lee Goat itu, Sin Hong telah dapat melompat cepat dan dapat menangkis pedang Li Hwa yang sudah mengenai baju Lee Goat!

Sambil menangkis, Sin Hong merampas tubuh muridnya itu yang kini berada dalam kempitan lengan kirinya. Akan tetapi empat orang lawannya tadi sudah maju lagi mengeroyoknya. Adapun ketika ia mengangkat muka, ternyata isterinya telah tertawan oleh Kong ji.

Kong Ji memang selamanya menjadi orang yang licik dan curang. juga ia cerdik bukan main. Ketika ia melakukan perjalanan ke selatan, ia telah berhasil menarik orang-orang selatan. Oleh karena ia mendengar bahwa di selatan masih ada tokoh-tokoh yang kiran ya akan merupakan bahaya bagi penyerbuan tentara Mongol kelak, ia lalu mendatangkan bantuan. Maka datang menyusullah dari utara pembantunya yang lihai yaitu orang tinggi besar brewok itu yan g bukan lain adalah Butek Sinciang Bouw Gun.

"Ketika ia bertemu dengan Wan Sin Hong, ia segera mengatur siasat dan menyuruh Bouw Gun mencoba kekuatan Sin Hong. Kemudian ia mengeluarkan Pak-kek Sam-kui untuk membantu Bouw Gun. Melihat betapa empat orang sahabatnya itu tetap saja tak dapat mengalahkan Sin Hong, bahkan terdesak hebat, dia lalu muncul sendiri menghadapi Li Hwa.

Kini ia melihat betapa Sin Hong masih tetap lihai seperti dulu, bahkan lebih lihai lagi. Kalau dia ikut menyerbu, kiranya biarpun dikeroyok lima, belum tentu Sin Hong akan dapat dikalahkan. Tadi ia hendak mencoba-coba menculik anak itu yang ia kira anak Sin Hong. Akan tetapi mendengar dari Sin Hong bahwa anak itu adalah anak dari Hui Lian, ia tidak mau menggunakan anak itu untuk mencapai kemenangan, sebaliknya ia cepat mengejar Li Hwa.

Selagi Li Hwa masih kaget sekali karena tangkisan Sin Hong tadi ketika rnenolong Lee Goat, Kong Ji cepat melakukan totokan-totokan hebat. Li Hwa masih mencoba untuk mengelak, akan tetapi sebuah totokan mengenai jalan darah di pundakn ya, membuat tubuhnya menjadi lemas dan kedua kakinya lumpuh. Di lain saat ia telah menangkap pergelangan tangan Li Hwa yang tidak berdaya lagi dan merampas pedang Cheng liong kiam!

Melihat isterinya telah tertawan, Sin Hong menjadi marah bukan main. Tadi dia tidak bermaksud melukai para lawannya, akan tetapi kini pedang di tangan kanannya bergerak cepat bagaikan kilat menyambar-nyambar. Biarpun tangan kirinya memondong Lee Goat, namun kelihaiannya tidak berkuran g karenanya. Dengan gerakan seperti burung terbang ke atas lalu menukik ke bawah, ia membuat gerakan jungkir balik dan pedangnya menyambar secara aneh dan tak terduga semula sehingga Liok te Moko Ang Bouw yang kurang cepat mengelak, mengeluarkan seruan kaget dan kalau saja Giam lo ong Ci Kui tidak lekas menendangnya sampai terlempar jauh, tentu tubuh Ang Bouw yang kurus kering itu akan terbabat menjadi dua!

Pertolongan Ci Kui itu membuat Ang Bouw hanya te rgurat sedikit pundaknya dan pantatya yang kena tendang jaga terasa sakit ! Ia hendak menerjang Kong Ji, akan tetapi Ci Kui, Ang Louw, data Bouw Gun menghadang dan mengurungnya. Sin Hong yang sudah naik darah karena cemas melihat keadaan isterinya, ke mbali mengerjakan pedaagnya dan Sin-sai-kong Ang Louw roboh terjungkal terkena tendangan kakinya.

Melihat sepak terjang Sin Hong, Kong Ji menjadi gentar. Ia tahu bahwa dalam kemarahannya, Sin Hong tak dapat ditahan dan kawan-kawannya pasti akan roboh semua. "Sin Hong, tahan dan dengarkan kata-kataku, kalau kau ingin isterimu selamat!”

Mendengar ini, Sin Hong melompat ke belakang dan melintangkan pedang di depan dada. Matanya memancarkan cahaya be rapi, mukan ya merah dan sikapnya seperti seekor harimau marah. Dengan sinar mata penuh ancaman melihat Kong Ji menodongkan ujung Cheng liong-kiam di leher Li Hwa.

“Kong Ji, kalau kau ganggu dia... aku bersumpah akan memenggal batang lehermu...!” kata Sin Hong di balik giginya yang diadu saking marahnya.

Kong Ji tersenyum le bar. Masih tampan dia karena makin tua dia makin banyak lagak. "Sin Hong. kau lihat isterimu telah berada di ujung pedang. Jangan kau salah terima. Aku tidak bermaksud buruk asal saja kau mendengar omonganku, aku takkan mengganggu Hui-eng Niocu isterimu ini."

Sin Hong sudab cukup mengenal kelici kan watak Kong Ji. Akan tetapi oleh karena pada saat itu isterinya memang berada di bawah kekuasaan lawan dan ia tak berdaya menolong tanpa membabayakan keselamatan iste rinya apa boleh buat, ia harus mendengarkan syarat-syarat lawan!

"Kong Ji, kau katakan apa kehendakmu!” akhirnya ia berkata.

Liok Kong Ji yang kini di utara terkenal dengan sebutan Thian-te Butek Taihiap tertawa bergelak penuh kemenangan. "Sin Hong, kalau kau hendak menerima kembali isterimu dalam ke adaan selamat, pergilah ke Omei-san."

"Apa maksudmu ? Apa yan g barus kulakukan di Omei-san,” tanya Sin Hong agak heran.

Kembali Kong Ji tertawa. "Kau tentu masih ingat babwa aku dahulu telah diangkat menjadi Tung-nam Beng-cu (Ketua Timur dan Selatan) oleh karena kawan-kawan masih menghendaki aku memegang kedudukan itu, kini ternyata dua orang kakek di Omei-san tidak mau mengakui kedudukan ku dan tidak mau membantu. Oleh karena aku hendak mengunjungi mereka dan sekiranya aku membutuhkan bantuanmu ketika berhadapan dengan mereka, kau harus membantuku, Aku bersumpah kau akan menerima isterimu dalam keadaan selamat asal saja kaus uka membantuku. Bulan depan pada pertengahan bulan kau harus berada sana. Aku bukan mengancam, akan tetapi kalau kau tidak dapat membantuku, akupun tidak menanggurg tentang keselamatan Hui-eng Niocu. Selain itu, akupun menghendaki keterangan dari pedamu. Di mana adanya puteriku?"

Sin Hong memandang tajam. "Nanti dulu Kong Ji. Kita bicarakan soalnya satu demi satu. Kau hendak menjadikan isteriku sebagai tawanan sampai aku membantumu pada bulan depan di Omei-san. Bantuan apa yang kau kehendaki dari aku? Apa yang harus kulakukan terhadap dua orang kakek sakti di Omei san?"

"Kami hendak membujuk mereka supaya mereka bekerja sama, dan...“

"Ha...! Bekerja sama dengan balatentara Mongol, bukan?"

“Sin Hong, jangan kau mengejek. Ingat, ini urusan mati hidupnya isterimu! Pendeknya, pada bulan depan kau harus berada di Omei.san dan terserah kepadamu kelak apakah kau menghendaki isterimu selamat dengan jalan membantu kami, ataukah kau ingin melihat isterimu tewas dalam tanganku. Dan kau tahu, kalau sekarang kau mengamuk, isterimu akan kubunun lebih dulu, kemudian kau akan kami keroyok. Kawan-kawanku ada belasan orang tokoh-tokoh kang-ouw di daerah setatan yang tak jauh dari sini menantiku. Kau tinggal pilih!

Sin Hong berpikir cepat. Memang, ia tidak usah takut dan sangat boleh jadi ia akan dapat membasmi mereka ini semua termasuk Kong Ji akan tetapi juga sudah dapat dipastikan babwa lebih dulu Li Hwa akin tewas di tangan Kong Ii! ia tidal tega membiarkan isterinya tewas. Waktu masih satu bulan dan kelak ia dapat melihat gelagat di puncak Omei-san. Kelau ada harapan menolong Li Hwa dan membasmi Kong Ji, mengapa harus targesa-gesa dan menurutkan nafsu hati? Mengapa harus mengorbankan nyawa isterinya yang tercinta?

"Baik! Bulan depan kita bertemu lagi di Omei-san. Akan tetapi kau tentu tahu betul Kong Ji bahua apabila kau mengganggu isteriku, aku akan me ncarimu biarpun kau bersembunyi di neraka. Bahkan sampai matipun arwahku akan selalu mencarimu untuk membalas dendam!” kita Sin Hong. suaranya penuh semangat dan tersungguh-sungguh sehingga diam-diam Kong Ji merasa ngeri juga.

"Sekarang permintaanku yang kedua, Sin Hon? Di mana adanya keturunanku? Adakah ia laki-laki atau perempuan dan di mana dia sekarang?"

Mendengar suara ini mengandung keharuan, di am diam Sin Hong terheran. Manustu iblis seperti ini masih ingat akan keturunan! "Keturunanmu yang mana? Manusia macam kau ini mana mempunyai keturunan?” tanya Sin Hong, tetapi tiba-tiba hatinya menjadi perih karena teringatlah ia bahwa dialah orangnya yan g tidak mempun yai keturunan biarpun sudah menikah hampir lima tahun lamanya.

"Sin Hong, jangan kau pura-pura. Kau tahu dengan betul anak siapa yang ku maksudkan. Ataukah perlu hal itu kita bicarakan lagi? Kau tahu, bahwa dia telah melahirkan anak ke turunanku. Di mana dia sekarang?" Kong Ji mendesak.

Tiba-tiba Sin Hong mendapat akal. Dia tidak ingin memberitahukan bahwa enak Kong Ji yaitu Tiang Bu, berada di Omei-san, bukan ia tidak ingin mempertemukan anak itu dengan ayahn ya yang keji dan jahat ini. Akan tetapi untuk be rbohong diapun tak sanggup.

"Kong Ji, memang benar dia melahirkan anakmu, seorang anak laki-laki dan..."

"Betulkah...? Sudah kuduga! Aku mempunyai seorang putera! Ha, dimanakah dia sekarang, Sin Hong ? Namanya siapa?"

"Di mana adanya dia sekarang lebih baik kau bertanya kepada kawan-kawanmu Pak-kek Sam-kui itu! Merekalah yang menculik anakmu itu dari tanganku di Go-bi-san,"

Kong Ji menjadi pucat mukanya, "Apa...?? Dia...?" Kong Ji lalu menoleh kepada Pak kek Sam kui dan membentak. "Mengapa tidak memberi tahu bahwa dia itu anakku?”

Giam lo-ong Ci Kui menjawab, nampaknya ketakutan, "Maaf, Taihiap. Mana kami tahu bahwa anak itu putera Taihiap sendiri?”

"Dimana dia sekarang? Hayo lekas bawa kemari!"

"Harap sudi memaafkan kami. Taihiap. Kalau kami tahu bahwa anak itu adalah putera Taihiap, tentu akan kami jaga dengan pertaruhan nyawa kami. Anak itu sudah lama sekali tidak berada dalam bimbingan kami lagi! Semenjak di utara anak itu sudah dirampas oleh Thai Gu Cinjin dan sekarang entah dibawa ke mana."

"Celaka... Celaka...! Aku berhadapan dengan anak sendiri sampai tidak tahu...!” Kong Ji membanting-banting kakinya. Saking marah dan kecewanya ia sampai lupa bertanya siapa nama puteranva itu.

"Sudahlah, mencari Lama gila itu tidak berapa sukar. Kelak tentu anakku akan kembali kepadaku. Sin Hong, sampai jumpa pertengahan bulan depan di Omei-san. Aku tahu kau pasti datang," katanya sambil menarik lengan tangan Li Hwa yang masih lemas dan tak dapat bicara itu dan dengan suara tinggi ia memberi isyarat.

Dari balik gerombolan pohon muncul beberapa orang membawa beberapa ekor kuda. Kong Ji mengangkat Li Hwa dan mendudukkannya ke atas kuda, scdangkan ia sendiri dan Pak-kek Sam-kui serta Bou Gun juga melompat ke atas kuda.

"Awas kalau kau mengganggu dia, Kon Ji!" Hanya ini yang dapat dikatakan oleh Sin Hong yang memandang tsterinya dibawa pergi dengan hati gelisah.

Biarpun Liok Kong Ji dan kawan-kawannya yang lihai itu tak dapat mengalahkan ilmu kepandai an Wan Sin Hong yang tinggi, namun manusia iblis ini dengan kecerdikan dan kecurangannya dapat menggunakan tipu muslihat dan membuat Sin Hong tunduk di bawah pengaruhnya.

Setelah Li Hwa tertawan dan mati hidupnya berada di tangan Kong Ji, sudah tentu sekali Sin Hong menjadi seakan akan tak berdaya dan sedapat mungkin hendak menyelamatkan nyawa isterinya itu. Sin Hong mempunyai keyakinan bahwa Kong Ji tentu tidak akan berani mengganggu Li Hwa karena orang jahat itu sebetulnya merasa jerih kepadanya. Dengan keyakinan inilah maka Sin Hong menerima syarat Kong Ji untuk datang ke 0mnei-san.

Demikianlah seperti telah dituturkan dibagian depan. Tiang Bu dari tempat persembunyiannya melihat Sin Hong berlari-lari menghampiri perempuan yang tadinya ia sangka adalah adiknya, Lee Goat. Siapakah anak perempran itu? Memang tidak salah sangkaan Tiang Bu tadi. Bocah itu bukan lain adalah Coa Lee Goat yang telah menjadi murid Sin Hong. Karena Sin Hong maklum bahwa keluarga muridnya. tetutama sekali kakek bocah itu, Hwa I Enghiong Go Ciang Le mempunyai banyak sekali musuh dan pada waktu itu dunia kang-ouw sedang kacau balau dan banyak terjadi kerusuhan, maka ia memesan kepada Lee Goat agar supaya menyembunyikan namanya dan jargan sekali-kali memperkenalkan diri kepada orang lain.

Inilah yang menjadi sebab, mengapa Lee Goat diam saja tidak memengaku ketika Tiang Bu men ye but namanya, biarpun bocah perempuab ini terkejut bukan main mendengar orang yang sama sekali tidak dtkenalnya taru tahu telah menyebut namanya begitu saja. tentu saja sudah lupa lagi dan tidak mengenal Tian Bu karena ketika Tiang Bu pergi meninggalkan rumah, Lee Goat baru berusia dua tahun.

Kedatangan Sin Hong di Omei-san memang terutama untuk menolong isterinya sebagaimana dijadikan syarat pemerasan oleh Kong Ji, akan tetapi juga ia sekalian hendak membuktikan apakah benar dugaannya tepat yaitu bahwa Tiang Bu dibawa oleh kakek sakti di Omei san. Ia merasa bertanggung jawab atas kehilangan bocah itu.

Semenjak Li Hwa di bawa pergi Kong Lee Goat selalu kelihatan muram dan berduka. Kadang- kadan g ia demikian gemas sehingga di depan gurunya ia berkata, "Kalau aku besar dan kuat, jahanam Kong Ji tentu akan kubelek dadanya, kucabut keluar jantungnya!"

Sin Hong mengerutkan kening apabila melihat muridnya marah-marah seperti ini. "Hush, Lee Goat, jangan kau bicara sembarangan. Tak baik memperlihatkan isi hati yang meluap-luap dan tidak baik menanam kebencian kepada seseorang."

"Suhu. teecu benci sekali kepada orang jahat itu. Kenapa suhu tidak membunuhnya saja? Bagaimana kalau subo sampai celaka di tangannya?"

"Tidak, subomu akan selamat dan kita akan bertemu lagi dengan dia di puncak Omei-san. Lee Goat harus belajar tenang dan sahar. Jangan sekali-kali menurutkan nafsu hati dan tangan sekali kali kehilangan ketenanganmu betapapun hebat pengalaman yang kauhadapi. Kalau aku turun tangan pada saat subomu ditawan, itu bahkan akan mencelakakan subomu. Tenanglah,"

Akan tetapi Lee Goat tak dapat di hibur dan dalam perjalanan menuju ke Omei-san ia bermuram durja dan nampak marah-marah dan berduka selalu. Setelah mereka tiba di kaki Gunung Omei-san, barulah nampak bocah itu agak gembira.

"Suhu, di manakah adanya subo?" tanyanya sambil menudingkan telunjuknya ke arah puncak.

Sin Hong mengangguk. "Mari kita lari, suhu. Teccu sudah ingin sekali melihat subo selamat di puncak sana kata Lee Goat yang mendahului gurunya berlari naik.

"Hati-hati, Lee Goat. Jalan di sini sukar, jangan kau gergesa-gesa dan meninggalkan kewaspadaan!”

"Baik, suhu! jawab Lee Goat, akan tetapi tetap saja gadis cilik ini berlari-lari mendahui suhunya. Karena maklum bahwa ginkan dari muridnya sudah cukup tinggi, Sin Hong tidak khawalir dan ia menyusul dari belakang pelahan-lahan. Waktunya masih dua hari lagi mengapa harus tergesa-gesa? Sambil tersenyum Sin Hong memandang muirdnya yang kini me ncabut pedang membabati alang-alang dan pohon-pohon ke cil yang merintangi jalan.

“Bocah itu besar sekali semangatnya seperti Hui Lien di waktu muda,” pikir Sin Hong.

Setelah tiba di lereng gunung, tiba-tiba Sin Hong melihat berkelebatnya beberapa bayangan orang yang cepat naik ke gunung melalui jalan lain di sebelah kiri. Hatinya menjadi curiga juga tertarik. Cepat bagaikan bayangan burung terbang, Sin Hong melompat kekiri dau mengintai dari balik batang pohon ia melihat orang-orang aneh yang tak dikenalnya naik ke gunung dengan ilmu lari cepat yang menandakan bahwa mereka adalah Orang-orang berilmu. Bahkan di lain bagian gunung itu terdapat pula orang orang naik ke puncak.

Samar-samar Sin Hong melihat Le Thong Hosiang, Nam Kong Hosiang, Nam Siong Hosiang. dan Hengtuagan Lojin, empat orang hwesio yang pernah datang mengunjunginya di Luliang san beberapa tahun yang lalu. Tokoh-tokoh selatan pada naik ke Omei-san, ada apakah gerangan? Apa yang hendak dilakukan oleh Liok Kong Ji? Sin Hong menduga bahwa semua ini ten tulah gara-gara Liok Kong Ji yang selalu pandai menimbulkan keonaran di mana-mana...