Golok Bulan Sabit Jilid 24 - Sonny Ogawa

Halaman

    Social Items

Golok Bulan Sabit Jilid 24
Karya : Khu Lung
Penyadur : Tjan ID

Cerita silat Mandarin Karya Khu Lung
"DUA ORANG itu adalah dua orang yang kau bawa pulang kemarin, oleh sebab itu kau boleh memikirkan akibatnya!"

Tiba-tiba saja Cia sianseng merasakan sepasang kakinya menjadi lemas, seandainya dia tidak secara kebetulan berdiri ditepi dinding sehingga tangannya dengan cepat bisa berpegangan diatas dinding, hampir saja tubuhnya terjengkang keatas tanah.

Sekarang, ia sama sekali tidak merasa berterima kasih lagi atas budi Cia Siau giok yang tidak membunuhnya tadi, sebab dia menemukan kalau penghidupan selanjutnya akan dilalui dengan penuh kesusahan dan kesulitan yang memusingkan kepala.

Siau hiang telah naik ke kereta lagi, Ah ku pun telah memutar keretanya, tugas mereka telah selesai dan sekarang harus berlalu dari tempat tersebut.
"Adik cilik, apakah kau hendak pergi?" Cia Siau giok segera menegur sambil tertawa.

"Benar", jawab Siau hiang. Setelah mengganggumu setengah harian lamanya, sekarang kami harus minta diri."

"Apakah kau tak ingin tahu Ting kongcu telah pergi kemana? Dan bagaimana caranya kalain baru bisa bersua dengannya?" tanya Cia Siau giok lagi sambil tertawa.

"Tidak usah, kongcu telah berpesan kepada kami bagaimana caranya untuk bersua muka nanti!"

"Itu mah kalau dia pergi seorang diri, sekarang dia harus membawa serta dua orang untuk meninggalkan tempat ini, sudah jelas gerak-geriknya tak akan leluasa, rencana tersebut harus dirubah, oleh sebab itu dia suruh aku menyampaikan pesan ini kepada kalian..."

"Kalau begitu terima kasih lebih dulu, apa pesan kongcu kami?" buru-buru Siau hiang bertanya.

Cia Siau giok tertawa. "Walaupun Ting toako membawa pergi dua orang dari sini, tapi aku telah berhutang budi kepadanya, oleh sebab itu diantara kami tidak terjadi sesuatu hal yang tidak menyenangkan, kami tetap masih berpisah secara baik-baik!"

"Aku percaya, sebab bila sampai terjadi keributan di dalam sana, kongcu pasti akan keluar melalui pintu depan, tiada orang yang mampu menghalanginya!"

Cia Siau giok cuma tertawa, dia tidak dibikin tak senang hati oleh perkataan tersebut, cuma katanya lagi: "Diantara kita memang tak punya dendam sakit hati apapun, buat apa mesti ribut sampai ada darah yang bercucuran? Lagi pula Ting toako adalah tuan penolongku, masa aku akan bersikap kurang ajar kepadanya!"

"Cia siocia sebenarnya apa yang dikatakan kongcu kami?" tak sabar Siau hiang menukas.

"Ting toako berpisah denganku dalam suasana riang" kembali Cia siau giok berkata sambil tertawa, "sebaliknya kalian malah ribut dan bertarung sendiri di muka pintu, hal ini sedikit banyak membuat aku yang menjadi tuan rumah seperti kehilangan muka, oleh sebab itu bila kau menginginkan jawaban dari mulutku, paling tidak kau pun harus membuat aku tak sampai kehilangan muka."

"Apa yang kau hendaki sehingga tak sampai kehilangan muka?"

Cia Siau giok tertawa. "Itulah persoalanmu sendiri, masa kau malah bertanya kepadaku? Menurut pendapatmu bagaimana kau harus berbuat untuk menyatakan rasa penyesalanmu itu?"

Siau hiang menyaksikan sepasang matanya memandang terus tenggorokan Cia Sianseng dimana darah masih menetes keluar tiada hentinya, itulah akibat dari ayunan pisau terbang yang dilemparkan Ah ku.

Untung saja pisau terbang tersebut kena dipukul rontok oleh pedang Cia Siau giok, kalau tidak maka Cia Sianseng akan menjadi salah satu korban pisau terbang milik Siau li hui to setelah yang empunya mati seratus tahun berselang.

Pisau terbang itu masih tergeletak diatas tanah, walaupun Cia siau giok tidak memandangnya, namun pengharapan yang menghiasi wajahnya, tak bisa mengelabuhi siapa saja.

Maka sambil tertawa Siau hiang berkata lagi: "Nona Cia, walaupun pisau terbang yang dilemparkan Ah ku hanya melukai kulit leher dari congkoan kalian, tapi pisau terbang itu dirontokan olehmu, kami pun tidak berhasil meraih keuntungan apa-apa, sebaliknya pihak kalian pun tidak menderita kerugian yang terlampau besar, bukan kah begitu!"

"Maksudmu aku tidak seharusnya mencampuri urusan ini? Aku tidak berani mengatakan demikian", sahut Siau hiang sambil tertawa ringan, "aku hanya bilang setelah nona Cia turun tangan, kami yang menjadi bawahan mana berani ribut denganmu? Pisau terbang itu rontok ditanganmu, maka kamipun tak berani mengambilnya kembali, sebab kami telah berjanji kepada Cia Congkoan, bila dia sanggup menerima serangan itu maka pisau terbang akan kuberikan kepadanya, sekarang pisau itu berhasil dirontokkan nona Cia, terpaksa kami pun hadiahkan pisau tersebut untuk nona Cia."

Tak terlukiskan rasa gembira Cia Siau giok setelah mendengar perkataan itu. memang itulah tujuannya yang terutama, dia sengaja mencari alasan lain padahal tujuannya adalah untuk mendapatkan pisau terbang tersebut. Sekarang Siau hiang menghadiahkan pisau tersebut kepadanya, bagaimana mungkin hatinya tak senang? Hanya diluaran saja dia harus berlagak menolak.

Sambil menarik muka, dia segera berseru: "Omong kosong, siapa yang kesudian dengan sebilah pisau terbang rongsokan macam begitu?"

"Hanya kami orang-orang dari keluarga Liong yang boleh mengucapkan perkataan tersebut," kata Siau hiang dengan wajah serius, "sebab makco dari keluarga Liong kami Lim Si ing pernah memperingatkan anak cucunya agar jangan mencari nama dengan mengandalkan pisau terbang milik Siau li huito, kecuali kami, siapakah yang berani memandang rendah pisau tersebut, bukankah ayahmu Cia tayhiap pun pasti akan bersikap sangat menghormati bila menjumpai pisau terbang tersebut?"

Betapapun binal dan tak tahu aturannya Cia Siau giok, ternyata ia menerima teguran tersebut tanpa membantah. Sebab Siau hiang she Liong Siau hiang boleh memandang remeh nilai dari pisau terbang Li Sin huan, sebab dia cukup berhak untuk berbuat demikian.

Selain dia, orang lain memang tak berani bersikap kurang sopan terhadap pisau terbang itu. Walaupun Li Sin huan sudah mati banyak tahun, namun keturunannya atau cucu muridnya masih tetap berkelana dan melakukan pekerjaan budiman untuk meneruskan cita-cita luhurnya, mereka cukup mengetahui betapa sulitnya leluhur mereka dalam memupuk nama baik, oleh sebab itu mereka bersumpah tak akan mencari nama, melainkan muncul dengan wajah yang berbeda-beda untuk menolong umat manusia.

Mereka semua adalah pendekar pendekar sejati yang berjiwa besar, dan lagi ilmu pisau terbang mereka sudah mencapai tingkatan yang luar biasa, mereka tidak memerlukan pisau terbang sungguhan, hanya selembar daun atau kayupun bahkan selembar kertas main dari bocah pun, ditangan mereka benda-benda tersebut dapat memperlihatkan kehebatannya.

Selama banyak tahun ini, seringkali ditemukan kaum jahanam dan manusia laknat ataupun manusia munafik yang berlagak baik, ditemukan tewas diujung senjata yang beraneka ragam, mereka tewas tanpa menimbulkan sedikit suara pun.

Sekalipun siapa saja tak bisa membuktikan kalau perbuatan itu dilakukan oleh keturunan Li Sin huan, namun siapapun tak bisa membuktikan kalau bukan. Siau li hui to sudah dianggap manusia suci dalam dunia persilatan, oleh karena itu tak heran kalau Cia Siau giok merasa agak kuatir setelah mendengar perkataan tersebut.

Sebab selama banyak tahun ini, hanya mereka yang bertindak menuruti cara hidup Li Sin huan saja yang dianggap sebagai pendekar sejati, asal ada orang yang menjelek-jelekkan Li Sin huan, dia pasti akan mendapatkan hukuman yang setimpal.

Cia Siau giok yang ditegur sama sekali tak berani mengumbar amarahnya, hanya wajahnya segera berubah menjadi sama sekali tak berperasaan, serunya sambil tertawa dingin.

"Hmmm, siapa yang kesudihan dengan pisau mu itu!"

Siau hiang tertawa. "Pisau itu memang mahal artinya, kecuali dapat dijadikan sebagai barang kenangan, dari pisau itu pun bisa ditemukan sebab-sebab mengapa Li Sin huan menjadi jagoan yang tak terkalahkan didunia ini, Cuma ketika Ah Ku toasiok menyerang anggota perkampunganmu dengan pisau terbang, nona Cia berhasil mematahkan serangannya, kalau dihitung-hitung kami sudah kena dipecundangi, bila nona menahan pisau tersebut, maka nama baik perkampungan Sin kiam san ceng pun tak akan mendapat kerugian apa-apa"

Sekarang Cia Siau giok baru tertawa, katanya dengan cepat: "Nah, ucapan tersebut baru dirasakan agak enak untuk didengar"

"Sekarang, apakah Cia sioucia sudah bersedia untuk memberitahukan kepadaku apa pesan dari kongcu?"

Cia Siau giok tertawa. "Dia bilang dimana kalian harus bertemu, disitulah kalian menunggu, perkampungan Sin kiam san ceng tak akan bisa mengurung dirinya!"

Beberapa patah perkataan itu sedikit banyak bernada mempermainkan, sebab diucapkan atau tidak, keadaan tetap sama saja, bahkan kemungkinan besar Ting peng tidak memberikan pesanan apa2, sebaliknya gadis itulah yang mengarang sendiri, namun terhadap kenyataan hal mana memang tidak mendatangkan pengaruh ataupun perubahan apapun jua.

Ternyata Siau hiang tidak kelihatan gusar, setelah mengucapkan terima kasihnya berulang kali, dia naik kedalam kereta dan menitahkan kepada Ah-ku untuk berangkat.

Cia Siau giok kelihatan gembira sekali, dia segera memungut pisau terbang tersebut dan diperiksanya setengah harian dengan sangat berhati-hati, kemudian senyuman yang menghiasi wajahnya kian bertambah tebal. Pisau tebang itu memang pisau terbang yang berharga sekali, terutama tulisan "Li" diatas tubuh pisau tersebut, hal ini membuktikan kalau pisau mana merupakan pisau terbang yang sering kali digunakan Li sin huan sendiri.

Cia sianseng turut berjalan mendekat. Sambil menahan malu dia ikut memeriksa sejenak pisau terbang itu, kemudian baru bertanya: "Nona, sewaktu Ting Peng membawa pergi kedua orang itu, apakah dia pun membawa serta pedang tersebut?"

"Tidak, walaupun Ting Peng lihay, dia masih belum memiliki kepandaian untuk masuk ke gudang mestika!"

"Aaaah, kalau begitu bagus sekali," seru Cia sianseng cepat, "untung saja gudang mestika kita tetap utuh, senjata kenamaan yang tercatat dalam kitab senjatapun tak kekurangan sebuah pun"

"Apa gunanya semuanya itu? Yang kita peroleh cuma senjata-senjata yang mati, tanpa orang hidup mana kepandaian kita bisa bertambah hebat...?"

"Orang hidup tak mampu melindungi barangnya, karena itu barang-barang tersebut baru bisa terjatuh ke tangan kami, hal ini membuktikan kalau senjata jauh lebih berharga daripada manusianya!"

Cia Siau giok menghela napas panjang. "Setiap jaman tentu akan muncul manusia kenamaan, benda-benda tersebut sudah menjadi barang antik semua, apabila kita dapat mengumpulkan semua senjata andalan yang dipergunakan jagoan persilatan sekarang, itu baru namanya luar biasa."

"Aaaah, itupun sudah cukup banyak," kata Cia sianseng sambil tertawa lebar.

Cia Siau giok mendengus dingin. "Hmmm, masih terpaut jauh sekali, bila tiga macam senjata tak berhasil kita kumpulkan, maka semua mestika dalam gudang sama artinya dengan benda yang tak berguna!"

"Tiga macam yang mana?" tanya Cia sianseng dengan wajah tertegun.

Pedang mestika bertaburkan tiga belas mutiara milik Yan Cap sa, Pedang sakti keluarga Cia dari perkampungan Sin kiam san ceng."

"Bukankah semuanya tersimpan dalam pesanggrahan Cong kiam lu?" seru Cia sianseng cepat.

Cia Siau giok segera tertawa dingin. "Dalam perkampungan Sin kiam sanceng sudah tidak terdapat lagi pesanggrahan Cong kiam lu, masa pedangnya masih ads disitu."

"Sudah tak ada. Masa dibawa pergi oleh cengcu?"

"Benar, aku pernah masuk kesana dan secara diam-diam pernah membongkar kedua kuburan tersebut, namun isinya kosong melompong!"

"Tiada peti mati? Tak ada tulang belulang?"

"Sudah kukatakan disitu kosong!"

"Mungkinkah disembunyikan ditempat rahasia lainnya?"

Cia Siau giok mendengus lalu tertawa dingin. "Walaupun pesanggrahan Cong kiam lu merupakan tempat yang paling rahasia dari perkampungan Sin kiam san ceng, sesungguhnya tempat itupun merupakan tempat yang paling tak ada rahasianya, empat penjuru dikelilingi dinding pemisah, namun didalamnya sama sekali tak ada sesuatu benda apapun."

"Lantas mengapa majikan mempelakukan daerah disekitar tempat itu sebagai tempat terlarang yang paling dirahasiakan."

"Dahulu aku tidak tahu, sekaramg aku baru mengerti, rupanya dia sedang melatih perasaan disitu untuk mencapai ketingkatan yang lebih tinggi lagi"

"Ke tingkatan yang lebih tinggi? Masa ilmu pedang majikan masih bisa maju lebih tinggi?"

"Siapa bilang tidak? Dahulu dia pernah kalah diujung pedang Yan Cap sa ketika yang terakhir mengeluarkan jurus simpanannya, kemudian buktinya jurus itu tak mempan terhadap budak-budak yang mengitarinya, hal ini membuktikan kalau tingkat kepandaian silatnya telah memperoleh kemajuan yang lebih pesat lagi."

Cia Sianseng hanya membungkam diri sambil berdiri melongo, seakan-akan baru pertama kali ini dia mendengar ucapan tersebut, dan baru pertama kali ini dia mengetahui kalau ilmu pedang majikannya masih bisa memperoleh kemajuan yang lebih hebat lagi.

Suasana menjadi hening, sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun untuk beberapa waktu lamanya kedua belah pihak hanya membungkam diri dalam seribu bahasa.

* * *

PEDANG BAJA DARI SIONG YANG

SIAU HIANG masih duduk dalam kereta sedang Ah-ku menjalankan keretanya menuju ke sebuah hutan disebelah kiri perkampungan Sin-kiam san-ceng, disitulah Ting-Peng berpesan agar mereka menunggu, Ting Peng bermaksud untuk menyelidiki perkampungan Sin-kiam san-ceng secara diam-diam, diapun tahu untuk memasuki perkampungan tersebut ia tak usah melewati jalan air di depan.

Setiap gedung persilatan yang besar dan kenamaan, selalu akan tersedia satu atau dua jalan rahasia yang tidak terkecuali partai-partai persilatan besar sekalipun. Hal ini bukan dikarenakan mereka bermaksud hendak melakukan suatu pekerjaan rahasia melainkan dikarenakan orang yang melakukan perjalanan dalam dunia persilatan pasti akan mempunyai satu dua orang musuh besar, siapapun tak akan menduga kapankah musuhnya akan datang, bila keadaan berbahaya, dengan tersedia jalan rahasia tersebut berarti dia akan dapat meloloskan diri bila mana perlu.

Tentu saja perkampungan Sin kiam san ceng pun tidak terkecuali, jalan tembus disana bukan cuma sebuah saja, semenjak Cia Siau giok menjadi majikan disana, bukan saja dia menemukan dua jalan rahasia, bahkan diapun membuat lagi jalan tembus lainnya, cuma dia tak menyangka kalau masih ada jalan lain yang sebetulnya belum dia temukan.

Ketika Ting Peng berbincang-bincang dengan Cia Siau hong dalam pesanggrahan Cong kiam lu tempo hari, mereka dapat bergaul sangat akrab, sehingga banyak sekali rahasia yang tidak diketahui putrinya, Cia Siau hong memberitahukan hal tersebut kepada pemuda ini.

Bukan suatu pekerjaan yang gampang bagi Ting peng untuk memasuki perkampungan Sin kiam sanceng secara rahasia, bukan pekerjaan yang mudah pula baginya untuk lebih maju selangkah dengan menemukan rahasia dalam perkampungan itu, sebab Cia Siau hong pernah berkata demikian kepada Ting peng:

"Rumahku ini sudah tak bisa dianggap sebagai milikku lagi, ada banyak persoalan, ada banyak tempat yang tidak kuketahui, bila lote ada kesempatan berusahalah untuk melihat sendiri, aku sendiri mempunyai kesulitan yang membuatku tak leluasa!"

Ting peng tidak bertanya kepada Cia Siau hong, kesulitan apakah itu. kalau toh orang sudah bilang tak leluasa, tentu saja hal ini berarti sulit baginya untuk membicarakannya. Apalagi dia sendiri bisa pergi ke situ untuk melakukan pemeriksaan sendiri. Oleh sebab itu, sebelum pergi ke sana untuk ketiga kalinya, diapun menyusun suatu rencana yang matang.

Walaupun dia tidak memiliki pengalaman dunia persilatan yang terlalu banyak, tapi kepandaian silat maha dahsyat yang dimiliki itu bukan saja telah menciptakan kemampuan yang luar biasa kecerdasannya pun memperoleh pula kemajuan yang pesat.

Orang yang tajam pikirannya tentu lemah dalam kekuatan, itulah sebabnya kebanyakan pelajar memiliki tubuh yang lemah. Berbeda halnya dengan orang yang belajar silat, kemajuan yang dicapai dalam ilmu silat selalu akan dlimbangi pula dengan kemajuan dalam kecerdasan, jika seorang jago silat telah berhasil mencapai suatu kemajuan tertentu. selain kondisi badannya akan bertambah baik, kecerdasan otaknya pun akan bertambah tajam.

Oleh sebab itu Ting Peng menyuruh Siau hiang dan Ah Ku sengaja membuat keonaran didepan perkampungan Sin kiam san ceng, padahal dalam kenyataannya adalah untuk menutupi tujuan untuk menyusup ke dalam perkampungan itu serta melaksanakan tugas rahasianya.

Akhirnya apa yang menjadi tujuannya dapat tercapai separuh bagian, dia telah melihat banyak hal yang tak diketahui orang lain, cuma dia toh masih tak sempat melihat beberapa diantaranya. Sebetulnya dia dapat masuk lebih dalam lagi karena seseorang hal ini menjadi terbengkalai.

Dia adalah seorang pemuda yang tampan dan penuh memancarkan sinar kegagahan, pemuda itu terkurung didalam sebuah ruang rahasia. Dia telah menolong pemuda itu mesti tak diketahui karena apa, sebab dia sama sekali tak kenal dengan orang itu.

Sewaktu pemuda itu ditemukan, dia berada dalam keadaan tak sadarkan diri, hanya berdasarkan kesan pertama saja, dia sudah menyukai pemuda ini, dia bertekad akan menolongnya, karena dia Ting Peng terpaksa menampakkan diri dan tidak melakukan penyelidikan lebih jauh.

Sewaktu Siau hiang tiba dalam hutan. Ting Peng sudah menunggu disana, sedang pemuda tersebut masih tergeletak ditanah. Sambil turun dari keretanya. Siau hiang segera berseru:

"Kongcu, kami telah datang!"

Ting Peng manggut manggut. "Tidak menjumpai kesulitan apa-apa?"

"Tidak!" Siau hiang tertawa, "Hanya Cia congkoan, mereka telah bertarung melawan paman Ah Ku gara-gara menghalangi kita masuk kedalam...!"

Ting Ping segera tertawa. "Cia sianseng itu memang bukan manusia yang bisa dilawan dengan baik, cuma aku pikir Ah Ku tak bakal menderita kerugian...!"

"Tentu saja paman Ah Ku tak bakal menderita kerugian, dia telah menghadiahkan sebuah pisau terbang ke tubuhnya, andaikata Cia Siau giok tidak menolong tepat pada waktunya, mungkin pisau terbang tersebut akan merenggut selembar jiwanya"

"Walaupun ilmu pedang Cia sianseng tidak becus, tapi dia tak akan lebih rendah kemampuannya daripada ketua dari enam partai besar, masa pisau terbang Ah Ku bisa melukainya?"

"Siau li si pisau terbang, tak pernah meleset dari sasarannya."

"Aaah, kau bikin aku menjadi bingung saja, mengapa kalian bisa membicarakan soal Siau li si pisau terbang?"

"Pisau terbang yang dipergunakan Ah Ku adalah pisau terbang peninggalan Li Sin huan tempo hari, meskipun caranya melemparkan senjata tersebut tidak benar, akan tetapi kemampuan dan daya serangannya, tak mungkin bisa ditahan oleh Cia sianseng"

"Darimana Ah Ku bisa memiliki pisau terbang warisan Li Sin huan...?"
"Aku yang berikan kepadanya, pisau itu diwariskan leluhurku kepadaku..."

Dia menyaksikan kebingungan diwajah Ting Peng, maka dijelaskan lebih jauh.

"Aku tidak she Li, aku she Liong, keturunan dari Liong Siau im dan Lim Si ing!"

Ting Peng tidak nampak terkejut ataupun keheranan, dia malah manggut-manggut. "Tak aneh kalau begitu, aku selalu merasa kalau kau berbeda sekali dengan perempuan lain. Nyatanya kau memang mempunyai asal usul yang luar biasa!"

Siau hiang tertawa getir. "Keturunan Liong Siau im belum bisa dikatakan sebagai asal-usul yang luar biasa" katanya.

Ting Peng segera tertawa. "Dalam hal ini kaupun tak usah merasa rendah diri, sebab orang yang bisa berada setingkat dengan Li Sin huan, biasanya dia tentu seorang manusia yang luar biasa!"

"Sayang sekali orang lain tidak menganggap hal itu sebagai hal yang luar biasa, buktinya keluarga Liong kami tak pernah bisa mengangkat kepala lagi didalam dunia persilatan"

"Hal ini dikarenakan kalian terkurung oleh bayangan hitam dari Li Sin huan, seharusnya kalian mesti membangkitkan semangat dan melakukan suatu perbuatan yang bisa dibanggakan dihadapan orang lain!"

"Hari ini aku telah melakukannya" ucap Siau hiang sambil tertawa, "aku telah menghadiahkan pisau terbang milik Li Sin huan untuk Cia Siau giok...!"

"Suatu perbuatan yang sangat bagus, bila anak cucu keluarga Liong harus selalu menggembol pisau terbang milik Li Sin huan, sesungguhnya peristiwa ini merupakan suatu kejadian yang amat tak sedap dipandang, walaupun diantara kedua keluarga tersebut sudah tidak membicarakan soal dendam kesumat lagi, tapi paling tidak kalian pun tak usah membonceng ketenarannya!"

Mendadak air mata jatuh bercucuran membasahi wajah Siau hiang, sambil menjatuhkan diri berlutut dan menyembah beberapa kali, dia berseru dengan terharu: "Terima kasih banyak kongcu, inilah suatu ucapan yang tak akan kulupakan untuk selamanya!"

"Tapi ucapanku ini suatu perkataan yang sangat biasa!" kata Ting Peng dengan wajah tercengang.

"Tapi setiap kali orang lain tahu kalau aku adalah keturunan dari Liong Siau im, mereka pasti membeberkan kembali kesalahan demi kesalahan yang telah dilakukan oleh leluhur kami, mereka tak pernah menganjurkan diriku untuk berbuat begini berbuat begitu."

Ting Peng segera tertawa. "Sekalipun dibeberkan kembali juga bukan masalah, Li Sin- huan berhasil dan bernama besar, sejak awal sampai akhir tidak menderita kerugian apa pun juga, sekalipun dia menderita sepanjang masa gara-gara Mak co mu Lim Si ing, tapi akhirnya toh berhasil menemukan gantinya dari tubuh Sun Siau hong, sebaliknya kalian menderita kerugian besar akibat peristiwa tersebut, jadi kau dihitung kembali justru dialah yang masih berhutang kepada kalian!"

Dengan terharu Siau hiang berkata: "Selama seratus tahun belakangan, Kong cu adalah orang kedua yang berkata demikian, aku rasa leluhurku dialam baka pasti akan berterima kasih sekali atas perkataanmu itu"

"Siapakah orang yang lain?"

"Li Sin huan sendiri."

Selama seratus tahun belakangan ini, kejadian tersebut sudah menjadi buah bibir setiap orang, hampir semua manusia tahu dan membicarakan masalah tersebut, tapi apa sebabnya cuma dia orang yang memberikan penilaian demikian?

Li Sin huan sudah merupakan malaikat diantara para pendekar. Sebaliknya Ting Peng justru penuh diliputi oleh napsu iblis, mengapa mereka berdua justru mempunyai pemikiran yang sama? Padahal kedua orang itu mempunyai cara bekerja yang sama sekaii berbeda?

Tapi mereka justru mempunyai pula banyak persamaan satu sama lainnya. Mereka berdua sama-sama merupakan manusia yang mempunyai perasaan yang kaya. Mereka adalah manusia-manusia yang cerdas dan berakal panjang. Mereka pun sama-sama manusia yang menggunakan golok, bahkan berhasil dalam permainan goloknya hingga mencapai suatu taraf yang sukar diimbangi orang lain.

Baik malaikat atau iblis, kedua-duanya merupakan suatu tingkatan perasaan yang amat tinggi. Bila sudah berada dalam keadaan demikian! malaikat belum tentu selalu lurus, iblis pun belum tentu selalu sesat. Mungkin, inilah yang dinamakan meski bercabang-cabang, sesungguhnya asalnya tetap satu.

Mungking teori ini kelewat dalam. Teori yang dalam belum tentu dipahami Ting Peng, tapi sewaktu dia mendengar dirinya disamakan dengan Li Sin huan, diapun tidak merasakan suatu perasaan bangga, tidak pula merasa terkejut atau tercengang yang luar biasa. Dia seakan-akan merasa kalau hal tersebut sudah merupakan suatu keharusan.

Tapi dalam pandangan Siau hiang, Ting Peng pada saat ini seakan-akan jelmaan dari malaikat suci, malaikan suci yang telah melampaui tingkatan Li Sin huan. Sebab dia adalah keturunan keluarga Liong, orang-orang dari keluarga Liong tidak lagi membenci Li Sin huan, tapi merekapun tidak mengangapnya sebagai malaikat.

Dengan termangu-mangu Siau Hiang mengawasi wajah Ting Peng, sorot matanya penuh pancaran rasa hormat dan kagum. Kini, dia bersedia mati seribu kali, bahkan selaksa kali demi orang ini.

Pemuda itu masih tergelatak tak sadarkan diri di atas tanah, ketika mereka sedang berbincang-bincang. Ah Ku membungkukkan badan untuk memeriksa anak muda tersebut. Ia segera mengetahui kalau pemuda tersebut ditotok oleh semacam ilmu menotok jalan darah, tapi walaupun dia telah mencoba membebaskan pengaruh totokan itu dengan tujuh belas macam cara, tak satupun yang berhasil.

Sambil menggelengkan kepalanya dan tertawa Ting Peng berkata: "Ah ku percuma, akupun telah mencobanya, meski ilmu membebaskan jalan darah yang kumiliki tidak lebih banyak darimu tapi keenam macam cara yang kugunakan sama sekali berbeda dengan cara yang kau pergunakan barusan, nyatanya dia sama sekali tak bereaksi, Siau hiang, kau adalah kitab berjalan dari dunia persilatan, coba kau amati dulu siapakah orang ini?"

Siau hiang mengamatinya beberapa saat, kemudian baru berkata: "Budak tidak kenal, orang ini belum pernah melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, tapi kalau dilihat dari mimik wajahnya, sudah pasti dia adalah keturunan dari keluarga ternama!"

Soal ini tak usah kau katakan lagi", kata Ting Peng sambil tertawa tergelak, dia bisa disekap didalam ruang rahasia oleh Cia Siau giok dengan penjagaan yang begitu ketat diluar ruangan, bisa disimpulkan bila orang itu bukan manusia yang penting artinya, tak mungkin dia akan diperlakukan secara khusus, itulah sebabnya aku lantas menyelamatkan dirinya dari sekapan!"

Siau hiang berjalan mendekat, berlutut disisinya dan memeriksa tangannya beberapa saat, kemudian sambil memperhatiken telapak tangan orangitu, Katanya: "0rang ini mempergunakan pedang, bahkan memiliki kesempurnaan yang mengagumkan, anak muda jaman sekarang amat jarang ada jagoan yang begini lihaynya"

"Dalam hal ini akupun dapat melihatnya tapi bila tidak mengetahui siapakah dia ucapanmu semua hanya ucapan yang tak berguna."

Siau hiang tertawa. "Tidak semuanya perkataan tak berguna menurut apa yang dilihat didepan mata sekarang, ada dua hal yang berhasil kuperoleh, meski budak tidak kenal siapakah dia, tapi besar kemungkinan bisa menebak asal usulnya!"

"0ooh, menurut kau, Siapakah dia?"

"Delapan sembilan tak akan terpisah dari sepuluh, dari beberapa keluarga ilmu pedang, yang ada dalam dunia persilatan dewasa ini, hampir sebagian besar sudah kena ditekan oleh kewibawaan keluarga Cia dari perkampungan Sin kiam San ceng, sikap mereka biasanya suram dan tak akan memancarkan kegagahan seperti ini, hanya anak keturunan keluarga Kwik dari Siong Yang yang belum pernah bentrok dengan keluarga Cia, bahkan masih bisa memperlihatkan kegagahannya sebagai seorang jago pedang!"

"Aku pikir ucapan tersebut kelewat didipaksakan kebenarannya!"

"Ilmu pedang keluarga Kwik dari Siong yang mengutamakan keterbukaan, kegagahan dan kecepatan, itulah sebabnya para jago pedangnya selalu dipancari oleh sikap yang gagah perkasa, dilihat dari mimik wajah pemuda tersebut dapat dilihat betapa gagahnya dia, tak mungkin kegagahan semacam itu bisa dipupuk melalui ilmu pedang keluarga lain, bagaimana menurut pendapat kongcu?"

"Ehmmm, kalau ucapan ini mah masih masuk juga diakal!"

"Ketiga orang yang bisa dipandang serius oleh Cia Siau giok pun hanya anak keturunan dari keluarga Kwik di Siong yang!"

"Ucapan inipun kelewat dipaksakan kebenarannya!"

"Aku yakin alasanku yang ke empat ini mempunyai kekuatan yang cukup memadahi, keluarga Cia sedang mengumpulkan pelbagai senjata kenamaan yang pernah tercatat dalam kitab senjata, mereka hanya kekurangan pisau terbang dari Li Sin huan yang menempati urutan ke empat, sewaktu kuberikan pisau terbang milik Li Sin huan kepada mereka tadi Cia Siau giok maupun Cia sianseng tak dapat mengendalikan rasa girang dihatinya, hal ini membuktikan kalau mereka sudah berhasil mendapatkan pedang baja dari Siong yang dan cuma kurang pisau terbang dari Li Sin huan, padahal pedang baja dari Siong yang hanya berada ditangan keturunan keluarga Kwik. Sedang pemuda itupun terjebak dalam perkampungan Sin-kiam san-ceng"

"Aku tahu, alasanmu hampir semuanya cukup memahami," kata Ting Peng sambil tertawa, "Cuma sayang kau basih kekurangan bukti yang nyata, mengapa kita tidak menyadarkan dia lebih dulu kemudian baru ditanyai duduk persoalan yang sebenarnya?"

"Kongcu dan paman Ah ku saja tidak berhasil menolong dia, masa budak bisa membantu?"

"Setan cilik, kau tak usah bermain setan lagi dihadapanku, bila kau tak mampu menyadarkan dia, mungkin di dunia ini tiada orang bisa menyadarkan dirinya lagi!"

"Kongcu atas dasar apakah menghargai budak?"

"Sejak aku tahu kalau kau adalah keturunan Liong Siau im, apu percaya kalau kau memiliki keammpuan tersebut!"

"Mengapa?"

"Sebab aku tahu kitab pusaka Leng hoa poo-ci peninggalan dari Jian bin khi jin (manusia aneh bermuka seribu) Giok Lian hoa telah terjatuh ketangan keluarga Liong kalian, meskipun kitab aslinya sudah hilang ditangan kakekmu ketika dia hendak menjumpai Sangkoan Kim hong untuk menebus nyawa Li Sin huan, tapi sebagian besar isi kitab Kian hoa poo-ci tersebut sudah diwariskan oleh Lim Si ing kepada putranya Liong keh im adalah seorang yang pintar dan sudah pasti telah mengingat semua isinya, masa dia tidak mewariskan kepandaian tersebut kepadamu?"

"Untung saja ucapan ini diutarakan oleh kongcu, coba kalau orang lain mengetahui akan persoalan ini, mungkin nyawa budak sudah terancam oleh mara bahaya"

Kembali Ting Peng tertawa. "Siau hiang, kau tak usah kuatir, selama ada aku disisimu, maka kau tak usah menguatirkan keselamatanmu lagi, sebelum orang lain melukaimu, dia harus mampu melangkahi mayatku lebih dulu, dan agaknya hal ini merupakan suatu peristiwa yang mustahil bisa terjadi"

Siau hiang benar-benar merasa amat terharu, dia tidak jual mahal lagi, dari sakunya dia mengeluarkan sebuah kotak perak dan didalam kotak tersebut terdapat belasan batang jarum emas. Dia mengeluarkan sebatang jarum dan segera ditusukkan kedalam jalan darah pemuda itu, seakan-akan tak perlu diperhatikan lagi dengan matanya, tusukan itu begitu cepat dan sasarannya tepat.

Rasa kaget segera menghiasi wajah Ah ku, tapi Ting Peng seakan-akan sudah mengetahui akan hal ini, wajahnya sama sekali tidak menampilkan perasaan keheranan.

Tatkala Siau hiang menancapkan jarum emas yang kelima belas, pemuda itu mulai merintih sambil membalikkan tubuhnya. Sambil tertawa Siau hiang lantas berkata:

"Kwik kongcu, berbaringlah denagn tenang lebih dulu, baru saja jalan darahmu kutembusi, sebentar jarum-jarum emas itu kucabut, kau baru boleh berbicara, kalau tidak, bila sampai mengalami peredaran darah yang terbalik, bisa berabe jadinya!"

Pemuda itu menurut dan segera memejamkan matanya rapat-rapat kemudian berbaring tak bergerak ditempat semula.

Dengan sangat berhati-hati sekali Siau hiang mencabuti jarum emas tersebut satu persatu secara beraturan, setelah diseka dengan sapu tangan, jarum-jarum itu baru dimasukkan kembali kedalam kotak.

Setiap jarum tersebut menancap satu inci lebih kedalam tubuh, namun ujung jarum sama sekali tak nampak noda darah, bahkan setelah dicabut keluar pun dari lubang bekas tusukan tak nampak darah yang mengalir keluar, hal mana kontan saja membuat Ah Ku semakin tertegun dibuatnya.

Sambil tertawa Ting Peng segera berkata. "Ilmu yang tercantum dalam kitab Lian hoa po ci sungguh luar biasa sekali, Siau hiang, apakah kim ciam kay hiat ci hoat (ilmu membebaskan jalan darah dengan tusukan jarum emas) mu itu dapat membebaskan segala macam totokan darah?"

"Benar, mendiang kakekku Liong keh im baru merasa menyesali kepicikan pikiran sendiri setelah menjelang masa tuanya, maka diapun lantas memusnahkan semua cara untuk mencelakai orang serta ilmu silat keji yang tercantum dalam kitab pusaka tersebut, yang tertinggal hanyalah kepandaian-kepandaian untuk menolong manusia, bahkan ditambahi pula dengan beberapa macam kepandaian yang tercantum dalam kitab Lian hoa Poo-ci, tapi masih lebih dari cukup untuk digunakan menolong orang."

"Kakekmu benar-benar seorang manusia yang luar biasa!" seru Ting Peng kemudian dengan wajah serius.

Siau hiang tertawa hambar. Sementara itu, sang pemuda tadi sudah dapat merangkak bangun dan duduk, tiba-tiba ia berkata:

"Terima kasih banyak nona, atas budi pertolonganmu"

"Jangan berterima kasih kepadaku Kwik kongcu, aku hanya membantumu untuk menghilangkan pengaruh totokan, yang menyelamatkan dirimu dari sekapan musuh adalah kongcu kami."

Pemuda itu segera bangkit berdiri dan menjura dalam-dalam sambil berkata: "Terima kasih atas pertolongan dari saudara, Kwik lm liong tak akan melupakan untuk selamanya"

"Ooah, anda benar-benar she Kwik?" seru Ting Peng dengan wajah tercengang.

"Benar, bukankah nona itu kenal dengan diriku?"

"Aku pun tidak kenal" jawab Siau-hiang "apa yang kukatakan tak lebih hanya berdasarkan dugaan saja..."

"Berdasarkan dugaan saja?" seru Kwik In liong keheranan, "padahal nama marga yang ada begitu banyak, mengapa nona justru memilih nama marga Kwik."

"Tentu saja berdasarkan suatu analisa" kata Siau hiang sambil tertawa "sekarang aku tidak salah menduga bukan, hal ini menunjukkan kalau analisaku tadi memang masuk di akal juga"

Ketika Ting Peng menyaksikan dia seperti hendak menanyakan sesuatu lagi, sambil tertawa dia segera menukas:

"Bukankah saudara Kwik berasal dari perkampungan keluarga Kwik di kota Siong Yang?"

Kembali kwik In liong manggut-manggut. "Benar, Kepergian siaute ini merupakan kepergian siaute yang pertama kalinya, tapi saudara dapat mengenali dusun siaute rupanya kita pernah bersua dimasa lalu?"

Tidak, tapi golok Siong yang dari saudara Kwik amat kentara, setelah kupikir-pikir dan merasa tiada keluarga lain yang merupakan keluarga persilatan, maka akupun lantas menduga kalau saudara kwik berasal dari Siong yang."

Kwik in liong kelihatan gembira sekali. "Ucapan saudara kelewat sungkan, kami hanya membonceng ketenaran dari leluhur kami saja untuk bercokol terus dalam dunia persilatan, padahal anak keturunan keluarga Kwik tidak mempunyai kelebihan apa-apa, terutama sekali siaute, boleh dibilang benar-benar memalukan sekali, belum setengah bulan keluar rumah aku sudah dipecundangi orang habis-habisan, belum lagi pedang dicabut, orangnya sudah dirobohkan lebih dulu...."

Ketika berbicara sampai disitu, wajahnya segera menampilkan sesuatu perasaan batin yang amat menderita.

"Bagaimana ceritanya sehigga sandara Kwik bisa terkurung didalam perkampungan Sin kiam san ceng?" tanya Ting Peng kemudian.

Kwik In liong segera menghela napas panjang. "Aaaai, sesungguhnya memalukan sekali kalau diceritakan, adapun kepergian siaute kali ini, pertama untuk mencari pengalaman dalam dunia persilatan, kedua ingin mencari dua orang untuk mencoba ilmu pedang yang kumiliki"

"Orang pertama yang saudara Kwik cari adalah Cia Siau hong dari perkampungan Sin-kiam-san-ceng?"

"Benar, nama besar pedang sakti keluarga Cia sudah lama termashur dalam dunia persilatan, siaute pernah mendengar semasa mudanya dulu dia pernah menyatroni pelbagai perguruan pedang kenamaan dikolong langit dan akhirnya berhasil merebut gelar si pedang sakti yang tiada tandingan tapi dia tidak mendatangi keluarga Kwik di Siong yang, aku tidak mengerti apa maksudnya itu karena tidak memandang sebelah mata terhadap kami ataukah karena menganggap ilmu pedang keluarga Kwik kami tidak berharga untuk mencoba, itulah sebabnya aku hendak mencarinya dan menayai persoalan ini sampai jelas!"

"Persoalan ini tak usah kau tanyakan lagi kepadanya, sebab aku dapat memberikan jawaban untukmu" kata Ting Peng sambil tertawa, "dia bukannya tak ingin melainkan tak berani!"

"Tak berani?"

"Benar tak berani, bukan hanya Cia Siau hong saja, bahkan setiap umat persilatan tak berani mencari gara-gara dengan orang perkampungan keluarga Kwik!"

"Saudara, walaupun perkampungan keluarga Kwik mempuyai nama dalam dunia persilatan, itupun dikarenakan perjuangan leluhur kami, selama berapa puluh tahun ini meski kami tiada hentinya melatih ilmu pedang kami secara tekun, namun amat jarang keluar rumah dan berkelahi dengan orang, Siaute tidak mengetahui kalau keluarga kami memiliki nama dan kewibawaan sebesar ini!"

Ting Peng tertawa. "Saudara Kwik boleh tidak percaya, tapi kesemuanya ini merupakan kenyataan, cuma tak ada orang yang berani memberitahukan kepadamu saja, untung saudara Kwik bertanya kepada siaute, coba kalau bertanya kepada orang lain, kemungkinan besar orang tak akan mengatakan apa alasannya kepadamu."

"Apakah hal ini disebabkan nama dari perkampungan keluarga Kwik kami terlampau jelek?"

"Nama baik keluarga kalian sudah termashur dan dikenal setiap orang selama seratus tahun belakangan ini keluarga kalian selalu dihormati dan disegani setiap orang"

"Siaute rasa peraturan perkampungan kami kelewat ketat diantara keturunan kami pun tak ada yang berani berbuat ulah diluaran, semestinya orang tak usah jeri kepada kami."

Kembali Ting peng tertawa. "Bila orang-orang dari keluarga kalian amat menghina orang dan mengandalkan kepandaian untuk berbuat sewenang-wenang, tak mungkin orang lain akan merasa jeri kepada kalian, malah justru orang akan berdatangan untuk menuntut balas atau minta pertanggungan jawab kalian, justru karena keluarga kalian termashur karena kejujuran dan kegagahannya, maka orang persilatan menjadi segan kepada kalian, menaruh hormat kepada kalian dan tak seorang pun berani mendatangi perkampungan kalian untuk membuat keonaran"

Alasan tersebut tidak terlalu baik, tapi Ting Peng memang tak mampu memberikan alasan yang lebih baik lagi, dia bukan seorang yang bisa membohong, tapi kalau dia berkata terus terang dengan mengatakan bahwa selama ini keluarga Kwik bisa selamat karena selalu dilindungi oleh anak murid dari Li Sin huan dan Hui kiam kek A hui, mungkin Kwik In liong tak sanggup menahan diri. Entah mengapa Ting peng memang menaruh kesan yang sangat baik terhadap pemuda ini, dia tak ingin melukai nama baik serta harga diri dari bocah tanggung yang belum berpengalaman itu.

Untung saja Kwik in liong masih polos dan mempercayai perkataan tersebut dengan begitu saja. Setelah menghela napas panjang, ujarnya:

"Aku pun tak lebih hanya bertanya saja, bukan benar-benar ingin mencari Cia Siau hong dan menantangnya untuk berduel, aku pikir dia sudah termashur banyak tahun dan nama tersebut sudah pasti bukan diperoleh secara kebetulan, ilmu pedangku belum tentu bisa benar-benar menangkan dia, tentang kalau aku yang salah, seandainya dia yang sampai kalah, aku kan bisa menjajarkan nama besarku setaraf dengan nama besarnya?"

Ting Peng semakin menyukai bocah ini, dia muda, jujur, polos, tidak terlampau tinggi hati, berhati baik dan selalu memikirkan keadaan orang lain, dia memang seorang pemuda yang baik. Oleh karena itu, sebetulnya dia ingin bertanya bagaimana sampai dia terjatuh di tangan orang-orang perkampungan Sin kiam san ceng pun segera diurungkan.

Kwik In liong menundukkan kepalanya rendah-rendah, mungkin dia sedang teringat akan suatu peristiwa yang memedihkan hatinya. Setelah ditahan sekian waktu, akhirnya tahan lagi dia berkata.

"Ketika aku datang ke perkampungan Sin kiam san ceng, dengan amat sungkan dan hormat Cia Siau giok menjamuku, dia begitu cantik, begitu supel dan pandai bergaul, kami bisa berbincang-bincang sangat luwes, masing-masing pihak merasa gembira sekali...."

Kembali sorot matanya memancarkan kesedihan, tapi juga agak termangu seperti seseorang yang terpikat oleh sesuatu.

Menyaksikan hal tersebut, Ting Peng menghela napas panjang, pikirnya kemudian: "Lagi-lagi seorang pemuda kena dipikat oleh rayuan maut Cia Siau giok..."

Nada suara dari Kwik In liong lambat laun berubah menjadi marah, katanya lebih jauh: "Aku bersikap hormat kepadanya, siapa tahu ternyata dia adalah seorang perempuan macam begitu"

"Apa yang dia lakukan terhadap dirimu?"

"Aku benar-benar tidak habis mengerti, mengapa dia berbuat demikian kepadaku, ia mencampuri sayur dan arak tersebut dengan obat"

"Oooh... mencampuri sayur dengan obat?" seru Ting Peng tertahan.

"Yaa, dia telah mencampuri sayur dan arakku dengan obat perangsang, bahkan..."

Bagaimanapun juga dia adalah seorang pemuda yang masih polos, ketika berbicara sampai disitu mukanya berubah menjadi merah karena jengah, kata-kata selalanjutnya pun tak mampu dilanjutkan.

Ting Peng merasa terkejut sekali, dia tahu Cia Siau giok memiliki suatu kepandaian untuk merayu, jarang sekali ada pemuda yang mampu menahan diri terhadap rayuannya, tapi tampaknya Kwik In liong tak sampai terpikat oleh perempuan tersebut dengan begitu saja, hal ini sesungguhnya merupakan suatu hal yang luar biasa. Maka sambit tertawa katanya.

"Apa dia menyatakan rasa senangnya kepadamu?"

Kwik In liong manggut-manggut, bahkan menunjukkan rasa puasnya terhadap penjelasan dari Ting peng tersebut. Sesudah menghembuskan napas panjang, katanya lagi: "Yaa benar, dia menunjukkan sikap yang kelewat hangat atau mau dibilang panas sekali!"

"Oooh, kalau begitu dia mencintai dirimu?" kata Ting peng sambil tertawa.

"Tidak, dia tidak mencintai diriku, dia hanya mencintai pedang baja keluargaku, aku dapat melihat kalau dia ingin menggunakan kesempatan tersebut untuk menjebakku, agar aku memghadiahkan pedang keluargaku itu kepadanya"

"Kalau begitu saudara Kwik keluar dengan membawa serta pedang baja keluargamu?"

"Benar, inilah lambang kehormatan dan kejayaan dari keluarga kami, setiap anak cucu keluarga Kwik yang melakukan perjalanan didalam dunia persilatan pasti akan membawa pedang ini, selain untuk menjaga diri, maksudnya agar selalu memperingatkan kita agar tidak melakukan perbuatan yang tercela sehingga menodai nama baik leluhur kami, justru karena pedang baja itu selalu berada disisi kami, maka aku bisa tetap mempertahan kesadaranku kendatipun berada dibawah pengaruh obat, aku tak sampai terperangkap oleh siasatnya!"

Ting peng amat mengagumi atas keteguhan imannya, sambil tertawa tanyanya kemudian: "Lantas kalian saling bertarung?"

"Tidak, berada dalam keadaan seperti itu, aku benar-benar tak mampu untuk turun tangan, sebab dia bertangan kosong belaka, dan lagi tidak mengenakan busana."

Tak tahan lagi Ting peng segera tertawa tergelak. "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... dalam keadaan seperti ini memang tidak leluasa bagimu untuk turun tangan, andaikata kau membunuhnya, sekalipun kau terjun ke sungai Huang ho dan mandi sepuluh kali pun nodamu tak akan tercuci bersih!"

"Soal itu mah aku tidak takut, bagiku yang penting adalah hatiku tidak menaruh suatu maksud buruk, aku sama sekali tidak menggubris terhadap pandangan orang lain, waktu itu aku tak bisa turun tangan karena hatiku memang merasa tak mampu untuk turun tangan!"

"Apa tindakan saudara Kwik selanjutnya?"

"Terpaksa aku harus minta diri, diapun tidak menghantarku, namun aku mengerti bahwa dia tak akan melepaskan aku dengan begitu saja, betul juga belum lagi berjalan keluar dari perkampungan, aku sudah terkena sergapannya, dari dalam kebun tahu-tahu muncul sebuah jaring besar yang mengurung aku dari atas."

"Maka pedang baja milik keluarga Kwik pun terjatuh ketangan orang orang Sin kiam san ceng?"

Kwik In liong segera menggeleng. "Itu sih tidak, sewaktu aku berjalan masuk kedalam kebun, sudah kuduga kalau pedang ini sulit untuk kupertahankan pada hari ini, maka aku telah mencari suatu tempat dan menyembunyikannya!"

Mendengar perkataan tersebut, tak tahan lagi Ting Peng tertawa, ia mentertawakan kepolosan orang, ingin menyembunyikan diri suatu benda yang telah diincar orang di dalam perkampungan Sin kiam san-ceng, mungkin hanya anak muda yang bisa berpikiran demikian.

Namun Kwik In liong amat mempercayai tempat penyimpanannya itu, kembali dia berkata: "Tempat yang kugunakan untuk menyembunyikan pedang itu amat rahasia sekali letaknya, tak nanti mereka akan berhasil untuk menemukannya, aku melompat naik ke atas sebatang pohon bwee tua dan menemukan sebuah cabang pohon yang amat tersembunyi, lalu kutancapkan pedangku disana, kemudian Cia Siau giok sudah tiga kali menanyakan persoalan itu kepadaku, dia berulang kali memaksaku untuk menyerahkan pedang itu, dari sini dapat disimpulkan kalau dia belum berhasil menemukan pedang bajaku itu!"

Ting Peng agak percaya, seandainya dia memang menyembunyikan pedang tersebut disana, besar kemungkinannya Cia Siau giok memang tak akan berhasil menemukannya. Akan tetapi setelah ia menyaksikan mimik wajah Siau hiang, dengan cepat anak muda ini tahu kalau harapan pedang tersebut masih berada di tempat semula kecil sekali.

Cia Siau giok telah menyebarkan mata-matanya diseluruh penjuru perkampungan Sin kiam san-ceng, tak mungkin mereka akan melepaskan setiap gerak gerik dari Kwik In liong dengan begitu saja. Namun diapun tak ingin menghilangkan rasa gembiranya, maka sambil tertawa ujarnya:

"Kwik-heng, harap kau memberitahukan letak pohon bwe tersebut kepadaku, siaute akan mengambilkannya untukmu!"

"Tidak, aku hendak pergi mengambilnya sendiri"
Ting Peng segera tertawa. "Saudara Kwik, walaupun perkampungan Sin kiam san ceng berusaha untuk mengumpulkan berbagai macam senjata tajam yang tercantum dalam kitab senjata, hal tersebut dikarenakan hobby saja, senjata tajam itu sama sekali tidak memiliki nilai yang terlampau luar biasa, dia tak segan-segan melakukan kesalahan terhadap saudara Kwik, hal ini sudah pasti dikarenakan dia mempunyai maksud lain!"

"Akupun berpikir demikian, cuma ia sama sekali tidak mngajukan permintaan lebih jauh, sehingga aku benar-benar tak bisa menebak apa maksud tujuannya yang sesungguhnya?"

"Perduli apakah maksud tujuannya, yang paling penting dia menaruh perhatian khusus terhadap suadara Kwik, mengapa saudara Kwik harus menampakkan diri lagi untuk memasuki perangkap?"

"Kali ini aku bisa bertindak lebih berhati-hati lagi"

Ting Peng tertawa. "Serangan secara terang-terangan mudah dihadapi, serangan secara menyergap itulah yang perlu dikuatirkan, saudara Kwik, seandainya sampai saatnya nanti lagi-lagi dia melemparkan selembar jaring, apakah kau tak akan dibikin gelagapan lagi?"

Selapis rasa murung yang amat tebal segera menyelimuti wajah Kwik In liong, katanya kemudian: "Betul juga, entah jaring itu terbuat dari bahan apa? Selain keras dan kuat juga mempunyai daya lentur yang besar, bila sudah membungkus dibadan maka rasanya mau meronta untuk melepaskan diripun sukarnya bukan buatan, tapi aku harus menemukan kembali pedang itu!"

"Seandainya saudara Kwik mempercayai aku, serahkan saja kepada siaute untuk mengerjakannya, tak sampai tiga hari pedang baja milik saudara Kwik pasti sudah kudapatkan kembali!"

Kwik In liong termenung sambil berpikir sebentar, kemudian sahutnya: "Baiklah, aku tidak kuatir tidak melangsungkan duel satu lawan satu, tapi aku benar-benar kuatir dengan siasat busuk mereka, apalagi pihak lawan pun tergantung seorang anak gadis aku merasa sungkan untuk bertindak kelewat batas, kalau begitu terpaksa harus merepotkan saudara sebentar. Aaah, betul, aku belum menanyakan nama saudara, coba kau lihat, aku betul-betul sudah kelewat pikun."

Ting Peng tertawa. "Lebih baik saudara Kwik jangan bertanya lebih dulu, kalau tidak, kita bisa gagal menjadi teman bahkan bisa jadi akan disusul dengan suatu pertarungan!"

"Maksudmu?"

"Sebab akulah orang kedua yang hendak saudara Kwik cari untuk diajak berduel"

"Aaah, tak mungkin, orang kedua yang hendak kucari untuk kuajak berduel adalah seorang jago golok muda yang bernama Ting Peng, dia menggunakan sebilah golok iblis"

Sambil tertawa dan menepuk-nepuk golok disisi tubuhnya, Ting Peng berkata: "Apakah sebilah golok bulan sabit?"

Kwik In liong segera menjerit sekeras-kerasnya. "Haaahh, jadi kau... kau adalah Ting Peng?"

"Betul, sasaran pertama dari saudara Kwik adalah Cia Siau hong, maka aku lantas menduga bahwa akulah orang ke dua yang mungkin menjadi sasaranmu."

Kwik In liong segera menundukkan kepalanya rendah-rendah. "Habis sudah sekarang! Habis sudah...."

"Saudara Kwik ada persoalan apakah yang membuat pikiranmu tak bisa terbuka?"

Kwik In liong menghela napas panjang. "Aku sudah dipermainkan Cia Siau giok secara habis-habisan, tentu saja aku tak dapat pergi mencari Cia Siau hong untuk diajak berduel, dan sekarang akupun menerima kebaikan darimu, tentu saja aku pun tak dapat mencarimu untuk diajak berduel, hal ini bukankah berarti perjalananku dalam dunia persilatan hanya perjalanan yang sia-sia belaka?"

"Saudara Kwik, kecuali kami berdua, apakah kau sudah tidak mempunyai sasaran ketiga yang bisa diajak untuk duel?" kata Ting Peng sambil tertawa.

Dengan angkuh Kwik In Liong menjawab: "Didalam dunia persilatan dewasa ini, kecuali kalian berdua, manusia darimana lagi yang pantas untuk disebut sebagai seorang enghiong? Aku orang she Kwik kalau bukan mencari enghiong untuk diajak berduel. apakah aku harus mencari kaum berandal?"

Ucapan tersebut cukup gagah dan perkasa, sayang Ting Peng lagi-lagi tertawa dingin. "Heeehh... heeehhh... heeehhh... setelah Sangkoan Kim hong mati dulu, perkumpulan Kim chee pang pun ikut buyar, tapi kakekmu Kwik Siong yang cianpwe setelah mati, nama besar Siong yang kiam masih termashur sampai dimana-mana, tapi kenyataannya didalam urutan nama senjata dalam kitab senjata, nama Sangkoan Kim hong justru masih berada diatas nama Kwik Siong Yang!"

Kwik In liong menundukkan kepalanya rendah-rendah, hal ini merupakan suatu kenyataan yang tak bisa disangkal, maka sambil menghela napas panjang katanya kemudian:

"Aku sungguh berharap Sangkoan Kim hong mempunyai putra atau ahli waris yang masih hidup didunia ini, sehingga aku dapat mencari mereka untuk diajak berduel, akan kubuktikan kalau pedang Siong yang thi kiam belum tentu lebih kalah ketimbang sepasang gelang Liong hong siang huannya...!"

"Saudara Kwik, mengapa sih kau masih panasaran hati terus menerus? Mengapa tidak kau bayangkan meskipun ilmu silat Sang koan kim hong mengungguli ayahmu, tapi sampai kini tidak banyak orang yang bisa mengingatnya, sedangkan nama besar kakekmu masih dikenal dan dihormati setiap orang, hal ini membuktikan kalau nama besar seorang enghiong belum tentu bisa tetap langgeng hanya berdasarkan soal ilmu silat saja"

Kwik In liong menundukkan kepalanya semakin rendah. "Tentang soai ini, akupun tahu!"

"Bila saudara Kwik sudah mengetahui akan hal ini, maka kau tak akan merasa sedih karena kepandaianmu kalah dengan kepandaian orang lain, sewaktu baru pertama kali terjun kedalam dunia persilatan dulu, siaute pun mempunyai jalan pemikiran seperti apa yang saudara Kwik pikirkan sekarang, itulah sebabnya aku mendatangi perkampungan Sin kiam san ceng dan mencari Cia Siau hong untuk mengajaknya berduel"

"Konon pertarungan tersebut belum menghasilkan keputusan siapa menang dan siapa kalah?"

"Boleh dibilang demikian, kata Ting Peng sambil tertawa, dalam kenyataan kami tak pernah bergebrak secara sungguhan waktu itu, kami hanya berbicara saja, namun cukup dalam beberapa patah kata saja, masing-masmg pihak sudah merasa lebih dari cukup!"

"Sudah cukup?"

"Betul, sudah cukup, hari itu kami berjumpa didalam pesanggrahan Cong kiam lu, waktu itu Cia tayhiap sama sekali tidak membawa pedang tapi aku dapat merasakan bahwa kesempurnaan ilmu silat yang dimilikinya sudah tak mampu ditandingi oleh siapa saja!"

"Termasuk golokmu pun tak sanggup?"

"Yaa, tidak sanggup golokku masih ada wujudnya, tapi dia sudah berhasil mencapai ke tingkatan yang tidak berwujud, seperti ombak dahsyat ditengah samudra, sewaktu dia menggulung datang siapapun tak akan mampu membendungnya dengan pedang atau golok apa pun jua."

Kwik In liong tidak bersuara. Biasanya kalau membungkam akan berarti mengakui atas kebenaran dari perkataan lawan.

Ting Peng berkata lebih jauh. "Setelah berada dalam keadaan seperti itu, akupun tak sanggup untuk mencarinya dan menantangnya berduel karena aku tahu bahwa aku tak akan berhasil menangkan dia!"

"Tapi ada pula orang mengatakan saudara Ting berhasil mengungguli dia"

Ting Peng segera tertawa. "Boleh juga dibilang demikian, sebab selain kenyataan setiap orang boleh berkata demikian, karena dia sudah menjauhkan diri dari soal nama dan kedudukan, tak mungkin dia akan mencari orang untuk diajak berduel, bila kita menantang seseorang yang tak bersedia melayani tantangan kita itu, maka siapapun dapat pula menangkan dia!"

"Seandainya ada orang hendak memaksanya untuk turun tangan?"

"Aku percaya diapun tak akan melancarkan serangan balasan!" ujar Ting Peng sambil tertawa.

"Sekalipun ada orang memalangkan pedangnya diatas tengkuk diapun ia tak akan melancarkan serangan balasan?"

"Tiada orang dapat menggunakan ancaman pedang yang ditempelkan diatas tengkuknya, juga tiada seorang pun yang dapat berbuat demikian!"

"Mengapa?"

Ting Peng berpikir sebentar, kemudian baru ujarnya: "Tentunya saudara Kwik pernah melihat patung Ji lay Hud ditengah kuil bukan? Ada pula yang menyembah patung Budha jian jiu ji-lay Hud, diantara tangannya terdapat memegang pedang, adakah seorang yang hendak menantangnya untuk berduel."

"Itu mah berbeda, patung itu toh patung Ji lay-hud!" seru Kwik In liong sambil tertawa.

Dengan cepat Ting Peng menggeleng. "Sama sekali tiada bedanya, sebab perasaan yang dia berikan kepada setiap orang persis seperti patung budha didalam kuil."

"Masa kepandaiannya sudah berhasil di latih hingga mencapai ketingkatan setinggi itu?" tanya Kwik In liong dengan wajah tertegun.

Ting Peng manggut-manggut. "Benar, dia sudah berhasil mencapai ketingkatan setinggi itu, tiada manusia didunia ini yang sanggup memandangi lagi, oleh sebab itu saudara Kwik boleh mencoret namanya dari daftar yang kau buat."

Kwik In liong menghela napas panjang. "Aaaai, didalam kenyataan aku sudah tidak mempunyai daftar nama lagi, sebab dalam daftar namaku itu hanya tercantum dua nama, sekarang tak mungkin lagi bagi ku untuk mencari kedua orang ini dan menantangnya untuk berduel!"

"Kalau begitu, saudara Kwik bermaksud pulang ke rumah saja?" tanya Ting Peng sambil tertawa.

"Benar, kalau tidak pulang, apa lagi yang harus kukerjakan? Cuma sewaktu berangkat aku sudah terlanjur sesumbar dan bicara besar, kalau harus pulang dengan begitu saja, rasa-rasanya aku menjadi rikuh sendiri!"

Ting Peng berpikir sebentar, kemudian katanya: "Kalau saudara Kwik ingin pulang, hal ini sebenarnya memang merupakan suatu tindakan yang paling baik, cuma tampaknya saudara Kwik masih belum mau kesepian terus!"

"Yaa, betul, aku belum mencapai usia seperti Cia Siau hong, juga belum berhasil mencapai ke tingkatan seperti itu, tentu saja aku tak dapat hidup dengan suasana yang begitu hambar!" teriak Kwik In liong dengan suara keras.

"Betul, betul, sudah seharusnya saudara Kwik banyak melakukan pekerjaan. Apalagi sudah lama perkampungan Siong yang san ceng tak pernah mengeluarkan pedang Siong yang thi kiam yang kedua."

"Saudara Ting, apa maksud dari perkataan itu?" tanya Kwik In liong tertegun.

Ting Peng kembali tertawa. "Aaah, tidak apa-apa, hanya nasib saudara Kwik mujur, begitu dilahirkan sudah berada didalam keluarga jago pedang kenamaan, sehingga kemana saja kau pergi, asal menyebut sebagai ahli waris keluarga Kwik, maka kau akan segera menerima penghormatan dari siapa pun."

"Aku justru merasa tidak senang dengan hal ini, orang lain bersikap hormat kepadaku, karena aku adalah ahli waris dari Siong yang, bukan dikarenakan aku adalah Kwik In liong, aku memang merasa hormat, kagum dan bangga karena watak leluhurku, tapi aku sama sekali tak sudi untuk membonceng ketenaran dari leluhurku itu!"

"Tapi suadara Kwik sama sekali tidak berniat untuk merencanakan suatu perjuangan agar nama Kwik In liong menjadi tenar!"

"Siapa bilang tidak? Kali ini aku keluar dari rumah dan menantang Cia Siau hong, serta saudara Ting tak lain bukan karena aku ingin mencari nama besar bagiku, tapi sekarang..."

Ting Peng segera menggelengkan kepalanya berulang kali, ucapnya: "Saudara Kwik, jika kau benar-benar berniat untuk mengembangkan diri, maka kau tidak perlu menggotong keluar nama leluhurmu, seandainya kau tidak merasakan keistimewaan daripada dirimu, seharusnya kalau kau bersikap seperti kebanyakan orang lainnya, berjuang dari bawah, agar orang lain pelan-pelan mengenali dirimu sebagai Kwik In liong dan kalau bisa maju setapak lagi bisa menerima kehadiranmu!"

Kwik In liong termenung beberapa saat lamanya, mendadak ia merasakan hatinya bergetar keras, kemudian dengan wajah berseri serunya! "Terima kasih atas pentunjuk saudara Ting, aku sudah bertekad untuk mulai dari bawah, mulai sekarang aku tak akan menyinggung soal nama Siong yang-san-ceng lagi, aku hanya akan berjuang dengan mengandalkan nama Kwik In liong!"

"Percuma," kata Ting Peng sambil tertawa, "Asal saudara Kwik mengeluarkan senjatamu, orang lain segera akan tahu kalau kau adalah keturunan dari Siong yang!"

"Tak mungkin..." ucap Kwik In liong pula sambil tertawa. "pedang Siong-yang thi-kiam sama sekali tidak mempunyai suatu tanda yang khusus, selain ukiran huruf "Kwik" saja diatas gagang pedang tersebut, kini pedang itu sudah terjatuh ke tangan orang-orang Sin kiam san ceng, aku pun tak maui benda itu lagi, aku akan ganti dengan sebilah pedang biasa, agar siapa pun tidak dapat mengenali diriku lagi."

"Ehmmmm... Caramu ini betul juga, tapi saudara Kwik hendak mulai dari mana?"

Kwik In liong berpikir sebentar, kemudian ujarnya. "Aku akan mencari beberapa orang jago kenamaan untuk merobohkan mereka lebih dahulu, menanti namaku sudah mulai terpupuk akan kucari jago-jago yang bernama besar untuk mencoba kepandaian mereka, bila mereka semua dapat kurobohkan..."
Selanjutnya,
Golok Bulan Sabit Jilid 25

Golok Bulan Sabit Jilid 24

Golok Bulan Sabit Jilid 24
Karya : Khu Lung
Penyadur : Tjan ID

Cerita silat Mandarin Karya Khu Lung
"DUA ORANG itu adalah dua orang yang kau bawa pulang kemarin, oleh sebab itu kau boleh memikirkan akibatnya!"

Tiba-tiba saja Cia sianseng merasakan sepasang kakinya menjadi lemas, seandainya dia tidak secara kebetulan berdiri ditepi dinding sehingga tangannya dengan cepat bisa berpegangan diatas dinding, hampir saja tubuhnya terjengkang keatas tanah.

Sekarang, ia sama sekali tidak merasa berterima kasih lagi atas budi Cia Siau giok yang tidak membunuhnya tadi, sebab dia menemukan kalau penghidupan selanjutnya akan dilalui dengan penuh kesusahan dan kesulitan yang memusingkan kepala.

Siau hiang telah naik ke kereta lagi, Ah ku pun telah memutar keretanya, tugas mereka telah selesai dan sekarang harus berlalu dari tempat tersebut.
"Adik cilik, apakah kau hendak pergi?" Cia Siau giok segera menegur sambil tertawa.

"Benar", jawab Siau hiang. Setelah mengganggumu setengah harian lamanya, sekarang kami harus minta diri."

"Apakah kau tak ingin tahu Ting kongcu telah pergi kemana? Dan bagaimana caranya kalain baru bisa bersua dengannya?" tanya Cia Siau giok lagi sambil tertawa.

"Tidak usah, kongcu telah berpesan kepada kami bagaimana caranya untuk bersua muka nanti!"

"Itu mah kalau dia pergi seorang diri, sekarang dia harus membawa serta dua orang untuk meninggalkan tempat ini, sudah jelas gerak-geriknya tak akan leluasa, rencana tersebut harus dirubah, oleh sebab itu dia suruh aku menyampaikan pesan ini kepada kalian..."

"Kalau begitu terima kasih lebih dulu, apa pesan kongcu kami?" buru-buru Siau hiang bertanya.

Cia Siau giok tertawa. "Walaupun Ting toako membawa pergi dua orang dari sini, tapi aku telah berhutang budi kepadanya, oleh sebab itu diantara kami tidak terjadi sesuatu hal yang tidak menyenangkan, kami tetap masih berpisah secara baik-baik!"

"Aku percaya, sebab bila sampai terjadi keributan di dalam sana, kongcu pasti akan keluar melalui pintu depan, tiada orang yang mampu menghalanginya!"

Cia Siau giok cuma tertawa, dia tidak dibikin tak senang hati oleh perkataan tersebut, cuma katanya lagi: "Diantara kita memang tak punya dendam sakit hati apapun, buat apa mesti ribut sampai ada darah yang bercucuran? Lagi pula Ting toako adalah tuan penolongku, masa aku akan bersikap kurang ajar kepadanya!"

"Cia siocia sebenarnya apa yang dikatakan kongcu kami?" tak sabar Siau hiang menukas.

"Ting toako berpisah denganku dalam suasana riang" kembali Cia siau giok berkata sambil tertawa, "sebaliknya kalian malah ribut dan bertarung sendiri di muka pintu, hal ini sedikit banyak membuat aku yang menjadi tuan rumah seperti kehilangan muka, oleh sebab itu bila kau menginginkan jawaban dari mulutku, paling tidak kau pun harus membuat aku tak sampai kehilangan muka."

"Apa yang kau hendaki sehingga tak sampai kehilangan muka?"

Cia Siau giok tertawa. "Itulah persoalanmu sendiri, masa kau malah bertanya kepadaku? Menurut pendapatmu bagaimana kau harus berbuat untuk menyatakan rasa penyesalanmu itu?"

Siau hiang menyaksikan sepasang matanya memandang terus tenggorokan Cia Sianseng dimana darah masih menetes keluar tiada hentinya, itulah akibat dari ayunan pisau terbang yang dilemparkan Ah ku.

Untung saja pisau terbang tersebut kena dipukul rontok oleh pedang Cia Siau giok, kalau tidak maka Cia Sianseng akan menjadi salah satu korban pisau terbang milik Siau li hui to setelah yang empunya mati seratus tahun berselang.

Pisau terbang itu masih tergeletak diatas tanah, walaupun Cia siau giok tidak memandangnya, namun pengharapan yang menghiasi wajahnya, tak bisa mengelabuhi siapa saja.

Maka sambil tertawa Siau hiang berkata lagi: "Nona Cia, walaupun pisau terbang yang dilemparkan Ah ku hanya melukai kulit leher dari congkoan kalian, tapi pisau terbang itu dirontokan olehmu, kami pun tidak berhasil meraih keuntungan apa-apa, sebaliknya pihak kalian pun tidak menderita kerugian yang terlampau besar, bukan kah begitu!"

"Maksudmu aku tidak seharusnya mencampuri urusan ini? Aku tidak berani mengatakan demikian", sahut Siau hiang sambil tertawa ringan, "aku hanya bilang setelah nona Cia turun tangan, kami yang menjadi bawahan mana berani ribut denganmu? Pisau terbang itu rontok ditanganmu, maka kamipun tak berani mengambilnya kembali, sebab kami telah berjanji kepada Cia Congkoan, bila dia sanggup menerima serangan itu maka pisau terbang akan kuberikan kepadanya, sekarang pisau itu berhasil dirontokkan nona Cia, terpaksa kami pun hadiahkan pisau tersebut untuk nona Cia."

Tak terlukiskan rasa gembira Cia Siau giok setelah mendengar perkataan itu. memang itulah tujuannya yang terutama, dia sengaja mencari alasan lain padahal tujuannya adalah untuk mendapatkan pisau terbang tersebut. Sekarang Siau hiang menghadiahkan pisau tersebut kepadanya, bagaimana mungkin hatinya tak senang? Hanya diluaran saja dia harus berlagak menolak.

Sambil menarik muka, dia segera berseru: "Omong kosong, siapa yang kesudian dengan sebilah pisau terbang rongsokan macam begitu?"

"Hanya kami orang-orang dari keluarga Liong yang boleh mengucapkan perkataan tersebut," kata Siau hiang dengan wajah serius, "sebab makco dari keluarga Liong kami Lim Si ing pernah memperingatkan anak cucunya agar jangan mencari nama dengan mengandalkan pisau terbang milik Siau li huito, kecuali kami, siapakah yang berani memandang rendah pisau tersebut, bukankah ayahmu Cia tayhiap pun pasti akan bersikap sangat menghormati bila menjumpai pisau terbang tersebut?"

Betapapun binal dan tak tahu aturannya Cia Siau giok, ternyata ia menerima teguran tersebut tanpa membantah. Sebab Siau hiang she Liong Siau hiang boleh memandang remeh nilai dari pisau terbang Li Sin huan, sebab dia cukup berhak untuk berbuat demikian.

Selain dia, orang lain memang tak berani bersikap kurang sopan terhadap pisau terbang itu. Walaupun Li Sin huan sudah mati banyak tahun, namun keturunannya atau cucu muridnya masih tetap berkelana dan melakukan pekerjaan budiman untuk meneruskan cita-cita luhurnya, mereka cukup mengetahui betapa sulitnya leluhur mereka dalam memupuk nama baik, oleh sebab itu mereka bersumpah tak akan mencari nama, melainkan muncul dengan wajah yang berbeda-beda untuk menolong umat manusia.

Mereka semua adalah pendekar pendekar sejati yang berjiwa besar, dan lagi ilmu pisau terbang mereka sudah mencapai tingkatan yang luar biasa, mereka tidak memerlukan pisau terbang sungguhan, hanya selembar daun atau kayupun bahkan selembar kertas main dari bocah pun, ditangan mereka benda-benda tersebut dapat memperlihatkan kehebatannya.

Selama banyak tahun ini, seringkali ditemukan kaum jahanam dan manusia laknat ataupun manusia munafik yang berlagak baik, ditemukan tewas diujung senjata yang beraneka ragam, mereka tewas tanpa menimbulkan sedikit suara pun.

Sekalipun siapa saja tak bisa membuktikan kalau perbuatan itu dilakukan oleh keturunan Li Sin huan, namun siapapun tak bisa membuktikan kalau bukan. Siau li hui to sudah dianggap manusia suci dalam dunia persilatan, oleh karena itu tak heran kalau Cia Siau giok merasa agak kuatir setelah mendengar perkataan tersebut.

Sebab selama banyak tahun ini, hanya mereka yang bertindak menuruti cara hidup Li Sin huan saja yang dianggap sebagai pendekar sejati, asal ada orang yang menjelek-jelekkan Li Sin huan, dia pasti akan mendapatkan hukuman yang setimpal.

Cia Siau giok yang ditegur sama sekali tak berani mengumbar amarahnya, hanya wajahnya segera berubah menjadi sama sekali tak berperasaan, serunya sambil tertawa dingin.

"Hmmm, siapa yang kesudihan dengan pisau mu itu!"

Siau hiang tertawa. "Pisau itu memang mahal artinya, kecuali dapat dijadikan sebagai barang kenangan, dari pisau itu pun bisa ditemukan sebab-sebab mengapa Li Sin huan menjadi jagoan yang tak terkalahkan didunia ini, Cuma ketika Ah Ku toasiok menyerang anggota perkampunganmu dengan pisau terbang, nona Cia berhasil mematahkan serangannya, kalau dihitung-hitung kami sudah kena dipecundangi, bila nona menahan pisau tersebut, maka nama baik perkampungan Sin kiam san ceng pun tak akan mendapat kerugian apa-apa"

Sekarang Cia Siau giok baru tertawa, katanya dengan cepat: "Nah, ucapan tersebut baru dirasakan agak enak untuk didengar"

"Sekarang, apakah Cia sioucia sudah bersedia untuk memberitahukan kepadaku apa pesan dari kongcu?"

Cia Siau giok tertawa. "Dia bilang dimana kalian harus bertemu, disitulah kalian menunggu, perkampungan Sin kiam san ceng tak akan bisa mengurung dirinya!"

Beberapa patah perkataan itu sedikit banyak bernada mempermainkan, sebab diucapkan atau tidak, keadaan tetap sama saja, bahkan kemungkinan besar Ting peng tidak memberikan pesanan apa2, sebaliknya gadis itulah yang mengarang sendiri, namun terhadap kenyataan hal mana memang tidak mendatangkan pengaruh ataupun perubahan apapun jua.

Ternyata Siau hiang tidak kelihatan gusar, setelah mengucapkan terima kasihnya berulang kali, dia naik kedalam kereta dan menitahkan kepada Ah-ku untuk berangkat.

Cia Siau giok kelihatan gembira sekali, dia segera memungut pisau terbang tersebut dan diperiksanya setengah harian dengan sangat berhati-hati, kemudian senyuman yang menghiasi wajahnya kian bertambah tebal. Pisau tebang itu memang pisau terbang yang berharga sekali, terutama tulisan "Li" diatas tubuh pisau tersebut, hal ini membuktikan kalau pisau mana merupakan pisau terbang yang sering kali digunakan Li sin huan sendiri.

Cia sianseng turut berjalan mendekat. Sambil menahan malu dia ikut memeriksa sejenak pisau terbang itu, kemudian baru bertanya: "Nona, sewaktu Ting Peng membawa pergi kedua orang itu, apakah dia pun membawa serta pedang tersebut?"

"Tidak, walaupun Ting Peng lihay, dia masih belum memiliki kepandaian untuk masuk ke gudang mestika!"

"Aaaah, kalau begitu bagus sekali," seru Cia sianseng cepat, "untung saja gudang mestika kita tetap utuh, senjata kenamaan yang tercatat dalam kitab senjatapun tak kekurangan sebuah pun"

"Apa gunanya semuanya itu? Yang kita peroleh cuma senjata-senjata yang mati, tanpa orang hidup mana kepandaian kita bisa bertambah hebat...?"

"Orang hidup tak mampu melindungi barangnya, karena itu barang-barang tersebut baru bisa terjatuh ke tangan kami, hal ini membuktikan kalau senjata jauh lebih berharga daripada manusianya!"

Cia Siau giok menghela napas panjang. "Setiap jaman tentu akan muncul manusia kenamaan, benda-benda tersebut sudah menjadi barang antik semua, apabila kita dapat mengumpulkan semua senjata andalan yang dipergunakan jagoan persilatan sekarang, itu baru namanya luar biasa."

"Aaaah, itupun sudah cukup banyak," kata Cia sianseng sambil tertawa lebar.

Cia Siau giok mendengus dingin. "Hmmm, masih terpaut jauh sekali, bila tiga macam senjata tak berhasil kita kumpulkan, maka semua mestika dalam gudang sama artinya dengan benda yang tak berguna!"

"Tiga macam yang mana?" tanya Cia sianseng dengan wajah tertegun.

Pedang mestika bertaburkan tiga belas mutiara milik Yan Cap sa, Pedang sakti keluarga Cia dari perkampungan Sin kiam san ceng."

"Bukankah semuanya tersimpan dalam pesanggrahan Cong kiam lu?" seru Cia sianseng cepat.

Cia Siau giok segera tertawa dingin. "Dalam perkampungan Sin kiam sanceng sudah tidak terdapat lagi pesanggrahan Cong kiam lu, masa pedangnya masih ads disitu."

"Sudah tak ada. Masa dibawa pergi oleh cengcu?"

"Benar, aku pernah masuk kesana dan secara diam-diam pernah membongkar kedua kuburan tersebut, namun isinya kosong melompong!"

"Tiada peti mati? Tak ada tulang belulang?"

"Sudah kukatakan disitu kosong!"

"Mungkinkah disembunyikan ditempat rahasia lainnya?"

Cia Siau giok mendengus lalu tertawa dingin. "Walaupun pesanggrahan Cong kiam lu merupakan tempat yang paling rahasia dari perkampungan Sin kiam san ceng, sesungguhnya tempat itupun merupakan tempat yang paling tak ada rahasianya, empat penjuru dikelilingi dinding pemisah, namun didalamnya sama sekali tak ada sesuatu benda apapun."

"Lantas mengapa majikan mempelakukan daerah disekitar tempat itu sebagai tempat terlarang yang paling dirahasiakan."

"Dahulu aku tidak tahu, sekaramg aku baru mengerti, rupanya dia sedang melatih perasaan disitu untuk mencapai ketingkatan yang lebih tinggi lagi"

"Ke tingkatan yang lebih tinggi? Masa ilmu pedang majikan masih bisa maju lebih tinggi?"

"Siapa bilang tidak? Dahulu dia pernah kalah diujung pedang Yan Cap sa ketika yang terakhir mengeluarkan jurus simpanannya, kemudian buktinya jurus itu tak mempan terhadap budak-budak yang mengitarinya, hal ini membuktikan kalau tingkat kepandaian silatnya telah memperoleh kemajuan yang lebih pesat lagi."

Cia Sianseng hanya membungkam diri sambil berdiri melongo, seakan-akan baru pertama kali ini dia mendengar ucapan tersebut, dan baru pertama kali ini dia mengetahui kalau ilmu pedang majikannya masih bisa memperoleh kemajuan yang lebih hebat lagi.

Suasana menjadi hening, sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun untuk beberapa waktu lamanya kedua belah pihak hanya membungkam diri dalam seribu bahasa.

* * *

PEDANG BAJA DARI SIONG YANG

SIAU HIANG masih duduk dalam kereta sedang Ah-ku menjalankan keretanya menuju ke sebuah hutan disebelah kiri perkampungan Sin-kiam san-ceng, disitulah Ting-Peng berpesan agar mereka menunggu, Ting Peng bermaksud untuk menyelidiki perkampungan Sin-kiam san-ceng secara diam-diam, diapun tahu untuk memasuki perkampungan tersebut ia tak usah melewati jalan air di depan.

Setiap gedung persilatan yang besar dan kenamaan, selalu akan tersedia satu atau dua jalan rahasia yang tidak terkecuali partai-partai persilatan besar sekalipun. Hal ini bukan dikarenakan mereka bermaksud hendak melakukan suatu pekerjaan rahasia melainkan dikarenakan orang yang melakukan perjalanan dalam dunia persilatan pasti akan mempunyai satu dua orang musuh besar, siapapun tak akan menduga kapankah musuhnya akan datang, bila keadaan berbahaya, dengan tersedia jalan rahasia tersebut berarti dia akan dapat meloloskan diri bila mana perlu.

Tentu saja perkampungan Sin kiam san ceng pun tidak terkecuali, jalan tembus disana bukan cuma sebuah saja, semenjak Cia Siau giok menjadi majikan disana, bukan saja dia menemukan dua jalan rahasia, bahkan diapun membuat lagi jalan tembus lainnya, cuma dia tak menyangka kalau masih ada jalan lain yang sebetulnya belum dia temukan.

Ketika Ting Peng berbincang-bincang dengan Cia Siau hong dalam pesanggrahan Cong kiam lu tempo hari, mereka dapat bergaul sangat akrab, sehingga banyak sekali rahasia yang tidak diketahui putrinya, Cia Siau hong memberitahukan hal tersebut kepada pemuda ini.

Bukan suatu pekerjaan yang gampang bagi Ting peng untuk memasuki perkampungan Sin kiam sanceng secara rahasia, bukan pekerjaan yang mudah pula baginya untuk lebih maju selangkah dengan menemukan rahasia dalam perkampungan itu, sebab Cia Siau hong pernah berkata demikian kepada Ting peng:

"Rumahku ini sudah tak bisa dianggap sebagai milikku lagi, ada banyak persoalan, ada banyak tempat yang tidak kuketahui, bila lote ada kesempatan berusahalah untuk melihat sendiri, aku sendiri mempunyai kesulitan yang membuatku tak leluasa!"

Ting peng tidak bertanya kepada Cia Siau hong, kesulitan apakah itu. kalau toh orang sudah bilang tak leluasa, tentu saja hal ini berarti sulit baginya untuk membicarakannya. Apalagi dia sendiri bisa pergi ke situ untuk melakukan pemeriksaan sendiri. Oleh sebab itu, sebelum pergi ke sana untuk ketiga kalinya, diapun menyusun suatu rencana yang matang.

Walaupun dia tidak memiliki pengalaman dunia persilatan yang terlalu banyak, tapi kepandaian silat maha dahsyat yang dimiliki itu bukan saja telah menciptakan kemampuan yang luar biasa kecerdasannya pun memperoleh pula kemajuan yang pesat.

Orang yang tajam pikirannya tentu lemah dalam kekuatan, itulah sebabnya kebanyakan pelajar memiliki tubuh yang lemah. Berbeda halnya dengan orang yang belajar silat, kemajuan yang dicapai dalam ilmu silat selalu akan dlimbangi pula dengan kemajuan dalam kecerdasan, jika seorang jago silat telah berhasil mencapai suatu kemajuan tertentu. selain kondisi badannya akan bertambah baik, kecerdasan otaknya pun akan bertambah tajam.

Oleh sebab itu Ting Peng menyuruh Siau hiang dan Ah Ku sengaja membuat keonaran didepan perkampungan Sin kiam san ceng, padahal dalam kenyataannya adalah untuk menutupi tujuan untuk menyusup ke dalam perkampungan itu serta melaksanakan tugas rahasianya.

Akhirnya apa yang menjadi tujuannya dapat tercapai separuh bagian, dia telah melihat banyak hal yang tak diketahui orang lain, cuma dia toh masih tak sempat melihat beberapa diantaranya. Sebetulnya dia dapat masuk lebih dalam lagi karena seseorang hal ini menjadi terbengkalai.

Dia adalah seorang pemuda yang tampan dan penuh memancarkan sinar kegagahan, pemuda itu terkurung didalam sebuah ruang rahasia. Dia telah menolong pemuda itu mesti tak diketahui karena apa, sebab dia sama sekali tak kenal dengan orang itu.

Sewaktu pemuda itu ditemukan, dia berada dalam keadaan tak sadarkan diri, hanya berdasarkan kesan pertama saja, dia sudah menyukai pemuda ini, dia bertekad akan menolongnya, karena dia Ting Peng terpaksa menampakkan diri dan tidak melakukan penyelidikan lebih jauh.

Sewaktu Siau hiang tiba dalam hutan. Ting Peng sudah menunggu disana, sedang pemuda tersebut masih tergeletak ditanah. Sambil turun dari keretanya. Siau hiang segera berseru:

"Kongcu, kami telah datang!"

Ting Peng manggut manggut. "Tidak menjumpai kesulitan apa-apa?"

"Tidak!" Siau hiang tertawa, "Hanya Cia congkoan, mereka telah bertarung melawan paman Ah Ku gara-gara menghalangi kita masuk kedalam...!"

Ting Ping segera tertawa. "Cia sianseng itu memang bukan manusia yang bisa dilawan dengan baik, cuma aku pikir Ah Ku tak bakal menderita kerugian...!"

"Tentu saja paman Ah Ku tak bakal menderita kerugian, dia telah menghadiahkan sebuah pisau terbang ke tubuhnya, andaikata Cia Siau giok tidak menolong tepat pada waktunya, mungkin pisau terbang tersebut akan merenggut selembar jiwanya"

"Walaupun ilmu pedang Cia sianseng tidak becus, tapi dia tak akan lebih rendah kemampuannya daripada ketua dari enam partai besar, masa pisau terbang Ah Ku bisa melukainya?"

"Siau li si pisau terbang, tak pernah meleset dari sasarannya."

"Aaah, kau bikin aku menjadi bingung saja, mengapa kalian bisa membicarakan soal Siau li si pisau terbang?"

"Pisau terbang yang dipergunakan Ah Ku adalah pisau terbang peninggalan Li Sin huan tempo hari, meskipun caranya melemparkan senjata tersebut tidak benar, akan tetapi kemampuan dan daya serangannya, tak mungkin bisa ditahan oleh Cia sianseng"

"Darimana Ah Ku bisa memiliki pisau terbang warisan Li Sin huan...?"
"Aku yang berikan kepadanya, pisau itu diwariskan leluhurku kepadaku..."

Dia menyaksikan kebingungan diwajah Ting Peng, maka dijelaskan lebih jauh.

"Aku tidak she Li, aku she Liong, keturunan dari Liong Siau im dan Lim Si ing!"

Ting Peng tidak nampak terkejut ataupun keheranan, dia malah manggut-manggut. "Tak aneh kalau begitu, aku selalu merasa kalau kau berbeda sekali dengan perempuan lain. Nyatanya kau memang mempunyai asal usul yang luar biasa!"

Siau hiang tertawa getir. "Keturunan Liong Siau im belum bisa dikatakan sebagai asal-usul yang luar biasa" katanya.

Ting Peng segera tertawa. "Dalam hal ini kaupun tak usah merasa rendah diri, sebab orang yang bisa berada setingkat dengan Li Sin huan, biasanya dia tentu seorang manusia yang luar biasa!"

"Sayang sekali orang lain tidak menganggap hal itu sebagai hal yang luar biasa, buktinya keluarga Liong kami tak pernah bisa mengangkat kepala lagi didalam dunia persilatan"

"Hal ini dikarenakan kalian terkurung oleh bayangan hitam dari Li Sin huan, seharusnya kalian mesti membangkitkan semangat dan melakukan suatu perbuatan yang bisa dibanggakan dihadapan orang lain!"

"Hari ini aku telah melakukannya" ucap Siau hiang sambil tertawa, "aku telah menghadiahkan pisau terbang milik Li Sin huan untuk Cia Siau giok...!"

"Suatu perbuatan yang sangat bagus, bila anak cucu keluarga Liong harus selalu menggembol pisau terbang milik Li Sin huan, sesungguhnya peristiwa ini merupakan suatu kejadian yang amat tak sedap dipandang, walaupun diantara kedua keluarga tersebut sudah tidak membicarakan soal dendam kesumat lagi, tapi paling tidak kalian pun tak usah membonceng ketenarannya!"

Mendadak air mata jatuh bercucuran membasahi wajah Siau hiang, sambil menjatuhkan diri berlutut dan menyembah beberapa kali, dia berseru dengan terharu: "Terima kasih banyak kongcu, inilah suatu ucapan yang tak akan kulupakan untuk selamanya!"

"Tapi ucapanku ini suatu perkataan yang sangat biasa!" kata Ting Peng dengan wajah tercengang.

"Tapi setiap kali orang lain tahu kalau aku adalah keturunan dari Liong Siau im, mereka pasti membeberkan kembali kesalahan demi kesalahan yang telah dilakukan oleh leluhur kami, mereka tak pernah menganjurkan diriku untuk berbuat begini berbuat begitu."

Ting Peng segera tertawa. "Sekalipun dibeberkan kembali juga bukan masalah, Li Sin- huan berhasil dan bernama besar, sejak awal sampai akhir tidak menderita kerugian apa pun juga, sekalipun dia menderita sepanjang masa gara-gara Mak co mu Lim Si ing, tapi akhirnya toh berhasil menemukan gantinya dari tubuh Sun Siau hong, sebaliknya kalian menderita kerugian besar akibat peristiwa tersebut, jadi kau dihitung kembali justru dialah yang masih berhutang kepada kalian!"

Dengan terharu Siau hiang berkata: "Selama seratus tahun belakangan, Kong cu adalah orang kedua yang berkata demikian, aku rasa leluhurku dialam baka pasti akan berterima kasih sekali atas perkataanmu itu"

"Siapakah orang yang lain?"

"Li Sin huan sendiri."

Selama seratus tahun belakangan ini, kejadian tersebut sudah menjadi buah bibir setiap orang, hampir semua manusia tahu dan membicarakan masalah tersebut, tapi apa sebabnya cuma dia orang yang memberikan penilaian demikian?

Li Sin huan sudah merupakan malaikat diantara para pendekar. Sebaliknya Ting Peng justru penuh diliputi oleh napsu iblis, mengapa mereka berdua justru mempunyai pemikiran yang sama? Padahal kedua orang itu mempunyai cara bekerja yang sama sekaii berbeda?

Tapi mereka justru mempunyai pula banyak persamaan satu sama lainnya. Mereka berdua sama-sama merupakan manusia yang mempunyai perasaan yang kaya. Mereka adalah manusia-manusia yang cerdas dan berakal panjang. Mereka pun sama-sama manusia yang menggunakan golok, bahkan berhasil dalam permainan goloknya hingga mencapai suatu taraf yang sukar diimbangi orang lain.

Baik malaikat atau iblis, kedua-duanya merupakan suatu tingkatan perasaan yang amat tinggi. Bila sudah berada dalam keadaan demikian! malaikat belum tentu selalu lurus, iblis pun belum tentu selalu sesat. Mungkin, inilah yang dinamakan meski bercabang-cabang, sesungguhnya asalnya tetap satu.

Mungking teori ini kelewat dalam. Teori yang dalam belum tentu dipahami Ting Peng, tapi sewaktu dia mendengar dirinya disamakan dengan Li Sin huan, diapun tidak merasakan suatu perasaan bangga, tidak pula merasa terkejut atau tercengang yang luar biasa. Dia seakan-akan merasa kalau hal tersebut sudah merupakan suatu keharusan.

Tapi dalam pandangan Siau hiang, Ting Peng pada saat ini seakan-akan jelmaan dari malaikat suci, malaikan suci yang telah melampaui tingkatan Li Sin huan. Sebab dia adalah keturunan keluarga Liong, orang-orang dari keluarga Liong tidak lagi membenci Li Sin huan, tapi merekapun tidak mengangapnya sebagai malaikat.

Dengan termangu-mangu Siau Hiang mengawasi wajah Ting Peng, sorot matanya penuh pancaran rasa hormat dan kagum. Kini, dia bersedia mati seribu kali, bahkan selaksa kali demi orang ini.

Pemuda itu masih tergelatak tak sadarkan diri di atas tanah, ketika mereka sedang berbincang-bincang. Ah Ku membungkukkan badan untuk memeriksa anak muda tersebut. Ia segera mengetahui kalau pemuda tersebut ditotok oleh semacam ilmu menotok jalan darah, tapi walaupun dia telah mencoba membebaskan pengaruh totokan itu dengan tujuh belas macam cara, tak satupun yang berhasil.

Sambil menggelengkan kepalanya dan tertawa Ting Peng berkata: "Ah ku percuma, akupun telah mencobanya, meski ilmu membebaskan jalan darah yang kumiliki tidak lebih banyak darimu tapi keenam macam cara yang kugunakan sama sekali berbeda dengan cara yang kau pergunakan barusan, nyatanya dia sama sekali tak bereaksi, Siau hiang, kau adalah kitab berjalan dari dunia persilatan, coba kau amati dulu siapakah orang ini?"

Siau hiang mengamatinya beberapa saat, kemudian baru berkata: "Budak tidak kenal, orang ini belum pernah melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, tapi kalau dilihat dari mimik wajahnya, sudah pasti dia adalah keturunan dari keluarga ternama!"

Soal ini tak usah kau katakan lagi", kata Ting Peng sambil tertawa tergelak, dia bisa disekap didalam ruang rahasia oleh Cia Siau giok dengan penjagaan yang begitu ketat diluar ruangan, bisa disimpulkan bila orang itu bukan manusia yang penting artinya, tak mungkin dia akan diperlakukan secara khusus, itulah sebabnya aku lantas menyelamatkan dirinya dari sekapan!"

Siau hiang berjalan mendekat, berlutut disisinya dan memeriksa tangannya beberapa saat, kemudian sambil memperhatiken telapak tangan orangitu, Katanya: "0rang ini mempergunakan pedang, bahkan memiliki kesempurnaan yang mengagumkan, anak muda jaman sekarang amat jarang ada jagoan yang begini lihaynya"

"Dalam hal ini akupun dapat melihatnya tapi bila tidak mengetahui siapakah dia ucapanmu semua hanya ucapan yang tak berguna."

Siau hiang tertawa. "Tidak semuanya perkataan tak berguna menurut apa yang dilihat didepan mata sekarang, ada dua hal yang berhasil kuperoleh, meski budak tidak kenal siapakah dia, tapi besar kemungkinan bisa menebak asal usulnya!"

"0ooh, menurut kau, Siapakah dia?"

"Delapan sembilan tak akan terpisah dari sepuluh, dari beberapa keluarga ilmu pedang, yang ada dalam dunia persilatan dewasa ini, hampir sebagian besar sudah kena ditekan oleh kewibawaan keluarga Cia dari perkampungan Sin kiam San ceng, sikap mereka biasanya suram dan tak akan memancarkan kegagahan seperti ini, hanya anak keturunan keluarga Kwik dari Siong Yang yang belum pernah bentrok dengan keluarga Cia, bahkan masih bisa memperlihatkan kegagahannya sebagai seorang jago pedang!"

"Aku pikir ucapan tersebut kelewat didipaksakan kebenarannya!"

"Ilmu pedang keluarga Kwik dari Siong yang mengutamakan keterbukaan, kegagahan dan kecepatan, itulah sebabnya para jago pedangnya selalu dipancari oleh sikap yang gagah perkasa, dilihat dari mimik wajah pemuda tersebut dapat dilihat betapa gagahnya dia, tak mungkin kegagahan semacam itu bisa dipupuk melalui ilmu pedang keluarga lain, bagaimana menurut pendapat kongcu?"

"Ehmmm, kalau ucapan ini mah masih masuk juga diakal!"

"Ketiga orang yang bisa dipandang serius oleh Cia Siau giok pun hanya anak keturunan dari keluarga Kwik di Siong yang!"

"Ucapan inipun kelewat dipaksakan kebenarannya!"

"Aku yakin alasanku yang ke empat ini mempunyai kekuatan yang cukup memadahi, keluarga Cia sedang mengumpulkan pelbagai senjata kenamaan yang pernah tercatat dalam kitab senjata, mereka hanya kekurangan pisau terbang dari Li Sin huan yang menempati urutan ke empat, sewaktu kuberikan pisau terbang milik Li Sin huan kepada mereka tadi Cia Siau giok maupun Cia sianseng tak dapat mengendalikan rasa girang dihatinya, hal ini membuktikan kalau mereka sudah berhasil mendapatkan pedang baja dari Siong yang dan cuma kurang pisau terbang dari Li Sin huan, padahal pedang baja dari Siong yang hanya berada ditangan keturunan keluarga Kwik. Sedang pemuda itupun terjebak dalam perkampungan Sin-kiam san-ceng"

"Aku tahu, alasanmu hampir semuanya cukup memahami," kata Ting Peng sambil tertawa, "Cuma sayang kau basih kekurangan bukti yang nyata, mengapa kita tidak menyadarkan dia lebih dulu kemudian baru ditanyai duduk persoalan yang sebenarnya?"

"Kongcu dan paman Ah ku saja tidak berhasil menolong dia, masa budak bisa membantu?"

"Setan cilik, kau tak usah bermain setan lagi dihadapanku, bila kau tak mampu menyadarkan dia, mungkin di dunia ini tiada orang bisa menyadarkan dirinya lagi!"

"Kongcu atas dasar apakah menghargai budak?"

"Sejak aku tahu kalau kau adalah keturunan Liong Siau im, apu percaya kalau kau memiliki keammpuan tersebut!"

"Mengapa?"

"Sebab aku tahu kitab pusaka Leng hoa poo-ci peninggalan dari Jian bin khi jin (manusia aneh bermuka seribu) Giok Lian hoa telah terjatuh ketangan keluarga Liong kalian, meskipun kitab aslinya sudah hilang ditangan kakekmu ketika dia hendak menjumpai Sangkoan Kim hong untuk menebus nyawa Li Sin huan, tapi sebagian besar isi kitab Kian hoa poo-ci tersebut sudah diwariskan oleh Lim Si ing kepada putranya Liong keh im adalah seorang yang pintar dan sudah pasti telah mengingat semua isinya, masa dia tidak mewariskan kepandaian tersebut kepadamu?"

"Untung saja ucapan ini diutarakan oleh kongcu, coba kalau orang lain mengetahui akan persoalan ini, mungkin nyawa budak sudah terancam oleh mara bahaya"

Kembali Ting Peng tertawa. "Siau hiang, kau tak usah kuatir, selama ada aku disisimu, maka kau tak usah menguatirkan keselamatanmu lagi, sebelum orang lain melukaimu, dia harus mampu melangkahi mayatku lebih dulu, dan agaknya hal ini merupakan suatu peristiwa yang mustahil bisa terjadi"

Siau hiang benar-benar merasa amat terharu, dia tidak jual mahal lagi, dari sakunya dia mengeluarkan sebuah kotak perak dan didalam kotak tersebut terdapat belasan batang jarum emas. Dia mengeluarkan sebatang jarum dan segera ditusukkan kedalam jalan darah pemuda itu, seakan-akan tak perlu diperhatikan lagi dengan matanya, tusukan itu begitu cepat dan sasarannya tepat.

Rasa kaget segera menghiasi wajah Ah ku, tapi Ting Peng seakan-akan sudah mengetahui akan hal ini, wajahnya sama sekali tidak menampilkan perasaan keheranan.

Tatkala Siau hiang menancapkan jarum emas yang kelima belas, pemuda itu mulai merintih sambil membalikkan tubuhnya. Sambil tertawa Siau hiang lantas berkata:

"Kwik kongcu, berbaringlah denagn tenang lebih dulu, baru saja jalan darahmu kutembusi, sebentar jarum-jarum emas itu kucabut, kau baru boleh berbicara, kalau tidak, bila sampai mengalami peredaran darah yang terbalik, bisa berabe jadinya!"

Pemuda itu menurut dan segera memejamkan matanya rapat-rapat kemudian berbaring tak bergerak ditempat semula.

Dengan sangat berhati-hati sekali Siau hiang mencabuti jarum emas tersebut satu persatu secara beraturan, setelah diseka dengan sapu tangan, jarum-jarum itu baru dimasukkan kembali kedalam kotak.

Setiap jarum tersebut menancap satu inci lebih kedalam tubuh, namun ujung jarum sama sekali tak nampak noda darah, bahkan setelah dicabut keluar pun dari lubang bekas tusukan tak nampak darah yang mengalir keluar, hal mana kontan saja membuat Ah Ku semakin tertegun dibuatnya.

Sambil tertawa Ting Peng segera berkata. "Ilmu yang tercantum dalam kitab Lian hoa po ci sungguh luar biasa sekali, Siau hiang, apakah kim ciam kay hiat ci hoat (ilmu membebaskan jalan darah dengan tusukan jarum emas) mu itu dapat membebaskan segala macam totokan darah?"

"Benar, mendiang kakekku Liong keh im baru merasa menyesali kepicikan pikiran sendiri setelah menjelang masa tuanya, maka diapun lantas memusnahkan semua cara untuk mencelakai orang serta ilmu silat keji yang tercantum dalam kitab pusaka tersebut, yang tertinggal hanyalah kepandaian-kepandaian untuk menolong manusia, bahkan ditambahi pula dengan beberapa macam kepandaian yang tercantum dalam kitab Lian hoa Poo-ci, tapi masih lebih dari cukup untuk digunakan menolong orang."

"Kakekmu benar-benar seorang manusia yang luar biasa!" seru Ting Peng kemudian dengan wajah serius.

Siau hiang tertawa hambar. Sementara itu, sang pemuda tadi sudah dapat merangkak bangun dan duduk, tiba-tiba ia berkata:

"Terima kasih banyak nona, atas budi pertolonganmu"

"Jangan berterima kasih kepadaku Kwik kongcu, aku hanya membantumu untuk menghilangkan pengaruh totokan, yang menyelamatkan dirimu dari sekapan musuh adalah kongcu kami."

Pemuda itu segera bangkit berdiri dan menjura dalam-dalam sambil berkata: "Terima kasih atas pertolongan dari saudara, Kwik lm liong tak akan melupakan untuk selamanya"

"Ooah, anda benar-benar she Kwik?" seru Ting Peng dengan wajah tercengang.

"Benar, bukankah nona itu kenal dengan diriku?"

"Aku pun tidak kenal" jawab Siau-hiang "apa yang kukatakan tak lebih hanya berdasarkan dugaan saja..."

"Berdasarkan dugaan saja?" seru Kwik In liong keheranan, "padahal nama marga yang ada begitu banyak, mengapa nona justru memilih nama marga Kwik."

"Tentu saja berdasarkan suatu analisa" kata Siau hiang sambil tertawa "sekarang aku tidak salah menduga bukan, hal ini menunjukkan kalau analisaku tadi memang masuk di akal juga"

Ketika Ting Peng menyaksikan dia seperti hendak menanyakan sesuatu lagi, sambil tertawa dia segera menukas:

"Bukankah saudara Kwik berasal dari perkampungan keluarga Kwik di kota Siong Yang?"

Kembali kwik In liong manggut-manggut. "Benar, Kepergian siaute ini merupakan kepergian siaute yang pertama kalinya, tapi saudara dapat mengenali dusun siaute rupanya kita pernah bersua dimasa lalu?"

Tidak, tapi golok Siong yang dari saudara Kwik amat kentara, setelah kupikir-pikir dan merasa tiada keluarga lain yang merupakan keluarga persilatan, maka akupun lantas menduga kalau saudara kwik berasal dari Siong yang."

Kwik in liong kelihatan gembira sekali. "Ucapan saudara kelewat sungkan, kami hanya membonceng ketenaran dari leluhur kami saja untuk bercokol terus dalam dunia persilatan, padahal anak keturunan keluarga Kwik tidak mempunyai kelebihan apa-apa, terutama sekali siaute, boleh dibilang benar-benar memalukan sekali, belum setengah bulan keluar rumah aku sudah dipecundangi orang habis-habisan, belum lagi pedang dicabut, orangnya sudah dirobohkan lebih dulu...."

Ketika berbicara sampai disitu, wajahnya segera menampilkan sesuatu perasaan batin yang amat menderita.

"Bagaimana ceritanya sehigga sandara Kwik bisa terkurung didalam perkampungan Sin kiam san ceng?" tanya Ting Peng kemudian.

Kwik In liong segera menghela napas panjang. "Aaaai, sesungguhnya memalukan sekali kalau diceritakan, adapun kepergian siaute kali ini, pertama untuk mencari pengalaman dalam dunia persilatan, kedua ingin mencari dua orang untuk mencoba ilmu pedang yang kumiliki"

"Orang pertama yang saudara Kwik cari adalah Cia Siau hong dari perkampungan Sin-kiam-san-ceng?"

"Benar, nama besar pedang sakti keluarga Cia sudah lama termashur dalam dunia persilatan, siaute pernah mendengar semasa mudanya dulu dia pernah menyatroni pelbagai perguruan pedang kenamaan dikolong langit dan akhirnya berhasil merebut gelar si pedang sakti yang tiada tandingan tapi dia tidak mendatangi keluarga Kwik di Siong yang, aku tidak mengerti apa maksudnya itu karena tidak memandang sebelah mata terhadap kami ataukah karena menganggap ilmu pedang keluarga Kwik kami tidak berharga untuk mencoba, itulah sebabnya aku hendak mencarinya dan menayai persoalan ini sampai jelas!"

"Persoalan ini tak usah kau tanyakan lagi kepadanya, sebab aku dapat memberikan jawaban untukmu" kata Ting Peng sambil tertawa, "dia bukannya tak ingin melainkan tak berani!"

"Tak berani?"

"Benar tak berani, bukan hanya Cia Siau hong saja, bahkan setiap umat persilatan tak berani mencari gara-gara dengan orang perkampungan keluarga Kwik!"

"Saudara, walaupun perkampungan keluarga Kwik mempuyai nama dalam dunia persilatan, itupun dikarenakan perjuangan leluhur kami, selama berapa puluh tahun ini meski kami tiada hentinya melatih ilmu pedang kami secara tekun, namun amat jarang keluar rumah dan berkelahi dengan orang, Siaute tidak mengetahui kalau keluarga kami memiliki nama dan kewibawaan sebesar ini!"

Ting Peng tertawa. "Saudara Kwik boleh tidak percaya, tapi kesemuanya ini merupakan kenyataan, cuma tak ada orang yang berani memberitahukan kepadamu saja, untung saudara Kwik bertanya kepada siaute, coba kalau bertanya kepada orang lain, kemungkinan besar orang tak akan mengatakan apa alasannya kepadamu."

"Apakah hal ini disebabkan nama dari perkampungan keluarga Kwik kami terlampau jelek?"

"Nama baik keluarga kalian sudah termashur dan dikenal setiap orang selama seratus tahun belakangan ini keluarga kalian selalu dihormati dan disegani setiap orang"

"Siaute rasa peraturan perkampungan kami kelewat ketat diantara keturunan kami pun tak ada yang berani berbuat ulah diluaran, semestinya orang tak usah jeri kepada kami."

Kembali Ting peng tertawa. "Bila orang-orang dari keluarga kalian amat menghina orang dan mengandalkan kepandaian untuk berbuat sewenang-wenang, tak mungkin orang lain akan merasa jeri kepada kalian, malah justru orang akan berdatangan untuk menuntut balas atau minta pertanggungan jawab kalian, justru karena keluarga kalian termashur karena kejujuran dan kegagahannya, maka orang persilatan menjadi segan kepada kalian, menaruh hormat kepada kalian dan tak seorang pun berani mendatangi perkampungan kalian untuk membuat keonaran"

Alasan tersebut tidak terlalu baik, tapi Ting Peng memang tak mampu memberikan alasan yang lebih baik lagi, dia bukan seorang yang bisa membohong, tapi kalau dia berkata terus terang dengan mengatakan bahwa selama ini keluarga Kwik bisa selamat karena selalu dilindungi oleh anak murid dari Li Sin huan dan Hui kiam kek A hui, mungkin Kwik In liong tak sanggup menahan diri. Entah mengapa Ting peng memang menaruh kesan yang sangat baik terhadap pemuda ini, dia tak ingin melukai nama baik serta harga diri dari bocah tanggung yang belum berpengalaman itu.

Untung saja Kwik in liong masih polos dan mempercayai perkataan tersebut dengan begitu saja. Setelah menghela napas panjang, ujarnya:

"Aku pun tak lebih hanya bertanya saja, bukan benar-benar ingin mencari Cia Siau hong dan menantangnya untuk berduel, aku pikir dia sudah termashur banyak tahun dan nama tersebut sudah pasti bukan diperoleh secara kebetulan, ilmu pedangku belum tentu bisa benar-benar menangkan dia, tentang kalau aku yang salah, seandainya dia yang sampai kalah, aku kan bisa menjajarkan nama besarku setaraf dengan nama besarnya?"

Ting Peng semakin menyukai bocah ini, dia muda, jujur, polos, tidak terlampau tinggi hati, berhati baik dan selalu memikirkan keadaan orang lain, dia memang seorang pemuda yang baik. Oleh karena itu, sebetulnya dia ingin bertanya bagaimana sampai dia terjatuh di tangan orang-orang perkampungan Sin kiam san ceng pun segera diurungkan.

Kwik In liong menundukkan kepalanya rendah-rendah, mungkin dia sedang teringat akan suatu peristiwa yang memedihkan hatinya. Setelah ditahan sekian waktu, akhirnya tahan lagi dia berkata.

"Ketika aku datang ke perkampungan Sin kiam san ceng, dengan amat sungkan dan hormat Cia Siau giok menjamuku, dia begitu cantik, begitu supel dan pandai bergaul, kami bisa berbincang-bincang sangat luwes, masing-masing pihak merasa gembira sekali...."

Kembali sorot matanya memancarkan kesedihan, tapi juga agak termangu seperti seseorang yang terpikat oleh sesuatu.

Menyaksikan hal tersebut, Ting Peng menghela napas panjang, pikirnya kemudian: "Lagi-lagi seorang pemuda kena dipikat oleh rayuan maut Cia Siau giok..."

Nada suara dari Kwik In liong lambat laun berubah menjadi marah, katanya lebih jauh: "Aku bersikap hormat kepadanya, siapa tahu ternyata dia adalah seorang perempuan macam begitu"

"Apa yang dia lakukan terhadap dirimu?"

"Aku benar-benar tidak habis mengerti, mengapa dia berbuat demikian kepadaku, ia mencampuri sayur dan arak tersebut dengan obat"

"Oooh... mencampuri sayur dengan obat?" seru Ting Peng tertahan.

"Yaa, dia telah mencampuri sayur dan arakku dengan obat perangsang, bahkan..."

Bagaimanapun juga dia adalah seorang pemuda yang masih polos, ketika berbicara sampai disitu mukanya berubah menjadi merah karena jengah, kata-kata selalanjutnya pun tak mampu dilanjutkan.

Ting Peng merasa terkejut sekali, dia tahu Cia Siau giok memiliki suatu kepandaian untuk merayu, jarang sekali ada pemuda yang mampu menahan diri terhadap rayuannya, tapi tampaknya Kwik In liong tak sampai terpikat oleh perempuan tersebut dengan begitu saja, hal ini sesungguhnya merupakan suatu hal yang luar biasa. Maka sambit tertawa katanya.

"Apa dia menyatakan rasa senangnya kepadamu?"

Kwik In liong manggut-manggut, bahkan menunjukkan rasa puasnya terhadap penjelasan dari Ting peng tersebut. Sesudah menghembuskan napas panjang, katanya lagi: "Yaa benar, dia menunjukkan sikap yang kelewat hangat atau mau dibilang panas sekali!"

"Oooh, kalau begitu dia mencintai dirimu?" kata Ting peng sambil tertawa.

"Tidak, dia tidak mencintai diriku, dia hanya mencintai pedang baja keluargaku, aku dapat melihat kalau dia ingin menggunakan kesempatan tersebut untuk menjebakku, agar aku memghadiahkan pedang keluargaku itu kepadanya"

"Kalau begitu saudara Kwik keluar dengan membawa serta pedang baja keluargamu?"

"Benar, inilah lambang kehormatan dan kejayaan dari keluarga kami, setiap anak cucu keluarga Kwik yang melakukan perjalanan didalam dunia persilatan pasti akan membawa pedang ini, selain untuk menjaga diri, maksudnya agar selalu memperingatkan kita agar tidak melakukan perbuatan yang tercela sehingga menodai nama baik leluhur kami, justru karena pedang baja itu selalu berada disisi kami, maka aku bisa tetap mempertahan kesadaranku kendatipun berada dibawah pengaruh obat, aku tak sampai terperangkap oleh siasatnya!"

Ting peng amat mengagumi atas keteguhan imannya, sambil tertawa tanyanya kemudian: "Lantas kalian saling bertarung?"

"Tidak, berada dalam keadaan seperti itu, aku benar-benar tak mampu untuk turun tangan, sebab dia bertangan kosong belaka, dan lagi tidak mengenakan busana."

Tak tahan lagi Ting peng segera tertawa tergelak. "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... dalam keadaan seperti ini memang tidak leluasa bagimu untuk turun tangan, andaikata kau membunuhnya, sekalipun kau terjun ke sungai Huang ho dan mandi sepuluh kali pun nodamu tak akan tercuci bersih!"

"Soal itu mah aku tidak takut, bagiku yang penting adalah hatiku tidak menaruh suatu maksud buruk, aku sama sekali tidak menggubris terhadap pandangan orang lain, waktu itu aku tak bisa turun tangan karena hatiku memang merasa tak mampu untuk turun tangan!"

"Apa tindakan saudara Kwik selanjutnya?"

"Terpaksa aku harus minta diri, diapun tidak menghantarku, namun aku mengerti bahwa dia tak akan melepaskan aku dengan begitu saja, betul juga belum lagi berjalan keluar dari perkampungan, aku sudah terkena sergapannya, dari dalam kebun tahu-tahu muncul sebuah jaring besar yang mengurung aku dari atas."

"Maka pedang baja milik keluarga Kwik pun terjatuh ketangan orang orang Sin kiam san ceng?"

Kwik In liong segera menggeleng. "Itu sih tidak, sewaktu aku berjalan masuk kedalam kebun, sudah kuduga kalau pedang ini sulit untuk kupertahankan pada hari ini, maka aku telah mencari suatu tempat dan menyembunyikannya!"

Mendengar perkataan tersebut, tak tahan lagi Ting Peng tertawa, ia mentertawakan kepolosan orang, ingin menyembunyikan diri suatu benda yang telah diincar orang di dalam perkampungan Sin kiam san-ceng, mungkin hanya anak muda yang bisa berpikiran demikian.

Namun Kwik In liong amat mempercayai tempat penyimpanannya itu, kembali dia berkata: "Tempat yang kugunakan untuk menyembunyikan pedang itu amat rahasia sekali letaknya, tak nanti mereka akan berhasil untuk menemukannya, aku melompat naik ke atas sebatang pohon bwee tua dan menemukan sebuah cabang pohon yang amat tersembunyi, lalu kutancapkan pedangku disana, kemudian Cia Siau giok sudah tiga kali menanyakan persoalan itu kepadaku, dia berulang kali memaksaku untuk menyerahkan pedang itu, dari sini dapat disimpulkan kalau dia belum berhasil menemukan pedang bajaku itu!"

Ting Peng agak percaya, seandainya dia memang menyembunyikan pedang tersebut disana, besar kemungkinannya Cia Siau giok memang tak akan berhasil menemukannya. Akan tetapi setelah ia menyaksikan mimik wajah Siau hiang, dengan cepat anak muda ini tahu kalau harapan pedang tersebut masih berada di tempat semula kecil sekali.

Cia Siau giok telah menyebarkan mata-matanya diseluruh penjuru perkampungan Sin kiam san-ceng, tak mungkin mereka akan melepaskan setiap gerak gerik dari Kwik In liong dengan begitu saja. Namun diapun tak ingin menghilangkan rasa gembiranya, maka sambil tertawa ujarnya:

"Kwik-heng, harap kau memberitahukan letak pohon bwe tersebut kepadaku, siaute akan mengambilkannya untukmu!"

"Tidak, aku hendak pergi mengambilnya sendiri"
Ting Peng segera tertawa. "Saudara Kwik, walaupun perkampungan Sin kiam san ceng berusaha untuk mengumpulkan berbagai macam senjata tajam yang tercantum dalam kitab senjata, hal tersebut dikarenakan hobby saja, senjata tajam itu sama sekali tidak memiliki nilai yang terlampau luar biasa, dia tak segan-segan melakukan kesalahan terhadap saudara Kwik, hal ini sudah pasti dikarenakan dia mempunyai maksud lain!"

"Akupun berpikir demikian, cuma ia sama sekali tidak mngajukan permintaan lebih jauh, sehingga aku benar-benar tak bisa menebak apa maksud tujuannya yang sesungguhnya?"

"Perduli apakah maksud tujuannya, yang paling penting dia menaruh perhatian khusus terhadap suadara Kwik, mengapa saudara Kwik harus menampakkan diri lagi untuk memasuki perangkap?"

"Kali ini aku bisa bertindak lebih berhati-hati lagi"

Ting Peng tertawa. "Serangan secara terang-terangan mudah dihadapi, serangan secara menyergap itulah yang perlu dikuatirkan, saudara Kwik, seandainya sampai saatnya nanti lagi-lagi dia melemparkan selembar jaring, apakah kau tak akan dibikin gelagapan lagi?"

Selapis rasa murung yang amat tebal segera menyelimuti wajah Kwik In liong, katanya kemudian: "Betul juga, entah jaring itu terbuat dari bahan apa? Selain keras dan kuat juga mempunyai daya lentur yang besar, bila sudah membungkus dibadan maka rasanya mau meronta untuk melepaskan diripun sukarnya bukan buatan, tapi aku harus menemukan kembali pedang itu!"

"Seandainya saudara Kwik mempercayai aku, serahkan saja kepada siaute untuk mengerjakannya, tak sampai tiga hari pedang baja milik saudara Kwik pasti sudah kudapatkan kembali!"

Kwik In liong termenung sambil berpikir sebentar, kemudian sahutnya: "Baiklah, aku tidak kuatir tidak melangsungkan duel satu lawan satu, tapi aku benar-benar kuatir dengan siasat busuk mereka, apalagi pihak lawan pun tergantung seorang anak gadis aku merasa sungkan untuk bertindak kelewat batas, kalau begitu terpaksa harus merepotkan saudara sebentar. Aaah, betul, aku belum menanyakan nama saudara, coba kau lihat, aku betul-betul sudah kelewat pikun."

Ting Peng tertawa. "Lebih baik saudara Kwik jangan bertanya lebih dulu, kalau tidak, kita bisa gagal menjadi teman bahkan bisa jadi akan disusul dengan suatu pertarungan!"

"Maksudmu?"

"Sebab akulah orang kedua yang hendak saudara Kwik cari untuk diajak berduel"

"Aaah, tak mungkin, orang kedua yang hendak kucari untuk kuajak berduel adalah seorang jago golok muda yang bernama Ting Peng, dia menggunakan sebilah golok iblis"

Sambil tertawa dan menepuk-nepuk golok disisi tubuhnya, Ting Peng berkata: "Apakah sebilah golok bulan sabit?"

Kwik In liong segera menjerit sekeras-kerasnya. "Haaahh, jadi kau... kau adalah Ting Peng?"

"Betul, sasaran pertama dari saudara Kwik adalah Cia Siau hong, maka aku lantas menduga bahwa akulah orang ke dua yang mungkin menjadi sasaranmu."

Kwik In liong segera menundukkan kepalanya rendah-rendah. "Habis sudah sekarang! Habis sudah...."

"Saudara Kwik ada persoalan apakah yang membuat pikiranmu tak bisa terbuka?"

Kwik In liong menghela napas panjang. "Aku sudah dipermainkan Cia Siau giok secara habis-habisan, tentu saja aku tak dapat pergi mencari Cia Siau hong untuk diajak berduel, dan sekarang akupun menerima kebaikan darimu, tentu saja aku pun tak dapat mencarimu untuk diajak berduel, hal ini bukankah berarti perjalananku dalam dunia persilatan hanya perjalanan yang sia-sia belaka?"

"Saudara Kwik, kecuali kami berdua, apakah kau sudah tidak mempunyai sasaran ketiga yang bisa diajak untuk duel?" kata Ting Peng sambil tertawa.

Dengan angkuh Kwik In Liong menjawab: "Didalam dunia persilatan dewasa ini, kecuali kalian berdua, manusia darimana lagi yang pantas untuk disebut sebagai seorang enghiong? Aku orang she Kwik kalau bukan mencari enghiong untuk diajak berduel. apakah aku harus mencari kaum berandal?"

Ucapan tersebut cukup gagah dan perkasa, sayang Ting Peng lagi-lagi tertawa dingin. "Heeehh... heeehhh... heeehhh... setelah Sangkoan Kim hong mati dulu, perkumpulan Kim chee pang pun ikut buyar, tapi kakekmu Kwik Siong yang cianpwe setelah mati, nama besar Siong yang kiam masih termashur sampai dimana-mana, tapi kenyataannya didalam urutan nama senjata dalam kitab senjata, nama Sangkoan Kim hong justru masih berada diatas nama Kwik Siong Yang!"

Kwik In liong menundukkan kepalanya rendah-rendah, hal ini merupakan suatu kenyataan yang tak bisa disangkal, maka sambil menghela napas panjang katanya kemudian:

"Aku sungguh berharap Sangkoan Kim hong mempunyai putra atau ahli waris yang masih hidup didunia ini, sehingga aku dapat mencari mereka untuk diajak berduel, akan kubuktikan kalau pedang Siong yang thi kiam belum tentu lebih kalah ketimbang sepasang gelang Liong hong siang huannya...!"

"Saudara Kwik, mengapa sih kau masih panasaran hati terus menerus? Mengapa tidak kau bayangkan meskipun ilmu silat Sang koan kim hong mengungguli ayahmu, tapi sampai kini tidak banyak orang yang bisa mengingatnya, sedangkan nama besar kakekmu masih dikenal dan dihormati setiap orang, hal ini membuktikan kalau nama besar seorang enghiong belum tentu bisa tetap langgeng hanya berdasarkan soal ilmu silat saja"

Kwik In liong menundukkan kepalanya semakin rendah. "Tentang soai ini, akupun tahu!"

"Bila saudara Kwik sudah mengetahui akan hal ini, maka kau tak akan merasa sedih karena kepandaianmu kalah dengan kepandaian orang lain, sewaktu baru pertama kali terjun kedalam dunia persilatan dulu, siaute pun mempunyai jalan pemikiran seperti apa yang saudara Kwik pikirkan sekarang, itulah sebabnya aku mendatangi perkampungan Sin kiam san ceng dan mencari Cia Siau hong untuk mengajaknya berduel"

"Konon pertarungan tersebut belum menghasilkan keputusan siapa menang dan siapa kalah?"

"Boleh dibilang demikian, kata Ting Peng sambil tertawa, dalam kenyataan kami tak pernah bergebrak secara sungguhan waktu itu, kami hanya berbicara saja, namun cukup dalam beberapa patah kata saja, masing-masmg pihak sudah merasa lebih dari cukup!"

"Sudah cukup?"

"Betul, sudah cukup, hari itu kami berjumpa didalam pesanggrahan Cong kiam lu, waktu itu Cia tayhiap sama sekali tidak membawa pedang tapi aku dapat merasakan bahwa kesempurnaan ilmu silat yang dimilikinya sudah tak mampu ditandingi oleh siapa saja!"

"Termasuk golokmu pun tak sanggup?"

"Yaa, tidak sanggup golokku masih ada wujudnya, tapi dia sudah berhasil mencapai ke tingkatan yang tidak berwujud, seperti ombak dahsyat ditengah samudra, sewaktu dia menggulung datang siapapun tak akan mampu membendungnya dengan pedang atau golok apa pun jua."

Kwik In liong tidak bersuara. Biasanya kalau membungkam akan berarti mengakui atas kebenaran dari perkataan lawan.

Ting Peng berkata lebih jauh. "Setelah berada dalam keadaan seperti itu, akupun tak sanggup untuk mencarinya dan menantangnya berduel karena aku tahu bahwa aku tak akan berhasil menangkan dia!"

"Tapi ada pula orang mengatakan saudara Ting berhasil mengungguli dia"

Ting Peng segera tertawa. "Boleh juga dibilang demikian, sebab selain kenyataan setiap orang boleh berkata demikian, karena dia sudah menjauhkan diri dari soal nama dan kedudukan, tak mungkin dia akan mencari orang untuk diajak berduel, bila kita menantang seseorang yang tak bersedia melayani tantangan kita itu, maka siapapun dapat pula menangkan dia!"

"Seandainya ada orang hendak memaksanya untuk turun tangan?"

"Aku percaya diapun tak akan melancarkan serangan balasan!" ujar Ting Peng sambil tertawa.

"Sekalipun ada orang memalangkan pedangnya diatas tengkuk diapun ia tak akan melancarkan serangan balasan?"

"Tiada orang dapat menggunakan ancaman pedang yang ditempelkan diatas tengkuknya, juga tiada seorang pun yang dapat berbuat demikian!"

"Mengapa?"

Ting Peng berpikir sebentar, kemudian baru ujarnya: "Tentunya saudara Kwik pernah melihat patung Ji lay Hud ditengah kuil bukan? Ada pula yang menyembah patung Budha jian jiu ji-lay Hud, diantara tangannya terdapat memegang pedang, adakah seorang yang hendak menantangnya untuk berduel."

"Itu mah berbeda, patung itu toh patung Ji lay-hud!" seru Kwik In liong sambil tertawa.

Dengan cepat Ting Peng menggeleng. "Sama sekali tiada bedanya, sebab perasaan yang dia berikan kepada setiap orang persis seperti patung budha didalam kuil."

"Masa kepandaiannya sudah berhasil di latih hingga mencapai ketingkatan setinggi itu?" tanya Kwik In liong dengan wajah tertegun.

Ting Peng manggut-manggut. "Benar, dia sudah berhasil mencapai ketingkatan setinggi itu, tiada manusia didunia ini yang sanggup memandangi lagi, oleh sebab itu saudara Kwik boleh mencoret namanya dari daftar yang kau buat."

Kwik In liong menghela napas panjang. "Aaaai, didalam kenyataan aku sudah tidak mempunyai daftar nama lagi, sebab dalam daftar namaku itu hanya tercantum dua nama, sekarang tak mungkin lagi bagi ku untuk mencari kedua orang ini dan menantangnya untuk berduel!"

"Kalau begitu, saudara Kwik bermaksud pulang ke rumah saja?" tanya Ting Peng sambil tertawa.

"Benar, kalau tidak pulang, apa lagi yang harus kukerjakan? Cuma sewaktu berangkat aku sudah terlanjur sesumbar dan bicara besar, kalau harus pulang dengan begitu saja, rasa-rasanya aku menjadi rikuh sendiri!"

Ting Peng berpikir sebentar, kemudian katanya: "Kalau saudara Kwik ingin pulang, hal ini sebenarnya memang merupakan suatu tindakan yang paling baik, cuma tampaknya saudara Kwik masih belum mau kesepian terus!"

"Yaa, betul, aku belum mencapai usia seperti Cia Siau hong, juga belum berhasil mencapai ke tingkatan seperti itu, tentu saja aku tak dapat hidup dengan suasana yang begitu hambar!" teriak Kwik In liong dengan suara keras.

"Betul, betul, sudah seharusnya saudara Kwik banyak melakukan pekerjaan. Apalagi sudah lama perkampungan Siong yang san ceng tak pernah mengeluarkan pedang Siong yang thi kiam yang kedua."

"Saudara Ting, apa maksud dari perkataan itu?" tanya Kwik In liong tertegun.

Ting Peng kembali tertawa. "Aaah, tidak apa-apa, hanya nasib saudara Kwik mujur, begitu dilahirkan sudah berada didalam keluarga jago pedang kenamaan, sehingga kemana saja kau pergi, asal menyebut sebagai ahli waris keluarga Kwik, maka kau akan segera menerima penghormatan dari siapa pun."

"Aku justru merasa tidak senang dengan hal ini, orang lain bersikap hormat kepadaku, karena aku adalah ahli waris dari Siong yang, bukan dikarenakan aku adalah Kwik In liong, aku memang merasa hormat, kagum dan bangga karena watak leluhurku, tapi aku sama sekali tak sudi untuk membonceng ketenaran dari leluhurku itu!"

"Tapi suadara Kwik sama sekali tidak berniat untuk merencanakan suatu perjuangan agar nama Kwik In liong menjadi tenar!"

"Siapa bilang tidak? Kali ini aku keluar dari rumah dan menantang Cia Siau hong, serta saudara Ting tak lain bukan karena aku ingin mencari nama besar bagiku, tapi sekarang..."

Ting Peng segera menggelengkan kepalanya berulang kali, ucapnya: "Saudara Kwik, jika kau benar-benar berniat untuk mengembangkan diri, maka kau tidak perlu menggotong keluar nama leluhurmu, seandainya kau tidak merasakan keistimewaan daripada dirimu, seharusnya kalau kau bersikap seperti kebanyakan orang lainnya, berjuang dari bawah, agar orang lain pelan-pelan mengenali dirimu sebagai Kwik In liong dan kalau bisa maju setapak lagi bisa menerima kehadiranmu!"

Kwik In liong termenung beberapa saat lamanya, mendadak ia merasakan hatinya bergetar keras, kemudian dengan wajah berseri serunya! "Terima kasih atas pentunjuk saudara Ting, aku sudah bertekad untuk mulai dari bawah, mulai sekarang aku tak akan menyinggung soal nama Siong yang-san-ceng lagi, aku hanya akan berjuang dengan mengandalkan nama Kwik In liong!"

"Percuma," kata Ting Peng sambil tertawa, "Asal saudara Kwik mengeluarkan senjatamu, orang lain segera akan tahu kalau kau adalah keturunan dari Siong yang!"

"Tak mungkin..." ucap Kwik In liong pula sambil tertawa. "pedang Siong-yang thi-kiam sama sekali tidak mempunyai suatu tanda yang khusus, selain ukiran huruf "Kwik" saja diatas gagang pedang tersebut, kini pedang itu sudah terjatuh ke tangan orang-orang Sin kiam san ceng, aku pun tak maui benda itu lagi, aku akan ganti dengan sebilah pedang biasa, agar siapa pun tidak dapat mengenali diriku lagi."

"Ehmmmm... Caramu ini betul juga, tapi saudara Kwik hendak mulai dari mana?"

Kwik In liong berpikir sebentar, kemudian ujarnya. "Aku akan mencari beberapa orang jago kenamaan untuk merobohkan mereka lebih dahulu, menanti namaku sudah mulai terpupuk akan kucari jago-jago yang bernama besar untuk mencoba kepandaian mereka, bila mereka semua dapat kurobohkan..."
Selanjutnya,
Golok Bulan Sabit Jilid 25