Golok Bulan Sabit Jilid 21 - Sonny Ogawa

Halaman

    Social Items

Golok Bulan Sabit Jilid 21
Karya : Khu Lung
Penyadur : Tjan ID

Cerita silat Mandarin Karya Khu Lung
GERAK geriknya selincah kelinci, caranya turun tangan seganas serigala, siapa tahu kedua orang perempuan itupun bukan manusia sembarangan, dikala ia menerjang tiba, sekali jumpalitan tahu-tahu mereka sudah berkelit dari terjangan orang.

Tanpa menggunakan banyak tenaga, tak lebih cuma memanfaatkan tenaga terkamannya, tahu-tahu Liu Yok siong sudah di bikin berubah posisi badannya dan jatuh, terjerembab diatas tanah. Apa lacur pantatnya yang menghajar lantai terlebih dulu, kontan saja tubuh Liu Yok siong melengkung jadi satu dan bercucuran air matanya karena kesakitan.

Dalam keadaan seperti ini, rasa bencinya terhadap orang yang menghadiahkan obat perangsang tersebut kepadanya boleh dibilang telah mendarah daging, kalau bisa dia ingin mencincang tubuh bajingan tersebut menjadi berkeping-keping sebelum rasa mangkelnya dapat diatasi. Dia benci karena obat tersebut demikian manjurnya, hingga sebelum pelampiasan terjadi, daya rangsang obatnya tak akan berakhir.
Kalau berada dihari-hari biasa, sekalipun terbanting ke tanahpun tak menjadi soal, tapi berada dalam situasi yang "kritis" seperti saat ini, sekalipun ada benda berat yang dijatuhkan ke tubuhnya pun akan berakibat kesakitan hebat, apalagi terbanting dalam keadaan sekeras itu.

Liu Yok siong tidak sampai gila, tapi pada detik-detik tersebut akibatnya membuat dia seperti kehilangan nama. Setelah diulas dan dipijit-pijit sekian lama, dengan susah payah akhirnya dia berhasil juga menghilangkan rasa sakit tersebut, tapi seluruh tenaganya seperti lenyap tak berbekas, dia hanya bisa berbaring ditanah seperti anjing yang sedang ngos-ngosan.

Wajahnya telah dinodai oleh ingus dan air mata, namun dia tak mampu lagi menggunakan tenaganya untuk menyeka. Tapi yang paling mengenaskan adalah daya kerja obat perangsang itu belum meluntur, hal ini membuat tubuhnya tetap panas dan dipergaruhi oleh napsu birahi.

Lebih celaka lagi adalah kedua orang perempuan itu, mereka sama sekali tak memandang lagi ke arahnya kendati pun tubuhnya terbanting keras-keras ke tanah, bahkan mereka malah kembali ke kamarnya.

Kamar mereka terletak disebelah, begitu masuk ke dalam kamar mereka tidak menutup pintunya hingga Liu Yok siong masih dapat melihat mereka dengan jelas. Tampak ke dua orang perempuan itu melepaskan semua pakaiannya, lalu saling berpelukan, setelah melakukan berapa adegan lesbian, katanya sambil tertawa jalang:

"Apa sih hebatnya lelaki? Hmmm, tanpa lelaki pun koh nay-nay masih tetap menemukan kegembiraan dan kepuasan"

Liu Yok siong merasakan suatu dorongan napsu yang amat besar membuat dia lantas menghimpun seluruh kekuatan yang dimilikinya, mengepal tinjunya keras-keras dan menghantam keras-keras ke bawah bagian "fital" nya yang dihantam keras-keras. Pukulan mana nampaknya berat sekali dengan kekuatan yang amat luar biasa.

Kontan ia melolong kesakitan, sebegitu hebatnya rasa sakit tersebut membuat ia terbungkuk-bungkuk sambil memancarkan segenap isi perutnya. Pukulan mana benar-benar merupakan suatu pukulan yang sadis lagi brutal. Liu Yok siong merasakan matanya berkunang-kunang lalu pingsan.

Ketika sadar kembali, dia menjumpai tubuhnya berbaring diranjang, badannya telah bersih, bagian yang lecet dan terluka pun telah dibalut. Cun Hoa dan Ciu Gwat berada didepan pembaringan, Cun Hoa membawa sebuah cawan kecil sedang Ciu Gwat memayangnya bangun sambil berkata:

"Liu ya bangunlah, baru saja kami buatkan secawan jinsom, mumpung masih panas, ayolah diminum dulu!"

"Tak usah repot-repot, aku tak berani menerima pelayanan kalian berdua" tampik Liu Yok siong dingin.

Cun Hoa mengambil sesendok kuah dan dihembus dulu agar dingin, lalu sambil di suapkan ke mulutnya, dia berkata sambil tertawa:

"Liu ya, maaf, kami hanya bergurau saja denganmu, sebentar bila kau telah sembuh, kami pasti akan menuruti semua perkataanmu, apapun yang kau kehendaki pasti akan kami sanggupi"

"Perintah siapa yang baru kalian terima?"

"Tak ada siapa-siapa, kami hanya berbicara menurut suara hati sanubari kami sendiri, kami telah mengetahui bahwa kau sesungguhnya adalah seorang manusia luar biasa"

"Kau bilang aku adalah seorang manusia yang amat luar biasa?" Liu Yok siong menegaskan.

"Benar! Orang yang mampu bertindak keji sadis dan brutal terhadap diri sendiri, dia lah seorang manusia yang luar biasa"

Hampir saja Liu Yok Siong mengucurkan air matanya karena merasa amat terharu. Hanya Thian yang tahu, untuk mendapatkan predikat "luar biasa" tersebut, entah berapa banyak pengorbanan yang telah di keluarkan olehnya. Hanya untuk mencapai tujuan tersebut, berulang kali dia harus menerima hinaan, cemoohan, cercaan bahkan penyiksaan lahir dan batin.

Tapi kesemuanya itu hanya dirasakan dan dipahami oleh dia seorang, orang lain tak akan mengetahui akan pengorbanannya itu. Padahal apa yang dicari dengan semua pengorbanannya itu? Apa pula di peroleh dengan semua pengorbanan yang telah dibayar kontan olehnya itu? Tak lebih cuma predikat "luar biasa". Benarkah dia seorang yang luar biasa?

* * *

PENYELIDIKAN

SEBENARNYA Giok Bu sia itu seorang perempuan macam apa?" Pertanyaan tersebut diajukan oleh Ting Peng.

Sekarang mereka malah berada diatas kereta, Cing Cing berbaring disisinya, sedang Siau Hiang dan Siau im duduk dihadapan mereka. Ketika selesai mendengarkan penuturan Cing-Cing tentang pengalaman yang baru saja menimpa mereka, Ting Peng mengajukan pertanyaan tersebut.

Cing Cing tertawa, kemudian sahutnya: "Dia adalah memang perempuan yang menarik, kau tak akan pernah menyangka kalau di dunia ini terdapat perempuan sedemikian menariknya, terutama sekali badannya"

"Lebih indah dari pada tubuhmu?"

"Tentu saja hal ini mungkin cuma suatu kebetulan belaka" Ting Peng tertawa, "tapi kesempatan untuk suatu kejadian yang kebetulanpun tidak terlampau banyak"

"Kau menganggap dia adalah Giok Bu sia?"

"Aku tidak mengatakan demikian, tapi aku rasa kemungkinan besar dia adalah Giok Bu sia"

"Sudah pasti tak mungkin" Cing-Cing segera menggeleng.

"Mengapa?"

"Karena dia jauh lebih cantik daripadaku."

Kembali Ting Peng tertawa. "Cing-Cing, itu menurut penilaianmu, bukan penilaianku, di dalam benakku kau adalah jelmaan dari kecantikan dan kemuliaan, tiada orang kedua yang akan sanggup melebihi dirimu"

Agak memerah wajah Cing-Cing karena jengah, katanya kemudian. "Long kun, kau hanya berbicara agar hatiku senang"

Ting Peng segera memeluknya dengan mesra, kemudian diciumnya hangat, katanya tertawa: "Cing-Cing, mungkin saja aku akan melakukan suatu perbuatan yang menyalahi dirimu, tapi tak akan membohongi dirimu, aku tidak tahu apakah perempuan itu adalah Giok Bu sia atau bukan, tapi sekali pun telah kujumpai Giok Bu sia, belum tentu aku akan menganggap dia lebih hebat daripada dirimu"

"Kalau sampai demikian, berarti sepasang matamu ada yang tak beres"

"Sekarang mataku beres dan normal, justru sepasang matamulah yang ada persoalannya"

"Sepasang mataku ada persoalan?"

"Benar, cantik buruknya penilaianmu hanya berdasarkan pengamatanmu atas lahiriahnya saja, sedang aku hanya menilai dari isi hatinya, bila hati seorang perempuan amat jelek, kendatipun dia berwajah cantik, aku hanya akan melihat kejelekannya belaka."

Dengan perasaan berterima kasih Cing-Cing semakin merapatkan tubuhnya dengan...

.... Halaman 15 - 16 hilang ....

Cing Cing menghela napas panjang. "Aaaai, tampaknya aku tak akan berhasil mengurungkan niatmu itu....?"

"Benar, aku harus pergi melakukan penyelidikan, lalu membuktikannya....!"

Kembali Cing Cing termenung berapa saat lamanya, kemudian dia baru berkata: "Long kun, kendatipun kau berhasil membuktikan, kuharap kau jangan melukainya."

"Demi peristiwa penculikan terhadap dirimu aku tak akan mencelakainya, sebab Giok Bu sia juga tidak mencelakai dirimu namun seandainya aku berhasil menemukan kalau dia sudah melakukan kejahatan lainnya, aku tak akan mengampuninya dengan begitu saja"

"Bagaimanapun juga, dia hanya seorang gadis muda, tak mungkin dia sudah banyak melakukan kejahatan"

"Hal itu mah harus bisa diputuskan setelah diketahui perbuatan apa saja yang telah dilakukan olehnya"

"Dia sendiri toh punya bapak?"

"Kalau begitu, dia lebih-lebih harus diberi hukuman, setelah mempunyai ayah seperti ini, segala tindak tanduknya harus berhati-hati, salah sedikit saja sudah pantas dijatuhi hukuman yang setimpal."

Kereta kuda itu berhenti ditengah sebuah persimpangan jalan. Cing-Cing dan Siau Im turun dari kereta sedang Siau Hiang tetap tinggal diatas kereta. Sambil melongokkan badannya dari balik kereta, Ting Peng berseru:

"Cing Cing, dari sini kalian boleh berangkat pulang, dan aku rasa tak mungkin ada mara bahaya lagi"

"Aku mengerti, akupun bukan seseorang yang mudah dipermainkan orang, tempo hari aku sudah teledor, maka selanjutnya aku pasti akan bertindak lebih berhati-hati"

Ting Peng segera manggut-manggut, kembali ujarnya: "Cing Cing, aku harus minta maaf karena tak bisa melindungimu sepanjang hari, bahkan sebaliknya aku telah mendatangkan banyak ancaman bahaya bagimu"

"Soal ini tak bisa menyalahkan kau, dalam kenyataan justru akulah yang telah memancing datangnya kesulitan untukmu karena golokmu...."

"Dahulu, memang disebabkan golok ini, tapi sekarang disebabkan diriku, semua kesulitan yang ada sekarang semuanya terjadi dan ditujukan hanya padaku seorang"

"Meski golok itu menakutkan, tapi bagaimanapun juga golok itu milikku."

Golok itu baru akan menakutkan bila dia berada ditangan seseorang yang menakutkan pula. Walaupun golok bulan sabit adalah sebilah golok iblis yang mengerikan, tapi senjata tersebut baru akan memperlihatkan kekuatan yang luar biasa bila benda tersebut berada ditangan Ting Peng.

Kini Ting Peng sudah jauh melampaui kehebatan dari golok tersebut. Bukan hanya Cing Cing yang tahu, setiap orang yang pernah merasakan kerugian. Di ujung golok bulan sabit pada tahu, banyak orang merasa tidak tentram, mereka selalu mencari jejak dari golok iblis tersebut, tapi ketika Ting Peng muncul dengan membawa golok tersebut, mereka sudah melupakan goloknya, seluruh perhatian mereka terpaksa harus dipusatkan pada orang yang memegang golok tersebut.

Dahulu mereka selalu berusaha dan berdaya upaya untuk menghancurkan golok tersebut, sekarang mereka berdaya upaya untuk memusnahkan manusianya. Sayang sekali, Ting Peng bukan seorang manusia yang mudah dipunahkan dengan begitu saja. Sebab dia terlalu menyendiri, tiada orang yang dapat mengikat tali perhubungan dengannya, tiada orang yang sanggup mendekatinya.

Bila orang tak dapat mendekatinya, berarti banyak sekali rencana busuk yang tak sanggup digunakan. Orang yang paling berbahaya seringkali akan muncul justru disisi tubuhnya, itu namanya musuh dalam selimut. Ting Peng cukup memahami akan teori tersebut, maka dari itu dia hanya membawa Siau Hiang dan Ah ku berdua untuk mendampinginya. Kedua orang itu semuanya merupakan orang-orang yang paling dipercayai olehnya.

Bila orang tak bisa mendekatinya dan mencelakainya, maka terpaksa mereka harus mengatur perangkap atau jebakan untuk mencelakainya, tapi inipun terlampau sukar, jebakan yang macam apapun tak akan sanggup menahan sebuah bacokan golok saktinya. Ting Peng cukup memahami akan hal ini, orang lain lebih-lebih memahami akan hal tersebut. Oleh sebab itu hingga kini, tiada orang yang berani mencoba-coba.

Memandang hingga Cing Cing dan Siau Im pergi jauh, Ting Peng baru berkata kepada Ah ku dengan suara tandas: "Sin kiam san ceng!"
Ah ku adalah seorang rekan yang baik, dia tak pernah berbicara, diapun tak akan bertanya, begitu perintah diturunkan, dia hanya tahu untuk melaksanakannya. Tapi Siau Hiang merasa terperanjat sekali. Kereta berjalan kencang membuat ruang seluruh kereta bergoncang keras, tak tahan dia bertanya:

"Kongcu, rupanya kau curiga kalau Giok Bu sia adalab Cia Siau giok dari perkampungan Sin kiam san ceng, tapi bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi?"

Ting Peng hanya tertawa tanpa menjawab, terpaksa Siau Hiang harus membungkan kembali. Sebenarnya dia adalah seorang anak gadis yang menyenangkan, dia tahu kalau lelaki paling benci dengan perempuan yang banyak cingcong, walaupun sesungguhnya dia ingin sekali mengucapkan beberapa patah kata.

Kereta kuda yang megah dan mewah itu akhirnya berhenti di tepi sungai didepan perkampungan Sin kiam San ceng. Berhubung kemunculannya sangat tiba-tiba, pihak perkampungan tak sempat melakukan persiapan apapun, maka kereta yang mewah itupun tak sempat dikirim ke tepi seberang"

Ting Peng tidak terlampau tergesa-gesa Ah Ku pun tidak kelewat terburu napsu, apalagi Siau Hiang, tentu saja ia tidak perlu gelisah, maka mereka pun menanti di dermaga dengan sikap yang amat tenang. Agaknya mereka amat penyabar, tapi orang-orang dalam perkampungan Sin kiam san-ceng justru sudah kehilangan kesabarannya terutama sekali Cia Siau giok.

Untung saja dia tidak terlalu lama merasa gelisah, secara diam-diam Cia sian seng telah mendekatinya, lalu membisikan sesuatu ke sisi telinganya. Raut wajah Cia Siau giok segera berubah agak lega, dia melangkah masuk ke dalam sebuah ruang rahasia, di dalam sana sudah menanti dua orang kakek.

Walaupun dibagian luar mereka kenakan jubah berwarna hitam, tapi secara lamat-lamat masih dapat menyaksikan pakaian berwarna emas atau perak dibaliknya. Begitu Cia Siau giok masuk, dua orang kakek itu segera bangkit berdiri sambil menyapa:

"Nona, baik-baik kau"

"Empek Kim, Empek Gin, sewaktu datang tadi apakah kalian telah melihat kereta milik Ting Peng?"

Singa emas manggut-manggut. "Yaa, sudah kulihat, padahal kami memang datang karena hal ini, ketika kami dengar kereta Ting Peng dilarikan ke arah sini, kamipun buru-buru menyusul kemari."

"Mungkinkah kemunculan Ting Peng secara tiba-tiba ini ada hubungannya dengan masalah Giok Bu sia?" Cia Siau giok bertanya dengan kening berkerut.

Naga Perak tertawa getir. "Siapa yang tahu? Tapi kemungkinan kesitu memang besar sekali, karena belum lagi pulang ke rumah, ditengah jalan dia telah berpisah dengan Cing Cing dan langsung berangkat ke mari."

"Lantas darimana dia bisa tahu? Liu Yok siong memang pantas untuk mampus, tidak seharusnya kita biarkan dia tetap hidup didunia ini..."

"Sudah pasti bukan Liu Yok siong yang membocorkan, sewaktu ia meninggalkan kami, ia selalu berada dalam pengawasan yang ketat, belum pernah ia berhubungan dengan orang luar"

"Lantas siapa yang bilang? Kecuali dia, tiada orang yang akan mengetahui akan rahasiaku ini?"

"Bagaimanakah rahasia ini bisa bocor, lohu tidak tahu, tapi sudah pasti bukan Liu Yok siong, rasa bencinya terhadap Ting Peng jauh lebih mendalam dari pada siapa pun, tak mungkin dia akan memberi tahukan rahasia tersebut kepada Ting Peng"

Cia Siau giok menghela napas panjang. "Tapi Ting Peng toh sudah datang!" keluhnya.

Naga perak berpikir sebentar, kemudian katanya: "Apa maksud kedatanganya masih merupakan sebuah tanda tanya untuk kita, mungkin juga dia datang bukan dikarenakan persoalan dari Giok Bu sia."

"Kecuali soal itu, dia tidak beralasan datang kemari" bantah Cia Siau giok.

Kedua orang kakek itu kembali terjerumus dalam lamunan masing-masing, selang berapa saat kemudian, si Naga perak baru berkata:

"Kalau begitu, biar aku keluar dulu untuk mencari tahu maksud kedatangannya"

"Apa? Empek Gin, kau hendak pergi menjumpainya?"

"Benar, aku hendak pergi mencari tahu maksud tujuannya, akupun ingin mencoba permainan goloknya, aku ingin tahu benarkah dia mempunyai kemampuan yang tiada tandingannya di dunia ini"

Buru buru Singa emas berseru: "Loji, tindakan tersebut kelewat bahaya"

"Tidak menjadi soal" Naga perak tertawa: "aku dengar, dia amat ampuh dan berhasil melampaui setan tua di masa lampau, jika aku tidak pergi mencobanya, aku benar-benar merasa sukar untuk mempercayainya."

"Soal itu tak perlu dicurigai lagi, buktinya Thi yan berdua toh kehilangan lengan mereka dalam sekali ayunan golok? Banyak orang yang membuktikan sendiri"

Naga perak segera tertawa dingin. "Bukan aku mengibul, kalau cuma untuk mengutungi lengan Thi yan berdua mah kita berdua pun sanggup melakukannya"

"Empek Gin!" Cia Siau giok segera berkata pula, "sekalipun kau ingin berjumpa dengannya, toh tak usah memilih waktu seperti saat ini dan tempat semacam ini!"

Kala ini Naga perak tertawa. "Justru dalam keadaan dan saat seperti inilah pertemuan lohu dengannya baru akan terasa bermanfaat, bila mana perlu serahkan saja semua tanggung jawab tersebut diatas tubuh lohu, untung saja hubungan lohu dengan nona tidak diketahui orang lain"

"Loji, bila kau bersikeras hendak ke sana akupun tidak bermaksud untuk menghalangi mu, tapi kau harus berhati-hati" pesan Singa emas kemudian.

"Aku tahu, orang yang kita kuatirkan bukanlah Ting Peng, melainkan kabar berita tentang setan tua itu, apalagi antara Ting Peng dengan kita tak punya dendam sakit hati apa-apa, agaknya dia masih belum tahu tentang persoalan si setan tua itu"

"Selama ini dia selalu percaya kalau dia telah mengawini seorang istri rase"

Naga perak segera tertawa. "Kalau begitu biarkanlah dia mempertahankan pendapatnya itu, kita pun tak usah membongkar rahasia tersebut, toh hal ini ada keuntungan tiada kerugian apa-apa, tempo hari dia tidak membunuh Thi yan suami istri, aku rasa hari inipun dia tak akan membunuhku, sebab orang yang paling dibenci oleh si setan tua itu adalah mereka berdua"

"Loji, pokoknya lebih baik kalau pertimbangkan lebih berhati-hati" ucap Singa emas cepat, "bila kau rasakan musuh kelewat tangguh dan kau tak sanggup menghadapinya, lebih baik angkat kaki saja secepat-cepatnya"

Naga perak manggut-manggut dan berlalu, Singa emas berkata lagi: "Aku pun harus pergi, aku ingin turut menyaksikan sampai dimanakah kehebatan permainan golok Ting Peng yang dikatakan tiada tandingannya itu"

"Empek Kim!" ucap Cia Siau giok tertawa, "tampaknya kau memperhatikan keselamatan empek Gin?"

"Yaa, kami adalah sahabat lama, tentu saja aku sangat menguatirkan keselamatannya"

Sebenarnya Cia Siau giok hendak berkata begini. "Kalian dengan Thi yan suami istri pun merupakan sahabat lama, mengapa kalian begini tega membunuh mereka"?"

Tapi ucapan tersebut segera tertelan kembali setelah sampai diujung bibirnya. Dia tahu dalam kelompok manusia tersebut dalam persoalan yang begitu banyak, sudah pasti terselip masalah budi dan dendam diantara mereka pribadi, masalah yang pelik semacam itu tak mungkin bisa dipahami oleh siapa saja kecuali mereka yang bersangkutan.

Tapi, peristiwa macam apapun bila sudah terungkap maka dunia persilatan akan menjadi gempar, tentu saja banyak manusia akan jatuh korban. Tak usah jauh-jauh, Cia Siau giok sendiripun sudah merupakan sebuah teka-teki.

Dia adalah putri kandung dari sam sau-ya Cia Siau hong dari Sin kiam san ceng, perkampungan nomor satu dikolong langit dewasa ini. Berhubung tiada penyangkalan dari Cia Siau hong pribadi, berhubung gadis itu selalu tinggal di perkampungan Sin kiam san ceng, seolah-olah hal ini sudan pasti.

Perkampungan Sin kiam san ceng merupakan perkampungan termashur yang dianggap umat persilatan sebagai tempat suci, tapi segala tindak tanduk majikan perempuannya justru penuh dengan hawa sesat.

Bukan cuma begitu, dia pun merupakan pentolan dari sekelompok pembunuh, dia adalah jelmaan dari perempuan lain yang bernama Giok Bu sia. Selain itu dia mempunyai hubungan yang begitu akrab dengan Kim say dan Gin Liong dua orang tianglo dari Mo kau dimasa lalu.

Rahasia apakah yang sebenarnya berada dibalik semuanya itu? Tiada orang yang bisa menjawab teka-teki tersebut. Tapi di dunia ini tiada rahasia yang cepat atau lambat rahasia itu pasti akan terbongkar juga.

MENAKLUKKAN NAGA

TING PENG masih duduk dalam kereta. Siau Hiang bersandar diatas kakinya bagaikan seekor kucing kecil yang mengenaskan. Selamanya gadis ini mendatangkan perasaan menarik, lemah dan menawan bagi siapapun yang melihatnya, bagi lelaki mana pun juga, bila ada gadis semacam ini dalam pelukannya maka dia akan merasa seluruh dunia seolah-olah sudah menjadi miliknya.

Dia bukan seorang istri, bukan seorang kekasih, tapi asal ada dia berada disampingnya, lelaki manapun akan melupakan istrinya, melupakan kekasihnya karena gadis ini selain memberikan segala perasaan baginya. Dia pun seorang perempuan, tapi ia dapat mencegah timbulnya napsu birahi dari kaum lelaki yang bisa dia berikan adalah kepuasan yang suci dan bersih.

Hanya ada dua macam lelaki yang bisa menaruh napsu birahi terhadap dirinya. Pertama adalah lelaki paling kasar yang sama sekali tidak mengenal akan seni dan ketulusan perasaan. Kedua adalah lelaki yaag kelewat eksentrik, setelah menerima kehalusan gadis ini masih tetap akan merasakan daya tariknva sebagai orang perempuan.

Tentu saja Ting Peng bukan lelaki kasar. Tapi Ting Peng pun bukan seorang lelaki eksentrik, kendatipun demikian, disaat ia sedang memeluk tubuh Siau Hiang, ternyata muncul juga suatu perasaan yang aneh. Perasaan aneh itu bukan dorongan napsu birahi, dia hanya ingin menelan janji gadis yang berbau harum dan bertubuh indah ini, kemudian memeluknya kencang-kencang dan mengendusi seluruh badannya, menikmati keharuman badannya.

Mungkin saja dalam keadaan demikian ia dapat melakukan tindakan selanjutnya tapi dalam keadaan sekarang, dalam hati kecilnya hanya mempunyai satu niatan. Bagi pandangan orang lain mungkin dia cantik dan suci bersih, tapi dalam pandangannya dia menawan hati. Ting Peng memang seorang lelaki yang segera bertindak setelah berpikir, maka begitu ingatan mana melintas lewat, dia segera berseru dengan lantang:

"Ah Ku, putar kereta dan cari tempat untuk beritirahat, besok kita baru datang lagi"

Sekarang belum lewat tengah hari, jaraknya hingga besok masih cukup lama, kalau toh besok baru datang, buat apa mesti menunggu disana lebih lama lagi? Karena dari sini menuju ke kota yang terdekatpun paling tidak membutuhkan waktu selama satu jam.

Tapi Ah Ku memang seorang pembantu yang setia, dia hanya tahu melaksanakan perintah, selamanya tidak banyak bertanya. Maka dia segera membalikkan keretanya dan bernagkat menuju ke arah jalan semula. Dibawah kendalinya, keempat ekor kuda jempolan tersebut sudah teramat jinak dan penurut.

Binatang-binatang tersebut merupakan kuda jempolan pilihan yang setiap hari bisa menempuh seribu li, meski kurang leluasa dan terbiasa pada mulanya ketika dipakai untuk menghela kereta, tapi lama kelamaan mereka jadi terbiasa, bahkan bisa memberikan penampilan yang sangat bagus sekali.

Ketika binatang itu mulai bergerak ke depan, delapan kaki depan mereka diangkat bersama-sama dan jatuh ke tanah bersama juga, hingga kereta bisa bergerak maju secepat terbang. Bila keempat ekor kuda itu sudah mulai bergerak maju, sulitlah untuk mengehentikan kereta yang berat tersebut seketika.

Tapi baru seratus kaki mereka bergerak mendadak kereta itu berhenti sendiri. Ah-ku tidak mengendalikan mereka, adalah kuda-kuda itu sendiri yang berhenti. Sebab ditengah jalan telah berdiri seseorang.

Seorang manusia berbaju perak yang mengenakan topeng berwarna perak, dibawah topeng nampak jenggotnya yang berwarna putih, sehingga dari sini dapat diketahui kalau dia adalah seorang lelaki, seorang kakek.

Kuda-kuda tersebut sama sekali tidak terlatih untuk berhenti bila melihat manusia setelah ditemukan kusir yang berpengalaman macam Ah ku, latihan semacam itu sesungguhnya sama sekali tak berguna. Bila ada orang ditengah jalan yang tak sempat menghindar, cambuk panjang Ah ku bisa mendahului terjangan kudanya untuk menggulung tubuh orang itu dan membawanya ke tepi jalan.

Ada suatu ketika, dihadapannya terdapat seorang kakek yang menunggang keledai, mungkin keledainya sedang mengambek dan mogok ditengah jalan. Padahal kereta Ah ku sudah menerjang tiba, dia lantas bertindak dengan cambuk panjangnya menggulung orang berikut keledainya dan disingkirkan ke tepi jalan.

Alhasil orang dan keledainya selamat, tapi dua orang penonton ditepi jalan segera jatuh pingsan saking kagetnya. Seandainya ada orang berusaha menghalangi jalan perginya, maka bila cambuk Ah ku menyambar, rintangan macam apapun akan segera tersingkirkan dari sana.

Tapi kakek itu sanggup membuat kuda jempolan yang sedang lari berhenti seketika, bahkan bisa memaksa cambuk Ah ku yang lihay tak berkutik sama sekali. Dari sini dapat diketahui kalau orang tersebut memang luar biasa sekali.

Dia berdiri ditengah jalan tanpa berkutik tapi dari balik tubuhnya terpancar keluar kekuatan tanpa wujud yang menggidikkan hati, membuat siapapun tak berani mengusiknya.

Tangan Ting Peng masih membelai rambut Siau Hiang yang lembut, ini sudah menjadi kebiasaannya, kebiasaan selama berada dalam kereta. Ketika kereta berhenti secara tiba-tiba, Siau Hiang mendongakkan kepala sambil memandang keluar, tiba-tiba ia menjerit kaget.

"Aaah, Gin liong tianglo!"

Ting Peng masih membelai rambut si nona dengan tenang, katanya acuh tak acuh: "Apakah Gin liong dari Mo kau dimasa lalu?"

Siau Hiang manggut-manggut. Kembali Ting Peng bertanya: "Apakah Thi yan siang hui sekomplotan dengan mereka?"

Sekali lagi Siau Hiang mengangguk, bisiknya lirih: "Dalam empat tianglo, dia menempati urutan kedua, jauh lebih hebat dari pada Thi yan suami istri."

Ting Peng tertawa: "Kalau begitu mah tak usah dikagetkan, agaknya mereka semua telah berhianat kepada Mo kau?"

Kembali Siau hiang mengangguk. "Benar, mereka dan Kim say tianglo telah berkomplotan secara diam-diam dengan pihak lima partai besar, menghianati perkumpulan dan menghancur lumatkan Mo kau, kalau tidak, kekuatan dan kekuasaan Mo kau tak akan musnah secepat ini."

"Benarkah tingkah laku Mo kau dimasa lampau sudah mencapai tingkatan sedemikian rupa sehingga disumpahi dan dikutuk setiap umat persilatan di dunia ini?"

"Soal ini.... budak tidak begitu jelas, tak berani berbicara seenaknya sendiri"

"Tak menjadi soal, katakan saja, menurut pendapatmu bagaimanakah sikap mereka?"

"Sewaktu aku dilahirkan, Mo kau telah punah, maka aku sendiri kurang begitu jelas, tapi menurut apa yang kudengar dikemudian hari, segala perbuatan Mo-kau memang dikutuk dan disumpahi orang"

"Kalau begitu penghianatan mereka toh termasuk suatu perbuatan yang tepat dan bijaksana?"

"Tapi menurut apa yang budak pahami kemudian, bukan demikian latar belakangnya, walaupun peraturan yang berlaku dalam Mo kau berbeda dengan peraturan di daratan Tionggoan, tapi merekapun mempunyai peraturan yang melarang setiap orang sembarangan membunuh"

"Kalau memang demikian, apa sebabnya perbuatan mereka sampai disumpahi dan dikutuk setiap orang?"

"Hal ini disebabkan kaucu dari Mo kau harus mempelajari semacam ilmu silat baru dan mengasingkan diri, maka semua urusan partai diserahkan kepada mereka untuk melaksanakannya, siapa tahu tindak tanduk mereka terkutuk sehingga akibatnya merusak pamor Mo kau dan menjadi musuh umum umat persilatan, menanti kepandaian silat kaucu telah berhasil, mereka kuatir kaucu tak akan mengampuni dosa-dosa mereka, maka merekapun berhianat dan bersekongkol dengan pihak lima partai besar"

"Jadi kalau begitu, merekalah melakukan kejahatan tersebut?" kata Ting Peng menegaskan.

"Begitulah menurut pengertian budak."
"Masa pihak lima partai tidak mengetahui akan hal ini?"

"Soal tersebut kurang begitu jelas, tapi yang pasti tiada orang luar yang tahu kalau kaucu kami hendak menutup diri, anggota Mo kau sendiripun jarang yang mengetahui rahasia tersebut, tapi mereka telah menjatuhkan semua tanggung jawabnya kepada kaucu hingga jadinya susah di bantah lagi oleh semua pihak."

Ting Peng manggut-manggut. "Jadi para ciangbunjin dari lima partai besar telah meminta bantuan dari Cia siau hong sebelum berhasil memaksa Kaucu dari Mo kau terjatuh kebawah jurang bukit Ci-lian san?"

"Benar, seandainya bukan gara-gara Cia Siau hong, sekalipun cianghunjin dari lima partai bersatu padu pun belum tentu mampu menghadapi kelihayan dari kaucu"

"Tapi aku lihat Cia Siau hong adalah seorang yang mengutamakan soal cengli?"

"Cia tayhiap tidak tahu menahu tentang keadaan yang sebenarnya, sedang kaucu juga enggan memberi penjelasan."

"Mengapa dia enggan menerangkan hal yang sebenarnya?"

"Waktu itu dia belum tahu kalau dari empat orang kepercayaan ada tiga diantaranya telah berhianat, sekalipun ia merasa tak puas terhadap perbuatan mereka, toh kesalahan mana tak bisa dilimpahkan keatas kepala anak buahnya, dia adalah seorang yang tinggi hati."

Biasanya orang yang tinggi hati adalah seorang yang berani bertanggung jawab. Paras muka Ting Peng sekarang telah dilapisi oleh perasaan kagum dan menghormat yang tebal, sambil sambil membopong goloknya dia melompat turun dari atas kereta.

Ah ku yang duduk ditempat kusir tampaknya sudah dibikin keder oleh kewibawaan kakek itu, ia duduk tak berkutik. Namun Ting Peng masih tetap bersikap santai dan tenang, sama sekali tidak terpengaruh oleh keadaan di depan matanya. Dia cuma tertawa, lalu bertanya:

"Sudah kau dengar semua apa yang kami bicarakan sewaktu berada dalam kereta tadi?"

"Lohu belum tuli, telinga masih berfungsi seperti sedia kala!"

"Apakah penuturan Siau hiang barusan terdapat bagian-bagian yang rasanya kurang adil?"

"Persoalan dalam dunia persilatan sukar untuk ditimbang dengan masalah keadilan, bisa saja bagi lohu untuk mencari setumpuk alasan untuk membantah, tapi sayang sekali percekcokan hanya kerja kaum wanita, lohu tak sudi melakukannya"

"Bagus sekali, puas, sungguh memuaskan, kau memang tak malu disebut sebagai jagoan hebat"

Naga perak tertawa. "Aku datang untuk mencoba kejantanan golokmu, selain itu juga ingin mengajukan satu pertanyaan kepadamu, siapa yang mengajarkan ilmu golok tersebut? Sekarang dia berada dimana?"

"Sebelum kau, Thi yan siang hui pernah menanyakan juga persoalan itu, setelah lengan mereka kutung, kedua orang itu masih rela menyerahkan nyawanya untuk ditukar dengan jawaban tersebut."

"Keadaan lohu berbeda sekali, tanganku masih utuh dan tetap segar bugar...."

"Senjata apa yang kau pergunakan? sekarang sudah boleh persiapkan...!"

Kembali Naga perak tertawa. "Tentu saja lohu pun menggunakan golok, tapi golokku tak akan melebihi ditanganmu, lebih baik tak usah dicabut keluar, lohu akan mencoba kehebatanmu dengan tangan kosong saja"

Ting Peng akan menunggu sampai dia menyelesaikan perkataan itu, tahu goloknya telah dicabut keluar kemudian diayunkan ke muka. Menyaksikan datangnya sambaran golok tersebut, Naga perak masih tetap berdiri tak berkutik, menanti mata golok sudah satu kaki dihadapannya, ia baru memperlihatkan rasa ngeri bercampur takut, buru-buru tubuhnya mundur ke belakang.

Ting Peng tidak mengejar, malah dia masukkan kembali goloknya ke dalam sarung dan balik kembali ke atas keretanya.

Naga perak baru berhenti setelah mudur sejauh lima enam langkah, saat itulah dia berteriak. "Sebuah bacokan golok yang amat cepat!"

Ketika menyelesaikan perkataan itu, batok kepalanya sudah terbelah menjadi dua bagian. Betul-betul sebuah bacokan yang cepat, bacokan yang menggidikan hati.

* * *

Kereta kuda sudah berangkat menelusuri jalan, singa emas masih menyembunyikan diri ditempat kegelapan terbungkam dalam seribu bahasa. Rupanya ia sudah dibikin ketakutan setengah mati.

Cia Siau giok pun berada disampingnya pucat pias paras mukanya, dia seperti lagi memikirkan suatu persoalan. Ia sedang berpikir, andaikata bacokan golok dari Ting Peng ditujukan ke tubuhnya apa yang harus dia lakukan. Dua orang itu sama-sama membungkam sama-sama tidak berbicara, lama, lama kemudian...

Akhirnya Kim say tianglo baru sadar kembali dari lamunannya, dengan perasaan bergidik katanya. "Sebuah bacokan maut, sebuah bacokan yang mengerikan hati...."

Cia Siau giok tak dapat menyangkal, mereka hanya sempat menyaksikan Ting Peng mengayunkan goloknya. Tapi tak sempat melihat dengan pasti dari arah manakah bacokan golok tersebut berhasil membelah si Naga perak menjadi dua bagian. Satu-satunya orang yang mengetahui hal ini dengan pasti mungkin hanya si Naga perak pribadi.

Setelah termakan bacokan itu, dia masih dapat mundur sejauh lima kaki, masih dapat mengutarakan perasaannya setelah termakan bacokan itu, sebelum tubuhnya terbelah menjadi dua bagian. Bacokan tersebut benar-benar merupakan sebuah bacokan kilat yang mengerikan. Kini, kereta tersebut meluncur ke arah luar, paling tidak hari ini tak mungkin akan kembali lagi.

Sambil menghembuskan napas panjang, Cia Siau giok berkata. "Untuk ke empat kalinya kusaksikan ia melepaskan bacokan mautnya, tapi sungguh mengherankan, tenaga dalamnya kali ini sepertinya jauh lebih sempurna dari beberapa hari berselang, sewaktu ia membacok Thi Yan siang hui tempo hari, aku masih dapat menyaksikan dengan jelas, tapi hari ini, bacokannya seperti tak berwujud lagi"

Kim say tianglo menghela napas panjang. "Nona" katanya kemudian, "untuk menghadapi Ting Peng, jelas kita sudah tak berdaya lagi untuk menghadapinya dengan cara kekerasan, kita semua bukan tandingannya, kita harus menghadapinya dengan menempuh cara lainnya"

Cia Siau giok tertawa getir tanpa mengucapkan sepatah katapun, gampang memang untuk berkata bahwa cara lain masih banyak, tapi ia telah mencoba dengan berbagai cara sampai boleh dibilang dia sudah kehabisan akal, namun tak sebuah pun yang pernah berhasil menandingi Ting Peng.

Tapi dia harus mencarinya, bahkan harus mendapatkannya dengan cepat. Sebab besok Ting Peng akan datang mencarinya lagi, bila ia telah datang besok kendatipun ia tidak mengirim perahu untuk menjemputnya, toh cara ini tak akan menghalangi kedatangannya disana.

Untung saja Ting Peng baru akan datang lagi besok pagi, berarti masih ada waktu selama semalaman suntuk baginya untuk berpikir. Waktu selama semalaman bisa jadi akan merubah banyak persoalan, bahkan siapa tahu dalam malam tersebut dia berhasil menemukan suatu cara yang terbaik untuk menghadapi Ting Peng?

Waktu seringkali memang merupakan alasan terutama dari penyebab berubahnya segala sesuatu. Seorang pemberani dapat berubah menjadi pengecut, seorang perempuan suci dapat berubah menjadi wanita jalang. Banyak sekali jagoan yang tak terkalahkan, akhirnya roboh juga karena waktu. Bahkan waktu dapat merubah sejarah, dapat pula menciptakan sejarah baru.

.... Halaman 49 - 50 hilang ....

Padahal dalam perkampungan Sin kiam san-ceng terdapat dua ratus macam racun, dua ribu macam cara dan senjata untuk membunuh orang, terdapat pula puluhan orang pembunuh yang paling termashur dalam dunia persilatan dewasa ini.

Akan tetapi Cia Siau giok tidak mempergunakannya semua, sebab Cia Siau giok mengerti, walaupun dia mempunyai dua ribu dua ratus dua puluh macam cara dan alat untuk membunuh orang kenyataannya tak semacam pun yang sanggup digunakan untuk membunuh Ting Peng.

Kini Ting Peng sudah naik keatas perahu, Cia Sian giok tidak menjalankan perahu tersebut ke arah perkampungan Sin kiam san-ceng sebaliknya pelan-pelan berlayar menelusuri sungai di depan perkampungan itu.

Sungai itu tidak terlampau lebar, kurang lebih setengah jam pun sudah cukup mengitari satu kali, itupun dijalankan amat lambat, kalau dijalankan cepat, dalam setengah jam saja paling tidak sudah berputar sebanyak empat lingkaran.

Cia Siau giok cuma berharap bila Ting Peng sedang berang dan meloloskan goloknya, hanya dia seorang yang terbacok mati, dia berharap pemuda itu jangan sampai menghancurkan perkampungan Sin kiam san ceng yang telah dibangunnya dengan susah payah itu.

Meskipun perkampungan Sin kiam san-ceng sudah ada semenjak dulu, bahkan selalu tersohor dalam dunia persilatan, namun tak pernah semegah dan secemerlang sekarang. Dahulu, tempat itu hanya suatu tempat sebuah perkampungan, tapi sekarang entah seperti apa, tapi yang pasti tidak mirip perkampungan Sin kiam san ceng yang dulu.

Perahu itu berputar empat lingkaran di sungai, sudah dua jam dilalui, Ting Peng pun sudah menghabiskan beberapa kati arak, namun goloknya belum pernah dicabut. Cia Siau giok tahu kalau nyawanya sudah tak bisa diselamatkan lagi. Hanya dia sendiripun tak tahu, mengapa Ting Peng belum juga membunuhnya.

Ting Peng naik keperahu dengan mengajak Ah ku dan Siau hiang. Perahu itu terbagi menjadi dua tingkat, tingkat atas adalah ruang loteng, meja perjamuan diselenggarakan disitu, Ah ku duduk dibagian bawah. Antara atas dan bawah sesungguhnya tidak jauh berbeda, semua peralatannya sama hanya tingkat atas jauh lebih tinggi letaknya.

Lagipula kalau dibilang bagian bawah sesungguhnya jauh lebih tinggi tingkatannya daripada tingkat atas, sebab setiap macam sayur yang keluar dari dapur pasti di tahan sebagian oleh Ah ku, bahkan harus dicicipi olehnya lebih dulu sebelum boleh diangkut ke atas.

Siau hiang menanti di anak tangga, dia yang menerima sayur tersebut dan menyampaikannya ke atas. Bila sayur itu sudah melalui pemeriksaan dan pengawasan dari kedua orang itu, maka siapapun dilarang memegangnya lagi.

Untung saja Cia Siau giok tidak melakukan tindakan yang bodoh dalam sayur dan arak itu, dia hanya berharap bisa meredakan sebagian hawa amarah Ting Peng dengan sayur dari arak terbaik, mengurangi sedikit hawa membunuhnya, dengan demikian mungkin sekali selembar jiwanya dapat diselamatkan.

Sekarang, mungkin saja selembar jiwanya sudah dapat diselamatkan dari ujung tanduk. la baru saja bersyukur, akan keberuntungannya, ketika Ting Peng membuka suara.

"Kemarin aku datang mencarimu, aku bermaksud membunuhmu"

"Aku mangerti" Cia Siau giok mengangguk.

Dia hanya mampu mengucapkan dua patah kata itu saja, sesungguhnya ia bisa saja menjawab dengan beratus-ratus patah kata, malah mungkin jauh lebih enak di dengar daripada dua patah kata tersebut tapi akhirnya toh dia hanya menggunakan dua patah kata itu saja.

Dia tahu kata-kata manis, bujuk rayu macam apakah masih belum cukup untuk melindunginya, bila ingin menjawab sejujurnya, dua patah kata itulah merupakan kata-kata yang jujur.

"Tahukah kau apa sebabnya aku hendak membunuhmu?" kembali Ting Peng bertanya.

Cia Siau giok berpikir sejenak, kembali dia mengangguk. "Aku tahu!"

Jawaban inipun jawaban yang jujur, tapi justru mengandung banyak sekali latar belakangnya, juga termasuk pengakuannya bahwa dia adalah Giok Bu sia.

Ting Peng bukan seorang yang amat banyak bicara, dia suka dengan jawaban yang singkat, tandas dan jelas seperti ini, maka dia pun amat puas dengan jawaban tersebut. Kembali ujarnya sambil tertawa: "Hari ini aku kembali datang untuk membunuhmu"

"Aku tahu!" untuk sekian kalinya Cia Siau giok mengangguk.

"Tapi sekarang aku justru tak ingin membunuhmu" kata Ting Peng sambil tertawa.

"Terima kasih banyak Ting toako" Cia Siau giok turut tertawa. Jawabnya masih tetap enteng dan leluasa, seakan akan tidak terlampau merasa gembira karena baru saja berhasil menemukan kembali nyawanya.

Ting Peng sendiripun tidak merasa keheranan, ia bertanya lagi sambtl tertawa: "Tahukah kau, mengapa aku tak ingin membunuhmu?"

Cia Siau giok termenung sejenak, kemudian baru menjawab. "Aku tahu"

"Kau benar-benar tahu!" kali ini Ting Peng merasa sedikit agak kaget bercampur tercengang.

"Yaa, aku benar benar tahu"

"Coba katakan!"

"Sebab pertama, Aku tidak mencelakaimu, tidak mencelakai pula binimu, kedua aku tidak mengacau dirimu lagi, tiga Aku sudah menyerahkan diri siap menerima kematian dan tidak memberikan perlawanan lagi. Keempat... setiap jawaban yang kuberikan semuanya adalah jawaban yang sejujurnya, tidak dibuat-buat lagi..."

ALASAN YANG KE LIMA

Cia Siau Giok telah menyebutkan empat macam alasan, setiap alasan sudah cukup memenuhi syarat untuk membebaskannya dari kematian, oleh sebab itu dia menjawab dengah penuh kepercayaan pada diri sendiri.

Walaupun Giok Bu sia telah menculik Cing cing, namun tak pernah mencelakainya, lagipula dia pun tak mengakibatkan Ting Peng menderita kerugian apa-apa, tentu saja Ting Peng pun tidak mempunyai keharusan untuk membunuhnya.

Dulu, meskipun Cia Siau giok pernah memasang perangkap untuk menjebak Ting Peng, namun hari ini dia bersikap sopan santun dan cukup tahu diri. Meskipun Cia Siau Giok tahu Ting Peng hendak membunuhnya, namun dia tidak mempersiapkan perlawanan apapun, sebagai seorang pendekar besar seperti Ting Peng, tentu saja dia tak akan membunuh seorang gadis yang tidak melawan.

Setiap pertanyaan selalu dijawab Cia Siau giok dengan jujur, ia tak pernah membantah atau melakukan pembelaan terhadap setiap perbuatannya, berada dalam keadaan seperti ini, sanggupkah bagi Ting Peng untuk turun tangan?

Tapi Ting Peng toh menggeleng juga. "Kau keliru!?" ia berkata.

"Aku keliru?" Cia Siau Giok tertegun. Ia seperti tidak percaya kalau Ting Peng masih mempunyai alasan yang ke lima.

Sambil tertawa Ting Peng menjawab. "Benar, kau keliru, aku hendak membunuhmu disebabkan satu alasan, aku tidak membunuhmu juga disebabkan satu alasan, tapi bukan alasan-alasan yang telah kau sebutkan tadi"

"Lantas apa alasannya?" tak tahan Cia Siau giok bertanya.

"Karena kau adalah putrinya Cia Siau hong" Itulah sebuah alasan yang sangat baik.

Cia Siau giok termenung sejenak, kemudian baru berkata: "Karena aku adalah putrinya Cia Siau hong, maka aku pantas mati"

"Putrinya Cia Siau hong tidak pantas mati, tapi putri Cia Siau hong yang melakukan perbuatan-perbuatan itu pantas mati!"

Cia Siau hong adalah seorang pendekar besar yang dihormati setiap umat persilatan didunia ini, sebaliknya putrinya telah menjadi pemmpin dari sekelompok pembunuh bayaran, perbuatan semacam ini memang pantas dibunuh. Siapa pun tak dapat menyangkal kalau alasan tersebut merupakan suatu alasan yang tepat.

Tapi Cia Siau giok tidak puas dia berseru: "Ting toako, bila kau membunuhku karena alasan ini, maka aku benar-benar merasakan amat penasaran"

"Oya?"
Dengan semangat yang menyala-nyala Cia Siau giok berkata lagi: "Ayahku memang amat termashur, tapi ia menjadi termashur karena mengandalkan pedangnya itu"

Ucapan inipun tak dapat disangkal siapa pun, perkampungan Sin kiam san ceng memang menjadi tenar berkat kelihayan pedangnya.

Cia Siau giok berkata lebih jauh. "Pedang ayahku bisa menjadi tenar karena pedangnya sudah pernah membunuh banyak sekali jago pedang ternama, atau dengan perkataan lain, dia menjadi ternama karena membunuh orang, bahkan orang yang tewas diujung pedangnya belum tentu setiap orang mempunyai kesalahan yang pantas untuk dihukum mati"

Ting Peng hanya manggut-manggut, dia tak tahu bagaimana harus menjatuhkan perkataannya itu.

"Bila kau adalah musuh ayahku" kata Cia Siau giok lagi, demi membalas dendam baru membunuhku, alasan tersebut masih bisa diterima sebagai suatu alasan, tapi aku tahu kau bukan dikarenakan membalas dendam, kau ingin membunuhku karena aku adalah Giok Bu sia, padahal Giok Bu sia tak lebih hanya seorang manusia yang pernah membunuh sekelompok manusia, tidak jauh berbeda seperti ayahku membunuh orang. Mengapa kalau ayahku yang membunuh maka perbuatannya benar, sedang putrinya yang membunuh orang justru harus dijatuhi hukuman yang setimpal?"

"Itu berbeda, sebah ayahmu belum pernah membunuh orang disebabkan karena upah sejumlah uang"

"Lantas dia membunuh orang dikarenakan apa?"

Ting Peng merasa tertegun dan tak sanggup menjawab pertanyaan tersebut. Yaa, Cia Siau hong pernah membunuh banyak sekali orang kenamaan, tapi karena apa? Karena mempertahankan nama besarnya?

Mula-mula ia tak senang ada orang lebih ternama dari pada dirinya, ia mencari orang itu dan menantangnya untuk berduel, setelah pihak lawan roboh terbunuh, dia menjadi semakin tenar. Lambat laun dia pun berjumpa dengan sekawanan manusia lain yang ternama, masing-masing tidak puas dengan kebolehan lawannya hingga terjadi pertarungan, ia berhasil membunuh lawan dan dia pun mendapat julukan sebagai jago pedang yang tiada bandingannya.

Sampai pada akhirnya, baru muncul manusia-manusia yang kalah tenarnya dari dia, mereka bermunculan dengan harapan bisa mengalahkan dia dan menjadi ternama, datang mencarinya, menantangnya berduel, tapi kemudian tewas di ujung pedangnya. Entah berada dalam keadaan macam apa pun, sebagai alasannya hanya satu, yakni nama.

Maka dengan semangat yang menyala-nyala Cia Siau giok berkata lebih jauh: "Ayahku membunuh orang karena nama sedang aku membunuh orang karena upah, aku rasa kedua hal tersebut sama sekali tak ada perbedaannya, bahkan aku menganggap diriku masih jauh dapat diampuni dari pada ayahku, aku membunuh karena upah, ada kalanya aku justru mendapat pesanan untuk membunuh sekawanan orang jahat, selain menguntungkan orang lain pun menguntungkan diri sendiri, ada kalanya pihak lawan memang tidak terlalu jahat, aku hanya bisa merugikan orang tapi menguntungkan diri sendiri. sebaliknya ayahku yang membunuh orang, selalu merugikan orang, dia sendiri tak berhasil mendapatkan keuntungan apa-apa!"

Ting Peng hanya bisa menghela napas.. Cia Siau giok berkata makin gencar:

"Aku tahu, perkataanku barusan hanya alasan yang terlalu dibuat-buat, belum tentu kau dapat menerimanya, tapi aku masih mempunysi satu hal yang bisa menunjang pendapatku ini, dari dulu sampai sekarang, belum pernah ada seorang manusia pun yang pernah mengajarkan kepadaku, bagaimana caranya menjadi putri, Cia Siau hong yang baik, termasuk ayahku sendiri juga tak pernah mengajarkan hal itu kepadaku. sedang aku jauh sebelum aku mengetahui asal usulku yang sebenarnya, sebelum datang ke perkampungan Sin kiam san ceng ini, aku telah menjadi Giok Bu sia, karena kehidupan tersebut merupakan gaya hidupku yang sesungguhnya"

"Dahulu, kau tidak tahu kalau kau adalah putrinya Cia Siau hong?"

"Benar, kalau tidak, akupun tak akan menjadi Giok Bu sia, walaupun aku tidak pintar, tapi aku tahu perananku sebagai Giok Bu sia dan putri Cia Siau hong adalah dua peranan yang bertentangan, dan berperan sebagai putrinya Cia Siau hong harus bersikap jauh lebih baik dari pada sewaktu berperan sebagai Giok Bu sia, tapi sayang sekali aku justru telah menjadi Giok Bu sia lebih dulu, untuk menjadi seorang tuan putri yang bersih dan suci, aku harus melepaskan diri dari ikatanku dengan Lian im cap si sat."

"Maka kau baru datang mencariku?"

Cia Siau giok segera tertawa. "Lian im cap si sat bukanlah lelaki dan perempuan yang baik, bukan suatu cara yang mudah untuk melepaskan diri dari belenggu mereka, kecuali pedang ayahku, hanya golokmu yang sanggup menolongku. ayahku sudah pasti tak akan sudi melakukan pekerjaan bagiku, itulah sebabnya terpaksa aku datang mencarimu."

Sekarang, Ting Peng hendak menghela napas pun tak mampu lagi....
Selanjutnya,
Golok Bulan Sabit Jilid 22

Golok Bulan Sabit Jilid 21

Golok Bulan Sabit Jilid 21
Karya : Khu Lung
Penyadur : Tjan ID

Cerita silat Mandarin Karya Khu Lung
GERAK geriknya selincah kelinci, caranya turun tangan seganas serigala, siapa tahu kedua orang perempuan itupun bukan manusia sembarangan, dikala ia menerjang tiba, sekali jumpalitan tahu-tahu mereka sudah berkelit dari terjangan orang.

Tanpa menggunakan banyak tenaga, tak lebih cuma memanfaatkan tenaga terkamannya, tahu-tahu Liu Yok siong sudah di bikin berubah posisi badannya dan jatuh, terjerembab diatas tanah. Apa lacur pantatnya yang menghajar lantai terlebih dulu, kontan saja tubuh Liu Yok siong melengkung jadi satu dan bercucuran air matanya karena kesakitan.

Dalam keadaan seperti ini, rasa bencinya terhadap orang yang menghadiahkan obat perangsang tersebut kepadanya boleh dibilang telah mendarah daging, kalau bisa dia ingin mencincang tubuh bajingan tersebut menjadi berkeping-keping sebelum rasa mangkelnya dapat diatasi. Dia benci karena obat tersebut demikian manjurnya, hingga sebelum pelampiasan terjadi, daya rangsang obatnya tak akan berakhir.
Kalau berada dihari-hari biasa, sekalipun terbanting ke tanahpun tak menjadi soal, tapi berada dalam situasi yang "kritis" seperti saat ini, sekalipun ada benda berat yang dijatuhkan ke tubuhnya pun akan berakibat kesakitan hebat, apalagi terbanting dalam keadaan sekeras itu.

Liu Yok siong tidak sampai gila, tapi pada detik-detik tersebut akibatnya membuat dia seperti kehilangan nama. Setelah diulas dan dipijit-pijit sekian lama, dengan susah payah akhirnya dia berhasil juga menghilangkan rasa sakit tersebut, tapi seluruh tenaganya seperti lenyap tak berbekas, dia hanya bisa berbaring ditanah seperti anjing yang sedang ngos-ngosan.

Wajahnya telah dinodai oleh ingus dan air mata, namun dia tak mampu lagi menggunakan tenaganya untuk menyeka. Tapi yang paling mengenaskan adalah daya kerja obat perangsang itu belum meluntur, hal ini membuat tubuhnya tetap panas dan dipergaruhi oleh napsu birahi.

Lebih celaka lagi adalah kedua orang perempuan itu, mereka sama sekali tak memandang lagi ke arahnya kendati pun tubuhnya terbanting keras-keras ke tanah, bahkan mereka malah kembali ke kamarnya.

Kamar mereka terletak disebelah, begitu masuk ke dalam kamar mereka tidak menutup pintunya hingga Liu Yok siong masih dapat melihat mereka dengan jelas. Tampak ke dua orang perempuan itu melepaskan semua pakaiannya, lalu saling berpelukan, setelah melakukan berapa adegan lesbian, katanya sambil tertawa jalang:

"Apa sih hebatnya lelaki? Hmmm, tanpa lelaki pun koh nay-nay masih tetap menemukan kegembiraan dan kepuasan"

Liu Yok siong merasakan suatu dorongan napsu yang amat besar membuat dia lantas menghimpun seluruh kekuatan yang dimilikinya, mengepal tinjunya keras-keras dan menghantam keras-keras ke bawah bagian "fital" nya yang dihantam keras-keras. Pukulan mana nampaknya berat sekali dengan kekuatan yang amat luar biasa.

Kontan ia melolong kesakitan, sebegitu hebatnya rasa sakit tersebut membuat ia terbungkuk-bungkuk sambil memancarkan segenap isi perutnya. Pukulan mana benar-benar merupakan suatu pukulan yang sadis lagi brutal. Liu Yok siong merasakan matanya berkunang-kunang lalu pingsan.

Ketika sadar kembali, dia menjumpai tubuhnya berbaring diranjang, badannya telah bersih, bagian yang lecet dan terluka pun telah dibalut. Cun Hoa dan Ciu Gwat berada didepan pembaringan, Cun Hoa membawa sebuah cawan kecil sedang Ciu Gwat memayangnya bangun sambil berkata:

"Liu ya bangunlah, baru saja kami buatkan secawan jinsom, mumpung masih panas, ayolah diminum dulu!"

"Tak usah repot-repot, aku tak berani menerima pelayanan kalian berdua" tampik Liu Yok siong dingin.

Cun Hoa mengambil sesendok kuah dan dihembus dulu agar dingin, lalu sambil di suapkan ke mulutnya, dia berkata sambil tertawa:

"Liu ya, maaf, kami hanya bergurau saja denganmu, sebentar bila kau telah sembuh, kami pasti akan menuruti semua perkataanmu, apapun yang kau kehendaki pasti akan kami sanggupi"

"Perintah siapa yang baru kalian terima?"

"Tak ada siapa-siapa, kami hanya berbicara menurut suara hati sanubari kami sendiri, kami telah mengetahui bahwa kau sesungguhnya adalah seorang manusia luar biasa"

"Kau bilang aku adalah seorang manusia yang amat luar biasa?" Liu Yok siong menegaskan.

"Benar! Orang yang mampu bertindak keji sadis dan brutal terhadap diri sendiri, dia lah seorang manusia yang luar biasa"

Hampir saja Liu Yok Siong mengucurkan air matanya karena merasa amat terharu. Hanya Thian yang tahu, untuk mendapatkan predikat "luar biasa" tersebut, entah berapa banyak pengorbanan yang telah di keluarkan olehnya. Hanya untuk mencapai tujuan tersebut, berulang kali dia harus menerima hinaan, cemoohan, cercaan bahkan penyiksaan lahir dan batin.

Tapi kesemuanya itu hanya dirasakan dan dipahami oleh dia seorang, orang lain tak akan mengetahui akan pengorbanannya itu. Padahal apa yang dicari dengan semua pengorbanannya itu? Apa pula di peroleh dengan semua pengorbanan yang telah dibayar kontan olehnya itu? Tak lebih cuma predikat "luar biasa". Benarkah dia seorang yang luar biasa?

* * *

PENYELIDIKAN

SEBENARNYA Giok Bu sia itu seorang perempuan macam apa?" Pertanyaan tersebut diajukan oleh Ting Peng.

Sekarang mereka malah berada diatas kereta, Cing Cing berbaring disisinya, sedang Siau Hiang dan Siau im duduk dihadapan mereka. Ketika selesai mendengarkan penuturan Cing-Cing tentang pengalaman yang baru saja menimpa mereka, Ting Peng mengajukan pertanyaan tersebut.

Cing Cing tertawa, kemudian sahutnya: "Dia adalah memang perempuan yang menarik, kau tak akan pernah menyangka kalau di dunia ini terdapat perempuan sedemikian menariknya, terutama sekali badannya"

"Lebih indah dari pada tubuhmu?"

"Tentu saja hal ini mungkin cuma suatu kebetulan belaka" Ting Peng tertawa, "tapi kesempatan untuk suatu kejadian yang kebetulanpun tidak terlampau banyak"

"Kau menganggap dia adalah Giok Bu sia?"

"Aku tidak mengatakan demikian, tapi aku rasa kemungkinan besar dia adalah Giok Bu sia"

"Sudah pasti tak mungkin" Cing-Cing segera menggeleng.

"Mengapa?"

"Karena dia jauh lebih cantik daripadaku."

Kembali Ting Peng tertawa. "Cing-Cing, itu menurut penilaianmu, bukan penilaianku, di dalam benakku kau adalah jelmaan dari kecantikan dan kemuliaan, tiada orang kedua yang akan sanggup melebihi dirimu"

Agak memerah wajah Cing-Cing karena jengah, katanya kemudian. "Long kun, kau hanya berbicara agar hatiku senang"

Ting Peng segera memeluknya dengan mesra, kemudian diciumnya hangat, katanya tertawa: "Cing-Cing, mungkin saja aku akan melakukan suatu perbuatan yang menyalahi dirimu, tapi tak akan membohongi dirimu, aku tidak tahu apakah perempuan itu adalah Giok Bu sia atau bukan, tapi sekali pun telah kujumpai Giok Bu sia, belum tentu aku akan menganggap dia lebih hebat daripada dirimu"

"Kalau sampai demikian, berarti sepasang matamu ada yang tak beres"

"Sekarang mataku beres dan normal, justru sepasang matamulah yang ada persoalannya"

"Sepasang mataku ada persoalan?"

"Benar, cantik buruknya penilaianmu hanya berdasarkan pengamatanmu atas lahiriahnya saja, sedang aku hanya menilai dari isi hatinya, bila hati seorang perempuan amat jelek, kendatipun dia berwajah cantik, aku hanya akan melihat kejelekannya belaka."

Dengan perasaan berterima kasih Cing-Cing semakin merapatkan tubuhnya dengan...

.... Halaman 15 - 16 hilang ....

Cing Cing menghela napas panjang. "Aaaai, tampaknya aku tak akan berhasil mengurungkan niatmu itu....?"

"Benar, aku harus pergi melakukan penyelidikan, lalu membuktikannya....!"

Kembali Cing Cing termenung berapa saat lamanya, kemudian dia baru berkata: "Long kun, kendatipun kau berhasil membuktikan, kuharap kau jangan melukainya."

"Demi peristiwa penculikan terhadap dirimu aku tak akan mencelakainya, sebab Giok Bu sia juga tidak mencelakai dirimu namun seandainya aku berhasil menemukan kalau dia sudah melakukan kejahatan lainnya, aku tak akan mengampuninya dengan begitu saja"

"Bagaimanapun juga, dia hanya seorang gadis muda, tak mungkin dia sudah banyak melakukan kejahatan"

"Hal itu mah harus bisa diputuskan setelah diketahui perbuatan apa saja yang telah dilakukan olehnya"

"Dia sendiri toh punya bapak?"

"Kalau begitu, dia lebih-lebih harus diberi hukuman, setelah mempunyai ayah seperti ini, segala tindak tanduknya harus berhati-hati, salah sedikit saja sudah pantas dijatuhi hukuman yang setimpal."

Kereta kuda itu berhenti ditengah sebuah persimpangan jalan. Cing-Cing dan Siau Im turun dari kereta sedang Siau Hiang tetap tinggal diatas kereta. Sambil melongokkan badannya dari balik kereta, Ting Peng berseru:

"Cing Cing, dari sini kalian boleh berangkat pulang, dan aku rasa tak mungkin ada mara bahaya lagi"

"Aku mengerti, akupun bukan seseorang yang mudah dipermainkan orang, tempo hari aku sudah teledor, maka selanjutnya aku pasti akan bertindak lebih berhati-hati"

Ting Peng segera manggut-manggut, kembali ujarnya: "Cing Cing, aku harus minta maaf karena tak bisa melindungimu sepanjang hari, bahkan sebaliknya aku telah mendatangkan banyak ancaman bahaya bagimu"

"Soal ini tak bisa menyalahkan kau, dalam kenyataan justru akulah yang telah memancing datangnya kesulitan untukmu karena golokmu...."

"Dahulu, memang disebabkan golok ini, tapi sekarang disebabkan diriku, semua kesulitan yang ada sekarang semuanya terjadi dan ditujukan hanya padaku seorang"

"Meski golok itu menakutkan, tapi bagaimanapun juga golok itu milikku."

Golok itu baru akan menakutkan bila dia berada ditangan seseorang yang menakutkan pula. Walaupun golok bulan sabit adalah sebilah golok iblis yang mengerikan, tapi senjata tersebut baru akan memperlihatkan kekuatan yang luar biasa bila benda tersebut berada ditangan Ting Peng.

Kini Ting Peng sudah jauh melampaui kehebatan dari golok tersebut. Bukan hanya Cing Cing yang tahu, setiap orang yang pernah merasakan kerugian. Di ujung golok bulan sabit pada tahu, banyak orang merasa tidak tentram, mereka selalu mencari jejak dari golok iblis tersebut, tapi ketika Ting Peng muncul dengan membawa golok tersebut, mereka sudah melupakan goloknya, seluruh perhatian mereka terpaksa harus dipusatkan pada orang yang memegang golok tersebut.

Dahulu mereka selalu berusaha dan berdaya upaya untuk menghancurkan golok tersebut, sekarang mereka berdaya upaya untuk memusnahkan manusianya. Sayang sekali, Ting Peng bukan seorang manusia yang mudah dipunahkan dengan begitu saja. Sebab dia terlalu menyendiri, tiada orang yang dapat mengikat tali perhubungan dengannya, tiada orang yang sanggup mendekatinya.

Bila orang tak dapat mendekatinya, berarti banyak sekali rencana busuk yang tak sanggup digunakan. Orang yang paling berbahaya seringkali akan muncul justru disisi tubuhnya, itu namanya musuh dalam selimut. Ting Peng cukup memahami akan teori tersebut, maka dari itu dia hanya membawa Siau Hiang dan Ah ku berdua untuk mendampinginya. Kedua orang itu semuanya merupakan orang-orang yang paling dipercayai olehnya.

Bila orang tak bisa mendekatinya dan mencelakainya, maka terpaksa mereka harus mengatur perangkap atau jebakan untuk mencelakainya, tapi inipun terlampau sukar, jebakan yang macam apapun tak akan sanggup menahan sebuah bacokan golok saktinya. Ting Peng cukup memahami akan hal ini, orang lain lebih-lebih memahami akan hal tersebut. Oleh sebab itu hingga kini, tiada orang yang berani mencoba-coba.

Memandang hingga Cing Cing dan Siau Im pergi jauh, Ting Peng baru berkata kepada Ah ku dengan suara tandas: "Sin kiam san ceng!"
Ah ku adalah seorang rekan yang baik, dia tak pernah berbicara, diapun tak akan bertanya, begitu perintah diturunkan, dia hanya tahu untuk melaksanakannya. Tapi Siau Hiang merasa terperanjat sekali. Kereta berjalan kencang membuat ruang seluruh kereta bergoncang keras, tak tahan dia bertanya:

"Kongcu, rupanya kau curiga kalau Giok Bu sia adalab Cia Siau giok dari perkampungan Sin kiam san ceng, tapi bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi?"

Ting Peng hanya tertawa tanpa menjawab, terpaksa Siau Hiang harus membungkan kembali. Sebenarnya dia adalah seorang anak gadis yang menyenangkan, dia tahu kalau lelaki paling benci dengan perempuan yang banyak cingcong, walaupun sesungguhnya dia ingin sekali mengucapkan beberapa patah kata.

Kereta kuda yang megah dan mewah itu akhirnya berhenti di tepi sungai didepan perkampungan Sin kiam San ceng. Berhubung kemunculannya sangat tiba-tiba, pihak perkampungan tak sempat melakukan persiapan apapun, maka kereta yang mewah itupun tak sempat dikirim ke tepi seberang"

Ting Peng tidak terlampau tergesa-gesa Ah Ku pun tidak kelewat terburu napsu, apalagi Siau Hiang, tentu saja ia tidak perlu gelisah, maka mereka pun menanti di dermaga dengan sikap yang amat tenang. Agaknya mereka amat penyabar, tapi orang-orang dalam perkampungan Sin kiam san-ceng justru sudah kehilangan kesabarannya terutama sekali Cia Siau giok.

Untung saja dia tidak terlalu lama merasa gelisah, secara diam-diam Cia sian seng telah mendekatinya, lalu membisikan sesuatu ke sisi telinganya. Raut wajah Cia Siau giok segera berubah agak lega, dia melangkah masuk ke dalam sebuah ruang rahasia, di dalam sana sudah menanti dua orang kakek.

Walaupun dibagian luar mereka kenakan jubah berwarna hitam, tapi secara lamat-lamat masih dapat menyaksikan pakaian berwarna emas atau perak dibaliknya. Begitu Cia Siau giok masuk, dua orang kakek itu segera bangkit berdiri sambil menyapa:

"Nona, baik-baik kau"

"Empek Kim, Empek Gin, sewaktu datang tadi apakah kalian telah melihat kereta milik Ting Peng?"

Singa emas manggut-manggut. "Yaa, sudah kulihat, padahal kami memang datang karena hal ini, ketika kami dengar kereta Ting Peng dilarikan ke arah sini, kamipun buru-buru menyusul kemari."

"Mungkinkah kemunculan Ting Peng secara tiba-tiba ini ada hubungannya dengan masalah Giok Bu sia?" Cia Siau giok bertanya dengan kening berkerut.

Naga Perak tertawa getir. "Siapa yang tahu? Tapi kemungkinan kesitu memang besar sekali, karena belum lagi pulang ke rumah, ditengah jalan dia telah berpisah dengan Cing Cing dan langsung berangkat ke mari."

"Lantas darimana dia bisa tahu? Liu Yok siong memang pantas untuk mampus, tidak seharusnya kita biarkan dia tetap hidup didunia ini..."

"Sudah pasti bukan Liu Yok siong yang membocorkan, sewaktu ia meninggalkan kami, ia selalu berada dalam pengawasan yang ketat, belum pernah ia berhubungan dengan orang luar"

"Lantas siapa yang bilang? Kecuali dia, tiada orang yang akan mengetahui akan rahasiaku ini?"

"Bagaimanakah rahasia ini bisa bocor, lohu tidak tahu, tapi sudah pasti bukan Liu Yok siong, rasa bencinya terhadap Ting Peng jauh lebih mendalam dari pada siapa pun, tak mungkin dia akan memberi tahukan rahasia tersebut kepada Ting Peng"

Cia Siau giok menghela napas panjang. "Tapi Ting Peng toh sudah datang!" keluhnya.

Naga perak berpikir sebentar, kemudian katanya: "Apa maksud kedatanganya masih merupakan sebuah tanda tanya untuk kita, mungkin juga dia datang bukan dikarenakan persoalan dari Giok Bu sia."

"Kecuali soal itu, dia tidak beralasan datang kemari" bantah Cia Siau giok.

Kedua orang kakek itu kembali terjerumus dalam lamunan masing-masing, selang berapa saat kemudian, si Naga perak baru berkata:

"Kalau begitu, biar aku keluar dulu untuk mencari tahu maksud kedatangannya"

"Apa? Empek Gin, kau hendak pergi menjumpainya?"

"Benar, aku hendak pergi mencari tahu maksud tujuannya, akupun ingin mencoba permainan goloknya, aku ingin tahu benarkah dia mempunyai kemampuan yang tiada tandingannya di dunia ini"

Buru buru Singa emas berseru: "Loji, tindakan tersebut kelewat bahaya"

"Tidak menjadi soal" Naga perak tertawa: "aku dengar, dia amat ampuh dan berhasil melampaui setan tua di masa lampau, jika aku tidak pergi mencobanya, aku benar-benar merasa sukar untuk mempercayainya."

"Soal itu tak perlu dicurigai lagi, buktinya Thi yan berdua toh kehilangan lengan mereka dalam sekali ayunan golok? Banyak orang yang membuktikan sendiri"

Naga perak segera tertawa dingin. "Bukan aku mengibul, kalau cuma untuk mengutungi lengan Thi yan berdua mah kita berdua pun sanggup melakukannya"

"Empek Gin!" Cia Siau giok segera berkata pula, "sekalipun kau ingin berjumpa dengannya, toh tak usah memilih waktu seperti saat ini dan tempat semacam ini!"

Kala ini Naga perak tertawa. "Justru dalam keadaan dan saat seperti inilah pertemuan lohu dengannya baru akan terasa bermanfaat, bila mana perlu serahkan saja semua tanggung jawab tersebut diatas tubuh lohu, untung saja hubungan lohu dengan nona tidak diketahui orang lain"

"Loji, bila kau bersikeras hendak ke sana akupun tidak bermaksud untuk menghalangi mu, tapi kau harus berhati-hati" pesan Singa emas kemudian.

"Aku tahu, orang yang kita kuatirkan bukanlah Ting Peng, melainkan kabar berita tentang setan tua itu, apalagi antara Ting Peng dengan kita tak punya dendam sakit hati apa-apa, agaknya dia masih belum tahu tentang persoalan si setan tua itu"

"Selama ini dia selalu percaya kalau dia telah mengawini seorang istri rase"

Naga perak segera tertawa. "Kalau begitu biarkanlah dia mempertahankan pendapatnya itu, kita pun tak usah membongkar rahasia tersebut, toh hal ini ada keuntungan tiada kerugian apa-apa, tempo hari dia tidak membunuh Thi yan suami istri, aku rasa hari inipun dia tak akan membunuhku, sebab orang yang paling dibenci oleh si setan tua itu adalah mereka berdua"

"Loji, pokoknya lebih baik kalau pertimbangkan lebih berhati-hati" ucap Singa emas cepat, "bila kau rasakan musuh kelewat tangguh dan kau tak sanggup menghadapinya, lebih baik angkat kaki saja secepat-cepatnya"

Naga perak manggut-manggut dan berlalu, Singa emas berkata lagi: "Aku pun harus pergi, aku ingin turut menyaksikan sampai dimanakah kehebatan permainan golok Ting Peng yang dikatakan tiada tandingannya itu"

"Empek Kim!" ucap Cia Siau giok tertawa, "tampaknya kau memperhatikan keselamatan empek Gin?"

"Yaa, kami adalah sahabat lama, tentu saja aku sangat menguatirkan keselamatannya"

Sebenarnya Cia Siau giok hendak berkata begini. "Kalian dengan Thi yan suami istri pun merupakan sahabat lama, mengapa kalian begini tega membunuh mereka"?"

Tapi ucapan tersebut segera tertelan kembali setelah sampai diujung bibirnya. Dia tahu dalam kelompok manusia tersebut dalam persoalan yang begitu banyak, sudah pasti terselip masalah budi dan dendam diantara mereka pribadi, masalah yang pelik semacam itu tak mungkin bisa dipahami oleh siapa saja kecuali mereka yang bersangkutan.

Tapi, peristiwa macam apapun bila sudah terungkap maka dunia persilatan akan menjadi gempar, tentu saja banyak manusia akan jatuh korban. Tak usah jauh-jauh, Cia Siau giok sendiripun sudah merupakan sebuah teka-teki.

Dia adalah putri kandung dari sam sau-ya Cia Siau hong dari Sin kiam san ceng, perkampungan nomor satu dikolong langit dewasa ini. Berhubung tiada penyangkalan dari Cia Siau hong pribadi, berhubung gadis itu selalu tinggal di perkampungan Sin kiam san ceng, seolah-olah hal ini sudan pasti.

Perkampungan Sin kiam san ceng merupakan perkampungan termashur yang dianggap umat persilatan sebagai tempat suci, tapi segala tindak tanduk majikan perempuannya justru penuh dengan hawa sesat.

Bukan cuma begitu, dia pun merupakan pentolan dari sekelompok pembunuh, dia adalah jelmaan dari perempuan lain yang bernama Giok Bu sia. Selain itu dia mempunyai hubungan yang begitu akrab dengan Kim say dan Gin Liong dua orang tianglo dari Mo kau dimasa lalu.

Rahasia apakah yang sebenarnya berada dibalik semuanya itu? Tiada orang yang bisa menjawab teka-teki tersebut. Tapi di dunia ini tiada rahasia yang cepat atau lambat rahasia itu pasti akan terbongkar juga.

MENAKLUKKAN NAGA

TING PENG masih duduk dalam kereta. Siau Hiang bersandar diatas kakinya bagaikan seekor kucing kecil yang mengenaskan. Selamanya gadis ini mendatangkan perasaan menarik, lemah dan menawan bagi siapapun yang melihatnya, bagi lelaki mana pun juga, bila ada gadis semacam ini dalam pelukannya maka dia akan merasa seluruh dunia seolah-olah sudah menjadi miliknya.

Dia bukan seorang istri, bukan seorang kekasih, tapi asal ada dia berada disampingnya, lelaki manapun akan melupakan istrinya, melupakan kekasihnya karena gadis ini selain memberikan segala perasaan baginya. Dia pun seorang perempuan, tapi ia dapat mencegah timbulnya napsu birahi dari kaum lelaki yang bisa dia berikan adalah kepuasan yang suci dan bersih.

Hanya ada dua macam lelaki yang bisa menaruh napsu birahi terhadap dirinya. Pertama adalah lelaki paling kasar yang sama sekali tidak mengenal akan seni dan ketulusan perasaan. Kedua adalah lelaki yaag kelewat eksentrik, setelah menerima kehalusan gadis ini masih tetap akan merasakan daya tariknva sebagai orang perempuan.

Tentu saja Ting Peng bukan lelaki kasar. Tapi Ting Peng pun bukan seorang lelaki eksentrik, kendatipun demikian, disaat ia sedang memeluk tubuh Siau Hiang, ternyata muncul juga suatu perasaan yang aneh. Perasaan aneh itu bukan dorongan napsu birahi, dia hanya ingin menelan janji gadis yang berbau harum dan bertubuh indah ini, kemudian memeluknya kencang-kencang dan mengendusi seluruh badannya, menikmati keharuman badannya.

Mungkin saja dalam keadaan demikian ia dapat melakukan tindakan selanjutnya tapi dalam keadaan sekarang, dalam hati kecilnya hanya mempunyai satu niatan. Bagi pandangan orang lain mungkin dia cantik dan suci bersih, tapi dalam pandangannya dia menawan hati. Ting Peng memang seorang lelaki yang segera bertindak setelah berpikir, maka begitu ingatan mana melintas lewat, dia segera berseru dengan lantang:

"Ah Ku, putar kereta dan cari tempat untuk beritirahat, besok kita baru datang lagi"

Sekarang belum lewat tengah hari, jaraknya hingga besok masih cukup lama, kalau toh besok baru datang, buat apa mesti menunggu disana lebih lama lagi? Karena dari sini menuju ke kota yang terdekatpun paling tidak membutuhkan waktu selama satu jam.

Tapi Ah Ku memang seorang pembantu yang setia, dia hanya tahu melaksanakan perintah, selamanya tidak banyak bertanya. Maka dia segera membalikkan keretanya dan bernagkat menuju ke arah jalan semula. Dibawah kendalinya, keempat ekor kuda jempolan tersebut sudah teramat jinak dan penurut.

Binatang-binatang tersebut merupakan kuda jempolan pilihan yang setiap hari bisa menempuh seribu li, meski kurang leluasa dan terbiasa pada mulanya ketika dipakai untuk menghela kereta, tapi lama kelamaan mereka jadi terbiasa, bahkan bisa memberikan penampilan yang sangat bagus sekali.

Ketika binatang itu mulai bergerak ke depan, delapan kaki depan mereka diangkat bersama-sama dan jatuh ke tanah bersama juga, hingga kereta bisa bergerak maju secepat terbang. Bila keempat ekor kuda itu sudah mulai bergerak maju, sulitlah untuk mengehentikan kereta yang berat tersebut seketika.

Tapi baru seratus kaki mereka bergerak mendadak kereta itu berhenti sendiri. Ah-ku tidak mengendalikan mereka, adalah kuda-kuda itu sendiri yang berhenti. Sebab ditengah jalan telah berdiri seseorang.

Seorang manusia berbaju perak yang mengenakan topeng berwarna perak, dibawah topeng nampak jenggotnya yang berwarna putih, sehingga dari sini dapat diketahui kalau dia adalah seorang lelaki, seorang kakek.

Kuda-kuda tersebut sama sekali tidak terlatih untuk berhenti bila melihat manusia setelah ditemukan kusir yang berpengalaman macam Ah ku, latihan semacam itu sesungguhnya sama sekali tak berguna. Bila ada orang ditengah jalan yang tak sempat menghindar, cambuk panjang Ah ku bisa mendahului terjangan kudanya untuk menggulung tubuh orang itu dan membawanya ke tepi jalan.

Ada suatu ketika, dihadapannya terdapat seorang kakek yang menunggang keledai, mungkin keledainya sedang mengambek dan mogok ditengah jalan. Padahal kereta Ah ku sudah menerjang tiba, dia lantas bertindak dengan cambuk panjangnya menggulung orang berikut keledainya dan disingkirkan ke tepi jalan.

Alhasil orang dan keledainya selamat, tapi dua orang penonton ditepi jalan segera jatuh pingsan saking kagetnya. Seandainya ada orang berusaha menghalangi jalan perginya, maka bila cambuk Ah ku menyambar, rintangan macam apapun akan segera tersingkirkan dari sana.

Tapi kakek itu sanggup membuat kuda jempolan yang sedang lari berhenti seketika, bahkan bisa memaksa cambuk Ah ku yang lihay tak berkutik sama sekali. Dari sini dapat diketahui kalau orang tersebut memang luar biasa sekali.

Dia berdiri ditengah jalan tanpa berkutik tapi dari balik tubuhnya terpancar keluar kekuatan tanpa wujud yang menggidikkan hati, membuat siapapun tak berani mengusiknya.

Tangan Ting Peng masih membelai rambut Siau Hiang yang lembut, ini sudah menjadi kebiasaannya, kebiasaan selama berada dalam kereta. Ketika kereta berhenti secara tiba-tiba, Siau Hiang mendongakkan kepala sambil memandang keluar, tiba-tiba ia menjerit kaget.

"Aaah, Gin liong tianglo!"

Ting Peng masih membelai rambut si nona dengan tenang, katanya acuh tak acuh: "Apakah Gin liong dari Mo kau dimasa lalu?"

Siau Hiang manggut-manggut. Kembali Ting Peng bertanya: "Apakah Thi yan siang hui sekomplotan dengan mereka?"

Sekali lagi Siau Hiang mengangguk, bisiknya lirih: "Dalam empat tianglo, dia menempati urutan kedua, jauh lebih hebat dari pada Thi yan suami istri."

Ting Peng tertawa: "Kalau begitu mah tak usah dikagetkan, agaknya mereka semua telah berhianat kepada Mo kau?"

Kembali Siau hiang mengangguk. "Benar, mereka dan Kim say tianglo telah berkomplotan secara diam-diam dengan pihak lima partai besar, menghianati perkumpulan dan menghancur lumatkan Mo kau, kalau tidak, kekuatan dan kekuasaan Mo kau tak akan musnah secepat ini."

"Benarkah tingkah laku Mo kau dimasa lampau sudah mencapai tingkatan sedemikian rupa sehingga disumpahi dan dikutuk setiap umat persilatan di dunia ini?"

"Soal ini.... budak tidak begitu jelas, tak berani berbicara seenaknya sendiri"

"Tak menjadi soal, katakan saja, menurut pendapatmu bagaimanakah sikap mereka?"

"Sewaktu aku dilahirkan, Mo kau telah punah, maka aku sendiri kurang begitu jelas, tapi menurut apa yang kudengar dikemudian hari, segala perbuatan Mo-kau memang dikutuk dan disumpahi orang"

"Kalau begitu penghianatan mereka toh termasuk suatu perbuatan yang tepat dan bijaksana?"

"Tapi menurut apa yang budak pahami kemudian, bukan demikian latar belakangnya, walaupun peraturan yang berlaku dalam Mo kau berbeda dengan peraturan di daratan Tionggoan, tapi merekapun mempunyai peraturan yang melarang setiap orang sembarangan membunuh"

"Kalau memang demikian, apa sebabnya perbuatan mereka sampai disumpahi dan dikutuk setiap orang?"

"Hal ini disebabkan kaucu dari Mo kau harus mempelajari semacam ilmu silat baru dan mengasingkan diri, maka semua urusan partai diserahkan kepada mereka untuk melaksanakannya, siapa tahu tindak tanduk mereka terkutuk sehingga akibatnya merusak pamor Mo kau dan menjadi musuh umum umat persilatan, menanti kepandaian silat kaucu telah berhasil, mereka kuatir kaucu tak akan mengampuni dosa-dosa mereka, maka merekapun berhianat dan bersekongkol dengan pihak lima partai besar"

"Jadi kalau begitu, merekalah melakukan kejahatan tersebut?" kata Ting Peng menegaskan.

"Begitulah menurut pengertian budak."
"Masa pihak lima partai tidak mengetahui akan hal ini?"

"Soal tersebut kurang begitu jelas, tapi yang pasti tiada orang luar yang tahu kalau kaucu kami hendak menutup diri, anggota Mo kau sendiripun jarang yang mengetahui rahasia tersebut, tapi mereka telah menjatuhkan semua tanggung jawabnya kepada kaucu hingga jadinya susah di bantah lagi oleh semua pihak."

Ting Peng manggut-manggut. "Jadi para ciangbunjin dari lima partai besar telah meminta bantuan dari Cia siau hong sebelum berhasil memaksa Kaucu dari Mo kau terjatuh kebawah jurang bukit Ci-lian san?"

"Benar, seandainya bukan gara-gara Cia Siau hong, sekalipun cianghunjin dari lima partai bersatu padu pun belum tentu mampu menghadapi kelihayan dari kaucu"

"Tapi aku lihat Cia Siau hong adalah seorang yang mengutamakan soal cengli?"

"Cia tayhiap tidak tahu menahu tentang keadaan yang sebenarnya, sedang kaucu juga enggan memberi penjelasan."

"Mengapa dia enggan menerangkan hal yang sebenarnya?"

"Waktu itu dia belum tahu kalau dari empat orang kepercayaan ada tiga diantaranya telah berhianat, sekalipun ia merasa tak puas terhadap perbuatan mereka, toh kesalahan mana tak bisa dilimpahkan keatas kepala anak buahnya, dia adalah seorang yang tinggi hati."

Biasanya orang yang tinggi hati adalah seorang yang berani bertanggung jawab. Paras muka Ting Peng sekarang telah dilapisi oleh perasaan kagum dan menghormat yang tebal, sambil sambil membopong goloknya dia melompat turun dari atas kereta.

Ah ku yang duduk ditempat kusir tampaknya sudah dibikin keder oleh kewibawaan kakek itu, ia duduk tak berkutik. Namun Ting Peng masih tetap bersikap santai dan tenang, sama sekali tidak terpengaruh oleh keadaan di depan matanya. Dia cuma tertawa, lalu bertanya:

"Sudah kau dengar semua apa yang kami bicarakan sewaktu berada dalam kereta tadi?"

"Lohu belum tuli, telinga masih berfungsi seperti sedia kala!"

"Apakah penuturan Siau hiang barusan terdapat bagian-bagian yang rasanya kurang adil?"

"Persoalan dalam dunia persilatan sukar untuk ditimbang dengan masalah keadilan, bisa saja bagi lohu untuk mencari setumpuk alasan untuk membantah, tapi sayang sekali percekcokan hanya kerja kaum wanita, lohu tak sudi melakukannya"

"Bagus sekali, puas, sungguh memuaskan, kau memang tak malu disebut sebagai jagoan hebat"

Naga perak tertawa. "Aku datang untuk mencoba kejantanan golokmu, selain itu juga ingin mengajukan satu pertanyaan kepadamu, siapa yang mengajarkan ilmu golok tersebut? Sekarang dia berada dimana?"

"Sebelum kau, Thi yan siang hui pernah menanyakan juga persoalan itu, setelah lengan mereka kutung, kedua orang itu masih rela menyerahkan nyawanya untuk ditukar dengan jawaban tersebut."

"Keadaan lohu berbeda sekali, tanganku masih utuh dan tetap segar bugar...."

"Senjata apa yang kau pergunakan? sekarang sudah boleh persiapkan...!"

Kembali Naga perak tertawa. "Tentu saja lohu pun menggunakan golok, tapi golokku tak akan melebihi ditanganmu, lebih baik tak usah dicabut keluar, lohu akan mencoba kehebatanmu dengan tangan kosong saja"

Ting Peng akan menunggu sampai dia menyelesaikan perkataan itu, tahu goloknya telah dicabut keluar kemudian diayunkan ke muka. Menyaksikan datangnya sambaran golok tersebut, Naga perak masih tetap berdiri tak berkutik, menanti mata golok sudah satu kaki dihadapannya, ia baru memperlihatkan rasa ngeri bercampur takut, buru-buru tubuhnya mundur ke belakang.

Ting Peng tidak mengejar, malah dia masukkan kembali goloknya ke dalam sarung dan balik kembali ke atas keretanya.

Naga perak baru berhenti setelah mudur sejauh lima enam langkah, saat itulah dia berteriak. "Sebuah bacokan golok yang amat cepat!"

Ketika menyelesaikan perkataan itu, batok kepalanya sudah terbelah menjadi dua bagian. Betul-betul sebuah bacokan yang cepat, bacokan yang menggidikan hati.

* * *

Kereta kuda sudah berangkat menelusuri jalan, singa emas masih menyembunyikan diri ditempat kegelapan terbungkam dalam seribu bahasa. Rupanya ia sudah dibikin ketakutan setengah mati.

Cia Siau giok pun berada disampingnya pucat pias paras mukanya, dia seperti lagi memikirkan suatu persoalan. Ia sedang berpikir, andaikata bacokan golok dari Ting Peng ditujukan ke tubuhnya apa yang harus dia lakukan. Dua orang itu sama-sama membungkam sama-sama tidak berbicara, lama, lama kemudian...

Akhirnya Kim say tianglo baru sadar kembali dari lamunannya, dengan perasaan bergidik katanya. "Sebuah bacokan maut, sebuah bacokan yang mengerikan hati...."

Cia Siau giok tak dapat menyangkal, mereka hanya sempat menyaksikan Ting Peng mengayunkan goloknya. Tapi tak sempat melihat dengan pasti dari arah manakah bacokan golok tersebut berhasil membelah si Naga perak menjadi dua bagian. Satu-satunya orang yang mengetahui hal ini dengan pasti mungkin hanya si Naga perak pribadi.

Setelah termakan bacokan itu, dia masih dapat mundur sejauh lima kaki, masih dapat mengutarakan perasaannya setelah termakan bacokan itu, sebelum tubuhnya terbelah menjadi dua bagian. Bacokan tersebut benar-benar merupakan sebuah bacokan kilat yang mengerikan. Kini, kereta tersebut meluncur ke arah luar, paling tidak hari ini tak mungkin akan kembali lagi.

Sambil menghembuskan napas panjang, Cia Siau giok berkata. "Untuk ke empat kalinya kusaksikan ia melepaskan bacokan mautnya, tapi sungguh mengherankan, tenaga dalamnya kali ini sepertinya jauh lebih sempurna dari beberapa hari berselang, sewaktu ia membacok Thi Yan siang hui tempo hari, aku masih dapat menyaksikan dengan jelas, tapi hari ini, bacokannya seperti tak berwujud lagi"

Kim say tianglo menghela napas panjang. "Nona" katanya kemudian, "untuk menghadapi Ting Peng, jelas kita sudah tak berdaya lagi untuk menghadapinya dengan cara kekerasan, kita semua bukan tandingannya, kita harus menghadapinya dengan menempuh cara lainnya"

Cia Siau giok tertawa getir tanpa mengucapkan sepatah katapun, gampang memang untuk berkata bahwa cara lain masih banyak, tapi ia telah mencoba dengan berbagai cara sampai boleh dibilang dia sudah kehabisan akal, namun tak sebuah pun yang pernah berhasil menandingi Ting Peng.

Tapi dia harus mencarinya, bahkan harus mendapatkannya dengan cepat. Sebab besok Ting Peng akan datang mencarinya lagi, bila ia telah datang besok kendatipun ia tidak mengirim perahu untuk menjemputnya, toh cara ini tak akan menghalangi kedatangannya disana.

Untung saja Ting Peng baru akan datang lagi besok pagi, berarti masih ada waktu selama semalaman suntuk baginya untuk berpikir. Waktu selama semalaman bisa jadi akan merubah banyak persoalan, bahkan siapa tahu dalam malam tersebut dia berhasil menemukan suatu cara yang terbaik untuk menghadapi Ting Peng?

Waktu seringkali memang merupakan alasan terutama dari penyebab berubahnya segala sesuatu. Seorang pemberani dapat berubah menjadi pengecut, seorang perempuan suci dapat berubah menjadi wanita jalang. Banyak sekali jagoan yang tak terkalahkan, akhirnya roboh juga karena waktu. Bahkan waktu dapat merubah sejarah, dapat pula menciptakan sejarah baru.

.... Halaman 49 - 50 hilang ....

Padahal dalam perkampungan Sin kiam san-ceng terdapat dua ratus macam racun, dua ribu macam cara dan senjata untuk membunuh orang, terdapat pula puluhan orang pembunuh yang paling termashur dalam dunia persilatan dewasa ini.

Akan tetapi Cia Siau giok tidak mempergunakannya semua, sebab Cia Siau giok mengerti, walaupun dia mempunyai dua ribu dua ratus dua puluh macam cara dan alat untuk membunuh orang kenyataannya tak semacam pun yang sanggup digunakan untuk membunuh Ting Peng.

Kini Ting Peng sudah naik keatas perahu, Cia Sian giok tidak menjalankan perahu tersebut ke arah perkampungan Sin kiam san-ceng sebaliknya pelan-pelan berlayar menelusuri sungai di depan perkampungan itu.

Sungai itu tidak terlampau lebar, kurang lebih setengah jam pun sudah cukup mengitari satu kali, itupun dijalankan amat lambat, kalau dijalankan cepat, dalam setengah jam saja paling tidak sudah berputar sebanyak empat lingkaran.

Cia Siau giok cuma berharap bila Ting Peng sedang berang dan meloloskan goloknya, hanya dia seorang yang terbacok mati, dia berharap pemuda itu jangan sampai menghancurkan perkampungan Sin kiam san ceng yang telah dibangunnya dengan susah payah itu.

Meskipun perkampungan Sin kiam san-ceng sudah ada semenjak dulu, bahkan selalu tersohor dalam dunia persilatan, namun tak pernah semegah dan secemerlang sekarang. Dahulu, tempat itu hanya suatu tempat sebuah perkampungan, tapi sekarang entah seperti apa, tapi yang pasti tidak mirip perkampungan Sin kiam san ceng yang dulu.

Perahu itu berputar empat lingkaran di sungai, sudah dua jam dilalui, Ting Peng pun sudah menghabiskan beberapa kati arak, namun goloknya belum pernah dicabut. Cia Siau giok tahu kalau nyawanya sudah tak bisa diselamatkan lagi. Hanya dia sendiripun tak tahu, mengapa Ting Peng belum juga membunuhnya.

Ting Peng naik keperahu dengan mengajak Ah ku dan Siau hiang. Perahu itu terbagi menjadi dua tingkat, tingkat atas adalah ruang loteng, meja perjamuan diselenggarakan disitu, Ah ku duduk dibagian bawah. Antara atas dan bawah sesungguhnya tidak jauh berbeda, semua peralatannya sama hanya tingkat atas jauh lebih tinggi letaknya.

Lagipula kalau dibilang bagian bawah sesungguhnya jauh lebih tinggi tingkatannya daripada tingkat atas, sebab setiap macam sayur yang keluar dari dapur pasti di tahan sebagian oleh Ah ku, bahkan harus dicicipi olehnya lebih dulu sebelum boleh diangkut ke atas.

Siau hiang menanti di anak tangga, dia yang menerima sayur tersebut dan menyampaikannya ke atas. Bila sayur itu sudah melalui pemeriksaan dan pengawasan dari kedua orang itu, maka siapapun dilarang memegangnya lagi.

Untung saja Cia Siau giok tidak melakukan tindakan yang bodoh dalam sayur dan arak itu, dia hanya berharap bisa meredakan sebagian hawa amarah Ting Peng dengan sayur dari arak terbaik, mengurangi sedikit hawa membunuhnya, dengan demikian mungkin sekali selembar jiwanya dapat diselamatkan.

Sekarang, mungkin saja selembar jiwanya sudah dapat diselamatkan dari ujung tanduk. la baru saja bersyukur, akan keberuntungannya, ketika Ting Peng membuka suara.

"Kemarin aku datang mencarimu, aku bermaksud membunuhmu"

"Aku mangerti" Cia Siau giok mengangguk.

Dia hanya mampu mengucapkan dua patah kata itu saja, sesungguhnya ia bisa saja menjawab dengan beratus-ratus patah kata, malah mungkin jauh lebih enak di dengar daripada dua patah kata tersebut tapi akhirnya toh dia hanya menggunakan dua patah kata itu saja.

Dia tahu kata-kata manis, bujuk rayu macam apakah masih belum cukup untuk melindunginya, bila ingin menjawab sejujurnya, dua patah kata itulah merupakan kata-kata yang jujur.

"Tahukah kau apa sebabnya aku hendak membunuhmu?" kembali Ting Peng bertanya.

Cia Siau giok berpikir sejenak, kembali dia mengangguk. "Aku tahu!"

Jawaban inipun jawaban yang jujur, tapi justru mengandung banyak sekali latar belakangnya, juga termasuk pengakuannya bahwa dia adalah Giok Bu sia.

Ting Peng bukan seorang yang amat banyak bicara, dia suka dengan jawaban yang singkat, tandas dan jelas seperti ini, maka dia pun amat puas dengan jawaban tersebut. Kembali ujarnya sambil tertawa: "Hari ini aku kembali datang untuk membunuhmu"

"Aku tahu!" untuk sekian kalinya Cia Siau giok mengangguk.

"Tapi sekarang aku justru tak ingin membunuhmu" kata Ting Peng sambil tertawa.

"Terima kasih banyak Ting toako" Cia Siau giok turut tertawa. Jawabnya masih tetap enteng dan leluasa, seakan akan tidak terlampau merasa gembira karena baru saja berhasil menemukan kembali nyawanya.

Ting Peng sendiripun tidak merasa keheranan, ia bertanya lagi sambtl tertawa: "Tahukah kau, mengapa aku tak ingin membunuhmu?"

Cia Siau giok termenung sejenak, kemudian baru menjawab. "Aku tahu"

"Kau benar-benar tahu!" kali ini Ting Peng merasa sedikit agak kaget bercampur tercengang.

"Yaa, aku benar benar tahu"

"Coba katakan!"

"Sebab pertama, Aku tidak mencelakaimu, tidak mencelakai pula binimu, kedua aku tidak mengacau dirimu lagi, tiga Aku sudah menyerahkan diri siap menerima kematian dan tidak memberikan perlawanan lagi. Keempat... setiap jawaban yang kuberikan semuanya adalah jawaban yang sejujurnya, tidak dibuat-buat lagi..."

ALASAN YANG KE LIMA

Cia Siau Giok telah menyebutkan empat macam alasan, setiap alasan sudah cukup memenuhi syarat untuk membebaskannya dari kematian, oleh sebab itu dia menjawab dengah penuh kepercayaan pada diri sendiri.

Walaupun Giok Bu sia telah menculik Cing cing, namun tak pernah mencelakainya, lagipula dia pun tak mengakibatkan Ting Peng menderita kerugian apa-apa, tentu saja Ting Peng pun tidak mempunyai keharusan untuk membunuhnya.

Dulu, meskipun Cia Siau giok pernah memasang perangkap untuk menjebak Ting Peng, namun hari ini dia bersikap sopan santun dan cukup tahu diri. Meskipun Cia Siau Giok tahu Ting Peng hendak membunuhnya, namun dia tidak mempersiapkan perlawanan apapun, sebagai seorang pendekar besar seperti Ting Peng, tentu saja dia tak akan membunuh seorang gadis yang tidak melawan.

Setiap pertanyaan selalu dijawab Cia Siau giok dengan jujur, ia tak pernah membantah atau melakukan pembelaan terhadap setiap perbuatannya, berada dalam keadaan seperti ini, sanggupkah bagi Ting Peng untuk turun tangan?

Tapi Ting Peng toh menggeleng juga. "Kau keliru!?" ia berkata.

"Aku keliru?" Cia Siau Giok tertegun. Ia seperti tidak percaya kalau Ting Peng masih mempunyai alasan yang ke lima.

Sambil tertawa Ting Peng menjawab. "Benar, kau keliru, aku hendak membunuhmu disebabkan satu alasan, aku tidak membunuhmu juga disebabkan satu alasan, tapi bukan alasan-alasan yang telah kau sebutkan tadi"

"Lantas apa alasannya?" tak tahan Cia Siau giok bertanya.

"Karena kau adalah putrinya Cia Siau hong" Itulah sebuah alasan yang sangat baik.

Cia Siau giok termenung sejenak, kemudian baru berkata: "Karena aku adalah putrinya Cia Siau hong, maka aku pantas mati"

"Putrinya Cia Siau hong tidak pantas mati, tapi putri Cia Siau hong yang melakukan perbuatan-perbuatan itu pantas mati!"

Cia Siau hong adalah seorang pendekar besar yang dihormati setiap umat persilatan didunia ini, sebaliknya putrinya telah menjadi pemmpin dari sekelompok pembunuh bayaran, perbuatan semacam ini memang pantas dibunuh. Siapa pun tak dapat menyangkal kalau alasan tersebut merupakan suatu alasan yang tepat.

Tapi Cia Siau giok tidak puas dia berseru: "Ting toako, bila kau membunuhku karena alasan ini, maka aku benar-benar merasakan amat penasaran"

"Oya?"
Dengan semangat yang menyala-nyala Cia Siau giok berkata lagi: "Ayahku memang amat termashur, tapi ia menjadi termashur karena mengandalkan pedangnya itu"

Ucapan inipun tak dapat disangkal siapa pun, perkampungan Sin kiam san ceng memang menjadi tenar berkat kelihayan pedangnya.

Cia Siau giok berkata lebih jauh. "Pedang ayahku bisa menjadi tenar karena pedangnya sudah pernah membunuh banyak sekali jago pedang ternama, atau dengan perkataan lain, dia menjadi ternama karena membunuh orang, bahkan orang yang tewas diujung pedangnya belum tentu setiap orang mempunyai kesalahan yang pantas untuk dihukum mati"

Ting Peng hanya manggut-manggut, dia tak tahu bagaimana harus menjatuhkan perkataannya itu.

"Bila kau adalah musuh ayahku" kata Cia Siau giok lagi, demi membalas dendam baru membunuhku, alasan tersebut masih bisa diterima sebagai suatu alasan, tapi aku tahu kau bukan dikarenakan membalas dendam, kau ingin membunuhku karena aku adalah Giok Bu sia, padahal Giok Bu sia tak lebih hanya seorang manusia yang pernah membunuh sekelompok manusia, tidak jauh berbeda seperti ayahku membunuh orang. Mengapa kalau ayahku yang membunuh maka perbuatannya benar, sedang putrinya yang membunuh orang justru harus dijatuhi hukuman yang setimpal?"

"Itu berbeda, sebah ayahmu belum pernah membunuh orang disebabkan karena upah sejumlah uang"

"Lantas dia membunuh orang dikarenakan apa?"

Ting Peng merasa tertegun dan tak sanggup menjawab pertanyaan tersebut. Yaa, Cia Siau hong pernah membunuh banyak sekali orang kenamaan, tapi karena apa? Karena mempertahankan nama besarnya?

Mula-mula ia tak senang ada orang lebih ternama dari pada dirinya, ia mencari orang itu dan menantangnya untuk berduel, setelah pihak lawan roboh terbunuh, dia menjadi semakin tenar. Lambat laun dia pun berjumpa dengan sekawanan manusia lain yang ternama, masing-masing tidak puas dengan kebolehan lawannya hingga terjadi pertarungan, ia berhasil membunuh lawan dan dia pun mendapat julukan sebagai jago pedang yang tiada bandingannya.

Sampai pada akhirnya, baru muncul manusia-manusia yang kalah tenarnya dari dia, mereka bermunculan dengan harapan bisa mengalahkan dia dan menjadi ternama, datang mencarinya, menantangnya berduel, tapi kemudian tewas di ujung pedangnya. Entah berada dalam keadaan macam apa pun, sebagai alasannya hanya satu, yakni nama.

Maka dengan semangat yang menyala-nyala Cia Siau giok berkata lebih jauh: "Ayahku membunuh orang karena nama sedang aku membunuh orang karena upah, aku rasa kedua hal tersebut sama sekali tak ada perbedaannya, bahkan aku menganggap diriku masih jauh dapat diampuni dari pada ayahku, aku membunuh karena upah, ada kalanya aku justru mendapat pesanan untuk membunuh sekawanan orang jahat, selain menguntungkan orang lain pun menguntungkan diri sendiri, ada kalanya pihak lawan memang tidak terlalu jahat, aku hanya bisa merugikan orang tapi menguntungkan diri sendiri. sebaliknya ayahku yang membunuh orang, selalu merugikan orang, dia sendiri tak berhasil mendapatkan keuntungan apa-apa!"

Ting Peng hanya bisa menghela napas.. Cia Siau giok berkata makin gencar:

"Aku tahu, perkataanku barusan hanya alasan yang terlalu dibuat-buat, belum tentu kau dapat menerimanya, tapi aku masih mempunysi satu hal yang bisa menunjang pendapatku ini, dari dulu sampai sekarang, belum pernah ada seorang manusia pun yang pernah mengajarkan kepadaku, bagaimana caranya menjadi putri, Cia Siau hong yang baik, termasuk ayahku sendiri juga tak pernah mengajarkan hal itu kepadaku. sedang aku jauh sebelum aku mengetahui asal usulku yang sebenarnya, sebelum datang ke perkampungan Sin kiam san ceng ini, aku telah menjadi Giok Bu sia, karena kehidupan tersebut merupakan gaya hidupku yang sesungguhnya"

"Dahulu, kau tidak tahu kalau kau adalah putrinya Cia Siau hong?"

"Benar, kalau tidak, akupun tak akan menjadi Giok Bu sia, walaupun aku tidak pintar, tapi aku tahu perananku sebagai Giok Bu sia dan putri Cia Siau hong adalah dua peranan yang bertentangan, dan berperan sebagai putrinya Cia Siau hong harus bersikap jauh lebih baik dari pada sewaktu berperan sebagai Giok Bu sia, tapi sayang sekali aku justru telah menjadi Giok Bu sia lebih dulu, untuk menjadi seorang tuan putri yang bersih dan suci, aku harus melepaskan diri dari ikatanku dengan Lian im cap si sat."

"Maka kau baru datang mencariku?"

Cia Siau giok segera tertawa. "Lian im cap si sat bukanlah lelaki dan perempuan yang baik, bukan suatu cara yang mudah untuk melepaskan diri dari belenggu mereka, kecuali pedang ayahku, hanya golokmu yang sanggup menolongku. ayahku sudah pasti tak akan sudi melakukan pekerjaan bagiku, itulah sebabnya terpaksa aku datang mencarimu."

Sekarang, Ting Peng hendak menghela napas pun tak mampu lagi....
Selanjutnya,
Golok Bulan Sabit Jilid 22