Golok Bulan Sabit Jilid 19 - Sonny Ogawa

Halaman

    Social Items

Golok Bulan Sabit Jilid 19
Karya : Khu Lung
Penyadur : Tjan ID

Cerita silat Mandarin Karya Gu Long
JAWABAN ini sukar diberikan, karena banyak orang yang melakukan bunuh diri tidak meninggalkan surat wasiat apa-apa atau menerangkan alasannya melakukan bunuh diri.

"Dapatkah Ting Peng menghabisi nyawa sendiri?" Pertanyaan tersebut diajukan oleh Giok Bu sia tapi Cing Cing sebagai istrinya pun tak sanggup memberi jawaban. Setelah berpikir setengah harian lamanya dia baru berkata:

"Aku sendiripun tidak tahu, jika dia selalu menerima desakan kalian dan membunuh banyak orang maka hanya ada dua macam akibat yang bisa timbul, pertama berubah menjadi seorang pembunuh yang getol dan setiap saat mendengarkan petunjuk kalian dan membunuh orang-orang yang kalian anggap sebagai penentang, kedua adalah menjadi gila akibat desakan kalian sehingga akhirnya menghabisi nyawa sendiri"
Selintas perasaan tercengang dan keheranan menghiasi wajah Giok Bu sia, serunya kemudian: "Ting hujin, kau benar-benar sangat pintar, kepintaranmu sama sekali di luar dugaanku"

Kemudian setelah berubah sikap ujarnya lebih jauh sambil tertawa pelan: "Cuma Ting hujin masih belum cukup pintar, seharusnya persoalan yang kau ketahui itu hanya boleh disimpan dalam perut dan tidak pantas kau utarakan keluar."

Cing-cing turut tertawa: "Seandainya suamiku dapat kalian gertak sehingga menuruti ucapanmu, tentu saja aku dapat meninggalkan pesan tersebut dan diam-diam disampaikan kepadanya, cuma aku cukup memahami tentang dirinya, persyaratan kalian tak mungkin bisa dia terima."

"Kau maksudkan dia tak akan membunuh Liu Yok siong?"

"Ia dapat membunuh Liu Yok siong asal Liu Yok siong melakukan suatu pekerjaan yang pantas untuk mampus, dia dapat membunuhnya, tapi membunuhnya bukan lantaran desakan kalian."

"Demi kalian berduapun dia tak akan berbuat demikian?"

"Tidak!"

"Maksudmu bobot kalian berdua masih belum dapat menangkan bobot seorang Liu Yok siong?"

"Bukan begitu maksudku" kata Cing-cing tertawa, "dalam hati kecilnya, Liu Yok siong sama sekali tidak memperoleh tempat, justru karena itulah dia baru tahu membunuh Liu Yok siong tak mungkin bisa memperoleh kebebasan bagi kali"

"Sekalipun tak bisa diperoleh kebebasan untuk kalian, namun ia toh bisa memperoleh nyawa kalian berdua, dalam surat pemberitahuan tersebut kami telah menerangkan dengan jelas, bila ia tidak membawa batok kepala Liu Yok siong untuk menghadap kami, maka dia akan mendapatkan batok kepala kalian!"

Cing-cing segera tertawa. "Aku tak ingin mengguyur kepalamu dengan air dingin, tapi akupun berani menjamin, orangmu tak akan membawa pulang berita baik"

"Soal ini aku mah bersedia untuk bertaruh"

"Sebenarnya aku pun ingin sekali bertaruh, cuma sayang aku benar-benar repot, tak ada waktu untuk beradu kepandaian denganmu"

"Apakah Ting hujin beranggapan bisa melarikan diri dari sini?"

"Tanganku tidak terbelenggu, orang pun tidak kau ikat, mengapa aku tak bisa meninggalkan tempat ini?"

"Karena kami telah menangkap seorang jaminan" sahut Giok Bu sia sambil menuding Siau Im.

"Bagi kami, caramu itu sama sekali tak berguna, selamanya kami mempunyai suatu peraturan yakni masing-masing mengurusi keselamatan sendiri, bila membunuhnya, aku dapat membalaskan dendam baginya, tapi bila kau suruh aku mencabut segenggam rambutku untuk ditukar dengan keselamatan dari jiwanya, tanpa dipertimbangkan lagi aku pasti akan menampik"

Tanpa napsu akan kuat, tanpa kekurangan akan tangguh. Ucapan tersebut bisa diucapkan setiap orang, mereka yang baru belajar membaca berapa hari pun dapat memahami artinya dengan jelas, akan tetapi justru sulit untuk dilaksanakan. Setiap orang mempunyai napsu itulah sebenarnya cita-cita seseorang bisa melunak. Setiap orang selalu murung dan memikirkan banyak urusan, karena itulah hati orang gampang goyah.

Giok Bu sia dibuat terperanjat oleh sikap Cing Cing, karena ia cukup memahami tentang kecerdasan Cing Cing, dia pun mengetahui bahwa Cing Cing memang memiliki peraturan semacam itu. Dia menggunakan Siau Im sebagai sandera maksudnya hanya untuk menjajal saja, dia mengerti Siau Im tidak cukup berbobot untuk memaksa Cing Cing mengorbankan diri.

Tapi cara Cing Cing berbicara begitu tegas dan tak bisa ditawar-tawar, hal ini dapat diartikan juga sekalipun ia dapat menemukan sandera yang cukup berbobot pun sama saja sulit untuk merubah hatinya. Itulah sebabnya sambil tertawa ia berkata:

"Kami hendak menahan Ting hujin entah masih ada cara lain atau tidak?"

"Tidak ada"

"Jika kami hendak menahanmu dengan mempergunakan ilmu silat?"

"Itu berarti kalian hanya bisa menahan jenazahku saja"

"Kami sama sekali tidak menaruh minat terhadap jenazah Ting hujin, sebab hal mana hanya akan mendatangkan kesulitan saja, bagi kami, tampaknya terpaksa kami harus melepaskan kalian berdua"

Mendadak ia mendorong Siau Im ke depan, serta merta Cing cing menyambut dengan kedua belah tangannya, tapi saat itulah selembar jaring yang besar telah mengurung tubuh mereka.

Seorang lelaki berdandan nelayanlah yang menyebarkan jaring tersebut jaring itu, selalu di tenteng di tangannya, Cing Cing pun sangat memperhatikan orang itu, tapi dia tak menyangka kalau jaring itu bakal di tebar dalam keadaan demikian.

Orang persilatan yang menggunakan jaring sebagai senjata andalannya tidak banyak, yang paling termasyhur hanya seorang yang bernama si Jaring kilat Thio Sam, hanya saja orang itu merupakan seorang cianpwe yang sudah berusia ratusan tahun.

Setelah itu tak pernah terdengar kalau Thio Sam mempunyai ahli waris, tapi permainan jaring lelaki ini sangat enteng, benang jaringnya pun tipis dan berkilat seperti terbuat dari sejenis serat. Biasanya jaring semacam ini pasti enteng sekali bobotnya, bahan yang digunakan juga sangat kuat, namun tidak terlampau besar, berhubung lelaki itu berdiri sangat jauh, maka Cing Cing tidak begitu memperhatikan gerak geriknya.

Siapa sangka jaringnya bisa disebarkan begitu jauh, begitu besar, seandainya Siau Im tidak dilemparkan ke arahnya, dia masih bisa menerobos ke muka untuk menghindarkan diri. Tapi orang lain sudah memperhitungkan segala sesuatunya dengan tepat, Siau Im yang dilemparkan ke arahnya bukan dimaksudkan agar dia menyambutnya, melainkan untuk menghalangi jalan majunya.

Begitu jaring tersebut menyebar ke bawah, tubuh mereka berdua segera terkurung rapat-rapat. Meski begitu Cing Cing masih dapat bergerak, dia bergerak bukan untuk menyerang orang lain, melainkan menghadiahkan sebuah tamparan ke atas wajah Siau Im sambil memakinya bodoh.

Tindakan itu seperti untuk melampiaskan rasa mendongkolnya belaka, menyalahkan gadis itu kelewat bodoh sehingga berakibat diapun kena tertangkap. Oleh karena itu meski Siau Im kena di tampar, dia hanya menundukkan kepalanya sambil membungkam diri.

Orang lain mengira begitulah maksud tamparan tersebut, maka tak ada yang memperhatikan jika sebutir anting-anting Siau Im telah terjatuh ke atas tanah.

Apa gunanya sebutir mutiara itu. Kecuali orang yang tergabung dalam organisasi rahasia tersebut, tiada orang yang memahami, tapi mutiara tersebut justru mendatangkan kegunaan yang besar sekali.

PENGEJARAN

Ting Peng mendapat kabar dua hari kemudian. Kabar itu dihantar oleh dua orang, isi pemberitahuan pun sederhana sekali.

"Bawa batok kepala Liu Yok siong dan datang ke luar kota Koh siok di bawah kuil Han san si, tepi jembatan Hong Han, ditukar dengan dua orang manusia"

Surat itu tidak dicantumkan siapa nama pengirimnya, cuma surat pemberitahuan itu disertai dua buah anting-anting, sebuah milik Siau Im, yang lain milik Cing cing. Selesai membaca surat pemberitahuan itu, Ting Peng menyerahkan kedua biji anting anting itu kepada Siau Hiang.

Siau Hiang menyambutnya dan diendus sebentar, kemudian baru berkata: "Ehmm, kepunyaan nona dan Siau Im"

Ting Peng memandang orang yang membawa surat pemberitahuan itu, lalu bertanya: "Orang itu terjatuh ditangan kalian?"

"Benar!"

Sambil tertawa Ting Peng lantas bertanya kepada Liu Yok siong: "Kau kenal dengan kedua orang itu?"

"Tidak kenal"

Ting Peng segera memberikan surat pemberitahuan itu kepadanya, lalu berkata sambil tertawa: "Waaah, kalau begitu sungguh mengherankan, kalau toh tidak kenal, mengapa kedua orang sahabat ini bersikeras hendak merenggut nyawamu....?"

Paras muka Liu Yok siong berubah hebat sehabis membaca surat pemberitahuan itu, karena tangan Ting Peng telah menggenggamkan gagang golok miliknya. Namun Ting Peng tidak mencabutnya ke luar, dia berbalik bertanya kepada lelaki itu:

"Kalian pun terdiri dari dua orang, jika aku menahan kamu berdua lalu menggunakan nyawa kalian untuk ditukarkan dengan kedua orang itu entah berguna atau tidak?"

"Bila berguna, kami tak akan diutus ke mari" jawab lelaki itu sambil tertawa.

"Betul juga perkataanmu itu, nampaknya aku sudah tak punya pilihan lain"

"Bukan saja Ting tayhiap sudah tak punya pilihan lain, lagi pula harus mengikuti kami dan berangkat sekarang juga, sebab bila sampai terlambat selangkah paling banter kau hanya akan datang mengambil jenazah"

"Liu Yok siong, bagaimana keputusanmu?" tanya Ting Peng kemudian sambil tertawa.

Sambit mengeraskan hati sahut Liu Yok siong: "Bila kematian tecu dapat ditukar dengan keselamatan subo, walaupun harus mati tecu akan mati dengan rela"

"Kalau begitu terpaksa aku mesti mengorbankan kau!" Sementara pembicaraan masih berlangsung, goloknya sudah diloloskan dari sarung kemudian cahaya golok berkelebat lewat...

Liok yok siong tetap berdiri kaku ditempat semula, sepasang matanya telah dipejamkan rapat-rapat, sedang kedua orang lelaki itu segera mengulumkan senyuman diatas wajahnya.

"Blaaammm....!" sesosok tubuh manusia roboh terkapar ke atas tanah.

Orang yang roboh ternyata bukan Liu Yok siong, melainkan salah satu diantara kedua orang lelaki tersebut, tubuhnya terbelah menjadi dua persis dari garis tengah tubuhnya. Bacokan tersebut benar-benar cepat bagaikan sambaran kilat, menanti lelaki kedua mengetahui apa yang telah terjadi, golok Ting Peng telah dimasukkan kembali ke dalam sarungnya.

"Bagaimana dengan bacokanku ini?" tanyanya sambil tertawa.

Pucat pias selembar wajah lelaki itu saking takutnya, dengan suara gemetar dia berkata: "Ting tayhiap, perbuatanmu ini hanya akan mencelakai jiwa Ting hujin, bila kami sampai menderita sesuatu kekurangan, dua lembar nyawa tersebut akan dijadikan jaminannya."

"Tidak! Nyawa kalian kelewat enteng, masih belum cukup untuk menjamin keselamatan isteriku, oleh sebab itu aku mengerti amat jelas, aku berbuat demikian hanya ingin memberitahukan kepada kalian, cara yang kalian gunakan itu keliru besar, caraku membunuh orang adalah sekali tabas kutung menjadi dua, aku tak pernah memenggal batok kepala"
Lelaki itu menjadi tertegun. "Kami hanya berharap Ting tayhiap membunuh orang, belum tentu harus memenggal batok kepalanya" dia berkata.

"Kau dapat memutuskan?"

"Tidak, aku tak dapat mengambil keputusan" buru-buru lelaki itu menjawab.

Ting Peng segera tertawa. "Itulah sebabnya aku tidak membacok dirimu juga, aku hendak menyuruh kau pulang dan menanyakan persoalan ini sampai jelas sebelum datang kemari lagi, selain itu juga beritahu kepada orang kalian agar dia mengganti kau dengan beberapa orang yang terbaik, seandainya aku dapat memperoleh isteriku kembali hanya dengan membunuh Liu Yok siong, hal ini merupakan suatu penghinaan bagiku, aku Ting Peng tak dapat melakukan pekerjaan rendah seperti itu, orang yang pantas begitu untuk menggerakkan golok paling tidak adalah seorang pemimpin dari suatu perguruan besar"

"Baik, baik, aku akan pulang dan menanyakan soal ini sampai jelas, kemudian baru datang lagi untuk memberi tahukan hal tersebut kepada Ting tayhiap" sahut lelaki itu cepat.

Ting Peng tertawa. "Kalau begitu cepatlah pergi, dan cepat kembali, aku tidak lega bila istriku masih berada ditengah orang lain"

Lelaki itu sudah membalikkan badan dan siap berlalu dari sana. Mendadak Ting Peng berseru lagi:

"Jenasah rekanmu itu seharusnya dikirim ke mana?"

"Bila tayhiap bermurah hati, gunakanlah sebuah peti mati untuk mengubur jenazahnya, bila aku datang lagi nanti pasti akan kubawa pulang, kalau tidak, terserah apa yang hendak kau lakukan"

Ting Peng segera mengulapkan tangannya, dengan keadaan yang mengenaskan buru-buru lelaki itu kabur meninggalkan tempat itu.

Sepeninggal orang itu, Ting Peng berseru: "Liu Yok siong!"

"Suhu ada petunjuk apa?" tanya Liu Yok siong dengan wajah pucat pias seperti mayat.

""Demi Cing Cing aku rela membunuh siapa saja, tapi aku tidak membunuhmu, tahukah kau mengapa aku berbuat demikian?"

"Tecu bodoh, tecu tidak tahu"

Ting Peng menghela napas panjang. "Kalau kau pun tidak mengetahui apa sebabnya, maka kau berarti seorang manusia yang sangat goblok, tak ada gunanya aku menahan dirimu disini...."

Buru-buru Liu Yok siong berseru: "Nyawa tecu mana bisa dibandingkan dengan nyawa subo? Jelas hal itu hanya merupakan suatu percobaan belaka, sekalipun batok kepala tecu dipenggal, belum tentu sunio bisa diselamatkan dari cengkeraman orang..."

"Tampaknya bila seseorang sudah didesak untuk menyelamatkan jiwa sendiri kadang kala dia bisa menjadi pintar dengan sendirinya" ujar Ting Peng tertawa.

Liu Yok siong tidak berani berbicara apa-apa lagi. Kembali Ting Peng berkata:

"Kemungkinan besar pihak lawan masih dapat mengganti sebuah cara lain untuk membunuhmu, sampai saatnya dan seandainya aku tak punya pilihan lagi mungkin saja aku dapat sungguh-sungguh membunuhmu, oleh sebab itu bila kau masih ingin hidup terus, lebih baik carilah akal sendiri untuk menyelamatkan diri"

"Baik! Baik! Tecu pasti akan berusaha keras untuk menyelamatkan sunio..."

Ting Peng tertawa. "Bila kau mempuyai kepandaian sebesar ini, bisa jadi pihak lawan benar-benar akan membunuh dirimu, lebih baik carilah pekerjaan mudah untuk kau lakukan, misalnya berusaha menemukan tempat Cing Cing di sekap...."

"Baik, tecu pasti akan berusaha dengan sepenuh tenaga"

"Jalan tersebut mungkin tak mudah ditembusi, sebab itu kau masih mempunyai sebuah jalan lagi yaitu menyelidiki siapa gerangan pihak lawan, kemudian mengadakan kontak dengannya dan minta kepada mereka agar jangan mencantumkan namamu sebagai salah seorang sasaran yang pantas dibunuh..."

"Baik, baik! Tecu percaya pasti dapat menemukan jejak mereka, sedang mengenai ucapan terakhir dari suhu, tecu rasa tak perlu lagi, asal sudah diketahui siapakah mereka, meski tecu tak becus, aku pasti mempunyai kemampuan untuk menghadapi mereka"

"Baik, kalau begitu laksanakanlah, dua hari kemudian, bila kau masih belum mendapat kabar, hanya ada satu jalan bagimu yakni menyembunyikan diri"

"Menyembunyikan diri?" Liu Yok siong tertegun.

"Benar, bersembunyi di suatu tempat yang tak bisa ditemukan orang, dengan demikian bila pihak lawan ingin membunuhmu, aku dapat menggunakan alasan tidak ditemukan untuk menampik permintaan tersebut, tapi bila pihak lawan bisa membantuku untuk menemukan kau, anggap saja nasibmu memang kelewat jelek sampai waktunya kau jangan menyalahkan aku bertindak kejam lagi"

Dengan membawa perasaan bimbangnya, Liu Yok siong berlalu dari situ. Walaupun tiada orang yang mengejarnya, namun dia kabur terbirit-birit seperti ada lima atau enam ekor anjing galak yang sedang mengejarnya.

Siau Hiang memperhatikan bayangan punggung Liu Yok siong sehingga lenyap dari pandangan, wajahnya segera menunjukkan perasaan muak dan benci, katanya: "Kongcu, orang ini seharusnya pantas mampus sedari dulu, mengapa kau membiarkan dia tetap hidup?"

"Kehidupannya di dunia ini masih banyak kegunaannya" jawab Ting Peng sambil tertawa.

"Dia bermaksud jahat, tampaknya rasa bencinya kepada kongcu sudah mendalam sekali"

"Aku tahu, tiada manusia yang berbeda di dunia ini, bila dia diinjak-injak apalagi dijatuhkan dari tempat yang tinggi, sudah pasti ia akan mendendam dan membencinya hingga merasuk ke tulang sumsum"

"Tapi dia pasti akan bersekongkol dengan banyak orang untuk mencelakai kongcu, siapa tahu orang yang membekuk nona sekarang juga merupakan komplotannya?"

"Bisa jadi demikian"

"Dia tahu kalau kongcu tak akan memenuhi tuntutan orang dengan membunuhnya, maka dia mencantumkan namanya di urutan yang pertama"

"Seandainya dia benar-benar berbuat demikian, diapun tahu kalau untuk kedua kalinya aku bakal membunuhnya, maka perintahkan kepadanya untuk pergi keluar merupakan sebuah percobaan pula, bila dia tidak bersekongkol dengan orang-orang tersebut..."

"Begitu besarkah kemampuan yang dimilikinya?"

"Dia adalah seorang siaujin, mempunyai cara yang dimiliki siaujin, dalam hal ini kau tak boleh memandang enteng dirinya"

"Seandainya ia tak berhasil menemukan-nya?"

"Dia pasti akan menyembunyikan diri, bersembunyi serapat-rapatnya dan tak berani menjumpai diriku lagi, dengan cara inilah aku justru akan mengusirnya pergi"

Siau Hiang termenung beberapa saat lamanya, kemudian baru berkata lagi: "Kongcu, percayakah kau nona sekalian telah disekap orang?"

"Benar, anting-antingnya dapat membuktikan hal ini, anting-anting tersebut pemberian dari kakeknya, diberikan kepadanya sebagai kenang-kenangan, seandainya tiada suatu perubahan yang istimewa, tak mungkin benda itu bisa terlepas dari tubuhnya"

"Apakah kita perlu menunggu kabar berita dari Liok Yok siong?"

"Aku rasa tidak perlu, dia dan Siau Im adalah rase, rase mempunyai kemampuan yang luar biasa, aku percaya dia pasti mempunyai cara untuk memberi kabar kepadaku dimanakah mereka berada?"

Paras muka Siau Hiang agak bergetar, serunya cepat: "Benar! Jika kongcu tidak bilang akupun hampir saja melupakannya, nona memang sudah melepaskan tanda bahaya"

"Benarkah itu. Dimanakah ia sekarang?" tanya Ting Peng sama sekali tidak merasa tegang.

"Budak tidak tahu, tapi setiap saat budak dapat melepaskan tanda bahaya dan menemukan tempat tinggalnya." Sambil berkata dia mengambil anting-anting dari Siau Im dan dimasukkan ke dalam sakunya: "Kongcu, suruh Ah Ku menyiapkan kereta, kita segera berangkat"

"Baik" Ting Peng manggut-manggut, "pergilah memberi perintah, sebentar kita berangkat."

Sikapnya sangat tenang, sama sekali tidak gelisah, seolah-olah hubungan perasaannya dengan Cing-cing begitu tipis sehingga hampir mendekati tiada hubungan. Tentu saja dalam gedung itu masih terdapat orang lain, mereka sama-sama menunjukkan sikap tidak habis mengerti.

Terutama sekali ketika Ting Peng menitahkan orang untuk menyiapkan peti mati dan memasukkan jenasah lelaki itu ke dalam peti, semua orang semakin kebingungan dibuatnya, karena Ting Peng telah memesan kayu macam apakah untuk peti mati itu, pakaian apa yang harus dipakai dan bagaimana cara penguburannya, seakan-akan kematian lelaki tersebut telah memancing perhatiannya yang lebih besar.

Kereta kuda itu bergerak ke depan, Ting Peng yang berada dalam kereta memejamkan mata rapat-rapat, Siau Hiang bersandar di atas lututnya seperti seekor kucing. Ada kalanya Ting Peng membelai rambutnya atau mengelus pipinya yang halus, dan dia pun mengulumkan sekulum senyuman genit kepada Ting Peng...

Pemandangan semacam ini sungguh menggetarkan hati orang, membuat hati orang merasa kagum. Walau dilihat sepintas lalu pemandangan tersebut menggetarkan sukma, tapi benarkah perasaan mereka pun sedemikian tenangnya?

Soal ini hanya mereka sendiri yang tahu, paling tidak dari wajah Ting Peng mereka tidak berhasil menemukan sesuatu yang aneh. Kereta kuda bergelinding melalui sebuah jalan bukit, mendadak Siau Hiang bangun dan duduk, lalu mengetuk pintu kereta. Ah Ku yang menjadi kusir di depan segera menarik tali lesnya dan menghentikan kereta tersebut.

Siau Hiang melongok ke luar, kemudian bertanya. "Apakah, kita sudah melalui jalanan kecil itu"

Ah Ku manggut-manggut sambil memberi kode tangan.

Siau Hiang lantas berkata lagi: "Lumayan kalau begitu! menurut perhitunganku seharusnya tinggal empat puluh kaki lagi kita belok ke jalan kecil tersebut"

Ah Ku memberi kode tangan lagi. Terdengar Siau Hiang berkata:

"Kongcu, jalanan tersebut kelewat sempit, kereta kita tak bisa masuk, kita harus beralih menunggang kuda"

"Kau tak bakal salah bukan?" tanya Ting Peng tertawa.

"Tak bakal salah, anting-anting yang di kirim Siau Im adalah anting-anting harum seribu li, anting-anting tersebut mempunyai semacam bau khas, dimana tempat tersebut dia lewati, dalam setengah bulan baunya tak akan luntur, cuma hanya orang kita saja yang bisa membedakannya"

"Maksudmu anting-anting yang dikirim kepada kita itu?"

"Bukan! Anting-anting ini meski membawa bau tersebut, namun bau itu karena tertempel pada anting-anting yang lain, sedang bau yang sebenarnya terletak pada anting-anting yang satunya"

"Masa di atas sebuah anting-anting bisa menyiarkan sejenis bau khas tertentu!"

Siau Hiang tertawa. "Soal ini merupakan rahasia kami, sebetulnya anting-anting itu sendiri tidak mempunyai bau apa-apa, bau khas tersebut terbungkus didalam mutiara dari anting-anting itu. Jika menemui bahaya maut maka mutiaranya dipukul hancur sehingga menyiarkan bau khas, bau tersebut akan tertinggal di tempat-tempat yang dilaluinya, sewaktu Siau Im tertawan, ia telah berbuat demikian maka dari itu anting-anting yang dikirim datang hanya tertempel sedikit bau harum itu, dengan mengikuti asal bau tersebutlah aku bisa meraba arahnya secara garis besar, tapi setelah sampai di depan situ, baunya makin lama semakin keras"

"Kalau begitu kau sudah dapat menentukan dimanakah mereka berada sekarang?"

"Benar! Asal nona dan Siau Im belum berpisah, kita pasti dapat menemukan jejaknya, paling tidak kita dapat menemukan dimanakah Siau Im berada sekarang"

"Baik! Kalau begitu kita tak usah menunggang kuda, kita lanjutkan perjalanan sambil berjalan kaki saja"

"Budak kuatir tak sanggup berjalan sejauh itu"

"Tak menjadi soal, biar aku dan Ah Ku secara bergilir membopong tubuhmu nanti"

Ah Ku kembali memberi kode tangan menanyakan bagaimana dengan kereta mereka.

Sambil tertawa Ting Peng berkata: "Beri saja sebuah cambukan agar mereka berjalan turun ke bawah sana mengikuti jalanan, toh kereta tersebut sudah terlanjur ternama sekali dalam dunia persilatan, tak usah kuatir bila ia nanti hilang. Ah Ku, sebenarnya aku hendak menyuruh kau melanjutkan kereta itu menuju ke depan sana agar bisa memencarkan perhatian orang, tapi aku pun berpikir lain, pihak lawan bisa menangkap Cing Cing berdua, berarti mereka bukan terdiri dari seorang saja, lagi pula pasti hebat sekali, kemungkinan besar aku membutuhkan pembantu, itulah sebabnya aku menyuruh kau turut serta dalam perjalanan ini"

Tampaknya Ah Ku sangat gembira karena Ting Peng memandang tinggi kemampuannya, buru-buru dia melompat turun dari keretanya dan memayang turun Siau Hang, setelah itu memberi sebuah cambukan membiarkan kudanya lari ke depan. Sementara mereka bertiga segera memutar badan dan masuk ke jalanan kecil tersebut.

PERKAMPUNGAN LIAN IM SAN CENG

TEMPAT itu merupakan sebuah perkampungan yang sangat besar, terhitung pula sebuah bangunan yang terpencil sekali letaknya. Siau Im dan Cing disekap dalam sebuah kamar, tubuh mereka tidak diikat atau dibelenggu, jendela dan pintupun tidak diberi terali besi.

Tapi mereka tak dapat melarikan diri dari situ, sebab tubuh mereka dalam keadaan telanjang bulat, Giok Bu sia memang kurang ajar, ternyata mereka telah ditelanjangi, perabot dalam ruangan itu diatur sangat rapi, cuma tiada secuwil bendapun yang bisa digunakan untuk menutupi tubuh mereka.

Pintu dibuka, Giok Bu sia masuk sambil membawa sebuah anglo tempat pemanasan, ujarnya sambil tertawa: "Aku kuatir, kalian kedinginan, maka sengaja kuambilkan tempat pemanasan untuk menghangatkan tubuh kalian"

Ketika ia berada di depan pintu tadi, Cing Cing sudah mendengar kehadirannya, dia segera menyelinap ke belakang pintu dan bermaksud untuk menotok roboh dirinya. Tapi tangannya yang diayunkan itu segera terhenti ditengah jalan, sebab Giok Bu sia sendiripun tidak berbusana, seperti mereka dia pun berada dalam keadaan telanjang bulat. Memandang tangan Cing Cing yang ditarik kembali, Giok Bu sia tertawa tergelak, ujarnya:

"Ting hujin, agar kalian jangan kuatir dan merasa murung, aku sengaja melepaskan pula pakaianku agar kalian dapat membuktikan sendiri kalau aku pun seorang perempuan, seorang perempuan tulen?"

.... Halaman 31 s/d 36 hilang ....

"Terhadap aku tak mungkin" Giok Bu sia tertawa, "sebab sewaktu datang dulu mereka keluar berenam, ke empat orang lainnya justru termakan jarum terbangku karena sikap kurang begitu bersahabat..."

"Aku rasa jarum itu pasti sudah diberi racun?"

"Benar, racun itu adalah sejenis racun yang sangat aneh, tidak sakit tidak kaku, tapi mendatangkan perasaan gatal bahkan rasa gatalnya keluar dari badan menuju keluar, maka setelah termakan bidikan jarumku bukan saja seluruh tubuh mereka sendiri dicakar robek, sampai akhirnya mereka malah menggunakan pisau untuk memotongi kulit badan sendiri, memotong terus sampai tak sanggup memotong lagi, ada seorang diantaranya cukup tangguh, ternyata dia sanggup mengorek sampai isi perutnya keluar semua, akhirnya dia baru mampus setelah jantungnya sendiri di potong keluar..."

Siau Im merasakan seluruh bulu kuduknya pada bangun berdiri, dia ngeri sekali oleh cerita orang. Tapi Cing-cing tidak dibikin ketakutan oleh perkataan mana bahkan paras mukanya sama sekali tidak menunjukkan perubahan apa-apa.

Dengan nada sedikit kurang percaya, Giok Bu sia bertanya: "Adakah Ting hujin kurang percaya dengan perkataan tadi?"

"Tidak! aku percaya, meskipun kau bukan seorang perempuan yang jujur namun selagi seseorang berada dalam keadaan telanjang bulat dia jarang sekali berbohong"

"Tapi sikap serta mimik wajahmu menunjukkan seolah-olah tidak percaya dengan ucapanku itu"

"Aku tahu kalau kau berbicara sesungguhnya, cuma aku tidak sampai dibuat ketakutan saja, tahukah kau aku bukan manusia, aku adalah rase"

Giok Bu sia tertawa. "Setiap orang lelaki memang selalu mengatakan kita orang perempuan sebagai siluman rase" katanya.

"Tapi yang kuyakini berbeda dengan kalian, yang kuyakini adalah aliran rase langit, yang diutamakan adalah bentuk hati yang bersih, oleh karena itu aku sudah tak akan terpengaruh lagi oleh persoalan-persoalan keduniawian lagi."

"Tidak kusangka latihan batin Ting hujin telah mencapai tingkatan yang begini sempurna, entah persoalan keduniawian apa lagi yang sanggup menggerakkan hatimu?"

"Ada sih ada" Ujar Cing-cing menghela napas, "andaikata benar-benar bisa terlepas dari semua persoalan keduniawian niscaya hatiku sudah sebersih cermin dan tingkat kedudukanku tentu akan setingkat lebih tinggi lagi."

"Entah persoalan apakah yang masih sanggup menggerakkan hati Ting hujin...?"

Setelah pertanyaan itu diutarakan, dia baru merasakan kebodohan sendiri, jelas hal itu merupakan rahasia seseorang, seperti juga seorang berlatih ilmu tenaga dalam, tentu saja dia tak akan memberitahukan rahasianya kepada orang lain.

Namun Cing-cing segera menjawab pertanyaan itu: "Suamiku!"

Giok Bu sia tertegun, tanyanya curiga: "Suamimu?"

"Benar suamiku Ting Peng, apakah nona Giok sudah memperoleh kabar darinya?"

"Sialan, mak-nya, bangsat keparat setan!"
Siapapun tak akan percaya kalau perkataan semacam itu bisa muntah keluar dari mulut seorang gadis cantik jelita seperti Giok Bu sia, bahkan dia memaki sampai dua kali. Pertama kali dia mencaci maki kata tersebut ketika Cing-cing bertanya apakah sudah mendapat khabar tentang Ting Peng, ternyata ucapan itu menyentuh hawa amarahnya, begitu meletakkan nampan nasi dia membalikkan badan dan kabur keluar.

Seperti menembus angin dia menerjang keluar, sampai pintupun lupa ditutup kembali. Ketika Cing-cing bangkit berdiri untuk menutup pintu, dia menyaksikan bayangan tubuhnya yang indah sudah menuruni loteng dan kabur jauh sekali. Menanti ia menyaksikan ada bayangan dua orang lelaki mendekat, ia baru cepat-cepat menutup pintu.

Tapi ia telah berhasil membuktikan beberapa hal, Giok Bu sia memang benar-benar berani berjalan kian kemari di depan rekan-rekan prianya dalam keadaan telanjang bulat, karena dua orang lelaki itu nampak seperti amat takut terhadap Giok Bu sia.

.... Halaman 41 s/d 44 hilang ....

...."Lo Ma, kau telah kembali?"

"Bee. . . benar, aku sudah kembali" sahut lo-ma dengan keadaan yang patut dikasihani.

"Kemana Lo Chin? Kenapa tidak pulang bersamamu?"

Lo Ma menundukkan kepalanya semakin rendah, dengan suara agak takut bercampur ngeri katanya: "Ia telah dibacok oleh Ting Peng, sekali bacok terbelah menjadi dua, benar-benar sebilah golok yang amat menakutkan"

Bukan marah Giok Bu sia malah tertawa, katanya: "Dia hanya membacok seorang saja masih terhitung sungkan, mungkin lantaran kaulah yang membawanya kemari, maka dia tak jadi membacok mati dirimu"

Lo Ma tidak berani berbicara, dia membungkam dalam seribu bahasa.

Agaknya Giok Bu sia tahu kalau perkataan semacam itu terlampau awal untuk diucapkan, maka ia segera berkata lagi: "Mana Ting Peng? Apakah dia telah membunuh Liu Yok siong?"

"Ti. . . tidak, setelah membaca surat itu dia meloloskan goloknya, kami mengira dia akan membunuh Liu Yok siong, siapa tahu Lo Chin lah yang dibacok menjadi dua"

Giok Bu sia nampak seperti gembira sekali, kembali ujarnya: "Apakah kalian tidak berbicara hingga jelas?"

"Tidak, tidak! Kami sudah berbicara cukup jelas, sepatah katapun tidak kurang"

Giok Bu sia makin tertarik lagi dengan gembira dia berseru: "Jadi maksudnya dia lebih suka mengorbankan bininya daripada membinasakan Liu Yok siong?"

"Tidak!" kembali Lo Ma berseru cepat, "diapun tidak berkata demikian...."

Sekarang Giok Bu sia baru menarik muka sambil menegur: "Sebenarnya apa yang dia katakan?"

"Dia bilang dia tak bisa membacok kepala manusia, dia hanya bisa membelah orang jadi dua, dia suruh kami berubah cara saja bila lain kali menginginkan dia membunuh orang"

"Dia cuma berkata sepatah kata ini saja"

"Dia masih mengucapkan banyak perkataan, tapi semuanya itu kalau ditarik kesimpulan maka isinya hanya menandakan kalau dia tak akan sudi menerima tekanan kita"

"Sekalipun dengan menggunakan jiwa bininya pun tak sanggup?"

"Yaa, dengan nyawa bininya pun percuma, dia bilang kita boleh saja membunuh bininya tapi perbuatan itu harus ditebus dengan suatu nilai yang besar sekali"

"Kemudian dia pun melepaskan kau pulang kemari?"

Lo Ma manggut-manggut, dia tak berani mengatakan kalau ilmu silat yang dimilikinya sudah punah, sebab hal itu sama artinya dengan mengumumkan kematian sendiri.

Dengan gusar Giok Bu sia segera mendamprat: "Kau memang seorang telur busuk yang amat bodoh, apakah kau tak tahu kalau hal ini merupakan siasat liciknya? Dia hendak menyuruh kau membawa jalan baginya agar dia ikut kemari?"

Buru-buru Lo Ma menerangkan: "Tentu saja aku pun bisa berpikir sampai ke situ maka sepanjang jalan aku memperhatikannya secara seksama, bahkan telah memberitahukan ke tujuh belas pos penjagaan agar mereka memperhatikan belakang tubuhku, tapi alhasil dibuktikannya bahwa dia tidak ikut aku datang sampai di sini"

"0ooh, peristiwa ini benar-benar sukar diterima dengan akal sehat, mungkinkah ia sama sekali tidak menaruh perhatian khusus terhadap keselamatan jiwa bininya?"

"Itupun, tidak, ia bilang tentu saja dia mempunyai cara untuk menemukan istrinya, karena diantara mereka berdua sudah mempunyai hubungan kontak batin yang mendalam dan erat sekali, sekalipun bininya berada jauh di suatu tempat yang ribuan li letaknya, dengan cepat dia akan berhasil menemukan tempat tersebut"

"Sialan, maknya, setan kepala gede."

Untuk kedua kalinya Giok Bu sia mengutarakan kata makiannya yang kotor dan kasar.

.... Halaman 49 - 50 hilang ....

... Lian Im cap si sat seng (empat belas bintang malaikat bengis) hanya melambangkan suatu nama, suatu nama dari sebuah organisasi yang aneh, bukan dimaksudkan hanya empat belas orang saja.

Hanya saja setiap kali mereka hendak melakukan suatu pekerjaan, selalu empat belas orang bersama-sama, karena setiap perbuatan yang diperintahkan Giok Bu sia tak boleh meleset barang sekali pun dan untuk melakukan suatu pekerjaan secara sempurna paling tidak membutuhkan tenaga dari empat belas orang.

Lian im cap si sat seng bukan sebuah organisasi yang ternama, akan tetapi merupakan sebuah organisasi yang nyata, mereka berani menerima tugas yang bagaimanapun sulitnya, bahkan langganan mereka merupakan perguruan-perguruan besar yang termasyhur dalam dunia persilatan, sedang tugas yang harus mereka lakukan pun sering kali merupakan pekerjaan yang tak mungkin bisa mereka lakukan atau mereka selesaikan sendiri.

Tentu saja, mereka pantang bekerja bagi orang tanpa imbalan, yang mereka terima biasanya selalu bernilai tinggi. Suatu pekerjaan dengan imbalan yang tinggi, sudah barang tentu merupakan suatu pekerjaan yang sulit sekali. Pekerjaan dengan imbalan tinggipun bukan pekerjaan yang seringkali mereka jumpai, itulah sebabnya mereka seringkali menganggur.

Tapi setiap kali mereka dapat menyelesaikan sebuah tugas maka mereka pun bisa hidup makmur, hidup gembira, kaya raya dan berlimpah-limpah selama berapa tahun. Belakangan ini merekapun sudah melakukan beberapa buah pekerjaan, itulah sebabnya mereka semua kaya raya.

Cuma saja dalam peristiwa penculikan terhadap Cing-cing, boleh dibilang mereka telah bertindak kurang cerdik, sebab hingga sekarang mereka masih belum berhasil meraih keuntungan sepeserpun, bahkan malah harus mengeluarkan ganti rugi, suatu jumlah ganti rugi yang cukup besar.

Disaat Giok Bu sia menjumpai bahwa dia jauh lebih menarik disaat mengenakan busana daripada bertelanjang bulat inilah Ting Peng telah datang.

Ting Peng datang tanpa mengeluarkan suara atau menimbulkan suara apa saja, sebab untuk mendekati perkampungan Lian Im san ceng tanpa menimbulkan suara pada hakekatnya merupakan suatu pekerjaan yang mustahil. Akan tetapi semua pekerjaan yang sudah terjatuh ke tangan Ting Peng, tampaknya tiada kata tak mungkin lagi.

Secara beruntun Ting Peng telah berhasil melampaui tujuh belas buah pos penjagaan dan melewati empat buah markas tanpa menimbulkan suara barang sedikitpun jua.

Akan tetapi sewaktu ia berdiri di depan pintu gerbang perkampungan Lian Im san ceng, ia justru menitahkan kepada Ah Ku untuk menendang pintu gerbang yang besar, tebal lagi berat itu.

Pintu gerbang tersebut tidak lebih tipis daripada pintu gerbang kota, tidak pula lebih enteng, apalagi dari atas sampai ke bawah masih dipantek dengan lima buah pantekan kayu besar, namun Ah Ku cuma menggunakan sebuah tendangan saja. Pintu itu bukan tertendang hingga terbuka, melainkan ditendang hingga roboh.

Walaupun mereka sudah membuat pintu itu sedemikian kokoh dan kuatnya, namun mereka lupa memasang engsel pintu yang sama kokoh dan kuatnya, oleh sebab itu tendangan mana seketika itu juga mematahkan sontekan dan engsel pintu yang kuat, lalu kedua belah pintu gerbang itu pun roboh ke tanah dengan menimbulkan suara keras bagaikan geledek, tanahpun ikut bergetar keras seperti dilanda gempa bumi. Tak usah memeriksa keluar, Giok Bu sia sudah tahu kalau Ting Peng telah datang, dia hanya menurunkan perintah yang paling singkat: "Keluar, gunakan segenap tenaga untuk bertahan, bunuh semua pendatang...!"

Bunuh semua pendatang semestinya dimaksudkan untuk membendung datangnya pendatang itu. Giok Bu sia cukup mengerti, kendatipun orang-orang itu terhitung jagoan kelas satu dalam dunia persilatan, namun mereka tak akan mampu membunuh Ting Peng. Hanya saja kawanan manusia itu masih belum tahu, bahkan mereka tidak percaya.

Orang yang mempunyai sedikit kepandaian memang seringkali sukar untuk mempercayai kemampuan orang lain, apalagi kalau kepandaian orang sangat luar biasa, apalagi kalau kawanan manusia tersebut adalah manusia-manusia sombong yang sudah terbiasa mengagulkan diri.

Seandainya Giok Bu sia mengatakan agar semua orang menggunakan segenap kemampuan yang ada untuk menghadang kedatangan pendatang tersebut, kemungkinan besar ada dua tiga orang diantaranya yang lebih pintar bisa berpikir kalau ilmu silat orang itu tentu amat lihay hingga timbul perasaan takut dalam hatinya.

Sekalipun mereka selalu mengunggulkan diri, akan tetapi mereka amat mempercayai ucapan Giok Bu sia. Bukan saja Giok Bu sia memahami keadaan lawan, diapun cukup memahami diri sendiri. Mereka sudah pernah menjumpai musuh yang sangat tangguh, akan tetapi di bawah susunan rencana Giok Bu sia yang sempurna akhirnya toh musuh tangguh itu berhasil dirobohkan.

Oleh karena itu ketika Giok Bu sia mengatakan agar mereka mengerahkan segenap kekuatannya untuk membunuh pendatang, hal ini menandakan kalau kekuatan mereka masih sanggup untuk membunuh pendatang tersebut. Kepercayaan mereka terhadap Giok Bu sia tak pernah goyah atau luntur, sekalipun mereka sendiripun tahu bahwa sebagai lelaki mereka tak boleh kelewat percaya dengan kaum wanita

Namun dalam pandangan mereka, pada hakekatnya Giok Bu sia bukan seorang perempuan. Dia adalah pemimpin mereka., malaikat mereka. Cuma saja mereka telah melupakan satu hal, hari ini Giok Bu sia telah munculkan diri di hadapan mereka dengan memakai pakaian perempuan. Tingkah lakunya yang lemah gemulai membuat pandangan mata mereka terperana.

Dikala Giok Bu sia melepaskan busananya dia mirip iblis, sedang kalau mengenakan dandanan pria seperti malaikat. Oleh karena itu mereka tidak menyangka kalau Giok Bu sia akan nampak sedemikian menariknya sewaktu berdandan seperti seorang perempuan.

Disaat mereka menyaksikan kalau Giok Bu sia adalah seorang perempuan yang begini cantik, otomatis merekapun melupakan kata-kata nasehat kuno yang menyatakan bahwa "perempuan adalah manusia yang tak boleh dipercaya..."

Ini memang merupakan suatu kesalahan besar. Dalam kehidupan manusia di dunia ini banyak sudah kesalahan yang dibuat tapi kali ini sudah pasti merupakan yang terbesar, biasanya yang terakhir kalinya itulah merupakan kali yang tak bisa terampuni.

Sebab setelah melakukan kesalahan besar itu, kadangkala mereka sudah tidak ada waktu untuk memaafkan diri. Oleh karena itulah, merekapun tidak mempunyai cukup waktu untuk kelewat merasa menyesal.

Pertama-tama yang menyerang keluar lebih dulu adalah sepasang manusia banci itu. Mereka tak lain adalah dua orang kuil yang dimaksudkan oleh Giok Bu sia tadi.

Penyakit mereka memang tak salah amat membenci kaum wanita oleh sebab itu sewaktu mereka saksikan Giok Bu sia mengenakan dandanan perempuan rasa bencipun segera tumbuh didalam hati kecil mereka. Biasanya disaat-saat seperti inilah mereka ingin membunuh orang, tentu saja mereka tak dapat membunuh Giok Bu sia.

Kebetulan sekali pada saat seperti inilah Giok Bu sia menurunkan perintah untuk membunuh orang maka mereka segera bertindak seakan-akan kuatir kalau sampai kedahuluan orang lain. Dengan cepat mereka menyaksikan tiga orang.

Ting Peng berdiri dengan tangan kosong, golok bulan sabitnya tersoren dipinggang, sebilah senjata yang tidak terlalu menyolok, justru yang menyolok adalah Ah Ku yang berada di sisinya. Dia mirip seorang raksasa yang datang dari daerah liar.

Namun mereka tidak takut dengan manusia raksasa, mereka tahu orang itu hanya berperawakan lebih subur daripada orang lain, biasanya manusia seperti ini berotak sederhana dan gerak-geriknya sedikit agak bebal dan lamban.

Apalagi dalam pandangan yang pertama sasaran yang paling menyolok bagi mereka tetap adalah Siau Hiang, karena dia perempuan, seorang perempuan yang menarik hati, lemah lembut, menarik persis seperti para dayang keraton yang sering kali mereka jumpai dalam istana raja dulu, ditambah pula di bawah hembusan angin mereka seperti mengendus bau harum semerbak dari Siau Hiang, hal mana makin merangsang mereka untuk berbuat kalap, memancing berkobarnya hawa napsu berahi didalam tubuh mereka.

Semacam berahi untuk mencabik-cabik tubuh lawan menjadi berkeping-keping, maka sasaran pertama yang mereka tuju adalah Siau Hiang. Kecepatan bertindak yang dilakukan kedua orang inipun sukar dilukiskan dengan kata-kata. Badan baru berkelebat, mereka sudah berada dikedua belah sisi Siau Hiang, kemudian hampir pada saat yang bersama mereka lancarkan serangan untuk mencengkeram tubuh Siau Hiang.

Segenap kepandaian mereka terletak di atas sepasang tangannya ini, sekalipun manusia yang terbuat dari batupun niscaya akan tercengkeram sampai hancur berantakan. Dalam dunia persilatan pernah berlaku kitab urutan senjata karya Pek Siau-seng, tentu saja kejadian ini sudah berlangsung banyak tahun berselang, pahlawan-pahlawan yang tercantum dalam kitab tersebut kini sudah tiada semua.

Di bawah Pek Siau-seng, tak pernah ada orang membuat kitab susunan senjata lagi, kalau tidak, niscaya orang akan mencantumkan pula kepandaian dari sepasang tangan kedua orang ini ke dalam daftar. Andaikata mereka dilahirkan pada jamannya Pek Siau-seng dulu, merekapun dapat memasukkan kepandaian sepasang tangan mereka ke dalam daftar kitab senjata, bahkan urutan namanya tidak akan berada di bawah Ang mo-jiu serta Cing mo-jiu.

Itulah sebabnya seandainya kedua belah tangan tersebut sampai mampir di tubuh Siau Hiang, sudah pasti akan mengerikan sekali jadinya, karena tubuh Siau Hiang yang kecil mungil itu tak akan tahan menghadapi cengkeraman tersebut. Namun dengan kecepatan gerak mereka berdua, rasanya sulit juga untuk meloloskan diri dari cengkeramannya itu, karena Siau Hiang berdiri di samping Ah Ku.

Cuma saja Ah Ku adalah seorang manusia raksasa yang berperawakan satu kaki dua depa. Manusia raksasa tidak menakutkan, merekapun pernah membunuh manusia raksasa yang berperawakan hampir sama dengan tinggi badan Ah Ku, hanya saja orang yang mereka jumpai kali ini adalah Ah Ku, bukan orang lain.

Walaupun Ah Ku mempunyai perawakan tubuh yang tinggi besar, akan tetapi gerak-geriknya tidak bebal atau lamban, kecepatan gerakpun tidak jauh lebih lamban daripada mereka. Ah Ku tidak menyerang mereka, hanya saja tangannya seorang satu mencengkeram di punggung mereka lalu mengangkatnya tinggi-tinggi. Perawakan tubuh mereka memang tidak tinggi, hampir sebanding dengan tubuh Siau Hiang.

Ah Ku cukup mengangkat dengan tenaga sedikit, tahu-tahu tubuh mereka sudah terangkat setengah lebih tinggi daripada tubuh Siau Hiang, tangan mereka masih tetap mencakar ke luar, mencakar dengan telak. Kemudian kedengaran pula suara hancurnya tulang, seperti ada suatu benda tajam menembusi tubuh manusia, akan tetapi tidak kedengaran suara rintihan atau dengusan tertahan.

Orang yang kena mereka cengkeram itu tak berkesempatan lagi untuk menjerit kesakitan, telah saling cengkeram mencengkeram dengan dahsyatnya. Darah segar menyembur keluar membasahi seluruh badan Ah Ku, namun Ah Ku tidak perduli, dia lantas mengendorkan tangannya dan melemparkan kedua sosok mayat itu ke tanah.

Siau Hiang yang berada di sisinya justru tak tahan melihat adegan seperti itu, dia ingin tumpah, tubuhnya sama sekali tidak ternoda darah, cuma saja sewaktu tubuh kedua orang itu terangkat, separuh tubuh mereka bagian bawah kebetulan bergelantungan di hadapan Siau Hiang, tiba-tiba saja tersiar bau busuk yang amat menusuk hidung.

Selama ini Ting Peng seakan-akan tidak melihat sesuatu apapun, dia masih saja melanjutkan perjalanannya ke depan. Ketika kedua orang manusia itu menerjang tiba, ia tak berkedip mata, tapi dua orang itu tahu-tahu sudah berubah menjadi mayat, sedang dia sendiri sama sekali tak berpaling.

Ia berjalan terus ke depan sampai berpapasan dengan rombongan kedua sebelum berhenti. Rombongan kedua ini terdiri dari enam orang yang berdiri berjajar menghadang jalan majunya, mereka semua menggenggam senjata.

"Lian Im cap si sat seng?" Ting Peng menegur.

"Benar!" salah seorang menjawab.

"Aku adalah Ting Peng, kalianlah yang menangkap istriku?"

"Benar!" Jawabannya selalu singkat dan tak pernah lebih dari empat kata, sebab golok Ting Peng sudah diloloskan dari sarungnya.

Dikala Ting Peng sudah mengambil keputusan untuk membunuh orang, dia malas untuk banyak-banyak berbicara, sebaliknya bila dia berbicara dengan orang secara samar, hal ini menandakan kalau dalam hati kecilnya tidak berhasrat untuk membunuh orang, kecuali kalau orang kelewat mengganggunya, atau pihak lawan sudah benar-benar bosan hidup.

Disaat ia telah mengambil keputusan untuk membunuh orang, dia pun tak pernah membuang waktu dengan percuma, terutama sekali setelah dia berhasil melatih ilmu golok bulan sabit tersebut. Cahaya golok berkelebat lewat dari kiri ke kanan, tiada orang melihat jelas bagaimana dia turun tangan, hanya nampak dia menyarungkan kembali goloknya ke dalam sarung.

Namun ke enam orang itu telah terbelah menjadi dua belah bagian dan rontok ke tanah, terbelah dari kepala sampai ke bawah...
Selanjutnya,
Golok Bulan Sabit Jilid 20

Golok Bulan Sabit Jilid 19

Golok Bulan Sabit Jilid 19
Karya : Khu Lung
Penyadur : Tjan ID

Cerita silat Mandarin Karya Gu Long
JAWABAN ini sukar diberikan, karena banyak orang yang melakukan bunuh diri tidak meninggalkan surat wasiat apa-apa atau menerangkan alasannya melakukan bunuh diri.

"Dapatkah Ting Peng menghabisi nyawa sendiri?" Pertanyaan tersebut diajukan oleh Giok Bu sia tapi Cing Cing sebagai istrinya pun tak sanggup memberi jawaban. Setelah berpikir setengah harian lamanya dia baru berkata:

"Aku sendiripun tidak tahu, jika dia selalu menerima desakan kalian dan membunuh banyak orang maka hanya ada dua macam akibat yang bisa timbul, pertama berubah menjadi seorang pembunuh yang getol dan setiap saat mendengarkan petunjuk kalian dan membunuh orang-orang yang kalian anggap sebagai penentang, kedua adalah menjadi gila akibat desakan kalian sehingga akhirnya menghabisi nyawa sendiri"
Selintas perasaan tercengang dan keheranan menghiasi wajah Giok Bu sia, serunya kemudian: "Ting hujin, kau benar-benar sangat pintar, kepintaranmu sama sekali di luar dugaanku"

Kemudian setelah berubah sikap ujarnya lebih jauh sambil tertawa pelan: "Cuma Ting hujin masih belum cukup pintar, seharusnya persoalan yang kau ketahui itu hanya boleh disimpan dalam perut dan tidak pantas kau utarakan keluar."

Cing-cing turut tertawa: "Seandainya suamiku dapat kalian gertak sehingga menuruti ucapanmu, tentu saja aku dapat meninggalkan pesan tersebut dan diam-diam disampaikan kepadanya, cuma aku cukup memahami tentang dirinya, persyaratan kalian tak mungkin bisa dia terima."

"Kau maksudkan dia tak akan membunuh Liu Yok siong?"

"Ia dapat membunuh Liu Yok siong asal Liu Yok siong melakukan suatu pekerjaan yang pantas untuk mampus, dia dapat membunuhnya, tapi membunuhnya bukan lantaran desakan kalian."

"Demi kalian berduapun dia tak akan berbuat demikian?"

"Tidak!"

"Maksudmu bobot kalian berdua masih belum dapat menangkan bobot seorang Liu Yok siong?"

"Bukan begitu maksudku" kata Cing-cing tertawa, "dalam hati kecilnya, Liu Yok siong sama sekali tidak memperoleh tempat, justru karena itulah dia baru tahu membunuh Liu Yok siong tak mungkin bisa memperoleh kebebasan bagi kali"

"Sekalipun tak bisa diperoleh kebebasan untuk kalian, namun ia toh bisa memperoleh nyawa kalian berdua, dalam surat pemberitahuan tersebut kami telah menerangkan dengan jelas, bila ia tidak membawa batok kepala Liu Yok siong untuk menghadap kami, maka dia akan mendapatkan batok kepala kalian!"

Cing-cing segera tertawa. "Aku tak ingin mengguyur kepalamu dengan air dingin, tapi akupun berani menjamin, orangmu tak akan membawa pulang berita baik"

"Soal ini aku mah bersedia untuk bertaruh"

"Sebenarnya aku pun ingin sekali bertaruh, cuma sayang aku benar-benar repot, tak ada waktu untuk beradu kepandaian denganmu"

"Apakah Ting hujin beranggapan bisa melarikan diri dari sini?"

"Tanganku tidak terbelenggu, orang pun tidak kau ikat, mengapa aku tak bisa meninggalkan tempat ini?"

"Karena kami telah menangkap seorang jaminan" sahut Giok Bu sia sambil menuding Siau Im.

"Bagi kami, caramu itu sama sekali tak berguna, selamanya kami mempunyai suatu peraturan yakni masing-masing mengurusi keselamatan sendiri, bila membunuhnya, aku dapat membalaskan dendam baginya, tapi bila kau suruh aku mencabut segenggam rambutku untuk ditukar dengan keselamatan dari jiwanya, tanpa dipertimbangkan lagi aku pasti akan menampik"

Tanpa napsu akan kuat, tanpa kekurangan akan tangguh. Ucapan tersebut bisa diucapkan setiap orang, mereka yang baru belajar membaca berapa hari pun dapat memahami artinya dengan jelas, akan tetapi justru sulit untuk dilaksanakan. Setiap orang mempunyai napsu itulah sebenarnya cita-cita seseorang bisa melunak. Setiap orang selalu murung dan memikirkan banyak urusan, karena itulah hati orang gampang goyah.

Giok Bu sia dibuat terperanjat oleh sikap Cing Cing, karena ia cukup memahami tentang kecerdasan Cing Cing, dia pun mengetahui bahwa Cing Cing memang memiliki peraturan semacam itu. Dia menggunakan Siau Im sebagai sandera maksudnya hanya untuk menjajal saja, dia mengerti Siau Im tidak cukup berbobot untuk memaksa Cing Cing mengorbankan diri.

Tapi cara Cing Cing berbicara begitu tegas dan tak bisa ditawar-tawar, hal ini dapat diartikan juga sekalipun ia dapat menemukan sandera yang cukup berbobot pun sama saja sulit untuk merubah hatinya. Itulah sebabnya sambil tertawa ia berkata:

"Kami hendak menahan Ting hujin entah masih ada cara lain atau tidak?"

"Tidak ada"

"Jika kami hendak menahanmu dengan mempergunakan ilmu silat?"

"Itu berarti kalian hanya bisa menahan jenazahku saja"

"Kami sama sekali tidak menaruh minat terhadap jenazah Ting hujin, sebab hal mana hanya akan mendatangkan kesulitan saja, bagi kami, tampaknya terpaksa kami harus melepaskan kalian berdua"

Mendadak ia mendorong Siau Im ke depan, serta merta Cing cing menyambut dengan kedua belah tangannya, tapi saat itulah selembar jaring yang besar telah mengurung tubuh mereka.

Seorang lelaki berdandan nelayanlah yang menyebarkan jaring tersebut jaring itu, selalu di tenteng di tangannya, Cing Cing pun sangat memperhatikan orang itu, tapi dia tak menyangka kalau jaring itu bakal di tebar dalam keadaan demikian.

Orang persilatan yang menggunakan jaring sebagai senjata andalannya tidak banyak, yang paling termasyhur hanya seorang yang bernama si Jaring kilat Thio Sam, hanya saja orang itu merupakan seorang cianpwe yang sudah berusia ratusan tahun.

Setelah itu tak pernah terdengar kalau Thio Sam mempunyai ahli waris, tapi permainan jaring lelaki ini sangat enteng, benang jaringnya pun tipis dan berkilat seperti terbuat dari sejenis serat. Biasanya jaring semacam ini pasti enteng sekali bobotnya, bahan yang digunakan juga sangat kuat, namun tidak terlampau besar, berhubung lelaki itu berdiri sangat jauh, maka Cing Cing tidak begitu memperhatikan gerak geriknya.

Siapa sangka jaringnya bisa disebarkan begitu jauh, begitu besar, seandainya Siau Im tidak dilemparkan ke arahnya, dia masih bisa menerobos ke muka untuk menghindarkan diri. Tapi orang lain sudah memperhitungkan segala sesuatunya dengan tepat, Siau Im yang dilemparkan ke arahnya bukan dimaksudkan agar dia menyambutnya, melainkan untuk menghalangi jalan majunya.

Begitu jaring tersebut menyebar ke bawah, tubuh mereka berdua segera terkurung rapat-rapat. Meski begitu Cing Cing masih dapat bergerak, dia bergerak bukan untuk menyerang orang lain, melainkan menghadiahkan sebuah tamparan ke atas wajah Siau Im sambil memakinya bodoh.

Tindakan itu seperti untuk melampiaskan rasa mendongkolnya belaka, menyalahkan gadis itu kelewat bodoh sehingga berakibat diapun kena tertangkap. Oleh karena itu meski Siau Im kena di tampar, dia hanya menundukkan kepalanya sambil membungkam diri.

Orang lain mengira begitulah maksud tamparan tersebut, maka tak ada yang memperhatikan jika sebutir anting-anting Siau Im telah terjatuh ke atas tanah.

Apa gunanya sebutir mutiara itu. Kecuali orang yang tergabung dalam organisasi rahasia tersebut, tiada orang yang memahami, tapi mutiara tersebut justru mendatangkan kegunaan yang besar sekali.

PENGEJARAN

Ting Peng mendapat kabar dua hari kemudian. Kabar itu dihantar oleh dua orang, isi pemberitahuan pun sederhana sekali.

"Bawa batok kepala Liu Yok siong dan datang ke luar kota Koh siok di bawah kuil Han san si, tepi jembatan Hong Han, ditukar dengan dua orang manusia"

Surat itu tidak dicantumkan siapa nama pengirimnya, cuma surat pemberitahuan itu disertai dua buah anting-anting, sebuah milik Siau Im, yang lain milik Cing cing. Selesai membaca surat pemberitahuan itu, Ting Peng menyerahkan kedua biji anting anting itu kepada Siau Hiang.

Siau Hiang menyambutnya dan diendus sebentar, kemudian baru berkata: "Ehmm, kepunyaan nona dan Siau Im"

Ting Peng memandang orang yang membawa surat pemberitahuan itu, lalu bertanya: "Orang itu terjatuh ditangan kalian?"

"Benar!"

Sambil tertawa Ting Peng lantas bertanya kepada Liu Yok siong: "Kau kenal dengan kedua orang itu?"

"Tidak kenal"

Ting Peng segera memberikan surat pemberitahuan itu kepadanya, lalu berkata sambil tertawa: "Waaah, kalau begitu sungguh mengherankan, kalau toh tidak kenal, mengapa kedua orang sahabat ini bersikeras hendak merenggut nyawamu....?"

Paras muka Liu Yok siong berubah hebat sehabis membaca surat pemberitahuan itu, karena tangan Ting Peng telah menggenggamkan gagang golok miliknya. Namun Ting Peng tidak mencabutnya ke luar, dia berbalik bertanya kepada lelaki itu:

"Kalian pun terdiri dari dua orang, jika aku menahan kamu berdua lalu menggunakan nyawa kalian untuk ditukarkan dengan kedua orang itu entah berguna atau tidak?"

"Bila berguna, kami tak akan diutus ke mari" jawab lelaki itu sambil tertawa.

"Betul juga perkataanmu itu, nampaknya aku sudah tak punya pilihan lain"

"Bukan saja Ting tayhiap sudah tak punya pilihan lain, lagi pula harus mengikuti kami dan berangkat sekarang juga, sebab bila sampai terlambat selangkah paling banter kau hanya akan datang mengambil jenazah"

"Liu Yok siong, bagaimana keputusanmu?" tanya Ting Peng kemudian sambil tertawa.

Sambit mengeraskan hati sahut Liu Yok siong: "Bila kematian tecu dapat ditukar dengan keselamatan subo, walaupun harus mati tecu akan mati dengan rela"

"Kalau begitu terpaksa aku mesti mengorbankan kau!" Sementara pembicaraan masih berlangsung, goloknya sudah diloloskan dari sarung kemudian cahaya golok berkelebat lewat...

Liok yok siong tetap berdiri kaku ditempat semula, sepasang matanya telah dipejamkan rapat-rapat, sedang kedua orang lelaki itu segera mengulumkan senyuman diatas wajahnya.

"Blaaammm....!" sesosok tubuh manusia roboh terkapar ke atas tanah.

Orang yang roboh ternyata bukan Liu Yok siong, melainkan salah satu diantara kedua orang lelaki tersebut, tubuhnya terbelah menjadi dua persis dari garis tengah tubuhnya. Bacokan tersebut benar-benar cepat bagaikan sambaran kilat, menanti lelaki kedua mengetahui apa yang telah terjadi, golok Ting Peng telah dimasukkan kembali ke dalam sarungnya.

"Bagaimana dengan bacokanku ini?" tanyanya sambil tertawa.

Pucat pias selembar wajah lelaki itu saking takutnya, dengan suara gemetar dia berkata: "Ting tayhiap, perbuatanmu ini hanya akan mencelakai jiwa Ting hujin, bila kami sampai menderita sesuatu kekurangan, dua lembar nyawa tersebut akan dijadikan jaminannya."

"Tidak! Nyawa kalian kelewat enteng, masih belum cukup untuk menjamin keselamatan isteriku, oleh sebab itu aku mengerti amat jelas, aku berbuat demikian hanya ingin memberitahukan kepada kalian, cara yang kalian gunakan itu keliru besar, caraku membunuh orang adalah sekali tabas kutung menjadi dua, aku tak pernah memenggal batok kepala"
Lelaki itu menjadi tertegun. "Kami hanya berharap Ting tayhiap membunuh orang, belum tentu harus memenggal batok kepalanya" dia berkata.

"Kau dapat memutuskan?"

"Tidak, aku tak dapat mengambil keputusan" buru-buru lelaki itu menjawab.

Ting Peng segera tertawa. "Itulah sebabnya aku tidak membacok dirimu juga, aku hendak menyuruh kau pulang dan menanyakan persoalan ini sampai jelas sebelum datang kemari lagi, selain itu juga beritahu kepada orang kalian agar dia mengganti kau dengan beberapa orang yang terbaik, seandainya aku dapat memperoleh isteriku kembali hanya dengan membunuh Liu Yok siong, hal ini merupakan suatu penghinaan bagiku, aku Ting Peng tak dapat melakukan pekerjaan rendah seperti itu, orang yang pantas begitu untuk menggerakkan golok paling tidak adalah seorang pemimpin dari suatu perguruan besar"

"Baik, baik, aku akan pulang dan menanyakan soal ini sampai jelas, kemudian baru datang lagi untuk memberi tahukan hal tersebut kepada Ting tayhiap" sahut lelaki itu cepat.

Ting Peng tertawa. "Kalau begitu cepatlah pergi, dan cepat kembali, aku tidak lega bila istriku masih berada ditengah orang lain"

Lelaki itu sudah membalikkan badan dan siap berlalu dari sana. Mendadak Ting Peng berseru lagi:

"Jenasah rekanmu itu seharusnya dikirim ke mana?"

"Bila tayhiap bermurah hati, gunakanlah sebuah peti mati untuk mengubur jenazahnya, bila aku datang lagi nanti pasti akan kubawa pulang, kalau tidak, terserah apa yang hendak kau lakukan"

Ting Peng segera mengulapkan tangannya, dengan keadaan yang mengenaskan buru-buru lelaki itu kabur meninggalkan tempat itu.

Sepeninggal orang itu, Ting Peng berseru: "Liu Yok siong!"

"Suhu ada petunjuk apa?" tanya Liu Yok siong dengan wajah pucat pias seperti mayat.

""Demi Cing Cing aku rela membunuh siapa saja, tapi aku tidak membunuhmu, tahukah kau mengapa aku berbuat demikian?"

"Tecu bodoh, tecu tidak tahu"

Ting Peng menghela napas panjang. "Kalau kau pun tidak mengetahui apa sebabnya, maka kau berarti seorang manusia yang sangat goblok, tak ada gunanya aku menahan dirimu disini...."

Buru-buru Liu Yok siong berseru: "Nyawa tecu mana bisa dibandingkan dengan nyawa subo? Jelas hal itu hanya merupakan suatu percobaan belaka, sekalipun batok kepala tecu dipenggal, belum tentu sunio bisa diselamatkan dari cengkeraman orang..."

"Tampaknya bila seseorang sudah didesak untuk menyelamatkan jiwa sendiri kadang kala dia bisa menjadi pintar dengan sendirinya" ujar Ting Peng tertawa.

Liu Yok siong tidak berani berbicara apa-apa lagi. Kembali Ting Peng berkata:

"Kemungkinan besar pihak lawan masih dapat mengganti sebuah cara lain untuk membunuhmu, sampai saatnya dan seandainya aku tak punya pilihan lagi mungkin saja aku dapat sungguh-sungguh membunuhmu, oleh sebab itu bila kau masih ingin hidup terus, lebih baik carilah akal sendiri untuk menyelamatkan diri"

"Baik! Baik! Tecu pasti akan berusaha keras untuk menyelamatkan sunio..."

Ting Peng tertawa. "Bila kau mempuyai kepandaian sebesar ini, bisa jadi pihak lawan benar-benar akan membunuh dirimu, lebih baik carilah pekerjaan mudah untuk kau lakukan, misalnya berusaha menemukan tempat Cing Cing di sekap...."

"Baik, tecu pasti akan berusaha dengan sepenuh tenaga"

"Jalan tersebut mungkin tak mudah ditembusi, sebab itu kau masih mempunyai sebuah jalan lagi yaitu menyelidiki siapa gerangan pihak lawan, kemudian mengadakan kontak dengannya dan minta kepada mereka agar jangan mencantumkan namamu sebagai salah seorang sasaran yang pantas dibunuh..."

"Baik, baik! Tecu percaya pasti dapat menemukan jejak mereka, sedang mengenai ucapan terakhir dari suhu, tecu rasa tak perlu lagi, asal sudah diketahui siapakah mereka, meski tecu tak becus, aku pasti mempunyai kemampuan untuk menghadapi mereka"

"Baik, kalau begitu laksanakanlah, dua hari kemudian, bila kau masih belum mendapat kabar, hanya ada satu jalan bagimu yakni menyembunyikan diri"

"Menyembunyikan diri?" Liu Yok siong tertegun.

"Benar, bersembunyi di suatu tempat yang tak bisa ditemukan orang, dengan demikian bila pihak lawan ingin membunuhmu, aku dapat menggunakan alasan tidak ditemukan untuk menampik permintaan tersebut, tapi bila pihak lawan bisa membantuku untuk menemukan kau, anggap saja nasibmu memang kelewat jelek sampai waktunya kau jangan menyalahkan aku bertindak kejam lagi"

Dengan membawa perasaan bimbangnya, Liu Yok siong berlalu dari situ. Walaupun tiada orang yang mengejarnya, namun dia kabur terbirit-birit seperti ada lima atau enam ekor anjing galak yang sedang mengejarnya.

Siau Hiang memperhatikan bayangan punggung Liu Yok siong sehingga lenyap dari pandangan, wajahnya segera menunjukkan perasaan muak dan benci, katanya: "Kongcu, orang ini seharusnya pantas mampus sedari dulu, mengapa kau membiarkan dia tetap hidup?"

"Kehidupannya di dunia ini masih banyak kegunaannya" jawab Ting Peng sambil tertawa.

"Dia bermaksud jahat, tampaknya rasa bencinya kepada kongcu sudah mendalam sekali"

"Aku tahu, tiada manusia yang berbeda di dunia ini, bila dia diinjak-injak apalagi dijatuhkan dari tempat yang tinggi, sudah pasti ia akan mendendam dan membencinya hingga merasuk ke tulang sumsum"

"Tapi dia pasti akan bersekongkol dengan banyak orang untuk mencelakai kongcu, siapa tahu orang yang membekuk nona sekarang juga merupakan komplotannya?"

"Bisa jadi demikian"

"Dia tahu kalau kongcu tak akan memenuhi tuntutan orang dengan membunuhnya, maka dia mencantumkan namanya di urutan yang pertama"

"Seandainya dia benar-benar berbuat demikian, diapun tahu kalau untuk kedua kalinya aku bakal membunuhnya, maka perintahkan kepadanya untuk pergi keluar merupakan sebuah percobaan pula, bila dia tidak bersekongkol dengan orang-orang tersebut..."

"Begitu besarkah kemampuan yang dimilikinya?"

"Dia adalah seorang siaujin, mempunyai cara yang dimiliki siaujin, dalam hal ini kau tak boleh memandang enteng dirinya"

"Seandainya ia tak berhasil menemukan-nya?"

"Dia pasti akan menyembunyikan diri, bersembunyi serapat-rapatnya dan tak berani menjumpai diriku lagi, dengan cara inilah aku justru akan mengusirnya pergi"

Siau Hiang termenung beberapa saat lamanya, kemudian baru berkata lagi: "Kongcu, percayakah kau nona sekalian telah disekap orang?"

"Benar, anting-antingnya dapat membuktikan hal ini, anting-anting tersebut pemberian dari kakeknya, diberikan kepadanya sebagai kenang-kenangan, seandainya tiada suatu perubahan yang istimewa, tak mungkin benda itu bisa terlepas dari tubuhnya"

"Apakah kita perlu menunggu kabar berita dari Liok Yok siong?"

"Aku rasa tidak perlu, dia dan Siau Im adalah rase, rase mempunyai kemampuan yang luar biasa, aku percaya dia pasti mempunyai cara untuk memberi kabar kepadaku dimanakah mereka berada?"

Paras muka Siau Hiang agak bergetar, serunya cepat: "Benar! Jika kongcu tidak bilang akupun hampir saja melupakannya, nona memang sudah melepaskan tanda bahaya"

"Benarkah itu. Dimanakah ia sekarang?" tanya Ting Peng sama sekali tidak merasa tegang.

"Budak tidak tahu, tapi setiap saat budak dapat melepaskan tanda bahaya dan menemukan tempat tinggalnya." Sambil berkata dia mengambil anting-anting dari Siau Im dan dimasukkan ke dalam sakunya: "Kongcu, suruh Ah Ku menyiapkan kereta, kita segera berangkat"

"Baik" Ting Peng manggut-manggut, "pergilah memberi perintah, sebentar kita berangkat."

Sikapnya sangat tenang, sama sekali tidak gelisah, seolah-olah hubungan perasaannya dengan Cing-cing begitu tipis sehingga hampir mendekati tiada hubungan. Tentu saja dalam gedung itu masih terdapat orang lain, mereka sama-sama menunjukkan sikap tidak habis mengerti.

Terutama sekali ketika Ting Peng menitahkan orang untuk menyiapkan peti mati dan memasukkan jenasah lelaki itu ke dalam peti, semua orang semakin kebingungan dibuatnya, karena Ting Peng telah memesan kayu macam apakah untuk peti mati itu, pakaian apa yang harus dipakai dan bagaimana cara penguburannya, seakan-akan kematian lelaki tersebut telah memancing perhatiannya yang lebih besar.

Kereta kuda itu bergerak ke depan, Ting Peng yang berada dalam kereta memejamkan mata rapat-rapat, Siau Hiang bersandar di atas lututnya seperti seekor kucing. Ada kalanya Ting Peng membelai rambutnya atau mengelus pipinya yang halus, dan dia pun mengulumkan sekulum senyuman genit kepada Ting Peng...

Pemandangan semacam ini sungguh menggetarkan hati orang, membuat hati orang merasa kagum. Walau dilihat sepintas lalu pemandangan tersebut menggetarkan sukma, tapi benarkah perasaan mereka pun sedemikian tenangnya?

Soal ini hanya mereka sendiri yang tahu, paling tidak dari wajah Ting Peng mereka tidak berhasil menemukan sesuatu yang aneh. Kereta kuda bergelinding melalui sebuah jalan bukit, mendadak Siau Hiang bangun dan duduk, lalu mengetuk pintu kereta. Ah Ku yang menjadi kusir di depan segera menarik tali lesnya dan menghentikan kereta tersebut.

Siau Hiang melongok ke luar, kemudian bertanya. "Apakah, kita sudah melalui jalanan kecil itu"

Ah Ku manggut-manggut sambil memberi kode tangan.

Siau Hiang lantas berkata lagi: "Lumayan kalau begitu! menurut perhitunganku seharusnya tinggal empat puluh kaki lagi kita belok ke jalan kecil tersebut"

Ah Ku memberi kode tangan lagi. Terdengar Siau Hiang berkata:

"Kongcu, jalanan tersebut kelewat sempit, kereta kita tak bisa masuk, kita harus beralih menunggang kuda"

"Kau tak bakal salah bukan?" tanya Ting Peng tertawa.

"Tak bakal salah, anting-anting yang di kirim Siau Im adalah anting-anting harum seribu li, anting-anting tersebut mempunyai semacam bau khas, dimana tempat tersebut dia lewati, dalam setengah bulan baunya tak akan luntur, cuma hanya orang kita saja yang bisa membedakannya"

"Maksudmu anting-anting yang dikirim kepada kita itu?"

"Bukan! Anting-anting ini meski membawa bau tersebut, namun bau itu karena tertempel pada anting-anting yang lain, sedang bau yang sebenarnya terletak pada anting-anting yang satunya"

"Masa di atas sebuah anting-anting bisa menyiarkan sejenis bau khas tertentu!"

Siau Hiang tertawa. "Soal ini merupakan rahasia kami, sebetulnya anting-anting itu sendiri tidak mempunyai bau apa-apa, bau khas tersebut terbungkus didalam mutiara dari anting-anting itu. Jika menemui bahaya maut maka mutiaranya dipukul hancur sehingga menyiarkan bau khas, bau tersebut akan tertinggal di tempat-tempat yang dilaluinya, sewaktu Siau Im tertawan, ia telah berbuat demikian maka dari itu anting-anting yang dikirim datang hanya tertempel sedikit bau harum itu, dengan mengikuti asal bau tersebutlah aku bisa meraba arahnya secara garis besar, tapi setelah sampai di depan situ, baunya makin lama semakin keras"

"Kalau begitu kau sudah dapat menentukan dimanakah mereka berada sekarang?"

"Benar! Asal nona dan Siau Im belum berpisah, kita pasti dapat menemukan jejaknya, paling tidak kita dapat menemukan dimanakah Siau Im berada sekarang"

"Baik! Kalau begitu kita tak usah menunggang kuda, kita lanjutkan perjalanan sambil berjalan kaki saja"

"Budak kuatir tak sanggup berjalan sejauh itu"

"Tak menjadi soal, biar aku dan Ah Ku secara bergilir membopong tubuhmu nanti"

Ah Ku kembali memberi kode tangan menanyakan bagaimana dengan kereta mereka.

Sambil tertawa Ting Peng berkata: "Beri saja sebuah cambukan agar mereka berjalan turun ke bawah sana mengikuti jalanan, toh kereta tersebut sudah terlanjur ternama sekali dalam dunia persilatan, tak usah kuatir bila ia nanti hilang. Ah Ku, sebenarnya aku hendak menyuruh kau melanjutkan kereta itu menuju ke depan sana agar bisa memencarkan perhatian orang, tapi aku pun berpikir lain, pihak lawan bisa menangkap Cing Cing berdua, berarti mereka bukan terdiri dari seorang saja, lagi pula pasti hebat sekali, kemungkinan besar aku membutuhkan pembantu, itulah sebabnya aku menyuruh kau turut serta dalam perjalanan ini"

Tampaknya Ah Ku sangat gembira karena Ting Peng memandang tinggi kemampuannya, buru-buru dia melompat turun dari keretanya dan memayang turun Siau Hang, setelah itu memberi sebuah cambukan membiarkan kudanya lari ke depan. Sementara mereka bertiga segera memutar badan dan masuk ke jalanan kecil tersebut.

PERKAMPUNGAN LIAN IM SAN CENG

TEMPAT itu merupakan sebuah perkampungan yang sangat besar, terhitung pula sebuah bangunan yang terpencil sekali letaknya. Siau Im dan Cing disekap dalam sebuah kamar, tubuh mereka tidak diikat atau dibelenggu, jendela dan pintupun tidak diberi terali besi.

Tapi mereka tak dapat melarikan diri dari situ, sebab tubuh mereka dalam keadaan telanjang bulat, Giok Bu sia memang kurang ajar, ternyata mereka telah ditelanjangi, perabot dalam ruangan itu diatur sangat rapi, cuma tiada secuwil bendapun yang bisa digunakan untuk menutupi tubuh mereka.

Pintu dibuka, Giok Bu sia masuk sambil membawa sebuah anglo tempat pemanasan, ujarnya sambil tertawa: "Aku kuatir, kalian kedinginan, maka sengaja kuambilkan tempat pemanasan untuk menghangatkan tubuh kalian"

Ketika ia berada di depan pintu tadi, Cing Cing sudah mendengar kehadirannya, dia segera menyelinap ke belakang pintu dan bermaksud untuk menotok roboh dirinya. Tapi tangannya yang diayunkan itu segera terhenti ditengah jalan, sebab Giok Bu sia sendiripun tidak berbusana, seperti mereka dia pun berada dalam keadaan telanjang bulat. Memandang tangan Cing Cing yang ditarik kembali, Giok Bu sia tertawa tergelak, ujarnya:

"Ting hujin, agar kalian jangan kuatir dan merasa murung, aku sengaja melepaskan pula pakaianku agar kalian dapat membuktikan sendiri kalau aku pun seorang perempuan, seorang perempuan tulen?"

.... Halaman 31 s/d 36 hilang ....

"Terhadap aku tak mungkin" Giok Bu sia tertawa, "sebab sewaktu datang dulu mereka keluar berenam, ke empat orang lainnya justru termakan jarum terbangku karena sikap kurang begitu bersahabat..."

"Aku rasa jarum itu pasti sudah diberi racun?"

"Benar, racun itu adalah sejenis racun yang sangat aneh, tidak sakit tidak kaku, tapi mendatangkan perasaan gatal bahkan rasa gatalnya keluar dari badan menuju keluar, maka setelah termakan bidikan jarumku bukan saja seluruh tubuh mereka sendiri dicakar robek, sampai akhirnya mereka malah menggunakan pisau untuk memotongi kulit badan sendiri, memotong terus sampai tak sanggup memotong lagi, ada seorang diantaranya cukup tangguh, ternyata dia sanggup mengorek sampai isi perutnya keluar semua, akhirnya dia baru mampus setelah jantungnya sendiri di potong keluar..."

Siau Im merasakan seluruh bulu kuduknya pada bangun berdiri, dia ngeri sekali oleh cerita orang. Tapi Cing-cing tidak dibikin ketakutan oleh perkataan mana bahkan paras mukanya sama sekali tidak menunjukkan perubahan apa-apa.

Dengan nada sedikit kurang percaya, Giok Bu sia bertanya: "Adakah Ting hujin kurang percaya dengan perkataan tadi?"

"Tidak! aku percaya, meskipun kau bukan seorang perempuan yang jujur namun selagi seseorang berada dalam keadaan telanjang bulat dia jarang sekali berbohong"

"Tapi sikap serta mimik wajahmu menunjukkan seolah-olah tidak percaya dengan ucapanku itu"

"Aku tahu kalau kau berbicara sesungguhnya, cuma aku tidak sampai dibuat ketakutan saja, tahukah kau aku bukan manusia, aku adalah rase"

Giok Bu sia tertawa. "Setiap orang lelaki memang selalu mengatakan kita orang perempuan sebagai siluman rase" katanya.

"Tapi yang kuyakini berbeda dengan kalian, yang kuyakini adalah aliran rase langit, yang diutamakan adalah bentuk hati yang bersih, oleh karena itu aku sudah tak akan terpengaruh lagi oleh persoalan-persoalan keduniawian lagi."

"Tidak kusangka latihan batin Ting hujin telah mencapai tingkatan yang begini sempurna, entah persoalan keduniawian apa lagi yang sanggup menggerakkan hatimu?"

"Ada sih ada" Ujar Cing-cing menghela napas, "andaikata benar-benar bisa terlepas dari semua persoalan keduniawian niscaya hatiku sudah sebersih cermin dan tingkat kedudukanku tentu akan setingkat lebih tinggi lagi."

"Entah persoalan apakah yang masih sanggup menggerakkan hati Ting hujin...?"

Setelah pertanyaan itu diutarakan, dia baru merasakan kebodohan sendiri, jelas hal itu merupakan rahasia seseorang, seperti juga seorang berlatih ilmu tenaga dalam, tentu saja dia tak akan memberitahukan rahasianya kepada orang lain.

Namun Cing-cing segera menjawab pertanyaan itu: "Suamiku!"

Giok Bu sia tertegun, tanyanya curiga: "Suamimu?"

"Benar suamiku Ting Peng, apakah nona Giok sudah memperoleh kabar darinya?"

"Sialan, mak-nya, bangsat keparat setan!"
Siapapun tak akan percaya kalau perkataan semacam itu bisa muntah keluar dari mulut seorang gadis cantik jelita seperti Giok Bu sia, bahkan dia memaki sampai dua kali. Pertama kali dia mencaci maki kata tersebut ketika Cing-cing bertanya apakah sudah mendapat khabar tentang Ting Peng, ternyata ucapan itu menyentuh hawa amarahnya, begitu meletakkan nampan nasi dia membalikkan badan dan kabur keluar.

Seperti menembus angin dia menerjang keluar, sampai pintupun lupa ditutup kembali. Ketika Cing-cing bangkit berdiri untuk menutup pintu, dia menyaksikan bayangan tubuhnya yang indah sudah menuruni loteng dan kabur jauh sekali. Menanti ia menyaksikan ada bayangan dua orang lelaki mendekat, ia baru cepat-cepat menutup pintu.

Tapi ia telah berhasil membuktikan beberapa hal, Giok Bu sia memang benar-benar berani berjalan kian kemari di depan rekan-rekan prianya dalam keadaan telanjang bulat, karena dua orang lelaki itu nampak seperti amat takut terhadap Giok Bu sia.

.... Halaman 41 s/d 44 hilang ....

...."Lo Ma, kau telah kembali?"

"Bee. . . benar, aku sudah kembali" sahut lo-ma dengan keadaan yang patut dikasihani.

"Kemana Lo Chin? Kenapa tidak pulang bersamamu?"

Lo Ma menundukkan kepalanya semakin rendah, dengan suara agak takut bercampur ngeri katanya: "Ia telah dibacok oleh Ting Peng, sekali bacok terbelah menjadi dua, benar-benar sebilah golok yang amat menakutkan"

Bukan marah Giok Bu sia malah tertawa, katanya: "Dia hanya membacok seorang saja masih terhitung sungkan, mungkin lantaran kaulah yang membawanya kemari, maka dia tak jadi membacok mati dirimu"

Lo Ma tidak berani berbicara, dia membungkam dalam seribu bahasa.

Agaknya Giok Bu sia tahu kalau perkataan semacam itu terlampau awal untuk diucapkan, maka ia segera berkata lagi: "Mana Ting Peng? Apakah dia telah membunuh Liu Yok siong?"

"Ti. . . tidak, setelah membaca surat itu dia meloloskan goloknya, kami mengira dia akan membunuh Liu Yok siong, siapa tahu Lo Chin lah yang dibacok menjadi dua"

Giok Bu sia nampak seperti gembira sekali, kembali ujarnya: "Apakah kalian tidak berbicara hingga jelas?"

"Tidak, tidak! Kami sudah berbicara cukup jelas, sepatah katapun tidak kurang"

Giok Bu sia makin tertarik lagi dengan gembira dia berseru: "Jadi maksudnya dia lebih suka mengorbankan bininya daripada membinasakan Liu Yok siong?"

"Tidak!" kembali Lo Ma berseru cepat, "diapun tidak berkata demikian...."

Sekarang Giok Bu sia baru menarik muka sambil menegur: "Sebenarnya apa yang dia katakan?"

"Dia bilang dia tak bisa membacok kepala manusia, dia hanya bisa membelah orang jadi dua, dia suruh kami berubah cara saja bila lain kali menginginkan dia membunuh orang"

"Dia cuma berkata sepatah kata ini saja"

"Dia masih mengucapkan banyak perkataan, tapi semuanya itu kalau ditarik kesimpulan maka isinya hanya menandakan kalau dia tak akan sudi menerima tekanan kita"

"Sekalipun dengan menggunakan jiwa bininya pun tak sanggup?"

"Yaa, dengan nyawa bininya pun percuma, dia bilang kita boleh saja membunuh bininya tapi perbuatan itu harus ditebus dengan suatu nilai yang besar sekali"

"Kemudian dia pun melepaskan kau pulang kemari?"

Lo Ma manggut-manggut, dia tak berani mengatakan kalau ilmu silat yang dimilikinya sudah punah, sebab hal itu sama artinya dengan mengumumkan kematian sendiri.

Dengan gusar Giok Bu sia segera mendamprat: "Kau memang seorang telur busuk yang amat bodoh, apakah kau tak tahu kalau hal ini merupakan siasat liciknya? Dia hendak menyuruh kau membawa jalan baginya agar dia ikut kemari?"

Buru-buru Lo Ma menerangkan: "Tentu saja aku pun bisa berpikir sampai ke situ maka sepanjang jalan aku memperhatikannya secara seksama, bahkan telah memberitahukan ke tujuh belas pos penjagaan agar mereka memperhatikan belakang tubuhku, tapi alhasil dibuktikannya bahwa dia tidak ikut aku datang sampai di sini"

"0ooh, peristiwa ini benar-benar sukar diterima dengan akal sehat, mungkinkah ia sama sekali tidak menaruh perhatian khusus terhadap keselamatan jiwa bininya?"

"Itupun, tidak, ia bilang tentu saja dia mempunyai cara untuk menemukan istrinya, karena diantara mereka berdua sudah mempunyai hubungan kontak batin yang mendalam dan erat sekali, sekalipun bininya berada jauh di suatu tempat yang ribuan li letaknya, dengan cepat dia akan berhasil menemukan tempat tersebut"

"Sialan, maknya, setan kepala gede."

Untuk kedua kalinya Giok Bu sia mengutarakan kata makiannya yang kotor dan kasar.

.... Halaman 49 - 50 hilang ....

... Lian Im cap si sat seng (empat belas bintang malaikat bengis) hanya melambangkan suatu nama, suatu nama dari sebuah organisasi yang aneh, bukan dimaksudkan hanya empat belas orang saja.

Hanya saja setiap kali mereka hendak melakukan suatu pekerjaan, selalu empat belas orang bersama-sama, karena setiap perbuatan yang diperintahkan Giok Bu sia tak boleh meleset barang sekali pun dan untuk melakukan suatu pekerjaan secara sempurna paling tidak membutuhkan tenaga dari empat belas orang.

Lian im cap si sat seng bukan sebuah organisasi yang ternama, akan tetapi merupakan sebuah organisasi yang nyata, mereka berani menerima tugas yang bagaimanapun sulitnya, bahkan langganan mereka merupakan perguruan-perguruan besar yang termasyhur dalam dunia persilatan, sedang tugas yang harus mereka lakukan pun sering kali merupakan pekerjaan yang tak mungkin bisa mereka lakukan atau mereka selesaikan sendiri.

Tentu saja, mereka pantang bekerja bagi orang tanpa imbalan, yang mereka terima biasanya selalu bernilai tinggi. Suatu pekerjaan dengan imbalan yang tinggi, sudah barang tentu merupakan suatu pekerjaan yang sulit sekali. Pekerjaan dengan imbalan tinggipun bukan pekerjaan yang seringkali mereka jumpai, itulah sebabnya mereka seringkali menganggur.

Tapi setiap kali mereka dapat menyelesaikan sebuah tugas maka mereka pun bisa hidup makmur, hidup gembira, kaya raya dan berlimpah-limpah selama berapa tahun. Belakangan ini merekapun sudah melakukan beberapa buah pekerjaan, itulah sebabnya mereka semua kaya raya.

Cuma saja dalam peristiwa penculikan terhadap Cing-cing, boleh dibilang mereka telah bertindak kurang cerdik, sebab hingga sekarang mereka masih belum berhasil meraih keuntungan sepeserpun, bahkan malah harus mengeluarkan ganti rugi, suatu jumlah ganti rugi yang cukup besar.

Disaat Giok Bu sia menjumpai bahwa dia jauh lebih menarik disaat mengenakan busana daripada bertelanjang bulat inilah Ting Peng telah datang.

Ting Peng datang tanpa mengeluarkan suara atau menimbulkan suara apa saja, sebab untuk mendekati perkampungan Lian Im san ceng tanpa menimbulkan suara pada hakekatnya merupakan suatu pekerjaan yang mustahil. Akan tetapi semua pekerjaan yang sudah terjatuh ke tangan Ting Peng, tampaknya tiada kata tak mungkin lagi.

Secara beruntun Ting Peng telah berhasil melampaui tujuh belas buah pos penjagaan dan melewati empat buah markas tanpa menimbulkan suara barang sedikitpun jua.

Akan tetapi sewaktu ia berdiri di depan pintu gerbang perkampungan Lian Im san ceng, ia justru menitahkan kepada Ah Ku untuk menendang pintu gerbang yang besar, tebal lagi berat itu.

Pintu gerbang tersebut tidak lebih tipis daripada pintu gerbang kota, tidak pula lebih enteng, apalagi dari atas sampai ke bawah masih dipantek dengan lima buah pantekan kayu besar, namun Ah Ku cuma menggunakan sebuah tendangan saja. Pintu itu bukan tertendang hingga terbuka, melainkan ditendang hingga roboh.

Walaupun mereka sudah membuat pintu itu sedemikian kokoh dan kuatnya, namun mereka lupa memasang engsel pintu yang sama kokoh dan kuatnya, oleh sebab itu tendangan mana seketika itu juga mematahkan sontekan dan engsel pintu yang kuat, lalu kedua belah pintu gerbang itu pun roboh ke tanah dengan menimbulkan suara keras bagaikan geledek, tanahpun ikut bergetar keras seperti dilanda gempa bumi. Tak usah memeriksa keluar, Giok Bu sia sudah tahu kalau Ting Peng telah datang, dia hanya menurunkan perintah yang paling singkat: "Keluar, gunakan segenap tenaga untuk bertahan, bunuh semua pendatang...!"

Bunuh semua pendatang semestinya dimaksudkan untuk membendung datangnya pendatang itu. Giok Bu sia cukup mengerti, kendatipun orang-orang itu terhitung jagoan kelas satu dalam dunia persilatan, namun mereka tak akan mampu membunuh Ting Peng. Hanya saja kawanan manusia itu masih belum tahu, bahkan mereka tidak percaya.

Orang yang mempunyai sedikit kepandaian memang seringkali sukar untuk mempercayai kemampuan orang lain, apalagi kalau kepandaian orang sangat luar biasa, apalagi kalau kawanan manusia tersebut adalah manusia-manusia sombong yang sudah terbiasa mengagulkan diri.

Seandainya Giok Bu sia mengatakan agar semua orang menggunakan segenap kemampuan yang ada untuk menghadang kedatangan pendatang tersebut, kemungkinan besar ada dua tiga orang diantaranya yang lebih pintar bisa berpikir kalau ilmu silat orang itu tentu amat lihay hingga timbul perasaan takut dalam hatinya.

Sekalipun mereka selalu mengunggulkan diri, akan tetapi mereka amat mempercayai ucapan Giok Bu sia. Bukan saja Giok Bu sia memahami keadaan lawan, diapun cukup memahami diri sendiri. Mereka sudah pernah menjumpai musuh yang sangat tangguh, akan tetapi di bawah susunan rencana Giok Bu sia yang sempurna akhirnya toh musuh tangguh itu berhasil dirobohkan.

Oleh karena itu ketika Giok Bu sia mengatakan agar mereka mengerahkan segenap kekuatannya untuk membunuh pendatang, hal ini menandakan kalau kekuatan mereka masih sanggup untuk membunuh pendatang tersebut. Kepercayaan mereka terhadap Giok Bu sia tak pernah goyah atau luntur, sekalipun mereka sendiripun tahu bahwa sebagai lelaki mereka tak boleh kelewat percaya dengan kaum wanita

Namun dalam pandangan mereka, pada hakekatnya Giok Bu sia bukan seorang perempuan. Dia adalah pemimpin mereka., malaikat mereka. Cuma saja mereka telah melupakan satu hal, hari ini Giok Bu sia telah munculkan diri di hadapan mereka dengan memakai pakaian perempuan. Tingkah lakunya yang lemah gemulai membuat pandangan mata mereka terperana.

Dikala Giok Bu sia melepaskan busananya dia mirip iblis, sedang kalau mengenakan dandanan pria seperti malaikat. Oleh karena itu mereka tidak menyangka kalau Giok Bu sia akan nampak sedemikian menariknya sewaktu berdandan seperti seorang perempuan.

Disaat mereka menyaksikan kalau Giok Bu sia adalah seorang perempuan yang begini cantik, otomatis merekapun melupakan kata-kata nasehat kuno yang menyatakan bahwa "perempuan adalah manusia yang tak boleh dipercaya..."

Ini memang merupakan suatu kesalahan besar. Dalam kehidupan manusia di dunia ini banyak sudah kesalahan yang dibuat tapi kali ini sudah pasti merupakan yang terbesar, biasanya yang terakhir kalinya itulah merupakan kali yang tak bisa terampuni.

Sebab setelah melakukan kesalahan besar itu, kadangkala mereka sudah tidak ada waktu untuk memaafkan diri. Oleh karena itulah, merekapun tidak mempunyai cukup waktu untuk kelewat merasa menyesal.

Pertama-tama yang menyerang keluar lebih dulu adalah sepasang manusia banci itu. Mereka tak lain adalah dua orang kuil yang dimaksudkan oleh Giok Bu sia tadi.

Penyakit mereka memang tak salah amat membenci kaum wanita oleh sebab itu sewaktu mereka saksikan Giok Bu sia mengenakan dandanan perempuan rasa bencipun segera tumbuh didalam hati kecil mereka. Biasanya disaat-saat seperti inilah mereka ingin membunuh orang, tentu saja mereka tak dapat membunuh Giok Bu sia.

Kebetulan sekali pada saat seperti inilah Giok Bu sia menurunkan perintah untuk membunuh orang maka mereka segera bertindak seakan-akan kuatir kalau sampai kedahuluan orang lain. Dengan cepat mereka menyaksikan tiga orang.

Ting Peng berdiri dengan tangan kosong, golok bulan sabitnya tersoren dipinggang, sebilah senjata yang tidak terlalu menyolok, justru yang menyolok adalah Ah Ku yang berada di sisinya. Dia mirip seorang raksasa yang datang dari daerah liar.

Namun mereka tidak takut dengan manusia raksasa, mereka tahu orang itu hanya berperawakan lebih subur daripada orang lain, biasanya manusia seperti ini berotak sederhana dan gerak-geriknya sedikit agak bebal dan lamban.

Apalagi dalam pandangan yang pertama sasaran yang paling menyolok bagi mereka tetap adalah Siau Hiang, karena dia perempuan, seorang perempuan yang menarik hati, lemah lembut, menarik persis seperti para dayang keraton yang sering kali mereka jumpai dalam istana raja dulu, ditambah pula di bawah hembusan angin mereka seperti mengendus bau harum semerbak dari Siau Hiang, hal mana makin merangsang mereka untuk berbuat kalap, memancing berkobarnya hawa napsu berahi didalam tubuh mereka.

Semacam berahi untuk mencabik-cabik tubuh lawan menjadi berkeping-keping, maka sasaran pertama yang mereka tuju adalah Siau Hiang. Kecepatan bertindak yang dilakukan kedua orang inipun sukar dilukiskan dengan kata-kata. Badan baru berkelebat, mereka sudah berada dikedua belah sisi Siau Hiang, kemudian hampir pada saat yang bersama mereka lancarkan serangan untuk mencengkeram tubuh Siau Hiang.

Segenap kepandaian mereka terletak di atas sepasang tangannya ini, sekalipun manusia yang terbuat dari batupun niscaya akan tercengkeram sampai hancur berantakan. Dalam dunia persilatan pernah berlaku kitab urutan senjata karya Pek Siau-seng, tentu saja kejadian ini sudah berlangsung banyak tahun berselang, pahlawan-pahlawan yang tercantum dalam kitab tersebut kini sudah tiada semua.

Di bawah Pek Siau-seng, tak pernah ada orang membuat kitab susunan senjata lagi, kalau tidak, niscaya orang akan mencantumkan pula kepandaian dari sepasang tangan kedua orang ini ke dalam daftar. Andaikata mereka dilahirkan pada jamannya Pek Siau-seng dulu, merekapun dapat memasukkan kepandaian sepasang tangan mereka ke dalam daftar kitab senjata, bahkan urutan namanya tidak akan berada di bawah Ang mo-jiu serta Cing mo-jiu.

Itulah sebabnya seandainya kedua belah tangan tersebut sampai mampir di tubuh Siau Hiang, sudah pasti akan mengerikan sekali jadinya, karena tubuh Siau Hiang yang kecil mungil itu tak akan tahan menghadapi cengkeraman tersebut. Namun dengan kecepatan gerak mereka berdua, rasanya sulit juga untuk meloloskan diri dari cengkeramannya itu, karena Siau Hiang berdiri di samping Ah Ku.

Cuma saja Ah Ku adalah seorang manusia raksasa yang berperawakan satu kaki dua depa. Manusia raksasa tidak menakutkan, merekapun pernah membunuh manusia raksasa yang berperawakan hampir sama dengan tinggi badan Ah Ku, hanya saja orang yang mereka jumpai kali ini adalah Ah Ku, bukan orang lain.

Walaupun Ah Ku mempunyai perawakan tubuh yang tinggi besar, akan tetapi gerak-geriknya tidak bebal atau lamban, kecepatan gerakpun tidak jauh lebih lamban daripada mereka. Ah Ku tidak menyerang mereka, hanya saja tangannya seorang satu mencengkeram di punggung mereka lalu mengangkatnya tinggi-tinggi. Perawakan tubuh mereka memang tidak tinggi, hampir sebanding dengan tubuh Siau Hiang.

Ah Ku cukup mengangkat dengan tenaga sedikit, tahu-tahu tubuh mereka sudah terangkat setengah lebih tinggi daripada tubuh Siau Hiang, tangan mereka masih tetap mencakar ke luar, mencakar dengan telak. Kemudian kedengaran pula suara hancurnya tulang, seperti ada suatu benda tajam menembusi tubuh manusia, akan tetapi tidak kedengaran suara rintihan atau dengusan tertahan.

Orang yang kena mereka cengkeram itu tak berkesempatan lagi untuk menjerit kesakitan, telah saling cengkeram mencengkeram dengan dahsyatnya. Darah segar menyembur keluar membasahi seluruh badan Ah Ku, namun Ah Ku tidak perduli, dia lantas mengendorkan tangannya dan melemparkan kedua sosok mayat itu ke tanah.

Siau Hiang yang berada di sisinya justru tak tahan melihat adegan seperti itu, dia ingin tumpah, tubuhnya sama sekali tidak ternoda darah, cuma saja sewaktu tubuh kedua orang itu terangkat, separuh tubuh mereka bagian bawah kebetulan bergelantungan di hadapan Siau Hiang, tiba-tiba saja tersiar bau busuk yang amat menusuk hidung.

Selama ini Ting Peng seakan-akan tidak melihat sesuatu apapun, dia masih saja melanjutkan perjalanannya ke depan. Ketika kedua orang manusia itu menerjang tiba, ia tak berkedip mata, tapi dua orang itu tahu-tahu sudah berubah menjadi mayat, sedang dia sendiri sama sekali tak berpaling.

Ia berjalan terus ke depan sampai berpapasan dengan rombongan kedua sebelum berhenti. Rombongan kedua ini terdiri dari enam orang yang berdiri berjajar menghadang jalan majunya, mereka semua menggenggam senjata.

"Lian Im cap si sat seng?" Ting Peng menegur.

"Benar!" salah seorang menjawab.

"Aku adalah Ting Peng, kalianlah yang menangkap istriku?"

"Benar!" Jawabannya selalu singkat dan tak pernah lebih dari empat kata, sebab golok Ting Peng sudah diloloskan dari sarungnya.

Dikala Ting Peng sudah mengambil keputusan untuk membunuh orang, dia malas untuk banyak-banyak berbicara, sebaliknya bila dia berbicara dengan orang secara samar, hal ini menandakan kalau dalam hati kecilnya tidak berhasrat untuk membunuh orang, kecuali kalau orang kelewat mengganggunya, atau pihak lawan sudah benar-benar bosan hidup.

Disaat ia telah mengambil keputusan untuk membunuh orang, dia pun tak pernah membuang waktu dengan percuma, terutama sekali setelah dia berhasil melatih ilmu golok bulan sabit tersebut. Cahaya golok berkelebat lewat dari kiri ke kanan, tiada orang melihat jelas bagaimana dia turun tangan, hanya nampak dia menyarungkan kembali goloknya ke dalam sarung.

Namun ke enam orang itu telah terbelah menjadi dua belah bagian dan rontok ke tanah, terbelah dari kepala sampai ke bawah...
Selanjutnya,
Golok Bulan Sabit Jilid 20