Pedang Medali Naga Jilid 20 - Sonny Ogawa

Halaman

    Social Items

PEDANG MEDALI NAGA
JILID 20
KARYA BATARA

Cerita Silat Mandarin Karya Batara
KUN HOUW terkejut. Dia kaget dan heran oleh seruan Pendekar Gurun Neraka, yang terang-terangan ditujukan kepadanya. Tapi melihat jari pendekar itu menyambar pundaknya dan serangkum angin panas mendahului menyerang langsung saja Kun Houw memutar kakinya dan menangkis.

"Dukk!" dan Kun Houw tertegun. Dia terbelalak melihat lawan terguncang, sementara dia sendiri tergetar dan hampir tardorong setengah tindak. Dan belum dia membentak marah tiba-tiba Pendekar Gurun Neraka telah menotoknya dengan cepat jalan darah di atas siku lengan kirinya.

"Brett...!" Kun Houw kali ini terhuyung. Dia kalah cepat oleh gerakan lawan yang menotok sikunya, berhasil mengelak namun baju di atas siku sampai pangkal lengannya terbuka, robek memperlihatkan guratan panjang dan bekas luka macam goresan golok. Dan Kun Houw yang siap memaki lawan dengan penuh kemarahan tiba-tiba menjublak ketika melihat Pendekar Gurun Neraka justeru terhuyung mundur dan menuding-nuding bekas luka di lengan kirinya itu.

"Ceng Liong, kau betul bocah itu... kau anak yang selama ini kucari-cari!"

Kun Houw tertegun. Dia terang tak mengerti oleh sikap Pendekar Gurun Neraka yang aneh, yang kini menggigil dan memandangnya dengan mata basah! Dan Kun Houw yang mengira pendekar itu mempermainkan dirinya tiba-tiba membentak dan melakukan tamparan ke leher lawannya itu, "Pendekar Gurun Neraka, tak perlu kau bersandiwara di depanku. Aku Kun Houw bukan Ceng Liong... plak!"

Dan Pendekar Gurun Neraka yang terdorong mundur tiba-tiba mengeluh dan hampir terjengkang roboh. Tapi Ceng Bi telah melompat mendekati suaminya ini. Nyonya ini meradang, menahan punggung suaminya dan mencabut pedang. Lalu membentak dan melompat maju mendadak wanita ini menerjang ke depan bagai singa betina yang haus darah.

"Bocah, kau tak tahu hormat pada orang tua!"

Kun Houw terkejut. Dia melihat pedang di tangan isteri Pendekar Gurun Neraka ini telah berseliweran di sekeliling tubuhnya, menusuk dan membacok. Tapi Kun Houw yang melompat ringan menghindari semua serangan itu tiba-tiba dengan kecepatan kilat telah mencabut Pedang Medali Naganya. Lalu, melengking dan menggerakkan pedang menangkis, sekonyong-konyong pedang di tangan Ceng Bi patah menjadi dua potong!

"Trang-trang!"

Ceng Bi terkejut. Ia melompat mundur dan berseru kaget, tapi seorang laki-laki yang melompat ke depan dengan pekik girang sekonyong-konyong berteriak, "Pedang Medali Naga....!"

Semua orang ribut. Mereka melihat laki-laki itu sudah menjatuhkan dirinya berlutut di depan Kun Houw, yang tentu saja tercengang dan membelalakkan matanya. Dan belum Kun Houw menegur atau melepas omongan maka laki-laki gagah berpakaian biru itu sudah berseru nyaring,

"Kongcu, hamba Fan Li menghaturkan hormat. Semoga Pedang Medali Naga memberikan berkahnya kepada hamba sekalian....!" dan membenturkan dahinya tiga kali di lantai mendadak perbuatan laki-laki ini diikuti oleh semua tamu yang sudah berlutut di belakangnya, mengiring serentak dengan mata terbelalak memandang Pedang Medali Naga. Termasuk Pendekar Gurun Neraka dan dua orang isterinya!

Dan Kun Houw yang tentu saja bengong oleh kejadian ini tiba-tiba memasukkan pedangnya dan melompat mundur. "Apa... apa artinya ini?"

Laki-laki gagah itu berseru nyaring, "Artinya kau sama dengan pangeran, kongcu. Bahwa kehadiranmu tiada ubahnya junjungan kami sendiri dengan Pedang Medali Naga di tangan!"

"Ah...!" Kun Houw kaget bukan main. "Sama dengan pangeran yang mana, lo-enghiong (laki-laki gagah)? Apa maksudmu?"

Semua orang kini bangkit berdiri. Laki-laki berpakaian biru yang bukan lain Fan-ciangkun adanya membungkuk hormat, berseri memandang Kun Houw. Lalu tersenyum dan memberi keterangan dia berkata. "Kongcu! Pedang Medali Naga adalah pedang keramat kerajaan kami. Itu milik Pangeran Kou Cien yang hilang sepuluh tahun yang lalu. Tapi karena pedang itu hilang secara aneh dan pangeran membiarkan pedang ini berkelana untuk mencari pemegangnya maka kau adalah orang yang dipilih oleh pedang keramat ini untuk memimpin kami. Kami dari Yueh, tak menyangka bahwa kongcu adalah pewaris yang ditunjuk oleh Pedang Medali Naga!"

Kun Houw tertegun. Dia sekarang mengerti kenapa dirinya dihormati banyak orang. Bahkan Pendekar Gurun Neraka dan dua isterinya juga berlutut memberi hormat, meskipun bukan terhadap dia pribadi melainkan terhadap Pedang Medali Naga yang dianggap sebagai wakil atau bahkan pangeran Kou Cien sendiri dari kerajaan Yueh. Dan Kun Houw yang bengong oleh kejadian tak disangka ini tiba-tiba menarik napas dan tertawa tak acuh.

"Lo-enghiong, aku tak tahu pedang ini benar milik pangeranmu atau bukan. Yang jelas, aku mewarisi pedang ini dari mendiang guruku. Apakah kini kalian hendak merampasnya dari aku?"

Fan Li terkejut. "Tak terpikir oleh kami maksud hati ke situ, kongcu. Bahkan dengan pedang itu di tangan berarti kau pemimpin kami orang-orang Ho-han-hwe (Perkumpulan Orang-orang Gagah)....!"

"Apa?" Kun Houw terbelalak. "Kalian orang orang Ho han-hwe, lo-enghiong? Dan aku kau pilih menjali pemimpin?"

“Bukan kami yang memilih, kongcu. Melainkan pedang yang ada di tenganmu itu yang menentukan. Junjungan kami telah mendapat ilham bahwa pemegang pedang adalah orang yang akan memimpin kami!"

Kun Houw mundur selangkah. "Kalian gila lo-enghiong? Aku tak tahu apa-apa tentang Ho-han hwe. Bagaimana memimpin kalian? Tidak, aku tak suka terikat. Aku datang ke sini karena ada urusan pribadi dengan Pendekar Gurun Neraka!" lalu memandang Pendekar Gurun Neraka dengan mata berapi api pemuda ini membentak, "Pendekar Gurun Neraka, besok aku akan datang lagi setelah upacara pemakaman ini selesai. Aku ingin menagih jiwa ibuku!"

Pendekar Gurun Neraka tersenyum pahit. Dia melangkah maju dan menarik napas berat, lalu berhenti di depan pemuda itu pendekar ini berkata, serak suaranya, "Ceng Liong, kau adalah anak yang selama ini kucari-cari. Siapa ibu yang kau maksudkan itu? Mendiang Bwee Li-kah?"

Kun Houw mendengus. "Kau sudah tahu sebelum kuberi tahu, Pendekar Gurun Neraka? Berarti kau mengakui dosamu dan siap menerima pembalasan! Kau tak akan lari dari tanggung jawab, bukan?"

"Hm, aku selamanya mempertanggungjawabkan perbuatanku, Ceng Liong. Tapi kau salah paham. Aku tidak...."

Kun Houw keburu membanting kaki, memotong dan membentak marah, "Pendekar Gurun Neraka, namaku Kun Houw. Bukan Ceng Liong!"

Tapi Pendekar Gurun Neraka merogoh sakunya, mengeluarkan sepucuk surat dan langsung melemparkannya kepada pemuda itu. Lalu berkata dengan suara getir pendekar ini memandang Kun Houw, "Anak muda, sebaiknya kau baca saja surat itu. Itu adalah peninggalan Bwee Li yang kau anggap ibu kandung!”

Kun Houw menangkap. Dia terbelalak dan mengerutkan alis menerima surat itu, memandang Pendekar Gurun Neraka dengan sikap curiga. Tapi melihat lawan menanti dan tidak berbuat apa-apa akhirnya Kun Houw membuka surat itu dan membaca. Dan begitu membaca tiba-tiba Kun Houw menggigil dan terhuyung mundur dengan muka berobah, pucat bukan main.

"Kau... kau tidak menipuku, Pendekar Gurun Neraka? Kau tidak membuat surat palsu?”

Pendekar Gurun Neraka tersenyum. “Kau boleh cari ibu kandungmu. Ceng Long. Tanya dan buktikan pada ibumu tentang kebenaran isi surat itu!"

"Ooh-!" Kun Houw gemetar, menggigil dan tiba-tiba berteriak keras. Lalu membalikkan tubuh dan melengking tinggi tiba-tiba pemuda itu melompat dan meninggalkan semua orang, merah padam mukanya. “Pendekar Gurun Neraka, aku akan membuktikan kebenaran isi surat isi. Kalau kau bohong awaslah….”

Pendekar Gurun Neraka tak menjawab. Dia sendiri muram, tak menyangka bahwa di saat kematian Ciok thouw Taihiap anak dari hasil hubungan gelapnya itu muncul, menggegerkan dan hampir saja membuat keributan. Tapi ingat bahwa Kun Houw atau yang sebenarnya Ceng Liong itu membawa Pedang Medali Naga sekonyong-konyong pendekar ini mengebutkan lengan bajunya, berseru pada isterinya pertama, "Hong-moi, ikut, aku...!”

Pendekar itu berkelebat keluar. Dia sudah mengejar Kun Houw yang turun gunung, lari cepat seperti terbang mencari Kun Houw yang mendahului ke bawah. Tapi persis dia menemukan pemuda itu di kaki gunung tiba-tiba dua bayangan berkelebat menghadang.

"Pendekar Gurun Neraka, nanti dulu. Tunggu...!"

Pendekar ini terpaksa menghentikan larinya. Dia terkejut melihat dua kakek muncul seperti iblis, menghadang dan terkekeh di depan. Dan melihat gerak gerik mereka yang tidak bermaksud baik tiba-tiba pendekar ini mengerutkan alisnya dan membentak perlahan, "Kalian siapa? Ada apa menghadang lariku?"

Dua orang itu tertawa. Mereka melompat maju, dan setelah berdekatan dengan mereka ini tergetarlah hati Pendekar Gurun Neraka ketika melihat bahwa dua orang kakek itu memiliki rupa yang mirip satu sama lain, kecuali dibedakan dengan warna kulitnya yang kontras satu sama lain. Karena yang di sebelah kanan merah bagai api menyala adapun yang di sebelah kiri putih dan pucat bagai salju di gunung yang dingin!

"Heh-heh, kau tak mengenalku, Pendekar Gurun Neraka? Aku Ang kwi (Setan Merah), datang jauh jauh untuk melayat mertuamu, benarkah Ciok-thouw Taihiap sudah mampus?”

"Dan aku Pek-kwi (Setan Putih), Pendekar Gurun Neraka. Jauh dari laut selatan kami datang untuk membuktikan kabar kematiau mertuamu. Benarkah Ciok-Thouw Taihiap mampus?" yang di sebelah kiri menyusul, menyambung sambil terkekeh mirip kuda meringkik.

Dan Pendekar Gurun Neraka yang terkejut di tempat seketika tertegun dan berobah mukanya. "Hm, kalian yang terkenal dengan nama Siang mo-ji-bin (Sepasang Iblis Dua Muka) itu. Ang kwi? Dan ini saudaramu?”

"Heh heh, benar, Pendekar Gurun Neraka. Dan kami menyayangkan sekali kalau Ciok-thouw Taihiap benar-benar mampus. Tapi apakah benar dia mati seperti kabar burung itu? Bolehkah kami melayat?"

Pendekar ini terpaksa menekan kemarahannya. Dia melihat Ceng Liong atau Kun Houw itu tak nampak bayangannya lagi, lenyap di kejauhan sana. Dan mendongkol tapi terpaksa bersabar karena dua kakek iblis ini menyatakan maksudnya melayat maka Pendekar Gurun Neraka tak dapat melanjutkan perjalanannya dan terpaksa melayani tamunya ini, yang bagaimanapun hendak menyatakan bela sungkawa terhadap mendiang mertuanya.

Tapi berhati-hati dan waspada akan gerak-gerik mereka yang mencurigakan Pendekar Gurun Neraka bersikap dingin. Maklum, Sang-mo-ji-bin itu bukanlah orang baik-baik dan amat aneh kalau datang pada saat yang tiba-tiba ini! Maka memandang mereka dan menjawab datar pendekar ini berkata setengah tak acuh.

"Ang-kwi, mertuaku benar-benar telah meninggal dunia. Siapa bilang itu sebagai kabar burung? Kalian boleh menghormat peti jenazahnya jika tidak berniat buruk!"

"Heh-heh, kenapa kau khawatir kami berniat buruk. Pendekar Gunung Neraka? Takutkah kau? Kami datang untuk membuktikan kematian mertuamu itu. Tidak mempunyai maksud apa-apa!"

"Hm, kalau begitu silahkan," Pendekar Gurun Neraka memutar tubuhnya, mengajak tamunya ke atas meskipun hati mendongkol dikata takut, persis pada saat yang bersamaan isterinya pertama muncul, datang beberapa kejap setelah sang suami terhenti di tempat itu. Dan Pek Hong yang melihat suaminya membawa dua kakek aneh yang memiliki mata bagai mata iblis tiba-tiba terhenyak dan berseru nyaring,

"Yap-koko, siapa mereka?"

Ang-kwi sudah terkekeh, mendahului menjawab, “Kami Siang mo-ji-bin, hujin. Kau isteri pertama Pendekar Gurun Neraka, bukan?"

Pek Hong terkejut. “Benar, dan kalian ini yang bernama Siang mo-ji-bin"

"Ya, aku Ang-kwi, hujin. Dan dia itu saudaraku, Pek-kwi, hehheh...!"

Pek Hong tercekat. "Dan maksud kalian..."

"Mereka mau melayat, Hong-moi. Tamu kita ini datang untuk menyatakan bela sungkawa!" Pendekar Gurun Neraka menjawab, memberi isyarat isterinya agar berhati-hati. Dan Siang-mo-ji-bin yang terkekeh tiba-tiba menjejakkan kakinya, berkelebat ke atas gunung.

"Benar sekali. Kami mau membuktikan kematian Ciok-thouw Taihiap, hujin. Dan karena suamimu telah memberi ijin biarlah kami melihatnya dulu!" dan dua kakek iblis yang tertawa dengan suara tinggi itu tahu-tahu telah mendaki ke puncak dengan kecepatan luar biasa. Mereka seolah mempunyai sayap, terbang dan sebentar saja menuju ke atas. Dan Pendekar Gurun Neraka yang menyambar tangan isterinya segera berseru,

"Hong-moi, mari kita ikuti..!" dan begitu pendekar ini menarik lengan isterinya tiba-tiba keduanyapun "terbang" mengejar Siang mo-ji-bin. Sebentar saja mereka sampai ke puncak, dan ketika berada di pusat keramaian ternyata dua kakek itu telah tertawa-tawa di depan dua jenazah yang berjajar di tengah ruangan.

"Wah, mana peti Ciok-thouw Taihiap?"

Semua tamu terkejut. Mereka tak melihat datangnya dua pendatang ini, karena Ang-kwi dan Pek-kwi tahu-tahu telah berada di situ, muncul begitu saja seperti keluar dari dalam tanah! Tapi Pendekar Gurun Neraka yang telah melompat maju segera menunjuk dan mendorong mundur Bi Lan dan Han Ki yang terbelalak, memandang dua kakek iblis itu.

"Peti mertuaku yang di sebelah kanan, Ang kwi. Silahkan memberi hormat pada arwahnya!"

Tapi Ang kwi dan Pek-kwi tertawa-tawa. Mereka mengelilingi peti Ciok-thouw Taihiap, berputar dan sejenak saling lirik. Lalu menepuk tutup peti mendadak Pek-kwi yang ada di tengah berseru keras, “Pendekar Gurun Neraka, kami ingin melihat mayat Ciok-thouw Taihiap. Permisi...!" dan begitu lengannya menepuk perlahan tahu-tahu tutup peti terbuka dan mayat Ciok-thouw Taihiap terlihat dibungkus kain putih!

"Aah...!" semua orang terkejut. Mereka berseru kaget oleh perbuatan Iblis Putih ini yang luar biasa. Dan Bi Lan serta Han Ki yang berada paling dekat dengan Pek-kwi tiba-tiba membentak dan langsung menghantam punggung kakek itu dengan pukulan dahsyat.

"Tua bangka, pergunakan sopan-santunmu... plak-dess!"

Iblis Putih terhuyung. Dia melepaskan tutup peti matinya, berderak keras menimpa tempatnya semula, menggetarkan ruangan dengan suara berat. Dan Iblis Putih yang terkekeh sambil memutar tubuhnya tiba-tiba melompat jauh. Ketika Bi Lan dau Han Ki siap menyerangnya kembali.

"Wah, siapa anak-anak muda yang hebat ini, Pendekar Gurun Neraka?"

Pendekar Gurun Neraka melompat maju Dia marah melihat Pek-kwi membuka peti mati, sikap yang lancang. Tapi melihat iblis itu tak mengganggu mayat mertuanya diapun melindungi Bi Lan dan Han Ki, berkata dengan suara tak senang, "Pek-kwi, kau adalah tamu. Harap jangan membuat marah kami!"

"Heh-heh, kenapa tak senang, Pendekar Gurun Neraka? Kami hanya mau membuktikan saja benarkah Ciok-thouw Taihiap mampus atau tidak. Kami sudah bilang tadi!" dan tidak menghiraukan Pendekar Gurun Neraka Pek-kwi memandang saudaranya. "Suheng, kau sudah melihat jenazahnya?"

Ang-kwi tertawa. "Belum begitu jelas, sute. Kau terlanjur menutup cepat peti mati itu!"

"Ah, kau ingin melihatnya kembali?"

"Ya!" dan berkata begitu iblis bermuka merah ini melangkah maju, menyentuh tutup peti dan siap membukanya kembali.

Tapi Pendekar Gurun Neraka yang berdiri di samping peti mati itu sudah meletakkan tangannya dan membentak, "Ang-kwi, apa yang mau kau lakukan?"

"Heh-heh, aku ingin melakukan seperti apa yang telah dilakukan saudaraku, Pendekar Gurun Neraka. Hanya sekedar melihat dan melongok isi peti mati itu!"

"Tidak boleh!" Pendekar Gurun Neraka membentak. "Kau jangan bersikap keterlaluan, Ang-kwi. Aku masih menghargaimu sebagai tamu!"

Tapi Ang-kwi yang tertawa mengejek dan tidak menghiraukan bentakan Pendekar Gurun Neraka tiba-tiba menepuk peti dan membukanya seperti yang tadi dilakukan Pek-kwi. Dan begitu peti mati ditepuk tiba tiba tutupnya terbuka dan terangkat serta menempel di telapak iblis ini. "Pendekar Gurun Neraka, tak perlu sombong. Aku hanya ingin melihat saja!"

Tapi Pendekar Gurun Neraka terang tak mengijinkan. Dia membentak pula, menekan lengannya di atas peti yang terangkat tutupnya. Dan begitu pendekar ini mengerahkan tenaga menindih maka peti menutup kembali dan anjlog dengan suara keras. "Brak!"

Ang-kwi terbelalak. Dia terkejut dan berseru kagum. Tapi tertawa setengah memekik tiba-tiba iblis ini membentak. "Pendekar Gurun Neraka, aku hanya ingin melihat saja. Buka...!" dan peti yang tiba-tiba kembali terangkat mendadak terbuka tutupnya dan "terbang" diputar lengan kakek ini!

Otomatis, semua tamu terkesiap. Tapi Pendekar Gurun Neraka yang maklum bahwa iblis bermuka merah ini ingin mengadu kepandaian dengan mengganggu peti mati tiba-tiba menjadi marah. Dia mengerahkan tenaga saktinya, dan begitu menggerakkan lengan manampar sekonyong-konyong peti yang terbang di telapak lawan ditarik dan disedot ke dalam. Lalu sementara Ang-kwi terbelalak dengan mata melotot tahu-tahu tutup peti itu meluncur dan turun kembali ke tempatnya semula.

Ang-kwi kaget. Dia bertahan, menambah tenaganya. Dan persis tutup peti itu anjlog di tempatnya mendadak serangkum angin menahan di bawah. Akibatnya tutup peti ini berhenti di udara, sejengkal saja. Dan Ang-kwi yang berteriak mempertahankan diri tiba tiba membuat tutup peti naik dan kembali terangkat!

"Ha ha, kau tak dapat menahan kemauanku. Pendekar Gurun Neraka. Aku menghendaki Ciok-thouw Taihiap berbaring saja dengan peti terbuka!"

Pendekar Gurun Neraka berang. Dia tadi mengerahkan tenaganya setengah bagian, tak mau bersikap keras karena khawatir tutup peti hancur digencet dua tenaga tak nampak. Tapi melihat Ang-kwi melotot dan kakek iblis itu memaksa untuk membuka peti mati tiba-tiba pendekar ini menambah sinkangnya dan menghentakkan lengan ke bawah.

“Brak!" Ang-kwi berseru keras, Dia terkejut ketika menerima tekanan luar biasa kuat dari hentakan lengan Pendekar Gurun Neraka, menggencet sekaligus mendorong minggir tenaganya sendiri hingga tutup peti menutup keras, menggetarkan ruangan dan membuat Ang-kwi terhuyung hampir roboh! Dan Ang kwi yang kaget oleh sinkang Pendekar Gurun Neraka yang demikian hebat sudah mendengar bentakan pendekar itu.

"Ang-kwi, orang yang telah meninggal dunia tak perlu kau ganggu lagi. Menyingkirlah!"

Ang-kwi terbelalak. Sekarang dia membuktikan kelihaian pendekar ini, yang sudah lama didengar. Tapi Ang-kwi yang terkekeh dengan mata bersinar tiba-tiba melangkah maju dan kembali menyentuh tutup peti. "Pendekar Gurun Neraka, aku bilang tadi bahwa sebaiknya jenazah mertuamu ini diperlihatkan saja. Kenapa marah-marah? Bukankah wajar bila pelayat ada yang ingin tahu bagaimana rupa Ciok-thouw Taihiap yang terkenal itu?"

Dan, mengerahkan kembali tenaga sinkangnya kakek ini mencoba mengangkat. Dia penasaran bahwa tadi keberhasilannya kandas di tengah jalan. Kaget dan kagum bahwa Pendekar Gurun Neraka memiliki sinkang yang mampu menahan sinkangnya. Maka mengulang dan ingin mencoba kembali iblis bermuka merah ini mengerahkan tenaganya untuk membuka. Dan penasaran sekali gus tak mau kalah, malu ditonton banyak mata.

Tapi Pendekar Gurun Neraka yang tak membiarkan iblis ini membuka peti mati sudah menekankan telapaknya di atas. Dengan sinkang tiga perempat bagaian dia menahan tutup peti yang kini mulai bergerak maju mundur karena Ang-kwi hendak mengangkatnya. Dan karena dua orang itu saling berkutat dan masing-masing tak mau mengalah tiba-tiba saja tutup peti itu membuka dan menutup seperti diungkit-ungkit dari dalam!

Sepintas kejadian ini lucu. Orang akan mengira arwah Ciok-thouw Taihiap hidup kembali, marah dan rupanya mau keluar dari dalam peti mau. Tapi melihat Ang-kwi menggereng dan mukanya semakin merah dan kepala kakek iblis itu mulai mengepulkan uap yang tipis bagai kabut tahulah orang bahwa kakek ini sedang mengadu tenaga dengan tuan rumah. Dan itu memang betul.

Pendekar Gurun Neraka mempertahankan tutup peti agar tidak membuka, tak mau jenazah mertuanya dipermainkan iblis ini. Dan ketika dia menambah tenaganya sedikit lagi dan tutup peti tiba-tiba anjlog dengan suara keras mendadak tutup peti mati itu tak dapat dibuka lagi dan terpantek bagai dipukul paku raksasa!

"Ang-kwi, kau tak berhasil....!"

Ang-kwi mendelik. Dia benar-benar tak berhasil mengangkat peti mati itu lagi. Jangankan mengangkat, menggeser seinci pun dia tak mampu. Kalah kuat! Dan Ang-kwi yang menggeleng dengan muka merah padam itu tiba-tiba berseru pada saudaranya, "Sute, kau mau coba?"

Pek-kwi terbelalak. Dia melihat pertandingan aneh ini, kagum dan diam-diam memuji kehebatan Pendekar Gurun Neraka yang dapat mengatasi kekuatan suhengnya. Maka tertawa dan mendengar saudaranya menegur dia tiba-tiba Iblis Putih ini telah melompat maju dan menekan telapak tangannya pada tutup peti. "Pendekar Gurun Neraka, kau sungguh hebat. Tapi tanganku jadi gatal-gatal untuk membantu suhengku. Awas...!"

Pendekar Gurun Neraka mengerutkan alis. Dia merasa sebuah tenaga tiba-tiba meluncur dari telapan tangan Pek-kwi, mendorong dan siap mengangkat tutup peti membantu kakaknya, hebat dan membuat dia terkejut karena gabungan dua lblis bersaudara itu ternyata kuat bukan main, tiba-tiba mendesak sinkangnya dan menggeser peti mati! Dan Pendekar Gurun Neraka yang menjadi marah tiba-tiba menahan dengan tenaga sembilan sepersepuluh bagian, berarti hampir seluruh tenaga. Dan ketika dia membentak sambil menambah tenaganya itu tiba-tiba tutup peti mulai bergerak-gerak dan maju mundur seperti tadi!

"Ha-ha, kali ini kami akan menang. Pendekar Gurun Neraka. Tak perlu kau mempertahankan diri!"

Pendekar Gurun Neraka tak menjawab. Dia memang mulai terdesak, tutup peti mulai terangkat. Dan bingung serta marah oleh perbuatan dua iblis itu Pendekar Gurun Neraka menggigit bibirnya dan mulai berkeringat. Sebenarnya, dalam keadaan seperti ini masih ada jalan baginya. Yakni mundur mengalah atau terus bertahan. Tapi karena mundur berarti membuat lawan pongah dan mungkin melakukan perbuatan lain yang lebih berbahaya mau tidak mau dia harus bertahan, dengan menanggung resiko terluka dalam. Dan Pendekar Gurun Neraka yang terpaksa melakukan cara bertahan dengan muka merah akhirnya melotot memandang dua orang lawannya itu.

"Ang-kwi, kalian iblis-iblis busuk!"

Ang-kwi tertawa. "Kami tidak busuk, Pendekar Gurun Neraka. Hanya kaulah yang sombong tak mau mengalah!"

"Ya, dan tak kukira tenagamu hanya sebegini saja. Pendekar Gurun Neraka. Mana itu Lui-kong-yang-sing-kangmu?" Pek-kwi menyambung, mengejek sambil terkekeh. Dan Pendekar Gurun Neraka yang geram oleh desakan lawannya ini hampir terpancing.

Dia memang mempunyai tenaga sakti yang istimewa itu, Lui kong-yang-sin kang (Tenaga Inti Petir). Tapi karena mempergunakan ilmu ini bakal merusak peti mati dan mayat Ciok-taouw Taihiap bisa hancur oleh hawa pukulan panas itu Pendekar Gurun Neraka tak berani mengerahkan sinkangnya yang mujijat ini. Dia hanya mengerahkan sinkang biasa, artinya sinkang yang dia peroleh dengan jalan samadhi. Bukan seperti Lui-kong yang-sinkang yang dia dapat dari bantuan Gurun Takla itu (baca Pendekar Gurun Neraka).

Sinkang mujijat yang dapat membuat hancur gunung! Dan Pendekar Gurun Neraka yang tentu saja bingung dan marah oleh gencetan lawan tiba-tiba melihat Han Ki menubruk maju. menghantam leher Pek-kwi dengan maksud membantu pamannya karena Pendekar Gurun Neraka memang kelihatan terkesak. Dan Pendekar Gurun Neraka yang jadi terkejut oleh gerakan ini tiba-tiba berseru,

"Ki-ji, jangan....!"

Tapi Han Ki terlanjur memukul. Dia melalukan pukulan di saat Pandekar Gurun Neraka mencegah, berteriak nyaring. Tak tahu bahwa sebenarnya saat itu tiga macam hawa sakti sedang saling gubat dan dorong-mendorong, merupakan bola hawa yang aneh tapi luar biasa kuat. Tak dapat ditembus. Maka begitu Han Ki menyerang dan persis lengannya menghantam leher Pek-kwi tiba-tiba Han Ki berteriak ketika tubuhnya terpental balik dan terbanting roboh di lantai ruangan itu.

"Hei, brukk...!”

Han Ki terguling-guling. Dia hampir celaka oleh tolakan hawa dari tiga orang sakti itu. Tapi Han Bu yang marah melihat kakaknya terbanting tiba-tiba berteriak dan menyerang Ang-kwi.

"Bu-ji, jangan...!"

Tapi Han Bu terlambat Pemuda ini mengira kakaknya tak boleh menyerang Pek-kwi, karena mungkin iblis itu lebih kuat daripada Ang kwi. Maka salah menafsir dan mengira Ang kwi lebih "empuk" ketimbang Pek-kwi pemuda ini sudah menghantam lawannya dengan pukulan keras. Tak tahu bahwa sebenarnya perbuatannya itu sama saja. Maka begitu menghantam dan tenaga yang luar biasa dahsyat menolak dan balik mengenai dirinya tak ayal Han Bn menjerit dan terlempar seperti kakaknya.

"Brukk...!” Han Bu juga terguling-guling. Dia sekarang berteriak kaget dan sadar, tahu setelah mengalami sendiri. Dan persis Han Bu melompat bangun maka Bi Lan berkelebat mendekatinya dengan pertanyaan cemas,

“Kau terluka, Bu-ko?"

Tapi Han Bu menggelengkan kepalanya. Dia terbelalak dan gusar, kaget tapi juga bingung bagaimana harus membantu Pendekar Gurun Neraka. Tapi persis dia mengumpat dengan jari terkepal tiba-tiba sebuah bayangan berkelebat menepuk punggung Pendekar Gurun Neraka.

"Ayah, siapa mereka ini?”

Ang-kwi dan Pek-kwi berseru kaget. Mereka merasa sebuah tenaga dahsyat tiba-tiba menggempur mereka, bersamaan dengan tepukan pendatang baru itu di belakang punggung Pendekar Gurun Neraka. Dan begitu keduanya terbelalak memandang ke depan tiba-tiba Pek kwi dan Ang-kwi terpental mundur dan membentur tembok dinding ruangan.

"Dukk!" Dua orang iblis itu terkejut. Mereka terpaksa melepaskan tutup peti mati, yang kini anjlog dengan suara keras. Dan Ang kwi serta Pek kwi yang terbelalak memandang seorang pemuda tinggi besar yang mirip Pendekar Gurun Neraka tiba-tiba melengking dan tertawa aneh.

"Pendekar Gurun Neraka, siapa pemuda ini?"

Sin Hong, pemuda yang dimaksudkan ini melompat maju. "Aku Sin Hong, tua bangka. Siapa kalian yang mengganggu peti jenazah kong-kongku?"

"Ah, kau cucu Ciok-thouw Taihiap?"

“Ya, aku Sin Hong!"

“Heh-heh," Pek-kwi mengebutkan lengannya. “Kalau begitu kau putera Pendekar Gurun Neraka, bocah? Dan kau yang menjadi murid Naga Bongkok?"

Sin Hong mengerutkan alisnya. "Benar katamu, iblis tua. Siapa kalian dan kenapa hendak mengacau di tempat ini?"

Pendekar Gurun Neraka kini mendekati anaknya. "Mereka Siang-mo ji bin, Hong-ji. Yang bermuka putih ini adalah Pek-kwi sedang yang lain itu adalah Ang-kwi."

"Ah, iblis-iblis dari laut selatan itu?"

Ang-kwi tertawa. "Orang yang tak menyenangi kami memang menyebut kami sebagai iblis, anak muda. Tapi orang yang menyukai kami justeru menyebut kami sebagai dewa!"

Sin Hong tertawa mengejek. Dia sekarang tahu siapa kiranya dua orang kakek ini. Siang-mo-ji bin yang biasa bergerak dilaut selatan. Dua orang iblis yang katanya tak pernah berkeliaran di luar wilayahnya kalau tidak ada kepentingan sesuatu. Dan Sin Hong yang maklum bahwa dua orang iblis itu hendak mengganggu mereka tiba-tiba memandang ayahnya dan bertanya, "Ayah, apa yang harus kita lakukan untuk melayani orang orang macam begini?"

Pendekar Gurun Neraka menarik napas. "Kita tetap menganggapnya sebagai tamu bila mereka berlaku sopan, Hong-ji. Tapi terpaksa mengusir bila mereka hendak mengacau!"

"Heh-heh," Pek-kwi menggoyang-goyang lengannya. "Kau berani mengusir kami kalau kami ingin tinggal di sini. Pendekar Gurun Neraka? Kau hendak maju mengeroyok?"

Sin Hong tak tahan. "Pek-kwi, tak perlu banyak cakap di tempat ini bila kau ingin berkelahi. Sekarang majulah. Lihat aku akan mengusir kalian tanpa bantuan ayah!"

"Heh?" Pek-kwi terbelalak. "Kau berani menghinaku, bocah? Kau tak takut mampus dan berani tidak berlindung di bawah bantuan ayahmu?"

"Aku sudah mengeluarkan kata-kataku, Pek kwi. Tak perlu ayah membantu jika kalian ingin mengererubut. Majulah!"

Pek kwi pucat mukanya. Dia marah mendengar kata-kata ini, semakin pucat mukanya kalau gusar. Tapi Ang kwi yang tertawa di sebelah kananya tiba-tiba meludah. "Bocah. kami tak perlu mengeroyokmu kalau ingin bertanding. Cukup adikku saja, yang maju... cuh!"

Sin Hong berkelit. Dia jijik oleh ludah Ang kwi yang kental, menyambarnya bagai peluru. Tapi Sin Hong yeng tak mau begitu saja mengelak sudah menggerakkan ujung bajunya menampar. Mendorong sekaligus memukul balik ludah Ang-kwi ke arah tuannya, tentu saja mempergunakan sinkang. Dan Ang kwi yang melihat betapa air ludahnya terpukul dan kini meluncur dengan kecepatan kilat ke mukanya sendiri tiba-tiba meniup dan berseru keras.

"Crat...!" Ang kwi mendelik. Tiupan khikangnya tadi kalah kuat, ludah masih meluncur dan kini ambyar di udara, berpercikan ke sana ke mari. Dan Ang-kwi yang terkena percikan ludahnya sendiri ini tibatiba membentak dan berkelebat maju, menyerang Sin Hong. "Bocah, keparat kau!"

Tapi Sin Hong tak tinggal diam. Dia menggerakkan lengan menangkis, dan begitu dua lengan beradu tiba-tiba Ang-kwi memekik dan tergetar mundur. "Dukk!"' Ang-kwi terbelalak. Dia merasa sinkang Sin Hong luar biasa kuat, menahan sekaligus membuat lengannya panas. Dan Ang-kwi yang kaget oleh kehebatan pemuda ini tiba-tiba menggeram dan memutar lengannya dua kali, berkerotok dan tiba-tiba merah seperti besi dibakar. Dan Pendekar Gurun Neraka yang mengerutkan kening melihat ini tiba-tiba berseru, memperingatkan puteranya,

"Ang see ciang (Tangan Pasir Merah)...!"

Tapi Pek-kwi keburu maju. Iblis Putih ini melompat didepan saudaranya, terkekeh. Dan menyuruh kakaknya mundur dia berkata, "Suheng, bocah ini rupanya cukup hebat. Biarlah aku yang merobohkannya!" dan habis menyelesaikan kata-katanya ini mendadak Pek-kwi sudah melejit dan menyerang Sin Hong. Gerakannya bagai katak menerkam cepat sekali, tidak memberi peringatan.

Dan Sin Hong yang terkejut oleh bayangan iblis ini tiba-tiba melompat mundur dan membentak. Tapi Pek-kwi membalik, terkekeh dan meliuk aneh. Lalu sementara Sin Hong merunduk dengan mata terbelalak tiba-tiba lengan Pek-kwi telah menjulur dan menampar lehernya.

"Plak!" Sin Hong terkejut. Dia tak menduga kecepatan lawan, yang dapat bergerak dan meliuk dengan cara aneh. Dan ketika Pek-kwi kembali tertawa dan memutar pinggang dengan cara yang ganjil tahu-tahu kembali Sin Hong tertampar dan roboh terpelanting.

"Plak...!" Sin Hong terguling-guling. Dia kaget dan heran sekali oleh gerakan lawan. Tapi ketika lawan kembali mengejar dan Pek-kwi mengerotokkan tulang-tulang lengannya yang tiba-tiba berwarna putih bagai dibungkus salju tiba-tiba Sin Hong membentak dan melompat bangun. Dia mencium bau yang keras dari lengan lawan, bau pasir di atas gurun. Bau yang sangit tercampur busuk. Dan Sin Hong yang maklum bahwa lengan lawan tentu mengandung racun tiba-tiba menangkis sambil melindungi dirinya.

"Dess...!" dan kali ini Pek-kwi terdorong. Iblis Putih itu terbelalak, tampaknya kaget. Tapi melengking dan berkelebat maju tiba-tiba iblis ini telah menyerang Sin Hong dengan pukulan bertubi-tubi, terbahak dan terkekeh ganti-berganti! "Bocah, kau akan mampus di tanganku...!"

Sin Hong membelalakkan mata. Dia melihat lawan berkelebatan menghujani serangan, pukulannya bertubi-tubi dan cepat bukan main. Tapi ketika Sin Hong berlompatan dan mulai mengelak serta menangkis tiba-tiba gerakan Pek-kwi berobah. Iblis Putih mulai mengurangi kecepatan, gerakannya tampak lamban dan dapat diikuti. Tapi angin pukulannya yang terjadi berat dan menekan Sin Hong dari atas ke bawah membuat Sin Hong terkejut. Apalagi ketika lengan lawan yang pulih pucat itu tiba-tiba mengeluarkan keringat yang dingin dan keras seperti butir-butir pasir yang dipercik-percikkan kakek iblis ini!

"Ah. Pek-see-ciang (Pukulan Pasir Putih)...!"

Pek-kwi terkekeh. Dia memang mengeluarkan ilmunya yang aneh itu, mengibas-ngibaskan keringat dari kedua lengan yang mulai membanjir bagai uap atau embun di puncak gunung, menyerang Sin Hong merupakan pasir-pasir beku yang dapat menembus kulit daging melebihi senjata tajam! Dan Sin Hong yang tentu saja kaget oleh ilmu yang aneh ini segera menampar dan memukul balik hujan keringat yang sudah berobah bagai titik-titik es di padang salju itu!

Tapi Pek-kwi tak membiarkan lawan mendesak dirinva. Dia terus mengiprat-ngipratkan keringat pasirnya itu, yang kini semakin berhamburan dan menyerang bagai butir-butir es ke tubuh Sin Hong. Dan ketika Sin Hong terdesak dan kewalahan menghadapi hujan Pak-see ciang ini tiba-tiba Sin Hong mengeluh ketika tubuhnya mulai terkena.

Sin Hong merasa pedas dan sakit-sakit, menjaga kedua mata dan melindungi diri dengan sinkang. Tapi baju serta pakaiannya yang tak dapat dilindungi sinkang akibatnya mulai bolong-bolong dan robek. Sin Hoig gelisah. Begitu terus-menerus tentu dia bakal telanjang karena pakaian berlubang-lubang. Dan Sin Hong yang menjadi marah oleh perbuatan lawan tiba-tiba menekuk pinggangnya ke kiri dan ke kanan.

"Pek-kwi, aku akan membalas. Berhati-hatilah!"

Iblis Putih terkekeh. Dia menganggap Sin Hong besar bicara, karena selama itu dia mendesak dan menekan pemuda ini. Tapi ketika Sin Hong mulai menggeliatkan pinggang dan kedua lengannya bergerak naik turun bagai naga menari tiba-tiba iblis ini terkejut ketika sebuah tenaga tak nampak melindungi Sin Hong. Pukulan pasir keringatnya tertahan di udara, dua jengkal dari tubuh lawan. Dan ketika Sin Hong membentak serta menampar dan mendorong tiba-tiba kipratan keringat Pek-see ciangnya mental dan membalik menyambar tubuhnya sendiri!

"Ah. Sin-liong-jiu-kun (Silat Tangan Naga Sakti )...!"

Sin Hong tak menjawab. Dia terus menggeliat-geliatkan pinggang sambil kedua tangan melakukan pukulan dan dorongan, membentengi diri dengan Sin-liong-kang (Tenaga Naga Sakti) hingga sambaran keringat Pek-kwi tak dapat menyentuh dirinya lagi, tertahan dan tertolak balik ke arah lawan. Dan ketika sekejap kemudian Sin Hong mendesak lawan dan terus maju merangsek tiba-tiba Pek-kwi mulai terdorong dan terhuyung-huyung!

"Keparat, kau hebat, bocah. Tapi kau tak dapat merobohkan aku!"

Pek-kwi mulai memekik. Dia marah dan terbelalak melihat pukulan Pek-see-ciangnya tak berdaya menghadapi Sin Hong, selalu membalik dan runtuh ke tanah bertemu hawa yang melindungi Sin Hong. Dan ketika Sin Hong semakin mendesak dan ganti menekan dirinya tahu-tahu Pek-kwi sudah membelakangi tembok dan tak dapat mundur lagi!

Pek-kwi terkejut. Dia terang melotot, dan ketika Sin Hong membentak serta memutar lengan mendorong dadanya tiba-tiba Pek-kwi berteriak dan menangkis. "Plak!" dua lengan mereka bertemu. Seketika itu juga Pek-kwi mengerahkan sinkangnya, Tok-see-kang (Tenaga Racun Putih). Dan Sin Hong yang terbelalak memandang lawan tiba-tiba merasa hawa yang lembut panas merayap bagai semut di permukaan lengannya.

"Hong-ji, awas racun!"

Sin Hong mengerutkan alis. Dia memang merasa lengannya gatal, melihat lawan terkekeh dan menyeringai kepadanya. Tapi Sin Hong yang tahu bahwa lawan memang cukup berbahaya lalu membentak dan mengerahkan Jing long-sin-kang nya, itu tenaga sakti yang dia dapat dari Bu-beng Sian-su. Dan begitu Sin Hong menggetarkan lengan seraya mengibas tiba-tiba Pek-kwi merjerit ketika terangkat naik dan terdorong menjebol tembok.

“Broll...!" Semua orang terbelalak. Mereka melihat Pek kwi berteriak dan terguling-guling, menggaruk lengan seperti kera yang kebingungan. Dan ketika iblis itu melompat bangun sambil memaki-maki maka tampaklah lengannya yang putih itu sudah terkupas kulitnya dan mengeluarkan darah yarg berwarna putih pula, kental dan berbau busuk. Darah dari pukulan Tok-see-kang yang membalik dan mengenai iblis ini sendiri! Dan Ang kwi yang terkejut melihat saudaranya terluka oleh pukulan Racun Putih tiba-tiba berkelebat ke depan menyambar adiknya itu.

"Sute, telan obat ini. Kita pergi dulu...!” dan Ang-kwi yang menotok sutenya serta melempar sebutir obat untuk ditelan tiba-tiba melompat keluar dan lenyap sambil berseru pada tuan rumah, "Pendekar Gurun Neraka, besok kita bertemu lagi. Awas penghinaan kalian!"

Pendekar Gurun Neraka tak mencegah. Dia hanya menarik napas melihat kepergian dua kakek iblis itu. Tapi Sin Hong yang marah tiba-tiba mengejar, "Siang-mo ji-bin, kalian tak boleh pergi sebelum minta maaf. Hayo kembali!"

Tapi Ang kwi dan Pek kwi telah lenyap di luar sana. Sin Hong hendak mengejar sampai ke bawah, namun ibunya yang berkelebat di belakangnya berseru memanggil, "Hong-ji, ayahmu tak membolehkan kau turun sendirian. Kembalilah!”

Sin Hong terpaksa kembali. Dia mengepal tinju dengan muka merah, dan Naga Bongkok yang tiba-tiba muncul di tempat itu juga menyuruh muridnya menghentikan pengejaran. Terpaksa, Sin Hong menekan kemarahan dan mereka bertiga yang masuk kembali ke ruangan duka segera disambut Pendekar Gurun Neraka yang mengerutkan keningnya.

"Hong-ji, kita berjaga-jaga saja. Sebaiknya kau kembali ke posmu dan biarkan kami di depan."

Kiranya Sin Hong menjaga di belakang ketika tadi keributan dimulai. Dan Perdekar Gurun Neraka yang juga memandarg Naga Bongkok lalu bertanya lirih, "Ada sesuatu yang mencurigakan di samping rumah, locianpwe?"

Naga Bongkok mengangguk. "Aku melihat bayangan merah di tempat yang kujaga. Pendekar Gurun Neraka. Kukira Iblis Penagih Jiwa itu!"

Pendekar Gurun Neraka tertegun. "So-beng?"

"Agaknya begitu." dan Naga Bongkok yang mengibaskan lengannya lalu berbisik, "Pendekar Gurun Neraka, tampaknya besok orang-orang jahat akan mengacau kita. Mungkin dalangnya Ang kwi dan Pek kwi itu adalah awal dari sesuatu yang akan mengganggu kita!"

"Hm, kalau begitu bagaimana pendapatmu, locianpwe?"

"Sebaiknya malam ini kita tak usah beristirahat. Pendekar Gurun Neraka. Dan biar kita perketat kewaspadaan hingga pemakaman besok!"

Pendekar Gurun Neraka mengangguk. Lalu melihat puteranya belum juga mundur dia menjadi heran. "Kau menyimpan pertanyaan, Hong-ji'?"

Sin Hong ragu-ragu. "Ya. kudengar Bu-beng Siauw-cut ke mari, ayah. Betulkah itu?"

Pendekar Gurun Neraka tiba-tiba gelap mukanya. "Memang betul Hong-ji Tapi dia telah pergi. Pedang Medali Naga ada di tangannya!"

"Hm, dan dia membawa kemarahannya, ayah?"

“Begitu yang kulihat. Kau pernah bertemu dengannya?"

“Ya, beberapa waktu yang lalu. Di luar kota raja."

Pendekar Gurun Neraka tertegun. "Dan kau belum menceritakannya kepadaku, Hong-ji?"

"Waktu kita sempit, ayah. Biar besok saja setelah urusan pemakaman kong-kong selesai."

Pendekar Gurun Neraka menarik napas. Dia jadi berdebar teringat akan anak itu. Bu-beng Siauw-cut atau Kun Houw atau Ceng Liong yang asli. Tapi maklum bahwa Sin Hong memang belum ada waktu untuk bicara banyak karena kematian Ciok-thouw Taihiap yang tiba-tiba maka pendekar ini pun mengangguk dan nenggerakkan tangannya.

"Baiklah, kita bicara setelah semuanya selesai, Hong-ji. Sekarang mari kita kembali dan menjaga di tempatnya masing-masing. Awas, hati-hati terhadap musuh yang menyelinap!"

Dan Pendekar Garun Neraka yang sudah masuk ke dalam menjaga peti mati lalu disusul Sin Hong yang melompat ke belakang sementara Naga Bongkok menjaga di samping rumah, agak di pinggang gunung. Dan begitu semua orang kembali pada tempatnya masing-masing maka ketenangan suasana pulih kembali seperti semula.

Malam itu tak terjadi sesuatu. Dua peti tetap berjajar dengan tenang, masih menerima tamu-tamu yang datang dan semakin membanjir memenuhi ruangan di mana jenazah Ciok-thouw Taihiap dan Cui Ang terbaring. Dan ketika keesokan harinya upacara akan dimulai dan markas besar Beng-san-pai penuh sesak oleh ratusan orang yang siap mengantar dua peti jenazah tiba-tiba serombongan orang muncul mengejutkan mereka.

Rombongan itu terdiri dari sepasukan kerajaan, datang berkuda dipimpin dua orang gadis cantik yang berpakaian biru dan hijau. Sepasang gadis kembar yang tiba-tiba menarik perhatian semua mata karena kecantikan dan kemiripannya. Dan begitu mereka tiba di luar markas dan rombongan ini melompat turun dari atas kudanya tiba-tiba seorang di antranya yang berpakaian panglima mengibarkan bendera dan membungkuk hormat, menghadap Pendekar Gurun Neraka dan keluarganya yang datang menyambut.

"Pendekar Gurun Neraka, kami dari istana diutus oleh sri baginda untuk menyampaikan belasungkawa atas kematian Ciok-thouw Taihiap Souw Ki Beng. Semoga kedatangan kami tidak mengejutkan keluargamu karena memang kami tidak diundang!"

Pendekar Gurun Neraka terkejut. Dia melihat orang sudah mengeluarkan bunga, kembang sebagai tanda belasungkawa yang dihias membentuk hati, besar dan warna-warni setinggi dua meter! Dan Pendekar Gurun Neraka yang terkejut dan terpana oleh rombongan dari istana ini tiba-tiba tertegun dan tak segera melangkah maju. Dia terbelalak, heran dan kaget oleh utusan sri baginda itu, tak menyangka sama sekali. Dan sementara dia bengong oleh semuanya ini tiba-tiba sepasang gadis kembar yang cantik dan berdiri di sebelah kiri panglima itu bertanya nyaring,

"Pendekar Gurun Neraka, apakah kami tak dapat kau terima hingga harus kembali melaporkannya kepada sri baginda?"

Pendekar Gurun Neraka terkejut. Dia mendengar nada yang menyembunyikan ancaman di balik seruan nyaring itu. Kata-kata yang membawa nama kaisar! Dan Pendekar Gurun Neraka yang cepat menindas guncangan hatinya ini segera maju dan membalas hormat panglima itu, memberi isyarat agar Bi Lan menerima kembang.

"Ciangkun, maafkan kami. Kami memang terkejut atas kedatangan kalian. Tak menyangka sama sekali bahwa sri baginda menaruh perhatian demikian besar kepada kami yang jauh dari kota raja! Maaf... maaf..!" dan Pendekar Gurun Neraka yang terpaksa menyambut tamu dengan sikap sebaik mungkin karena hendak menyatakan bela-sungkawa lalu mengharap panglima itu menyerahkan kembang pada puterinya.

Tapi mengejutkan sekali. Panglima ini mengerutkan keningnya, dan tidak puas memandang tuan rumah dia berkata, "Pendekar Gurun Neraka, sri baginda menghendaki persembahan ini kau terima dengan tangan sendiri. Tidak pantaskah persembahan kami hingga orang lain yang harus kau suruh untuk menerimanya?"

Pendekar Gurun Neraka terbelalak. "Dia puteriku sendiri, ciangkun. Bukan orang lain."

“Benar tapi betapa pun sri baginda kurang hormat bila bukan tanganmu sendiri yang menerima. Pendekar Gurun Neraka. Ataukah kedudukan sri baginda kurang tinggi bagimu...?”

Pendekar Gurun Neraka tertegun. Dia memang menyuruh Bi Lan betapapun juga dia merasa enggan menerima karangan bunga itu. Ucapan bela-sungkawa dari Pangeran Fu Chai. Musuh dari kerajaan Yueh yang memimpin orang-orang Ho-han-hwe! Dan Pendekar Gurun Neraka yang tertegun oleh desakan ini tiba-tiba melihat Bi Lan mclompat maju.

"Orang-orang tengik, kenapa kalian banyak tingkah di tempat ini? Bukankah tak perlu ayah menerima sendiri bila mempunyai wakil? Aku Bi Lan juga cukup berharga untuk menerima persembahan kaisar. Tak perlu cerewet!" dan Bi Lan yang langsung menyambar karangan bunga itu dengan kasar tiba-tiba sudah merebutnya dengan cepat dan berapi-api.

Tapi gadis baju biru tiba-tiba membentak. Dia berkelebat dan langsung menyambar bunga di tangan Bi Lan, yang saat itu baru menginjakkan kaki di atas tanah. Dan Bi Lan yang terbelalak oleh gerakan gadis baju biru yang amat cepat ini tiba-tiba menangkis dan miringkan tubuhnya, melindungi bunga.

"Plak!" Bi Lan terkejut. Dia tergelar dan terdorong mundur, merasa sinkang lawan kuat sekali dan agaknya seimbang. Tapi belum dia membalas tahu-tahu kaki gadis baju biru itu telah menendang lengan kirinya yang membawa bunga hingga mencelat terlempar, kembali ke tangan si panglima yang terkejut melihat gebrakan cepat itu.

"Kwik-ciangkun, terima...!"

Panglima ini menyambar. Dia sudah menerima kembali karangan bunganya itu, tertawa dan tersenyum lebar. Dan Bi Lan yang marah oleh serangan lawan tiba-tiba melengking dan menggerakkan tangannya menampar.

"Siluman betina, kau tak tahu malu...!"

Tapi Gadis baju biru menangkis. Dia menjengekkan hidung melihat balasan Bi Lan, maka begitu mengerahkan sinkang iapun sudah mengadu lengan dengan Bi Lan. "Dukk!" dan kedua-duanya kini terdorong mundur. Baik Bi Lan maupun lawannya sama-sama terbelalak, masing-masing melotot dan tampaknya marah. Tapi Pendekar Gurun Neraka yang mengebutkan lengannya sudah maju ke tengah memisah mereka.

"Lan-ji, minggir...!"

Gadis baju biru mencoba bertahan. Dan menentang arus tenaga Pendekar Gurun Neraka, yang lembut tapi dahsyat mendorongnya. Dan ketika ia tak mampu bertahan dan Pendekar Gurun Neraka tersenyum kepadanya mendadak gadis ini terhuyung dan hampir terjengkang roboh! "Pendekar Gurun Neraka, kau mau membantu puterimu?"

Pendekar ini menghela napas. "Aku tak membantu siapa-siapa, nona. Justeru menegur puteriku sendiri yang kurang menghormat tamu. Maaf, siapa kau?"

Gadis baju hijau berkelebat maju. "Kami kakak beradik Kui Hoa dan Kui Lin, Pendekar Gurun Neraka. Kami pengawal istana di bagian kaputren!"

"Oh, dan guru kalian?"

"Kami orang she Ok. Ayah atau guru kami adalah Ok Kui Lun!"

Pendekar Gurun Neraka terkejut. Seketika senyumnya lenyap, terganti kerut yang dalam di keningnya. Dan belum dia mengeluarkan suara tiba-tiba gadis baju hijau yang bukan lain Kui Hoa adanya berseru nyaring, "Bagaimana, Pendekar Gurun Neraka? Tak dapatkah kau menerima permintaan Kwik ciangkun?”

Ceng Bi yang melompat. "Biar aku yang menerimanya, Yap-koko!"

Tapi Kui Hoa menghadang. "Tidak. Kami hanya mengharap persembahan sri baginda diterima Pendekar Gurun Neraka, hujin. Atau kami kembali dan melapor penolakan ini pada sri baginda!"

Ceng Bi melotot. Dia tahu kesukaran suaminya. Tapi Pendekar Gurun Neraka yang tak mau ribut-ribut dalam awal upacara tiba-tiba melangkah maju dan berkata, "Baiklah, aku menerimanya nona. Tapi kuharap tak ada hal-hal yang tersembunyi di balik pernyataan bela-sungkawa ini,” dan Pendekar Gurun Neraka yang sudah menyambar bunga di tangan Kwik ciangkun tiba-tiba melemparkannya pada Bi Lan. "Lan-ji, terima...!"

Bi Lan menangkap. Sekarang tak ada persoalan lain diantara mereka, tapi Kui Hoa yang mengeluarkar sebuah "hu" (surat jimat) dari istana tiba-tiba menuding seseorang. "Pendekar Gurun Neraka, benarkah orang itu Fan-cungkun adanya?"

Pendekar ini terkejut. "Benar. Ada pada, nona?"

"Kami hendak menangkapnya, Pendekar Gurun Neraka. Setelah menghormat selesainya pemakaman mertuamu!"

"Ah!" Pendekar Gurun Neraka terbelalak. "Apa alasanmu menangkap Fan-ciangkun, nona?"

"Karena sri baginda mendengar dia memimpin kaum pemberontak, Pendekar Gurun Neraka. Dan sebagai bukti dan semuanya ini kau bacalah surat sri baginda!" Kwi Hoa melempar “hu” atau surat jimat itu, dan Pendekar Gurun Neraka yang menerimanya dengan tangan gemetar tiba-tiba merah mukanya dan marah.

"Nona, apa sebenarnya maksud kedatanganmu ini? Hendak menyatakan bela-sungkawa atau membuat keributan?"

"Aku mewakili sri baginda untuk menyatakan belasungkawa, Pendekar Gurun Neraka. Tapi melihat seorang pemberontak di sini terpaksa aku minta tolong padamu untuk menangkap orang yarg kumaksudkan itu!'

Pendekar ini menggigil. Sekarang dia tahu apa kiranya yang tersembunyi di balik kedatangan orang-orang istana ini. Maklum bahwa kesempatan itu sengaja dipergunakan musuh untuk menyulitkan keadaannya. Tentu segera disusul lagi dengan "keinginan-keinginan" lain, yang menyudutkan dia dan semakin mendesaknya dalam posisi yang buruk! Dan sementara dia menahan marah dan terbelalak gusar tiba-tiba gadis baju hijau itu sudah mengangkat lengannya, memberi isyarat pada panglima di sebelah,

"Kwik-ciang-kun, tolong kau keluarkan pula surat-surat sri baginda untuk mencari pemberontak-pemberontak lain yang mungkin ada di sini. Sebutkan namanya!"

Panglima Kwik mengangguk. Dia sudah mengeluarkan sebuah daftar isian yang panjangnya dua kaki. Dan membuka gulungan kertas ini di hadapan Pendekar Gurun Neraka dia berkata, "Pendekar Gurun Neraka, maafkan kami bila ada sesuatu yang tidak berkenan di hatimu. Sri baginda percaya bahwa kau adalah sahabat, terbukti dari karangan bunga yang sudah kau terima baik-baik. Dan karena Ok-siocia menyuruh untuk membacakan surat ini biarlah kita sama dengar siapa saja nama-nama pemberontak yang dikehendaki baginda!"

Lalu melirik ke sana ke mari dengan pongah panglima ini mulai membaca, "Pertama," dia berseru nyaring, "adalah Fan-ciangkun yang tidak berbakti lagi kepada negara! Kedua, Bu Wi Hosiang dari Bu-tong-pai. Ketiga, Thian Kong Cinjin dari Kong-thong-pai dan ke empat serta ke lima adalah Yap Sin Hong serta Yap Bi Lan!"

Semua orang kaget bukan main. Itulah penyebutan nama-nama tokoh Ho-han-hwe, terutama Fan-ciangkun dan Bu Wi Hosiang serta Thian Kong Cinjin! Sedang Bi Lan dan Sin Hong yarg terbelalak mendengar nama mereka disebut-sebut mendadak melompat maju dengan sikap marah.

"Orang she Kwik, atas daftar tuduhan apa nama kami disebut-sebut dalam daftar pemberontak?"

Panglima itu tersenyum mengejek. "Untukmu karena peristiwa di kota Ye-kiang, nona. Bahwa kau telah membunuh komandan Lao dan beberapa orang anak buahnya untuk urusan keluarga Yu! Sedang kau...." dia menuding Sin Hong. "Silahkan tanya pada Ok-siocia untuk peristiwa di kota raja!"

Sin Hong melotot. Dia melihat gadis baju biru yang bukan lain Kui Lin adanya berkelebat maju, langsung berhadapan dan membuat dia terkejut. Dan begitu mereka sudah beradu pandang dan masing-masing saling berhadapan maka Sin Hong mendengar seruan nyaring gadis itu,

"Yap Sin Hong, kau telah mengacau di istana beberapa waktu yang lalu. Kau membuat onar dan menculik seseorang di kaputren! Tidak mengakukah kau?"

"Bohong'" Sin Horg terkejut. "Aku tidak pernah ke istana dan menculik di kaputren, nona. Itu fitnah dan bohong belaka!"

"Tapi seseorang menjadi saksi di sini, Yap Sin Hong. Dan orang itu adalah orang yang justeru kau culik!"

Sin Hong marah. "Mana dia?"

"Aku!" Kui Hoa tiba-tiba berkata nyaring, melompat maju dan berdiri di sebelah kanan adiknya.

Dan Sin Hong yang tertegun melihat gadis ini tiba-tiba terhenyak dan menggigil pucat. "Nona, kau tak tahu berterima kasih dan justeru sekarang hendak memfitnah aku? Bukankah kau..."

"Ya, aku yang kau culik itu, Sin Hong!" Kui Hon memotong. "Dan sebagai saksi masih ada seseorang yang ingin kupanggil. Lihat..!" dan Kui Hoa yang bersuit nyaring dengan bibir melancip tahu-tahu membuat semua orang terkejut ketika dari bawah muncul sebuah bayangan merah yang tertawa bergelak.

"Kui Hoa, kau memanggil aku?"

Semua mata terbelalak. Mereka melihat bayangan itu mendaki dengan luar biasa cepat, kakinya tak menotol tanah dan seolah terbang mendekati puncak. Dan begitu tiba di atas dan semua orang melihat jelas mendadak teriakan kaget terdengar di sana-sini. "So-beng...!”

Pendekar Gurun Neraka terkejut. Dia melihat bahwa betul Iblis Penagih Jiwa itu yang datang. Muncul dan amat berani sekali mendatangi markas Beng san-pai! Dan Pek Hong yang teringat kematian gurunya di tangan iblis ini mendadak berseru keras menerjang ke depan, langsung membacokkan pedang ke leher lawannya itu.

"So-beng, kau pembunuh keji. Bayar hutang guruku...sing!" dan pedang Pek Hong yang sudah bertubi-tubi membacok dan menusuk tiba-tiba ditampar Iblis Penagih Jiwa ini.

"Pletak!" Pek Hong menjerit. Ia melihat pedangnya patah, mendengar iblis itu tertawa dan mengejeki kepadanya. Tapi Pek Hong yang kalap dan tak memperdulikan semuanya lalu kembali menerjang dengan pedang yang buntung. Bertubi-tubi menusuk dan melancarkan serangan. Tapi ketika lawan menangkis dan kali ini pedang buntung di tangan Pek Hong mencelat terlempar barulah Pendekar Gurun Neraka berkelebat maju menahan isterinya itu.

"Hong moi, tahan...."

So-beng tertawa pendek. Dua jago itu kini berhadapan. Pendekar Gurun Neraka dengan alis terangkat sedang So-beng dengan sikap acuh tak acuh sama sekali tak menghiraukan ratusan mata yang terbelalak memandangnya. Tak dapat menembus topeng merah di balik wajah iblis pembunuh ini . Dan Pendekar Gurun Neraka yang pertama kalinya baru berhadapan langsung dengan Iblis Penagih Jiwa ini tiba-tiba tergetar dan kaget melihat sinar mata orang yang luar biasa tajam, berkilat penuh tenaga sakti. Tanda memiliki sinkang yang hebat dengan bukti patahnya pedang isterinya di tangan lblis Penagih Jiwa itu. Tapi Pendekar Gurun Neraka yang marah teringat kematian Ta Blok Hwesio tiba-tiba membentak dingin dengan pertanyaan tak senang,

"So-beng, betulkah kau yang membunuh guru isteriku?"

So-berp tertawa. "Tak kusangkal, Pendekar Gurun Neraka, Dan aku juga akan membunuh orang-orang pemberontak bila mereka tak mau menyerah baik-baik."

"Hm, dan kedatanganmu sekarang apakah melindungi orang-orang istana ini?”

"Ha ha, aku datang karena aku dipanggil keponakanku, Pendekar Gurun Neraka. Dan karena kebetulan sri baginda mempercayakan aku untuk mendampingi rombongan Kwik-ciangkun ini maka pertanyaanmu benar. Aku datang untuk membantu bila ada perobertak-pemberontak tak mau menghadap sri baginda dengan cara baik-baik!"

"Bagus!" Bi Lan tiba-tiba melengking, "Kalau begitu boleh kau tangkap aku, Iblis Penagih Jiwa. Aku orang pertama yang menolak keinginan kaisar!" dan menyerang dengan tamparan Tong-tee-kun (Pukulan Mengguncang Bumi) tiba-tiba Bi Lan berkelebat menghantam lawannya ini.

“Dess!" So-beng tak mengelak. Dia sengaja menerima serangan itu, tak menangkis. Tapi ketika tubuhnya tergetar dan kakinya tergeser setengah tindak diapun mendengus dan melompat ke kiri. "Pendekar Gurun Neraka, sebaiknya kau panggil anakmu ini. Kalau tidak aku khawatir ia roboh dengan cara menyakitkan."

Pendekar Gurun Neraka tak menjawab. Dia membiarkan Bi Lan menyerang, cukup percaya dan sekaligus ingin melihat kepandaian Iblis Penagih Jiwa itu. Dan So-beng yang menggeram melihat lawan kembali menerjang dan rupanya di biarkan saja oleh orang tuanya tiba-tiba menangkis kelika Bi Lan melancarkan pukulan ke dua.

"Bocah, robohlah!"

Bi Lan melancarkan Tong-tee-kun nya lagi. Dia girang bahwa lawan tergetar, bagaimanapun tak dapat begitu saja menerima tanpa menangkis. Tapi ketika So-beng bergerak dan kini membentak ke arahnya tiba-tiba Bi Lan kaget ketika merasa kesiur angin dahsyat menahan pukulannya.

"Plak!" Bi Lan terdorong. Ia hampir terjengkang oleh kibasan Sobeng yang kuat. menahan sekaligus mendorong balik pukulan Tong tee-kunnya. Maka berjungkir balik dan berteriak marah tiba-tiba Bi Lan menendangkan kakinya dan mainkan Cap jiu-kun (Silat Sepuluh Kepalan), bertubi-tubi menyerang dan menggempur lawan dengan dahsyat. Tapi ketika lagi-lagi pukulannya membentur hawa tak tampak yang selalu membuat serangannya mental ke arah diri sendiri mendadak Bi Lan melengking dan mainkan Tee-san-ciang (Silat Menggempur Gunung).

"So beng, aku akan merobohkanmu...!"

Iblis Penagih Jiwa itu tersenyum. Dia melihat lawan berkelebat lenyap, mengganti pukulan dan serangan. Tampak bernafsu dan beringas untuk merobohkannya. Maka tertawa dan mulai mendorong-dorongkan kedua lengannya mendadak iblis ini berkata sekali lagi, "Nona, aku yang akan merobohkanmu!" dan ketika tangannya mulai menangkis dan membalas tiba-tiba Bi Lan terdesak dan mundur-mundur. Terhalang oleh tembok hawa yang luar biasa kuat!

"Ah.. !” Bi Lan marah. Ia mencoba mendobrak sambil memekik, masih menerjang dengan pukulan bermacam-macam. Tapi ketika nyata sinkangnya kalah kuat dengan sinkang lawan dan ia mulai terdesak hebat tiba-tiba sebuah totokan mengenai pundaknya dan Bi Lan roboh!

"Bluk!" Bi Lan terbanting. Ia tak dapat bergerak lagi, lemas di atas tanah. Dan Kwik-ciangkun yang melompat maju untuk menangkap gadis ini mengeluarkan talinya dan menggubat Bi Lan sambil tertawa. “Nona, kau tak dapat melawan kami orang-orang istana!"

Tapi sebatang pedang berkelebat menyambar. Ceng Bi membentak dan menyerang panglima itu, menolong puterinya. Dan begitu pedang menyambar dua kali ke tangan panglima ini maka tali tiba-tiba putus dibabat.

"Tas-tas!"

Panglima Kwik terkejut. Dia menyelamatkan tangannya dengan menggulingkan tubuh, berteriak kaget. Dan ketika dia melompat bangun dengan mata terbelalak maka dilihatnya nyonya berusia empat puluhan tahun itu berdiri berapi-api di depan puterinya, telah membebaskan totokan Bi Lan dengan bentakan marah, "Siapa berani mengganggu puteriku?"

Kwik-ciangkun mengkeret. Dia terang tidak berani cuap-cuap, karena yang diandalkan adalah Kui Hoa dan So-beng, juga Kui Lin. Dan semua orang yang sejenak tertegun oleh bentakan wanita gagah ini tiba-tiba melihat Kui Hoa mengibaskan bendera.

"Paman, apakah daftar pemberontak akan ditambah seorang lagi?"

So-beng gugup. Dia rupanya terkejut oleh mata Ceng Bi yang berapi-api, memandangnya dan menantangnya dengan gagah. Tak keder sedikit pun juga dan rupanya siap bertempur mati-matian membela anak! Dan So-beng yang mundur oleh sinar mata isteri Pendekar Gurun Neraka itu tiba tiba mengeluh.

"Hujin, jangan membantu orang bersalah. Kami tidak bermaksud menumpahkan darah di tempat ini!"

"Keparat, siapa membantu orang bersalah, So-beng? Bi Lan adalah puteriku. Aku akan melawan siapa saja yang mengganggunya!"

Pendekar Gurun Neraka mendekati isterinya. "Bi-moi, mundurlah. Biarkan ini aku yang menyelesaikannya!"

Tapi Sin Hong berseru mencegah, "Tidak, biar aku yang maju, ayah. So-beng juga sudah pernah berkenalan denganku!"

Dan Han Ki serta Han Bu yang melompat maju juga berseru, "Benar, sebaiknya kami yang muda-muda mengusir orang orang jahat ini, paman. Biar kalian berdua menonton di pinggir saja!" dan So-beng yang tahu-tahu sudah dikepung di kiri kanan oleh tiga orang pemuda itu tertawa bergelak dan memandang Kui Hoa.

"Bagaimana, Kui Hoa? Perlukah kalian menonton aku dikeroyok? Lihat, keturunan Pendekar Gurun Neraka ini demikian gagah. Mereka siap mengerubut seorang lawan tiga!"

Sin Hong membentak, "Aku tak akan mengeroyokmu, Iblis Penagih Jiwa. Kami hanya menjagamu agar tidak melarikan diri!" lalu, mengangkat lengan pada Han Ki berdua Sin Hong berkata, “Han Ki, sebaiknya kalian minggir dulu. Biar So-beng menjadi lawanku!"

Han Ki mengangguk. Bersama adiknya dia melompat mundur, tidak jauh masih mengelilingi Iblis Penagih Jiwa itu untuk berjaga-jaga agar tidak melarikan diri. Tapi Kui Hoa yang rupanya memimpin rombongan itu dan mengerutkan keningnya tiba-tiba melompat ke depan, mengambil sebuah panah api.

"Pendekar Gurun Neraka, kau sebagai pemimpin di tempat ini sebaiknya tak perlu melawan. Kami hanya pelaksana tugas, pengemban perintah dan mohon; kebijaksanaanmu untuk menyerahkan orang-orang yang masuk dalam daftar pemberontak. Tidak bisakah kau mengatur orang-orangmu? Kami hanya ingin membawa, tidak membunuh atau melukai orang-orang yang dikehendaki sri baginda. Bila kau dapat mengambil kebjaksanaan dengan cerdik kami akan berterima kasih sekali. Tapi kalau tidak maaf. Tiga ribu pasukan khusus yang bersembunyi terpaksa akan datang ke mari dau menangkap dengan jalan kekerasan. Lihat…!” dan Kui Hoa yang meluncurkan panah berapinya ke udara dan meledak memercikkan kembang api warna warni, tiba-tiba disambut suara gemuruh di kaki gunung.

Ribuan orang muncul, bagai hantu-hantu di balik kubur, disusul ringkik kuda yang gaduh. Dan semua mata yang terbelalak melihat kejadian itu tiba-tiba memaki So-beng yang dianggap biang keladinya. Terutama tokoh-tokoh tingkat atas yang maklum bahwa ini semua tentu hasil Kecerdikan Iblis Penagih Jiwa itu, yang memang sudah diketahui sebagai antek Pangeran Fu Chai. Yang pantas saja berani datang! Dan Pendekar Gurun Neraka yang tertegun melihat musuh telah mengepung kaki gunung tiba-tiba mengepalkan tinju dan menjadi marah.

"Bagaimana, Pendekar Gurun Neraka? Masihkah kami harus menunggu keputusanmu?"

Pendekar Gurun Neraka menggeram. Dia sekarang berada dalam posisi yang sulit. Membantu musuh berarti mengkhianati keluarga dan sahabat sendiri sedang melawan berarti dianggap pemberontak, hal yang belum dia sukai pada saat itu karena gerakan di bawah tanah mereka masih harus dilakukan secara diam-diam. Apalagi melawan berarti melibatkan ratusan tamu yaug mungkin harus dikorbankan! Dan bingung oleh dua pilihan yang sama-sama tidak menguntungkan ini mendadak Fan-ciangkun sebagai orang tertuduh pertama melompat maju ke depan, berseru gagah,

"Yap twako, ini adalah urusan pribadi. Kalau sri baginda mengira aku adalah pemberontak biarlah bukti-buktinya akan kutuntut di istana. Aku menyerah!"

Semua orang terkejut. Mereka terbelalak dan kagum akan kegagahan panglima itu, yang berpakaian biasa dan tidak takut akan ancaman lawan. Dan belum Pendekar Gurun Neraka menjawab atau menolak tiba-tiba Bu Wi Hosiang yang sejak tadi tak bersuara dan berdiri di rombongan tamu juga menyeruak sambil mengebutkan jubahnya.

"Omilohud, pinceng juga menyerah mengikuti jejak Fan-ciangkun. Pendekar Gurun Neraka. Agaknya ada sesuatu yang tidak beres di istana. Pinceng juga akan menuntut bukti-buktinya!"

Dan, sedetik setelah seruan ketua Bu-tong itu mendadak Thian Kong Cinjin yang ada di rombongan para tosu juga berkelebat ke depan sambil mengeprukkan tongkatnya. “Bagus, pinto juga menyerah. Pendekar Gurun Nerika. Pinto juga siap menuntut bukti-bukti di istana jika pinto dituduh pemberontak!" dan mengerahkan ilmunya Coan-im jip bit atau ilmu mengirim suara dari jauh ketua Kong thong pai ini berbisik. "Pendekar Gurun Neraka, kami bertiga telah saling memberi isyarat untuk menyerah. Ini kami lakukan untuk tidak menimbulkan korban jiwa di antara tamu-tamumu!”

Lalu sementara Perdedar Gurun Neraka tertegun oleh bisikan Thian Kong Cinjin ini maka Bu Wi Hosiang juga mengirimkan ilmunya dari jauh itu, “Yap sicu, kami sepakat mengikuti orang-orang ini ke kota raja. Selain untuk menyelamatkan orang-orang lain yang tak berdosa ditempat ini juga agar tidak mengganggu upacara pemakaman Ciok-thouw Taihiap. Kau lakukanlah tugasmu dan jangan khawatir tentang nasib kami bertiga!"

Pendekar Gurun Neraka tak dapat bicara. Dia sekarang mendelong memandang tiga orang sahabatnya itu, tamu sekaligus tokoh-tokoh Ho-han-hwe yang dia pimpin. Dan sementara dia mengerutkan kening oleh seruan tiga orang sahabatnya itu mendadak Sin Hong dan Bi Lan yang tadi menentang keras tiba-tiba juga tampil ke depan.

"Ayah, kami menghargai keputusan yang diambil Bu Wi lo-suhu dan teman-temannya itu. Memang benar, kalau kami tak bersalah untuk apa harus takut? Aku dan Bi Lan siap menyertai orang-orang ini. Asal tidak diperlakukan hina atau diborgol!" dan Sin Hong yang membisikkan Coan-im jip bit pada sang ayah sudah menyambung, “Kami mendapat isyarat untuk pura-pura menyerah, ayah. Bu Wi losuhu telah meminta kepadaku untuk mengikuti orang-orang ini. Tapi kami akan memberontak dan meloloskan diri di tengah jalan!"

Pendekar Gurun Neraka menarik napas panjang. Sekarang dia tahu apa yang kiranya terjadi dalam pikiran teman-temannya itu. Terutama Fan-ciangkun yang tahu kesulitannya itu. Yang kiranya tidak menghendaki upacara pemakaman akan hancur di tengah jalan, yang ingin menghormati arwah Ciok-thouw Taihiap dan memberi kesempatan padanya untuk melakukan tugas. Dan sadar hahwa di antara mereka rupanya telah terjalin suatu "komunikasi" di saat orang-orang tertegun melihat pasukan di bawah gunung akhirnya pendekar ini tertawa pahit dan melangkahkan kakinya dua tindak.

"Nona, kiranya orang-orang yang kau kehendaki semuanya telah siap. Dan karena mereka menyerahkan diri dengan suka rela biarlah kau-ambil tindakan sebagaimana mestinya. Tapi mereka tak mau diborgol!"

"Hm, kami memang tak akan memborgol mereka. Pendekar Gurun Neraka. Tapi kami juga tak mau kehilangan mereka. Mereka harus tunduk dan tak boleh melarikan diri.. !" dan Kui Hoa yang mengibaskan benderanya sambi berkelebat maju tahu-tahu telah menotok Sin Hong dan teman-temannya.

"Tuk-tuk-tuk...!"

Sin Hong terbelalak. Dia tak mengelak totokan itu, tahu sampai di mana kekuatan Kui Hoa dan tertawa di dalam hati karena dia dapat membebaskan diri. Tapi ketika Kui Hoa melakukan totokannya dan tak ada orang mengelak karena berpikir sama seperti Sin Hong mendadak lima sinar hitam menyambar jalan darah mereka persis di mana Kui Hoa baru saja melakukan totokannya. Jadi semacam totokan ulang Totokan yang membuat mereka tiba-tiba roboh dan kaget oleh sinar hitam yang hebat bukan main ini. Lima butir batu yang baru ditendangkan So-beng lewat ujung jari kakinya! Dan Sin Hong yang terbelalak marah oleh serangan gelap itu mendengar So-beng tertawa.

"Heh heh, kalian benar-benar harus dibuat tak berkutik, anak muda. Kami tak mau dibuat repot kalau kalian lolos!"

Sin Hong sadar. Sekarang dia dan teman-temarnya tahu, siapa kiranya yang bermain gila melempar batu-batu hitam itu, batu kecil yang menotok jalan darah kelumpuhan di lutut mereka. Yang membuat mereka roboh dan tak berdaya di atas tanah. Tapi karena mereka telah berjanji untuk menyerah dan melawan juga tidak menyakiti mereka selain melumpuhkan itu maka Sin Hong dan teman-temannya tak memberontak. Mereka hanya melotot, tapi Ceng-Bi serta Pek Hong yang melihat anak-anak mereka ditangkap tiba-tiba melompat ke depan dengan senjata terhunus.

"So-beng. Aku tak membiarkan kalian menangkap putera-puteriku. Mereka harus dibebaskan...!"

Pek Hong juga mendentingkan rantai peraknya. "Benar, aku tak membiarkan kalian membawa mereka, Kui Hoa-niocu. Sin Hong dan Bi Lan bukan anak yang boleh kalian bawa selama orang tuanya masih hidup.... tar tarr!" dan Pek Hong yang beringas memandang Iblis Penagih Jiwa itu siap mempertaruhkan nyawa dengan berdiri tegak di depan anaknya.

Pendekar Gurun Neraka terkejut. Semua orang juga kaget, dan keadaan yang tiba-tiba menjadi tegang oleh majunya dua wanita gagah ini seketika menjadi ribut dan gaduh. Tapi Pendekar Gurun Neraka melompat maju, dan menyambar dua lengan isterinya dia berseru, "Hong-moi, Bi-moi, mereka menyerahkan diri karena merasa tak bersalah. Sebaiknya kita biarkan dan tak perlu khawatir akan nasib mereka!"

Ceng Bi membanting kaki. "Aku tak mau melepas anak-anakku, Yap-koko. Sin Hong dan Bi Lan harus dibebaskan!"

"Benar, dan aku heran atas sikapmu, Yap-koko. Kenapa membiarkan anak sendiri ditangkap musuh sementara kau sebagai ayahnya mendelong saja?" Pek Hong membentak, marah pada suaminya dan menghadapi pendekar itu dengan mata berapi-api. Dan Pendekar Gurun Neraka yang jadi bingung oleh kemarahan dua isterinya lalu memberi isyarat.

"Hong-moi, mereka menyerah karena ada sesuatu yang mereka rencanakan. Aku tidak bodoh untuk melepaskan anak-anakku di sarang harimau!"

Pek Hong tak mau mendengar bisikan ini. Ia terus meradang dan melepaskan diri, memutar rantai dan siap menerjang maju dengan muka merah. Tapi persis dia berteriak untuk menyerang lawan maka Sin Hong melepas ilmunya jarak jauh, "ibu, apa yang dikata ayah benar. Kami hanya memasang sikap pura-pura saja. Kami ingin menyelamatkan orang-orang lain yang ada di sini...!"

Dan Bu Wi Hosiang yang juga berseru mempergunakan Coan im-jip-bitnya menyambung lirih, "Tak perlu kau penasaran, hujin. Kami memang pura-pura saja dan sedang memasang sikap. Dua anakmu tak mungkin celaka. Kami akan melindunginya!"

Dan samentara Pek Hong menjublak oleh dua seruan ini maka Ceng Bi juga mendapat peringatan dari Thian Kong Cinjin, "Hujin, tak perlu marah-marah. Kami hanya ingin menyelamatkan tamu-tamu lain di sini dari keganasan So-beng. Mundurlah....!"


Pedang Medali Naga Jilid 20

PEDANG MEDALI NAGA
JILID 20
KARYA BATARA

Cerita Silat Mandarin Karya Batara
KUN HOUW terkejut. Dia kaget dan heran oleh seruan Pendekar Gurun Neraka, yang terang-terangan ditujukan kepadanya. Tapi melihat jari pendekar itu menyambar pundaknya dan serangkum angin panas mendahului menyerang langsung saja Kun Houw memutar kakinya dan menangkis.

"Dukk!" dan Kun Houw tertegun. Dia terbelalak melihat lawan terguncang, sementara dia sendiri tergetar dan hampir tardorong setengah tindak. Dan belum dia membentak marah tiba-tiba Pendekar Gurun Neraka telah menotoknya dengan cepat jalan darah di atas siku lengan kirinya.

"Brett...!" Kun Houw kali ini terhuyung. Dia kalah cepat oleh gerakan lawan yang menotok sikunya, berhasil mengelak namun baju di atas siku sampai pangkal lengannya terbuka, robek memperlihatkan guratan panjang dan bekas luka macam goresan golok. Dan Kun Houw yang siap memaki lawan dengan penuh kemarahan tiba-tiba menjublak ketika melihat Pendekar Gurun Neraka justeru terhuyung mundur dan menuding-nuding bekas luka di lengan kirinya itu.

"Ceng Liong, kau betul bocah itu... kau anak yang selama ini kucari-cari!"

Kun Houw tertegun. Dia terang tak mengerti oleh sikap Pendekar Gurun Neraka yang aneh, yang kini menggigil dan memandangnya dengan mata basah! Dan Kun Houw yang mengira pendekar itu mempermainkan dirinya tiba-tiba membentak dan melakukan tamparan ke leher lawannya itu, "Pendekar Gurun Neraka, tak perlu kau bersandiwara di depanku. Aku Kun Houw bukan Ceng Liong... plak!"

Dan Pendekar Gurun Neraka yang terdorong mundur tiba-tiba mengeluh dan hampir terjengkang roboh. Tapi Ceng Bi telah melompat mendekati suaminya ini. Nyonya ini meradang, menahan punggung suaminya dan mencabut pedang. Lalu membentak dan melompat maju mendadak wanita ini menerjang ke depan bagai singa betina yang haus darah.

"Bocah, kau tak tahu hormat pada orang tua!"

Kun Houw terkejut. Dia melihat pedang di tangan isteri Pendekar Gurun Neraka ini telah berseliweran di sekeliling tubuhnya, menusuk dan membacok. Tapi Kun Houw yang melompat ringan menghindari semua serangan itu tiba-tiba dengan kecepatan kilat telah mencabut Pedang Medali Naganya. Lalu, melengking dan menggerakkan pedang menangkis, sekonyong-konyong pedang di tangan Ceng Bi patah menjadi dua potong!

"Trang-trang!"

Ceng Bi terkejut. Ia melompat mundur dan berseru kaget, tapi seorang laki-laki yang melompat ke depan dengan pekik girang sekonyong-konyong berteriak, "Pedang Medali Naga....!"

Semua orang ribut. Mereka melihat laki-laki itu sudah menjatuhkan dirinya berlutut di depan Kun Houw, yang tentu saja tercengang dan membelalakkan matanya. Dan belum Kun Houw menegur atau melepas omongan maka laki-laki gagah berpakaian biru itu sudah berseru nyaring,

"Kongcu, hamba Fan Li menghaturkan hormat. Semoga Pedang Medali Naga memberikan berkahnya kepada hamba sekalian....!" dan membenturkan dahinya tiga kali di lantai mendadak perbuatan laki-laki ini diikuti oleh semua tamu yang sudah berlutut di belakangnya, mengiring serentak dengan mata terbelalak memandang Pedang Medali Naga. Termasuk Pendekar Gurun Neraka dan dua orang isterinya!

Dan Kun Houw yang tentu saja bengong oleh kejadian ini tiba-tiba memasukkan pedangnya dan melompat mundur. "Apa... apa artinya ini?"

Laki-laki gagah itu berseru nyaring, "Artinya kau sama dengan pangeran, kongcu. Bahwa kehadiranmu tiada ubahnya junjungan kami sendiri dengan Pedang Medali Naga di tangan!"

"Ah...!" Kun Houw kaget bukan main. "Sama dengan pangeran yang mana, lo-enghiong (laki-laki gagah)? Apa maksudmu?"

Semua orang kini bangkit berdiri. Laki-laki berpakaian biru yang bukan lain Fan-ciangkun adanya membungkuk hormat, berseri memandang Kun Houw. Lalu tersenyum dan memberi keterangan dia berkata. "Kongcu! Pedang Medali Naga adalah pedang keramat kerajaan kami. Itu milik Pangeran Kou Cien yang hilang sepuluh tahun yang lalu. Tapi karena pedang itu hilang secara aneh dan pangeran membiarkan pedang ini berkelana untuk mencari pemegangnya maka kau adalah orang yang dipilih oleh pedang keramat ini untuk memimpin kami. Kami dari Yueh, tak menyangka bahwa kongcu adalah pewaris yang ditunjuk oleh Pedang Medali Naga!"

Kun Houw tertegun. Dia sekarang mengerti kenapa dirinya dihormati banyak orang. Bahkan Pendekar Gurun Neraka dan dua isterinya juga berlutut memberi hormat, meskipun bukan terhadap dia pribadi melainkan terhadap Pedang Medali Naga yang dianggap sebagai wakil atau bahkan pangeran Kou Cien sendiri dari kerajaan Yueh. Dan Kun Houw yang bengong oleh kejadian tak disangka ini tiba-tiba menarik napas dan tertawa tak acuh.

"Lo-enghiong, aku tak tahu pedang ini benar milik pangeranmu atau bukan. Yang jelas, aku mewarisi pedang ini dari mendiang guruku. Apakah kini kalian hendak merampasnya dari aku?"

Fan Li terkejut. "Tak terpikir oleh kami maksud hati ke situ, kongcu. Bahkan dengan pedang itu di tangan berarti kau pemimpin kami orang-orang Ho-han-hwe (Perkumpulan Orang-orang Gagah)....!"

"Apa?" Kun Houw terbelalak. "Kalian orang orang Ho han-hwe, lo-enghiong? Dan aku kau pilih menjali pemimpin?"

“Bukan kami yang memilih, kongcu. Melainkan pedang yang ada di tenganmu itu yang menentukan. Junjungan kami telah mendapat ilham bahwa pemegang pedang adalah orang yang akan memimpin kami!"

Kun Houw mundur selangkah. "Kalian gila lo-enghiong? Aku tak tahu apa-apa tentang Ho-han hwe. Bagaimana memimpin kalian? Tidak, aku tak suka terikat. Aku datang ke sini karena ada urusan pribadi dengan Pendekar Gurun Neraka!" lalu memandang Pendekar Gurun Neraka dengan mata berapi api pemuda ini membentak, "Pendekar Gurun Neraka, besok aku akan datang lagi setelah upacara pemakaman ini selesai. Aku ingin menagih jiwa ibuku!"

Pendekar Gurun Neraka tersenyum pahit. Dia melangkah maju dan menarik napas berat, lalu berhenti di depan pemuda itu pendekar ini berkata, serak suaranya, "Ceng Liong, kau adalah anak yang selama ini kucari-cari. Siapa ibu yang kau maksudkan itu? Mendiang Bwee Li-kah?"

Kun Houw mendengus. "Kau sudah tahu sebelum kuberi tahu, Pendekar Gurun Neraka? Berarti kau mengakui dosamu dan siap menerima pembalasan! Kau tak akan lari dari tanggung jawab, bukan?"

"Hm, aku selamanya mempertanggungjawabkan perbuatanku, Ceng Liong. Tapi kau salah paham. Aku tidak...."

Kun Houw keburu membanting kaki, memotong dan membentak marah, "Pendekar Gurun Neraka, namaku Kun Houw. Bukan Ceng Liong!"

Tapi Pendekar Gurun Neraka merogoh sakunya, mengeluarkan sepucuk surat dan langsung melemparkannya kepada pemuda itu. Lalu berkata dengan suara getir pendekar ini memandang Kun Houw, "Anak muda, sebaiknya kau baca saja surat itu. Itu adalah peninggalan Bwee Li yang kau anggap ibu kandung!”

Kun Houw menangkap. Dia terbelalak dan mengerutkan alis menerima surat itu, memandang Pendekar Gurun Neraka dengan sikap curiga. Tapi melihat lawan menanti dan tidak berbuat apa-apa akhirnya Kun Houw membuka surat itu dan membaca. Dan begitu membaca tiba-tiba Kun Houw menggigil dan terhuyung mundur dengan muka berobah, pucat bukan main.

"Kau... kau tidak menipuku, Pendekar Gurun Neraka? Kau tidak membuat surat palsu?”

Pendekar Gurun Neraka tersenyum. “Kau boleh cari ibu kandungmu. Ceng Long. Tanya dan buktikan pada ibumu tentang kebenaran isi surat itu!"

"Ooh-!" Kun Houw gemetar, menggigil dan tiba-tiba berteriak keras. Lalu membalikkan tubuh dan melengking tinggi tiba-tiba pemuda itu melompat dan meninggalkan semua orang, merah padam mukanya. “Pendekar Gurun Neraka, aku akan membuktikan kebenaran isi surat isi. Kalau kau bohong awaslah….”

Pendekar Gurun Neraka tak menjawab. Dia sendiri muram, tak menyangka bahwa di saat kematian Ciok thouw Taihiap anak dari hasil hubungan gelapnya itu muncul, menggegerkan dan hampir saja membuat keributan. Tapi ingat bahwa Kun Houw atau yang sebenarnya Ceng Liong itu membawa Pedang Medali Naga sekonyong-konyong pendekar ini mengebutkan lengan bajunya, berseru pada isterinya pertama, "Hong-moi, ikut, aku...!”

Pendekar itu berkelebat keluar. Dia sudah mengejar Kun Houw yang turun gunung, lari cepat seperti terbang mencari Kun Houw yang mendahului ke bawah. Tapi persis dia menemukan pemuda itu di kaki gunung tiba-tiba dua bayangan berkelebat menghadang.

"Pendekar Gurun Neraka, nanti dulu. Tunggu...!"

Pendekar ini terpaksa menghentikan larinya. Dia terkejut melihat dua kakek muncul seperti iblis, menghadang dan terkekeh di depan. Dan melihat gerak gerik mereka yang tidak bermaksud baik tiba-tiba pendekar ini mengerutkan alisnya dan membentak perlahan, "Kalian siapa? Ada apa menghadang lariku?"

Dua orang itu tertawa. Mereka melompat maju, dan setelah berdekatan dengan mereka ini tergetarlah hati Pendekar Gurun Neraka ketika melihat bahwa dua orang kakek itu memiliki rupa yang mirip satu sama lain, kecuali dibedakan dengan warna kulitnya yang kontras satu sama lain. Karena yang di sebelah kanan merah bagai api menyala adapun yang di sebelah kiri putih dan pucat bagai salju di gunung yang dingin!

"Heh-heh, kau tak mengenalku, Pendekar Gurun Neraka? Aku Ang kwi (Setan Merah), datang jauh jauh untuk melayat mertuamu, benarkah Ciok-thouw Taihiap sudah mampus?”

"Dan aku Pek-kwi (Setan Putih), Pendekar Gurun Neraka. Jauh dari laut selatan kami datang untuk membuktikan kabar kematiau mertuamu. Benarkah Ciok-Thouw Taihiap mampus?" yang di sebelah kiri menyusul, menyambung sambil terkekeh mirip kuda meringkik.

Dan Pendekar Gurun Neraka yang terkejut di tempat seketika tertegun dan berobah mukanya. "Hm, kalian yang terkenal dengan nama Siang mo-ji-bin (Sepasang Iblis Dua Muka) itu. Ang kwi? Dan ini saudaramu?”

"Heh heh, benar, Pendekar Gurun Neraka. Dan kami menyayangkan sekali kalau Ciok-thouw Taihiap benar-benar mampus. Tapi apakah benar dia mati seperti kabar burung itu? Bolehkah kami melayat?"

Pendekar ini terpaksa menekan kemarahannya. Dia melihat Ceng Liong atau Kun Houw itu tak nampak bayangannya lagi, lenyap di kejauhan sana. Dan mendongkol tapi terpaksa bersabar karena dua kakek iblis ini menyatakan maksudnya melayat maka Pendekar Gurun Neraka tak dapat melanjutkan perjalanannya dan terpaksa melayani tamunya ini, yang bagaimanapun hendak menyatakan bela sungkawa terhadap mendiang mertuanya.

Tapi berhati-hati dan waspada akan gerak-gerik mereka yang mencurigakan Pendekar Gurun Neraka bersikap dingin. Maklum, Sang-mo-ji-bin itu bukanlah orang baik-baik dan amat aneh kalau datang pada saat yang tiba-tiba ini! Maka memandang mereka dan menjawab datar pendekar ini berkata setengah tak acuh.

"Ang-kwi, mertuaku benar-benar telah meninggal dunia. Siapa bilang itu sebagai kabar burung? Kalian boleh menghormat peti jenazahnya jika tidak berniat buruk!"

"Heh-heh, kenapa kau khawatir kami berniat buruk. Pendekar Gunung Neraka? Takutkah kau? Kami datang untuk membuktikan kematian mertuamu itu. Tidak mempunyai maksud apa-apa!"

"Hm, kalau begitu silahkan," Pendekar Gurun Neraka memutar tubuhnya, mengajak tamunya ke atas meskipun hati mendongkol dikata takut, persis pada saat yang bersamaan isterinya pertama muncul, datang beberapa kejap setelah sang suami terhenti di tempat itu. Dan Pek Hong yang melihat suaminya membawa dua kakek aneh yang memiliki mata bagai mata iblis tiba-tiba terhenyak dan berseru nyaring,

"Yap-koko, siapa mereka?"

Ang-kwi sudah terkekeh, mendahului menjawab, “Kami Siang mo-ji-bin, hujin. Kau isteri pertama Pendekar Gurun Neraka, bukan?"

Pek Hong terkejut. “Benar, dan kalian ini yang bernama Siang mo-ji-bin"

"Ya, aku Ang-kwi, hujin. Dan dia itu saudaraku, Pek-kwi, hehheh...!"

Pek Hong tercekat. "Dan maksud kalian..."

"Mereka mau melayat, Hong-moi. Tamu kita ini datang untuk menyatakan bela sungkawa!" Pendekar Gurun Neraka menjawab, memberi isyarat isterinya agar berhati-hati. Dan Siang-mo-ji-bin yang terkekeh tiba-tiba menjejakkan kakinya, berkelebat ke atas gunung.

"Benar sekali. Kami mau membuktikan kematian Ciok-thouw Taihiap, hujin. Dan karena suamimu telah memberi ijin biarlah kami melihatnya dulu!" dan dua kakek iblis yang tertawa dengan suara tinggi itu tahu-tahu telah mendaki ke puncak dengan kecepatan luar biasa. Mereka seolah mempunyai sayap, terbang dan sebentar saja menuju ke atas. Dan Pendekar Gurun Neraka yang menyambar tangan isterinya segera berseru,

"Hong-moi, mari kita ikuti..!" dan begitu pendekar ini menarik lengan isterinya tiba-tiba keduanyapun "terbang" mengejar Siang mo-ji-bin. Sebentar saja mereka sampai ke puncak, dan ketika berada di pusat keramaian ternyata dua kakek itu telah tertawa-tawa di depan dua jenazah yang berjajar di tengah ruangan.

"Wah, mana peti Ciok-thouw Taihiap?"

Semua tamu terkejut. Mereka tak melihat datangnya dua pendatang ini, karena Ang-kwi dan Pek-kwi tahu-tahu telah berada di situ, muncul begitu saja seperti keluar dari dalam tanah! Tapi Pendekar Gurun Neraka yang telah melompat maju segera menunjuk dan mendorong mundur Bi Lan dan Han Ki yang terbelalak, memandang dua kakek iblis itu.

"Peti mertuaku yang di sebelah kanan, Ang kwi. Silahkan memberi hormat pada arwahnya!"

Tapi Ang kwi dan Pek-kwi tertawa-tawa. Mereka mengelilingi peti Ciok-thouw Taihiap, berputar dan sejenak saling lirik. Lalu menepuk tutup peti mendadak Pek-kwi yang ada di tengah berseru keras, “Pendekar Gurun Neraka, kami ingin melihat mayat Ciok-thouw Taihiap. Permisi...!" dan begitu lengannya menepuk perlahan tahu-tahu tutup peti terbuka dan mayat Ciok-thouw Taihiap terlihat dibungkus kain putih!

"Aah...!" semua orang terkejut. Mereka berseru kaget oleh perbuatan Iblis Putih ini yang luar biasa. Dan Bi Lan serta Han Ki yang berada paling dekat dengan Pek-kwi tiba-tiba membentak dan langsung menghantam punggung kakek itu dengan pukulan dahsyat.

"Tua bangka, pergunakan sopan-santunmu... plak-dess!"

Iblis Putih terhuyung. Dia melepaskan tutup peti matinya, berderak keras menimpa tempatnya semula, menggetarkan ruangan dengan suara berat. Dan Iblis Putih yang terkekeh sambil memutar tubuhnya tiba-tiba melompat jauh. Ketika Bi Lan dau Han Ki siap menyerangnya kembali.

"Wah, siapa anak-anak muda yang hebat ini, Pendekar Gurun Neraka?"

Pendekar Gurun Neraka melompat maju Dia marah melihat Pek-kwi membuka peti mati, sikap yang lancang. Tapi melihat iblis itu tak mengganggu mayat mertuanya diapun melindungi Bi Lan dan Han Ki, berkata dengan suara tak senang, "Pek-kwi, kau adalah tamu. Harap jangan membuat marah kami!"

"Heh-heh, kenapa tak senang, Pendekar Gurun Neraka? Kami hanya mau membuktikan saja benarkah Ciok-thouw Taihiap mampus atau tidak. Kami sudah bilang tadi!" dan tidak menghiraukan Pendekar Gurun Neraka Pek-kwi memandang saudaranya. "Suheng, kau sudah melihat jenazahnya?"

Ang-kwi tertawa. "Belum begitu jelas, sute. Kau terlanjur menutup cepat peti mati itu!"

"Ah, kau ingin melihatnya kembali?"

"Ya!" dan berkata begitu iblis bermuka merah ini melangkah maju, menyentuh tutup peti dan siap membukanya kembali.

Tapi Pendekar Gurun Neraka yang berdiri di samping peti mati itu sudah meletakkan tangannya dan membentak, "Ang-kwi, apa yang mau kau lakukan?"

"Heh-heh, aku ingin melakukan seperti apa yang telah dilakukan saudaraku, Pendekar Gurun Neraka. Hanya sekedar melihat dan melongok isi peti mati itu!"

"Tidak boleh!" Pendekar Gurun Neraka membentak. "Kau jangan bersikap keterlaluan, Ang-kwi. Aku masih menghargaimu sebagai tamu!"

Tapi Ang-kwi yang tertawa mengejek dan tidak menghiraukan bentakan Pendekar Gurun Neraka tiba-tiba menepuk peti dan membukanya seperti yang tadi dilakukan Pek-kwi. Dan begitu peti mati ditepuk tiba tiba tutupnya terbuka dan terangkat serta menempel di telapak iblis ini. "Pendekar Gurun Neraka, tak perlu sombong. Aku hanya ingin melihat saja!"

Tapi Pendekar Gurun Neraka terang tak mengijinkan. Dia membentak pula, menekan lengannya di atas peti yang terangkat tutupnya. Dan begitu pendekar ini mengerahkan tenaga menindih maka peti menutup kembali dan anjlog dengan suara keras. "Brak!"

Ang-kwi terbelalak. Dia terkejut dan berseru kagum. Tapi tertawa setengah memekik tiba-tiba iblis ini membentak. "Pendekar Gurun Neraka, aku hanya ingin melihat saja. Buka...!" dan peti yang tiba-tiba kembali terangkat mendadak terbuka tutupnya dan "terbang" diputar lengan kakek ini!

Otomatis, semua tamu terkesiap. Tapi Pendekar Gurun Neraka yang maklum bahwa iblis bermuka merah ini ingin mengadu kepandaian dengan mengganggu peti mati tiba-tiba menjadi marah. Dia mengerahkan tenaga saktinya, dan begitu menggerakkan lengan manampar sekonyong-konyong peti yang terbang di telapak lawan ditarik dan disedot ke dalam. Lalu sementara Ang-kwi terbelalak dengan mata melotot tahu-tahu tutup peti itu meluncur dan turun kembali ke tempatnya semula.

Ang-kwi kaget. Dia bertahan, menambah tenaganya. Dan persis tutup peti itu anjlog di tempatnya mendadak serangkum angin menahan di bawah. Akibatnya tutup peti ini berhenti di udara, sejengkal saja. Dan Ang-kwi yang berteriak mempertahankan diri tiba tiba membuat tutup peti naik dan kembali terangkat!

"Ha ha, kau tak dapat menahan kemauanku. Pendekar Gurun Neraka. Aku menghendaki Ciok-thouw Taihiap berbaring saja dengan peti terbuka!"

Pendekar Gurun Neraka berang. Dia tadi mengerahkan tenaganya setengah bagian, tak mau bersikap keras karena khawatir tutup peti hancur digencet dua tenaga tak nampak. Tapi melihat Ang-kwi melotot dan kakek iblis itu memaksa untuk membuka peti mati tiba-tiba pendekar ini menambah sinkangnya dan menghentakkan lengan ke bawah.

“Brak!" Ang-kwi berseru keras, Dia terkejut ketika menerima tekanan luar biasa kuat dari hentakan lengan Pendekar Gurun Neraka, menggencet sekaligus mendorong minggir tenaganya sendiri hingga tutup peti menutup keras, menggetarkan ruangan dan membuat Ang-kwi terhuyung hampir roboh! Dan Ang kwi yang kaget oleh sinkang Pendekar Gurun Neraka yang demikian hebat sudah mendengar bentakan pendekar itu.

"Ang-kwi, orang yang telah meninggal dunia tak perlu kau ganggu lagi. Menyingkirlah!"

Ang-kwi terbelalak. Sekarang dia membuktikan kelihaian pendekar ini, yang sudah lama didengar. Tapi Ang-kwi yang terkekeh dengan mata bersinar tiba-tiba melangkah maju dan kembali menyentuh tutup peti. "Pendekar Gurun Neraka, aku bilang tadi bahwa sebaiknya jenazah mertuamu ini diperlihatkan saja. Kenapa marah-marah? Bukankah wajar bila pelayat ada yang ingin tahu bagaimana rupa Ciok-thouw Taihiap yang terkenal itu?"

Dan, mengerahkan kembali tenaga sinkangnya kakek ini mencoba mengangkat. Dia penasaran bahwa tadi keberhasilannya kandas di tengah jalan. Kaget dan kagum bahwa Pendekar Gurun Neraka memiliki sinkang yang mampu menahan sinkangnya. Maka mengulang dan ingin mencoba kembali iblis bermuka merah ini mengerahkan tenaganya untuk membuka. Dan penasaran sekali gus tak mau kalah, malu ditonton banyak mata.

Tapi Pendekar Gurun Neraka yang tak membiarkan iblis ini membuka peti mati sudah menekankan telapaknya di atas. Dengan sinkang tiga perempat bagaian dia menahan tutup peti yang kini mulai bergerak maju mundur karena Ang-kwi hendak mengangkatnya. Dan karena dua orang itu saling berkutat dan masing-masing tak mau mengalah tiba-tiba saja tutup peti itu membuka dan menutup seperti diungkit-ungkit dari dalam!

Sepintas kejadian ini lucu. Orang akan mengira arwah Ciok-thouw Taihiap hidup kembali, marah dan rupanya mau keluar dari dalam peti mau. Tapi melihat Ang-kwi menggereng dan mukanya semakin merah dan kepala kakek iblis itu mulai mengepulkan uap yang tipis bagai kabut tahulah orang bahwa kakek ini sedang mengadu tenaga dengan tuan rumah. Dan itu memang betul.

Pendekar Gurun Neraka mempertahankan tutup peti agar tidak membuka, tak mau jenazah mertuanya dipermainkan iblis ini. Dan ketika dia menambah tenaganya sedikit lagi dan tutup peti tiba-tiba anjlog dengan suara keras mendadak tutup peti mati itu tak dapat dibuka lagi dan terpantek bagai dipukul paku raksasa!

"Ang-kwi, kau tak berhasil....!"

Ang-kwi mendelik. Dia benar-benar tak berhasil mengangkat peti mati itu lagi. Jangankan mengangkat, menggeser seinci pun dia tak mampu. Kalah kuat! Dan Ang-kwi yang menggeleng dengan muka merah padam itu tiba-tiba berseru pada saudaranya, "Sute, kau mau coba?"

Pek-kwi terbelalak. Dia melihat pertandingan aneh ini, kagum dan diam-diam memuji kehebatan Pendekar Gurun Neraka yang dapat mengatasi kekuatan suhengnya. Maka tertawa dan mendengar saudaranya menegur dia tiba-tiba Iblis Putih ini telah melompat maju dan menekan telapak tangannya pada tutup peti. "Pendekar Gurun Neraka, kau sungguh hebat. Tapi tanganku jadi gatal-gatal untuk membantu suhengku. Awas...!"

Pendekar Gurun Neraka mengerutkan alis. Dia merasa sebuah tenaga tiba-tiba meluncur dari telapan tangan Pek-kwi, mendorong dan siap mengangkat tutup peti membantu kakaknya, hebat dan membuat dia terkejut karena gabungan dua lblis bersaudara itu ternyata kuat bukan main, tiba-tiba mendesak sinkangnya dan menggeser peti mati! Dan Pendekar Gurun Neraka yang menjadi marah tiba-tiba menahan dengan tenaga sembilan sepersepuluh bagian, berarti hampir seluruh tenaga. Dan ketika dia membentak sambil menambah tenaganya itu tiba-tiba tutup peti mulai bergerak-gerak dan maju mundur seperti tadi!

"Ha-ha, kali ini kami akan menang. Pendekar Gurun Neraka. Tak perlu kau mempertahankan diri!"

Pendekar Gurun Neraka tak menjawab. Dia memang mulai terdesak, tutup peti mulai terangkat. Dan bingung serta marah oleh perbuatan dua iblis itu Pendekar Gurun Neraka menggigit bibirnya dan mulai berkeringat. Sebenarnya, dalam keadaan seperti ini masih ada jalan baginya. Yakni mundur mengalah atau terus bertahan. Tapi karena mundur berarti membuat lawan pongah dan mungkin melakukan perbuatan lain yang lebih berbahaya mau tidak mau dia harus bertahan, dengan menanggung resiko terluka dalam. Dan Pendekar Gurun Neraka yang terpaksa melakukan cara bertahan dengan muka merah akhirnya melotot memandang dua orang lawannya itu.

"Ang-kwi, kalian iblis-iblis busuk!"

Ang-kwi tertawa. "Kami tidak busuk, Pendekar Gurun Neraka. Hanya kaulah yang sombong tak mau mengalah!"

"Ya, dan tak kukira tenagamu hanya sebegini saja. Pendekar Gurun Neraka. Mana itu Lui-kong-yang-sing-kangmu?" Pek-kwi menyambung, mengejek sambil terkekeh. Dan Pendekar Gurun Neraka yang geram oleh desakan lawannya ini hampir terpancing.

Dia memang mempunyai tenaga sakti yang istimewa itu, Lui kong-yang-sin kang (Tenaga Inti Petir). Tapi karena mempergunakan ilmu ini bakal merusak peti mati dan mayat Ciok-taouw Taihiap bisa hancur oleh hawa pukulan panas itu Pendekar Gurun Neraka tak berani mengerahkan sinkangnya yang mujijat ini. Dia hanya mengerahkan sinkang biasa, artinya sinkang yang dia peroleh dengan jalan samadhi. Bukan seperti Lui-kong yang-sinkang yang dia dapat dari bantuan Gurun Takla itu (baca Pendekar Gurun Neraka).

Sinkang mujijat yang dapat membuat hancur gunung! Dan Pendekar Gurun Neraka yang tentu saja bingung dan marah oleh gencetan lawan tiba-tiba melihat Han Ki menubruk maju. menghantam leher Pek-kwi dengan maksud membantu pamannya karena Pendekar Gurun Neraka memang kelihatan terkesak. Dan Pendekar Gurun Neraka yang jadi terkejut oleh gerakan ini tiba-tiba berseru,

"Ki-ji, jangan....!"

Tapi Han Ki terlanjur memukul. Dia melalukan pukulan di saat Pandekar Gurun Neraka mencegah, berteriak nyaring. Tak tahu bahwa sebenarnya saat itu tiga macam hawa sakti sedang saling gubat dan dorong-mendorong, merupakan bola hawa yang aneh tapi luar biasa kuat. Tak dapat ditembus. Maka begitu Han Ki menyerang dan persis lengannya menghantam leher Pek-kwi tiba-tiba Han Ki berteriak ketika tubuhnya terpental balik dan terbanting roboh di lantai ruangan itu.

"Hei, brukk...!”

Han Ki terguling-guling. Dia hampir celaka oleh tolakan hawa dari tiga orang sakti itu. Tapi Han Bu yang marah melihat kakaknya terbanting tiba-tiba berteriak dan menyerang Ang-kwi.

"Bu-ji, jangan...!"

Tapi Han Bu terlambat Pemuda ini mengira kakaknya tak boleh menyerang Pek-kwi, karena mungkin iblis itu lebih kuat daripada Ang kwi. Maka salah menafsir dan mengira Ang kwi lebih "empuk" ketimbang Pek-kwi pemuda ini sudah menghantam lawannya dengan pukulan keras. Tak tahu bahwa sebenarnya perbuatannya itu sama saja. Maka begitu menghantam dan tenaga yang luar biasa dahsyat menolak dan balik mengenai dirinya tak ayal Han Bn menjerit dan terlempar seperti kakaknya.

"Brukk...!” Han Bu juga terguling-guling. Dia sekarang berteriak kaget dan sadar, tahu setelah mengalami sendiri. Dan persis Han Bu melompat bangun maka Bi Lan berkelebat mendekatinya dengan pertanyaan cemas,

“Kau terluka, Bu-ko?"

Tapi Han Bu menggelengkan kepalanya. Dia terbelalak dan gusar, kaget tapi juga bingung bagaimana harus membantu Pendekar Gurun Neraka. Tapi persis dia mengumpat dengan jari terkepal tiba-tiba sebuah bayangan berkelebat menepuk punggung Pendekar Gurun Neraka.

"Ayah, siapa mereka ini?”

Ang-kwi dan Pek-kwi berseru kaget. Mereka merasa sebuah tenaga dahsyat tiba-tiba menggempur mereka, bersamaan dengan tepukan pendatang baru itu di belakang punggung Pendekar Gurun Neraka. Dan begitu keduanya terbelalak memandang ke depan tiba-tiba Pek kwi dan Ang-kwi terpental mundur dan membentur tembok dinding ruangan.

"Dukk!" Dua orang iblis itu terkejut. Mereka terpaksa melepaskan tutup peti mati, yang kini anjlog dengan suara keras. Dan Ang kwi serta Pek kwi yang terbelalak memandang seorang pemuda tinggi besar yang mirip Pendekar Gurun Neraka tiba-tiba melengking dan tertawa aneh.

"Pendekar Gurun Neraka, siapa pemuda ini?"

Sin Hong, pemuda yang dimaksudkan ini melompat maju. "Aku Sin Hong, tua bangka. Siapa kalian yang mengganggu peti jenazah kong-kongku?"

"Ah, kau cucu Ciok-thouw Taihiap?"

“Ya, aku Sin Hong!"

“Heh-heh," Pek-kwi mengebutkan lengannya. “Kalau begitu kau putera Pendekar Gurun Neraka, bocah? Dan kau yang menjadi murid Naga Bongkok?"

Sin Hong mengerutkan alisnya. "Benar katamu, iblis tua. Siapa kalian dan kenapa hendak mengacau di tempat ini?"

Pendekar Gurun Neraka kini mendekati anaknya. "Mereka Siang-mo ji bin, Hong-ji. Yang bermuka putih ini adalah Pek-kwi sedang yang lain itu adalah Ang-kwi."

"Ah, iblis-iblis dari laut selatan itu?"

Ang-kwi tertawa. "Orang yang tak menyenangi kami memang menyebut kami sebagai iblis, anak muda. Tapi orang yang menyukai kami justeru menyebut kami sebagai dewa!"

Sin Hong tertawa mengejek. Dia sekarang tahu siapa kiranya dua orang kakek ini. Siang-mo-ji bin yang biasa bergerak dilaut selatan. Dua orang iblis yang katanya tak pernah berkeliaran di luar wilayahnya kalau tidak ada kepentingan sesuatu. Dan Sin Hong yang maklum bahwa dua orang iblis itu hendak mengganggu mereka tiba-tiba memandang ayahnya dan bertanya, "Ayah, apa yang harus kita lakukan untuk melayani orang orang macam begini?"

Pendekar Gurun Neraka menarik napas. "Kita tetap menganggapnya sebagai tamu bila mereka berlaku sopan, Hong-ji. Tapi terpaksa mengusir bila mereka hendak mengacau!"

"Heh-heh," Pek-kwi menggoyang-goyang lengannya. "Kau berani mengusir kami kalau kami ingin tinggal di sini. Pendekar Gurun Neraka? Kau hendak maju mengeroyok?"

Sin Hong tak tahan. "Pek-kwi, tak perlu banyak cakap di tempat ini bila kau ingin berkelahi. Sekarang majulah. Lihat aku akan mengusir kalian tanpa bantuan ayah!"

"Heh?" Pek-kwi terbelalak. "Kau berani menghinaku, bocah? Kau tak takut mampus dan berani tidak berlindung di bawah bantuan ayahmu?"

"Aku sudah mengeluarkan kata-kataku, Pek kwi. Tak perlu ayah membantu jika kalian ingin mengererubut. Majulah!"

Pek kwi pucat mukanya. Dia marah mendengar kata-kata ini, semakin pucat mukanya kalau gusar. Tapi Ang kwi yang tertawa di sebelah kananya tiba-tiba meludah. "Bocah. kami tak perlu mengeroyokmu kalau ingin bertanding. Cukup adikku saja, yang maju... cuh!"

Sin Hong berkelit. Dia jijik oleh ludah Ang kwi yang kental, menyambarnya bagai peluru. Tapi Sin Hong yeng tak mau begitu saja mengelak sudah menggerakkan ujung bajunya menampar. Mendorong sekaligus memukul balik ludah Ang-kwi ke arah tuannya, tentu saja mempergunakan sinkang. Dan Ang kwi yang melihat betapa air ludahnya terpukul dan kini meluncur dengan kecepatan kilat ke mukanya sendiri tiba-tiba meniup dan berseru keras.

"Crat...!" Ang kwi mendelik. Tiupan khikangnya tadi kalah kuat, ludah masih meluncur dan kini ambyar di udara, berpercikan ke sana ke mari. Dan Ang-kwi yang terkena percikan ludahnya sendiri ini tibatiba membentak dan berkelebat maju, menyerang Sin Hong. "Bocah, keparat kau!"

Tapi Sin Hong tak tinggal diam. Dia menggerakkan lengan menangkis, dan begitu dua lengan beradu tiba-tiba Ang-kwi memekik dan tergetar mundur. "Dukk!"' Ang-kwi terbelalak. Dia merasa sinkang Sin Hong luar biasa kuat, menahan sekaligus membuat lengannya panas. Dan Ang-kwi yang kaget oleh kehebatan pemuda ini tiba-tiba menggeram dan memutar lengannya dua kali, berkerotok dan tiba-tiba merah seperti besi dibakar. Dan Pendekar Gurun Neraka yang mengerutkan kening melihat ini tiba-tiba berseru, memperingatkan puteranya,

"Ang see ciang (Tangan Pasir Merah)...!"

Tapi Pek-kwi keburu maju. Iblis Putih ini melompat didepan saudaranya, terkekeh. Dan menyuruh kakaknya mundur dia berkata, "Suheng, bocah ini rupanya cukup hebat. Biarlah aku yang merobohkannya!" dan habis menyelesaikan kata-katanya ini mendadak Pek-kwi sudah melejit dan menyerang Sin Hong. Gerakannya bagai katak menerkam cepat sekali, tidak memberi peringatan.

Dan Sin Hong yang terkejut oleh bayangan iblis ini tiba-tiba melompat mundur dan membentak. Tapi Pek-kwi membalik, terkekeh dan meliuk aneh. Lalu sementara Sin Hong merunduk dengan mata terbelalak tiba-tiba lengan Pek-kwi telah menjulur dan menampar lehernya.

"Plak!" Sin Hong terkejut. Dia tak menduga kecepatan lawan, yang dapat bergerak dan meliuk dengan cara aneh. Dan ketika Pek-kwi kembali tertawa dan memutar pinggang dengan cara yang ganjil tahu-tahu kembali Sin Hong tertampar dan roboh terpelanting.

"Plak...!" Sin Hong terguling-guling. Dia kaget dan heran sekali oleh gerakan lawan. Tapi ketika lawan kembali mengejar dan Pek-kwi mengerotokkan tulang-tulang lengannya yang tiba-tiba berwarna putih bagai dibungkus salju tiba-tiba Sin Hong membentak dan melompat bangun. Dia mencium bau yang keras dari lengan lawan, bau pasir di atas gurun. Bau yang sangit tercampur busuk. Dan Sin Hong yang maklum bahwa lengan lawan tentu mengandung racun tiba-tiba menangkis sambil melindungi dirinya.

"Dess...!" dan kali ini Pek-kwi terdorong. Iblis Putih itu terbelalak, tampaknya kaget. Tapi melengking dan berkelebat maju tiba-tiba iblis ini telah menyerang Sin Hong dengan pukulan bertubi-tubi, terbahak dan terkekeh ganti-berganti! "Bocah, kau akan mampus di tanganku...!"

Sin Hong membelalakkan mata. Dia melihat lawan berkelebatan menghujani serangan, pukulannya bertubi-tubi dan cepat bukan main. Tapi ketika Sin Hong berlompatan dan mulai mengelak serta menangkis tiba-tiba gerakan Pek-kwi berobah. Iblis Putih mulai mengurangi kecepatan, gerakannya tampak lamban dan dapat diikuti. Tapi angin pukulannya yang terjadi berat dan menekan Sin Hong dari atas ke bawah membuat Sin Hong terkejut. Apalagi ketika lengan lawan yang pulih pucat itu tiba-tiba mengeluarkan keringat yang dingin dan keras seperti butir-butir pasir yang dipercik-percikkan kakek iblis ini!

"Ah. Pek-see-ciang (Pukulan Pasir Putih)...!"

Pek-kwi terkekeh. Dia memang mengeluarkan ilmunya yang aneh itu, mengibas-ngibaskan keringat dari kedua lengan yang mulai membanjir bagai uap atau embun di puncak gunung, menyerang Sin Hong merupakan pasir-pasir beku yang dapat menembus kulit daging melebihi senjata tajam! Dan Sin Hong yang tentu saja kaget oleh ilmu yang aneh ini segera menampar dan memukul balik hujan keringat yang sudah berobah bagai titik-titik es di padang salju itu!

Tapi Pek-kwi tak membiarkan lawan mendesak dirinva. Dia terus mengiprat-ngipratkan keringat pasirnya itu, yang kini semakin berhamburan dan menyerang bagai butir-butir es ke tubuh Sin Hong. Dan ketika Sin Hong terdesak dan kewalahan menghadapi hujan Pak-see ciang ini tiba-tiba Sin Hong mengeluh ketika tubuhnya mulai terkena.

Sin Hong merasa pedas dan sakit-sakit, menjaga kedua mata dan melindungi diri dengan sinkang. Tapi baju serta pakaiannya yang tak dapat dilindungi sinkang akibatnya mulai bolong-bolong dan robek. Sin Hoig gelisah. Begitu terus-menerus tentu dia bakal telanjang karena pakaian berlubang-lubang. Dan Sin Hong yang menjadi marah oleh perbuatan lawan tiba-tiba menekuk pinggangnya ke kiri dan ke kanan.

"Pek-kwi, aku akan membalas. Berhati-hatilah!"

Iblis Putih terkekeh. Dia menganggap Sin Hong besar bicara, karena selama itu dia mendesak dan menekan pemuda ini. Tapi ketika Sin Hong mulai menggeliatkan pinggang dan kedua lengannya bergerak naik turun bagai naga menari tiba-tiba iblis ini terkejut ketika sebuah tenaga tak nampak melindungi Sin Hong. Pukulan pasir keringatnya tertahan di udara, dua jengkal dari tubuh lawan. Dan ketika Sin Hong membentak serta menampar dan mendorong tiba-tiba kipratan keringat Pek-see ciangnya mental dan membalik menyambar tubuhnya sendiri!

"Ah. Sin-liong-jiu-kun (Silat Tangan Naga Sakti )...!"

Sin Hong tak menjawab. Dia terus menggeliat-geliatkan pinggang sambil kedua tangan melakukan pukulan dan dorongan, membentengi diri dengan Sin-liong-kang (Tenaga Naga Sakti) hingga sambaran keringat Pek-kwi tak dapat menyentuh dirinya lagi, tertahan dan tertolak balik ke arah lawan. Dan ketika sekejap kemudian Sin Hong mendesak lawan dan terus maju merangsek tiba-tiba Pek-kwi mulai terdorong dan terhuyung-huyung!

"Keparat, kau hebat, bocah. Tapi kau tak dapat merobohkan aku!"

Pek-kwi mulai memekik. Dia marah dan terbelalak melihat pukulan Pek-see-ciangnya tak berdaya menghadapi Sin Hong, selalu membalik dan runtuh ke tanah bertemu hawa yang melindungi Sin Hong. Dan ketika Sin Hong semakin mendesak dan ganti menekan dirinya tahu-tahu Pek-kwi sudah membelakangi tembok dan tak dapat mundur lagi!

Pek-kwi terkejut. Dia terang melotot, dan ketika Sin Hong membentak serta memutar lengan mendorong dadanya tiba-tiba Pek-kwi berteriak dan menangkis. "Plak!" dua lengan mereka bertemu. Seketika itu juga Pek-kwi mengerahkan sinkangnya, Tok-see-kang (Tenaga Racun Putih). Dan Sin Hong yang terbelalak memandang lawan tiba-tiba merasa hawa yang lembut panas merayap bagai semut di permukaan lengannya.

"Hong-ji, awas racun!"

Sin Hong mengerutkan alis. Dia memang merasa lengannya gatal, melihat lawan terkekeh dan menyeringai kepadanya. Tapi Sin Hong yang tahu bahwa lawan memang cukup berbahaya lalu membentak dan mengerahkan Jing long-sin-kang nya, itu tenaga sakti yang dia dapat dari Bu-beng Sian-su. Dan begitu Sin Hong menggetarkan lengan seraya mengibas tiba-tiba Pek-kwi merjerit ketika terangkat naik dan terdorong menjebol tembok.

“Broll...!" Semua orang terbelalak. Mereka melihat Pek kwi berteriak dan terguling-guling, menggaruk lengan seperti kera yang kebingungan. Dan ketika iblis itu melompat bangun sambil memaki-maki maka tampaklah lengannya yang putih itu sudah terkupas kulitnya dan mengeluarkan darah yarg berwarna putih pula, kental dan berbau busuk. Darah dari pukulan Tok-see-kang yang membalik dan mengenai iblis ini sendiri! Dan Ang kwi yang terkejut melihat saudaranya terluka oleh pukulan Racun Putih tiba-tiba berkelebat ke depan menyambar adiknya itu.

"Sute, telan obat ini. Kita pergi dulu...!” dan Ang-kwi yang menotok sutenya serta melempar sebutir obat untuk ditelan tiba-tiba melompat keluar dan lenyap sambil berseru pada tuan rumah, "Pendekar Gurun Neraka, besok kita bertemu lagi. Awas penghinaan kalian!"

Pendekar Gurun Neraka tak mencegah. Dia hanya menarik napas melihat kepergian dua kakek iblis itu. Tapi Sin Hong yang marah tiba-tiba mengejar, "Siang-mo ji-bin, kalian tak boleh pergi sebelum minta maaf. Hayo kembali!"

Tapi Ang kwi dan Pek kwi telah lenyap di luar sana. Sin Hong hendak mengejar sampai ke bawah, namun ibunya yang berkelebat di belakangnya berseru memanggil, "Hong-ji, ayahmu tak membolehkan kau turun sendirian. Kembalilah!”

Sin Hong terpaksa kembali. Dia mengepal tinju dengan muka merah, dan Naga Bongkok yang tiba-tiba muncul di tempat itu juga menyuruh muridnya menghentikan pengejaran. Terpaksa, Sin Hong menekan kemarahan dan mereka bertiga yang masuk kembali ke ruangan duka segera disambut Pendekar Gurun Neraka yang mengerutkan keningnya.

"Hong-ji, kita berjaga-jaga saja. Sebaiknya kau kembali ke posmu dan biarkan kami di depan."

Kiranya Sin Hong menjaga di belakang ketika tadi keributan dimulai. Dan Perdekar Gurun Neraka yang juga memandarg Naga Bongkok lalu bertanya lirih, "Ada sesuatu yang mencurigakan di samping rumah, locianpwe?"

Naga Bongkok mengangguk. "Aku melihat bayangan merah di tempat yang kujaga. Pendekar Gurun Neraka. Kukira Iblis Penagih Jiwa itu!"

Pendekar Gurun Neraka tertegun. "So-beng?"

"Agaknya begitu." dan Naga Bongkok yang mengibaskan lengannya lalu berbisik, "Pendekar Gurun Neraka, tampaknya besok orang-orang jahat akan mengacau kita. Mungkin dalangnya Ang kwi dan Pek kwi itu adalah awal dari sesuatu yang akan mengganggu kita!"

"Hm, kalau begitu bagaimana pendapatmu, locianpwe?"

"Sebaiknya malam ini kita tak usah beristirahat. Pendekar Gurun Neraka. Dan biar kita perketat kewaspadaan hingga pemakaman besok!"

Pendekar Gurun Neraka mengangguk. Lalu melihat puteranya belum juga mundur dia menjadi heran. "Kau menyimpan pertanyaan, Hong-ji'?"

Sin Hong ragu-ragu. "Ya. kudengar Bu-beng Siauw-cut ke mari, ayah. Betulkah itu?"

Pendekar Gurun Neraka tiba-tiba gelap mukanya. "Memang betul Hong-ji Tapi dia telah pergi. Pedang Medali Naga ada di tangannya!"

"Hm, dan dia membawa kemarahannya, ayah?"

“Begitu yang kulihat. Kau pernah bertemu dengannya?"

“Ya, beberapa waktu yang lalu. Di luar kota raja."

Pendekar Gurun Neraka tertegun. "Dan kau belum menceritakannya kepadaku, Hong-ji?"

"Waktu kita sempit, ayah. Biar besok saja setelah urusan pemakaman kong-kong selesai."

Pendekar Gurun Neraka menarik napas. Dia jadi berdebar teringat akan anak itu. Bu-beng Siauw-cut atau Kun Houw atau Ceng Liong yang asli. Tapi maklum bahwa Sin Hong memang belum ada waktu untuk bicara banyak karena kematian Ciok-thouw Taihiap yang tiba-tiba maka pendekar ini pun mengangguk dan nenggerakkan tangannya.

"Baiklah, kita bicara setelah semuanya selesai, Hong-ji. Sekarang mari kita kembali dan menjaga di tempatnya masing-masing. Awas, hati-hati terhadap musuh yang menyelinap!"

Dan Pendekar Garun Neraka yang sudah masuk ke dalam menjaga peti mati lalu disusul Sin Hong yang melompat ke belakang sementara Naga Bongkok menjaga di samping rumah, agak di pinggang gunung. Dan begitu semua orang kembali pada tempatnya masing-masing maka ketenangan suasana pulih kembali seperti semula.

Malam itu tak terjadi sesuatu. Dua peti tetap berjajar dengan tenang, masih menerima tamu-tamu yang datang dan semakin membanjir memenuhi ruangan di mana jenazah Ciok-thouw Taihiap dan Cui Ang terbaring. Dan ketika keesokan harinya upacara akan dimulai dan markas besar Beng-san-pai penuh sesak oleh ratusan orang yang siap mengantar dua peti jenazah tiba-tiba serombongan orang muncul mengejutkan mereka.

Rombongan itu terdiri dari sepasukan kerajaan, datang berkuda dipimpin dua orang gadis cantik yang berpakaian biru dan hijau. Sepasang gadis kembar yang tiba-tiba menarik perhatian semua mata karena kecantikan dan kemiripannya. Dan begitu mereka tiba di luar markas dan rombongan ini melompat turun dari atas kudanya tiba-tiba seorang di antranya yang berpakaian panglima mengibarkan bendera dan membungkuk hormat, menghadap Pendekar Gurun Neraka dan keluarganya yang datang menyambut.

"Pendekar Gurun Neraka, kami dari istana diutus oleh sri baginda untuk menyampaikan belasungkawa atas kematian Ciok-thouw Taihiap Souw Ki Beng. Semoga kedatangan kami tidak mengejutkan keluargamu karena memang kami tidak diundang!"

Pendekar Gurun Neraka terkejut. Dia melihat orang sudah mengeluarkan bunga, kembang sebagai tanda belasungkawa yang dihias membentuk hati, besar dan warna-warni setinggi dua meter! Dan Pendekar Gurun Neraka yang terkejut dan terpana oleh rombongan dari istana ini tiba-tiba tertegun dan tak segera melangkah maju. Dia terbelalak, heran dan kaget oleh utusan sri baginda itu, tak menyangka sama sekali. Dan sementara dia bengong oleh semuanya ini tiba-tiba sepasang gadis kembar yang cantik dan berdiri di sebelah kiri panglima itu bertanya nyaring,

"Pendekar Gurun Neraka, apakah kami tak dapat kau terima hingga harus kembali melaporkannya kepada sri baginda?"

Pendekar Gurun Neraka terkejut. Dia mendengar nada yang menyembunyikan ancaman di balik seruan nyaring itu. Kata-kata yang membawa nama kaisar! Dan Pendekar Gurun Neraka yang cepat menindas guncangan hatinya ini segera maju dan membalas hormat panglima itu, memberi isyarat agar Bi Lan menerima kembang.

"Ciangkun, maafkan kami. Kami memang terkejut atas kedatangan kalian. Tak menyangka sama sekali bahwa sri baginda menaruh perhatian demikian besar kepada kami yang jauh dari kota raja! Maaf... maaf..!" dan Pendekar Gurun Neraka yang terpaksa menyambut tamu dengan sikap sebaik mungkin karena hendak menyatakan bela-sungkawa lalu mengharap panglima itu menyerahkan kembang pada puterinya.

Tapi mengejutkan sekali. Panglima ini mengerutkan keningnya, dan tidak puas memandang tuan rumah dia berkata, "Pendekar Gurun Neraka, sri baginda menghendaki persembahan ini kau terima dengan tangan sendiri. Tidak pantaskah persembahan kami hingga orang lain yang harus kau suruh untuk menerimanya?"

Pendekar Gurun Neraka terbelalak. "Dia puteriku sendiri, ciangkun. Bukan orang lain."

“Benar tapi betapa pun sri baginda kurang hormat bila bukan tanganmu sendiri yang menerima. Pendekar Gurun Neraka. Ataukah kedudukan sri baginda kurang tinggi bagimu...?”

Pendekar Gurun Neraka tertegun. Dia memang menyuruh Bi Lan betapapun juga dia merasa enggan menerima karangan bunga itu. Ucapan bela-sungkawa dari Pangeran Fu Chai. Musuh dari kerajaan Yueh yang memimpin orang-orang Ho-han-hwe! Dan Pendekar Gurun Neraka yang tertegun oleh desakan ini tiba-tiba melihat Bi Lan mclompat maju.

"Orang-orang tengik, kenapa kalian banyak tingkah di tempat ini? Bukankah tak perlu ayah menerima sendiri bila mempunyai wakil? Aku Bi Lan juga cukup berharga untuk menerima persembahan kaisar. Tak perlu cerewet!" dan Bi Lan yang langsung menyambar karangan bunga itu dengan kasar tiba-tiba sudah merebutnya dengan cepat dan berapi-api.

Tapi gadis baju biru tiba-tiba membentak. Dia berkelebat dan langsung menyambar bunga di tangan Bi Lan, yang saat itu baru menginjakkan kaki di atas tanah. Dan Bi Lan yang terbelalak oleh gerakan gadis baju biru yang amat cepat ini tiba-tiba menangkis dan miringkan tubuhnya, melindungi bunga.

"Plak!" Bi Lan terkejut. Dia tergelar dan terdorong mundur, merasa sinkang lawan kuat sekali dan agaknya seimbang. Tapi belum dia membalas tahu-tahu kaki gadis baju biru itu telah menendang lengan kirinya yang membawa bunga hingga mencelat terlempar, kembali ke tangan si panglima yang terkejut melihat gebrakan cepat itu.

"Kwik-ciangkun, terima...!"

Panglima ini menyambar. Dia sudah menerima kembali karangan bunganya itu, tertawa dan tersenyum lebar. Dan Bi Lan yang marah oleh serangan lawan tiba-tiba melengking dan menggerakkan tangannya menampar.

"Siluman betina, kau tak tahu malu...!"

Tapi Gadis baju biru menangkis. Dia menjengekkan hidung melihat balasan Bi Lan, maka begitu mengerahkan sinkang iapun sudah mengadu lengan dengan Bi Lan. "Dukk!" dan kedua-duanya kini terdorong mundur. Baik Bi Lan maupun lawannya sama-sama terbelalak, masing-masing melotot dan tampaknya marah. Tapi Pendekar Gurun Neraka yang mengebutkan lengannya sudah maju ke tengah memisah mereka.

"Lan-ji, minggir...!"

Gadis baju biru mencoba bertahan. Dan menentang arus tenaga Pendekar Gurun Neraka, yang lembut tapi dahsyat mendorongnya. Dan ketika ia tak mampu bertahan dan Pendekar Gurun Neraka tersenyum kepadanya mendadak gadis ini terhuyung dan hampir terjengkang roboh! "Pendekar Gurun Neraka, kau mau membantu puterimu?"

Pendekar ini menghela napas. "Aku tak membantu siapa-siapa, nona. Justeru menegur puteriku sendiri yang kurang menghormat tamu. Maaf, siapa kau?"

Gadis baju hijau berkelebat maju. "Kami kakak beradik Kui Hoa dan Kui Lin, Pendekar Gurun Neraka. Kami pengawal istana di bagian kaputren!"

"Oh, dan guru kalian?"

"Kami orang she Ok. Ayah atau guru kami adalah Ok Kui Lun!"

Pendekar Gurun Neraka terkejut. Seketika senyumnya lenyap, terganti kerut yang dalam di keningnya. Dan belum dia mengeluarkan suara tiba-tiba gadis baju hijau yang bukan lain Kui Hoa adanya berseru nyaring, "Bagaimana, Pendekar Gurun Neraka? Tak dapatkah kau menerima permintaan Kwik ciangkun?”

Ceng Bi yang melompat. "Biar aku yang menerimanya, Yap-koko!"

Tapi Kui Hoa menghadang. "Tidak. Kami hanya mengharap persembahan sri baginda diterima Pendekar Gurun Neraka, hujin. Atau kami kembali dan melapor penolakan ini pada sri baginda!"

Ceng Bi melotot. Dia tahu kesukaran suaminya. Tapi Pendekar Gurun Neraka yang tak mau ribut-ribut dalam awal upacara tiba-tiba melangkah maju dan berkata, "Baiklah, aku menerimanya nona. Tapi kuharap tak ada hal-hal yang tersembunyi di balik pernyataan bela-sungkawa ini,” dan Pendekar Gurun Neraka yang sudah menyambar bunga di tangan Kwik ciangkun tiba-tiba melemparkannya pada Bi Lan. "Lan-ji, terima...!"

Bi Lan menangkap. Sekarang tak ada persoalan lain diantara mereka, tapi Kui Hoa yang mengeluarkar sebuah "hu" (surat jimat) dari istana tiba-tiba menuding seseorang. "Pendekar Gurun Neraka, benarkah orang itu Fan-cungkun adanya?"

Pendekar ini terkejut. "Benar. Ada pada, nona?"

"Kami hendak menangkapnya, Pendekar Gurun Neraka. Setelah menghormat selesainya pemakaman mertuamu!"

"Ah!" Pendekar Gurun Neraka terbelalak. "Apa alasanmu menangkap Fan-ciangkun, nona?"

"Karena sri baginda mendengar dia memimpin kaum pemberontak, Pendekar Gurun Neraka. Dan sebagai bukti dan semuanya ini kau bacalah surat sri baginda!" Kwi Hoa melempar “hu” atau surat jimat itu, dan Pendekar Gurun Neraka yang menerimanya dengan tangan gemetar tiba-tiba merah mukanya dan marah.

"Nona, apa sebenarnya maksud kedatanganmu ini? Hendak menyatakan bela-sungkawa atau membuat keributan?"

"Aku mewakili sri baginda untuk menyatakan belasungkawa, Pendekar Gurun Neraka. Tapi melihat seorang pemberontak di sini terpaksa aku minta tolong padamu untuk menangkap orang yarg kumaksudkan itu!'

Pendekar ini menggigil. Sekarang dia tahu apa kiranya yang tersembunyi di balik kedatangan orang-orang istana ini. Maklum bahwa kesempatan itu sengaja dipergunakan musuh untuk menyulitkan keadaannya. Tentu segera disusul lagi dengan "keinginan-keinginan" lain, yang menyudutkan dia dan semakin mendesaknya dalam posisi yang buruk! Dan sementara dia menahan marah dan terbelalak gusar tiba-tiba gadis baju hijau itu sudah mengangkat lengannya, memberi isyarat pada panglima di sebelah,

"Kwik-ciang-kun, tolong kau keluarkan pula surat-surat sri baginda untuk mencari pemberontak-pemberontak lain yang mungkin ada di sini. Sebutkan namanya!"

Panglima Kwik mengangguk. Dia sudah mengeluarkan sebuah daftar isian yang panjangnya dua kaki. Dan membuka gulungan kertas ini di hadapan Pendekar Gurun Neraka dia berkata, "Pendekar Gurun Neraka, maafkan kami bila ada sesuatu yang tidak berkenan di hatimu. Sri baginda percaya bahwa kau adalah sahabat, terbukti dari karangan bunga yang sudah kau terima baik-baik. Dan karena Ok-siocia menyuruh untuk membacakan surat ini biarlah kita sama dengar siapa saja nama-nama pemberontak yang dikehendaki baginda!"

Lalu melirik ke sana ke mari dengan pongah panglima ini mulai membaca, "Pertama," dia berseru nyaring, "adalah Fan-ciangkun yang tidak berbakti lagi kepada negara! Kedua, Bu Wi Hosiang dari Bu-tong-pai. Ketiga, Thian Kong Cinjin dari Kong-thong-pai dan ke empat serta ke lima adalah Yap Sin Hong serta Yap Bi Lan!"

Semua orang kaget bukan main. Itulah penyebutan nama-nama tokoh Ho-han-hwe, terutama Fan-ciangkun dan Bu Wi Hosiang serta Thian Kong Cinjin! Sedang Bi Lan dan Sin Hong yarg terbelalak mendengar nama mereka disebut-sebut mendadak melompat maju dengan sikap marah.

"Orang she Kwik, atas daftar tuduhan apa nama kami disebut-sebut dalam daftar pemberontak?"

Panglima itu tersenyum mengejek. "Untukmu karena peristiwa di kota Ye-kiang, nona. Bahwa kau telah membunuh komandan Lao dan beberapa orang anak buahnya untuk urusan keluarga Yu! Sedang kau...." dia menuding Sin Hong. "Silahkan tanya pada Ok-siocia untuk peristiwa di kota raja!"

Sin Hong melotot. Dia melihat gadis baju biru yang bukan lain Kui Lin adanya berkelebat maju, langsung berhadapan dan membuat dia terkejut. Dan begitu mereka sudah beradu pandang dan masing-masing saling berhadapan maka Sin Hong mendengar seruan nyaring gadis itu,

"Yap Sin Hong, kau telah mengacau di istana beberapa waktu yang lalu. Kau membuat onar dan menculik seseorang di kaputren! Tidak mengakukah kau?"

"Bohong'" Sin Horg terkejut. "Aku tidak pernah ke istana dan menculik di kaputren, nona. Itu fitnah dan bohong belaka!"

"Tapi seseorang menjadi saksi di sini, Yap Sin Hong. Dan orang itu adalah orang yang justeru kau culik!"

Sin Hong marah. "Mana dia?"

"Aku!" Kui Hoa tiba-tiba berkata nyaring, melompat maju dan berdiri di sebelah kanan adiknya.

Dan Sin Hong yang tertegun melihat gadis ini tiba-tiba terhenyak dan menggigil pucat. "Nona, kau tak tahu berterima kasih dan justeru sekarang hendak memfitnah aku? Bukankah kau..."

"Ya, aku yang kau culik itu, Sin Hong!" Kui Hon memotong. "Dan sebagai saksi masih ada seseorang yang ingin kupanggil. Lihat..!" dan Kui Hoa yang bersuit nyaring dengan bibir melancip tahu-tahu membuat semua orang terkejut ketika dari bawah muncul sebuah bayangan merah yang tertawa bergelak.

"Kui Hoa, kau memanggil aku?"

Semua mata terbelalak. Mereka melihat bayangan itu mendaki dengan luar biasa cepat, kakinya tak menotol tanah dan seolah terbang mendekati puncak. Dan begitu tiba di atas dan semua orang melihat jelas mendadak teriakan kaget terdengar di sana-sini. "So-beng...!”

Pendekar Gurun Neraka terkejut. Dia melihat bahwa betul Iblis Penagih Jiwa itu yang datang. Muncul dan amat berani sekali mendatangi markas Beng san-pai! Dan Pek Hong yang teringat kematian gurunya di tangan iblis ini mendadak berseru keras menerjang ke depan, langsung membacokkan pedang ke leher lawannya itu.

"So-beng, kau pembunuh keji. Bayar hutang guruku...sing!" dan pedang Pek Hong yang sudah bertubi-tubi membacok dan menusuk tiba-tiba ditampar Iblis Penagih Jiwa ini.

"Pletak!" Pek Hong menjerit. Ia melihat pedangnya patah, mendengar iblis itu tertawa dan mengejeki kepadanya. Tapi Pek Hong yang kalap dan tak memperdulikan semuanya lalu kembali menerjang dengan pedang yang buntung. Bertubi-tubi menusuk dan melancarkan serangan. Tapi ketika lawan menangkis dan kali ini pedang buntung di tangan Pek Hong mencelat terlempar barulah Pendekar Gurun Neraka berkelebat maju menahan isterinya itu.

"Hong moi, tahan...."

So-beng tertawa pendek. Dua jago itu kini berhadapan. Pendekar Gurun Neraka dengan alis terangkat sedang So-beng dengan sikap acuh tak acuh sama sekali tak menghiraukan ratusan mata yang terbelalak memandangnya. Tak dapat menembus topeng merah di balik wajah iblis pembunuh ini . Dan Pendekar Gurun Neraka yang pertama kalinya baru berhadapan langsung dengan Iblis Penagih Jiwa ini tiba-tiba tergetar dan kaget melihat sinar mata orang yang luar biasa tajam, berkilat penuh tenaga sakti. Tanda memiliki sinkang yang hebat dengan bukti patahnya pedang isterinya di tangan lblis Penagih Jiwa itu. Tapi Pendekar Gurun Neraka yang marah teringat kematian Ta Blok Hwesio tiba-tiba membentak dingin dengan pertanyaan tak senang,

"So-beng, betulkah kau yang membunuh guru isteriku?"

So-berp tertawa. "Tak kusangkal, Pendekar Gurun Neraka, Dan aku juga akan membunuh orang-orang pemberontak bila mereka tak mau menyerah baik-baik."

"Hm, dan kedatanganmu sekarang apakah melindungi orang-orang istana ini?”

"Ha ha, aku datang karena aku dipanggil keponakanku, Pendekar Gurun Neraka. Dan karena kebetulan sri baginda mempercayakan aku untuk mendampingi rombongan Kwik-ciangkun ini maka pertanyaanmu benar. Aku datang untuk membantu bila ada perobertak-pemberontak tak mau menghadap sri baginda dengan cara baik-baik!"

"Bagus!" Bi Lan tiba-tiba melengking, "Kalau begitu boleh kau tangkap aku, Iblis Penagih Jiwa. Aku orang pertama yang menolak keinginan kaisar!" dan menyerang dengan tamparan Tong-tee-kun (Pukulan Mengguncang Bumi) tiba-tiba Bi Lan berkelebat menghantam lawannya ini.

“Dess!" So-beng tak mengelak. Dia sengaja menerima serangan itu, tak menangkis. Tapi ketika tubuhnya tergetar dan kakinya tergeser setengah tindak diapun mendengus dan melompat ke kiri. "Pendekar Gurun Neraka, sebaiknya kau panggil anakmu ini. Kalau tidak aku khawatir ia roboh dengan cara menyakitkan."

Pendekar Gurun Neraka tak menjawab. Dia membiarkan Bi Lan menyerang, cukup percaya dan sekaligus ingin melihat kepandaian Iblis Penagih Jiwa itu. Dan So-beng yang menggeram melihat lawan kembali menerjang dan rupanya di biarkan saja oleh orang tuanya tiba-tiba menangkis kelika Bi Lan melancarkan pukulan ke dua.

"Bocah, robohlah!"

Bi Lan melancarkan Tong-tee-kun nya lagi. Dia girang bahwa lawan tergetar, bagaimanapun tak dapat begitu saja menerima tanpa menangkis. Tapi ketika So-beng bergerak dan kini membentak ke arahnya tiba-tiba Bi Lan kaget ketika merasa kesiur angin dahsyat menahan pukulannya.

"Plak!" Bi Lan terdorong. Ia hampir terjengkang oleh kibasan Sobeng yang kuat. menahan sekaligus mendorong balik pukulan Tong tee-kunnya. Maka berjungkir balik dan berteriak marah tiba-tiba Bi Lan menendangkan kakinya dan mainkan Cap jiu-kun (Silat Sepuluh Kepalan), bertubi-tubi menyerang dan menggempur lawan dengan dahsyat. Tapi ketika lagi-lagi pukulannya membentur hawa tak tampak yang selalu membuat serangannya mental ke arah diri sendiri mendadak Bi Lan melengking dan mainkan Tee-san-ciang (Silat Menggempur Gunung).

"So beng, aku akan merobohkanmu...!"

Iblis Penagih Jiwa itu tersenyum. Dia melihat lawan berkelebat lenyap, mengganti pukulan dan serangan. Tampak bernafsu dan beringas untuk merobohkannya. Maka tertawa dan mulai mendorong-dorongkan kedua lengannya mendadak iblis ini berkata sekali lagi, "Nona, aku yang akan merobohkanmu!" dan ketika tangannya mulai menangkis dan membalas tiba-tiba Bi Lan terdesak dan mundur-mundur. Terhalang oleh tembok hawa yang luar biasa kuat!

"Ah.. !” Bi Lan marah. Ia mencoba mendobrak sambil memekik, masih menerjang dengan pukulan bermacam-macam. Tapi ketika nyata sinkangnya kalah kuat dengan sinkang lawan dan ia mulai terdesak hebat tiba-tiba sebuah totokan mengenai pundaknya dan Bi Lan roboh!

"Bluk!" Bi Lan terbanting. Ia tak dapat bergerak lagi, lemas di atas tanah. Dan Kwik-ciangkun yang melompat maju untuk menangkap gadis ini mengeluarkan talinya dan menggubat Bi Lan sambil tertawa. “Nona, kau tak dapat melawan kami orang-orang istana!"

Tapi sebatang pedang berkelebat menyambar. Ceng Bi membentak dan menyerang panglima itu, menolong puterinya. Dan begitu pedang menyambar dua kali ke tangan panglima ini maka tali tiba-tiba putus dibabat.

"Tas-tas!"

Panglima Kwik terkejut. Dia menyelamatkan tangannya dengan menggulingkan tubuh, berteriak kaget. Dan ketika dia melompat bangun dengan mata terbelalak maka dilihatnya nyonya berusia empat puluhan tahun itu berdiri berapi-api di depan puterinya, telah membebaskan totokan Bi Lan dengan bentakan marah, "Siapa berani mengganggu puteriku?"

Kwik-ciangkun mengkeret. Dia terang tidak berani cuap-cuap, karena yang diandalkan adalah Kui Hoa dan So-beng, juga Kui Lin. Dan semua orang yang sejenak tertegun oleh bentakan wanita gagah ini tiba-tiba melihat Kui Hoa mengibaskan bendera.

"Paman, apakah daftar pemberontak akan ditambah seorang lagi?"

So-beng gugup. Dia rupanya terkejut oleh mata Ceng Bi yang berapi-api, memandangnya dan menantangnya dengan gagah. Tak keder sedikit pun juga dan rupanya siap bertempur mati-matian membela anak! Dan So-beng yang mundur oleh sinar mata isteri Pendekar Gurun Neraka itu tiba tiba mengeluh.

"Hujin, jangan membantu orang bersalah. Kami tidak bermaksud menumpahkan darah di tempat ini!"

"Keparat, siapa membantu orang bersalah, So-beng? Bi Lan adalah puteriku. Aku akan melawan siapa saja yang mengganggunya!"

Pendekar Gurun Neraka mendekati isterinya. "Bi-moi, mundurlah. Biarkan ini aku yang menyelesaikannya!"

Tapi Sin Hong berseru mencegah, "Tidak, biar aku yang maju, ayah. So-beng juga sudah pernah berkenalan denganku!"

Dan Han Ki serta Han Bu yang melompat maju juga berseru, "Benar, sebaiknya kami yang muda-muda mengusir orang orang jahat ini, paman. Biar kalian berdua menonton di pinggir saja!" dan So-beng yang tahu-tahu sudah dikepung di kiri kanan oleh tiga orang pemuda itu tertawa bergelak dan memandang Kui Hoa.

"Bagaimana, Kui Hoa? Perlukah kalian menonton aku dikeroyok? Lihat, keturunan Pendekar Gurun Neraka ini demikian gagah. Mereka siap mengerubut seorang lawan tiga!"

Sin Hong membentak, "Aku tak akan mengeroyokmu, Iblis Penagih Jiwa. Kami hanya menjagamu agar tidak melarikan diri!" lalu, mengangkat lengan pada Han Ki berdua Sin Hong berkata, “Han Ki, sebaiknya kalian minggir dulu. Biar So-beng menjadi lawanku!"

Han Ki mengangguk. Bersama adiknya dia melompat mundur, tidak jauh masih mengelilingi Iblis Penagih Jiwa itu untuk berjaga-jaga agar tidak melarikan diri. Tapi Kui Hoa yang rupanya memimpin rombongan itu dan mengerutkan keningnya tiba-tiba melompat ke depan, mengambil sebuah panah api.

"Pendekar Gurun Neraka, kau sebagai pemimpin di tempat ini sebaiknya tak perlu melawan. Kami hanya pelaksana tugas, pengemban perintah dan mohon; kebijaksanaanmu untuk menyerahkan orang-orang yang masuk dalam daftar pemberontak. Tidak bisakah kau mengatur orang-orangmu? Kami hanya ingin membawa, tidak membunuh atau melukai orang-orang yang dikehendaki sri baginda. Bila kau dapat mengambil kebjaksanaan dengan cerdik kami akan berterima kasih sekali. Tapi kalau tidak maaf. Tiga ribu pasukan khusus yang bersembunyi terpaksa akan datang ke mari dau menangkap dengan jalan kekerasan. Lihat…!” dan Kui Hoa yang meluncurkan panah berapinya ke udara dan meledak memercikkan kembang api warna warni, tiba-tiba disambut suara gemuruh di kaki gunung.

Ribuan orang muncul, bagai hantu-hantu di balik kubur, disusul ringkik kuda yang gaduh. Dan semua mata yang terbelalak melihat kejadian itu tiba-tiba memaki So-beng yang dianggap biang keladinya. Terutama tokoh-tokoh tingkat atas yang maklum bahwa ini semua tentu hasil Kecerdikan Iblis Penagih Jiwa itu, yang memang sudah diketahui sebagai antek Pangeran Fu Chai. Yang pantas saja berani datang! Dan Pendekar Gurun Neraka yang tertegun melihat musuh telah mengepung kaki gunung tiba-tiba mengepalkan tinju dan menjadi marah.

"Bagaimana, Pendekar Gurun Neraka? Masihkah kami harus menunggu keputusanmu?"

Pendekar Gurun Neraka menggeram. Dia sekarang berada dalam posisi yang sulit. Membantu musuh berarti mengkhianati keluarga dan sahabat sendiri sedang melawan berarti dianggap pemberontak, hal yang belum dia sukai pada saat itu karena gerakan di bawah tanah mereka masih harus dilakukan secara diam-diam. Apalagi melawan berarti melibatkan ratusan tamu yaug mungkin harus dikorbankan! Dan bingung oleh dua pilihan yang sama-sama tidak menguntungkan ini mendadak Fan-ciangkun sebagai orang tertuduh pertama melompat maju ke depan, berseru gagah,

"Yap twako, ini adalah urusan pribadi. Kalau sri baginda mengira aku adalah pemberontak biarlah bukti-buktinya akan kutuntut di istana. Aku menyerah!"

Semua orang terkejut. Mereka terbelalak dan kagum akan kegagahan panglima itu, yang berpakaian biasa dan tidak takut akan ancaman lawan. Dan belum Pendekar Gurun Neraka menjawab atau menolak tiba-tiba Bu Wi Hosiang yang sejak tadi tak bersuara dan berdiri di rombongan tamu juga menyeruak sambil mengebutkan jubahnya.

"Omilohud, pinceng juga menyerah mengikuti jejak Fan-ciangkun. Pendekar Gurun Neraka. Agaknya ada sesuatu yang tidak beres di istana. Pinceng juga akan menuntut bukti-buktinya!"

Dan, sedetik setelah seruan ketua Bu-tong itu mendadak Thian Kong Cinjin yang ada di rombongan para tosu juga berkelebat ke depan sambil mengeprukkan tongkatnya. “Bagus, pinto juga menyerah. Pendekar Gurun Nerika. Pinto juga siap menuntut bukti-bukti di istana jika pinto dituduh pemberontak!" dan mengerahkan ilmunya Coan-im jip bit atau ilmu mengirim suara dari jauh ketua Kong thong pai ini berbisik. "Pendekar Gurun Neraka, kami bertiga telah saling memberi isyarat untuk menyerah. Ini kami lakukan untuk tidak menimbulkan korban jiwa di antara tamu-tamumu!”

Lalu sementara Perdedar Gurun Neraka tertegun oleh bisikan Thian Kong Cinjin ini maka Bu Wi Hosiang juga mengirimkan ilmunya dari jauh itu, “Yap sicu, kami sepakat mengikuti orang-orang ini ke kota raja. Selain untuk menyelamatkan orang-orang lain yang tak berdosa ditempat ini juga agar tidak mengganggu upacara pemakaman Ciok-thouw Taihiap. Kau lakukanlah tugasmu dan jangan khawatir tentang nasib kami bertiga!"

Pendekar Gurun Neraka tak dapat bicara. Dia sekarang mendelong memandang tiga orang sahabatnya itu, tamu sekaligus tokoh-tokoh Ho-han-hwe yang dia pimpin. Dan sementara dia mengerutkan kening oleh seruan tiga orang sahabatnya itu mendadak Sin Hong dan Bi Lan yang tadi menentang keras tiba-tiba juga tampil ke depan.

"Ayah, kami menghargai keputusan yang diambil Bu Wi lo-suhu dan teman-temannya itu. Memang benar, kalau kami tak bersalah untuk apa harus takut? Aku dan Bi Lan siap menyertai orang-orang ini. Asal tidak diperlakukan hina atau diborgol!" dan Sin Hong yang membisikkan Coan-im jip bit pada sang ayah sudah menyambung, “Kami mendapat isyarat untuk pura-pura menyerah, ayah. Bu Wi losuhu telah meminta kepadaku untuk mengikuti orang-orang ini. Tapi kami akan memberontak dan meloloskan diri di tengah jalan!"

Pendekar Gurun Neraka menarik napas panjang. Sekarang dia tahu apa yang kiranya terjadi dalam pikiran teman-temannya itu. Terutama Fan-ciangkun yang tahu kesulitannya itu. Yang kiranya tidak menghendaki upacara pemakaman akan hancur di tengah jalan, yang ingin menghormati arwah Ciok-thouw Taihiap dan memberi kesempatan padanya untuk melakukan tugas. Dan sadar hahwa di antara mereka rupanya telah terjalin suatu "komunikasi" di saat orang-orang tertegun melihat pasukan di bawah gunung akhirnya pendekar ini tertawa pahit dan melangkahkan kakinya dua tindak.

"Nona, kiranya orang-orang yang kau kehendaki semuanya telah siap. Dan karena mereka menyerahkan diri dengan suka rela biarlah kau-ambil tindakan sebagaimana mestinya. Tapi mereka tak mau diborgol!"

"Hm, kami memang tak akan memborgol mereka. Pendekar Gurun Neraka. Tapi kami juga tak mau kehilangan mereka. Mereka harus tunduk dan tak boleh melarikan diri.. !" dan Kui Hoa yang mengibaskan benderanya sambi berkelebat maju tahu-tahu telah menotok Sin Hong dan teman-temannya.

"Tuk-tuk-tuk...!"

Sin Hong terbelalak. Dia tak mengelak totokan itu, tahu sampai di mana kekuatan Kui Hoa dan tertawa di dalam hati karena dia dapat membebaskan diri. Tapi ketika Kui Hoa melakukan totokannya dan tak ada orang mengelak karena berpikir sama seperti Sin Hong mendadak lima sinar hitam menyambar jalan darah mereka persis di mana Kui Hoa baru saja melakukan totokannya. Jadi semacam totokan ulang Totokan yang membuat mereka tiba-tiba roboh dan kaget oleh sinar hitam yang hebat bukan main ini. Lima butir batu yang baru ditendangkan So-beng lewat ujung jari kakinya! Dan Sin Hong yang terbelalak marah oleh serangan gelap itu mendengar So-beng tertawa.

"Heh heh, kalian benar-benar harus dibuat tak berkutik, anak muda. Kami tak mau dibuat repot kalau kalian lolos!"

Sin Hong sadar. Sekarang dia dan teman-temarnya tahu, siapa kiranya yang bermain gila melempar batu-batu hitam itu, batu kecil yang menotok jalan darah kelumpuhan di lutut mereka. Yang membuat mereka roboh dan tak berdaya di atas tanah. Tapi karena mereka telah berjanji untuk menyerah dan melawan juga tidak menyakiti mereka selain melumpuhkan itu maka Sin Hong dan teman-temannya tak memberontak. Mereka hanya melotot, tapi Ceng-Bi serta Pek Hong yang melihat anak-anak mereka ditangkap tiba-tiba melompat ke depan dengan senjata terhunus.

"So-beng. Aku tak membiarkan kalian menangkap putera-puteriku. Mereka harus dibebaskan...!"

Pek Hong juga mendentingkan rantai peraknya. "Benar, aku tak membiarkan kalian membawa mereka, Kui Hoa-niocu. Sin Hong dan Bi Lan bukan anak yang boleh kalian bawa selama orang tuanya masih hidup.... tar tarr!" dan Pek Hong yang beringas memandang Iblis Penagih Jiwa itu siap mempertaruhkan nyawa dengan berdiri tegak di depan anaknya.

Pendekar Gurun Neraka terkejut. Semua orang juga kaget, dan keadaan yang tiba-tiba menjadi tegang oleh majunya dua wanita gagah ini seketika menjadi ribut dan gaduh. Tapi Pendekar Gurun Neraka melompat maju, dan menyambar dua lengan isterinya dia berseru, "Hong-moi, Bi-moi, mereka menyerahkan diri karena merasa tak bersalah. Sebaiknya kita biarkan dan tak perlu khawatir akan nasib mereka!"

Ceng Bi membanting kaki. "Aku tak mau melepas anak-anakku, Yap-koko. Sin Hong dan Bi Lan harus dibebaskan!"

"Benar, dan aku heran atas sikapmu, Yap-koko. Kenapa membiarkan anak sendiri ditangkap musuh sementara kau sebagai ayahnya mendelong saja?" Pek Hong membentak, marah pada suaminya dan menghadapi pendekar itu dengan mata berapi-api. Dan Pendekar Gurun Neraka yang jadi bingung oleh kemarahan dua isterinya lalu memberi isyarat.

"Hong-moi, mereka menyerah karena ada sesuatu yang mereka rencanakan. Aku tidak bodoh untuk melepaskan anak-anakku di sarang harimau!"

Pek Hong tak mau mendengar bisikan ini. Ia terus meradang dan melepaskan diri, memutar rantai dan siap menerjang maju dengan muka merah. Tapi persis dia berteriak untuk menyerang lawan maka Sin Hong melepas ilmunya jarak jauh, "ibu, apa yang dikata ayah benar. Kami hanya memasang sikap pura-pura saja. Kami ingin menyelamatkan orang-orang lain yang ada di sini...!"

Dan Bu Wi Hosiang yang juga berseru mempergunakan Coan im-jip-bitnya menyambung lirih, "Tak perlu kau penasaran, hujin. Kami memang pura-pura saja dan sedang memasang sikap. Dua anakmu tak mungkin celaka. Kami akan melindunginya!"

Dan samentara Pek Hong menjublak oleh dua seruan ini maka Ceng Bi juga mendapat peringatan dari Thian Kong Cinjin, "Hujin, tak perlu marah-marah. Kami hanya ingin menyelamatkan tamu-tamu lain di sini dari keganasan So-beng. Mundurlah....!"