Muhammad Ali Meninggal, Dunia Berduka! - Sonny Ogawa

Halaman

    Social Items

Hari ini dunia dikejutkan dengan berita duka, meninggalnya leganda tinju Muhammad Ali akibat komplikasi penyakit Parkinson yang dideritanya.

Muhammad Ali Meninggal Dunia


Kabar meninggalnya Muhammad Ali, pria yang dijuluki sebagai petinju terhebat sepanjang masa, mengundang kesedihan berskala global. Sosok yang pernah tiga kali mengemban posisi juara dunia kelas berat, dicintai oleh banyak orang dari segala umur.



Sebagai petinju, Muhammad Ali mulai melejit sebagai petinju besar sejak meraih medali emas Olimpiade pada 1960.

Ia menghipnotis publik tinju dunia setelah meng-KO petinju Sonny Liston untuk mengklaim gelar pada tahun 1964 pada usia 22 Tahun.


Kehebatannya saat beraksi di atas ring tinju bukanlah satu-satunya daya tarik yang Muhammad Ali miliki semasa hidupnya.

Pada tahun 1965, Ali membuat suatu keputusan besar dalam hidupnya. Ali yang sebelumnya bernama Cassius Marcellus Clay Jr itu menjadikan pengalaman naik hajinya sebagai alasan utama di balik keputusan untuk memeluk agama Islam.

"Saya sudah melewati banyak masa-masa menyenangkan dalam hidup. Akan tetapi tak ada yang bisa mengalahkan rasa kepuasan hati dan ketenangan batin ketika saya menginjakkan kaki di atas Padang Arafah pada saat naik Haji," kata Ali, mengutip dari Saturday Evening Post.

Ali lanjut menjelaskan, bahwa di sanalah ia merasa telah menemukan kesenangan yang tak dapat terlukiskan dan atmosfir spiritual yang tak bisa dijelaskan namun hanya bisa dirasakan.

"Saya dapat merasakan keagungan yang Maha Kuasa, melihat hampir sejuta jemaah haji memohon kepada Allah untuk mengampuni dosa mereka juga memohon karunia-Nya," lanjutnya.

Menurut Ali, pengalaman di mana ia bisa merasakan keagungan Allah dan menyaksikan banyak orang dengan latar belakang ras, kebangsaan dan status sosial yang berbeda menyembah-Nya secara serentak tanpa ada rasa angkuh merupakan suatu bentuk kebahagiaan yang tak terlupakan.

"Islam telah mengajarkan kita semua konsep kesetaraan, dan hal tersebut telah dipraktekkan oleh kaumnya," tambahnya.

Seperti dilansir dari Daily Mail, menjadi seorang Muslim telah membuat Ali berubah menjadi pribadi yang rendah hati dan tidak sombong. Ia berbicara sedikit mengenai prestasinya dan lebih fokus menekankan pentingnya agama Islam, sebagai kekuatan spiritual dalam diri seseorang.

Mengganti namanya menjadi Muhammad Ali juga merupakan langkah besar yang ia sangat banggakan, terlepas dari kicauan media dan publik pada era 60-an yang mayoritas masih konservatif terhadap agama Islam.

Pada tahun 1967 silam, dirinya menolak untuk turut berpartisipasi dalam peperangan AS melawan Vietnam. Alasannya karena ia adalah seorang petinggi dalam agama Islam.

Keputusannya pun berujung pada 'vonis' The New York Athletic Commission yang memberhentikan ijinnya sebagai petinju untuk sementara waktu. Ia juga tak diakui sebagai seorang juara dunia.

Sementara itu, Ali juga berkontribusi besar untuk agama Islam dengan dirinya secara konsisten menceritakan arti agama tersebut baginya dan bagaimana hal menjadi seorang Muslim telah mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Sebagai anggota dari Nation of Islam, ia sering kali berkhotbah tentang perjalanannya menjadi seorang pahlawan kulit hitam di AS yang beragama Islam.

Semasa hidupnya, ia terus menyalurkan ilmu tentang Islam melalui jalur pendidikan dan ia pun terdaftar sebagai kontributor utama yang membiayai lembaga Islam seperti, Masjid al-Faatir, masjid pertama di kota Chicago, negara bagian Illinois, AS.

Muhammad Ali diketahui berkeinginan untuk mendekatkan orang lain kepada Allah.

Membela Islam
Beberapa waktu lalu sebelum tutup usia, Muhammad Ali sempat melontarkan kritikannya terhadap Donald Trump atas kebijakannya melarang muslim masuk AS apabila kelak terpilih menjadi kepala negara.

"Saya adalah seorang Muslim. Apa yang dilakukan di Paris, San Bernardino, atau di bagian dunia manapun bukanlah aksi dan sikap yang mencerminkan Islam. Semua itu bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Islam," ungkapnya, seperti dikutip dari The Guardian.

Ali memandang pelarangan untuk kalangan Muslim masuk AS adalah suatu bentuk upaya untuk menjauhkan orang dari Islam dan ajarannya.

"Mereka telah mengisolasi Islam. Seorang Muslim yang sesungguhnya tidak mungkin melakukan kekerasan dan pastinya tahu bahwa Islam mengajarkan kita untuk tidak memaksakan kehendak orang lain,”terangnya.

***
Selain dikenal sebagai sosok legendaris karena kemampuan bertinjunya, ternyata ada beberapa hal tentang Muhammad Ali yang jarang diketahui publik, seperti yang dilansir CNN berikut ini.


1. Berganti nama lebih dari sekali
Mungkin Anda hanya tahu bahwa Cassius Clay memilih mengganti nama menjadi Muhammad Ali ketik memeluk Islam di dekade 1960-an.

Padahal sebelumnya, Cassius sempat mengganti namanya menjadi Cassius X sebelum bertemu dengan tokoh politik Islam Amerika Serikat (AS), Elijah Muhammad.

Hal yang mengejutkan adalah nama Muhammad Ali awalnya hendak diberikan Elijah kepada aktivis pergerakan kaum kulit hitam Malcolm X, yang juga memeluk Islam, namun sesaat kemudian tewas dibunuh penentangnya.

2. Seorang sufi
Ada tudingan yang menyebut penggantian nama Cassius ke Muhammad Ali adalah sebagai upaya mengelak dari kewajiban menjalani wajib militer yang berlaku bagi pria warga negara AS kala itu.

Namun, secara mengejutkan Ali justru mengatakan di tahun 2005, bahwa dirinya merupakan seorang sufi.

Ali terpukau dengan sufisme karena aliran ini berprinsip, seseorang yang menyakiti orang lain, ia turut menyakit kemanusiaan secara luas.

Pandangan ini kemudian yang menjadikan Ali sebagai sosok yang universalis.

3. Menahan luka saat di atas ring
Ketika memutuskan kembali bertanding di atas ring tinju pada 26 Oktober 1970 silam, Ali mendadak mengalami luka pada otot sekitar beberapa hari sebelum hari-H.

Namun, Ali menolak untuk menjadwal ulang pertandingan tersebut, dan bersikukuh kuat menghadapinya.

Tekadnya terbukti. Ia akhirnya berhasil menang atas KO di ronde ketiga melawan juara tinju kelas berat saat itu, Jerry Quarry.

4. Ambil pelajaran dari penyakit parkinson
Ketika terdeteksi menderita gejala penyakit parkinson di usia 42 pada 1984 silam, Ali pun perlahan berubah menjadi sosok yang tidak lagi lantang dalam menyuarakan pendapat.

Secara perlahan, Ali berubah menjadi sosok yang lebih obyektif, terutama terkait dengan kian kuatnya keyakinan dirinya terhadap aliran sufisme.

5. Pesulap amatir
Dalam masa-masa melewati pengobatan penyakit parkinson yang dideritanya, diam-diam Ali mempelajari 'prestidigitasi' atau kemahiran teknik sulap tangan.

Suatu hal yang menyenangkan di balik kelabunya masa-masa mengidap penyakit parkinson.

Petinju legendaris Muhammad Ali itu kini tinggal kenangan, ia tutup usia pada tanggal 3 Juni 2016 di Phoenix, Arizona, AS setelah lama menderita penyakit parkinson.

Selamat jalan Muhammad Ali. Doa kami semua menyertaimu.

Sumber: Liputan6.com

Muhammad Ali Meninggal, Dunia Berduka!

Hari ini dunia dikejutkan dengan berita duka, meninggalnya leganda tinju Muhammad Ali akibat komplikasi penyakit Parkinson yang dideritanya.

Muhammad Ali Meninggal Dunia


Kabar meninggalnya Muhammad Ali, pria yang dijuluki sebagai petinju terhebat sepanjang masa, mengundang kesedihan berskala global. Sosok yang pernah tiga kali mengemban posisi juara dunia kelas berat, dicintai oleh banyak orang dari segala umur.



Sebagai petinju, Muhammad Ali mulai melejit sebagai petinju besar sejak meraih medali emas Olimpiade pada 1960.

Ia menghipnotis publik tinju dunia setelah meng-KO petinju Sonny Liston untuk mengklaim gelar pada tahun 1964 pada usia 22 Tahun.


Kehebatannya saat beraksi di atas ring tinju bukanlah satu-satunya daya tarik yang Muhammad Ali miliki semasa hidupnya.

Pada tahun 1965, Ali membuat suatu keputusan besar dalam hidupnya. Ali yang sebelumnya bernama Cassius Marcellus Clay Jr itu menjadikan pengalaman naik hajinya sebagai alasan utama di balik keputusan untuk memeluk agama Islam.

"Saya sudah melewati banyak masa-masa menyenangkan dalam hidup. Akan tetapi tak ada yang bisa mengalahkan rasa kepuasan hati dan ketenangan batin ketika saya menginjakkan kaki di atas Padang Arafah pada saat naik Haji," kata Ali, mengutip dari Saturday Evening Post.

Ali lanjut menjelaskan, bahwa di sanalah ia merasa telah menemukan kesenangan yang tak dapat terlukiskan dan atmosfir spiritual yang tak bisa dijelaskan namun hanya bisa dirasakan.

"Saya dapat merasakan keagungan yang Maha Kuasa, melihat hampir sejuta jemaah haji memohon kepada Allah untuk mengampuni dosa mereka juga memohon karunia-Nya," lanjutnya.

Menurut Ali, pengalaman di mana ia bisa merasakan keagungan Allah dan menyaksikan banyak orang dengan latar belakang ras, kebangsaan dan status sosial yang berbeda menyembah-Nya secara serentak tanpa ada rasa angkuh merupakan suatu bentuk kebahagiaan yang tak terlupakan.

"Islam telah mengajarkan kita semua konsep kesetaraan, dan hal tersebut telah dipraktekkan oleh kaumnya," tambahnya.

Seperti dilansir dari Daily Mail, menjadi seorang Muslim telah membuat Ali berubah menjadi pribadi yang rendah hati dan tidak sombong. Ia berbicara sedikit mengenai prestasinya dan lebih fokus menekankan pentingnya agama Islam, sebagai kekuatan spiritual dalam diri seseorang.

Mengganti namanya menjadi Muhammad Ali juga merupakan langkah besar yang ia sangat banggakan, terlepas dari kicauan media dan publik pada era 60-an yang mayoritas masih konservatif terhadap agama Islam.

Pada tahun 1967 silam, dirinya menolak untuk turut berpartisipasi dalam peperangan AS melawan Vietnam. Alasannya karena ia adalah seorang petinggi dalam agama Islam.

Keputusannya pun berujung pada 'vonis' The New York Athletic Commission yang memberhentikan ijinnya sebagai petinju untuk sementara waktu. Ia juga tak diakui sebagai seorang juara dunia.

Sementara itu, Ali juga berkontribusi besar untuk agama Islam dengan dirinya secara konsisten menceritakan arti agama tersebut baginya dan bagaimana hal menjadi seorang Muslim telah mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Sebagai anggota dari Nation of Islam, ia sering kali berkhotbah tentang perjalanannya menjadi seorang pahlawan kulit hitam di AS yang beragama Islam.

Semasa hidupnya, ia terus menyalurkan ilmu tentang Islam melalui jalur pendidikan dan ia pun terdaftar sebagai kontributor utama yang membiayai lembaga Islam seperti, Masjid al-Faatir, masjid pertama di kota Chicago, negara bagian Illinois, AS.

Muhammad Ali diketahui berkeinginan untuk mendekatkan orang lain kepada Allah.

Membela Islam
Beberapa waktu lalu sebelum tutup usia, Muhammad Ali sempat melontarkan kritikannya terhadap Donald Trump atas kebijakannya melarang muslim masuk AS apabila kelak terpilih menjadi kepala negara.

"Saya adalah seorang Muslim. Apa yang dilakukan di Paris, San Bernardino, atau di bagian dunia manapun bukanlah aksi dan sikap yang mencerminkan Islam. Semua itu bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Islam," ungkapnya, seperti dikutip dari The Guardian.

Ali memandang pelarangan untuk kalangan Muslim masuk AS adalah suatu bentuk upaya untuk menjauhkan orang dari Islam dan ajarannya.

"Mereka telah mengisolasi Islam. Seorang Muslim yang sesungguhnya tidak mungkin melakukan kekerasan dan pastinya tahu bahwa Islam mengajarkan kita untuk tidak memaksakan kehendak orang lain,”terangnya.

***
Selain dikenal sebagai sosok legendaris karena kemampuan bertinjunya, ternyata ada beberapa hal tentang Muhammad Ali yang jarang diketahui publik, seperti yang dilansir CNN berikut ini.


1. Berganti nama lebih dari sekali
Mungkin Anda hanya tahu bahwa Cassius Clay memilih mengganti nama menjadi Muhammad Ali ketik memeluk Islam di dekade 1960-an.

Padahal sebelumnya, Cassius sempat mengganti namanya menjadi Cassius X sebelum bertemu dengan tokoh politik Islam Amerika Serikat (AS), Elijah Muhammad.

Hal yang mengejutkan adalah nama Muhammad Ali awalnya hendak diberikan Elijah kepada aktivis pergerakan kaum kulit hitam Malcolm X, yang juga memeluk Islam, namun sesaat kemudian tewas dibunuh penentangnya.

2. Seorang sufi
Ada tudingan yang menyebut penggantian nama Cassius ke Muhammad Ali adalah sebagai upaya mengelak dari kewajiban menjalani wajib militer yang berlaku bagi pria warga negara AS kala itu.

Namun, secara mengejutkan Ali justru mengatakan di tahun 2005, bahwa dirinya merupakan seorang sufi.

Ali terpukau dengan sufisme karena aliran ini berprinsip, seseorang yang menyakiti orang lain, ia turut menyakit kemanusiaan secara luas.

Pandangan ini kemudian yang menjadikan Ali sebagai sosok yang universalis.

3. Menahan luka saat di atas ring
Ketika memutuskan kembali bertanding di atas ring tinju pada 26 Oktober 1970 silam, Ali mendadak mengalami luka pada otot sekitar beberapa hari sebelum hari-H.

Namun, Ali menolak untuk menjadwal ulang pertandingan tersebut, dan bersikukuh kuat menghadapinya.

Tekadnya terbukti. Ia akhirnya berhasil menang atas KO di ronde ketiga melawan juara tinju kelas berat saat itu, Jerry Quarry.

4. Ambil pelajaran dari penyakit parkinson
Ketika terdeteksi menderita gejala penyakit parkinson di usia 42 pada 1984 silam, Ali pun perlahan berubah menjadi sosok yang tidak lagi lantang dalam menyuarakan pendapat.

Secara perlahan, Ali berubah menjadi sosok yang lebih obyektif, terutama terkait dengan kian kuatnya keyakinan dirinya terhadap aliran sufisme.

5. Pesulap amatir
Dalam masa-masa melewati pengobatan penyakit parkinson yang dideritanya, diam-diam Ali mempelajari 'prestidigitasi' atau kemahiran teknik sulap tangan.

Suatu hal yang menyenangkan di balik kelabunya masa-masa mengidap penyakit parkinson.

Petinju legendaris Muhammad Ali itu kini tinggal kenangan, ia tutup usia pada tanggal 3 Juni 2016 di Phoenix, Arizona, AS setelah lama menderita penyakit parkinson.

Selamat jalan Muhammad Ali. Doa kami semua menyertaimu.

Sumber: Liputan6.com