Stop Mengeluh dan Menyalahkan Tuhan - Sonny Ogawa

Halaman

    Social Items

Ketika kita ditimpa musibah, bencana, atau keadaan yang sulit, banyak dari kita yang meratapi nasib dan menyalahkan Tuhan.

"Kenapa harus saya yang mengalami ini? Kenapa bukan orang lain saja? Apa salah saya hingga Tuhan membiarkan saya mengalami musibah ini?"

"Bagaimana saya bisa melanjutkan hidup dalam keadaan seperti ini? Mengapa hidup orang lain tampak begitu mulus dan mudah, sedangkan saya tidak?"

"Ah, Tuhan tidak adil...!!!

Seringkali kita sulit menerima manakala di hadapkan pada sebuah kenyataan pahit. Do'a yang kita panjatkan sudah maksimal, namun apa yang terjadi tidak sesuai harapan. Terkadang kita cenderung bersikap putus asa, merasa diri tidak "disayangi" juga sikap tidak menerima takdir. Kondisi ini terkadang menimbulkan prasangka buruk kepada Tuhan.

Stop mengeluh dan menyalahkan Tuhan

Sahabat pembaca sonnyogawa.com...

"Mungkinkah Tuhan tidak bertindak adil? Atau, mungkin dalam hati kecil anda sering berprasangka bahwa Tuhan telah berbuat tidak adil karena musibah yang tengah menimpa anda?"

Untuk menjawab semua pertanyaan diatas, saya akan berbagi cerita yang mungkin bisa diambil hikmahnya...

Alkisah dijaman dahulu hiduplah seorang janda bersama seorang anaknya. Mereka hanya hidup berdua saja dan tidaklah aneh kalau janda itu amat mencinta anaknya. Janda itu hidup saleh dan taat beribadah, tak pernah lupa bersembahyang untuk mohon doa restu dari tuhan.

Pada suatu hari ketika ia sedang mencari kayu bakar di hutan bersama anaknya yang masih berusia 4 tahun, tiba-tiba muncul seekor harimau dan menerkam anaknya sehingga anak itu tewas dengan tubuh penuh luka.

Janda itu merasa hancur hatinya dan ia merasa bahwa Tuhan telah berlaku tidak adil kepadanya. Mengapa bukan ia yang diterkam harimau, melainkan anaknya yang sama sekali belum mengenal dosa?

Dengan tekad besar ia pun pergi ke tempat tinggal para dewa untuk memohon agar diperkenankan menghadap Tuhan untuk menyampaikan protesnya. Dia di terima oleh kepala dewa dan ketika janda itu menyampaikan permohonannya, kepala dewa berkata kepadanya, “Nyai...Tidak mudah untuk dapat menghadap Tuhan. Sebelum Nyai menghadap Tuhan, marilah lebih dulu Nyai melihat layar masa depan, setelah itu barulah Nyai tentukan apakah ingin menghadap Tuhan ataukah tidak.”

Janda itu menurut saja ketika diajak ke sebuah taman. Dari taman yang letaknya tinggi itu ia dapat melihat kota-kota dan desa terbentang luas di hadapannya. Kemudian, ia melihat seorang pemuda menunggang kuda dan pemuda itu dengan buas dan kejam membunuhi banyak orang sambil merampasi barang-barang berharga milik mereka.

Pemuda itu begitu kuat, siapa yang berani maju melawannya tentu dibunuhnya dan dia tidak pandang bulu dalam membunuh. Wanita dan anak-anak juga dibunuhnya secara kejam, melihat ini, janda yang lembut dan baik hati itu tidak tega menyaksikan lebih lama lagi. Dia menutupi kedua matanya dan mengeluh, “Aduh Gusti, untuk apa saya harus melihat segala kekejaman yang tiada taranya ini? Apa hubungannya dengan permohonan saya agar anak saya yang terkasih itu dihidupkan kembali?”

Kepala Dewa yang menyertainya segera menutup layar masa depan dan berkata, “Nyai...ketahuilah bahwa anak muda itu bukan lain adalah anakmu sendiri setelah menjadi dewasa. Karena Nyai seorang yang hidup saleh dan taat beribadah, maka Tuhan tidak tega untuk menghancurkan perasaan hati Nyai menyaksikan apa yang akan terjadi dengan anakmu setelah dewasa nanti. Karena itulah, maka selagi masih kecil anakmu dimatikan, agar Nyai terbebas dari derita bathin yang maha hebat. Nah, sekarang terserah kepada Nyai. Apakah Nyai masih ingin menghadap Tuhan untuk minta agar anakmu dihidupkan kembali?”

Sambil bercucuran air mata, janda itu menggelengkan kepalanya dan menjerit, "Tidaaaak...! Biarkan anak itu mati. Aku tidak ingin melihat dia menjadi dewasa dan jahat seperti itu. Kini aku mengerti mengapa Tuhan mematikannya, karena kehendak-Nya selalu benar”

Dari cerita diatas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa, semua yang ditetapkan oleh Tuhan adalah yang terbaik. Walaupun kita mungkin belum tahu atau tidak mengetahui kebaikan yang ada dibalik semua ketentuan yang di tetapkan untuk kita.

Tidak ada suatu apapun yang kebetulan di dunia ini. Segalanya telah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Sekecil apapun kejadian itu, tentu merupakan kehendak-Nya. Tuhan selalu punya alasan mengapa Tuhan memberikan keadaan demikian kepada kita. Sesungguhnya Tuhan ingin kita mempelajari hikmah dari kejadian tersebut. Tuhan tidak akan memberi cobaan yang tidak bisa dilewati oleh hamba-Nya.

Percayalah...

Setiap kesukaran yang kita alami adalah semata-mata kesempatan untuk mengasah kita menjadi pribadi yang lebih kuat. Jadi, mulai saat ini, Stop mengeluh dan menyalahkan Tuhan!

Oke, semoga tulisan ini bermanfaat untuk anda. Jika anda suka dengan artikel ini, mohon Klik Tombol Share Sosial Media dibawah agar temen-temen anda juga bisa ikut membaca tulisan ini

Stop Mengeluh dan Menyalahkan Tuhan

Ketika kita ditimpa musibah, bencana, atau keadaan yang sulit, banyak dari kita yang meratapi nasib dan menyalahkan Tuhan.

"Kenapa harus saya yang mengalami ini? Kenapa bukan orang lain saja? Apa salah saya hingga Tuhan membiarkan saya mengalami musibah ini?"

"Bagaimana saya bisa melanjutkan hidup dalam keadaan seperti ini? Mengapa hidup orang lain tampak begitu mulus dan mudah, sedangkan saya tidak?"

"Ah, Tuhan tidak adil...!!!

Seringkali kita sulit menerima manakala di hadapkan pada sebuah kenyataan pahit. Do'a yang kita panjatkan sudah maksimal, namun apa yang terjadi tidak sesuai harapan. Terkadang kita cenderung bersikap putus asa, merasa diri tidak "disayangi" juga sikap tidak menerima takdir. Kondisi ini terkadang menimbulkan prasangka buruk kepada Tuhan.

Stop mengeluh dan menyalahkan Tuhan

Sahabat pembaca sonnyogawa.com...

"Mungkinkah Tuhan tidak bertindak adil? Atau, mungkin dalam hati kecil anda sering berprasangka bahwa Tuhan telah berbuat tidak adil karena musibah yang tengah menimpa anda?"

Untuk menjawab semua pertanyaan diatas, saya akan berbagi cerita yang mungkin bisa diambil hikmahnya...

Alkisah dijaman dahulu hiduplah seorang janda bersama seorang anaknya. Mereka hanya hidup berdua saja dan tidaklah aneh kalau janda itu amat mencinta anaknya. Janda itu hidup saleh dan taat beribadah, tak pernah lupa bersembahyang untuk mohon doa restu dari tuhan.

Pada suatu hari ketika ia sedang mencari kayu bakar di hutan bersama anaknya yang masih berusia 4 tahun, tiba-tiba muncul seekor harimau dan menerkam anaknya sehingga anak itu tewas dengan tubuh penuh luka.

Janda itu merasa hancur hatinya dan ia merasa bahwa Tuhan telah berlaku tidak adil kepadanya. Mengapa bukan ia yang diterkam harimau, melainkan anaknya yang sama sekali belum mengenal dosa?

Dengan tekad besar ia pun pergi ke tempat tinggal para dewa untuk memohon agar diperkenankan menghadap Tuhan untuk menyampaikan protesnya. Dia di terima oleh kepala dewa dan ketika janda itu menyampaikan permohonannya, kepala dewa berkata kepadanya, “Nyai...Tidak mudah untuk dapat menghadap Tuhan. Sebelum Nyai menghadap Tuhan, marilah lebih dulu Nyai melihat layar masa depan, setelah itu barulah Nyai tentukan apakah ingin menghadap Tuhan ataukah tidak.”

Janda itu menurut saja ketika diajak ke sebuah taman. Dari taman yang letaknya tinggi itu ia dapat melihat kota-kota dan desa terbentang luas di hadapannya. Kemudian, ia melihat seorang pemuda menunggang kuda dan pemuda itu dengan buas dan kejam membunuhi banyak orang sambil merampasi barang-barang berharga milik mereka.

Pemuda itu begitu kuat, siapa yang berani maju melawannya tentu dibunuhnya dan dia tidak pandang bulu dalam membunuh. Wanita dan anak-anak juga dibunuhnya secara kejam, melihat ini, janda yang lembut dan baik hati itu tidak tega menyaksikan lebih lama lagi. Dia menutupi kedua matanya dan mengeluh, “Aduh Gusti, untuk apa saya harus melihat segala kekejaman yang tiada taranya ini? Apa hubungannya dengan permohonan saya agar anak saya yang terkasih itu dihidupkan kembali?”

Kepala Dewa yang menyertainya segera menutup layar masa depan dan berkata, “Nyai...ketahuilah bahwa anak muda itu bukan lain adalah anakmu sendiri setelah menjadi dewasa. Karena Nyai seorang yang hidup saleh dan taat beribadah, maka Tuhan tidak tega untuk menghancurkan perasaan hati Nyai menyaksikan apa yang akan terjadi dengan anakmu setelah dewasa nanti. Karena itulah, maka selagi masih kecil anakmu dimatikan, agar Nyai terbebas dari derita bathin yang maha hebat. Nah, sekarang terserah kepada Nyai. Apakah Nyai masih ingin menghadap Tuhan untuk minta agar anakmu dihidupkan kembali?”

Sambil bercucuran air mata, janda itu menggelengkan kepalanya dan menjerit, "Tidaaaak...! Biarkan anak itu mati. Aku tidak ingin melihat dia menjadi dewasa dan jahat seperti itu. Kini aku mengerti mengapa Tuhan mematikannya, karena kehendak-Nya selalu benar”

Dari cerita diatas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa, semua yang ditetapkan oleh Tuhan adalah yang terbaik. Walaupun kita mungkin belum tahu atau tidak mengetahui kebaikan yang ada dibalik semua ketentuan yang di tetapkan untuk kita.

Tidak ada suatu apapun yang kebetulan di dunia ini. Segalanya telah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Sekecil apapun kejadian itu, tentu merupakan kehendak-Nya. Tuhan selalu punya alasan mengapa Tuhan memberikan keadaan demikian kepada kita. Sesungguhnya Tuhan ingin kita mempelajari hikmah dari kejadian tersebut. Tuhan tidak akan memberi cobaan yang tidak bisa dilewati oleh hamba-Nya.

Percayalah...

Setiap kesukaran yang kita alami adalah semata-mata kesempatan untuk mengasah kita menjadi pribadi yang lebih kuat. Jadi, mulai saat ini, Stop mengeluh dan menyalahkan Tuhan!

Oke, semoga tulisan ini bermanfaat untuk anda. Jika anda suka dengan artikel ini, mohon Klik Tombol Share Sosial Media dibawah agar temen-temen anda juga bisa ikut membaca tulisan ini