Cita-cita - Sonny Ogawa

Halaman

    Social Items

Cita-Cita

Cita-cita adalah keinginan, tujuan, atau harapan yang selalu ada dalam pikiran dan selalu berusaha untuk mendapatkan yang belum diperoleh.

Baik atau buruk sebuah cita-cita tergantung dari cara mendapatkan cita-cita tersebut. Namun akan sangat berbahaya kalau untuk mencapai sebuah cita-cita dengan menghalalkan segala cara, sehingga untuk mencapai apa yang dicita-citakan, orang tidak segan melakukan cara apapun. Jadi yang menentukan bukanlah bercita-cita yang muluk, melainkan caranya, pelaksanaannya, pekerjaannya dan sifat pekerjaannya itu. Baik atau buruk, benar atau salah, adalah caranya. Tidak mungkin cara yang jahat menghasilkan sesuatu yang baik. Kalau sedang bekerja mencari nafkah, bekerjalah yang baik dan benar, karena itulah yang menentukan hasilnya dan yang melakukan cara yang baik dan benar, hasilnya tentu baik dan benar pula. Sebaliknya kalau hanya mementingkan cita-cita atau tujuan, orang dapat terseret ke dalam cara yang buruk dan salah seperti penipu, korupsi, dan pengkhianatan.

Terkadang Kita sering mendengar orang mengatakan bahwa tanpa cita-cita, hidup akan terasa hampa dan tidak akan memperoleh kemajuan?

Ungkapan seperti itu hanya dilakukan oleh orang yang menganggap bahwa yang terpenting dalam hidup ini adalah mencari kemajuan yang berarti bisa berupa kekayaan atau kedudukan. Orang yang meningkat kekayaannya atau kedudukannya dianggap maju. Karena itu, dalam mengejar cita-cita untuk memperbanyak kekayaan dan mempertinggi kedudukan orang sering menjadi lupa diri, melakukan korupsi, saling berebut dan saling bermusuhan. Orang lupa bahwa kedudukan tinggi atau kekayaan yang melimpah sama sekali bukan ukuran orang untuk hidup bahagia dan tenteram lahir batin. Cita-cita itu baru dapat dinilai bersih kalau ditujukan untuk kepentingan orang banyak. Selama cita-cita itu untuk kepentingan pribadi, maka sesungguhnya dia telah menuruti dorongan hawa nafsu yang cenderung selalu mengejar kesenangan jasmani. mengejar keinginan nafsu berupa kesenangan jasmani akan senantiasa menyeret orang untuk melakukan segala macam perbuatan jahat demi mencapai apa yang dicita-citakan.

Lalu bagaimana jika ada yang bercita- cita menjadi orang yang baik?
Apakah tidak berguna dan salah karena menjurus ke arah menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, yaitu kebaikan?


Kebaikan atau kebajikan adalah suatu sikap hidup terhadap orang lain yang datang dari perasaan hati sanubari. Kebajikan yang dilakukan dengan cara yang disengaja adalah kebajikan yang dibuat-buat. Mengejar cita-cita agar kita menjadi orang baik hanya akan membuat kita menjadi seorang munafik yang hanya baik pada lahirnya saja yang sering bahkan berlawanan dengan keadaan batinnya. Mengejar kebaikan berarti kita mengejar pendapat orang agar kita dianggap sebagai orang baik, dan kalau sudah begitu, kita menghalalkan segala cara agar dapat dianggap baik. karena kebaikan bukan merupakan tujuan, kebaikan bukan mengharapkan pamrih, kebaikan adalah suatu sifat yang timbul dari hati sanubari. Hati sanubari yang sudah dihuni Kasih sejati akan memancarkan sikap dan perbuatan yang baik. Bukan cita-cita menjadi baik yang "penting", melainkan saat ini, esok dan saat yang akan datang tidak ada lagi nafsu jahat menguasai diri lahir dan batin.


Cita-cita

Cita-Cita

Cita-cita adalah keinginan, tujuan, atau harapan yang selalu ada dalam pikiran dan selalu berusaha untuk mendapatkan yang belum diperoleh.

Baik atau buruk sebuah cita-cita tergantung dari cara mendapatkan cita-cita tersebut. Namun akan sangat berbahaya kalau untuk mencapai sebuah cita-cita dengan menghalalkan segala cara, sehingga untuk mencapai apa yang dicita-citakan, orang tidak segan melakukan cara apapun. Jadi yang menentukan bukanlah bercita-cita yang muluk, melainkan caranya, pelaksanaannya, pekerjaannya dan sifat pekerjaannya itu. Baik atau buruk, benar atau salah, adalah caranya. Tidak mungkin cara yang jahat menghasilkan sesuatu yang baik. Kalau sedang bekerja mencari nafkah, bekerjalah yang baik dan benar, karena itulah yang menentukan hasilnya dan yang melakukan cara yang baik dan benar, hasilnya tentu baik dan benar pula. Sebaliknya kalau hanya mementingkan cita-cita atau tujuan, orang dapat terseret ke dalam cara yang buruk dan salah seperti penipu, korupsi, dan pengkhianatan.

Terkadang Kita sering mendengar orang mengatakan bahwa tanpa cita-cita, hidup akan terasa hampa dan tidak akan memperoleh kemajuan?

Ungkapan seperti itu hanya dilakukan oleh orang yang menganggap bahwa yang terpenting dalam hidup ini adalah mencari kemajuan yang berarti bisa berupa kekayaan atau kedudukan. Orang yang meningkat kekayaannya atau kedudukannya dianggap maju. Karena itu, dalam mengejar cita-cita untuk memperbanyak kekayaan dan mempertinggi kedudukan orang sering menjadi lupa diri, melakukan korupsi, saling berebut dan saling bermusuhan. Orang lupa bahwa kedudukan tinggi atau kekayaan yang melimpah sama sekali bukan ukuran orang untuk hidup bahagia dan tenteram lahir batin. Cita-cita itu baru dapat dinilai bersih kalau ditujukan untuk kepentingan orang banyak. Selama cita-cita itu untuk kepentingan pribadi, maka sesungguhnya dia telah menuruti dorongan hawa nafsu yang cenderung selalu mengejar kesenangan jasmani. mengejar keinginan nafsu berupa kesenangan jasmani akan senantiasa menyeret orang untuk melakukan segala macam perbuatan jahat demi mencapai apa yang dicita-citakan.

Lalu bagaimana jika ada yang bercita- cita menjadi orang yang baik?
Apakah tidak berguna dan salah karena menjurus ke arah menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, yaitu kebaikan?


Kebaikan atau kebajikan adalah suatu sikap hidup terhadap orang lain yang datang dari perasaan hati sanubari. Kebajikan yang dilakukan dengan cara yang disengaja adalah kebajikan yang dibuat-buat. Mengejar cita-cita agar kita menjadi orang baik hanya akan membuat kita menjadi seorang munafik yang hanya baik pada lahirnya saja yang sering bahkan berlawanan dengan keadaan batinnya. Mengejar kebaikan berarti kita mengejar pendapat orang agar kita dianggap sebagai orang baik, dan kalau sudah begitu, kita menghalalkan segala cara agar dapat dianggap baik. karena kebaikan bukan merupakan tujuan, kebaikan bukan mengharapkan pamrih, kebaikan adalah suatu sifat yang timbul dari hati sanubari. Hati sanubari yang sudah dihuni Kasih sejati akan memancarkan sikap dan perbuatan yang baik. Bukan cita-cita menjadi baik yang "penting", melainkan saat ini, esok dan saat yang akan datang tidak ada lagi nafsu jahat menguasai diri lahir dan batin.