Pedang Pusaka Naga Putih Jilid 10 - Sonny Ogawa

Halaman

    Social Items

PEDANG PUSAKA NAGA PUTIH JILID 10

Sementara itu, Hong Ing yang bermata tajam melihat sesosok bayangan tubuh melayang-layang di atas genteng. Diam-diam nona ini melayang ke atas mengejar. Alangkah marahnya ketika dilihatnya bahwa bayangan itu tidak lain dari wanita buruk yang merampas kembangnya dan bertempur dengannya siang tadi! Setan perempuan itu sedang mencari-cari dari atas genteng dengan pedang dan kebutannya di kedua tangan.

"Siluman perempuan, kau berani datang mengacau?" teriak Hong Ing.

Perempuan itu memperlihatkan senyum mengejek. "Eh, kau juga berada di sini, siangkong? Jangan kau turut campur urusanku."

"Kau kira aku takut padamu?" bentak Hong Ing yang segera menyerang dengan siang-kiamnya.

Lawannya memperdengarkan suara menghina dan mereka segera bertempur seru. Han Liong biarpun sedang dikeroyok oleh kedua suhengnya, namun ia masih dapat memperhatikan keadaan yang terjadi di sekelilingnya. Maka ketika Hong Ing melayang ke atas genteng, hal itu tak terlepas dari pandanyanya. Ia merasa khawatir akan keselamatan adiknya yang nakal dan suka mencari onar itu, maka sambil berkata,

"Maaf, jiwi suheng, siauwte tak dapat melayani kalian lebih lama lagi."

Tubuhnya lalu melambung ke atas langsung ke tempat Hong Ing tadi melompat. Tetapi kedua suheng itu yang hendak menuntut keterangan dan penjelasan dari pemuda ini, segera melompat mengejarnya!

Mereka bertiga melihat betapa Hong Ing terdesak hebat oleh seorang perempuan berwajah buruk yang memainkan pedang dan kebutan secara dahsyat sekali. Melihat perempuan itu. Bhok Kian Eng dan Bie Cauw Giok berbareng mengeluarkan seruan kaget,

"Ji-siauw-molie!"

Tapi Han Liong tak perdulikan sebutan Setan Perempuan Muda Kedua ini, hanya segera tangannya bergerak menyambar ke arah perempuan itu. Perempuan itu berseru terkejut karena kebutannya hampir saja terlepas dari tangannya ketika terkena sambaran angin pukulan Han Liong. Ia melirik sekilas dan tertawa menghina.

"Hm, bagus! Kalian semua sudah berkumpul menjaga pemberontak tua she Siok? Baik sekali, kami takkan datang percuma kalau begini. Nah, tunggulah, besok diwaktu pengantin bertemu, kami akan kembali main-main dengan kalian!"

Sehabis berkata demikian, ia menggerakkan tubuhnya dan menghilang. Hong Ing hendak mengejar, tapi Bhok Kian Eig berkata.

"Jangan kejar!" Suaranya menunjukkan kekhawatiran besar, maka Han Liong dan Hong Ing menjadi heran. Tapi orang she Bhok itu memberi tanda supaya mereka semua turun. Para tamu di ruang itu semua tampak pucat dan ketakutan, bahkan para jago silat juga tampak gelisah. Hanya tuan rumah yang lemah dan tua itu saja kelihatan tenang dan sedang mencoba untuk menenteramkan hati para tamunya. Melihat semangat dan ketabahan orang tua she Siok ini, mau tak mau Han Liong dan Hong Ing merasa kagum juga.

"He, anak muda. Sebelum kita bicara lebih lanjut, kami harap kau memberi penjelasan padaku tentang keadaan dirimu yang mengaku menjadi suteku ini," kata Bhok Kian Eng.

"Siauwte memang benar murid Liok-tee Sin-mo, dan siauwte bahkan sudah bertemu dengan twa-suheng Lie Kiam. Kedatangan siauwte ke sini juga atas suruhan twa-suheng. Mungkin suhu belum pernah memberitahu kepadamu, suheng, maka tidak kenal pada siauwte,"

Bhok Kian Eng menganguk-angguk dan diam-diam girang mempunyai seorang adik seperguruan yang demikian cekatan, tapi ia masih belum puas mengapa adik seperguruannya ini lebih pandai darinya!

"Saudara, kalau kau benar sute diri Bhok enghiong, mengapa kau juga mengaku menjadi suteku? Bukankah ini aneh dan bohong belaka?" tiba-tiba Bie Cauw Giok menyela.

"Bie suheng, mana siauwte berani membohong. Dengan sebenarnya siauwte juga murid dari suhu Pauw Kim Kong yang mengajarku bersama-sama dengan suhu Hong In, suhu Bie Kong Hosiang dan juga suhu Hee Ban Kiat!"

Mendengar ini, kedua suheng itu memandangnya heran dan kagum. Hong Ing yang ikut merasa bangga bahwa kokonya menjadi pusat kekaguman orang, segera bertindak maju dan memperkenalkan lebih lanjut,

"Tidak hanya koko Han Liong murid keempat cianpwe itu, juga dia adalah murid dari Kam Hong Siansu."

"Stt, Ing moi...!" Han Liong mencegah, dan semua orang tercengang mendengar bahwa pemuda cakap itu disebut Ing-moi!

Hong Ing mana mau menurut teguran dan cegahan Han Liong, ia terus saja menyombong, "Dan tahukah semua enghiong dan cianpwe yang berada disini, siapa Han-ko ini? Ia bukan lain ialah putera tunggal dari almarhum Si enghiong..."

"Betulkah itu?" tiba-tiba tuan rumah bertanya heran. Orang tua she Siok int pernah berjuang bahu-membahu dengan Si Cin Hai atau yang lebih terkenal dengan sebutan Si-enghiong.

Terpaksa Han Liong tak dapat menyembunyikan diri dan asal-usulnya lagi, sehingga semua orang mengerumuninya dengan kagum. Juga Bhok Kian Eng daa Bie Cauw Giok yang tadinya merasa penasaran, kini bahkan merasa bangga mempunyai seorang sute yang bukan lain adalah putera Si enghiong yang mereka semua puja itu! Kemudian Han Liong bertanya tentang keadaan perempuan buruk yang datang mengganggu tadi.

"Kau belum kenal dia, sute?" kata Bhok Kien Eng dengan suara mengandung kepuasan dan kebanggaan bahwa betapapun juga, dalam kalangan kang-ouw ternyata ia jauh lebih berpengalaman dari pada sutenya. "Dia itu bernama Kiu Lau yang dijuluki Jie siauw-moli, sebenarnya iblis wanita itu biasanya keluar berpasangan dengan cicinya yang bernama Kiu Hwa Twa-moli. Kepandaian silat kedua enci adik itu memang luar biasa, teristimewa Kiu Hwa, kakak iblis wanita yang datang tadi, sehingga mereka berdua ditakuti orang banyak di kalangan kang-ouw. Sebenarnya mereka sendiri tak berapa kejam atau jahat, tetapi yang membuat orang menjadi takut adalah mengingat bahwa mereka berdua ini adalah murid dari Loh-san Sam-moli atau Tiga Iblis Wanita dari Gunung Loh-san."

"Hm, agaknya mereka keluarga iblis-iblit, tapi yang datang tadi iblis kecil tak berapa hebat kepandaiannya" berkata Hong Ing.

Bie Cauw Giok memandang wajah Hong Ing dengan tajam. "Sute, kepandaian adikmu ini lumayan juga hingga berani menahan Jie siauw-moli. Dari mana lihiap mempelajari permainan siang-kiam sehebat itu?"

Hong Ing mengerling ke arah Han Liong dengan penyesalan mengapa kakaknya ini kurang hati-hati hingga tadi membuka rahasianya dan membuat semua orang tahu bahwa ia sebenarnya adalah seorang gadis! Tapi, mendengar semua orang juga mengagumi ilmu silatnya, ia terpaksa tersenyum merendah.

"Ah, aku hanya belajar sedikit ilmu silat dari guruku Sang Bouw Nikouw di kelenteng Bok-sin tang. Mana aku dapat disamakan dengan Han-ko yang mempunyai banyak guru"

Demikianlah dengan gembira mereka bercakap-cakap dan Han Liong diperkenalkan kepada para tamu lain. Han Liong bertanya kepada Siok Houw Sianseng mengapa iblis wanita itu datang membikin gaduh, dan apakah yang menyebabkan tuan rumah itu dimusuhi oleh Jie-siauw-moli.

"Si hiante," jawab Siok Houw yang menganggap Han Liong sebagai keponakan sendiri, "Aku selamanya belum pernah bertemu maupun bermusuhan dengan mereka, tapi hal ini juga terjadi pada almarhum ayahmu. Maka, mudah saja diduga dari mana dan siapa yang menyuruh mereka datang ke sini menggangguku. Tak lain menurut dugaanku mereka itu pasti bekerja untuk pemerintah musuh"

"Ini benar sekali," sambung Bie Cauw Giok, "suhu belum lama ini juga mengirim kabar padaku bahwa sekarang banyak sekail orang kalangan liok-lim yang diperalat oleh kaisar untuk membasmi semua orang yang bersikap memusuhi pemerintahannya. Dan menurut berita-berita yang kudengar, bahkan sekarang Tiga Iblis Wanita dari Loh-san itu telah menjadi pembantu yang dipercaya dari para pengawal istana kaisar.

Siok Houw Sianseng menghela napas. "Aku yang tua dan tak berguna ini tiada harganya untuk merepotkan para enghiong. Biarlah mereka datang dan mengambil jiwaku. Tapi yang membuat aku menyesal ialah mengapa mereka justeru memilih waktu sekarang? Mengapa mereka tidak menunggui sampai aku selesai merayakan perkawinan anakku?"

"Siok Sianseng jangan takut. Biar iblis-iblis itu datang, aku orang she Bhok, pasti akan mengajak mereka adu jiwa."

Kata-katanya ini biarpun terdengar jumawa namun diam-diam Han Liong merasa girang karena ia mendapat kenyataan bahwa biarpun tabiatnya kasar, namun suhengnya ini ternyata gagah berani dan jujur.

"Bhok twako benar. Kami takkan tinggal diam," Bie Cauw Giok menghibur Siok Sianseng, "tapi kita harus berhati-hati, musuh yang akan datang besok itu bukanlah orang-orang lemah. Harap Bhok twako berhati-hati dan waspada. Baiknya di sini ada Si sute dan lihiap yang merupakan tenaga bantuan tangguh hingga kita tak usah merasa takut."

"Dua orang wanita itu tak berapa berbahaya," kata Han Liong, "Terus terang saja aku dan adikku bertemu dwngan mereka siang tadi" Lalu ia menceritakan pengalamannya kepada semua orang.

Melihat Han Liong agaknya tidak takut terhadap kedua iblis wanita itu, semua orangpun berbesar hati. Setelah itu mereka beristirahat. Han Liong sekamar dengan kedua suhengnya, sedangkan Hong Ing bermalam dengan Kim Lian, puteri Siok Sianseng yang akan kawin besok harinya. Gadis ini merasa kagum dan senang sekali, berkenalan dengan nona pendekar itu. Malam itu semua orang gagah tidur dengan bergiliran tapi semalam-malaman itu tak terjadi sesuatu.

Pada keesokan harinya, udara terang dan cuaca bagus, maka sudah sepantasnya orang-orang bergembira. Tapi jika seseorang memperhatikan wajah orang-orang dalam ramah Siok Sianseng, tentu mereka akan melihat betapa wajah orang-orang itu mengandung kecemasan hebat. Tamu-tamu baru datang dari segala tempat sehingga dalam sekejap saja rumah keluarga Siok penuh orang.

Banyak pula jago silat datang bertamu, maka Bhok Kian Eng menjadi tambah girang karena mereka ini dapat diharapkan bantuannya bila iblis-lblis itu datang mengganggu. Hampir semua tamu yang datang, baik ia sasterawan maupun jago silat, terdiri dari para orang gagah pencinta bangsa dan pengikut-pengikut Si Enghiong dulu atau sisa-sisa kaum pemberontak yang dihancurkan oleh pemerintah bangsa Boan.

Ketika rombongan pengantin laki-laki datang menjemput calon isterinya, keadaan menjadi ramai dan suasana menjadi sangat meriah, orang-orang lupa sejenak akan ancaman bahaya. Suara tambur dan gembreng, mercon dan orang-orang tertawa memenuhi suasana rumah itu.

Tiba-tiba tampak tiga bayangan orang berkelebat! Dua orang tua laki-laki dan seorang wanita tampak berdiri di depan tuan rumah, lalu menjura memberi selamat. Semua orang heran karena gerakan mereka demikian cepatnya sehingga tahu-tahu sudah berada disitu, entah dari mara datangnya!

Bhok Kian Eng dan Bie Cauw Giok diam-diam bersiap dengan senjata masing-masing. Tetapi Siok Sienseng memandang mereka dengan wajah girang, sedangkan Han Liong tiba-tiba meloncat ke depan ketiga orang tua itu dan memberi hormat sambil berlutut.

"Suhu! Ie-ie...!"

"Han Liong, kau juga berada di sini? Syukurlah!" seru ketiga orang itu terdengar girang sekali seperti suara orang yang terbebas dari kekhawatiran besar ketika melihat muridnyapun berada di situ.

Ternyata wanita setengah tua yang kelihatan gagah itu bukan lain adalah Yo Leng Ing, bibi Han Liong, sedangkan kedua orang tua ita adalah Siauw lo-ong Hee Ban Kiat si mata satu dan Kim-to Bie Kong Hosiang, dua diantara guru-guru Han Liong!

Tentu saja pertemuan ini sangat menggirangkan dan Siok Sianseng merasa bangga menerima tamu-tamunya yang terdiri dari orang-orang gagah golongan tua dan patriot-patriot bangsa yang terkenal. Dihadapan tuan rumah, ketiga orang tua ini tidak menyatakan apa-apa, hanya sekedar datang memberi selamat.

Tapi ketika mendapat kesempatan, Hee Ban Kiat menarik tangan Han Liong ke samping dan berkata, "Han Liong, kita harus waspada, Siok Sianseng akan didatangi orang-orang jahat"

Han Liong menyangka dua iblis wanita yang datang malam tadi itulah yang dimaksudkan oleh gurunya, tapi ia bertanya. "Siapakah mereka itu, suhu?"

"Loh-san Sam-moli!"

"Oh, Tiga Iblis Wanita dari Loh-san?" kata Han Liong berseru kaget.

Hee Ban Kiat mengangguk, "Untuk itulah maka aku, Bie Kong Hosiang, dan Yo Toanio datang kemari. Ketiga iblis itu mempunyai kepandaian dan ilmu silat yang tinggi pula. Belum tentu kita sanggup melawan dan mengalahkannya, tapi bagaimanapun juga, kita harus melindungi Siok Sianseng."

Han Liong lalu menceritakan dengan singkat bahwa murid ketiga iblis wanita itu semalam telah datang dan berjanji hendak datang menyerbu hari ini. Kemudian, ketika Bie Kong Hosiang dan Yo Lee In juga datang ke sana dan mendengar kisah perjalanannya semenjak berpisah, Han Liong segera melambaikan tangan kepada Hong Ing.

Ia memperkenalkan gadis yang masih berpakaian laki-laki itu kepada ie-ienya dan kepada kedua suhunya. Yo Leng In memandang gadis itu dan diam-diam ia mengakui persamaan wajah anak itu dengan cicinya. Tetapi karena mengingat bahwa gadis itu adalah puteri Lie Ban musuhnya, maka ia hanya menyambut dengan dingin saja.

Melihat ketiga orang tua itu bercakap-cakap dengan Han Liong, Bhok Kian Eng dan Bie Cauw Giok mendekati mereka. Hee Ban Kiat dengan matanya yang tinggal satu itu memandang ke arah mereka. Kedua orang itu sangat terkejut melihat betapa mata itu bersinar sangat tajam seakan-akan dapat menembus dada!

Han Liong segera mengundang mereka itu duduk dan memperkenalkan Bhok Kian Eng dan Bie Cauw Giok sebagai murid Liok-te Sin-mo dan Beng-san Tojin! Kedua orang itu segera memberi hormat kepada mereka. Mendengar bahwa Loh-san Sam-moli akan datang, kedua orang itu menjadi pucat, tetapi melihat bahwa kedua guru dan ie-ie Han Liong, yang tinggi ilmu silatnya itu berada di situ hati mereka agak tenteram.

Di antara mereka semua, hanya Hong Ing saja yang merasa sangat kurang senang hati! Menurut anggapannya mungkin ketiga orang tua itu tak suka padanya, dan ia maklum mengapa mereka demikian. Maka ia mesata hatinya sangat tersinggung dan berduka. Han Liong juga dapat merasakan keadaan adiknya ini, maka beberapa kali ia mengerling ke arah Hong Ing dengan pandangan iba dan mesra.

Melihat pandangan iba dari kakaknya itu, Hong Ing makin merasa sedih. Dengan menundukkan kepalanya, gadis itu segara berdiri dan meninggalkan mereka, menghilang diantara orang banyak yang berkerumun berdesak-desak melihat pengantin.

Cersil karya Kho Ping Hoo Serial Jago Pedang Tak Bernama

Ketika smua orang tengah bergembira, tiba-tiba terdengar suara tertawa nyaring yang mengalahkan semua suara gaduh. Suara itu sangat merdu dan nyaring, tetapi juta mendatangkan pengaruh yang menyeramkan. Han Liong berkelebat ke atas genteng, diikuti oleh kedua gurunya, ie-ienya, dan kedua suhengnya. Juga beberapa belas jago silat yang berkepandaian tinggi ikut menyerbu naik!

Keadaan menjadi panik. Mereka yang tidak mengerti ilmu silat mencari perlindungan di dalam kamar, tak peduli kamar siapa saja dimasukinya dan pintu ditutup dari dalam. Kedua pengantin cepat dibawa orang bersembunyi dalam kamar pengantin dan dijaga oleh beberapa orang gagah dengan senjata di tangan!

Di atas genteng tampak berdiri tiga orang perempuan terengah tua yang berpakaian serba hijau dan masing-masng memegang kebutan dan pedang. Mereka ini adalah Loh-san Sam-moli yang terkenal dan ditakui semua orang! Di pinggir mereka berdiri Kiu-hwa Twa-moli, sedangkan Kiu Lan Siauw-moli sedang bertempur melawan Hong Ing, Kiu Lan menggunakan hudtim dan pedang, sedangkan Hong Ing menggunakan siang-kiamnya.

Ketika itu Hong Ing memainkan ilmu pedang pasangan warisan gurunya dan mencoba berkelahi dengan nekad, terdorong oleh kedukaan hatinya. Melihat permainan ini, tiba-tiba iblis termuda berkata sambil kebutkan hudtimnya,

"Berhenti!"

Dan heran, sambaran angin hudtimnya cukup untuk membuat kedua orang yang sedang bertempur itu terhuyung-huyung mundur.

"Eh, nona kecil, apakah hubunganmu dengan Seng Bouw Nikouw?" Iblis wanita ketiga itu bertanya. Hong Ing biarpun telah merasakan kehebatan tenaga iblis itu, tapi ia tidak takut, bahkan ia hendak menggunakan nama gurunya menggertak, "Ia adalah guruku, kau mau apa menanyakan?"

Iblis wanita iu terkejut dan heran, "Kau muridnya? Kalau begitu, bukankah! kau she Lie dan ayahmu adalah Lie Ban?"

Mendengar nama ayahnya disebut-sebut, Hong Ing menjadi marah. "Apa maksudmu bertanya panjang lebar? Aku bukan kerabatmu!"

"Omitohud! Kami adalah orangmu sendiri, nona! Kau adalah keturunan Lie Ban, mengapakah kau bisa berada bersama-sama dengan orang-orang ini? Mereka ini adalah musuh-musuhmu, nona! Ayah-ibumu juga merekalah yang membunuhnya."

"Jangan banyak cerewet !" Hong Ing berteriak gemas dan bersamaan itu air matanya mengalir di pipinya karena kata-kata itu mengingatkannya akan kedua orang tuanya yang meninggal dunia. Digerakkannya siang-kiamnya lagi dan menyerang Kiu Lan dengan sengit. Kiu Lan menangkis dan mereka bertempur lagi mati-matian. Pada saat itulah Han Liong dan kawan-kawannya sampai disitu.

Loh-san Sam-moli sebenarnya bukanlah tiga saudara. Mereka adalah saudara-saudara seperguruan, yakni murid-murid dari Ngo-lian-posat Ang Gwat Niang-niang si Dewi Lima Teratai seorang wanita pertapa yang tinggi ilmu silatnya dan tinggi pula ilmu batinnya, dan yang sedang bertapa di Ngo-lian-san.

Tiga saudara seperguruan itu oleh gurunya diberi nama Biauw Niang-niang, Leng Niang-niang, Hai Niang-niang. Mereka bertiga telah mewarisi kepandaian dari suhunya sehingga kepandaian mereka sudah boleh dikatakan sempurna dan jarang tandingannya.

Sebenarnya semenjak muda mereka bertiga telah dididik untuk menjadi orang suci, dan mula-mula mereka juga patuh menjalankan ibadat. Tapi karena pada dasarnya memang tidak bersih, Biauw Niang-niang tergoda oleh nafsu dan ia menyeret kedua adik seperguruannya ke dalam jurang kehinaan, hingga mereka bertiga berobah menjadi jahat.

Bie Kong Hosiang yang pernah bertemu dengan ketiga iblis wanita ini, segera menjura dan berkata, "Omitohud! Ketiga Niang-niang yang terhormat berkenan mengunjungi tempat sahabatku yang buruk ini. Maafkan kami tidak tahu sehingga tak menyambut dengan sepantasnya."

Biauw Niang-niang tertawa menghina. "Bie Kong Hwesio!" katanya. "Kau juga berada di sini? Kau mengaku kawan si pemberontak she Siok itu? Hati-hati, hwesio, ia adalah seorang pemberontak yang harus menerima hukuman sekeluarganya. Lebih baik kau pergi saja dari sini, barangkali aku dapat mengampunkan kau!"

"Eh, setan perempuan darimana begini jumawa dan datang-datang memaki-maki orang? Kalian boleh menakut-nakuti orang lain, tapi aku Bhok Kian Eng si Garuda Putih sekali-kali tidak takut padamu!"

Sepasang mata Hai Niang-niang, iblis termuda, yang jeli seperti mata seorang gadis cantik, berkilat memandang ke arah Bhok Kian Eng, lalu mulutnya tersenyum.

"Hm, beginikah macamnya Garuda Putih? Baiklah, aku akan membikin kau menjadi garuda tak bersayap!"

Dan bersamaan dengan kata-kata terakhir, tangannya bergerak dan sebuah benda putih berkilauan menyambar secepat kilat ke arah Bhok Kian Eng! Huito atau pisau terbang itu menyambar ke arah kaki si Garuda Putih dengan cepat sekali sehingga jalan satu-satunya bagi Bhok Kian Eng ialah melompat tinggi untuk menyelamatkan diri dari tikaman pisau yang sempat mengenai betisnya.

Tapi serangan gelap ini memang diperhitungkan masak-masak oleh penyerangnya, karena selagi tubuh Bhok Kian Eng masih terapung di udara, tiba-tiba pisau lain telah terbang menancap di bahu kirinya! Tanpa ampun lagi si Garuda Putih terbanting ke bawah genteng! Baiknya ia sudah memiliki tubuh kuat dan mempunyai kegesitan cukup baik sehingga dalam bahaya maut itu ia masih sempat berjungkir balik dan jatuh di atas tanah dengan berdiri. Ia segera roboh karena betisnya yang terkena pisau terasa sakit sekali.

"Sungguh tak tahu malu, menyerang secara pengecut!" teriak Hee Ban Kiat yang meloncat menyerang Hai Niang-niang. Tetapi Kiu Hwa twa-moli menangkisnya dan mereka segera bertempur dengan seru. Hee Ban Kiat seperti biasa tak pernah menggunakan senjata, tetapi menggunakan sepasang kepalan dan kedua kakinya yang dapat bergerak cepat dan tak kalah hebatnya dengan senjata yang bagaimanapun juga. Tapi lawannya, murid kepala dari ketiga iblis, bukanlah lawan yang ringan. Perempuan buruk ini menggunakan hudtimnya untuk membalas menyerang dan mencoba untuk mengalahkan si mata satu.

"Kau mencari mati!" Hai Niang-niang tertawa dingin dan kebutannya berkelebat ke arah dada Bie Kong Hosiang.

Tapi tiba-tiba sebuah bayangan putih menyambar dan Hai Niang-niang merasa tenaga yang luar biasa kuatnya menolak kebutannya hingga terpental. Ia menjerit terkejut dan marah. Ternyata Han Liong telah mewakili gurunya, dan tadi ia menggunakan ujung bajunya untuk menyabet dan menangkis kebutan itu!

Bukan main herannya Hai Niang-niang ketika melihat bahwa yang menangkis hudtimnya secara hebat itu bukan lain hanyalah seorang pemuda yang belum ada dua puluh tahun usianya. Ia sampai tak percaya dan sekali lagi ia menggerakkan hudtimnya, kini ke arah kepala Han Liong. Gerakan hudtim ini mengandung tenaga dalam yang besar sehingga sebelum kebutan sampai, anginnya telah terasa menyambar dingin.

"Bagus!" kata Han Liong dan Hai Niang-niang merasa kepalanya pening dan matanya kabur karena tahu-tahu anak muda baju putih itu lenyap dari depannya! Secepat kilat ia memutar tubuh sambil memukulkan kebutan dan pedangnya. Benar saja, Han Liong sudah berada di belakangnya tersenyum den menangkis sabetannya.

"Sungguh lihai !" Leng Niang-niang berseru. Iblis kedua ini tahu bahwa seorang diri saja sumoinya itu sukar memperoleh kemenangan, maka ia segera maju menyerang.

Han Liong melibat gerakan Leng Niang-niang lebih hebat dari Hai Niang-niang, berlaku hati-hati dan ia melayani keroyokan kedua wanita iblis itu dengan mengandalkan kegesitan dan kelincahannya.

Melihat kedua sumoinya dapat mengimbangi Han Liong, Biauw Niang-niang tertawa seram, kemudian, in memutar pedangnya menyerang Bie Kong Hosiang yang menangkisnya dengan golok. Bie Cauw Giok melihat betapa Hong Ing sangat terdepak oleh Kiu Lan, segera maju membantu.

Beberapa orang tamu yang juga memiliki kepandaian ikut naik ke atas genteng, dan segera maju pula menyerbu. Ada yang membantu Bie Kong Hosiang, ada pula yang membantu Hee Bin Kiat. Tapi tak seorangpun berani membantu Han Liong karena pemuda itu sudah tak kelihatan bayangannya lagi, seakan-akan menjadi satu dengan sinar pedangnya dalam perjuangan mati-matian melawan dua iblis yang lihai itu.

Di dalam pertempuran yang hebat itu, selain Han Liong sendiri, yang boleh dibilang menang dan mendesak lawannya adalah Hee Ban Kiat. Biarpun Liu Hwa telah mewarisi kepandaian tiga iblis wanita yaag menjadi gurunya, namun terhadap Hee Ban Kiat si mata satu ia kalah tenaga, kalah pengalaman dan kalah ulet. Permainan pedang dan hudtimnya mulai kacau menghadapi silat tangan kosong si mata satu yang memainkan Kiaw-ta-sin-na-hwat.

Tiba-tiba Kiu Hwa menjerit ngeri dan ia terhuyung-huyung lalu memuntahkan darah sambil memegang pundaknya. Ternyata dengan tipu Lutung Sakti Menyambar Hati, Hee Ban Kiat menyerangnya dan Kiu Kwa menangkis dengan hudtim, tapi Hee Ban Kiat merobah gerakannya, jari tangannya mencuri masuk dalam totokan Su-sat-chiu yang luar biasa itu. Tanpa ampun lagi Kiu Hwa terkena totokan di pundaknya, dan jiwanya tak tertolong lagi karena yang tertotok adalah urat kematian.

Melihat muridnya terluka, Biauw Niang-niang marah sekali. Sambil berseru keras ia menangkis golok Bie Kong Hoiiang dengan kebutan dan pedangnya berkelebat cepat ke arah dua orang yang membantu hwesio itu. Terdengar bunyi "traang!!" dan senjata kedua orang itu terlepas dari tangannya diikuti dengan suara pekik kesakitan karena Biauw Niang-niang terus memainkan kebutannya menyabet, yang akibatnya hebat sekali. Seorang pengeroyok pecah kepalanya sedangkan orang kedua patah tulang iganya ketika ujung bulu kebutan singgah di dadanya!

Bie Kong Hosiang terkejut sekali melihat kehebatan lawannya. Ia melompat maju dan memutar goloknya makin cepat dalam ilmu goloknya Ngo-houw-toan-hun-to yang lihai. Namun Bianw Niang-niang terlalu tangguh baginya. Dengan tangan kiri yang memegang hudtim, ia dapat menangkis dan memunahkan semua serangan Bie Kong Hosiang, sedangkan di tangan kanannya ia menggunakan pedang untuk menyebar maut!

Sambil berkelebat ke sana ke mari ia berhasil melepaskan diri dari serangan Bie Kong Hosiang dan sekali pedangnya berkelebat, maka robohlah seorang lagi pengeroyok dengan mandi darah! Sebentar saja pedang iblis wanita yang ganas dan kejam itu telah merobohkan lima orang! Lain orang yang tak seberapa tinggi kepandaiannya menjadi takut mengundurkan diri ke samping.

Sementara itu, setelah berhasil merobohkan Kiu Hwa, Hee Bin Kiat yang melihat keganasan Biauw Niang-niang segera maju menyerang dan bersama-sama Bie Kong Hosiang mengeroyok iblis wanita yang lincah itu. Kini pertempuran terjadi dalam tiga rombongan, yakni, Hee Ban Kiat dan Bie Kong Hosiang melawan Biauw Niang-niang, Bie Cauw Giok dan Hong Ing bertempur mengeroyok Kiu Lan, sedangkan Han Liong seorang diri dikeroyok oleh Leng Niang-niang dan Hai Niang-niang.

Yo Leng In tadinya membantu Han Liong, tetapi Han Liong sambil melayani kedua lawannya, minta agar ie-ienya ini turut menjaga di bawah, takut kalau-kalau ada kawan penjahat yang menyerbu. Han Liong sejak tadi hanya memainkan ilmu Pedang Empat Bintang yang cukup kuat untuk dapat melayani kedua lawan itu tanpa terdesak, tetapi ketika ia mendengar suara jeritan-jeritan ngeri dari para korban pedang Biauw Niang-niang ia menjadi marah. Ia merubah gerakan pedangnya dan kini ia memainkan jurus-jurus teratas dari Pek-liong-kiamsut!

Pedangnya berkelebat menjadi puluhan sehingga kedua lawannya amat terkejut. Sebelum mereka sempat mempelajari gerakan Han Liong. Tiba-tiba Hai Niang-niang merasa pundaknya amat sakit hingga hudtimnya terlepas. Ternyata dengan tangan kirinya Han Liong telah menepuk bahu kirinya hingga sambungan tulangnya pecah!

Tapi pada saat itu juga Biauw Niang-niang berhasil melukai Bie Kong Hosiang dengan hudtimnya. Kebutan itu telah memukul leher Bie Kong Hosiang dengan keras sekali, maka kalau lain orang yang terkena pukulan hebat itu pasti akan mati seketika itu juga. Untunglah Bie Kong Hosiang adalah seorang yang tinggi ilmu silatnya, sehingga ia bisa menggerakkan tenaga dalamnya menangkis pukulan itu dan ia hanya mendapat luka diluar yang biarpun berat namun tidak sampai membahayakan jiwanya.

Han Liong melihat gurunya terluka segera melompat menahan pedang Biauw Niang-niang yang hendak disabetkan ke leher Bie Kong Hosiang. Dengan gemas Biauw Niang-niang menempur pemuda ini sedangkan Hee Ban Kiat berganti lawan, kini menghadapi Leng Niang-niang yang tak sepandai Biauw Niang-niang, biarpun siluman wanita kedua ini masih terlampau berat baginya. Hong Ing dan Bie Cauw Giok, setelah bertempur mati-matian, akhirnya berhasil juga membuat Kiu Lan repot dan terdesak.

Pedang Pusaka Naga Putih Jilid 10

PEDANG PUSAKA NAGA PUTIH JILID 10

Sementara itu, Hong Ing yang bermata tajam melihat sesosok bayangan tubuh melayang-layang di atas genteng. Diam-diam nona ini melayang ke atas mengejar. Alangkah marahnya ketika dilihatnya bahwa bayangan itu tidak lain dari wanita buruk yang merampas kembangnya dan bertempur dengannya siang tadi! Setan perempuan itu sedang mencari-cari dari atas genteng dengan pedang dan kebutannya di kedua tangan.

"Siluman perempuan, kau berani datang mengacau?" teriak Hong Ing.

Perempuan itu memperlihatkan senyum mengejek. "Eh, kau juga berada di sini, siangkong? Jangan kau turut campur urusanku."

"Kau kira aku takut padamu?" bentak Hong Ing yang segera menyerang dengan siang-kiamnya.

Lawannya memperdengarkan suara menghina dan mereka segera bertempur seru. Han Liong biarpun sedang dikeroyok oleh kedua suhengnya, namun ia masih dapat memperhatikan keadaan yang terjadi di sekelilingnya. Maka ketika Hong Ing melayang ke atas genteng, hal itu tak terlepas dari pandanyanya. Ia merasa khawatir akan keselamatan adiknya yang nakal dan suka mencari onar itu, maka sambil berkata,

"Maaf, jiwi suheng, siauwte tak dapat melayani kalian lebih lama lagi."

Tubuhnya lalu melambung ke atas langsung ke tempat Hong Ing tadi melompat. Tetapi kedua suheng itu yang hendak menuntut keterangan dan penjelasan dari pemuda ini, segera melompat mengejarnya!

Mereka bertiga melihat betapa Hong Ing terdesak hebat oleh seorang perempuan berwajah buruk yang memainkan pedang dan kebutan secara dahsyat sekali. Melihat perempuan itu. Bhok Kian Eng dan Bie Cauw Giok berbareng mengeluarkan seruan kaget,

"Ji-siauw-molie!"

Tapi Han Liong tak perdulikan sebutan Setan Perempuan Muda Kedua ini, hanya segera tangannya bergerak menyambar ke arah perempuan itu. Perempuan itu berseru terkejut karena kebutannya hampir saja terlepas dari tangannya ketika terkena sambaran angin pukulan Han Liong. Ia melirik sekilas dan tertawa menghina.

"Hm, bagus! Kalian semua sudah berkumpul menjaga pemberontak tua she Siok? Baik sekali, kami takkan datang percuma kalau begini. Nah, tunggulah, besok diwaktu pengantin bertemu, kami akan kembali main-main dengan kalian!"

Sehabis berkata demikian, ia menggerakkan tubuhnya dan menghilang. Hong Ing hendak mengejar, tapi Bhok Kian Eig berkata.

"Jangan kejar!" Suaranya menunjukkan kekhawatiran besar, maka Han Liong dan Hong Ing menjadi heran. Tapi orang she Bhok itu memberi tanda supaya mereka semua turun. Para tamu di ruang itu semua tampak pucat dan ketakutan, bahkan para jago silat juga tampak gelisah. Hanya tuan rumah yang lemah dan tua itu saja kelihatan tenang dan sedang mencoba untuk menenteramkan hati para tamunya. Melihat semangat dan ketabahan orang tua she Siok ini, mau tak mau Han Liong dan Hong Ing merasa kagum juga.

"He, anak muda. Sebelum kita bicara lebih lanjut, kami harap kau memberi penjelasan padaku tentang keadaan dirimu yang mengaku menjadi suteku ini," kata Bhok Kian Eng.

"Siauwte memang benar murid Liok-tee Sin-mo, dan siauwte bahkan sudah bertemu dengan twa-suheng Lie Kiam. Kedatangan siauwte ke sini juga atas suruhan twa-suheng. Mungkin suhu belum pernah memberitahu kepadamu, suheng, maka tidak kenal pada siauwte,"

Bhok Kian Eng menganguk-angguk dan diam-diam girang mempunyai seorang adik seperguruan yang demikian cekatan, tapi ia masih belum puas mengapa adik seperguruannya ini lebih pandai darinya!

"Saudara, kalau kau benar sute diri Bhok enghiong, mengapa kau juga mengaku menjadi suteku? Bukankah ini aneh dan bohong belaka?" tiba-tiba Bie Cauw Giok menyela.

"Bie suheng, mana siauwte berani membohong. Dengan sebenarnya siauwte juga murid dari suhu Pauw Kim Kong yang mengajarku bersama-sama dengan suhu Hong In, suhu Bie Kong Hosiang dan juga suhu Hee Ban Kiat!"

Mendengar ini, kedua suheng itu memandangnya heran dan kagum. Hong Ing yang ikut merasa bangga bahwa kokonya menjadi pusat kekaguman orang, segera bertindak maju dan memperkenalkan lebih lanjut,

"Tidak hanya koko Han Liong murid keempat cianpwe itu, juga dia adalah murid dari Kam Hong Siansu."

"Stt, Ing moi...!" Han Liong mencegah, dan semua orang tercengang mendengar bahwa pemuda cakap itu disebut Ing-moi!

Hong Ing mana mau menurut teguran dan cegahan Han Liong, ia terus saja menyombong, "Dan tahukah semua enghiong dan cianpwe yang berada disini, siapa Han-ko ini? Ia bukan lain ialah putera tunggal dari almarhum Si enghiong..."

"Betulkah itu?" tiba-tiba tuan rumah bertanya heran. Orang tua she Siok int pernah berjuang bahu-membahu dengan Si Cin Hai atau yang lebih terkenal dengan sebutan Si-enghiong.

Terpaksa Han Liong tak dapat menyembunyikan diri dan asal-usulnya lagi, sehingga semua orang mengerumuninya dengan kagum. Juga Bhok Kian Eng daa Bie Cauw Giok yang tadinya merasa penasaran, kini bahkan merasa bangga mempunyai seorang sute yang bukan lain adalah putera Si enghiong yang mereka semua puja itu! Kemudian Han Liong bertanya tentang keadaan perempuan buruk yang datang mengganggu tadi.

"Kau belum kenal dia, sute?" kata Bhok Kien Eng dengan suara mengandung kepuasan dan kebanggaan bahwa betapapun juga, dalam kalangan kang-ouw ternyata ia jauh lebih berpengalaman dari pada sutenya. "Dia itu bernama Kiu Lau yang dijuluki Jie siauw-moli, sebenarnya iblis wanita itu biasanya keluar berpasangan dengan cicinya yang bernama Kiu Hwa Twa-moli. Kepandaian silat kedua enci adik itu memang luar biasa, teristimewa Kiu Hwa, kakak iblis wanita yang datang tadi, sehingga mereka berdua ditakuti orang banyak di kalangan kang-ouw. Sebenarnya mereka sendiri tak berapa kejam atau jahat, tetapi yang membuat orang menjadi takut adalah mengingat bahwa mereka berdua ini adalah murid dari Loh-san Sam-moli atau Tiga Iblis Wanita dari Gunung Loh-san."

"Hm, agaknya mereka keluarga iblis-iblit, tapi yang datang tadi iblis kecil tak berapa hebat kepandaiannya" berkata Hong Ing.

Bie Cauw Giok memandang wajah Hong Ing dengan tajam. "Sute, kepandaian adikmu ini lumayan juga hingga berani menahan Jie siauw-moli. Dari mana lihiap mempelajari permainan siang-kiam sehebat itu?"

Hong Ing mengerling ke arah Han Liong dengan penyesalan mengapa kakaknya ini kurang hati-hati hingga tadi membuka rahasianya dan membuat semua orang tahu bahwa ia sebenarnya adalah seorang gadis! Tapi, mendengar semua orang juga mengagumi ilmu silatnya, ia terpaksa tersenyum merendah.

"Ah, aku hanya belajar sedikit ilmu silat dari guruku Sang Bouw Nikouw di kelenteng Bok-sin tang. Mana aku dapat disamakan dengan Han-ko yang mempunyai banyak guru"

Demikianlah dengan gembira mereka bercakap-cakap dan Han Liong diperkenalkan kepada para tamu lain. Han Liong bertanya kepada Siok Houw Sianseng mengapa iblis wanita itu datang membikin gaduh, dan apakah yang menyebabkan tuan rumah itu dimusuhi oleh Jie-siauw-moli.

"Si hiante," jawab Siok Houw yang menganggap Han Liong sebagai keponakan sendiri, "Aku selamanya belum pernah bertemu maupun bermusuhan dengan mereka, tapi hal ini juga terjadi pada almarhum ayahmu. Maka, mudah saja diduga dari mana dan siapa yang menyuruh mereka datang ke sini menggangguku. Tak lain menurut dugaanku mereka itu pasti bekerja untuk pemerintah musuh"

"Ini benar sekali," sambung Bie Cauw Giok, "suhu belum lama ini juga mengirim kabar padaku bahwa sekarang banyak sekail orang kalangan liok-lim yang diperalat oleh kaisar untuk membasmi semua orang yang bersikap memusuhi pemerintahannya. Dan menurut berita-berita yang kudengar, bahkan sekarang Tiga Iblis Wanita dari Loh-san itu telah menjadi pembantu yang dipercaya dari para pengawal istana kaisar.

Siok Houw Sianseng menghela napas. "Aku yang tua dan tak berguna ini tiada harganya untuk merepotkan para enghiong. Biarlah mereka datang dan mengambil jiwaku. Tapi yang membuat aku menyesal ialah mengapa mereka justeru memilih waktu sekarang? Mengapa mereka tidak menunggui sampai aku selesai merayakan perkawinan anakku?"

"Siok Sianseng jangan takut. Biar iblis-iblis itu datang, aku orang she Bhok, pasti akan mengajak mereka adu jiwa."

Kata-katanya ini biarpun terdengar jumawa namun diam-diam Han Liong merasa girang karena ia mendapat kenyataan bahwa biarpun tabiatnya kasar, namun suhengnya ini ternyata gagah berani dan jujur.

"Bhok twako benar. Kami takkan tinggal diam," Bie Cauw Giok menghibur Siok Sianseng, "tapi kita harus berhati-hati, musuh yang akan datang besok itu bukanlah orang-orang lemah. Harap Bhok twako berhati-hati dan waspada. Baiknya di sini ada Si sute dan lihiap yang merupakan tenaga bantuan tangguh hingga kita tak usah merasa takut."

"Dua orang wanita itu tak berapa berbahaya," kata Han Liong, "Terus terang saja aku dan adikku bertemu dwngan mereka siang tadi" Lalu ia menceritakan pengalamannya kepada semua orang.

Melihat Han Liong agaknya tidak takut terhadap kedua iblis wanita itu, semua orangpun berbesar hati. Setelah itu mereka beristirahat. Han Liong sekamar dengan kedua suhengnya, sedangkan Hong Ing bermalam dengan Kim Lian, puteri Siok Sianseng yang akan kawin besok harinya. Gadis ini merasa kagum dan senang sekali, berkenalan dengan nona pendekar itu. Malam itu semua orang gagah tidur dengan bergiliran tapi semalam-malaman itu tak terjadi sesuatu.

Pada keesokan harinya, udara terang dan cuaca bagus, maka sudah sepantasnya orang-orang bergembira. Tapi jika seseorang memperhatikan wajah orang-orang dalam ramah Siok Sianseng, tentu mereka akan melihat betapa wajah orang-orang itu mengandung kecemasan hebat. Tamu-tamu baru datang dari segala tempat sehingga dalam sekejap saja rumah keluarga Siok penuh orang.

Banyak pula jago silat datang bertamu, maka Bhok Kian Eng menjadi tambah girang karena mereka ini dapat diharapkan bantuannya bila iblis-lblis itu datang mengganggu. Hampir semua tamu yang datang, baik ia sasterawan maupun jago silat, terdiri dari para orang gagah pencinta bangsa dan pengikut-pengikut Si Enghiong dulu atau sisa-sisa kaum pemberontak yang dihancurkan oleh pemerintah bangsa Boan.

Ketika rombongan pengantin laki-laki datang menjemput calon isterinya, keadaan menjadi ramai dan suasana menjadi sangat meriah, orang-orang lupa sejenak akan ancaman bahaya. Suara tambur dan gembreng, mercon dan orang-orang tertawa memenuhi suasana rumah itu.

Tiba-tiba tampak tiga bayangan orang berkelebat! Dua orang tua laki-laki dan seorang wanita tampak berdiri di depan tuan rumah, lalu menjura memberi selamat. Semua orang heran karena gerakan mereka demikian cepatnya sehingga tahu-tahu sudah berada disitu, entah dari mara datangnya!

Bhok Kian Eng dan Bie Cauw Giok diam-diam bersiap dengan senjata masing-masing. Tetapi Siok Sienseng memandang mereka dengan wajah girang, sedangkan Han Liong tiba-tiba meloncat ke depan ketiga orang tua itu dan memberi hormat sambil berlutut.

"Suhu! Ie-ie...!"

"Han Liong, kau juga berada di sini? Syukurlah!" seru ketiga orang itu terdengar girang sekali seperti suara orang yang terbebas dari kekhawatiran besar ketika melihat muridnyapun berada di situ.

Ternyata wanita setengah tua yang kelihatan gagah itu bukan lain adalah Yo Leng Ing, bibi Han Liong, sedangkan kedua orang tua ita adalah Siauw lo-ong Hee Ban Kiat si mata satu dan Kim-to Bie Kong Hosiang, dua diantara guru-guru Han Liong!

Tentu saja pertemuan ini sangat menggirangkan dan Siok Sianseng merasa bangga menerima tamu-tamunya yang terdiri dari orang-orang gagah golongan tua dan patriot-patriot bangsa yang terkenal. Dihadapan tuan rumah, ketiga orang tua ini tidak menyatakan apa-apa, hanya sekedar datang memberi selamat.

Tapi ketika mendapat kesempatan, Hee Ban Kiat menarik tangan Han Liong ke samping dan berkata, "Han Liong, kita harus waspada, Siok Sianseng akan didatangi orang-orang jahat"

Han Liong menyangka dua iblis wanita yang datang malam tadi itulah yang dimaksudkan oleh gurunya, tapi ia bertanya. "Siapakah mereka itu, suhu?"

"Loh-san Sam-moli!"

"Oh, Tiga Iblis Wanita dari Loh-san?" kata Han Liong berseru kaget.

Hee Ban Kiat mengangguk, "Untuk itulah maka aku, Bie Kong Hosiang, dan Yo Toanio datang kemari. Ketiga iblis itu mempunyai kepandaian dan ilmu silat yang tinggi pula. Belum tentu kita sanggup melawan dan mengalahkannya, tapi bagaimanapun juga, kita harus melindungi Siok Sianseng."

Han Liong lalu menceritakan dengan singkat bahwa murid ketiga iblis wanita itu semalam telah datang dan berjanji hendak datang menyerbu hari ini. Kemudian, ketika Bie Kong Hosiang dan Yo Lee In juga datang ke sana dan mendengar kisah perjalanannya semenjak berpisah, Han Liong segera melambaikan tangan kepada Hong Ing.

Ia memperkenalkan gadis yang masih berpakaian laki-laki itu kepada ie-ienya dan kepada kedua suhunya. Yo Leng In memandang gadis itu dan diam-diam ia mengakui persamaan wajah anak itu dengan cicinya. Tetapi karena mengingat bahwa gadis itu adalah puteri Lie Ban musuhnya, maka ia hanya menyambut dengan dingin saja.

Melihat ketiga orang tua itu bercakap-cakap dengan Han Liong, Bhok Kian Eng dan Bie Cauw Giok mendekati mereka. Hee Ban Kiat dengan matanya yang tinggal satu itu memandang ke arah mereka. Kedua orang itu sangat terkejut melihat betapa mata itu bersinar sangat tajam seakan-akan dapat menembus dada!

Han Liong segera mengundang mereka itu duduk dan memperkenalkan Bhok Kian Eng dan Bie Cauw Giok sebagai murid Liok-te Sin-mo dan Beng-san Tojin! Kedua orang itu segera memberi hormat kepada mereka. Mendengar bahwa Loh-san Sam-moli akan datang, kedua orang itu menjadi pucat, tetapi melihat bahwa kedua guru dan ie-ie Han Liong, yang tinggi ilmu silatnya itu berada di situ hati mereka agak tenteram.

Di antara mereka semua, hanya Hong Ing saja yang merasa sangat kurang senang hati! Menurut anggapannya mungkin ketiga orang tua itu tak suka padanya, dan ia maklum mengapa mereka demikian. Maka ia mesata hatinya sangat tersinggung dan berduka. Han Liong juga dapat merasakan keadaan adiknya ini, maka beberapa kali ia mengerling ke arah Hong Ing dengan pandangan iba dan mesra.

Melihat pandangan iba dari kakaknya itu, Hong Ing makin merasa sedih. Dengan menundukkan kepalanya, gadis itu segara berdiri dan meninggalkan mereka, menghilang diantara orang banyak yang berkerumun berdesak-desak melihat pengantin.

Cersil karya Kho Ping Hoo Serial Jago Pedang Tak Bernama

Ketika smua orang tengah bergembira, tiba-tiba terdengar suara tertawa nyaring yang mengalahkan semua suara gaduh. Suara itu sangat merdu dan nyaring, tetapi juta mendatangkan pengaruh yang menyeramkan. Han Liong berkelebat ke atas genteng, diikuti oleh kedua gurunya, ie-ienya, dan kedua suhengnya. Juga beberapa belas jago silat yang berkepandaian tinggi ikut menyerbu naik!

Keadaan menjadi panik. Mereka yang tidak mengerti ilmu silat mencari perlindungan di dalam kamar, tak peduli kamar siapa saja dimasukinya dan pintu ditutup dari dalam. Kedua pengantin cepat dibawa orang bersembunyi dalam kamar pengantin dan dijaga oleh beberapa orang gagah dengan senjata di tangan!

Di atas genteng tampak berdiri tiga orang perempuan terengah tua yang berpakaian serba hijau dan masing-masng memegang kebutan dan pedang. Mereka ini adalah Loh-san Sam-moli yang terkenal dan ditakui semua orang! Di pinggir mereka berdiri Kiu-hwa Twa-moli, sedangkan Kiu Lan Siauw-moli sedang bertempur melawan Hong Ing, Kiu Lan menggunakan hudtim dan pedang, sedangkan Hong Ing menggunakan siang-kiamnya.

Ketika itu Hong Ing memainkan ilmu pedang pasangan warisan gurunya dan mencoba berkelahi dengan nekad, terdorong oleh kedukaan hatinya. Melihat permainan ini, tiba-tiba iblis termuda berkata sambil kebutkan hudtimnya,

"Berhenti!"

Dan heran, sambaran angin hudtimnya cukup untuk membuat kedua orang yang sedang bertempur itu terhuyung-huyung mundur.

"Eh, nona kecil, apakah hubunganmu dengan Seng Bouw Nikouw?" Iblis wanita ketiga itu bertanya. Hong Ing biarpun telah merasakan kehebatan tenaga iblis itu, tapi ia tidak takut, bahkan ia hendak menggunakan nama gurunya menggertak, "Ia adalah guruku, kau mau apa menanyakan?"

Iblis wanita iu terkejut dan heran, "Kau muridnya? Kalau begitu, bukankah! kau she Lie dan ayahmu adalah Lie Ban?"

Mendengar nama ayahnya disebut-sebut, Hong Ing menjadi marah. "Apa maksudmu bertanya panjang lebar? Aku bukan kerabatmu!"

"Omitohud! Kami adalah orangmu sendiri, nona! Kau adalah keturunan Lie Ban, mengapakah kau bisa berada bersama-sama dengan orang-orang ini? Mereka ini adalah musuh-musuhmu, nona! Ayah-ibumu juga merekalah yang membunuhnya."

"Jangan banyak cerewet !" Hong Ing berteriak gemas dan bersamaan itu air matanya mengalir di pipinya karena kata-kata itu mengingatkannya akan kedua orang tuanya yang meninggal dunia. Digerakkannya siang-kiamnya lagi dan menyerang Kiu Lan dengan sengit. Kiu Lan menangkis dan mereka bertempur lagi mati-matian. Pada saat itulah Han Liong dan kawan-kawannya sampai disitu.

Loh-san Sam-moli sebenarnya bukanlah tiga saudara. Mereka adalah saudara-saudara seperguruan, yakni murid-murid dari Ngo-lian-posat Ang Gwat Niang-niang si Dewi Lima Teratai seorang wanita pertapa yang tinggi ilmu silatnya dan tinggi pula ilmu batinnya, dan yang sedang bertapa di Ngo-lian-san.

Tiga saudara seperguruan itu oleh gurunya diberi nama Biauw Niang-niang, Leng Niang-niang, Hai Niang-niang. Mereka bertiga telah mewarisi kepandaian dari suhunya sehingga kepandaian mereka sudah boleh dikatakan sempurna dan jarang tandingannya.

Sebenarnya semenjak muda mereka bertiga telah dididik untuk menjadi orang suci, dan mula-mula mereka juga patuh menjalankan ibadat. Tapi karena pada dasarnya memang tidak bersih, Biauw Niang-niang tergoda oleh nafsu dan ia menyeret kedua adik seperguruannya ke dalam jurang kehinaan, hingga mereka bertiga berobah menjadi jahat.

Bie Kong Hosiang yang pernah bertemu dengan ketiga iblis wanita ini, segera menjura dan berkata, "Omitohud! Ketiga Niang-niang yang terhormat berkenan mengunjungi tempat sahabatku yang buruk ini. Maafkan kami tidak tahu sehingga tak menyambut dengan sepantasnya."

Biauw Niang-niang tertawa menghina. "Bie Kong Hwesio!" katanya. "Kau juga berada di sini? Kau mengaku kawan si pemberontak she Siok itu? Hati-hati, hwesio, ia adalah seorang pemberontak yang harus menerima hukuman sekeluarganya. Lebih baik kau pergi saja dari sini, barangkali aku dapat mengampunkan kau!"

"Eh, setan perempuan darimana begini jumawa dan datang-datang memaki-maki orang? Kalian boleh menakut-nakuti orang lain, tapi aku Bhok Kian Eng si Garuda Putih sekali-kali tidak takut padamu!"

Sepasang mata Hai Niang-niang, iblis termuda, yang jeli seperti mata seorang gadis cantik, berkilat memandang ke arah Bhok Kian Eng, lalu mulutnya tersenyum.

"Hm, beginikah macamnya Garuda Putih? Baiklah, aku akan membikin kau menjadi garuda tak bersayap!"

Dan bersamaan dengan kata-kata terakhir, tangannya bergerak dan sebuah benda putih berkilauan menyambar secepat kilat ke arah Bhok Kian Eng! Huito atau pisau terbang itu menyambar ke arah kaki si Garuda Putih dengan cepat sekali sehingga jalan satu-satunya bagi Bhok Kian Eng ialah melompat tinggi untuk menyelamatkan diri dari tikaman pisau yang sempat mengenai betisnya.

Tapi serangan gelap ini memang diperhitungkan masak-masak oleh penyerangnya, karena selagi tubuh Bhok Kian Eng masih terapung di udara, tiba-tiba pisau lain telah terbang menancap di bahu kirinya! Tanpa ampun lagi si Garuda Putih terbanting ke bawah genteng! Baiknya ia sudah memiliki tubuh kuat dan mempunyai kegesitan cukup baik sehingga dalam bahaya maut itu ia masih sempat berjungkir balik dan jatuh di atas tanah dengan berdiri. Ia segera roboh karena betisnya yang terkena pisau terasa sakit sekali.

"Sungguh tak tahu malu, menyerang secara pengecut!" teriak Hee Ban Kiat yang meloncat menyerang Hai Niang-niang. Tetapi Kiu Hwa twa-moli menangkisnya dan mereka segera bertempur dengan seru. Hee Ban Kiat seperti biasa tak pernah menggunakan senjata, tetapi menggunakan sepasang kepalan dan kedua kakinya yang dapat bergerak cepat dan tak kalah hebatnya dengan senjata yang bagaimanapun juga. Tapi lawannya, murid kepala dari ketiga iblis, bukanlah lawan yang ringan. Perempuan buruk ini menggunakan hudtimnya untuk membalas menyerang dan mencoba untuk mengalahkan si mata satu.

"Kau mencari mati!" Hai Niang-niang tertawa dingin dan kebutannya berkelebat ke arah dada Bie Kong Hosiang.

Tapi tiba-tiba sebuah bayangan putih menyambar dan Hai Niang-niang merasa tenaga yang luar biasa kuatnya menolak kebutannya hingga terpental. Ia menjerit terkejut dan marah. Ternyata Han Liong telah mewakili gurunya, dan tadi ia menggunakan ujung bajunya untuk menyabet dan menangkis kebutan itu!

Bukan main herannya Hai Niang-niang ketika melihat bahwa yang menangkis hudtimnya secara hebat itu bukan lain hanyalah seorang pemuda yang belum ada dua puluh tahun usianya. Ia sampai tak percaya dan sekali lagi ia menggerakkan hudtimnya, kini ke arah kepala Han Liong. Gerakan hudtim ini mengandung tenaga dalam yang besar sehingga sebelum kebutan sampai, anginnya telah terasa menyambar dingin.

"Bagus!" kata Han Liong dan Hai Niang-niang merasa kepalanya pening dan matanya kabur karena tahu-tahu anak muda baju putih itu lenyap dari depannya! Secepat kilat ia memutar tubuh sambil memukulkan kebutan dan pedangnya. Benar saja, Han Liong sudah berada di belakangnya tersenyum den menangkis sabetannya.

"Sungguh lihai !" Leng Niang-niang berseru. Iblis kedua ini tahu bahwa seorang diri saja sumoinya itu sukar memperoleh kemenangan, maka ia segera maju menyerang.

Han Liong melibat gerakan Leng Niang-niang lebih hebat dari Hai Niang-niang, berlaku hati-hati dan ia melayani keroyokan kedua wanita iblis itu dengan mengandalkan kegesitan dan kelincahannya.

Melihat kedua sumoinya dapat mengimbangi Han Liong, Biauw Niang-niang tertawa seram, kemudian, in memutar pedangnya menyerang Bie Kong Hosiang yang menangkisnya dengan golok. Bie Cauw Giok melihat betapa Hong Ing sangat terdepak oleh Kiu Lan, segera maju membantu.

Beberapa orang tamu yang juga memiliki kepandaian ikut naik ke atas genteng, dan segera maju pula menyerbu. Ada yang membantu Bie Kong Hosiang, ada pula yang membantu Hee Bin Kiat. Tapi tak seorangpun berani membantu Han Liong karena pemuda itu sudah tak kelihatan bayangannya lagi, seakan-akan menjadi satu dengan sinar pedangnya dalam perjuangan mati-matian melawan dua iblis yang lihai itu.

Di dalam pertempuran yang hebat itu, selain Han Liong sendiri, yang boleh dibilang menang dan mendesak lawannya adalah Hee Ban Kiat. Biarpun Liu Hwa telah mewarisi kepandaian tiga iblis wanita yaag menjadi gurunya, namun terhadap Hee Ban Kiat si mata satu ia kalah tenaga, kalah pengalaman dan kalah ulet. Permainan pedang dan hudtimnya mulai kacau menghadapi silat tangan kosong si mata satu yang memainkan Kiaw-ta-sin-na-hwat.

Tiba-tiba Kiu Hwa menjerit ngeri dan ia terhuyung-huyung lalu memuntahkan darah sambil memegang pundaknya. Ternyata dengan tipu Lutung Sakti Menyambar Hati, Hee Ban Kiat menyerangnya dan Kiu Kwa menangkis dengan hudtim, tapi Hee Ban Kiat merobah gerakannya, jari tangannya mencuri masuk dalam totokan Su-sat-chiu yang luar biasa itu. Tanpa ampun lagi Kiu Hwa terkena totokan di pundaknya, dan jiwanya tak tertolong lagi karena yang tertotok adalah urat kematian.

Melihat muridnya terluka, Biauw Niang-niang marah sekali. Sambil berseru keras ia menangkis golok Bie Kong Hoiiang dengan kebutan dan pedangnya berkelebat cepat ke arah dua orang yang membantu hwesio itu. Terdengar bunyi "traang!!" dan senjata kedua orang itu terlepas dari tangannya diikuti dengan suara pekik kesakitan karena Biauw Niang-niang terus memainkan kebutannya menyabet, yang akibatnya hebat sekali. Seorang pengeroyok pecah kepalanya sedangkan orang kedua patah tulang iganya ketika ujung bulu kebutan singgah di dadanya!

Bie Kong Hosiang terkejut sekali melihat kehebatan lawannya. Ia melompat maju dan memutar goloknya makin cepat dalam ilmu goloknya Ngo-houw-toan-hun-to yang lihai. Namun Bianw Niang-niang terlalu tangguh baginya. Dengan tangan kiri yang memegang hudtim, ia dapat menangkis dan memunahkan semua serangan Bie Kong Hosiang, sedangkan di tangan kanannya ia menggunakan pedang untuk menyebar maut!

Sambil berkelebat ke sana ke mari ia berhasil melepaskan diri dari serangan Bie Kong Hosiang dan sekali pedangnya berkelebat, maka robohlah seorang lagi pengeroyok dengan mandi darah! Sebentar saja pedang iblis wanita yang ganas dan kejam itu telah merobohkan lima orang! Lain orang yang tak seberapa tinggi kepandaiannya menjadi takut mengundurkan diri ke samping.

Sementara itu, setelah berhasil merobohkan Kiu Hwa, Hee Bin Kiat yang melihat keganasan Biauw Niang-niang segera maju menyerang dan bersama-sama Bie Kong Hosiang mengeroyok iblis wanita yang lincah itu. Kini pertempuran terjadi dalam tiga rombongan, yakni, Hee Ban Kiat dan Bie Kong Hosiang melawan Biauw Niang-niang, Bie Cauw Giok dan Hong Ing bertempur mengeroyok Kiu Lan, sedangkan Han Liong seorang diri dikeroyok oleh Leng Niang-niang dan Hai Niang-niang.

Yo Leng In tadinya membantu Han Liong, tetapi Han Liong sambil melayani kedua lawannya, minta agar ie-ienya ini turut menjaga di bawah, takut kalau-kalau ada kawan penjahat yang menyerbu. Han Liong sejak tadi hanya memainkan ilmu Pedang Empat Bintang yang cukup kuat untuk dapat melayani kedua lawan itu tanpa terdesak, tetapi ketika ia mendengar suara jeritan-jeritan ngeri dari para korban pedang Biauw Niang-niang ia menjadi marah. Ia merubah gerakan pedangnya dan kini ia memainkan jurus-jurus teratas dari Pek-liong-kiamsut!

Pedangnya berkelebat menjadi puluhan sehingga kedua lawannya amat terkejut. Sebelum mereka sempat mempelajari gerakan Han Liong. Tiba-tiba Hai Niang-niang merasa pundaknya amat sakit hingga hudtimnya terlepas. Ternyata dengan tangan kirinya Han Liong telah menepuk bahu kirinya hingga sambungan tulangnya pecah!

Tapi pada saat itu juga Biauw Niang-niang berhasil melukai Bie Kong Hosiang dengan hudtimnya. Kebutan itu telah memukul leher Bie Kong Hosiang dengan keras sekali, maka kalau lain orang yang terkena pukulan hebat itu pasti akan mati seketika itu juga. Untunglah Bie Kong Hosiang adalah seorang yang tinggi ilmu silatnya, sehingga ia bisa menggerakkan tenaga dalamnya menangkis pukulan itu dan ia hanya mendapat luka diluar yang biarpun berat namun tidak sampai membahayakan jiwanya.

Han Liong melihat gurunya terluka segera melompat menahan pedang Biauw Niang-niang yang hendak disabetkan ke leher Bie Kong Hosiang. Dengan gemas Biauw Niang-niang menempur pemuda ini sedangkan Hee Ban Kiat berganti lawan, kini menghadapi Leng Niang-niang yang tak sepandai Biauw Niang-niang, biarpun siluman wanita kedua ini masih terlampau berat baginya. Hong Ing dan Bie Cauw Giok, setelah bertempur mati-matian, akhirnya berhasil juga membuat Kiu Lan repot dan terdesak.